76
UAS FORMATOLOGI BERITA - PERSOALAN DUNIA PERIKLANAN Judul Buku : “Media Ethics – Issues and Cases” Judul Chapter : “Advertising Ethics : From Buyer Beware to Empowerment” Etika Periklanan : Pembeli Harus Berhati-Hati Dalam Pemberdayaan Halaman : 68-93 Pengarang : Philip Patterson dan Lee Wilkins Penerbit : MC Graw Hill Higher Education Tahun Terbit : 2008 Dunia periklanan yang telah dikenal sejak zaman Yunani Kuno menyimpan sejarah tersendiri. Sejarah iklan pun menjadi sangatlah penting. Karena, banyak persoalan yang menjadi sorotan publik terhadap kontennya. Pembuat iklan harus memanajemen iklan yang berisi kampanye kepentingan tertentu agar reputasi dari produk atau item yang disiarkan, jelas dan dapat diterima semua pihak. Hal ini untuk meminimalisir konsuekensi buruk dari sebuah iklan. Beberapa ahli, menyebutkan media dimana tempat iklan disiarkan memberikan efek kekuatan. Teorijarum suntik dan peluru ajaib menjadi alasan mengapa perlu adanya pembatasan resmi atau isitilahnya etika periklanan yang patut ditaati oleh media dan dunia periklanan. Etika ini mengarahkan pada perlindungan konsumen yang sifatnya heterogen. Karena, dampak dari persoalan periklanan bisa berakibat fatal. Masyarakat juga akan terpengaruh dengan adanya iklan. Iklan tidak hanya menjual produk, tetapi ide yang memiliki makna ganda. Dengan sengaja, makna iklan dibuat blur atau ambigu. Agar, setiap konsumen memaknai iklan itu sendiri. Persoalan inilah yang akhirnya melahirkan banyak analisis iklan yang mengundang kontraversi. Tidak heran, jika versi iklan dari tahun ke tahun berbeda. Semua memiliki cara berbeda untuk menjual produk dan idenya melalui iklan. Oleh sebab itu, banyak usulan untuk mengatur peran iklan di dalam penyiaran. Perlu diingat, bahwa lahirnya etika iklan bukan tanpa tujuan. Ini semua demi pemberdayaan keuntungan semaksimal mungkin lewat iklan itu sendiri.

UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1

Embed Size (px)

Citation preview

UAS FORMATOLOGI BERITA - PERSOALAN DUNIA PERIKLANAN

Judul Buku : “Media Ethics – Issues and Cases”

Judul Chapter : “Advertising Ethics : From Buyer Beware to Empowerment”

Etika Periklanan : Pembeli Harus Berhati-Hati Dalam Pemberdayaan

Halaman : 68-93

Pengarang : Philip Patterson dan Lee Wilkins

Penerbit : MC Graw Hill Higher Education

Tahun Terbit : 2008

Dunia periklanan yang telah dikenal sejak zaman Yunani Kuno menyimpan sejarah tersendiri.

Sejarah iklan pun menjadi sangatlah penting. Karena, banyak persoalan yang menjadi sorotan

publik terhadap kontennya. Pembuat iklan harus memanajemen iklan yang berisi kampanye

kepentingan tertentu agar reputasi dari produk atau item yang disiarkan, jelas dan dapat diterima

semua pihak. Hal ini untuk meminimalisir konsuekensi buruk dari sebuah iklan.

Beberapa ahli, menyebutkan media dimana tempat iklan disiarkan memberikan efek kekuatan.

Teorijarum suntik dan peluru ajaib menjadi alasan mengapa perlu adanya pembatasan resmi atau

isitilahnya etika periklanan yang patut ditaati oleh media dan dunia periklanan. Etika ini

mengarahkan pada perlindungan konsumen yang sifatnya heterogen. Karena, dampak dari

persoalan periklanan bisa berakibat fatal.

Masyarakat juga akan terpengaruh dengan adanya iklan. Iklan tidak hanya menjual produk, tetapi

ide yang memiliki makna ganda. Dengan sengaja, makna iklan dibuat blur atau ambigu. Agar,

setiap konsumen memaknai iklan itu sendiri. Persoalan inilah yang akhirnya melahirkan banyak

analisis iklan yang mengundang kontraversi. Tidak heran, jika versi iklan dari tahun ke tahun

berbeda. Semua memiliki cara berbeda untuk menjual produk dan idenya melalui iklan. Oleh

sebab itu, banyak usulan untuk mengatur peran iklan di dalam penyiaran.

Perlu diingat, bahwa lahirnya etika iklan bukan tanpa tujuan. Ini semua demi pemberdayaan

keuntungan semaksimal mungkin lewat iklan itu sendiri.

Komunikasi sudah sangat dibutuhkan sejak Zaman Yunani Kuno. Pada zaman itu komunikasi

merupakan seni berbicara untuk demokrasi. Oleh karena kebutuhan itu, era Yunani Kuno

komunikasi diisi dengan pesan-pesan persuasif yang kini dikenal sebagai iklan.

Perkembangan komunikasi yang tertuang hingga kini, membawa penyiaran Radio – TV (R-TV)

semakin marak menampilkan berita, selain iklan. Berita dan iklan R-TV menimbulkan asumsi

tentang sebuah hubungan atau keterkaitan antara pesan dengan audience. Namun, persamaan

keduanya yang paling penting dan utama kegiatan ‘mengaburkan’ (sama seperti iklan) dan iklan

tentang isu patut dijadikan sebuah berita (berita menguak isu). Perlu diperhatikan, sifat iklan

yakni singkat, visualnya bagus, dan sengaja dibuat ambigu atau samar. Tetapi, kita perlu

mempelajari dampak dari iklan. Contohnya, iklan tembakau di Amerika Serikat. Sudah banyak

anak-anak usia dibawah 18 tahun yang terjangkit kanker. Dampak itu membuktikan dampak

iklan tidak baik, sehingga negara tersebut mendapat posisi pertama di dunia dalam penderita

penyakit kanker. Oleh sebab itu, etika pembuat iklan, harus memikirkan setiap hal kecil sebagai

proses riset pasar dan strategi perencanaan komunikasi.

Secara psikologis untuk mencoba pahami ajakan (iklan) yaitu dengan model Respon Stimulus.

Media seperti jarum suntik atau peluru ajaib maksudnya, media akan mengirim pesan yang tidak

bertentangan kepada audience terus-menerus. Para peneliti menyebutnya”Teori Kekuatan Efek”.

Hal yang mendukung teori ini adalah kegegeran pada saat Perang Dunia II, seorang yang

bernama Orson Welles menyiarkannya pada 30 Oktober 1938. Siaran itu sukses membuat

propaganda terhadap Perang Dunia. Tetapi di era 1940-an paham terhadap media berubah,

bahwa media memiliki efek yang kosong dan terbatas. Kekuatan media berdasarkan dalam

kognitif (pengetahuan) dan afektif (emosional) alami.

Teori lainnya yang dikenal ialah “Teori Keseimbangan”. Teori ini menjelaskan seseorang akan

menggapai keseimbangan jika tingkah laku, informasi dan tindakannya harmonis. Leon Fastinger

(1957) memberikan istilah “Disonansi Kognitif” untuk menggambarkan keadaan saat pesan dari

sebuah perilaku memberikan konflik dan sinyal tidak aman. Teori ini mempengaruhi perilaku

pembelian dan akan memilih kebiasaan maupun opini dari kekuatan isi iklan tersebut. Para

pembuat iklan menggunakan teori ini dalam naskah iklan untuk mengetuk hati (menarik hati)

konsumen dan menjanjikan perbaikan lewat pembelian produknya. Misalnya, iklan shampoo anti

ketombe. Banyak konsumen yang akan tertarik karena, produk tersebut memperbaiki keadaan

rambutnya. Bagaimanapun, iklan berisi penjelasan keefektifan produknya.

Selanjutnya, pembuat iklan diharapkan bisa mengoperasikan dengan mengikuti kerangka berikut

ini :

1. Klien dan masyarakat publik membutuhkan informasi yang memberikan mereka “ alasan baik

untuk mengambil sebuah cara dalam suatu tindakan” ( Koehn 1998, 106). Alasannya tidak boleh

mengadili dan mampu membantu masyarakat mendukung tindakan lainnya.

2. Daripada hanya menghina opini yang sudah ahli, iklan terus-menerus membahasnya jadi

orang-orang itu dapat mengembangkan ketika pilihan sudah ada dan pengetahuannya sudah

tinggi.

3. Iklan seperti berita, dapat membantu perkembangan refleksi sekelompok orang, termasuk

sekelompok konsumen.

4. Iklan harus menjadi peran yang serius dalam suatu budaya di hidup kita. Itu artinya, bahwa

iklan harus benar-benar menggambarkan suara yang beraneka ragam yang terdiri dari budaya

kita.

5. Iklan berbicara untuk peran dalam berorganisasi di dalam kehidupan sehari-hari. Pertanyaan

sejarah dan latar belakang menyampaikan didalamnya, tetapi harus diselesaikan secara akurat

dan ada dalam suatu konteks.

Barker dan Martison mengusulkan satu set pertanyaan yang dinamakan TARES tes. Dimana tes

ini memuat pertanyaan mengenai etika di dalam dunia periklanan. Tes ini memang tidak akan

menyelesaikan semua masalah etika, namun mampu memberikan orang yang kreatif, direktur

pemasaran dan perencana alat strategi komunikasi. Berikut inti dari tes TARES :

T ruthful ( Kepercayaan penuh)

A uthentic ( Asli )

R espect ( Menghargai )

E equity ( Adil )

S ocially ( Sosial atau tanggung jawab sosial )

Kini, permasalahan khusus periklanan, audience ( penonton, pendengar, pembaca, penikmat

media, dll) adalah mudah diserang. Ingat kembali, bahwa iklan ada dalam media masa yang

audiencenya bersifat heterogen (banyak, bermacam-macam). Kadangkala, hasil iklan itu lucu,

dan mungkin sedikit memalukan, sesaat iklan untuk kontrasepsi dan produk kesehatan seseorang

menjadikan cara mereka (pembuat iklan) menanyangkannya pada program-program prime time.

Contoh saja kasus “Camel Cigarettes” (rokok), iklan ini terkuak dalam dokumen rahasianya,

target audience-nya adalah anak dibawah umur. Pertanyaan sekarang, apakah ada tipe audience

yang pasti yang berhak mendapatkan perlindungan dari pesan sebuah iklan? Hukum Amerika

sudah menjawab pertanyaan ini pada golongan, terutama dalam kasus anak-anak. Demikianlah,

ada angka pada pembatasan golongan resmi di dalam sebuah iklan yang ditargetkan untuk anak-

anak, yaitu segala program pada sabtu pagi harus menyeleksi pesan dan semua karakteristiknya.

Alasannya, bahwa anak-anak tidak sama seperti orang dewasa yang tidak diharuskan memenuhi

kebutuhan moral dirinya sendiri.

Beberapa sarjana mengusulkan kalau, orang dewasa yang masuk dalam anggota minoritas juga

perlu diberikan perlindungan khusus dari sebuah iklan. Mereka perlu diperhatikan agar tidak ada

penyalahgunaan kepercayaan antara konsumen dengan produk, keduanya memiliki konsukensi

yang dikenal dengan istilah singkat dan istilah panjang. Dalam istilah singkatnya, produk tidak

mungkin menjual atau mungkin saja mencari dirinya ada dalam target kebijakan. Sebaliknya,

pada istilah panjang ialah beban maupun tanggungan dijatuhkan (diolok-olok) dan

ketidakpercayaan masyarakat bisa meningkat. Pembeli mungkin belajar tentang makna

periklanan itu sendiri daripada menggunakan iklan untuk membantu menyeleksi informasi yang

lebih baik.

CONTOH KASUS

Daisy Girl yang dihidupkan kembali : “Menggunakan ketakutan sebagai senjata politik”

ANDREA MILLER

Lousiana State University

Iklan ini menceritakan gadis dengan rambutnya yang keriting ikal mengambil daun bunga aster

(karena itu dijuluki Daisy Girl). Ia memetiknya satu persatu, namun disisi lain ada suara orang

yang menghitung mundur ledakan bom nuklir. Iklan tersebut asli dibuat oleh legendaris pembuat

iklan yaitu Tony Schwartz untuk kampanye presiden Lyndon Johnson melewati konservasi

dengan Barry Goldwater. Pesan tersirat pada iklan tersebut ialah, dukungan untuk Goldwater.

Dalam ketakukan pada perang dingin, iklan ditayangkan sekali sebelum akhirnya penonton

protes memaksa untuk ditarik iklannya. Pada Januari 20013, kelompok lain berusaha

mengagendakan menanamkan kembali benih-benih kekhawatiran. Akar dari organisasi

MoveOn.org, memiliki versi baru dalam “ Daisy Nuke”, iklan yang dibuat menerima untuk

memprotes Amerika Serikat yang tampaknya tidak mendapati jalan keluar perang dengan Irak.

Dalam iklan, gadis itu memetik daun sambil berkata :

Perang dengan Irak

Mungkin akan berakhir dengan cepat

Mungkin saja tidak

Mungkin saja akan diperlebar

Mungkin juga semakin kacau dengan mengambil alih negara menggunakan senjata nuklir

Sebelumnya, menayangkan “Daisy 2”, kelompok tersebut juga mengahabiskan uang 300.000

dollar dalam iklan koran yang mendesak Presiden Bush untuk menghindari perang dengan Irak.

Eli Pariser selaku direktur kampanye internasional menjelaskan asosiasi Pers bertujuan bahwa

“Daisy 2” mendorong bahasan nasional. Namun kritik membantah itu, 40 tahun silam, iklan

dicampuri dengan isi yang lebih mengkhawatirkan daripada debat.

Akhirnya, munculah dua jaringan stasiun tv dibagi agar tidak mengarahkan penyiarannya pada

iklan. Dua jaringan itu adalah KNBC TV di Los Angeles dan WRC-TV di Washington, D.C.

Keduanya milik NBC. Pemiliknya merupakan seorang jenderal listrik. Ia dapat mencairkan

pendapat tentang “tidak adanya sambutan” terhadap iklannya. Ia mengatakan, persoalan lebih

kontraversi jika isinya seperti berita yang isi programnya peristiwa-peristiwa di publik, sehingga

lebih adil dan seimbang. Empat dekade setelah iklan Daisy Girl pertama, Daisy 2 kurang

kontraversi dari segi sejarah dan psikologisnya. Berdasarkan berita 9/11, orang Amerika menjadi

takut karena tragedi pesawat yang dibajak menghantam gedung WTC (Word Trade Center).

Karena, ketakutan seseorang terbentuk dari persepsi mereka terhadap fakta (Jamieson,

1983). Iklan bisa menyebabkan seseorang percaya terhadap realita dalam scenario yang

digambarkan lewat kasus yang lebih buruk.

Analisisnya :

1. Persoalan Kecil

- Kemungkinan positif apa dan konsukuensi terburuk apa yang ada pada iklan tersebut?

- Apakah keputusan kedua afiliasi NBC bergabung untuk tidak menyiarkan iklan itu tepat?

2. Persoalan Rata-Rata

- Khawatir perang nuklir? Apakah ketakutan itu ada pada anak dan cucu anda?

- Apakah media memainkan tambahan aturan di dalam kontraversi dengan mengikuti alur

cerita iklan itu sendiri? Apakah cerita tersebut memiliki nilai berita dari sudut pandang etika?

3. Persoalan Besar

- Apakah perbedaan iklan yang menakuti/mengkhawatirkan menjual ide berbeda dengan iklan

yang menggunakan ketakutan/kekhwatirkan itu untuk menjual produknya?

- Apakah wajib etika masuk dalam memainkan persoalan dalam peran

Masih banyak lagi analisis mengenai persoalan dalam periklanan. Perlu ada pengawasan dalam

isi iklan itu sendiri. Kasus lain yang sempat menjadi kontraversi di publik adalah iklan komputer

Apple, NIKE, KFC, dan iklan kampanye, yang mana perlu ditinjau untuk melindungi audience

sebagai konsumen dari media penyiaran. Menjadi catetan bahwa, etika iklan sangatlah penting,

sama seperti sejarah iklan. Karena itu, media akan menyoroti terus-menerus iklan yang

mengandung kontraversi.

Karina Laprisa Putri Nasution

013 12 143 491

FORMAT PEMBUATAN RINGKASAN BUKU

--------PENTINGNYA KONTEN MEDIA------1

Judul Buku : Mediating the Message: Theories of Influences of Mass Media Content

Judul Chapter : Analyzing Media Content

Halaman : 23 – 37

Pengarang : Pamela Shoemaker & Stephen Reese

Penerbit : Longman Publishing Group

Tahun Terbit : 1991

A. MENGAPA ISI (KONTEN) MEDIA ITU PENTING?

Isi media adalah keputusan yang diambil oleh produser, penulis, editor, dan juga oleh perilaku

konsumen media baik televisi maupun radio. Isi dari media itu menjadi penting juga krena dapat

membantu dalam menyimpulkan beragam fenomena. Seperti contoh adalah media luar negeri

yaitu National Enquirer yang mengemas isi media khususnya koran lebih menarik dibandingkan

dengan New York Times. Media mempunyai editor yang berbeda sehingga setiap media

menunjukan orientasi politik yang berbeda juga. Pembelajaran tentang isi media juga dapat

menentukan dan memprediksi reaksi penonton.

Buku dari Bradley Greenbergs yang berjudul Life On Televisions pada tahun 1980 hanya

berfokus kepada isi televisi hiburan, Bradley juga berpendapat bahwa hal yang penting dalam

membuat isi media adalah mempelejari dunia dari konsumen, apa yang konsumen sukai dan

inginkan. Mempelajari konten atau isi dari media juga dapat membantu dalam menilai kenyataan

yang terjadi di sekitar atau lebih tepatnya menilai kenyataan yang terjadi di kehidupan

konsumen.

1 Dibuat sebagai Tugas Akhir untuk UAS Mata Kuliah Formatologi Berita pada Prodi

Manajemen Berita, Jurusan Radio-TV, Sekolah Tinggi Multi Media Yogyakarta Tahun 2014

dengan Dosen Pengampu Darmanto.

Reformasi social beranggapan bahwa isi media setara atau sejajar dengan dampak langsung dari

konsumen dan juga isi media menggunakan penelitian konten atau riset dalam membentuk isi

media khusus atau tertentu. Studi media saja tidak cukup, melainkan lebih kepada penelitian

konten yang sistematis dengan pola beraturan juga dapat menentukan isi media.

B. PENELITIAN TEORI KONTEN DAN KOMUNIKASI

Mengategorikan Konten

Pengertian tentang apa itu media konten masih sangat membingungkan dan tidak jelas, karena

tiap konten memiliki efek yang berbeda, tergantung dengan tujuan konsumen dan tekanan dari

organisasi sekitar. Banyak teori dan studi yang tidak secara nyata dalam memeriksa konten,

mereka lebih peduli dan lebih memeriksa konten dari media lain.

Mengkategorikan isi media bisa berdasakan beberapa aspek, diantaranya adalah daya tarik

khalayak –pintar atau bodoh, efek tertentu –pro social atau anti social, media yang digunakan –

tv, radio atau koran, konten seksual –porno atau non porno, dan berbagai macam cara lainnya.

Salah 1 pendekatan umum yakni berdasarkan fungsi. Harold Lasswell mengusulkan beberapa

mode komunikasi dan mengidentifikasi 3 fungsi penting komunikasi di masyarakat. Yang

pertama adalah pengawasan lingkungan yang paling erat dan Wright juga mengatakan bahwa

berita menyeduakan peringatan tentang ancaman dan bahaya di dunia serta berguna untuk

berbagai hal di dunia seperti pasar saham, navigasi dan hal lainnya. Yang kedua adalah

hubungan antara elemen masyarakat dalam menanggapi lingkungan yang menjelaskan bahwa

media adlaah instrument fungsional dan Laswell masih kurang tegas karena terlalu banyak

analogi, ia juga menafsirkan berita sering dianggap komunikasi membujuk. Laswell juga

mengatakan bahwa konten korelatif tidak ada iklan namun masih dipertimbangkan. Dan yang

terakhir adalah transmisi warisan social dari 1 generasi ke generasi selanjutnya yang bermakna

agar tiap media mengirimkan pelajaran untuk anggota baru di masyarakat sehingga dapat

mewariskan sikap dari 1 generasi ke generasi selanjutnya. Lalu Wright pada taun 1986

menambahkan 1 fungsi penting komunikasi yakni hiburan. Beberapa peneliti komunikasi

cenderung menggunakan teori fungsional yang sudah disebutkan diatas.

Fokus Kepada Berita dan Hiburan

Banyak peneliti komunikasi yang masih ragu dengan konten korelatif dan lebih memilih kata

persuasive, dan konten korelatif hanya dipakai sebagaian kecil ruang media yang tersedia.

Berita dan hiburan adalah 2 jenis konten media yang paling diminati di masyarakat karena

manggambarkan realitas social yang terjadi. Berita dan hiburan juga secara bersamaan

memberitahukan hal tentang dunai dan membentuk lingkaran simbolik yang sangat signifikan, 2

konten ini juga menentukan bagaimana masyarakat harus bersikap dan membawa konsumen atau

penonton ke tempat yang belum mereka datangi sebelumnya, contohnya adalah tayangan di luar

negeri atau penjara, dan lain lain. 2 konten ini juga akan diperiksa secara otomatis di beberapa

bagian seperti frekuensi pesan, teknik produksi dan sasaran penonton.

C. PENGUKUR ISI (KONTEN)

Pengukur konten dapat dilihat dari apapun yang muncul di media massa. Para peneliti

komunikasi mendekati atau mempelajari konten dengan cara yang berbeda yakni dengan

menggunakan alat konseptual serta metodologis yang berbeda, seperti contohnya aspek humanis

dan perilaku tradisional.

Biasanya, kita hanya melakukan pendeketan ilmu social untuk membahas konten sedangkan para

peneliti komunikasi menggunakan pendekatan humanistic seperti yang sudah dijelaskan diatas.

Konten juga merupakan bagian internal dari berbagai budaya yang nyata. Para humanis juga

memeriksa setiap konten sebelum disiarkan atau dicetak untuk makna estetika. Analisis retoritis

adalah salah 1 cabang menonjol dari tradisi humanistic yang meneliti tentang logika internal

konten, bentuk, kesatuan tematik dan lain-lain.

Aspek lain adalah kuantitatif dan kualitatif, analisis perilaku tidak berdasarkan atau

menggunakan teknik kuantitatif atau numeric, tapi berdasarkan 2 hal tersebut. Ilmuan social

mengukur konten sesuai dengan perilaku stimulus konsumen. Aspek kuantitatif membahas

tentang pendekatan penelitian media dan analisis isi. Sedangkan aspek kualitatif biasanya

digunakan oleh analisis humanistic.

D. APAKAH MEDIA MENCERMINKAN PERISTIWA?

Konseptualisasi Aktif & Pasif

Menurut Walter Lippmann, konsumen harus bisa membedakan antara realitas dan realitas social

atau yang biasa disebut dengan “dunia luar”, Lippmann mengatakan ini karena ia memperhatikan

bahwa konsumen berperilaku dan berfikir berdasarkan dengan apa yang mereka lihat di media.

Peran Pasif Untuk Media: Media Sebagai Kanal

Orang dahulu sangat dipengaruhi oleh kekuatan ekonomi dan politik dari komunitas internal

mereka sendiri. Beberapa konsep memperlakukan media sebagai alat pemancar pasif sementara

media lain melihat media sebagai pengambil peran yang lebih aktif dalam memanipulasi realitas.

Westiey dan Maclean pada tahun 1957 mengatakan bahwa media sendiri tidak lebih disalurkan

melalui pemancar netral pesan yang menghubungkan pengirim kepada penerima

Proses komunikasi media massa khusus dirancang dengan pengumpulan berita lewat pikiran

yang akan dikirimkan tanpa maksud apapun untuk mempengaruhi konsumen. Pembelajaran

tentang efek media khususnya media massa dianggap sebagai alat yang kuat dan dapat

digunakan untuk tujuan social. Media juga dipandang sebagai instrument untuk menyampaikan

pesan.

Harold Lasswell mengatakan pada studinya tahun 1927 yang membahas tetang perang dunia

pertama dan menggunakan komunikasi modern. Lalu studi dilanjutkan oleh Paul Lazasfeld yang

tujuannya adalah untuk menyamakan pikiran konsumen. Studi tersebut menyimpulkan bahwa

efek utama dari media massa dalam kampanye politik adalah untuk memperkuat sikap politik

yang sudah ada. Komunikasi massa juga mempunyai fungus antara dan melalui perhubungan

factor dan pengaruh mediasi.

Konsumen diasumsikan memberikan komentar menurut pandangan sendiri sehingga analisis

media tidak dianggap penting. Media juga dianggap sebagai kanal karena memilih pesan yang

paling konsisten. Selain tanggapan masyarakat (konsumen), wartawan adalah sumber lain dari

media.

Efek nol mediayakni menyatakan bahwa media massa memberikan representasi yang adil

mengenai realitas. Efek ini juga mempelajari bahwa konten media bebas dari distorsi, Karena

semakin konten media memuat siaran distorsi, makan akan mengurangi konsumen dan

merugikan pemilik media. Model nol dan model terbatas tidak terpengaruhi dengan teori distorsi

ini. Karena control media terletak pada pemirsa atau konsumen.

Peneliti komunikasi mulai mengatasi beberapa masalah dalam konten media diantaranya adalah

banyak media yang gagal menjelaskan liputan 1 berita di tempat yang sama namun hasilnya

berbeda.

Peran Aktif Untuk Media: Media Sebagai Peserta

Penampilan di televisi atau media akan sangat berbeda dengan realita seperti acara parade

MacArthur pada tahun 1951 yang dianalisis oleh Kurt & Gladys Lang pada tahun 1971.

Manipulasi Realitas

Isi media didasarkan pada apa yang terjadi secara psikologis dan media punya logika struktur

berdasarkan elemen psikologis tersebut. Acara media banyak dimanipulasi terutama beberapa

acara yang ditayangkan untuk acara prime time. Media juga terkadang memaksakan logikanya

lewat stereotype yang diselipkan di tiap siarannya.

Visual & Manipulasi Verbal

Penelitian utama terarah pada konten verbal (teks), bukan kepada gambar, karena konsumen

berasumsi bahwa teks lebih banyak memberikan manipulasi dibanding dengan gambar yang

menunjukan realitas. Ada beberapa penelitian yang juga menyatakan bahwa film dan tv susah

dipelajari dan dianggap kurang serius karena kamera dapat memanipulasi persepsi dibandingkan

dengan tulisan

Aghni Fajar Pratiwi

01312143508

Judul Buku : Mediating the Message: Theories of Influence of Mass Media Content

Judul Chapter : Beyond Processes and Effects

Halaman : 9-20

Pengarang : Pamela Shoemaker & Stephen Reese

Penerbit : Longman Publishing Group

Tahun Terbit : 2008

FOKUS PENELITIAN PADA KOMUNIKASI

Level analisis dalam penelitian komunikasi dapat dimulai dari pembentukan kesatuan micro ke

macro atau dari yang terkecil ke yang lebih besar. Sebuah studi microlevel menguji komunikasi

sebagai sebuah aktivitas dan mempengaruhi setiap orang. Selain untuk kontrol satu sama lain,

komunikasi juga berperan sebagai jaringan social, organisasi, dan kebudayaan. Kejadian yg

terjadi di level rendah bahkan untuk lingkup yang besar di tentukan dari apa yang terjadi di level

atasnya.

Apa yang dipelajari?

Salah satu kutipan tentang proses komunikasi yang cukup populer adalah dari Harold Lasswell

(1948):

Apa, berbicara apa, melewati channel apa, untuk siapa dan menimbulkan efek apa.

Komunikasi masa telah menguji element diatas. Tapi dari semua itu intinya adalah, audience dan

efek.

Studi utama pada komunikasi

Dalam isi media. Lowery dan DeFleur mengidentifikasi hanya ada tiga hal yang menonjol dari

isi media. Yang paling terkenal, Frederic Wertham’s The Seduction of the Innocent (1954) yang

menyebabkan keributan besar di public dengan sesuatu yang berhubungan dengan sexual dan

kekerasan dalam sebuah komik yang dapat membawa efek negative bagi pembaca.

Kebanyakan dari studi “Milestone” jatuh kepada “untuk siapa”. Yang pertama, The Payn Fund

Studies of 1993. Tujuan dari pembelajaran ini termasuk ukuran isi film, sasaran audience, dengan

objek utama bagaimana sebuah film mempengaruhi anak anak. Penulis menyimpulkan bahwa

sejumlah faktor individu dan situasional memediasi efek film.

Seperti penelitian yang dilakukan oleh tentara Amerika dengan psikologis Carl Hovland selama

perang dunia ke II, komunikasi secara sistematis mengadung bermacam macam isi yang bersifat

persuasive.

studi akhir dalam matriks (McCombs & Shaw, 1972) kami memeriksa pengaturan agenda media.

para peneliti menemukan bahwa Chapel Hill, North Carolina, warga dianggap isu yang penting

sejauh bahwa media menekankan isu-isu tersebut, dengan kata lain, media ditemukan memiliki

dampak kognitif yang berpotensi persuasif dengan menekankan agenda isu yang memberitahu

orang apa yang tidak berpikir, tapi apa yang harus dipikirkan. meskipun individu secara spesifik

diwawancarai untuk penelitian ini, tanggapan mereka digabungkan; isu-isu penting peringkat

oleh masyarakat Chapel Hill sesuai dengan yang ditekankan oleh media yang tersedia bagi

mereka.

dengan memetakan studi ini, yang diidentifikasi oleh para ahli komunikasi sebagai sesuatu yang

ditekankan, kita dapat melihat dengan jelas bahwa tekanan dari penelitian komunikasi telah

menuju individu atau mikro, tingkat dan arah dari fokus penonton dan efek pada penonton itu.

bila konten telah dipelajari itu biasanya berada untuk membuat kesimpulan tentang efek

potensial dari orang-orang, organisasi, dan masyarakat yang memproduksinya.

sebelum membahas alasan untuk ketidakseimbangan ini, kami menggunakan dua contoh terakhir

untuk membuat titik kita dengan cara lain. sebagian besar mahasiswa telah memiliki banyak

pengalaman dalam belajar dari buku teks yang menyampaikan kebijaksanaan umum lapangan

dengan merangkum segudang studi. buku tersebut harus sesuai dengan apa yang profesor yang

mengajar di lapangan mempertimbangkan norma pendekatan dominan paradigma. kita bisa,

karena itu mendapatkan membaca cepat pada bagaimana lapangan telah dikembangkan dengan

berkonsultasi buku teks populer, dua dalam teori komunikasi yang dapat dianggap khas Massa

Teori Komunikasi dan Penelitian dan massa Proses media dan efek

kedua teks dimulai dengan bab tentang sifat teori dan penelitian secara umum dan kemudian

mengabdikan sebagian besar ruang yang tersisa untuk penonton dan efek penelitian. tan

mengabdikan bagian untuk komunikasi dan persuasi efek, penonton dan perlu sosialisasi, dan

media dan perubahan sosial (yang terakhir ini mendekati tingkat macroanalysis). hanya 6 persen

dari komunikator sampul buku dan lingkungannya. jeffres, sebagai nama bukunya menunjukkan,

mencurahkan singa berbagi ruang untuk penelitian efek bab masing-masing pada efek sosial,

politik, ekonomi, dan budaya. satu bab mencakup penonton, dan konten lain, tapi jauh dari yang

terakhir ini mengabdikan persepsi penonton konten media. sekitar 15 persen dari buku terdiri

dari informasi tentang industri media, orang, dan organisasi.

WHY THE TRADITIONAL FOCUS?

Fokus teori komunikasi yang berlaku secara tradisional adalah ditujukan untuk siapa dan

apa dampaknya.

Konteks Ilmu Sosial

Jurnalisme dan ilmu sosial adalah kumpulan sistem informasi. Keduanya tak akan bisa

dipahami secara terpisah dari dari budaya yang menciptakan dan mendukungnya. Jurnalisme dan

ilmu sosial memiliki rutinitas seperti kebiasaan yang teratur dan prosedur.

Paradigma juga turut memengaruhi hal ini, karena paradigma merupakan cara

menggambarkan realita berdasarkan asumsi luas mengenai bagaimana untuk mengumpulkan dan

menafsirkan informasi. Paradigma berdasarkan kepercayaan dan harapan saat ini, dan hasilnya ,

kita cenderung menggunakannya sebagai pembenaran. Kita kehilangan penglihatan akan fakta

bahwa kepercayaan dan harapan – dan oleh karenanya paradigma tidak hanya mengubah waktu

tapi juga lingkungan budaya.

Fokus pada Individual

Menjunjung tinggi individualisme ifpada kelompok merupakan norma sosial dan sudah

menjadi kebiasaan di Amerika. Terlalu bergantung pada orang lain sangat tidak disarankankan di

Amerika, karena orang yang bergantung dianggap lemah, dan secara psikologi tidak

berkembang. Orang yang berdiri sendiri lebih dihargai daripada anggota sebuah organisasi.

Bahkan, keseragaman memiliki kencederungan negatif di sini. Hal itu juga berlaku sama pada

sistem politiknya, liberalisme. Tidak begitu jauh dengan politik, kebiasaan liberalisme juga

terlihat jelas pada ekonominya. Sebagai salah satu contoh, banyak perusahaan mobil yang sedang

berusaha menananmkan nilai “freedom of transportation” dengan menekan lebih banyak jalur

lalu lintas, yang itu berarti permintaan mobil semakin tinggi.

Individualisme sebagai Metodologi

Teknik yang digunakan untuk menganalisi data di Amerika, sering berdasarkan survei

dari responden secara individual. Mereka mengamati dengan sejumlah kecil orang yang

mewakili dari jumlah keseluruhan di suatu lingkungan, jadi hasil dari pengamatan tersebut

adalah kesimpulannya. Tapi di sisi lain, C. Wright Mills berpendapat bahwa kita tidak bisa

memahami struktur sosial yang lebih luas hanya berdasarkan data individu.

Individualisme sebagai Teori

Teori metodologi telah mendorong perkembangan teori ini sendiri yang menjadi lebih

rumit. Hal itu disebabkan perilaku individu yang pada umumnya memiliki banyak sebab.

Konsep androgini, pertanda adanya sifat laki-laki dan perempuan pada kepribadian

individu, dan hal tersebut diasumsikan untuk menentukan standard kesehatan psikologi. Edward

Sampson (1977, p. 772) mengatakan budaya ketergantungan tidak akan mendorong kemampuan

diri tapi justru akan memisahkan dengan orang lain di sekitarnya. Budaya ketergantungan akan

lebih bernilai pada seseorang yang mengetahui batas penerapannya, khususnya untuk meraih

tujuan dalam hidupnya sebagai manusia.

Pada bidang studi terkemuka lainnya, konsistensi kognitif, individu dikatakan untuk

berjuang agar menjaga pikiran dan perilaku mereka tetap konsisten, dan ketidakmampuan untuk

menerapkan hasilnya pada ketegangan yang membuat tidak nyaman, atau disonansi (Festinger,

1957). Tidak menutup kemungkinan, menjalani tujuan yang tidak diinginkan dapat menimbulkan

disonansi, yang bisa dikurangi dengan mengubah persepsi seseorang akan tujuan tersebut

(Aronson & Mills, 1959).

Suatu penelitian, ada penemuan di mana banyak orang merespon lebih agresif saat

mereka sedang frustasi, khususnya jika frustasi tersebut dilihat sebagai kesewenangan (Pastore,

1952; Berkowitz, 1962).

Albert Pepitone (1976) mengatakan bahwa orang yang memiliki sasaran akan disonan,

kemungkinan akan memperlihatkan norma budaya berbagi (dalam etika Protestan, pencarian

tujuan yang berharga menuntut kerja keras dan pengorbanan) atau sifat agresif tersebut dianggap

sebagai respon terhadap suatu pelanggaran, etika pelanggaran dari suatu norma budaya.Budaya

yang berfokus pada individualisme mewarnai cara penelitian yang dilakukan pada budaya

tersebut, dan kita harus berhati-hati akan keberagaman tersebut guna mencegah kekeliruan yang

biasa terjadi. Kita harus memahami bahwa karena kita bisa dan mampu menilai perilaku

individu, maka kita tidak bisa menyimpulkan bahwa faktor individu merupakan satu-satunya

penyebab dari suatu perilaku.

Fokus pada Audiens dan Dampak

Seperti yang telah kita ketahui, fokus dominan secara tradisional lebih terletak pada

proses dan dampak dari konten komunikasi yang digunakan oleh audiens, daripada organisasi,

institusi dan akar budaya dari konten tersebut.

Kekeliruan Ilmu Sosial

Penelitian komunikasi massa berbagi dengan penelitian ilmu sosial lainnya mengenai

luasnya atau jangkauan yang mana telah gagal untuk menguji secara kritis sistem yang

dikembangkan. Inti pada konteks ini adalah, orang-orang lebih cenderung untuk mengukur atau

menilai, menganalisis, dan mengevaluasi proses dari sistem yang digunakan saat ini, daripada

menyelidiki kemungkinan alternatif lain, baik pada bidang politik maupun ekonomi.

Awal Perlindungan Institusi

Kemunculan kerjasama gabungan akademik membuat peneliti akademisi terlalu

bergantung pada pembiayaan dalam jumlah besar. Ketergantungan pada keuangan datang dari

luar institusi itu, Lynd berpendapat untuk mendorong para peneliti dalam dukungan sementara

akan sistem penentuan sebuah masalah. Masalah tersebut, dengan kata lain, perhatian utama

akan organisasi media besar berfokus pada apa yang telah dilakukan audiens terhadap produk

media tersebut.

Pemerintah juga menginginkan informasi mengenai dampak media. Mereka

menggunakan media untuk melancarkan strategi politik dan tujuannua. Contohnya pada saat

mendoktrin tentara Amerika pentingnya ikut berperang pada zaman Perang Dunia II.

Kaitannya dengan Masa Kini

Banyak institusi media yang melanjutkan untuk menyediakan tunjangan bagi para pelajar

untuk mengadakan penelitian, dan banyak ahli media menyediakan pertukaran antarsekolah dan

universitas.

Namun tidak sedikit siswa yang tidak mempermasalahkan akan keadaan bahwa penelitian

yang tidak mendapat tunjangan tidak boleh diusulkan untuk mengajukan bantuan, sehingga

mereka membiayai sendiri. Mereka menunjukkan bahwa bekerja pada penerapan masalah bisa

menghasilkan hasil yang menakjubkan dari nilai teori umum. Sikap tersebut bertumpu pada

sudut pandang positivist, yaitu oleh ilmuwan tentang perilaku, yang berpendapat bahwa teori

perilaku bisa dikembangkan mirip seperti kekuatan pada ilmu fisika. Maksudnya adalah ketika

seseorang mengetahui semua karakteristik yang berhubungan dengan aksi suatu benda, maka ia

akan mampu memprediksi bagaimana benda tersebut akan beraksi setiap waktu. Berkaitan

dengan hal itu, beberapa ilmuwan sosial menyarankan, dengan waktu yang cukup, perilaku

manusia dengan cara yang sama bisa diprediksi.

Ana Marissa Farhani

01312143504

Judul Buku : “Media Ethics – Issues and Cases”

Judul Chapter : “Influences on content from Individual Media Workers”

Pengaruh Pada Isi dari Pekerja Media Individu

Halaman : 53- 84

Pengarang : Philip Patterson dan Lee Wilkins

Penerbit : MC Graw Hill Higher Education

Tahun Terbit : 2008

Banyak orang tidak suka dengan media massa. Konservatif menuduh media berkonsentrasi pada

kenegatif berita yang mengekspresikan bias liberal. film dan televisi menayangkan terlalu

banyak seks / kekerasan dan alur cerita yang tidak cukup signifikan. Dan banyak orang

menyalahkan konten media , tepat di tangan pekerja komunikasi seperti jurnalisme, pembuat

film, fotografer, iklan dan praktisi masyarakat.

Kita membahas pengaruh potensial pada konten media massa dari faktor-faktor yang intrinsik

pada pekerja komunikasi: pertama kita melihat karakteristik komunikator dan pada latar

belakang pribadi dan profesional untuk melihat “bagaimana”, misalnya, pendidikan wartawan

dapat mempengaruhi kisah mereka. kedua, kami mempertimbangkan pengaruh dari sikap pribadi

komunikator, nilai-nilai, dan keyakinan - bahwa komunikator memegang sebagai akibat dari

latar belakang atau pengalaman pribadi, misalnya, sikap politik atau keyakinan agama. ketiga,

kami menyelidiki orientasi proffesional dan konsepsi peran komunikator memegang setidaknya

sebagian sebagai fungsi untuk pekerjaan mereka, misalnya, apakah jurnalis menganggap dirinya

sebagai pemancar netral acara atau peserta aktif dalam mengembangkan cerita.

pada akhir abad kesembilan belas, bagaimanapun, wartawan Amerika memiliki lebih banyak

kesamaan dengan elit korporasi dibandingkan dengan kelas pekerja. ketika hart (1976)

mempelajari latar belakang dari 137 editor surat kabar antara 1875 dan 1900, ia menemukan

bahwa mereka tidak memiliki banyak kesamaan dengan imigran miskin atau bahkan dengan

kebanyakan orang Amerika. Mulai dari magang di percetakan dan bekerja dengan cara mereka

hingga menjadi pemilik surat kabar. editor abad kesembilan belas muda lebih mungkin berasal

dari keluarga elit di mana ayah berhasil dalam bisnis. editor muda umumnya memulai karier

jurnalisme sebagai reporter dan kurang mungkin dibandingkan pendahulu mereka untuk membeli

saham mayoritas di surat kabar mereka bekerja.

Evolusi Karir Komunikasi

jurnalisme selalu menjadi relatif karir untuk mendapatkan into- tidak ada lisensi atau tes yang

diperlukan, Anda bahkan tidak perlu gelar sarjana dalam jurnalisme. karena kebanyakan orang

berpikir bahwa mereka bisa menulis (apakah mereka bisa atau tidak), mereka sering berpikir

bahwa mereka akan menjadit wartawan yang baik.

kemudaan dikaitkan dengan kegembiraan, dan perasaan senang, dan penemuan membuat

wartawan yang baik. kadang-kadang wartawan hanya bosan dan dibakar oleh sifat yang berulang

dari pekerjaan (bukan cerita pemilu lain tentang pasangan yang mendukung kandidat!) atau

dengan sinisme yang sering menyertai peran wartawan. Beberapa wartawan meninggalkan

pekerjaan pengumpulan berita mereka untuk bekerja sebagai penulis dan produser televisi.

Pendidikan Komunikator

Aspek lain dari komunikator latar belakang adalah jumlah dan jenis pendidikan yang mereka

miliki. departemen komunikasi telah berkembang di perguruan tinggi di bawah sejumlah nama-

jurnalisme yang berbeda, komunikasi massa, film televisi radio, pidato, iklan, seni komunikasi,

dan ilmu komunikasi. hari ini mayoritas profesional media memiliki gelar komunikasi,

sedangkan sebelumnya mereka datang terutama dari Inggris, menulis kreatif, ilmu politik, studi

Amerika, atau disiplin ilmu lainnya. menulis bahwa wartawan yang baik harus "tahu lebih sedikit

tentang banyak hal, mulai dari matematika untuk kebijakan luar negeri, dari politik pengadilan

sejarah seni. mereka harus peduli tentang banyak hal. departemen komunikasi massa yang paling

diselenggarakan menurut media, di editorial berita, majalah, siaran, foto jurnalistik, public

relations, atau iklan . mahasiswa mengambil sedikit kursus yang sama, berkonsentrasi pada

perolehan pengetahuan khusus dari urutan mereka.

Hari ini, sebagian besar profesional media memiliki gelar komunikasi, sedangkan sebelumnya

mereka datang terutama dari Inggris, menulis kreatif, ilmu politik, studi Amerika, atau disiplin

ilmu lainnya (Weaver dan wilhoit, 1986). Tidak semua orang-orang media menghargai

pendidikan jurnalistik, bagaimanapun, CBS penulis / editor Charles Kuraltmengatakan bahwa ia

lebih suka menyewa studi pascasarjana Amerika dari seseorang dari sekolah jurnalisme.

Perubahan dari lulusan komunikasi dalam manajemen selama beberapa dekade dapat

menjelaskan peningkatan komunikasi karyawan pascasarjana.Dalam penilaiannya dari

"contoh sekolah jurnalistik" Footlick (1988) menulis bahwa jurnalis handal harus

tahu lebih tentang banyak hal, mulai dari matematika untuk kebijakan luar negeri, dari politik

pengadilan sejarah seni. Mereka harus peduli tentang banyak hal. Mereka harus mampu belajar

dengan cepat . Mereka harus menulis dengan baik, dan menghargai kemampuan itu. Untuk

sebagian besar profesional, sekolah jurnalisme teladan adalah orang-orang yang memberikan

siswa kesempatan terbaik untuk mulai menguasai sifat-sifat yang mendasar.

Efek dari Latar Belakang Profesional Media pada Konten MediaMasih ada kecenderungan untuk

latar belakang untuk mempengaruhi bagaimana kita melihat dunia. Keluarga kami, sekolah kami,

dan semua pengalaman hidup kita membentuk prioritas kita, harapan, dan impian. Ini tidak

berbeda proses untuk para profesional komunikasi daripada bagi pekerja konstruksi, dokter, atau

pekerja sosial.tetapi seberapa kuat adalah pengaruh seperti itu? Weaver dan wilhoit mengatakan

bahwa efekdari wartawan demografi pada nilai-nilai berita dan konten mungkin kecil, mengingat

pentingnya rutinitas organisasi dan kendala (1986, hal.25). Oleh karena itu, ada

kemungkinanbahwa peningkatan jumlah perempuan dan minoritas dalam media massa tidak

akan menimbulkan perubahan yang signifikan dalam konten media, pendidikan, sosialisasi, dan

kendala organisasi dapat meniadakan perbedaan yang paling individual antara komunikator. Ini

adalah pertanyaan empiral, bagaimanapun, dan dapat diatasi dengan penelitian. Seperti dalam

semua karir, populasi profesional komunikasi dipilih sendiri-Anda "relawan" untuk

menjadi seorang jurnalis; Anda tidak disusun-dan orang-orang yang memilih karir yang sama

cenderung memiliki karakteristik yang sama. Hess (981, p.124) mengatakan bahwa ada

"tipe kepribadian" dalam jurnalisme tentang wartawan kepribadian "mungkin

bidang yang paling menjanjikan dari studi untuk menjelaskan mengapa berita seperti itu."

Dia mengatakan bahwa wartawan seperti abstraksi kegembiraan dan tidak suka. Cinta mereka

untuk kegembiraan membuat mereka lebih memilih menutupi Senat daripada rumah Perwakilan

danpolitik ketimbang manajemen.

SIKAP PRIBADI, NILAI, DAN KEPERCAYAAN

Tuduhan bahwa komunikator massa secara politik liberal, Antiagama, dan tidak seperti

"kebanyakan orang Amerika" telah umum dalam beberapa tahun terakhir.

Kepedulian dengankomunikator massa sikap dan nilai-nilai yang didasarkan pada asumsi bahwa

sikap seorang jurnalis mempengaruhi cerita nya.

NILAI PRIBADI DAN KEPERCAYAAN

Wartawan AS (dan banyak orang Amerika lainnya) umumnya memegang apa yang disebut

"ibu" nilai-mereka mendukung keluarga, cinta, persahabatan, dan kemakmuran

ekonomi; mereka menentang kebencian, prasangka, dan perang (Gans, 1979, hal. 42). Selain

nilai-nilai dasar ini berurusan dengan kebaikan manusia (atau kurangnya itu), wartawan juga

memegangnilai-nilai yang lebih khas dari gerakan progresif Amerika dari awal abad twentleth

(Gans, 1979). Demokrasi altruistik adalah label Gans digunakan untuk menunjukkan sebagian

besar wartawan keyakinan bahwa berita harus "mengikuti kursus berdasarkan kepentingan

publik dan pelayanan publik" (1979, hal.43). Nilai ini menggarisbawahi cerita tentang

politisi korup dan lain-lain yang menyimpang dari suatu ideal demokrasi tak tertulis, limbah

pemerintah, dan kegagalanKapitalisme yang bertanggung jawab adalah apa yang kebanyakan

wartawan mengharapkan orang bisnis persaingan praktek-wajar tanpa keuntungan terlalu tinggi

atau eksplorasi pekerja, dan menghormati usaha kecil dan-familiy yang dimiliki.Kota kecil

pastoralism adalah ideal jurnalistik, yang mewakili daerah pedesaan dan kota-kota kecil sebagai

pusat kebajikan, keahlian, dan hubungan sosial. Cerita tentang daerah perkotaanmenekankan

kejahatan, riuh kecepatan, kerusuhan rasial, masalah ekonomi, dan ancaman terhadap

lingkungan.Individualisme dihargai oleh wartawan, yang mengisi cerita fitur dengan

"individualis kasar" - orang yang bekerja untuk kebaikan masyarakat, tetapi dengan

cara mereka sendiri. Individu adalah pahlawan yang menang meskipun menaklukkan rintangan.

Nilai ini juga berlaku untuk cerita tentang teknologi dan organisasi besar yang merampok orang

individualisme mereka.

Moderatism bertindak sebagai memeriksa individualisme yang berlebihan -pahlawan tidak harus

melanggar hukum atau norma-norma yang ada. Fanatisme apapun diperlakukan

sebagaitersangka, seperti konsumsi dan ideologi politik yang sungguh-sungguh.Tatanan sosial

dinilai tinggi oleh wartawan, memimpin mereka untuk memasukkan banyak cerita tentang

kerusuhan dan ancaman terhadap pembentukan. Dengan menunjukkan contoh di mana orang

bertindak bertentangan dengan nilai-nilai sosial yang didirikan, wartawan membantu

menentukan apa yang perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima.Kepemimpinan juga

dihargai oleh wartawan, karena kepemimpinan yang diperlukan untuk penanganan sosial.

SIKAP POLITIK PRIBADI

Kebijaksanaan populer pada awal 1980-an menyatakan bahwa wartawan terutama liberal. Apa

yang ada di balik orientasi politik mereka? Kita telah membahas fakta bahwa wartawan

cenderung lebih berpendidikan daripada rata-rata Amerika- yang berbeda yang telah dikaitkan

dengan tuduhan bahwa wartawan lebih politis daripada kebanyakan orang Amerika liberal

(Organ, 1985). Pendidikan tinggi tidak selalu terikat dengan liberalisme. Sedangkan mahasiswa

tahun 1960-an dan awal 1970-an telah menunjukkan kecenderungan untuk menjadi lebih

konservatif.Apakah benar atau tidak, banyak orang bertahan dalam persepsi mereka tentang

wartawan yang secara politik lebih liberal daripada populasi umum, dan jurnalis tidak kebal

terhadap hal ini: dalam studinya tentang "elit" persatuan pers Washington, Hess

(1981) menemukan bahwa, meskipun wartawan washington juga melihat berita yang memiliki

bias liberal, mereka menilai diri mereka lebih konservatif dibandingkan gambar ini (hal.115).

Hess menyebutkan bahwa wartawan elit washington lebih apolitis dari tekan kritikus.

ORIENTASI KEPERCAYAAN PERSONAL

Terkait erat dengan argumen tentang orientasi politik wartawan adalah sejauh mana

wartawanatau menentang Kristen, Yahudi, atau agama lainnya. Olasky (1988) mengatakan

bahwa, meskipun wartawan itu kristen sampai pertengahan 1800-an, wartawan modern telah

"dipengaruhi humanisme anti-kristen dan panteisme.Lichter, Rothman, dan Lichter (1986)

belajar jurnalisme di sepuluh "elit" organisasi media nasional, menemukan bahwa 20

persen Protestan, sekitar 13 persen adalah Katolik, dan 14 persen Yahudi. Sekitar setengah dari

wartawan elit mengatakan bahwa mereka tidak memilikiafiliasi keagamaan, dan 86 persen

wartawan elit melaporkan bahwa mereka "jarang atau tidakpernah menghadiri acara

keagamaan".ini wartawan elit berubah menjadi jauh lebih sekuler daripada wartawan

secara keseluruhan.

PENGARUH SIKAP PRIBADI, NILAI, DAN KEPERCAYAAN PADA KONTEN

Salah satu dari pertnyaan paling kontroversial yang dihadapi orang-orang yang mempelajari isi

media massa adalah sejauh mana sikap komunikator, nilai-nilai, dan keyakinan mempengaruhi

konten ..Dari uji empiris sejauh mana sikap pribadi komunikator, nilai-nilai, dan keyakinan

mempengaruhi pekerjaan mereka memberikan hasil yang bertentangan:Shoemaker (1984)

menunjukkan bahwa sikap umum tentang minat khusus dan kelompok politik lainnya dapat

mempengaruhi bagaimana kelompok ditutupi oleh media berita. Ia berkorelasi data dari analisis

isi tentang bagaimana pengesahan new york times yang dituutupisebelas kelompok politik

dengan survei dari sikap wartawan AS terhadap kelompok.

PERAN DAN ETIKA PROFESIONAL

kita memperlakukan orientasi kerja terkait secara terpisah dari sikap komunikator pribadi, nilai-

nilai, dan keyakinan, yang terutama dibentuk oleh kekuatan-kekuatan luar off komunikasi masa,

seperti karakteristik pribadi mereka, latar belakang, dan pengalaman.

sebagai wartawan muda membaca koran atau menonton stasiun televisi mereka siaran berita,

mereka belajar banyak tentang norma masyarakat dan bagaimana wartawan menutupi

kontroversi. adalah kandidat yang demokratis dan republik diperlakukan dengan cara yang sama?

nwhat tentang calon partai libertarian atau sosialis? mereka juga belajar dari proces editing, yang

memberikan wartawan baru umpan balik langsung tentang apa yang diterima dalam cerita.

berkembang biak menambahkan bahwa komunikasi langsung dari kebijakan dari editor atau

penerbit manajer jarang. karyawan baru belajar dengan osmosis hal.182 seperti dengan

mendengarkan atasan mereka membahas pross dan kontra dari berbagai berita.

PERAN PROFESIONAL

adalah jurnalisme profesi? jawabannya tergantung pada yang menetapkan kriteria yang Anda

gunakan, salah mendefinisikan profesi sebagai memiliki karakteristik sebagai berikut (Lambeth,

1986 p.82)

1. itu adalah waktu pekerjaan penuh. ini memang benar dari sebagian besar wartawan.

2. praktisi yang sangat cominitted dengan tujuan dari profession.journalists mungkin tidak

cominitted jurnalisme sebagai dokter harus obat

3.entrance ke dan kelanjutan dalam profesi diatur oleh organisasi formal yang telah ditetapkan

standards.there profesional ada otoritas perizinan bagi wartawan, dan meskipun kode ethies dan

standart profesional yang direkomendasikan oleh banyak organisasi jurnalistik.

4.praktisi yang mengaku profesi berikut pendidikan formal resep dan akuisisi badan khusus

knowladge. meskipun sebagian besar wartawan saat ini memiliki pelatihan kolase jurnalistik,

tidak ada gelar jurnalisme atau gelar lain dalam hal ini diperlukan.

5. harus melayani masyarakat. meskipun kritikus menyatakan bahwa aspek bisnis media massa

gerhana peran layanan mereka.

6. anggotanya harus memiliki otonomi tingkat tinggi. walaupun beberapa wartawan memiliki

otonomi lebih dari yang lain, wartawan sebagai kelompok tunduk pada berbagai kendala

organisasi yang mendikte apa yang mereka lakukan dan ketika mereka lakukan.

Kriteria jurnalis profesionla yang cocok dengan sangat baik. meskipun sebagian besar pekerjaan

jurnalisme penuh waktu, setidaknya untuk sementara berkomitmen untuk pekerjaan mereka, dan

melakukan pelayanan bahwa masyarakat bantuan, tidak ada mekanisme untuk menegakkan

standar profesional atau presscribing sekolah formal dan akuisisi tubuh.

tapi perasaan di wartawan tentang profesionalisme mereka mempengaruhi cerita yang mereka

menulis dan mengedit? penenun dan wilhoit menyimpulkan bahwa organisasi media

mengerahkan banyak kontrol birokrasi atas produksi contens media, dan kontrol ini membatasi

pengaruh Journalis individu orientasi profesional.

wartawan netral melihat pekerjaan mereka sebagai mendapatkan informasi kepada masyarakat

dengan cepat, menghindari cerita dengan konten belum diverifikasi, concontrating pada audiance

terluas, dan entertzining audiance tersebut.

penenun dan wilhoit demikian mengidentifikasi tiga konsepsi peran jurnalistik (1986,112-117)

1. fungsi interpretatif

2. fungsi penyebaran

3 fungsi lawan

PERAN ETIKA

keyakinan wartawan tentang apa yang etis dapat mengerahkan lebih berpengaruh terhadap

konten media walaupun jurnalisme secara keseluruhan tidak memiliki kode etik enforseable. ini

memiliki standart diterbitkan yang mengatur bagaimana staf mereka harus beroperasi.

beberapa wartawan mengambil pandangan sederhana terhadap etika, menyamakannya dengan

objektivitas (Merril, 1985) yang lain dapat menyamakan perilaku etis dengan pengungkapan

kebenaran, tetapi kebenaran? definisi kebenaran shif dari waktu ke waktu dan antara sumber.

(christian, rotzoll Dan Fackler, 1987)

beberapa wartawan berlindung dalam apa Tuchman 1972 panggilan "objektivitas sebagai ritual

strategis". merancang satu set penguasa yang, setelah mengikuti memungkinkan wartawan untuk

melindungi dirinya. strategi etika dilembagakan seperti langsung mengutip apa yang orang lain

katakan (entah benar atau tidak) dan menyajikan "kedua sisi" dari sebuah argumen akan dibahas

panjang lebar di bab berikutnya. strategi etika dilembagakan seperti langsung mengutip apa yang

orang lain katakan (entah benar atau tidak) dan menyajikan "kedua sisi" dari sebuah argumen

akan dibahas panjang lebar di bab berikutnya.

dalam analisis akhir namun tidak ada kode etik dapat meresepkan perilaku dalam setiap situasi

yang mungkin. interpretasi standar etika dan keputusan spesifik harus dilakukan oleh wartawan

individul.

EFEK DARI PERAN PROFESIONAL DAN ETIKA PADA KONTEN

itu seens jelas bahwa cara wartawan mendefinisikan pekerjaan mereka akan mempengaruhi

konten yang mereka produce.journalist yang melihat diri mereka sebagai penyebar atau netral

harus menulis rekening yang sangat berbeda dari suatu peristiwa daripada mereka yang melihat

diri mereka sebagai juru bahasa atau peserta.

peran penilaian etis lebih mudah untuk menilai. cuaca keputusan untuk menerbitkan photograp

tertentu didasarkan pada kode etik yang diterbitkan atau keputusan pribadi seseorang. keputusan

memiliki efek nyata terhadap isi media. berkembang biak menunjukkan pada tahun 1964 bahwa

standart etika dapat berbenturan dengan nilai-nilai lain, seperti menghargai kesopanan publik

untuk konvensi dan ketertiban.

Lathifah Arifianti

01312143502

Manarita 3b

LATAR BELAKANG PEKERJA KOMUNIKASI

YANG MEMPENGARUHI KONTEN MEDIA2

Judul Buku : MEDIATING THE MESSAGE. Theories of Influences on Mass Media Content

Judul Chapter : Influences on Content from Individual Media Workers

Halaman : 53-84

Pengarang : Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese

Penerbit : Longman Publishers USA

Tahun Terbit : 1991

Banyak masyarakat tidak puas dengan konten media massa karena menayangkan hal-hal yang

dirasa negative. Masyarakat pun menyalahkan orang-orang dibalik konten media tersebut. Yang

juga, faktor intrinsik dari orang-orang dibalik media (pekerja komunikasi/ komunikator)

berpengaruh terhadap konten media massa yang ditayangkan. Faktor intrinsic tersebut antara

lain:

Karakteristik, pengalaman, dan latar belakang pribadi

Proffesional background dan pengalaman bekerja

Perilaku etika komunikator

Kemampuan berorganisasi

Ideologi/ keyakinan dan pengalaman pribadi komunikator

Konsep peran komunikator pada pribadi mereka; apakah mereka menganggap diri

mereka menjadi penyampai peristiwa atau berperan aktif dalam mengembangkan cerita

Orang-orang yang bagaimanakah yang bisa menjadi pekerja komunikasi?

2 Dibuat sebagai Tugas Akhir untuk UAS Mata Kuliah Formatologi Berita pada Prodi Manajemen Berita, Jurusan Radio-TV, Sekolah Tinggi Multi Media Yogyakarta Tahun 2014 dengan Dosen Pengampu Darmanto.

Karakteristik dan latar belakang komunikator tidak hanya membentuk sikap pribadi

komunikator, nilai-nilai, dan keyakinan, tetapi juga mengarahkan mereka pada pengalaman,

sehingga membentuk mereka menjadi komunikator yang professional dan memiliki etika.

Karakteristik komunikator meliputi jenis kelamin, etnis, dan orientasi seksual. Sedangkan

latar belakang komunikator meliputi pengalaman, pendidikan agama, dan status social

ekonomi keluarga mereka.

Latar belakang cenderung mempengaruhi bagaimana mereka melihat dunia. Selanjutnya,

mempengaruhi mereka untuk memilih konten apa yang akan disajikan, dan bagaimana

menyajikannya. Contoh, pekerja komunikasi wanita kemungkinan/ bisa jadi lebih

menekankan efek gender.

Pengaruh sikap pribadi, nilai-nilai, dan keyakinan tentang konten media massa dirasa

memiliki efek tidak langsung pada konten media massa. Namun, ketika komunikator

memiliki kekuatan lebih atas pesan mereka, dapat menumbuhkan efek pada konten media

yang dihasilkan. Sedangkan, peran profesional dan etika memiliki efek langsung pada

konten media massa.

Peran professional pekerja komunikasi dilihat dari bagaimana mereka menempatkan diri

mereka sebagai pekerja komunikasi. Pekerja komunikasi harus memahami posisinya sebagai

pelayan masyarakat. Hal ini mempengaruhi konten media yang mereka hasilkan. Pekerja

komunikasi yang menempatkan dirinya pada posisi netral akan menghasilkan konten yang

berbeda dari mereka yang berpihak pada satu sisi/ sebagai peserta.

Pada suatu waktu, pekerja social akan berada dalam kebimbangan dalam menayangkan

konten media yang dihasilkan. Mereka akan dihadapkan pada pilihan menayangkan konten

sesuai kebenaran meski melanggar etika, atau mengikuti aturan etika yang terkadang bisa

menjadikan kebenarannya menjadi bias. Masing-masing pilihan tentunya akan

menghasilkan konten media yang berbeda.

Yang juga perlu dipahami oleh para pekerja komunikasi adalah harus memperhatikan:

1. Tanggung jawab

Bertanggungjawab memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui peristiwa yang

menyangkut kepentingan publik

2. Kebebasan pers

Kebebasan pers harus dijaga sebagai hak asasi manusia dalam bermasyarakat.

Disertai dengan kebebasan dan tanggung jawab untuk menggali dan membahas serta

menyampaikan kebenaran.

3. Etika

4. Akurasi dan objektivitas

- Mencakup kebenaran dan objektivitas dalam melaporkan berita; yang

menunjukkan akan peran professional yang berpengalaman.

- Visual yang diberikan harus sesuai dengan audio yang disampaikan, serta sesuai

dengan kebenaran.

- Laporan berita harus berdasarkan fakta, bebas dari opini

- Berada pada posisi netral

5. Fairplay

Menghormati martabat, privasi, hak, dan kesejahteraan narasumber dalam

mengumpulkan data dan menyajikan berita

6. Saling percaya

NUR ZAAKIYAH MUSTAJAB

MANARITA 3B/ 01312143482

Judul Buku : Mediating the Message: Theories of Influence of Mass Media Content

Judul Chapter : Beyond Processes and Effects

Halaman : 9-20

Pengarang : Pamela Shoemaker & Stephen Reese

Penerbit : Longman Publishing Group

Tahun Terbit : 2008

FOKUS PENELITIAN PADA KOMUNIKASI

Level analisis dalam penelitian komunikasi dapat dimulai dari pembentukan kesatuan micro ke

macro atau dari yang terkecil ke yang lebih besar. Sebuah studi microlevel menguji komunikasi

sebagai sebuah aktivitas dan mempengaruhi setiap orang. Selain untuk kontrol satu sama lain,

komunikasi juga berperan sebagai jaringan social, organisasi, dan kebudayaan. Kejadian yg

terjadi di level rendah bahkan untuk lingkup yang besar di tentukan dari apa yang terjadi di level

atasnya.

Apa yang dipelajari?

Salah satu kutipan tentang proses komunikasi yang cukup populer adalah dari Harold Lasswell

(1948):

Apa, berbicara apa, melewati channel apa, untuk siapa dan menimbulkan efek apa.

Komunikasi masa telah menguji element diatas. Tapi dari semua itu intinya adalah, audience dan

efek.

Studi utama pada komunikasi

Dalam isi media. Lowery dan DeFleur mengidentifikasi hanya ada tiga hal yang menonjol dari

isi media. Yang paling terkenal, Frederic Wertham’s The Seduction of the Innocent (1954) yang

menyebabkan keributan besar di public dengan sesuatu yang berhubungan dengan sexual dan

kekerasan dalam sebuah komik yang dapat membawa efek negative bagi pembaca.

Kebanyakan dari studi “Milestone” jatuh kepada “untuk siapa”. Yang pertama, The Payn Fund

Studies of 1993. Tujuan dari pembelajaran ini termasuk ukuran isi film, sasaran audience, dengan

objek utama bagaimana sebuah film mempengaruhi anak anak. Penulis menyimpulkan bahwa

sejumlah faktor individu dan situasional memediasi efek film.

Seperti penelitian yang dilakukan oleh tentara Amerika dengan psikologis Carl Hovland selama

perang dunia ke II, komunikasi secara sistematis mengadung bermacam macam isi yang bersifat

persuasive.

studi akhir dalam matriks (McCombs & Shaw, 1972) kami memeriksa pengaturan agenda media.

para peneliti menemukan bahwa Chapel Hill, North Carolina, warga dianggap isu yang penting

sejauh bahwa media menekankan isu-isu tersebut, dengan kata lain, media ditemukan memiliki

dampak kognitif yang berpotensi persuasif dengan menekankan agenda isu yang memberitahu

orang apa yang tidak berpikir, tapi apa yang harus dipikirkan. meskipun individu secara spesifik

diwawancarai untuk penelitian ini, tanggapan mereka digabungkan; isu-isu penting peringkat

oleh masyarakat Chapel Hill sesuai dengan yang ditekankan oleh media yang tersedia bagi

mereka.

dengan memetakan studi ini, yang diidentifikasi oleh para ahli komunikasi sebagai sesuatu yang

ditekankan, kita dapat melihat dengan jelas bahwa tekanan dari penelitian komunikasi telah

menuju individu atau mikro, tingkat dan arah dari fokus penonton dan efek pada penonton itu.

bila konten telah dipelajari itu biasanya berada untuk membuat kesimpulan tentang efek

potensial dari orang-orang, organisasi, dan masyarakat yang memproduksinya.

sebelum membahas alasan untuk ketidakseimbangan ini, kami menggunakan dua contoh terakhir

untuk membuat titik kita dengan cara lain. sebagian besar mahasiswa telah memiliki banyak

pengalaman dalam belajar dari buku teks yang menyampaikan kebijaksanaan umum lapangan

dengan merangkum segudang studi. buku tersebut harus sesuai dengan apa yang profesor yang

mengajar di lapangan mempertimbangkan norma pendekatan dominan paradigma. kita bisa,

karena itu mendapatkan membaca cepat pada bagaimana lapangan telah dikembangkan dengan

berkonsultasi buku teks populer, dua dalam teori komunikasi yang dapat dianggap khas Massa

Teori Komunikasi dan Penelitian dan massa Proses media dan efek

kedua teks dimulai dengan bab tentang sifat teori dan penelitian secara umum dan kemudian

mengabdikan sebagian besar ruang yang tersisa untuk penonton dan efek penelitian. tan

mengabdikan bagian untuk komunikasi dan persuasi efek, penonton dan perlu sosialisasi, dan

media dan perubahan sosial (yang terakhir ini mendekati tingkat macroanalysis). hanya 6 persen

dari komunikator sampul buku dan lingkungannya. jeffres, sebagai nama bukunya menunjukkan,

mencurahkan singa berbagi ruang untuk penelitian efek bab masing-masing pada efek sosial,

politik, ekonomi, dan budaya. satu bab mencakup penonton, dan konten lain, tapi jauh dari yang

terakhir ini mengabdikan persepsi penonton konten media. sekitar 15 persen dari buku terdiri

dari informasi tentang industri media, orang, dan organisasi.

WHY THE TRADITIONAL FOCUS?

Fokus teori komunikasi yang berlaku secara tradisional adalah ditujukan untuk siapa dan

apa dampaknya.

Konteks Ilmu Sosial

Jurnalisme dan ilmu sosial adalah kumpulan sistem informasi. Keduanya tak akan bisa

dipahami secara terpisah dari dari budaya yang menciptakan dan mendukungnya. Jurnalisme dan

ilmu sosial memiliki rutinitas seperti kebiasaan yang teratur dan prosedur.

Paradigma juga turut memengaruhi hal ini, karena paradigma merupakan cara

menggambarkan realita berdasarkan asumsi luas mengenai bagaimana untuk mengumpulkan dan

menafsirkan informasi. Paradigma berdasarkan kepercayaan dan harapan saat ini, dan hasilnya ,

kita cenderung menggunakannya sebagai pembenaran. Kita kehilangan penglihatan akan fakta

bahwa kepercayaan dan harapan – dan oleh karenanya paradigma tidak hanya mengubah waktu

tapi juga lingkungan budaya.

Fokus pada Individual

Menjunjung tinggi individualisme ifpada kelompok merupakan norma sosial dan sudah

menjadi kebiasaan di Amerika. Terlalu bergantung pada orang lain sangat tidak disarankankan di

Amerika, karena orang yang bergantung dianggap lemah, dan secara psikologi tidak

berkembang. Orang yang berdiri sendiri lebih dihargai daripada anggota sebuah organisasi.

Bahkan, keseragaman memiliki kencederungan negatif di sini. Hal itu juga berlaku sama pada

sistem politiknya, liberalisme. Tidak begitu jauh dengan politik, kebiasaan liberalisme juga

terlihat jelas pada ekonominya. Sebagai salah satu contoh, banyak perusahaan mobil yang sedang

berusaha menananmkan nilai “freedom of transportation” dengan menekan lebih banyak jalur

lalu lintas, yang itu berarti permintaan mobil semakin tinggi.

Individualisme sebagai Metodologi

Teknik yang digunakan untuk menganalisi data di Amerika, sering berdasarkan survei

dari responden secara individual. Mereka mengamati dengan sejumlah kecil orang yang

mewakili dari jumlah keseluruhan di suatu lingkungan, jadi hasil dari pengamatan tersebut

adalah kesimpulannya. Tapi di sisi lain, C. Wright Mills berpendapat bahwa kita tidak bisa

memahami struktur sosial yang lebih luas hanya berdasarkan data individu.

Individualisme sebagai Teori

Teori metodologi telah mendorong perkembangan teori ini sendiri yang menjadi lebih

rumit. Hal itu disebabkan perilaku individu yang pada umumnya memiliki banyak sebab.

Konsep androgini, pertanda adanya sifat laki-laki dan perempuan pada kepribadian

individu, dan hal tersebut diasumsikan untuk menentukan standard kesehatan psikologi. Edward

Sampson (1977, p. 772) mengatakan budaya ketergantungan tidak akan mendorong kemampuan

diri tapi justru akan memisahkan dengan orang lain di sekitarnya. Budaya ketergantungan akan

lebih bernilai pada seseorang yang mengetahui batas penerapannya, khususnya untuk meraih

tujuan dalam hidupnya sebagai manusia.

Pada bidang studi terkemuka lainnya, konsistensi kognitif, individu dikatakan untuk

berjuang agar menjaga pikiran dan perilaku mereka tetap konsisten, dan ketidakmampuan untuk

menerapkan hasilnya pada ketegangan yang membuat tidak nyaman, atau disonansi (Festinger,

1957). Tidak menutup kemungkinan, menjalani tujuan yang tidak diinginkan dapat menimbulkan

disonansi, yang bisa dikurangi dengan mengubah persepsi seseorang akan tujuan tersebut

(Aronson & Mills, 1959).

Suatu penelitian, ada penemuan di mana banyak orang merespon lebih agresif saat

mereka sedang frustasi, khususnya jika frustasi tersebut dilihat sebagai kesewenangan (Pastore,

1952; Berkowitz, 1962).

Albert Pepitone (1976) mengatakan bahwa orang yang memiliki sasaran akan disonan,

kemungkinan akan memperlihatkan norma budaya berbagi (dalam etika Protestan, pencarian

tujuan yang berharga menuntut kerja keras dan pengorbanan) atau sifat agresif tersebut dianggap

sebagai respon terhadap suatu pelanggaran, etika pelanggaran dari suatu norma budaya.Budaya

yang berfokus pada individualisme mewarnai cara penelitian yang dilakukan pada budaya

tersebut, dan kita harus berhati-hati akan keberagaman tersebut guna mencegah kekeliruan yang

biasa terjadi. Kita harus memahami bahwa karena kita bisa dan mampu menilai perilaku

individu, maka kita tidak bisa menyimpulkan bahwa faktor individu merupakan satu-satunya

penyebab dari suatu perilaku.

Fokus pada Audiens dan Dampak

Seperti yang telah kita ketahui, fokus dominan secara tradisional lebih terletak pada

proses dan dampak dari konten komunikasi yang digunakan oleh audiens, daripada organisasi,

institusi dan akar budaya dari konten tersebut.

Kekeliruan Ilmu Sosial

Penelitian komunikasi massa berbagi dengan penelitian ilmu sosial lainnya mengenai

luasnya atau jangkauan yang mana telah gagal untuk menguji secara kritis sistem yang

dikembangkan. Inti pada konteks ini adalah, orang-orang lebih cenderung untuk mengukur atau

menilai, menganalisis, dan mengevaluasi proses dari sistem yang digunakan saat ini, daripada

menyelidiki kemungkinan alternatif lain, baik pada bidang politik maupun ekonomi.

Awal Perlindungan Institusi

Kemunculan kerjasama gabungan akademik membuat peneliti akademisi terlalu

bergantung pada pembiayaan dalam jumlah besar. Ketergantungan pada keuangan datang dari

luar institusi itu, Lynd berpendapat untuk mendorong para peneliti dalam dukungan sementara

akan sistem penentuan sebuah masalah. Masalah tersebut, dengan kata lain, perhatian utama

akan organisasi media besar berfokus pada apa yang telah dilakukan audiens terhadap produk

media tersebut.

Pemerintah juga menginginkan informasi mengenai dampak media. Mereka

menggunakan media untuk melancarkan strategi politik dan tujuannua. Contohnya pada saat

mendoktrin tentara Amerika pentingnya ikut berperang pada zaman Perang Dunia II.

Kaitannya dengan Masa Kini

Banyak institusi media yang melanjutkan untuk menyediakan tunjangan bagi para pelajar

untuk mengadakan penelitian, dan banyak ahli media menyediakan pertukaran antarsekolah dan

universitas.

Namun tidak sedikit siswa yang tidak mempermasalahkan akan keadaan bahwa penelitian

yang tidak mendapat tunjangan tidak boleh diusulkan untuk mengajukan bantuan, sehingga

mereka membiayai sendiri. Mereka menunjukkan bahwa bekerja pada penerapan masalah bisa

menghasilkan hasil yang menakjubkan dari nilai teori umum. Sikap tersebut bertumpu pada

sudut pandang positivist, yaitu oleh ilmuwan tentang perilaku, yang berpendapat bahwa teori

perilaku bisa dikembangkan mirip seperti kekuatan pada ilmu fisika. Maksudnya adalah ketika

seseorang mengetahui semua karakteristik yang berhubungan dengan aksi suatu benda, maka ia

akan mampu memprediksi bagaimana benda tersebut akan beraksi setiap waktu. Berkaitan

dengan hal itu, beberapa ilmuwan sosial menyarankan, dengan waktu yang cukup, perilaku

manusia dengan cara yang sama bisa diprediksi.

Ari Jatmika

01312143506

FORMATOLOGI BERITA ( PERSOALAN DUNIA PERIKLANAN )

Judul Buku Media Ethics – Issues and Cases

Judul Chapter Advertising Ethics : From Buyer Beware to Empowerment

Etika Periklanan : Pembeli Harus Berhati-Hati Dalam Pemberdayaan

Pengarang Philip Patterson dan Lee Wilkins

Penerbit MC Graw Hill Higher Education

Tahun Terbit 2008

Dunia periklanan dikenal sudah sejak zaman Yunani Kuno dan mempunyai sejarah yang

panjang. Konten akan menjadi soratan terpenting oleh publik untuk menilai iklan. Oleh karena

itu iklan harus berisikan konten yang jelas dan dapat diterima semua pihak. Hal ini untuk

meminimalisir hal buruk dari sebuah iklan,karena beberapa ahli menyebutkan iklan mempunyai

efek kekutan tersendiri.

Ada 2 teori yaitu teori jarum suntik dan peluru ajaib yang menyebutkan perlu adanya

pembatasan atau etika periklanan yang patut ditaati oleh media dan dunia periklanan,karena

etika akan mengarahkan konsumen untuk tidak bersifat heterogen. Karena dampak dari

permasalahan periklanan ini bisa berakibat fatal pada konsumennya. Iklan tidak hanya menjual

produk, tetapi ide yang terkandung di dalam nya. Oleh karena itu iklan dari tahun ke tahun akan

berbeda. Semua memiliki cara berbeda untuk menjual produk dan idenya melalui iklan.

Terkadang pesan yang di sampaikan oleh iklan bersifat ambigu, Persoalan inilah yang akhirnya

melahirkan banyak kontroversi.

Etika iklan bukan tanpa tujuan karena demi pemberdayaan keuntungan yang maksimal lewat

iklan itu sendiri. Dan sifat iklan yakni singkat, visualnya bagus, dan sengaja dibuat ambigu, akan

tetapi, kita perlu mempelajari dampak dari iklan. Contohnya, iklan tembakau di Amerika

Serikat. anak-anak usia dibawah 18 tahun banyak yang terjangkit kanker. Dampak itu

membuktikan dampak iklan tidak baik, sehingga negara tersebut mendapat posisi pertama di

dunia dalam penderita penyakit kanker. Untuk memahami ajakan (iklan) yaitu dengan Media

seperti jarum suntik atau peluru ajaib karena media akan mengirim pesan yang tidak

bertentangan kepada audience terus-menerus dn para peneliti menyebutnya ”Teori Kekuatan

Efek”. teori ini berawal dari kegegeran pada saat Perang Dunia II, seorang yang bernama Orson

Welles menyiarkannya pada 30 Oktober 1938. Siaran itu sukses membuat propaganda terhadap

Perang Dunia. Tetapi di era 1940-an paham terhadap media berubah, bahwa media memiliki

efek yang kosong dan terbatas. Kekuatan media berdasarkan dalam kognitif (pengetahuan) dan

afektif (emosional) alami.

Pembuat iklan diharapkan bisa mengoperasikan dengan mengikuti kerangka berikut ini :

1. Klien dan masyarakat publik membutuhkan informasi yang memberikan mereka “ alasan

baik untuk mengambil sebuah cara dalam suatu tindakan” ( Koehn 1998, 106). Alasannya tidak

boleh mengadili dan mampu membantu masyarakat mendukung tindakan lainnya.

2. Daripada hanya menghina opini yang sudah ahli, iklan terus-menerus membahasnya jadi

orang-orang itu dapat mengembangkan ketika pilihan sudah ada dan pengetahuannya sudah

tinggi.

3. Iklan seperti berita, dapat membantu perkembangan refleksi sekelompok orang,

termasuk sekelompok konsumen.

4. Iklan harus menjadi peran yang serius dalam suatu budaya di hidup kita. Itu artinya,

bahwa iklan harus benar-benar menggambarkan suara yang beraneka ragam yang terdiri dari

budaya kita.

5. Iklan berbicara untuk peran dalam berorganisasi di dalam kehidupan sehari-hari.

Pertanyaan sejarah dan latar belakang menyampaikan didalamnya, tetapi harus diselesaikan

secara akurat dan ada dalam suatu konteks.

iklan ada dalam media masa yang audiencenya bersifat heterogen, ada hasil iklan itu lucu, dan

mungkin sedikit memalukan, sesaat iklan untuk kontrasepsi. Contoh saja kasus “Camel

Cigarettes” (rokok), iklan ini terkuak dalam dokumen rahasianya, target audience-nya adalah

anak dibawah umur. Pertanyaan sekarang, apakah ada tipe audience yang pasti yang berhak

mendapatkan perlindungan dari pesan sebuah iklan ? Hukum Amerika sudah menjawab

pertanyaan ini pada golongan, terutama dalam kasus anak-anak. Demikianlah, ada angka pada

pembatasan golongan resmi di dalam sebuah iklan yang ditargetkan untuk anak-anak, yaitu

segala program pada sabtu pagi harus menyeleksi pesan dan semua karakteristiknya.

Alasannya, bahwa anak-anak tidak sama seperti orang dewasa yang tidak diharuskan

memenuhi kebutuhan moral dirinya sendiri.

Contoh kasus Daisy Girl yang dihidupkan kembali : “Menggunakan ketakutan sebagai senjata

politik”

ANDREA MILLER

Lousiana State University

Iklan ini menceritakan gadis dengan rambutnya yang keriting ikal mengambil daun bunga aster

(karena itu dijuluki Daisy Girl). Ia memetiknya satu persatu, namun disisi lain ada suara orang

yang menghitung mundur ledakan bom nuklir. Iklan tersebut asli dibuat oleh legendaris

pembuat iklan yaitu Tony Schwartz untuk kampanye presiden Lyndon Johnson melewati

konservasi dengan Barry Goldwater. Pesan tersirat pada iklan tersebut ialah, dukungan untuk

Goldwater. Dalam ketakukan pada perang dingin, iklan ditayangkan sekali sebelum akhirnya

penonton protes memaksa untuk ditarik iklannya. Pada Januari 2001, kelompok lain berusaha

mengagendakan menanamkan kembali benih-benih kekhawatiran. Dan sekarang ada versi baru

dalam “ Daisy Nuke”, iklan yang dibuat menerima untuk memprotes Amerika Serikat yang

tampaknya tidak mendapati jalan keluar perang dengan Irak. Dalam iklan, gadis itu memetik

daun sambil berkata :

Perang dengan Irak, Mungkin akan berakhir dengan cepat, Mungkin saja tidak, Mungkin saja

akan diperlebar, Mungkin juga semakin kacau dengan mengambil alih negara menggunakan

senjata nuklir.

Di dalam versi ke 2 tersebut juga mengahabiskan uang 300.000 dollar dalam iklan koran yang

mendesak Presiden Bush untuk menghindari perang dengan Irak. Eli Pariser selaku direktur

kampanye internasional menjelaskan asosiasi Pers bertujuan bahwa “Daisy 2” mendorong

bahasan nasional. Namun kritik membantah itu, 40 tahun silam, iklan dicampuri dengan isi yang

lebih mengkhawatirkan daripada debat. Karena itu munculah dua jaringan stasiun tv dibagi agar

tidak mengarahkan penyiarannya pada iklan. Dua jaringan itu adalah KNBC TV di Los Angeles

dan WRC-TV di Washington, D.C. Keduanya milik NBC. Pemiliknya merupakan seorang jenderal

listrik. Ia dapat mencairkan pendapat tentang “tidak adanya sambutan” terhadap iklannya. Ia

mengatakan, persoalan lebih kontraversi jika isinya seperti berita yang isi programnya

peristiwa-peristiwa di publik, sehingga lebih adil dan seimbang. Empat dekade setelah iklan

Daisy Girl pertama, Daisy 2 kurang kontraversi dari segi sejarah dan psikologisnya. Berdasarkan

berita 9/11, orang Amerika menjadi takut karena tragedi pesawat yang dibajak menghantam

gedung WTC (Word Trade Center). Karena, ketakutan seseorang terbentuk dari persepsi mereka

terhadap fakta (Jamieson, 1983). Iklan bisa menyebabkan seseorang percaya terhadap realita

dalam scenario yang digambarkan lewat kasus yang lebih buruk.

Analisis :

Perlu ada pengawasan dalam isi iklan itu sendiri. Karena iklan mempunyai efek kekuatan yang

bisa membawa audience nya. Ada kemungkinan persoalan positif dan konsekuensi terburuk

dalam iklan. etika iklan sangat penting karena media akan menyoroti terus-menerus iklan yang

mengandung kontroversi di dalamnya.

RAHMAT PERNANDA

013-12-143-488

Judul buku : Mediating the Massage : Theories of Influences of Mass Media Content

Judul Chapter : Influences on Content from Individual Media Workers

Halaman : 53-84

Pengarang : Pamela Shoemarker & Stephen Reese

Penerbit : Longmas Publishing Group

Tahun terbit :1991

Pengaruh Konten dari Media Pekerja Individu

Banyak orang tidak puas dengan media massa : Konservatif menuduh media

berkonsentrasi pada berita negatif dan mengekspresikan bias liberal . Liberal menuduh media

bersujud kepada presiden konservatif .

Film dan televisi menunjukkan terlalu banyak seks atau kekerasan atau tidak cukup alur

cerita sosial yang signifikan . dan banyak orang menyalahkan untuk konten media tepat di tangan

pekerja komunikasi seperti wartawan , pembuat film , fotografer , dan iklan dan praktisi public

relations .

Pertama, kita melihat karakteristik komunikator dan latar belakang kemudian pribadi

dan profesional untuk melihat bagaimana , misalnya , pendidikan wartawan dapat mempengaruhi

kisah mereka . Kedua, kami mempertimbangkan pengaruh dari komunikator pribadi sikap , nilai-

nilai , dan keyakinan mereka bahwa sikap komunikator individu memegang sebagai akibat dari

latar belakang atau pengalaman pribadi ,

Ketiga , kami menyelidiki orientasi profesional dan konsepsi peran komunikator memegang

setidaknya sebagian sebagai fungsi yang disosialisasikan kepada pekerjaan mereka , misalnya,

apakah jurnalis menganggap diri mereka sebagai pemancar netral peristiwa atau peserta aktif

dalam mengembangkan cerita.

LATAR BELAKANG DAN KARAKTERISTIK

Siswi banyak melatih untuk berkarir di public relations atau adevertising , pekerjaan komunikasi

massa yang tidak termasuk dalam statistik Weaver dan Wilhoit itu . pada kenyataannya , Becker ,

Buah dan Caudill (1987 )

Sebagai peningkatan jumlah mereka , perempuan juga mulai membuat terobosan ke manajemen

media. Karena lebih banyak perempuan bekerja di jurnalisme, perbedaan gaji yang besar diamati

pada tahun 1970 oleh Johnstone adalah penyempitan substansial . Pada tahun 1981 tidak ada

kesenjangan gaji antara pria dan tingkat jurnalis perempuan , meskipun laki-laki masih membuat

lebih dari perempuan pada tingkat lain disparitas sebagian dijelaskan oleh perbedaan dalam

pengalaman. Sayangnya, keberhasilan perempuan dalam jurnalisme belum disertai dengan

keberhasilan serupa minoritas .

Evolusi Karir Komunikasi

Jurnalisme selalu menjadi karir yang relatif mudah untuk masuk ke tidak ada lisensi atau tes

yang diperlukan , Anda bahkan tidak perlu gelar sarjana dalam jurnalisme . omset ini membuat

karir jurnalistik terutama orang muda . kemudaan dikaitkan dengan kegembiraan , dan perasaan

senang dan penemuan membuat seorang wartawan yang baik .

Wartawan yang kehilangan rasa muda mereka kegembiraan atau yang ingin gaji yang lebih

tinggi umumnya keluar dari jurnalisme .

Beberapa wartawan meninggalkan pekerjaan mereka untuk bekerja sebagai penulis dan produser

televisi .

Pendidikan Komunikator

Hari ini , sebagian besar profesional media memiliki gelar komunikasi , sedangkan sebelumnya

mereka datang terutama dari Inggris , penulis kreatif, ilmu politik , studi Amerika , atau disiplin

lain ,

Dalam penilaian dari " sekolah jurnalisme teladan , " Footlick ( 1988) menulis bahwa wartawan

yang baik harus tahu lebih dari sedikit tentang banyak hal , mulai dari matematika untuk

kebijakan luar negeri , dari politik pengadilan sejarah seni

kebanyakan departemen komunikasi massa diselenggarakan menurut media, dalam editorial

berita , majalah , siaran , foto jurnalistik , public relations , atau urutan iklan .

Nilai-nilai dan Keyakinan Pribadi

Wartawan AS ( dan banyak orang Amerika lainnya ) umumnya memegang apa yang disebut "

ibu " nilai-nilai yang mereka mendukung keluarga , cinta , persahabatan , dan kemakmuran

ekonomi , mereka menentang kebencian , prejudies , dan perang ( Organ , 1979)

demokrasi altruistik adalah label Gans digunakan untuk menunjukkan , sebagian besar wartawan

keyakinan bahwa berita harus " mengikuti kursus berdasarkan kepentingan publik dan pelayanan

publik "

Peran Profesional dan Etika

Sebagai jurnalis muda membaca surat kabar mereka bekerja atau menonton stasiun

televisi mereka siaran berita , mereka belajar banyak tentang norma-norma masyarakat dan

bagaimana wartawan menutupi kontroversi

Berkembang biak menambahkan bahwa komunikasi langsung dari kebijakan dari editor atau

penerbit.. Informasi kebijakan dilakukan tidak hanya oleh apa yang eksekutif mengatakan , tetapi

juga oleh apa yang tidak mereka katakan.

Nama : Nayadewi Noorhayu Tanjung

NIM : 01312143499

Prodi : Manarita 3b

POLA KONTEN PADA MEDIA MASSA

Judul Buku : MEDIATING THE MESSAGE: THEORIES OF INFLUENCES ON MEDIA

MASS CONTENT

Judul Chapter : CHAPTER 4 – PATTERNS OF MEDIA CONTENT

Halaman : 38-51

Pengarang : Shoemaker, Pamela J REESE, Stephen D.

Penerbit : Longman Publishing Group

Tahun Terbit : 1996

POLA KONTEN PADA MEDIA MASSA

Kita tidak bisa melihat atau menangkap suatu kalimat dengan pesan yang terlalu banyak

disampaikan. Oleh karenanya setiap media dalam menyamaikan pesan berita harus

menggunakan sesempit sempitnya kalimat serta mudah dipahami. Pada bab ini kita dituntut

untuk memilah serta memilih content apa yang bagus konten yang mudah dimengeti serta

dipahami, dan apa yang bisa menarik khalayak. Pada hal ini juga kita berfokus pada komunikasi

masa yang utamanya media massa modern seperti televise, surat kabar, dan majalah, yang kini

telah menggunakan tekhnologi cangih dan baru. Ketika mulai mempelajarai mengenai konten,

maka kita akan dihadapkan pada konten media secara lebih sistematis karena kita sedang

bebricara tentang memabandingn konten berdasarkan tolok ukur konten dengancara realitas

social lainya. Oleh karenanya pada babs selanjutnya akan dikupas leboh dalam. Pada dasarnya

konten dalam menulis berita ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah :

1. Adanya pola pada content

2. Politik bias pada content televisie

3. Perilaku yang digambarkan melalui media

4. Apa saja yang menyimpang dan seharusnya di media

5. Sumber berita dan topic

6. Pola geografis

7. Pola demografis

selain membahas ketujuh konten yang harus diperhatikan dalam media kita juga di haruskan

memberikan kesimbangan konten dimana ada kekuasaan atau sesuai dengan peta budaya. Selain

itu juga konten media diharapkan mampu memberikan ringkasan mengenai kehidupan social

masyarakat.

1. Adanya Pola Pada Konten Media

Konten pola pada media digunakan sebagai sumber tolok ukur, dimana kita bisa memberikan

acuan, dan penilaian terhadap suatu meida yang ditampilkan. Biasanya khalayaka menilai apa

yang akan mereka lihat? Apa yang akan mereka pelajari? Dari apa yang telah diesdiakan oleh

suatu media. Dalam pola konten media, kita bisa membedakan dari beberapa isi dan rangkaian

media. Bidang-bidang pola media seperti politik bias adalah bidang yang paling banyak diteliti.

2. Politik Bias

Media merupakan alat yang paling bisa terlihat sebagai tolok ukur bagaimana politik

Negara berjalan. Sebagai ukuruan apakah media memperlakukan berbagai pandangan terhadap

politik-politik yang ada. Selain itu media juga lah yang berpartisipasi kuat dalam kampanye

pemilihan presiden. Media sangat penting dalam berperan pada politik, namun seringkali disalah

gunakan demi kepentingan-kepentingan peribadi.

Televise kini telah diterima sebagai media paling kritis dan memperhatikan beberapa

penelitian, mungkin karena pada umumnya bukti empiris menunjukkan sebagian konten berita

yang netral ialah yang denga bukti sedikit telah mendukung hanya kepentingan-kepentingan

pribadi. Itulahh mengapa politik bias pada konten media perlu adanya pembenahan.

3. Perilaku Yang Digambarkan Melalui Media

Semua yang di perlihatkan oleh media tentu akan berdampak pada masyarakat, maka dari itu

media diharapkan memiliki konten yang memiliki contoh perilaku yang memang bisa menjadi

contoh. Seperti hal nya di Amerika, sebagian besar anak-anak di Amerika serikat mengabiskan

banyak waktu untuk menonton televise. Acara yang mereka tonton terkadang luput dari konten

yang mengandung kekerasan.

Dalam program ekstensife George garbner dan koleganya,di Sekolah Annaberg

pennsylasvina komunikais telah menganalisis kekerasan yang ditayangkan oleh media televise

sejak 20 tahun. Mereka menemukan kasus kekerasan yang didefinisikan sebagai ekspresi yang

jelas “ekspresi yang jelas kekuatan fisik” tinggi dan cukup konstan dari tahun ke tahun. 70%

acara utama televise mengandung kekerasan. Media massa saat ini sangat banyak sekali yang

mengandung konten kekerasan, tak cukup dengan kekerasan, masalah sex juga menjadi bagian

dari konten media pada saat ini. Seharusnya pelajaran atau konten pada media massa baik

televise atau pun media lain mengenai sexualitas hanya beberapa jam saja dalam satu minggu.

Supa konten pada media tersebut tetap terjaga.

4. Hal-Hal yang menyimpang pada media massa dan yang seharusnya dilakukan oleh media

massa

Terkadang kita mampu menilai dan tahu mana yang seharusnya di tonton dan dilakukan

adalah dengan mengetahui terlebih dahulu seperti apa yang menyimpang. Seperti halnya pada

media banyak hal hal yang seharusnya dilakukan, namun tidak dilakukan karena banyak nya

penyimpangan. Penyimpangan juga sering terjaidi karena adanya kepentingan-kepentingan

peribadi oleh pemilik media. Sebagai contohnya adalah yang dialami oleh Stanley Cohen pada

tahun 1981 dalam mengahadapi masalah-masalah menyimpang terkadang media di inggris sering

melebih-lebihkan keseriusan berita, seperti kekerasan yang terjadi, kerusakan, dan kerusakan

yang disebabkan.

Sayangnya lebih banyak perhatian untuk para anarkis dan tindak korupsi yang diperhatikan

oleh polisi pengacara dsb. Menurut pendapat Hertoge McLeod televise menangkap gambar dari

garis polisi sehingga saat televise menangkap gambar yang mengandung kekerasan tidaka da

masalah dibuatnya, padahal seharusnya televisie mampu sebagai media yang memiliki konten

berpendidikan dan tidak mengandung ajaraj-ajaran yang kurang baik seperti kekerasan dan

sexualitas yang bertitanya selalu didramatisir.

5. Sumber Berita dan Topik

Sebelum media televise menganalisis membahas konten pada media cetak, beberapa sosiolog

terbaik telah memberikan gambaran-gamabaran umum tentang berita yang baik. Penemuan

berita didominasi oleh pengetahuan.bahkan orang 71% tertarik pada cerita cerita di televise, 76%

pada kolom penting dimajalah atau Koran. Dengan begitu mereka menjadi tahu mengenai

presiden, kandidat presiden, kementrian, dan lain sebagainya. Menurut Gans, sebaiknya amsalah

berita tetap lah tulis secara resmi, meski isi berita tidak resmi harus tetap ditulis secara resmi dan

sopan serta menggunakan bahasa Indonesia yang baik. Selain itu isi konten pada berita dan topic

sebaiknya banyak menyangkut hal hal seperti kejahatan, penculikan, investigasi, skkandal, dan

perayaan hari sacral lainnya.

6. Pola Geografis

Pola geografis mengajak para koresponden diseluruh wilayah untuk ikut serta berpartisipasi

dalam mengolahnya. Sehingga para khalayak masa mampu mendpatkan kedekatan berita secara

geografis. Alasannya karena dengan adanya koresponden yang menyebar maka kedekatan suatu

berita akan semakin memikat masyarakat yang ada didekatnya. Konten media seperti majalah

juga di kategorikan kepada setiap target audience nya dengan begitu pesan yang disampaikan

semakin sampai dan lebih mudah dalam mengklasifikasikannya. Itula mengapa perlu adanya

pola geografis.

Umur juga dianggap kelompok minoritas. Menurut Guns:1979 saat ini media massa lebih

banyak mengkelompokan mana usia paling banyak ketimbang memikirkan perbagian dari

sebuah umur. Perlunya pola geografis untuk mengkategorikan setiap detail khalayaknya.

7. Pola Demografi

Banyak peneliti yang telah melihat secara jelas mengenai konten konten pada pola televise.

Sebagai contoh pada pola pekerjaan, Greenberg (1980) menemukan keahliannya yang lebih

banyak di dominasi oleh televise. Televisi juga mewakili seorang manager atau ahli dan

pekerjaan lainnya.

Pada pola demografi media massa khususnya televise sangat berfungsi sebagai

pengontrol dalam masyarakat. Oleh karena nya pola demografi sangat diperlukan dalam media

massa khusunya televise. Karena media massa memiliki program-program yang memisahkan

sesuai kelompok atau golongan tertentu missal ada majalah khusus wanita, khusu pria,anak-anak.

Sehingga suatu media dengan adanya pola demografi bisa dianggap mewakili suatu kelompok

tertentu. Pola demografi pada media massa digunakan sebagi tolok ukur suatu program terhadap

khalayak.

SATU KESATUAN KONTEN

Kesatuan / Peta Budaya

Berita merupakan satu kesatuan tentang peristiwa yang kuat dan penting untuk khalayak.

Oleh karena nya organisasi atau kantor wartawan sebagai penguat suatu konten berita yang kuat.

Selain itu, keseimbangan tentang suatu peristiwa yang menyimpang terhadap masyarakat

menjadi satu kesatuan kekuasaan dalam masyarakat. Satu kesatuan konten antara kesatuan dan

peta budaya merupakan, media massa sebagai unsure yang membagi dan juga menjembatani

semua budaya dalam satu kesatuan konten yang telah dibagi dan dijelaskan diatas.

Pembahasan ini bukan mengenai dampak dari konten suatu media. Namun pembahasan

mengasumsikan bahwa konten memiliki implikasi penting pada perubahan social.

Fadhillah Rizka Pamuji

NIM : 013-121-434-97

Judul Buku : “Media Ethics – Issues and Cases”

Judul Chapter : “Influences on content from Individual Media Workers”

Pengaruh Pada Isi dari Pekerja Media Individu

Halaman : 53- 84

Pengarang : Philip Patterson dan Lee Wilkins

Penerbit : MC Graw Hill Higher Education

Tahun Terbit : 2008

Banyak orang tidak suka dengan media massa. Konservatif menuduh media berkonsentrasi pada

kenegatif berita yang mengekspresikan bias liberal. film dan televisi menayangkan terlalu

banyak seks/ kekerasan dan alur cerita yang tidak cukup signifikan. Dan banyak orang

menyalahkan konten media , tepat di tangan pekerja komunikasi seperti jurnalisme, pembuat

film, fotografer, iklan dan praktisi masyarakat.

Kita membahas pengaruh potensial pada konten media massa dari faktor-faktor yang intrinsik

pada pekerja komunikasi: pertama kita melihat karakteristik komunikator dan pada latar

belakang pribadi dan profesional untuk melihat “bagaimana”, misalnya, pendidikan wartawan

dapat mempengaruhi kisah mereka. kedua,kami mempertimbangkan pengaruh dari sikap pribadi

komunikator, nilai-nilai, dan keyakinan-bahwa komunikator memegang sebagai akibat dari latar

belakang atau pengalaman pribadi, misalnya, sikap politik atau keyakinan agama. ketiga, kami

menyelidiki orientasi proffesional dan konsepsi peran komunikator memegang setidaknya

sebagian sebagai fungsi untuk pekerjaan mereka, misalnya, apakah jurnalis menganggap dirinya

sebagai pemancar netral acara atau peserta aktif dalam mengembangkan cerita.

Rata-rata atau elit?

Salah satu mitos jurnalis adalah konsep dari editor koran yang berani, kasar, karakter yang

menerjang paling depan, belajar dari profesinya dan berani berbicara dalam pertahanan orang

hanya seperti dirinya—bekerja pada orang,imigran atau membutuhkan.

pada akhir abad kesembilan belas, bagaimanapun,wartawan Amerika memiliki lebih banyak

kesamaan dengan elit korporasi dibandingkan dengan kelas pekerja. Ketika hart(1976)

mempelajari latar belakang dari 137 editor surat kabar antara 1875 dan 1900, ia menemukan

bahwa mereka tidak memiliki banyak kesamaan dengan imigran miskin atau bahkan dengan

kebanyakan orang Amerika. Mulai dari magang di percetakan dan bekerja dengan cara mereka

hingga menjadi pemilik surat kabar. Editor muda abad kesembilan belas lebih mungkin berasal

dari keluarga elit di mana ayah berhasil dalam bisnis. Editor muda umumnya memulai karier

jurnalisme sebagai reporter dan kurang mungkin dibandingkan pendahulu mereka untuk membeli

saham mayoritas di surat kabar mereka bekerja.

Evolusi Karir Komunikasi

jurnalisme selalu menjadi relatif karir untuk mendapatkan into-tidak ada lisensi atau tes yang

diperlukan, Anda bahkan tidak perlu gelar sarjana dalam jurnalisme. karena kebanyakan orang

berpikir bahwa mereka bisa menulis(apakah mereka bisa atau tidak), mereka sering berpikir

bahwa mereka akan menjadit wartawan yang baik.

kemudaan dikaitkan dengan kegembiraan, dan perasaan senang, dan penemuan membuat

wartawan yang baik. kadang-kadang wartawan hanya bosan dan dibakar oleh sifat yang berulang

dari pekerjaan (bukan cerita pemilu lain tentang pasangan yang mendukung kandidat!) atau

dengan sinisme yang sering menyertai peran wartawan. Beberapa wartawan meninggalkan

pekerjaan pengumpulan berita mereka untuk bekerja sebagai penulis dan produser televisi.

Pendidikan Komunikator

Aspek lain dari komunikator latar belakang adalah jumlah dan jenis pendidikan yang mereka

miliki. Departemen komunikasi telah berkembang diperguruan tinggidi bawah sejumlah nama-

jurnalisme yang berbeda, komunikasi massa, film televisi radio, pidato, iklan, senikomunikasi,

dan ilmukomunikasi. hari ini mayoritas profesional media memiliki gelar komunikasi, sedangkan

sebelumnya mereka datang terutama dari Inggris, menulis kreatif, ilmu politik, studiAmerika,

ataudisiplin ilmu lainnya. menulis bahwa wartawan yang baik harus"tahu lebih sedikit tentang

banyak hal, mulai dari matematika untuk kebijakan luar negeri, dari politik pengadilan sejarah

seni. mereka harus peduli tentang banyak hal. Departemen komunikasi massa yang paling

diselenggarakan menurut media,di editorial berita, majalah, siaran, foto jurnalistik, public

relations, atau iklan. Mahasiswam engambil sedikit kursus yang sama, berkonsentrasi pada

perolehan pengetahuan khusus dari urutan mereka.

Hari ini, sebagian besar profesional media memiliki gelar komunikasi, sedangkan sebelumnya

mereka datang terutama dari Inggris, menulis kreatif, ilmu politik, studi Amerika, atau disiplin

ilmu lainnya (Weaver dan wilhoit, 1986). Tidak semua orang-orang media menghargai

pendidikan jurnalistik, bagaimanapun, CBS penulis / editor Charles Kuralt mengatakan bahwa ia

lebih suka menyewa studi pascasarjana Amerika dari seseorang dari sekolah jurnalisme.

Perubahan dari lulusan komunikasi dalam manajemen selama beberapa dekade dapat

menjelaskan peningkatan komunikasi karyawan pascasarjana.

Dalam penilaiannya dari "contoh sekolah jurnalistik" Footlick (1988) menulis bahwa jurnalis

handal harus tahu lebih tentang banyak hal, mulai dari matematika untuk kebijakan luar negeri,

dari politik pengadilan sejarah seni. Mereka harus peduli tentang banyak hal. Mereka harus

mampu belajar dengan cepat . Mereka harus menulis dengan baik, dan menghargai kemampuan

itu. Untuk sebagian besar profesional, sekolah jurnalisme teladan adalah orang-orang yang

memberikan siswa kesempatan terbaik untuk mulai menguasai sifat-sifat yang mendasar.

Efek dari Latar Belakang Profesional Media pada Konten Media

Masih ada kecenderungan untuk latar belakang untuk mempengaruhi bagaimana kita melihat

dunia. Keluarga kami, sekolah kami, dan semua pengalaman hidup kita membentuk prioritas

kita, harapan, dan impian. Ini tidak berbeda proses untuk para profesional komunikasi daripada

bagi pekerja konstruksi, dokter, atau pekerja sosial.

tetapi seberapa kuat adalah pengaruh seperti itu? Weaver dan wilhoit mengatakan bahwa efek

dari wartawan demografi pada nilai-nilai berita dan konten mungkin kecil, mengingat pentingnya

rutinitas organisasi dan kendala (1986, hal.25). Oleh karena itu, ada kemungkinan bahwa

peningkatan jumlah perempuan dan minoritas dalam media massa tidak akan menimbulkan

perubahan yang signifikan dalam konten media, pendidikan, sosialisasi, dan kendala organisasi

dapat meniadakan perbedaan yang paling individual antara komunikator. Ini adalah pertanyaan

empiral, bagaimanapun, dan dapat diatasi dengan penelitian. Seperti dalam semua karir, populasi

profesional komunikasi dipilih sendiri-Anda "relawan" untuk menjadi seorang jurnalis; Anda

tidak disusun-dan orang-orang yang memilih karir yang sama cenderung memiliki karakteristik

yang sama. Hess (981, p.124) mengatakan bahwa ada "tipe kepribadian" dalam jurnalisme

tentang wartawan kepribadian "mungkin bidang yang paling menjanjikan dari studi untuk

menjelaskan mengapa berita seperti itu." Dia mengatakan bahwa wartawan seperti abstraksi

kegembiraan dan tidak suka. Cinta mereka untuk kegembiraan membuat mereka lebih memilih

menutupi Senat daripada rumah Perwakilan dan politik ketimbang manajemen.

SIKAP PRIBADI, NILAI, DAN KEPERCAYAAN

Tuduhan bahwa komunikator massa secara politik liberal, Antiagama, dan tidak seperti

"kebanyakan orang Amerika" telah umum dalam beberapa tahun terakhir. Kepedulian dengan

komunikator massa sikap dan nilai-nilai yang didasarkan pada asumsi bahwa sikap seorang

jurnalis mempengaruhi cerita nya.

NILAI PRIBADI DAN KEPERCAYAAN

Wartawan AS (dan banyak orang Amerika lainnya) umumnya memegang apa yang disebut "ibu"

nilai-mereka mendukung keluarga, cinta, persahabatan, dan kemakmuran ekonomi; mereka

menentang kebencian, prasangka, dan perang (Gans, 1979, hal. 42). Selain nilai-nilai dasar ini

berurusan dengan kebaikan manusia (atau kurangnya itu), wartawan juga memegang nilai-nilai

yang lebih khas dari gerakan progresif Amerika dari awal abad twentleth (Gans, 1979).

Demokrasi altruistik adalah label Gans digunakan untuk menunjukkan sebagian besar wartawan

keyakinan bahwa berita harus "mengikuti kursus berdasarkan kepentingan publik dan pelayanan

publik" (1979, hal.43). Nilai ini menggarisbawahi cerita tentang politisi korup dan lain-lain yang

menyimpang dari suatu ideal demokrasi tak tertulis, limbah pemerintah, dan kegagalan.

Kapitalisme yang bertanggung jawab adalah apa yang kebanyakan wartawan mengharapkan

orang bisnis persaingan praktek-wajar tanpa keuntungan terlalu tinggi atau eksplorasi pekerja,

dan menghormati usaha kecil dan-familiy yang dimiliki.

Kota kecil pastoralism adalah ideal jurnalistik, yang mewakili daerah pedesaan dan kota-kota

kecil sebagai pusat kebajikan, keahlian, dan hubungan sosial. Cerita tentang daerah perkotaan

menekankan kejahatan, riuh kecepatan, kerusuhan rasial, masalah ekonomi, dan ancaman

terhadap lingkungan.

Individualisme dihargai oleh wartawan, yang mengisi cerita fitur dengan "individualis kasar" -

orang yang bekerja untuk kebaikan masyarakat, tetapi dengan cara mereka sendiri. Individu

adalah pahlawan yang menang meskipun menaklukkan rintangan. Nilai ini juga berlaku untuk

cerita tentang teknologi dan organisasi besar yang merampok orang individualisme mereka.

Moderatism bertindak sebagai memeriksa individualisme yang berlebihan -pahlawan tidak harus

melanggar hukum atau norma-norma yang ada. Fanatisme apapun diperlakukan sebagai

tersangka, seperti konsumsi dan ideologi politik yang sungguh-sungguh.

Tatanan sosial dinilai tinggi oleh wartawan, memimpin mereka untuk memasukkan banyak cerita

tentang kerusuhan dan ancaman terhadap pembentukan. Dengan menunjukkan contoh di mana

orang bertindak bertentangan dengan nilai-nilai sosial yang didirikan, wartawan membantu

menentukan apa yang perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima.

Kepemimpinan juga dihargai oleh wartawan, karena kepemimpinan yang diperlukan untuk

penanganan sosial.

SIKAP POLITIK PRIBADI

Kebijaksanaan populer pada awal 1980-an menyatakan bahwa wartawan terutama liberal. Apa

yang ada di balik orientasi politik mereka? Kita telah membahas fakta bahwa wartawan

cenderung lebih berpendidikan daripada rata-rata Amerika- yang berbeda yang telah dikaitkan

dengan tuduhan bahwa wartawan lebih politis daripada kebanyakan orang Amerika liberal

(Organ, 1985). Pendidikan tinggi tidak selalu terikat dengan liberalisme. Sedangkan mahasiswa

tahun 1960-an dan awal 1970-an telah menunjukkan kecenderungan untuk menjadi lebih

konservatif.

Apakah benar atau tidak, banyak orang bertahan dalam persepsi mereka tentang wartawan yang

secara politik lebih liberal daripada populasi umum, dan jurnalis tidak kebal terhadap hal ini:

dalam studinya tentang "elit" persatuan pers Washington, Hess (1981) menemukan bahwa,

meskipun wartawan washington juga melihat berita yang memiliki bias liberal, mereka menilai

diri mereka lebih konservatif dibandingkan gambar ini (hal.115). Hess menyebutkan bahwa

wartawan elit washington lebih apolitis dari tekan kritikus.

ORIENTASI KEPERCAYAAN PERSONAL

Terkait erat dengan argumen tentang orientasi politik wartawan adalah sejauh mana wartawan

atau menentang Kristen, Yahudi, atau agama lainnya. Olasky (1988) mengatakan bahwa,

meskipun wartawan itu kristen sampai pertengahan 1800-an, wartawan modern telah

"dipengaruhi humanisme anti-kristen dan panteisme.

Lichter, Rothman, dan Lichter (1986) belajar jurnalisme di sepuluh "elit" organisasi media

nasional, menemukan bahwa 20 persen Protestan, sekitar 13 persen adalah Katolik, dan 14

persen Yahudi. Sekitar setengah dari wartawan elit mengatakan bahwa mereka tidak memiliki

afiliasi keagamaan, dan 86 persen wartawan elit melaporkan bahwa mereka "jarang atau tidak

pernah menghadiri acara keagamaan".

ini wartawan elit berubah menjadi jauh lebih sekuler daripada wartawan secara keseluruhan.

PENGARUH SIKAP PRIBADI, NILAI, DAN KEPERCAYAAN PADA KONTEN

Salah satu dari pertnyaan paling kontroversial yang dihadapi orang-orang yang mempelajari isi

media massa adalah sejauh mana sikap komunikator, nilai-nilai, dan keyakinan mempengaruhi

konten ..

Dari uji empiris sejauh mana sikap pribadi komunikator, nilai-nilai, dan keyakinan

mempengaruhi pekerjaan mereka memberikan hasil yang bertentangan:

Shoemaker (1984) menunjukkan bahwa sikap umum tentang minat khusus dan kelompok

politik lainnya dapat mempengaruhi bagaimana kelompok ditutupi oleh media berita. Ia

berkorelasi data dari analisis isi tentang bagaimana pengesahan new york times yang

dituutupi sebelas kelompok politik dengan survei dari sikap wartawan AS terhadap

kelompok.

Rainville dan McCormick (1977) menunjukkan bahwa prasangka rasial dapat

mempengaruhi komunikasi. Mereka membandingkan deskripsi pemain sepak bola hitam

dan putih oleh penyiar olahraga. Pemain putih mendapat lebih banyak pujian dan lebih

mungkin digambarkan sebagai pelaksana agresi-sifat yang diinginkan dalam sepak bola.

Hitam lebih cenderung disebut negatif dan harus adil dibandingkan dengan pemain lain.

Pasadeos dan Renfro (1983) menunjukkan bahwa pemilik dapat mempengaruhi isi surat

kabar. Mereka membandingkan isi dari New York Post sebelum dan setelah pembelian

media baron Rupert Murdoch, Menemukan bahwa jumlah ruang yang ditujukan untuk

visual meningkat secara substansial dan bahwa Pos cenderung untuk menutupi cerita

yang lebih sensasional.

Flegel dan Chaffe (1971) menemukan bahwa wartawan cerita yang lebih dipengaruhi

oleh pendapat pribadi mereka daripada oleh editor dan pembaca mereka. Bahkan yang

lebih menarik, pengaruh ini rupanya sadar.

studi Drew (1975) menemukan bahwa sikap siswa terhadap sumber yang tidak

berhubungan dengan seberapa menguntungkan kisah mereka diperlakukan sumber.

Peterson, Alaum, Konmzetsky, dan Cunningham (1984) mempelajari sikap koran editor

terhadap kapitalisme pers. Mereka menemukan bahwa editor bisnis surat kabar yang

lebih baik dibuang ke arah kapitalisme daripada yang masyarakat umum.

PERAN DAN ETIKA PROFESIONAL

Akhirnya mempertimbangkan bagaimana konten media massa dapat dipengaruhi oleh peran

komunikator profesional dan kerangka etika. Kita memperlakukan orientasi kerja terkait secara

terpisah dari sikap komunikator pribadi, nilai-nilai, dan keyakinan, yang terutama dibentuk oleh

kekuatan-kekuatan luar komunikasi massa, seperti karakteristik pribadi mereka, latar belakang,

dan pengalaman.

sebagai wartawan muda membaca koran atau menonton stasiun televisi mereka siaran berita,

mereka belajarbanyak tentang norma masyarakatdan bagaimana wartawan menutupi kontroversi

adalah kandidat yang demokratis dan republik diperlakukan dengan cara yang sama? Apa

tentang calon partai libertarian atau sosialis? mereka juga belajar dari proses editing, yang

memberikan wartawan baru umpan balik langsung tentang apa yang diterima dalam cerita.

Breed menambahkan bahwa komunikasi langsung dari kebijakan dari editor atau penerbit

manajer adalah jarang. karyawan baru belajar “dengan osmosis” (hal.182) seperti dengan

mendengarkan atasan mereka membahas pro dan kontra dari berbagai berita.

PERAN PROFESIONAL

Adalah jurnalisme profesi? jawabannya tergantung padayang menetapkan kriteria yang Anda

gunakan, salah mendefinisikan profesi memiliki karakteristik sebagai berikut(Lambeth,

1986p.82)

1.itu adalah waktu pekerjaan penuh. ini memang benar dari sebagian besar wartawan.

2.praktisi yang sangat berkomitmen dengan tujuan dari profesi. Wartawan mungkin tidak

berkomitmen pada jurnalisme seperti dokter harus obat.

3.pintumasuk dan kelanjutan dalam profesi diatur oleh organisasi formal yang telah ditetapkan

standards. ada otoritas perizinan bagi wartawan, dan meskipun kode etik dan standart profesional

yang direkomendasikan oleh banyak organisasi jurnalistik. 4.praktisi yang mengaku profesi

berikut pendidikan formal resep dan akuisisi badan khusus pengetahuan. meskipun sebagian

besar wartawan saat ini memiliki pelatihan kolase jurnalistik, tidak ada gelar jurnalisme atau

gelar lain dalam hal ini diperlukan.

5.harus melayani masyarakat. Meskipun kritikus menyatakan bahwa aspek bisnis media massa

gerhana peran layanan mereka.

6.anggotanya harus memiliki otonomi tingkat tinggi. Walaupun beberapa wartawan memiliki

otonomi lebih dari yang lain, wartawan sebagai kelompok tunduk pada berbagai kendala

organisasi yang mereka lakukan dan ketika mereka lakukan.

Kriteria jurnalis profesional yang cocok dengan sangat baik. meskipun sebagian besar pekerjaan

jurnalisme penuh waktu, setidaknya untuk sementara berkomitmen untuk pekerjaan mereka, dan

melakukan pelayanan bahwa masyarakat bantuan, tidak ada mekanisme untuk menegakkan

standar profesional atau presscribing sekolah formal dan akuisisi tubuh.

tapi perasaan di wartawan tentang profesionalisme mereka mempengaruhi cerita yang mereka

tulis dan edit? Weaver dan wilhoit menyimpulkan bahwa organisasi media mengerahkan banyak

kontrol birokrasi atas produksi konten media, dan kontrol ini membatasi pengaruh Journalis

individu orientasi profesional.

wartawan netral melihat pekerjaan mereka sebagai mendapatkan informasi kepada masyarakat

dengan cepat, menghindari cerita dengan konten belum diverifikasi, konsentrasi pada audiance

terluas, dan menghibur audiance tersebut.

Weaver dan wilhoit demikian mengidentifikasi tiga konsepsi peran jurnalistik (1986,112-117)

1. fungsi interpretatif

2. fungsi penyebaran

3 fungsi lawan

PERAN ETIKA

Keyakinan wartawan tentang apa yang etis dapat mengerahkan lebih berpengaruh terhadap

konten media walaupun jurnalisme secara keseluruhan tidak memiliki kode etik. Ini memiliki

standart diterbitkan yang mengatur bagaimana staf mereka harus beroperasi.

beberapa wartawan mengambil pandangan sederhana terhadap etika, menyamakannya dengan

objektivitas (Merril, 1985)yang lain dapat menyamakan perilaku etis dengan pengungkapan

kebenaran, tetapi kebenaran? Definisi kebenaran dari waktu ke waktu dan antara sumber.

(christian, rotzollDanFackler, 1987)

beberapa wartawan berlindung dalam apa Tuchman 197 2panggilan"objektivitas sebagai ritual

strategis". Merancang satu penguasa yang, setelah mengikuti memungkinkan wartawan untuk

melindungi dirinya. Strategi etika dilembagakan seperti langsung mengutip apa yang orang

lainkatakan(entah benar atau tidak) dan menyajikan"kedua sisi" darisebuah argumen akan

dibahas panjang leba rdibab berikutnya. Strategi etika dilembagakan seperti langsung mengutip

apa yang orang lain katakan (entah benar atau tidak) dan menyajikan "kedua sisi" dari sebuah

argumen akan dibahas panjang lebar di bab berikutnya.

dalam analisis akhir namun tidak ada kode etik dapat meresepkan perilaku dalam setiap situasi

yang mungkin. interpretasi standar etika dan keputusan spesifik harus dilakukan oleh wartawan

individul.

DAMPAK DARI PERAN PROFESIONAL DAN ETIKA PADA KONTEN

Itu terlihat jelas bahwa cara wartawan mendefinisikan pekerjaan mereka akan mempengaruhi

konten yang mereka produksi. Journalist yang melihat diri mereka sebagai penyebar atau netral

harus menulis rekening yang sangat berbedadari suatu peristiwa daripada mereka yang melihat

diri mereka sebagai juru bahasa atau peserta.

Peran penilaian etis lebih mudah untuk menilai. Baik sebuah keputusan untuk menerbitkan

seorang fotografer yang meyakinkan didasarkan pada kode etik yang diterbitkan atau keputusan

pribadi seseorang. Keputusan memiliki efeknyata terhadapisi media.Breed menunjukkan pada

tahun 1964 bahwa standart etika dapat berbenturan dengan nilai-nilai lain, seperti menghargai

kesopanan publik untuk konvensi dan ketertiban.

SABDA HENING

01312143496-MANARITA 3B

Judul Buku : “Media Ethics – Issues and Cases”

Judul Chapter : “Beyond Processes and Effects

Halaman : 9-20

Pengarang : Philip Patterson dan Lee Wilkins

Penerbit : MC Graw Hill Higher Education

Tahun Terbit : 2008

Fokus Tradisional Pada Penelitian Komunikasi

Level analisis dalam penelitian komunikasi dapat dimulai dari pembentukan kesatuan

micro ke macro atau dari yang terkecil ke yang lebih besar. Sebuah studi microlevel menguji

komunikasi sebagai sebuah aktivitas dan mempengaruhi setiap orang. Selain untuk kontrol satu

sama lain, komunikasi juga berperan sebagai jaringan social, organisasi, dan kebudayaan.

Kejadian yg terjadi di level rendah bahkan untuk lingkup yang besar di tentukan dari apa yang

terjadi di level atasnya.

Apa yang dipelajari?

Studi utama pada komunikasi

Dalam isi media. Lowery dan DeFleur mengidentifikasi hanya ada tiga hal yang

menonjol dari isi media. Yang paling terkenal, Frederic Wertham’s The Seduction of the

Innocent (1954) yang menyebabkan keributan besar di public dengan sesuatu yang berhubungan

dengan sexual dan kekerasan dalam sebuah komik yang dapat membawa efek negatif bagi

pembaca.

Kebanyakan dari studi “Milestone” jatuh kepada “untuk siapa”. Yang pertama, The Payn

Fund Studies of 1993. Tujuan dari pembelajaran ini termasuk ukuran isi film, sasaran audience,

dengan objek utama bagaimana sebuah film mempengaruhi anak anak. Penulis menyimpulkan

bahwa sejumlah faktor individu dan situasional memediasi efek film.

Seperti penelitian yang dilakukan oleh tentara Amerika dengan psikologis Carl Hovland

selama perang dunia ke II, komunikasi secara sistematis mengadung bermacam macam isi yang

bersifat persuasive.

Studi akhir dalam matriks (McCombs & Shaw, 1972) kami memeriksa pengaturan

agenda media. para peneliti menemukan bahwa Chapel Hill, North Carolina, warga dianggap isu

yang penting sejauh bahwa media menekankan isu-isu tersebut, dengan kata lain, media

ditemukan memiliki dampak kognitif yang berpotensi persuasif dengan menekankan agenda isu

yang memberitahu orang apa yang tidak berpikir, tapi apa yang harus dipikirkan. meskipun

individu secara spesifik diwawancarai untuk penelitian ini, tanggapan mereka digabungkan; isu-

isu penting peringkat oleh masyarakat Chapel Hill sesuai dengan yang ditekankan oleh media

yang tersedia bagi mereka.

Dengan memetakan studi ini, yang diidentifikasi oleh para ahli komunikasi sebagai

sesuatu yang ditekankan, kita dapat melihat dengan jelas bahwa tekanan dari penelitian

komunikasi telah menuju individu atau mikro, tingkat dan arah dari fokus penonton dan efek

pada penonton itu. Bila konten telah dipelajari itu biasanya berada untuk membuat kesimpulan

tentang efek potensial dari orang-orang, organisasi, dan masyarakat yang memproduksinya.

Sebelum membahas alasan untuk ketidakseimbangan ini, kami menggunakan dua contoh

terakhir untuk membuat titik kita dengan cara lain. Sebagian besar mahasiswa telah memiliki

banyak pengalaman dalam belajar dari buku teks yang menyampaikan kebijaksanaan umum

lapangan dengan merangkum segudang studi. buku tersebut harus sesuai dengan apa yang

profesor yang mengajar di lapangan mempertimbangkan norma pendekatan dominan paradigma.

kita bisa, karena itu mendapatkan membaca cepat pada bagaimana lapangan telah dikembangkan

dengan berkonsultasi buku teks populer, dua dalam teori komunikasi yang dapat dianggap khas

Massa Teori Komunikasi dan Penelitian dan massa Proses media dan efek

Kedua teks dimulai dengan bab tentang sifat teori dan penelitian secara umum dan

kemudian mengabdikan sebagian besar ruang yang tersisa untuk penonton dan efek penelitian.

Tan mengabdikan bagian untuk komunikasi dan persuasi efek, penonton dan perlu sosialisasi,

dan media dan perubahan sosial (yang terakhir ini mendekati tingkat macroanalysis). Hanya 6

persen dari komunikator sampul buku dan lingkungannya. jeffres, sebagai nama bukunya

menunjukkan, mencurahkan singa berbagi ruang untuk penelitian efek bab masing-masing pada

efek sosial, politik, ekonomi, dan budaya. satu bab mencakup penonton, dan konten lain, tapi

jauh dari yang terakhir ini mengabdikan persepsi penonton konten media. Sekitar 15 persen dari

buku terdiri dari informasi tentang industri media, orang, dan organisasi.

WHY THE TRADITIONAL FOCUS?

Fokus teori komunikasi yang berlaku secara tradisional adalah ditujukan untuk siapa dan

apa dampaknya.

Konteks Ilmu Sosial

Jurnalisme dan ilmu sosial adalah kumpulan sistem informasi. Keduanya tak akan bisa

dipahami secara terpisah dari dari budaya yang menciptakan dan mendukungnya. Jurnalisme dan

ilmu sosial memiliki rutinitas seperti kebiasaan yang teratur dan prosedur.

Paradigma juga turut memengaruhi hal ini, karena paradigma merupakan cara

menggambarkan realita berdasarkan asumsi luas mengenai bagaimana untuk mengumpulkan dan

menafsirkan informasi. Paradigma berdasarkan kepercayaan dan harapan saat ini, dan hasilnya ,

kita cenderung menggunakannya sebagai pembenaran. Kita kehilangan penglihatan akan fakta

bahwa kepercayaan dan harapan – dan oleh karenanya paradigma tidak hanya mengubah waktu

tapi juga lingkungan budaya.

Fokus pada Individual

Menjunjung tinggi individualisme ifpada kelompok merupakan norma sosial dan sudah

menjadi kebiasaan di Amerika. Terlalu bergantung pada orang lain sangat tidak disarankankan di

Amerika, karena orang yang bergantung dianggap lemah, dan secara psikologi tidak

berkembang. Orang yang berdiri sendiri lebih dihargai daripada anggota sebuah organisasi.

Bahkan, keseragaman memiliki kencederungan negatif di sini. Hal itu juga berlaku sama pada

sistem politiknya, liberalisme. Tidak begitu jauh dengan politik, kebiasaan liberalisme juga

terlihat jelas pada ekonominya. Sebagai salah satu contoh, banyak perusahaan mobil yang sedang

berusaha menananmkan nilai “freedom of transportation” dengan menekan lebih banyak jalur

lalu lintas, yang itu berarti permintaan mobil semakin tinggi.

Individualisme sebagai Metodologi

Teknik yang digunakan untuk menganalisi data di Amerika, sering berdasarkan survei

dari responden secara individual. Mereka mengamati dengan sejumlah kecil orang yang

mewakili dari jumlah keseluruhan di suatu lingkungan, jadi hasil dari pengamatan tersebut

adalah kesimpulannya. Tapi di sisi lain, C. Wright Mills berpendapat bahwa kita tidak bisa

memahami struktur sosial yang lebih luas hanya berdasarkan data individu.

Individualisme sebagai Teori

Teori metodologi telah mendorong perkembangan teori ini sendiri yang menjadi lebih

rumit. Hal itu disebabkan perilaku individu yang pada umumnya memiliki banyak sebab.

Konsep androgini, pertanda adanya sifat laki-laki dan perempuan pada kepribadian

individu, dan hal tersebut diasumsikan untuk menentukan standard kesehatan psikologi. Edward

Sampson (1977, p. 772) mengatakan budaya ketergantungan tidak akan mendorong kemampuan

diri tapi justru akan memisahkan dengan orang lain di sekitarnya. Budaya ketergantungan akan

lebih bernilai pada seseorang yang mengetahui batas penerapannya, khususnya untuk meraih

tujuan dalam hidupnya sebagai manusia.

Pada bidang studi terkemuka lainnya, konsistensi kognitif, individu dikatakan untuk

berjuang agar menjaga pikiran dan perilaku mereka tetap konsisten, dan ketidakmampuan untuk

menerapkan hasilnya pada ketegangan yang membuat tidak nyaman, atau disonansi (Festinger,

1957). Tidak menutup kemungkinan, menjalani tujuan yang tidak diinginkan dapat menimbulkan

disonansi, yang bisa dikurangi dengan mengubah persepsi seseorang akan tujuan tersebut

(Aronson & Mills, 1959).

Suatu penelitian, ada penemuan di mana banyak orang merespon lebih agresif saat

mereka sedang frustasi, khususnya jika frustasi tersebut dilihat sebagai kesewenangan (Pastore,

1952; Berkowitz, 1962).

Albert Pepitone (1976) mengatakan bahwa orang yang memiliki sasaran akan disonan,

kemungkinan akan memperlihatkan norma budaya berbagi (dalam etika Protestan, pencarian

tujuan yang berharga menuntut kerja keras dan pengorbanan) atau sifat agresif tersebut dianggap

sebagai respon terhadap suatu pelanggaran, etika pelanggaran dari suatu norma budaya. Budaya

yang berfokus pada individualisme mewarnai cara penelitian yang dilakukan pada budaya

tersebut, dan kita harus berhati-hati akan keberagaman tersebut guna mencegah kekeliruan yang

biasa terjadi. Kita harus memahami bahwa karena kita bisa dan mampu menilai perilaku

individu, maka kita tidak bisa menyimpulkan bahwa faktor individu merupakan satu-satunya

penyebab dari suatu perilaku.

Fokus pada Audiens dan Dampak

Seperti yang telah kita ketahui, fokus dominan secara tradisional lebih terletak pada

proses dan dampak dari konten komunikasi yang digunakan oleh audiens, daripada organisasi,

institusi dan akar budaya dari konten tersebut.

Kekeliruan Ilmu Sosial

Penelitian komunikasi massa berbagi dengan penelitian ilmu sosial lainnya mengenai

luasnya atau jangkauan yang mana telah gagal untuk menguji secara kritis sistem yang

dikembangkan. Inti pada konteks ini adalah, orang-orang lebih cenderung untuk mengukur atau

menilai, menganalisis, dan mengevaluasi proses dari sistem yang digunakan saat ini, daripada

menyelidiki kemungkinan alternatif lain, baik pada bidang politik maupun ekonomi.

Awal Perlindungan Institusi

Kemunculan kerjasama gabungan akademik membuat peneliti akademisi terlalu

bergantung pada pembiayaan dalam jumlah besar. Ketergantungan pada keuangan datang dari

luar institusi itu, Lynd berpendapat untuk mendorong para peneliti dalam dukungan sementara

akan sistem penentuan sebuah masalah. Masalah tersebut, dengan kata lain, perhatian utama

akan organisasi media besar berfokus pada apa yang telah dilakukan audiens terhadap produk

media tersebut.

Pemerintah juga menginginkan informasi mengenai dampak media. Mereka

menggunakan media untuk melancarkan strategi politik dan tujuannua. Contohnya pada saat

mendoktrin tentara Amerika pentingnya ikut berperang pada zaman Perang Dunia II.

Kaitannya dengan Masa Kini

Banyak institusi media yang melanjutkan untuk menyediakan tunjangan bagi para pelajar

untuk mengadakan penelitian, dan banyak ahli media menyediakan pertukaran antarsekolah dan

universitas.

Namun tidak sedikit siswa yang tidak mempermasalahkan akan keadaan bahwa penelitian

yang tidak mendapat tunjangan tidak boleh diusulkan untuk mengajukan bantuan, sehingga

mereka membiayai sendiri. Mereka menunjukkan bahwa bekerja pada penerapan masalah bisa

menghasilkan hasil yang menakjubkan dari nilai teori umum. Sikap tersebut bertumpu pada

sudut pandang positivist, yaitu oleh ilmuwan tentang perilaku, yang berpendapat bahwa teori

perilaku bisa dikembangkan mirip seperti kekuatan pada ilmu fisika. Maksudnya adalah ketika

seseorang mengetahui semua karakteristik yang berhubungan dengan aksi suatu benda, maka ia

akan mampu memprediksi bagaimana benda tersebut akan beraksi setiap waktu. Berkaitan

dengan hal itu, beberapa ilmuwan sosial menyarankan, dengan waktu yang cukup, perilaku

manusia dengan cara yang sama bisa diprediksi.

NADITYA R. SURI

01312143485

Judul Buku : “ Mediating the Message: Theories of Influences of Mass Media Content “

Judul Chapter : “Influences on content from Individual Media Workers”

Pengaruh Pada Isi dari Pekerja Media Individu

Halaman : 53- 84

Pengarang : Pamela Shoemaker & Stephen Reese

Penerbit : Longman Publishing Group

Tahun Terbit : 1991

Banyak orang tidak suka dengan media massa. Konservatif menuduh media berkonsentrasi pada

kenegatif berita yang mengekspresikan bias liberal. film dan televisi menayangkan terlalu

banyak seks / kekerasan dan alur cerita yang tidak cukup signifikan. Dan banyak orang

menyalahkan konten media , tepat di tangan pekerja komunikasi seperti jurnalisme, pembuat

film, fotografer, iklan dan praktisi masyarakat.

Kita membahas pengaruh potensial pada konten media massa dari faktor-faktor yang intrinsik

pada pekerja komunikasi: pertama kita melihat karakteristik komunikator dan pada latar

belakang pribadi dan profesional untuk melihat bagaimana, misalnya, pendidikan wartawan

dapat mempengaruhi kisah mereka. kedua, kami mempertimbangkan pengaruh dari sikap pribadi

komunikator, nilai-nilai, dan keyakinan - bahwa komunikator memegang sebagai akibat dari

latar belakang atau pengalaman pribadi, misalnya, sikap politik atau keyakinan agama. ketiga,

kami menyelidiki orientasi proffesional dan konsepsi peran komunikator memegang setidaknya

sebagian sebagai fungsi untuk pekerjaan mereka, misalnya, apakah jurnalis menganggap dirinya

sebagai pemancar netral acara atau peserta aktif dalam mengembangkan cerita.

pada akhir abad kesembilan belas, bagaimanapun, wartawan Amerika memiliki lebih banyak

kesamaan dengan elit korporasi dibandingkan dengan kelas pekerja. ketika hart (1976)

mempelajari latar belakang dari 137 editor surat kabar antara 1875 dan 1900, ia menemukan

bahwa mereka tidak memiliki banyak kesamaan dengan imigran miskin atau bahkan dengan

kebanyakan orang Amerika. Mulai dari magang di percetakan dan bekerja dengan cara mereka

hingga menjadi pemilik surat kabar. editor abad kesembilan belas muda lebih mungkin berasal

dari keluarga elit di mana ayah berhasil dalam bisnis. editor muda umumnya memulai karier

jurnalisme sebagai reporter dan kurang mungkin dibandingkan pendahulu mereka untuk membeli

saham mayoritas di surat kabar mereka bekerja.

Evolusi Karir Komunikasi

jurnalisme selalu menjadi relatif karir untuk mendapatkan into- tidak ada lisensi atau tes yang

diperlukan, Anda bahkan tidak perlu gelar sarjana dalam jurnalisme. karena kebanyakan orang

berpikir bahwa mereka bisa menulis (apakah mereka bisa atau tidak), mereka sering berpikir

bahwa mereka akan menjadit wartawan yang baik.

kemudaan dikaitkan dengan kegembiraan, dan perasaan senang, dan penemuan membuat

wartawan yang baik. kadang-kadang wartawan hanya bosan dan dibakar oleh sifat yang berulang

dari pekerjaan (bukan cerita pemilu lain tentang pasangan yang mendukung kandidat!) atau

dengan sinisme yang sering menyertai peran wartawan. Beberapa wartawan meninggalkan

pekerjaan pengumpulan berita mereka untuk bekerja sebagai penulis dan produser televisi.

Pendidikan Komunikator

Aspek lain dari komunikator latar belakang adalah jumlah dan jenis pendidikan yang mereka

miliki. departemen komunikasi telah berkembang di perguruan tinggi di bawah sejumlah nama-

jurnalisme yang berbeda, komunikasi massa, film televisi radio, pidato, iklan, seni komunikasi,

dan ilmu komunikasi. hari ini mayoritas profesional media memiliki gelar komunikasi,

sedangkan sebelumnya mereka datang terutama dari Inggris, menulis kreatif, ilmu politik, studi

Amerika, atau disiplin ilmu lainnya. menulis bahwa wartawan yang baik harus "tahu lebih sedikit

tentang banyak hal, mulai dari matematika untuk kebijakan luar negeri, dari politik pengadilan

sejarah seni. mereka harus peduli tentang banyak hal. departemen komunikasi massa yang paling

diselenggarakan menurut media, di editorial berita, majalah, siaran, foto jurnalistik, public

relations, atau iklan . mahasiswa mengambil sedikit kursus yang sama, berkonsentrasi pada

perolehan pengetahuan khusus dari urutan mereka.

Pengaruh Latar Belakang Profesional Media Pada Konten Media

Dalam hal demografi, jika ada rata-rata tidak terlihat seperti satu sama lain ... hal ini membuat

perbedaan perbedaan dalam bagaimana berita ini dilaporkan?

dalam beberapa kasus adalah ya. Namun, untuk mengatakan bahwa ini ada pengaruh terhadap

konten tidak untuk menyimpulkan bahwa pengaruh negatif. Masih ada kecenderungan untuk

latar belakang untuk mempengaruhi bagaimana kita melihat dunia. Keluarga kami, sekolah kami,

dan semua pengalaman hidup kita membentuk prioritas kita, harapan, dan impian. Ini tidak

berbeda proses untuk para profesional komunikasi daripada bagi pekerja konstruksi, dokter, atau

pekerja sosial.

seperti pengaruh mungkin paling jelas ketika demografi berhubungan dengan keahlian seperti

dalam sifat perubahan koresponden asing. media sehingga lebih praktis untuk menyewa

wartawan asing sebagai "asing" koresponden daripada mengirim wartawan Amerika di luar

negeri. ada tentara wartawan asing di luar sana, siap untuk mengakhiri praktek kuno dan konyol

pengiriman berbicara belahan dunia untuk berpura-pura menjadi ahli pada tempat-tempat yang

belum pernah mereka lihat sebelumnya "

Sikap Pribadi, Nilai- Nilai, dan Keyakinan

tuduhan bahwa komunikator massa secara politik liberal, anti agama, dan tidak seperti

"kebanyakan orang Amerika" telah umum dalam beberapa tahun terakhir. perhatian dengan

komunikator massa sikap dan nilai-nilai yang didasarkan pada asumsi bahwa sikap wartawan

mempengaruhi cerita nya.

demokrasi altruistik adalah organ-label digunakan untuk menunjukkan sebagian besar wartawan

keyakinan bahwa berita harus "mengikuti kursus berdasarkan kepentingan publik dan pelayanan

publik".

Nilai Pribadi dan Kepercayaan

Kapitalisme yang bertanggung jawab adalah apa yang kebanyakan wartawan mengharapkan

orang bisnis persaingan praktek-wajar tanpa keuntungan terlalu tinggi atau eksplorasi pekerja,

dan menghormati usaha kecil dan-familiy yang dimiliki.

Kota kecil pastoralism adalah ideal jurnalistik, yang mewakili daerah pedesaan dan kota-kota

kecil sebagai pusat kebajikan, keahlian, dan hubungan sosial. Cerita tentang daerah perkotaan

menekankan kejahatan, riuh kecepatan, kerusuhan rasial, masalah ekonomi, dan ancaman

terhadap lingkungan.

Individualisme dihargai oleh wartawan, yang mengisi cerita fitur dengan "individualis kasar" -

orang yang bekerja untuk kebaikan masyarakat, tetapi dengan cara mereka sendiri. Individu

adalah pahlawan yang menang meskipun menaklukkan rintangan. Nilai ini juga berlaku untuk

cerita tentang teknologi dan organisasi besar yang merampok orang individualisme mereka.

Moderatism bertindak sebagai memeriksa individualisme yang berlebihan -pahlawan tidak harus

melanggar hukum atau norma-norma yang ada. Fanatisme apapun diperlakukan sebagai

tersangka, seperti konsumsi dan ideologi politik yang sungguh-sungguh.

Tatanan sosial dinilai tinggi oleh wartawan, memimpin mereka untuk memasukkan banyak cerita

tentang kerusuhan dan ancaman terhadap pembentukan. Dengan menunjukkan contoh di mana

orang bertindak bertentangan dengan nilai-nilai sosial yang didirikan, wartawan membantu

menentukan apa yang perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima.

Kepemimpinan juga dihargai oleh wartawan, karena kepemimpinan yang diperlukan untuk

penanganan sosial.

Sikap Politik Pribadi

Kebijaksanaan populer pada awal 1980-an menyatakan bahwa wartawan terutama liberal. Apa

yang ada di balik orientasi politik mereka? Kita telah membahas fakta bahwa wartawan

cenderung lebih berpendidikan daripada rata-rata Amerika- yang berbeda yang telah dikaitkan

dengan tuduhan bahwa wartawan lebih politis daripada kebanyakan orang Amerika liberal

(Organ, 1985). Pendidikan tinggi tidak selalu terikat dengan liberalisme. Sedangkan mahasiswa

tahun 1960-an dan awal 1970-an telah menunjukkan kecenderungan untuk menjadi lebih

konservatif.

Orientasi Keagamaan Pribadi

terkait erat dengan argumen tentang orientasi politik wartawan adalah sejauh mana wartawan

menentang Kristen, Yahudi, atau agama-agama lain. meskipun jurnalismesebagian besar adalah

christian sampai tahun 1800-an pertengahan, wartawan modern telah "dipengaruhi oleh

humanisme christian anti dan panteisme (dan telah) meninggalkan warisan Kristen mereka".

wartawan secara keseluruhan "hampir sempurna sesuai dengan masyarakat secara keseluruhan

dalam latar belakang agama umum" dengan sekitar 60 persen wartawan mengatakan mereka

Protestan, Katolik 27 persen, dan 6 persen Yahudi. hanya 7 persen dari wartawan melaporkan

baik lain atau tidak ada afiliasi keagamaan.

Peran dan Etika Profesional

sebagai jurnalis muda membaca surat kabar mereka bekerja atau menonton stasiun televisi

mereka siaran berita, mereka belajar banyak tentang norma-norma masyarakat dan bagaimana

wartawan menutupi kontroversi.

berkembang biak menambahkan bahwa komunikasi langsung dari kebijakan dari editor atau

penerbit / manager jarang. Informasi kebijakan dilakukan tidak hanya oleh apa yang dikatakan

eksekutif, tetapi juga oleh apa yang tidak mereka katakan.

Peran Profesional

salah mendefinisikan profesi sebagai memiliki karakteristik sebagai berikut (Lambeth, 1986

p.82)

1. itu adalah waktu pekerjaan penuh. ini memang benar dari sebagian besar wartawan.

2. praktisi yang sangat cominitted dengan tujuan dari profession.journalists mungkin tidak

cominitted jurnalisme sebagai dokter harus obat

3.entrance ke dan kelanjutan dalam profesi diatur oleh organisasi formal yang telah ditetapkan

standards.there profesional ada otoritas perizinan bagi wartawan, dan meskipun kode ethies dan

standart profesional yang direkomendasikan oleh banyak organisasi jurnalistik.

4.praktisi yang mengaku profesi berikut pendidikan formal resep dan akuisisi badan khusus

knowladge. meskipun sebagian besar wartawan saat ini memiliki pelatihan kolase jurnalistik,

tidak ada gelar jurnalisme atau gelar lain dalam hal ini diperlukan.

5. harus melayani masyarakat. meskipun kritikus menyatakan bahwa aspek bisnis media massa

gerhana peran layanan mereka.

6. anggotanya harus memiliki otonomi tingkat tinggi. walaupun beberapa wartawan memiliki

otonomi lebih dari yang lain, wartawan sebagai kelompok tunduk pada berbagai kendala

organisasi yang mendikte apa yang mereka lakukan dan ketika mereka lakukan.

Peran Etika

strategi etika dilembagakan seperti langsung mengutip apa yang orang lain katakan (entah benar

atau tidak) dan menyajikan "kedua sisi" dari sebuah argumen akan dibahas panjang lebar di bab

berikutnya. strategi etika dilembagakan seperti langsung mengutip apa yang orang lain katakan

(entah benar atau tidak) dan menyajikan "kedua sisi" dari sebuah argumen akan dibahas panjang

lebar di bab berikutnya.

dalam analisis akhir namun tidak ada kode etik dapat meresepkan perilaku dalam setiap situasi

yang mungkin. interpretasi standar etika dan keputusan spesifik harus dilakukan oleh wartawan

individu.

Pengaruh Peran Profesional dan Etika Konten

tampak jelas bahwa cara wartawan mendefinisikan pekerjaan mereka akan mempengaruhi

konten yang mereka hasilkan. wartawan yang melihat diri mereka sebagai penyebar / netral harus

menulis rekening yang sangat berbeda dari suatu peristiwa daripada mereka yang melihat diri

mereka sebagai penerjemah / peserta. cerita yang paling obyektif dan akurat yang ditulis oleh

siswa yang melihat diri mereka sebagai tengah antara ekstrim netral dan peran peserta yang

ekstrim.

Firlly Edhwita

01312143510

1Dibuat sebagai tugas akhir untuk UAS mata kuliah Formatologi Berita pada Prodi Manajemen

Berita, Jurusan Radio- Tv, Sekolah Tinggi Multi Media Yogyakarta Tahun 2014 dengan Dosen

Pengampu Darmanto

PENGARUH SIKAP JURNALIS TERHADAP BERITA

Judul Buku : “Mediating the Message”

Judul Chapter : “Influences on Content From Individual Media Workers”

Pengaruh Konten dari Pekerja Media

Halaman : 53-81

Pengarang : Pamela Shoemaker and Stephen Reese

Penerbit : Longman Publishing Group

Tahun Terbit : 1991

Jumlah pekerjaan Jurnalis meningkat lebih dari 60 persen antara tahun 1971 dan 1982,

ketika jumlah pekerjaan berita dipaksa di Koran harian dan mingguan, majalah berita, televisi,

radio dan pelayanan berita yang terhitung menjadi 112.072 oleh Weaver dan Wilhoit. Faktanya,

pengeluaran untuk pekerjaan Komunikasi pada umumnya bagus.: Pekerjaan untuk para

Komunikator diperkirakan akan naik lebih cepat dari rata –rata selama tahun 2000 (Badan

Statistik , 1988).

Menggunakan kategori yang berbeda dari Weaver dan Wilhoit, Lembaga Statistik

Amerika pada tahun 1986 mentargetkan jumlah orang yang terikat di pekerjaan komunikasi, Full

time, paruh waktu, atau freelance:

75.000 wartawan dan koresponden, 70 persen bekerja untuk Koran.

214.000 penulis dan editor, hampir 40 persen yang bekerja untuk Koran, majalah,

dan penerbit buku.

61.000 penyiar radio dan televisi dan pembawa berita.

87.000 spesialis Hubungan Masyarakat.

323.000 marketing, periklanan, manajer Hubungan Masyarakat

109.000 Fotografer dan operator kamera, separuhnya bekerja sendiri.

73.000 aktor, sutradara dan produser.

Pengaruh yang potensial pada konten media massa dari faktor dalam pekerja komunikasi.

Pertama, kita melihat karakteristik dari komunikator dan sifat mereka dan latar belakang

professional mereka untuk melihat bagaimana, contohnya, pendidikan Jurnalis akan

mempengaruhi beritanya. Kedua kami mempertimbangkan pengaruh dari etika komunikator ,

sifat, dan kepercayaannya, etika tersebut yang dipegang oleh komunikator sebagai hasil dari latar

belakang mereka atau pengalaman pribadi contohnya etika berpolitik atau kepercayaannya.

Ketiga kami menyelidiki orientasi seseorang dan konsep peran yang komunikator pegang paling

tidak bagian dari fungsi menjadi tersosialisasi pada pekerjaan mereka, contohnya meski jurnalis

mengharuskan dirinya netral terhadap suatu acara atau sebagai peserta yang aktif di semua berita.

EVOLUSI DARI KARIR SI KOMUNIKATOR

Jurnalis selalu menjadi karir yang sangat yang mudah di dapat. Tidak ada izin maupun

tes, anda bahkan tidak perlu gelar sarjana Jurnalis. Karena kebanyakan orang berfikir bahwa

mereka semua akan menghasilkan karya Jurnalis yang bagus. Hasilnya bahwa banyak orang

mencoba pekerjaan Jurnalis sebagai pekerjaan pertama dan pindah ke lainnya. Gaji yang rendah

dan keuntungan adalah alasan untuk meninggalkan dunia Jurnalis (Weaver & Wilhoit, 1986a, pp.

38-39).

Beberapa kali Jurnalis hanya bosan dan terbakar oleh repetisi alami dari pekerjaan itu

(bukan berita pemilihan lain tentang pendukungan kandidat!) atau dari kritikan yang selalu

menemani peran Jurnalis sebagai peneliti pasif dari sebuah kejadian : David Wise, mantan

Kepala harian New York Herald Tribune, berkata bila “reporter menghabiskan banyak waktu

duduk di sekitar koridor menunggu perkembangan dalam untuk mengatakan pada mereka apa

yang terjadi” (Hess, 1981, hal. 123).

Ada jumlah yang pas dari pergerakan antara Jurnalis dan pekerjaan komunikasi massa

lainnya. Beberapa Jurnalis meninggalkan pekerjaan mengumpulkan berita mereka untuk bekerja

sebagai penulis di televisi dan produser.

PENDIDIKAN DARI KOMUNIKATOR

Aspek lain dari latar belakang komunikator adalah jumlah dan tipe pendidikan yang

mereka punya. Departemen Komunikasi sudah disebarkan di Universitas yang berbeda-beda

bidang kejurnalisannya, komunikasi massa, film radi dan televisi, komunikasi verbal, periklanan,

komunikasi seni, komunikasi sains. Awal dari pendidikan Jurnalisme pada tahu 1869 pada saat

singkatnya program Jurnalis (Dennis, 1988, hal. 10-11). Sekarang lebih dari 340 universitas

memberikan gelar sarjana di bidang Jurnalis dan Komunikasi Massa. Dan program ini berlanjut

berkembang. Pada tahun 1985 lebih dari 20.000 sarjana diberi penghargaan pada bidang

Jurnalisme dan Komunikasi Massa lebih dari 6 kali diberi penghargaan 20 tahun terakhir.

Survei pada tahun 1987 mengenai fakultas Komunikasi Massa dari 4 tahun dan program

pascasarjana menunjukkan bahwa 98 persen memiliki pengalaman di bidang media professional

selama kira-kira 9 tahun. Meskipun fakultas menyediakan gelar Ph.Dtapi mempunyai

pengalaman professional yang kurang dibandingkan fakultas yang lain, pengalaman media dari

gelar Ph.D. masih rata-rata lebih dari 6 tahun. Itu bukan hal yang mengejutkan, lalu, Fakultas

Komunikasi Massa sama dengan pekerjaan Jurnalis dari berbagai sisi, termasuk distribusi

geografis, budaya dan agama.

EFEK LATAR BELAKANG PROFESIONAL MEDIA PADA KONTEN

Ya, untuk mengatakan bahwa pengaruh pada konten tidak termasuk pengaruh yang

negatif. Pendidikan Jurnalis lebih baik daripada kebanyakan orang Amerika. Mereka menulis

lebih baik daripada kebanyakan orang Amerika. Apakah perbedaan itu negatif? Apakah dunia

kan menjadi tempat yang lebih baik bila para Jurnalis sedikit mengandung sastra atau memilih

yang lebih tidak berpendidikan?

Masih, ada kecenderungan latar belakang untuk mempengaruhi bagaimana kita melihat

dunia. keluarga kita, sekolah kita, dan semua pengalaman hidup kita membentuk prioritas kami,

harapan dan impian. Ini tidak berbeda proses untuk para profesional komunikasi bagi konstruksi

pekerja, dokter atau pekerja sosial.

SIKAP PRIBADI, NILAI-NIAI DAN KEYAKINAN

Peran bahwa komunikasi massa adalah politik liberal, anti-agama, dan tidak seperti

“Kebanyakan orang Amerika” menjadi hal yang umum beberapa tahun terakhir. Permasalahan

etika Komunikasi Massa dan nilai nilainya berdasarkan asumsi bahwa sikap Jurnalis

mempengaruhi beritanya.

PERAN PROFESIONAL

Apakah Jurnalisme itu adalah suatu pekerjaan? Jawabannya berdasarkan dimana anda

menempatkan kriterianya. Jurnalisme tidak sesuai kriteria profesionalisme. Meski kebanyakan

Jurnalis bekerja sepanjang waktu, mereka berkomitmen pada pekerjaannya dan menunjukkan

pelayanan bantuan masyarakat, tidak ada mekanisme untuk menegakkan standar professional

atau untuk menuruti pendidikan formal. Dan otonomi Jurnalis terbatas oleh kendala organisasi.

BENINDA RAHMADHANY

01312143498

Judul buku : Mediating the Massage: Theories of Influences of Mass

Media Content

Judul Chapter : Influences on Content from Individual Media Workers

(Pengaruh media Konten dari pekerja Individu)

Halaman : 53 - 81

Pengarang : Pamela Shoemaker & Stephen Reese

Penerbit : Longman Publishing Group

Tahun Terbit : 1991

Dalam bab ini kita membahas pengaruh potensial pada konten media massa dari faktor-

faktor yang intrinsik pada pekerja yang berbasis komunikasi. Pertama, kita melihat karakteristik

komunikator dan pada latar belakang pribadi dan profesional mereka juga melihat bagaimana,

misalnya, pendidikan wartawan dapat mempengaruhi kisah mereka. Kedua, kami

mempertimbangkan pengaruh dari komunikator, sikap personal, nilai-nilai, dan keyakinan.

Ketiga, kami menyelidiki orientasi profesional dan konsepsi peran komunikator memegang

setidaknya sebagian sebagai fungsi yang disosialisasikan kepada pekerjaan mereka.

Latar belakang dan Karakteristik

Sekarang ini, keberadaan wanita sungguh banyak di bumi. Itu membuat banyaknya

peluang di lapangan pekerjaan, terutama di media penyiaran. Meskipun ini merupakan peluang

yang selalu meningkat bagi perempuan, persentase perempuan dalam pekerjaan jurnalistik masih

tertinggal. persentase perempuan dalam angkatan Tenaga Kerja AS hampir 43 persen pada tahun

1981.

Sebagai peningkatan jumlah mereka, perempuan juga sudah mulai membuat terobosan ke

manajemen media. Karena lebih banyak perempuan bekerja di jurnalisme, perbedaan gaji yang

besar diamati pada tahun 1970 oleh Jognstone adalah penyempitan substansial.

Evolusi communicaton Pemilik

Jurnalisme selalu menjadi karir yang relatif mudah untuk masuk ke - tidak ada lisensi atau tes

yang diperlukan, Anda tidak perlu gelar sarjana dalam jurnalisme. Omset ini membuat karir jurnalistik

terutama orang muda. Kemudaan dikaitkan dengan kegembiraan, dan perasaan senang dan penemuan

membuat seorang wartawan yang baik. Beberapa wartawan meninggalkan pekerjaan pengumpulan berita

mereka untuk bekerja sebagai penulis dan produser televisi.

Pendidikan dari Komunikator

Sekarang ini sebagian besar profesional media memiliki gelar. Dalam penilaian ini "sekolah

jurnalisme teladan, Footlick (1988) menulis bahwa wartawan yang baik harus" tahu lebih sedikit

tentang banyak hal, mulai dari matematika untuk kebijakan luar negeri, dari politik pengadilan

sejarah seni. Kebanyakan departemen komunikasi massa diselenggarakan menurut media, dalam

editorial berita, majalah, siaran, foto jurnalistik, PR, atau iklan "urutan".

Pengaruh Media Profesional Backgrounds Media Konten

Wartawan lebih terdidik daripada rata-rata. Namun, ada kecenderungan untuk latar belakang kita juga

mempengaruhi bagaimana melihat dunia. Tapi seberapa kuat pengaruh? Weaver dan Wilhoit mengatakan

bahwa efek dari wartawan demografi pada nilai-nilai berita dan konten mungkin kecil, mengingat

pentingnya rutinitas organisasi dan kendala (1986). Oleh karena itu, mungkin dari meningkatnya jumlah

perempuan dan minoritas dalam media massa tidak akan menimbulkan perubahan yang signifikan dalam

konten media pendidikan, sosialisasi, dan kendala organisasi dapat meniadakan perbedaan yang paling

individual antara komunikator.

Seperti dalam semua karir, populasi profesional komunikasi dipilih sendiri-Anda "sukarelawan untuk

menjadi seorang jurnalis; Anda tidak disusun - dan orang-orang yang memilih karir yang sama cenderung

memiliki karakteristik yang sama.

PERSONAL, SIKAP, NILAI, DAN KEYAKINAN

Nilai Pribadi dan Keyakinan

Kami Jurnalis (dan banyak orang Amerika lainnya) umumnya percaya terhadap apa yang disebut "ibu"

nilai - mereka mendukung keluarga, cinta, persahabatan, dan kemakmuran ekonomi; mereka menentang

kebencian, prasangka, dan perang (Gans, 1979). Selain itu, untuk nilai-nilai dasar ini berurusan dengan

kebaikan manusia (atau kurangnya itu), wartawan juga memegang nilai-nilai yang lebih khas dari gerakan

progresif Amerika pada awal abad ke-20.

Demokrasi Altrustic adalah label Gans digunakan untuk menunjukkan sebagian besar wartawan

keyakinan bahwa berita harus "Ikuti kursus berdasarkan kepentingan publik dan pelayanan publik"

(1979).

Sikap Politik Pribadi

Jadi betapa liberal wartawan? Kita telah membahas fakta bahwa wartawan cenderung lebih berpendidikan

daripada rata-rata Amerika - perbedaan yang telah dikaitkan dengan tuduhan bahwa wartawan lebih

politis daripada liberal kebanyakan orang Amerika. Sebuah pendidikan tinggi tidak selalu terikat dengan

liberalisme, namun. Sedangkan mahasiswa tahun 1960-an dan awal 1970-an cenderung moe liberal dari

orang tua mereka, mahasiswa di tahun 1980-an telah menunjukkan kecenderungan untuk menjadi lebih

konservatif.

Entah benar atau tidak, banyak orang bertahan dalam persepsi mereka tentang wartawan yang secara

politik lebih liberal daripada populasi umum, dan jurnalis tidak kebal terhadap hal ini: Dalam studinya

tentang "elit" Washington korps pers, Hess (1981) menemukan bahwa, meskipun Washington Jurnalis

juga melihat korps berita memiliki bias liberal, mereka menilai diri mereka sebagai lebih konservatif

dibandingkan gambar ini. Hess menyimpulkan bahwa elit Washington wartawan lebih apolitis dari tekan

kritikus menyiratkan.

Orientasi Agama Pribadi

Erat dengan argumen tentang wartawan orientasi politik adalah sejauh mana wartawan atau menentang

Christanity, Yudaisme, atau agama lainnya. Olasky (1988) mengatakan tha meskipun jurnalisme adalah

humanisme Kristen dan panteisme (dan telah) meninggalkan warisan Kristen mereka.

PERAN PROFESIONAL DAN ETIKA

Sebagai jurnalis muda membaca surat kabar mereka bekerja atau menonton newcasts stasiun televisi

mereka, mereka belajar banyak tentang norma-norma masyarakat dan bagaimana wartawan menutupi

kontroversi.

Breed menambahkan bahwa komunikasi langsung dari kebijakan dari editor atau penerbit / manager

jarang. Karyawan baru leaen "oleh osmosis", misalnya dengan mendengarkan atasan mereka membahas

pro dan kontra dari berbagai berita. Informasi kebijakan dilakukan tidak hanya oleh apa yang eksekutif

mengatakan, tetapi juga oleh apa yang tidak mereka katakan.

Peran Profesional

Apakah Jurnalisme profesi? Jawabannya tergantung pada set kriteria yang Anda gunakan. Satu

mendefinisikan profesi sebagai memiliki karakteristik sebagai berikut: waktu pekerjaan penuh, praktisi

sangat berkomitmen untuk tujuan profesi, masuk ke dan kelanjutan dalam profesi diatur oleh sebuah

organisasi formal yang menetapkan standar profesional, praktisi mengaku profesi fllowing ditentukan

sekolah formal dan akuisisi tubuh khusus pengetahuan, melayani masyarakat, dan memiliki otonomi

tingkat tinggi.

Peran Etika

Wartawan keyakinan tentang apa yang etis dapat memberikan pengaruh nyata pada konten media.

Meskipun jurnalisme secara keseluruhan tidak memiliki kode etik ditegakkan, ini memiliki standar yang

diterbitkan mengatur bagaimana staf mereka harus beroperasi.

Untuk akhir, kami menyatakan penerimaan standar praktek di sini ditetapkan; tanggung jawab,

Kebebasan Pers, Etika, Akurasi dan Objektivitas, Fair Play, dan saling percaya.

Peran penilaian etis lebih mudah untuk menilai. Apakah keputusan untuk menerbitkan foto tertentu

didasarkan pada kode etik yang diterbitkan atau keputusan pribadi individu, keputusan memiliki efek

nyata pada media content.more menarik, namun situasi ketika standar etika dapat berbenturan dengan satu

sama lain atau dengan nilai-nilai, seperti kesopanan publik, menghormati konvensi, dan ketertiban.

Valentina S. Sitorus

013 12 143 494