Definisi: infeksi jamur dermatofita pada daerah kruris dan sekitarnya (lipatan paha, daerah perineum dan sekitar anus) Etiologi: T. Rubrum, T. Mentagrophytes, atau E. Floccusum.
1
Klinis• [dapat akut, menahun, bahkan berlangsung
seumur hidup] • Rasa gatal hebat, bertambah bila berkeringat• Lesi berbatas tegas (daerah genito-krural
saja, atau meluas ke daerah sekitar anus, intergluteal sampai ke gluteus), eflorosensi polimorf
• Kronis: bercak hitam bersisik. Erosi dan cairan karena garukan
2
Pembantu Diagnosis
• Pemeriksaan langsung sediaan basah(KOH 20%)
• Pemeriksaan dengan biakan(Media Sabouroud dekstrosa)
3
Pengobatan
• Sistemik vs topikal• Keberhasilan tergantung dari faktor
predisposisi, faktor penderita dan faktor obat
• !!! Infeksi jamur sering kambuh
4
Terapi Lokal
• Untuk lesi superfisial• Lesi meradang akut dengan vesikel dan
eksudat kompres basah terbuka• Hiperkeratosis memerlukan terapi
lokal dengan bahan keratolitik, mis asam salisilat 3-6%. !!! Sensitisasi kulit
5
Obat topikal– Antifungal konvensional
• Salep Whitfield, Castelani’s paint, asam udesilinat
– Antifungal terbaru• Tolnaftate 2%, tolsidat, haloprogin, cyclopirox
olamine 1%, naftifine 1%, imidazole
6
Terapi Sistemik
• Antifungal konvensional– Griseofulvin
• Dari penicillium• Dosis anak 10-20 mg/kgBB sehari. Dewasa
500-1000mg sehari• Lama pemberian lokasi, penyebab,
imunitas• ES berat jarang. ES lain sakit kepala (15%)
7
Antifungal non konvensional
• Ketoconazole– Obat oral pertama dengan spektrum luas
untuk dermatofitosis– Fungistatik– Absorpsi ↓: pH lambung ↑, antagonis H2,
antasid.– ES: mual, pruritus– KI: bumil, g3 hepar, hipersensitif– 200 mg durante cunam 8
• Triazole– Itraconazole
• Spektrum luas, 100mg/hari 15 hari tinea cruris & capitis. Palmoplantar 100 mg/hr 30 hr.
– Fluconazole
• Terbinafine– Analog naftifine, fungisid (menghambat sintesis
ergosterol)– ES: g3 GI– Dosis: 2x250 mg/hari 2-4 minggu
9
Pencegahan
• Daerah intertrigo kering • Alas kaki pas dan tidak terlalu ketat• Hiperhidrosis kaos katun yang menyerap
keringat• Pakaian handuk sering diganti
10
Simulasi Kasus• Nn Puspa (17 th), pelajar SMA• Jln Kp Melayu RT 10 No 45 BJM• KU: gatal
– Gatal 1 minggu di lipat paha, menjalar ke paha dalam, digaruk sampai mengelupas
– Lokasi tampak basah dan kehitaman– Cuaca panas/berkeringat/stlh OR +gatal
• Rx terapi: bedak salicyl (tidak sembuh)
11
Pemeriksaan Fisik• Tanda Vital TD = 110/70 mmHg Rr = 24x/’ N = 88x/’ T = 38oC• Kepala dan Leher : dalam batas normal, bibir agak
kering• Thorax : Cor Pulmo dbn• Abdomen : Bising usus ↑
Pemeriksaan Dermato-Venereologik• Daerah inguinal dan paha : ditemukan macula
eritema, eksudatif, central healing, skuama di bagian tepi.
12
Diagnosis • Tinea Kruris
Tujuan Pengobatan• Kausatif antifungal• Simptomatik antipiretik, antihistamin• Mencegah kekambuhan hilangkan faktor
predisposisi
13
Daftar Kelompok ObatNo Kelompok Obat Obat
1 Antijamur sistemik GriseofluvinKetoconazole
2 Antijamur topikal Clotrimazole krim 1%Miconazole krim 2%
3 Antihistamin Loratadine TabCTM tab
4 Antipiretik Paracetamol tabIbuprofen tab
14
Perbandingan Obat Menurut Khasiat, Keamanan, dan Kecocokannya
Kelompok/Jenis Obat
Khasiat (Efek) Keamanan BSO (Efek Samping Obat) Kontraindikasi
Griseofulvin Antijamur sistemik Sakit kepala, mual, muntah, lelah, agranulositosis, leukopenia, neuropati perifer, gangguan koordinasi
Gangguan hati, hipersensitif, wanita hamil dan menyusui
Ketokonazole Antijamur sistemik Mual, muntah, nyeri perut, sakit kepala
Gangguan fungsi hati, hipersensitif, wanita hamil
Clotrimazole krim 1% Antijamur topikal Eritema, edem, pruritus, urtikaria, sensasi panas, dan iritasi kulit
Hipersensitif, hamil trimester pertama
Mikonazole krim 2 % Antijamur topikal Iritasi, rasa terbakar, dan maserasi Hipersensitif
Loratadine tab Antihistamin Rasa letih, nyeri kepala, mulut kering, gangguan GIJarang: alopesia, anafilaksis, g3 hepar
Hipersensitif
Klorfeniramin Maleat Antihistamin Sedasi, gangguan psikomotor, gangguan GI, hipotensi, kelemahan otot, tinitus, euforia
Infeksi saluran nafas bawah, bayi baru lahir, preterm
Paracetamol tab Antipiretik Jarang: rekasi alergi, anemia hemolitik, nekrosis ginjal dan hepar, koma hipoglikemik
Penderita g3 hati, ginjalHipersensitif
Ibuprofen Antipiretik Ganguang GI, eritem, nyeri kepala, trombositopeni
Tidak boleh diberikan bersama warfarin, furosemid, tiazid, β blocker, prazoin, captopril
5. Pilihan Dan Alternatif Obat Yang Digunakan
Antijamur Sistemik
UraianObat Pilihan Obat Alternatif
Antijamur Sistemik Griseofulvin Ketokonazole
BSO (Generik, Paten, Kekuatan)Tablet 125 mg, 500 mgPaten : Fulvin, Griseofort, Grivin (10)
Tablet 200 mgPaten : Nizoral, Mycoral, Zorulin (10)
BSO yang diberikan dan alasanTablet 125 mgKarena lebih praktis dan ekonomis
Tablet 200 mgKarena lebih praktis dan ekonomis
Dosis Referensi Dewasa : 0,5-1 gram/hari (4) Dewasa : 200 mg/hari (4)
Dosis dalam kasus500 mg/hariKarena sesuai dengan dosis dewasa
200 mg/hariKarena sesuai dengan dosis dewasa
Frekuensi Pemberian dan alasan
Diberikan 4 kali sehari, karena hasil akan lebih memuaskan bila dosis yang dibutuhkan dibagi empat dan diberikan setiap 6 jam (4)
Diberikan 1 kali sehari, karena sudah mencukupi dosis (4)
Cara Pemberian dan alasan Per Oral, karena penderita masih dapat
makan dan minum
Per Oral, karena diserap baik melalui saluran cerna dan penderita masih dapat makan dan minum
Saat Pemberian dan alasannyaBersama-sama dengan makanan, karena
penyerapannya akan menjadi lebih baik
Bersama-sama dengan makanan, karena dapat mengurangi efek samping mual dan pruritus
Lama Pemberian
2 minggu, setelah sembuh klinis dilanjutkan selama 2 minggu karena penyembuhan sempurna (biakan jamur menjadi negatif) terjadi dalam 1-2 minggu
10-14 hari, agar terjadi penyembuhan sempurna
b. Antijamur Topikal
UraianObat Pilihan Obat Alternatif
Antijamur Topikal Clotrimazol krim 1% Mikonazol krim 2%
BSO (Generik, Paten, Kekuatan)
Krim 1%, Larutan 1%, Krim vaginal 1%, Tablet vaginal. Paten : Canesten, Baycuten-N, Gyne/Lotremin, Mycelex (2,9)
Krim 2%, Bedak tabur 2%, Gel 2%, Krim vaginal 2%
Paten : Daktarin, Gyno-Daktarin (2)
BSO yang diberikan dan alasan
Krim 1% (9)
Karena sesuai untuk lesi pada tinea dan dapat mempercepat proses penyembuhan
Krim 2% (9)
Karena sesuai untuk lesi pada tinea dan dapat mempercepat proses penyembuhan
Dosis Referensi Dioleskan 2-3 kali sehari (8) Dioleskan 2-3 kali sehari (8)
Dosis dalam kasus30 gr, diberikan selama 14 hari,
berdasarkan 1FTU=0,5gr (4)
30 gr, selama 14 hari, berdasarkan 1FTU=0,5 gr (4)
Frekuensi Pemberian dan alasanDiberikan 2 kali sehari, karena sudah
mencukupi dosisDiberikan 2 kali sehari, karena sudah
mencukupi dosis
Cara Pemberian dan alasanDioleskan pada lesi, karena dapat
mempercepat proses penyembuhanDioleskan pada lesi, karena dapat
mempercepat proses penyembuhan
Saat Pemberian dan alasannyaTidak ada aturan khusus, sebaiknya
dioleskan pada pagi dan malam hariTidak ada aturan khusus, sebaiknya
dioleskan pada pagi dan malam hari
Lama Pemberian2-3 minggu, agar terjadi penyembuhan
yang sempurna2-3 minggu, agar terjadi penyembuhan
yang sempurna
No Uraian Obat pilihan Obat alternatif
1. Nama obat Loratadin Klorfeniramin maleat
2. BSO (generik, paten, kekuatan) Paten : Alernitis tab 10 mg; Allohex tab 10 mg, Alloris tab 10 mg; Anlos tab salut 10 mg; Clarihis tab 10 mg; Claritin tab 10 mg, tab effervescent 10 mg, sirup 5 mg/ 5ml; Clatatin tab 10 mg; Cronitin tab 10 mg; Hislorex tab 10 mg, sirup 5 mg/ 5ml; Imunex tab 10 mg, sirup 5 mg/ 5ml; Inclarin tab 10 mg, sirup 5 mg/ 5ml; Lorihis tab 10 mg, sirup 5 mg/ 5ml; Pylor kaplet 10 mg, sirup 5 mg/ 5ml; Sohotin tab 10 mg; Winatin tab 10mg
Generik : CTMBSO : tablet 4 mg. Paten : Chlorphenon tab 4 mg vial 10 mg/ml; Cohistan tab 4 mg; Dehista kaplet 4 mg; CTM Berlico kaplet 4 mg;
3. BSO yang diberikan alasannya tablet, sesuai keadaan penderita tablet, sesuai keadaan penderita
4. Dosis referensi Anak: 2-5 tahun 5 mg 1 kali sehari6-12 tahun 10 mg 1x sehariDewasa: 10 mg 1 kali sehari
Usia 1-2 thn:1 mg 2 kali/hari2-5 thn: 1 mg/4-6 jam6-12 thn: 2 mg/4-6 jamDewasa: 4 mg/4-6 jam
5. Dosis kasus tersebut dan alasannya 1 tablet per hari (10 mg), (kalau perlu) 1 tablet (4 mg) 4x sehari (kalau perlu)
6. Frekuensi pemberian 1 kali sehari 4 kali sehari
7. Cara pemberian dan alasannya Peroral dalam bentuk tablet karena tidak ada gangguan dalam menelan dan absorbsi obat
Peroral dalam bentuk tablet karena tidak ada gangguan dalam menelan dan absorbsi obat
8.Saat Pemberian dan alasannya
Tidak ada aturan khusus, karena absorbsi obat tidak terganggu oleh makanan
Tidak ada aturan khusus, karena absorbsi obat tidak terganggu oleh makanan
9. Lama pemberian Diberikan selama masih ada keluhan gatal Diberikan selama masih ada keluhan gatal
c. Antihistamin
d. Tabel antipiretik
No Uraian Obat pilihan Obat alternatif
1. Nama obat Parasetamol Ibuprofen
2. BSO (generik, paten, kekuatan) Generik : ParasetamolBSO : tablet 100 mg, 500 mg, sirup 125 mg/ 5 ml. Paten : Sanmol drops 80 mg/0,8 ml; sirup 120 mg/5 ml; tablet 500 mg.
Generik : Ibuprofen BSO : tablet 200 mg, 400 mg dan 600 mg.Paten : Proris sirup 100 mg/5 ml; 200 mg/5 ml; kaptab Ss.200 mg
3. BSO yang diberikan alasannya Puyer, sesuai keadaan penderita Puyer, sesuai keadaan penderita
4. Dosis referensi Anak 3-6 tahun : 120 mg/ kali Dewasa 1-2 tablet 3sehari
Dewasa: 200-400 mg 3x/hari20 mg/kgBB/hari / 6-8 jam
5. Dosis kasus tersebut dan alasannya
1 tablet 500 mg 1 tablet 200 mg
6. Frekuensi pemberian 3 kali sehari 3 kali sehari
7. Cara pemberian dan alasannya Peroral karena tidak ada gangguan dalam menelan dan absorbsi obat
Peroral karena tidak ada gangguan dalam menelan dan absorbsi obat
8. Saat pemberian dan alasannya Sebelum makan Setelah makan, dapat mengiritasi lambung.
9. Lama pemberian Diberikan selama masih demam dan nyeri
Diberikan selama masih demam dan nyeri.
ResepPilihan
dr. Ridzqie AriyaniSIP No. 023/PSPD/21/06/2007
Praktek Umum
Alamat Praktek Alamat RumahJl. A.Yani No.67 Komp.BIP Jl.Kasturi Banjarmasin Raya No.69 BjmTelp.(0511)3254064 Telp.(0511)3261011
Banjarmasin, 21 April 2009
R/ Ketoconazole tab. 200 mg No. VII S s d.d. tab. I d.c. n.
R/ Lotremin crem tube 30 gram No II S b d.d m et v.u.e
R/ Paracetamol tab 500 mg No X S prn t d.d. tab I pc (febris)
R/ Loratadine tab 10 mg No V S prn s d.d. tab I ac (pruritus)
Pro : Nn. Puspa Umur : 17 tahun Alamat: Jl. Kp Melayu RT 10 No 45 BJM
ResepAlternatif
dr. Ridzqie AriyaniSIP No. 023/PSPD/21/06/2007
Praktek Umum
Alamat Praktek Alamat RumahJl. A.Yani No.67 Komp.BIP Jl.Kasturi Banjarmasin Raya No.69 BjmTelp.(0511)3254064 Telp.(0511)3261011
Banjarmasin, 21 April 2009
R/ Griseofluvin tab 125 mg No. XXVIII S q d.d. tab. I d.c. (o.6h)
R/ Mikonazole crem tube 10 gram No I S b d.d m et v.u.e
R/ Ibuprofen tab 200 mg No X S prn t d.d. tab I pc (febris)
R/ CTM tab 4 mg No XV S prn q d.d. tab I ac (pruritus)
Pro : Nn. PuspaUmur : 17 tahun Alamat : Jl. Kp Melayu RT 10 No 45 BJM
Pembahasan
• Diagnosis pada kasus ini adalah Tinea Kruris yaitu suatu infeksi jamur (dermatofitosis) pada daerah genito-krural atau meluas ke daerah sekitar anus, intergluteal sampai ke gluteus
• Ax: pruritus di daerah kruris– Lokasi tampak basah dan kehitaman, kadang jika
digaruk sampai mengelupas. – Cuaca panas, berkeringat, habis olahraga, gatal
semakin bertambah.– Rx terapi: bedak salicyl (tidak sembuh-sembuh)
22
• Pengobatan pada kasus ini meliputi pengobatan kausatif secara topikal maupun sistemik, karena untuk mempersingkat waktu pengobatan.
• Pasien termasuk individu aktif anti jamur topikal saja mudah hilang oleh keringat; jadi dikombinasikan dengan antijamur sistemik.
23
• Untuk pengobatan antijamur secara sistemik dipilih ketoconazole, namun hati-hati hepatotoksisitas Alternatif: griseofluvin
• Dosis: 0,5-1 gr pada dewasa, dibagi 4 dosis.
24
Topikal
• golongan imidazole yaitu clortrimazole krim, pada kasus ini diberikan dalam bentuk paten (Lotremin®) karena tidak tersedia dalam bentuk generik
• Cara penggunaan krim ini yaitu dioleskan pada daerah lesi, diharapkan dengan pemberian krim ini akan mempercepat penyembuhan.
• Sebagai obat alternatifnya diberikan miconazole krim 2 %. 25
Simptomatik• Pada kasus: T 38°C PCT dengan
alternatif ibuprofen.PCT dipilih karena demam ringan (subfebris)
• Gatal: antihistamin loratadin alternatif CTM. Loratadin dipilih karena efek non sedatifnya
26
• Pengendalian obat dilakukan dengan memperhatikan dosis, lama pemberian, dan efek samping.
• Bila timbul efek samping, obat harus segera dihentikan dan dapat diganti dengan obat lain. Penggunaan antijamur harus habis dan tidak boleh terputus untuk mencegah resistensi
• Kontrol 1 minggu untuk melihat perkembangan keluhan sehingga bisa dipertimbangan pergantian obat atau penghentian obat 27