39
8ab 2 Teori, Konsep Oasar, Standar (Norma), Materialitas; dan Risiko Pemeriksaan Teori menurut klasifikasinya ada dua yaitu bersifat normatif yang berarti teori tersebut seharnsnya dilaksanakan, dan bersifat deskriptif yang berarti yang sesungguhnya dilaksanakan. Tidak seperti pada akuntansi, pada auditing tidak banyak yang berbicara teori auditing sebagai lawan kata dari praktik auditing. Pada kebanyakan orang auditing hanyalah suatu rangkaian prosedur, metode, dan teknik. Auditing tidak lebih dari sekedar suatu cara untuk melakukan sesuatu dengan sedikit penjelasan, uraian, rekonsiliasi dan argumentasi. Namun demikian, sedikitnya ada tiga usaha yang telah dicoba untuk meyakinkan dan mengembangkan bahwa diperlukan adanya suatu teori normatif dalam auditing. Yang paling pertama melakukan usaha itu adalah Professor R.K. Mautz dan H.A. Sharaf yang terkenal dengan "The Philosophy of Auditing" nya. Elemen-elemen dasar teori adalah sbb: I. Postulat, yaitu konsep dasar yang harus diterima. 2. Teori, yaitu dalil yang diterangkan oleh postulat. 3. Struktur, yaitu komponen dari disiplin tertentu dan hubungan antar komponen tersebut. 4. Prinsip, yaitu kaidah-kaidah yang diterapkan dalam praktek. 5. Standar, yaitu kualitas yang ditetapkan dalam hubungannya dengan praktik. Teori pemeriksaan merupakan tuntunan untuk melaksanakan pemeriksaan yang bersifat normatif. Dalam melakukan pemeriksaan, seorang akuntan menerapkan prosedur pemeriksaan sesuai dengan standar/norma yang diterima oleh umum. Untuk menetapkan

Teori Konsep Dasar Standar(Norma) Materialitas Dan Risiko Pemeriksaan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ruskanu maarif

Citation preview

8ab 2 Teori, Konsep Oasar, Standar (Norma), Materialitas;dan Risiko PemeriksaanTeori menurut klasifikasinya ada dua yaitu bersifat normatif yang berarti teori tersebut seharnsnya dilaksanakan, dan bersifat deskriptif yang berarti yang sesungguhnya dilaksanakan.Tidak seperti pada akuntansi, pada auditing tidak banyak yang berbicara teori auditing sebagai lawan kata dari praktik auditing. Pada kebanyakan orang auditing hanyalah suatu rangkaian prosedur, metode, dan teknik. Auditing tidak lebih dari sekedar suatu cara untuk melakukan sesuatu dengan sedikit penjelasan, uraian, rekonsiliasi dan argumentasi. Namun demikian, sedikitnya ada tiga usaha yang telah dicoba untuk meyakinkan dan mengembangkan bahwa diperlukan adanya suatu teori normatif dalam auditing. Yang paling pertama melakukan usaha itu adalah Professor R.K. Mautz dan H.A. Sharaf yang terkenal dengan "The Philosophy of Auditing" nya.Elemen-elemen dasar teori adalah sbb:I. Postulat, yaitu konsep dasar yang harus diterima.2. Teori, yaitu dalil yang diterangkan oleh postulat.3. Struktur, yaitu komponen dari disiplin tertentu dan hubungan antar komponen tersebut.4. Prinsip, yaitu kaidah-kaidah yang diterapkan dalam praktek.5. Standar, yaitu kualitas yang ditetapkan dalam hubungannya dengan praktik.Teori pemeriksaan merupakan tuntunan untuk melaksanakan pemeriksaan yang bersifat normatif. Dalam melakukan pemeriksaan, seorang akuntan menerapkan prosedur pemeriksaan sesuai dengan standar/norma yang diterima oleh umum. Untuk menetapkan standar/norma dibutuhkan suatu konsep yang medasarinya, sehingga standar/norma terse but dapat dijabarkan dalam prosedur yang dapat digunakan dalam pemeriksaan. Hubungan an tara konsep .prosedur dan standar dapat dilihat pada gambar berikut:Konsep Standar Prosedur24II II 'I'Teori pemeriksaan tersusun atas 5 konsep dasar. Berikut ini pembahasan secara ringkas kelima konsep tersebut:

1. Bukti (Evidence)Tujuan memperoleh dan mengevaluasi bukti adalah untuk memperoleh pengertian sebagai dasar dalam memberikan kesimpulan atas pemeriksaan yang dituangkan dalam pendapat akuntan. Bukti harus diperoleh dengan cara-cara tertentu agar hasil yang dicapai maksimal. Secara umum usaha untuk memperoleh bukti adalah dengan cara:

a. Authoritarianisme - didasarkan atas keterangan dari pihak lain. Misalnya keteranganlisan dari manajemen dan karyawan serta keterangan tertulis berupa dokumen.b.Mistikisme - bukti yang dihasilkan dari intuisi. Misalnya pemeriksaan buku besar dan penelaahan atas keterangan pihak luar.c.Rasionalisasi - pemikiran dari asumsi yang diterima. Misalnya penghitungan kembali oleh pemeriksa, pengamatan atas pengendalian internnya dll,d. Empirikisme - pengalaman yang sering terjadi. Misalnya perhitungan dan pengujiansecara fisikoe. Pragmatisme - hasil dari praktek. Misalnya kejadian setelah tanggal neraca(subsequenevent).2. Kehati-hatian dalam pemeriksaanKonsep kehati-hatian dalam pemeriksaan ini didasarkan pada issue pokok tingkat kehati-hatian yang diharapkan pada pemeriksa yang bertanggung jawab. Tanggung jawab disini dalam arti tanggung jawab seorang profesional dalam melaksanakan tugasnya. Konsep ini lebih dikenal dengan sebutan konsep konservatif. Konsep ini diprediksikan untuk mengurangi timbulnya kesalahan yang diakibatkan oleh faktor kesalahan manusiawi (human error).3. Penyajian/pengungkapan yang wajarKonsep ini menuntut adanya informasi laporan keuangan yang bebas (tidak memihak), tidak bias, dan mencerminkan hasil operasi perusahaan, posisi keuangan serta aliran kas. Konsep penyajian yang wajar ini dijabarkan lagi dalam 3 subkonsep:Accounting proprietyberhubungan dengan penerapan prisip akuntansi tertentu dalam kondisi tertentu.Adequate diclosureberkaitan dengan jumlah dan luas pengungkapanJpenyajian informasi.Audit Obligationberkaitan dengan kewajiban independen auditor dalam menyatakan pendapat.4. IndependensiIndependen merupakan suatu sikap mental yang dimiliki pemeriksa untuk tidak memihak dalam melakukan pemeriksaan. Agar suatu laporan keuangan dapat memberikan manfaat bagi para pemakai, harus ada independensi dalam 2 hal yaitu:laporan keuangan yang diperiksa dan pembuat dan pemakai laporan keuangan.

Independensi pemeriksa dipakai dalam 2 kelompok:

a Practioner independencemerupakan pikiran, sikap tidak memihak dan percaya diri yang mempengarnhi pendekatan pemeriksa dalam pemeriksaan.

h. Profession independencemerupakan persepsi yang timbul oleh anggota masyarakat keuangan dan umum tentang pemeriksa sebagai kelompok.

5. Etika perilakuEtika dalam pemeriksaan akuntan berkaitan dengan perilaku yang ideal dari seorang auditor profesional yang independen dalam melaksanakan pemeriksaan.

Setelah mengenal konsep-konsep dasardalam pemeriksaan akuntan, langkah selanjutnya . adalah mempelajari atau memahami standar atau norma pemeriksaan akuntan.~~'~"""'_""""'~""" ,. ""'..~..,,,_~..,.,,,, _,"""""- -""',,_"'., '''~'''' "',,,~,.~./N6RiA;~EMERIKSAAN YANG DITERIMA.-~~~;V~~:~A'udftor'aalarrrpenUg[San-pe~saaftflya1f~s selalu menyelaraskan diri dengan norma pemeriksaan akuntan (NPA). NP A yang diterima oleh umum dalam kaitannyadengan pemeriksaan akuntan terdiri atas tiga buah norma, yakni norma umum, norma pelaksanaan pemeriksaan, dan norma pelaporan.1. Norma umumNorma umum terdiri dari 3 norma:a.Pemeriksaan harus dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang yang telah memiliki ketrampilan teknis yang cukup serta berkeahlian sebagai auditor.b.Dalam segala suasana yang berkaitan dengan pemeriksaan, sikap mental yang independen harus senantiasa dipertahankan oleh auditor.c. Auditor harus menggunakan kesungguhan dan ketrampilan profesionalnya dalarn pelaksanaan pemeriksaan dan penyiapan laporan akuntan.2. Norma pelaksanaan pemeriksaana.Pemeriksaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan asisten auditor,jika ada, harus memperoleh pengawasan yang memadai.b.Pengetahuan yang cukup mengenai struktur pengendalian intern klien harus didapatkan untuk dipergunakan dalam perencanaan dan penentuan sifat, waktu, dati luas pengujian. 'c.Bukti yang kompeten dan cukup untuk mendukung pendapat didapatkan dengan cara inspeksi, observasi, wawancara dan konfirmasi untuk digunakan sebagai dasar pernyataan pendapat atas laporan keuangan yang diperiksa.26"r I3. Norma pelaporanNorma pelaporan terdiri atas 4 norma:aLaporan akuntan harus mengandung pemyataan apakah laporan keuangan disajikan menurut prinsip akuntansi yang lazim.b.Laporan akuntan harus mengidentifikasikankonsistensi penerapan prinsip akuntansi yang lazim pactaperiode berjalan dibandingkan dengan periode sebelumnya.c.Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan dianggap cukup kecuali dinyatakan lain dalam laporan akuntan.d.Laporan akuntan harus menyatakan suatu penctapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan, atau suatu penegasan bahwa pendapat tidak dapat diberikan . Jika pendapat tidak diberikan, maka alasan-alasannya harus dinyatakan. Jika nama auditor dihubungkan dengan laporan keuangan, maka laporan akuntan harus mengandung petunjuk mengenai batas- batas tanggungjawab yang dimiliki auditor tersebut.Adanya norma-norma tersebut ditujukan untuk menjamin suatu kinerja auditor pada penugasan pemeriksaannya. Contoh pertama adalah adanya persyaratan mengenai kecakapan teknis sebagai auditor. Maksud persyaratan ini adalah bahwa auditor harus memiliki latar belakang pendidikan akuntansi pada perguruan tinggi, memiliki pengalaman di bidang auditing, pengetahuan mengenai industri dimana klien beroperasi, mengikuti program pendidikan berkesinambungan dan lain sebagainya.Konsep independensi mungkin merupakan konsep yang paling penting di bidang pemeriksaan keuangan. Seorang auditor tidak hanya dituntut untuk bersikap independen (be independent), namun juga harus berpenampilan independen (appear to be independent). Acap kali akuntan publik memberikan jasa penyusunan laporan keuangan klien, atau yang lebih dikenal dengan istilah kompilasi. Pada bentuk penugasan ini, akuntan publik berperan sebagai penyusun laporan keuangan. Fungsi penyusun laporan keuangan ini berbeda dengan fungsi akuntan publik sebagai penguji laporan keuangan. Akuntan publik tidak harus independen dalam menjalankan fungsi yang pertama, sedangkan untuk fungsi yang kedua akuntan publik harus senantiasa mempertahankan sikap mental independen.Norma-norma tersebut diatas berkaitan erat dengan konsep-konsep dalam pemeriksaan akuntan :1.Norma umum berkaitan dengan konsep independensi, etika perilaku dan pelaksanaan pemeriksaan yang hati-hati.2. Norma pelaksanaan berkaitan dengan konsep bukti3. Norma pelaporan berkaitan dengan konsep penyajian yang wajar.Norma pemeriksaan akuntan dalamperkembangannyamengalarnibanyakkritik, terutama dalam 2 hal:a. Norma-norma tidak cukup spesifikb.Norma-norma tidak dapat mengkover perkembangan yang terjadi dalam pelayanan akuntan.Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, pada tahun 1986 dikeluarkan "Attestation

Standars" yang merupakan pengembangan dari norma yang sebelumnya.

R/S/KO PEMER/KSAAN DAN MATER/ALITASRisiko Pemeriksaan (Audit risk) merupakan kemungkinan akuntan tidak menemukan adanya kesalahan yang sifatnya material sehingga dapat merubah pendapat yang telah diberikan. Dengan demikian, risiko pemeriksaan adalah risiko di mana akuntan secara tidak sadar gagal untuk memodifikasi pendapatnya secara layak terhadap laporan keuangan yang salah saji secara material.

Keberadaanrisiko audit diakui oleh akuntan pemeriksa di dalam standar laporan akuntan yang menyatakan bahwa akuntan pemeriksa memperoleh jaminan yang layak (reasonable assurance) tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji yang material.

Konsep materialitas (materiality) adalah konsep yang mengakui hal-hal, baik secara individual maupun keseluruhan, adalah penting untuk penyajian yang wajar yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim. Di dalam frase "penyajian yang wajar, dalam segala hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim." menunjukkan bahwa auditor percaya laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari salah saji yang material.FASB, SFAC No.2, "Qualitative Characteristics of Accounting Information," mendefinisikan bahwa materialitas adalah:Besamya kealpaan dan salah saji informasi akuntansi, yang di dalam lingkungan tersebut membuat kepercayaan seseorang berubah atau terpengarnh dari adanya kealpaan dan salah saji tersebut.Risiko audit dan materialitas ada di dalam:1. Perencanaan pemeriksaan dan perancangan prosedur pemeriksaan.2.Evaluasi terhadap laporan keuangan secara keseluruhan, apakah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim?Auditor harus menetapkan risiko pemeriksaan dan materialitas untuk memperoleh bukti kompeten yang cukup untuk mengevaluasi secara tepat laporan keuangan.Akuntan pemeriksa mengakui bahwa ada hubungan terbalik (inverse) antara risikq pemeriksaan dengan tingkat materialitas. Hal ini dapat dicontohkan: Saldo rekening dan klas! klas transaksi yang berhubungan dengan laporan manajemen dapat disalahsajikan dengan jumlah yang sangatbesar,namunhal demikianini mempunyaitingkatrisikoyang sangatrendahiITingkat risiko pemeriksaan pada umumnya dinyatakan dalam bentuk kualitatif seperti,rendah-sedang-tinggi, dan dalam bentuk kuantitatif, yaitu dalam persentase.Audit risk (risiko pemeriksaan) menurut Norma Pemeriksaan Akuntan meliputi 3 macam bentuk yaitu:1, Inherent Risk (risiko bawaan)IKerentanan suatu saldo perkiraan atau golongan transaksi terhadap suatu kekeliruan28yang dapat menjadi material, apabila digabungkan dengan kekeliruan pada saldo perkiraan atau golongan transaksi yang lain, dengan asumsi bahwa tidak terdapat struktur pengendalian intern yang berhubungan dengan itu.

Risiko kekeliruan dernikian adalah lebih besar pada saldo perkiraan atau golongan transaksi tertentu dibandingkan dengan yang lain. Sebagai contoh, perhitungan yang rurnit lebih mungkin keliru dilaporkan jika dibandingkan dengan perhitungan yang sederhana. Uang tunai lebih mudah disalahgunakan daripada persediaan batu bara. Perkiraan yang terdiri dari jumlah yang merupakan taksiran akuntansi cenderung mengandung risiko lebih besar daripada perkiraan yang sifatnya relatif rutin dan faktual. Faktor ekstern juga mempengaruhi risiko bawaan. Sebagai contoh, perkembangan teknologi mungkin menyebabkan produk tertentu menjadi usang, sehingga mengakibatkan persediaan cenderung dilaporkan lebih besar. Sebagai tambahan terhadap faktor-faktor tersebut yang khusus menyangkut saldo perkiraan atau go long an transaksi tertentu, faktor-faktor yang berhubungan dengan beberapa atau seluruh saldo perkiraan atau golongan transaksi mungkin mempengaruhi risiko bawaan yang berhubungan dengan saldo perkiraan atau golongan transaksi tertentu. Faktor yang terakhir ini mencakup, misalnya kekurangan modal kerja untuk melanjutkan usaha atau penurunan aktivitas industri yang ditandai oleh banyaknya kegagalan usaha.2. Control Risk (risiko pengendalian)Risiko bahwa suatu kekeliruan dapat terjadi pada saldo perkiraan atau golongan transaksi tertentu yang dapat menjadi material, apabila digabungkan dengan kekeliruan pada saldo perkiraan atau golongan transaksi yang lain, yang tidak dapat dicegah atau ditemukan secara tepat waktu oleh struktur pengendalian intern. Risiko tersebut merupakan fungsi efektivitas dari prosedur pengendalian intern untuk mencapai tujuan umum struktur pengendalian intern. Risiko pengendalian tertentu akan selalu ada karena keterbatasan yang terbawa pada setiap struktur pengendalian intern.3. Detection Risk (risiko penemuan)Risiko bahwa prosedur pemeriksaan yang dilaksanakan oleh akuntan publik akan menyebabkan kesimpulan bahwa tidak ada kekeliruan dalam suatu saldo perkiraan atau golongan transaksi yang mungkin material bila digabungkan dengan kekeliruan pada saldo atau golongan yang lain, walapun dalam kenyataannya ada. Risiko penemuan merupakan fungsi dari efektivitas prosedur pemeriksaan dan penerapannya oleh akuntan publik. Risiko ini timbul sebagiankarenaketidakpastian berhubung akuntan publik tidak melakukan pengujian seratus persen terhadap suatu saldo perkiraan atau golongan transaksi, walapun dilakukan pemeriksaan seratus persen. Ketidakpastian lain tersebut timbul karena akuntan publik mungkin memilih suatu prosedur pemeriksaan yang tidak sesuai, penerapannya secara keliru prosedur yang tepat, atau salah menafsirkan hasil pemeriksaan. Ketidakpastian ini dapat dikurangi sampai pada tingkat yang dapat diabaikan melalui perencanaan dan supervisi yang memadai dan pelaksanaan praktik pemeriksaan yang sesuai dengan norma pengendalian mutu.Pengukuran audit risk walaupun pada umumnya tidak dinyatakan secara kuantitatif, namun hal ini dapat dilakukan dengan perhitungan sbb:

AR = IR x CR x DR

dimana:

AR : Audit Risk

IR: Internal Risk CR : Control Risk DR : Detection Risk

Karena DR merupakan hal yang terkendali oleh auditor, maka model tersebut menjadi:

DR = AR: (IR x CR)

Sementara banyak pemeriksa (akuntan publik) tidak setuju padakuantifikasi komponen komponen risiko audit tersebut, namun model risiko audit tersebut sangat membantu dalam pemahaman saling hubungan antar komponen-komponen tersebut. Misalnya, risiko audit yang diinginkan adalah 5%, risiko bawaan 50%, dan risiko pengendalian adalah 50%, maka DR dapat ditentukan sebagai berikut:

DR = AR : (IR x CR)

= 0,05 : (0.5 x 0.5)

=0,2=20%

Jika auditor memutuskan bahwa IR tersebut tidak dapat dikuantitatifkan, maka dapat diasumsikan bahwa IR adalah 100%. Dengan kata lain, IR diputuskan dengan sangat konservatif pada tingkat maksimal. Bila demikian, maka:

DR = AR : (IR x CR)

= 0,05 : (l x 0.5)= 0,1

= 10%

Jika auditor menginginkan pula CR ditentukan pada tingkat maksimum 100%, maka:

DR = AR : (IR x CR)

= 0,05 : (l x 1)

=0,05

=5%

Pembahasan audit risk tidak dapat dipisahkan dengan pembahasan materialitas yang mempunyai definisi sbb:

30

Jumlah kelupaan atau salah menyajikan informasi akuntansi yang dalam keadaan demikian membuat judgmen seseorang berubah akibat informasi tersebut.

Dalam melaksanakan pemeriksaan laporan keuangan, seorang pemeriksa harus mempertimbangkan materialitas paling sedikit dua kali, yaitu pada saat perencanaan pekerjaan yang disebut sebagai estimasi awal materialitas dan setelah semua bukti diperoleh dan dievaluasi.

Untuk menentukan alokasi estimasi awal atas materialitas pada masing-masing rekening laporan keuangan dilakukan dengan cara :

Besar relatif rekening besar variabel rekening pertimbangan profesional.

PERTANYAAN DAN PENYELESAIAN1. Pernyataan tentang arti norma pemeriksaan di bawah ini mana yang paling benar?

a. Tindakan yang harus dilakukan oleh pemeriksa b.Untuk mengukur kualitas pemeriksaanc. Prosedur yang digunakan untuk memperoleh bukti dalam mendukung laporan keuangand. Tujuan pemeriksaan pada umumnya ditentukan dalam perjanjian pemeriksaanJawab:b. Untuk mengukur kualitas pemeriksaanPenjelasan:Norma merupakan kaidah yang ditetapkan untuk menilai suatu tindakan, sehingga norma pemeriksaan merupakankaidah yang ditetapkan untuk menilailmengukur kualitas pemeriksaan yang dilakukan.2. Bukti dokumenter yang paling dapat dipercaya adalah:a. Pengamatan fisik oleh auditorb.Perhitungan yang dilakukan auditor c.Dokumen intern kliend. Konfirmasi yang diperoleh dari fihak luarJawab:d. Konfirmasi yang diperoleh dari fihak luarPenjelasan:/Pihak luar merupakan pihak yang bebas, karena tidak mempunyai kepentingan tehadapadanya pemeriksaan.3. Kriteria yang terkandung dalam norma umum norma pemeriksaan akuntan adalah?a. Kriteria untuk kompetensi, independen dan keahlian profesional dalam pemeriksaanb. Kriteria isi laporan keuangan beserta penjelasannya c. Kriteria isi laporan pemeriksaan

d. Persyaratan untuk melaksanakan perencanaan dan pengawasan intern

Jawab:

a. Kriteria untuk kompetensi, independen dan keahlian profesional dalam pemeriksaanPenjelasan:Pengertian yang terkandung dalam norma umum terdiri dari tiga hal yaitu kompetensi, independensi dan profesionalisme.4. Seorang pemeriksalauditor harus patuh pada norma pemeriksaan pada setiap penugasan:a. Tanpa kecualib. Kecuali pada pemeriksaan laporan keuangan yang wajarc.Kecuali pada pemeriksaan laporan keuangan yang tidak dapat diperiksa d.Kecuali pada pemeriksaan laporan keuangan interimJawab:a. Tanpa KecualiPenjelasan:Norma pemeriksaan merupakan ukuran yang digunakan untuk menilai kualitas pemeriksaan, oleh karen a itu kepatuhan terhadap norma yang berlaku tidak ada perkecualiannya.5. Pernyataan dibawah ini mana yang merupakan keharusan bila auditor patuh pada norma pemeriksaan?a. Pelatihan teknis yang cukup harus diperoleh pemeriksa b. Penggunaan prosedur analitikal dalam pemeriksaanc. Penggunaan statistik sampling dalam pemeriksaand. Melakukan konfirmasi pada pihak ke tigaJawab:a. Pelatihan teknis yang cukup harus diperoleh pemeriksaPenjelasan:Pelatihan teknis ini merupakan syarat yang ditetapkan apabila seseorang menjadi pemeriksa, oleh karen a itu untuk mematuhi norma yang ada pelatihan harus dilakukan. Sedang prosedur lain merupakan tindakan yang dilakukan pemeriksa saat melaksanakan pekerjaannya.6. Apa pengertian independensi dalam norma pemeriksaan?a. Auditor menjual jasanya pada pihak ke tiga b. Auditor tidak memihak dalam pemeriksaanc. Auditor harus mengembangkan perilaku kritis dalam pemeriksaan32d. Auditor boleh memiliki hubungan finansial khusus dengan klien asal tidak material

Jawab:b. Auditor tidak memihak dalam pemeriksaan

Penjelasan:Pengertian dari independen adalah sikap mental yang tidak memihak dengan siapapun.

7. Dalam norma pelaksanaan, auditor memeriksa bukti-bukti berikut kecuali:

a. Catatan akuntansi klien b. Laporan tertulis klien

c. Invoice (faktur)

d. Waktu rapat dewan pimpinan perusahaan

Jawab:d. Waktu rapat dewan pimpinan perusahaan

Penjelasan:Notulen rapat merupakan bukti yang diperlukan auditoruntuk pemeriksaan, tetapi waktu rapat bukan merupakan bukti.

8. Konsep materialitas kurang berguna bagi auditor dalam menentukan:

a. Transaksi yang harus di uji

b. Keperluan menyatakan fakta atau transaksi c. Luas pemeriksaan akuntan

d.Pengarnh kepentingan keuangan langsung klien dengan auditor untuk melihat independensi auditor

Jawab:c. Luas pemeriksaan akuntan

Penjelasan:Luas pemeriksaan akuntan ditentukan oleh baik atau buruknya sistem pengendalian intern

9. Kecukupan dan kompetensi bukti pada akhirnya ditentukan :

a. Adanya data yang benar

b.Norma pemeriksaan akuntan c. Ketepatan bukti

d. Judgment auditor

Jawab:d. Judgment auditor

Penjelasan:Setelah semua analisa dan cara dilakukan untuk memperoleh bukti, penentu apakah bukti tersebut cukup atau tidak adalah auditor.

10. Dalam norma pemeriksaan, tujuan pemeriksaan sistem pengendalian intern adalah:

a.Menentukan dapat atau tidaknya SPI dipercaya sebagai dasar menetapkan luas pemeriksaan dan prosedur yang akan dilaksanakan

b.Menentukan jumlah staf pelaksana pemeriksaan c.Menentukan bukti yang harus dikumpulkan

d. Menentukan honorarium

Jawab:a.Menentukan dapat atau tidaknya SPI dipercaya sebagai dasar menetapkan luas pemeriksaan dan prosedur yang akan dilaksanakan.

Penjelasan:SPI yang ada di dalam perusahaan dipelajari dan dievaluasi secukupnya dengan tujuan untuk menentukan dapat dipercaya atau tidaknya SPI tersbut guna menentukan luas, sifat dan prosedur pemeriksaan.

11. Teori pemeriksaan tersusun atas beberapa konsep dasar seperti di bawah ini, kecuali:a.Konsep buktib.Konsep penyajian yang wajar

c.Konsep independensid.Konsep standar

Jawab:d. Konsep standar

Penjelasan:Konsep dasar yang menyusun teori pemeriksaan adalah pengertian tentang bukti, kehati hatian dalam pemeriksaan, penyajian/pengungkapan yang wajar, independensi dan etika perilaku. Standar merupakan penjabaran dari konsep dasar-konsep dasar tersebut.

12. Konsep independensi dalam pemeriksaan berkaitan dengan norma pemeriksaan akuntan, yaitu:

a. Norma Umum

c. Norma Pelaporan

Jawab:a. Norma Umum

Penjelasan:

b. Norma Pelaksanaan d.

Ketiga-tiganya

Norma umum mempunyai kaitan yang erat dengan konsep independensi, etika perilaku, dan pelaksanaan pemeriksaan yang hati-hati. Norma Pelaksanaan berkaitan dengan konsep bukti. Sedangkan norma pelaporan berkaitan dengan konsep penyajiani yang wajar.3413. Auditor mempertimbangkan kualitas pengendalian intern klien untuk:a.digunakan sebagai dasar keputusan penerimaan suatu penugasan kompilasi lapo- ran keuanganb. digunakan sebagai dasar penentuan tingkat risiko pengendalian c. digunakan sebagai dasar penentuan honor auditord. mencari kecurangan-kecurangan yang mungkin dilakukan oleh manajemenJawab:b. digunakan sebagai dasar penentuan tingkat risiko pengendalianPenjeJasan:Risiko pengendalian akan selalu ada karena keterbatasan yang melekat pada setiap struktur pengendalian intern. Oleh karena itu, dengan menilai kualitas pengendalian intern maka dapat diketahui berapa tingkat risiko yang mungkin terjadi.14. Risiko pemeriksaan dan materialitas memiliki kaitan yang eratdengan norma pemeriksaan, khususnya pada:a.NormaUmum dan Norma Pelaksanaan

b. c.NormaNormaPelaksanaan dan Norma PelaporanPelaporan dan Norma Umum

d.NormaUmum saja

Jawab:b. Norma Pelaksanaan dan Norma PelaporanPenjelasan:Risiko pemeriksaan dan materialitas akan mempengarnhi penerapan norma pemeriksaan, khususnya pada norma pelaksanaan dan norma pelaporan serta tersirat dalam laporan standar akuntan. Risiko pemeriksaan dan materialitas, bersama dengan hal-hal lain, dipertimbangkandalam menentukan sifat, saat dan luas prosedur pemeriksaan serta dalam mengevaluasi basil penerapan prosedur-prosedur tersebut.15. Akuntan publik harns mempertimbangkan risiko pemeriksaan dan materialitas pada kegiatan-kegiatandi bawah ini, kecuali:a. b.Menerima suatu penugasan pemeriksaanMembuat perencanaan pemeriksaan

c. d.Merancang prosedur-prosedur pemeriksaan Mengevaluasi kewajaran penyajian laporan berkaitan dengan PAIkeungan secara keseluruhanyang

Jawab:a. Menerima suatu penugasan pemeriksaanPenjelasan:Akuntan publik harns mempertimbangkan risiko pemeriksaan dan materialitas padatahap awal pemeriksaan untuk memperoleh bahan pembuktian kompeten yang cukup, yang akan digunakan secara layak untuk mengevaluasi laporan keuangan pada tahap selanjutnya.

16. Risiko pemeriksaan menurut NormaPemeriksaan Akuntan meliputi tiga maeam bentuk, yaitu risiko bawaan, risiko pengendalian dan risiko penemuan. Hubungan antara ketiga risiko tersebut adalah:

a. Risiko bawaan dan risiko pengendalian berkorelasi positip dengan risiko penemuan b. Risiko bawaan dan risiko pengendalian berkorelasi negatip dengan risiko penemuan c. Risiko bawaan berkorelasi negatip dengan risiko pengendalian dan berkorelasi

positip dengan risiko penemuan

d. Risiko bawaan dan risiko penemuan berkorelasi negatip dengan risiko pengendalian

Jawab:b. Risiko bawaan dan risiko pengendalianberkorelasi negatip dengan risiko penemuan

Penjelasan:Risiko penemuan berkorelasi negatip dengan risiko bawaan dan risiko pengendalian. Semakin keeil risiko bawaan dan risiko pengendalian yang dinyakini oleh akuntan publik, semakinbesar risiko penemuan yang dapat ditoleransi, demikian pula sebaliknya.

17. Jika akuntanpublikberkesimpulan,berdasarkanbukti-buktiyang eukup dikumpulkannya, bahwapenggabungandarikemungkinankekeliruanakanmenyebabkanlaporankeuangan salahsaji seeara material, maka tindakan yang dapat dilakukan adalah seperti hal-hal di bawah ini, kecuali:

a. Seeara langsung membetulkan bagian yang salahsaji tersebut

b. Menyarankan manajemen untuk membetulkan bagian yang salahsaji tersebut

e. Memberikanpendapattidakwajar,jika bagianyang salahsajitersebuttidak dibetulkan d. Memberikan pendapat dengan kualifikasi atas laporan keuangan, jika bagian yang

salahsaji diabaikan

Jawab:a. Seeara langsung membetulkan bagian yang salahsaji tersebut

Penjelasan:Sesuai dengan perjanjian pemeriksaan antara auditor dan manajemen, maka laporan keaungan merupakan tanggungjawab bagi pihak manajemen, auditor bertanggung jawab sebatas pada laporan pemeriksaan yang diterbitkan. Olek karena itu, jika terjadi adanya kekeliruan yang material, auditor harns memberikan saran untuk perbaikan dan tidak secara langsung membetulkannya.

18. Dari tolok ukur berikut ini, manakah yang bukan merupakan ukuran kesesuaian dengan prinsip akuntansi:

a. Penilaian (Valuation) b. Klasifikasi

36

c. Materialitas d. Cut-off

Jawab:c. Materialitas

Penjelasan:Tolok ukur Prinsip Akuntansi Indonesia terdiri atas: Penilaian, Klasifikasi, Cut-off, dan Pengungkapan. Tolok ukur menurut NPA terdiri atas: Eksistensi, Ketelitian dan Internal control.

19. Berikut ini merupakan cara-cara yang dapat ditempuh auditor untuk memperoleh bukti, kecuali:

a. Konfirmasi c. Tick mark

Jawab:c. Tickmark

Penjelasan:

b. Observasi d. Bukti fisik

Tick mark merupakan tanda atau simbol telah dilaksanakannya program atau prosedur pemeriksaan.

(lihat Tuanakota, hal 137)

20. Di dalam proses pengumpulan bukti, auditor mempertimbangkan hal-hal yang saling berkaitan berikut ini, kecuali:

a. Penentuan prosedur pemeriksaan yang akan digunakan

b. Penentuan besamya sampel untuk prosedur pemeriksaan

c. Penentuan waktu yang sesuai untuk melaksanakan prosedur pemeriksaan

d.Penentuan bentuk kertas kerja, jumlah asisten yang digunakan dan besamya honorarium masing-masing asisten

Jawab:d.Penentuan bentuk kertas kerja, jumlah asisten yang digunakan dan besamya honorarium masing-masing asisten

Penjelasan:Penentuan bentuk kertas kerja, jumlah asisten yang digunakan dan besamya honorarium masing-masing asisten bukan dalam rangka proses pengumpulan bukti. Satu hallagi yang perlu dipertimbangkan dalam pengumpulan bukti adalah penentuan elemen tertentu yang harus dipilih dari populasi.

21. Dari bukti-bukti di bawah ini, manakah bukti yang mempunyai kompetensi yang paling tinggi:

a. Faktur penjualan b. Bank Statement

c.Perhitungan yang dibuat secara independen oleh akuntan mengenai earning per share

d. Letter of representation yang dibuat oleh controller perusahaan

Jawab:b. Bank Statement

Penjelasan:Bukti yang paling kompeten dalam soal ini adalah bank statement karena merupakan bukti yang berasal dari pihak luar. Jawaban A dan D merupakan bukti yang berasal dari dalam perusahaan, sedangkan jawaban C merupakan bukti yang berasal dari akuntan sendiri yang bersumber dari data perusahaan.

22. Konsep materiality kurang penting artinya bagi auditor untuk menentukan hal-hal tersebut di bawah ini:

a. Luas pemeriksaannya terhadap rekening-rekening tertentu b. Transaksi-transaksi tertentu yang harus diperiksa

c. Pengaruhterhadapperkecualianyang dikemukakandi dalampernyataanpendapatnya d. Pengarnh adanya kepentingan finansial di dalam perusahaan klien terhadap sikap

independen yang harus ia pertahankan

Jawab:b. Transaksi-transaksi tertentu yang harus diperiksa

Penjelasan:Jawaban A, C dan D merupakan hal-hal yang penting dalam konsep materiality, sedang jawaban B yaitu transaksi-transaksi tertentu yang harus diperiksa kurang penting. Untuk transaksi tertentu yang lebih dipentingkan adalah sifat biasa atau tidaknya transaksi tersebut terjadi.

23. Norma Pemeriksaan Akuntan antara lain menetapkan bahwa:

a. Akuntan harus memeriksa semua aktiva tetap yang dibeli selam tahun yang diperiksa b. menetpakan honorarium pemeriksaan atas dasar kos

c. mempelajari dan menilai struktur pengendalian intern klien

d. tidak boleh menawarkan jasa profesionalnya pada calon klien

Jawab:c. mempelajari dan menilai struktur pengendalian intern klien

Penjelasan :Pengetahuan yang cukup mengenai stuktur pengendalian intern klien harus diperoleh untuk digunakan dalam perencanaan dan penentuan sifat, luas, dan waktu pengujian.

24. Salah satucara pengumpulanbukti adalah melalui inspeksi.Manakah diantarapernyataan dibawah ini yang benar mengenai inpseksi:

38a. digunakan untuk mengumpulkan bukti-bukti dokumenter

b. contoh penerapannya adalah footing terhadap jumal penjualan

c. merupakan pemeriksaan yang terinci terhadap bukti dokumenter atau kondisi fisik d. merupakan prosedur pemeriksaan dimana akuntan melihat atau menyaksikan

pelaksanaan suatu kegiatan.

Jawab:c. merupakan pemeriksaan yang terinci terhadap bukti dokumenter atau kondisi fisik

Penjelasan:Inspeksi merupakan pemeriksaan secara terinci (kritis) terhadap hal-hal yang bersifat luar biasa tanpa mengadakan verifikasi secara lengkap terhadap dokumen atau kondisi fisik (lihat Tuanakota, halaman 9)25. Tujuan utama ditetapkannya Norma Pemeriksaan Akuntan adalah:a. untuk kelengkapan profesi akuntansi b. untuk menjamin kinerja auditorc. untuk melindungi kepentingan kliend. untuk mengatur pelaksaan pemeriksaanJawab:b. untuk menjamin kinerja auditorPenjelasan:Tujuan utama ditetapkannya Norma Pemeriksaan Akuntan adalah untuk menjamin kualitas kinerja auditor. Kornitmen ini terlihat pada ketentuan persyaratan teknis yang harus dirnilik auditor. Maksudnya adalah bahwa auditor harus merniliki latar belakang pendidikan akuntansi di perguruan tinggi, merniliki pengalaman dibidang auditing, memiliki pengetahuan tentang industri dimana klien beroperasi, mengikuti progam pendidikan lanjutan dan lain sebagainya. Dengan semua ketentuan di atas, maka diharapkan kualitas kinerja auditor dapat terjamin.26. Perhitungan yang rumit lebih memungkinkan terjadinyakekeliruan pada saat dilaporkan dibandingkan dengan perhitungan yang sederhana. Hal ini merupakan suatu contoh dari risiko pemeriksaan, yaitu:a.Inherent Riskb.Control Risk

c.Detection Riskd.Audit Risk

Jawab:a. Inherent RiskPenjelasan:Inherent Risk lebih mungkin terjadi pada saldo perkiraan atau golongan transaksi tertentu. Karena sifatnya yang melekat pada saldo rekening atau golongan transaksi, maka perhitungan yang rurnit lebih memungkinkan terjadi kekeliruan.27. Tujuan utama memperoleh dan mengevaluasi bukti adalah:a.sebagai dasar yang layak untuk mengemukakan pendapat atas laporan keuangan yang diperiksab. untuk menentukan luas pemeriksaan atas laporan keuanganc. sebagai dasar membuat perencanaan auditd. sebagai dasar bagi penentuan tingkat risiko pemeriksaan.Jawab:a.sebagai dasar yang layak untuk mengemukakan pendapat atas laporan keuangan yang diperiksaPenjelasan:Bukti kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, tanya jawab dan konfirmasi sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diperiksa.28. Secara hirarkis, manakah urutan yang benar?a. Konsep - Standar - Prosedur b. c. Konsep - Prosedur - Standar d.Jawab:a. Konsep - Standar - ProsedurPenjelasan:

Standar - Konsep - ProsedurProsedur - Konsep - StandarSeacara hirarkis piramida urutan yang benar adalah dimulai dari konsep yang diabstraksikan dari pengalaman dan observasi, kemudian standar yang merupakan "guideline" atau pengukurkualitas. Dari standar-standaryang adadiderivasi ke prosedur prosedur.29. Salah satu konsep dasar dalam auditing adalah "EVIDENCE". Cara untuk memperoleh bukti (ways of acquiring Evidence) dengan jalan intuisi disebut:a. Authoritarianism b. Mysticism c. Rationalism d. EmpiricismJawab:b. MysticismPenjelasan:Mysticism merupakan cara memperoleh bukti dengan melalui intuisi, seperti scanning terhadap buku dan catatan, dokumen dan lain-lain.30. Konsep penyajian secara wajar terbagi atas tiga sub-konsep. Yang bukan merupakan sub-konsep penyajian secara wajar adalah:a. Due audit care (kehati-hatian) b. Accounting propriety c. Adequate disclosure d. Audit obligation40Jawab:a. Due audit carePenjelasan:Due audit care merupakan salah satu dari 5 konsep dasar dalam auditing. Jadi bukan merupakan sub-konsep dari konsep dasar penyajian secara wajar (Fair Presentation).31. Auditor tidak akan lepas dari kemungkinan "human error". Pemyataan tersebut sangat berhubungan erat dengan konsep dasar:Jawab:d. Due audit carePenjelasan:Sudah jelas sebagai manusia auditor tidak akan lepas dari kemungkinan melakukan kesalahan. Namun sebagai suatu profesi, profesi auditor hams melakukan kehati-hatian yang tinggi (due audit care) untuk menunjukkan profesionalismenya.32. Manakah dari pemyataan berikut ini yang tidak benar?a. Adanya kemajuan teknologi dapat berakibat mempunyai risiko inheren (bawaan)yang tinggi pada persediaan.b.Secara umum surat berharga risiko inheren-(bawaan)-nya lebih tinggi daripada persediaan batu bara dari kemungkinan dicuri.c. Risiko inheren lebih terkehendaki dari risiko penemuan (detection risk). d. Risiko penemuan merupakan risiko terkendali bagi auditor.Jawab:c. Risiko inheren lebih terkendali dari risiko penemuan. Penjelasan:Dari tiga komponen risiko audit yang dapat dikendalikan oleh auditor adalah risikopenemuan.33. Bila dianggap risiko audit dapat dikuantifikasikan maka perhitungan yang benar adalah:a.AR = CR : (IR x DR)b. CR = IR : (AR x DR)

c.DR = AR : (IR x CR)d. IR = DR : (CR x AR)

Jawab:c. DR = AR : (IR x CR)Penjelasan:Komponen risiko audit (AR) adalah JR, CR dan DR. Cara perhitungan yang digunakan adalah AR = IR x CR x DR. Karena DR yang terkendali maka DR = AR : (IR x CR).34. Manakah dari pemyataan tentang risiko audit berikut ini yang benar?

a. Dalam praktek, risiko audit ditentukan secara subyektif. b. Risiko audit harus dinyatakan secara kuantitatif.c. Secara umum risiko audit tergantung pada pendapat.d. Risiko audit akan besar bila SPI efektif.Jawab:a. Dalam praktek, risiko audit ditentukan secara subyektif.Penjelasan:Risiko audit akan ditentukan secara subyektif pada praktek. Dalam hal ini risiko dinyatakan dengan tinggi, sedang , dan rendah. Namun demikian dapat saja risiko audit dikuantifikasikan.35. Konsep materialitas dalam auditing tercermin pada laporan akuntan pada:a.Luas pemeriksaan b. Kata-kata "menurut pendapat kami" c. Kesesuaian dengan PAl d. Kata-kata "disajikan secara wajar".Jawab:d. Kata-kata "disajikan secara wajar"Penjelasan:Frase "disajikan secara wajar" mencerminkan bahwa pendapat pada laporan akuntan berkaitan hanya dengan hal-hal yang material.36. Dalam auditing, sesuatu dikatakan material:a. Jumlahnya sudah pastib. Telah ditentukan secara obyektifc. Telah sesuai dengan undang-undang/ norma umum d.Dapat mengubah keputusan.Jawab:d. Dapat mengubah keputusanPenjelasan:Konsep materialitas dalam auditing adalah adanya suatu informasi yang tidal. dikemukakan yang apabila informasi tersebut dikemukakan dapat mengubah keputusan pengguna informasi tersebut.37. Risiko audit dan materialitas berhubungan erat dengan norma:a. Umum Pertama b. Pelaporan Keempat c.Pelaksanaan Pemeriksaan Kedua d. Pelaporan KeduaJawab:b. Pelaporan Keempat42'r IPenjelasan:Baik risiko audit maupun materialitas secara umum berhubungan erat dengan norma pelaksanaan pemeriksaan dan norma pelaporan. Namun hubungan paling utama adalah dengan norma pelaporan keempat.

a.Fair presentationb. Independencec.Ethical conductd. Due audit care