Author
rohmantuah-trada
View
15
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
gbunikl
PENGARUH PENERAPAN EDP AUDIT, KOMPETENSI DAN
INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP TINGKAT
MATERIALITAS DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
RIZAL PAHLAWI NIM: 206082004007
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik di suatu negara adalah
sejalan dengan berkembangnya perusahaan dan berbagai bentuk badan hukum
perusahaan di negara tersebut. Jika perusahaan-perusahaan di suatu negara
berkembang sedemikian rupa sehingga tidak hanya memerlukan modal dari
pemiliknya, namun mulai memerlukan modal dari kreditur, dan jika timbul
berbagai perusahaan berbentuk badan hukum perseroan terbatas yang
modalnya berasal dari masyarakat, jasa akuntan publik mulai diperlukan dan
berkembang. Berdasarkan keterangan tersebut, dari profesi akuntan publik
inilah masyarakat kreditur dan investor mengharapkan penilaian yang bebas
tidak memihak terhadap informasi yang disajikan dalam laporan keuangan oleh
manajemen perusahaan. Profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk
menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan-perusahaan,
sehingga masyarakat keuangan memperoleh informasi keuangan yang andal
sebagai dasar untuk memutuskan alokasi sumber-sumber ekonomi.
Ada beberapa jenis auditor salah satunya adalah auditor eksternal atau
independen yang bekerja untuk kantor akuntan publik dan statusnya diluar
struktur perusahaan yang mereka audit. Umumnya auditor eksternal
menghasilkan laporan atas financial audit atau audit laporan keuangan.
Pemeriksaan atas laporan keuangan merupakan evaluasi kewajaran laporan
2
keuangan yang disajikan oleh manajemen secara keseluruhan dibandingkan
dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku umum. Umumnya kriteria
yang dimaksud adalah standar akuntansi yang berlaku umum seperti prinsip
akuntansi yang berterima umum. Hasil audit atas laporan keuangan adalah
opini auditor yaitu Unqualified Opinion, Qualified Opinion, Disclaimer
Opinion dan Adverse Opinion.
Seorang auditor eksternal harus memiliki keahlian yang memadai dalam
mengaudit laporan keuangan suatu perusahaan. Keahlian atau kompetensi
auditor dapat ditentukan oleh tiga faktor yaitu:(1) pendidikan universitas
formal untuk memasuki profesi , (2) pelatihan praktik dan pengalaman dalam
auditing, dan (3) mengikuti pendidikan profesi berkelanjutan selama karir
profesional auditor. Auditor eksternal harus memiliki pengetahuan audit yang
cukup. Pengetahuan (knowledge) itu penting untuk dapat memahami relevansi
dan keandalan informasi yang diperoleh. Selanjutnya informasi tersebut
menjadi bukti yang kompeten dalam penentuan opini audit. Independensi
adalah syarat utama agar laporan audit objektif. Kompetensi saja tidak cukup,
karena auditor juga harus bebas dari pengaruh klien dalam melaksanakan audit
serta dalam melaporkan temuan-temuannya (Boynton, 2006).
Memasuki era modern, dimana perkembangan teknologi informasi
bergerak cepat, banyak organisasi yang semakin bergantung pada teknologi
informasi (Information Technologi or IT) untuk menyimpan informasi dan
mendukung proses bisnis. Diseluruh dunia, termasuk Indonesia, sejumlah besar
data bisnis disimpan dalam bentuk data elektronik, bahkan dengan tidak
3
disertai dokumen kertasnya (paperless documentation). Penggunaan sistem
akuntansi berbasis komputer untuk menggantikan sistem manual, secara
otomatis akan mengurangi atau bahkan meninggalkan dokumen konvensional
(hard copy) yang bersifat verifiable evidence, sehingga hard copy bukan lagi
menjadi bagian utama tujuan pencatatan. Dokumen tersebut digantikan dengan
sinyal kode binary digit dalam bahasa komputer yang intangible.
Teknologi informasi telah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari
yang memungkinkan perdagangan, perniagaan dilakukan melalui media
elektronik. Aplikasi teknologi informasi yang baik dapat menyebabkan data
lebih cepat diproses dan terjaga akurasinya, disamping untuk menjaga
transparansi. Di lain pihak, aplikasi yang salah akan menyebabkan sistem tidak
dapat digunakan secara efektif dan efisien, serta dapat menimbulkan harapan
yang salah seperti adanya false sense of security.
Setelah komputer menjadi alat utama dalam pemrosesan data dan
penyediaan informasi untuk berbagai keputusan, sangat perlu bagi pengguna
sistem informasi berbasis komputer untuk mengendalikan pemakaian sistem
pengolahan data berbasis komputer tersebut secara lebih baik. Alasan utama
untuk sebuah manajemen sistem informasi yang efektif adalah:
1. Ketergantungan terhadap Sistem Informasi
Meningkatnya ketergantungan kepada sistem informasi sebagai akibat
penggunaan informasi dalam aktivitas sehari-hari.
4
2. Business Driven Technology
Teknologi sistem informasi saat ini juga digunakan sebagai pendukung
(enabler) pencapaian strategi dan tujuan organisasi. Dampak potensial dari
perkembangan teknologi informasi yang mengubah secara dramatis
praktek organisasi dan bisnis yang ada saat ini, serta adanya kemungkinan
menciptakan peluang-peluang baru untuk pengurangan biaya karena
penggunaan teknologi informasi.
3. Ancaman terhadap Sistem Informasi
Meningkatnya kerentanan dan luasnya spektrum ancaman terhadap sistem
informasi, seperti cyber threats, hacker dan perang informasi (information
war)
4. Skala dan Biaya untuk Investasi Sistem Informasi
Skala investasi dan investasi yang diinvestasikan pada saat ini maupun
mendatang kepada sebuah sistem informasi sangatlah besar, sehingga
perlu dikelola dengan baik.
Teknologi akan mempengaruhi metode pengumpulan bukti audit.
Kebutuhan terhadap auditing terkomputerisasi yang dinamakan EDP
(Electronic Data Processing) atau PDE (Proses Data Elektronik) semakin
diperlukan agar tujuan audit dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Pelaksanaan audit EDP jauh lebih luas dibandingkan dengan auditing
konvensional karena pemeriksaan juga harus dilakukan terhadap integritas
yang terdapat dalam perangkat keras dan lunak, serta organisasi pelaksana EDP
dalam mencapai efisiensi dan efektivitas.
5
Berdasarkan keterangan tersebut, dianjurkan bagi auditor mempelajari
keahlian baru untuk bekerja secara efektif dalam suatu lingkungan bisnis yang
terkomputerisasi untuk mereview teknologi komputer. Auditor harus
memahami dan mempertimbangkan sifat sistem EDP yang bisa mempengaruhi
sistem akuntansi dan sistem pengendalian intern yang akan mempengaruhi
tingkat materialitas dalam audit laporan keuangan.
Nilai laporan keuangan auditan terletak pada asumsi bahwa auditor
bersikap independen terhadap kliennya. Sikap independen auditor tidak hanya
dijalankan dalam fakta lapangan saja, akan tetapi harus ditujukan kepada
pengguna laporan keuangan. Disinilah sikap independen seorang auditor
eksternal sangat berperan dalam menilai kualitas dari laporan keuangan auditor.
Apabila seorang auditor tidak independen dalam hal memberikan opini audit
maka akan sangat berpengaruh terhadap laporan keuangan yang disajikan,
karena tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
Ketiga faktor tersebut, yaitu penerapan EDP (electronic data processing)
audit, kompetensi, serta independensi sangat dibutuhkan oleh seorang auditor
khususnya dalam mengaudit laporan keuangan. Karena apabila seorang auditor
tidak memiliki kompetensi yang memadai, maka dalam menjalankan auditnya
tidak akan berjalan secara maksimal, dan jika auditor tidak independen dalam
menjalankan tugasnya maka dapat dipengaruhi dalam memberikan opini audit.
Selain itu, untuk memudahkan auditor dalam menjalankan tugasnya dan untuk
mencegah auditor agar tidak melakukan kecurangan dalam hal memberikan
6
pendapat atau opini audit, sangat dianjurkan bagi audior untuk mempelajari
keahlian baru, yakni EDP (Electronic Data Processing) audit.
Penelitian ini menjadi menarik, karena penulis menambahkan satu variabel
independen baru yakni EDP (Electronic Data Processing) audit kedalam
penulisan penelitian ini. Terdapat perbedaan terhadap penelitian sebelumnya,
yang dilakukan oleh Wahyudi (2006) yaitu pengaruh profesionalisme auditor
terhadap tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan. Pada
penelitian ini, penulis menambahkan variabel independen, yakni EDP audit.
Dimana EDP audit merupakan hal yang masih asing bagi sebagian auditor.
Selain hal tersebut, penelitian ini juga dilakukan pada KAP yang terdapat
di wilayah DKI Jakarta. Hal tersebut dilakukan karena sebagian besar KAP
yang ada di Indonesia berkantor pusat di Jakarta, sehingga bisa mewakilkan
kondisi sebenarnya yang ada di KAP tersebut.
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka judul yang diambil
adalah Pengaruh Penerapan EDP (Electronic Data Processing) Audit,
Kompetensi, dan Independensi Auditor Terhadap Tingkat Materialitas
dalam Audit Laporan Keuangan.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Apakah penerapan electronic data processing audit berpengaruh terhadap
tingkat materialitas dalam audit laporan keuangan?
7
2. Apakah kompetensi auditor berpengaruh terhadap tingkat materialitas
dalam audit laporan keuangan?
3. Apakah independensi auditor berpengaruh terhadap tingkat materialitas
dalam audit laporan keuangan?
4. Apakah penerapan EDP audit, kompetensi, serta independensi auditor
secara bersama-sama berpengaruh terhadap tingkat materialitas dalam
audit laporan keuangan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan:
a. Untuk mendapatkan bukti empiris dan menganalisis pengaruh
penerapan EDP audit terhadap tingkat materialitas dalam audit laporan
keuangan.
b. Untuk mendapatkan bukti empiris dan menganalisis pengaruh
kompetensi auditor terhadap tingkat materialitas dalam audit laporan
keuangan.
c. Untuk mendapatkan bukti empiris dan menganalisis pengaruh
independensi auditor terhadap tingkat materialitas dalam audit laporan
keuangan.
d. Untuk mendapatkan bukti empiris dan menganalisis pengaruh
penerapan EDP audit, kompetensi, serta independensi auditor terhadap
tingkat materialitas laporan keuangan.
8
2. Manfaat Penelitian
Tujuan lain dari dibuatnya penelitian ini adalah memberikan manfaat
terhadap:
a. Auditor Independen
Mengetahui bahwa auditor juga harus memahami elektronik serta ilmu-
ilmu lain yang menunjang pelaksanaan audit.
b. Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiwa pada
umumnya serta memberikan kontribusi bagi mahasiswa yang
mengambil konsentrasi audit serta memberikan pengetahuan lebih,
bahwa audit itu tidak hanya dilakukan secara general atau audit laporan
keuangan saja pada umumnya, tetapi dapat juga dilakukan pada IT yaitu
EDP audit.
c. Bagi Penulis
Dapat mengetahui bahwa audit itu tidak saja dilakukan seperti halnya
pada laporan keuangan, tetapi bagaimana ketika elektronik digunakan
sehingga memberikan nilai efisien terhadap perusahaan serta pada
proses auditnya walaupun pada dasarnya sama tetapi elemen-elemen
yang membedakannya, serta bukti audit yang mendukungnya.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Auditing Secara Umum
1. Definisi Audit
Auditing adalah jasa yang diberikan oleh auditor dalam memeriksa
dan mengevaluasi laporan keuangan yang disajikan perusahaan klien.
Pemeriksaan ini tidak dimaksudkan untuk mencari kesalahan atau
menemukan kecurangan, walaupun dalam pelaksanaannya sangat
memungkinkan diketemukannya kesalahan atau kecurangan. Pemeriksaan
atas laporan keuangan dimaksudkan untuk menilai kewajaran laporan
keuangan berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
(Agoes, 2004).
Sedangkan menurut Report of the Committee on Basic Auditing
Concept of the American Accounting Association(Accounting Review,
vol. 47) memberikan definisi auditing sebagai
Suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Auditing/pemeriksaan akuntansi bertujuan memberikan nilai tambah
bagi laporan keuangan perusahaan, karena tujuan akhir auditing adalah
memberikan pendapat mengenai kewajaran posisi keuangan suatu
perusahaan. Auditing merupakan salah satu bentuk atestasi. Atestasi
9
10
adalah merupakan suatu komunikasi tertulis yang menjelaskan suatu
kesimpulan mengenai realibilitas dari asersi tertulis yang merupakan
tanggung jawab dari pihak lainnya. Disamping itu auditing juga
merupakan salah satu bentuk jasa assurance (Agoes, 2004).
Menurut Tuanakotta (1982) pemeriksaan akuntansi (auditing) pada
dasarnya mempunyai bentuk analitis yakni memecah-mecah atau
menguraikan informasi yang ada dalam ikhtisar keuangan untuk mencari
pembuktian yang dapat mendukung pendapat akuntan mengenai kelayakan
penyajian informasi tersebut.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, pemeriksaan akuntansi
(auditing) adalah suatu rangkaian kegiatan dalam mendapatkan serta
menganalisis bukti transaksi yang terjadi untuk mencari kebenaran serta
pembuktian yang dapat mendukung pendapat akuntan mengenai kelayakan
penyajian informasi keuangan yang telah diperiksa tersebut.
Berdasarkan definisi diatas, terdapat beberapa karakteristik dalam
pengertian auditing yaitu:
a. Informasi yang dapat diukur dan kriteria yang telah ditetapkan
Dalam proses pemeriksaan, harus ditetapkan kriteria-kriteria
informasi yang diperlukan seperti Audit Finansial, Audit Manajemen,
dan Sistem Pengendalian Intern dapat diverifikasi kebenarannya
untuk dijadikan bukti audit yang kompeten.
11
b. Entitas Ekonomi (Economy Entity)
Proses pemeriksaan harus jelas dalam hal penetapan kesatuan
ekonomi dan periode waktu yang diaudit. Kesatuan ekonomi ini
sesuai dengan Entity Theory dalam ilmu akuntansi yang menjelaskan
posisi keuangan suatu perusahaan terpisah secara tegas dengan posisi
keuangan pemilik perusahaan tersebut.
c. Aktivitas Mengumpulkan dan Mengevaluasi Bahan Bukti
Proses pemeriksaan selalu mencakup aktivitas mengumpulkan dan
mengevaluasi bukti yang dianggap kompeten dan relevan dengan
proses pemeriksaan yang sedang dilakukan. Diawali dari penentuan
jumlah bukti yang diperlukan sampai pada proses evaluasi atau
penilaian kelayakan informasi dalam pencapaian sasaran kegiatan
audit.
d. Independensi dan Kompetensi Auditor Pelaksana
Auditor pelaksana harus mempunyai pengetahuan audit yang cukup.
Pengetahuan (knowledge) itu penting untuk dapat memahami
relevansi dan keandalan informasi yang diperoleh. Selanjutnya
informasi tersebut menjadi bukti yang kompeten dalam penentuan
opini audit.
e. Pelaporan Audit
Hasil aktivitas pemeriksaan adalah pelaporan pemeriksaan itu.
Laporan audit berupa komunikasi dan ekspresi auditor terhadap objek
yang diaudit agar laporan atau ekspresi auditor tadi dapat dimengerti
12
maka laporan itu harus mampu dipahami oleh penggunanya. Artinya
laporan ini mampu menyampaikan tingkat kesesuaian antara
informasi yang diperoleh dan diperiksa dengan kriteria yang telah
ditetapkan.
2. Jenis-jenis Audit
Agoes (2004), menyebutkan tiga jenis auditing yang umum
dilaksanakan. Ketiga jenis tersebut yaitu:
a. Pemeriksaan Operasional/Manajemen (Operasional Audit)
Operasional atau management audit merupakan pemeriksaan atas
semua atau sebagian prosedur dan metode operasional suatu organisasi
untuk menilai efisiensi, efektifitas, dan ekonomisnya. Audit
operasional dapat menjadi alat manajemen yang efektif dan efisien
untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Hasil dari audit operasional
berupa rekomendasi-rekomendasi perbaikan bagi manajemen sehingga
audit jenis ini lebih merupakan konsultasi manajemen.
b. Audit Ketaatan (Compliance Audit)
Compliance audit merupakan pemeriksaan untuk mengetahui apakah
prosedur dan aturan yang telah ditetapkan otoritas berwenang sudah
ditaati oleh personel di organisasi tersebut. Compliance audit biasanya
ditugaskan oleh otoritas berwenang yang telah menetapkan prosedur/
peraturan dalam perusahaan sehingga hasil audit jenis ini tidak untuk
dipublikasikan tetapi untuk intern manajemen.
13
c. Audit atas Laporan Keuangan (Financial Audit)
Pemeriksaan atas laporan keuangan merupakan evaluasi kewajaran
laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen secara keseluruhan
dibandingkan dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku umum.
Dalam pengertiannya apakah laporan keuangan secara umum
merupakan informasi yang dapat ditukar dan dapat diverifikasi lalu
telah disajikan sesuai dengan criteria tertentu. Umumnya kriteria yang
dimaksud adalah standar akuntansi yang berlaku umum seperti prinsip
akuntansi yang berterima umum. Hasil audit atas laporan keuangan
adalah opini auditor yaitu Unqualified Opinion, Qualified Opinion,
Disclaimer Opinion dan Adverse Opinion.
B. Electronic Data Processing Audit
1. Pengertian EDP (Electronic Data Processing)
EDP atau komputerisasi merupakan rangkaian kegiatan dengan
menggunakan komputer untuk mengubah informasi mentah (data) menjadi
informasi yang berguna (Purwono, 2004). Rangkaian kegiatan tersebut
terdiri dari proses pemasukkan data, penyimpanan, pengolahan, proses
menghasilkan laporan, dan pengendalian.
Dalam penelitian Rukmini (2008), EDP merupakan nama yang
diberikan untuk aplikasi berbasis computer, manipulasi atau transformasi
simbol-simbol seperti angka dan abjad untuk tujuan meningkatkan
kegunaannya.
14
Menurut Standar Profesional Akuntan Publik, EDP Audit memiliki
definisi bahwa bila suatu komputer dengan tipe atau ukuran apapun
digunakan dalam pengolahan informasi keuangan suatu entitas membawa
dampak yang signifikan bagi audit, terlepas apakah komputer tersebut
dioperasikan oleh entitas tersebut atau oleh pihak ketiga (IAI SA). Terdapat
beberapa pendapat lain, diantaranya adalah:
a. Menurut Basamalah (1995) EDP audit adalah: Auditing EDP adalah proses pengumpulan dan penilaian bukti untuk menentukan apakah sistem komputer perusahaan mampu mengamankan harta, memelihara kebenaran data, mampu mencapai tujuan perusahaan secara efektif, dan menggunakan aktiva perusahaan secara tepat.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, pengertian EDP (Electronic
Data Processing) adalah suatu rangkaian kegiatan yang menggunakan
bantuan sistem komputer dalam proses mengumpulkan serta menganalisis
bukti audit, dan penggunaan komputer tersebut membawa dampak yang
sinifikan bagi hasil audit.
2. Dampak EDP Terhadap Auditing
Perbedaan yang timbul dalam pelaksanaan audit yang dibantu komputer
memberikan dampak tersendiri dalam prosedur audit, karena merubah
desain sistem informasi maupun struktur pengendalian internalnya seperti
bukti jejak audit (audit trail)meskipun secara hakiki tidak merubah konsep
dan tujuan audit (general financial audit) (Gondodiyoto, 2007). Terdapat
dua macam dampak yang ditimbulkan akibat penerapan sistem EDP oleh
auditor terhadap auditing, yaitu:
15
a. Perubahan atas bukti yang dikumpulkan dan yang dievaluasi
Bukti yang dikumpulkan dan yang dievaluasi dalam aktivitas audit
atas suatu organisasi yang masih menerapkan sistem manual adalah
seluruhnya masih dalam bentuk yang dapat dibaca secara kasat mata.
Jalur audit trail dari laporan yang dihasilkan ke catatan dan dokumen
dasar sebagai bukti transaksi cukup jelas dan dapat diikuti atau
ditelusuri jejaknya (Gondodiyoto, 2007).
Suatu organisasi dengan sistem informasi berbasis komputer atau
yang telah menerapkan sistem EDP, bukti-bukti dalam bentuk tersebut
dapat ditemui dalam jumlah yang sangat banyak tergantung tingkat
kompleksitas sistem EDP yang diterapkan.
b. Perubahan dalam rancangan konseptual auditing
Menurut Purwono (2004), terdapat tiga pendekatan audit yang
berkaitan dengan komputer, diantaranya adalah:
1) Audit di Sekitar Komputer (Arround the Computer)
Yaitu pemeriksaan hanya dilakukan terhadap hal yang berada
diluar lingkungan komputer meliputi segenap bukti-bukti fisik,
laporan yang dihasilkan oleh kegiatan pengolahan data, serta
prosedur manual yang diselenggarakan dalam kegiatan
pengolahan data tersebut. Tidak ada kewajiban auditor untuk
melakukan pemahaman terhadap lingkungan komputer dimana
pemeriksaan itu dilakukan.
16
2) Audit melalui komputer (Through the Computer)
Melalui pendekatan ini auditor menggunakan komputer untuk
menguji logic dan pengendalian yang ada dalam komputer dan
catatan yang dihasilkan oleh komputer. Sehingga peranan
komputer dalam audit tergantung pada kompleksitas dari sistem
komputer perusahaan yang diaudit.
3) Audit dengan komputer (Within the Computer)
Pada pendekatan ini, audit dilakukan dengan menggunakan
komputer dan software untuk mengotomisasi prosedur
pelaksanaan audit. Pendekatan ini akan bermanfaat selama
pengujian substantive atas file dan record perusahaan. Software
audit yang digunakan merupakan program komputer yang
digunakan oleh auditor untuk membantu pengujian dan evaluasi
keandalan record file perusahaan.
C. Kompetensi Auditor
1. Definisi Kompetensi
Menurut Kamus Kompetensi LOMA (1998) dalam Lasmahadi (2002)
kompetensi didefinisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja
yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Aspek-aspek
pribadi ini mencakup sifat, motf-motif, sistem nilai, sikap. pengetahuan dan
keterampilan dimana kompetensi akan mengarahkan tingkah laku,
sedangkan tingkah laku akan menghasilkan kinerja.
17
Menurut Susanto (2000), definisi tentang kompetensi yang sering
dipakai adalah karakteristik-karakteristik yang mendasari individu untuk
mencapai kinerja superior. Kompetensi juga merupakan pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta
kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan non rutin. Definisi
kompetensi dalam bidang auditing pun sering diukur dengan pengalaman
(Mayangsari, 2003).
Auditor harus mempunyai pengetahuan audit yang cukup. Pengetahuan
(knowledge) itu penting untuk dapat memahami relevansi dan keandalan
informasi yang diperoleh. Selanjutnya informasi tersebut menjadi bukti yang
kompeten dalam penentuan opini audit.
Menurut Webster`s Ninth Collegiate Dictionary (1983) dalam Sri
Lastanti (2005), kompetensi atau keahlian adalah keterampilan dari seorang
ahli. Ahli didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki tingkat
keterampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subyek tertentu
yang diperoleh dari pelatihan dan pengalaman. Menurut Trotter (1986)
dalam Sri Lastanti (2005) ahli adalah orang yang dengan keterampilannya
mengerjakan pekerjaan secara cepat, mudah, intuisi dan sangat jarang atau
tidak pernah membuat kesalahan.
Menurut Hayes Roth et.al., (1983) dalam Dwi Ratnadi dan Eka
Desyanti (2006) mendefinisikan keahlian sebagai keberadaan dari
pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu, pemahaman terhadap
18
masalah-masalah yang timbul dalam lingkungan tersebut, dan keterampilan
untuk memecahkan masalah tersebut.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, pengertian kompetensi adalah
pengetahuan atau keahlian suatu individu yang mendukung seseorang dalam
melakukan tugasnya sehingga dengan keterampilannya tersebut bisa
menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan bisa dipertanggungjawabkan.
Kompetensi bisa diperoleh melaui pendidikan, baik formal maupun non
formal dan bisa juga diperoleh melalui pengalaman.
2. Faktor-faktor Kompetensi
Dalam audit laporan keuangan, seorang auditor harus mempunyai
keahlian yang memadai dalam mengaudit laporan keuangan suatu
perusahaan. Keahlian atau kompetensi auditor dapat ditentukan oleh tiga
faktor yaitu:
a. Pendidikan universitas formal untuk memasuki profesi
b. Pelatihan praktik dan pengalaman dalam auditing
c. Terlibat dalam pendidikan profesi berkelanjutan selama karir professional
auditor
3. Komponen-komponen Kompetensi
Keahlian audit tidak semata-mata diperoleh dari ilmu pengetahuan dan
pengalaman saja, melainkan juga dari atribut penting lain yang menunjang
keahlian audit (Murtanto, Gudono:1999). Atribut-atribut tersebut
dikelompokkan lagi kedalam lima kategori (Abdolmohammadi, Searfoss,
dan Seanteau:1992, dalam Murtanto, Gudono:1999), yaitu:
19
a. Komponen Pengetahuan (Knowledge Component)
Merupakan komponen penting dalam suatu keahlian. Komponen
pengetahuan meliputi: pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur-
prosedur dan pengalaman.
b. Ciri-Ciri Psikologis (Psychological Traits)
Komponen ini meliputi kemampuan didalam berkomunikasi, kreatifitas,
kemampuan bekerjasama dengan orang lain, dan kepercayaan kepada
keahlian.
c. Kemampuan Berfikir (Cognitive Abilities)
Merupakan kemampuan untuk mengakumulasi dan mengolah informasi.
Beberapa karakteristik yang dapat dimasukkan sebagai unsur kemampuan
berfikir, misalnya: kemampuan beradaptasi pada situasi yang baru,
kemampuan untuk memfokuskan pada fakta-fakta yang relevan dan
kemampuan untuk mengabaikan fakta yang tidak relevan, serta
kemampuan untuk dapat menghindari tekanan dari pihak manapun.
d. Strategi Penentuan Keputusan (Decision Strategis)
Kemampuan seorang auditor dalam membuat keputusan secara sistematis
baik formal maupun informal akan membantu dalam mengatasi
keterbatasan manusia.
e. Analisa Tugas (Task Analysis)
Banyak dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman audit dan analisis
tugas. Kompleksitas tugas akan mempengaruhi pilihan terhadap bantuan
keputusan oleh auditor yang telah tinggi pengalamannya.
20
D. Independensi Auditor
1. Definisi Independensi
Independensi dianggap sebagai karakteristik auditor yang paling kritis,
bahkan nilai auditing sangat bergantung pada persepsi publik atas
independensi auditor (Arens et.al., 2008). Kwanbo (2009), mendefinisikan
independensi sebagai berikut:
Independence is the ability to act with integrity and objectivity, and that certain relationships with client would cause third parties to question the ability of an auditor to act with requisite impartiality.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2009) melalui Standar Profesional
Akuntan Publik SA Seksi 220 mendefinisikan independensi sebagai berikut:
Independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun, mengakui kewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan (paling tidak sebagian) atas laporan auditor independen. Independensi dalam audit berarti cara pandang yang tidak memihak di
dalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan
laporan audit (Arens, 2006). Menurut Standar Audit Pemerintah 1995,
independensi merupakan suatu pendapat, kesimpulan, pertimbangan atau
rekomendasi dari hasil audit yang dilaksanakan secara tidak memihak dan
dipandang tidak memihak oleh pihak ketiga yang memiliki pengetahuan
mengenai hal itu.
21
Berdasarkan definisi tersebut, independensi adalah suatu tindakan baik
berupa sikap dan perbuatan atau mental dari dalam diri auditor dalam proses
audit dimana auditor dapat memposisikan dirinya dengan auditee secara
tidak memihak.
Independensi merupakan dasar dari struktur filosofi profesi. Bagaimana
kompetennya seorang CPA dalam melaksanakan audit dan jasa atestasi
lainnya, pendapatnya akan menjadi kurang bernilai bagi mereka yang
mengandalkan laporan auditor apabila CPA tersebut tidak independen. Para
anggota dalam memberikan jasa tersebut harus bersikap independen dalam
segala hal, artinya para anggota harus bersikap dengan integritas dan
objektivitas (Boynton, 2006).
2. Aspek Independensi
Menurut Taylor (1997), ada dua aspek independensi yaitu:
a. Independensi sikap mental (independence of mind/ independence of
mental attitude), independensi sikap mental ditentukan oleh pikiran
akuntan publik untuk bertindak dan bersikap independen.
b. Independensi penampilan (image projected to the public/ appearance of
independence), independensi penampilan ditentukan oleh kesan
masyarakat terhadap independensi akuntan publik.
Menurut Supriyono (1998) dalam penelitian Mayangsari (2003), ada
enam faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik, salah
satunya adalah jasa-jasa lain selain audit yang dilakukan oleh auditor bagi
klien. Seringkali manajemen klien meminta kantor akuntan publik untuk
22
memberikan jasa lain selain jasa audit. Pemberian jasa lain selain jasa audit
dapat menimbulkan pertanyaan yang mendasar apakah akuntan publik
tersebut dapat mempertahankan independensinya.
3. Faktor-faktor yang Mengganggu Independensi
Secara garis besar, standar-standar pemeriksaan seperti GAAS
(General Accepted Auditing Standard) dan SPKN (Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara) menyatakan ada tiga faktor gangguan yang dapat
mempengaruhi independensi pemeriksa yaitu gangguan yang bersifat
pribadi, gangguan yang bersifat eksternal dan gangguan yang bersifat
organisasi. Para auditor, termasuk konsultan yang dipekerjakan dan tenaga
ahli serta spesialis internal yang melaksanakan tugas audit, perlu memiliki
pertimbangan terhadap tiga macam gangguan, yaitu sebagai berikut:
a. Gangguan yang bersifat pribadi
Gangguan yang bersifat pribadi merupakan suatu keadaan dimana
auditor secara individu tidak bisa untuk tidak memihak, atau dianggap
tidak mungkin tidak memihak. Gangguan yang bersifat pribadi ini dapat
berlaku bagi auditor secara individu dan juga berlaku bagi organisasi.
Gangguan independensi yang bersifat pribadi, antara lain sebagai berikut:
1) Hubungan dinas, profesi, pribadi, atau keuangan yang mungkin dapat
menyebabkan seorang auditor membatasi pengungkapan temuan
audit, memperlemah atau membuat temuan auditnya menjadi
memihak salah satu pihak.
23
2) Prasangka terhadap perorangan, kelompok, organisasi atau tujuan
suatu program, yang dapat membuat pelaksanaan audit menjadi
berpihak kepada salah satu pihak.
3) Pada masa sebelumnya memiliki tanggung jawab dalam pengambilan
keputusan atau pengelolaan suatu entitas, yang berdampak pada
pelaksanaan kegiatan atau program entitas yang sedang berjalan atau
sedang diaudit.
4) Kecenderungan untuk memihak, karena keyakinan politik atau social,
sebagai akibat hubungan antar pegawai, kesetiaan kelompok,
organisasi atau tingkat pemerintahan tertentu.
5) Pelaksanaan audit oleh seorang auditor yang sebelumnya pernah
sebagai pejabat yang menyetujui faktur, daftar gaji, klaim, dan
pembayaran yang diusulkan oleh suatu entitas atau program yang
diaudit.
6) Pelaksanaan audit oleh seorang auditor, yang sebelumnya pernah
menyelenggarakan catatan akuntansi resmi atau lembaga/ unit kerja
atau program yang diaudit.
b. Gangguan yang bersifat eksternal
Gangguan yang bersifat eksternal bagi organisasi/ lembaga audit
dapat membatasi pelaksanaan audit atau mempengaruhi kemampuan
auditor dalam menyatakan pendapat dan kesimpulan auditnya secara
independen dan objektif. Gangguan ini antara lain sebagai berikut:
24
1) Campur tangan atau pengaruh pihak eksternal yang membatasi atau
mengubah secara tidak semestinya terhadap lingkup audit.
2) Campur tangan pihak eksternal terhadap pemilihan dan penerapan
prosedur audit, atau dalam pemilihan transaksi yang harus diperiksa.
3) Campur tangan pihak luar terhadap organisasi lembaga audit mengenai
penugasan, penunjukkan dan promosi staff pelaksana audit.
4) Pembatasan terhadap sumber yang disediakan bagi organisasi lembaga
audit tersebut dalam melaksanakan tugasnya.
5) Wewenang untuk menolak atau mempengaruhi pertimbangan auditor
terhadap isi yang sesungguhnya dari suatu laporan audit.
c. Gangguan yang bersifat organisasi
Independensi para auditor pemerintah dapat dipengaruhi oleh
kedudukannya dalam struktur organisasi pemerintah, tempat auditor
tersebut ditugaskan, dan juga dipengaruhi oleh audit yang
dilaksanakannya, yaitu apakah mereka melakukan audit internal atau
audit terhadap entitas lain.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Independensi
Setiap auditor, harus menjaga dan mempertahankan independensinya
dengan cara menghindari faktor-faktor yang dapat merusak independensi.
Oleh karena itu, auditor harus mengetahui faktor apa saja yang mungkin
dapat merusak independensinya. Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI)
sebagai organisasi tunggal profesi akuntan publik di Indonesia sampai saat
ini belum mengeluarkan secara resmi mengenai faktor-faktor yang
25
mempengaruhi independensi auditor. Untuk memberikan gambaran secara
rinci mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi independensi auditor akan
dijelaskan sebagai berikut:
a. Komite Audit
Komite audit adalah sejumlah anggota terpilih dari dewan direksi
sebuah perusahaan yang tanggung jawabnya membantu auditor untuk
tetap independen dari pihak manajemen. Kebanyakan komite audit dibuat
dari tiga hingga lima atau terkadang tujuh direktur yang bukan dari
manajemen (Arens, 2003).
b. Kondisi Keuangan Perusahaan Klien
Shuctz dan Gustavon (1987) menemukan bukti bahwa akuntan
merasa resiko kewajiban hukum kantor akuntan berhubungan terbalik
dengan kondisi keuangan klien. Apabila kondisi keuangan klien buruk,
maka auditor tidak mungkin menyerah pada tekanan kliennya sehingga
merasa khawatir atau takut dalam tuntutan hukum. Hasil riset yang
dilakukan oleh Knapp (1985) menemukan bukti bahwa pada saat kondisi
keuangan klien buruk, persepsi bankir tentang independensi auditor
meningkat. Kejadian seperti ini membuat auditor tidak mungkin
menyerah pada tekanan kliennya walaupun tuntutan hukum meningkat.
c. Jasa Konsultasi Manajemen
Menurut Boynton (2006), jenis utama jasa-jasa yang diberikan oleh
kantor akuntan publik adalah:
26
1) jasa akuntansi dan kompilasi
2) jasa atestasi seperti jasa audit, pemeriksaan, jasa review, prosedur yang
disepakati
3) jasa lain seperti jasa teknologi, konsultasi manajemen, perencanaan
keuangan
Aktivitas kantor akuntan publik selain memberikan jasa audit, juga
memberikan jasa-jasa lain, pemberian jasa konsultasi ini memungkinkan
hilangnya independensi akuntan publik karena akuntan publik akan
cenderung memihak pada kepentingan kliennya.
d. Tingkat Persaingan antar Kantor Akuntan Publik
Persaingan antar kantor akuntan publik dapat diidentifikasi sebagai
perubahan penting yang terjadi pada lingkungan pelayanan jasa audit
yang ditandai dengan adanya kantor akuntan lain yang memasuki market
audit untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada dan tidak
dapat meniru siasat pemasaran agresif. Ketatnya persaingan antar kantor
akuntan publik, kemungkinan memiliki pengaruh besar terhadap
independensi auditor eksternal, karena tiap kantor akuntan dihadapkan
pada dua pilihan, yakni kehilangan kliennya karena mencari kantor
akuntan lain atau mengeluarkan opininya sesuai dengan keinginan klien.
e. Lamanya Hubungan antara Kantor Akuntan Publik
Lamanya hubungan antara kantor akuntan publik dengan kliennya
adalah lamanya waktu yang digunakan oleh kantor akuntan dalam
melayani kebutuhan audit yang disediakan untuk kliennya. Tingkat
27
lamanya hubungan antara KAP dengan kliennya diklasifikasikan menjadi
dua kategori, yaitu: lima tahun/ kurang dan lebih dari lima tahun.
Pembagian ini konsisten dengan ketentuan yang ditetapkan oleh AICPA.
5. Indikator Independensi
Menurut Boynton (2006), beberapa indikator independensi
professional antara lain:
a. Independensi dalam program audit
1) Bebas dari intervensi manajemen atas program audit
2) Bebas dari segala intervensi atas prosedur audit
3) Bebas dari segala persyaratan untuk penugasan audit selain yang
memang disyaratkan untuk sebuah proses audit
b. Independensi dalam verifikasi
1) Bebas dalam mengakses semua catatan, memeriksa aktiva, dan
karyawan yang relevan dengan audit yang dilakukan
2) Mendapat kerjasama yang aktif dari karyawan manajemen selama
verifikasi audit
3) Bebas dari segala usaha manajemen yang ditujukan untuk membatasi
aktivitas yang diperiksa atau membatasi perolehan barang bukti
4) Bebas dari kepentingan pribadi yang menghambat verifikasi audit
c. Independensi dalam pelaporan
1) Bebas dari perasaan wajib memodifikasi dampak atau signifikansi dari
fakta-fakta yang dilaporkan
28
2) Bebas dari tekanan untuk tidak melaporkan hal-hal yang signifikan
dalam laporan audit
3) Menghindari penggunaan kata-kata yang menyesatkan baik secara
sengaja maupun tidak sengaja dalam melaporkan fakta, opini, dan
rekomendasi dalam interpretasi auditor
4) Bebas dari segala usaha untuk meniadakan pertimbangan auditor
mengenai fakta atau opini dalam laporan audit
E. Materialitas
1. Definisi Materialitas
Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji
informasi akuntansi, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, yang mungkin
dapat mengakibatkan perubahan pengaruh terhadap pertimbangan orang yang
meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut karena adanya penghilangan
atau salah saji tersebut (Agoes, 2004). Standar yang tinggi dalam praktik
akuntansi akan memecahkan masalah yang berkaitan dengan konsep
materialitas. Pedoman materialitas yang beralasan, yang diyakini oleh
sebagian besar anggota profesi akuntan adalah standar yang berkaitan dengan
informasi laporan keuangan bagi para pemakai, akuntan harus menentukan
berdasarkan pertimbangannya tentang besarnya sesuatu/informasi yang
dikatakan material.
Menurut Boynton (2006), materialitas adalah besarnya suatu pengabaian
atau salah saji informasi akuntansi yang diluar keadaan disekitarnya
memungkinkan bahwa pertimbangan seseorang yang bergantung pada
29
informasi tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh pengabaian atau salah
saji tersebut. Definisi tersebut mensyaratkan auditor untuk mempertimbangkan
baik situasi yang berkenaan dengan entitas dan informasi yang dibutuhkan
oleh mereka yang akan bergantung pada laporan keuangan yang diaudit.
Definisi dari materialitas dalam kaitannya dengan akuntansi dan
pelaporan audit menurut Arens (2006) adalah suatu salah saji dalam laporan
keuangan dapat dianggap material jika pengetahuan atas salah saji tersebut
dapat mempengaruhi keputusan pemakai keuangan.
Diterapkannya definisi ini, menggunakan tiga tingkatan materialitas
dalam mempertimbangkan jenis laporan yang harus dibuat:
a. Jumlahnya tidak material. Jika terdapat salah saji dalam laporan keuangan,
tetapi cenderung tidak mempengaruhi keputusan pemakai laporan, salah
saji tersebut dianggap tidak material. Pendapat wajar tanpa pengecualian
dapat diberikan.
b. Jumlahnya material tetapi tidak mengganggu laporan keuangan secara
keseluruhan. Tingkat materialitas ini, terjadi jika salah saji di dalam laporan
keuangan dapat mempengaruhi keputusan pemakai tetapi keseluruhan
laporan keuangan tersebut tersaji dengan benar sehingga tetap berguna.
Untuk memutuskan materialitas jika terdapat kondisi yang menghendaki
adanya penyimpangandari laporan wajar tanpa pengecualian, auditor harus
mengevaluasi semua pengaruhnya terhadap laporan keuangan. Jika auditor
menyimpulkan bahwa salah saji tersebut cukup material tetapi tidak
30
mengganggu laporan keuangan secara keseluruhan, maka pendapat yang
tepat adalah pendapat wajar dengan pengecualian.
c. Jumlahnya sangat material/pengaruhnya sangat meluas sehingga kewajaran
laporan keuangan secara keseluruhan diragukan. Tingkat materialitas
tertinggi terjadi jika para pemakai laporan keuangan dapat membuat
keputusan yang salah jika mereka mengandalkan laporan keuangan secara
keseluruhan. Semakin meluas pengaruh salah saji, kemungkinan untuk
menerbitkan pendapat tidak wajar akan lebih besar daripada pendapat wajar
dengan pengecualian.
Berdasarkan beberapa definisi diatas, pengertian materialitas adalah
suatu pengabaian atau salah saji informasi dalam laporan keuangan yang bisa
menyebabkan pemakai laporan keuangan salah dalam mengambil keputusan.
2. Konsep Materialitas
Materialitas dalam akuntansi adalah sesuatu yang relatif, nilai kuantitatif
yang penting dari beberapa informasi keuangan, bagi para pemakai laporan
keuangan, dalam konteks pembuatan keputusan (Paul Frishkoff 1970 dalam
Hastuti et.al.,2003). Menurut Moriarty dan Barron (1980) dalam Hastuti
et.al.,(2003) yang menyatakan bahwa konsep materialitas adalah jika dua nilai
diputuskan material, maka dua nilai akan dibandingkan dengan hasil salah satu
dari nilai tersebut mungkin lebih material daripada nilai yang lain. Hal ini
merupakan aspek materialitas yang dapat membantu pertimbangan auditor
dalam mengambil keputusan yang tepat dan terbaik.
31
Peran konsep materialitas adalah mempengaruhi kuantitas dan kualitas
informasi akuntansi yang diperlukan auditor dalam membuat keputusan yang
berkaitan dengan bukti audit. Konsep materialitas menyatakan bahwa tidak
semua informasi keuangan diperlukan dalam laporan akuntansi, hanya
informasi yang material yang seharusnya disajikan. Informasi yang tidak
material seharusnya diabaikan atau dihilangkan. Hal tersebut dapat
dianalogikan bahwa konsep materialitas juga tidak memandang secara lengkap
terhadap semua kesalahan, hanya kesalahan yang mempunyai pengaruh
material yang wajib diperbaiki.
Menurut Boynton et.al.,(2006) menyatakan bahwa konsep materialitas
dapat mempengaruhi proses audit dengan cara:
a. Auditor membuat suatu keputusan material jika ada suatu perencanaan
dalam mengambil keputusan yang penting mengenai lingkup audit.
Materialitas merupakan konsep penting untuk membantu auditor dalam
menemukan salah saji yang secara potensial akan mempengaruhi
pengguna laporan keuangan.
b. Konsep materialitas dapat membantu auditor dalam proses evaluasi audit.
Melalui pengumpulan bukti audit, auditor harus dapat menilai audit secara
signifikan.
32
E. Hasil Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Variabel Metodologi
Penelitian
Hasil
Penelitian
1. Ani
Rohani
(2008)
Pengaruh
Profesionalisme
Auditor, Gender
dan Pengalaman
Audit Terhadap
Tingkat
Materialitas dalam
Pemeriksaan
Laporan Keuangan
Profesionalisme
Auditor (X1),
Gender (X2),
Pengalaman
Audit (X3).
Tingkat
Materialitas
dalam
Pemeriksaan
Laporan
Keuangan (Y)
Metode yang
dipakai
adalah
convenience
sampling.
Metode
penaksiran
yang dipakai
adalah OLS
(Ordinary
Least
Square)
dengan
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
professionali
sme auditor,
gender dan
pengalaman
audit tidak
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
33
analisis
Multiple
Linier
Regression
(Regresi
Linier
Berganda).
pertimbanga
n tingkat
materialitas.
2. Hendro
Wahyudi
(2006)
Pengaruh
Profesionalisme
Auditor Terhadap
Tingkat
Materialitas dalam
Pemeriksaan
Laporan Keuangan
Pengabdian
pada profesi
(X1), kewajiban
sosial (X2),
keandirian (X3),
kepercayaan
profesi(X4), dan
hubungan
dengan rekan
seprofesi(X5).
Tingkat
Materialitas
dalam
Pemeriksaan
Laporan
Keuangan (Y).
Metode
penelitian
yang
digunakan
adalah
pengujian
hipotesis.
Besarnya
sampel
dipilih
dengan
metode
systematic
random.
Hasil
penelitian
Menunjukka
n bahwa
pengabdian
pada profesi
memiliki
pengaruh
yang
signifikan
terhadap
tingkat
materialitas.
Menunjukka
n bahwa
kewajiban
social tidak
memiliki
34
dari analisis
regresi
berganda.
pengaruh
yang
signifikan
terhadap
tingkat
materialitas.
Menunjukan
bahwa
kemandirian
memiliki
pengaruh
yang
signifikan
terhadap
tingkat
materialitas.
Menunjukan
bahwa
kepercayaan
pada profesi
memiliki
pengaruh
35
yang
signifikan
terhadap
tingkat
materialitas.
Menunjukan
bahwa
hubungan
dengan
sesama
rekan
seprofesi
memiliki
pengaruh
yang
signifikan
terhadap
tingkat
materialitas.
3. Trisni
Hapsari
(2007)
Pengaruh
Kompetensi dan
Independensi
Terhadap Kualitas
Kompetensi
(X1),
Independensi
(X2).
Penelitian ini
dilakukan
dengan
pendekatan
Penelitian ini
berhasil
memberikan
bukti bahwa
36
Audit dengan
Etika Auditor
sebagai Variabel
Moderasi
Kualitas Audit
(Y)
explanatory
research,
yaitu
memberikan
penjelasan
pengaruh
kompetensi
dan
independensi
terhadap
kualitas audit
dengan etika
auditor
sebagai
variabel
moderasi.
kompetensi
berpengaruh
signifikan
terhadap
kualitas
audit. Hal ini
berarti bahwa
kualitas audit
dapat dicapai
jika auditor
memiliki
kompetensi
yang baik,
dimana
kompetensi
tersebut
terdiri dari
dua dimensi
yaitu
pengalaman
dan
pengetahuan.
4. Reni Analisis Pengaruh Pelaksanaan Penelitian ini Hasil uji
37
Rukmini
(2008)
Pelaksanaan
Electronic Data
Processing Audit
dan Resiko Audit
Terhadap Kinerja
Audit.
Electronic Data
Processing
Audit (X1),
Resiko Audit
(X2).
Kinerja Audit
(Y)
dilakukan
dengan
model
analisis jalur
(path
analysis)
untuk
menganalisa
besarnya
pengaruh
variabel
langsung
suatu
variabel
yang
mempenga-
ruhi
(eksogen),
variabel
yang
dipengaruhi
(endogen).
parsial
menyatakan
bahwa
pelaksanaan
EDP audit
memiliki
pengaruh
yang
signifikan
terhadap
tinggi
rendahnya
kinerja audit
yang
dihasilkan.
Hasil uji
parsial
menyatakan
bahwa
resiko audit
memiliki
pengaruh
terhadap
38
kinerja audit
tetapi tidak
signifikan
Hasil uji
secara
simultan
antara
pelaksanaan
EDP audit
dan resiko
audit
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
kinerja
audit.
5. Soesanto
Warsoko
(2007)
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Kualitas Informasi
Akuntansi pada
Implementasi
Lembaga
Pengelola (X1),
Sumber Daya
Manusia (X2),
Sarana dan
Prasarana (X3),
Analisis
Data Regresi
Linier
Berganda.
Uji F
dilakukan
Model
persamaan
simultan
hasil regresi
telah
menyimpul-
39
Basis Data
Program Financial
Accounting And
Monitoring
System (PFAMS).
Kemudahan
Data (X4).
Kualitas
Informasi (Y).
untuk
melihat
kontribusi
pengaruh
secara
simultan
keseluruhan
variabel
independen
terhadap
variabel
dependen
dalam model
regresi linier
dan uji t
dilakukan
untuk
menguji
hipotesis
setiap
variabel
independen.
kan bahwa
kualitas
informasi
akuntansi
sistem yang
berbasis data
PFAMS di
Jawa Timur
secara
signifikansi
dipengaruhi
oleh kualitas
lembaga
pengelola,
kualitas
sumber daya
manusia,
kualitas
sarana dan
prasarana
serta
kemudahan
data.
40
41
42
G. Keterkaitan Antar Variabel
1. Pengaruh Penerapan EDP Audit terhadap Tingkat Materialitas dalam Audit
Laporan Keuangan
Menurut Rukmini (2008) dalam penelitiannya mengenai pengaruh
pelaksanaan EDP audit dan resiko audit terhadap kinerja audit menyatakan
bahwa pelaksanaan EDP audit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
tinggi rendahnya kinerja audit yang dihasilkan. Hal ini menggambarkan
bahwa semakin baik pelaksanaan EDP audit maka semakin baik kinerjanya,
hal ini dikarenakan semakin kuatnya bukti yang dikumpulkan.
Penerapan EDP audit, bagi sebagian auditor merupakan hal yang baru
sehingga auditor harus mempelajari EDP audit itu sendiri sebagai suatu
keahlian baru. Penerapan EDP Audit yang berkaitan dengan tingkat
materialitas laporan keuangan, berkaitan pula dengan keahlian auditor dalam
melaksanakan audit yang dibantu dengan komputer atau EDP audit. Apabila
auditor tidak memiliki keahlian dalam pengauditan maka akan
mengakibatkan kurangnya bukti yang dihasilkan karena pelaksanaan EDP
audit bukan saja terhadap audit yang dilakukan secara konvensional tetapi
juga harus dilakukan terhadap elektronik yang digunakan untuk menguji
tingkat relevansinya, dan juga digunakan untuk menguji tingkat materialitas
laporan keuangan itu sendiri. Berdasarkan keterangan tersebut, maka diduga
penerapan EDP audit berpengaruh terhadap tingkat materialitas dalam audit
laporan keuangan, sehingga dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ha1: Penerapan EDP audit berpengaruh terhadap tingkat materialitas dalam
audit laporan keuangan.
43
2. Pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Tingkat Materialitas dalam Audit
Laporan Keuangan
Menurut Mardiyah dan Hendro Wahyudi (2006) dalam penelitiannya
tentang pengaruh profesionalisme auditor terhadap tingkat materialitas
dalam pemeriksaan laporan keuangan menyatakan bahwa profesionalisme
berpengaruh terhadap tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan
keuangan, dimana profesionalisme seorang auditor dalam mengaudit laporan
keuangan harus bebas dari tekanan terutama dalam mengaudit laporan
keuangan, sehingga laporan tersebut dapat disajikan dengan sebenarnya dan
sesuai dengan standar audit yang berlaku. Dalam perencanaan audit, auditor
eksternal antara lain mempertimbangkan masalah penetapan tingkat resiko
pengendalian yang direncanakan dan pertimbangan awal tingkat materialitas
untuk tujuan audit. Auditor yang memiliki pandangan profesionalisme yang
tinggi akan memberikan kontribusi yang dapat dipercaya oleh para
pengambil keputusan. Untuk menjalankan tugasnya, auditor dituntut
memiliki tanggung jawab yang besar dan memiliki wawasan yang luas
tentang kompleksitas organisasi modern. Berdasarkan keterangan tersebut,
maka diduga kompetensi auditor berpengaruh terhadap tingkat materialitas
dalam audit laporan keuangan, sehingga dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
Ha2: Kompetensi auditor berpengaruh terhadap tingkat materialitas dalam
audit laporan keuangan.
44
3. Pengaruh Independensi Auditor Terhadap Tingkat Materialitas dalam Audit
Laporan Keuangan
Menurut Devi Megasari (2008), dalam penelitiannya mengenai
pengaruh etika, keahlian audit, dan independensi terhadap opini audit
menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara etika, keahlian audit, dan
independensi terhadap opini audit. Sikap independensi seorang auditor harus
selalu konsisten, karena sikap tersebut mutlak diperlukan bagi seorang
auditor dalam menjalankan tugasnya. Pemahaman seorang auditor untuk
bersikap independen juga diperlukan etika auditor agar hasil pemeriksaan
laporan keuangan yang dilakukan auditor berupa opini audit dapat
diandalkan. Berdasarkan keterangan tersebut, diduga independensi auditor
berpengaruh terhadap tingkat materialitas dalam audit laporan keuangan,
sehingga dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ha3: Independensi auditor berpengaruh terhadap tingkat materialitas dalam
audit laporan keuangan.
H. Kerangka Pemikiran
Abdul Hamid (2007), kerangka pemikiran merupakan sintesa dari
serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya
merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi
atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan.
45
Berdasarkan definisi tersebut, variabel variabel yang akan diuji dalam
penelitian ini akan dikembangkan dalam sebuah kerangka pemikiran yang
dapat digambarkan sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Penerapan
EDP Audit
(X1)
Kompetensi
Auditor
(X2)
Independensi
Auditor
(X3)
Tingkat Materialitas dalam
Audit Laporan Keuangan
(Y)
46
I. Perumusan Hipotesis
Perumusan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini bertujuan untuk
menguji seberapa besar pengaruh penerapan EDP (Electronic Data Processing)
audit, kompetensi, dan independensi auditor terhadap tingkat materialitas
dalam audit laporan keuangan, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Ha1: Penerapan EDP audit berpengaruh signifikan terhadap tingkat
materialitas dalam audit laporan keuangan.
Ha2: Kompetensi auditor berpengaruh signifikan terhadap tingkat
materialitas dalam audit laporan keuangan.
Ha3: Independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap tingkat
materialitas dalam audit laporan keuangan.
Ha4: Penerapan EDP audit, kompetensi, dan independensi auditor
berpengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap tingkat
materialitas dalam audit laporan keuangan.
47
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Tempat yang digunakan sebagai tujuan penelitian ini adalah Kantor
Akuntan Publik (KAP) di Jakarta untuk memperoleh data yang berkaitan
dengan permasalahan yang diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa
adanya pengaruh yang signifikan antara penerapan EDP audit, kompetensi dan
independensi auditor terhadap tingkat materialitas dalam audit laporan
keuangan.
B. Metode Pemilihan Sampel
Menurut Nur Indrianto dan Bambang Soepomo (2002) populasi adalah
sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik
tertentu. Penelitian ini mengambil objek pada auditor-auditor yang terdapat
pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Jakarta.
Metode penentuan sampel menggunakan pemilihan sampel bertujuan
(purpose sampling) dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi
berdasarkan suatu kriteria tertentu. Untuk memperoleh laporan yang sesuai dan
terukur, maka pengambilan sampel dengan menggunakan metode judgment
sampling merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang
informasinya diperoleh dengan mengunakan pertimbangan tertentu, dengan
kriteria responden yaitu auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik yang
terdapat di Jakarta.
47
48
C. Metode Pengumpulan Data
1. Data Primer (Primary data)
Untuk mendukung penelitian ini dan memperoleh data yang
dibutuhkan maka jenis data yang digunakan adalah data primer. Data
primer yang dikumpulkan melalui metode survey dengan menggunakan
kuesioner yang dibuat oleh penulis. Kuesioner ini diperoleh dari beberapa
sumber referensi, yang kemudian akan dimodifikasi dalam bentuk
pertanyaan. Bobot penilaian atau angka hasil kuesioner dalam penelitian ini
sesuai dengan yang digambarkan dalam skala likert (Likert Scale). Skala
likert menggunakan lima angka penilaian, yaitu:
Tabel 3.1 Tingkat Penelitian Jawaban
No. Jenis Jawaban Bobot
1. Sangat Tidak Setuju (STS) 1
2. Tidak Setuju (TS) 2
3. Tidak Pasti Setuju (TP) 3
4. Setuju (S) 4
5. Sangat Setuju (SS) 5
Kuesioner ini selanjutnya dikirimkan kepada para karyawan atau staff
di KAP yang ada di Jakarta. Pengiriman kuesioner dilakukan secara
langsung, yaitu dengan mengirimkan langsung kepada kantor yang
bersangkutan.
49
D. Metode Analisis dan Pengolahan Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif merupakan
statistik yang menggambarkan fenomena atau karakteristik dari data, yaitu
dengan memberikan gambaran tentang pengaruh penerapan EDP audit,
kompetensi dan independensi auditor terhadap tingkat materialitas dalam audit
laporan keuangan.
1. Uji Normalitas Data
Untuk mengolah data digunakan Uji Normalitas, yang menguji apakah
dalam sebuah model regresi, variabel independen dan variabel dependen
atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Dengan
menggunakan Normal P-P Plot data yang ditunjukkan menyebar disekitar
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi dapat
dikatakan memenuhi asumsi normalitas (Santoso, 2002).
2. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model
regresi berganda untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai
hubungan antara variabel dependen, yaitu: tingkat materialitas dalam audit
laporan keuangan, sedangkan variabel independennya adalah penerapan
EDP Audit dan kompetensi auditor.
Model persamaanya dapat dinyatakan sebagai berikut:
Y= a+b1X1+b2X2+b3X3+e
50
Penjelasan model tersebut adalah sebagai berikut:
Y = Tingkat Materialitas dalam Audit Laporan Keuangan
a = Konstanta
X1 = Penerapan EDP audit
X2 = Kompetensi Auditor
X3 = Independensi Auditor
bx = Koefisien Regresi
e = Error
Linieritas hanya dapat diterapkan pada regresi berganda karena
memiliki variabel dependen lebih dari satu. Suatu model regresi berganda
dikatakan linier jika memenuhi syarat-syarat linieritas, seperti normalitas
data (baik secara individu maupun model), bebas dari asumsi klasik statistik
multikolineritas, auto korelasi, dan heteroskesdastisitas. Model regresi linier
berganda dikatakan model yang baik jika memenuhi asumsi normalitas data
dan terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik.
Dalam uji hipotesis ini dilakukan melalui:
a. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur kemampuan
variabel-variabel independen, yaitu penerapan EDP audit, kompetensi,
dan independensi auditor dalam menjelaskan variabel dependen, yaitu
tingkat materialitas dalam audit laporan keuangan. Nilai koefisien
determinasi (R2) untuk menunjukan persentase tingkat kebenaran prediksi
dari pengujian regresi yang dilakukan. Nilai R2, memiliki range antara 0
51
sampai 1. Jika nilai R2 semakin mendekati 1 maka berarti semakin besar
variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen.
Hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen,
diukur dengan koefisien korelasi (R). Jika angka R diatas 0.5 maka
korelasi atau hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen adalah kuat. Sebaliknya jika R di bawah 0.5 maka korelasi atau
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen adalah
lemah (Santoso, 2002).
b. Uji F
Uji F dilakukan dengan tujuan untuk menguji variabel independen,
yaitu penerapan EDP audit, kompetensi dan independensi auditor
terhadap 1 variabel dependen yaitu tingkat materialitas laporan dalam
audit laporan keuangan. Secara bebas dengan signifikan sebesar 0.05,
dapat disimpulkan (Ghozali, 2005).
1) Jika nilai signifikan < 0.05, maka Ho diterima,
2) Jika nilai signifikan > 0.05, maka Ho ditolak.
c. Uji t
Uji t bertujuan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen secara individual yaitu penerapan EDP audit dan kompetensi
auditor dalam menerangkan variabel dependen yaitu tingkat materialitas
dalam audit laporan keuangan. Untuk dapat mengetahui apakah ada
pengaruh yang signifikan dari variabel masing-masing independen, maka
nilai signifikan t dibandingkan dengan derajat kepercayaan.
52
Apabila sig t lebih besar dari 0.05, maka Ho diterima. Demikian pula
sebaliknya jika sig t lebih kecil dari 0.05, maka Ho ditolak. Bila Ho
ditolak ini berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel
independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2005).
3. Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas
Validitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur benar-benar menguji apa yang perlu diukur. Dalam penelitian
ini, uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh
kuesioner tersebut.
Uji validitas ini diukur dengan menggunakan pearson correlation
dengan cara menghitung korelasi antara nilai masing-masing butir
pertanyaan dengan total nilai, dinyatakan valid jika nilai signifikansi lebih
kecil dari 0,05 (Ghozali, 2005).
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner, dimana
sebuah kuesioner dapat dikatakan reliabel atau handal jika jawaban
responden terhadap pernyataan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan cronbach alpha
coefficient. Jika nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,60 maka butir
pernyataan tersebut reliabel. (Ghozali, 2005).
53
4. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
Bertujuan untuk menguji apakah model regresi yang ditemukan
terdapat korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen (tidak terjadi
multikolinieritas), uji multikolinieritas dilihat dari nilai tolerance dan
variance inlfation factor (VIF). Dari suatu model regresi yang bebas dari
multikolinieritas adalah memiliki nilai VIF kurang dari 10 dan memiliki
nilai tolerance lebih dari 0,10 (Ghozali, 2005).
b. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2005), uji heteroskedastisitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidasamaan varians
dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi
yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.
E. Operasional Variabel Penelitian
Operasional variabel penelitian adalah sebuah konsep yang memiliki
penjabaran dari variabel yang ditetapkan dalam suatu penelitian dan
dimaksudkan untuk memastikan agar variabel yang diteliti secara jelas dapat
ditetapkan indikatornya (Rukmini, 2008).
Sebagai variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat
materialitas dalam audit laporan keuangan sedangkan independen variabelnya
adalah penerapan EDP audit, kompetensi dan independensi auditor.
54
Pengukuran dari masing-masing variabel dapat dikemukakan sebagai berikut
ini:
1. Materialitas dalam audit laporan keuangan
Materialitas adalah suatu pengabaian atau salah saji informasi
akuntansi dalam laporan keuangan yang bisa menyebabkan pihak-pihak
yang berkepentingan dengan laporan keuangan, salah atau terpengaruh
dengan pengabaian atau salah saji tersebut.
2. Penerapan EDP Audit
EDP audit adalah proses pengumpulan dan evaluasi bukti untuk
menetapkan apakah sistem (pembukuan) komputer dapat mengamankan
harta, menjaga integritas data, tujuan organisasi dapat tercapai dengan
efektif dalam pengunaan sumber daya secara efisien.
3. Kompetensi Auditor
Kompetensi adalah pengetahuan atau keahlian suatu individu yang
menunjang seseorang dalam melakukan tugasnya sehingga dengan
keterampilannya tersebut bisa menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan
bisa dipertanggungjawabkan. Kompetensi bisa diperoleh melalui
pendidikan, baik formal maupun non formal dan bisa juga diperoleh
melalui pengalaman.
4. Independensi Auditor
Independensi adalah suatu tindakan baik berupa sikap dan perbuatan
atau mental dari dalam diri auditor dalam proses audit dimana auditor dapat
55
memposisikan dirinya dengan auditee secara tidak memihak, sehingga bisa
menerbitkan opini audit yang bisa dipertanggungjawabkan.
Berdasarkan keterangan tersebut, operasional variabel penelitian ini
akan dijelaskan sebagai berikut:
56
Variabel Sub Variabel Indikator Ukuran
Penerapan
EDP Audit
a.Pengendalian
Umum
b Pengendalian
Aplikasi
Melakukan pemisahan
fungsi departemen EDP
dan non EDP
Pengendalian personil
Pengendalian software dan
hardware
Dokumentasi program
Prosedur-prosedur standar
Pemeriksaan intern
Pengujian sistem dan
konversi
Keamanan sistem
Perencanaan penganggaran
dan sistem pembebanan
kepada pemakai
Otorisasi dan validasi
masukan
Penanganan kesalahan
Pemeliharaan ketepatan
data
Pengujian batasan yang
memadai
Penelaahan dan pengujian
hasil pengolahan
Skala
Ordinal
57
Kompetensi
Auditor
a. Komponen
Pengetahuan
b. Ciri-ciri
Psikologis
c. Kemampuan
Berpikir
Pengalaman auditor
berpengaruh terhadap
tingkat materialitas laporan
keuangan.
Integritas dan kompetensi
yang dimiliki auditor,
membantu terhadap tingkat
materialitas laporan
keuangan.
Pendidikan auditor
mempengaruhi
kemampuan auditor.
Auditor harus menjalani
pelatihan yang cukup.
Pelatihan merupakan
faktor yang mempengaruhi
perkembangan
pengetahuan auditor.
Kemampuan penyesuaian
diri dan berkomunikasi
Sikap kritis harus dimiliki
oleh seorang auditor
Kepercayaan pada
keahlian
Kemampuan bekerjasama
dalam sebuah tim
Berpikir secara objektif
serta mengambil keputusan
Skala
Ordinal
58
d. Strategi
Penentuan
Keputusan
e. Analisa
Tugas
dengan analisa yang baik
Kemampuan untuk
memfokuskan pada fakta-
fakta yang relevan dan
memahami industri dan
resiko bisnis klien
Berfikir secara cepat dan
terperinci
Menggunakan kemampuan
profesionalnya dengan
cermat dan seksama
Bertanggungjawab
terhadap keputusan yang
diambil
Ketegasan auditor
Analisa tugas banyak
dipengaruhi oleh
pengalaman audit
Analisa tugas berpengaruh
terhadap keputusan yang
diambil
59
Independensi
Auditor
a. Independen
dalam
program audit
b. Independen
dalam
verifikasi
c. Independen
dalam
pelaporan
Bebas dari intervensi
manajemen atas program
audit
Bebas dari segala
intervensi atas prosedur
audit
Bebas dalam mengakses
semua catatan, memeriksa
aktiva dan karyawan yang
relevan dengan audit yang
dilakukan
Mendapatkan kerjasama
yang aktif dari karyawan
dan manajemen selama
verifikasi audit
Bebas dari kepentingan
pribadi yang menghambat
verifikasi audit
Bebas dari tekanan untuk
tidak melaporkan hal-hal
yang signifikan dalam
laporan audit
Bebas dari segala usaha
untuk meniadakan
pertimbangan auditor
mengenai fakta atau opini
dalam laporan audit
Skala
Ordinal
60
Tingkat
Materialitas
Laporan
Keuangan
a. Konsep
Materialitas
Kuantitas dan kualitas
informasi akuntansi yang
diperlukan
Menemukan salah saji
yang secara potensial akan
mempengaruhi pengguna
laporan keuangan
Skala
Ordinal
61
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan tempat yang melaksanakan jenis
usaha yang terdiri dari jasa atestasi dan non atestasi, seperti audit atas laporan
keuangan histories, akuntansi dan pembukuan, konsultasi perpajakan,
konsultasi manajemen, pembuatan laporan keuangan kompilasi yang
bermanfaat bagi masyarakat. Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah perusahaan
perseorangan atau persekutuan, beberapa akuntan publik bergabung untuk
menjalankan usahanya bersama-sama sebagai suatu sekutu atau rekan.
Daftar nama KAP dan wilayah penyebaran kuesioner dapat ditunjukkan
dalam tabel berikut:
Tabel 4.1 Wilayah dan Nama KAP
No Nama Kantor Akuntan Publik Wilayah
1 KAP Hananta Budiarto dan Rekan Jakarta Selatan
2 KAP Hasnil, M.Yasin dan Rekan Jakarta Selatan
3 KAP Herman Dody Tanumihardja dan Rekan
Jakarta Selatan
4 KAP Kanaka Puradiredja, Suhartono Jakarta Selatan
5 KAP Nugroho dan Rekan Jakarta Selatan
6 KAP Rachsin dan Rekan Jakarta Selatan
Sumber: Hasil penelitian yang diolah, 2010
62
Pengiriman kuesioner dilakukan pada awal Agustus 2010, sedangkan
proses pengembalian dan pengumpulan data dilakukan sampai akhir Agustus
2010. Kuesioner yang dikirim sebanyak 80 lembar eksemplar sedangkan jumlah
yang kembali sebanyak 52 kuesioner atau 65 % dari total kuesioner yang
dikirim. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tabel. 4.2 Sample dan Tingkat Pengembalian Kuesioner
Keterangan Jumlah
Penyebaran Kuesioner 80
Kuesioner yang kembali 52
Kuesioner yang tidak kembali 28
Kuesioner yang bisa diolah 52
Tingkat pengembalian (Response rate) 65%
Sumber: Hasil penelitian yang diolah, 2010
Dari data di atas dapat dilihat bahwa dari 80 kuesioner yang disebarkan
yang dapat terkumpul sebanyak 52 buah kuesioner. Tingkat pengembalian
yang diperoleh adalah sebesar 65% dari total kuesioner. Kuesioner yang tidak
kembali sebanyak 28 kuesioner atau sebesar 35%. Hal ini menunjukkan tingkat
pengembalian kuesioner yang cukup tinggi karena peneliti mendatangi langsung
Kantor Akuntan Publik dalam melakukan penyebaran kuesioner.
63
B. Penemuan dan Pembahasan
1. Deskriptif Demografi Responden
Deskriptif demografi responden memberikan gambaran mengenai
karakteristik responden yang diukur dengan skala nominal yang
menunjukkan besarnya frekuensi absolut dan persentase (dengan
pembulatan tanpa koma) jabatan, jenis kelamin, pendidikan, dan lamanya
bekerja pada perusahaan.
Tabel 4.3. Jabatan Responden
Jabatan Absolut Persentase
Manager 2 4 %
Senior Auditor 13 25 %
Junior Auditor 37 71 %
Jumlah 52 100 %
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Pada tabel 4.3. dapat dilihat bahwa jabatan yang dimiliki oleh
responden pada data yang telah diolah. Responden yang menjabat sebagai
Manager sebanyak 2 orang atau sebesar 4% dari 52 responden. Sebanyak 13
orang jabatannya sebagai Senior Auditor dengan persentase 25%, sebanyak
37 orang sebagai Junior Auditor dengan persentase 71%.
64
Tabel 4.4. Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin Absolut Persentase
Laki-laki 35 67 %
Perempuan 17 33 %
Jumlah 52 100 % Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan jenis
kelamin terbanyak adalah laki-laki yaitu sebanyak 35 atau sebesar 67%,
sedangkan sisanya sebanyak 17 orang atau sebesar 33% dipenuhi oleh jenis
kelamin perempuan. Artinya, sebagian besar responden yang mengisi
kuesioner adalah laki-laki.
Tabel 4.5.
Pendidikan Responden
Pendidikan Absolut Persentase S1 48 92% S2 4 8% S3 0 0% Jumlah 52 100% Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2009
Pada tabel 4.5. dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan
jenjang pendidikan terakhir tersebar pada responden yang berpendidikan
terakhir dengan kategori Sarjana Strata Satu (S1) sebanyak 48 orang atau
sebesar 92%, dan Strata Dua (S2) sebanyak 4 orang atau sebesar 8% serta
tidak ada satu orang responden pun yang berpendidikan selain S1, dan S2.
65
Tabel 4.6. Lama Berprofesi Sebagai Auditor
Lama Bekerja Absolut Persentase
5 tahun 33 63 %
> 5 tahun 19 37 %
Jumlah 52 100 %
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2010
Pada tabel 4.6. dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan lama
berprofesi sebagai auditor adalah diatas 5 tahun yaitu sebanyak 19 orang
atau sebesar 37% sedangkan sisanya sebanyak 33 orang atau sebesar 63%
telah berprofesi sebagai auditor tidak lebih dari 5 tahun.
2. Hasil Uji Kualitas Data
a. Hasil Uji Realibilitas
Uji reliabilitas ini dilakukan untuk menguji konsistensi jawaban dari
responden melalui pertanyaan yang diberikan. Hasil dari pengujian
reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah instrumen penelitian yang
dipakai dapat digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda.
Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dapat
dikatakan reliable atau handal jika jawaban responden terhadap
pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Dalam pengujian reliabilitas ini, peneliti menggunakan metode
statistik Cronbach Alpha dengan signifikansi yang digunakan sebesar 0,6
66
dimana jika nilai Cronbach Alpha dari suatu variabel lebih besar dari 0,6
maka butir pertanyaan yang diajukan dalam pengukuran instrumen
tersebut memiliki reliabilitas yang memadai. Sebaliknya, jika nilai
Cronbach Alpha dari suatu variabel lebih kecil dari 0,6 maka butir
pertanyaan tersebut tidak realible (Ghozali, 2005).
Tabel 4.7. Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Jumlah butir pertanyaan Cronbach alpha
Penerapan EDP Audit 10 butir 0,840 Kompetensi Auditor 10 butir 0,774 Independensi Auditor 10 butir 0,819 Tingkat Materialitas 10 butir 0,834
Sumber: Hasil penelitian yang diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa instrumen untuk setiap
variabel penelitian adalah reliabel, karena Cronbach Alpha () hitung >
0,6. Pada variabel Penerapan EDP Audit memiliki 0,840 > 0,6.
Variabel Kompetensi Auditor memiliki hitung 0,774 > 0,6, Variabel
Independensi Auditor memiliki hitung 0,819 > 0,6, dan variabel
Tingkat Materialitas memiliki hitung 0,834 > 0,6.
b. Hasil Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah item-item yang ada
di dalam kuesioner mampu mengukur peubah yang didapatkan dalam
penelitian ini (Ghozali, 2005). Maksudnya untuk mengukur valid atau
tidaknya suatu kuesioner dilihat jika pertanyaan dalam kuesioner tersebut
67
mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut.
Uji validitas ini dapat dilakukan dengan menggunakan korelasi antar
skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel. Setelah itu
tentukan hipotesis H0: skor butir pertanyaan berkorelasi positif dengan
total skor konstruk dan Ha: skor butir pertanyaan tidak berkorelasi positif
dengan total skor konstruk. Setelah menentukan hipotesis H0 dan Ha,
kemudian uji dengan membandingkan r hitung (tabel corrected item-total
correlation) dengan r tabel (tabel Product Moment dengan signifikansi
0,05) untuk degree of freedom (df) = n-2, dimana n adalah jumlah
sampel penelitian sebanyak 50 responden sehingga diperoleh nilai (df) =
50-2 atau nilai df dari 48 adalah 0,235. Suatu kuesioner dinyatakan valid
apabila r hitung > r tabel (Ghozali, 2005). Hasil pengujian validitas
ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel 4.8.
Hasil Uji Validitas Variabel Penerapan EDP Audit
Pertanyaan Variabel Pearson Correlation Sig. Kesimpulan
Butir 1 Penerapan EDP Audit 0,596** 0 Valid
Butir 2 Penerapan EDP Audit 0,402** 0,003 Valid
Butir 3 Penerapan EDP Audit 0,384** 0,005 Valid
Butir 4 Penerapan EDP Audit 0,587** 0 Valid
Butir 5 Penerapan EDP Audit 0,418** 0,002 Valid
Butir 6 Penerapan EDP Audit 0,383** 0,005 Valid
68
Butir 7 Penerapan EDP Audit 0,354* 0,01 Valid
Butir 8 Penerapan EDP Audit 0,413** 0,002 Valid
Butir 9 Penerapan EDP Audit 0,419** 0,002 Valid
Butir 10 Penerapan EDP Audit 0,616** 0 Valid
Sumber: Hasil penelitian yang diolah, 2010
Variabel penerapan EDP Audit terdiri atas 10 butir pertanyaan, dari
10 butir pertanyaan tersebut semua butir pertanyaan adalah valid (nilai
signifikansi kurang dari 0,01 dan 0,05).
Tabel 4.9. Hasil Uji Validitas Variabel Kompetensi Auditor
Pertanyaan Variabel Pearson Correlation Sig. Kesimpulan
Butir 1 Kompetensi Auditor 0,664** 0 Valid
Butir 2 Kompetensi Auditor 0,700** 0 Valid
Butir 3 Kompetensi Auditor 0,494** 0 Valid
Butir 4 Kompetensi Auditor 0,396** 0,004 Valid
Butir 5 Kompetensi Auditor 0,588** 0 Valid
Butir 6 Kompetensi Auditor 0,628** 0 Valid
Butir 7 Kompetensi Auditor 0,633** 0 Valid
Butir 8 Kompetensi Auditor 0,651** 0 Valid
Butir 9 Kompetensi Auditor 0,628** 0 Valid
Butir 10 Kompetensi Auditor 0,403** 0,003 Valid
Sumber: Hasil penelitian yang diolah, 2010
69
Variabel Kompetensi Auditor terdiri atas 10 butir pertanyaan, dari
10 butir pertanyaan tersebut semua butir pertanyaan adalah valid (nilai
signifikansi kurang dari 0,01 dan 0,05).
Tabel 4.10. Hasil Uji Validitas Variabel Independensi Auditor
Pertanyaan Variabel Pearson Correlation Sig. Kesimpulan
Butir 1 Independensi Auditor 0,629** 0 Valid
Butir 2 Independensi Auditor 0,774** 0 Valid
Butir 3 Independensi Auditor 0,665** 0 Valid
Butir 4 Independensi Auditor 0,672** 0 Valid
Butir 5 Independensi Auditor 0,689** 0 Valid
Butir 6 Independensi Auditor 0,696** 0 Valid
Butir 7 Independensi Auditor 0,536** 0 Valid
Butir 8 Independensi Auditor 0,683** 0 Valid
Butir 9 Independensi Auditor 0,431** 0,001 Valid
Butir 10 Independensi Auditor 0,395** 0,004 Valid
Sumber: Hasil penelitian yang diolah, 2010
Variabel Independensi Auditor terdiri atas 10 butir pertanyaan, dari
10 butir pertanyaan tersebut semua butir pertanyaan adalah valid (nilai
signifikansi kurang dari 0,01 dan 0,05).
70
Tabel 4.11. Hasil Uji Validitas Variabel Tingkat Materialitas
Pertanyaan Variabel Pearson Correlation Sig. Kesimpulan
Butir 1 Tingkat Materialitas 0,650** 0 Valid
Butir 2 Tingkat Materialitas 0,651** 0 Valid
Butir 3 Tingkat Materialitas 0,649** 0 Valid
Butir 4 Tingkat Materialitas 0,562** 0 Valid
Butir 5 Tingkat Materialitas 0,589** 0 Valid
Butir 6 Tingkat Materialitas 0,626** 0 Valid
Butir 7 Tingkat Materialitas 0,645* 0 Valid
Butir 8 Tingkat Materialitas 0,698** 0 Valid
Butir 9 Tingkat Materialitas 0,649** 0 Valid
Butir 10 Tingkat Materialitas 0,680** 0 Valid
Sumber: Hasil penelitian yang diolah, 2010
Variabel Tingkat Materialitas terdiri atas 10 butir pertanyaan, dari 10
butir pertanyaan tersebut semua butir pertanyaan adalah valid (nilai
signifikansi kurang dari 0,01 dan 0,05).
3.Hasil Uji Asumsi Klasik
a.Hasil Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah ada
hubungan atau korelasi diantara variabel independen. Multikolinearitas
menyatakan hubungan antar sesama variabel independen. Dalam
penelitian ini uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah ada
71
korelasi atau hubungan diantara variabel penerapan EDP audit,
kompetensi auditor dan independensi auditor. Pedoman suatu model
regresi yang ideal adalah tidak terjadi korelasi diantara variabel
independen (nilai VIF dan tolerance disekitar angka 1 serta koefisien
korelasi antar variabel independen haruslah dibawah 0,5) atau tidak terjadi
multikolinearitas. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka
variabel-variabel ini tidak orthogonal yakni variabel orthogonal adalah
variabel independen yang memiliki nilai korelasi antar sesama variabel
independen sama dengan nol (Ghozali, 2005).
Tabel 4.12. Hasil Uji Multikolinearitas
Pada tabel 4.12 terlihat nilai tolerance untuk variabel PEA sebesar
0,671, KA sebesar 0,397, dan IA sebesar 0,529 sedangkan nilai VIF untuk
masing-masing variabel sebesar 1,491 untuk PEA, 2,517 untuk KA dan
IA sebesar 1,889. Berdasarkan pedoman terhadap uji multikolinieritas
nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10 maka terlihat bahwa tidak terjadi
korelasi diantara variabel penerapan EDP audit, kompetensi auditor dan
Coefficients(a)
Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant) PEA 0.671 1.491 KA 0.397 2.517 IA 0.529 1.889
a. Dependent Variable: TM
72
independensi auditor atau tidak terjadi multikolinearitas dalam model
regresi ini.
b. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi terdapat persamaan atau perbedaan varian yang dapat
dilihat dari grafik plot. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik
scatterplot antara SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y telah
diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi - Y sesungguhnya)
yang telah di-studentized.
Jika plot membentuk pola tertentu (bergelombang, melebar,
kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas. Jika plot tidak membentuk pola tertentu, seperti titik-
titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka
mengindikasikan telah terjadi homokedastisitas.