67
SKRIPSI GAMBARAN PERDARAHAN ANTEPARTUM PADA IBU HAMIL RAWAT INAP DAN RAWAT JALAN DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2013-2015 Oleh : NOVIEN AMALIA 130100192 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017 Universitas Sumatera Utara

SKRIPSI GAMBARAN PERDARAHAN ANTEPARTUM PADA IBU …

  • Upload
    others

  • View
    18

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

GAMBARAN PERDARAHAN ANTEPARTUM PADA IBU HAMIL RAWAT
INAP DAN RAWAT JALAN DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PADA
TAHUN 2013-2015
GAMBARAN PERDARAHAN ANTEPARTUM PADA IBU HAMIL RAWAT
INAP DAN RAWAT JALAN DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PADA
TAHUN 2013-2015
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan
Sarjana Kedokteran
didefinisikan sebagai perdarahan dari saluran genital pada trimester kedua atau
ketiga kehamilan. Plasenta previa, dan solusio plasenta merupakan penyebab
umum perdarahan antepartum yang memberikan kontribusi terhadap kematian
maternal dan perinatal.
Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran perdarahan
antepartum pada ibu hamil rawat inap dan rawat jalan di RSUP H. Adam Malik
Medan pada tahun 2013-2015.
retrospektif. Populasi dalam penelitian adalah seluruh data rekam medik ibu hamil
dengan diagnosa plasenta previa dan solusio plasenta sebagai penyebab
perdarahan antepartum yang mendapat rawat inap dan rawat jalan dari Januari
2013 hingga Desember 2015. Besar sampel penelitian berdasarkan total sampling.
Hasil: Pada penelitian diperoleh 33 kasus perdarahan antepartum. Frekuensi
tertinggi pada tahun 2015 (48,5%). Penyebab perdarahan antepartum terbanyak
adalah plasenta previa sebesar 90,9%, sementara solusio plasenta hanya sebesar
9,1%. Hasil penelitian menunjukkan distribusi frekuensi plasenta previa
berdasarkan karakteristik usia, umur kehamilan, gravida, riwayat obstetrik, dan
klasifikasi terbanyak yakni pada usia 31-35 tahun (35,5%), umur kehamilan 28-36
minggu (73,3%), multigravida (53,3%), riwayat partus pervaginam (36,7%), dan
plasenta previa totalis (86,7%). Distribusi frekuensi solusio plasenta pada usia 20-
25 tahun, 26-30 tahun, dan 36-40 tahun mempunyai jumlah yang sama (33,3%),
terbanyak pada umur kehamilan <28 minggu (66,7%), primigravida (66,7%), dan
riwayat belum pernah melahirkan (66,7%). Gambaran ini diharapkan dapat
membantu dalam pengambilan keputusan pada kehamilan dan tidak boleh
diabaikan dalam perawatan rutin kehamilan.
Kata Kunci: Ibu Hamil, Perdarahan Antepartum, Plasenta Previa, RSUP H. Adam
Malik, Solusio Plasenta.
Universitas Sumatera Utara
iii
ABSTRACT
Introduction: Antepartum haemorrhage is one of the main causes of maternal
morbidity and mortality worldwide. Antepartum haemorrhage defined as bleeding
from the genital tract in the second half of pregnancy. Placenta previa, and
placental abruption have long been recognized as common causes of antepartum
haemorrhage that contribute to maternal and perinatal mortality.
Objective: Aim of this research was to determine the characteristics of
antepartum haemorrhage in pregnant women who received inpatient and
outpatient care at RSUP H. Adam Malik Medan in 2013-2015.
Methods: This was a descriptive study with retrospective approach. The
population in the study were all medical record data of pregnant women with
placenta previa and placental abruption who were admitted in RSUP H. Adam
Malik Medan within the period in January 2013 to December 2015. The sample
size is based on total sampling study.
Results: During this study period there were 33 cases of antepartum
haemorrhage. The highest frequency in 2015 (48.5%). Out of the cases included
in this study, placenta previa and placental abruption constituted 90.9% and
9.1%. The results showed the frequency distribution of placenta previa based on
the characteristics of age, gestational age, gravida, obstetric history, and the
classification. Patients with placenta previa mostly noted at maternal age between
31 to 35 years old (35.5%), gestational age 28 to 36 weeks (73.3%), multigravid
(53.3%), previous vaginal delivery (36.7%), placenta previa by type was totalis
(86.7%). Patients with placental abruption at maternal age 20 to 25, 26 to 30 and
36 to 40 years had the same amount (33.3%), majority were gestational age <28
weeks (66.7%), primigravid (66.7%), and has never given birth (66.7%). These
aspects should help the process of making care decisions and should not be
neglected in routine antenatal care.
Keywords: Pregnant Women, Antepartum Haemorrhage, Placenta Previa, RSUP
H. Adam Malik, Placental Abruption.
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan berkat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilaksanakan sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran program studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Penulis
menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi sangatlah sulit bagi penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ” Gambaran Perdarahan Antepartum Pada
Ibu Hamil Rawat Inap dan Rawat Jalan di RSUP H. Adam Malik Medan Pada
Tahun 2013-2015”. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Dr. dr. Aldy
Safruddin Rambe, Sp.S (K).
2. Dosen pembimbing penulisan skripsi, dr. Letta Sari Lintang M.Ked (OG),
Sp.OG, dan dr. T. Kemala Intan, M.Biomed, M.Pd yang telah memberikan
banyak arahan dan masukan kepada penulis sehingga skripsi penelitian ini
dapat terselesaikan dengan baik.
3. Dosen penguji skripsi dr. Tri Widyawati, M.Si, Ph.D dan dr. Fithria Aldy,
M.Ked (Oph), Sp.M untuk setiap kritik dan saran yang membangun dalam
penyempurnaan penulisan skripsi ini.
Universitas Sumatera Utara atas bimbingan selama perkuliahan hingga
penyelesaian studi dan penulisan skripsi ini.
5. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda dan Ibunda yang selalu memberi doa,
semangat, dukungan, dan kasih sayang yang tiada terhingga yang
diberikan kepada penulis.
6. Seluruh pihak RSUP H. Adam Malik Medan yang telah banyak membantu
penulis saat melakukan survei awal penelitian dan izin pengambilan data
penelitian.
semangat dan dukungan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
8. Semua pihak yang telah membantu penulis baik secara moril maupun
materil dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna, baik
dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
lebih baik kedepannya.
dapat bermanfaat untuk berbagai pihak dalam bidang kesehatan.
Medan, Januari 2017
2.1.Plasenta Previa …………………………………………….. 5
2.1.4.Patofisiologi Plasenta Previa ……………….……. 6
2.1.5.Diagnosis Plasenta Previa ……………….………. 7
2.1.6.Penatalaksanaan Plasenta Previa ……….………... 7
2.2.4.Patofisiologi Solusio Plasenta ………………….… 11
2.2.5.Diagnosis Solusio Plasenta …………………..…... 12
2.2.6.Penatalaksanaan Solusio Plasenta ………….…..… 12
KERANGKA KONSEP PENELITIAN …………………………..… 14
4.1.Desain Penelitian …………………………………………… 17
4.4.Metode Pengumpulan Data ……………………………….... 18
4.5.Metode Analisis Data …………………………………….… 19
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………... 23
5.1.Deskripsi Karakteristik Sampel Penelitian ………….……… 23
5.1.1.Distribusi Frekuensi Perdarahan Antepartum
di RSUP H. Adam Malik Pada Tahun 2013-2015 ……….. 23
5.1.2.Distribusi Frekuensi Perdarahan Antepartum
Perdarahan Antepartum ………………………………….. 24
5.1.3.2.Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Umur Kehamilan ………………………………. 25
5.1.3.4.Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Riwayat Obstetrik ……………………………… 26
5.1.4.Distribusi Frekuensi Solusio Plasenta Sebagai Penyebab
Perdarahan Antepartum …………………………………. 27
5.1.4.2.Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Umur Kehamilan ……………………………….. 28
5.1.4.4.Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Riwayat Obstetrik …………………………….... 29
Universitas Sumatera Utara
di RSUP H. Adam Malik Pada Tahun 2013-2015 ……….. 30
5.2.2.Distribusi Frekuensi Plasenta Previa Sebagai Penyebab
Perdarahan Antepartum ………………………………….. 31
Perdarahan Antepartum ………………………………….. 35
6.1. Kesimpulan ………………………………….....………….. 38
6.2. Saran …………………………………………..…………… 39
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….... 41
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Perdarahan Antepartum Pada Ibu
Hamil Rawat Inap dan Rawat Jalan di RSUP H. Adam
Malik Pada Tahun 2013-2015 ……………………….
Antepartum Pada Ibu Hamil Rawat Inap dan Rawat Jalan di
RSUP H. Adam Malik Berdasarkan Tahun ………….
24
Usia …………………………………………………. 25
Umur Kehamilan ……………………………………. 25
Gravida ………………………………………………
26
Riwayat Obstetrik ……………………………………
Klasifikasi …………………………………………... 27
Berdasarkan Usia ……………………………………
Berdasarkan Umur Kehamilan ………………………
Berdasarkan Gravida …………………………………
Berdasarkan Riwayat Obstetrik ………………………
14
16
19
Lampiran 2. Surat Izin Survei Awal Penelitian
Lampiran 3. Ethical Clearance
Universitas Sumatera Utara
: Ultrasonografi
Angka Kematian Ibu menjadi salah satu indikator penting dari derajat
kesehatan masyarakat. World Health Organization memperkirakan 830 ibu
meninggal saat hamil atau bersalin setiap hari di seluruh dunia. Pada akhir tahun
2015, sekitar 303.000 wanita hamil akan meninggal pada saat maupun sesudah
kehamilan dan persalinan. Menurut WHO, 99% dari seluruh kematian maternal
terjadi di negara berkembang. Rasio kematian maternal di negara-negara
berkembang pada tahun 2015 adalah 239 per 100.000 kelahiran hidup versus 12
per 100.000 kelahiran hidup di negara maju. Penyebab utama yang menyumbang
hampir 75% dari semua kematian maternal adalah perdarahan, infeksi, hipertensi
dalam kehamilan (pre-eklampsia dan eklampsia) dan unsafe abortion. 1,2
AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab
kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk
kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa
nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per
100.000 kelahiran hidup. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007
menyebutkan bahwa AKI untuk periode 5 tahun sebelum survey (2003-2007)
sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini lebih rendah dibandingkan
dengan hasil SDKI tahun 2002-2003 yang sebesar 307 per 100.000 KH. Pada
tahun 2012, SDKI kembali mencatat kenaikan AKI yang signifikan, yakni dari
228 menjadi 359 kematian ibu per 100.000 KH. Angka ini cukup tinggi apalagi
jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga di Kawasan ASEAN. 1
Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2010 AKI
sebesar 328 per 100.000 KH, tahun 2012 AKI 106 per 100.000 KH dan tahun
2013 AKI 95 per 100.000 KH. Hal ini menunjukkan AKI cenderung menurun
Universitas Sumatera Utara
tetapi menurut estimasi angka kematian ibu ini tidak mengalami penurunan
hingga tahun 2013. 3
penyebab obstetrik langsung yakni perdarahan (32%), disusul oleh hipertensi
dalam kehamilan (25%), infeksi (5%), partus lama (5%), abortus (5%) dan sisanya
oleh penyebab lain (32%) termasuk penyebab non-obstetrik. 4
Perdarahan obstetrik tetap menjadi salah satu penyebab utama kematian ibu di
negara-negara berkembang dengan persentase 50% dari estimasi 500.000
kematian maternal yang terjadi secara global setiap tahun. Perdarahan sebagai
penyebab kematian maternal terdiri atas perdarahan antepartum dan perdarahan
postpartum. Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada umur
kehamilan yang lebih tua terutama setelah melewati trimester III atau setelah
kehamilan 28 minggu. Perdarahan antepartum mempersulit 3-5% kehamilan dan
merupakan penyebab utama kematian perinatal dan maternal di seluruh dunia.
Penyebab paling penting dari perdarahan antepartum adalah plasenta previa dan
solusio plasenta. 5,6
uteri internum. Etiologi plasenta previa masih belum jelas. Namun, faktor-faktor
risiko yang mempengaruhi meliputi, meningkatnya usia ibu, multiparitas, riwayat
operasi caesar, riwayat aborsi, kehamilan multipel dan merokok selama
kehamilan. 7,8
berimplantasi normal sebelum anak lahir. Solusio plasenta terlihat lebih sering
pada ibu lanjut usia, meningkatnya paritas, kehamilan kembar, polihidramnion,
korioamnionitis, trauma, dan trombofilia. 9,10
Penelitian yang dilaksanakan di RSUD M. Yunus Bengkulu pada bulan Juli
hingga Agustus 2012 menunjukkan 15,4% ibu bersalin mengalami plasenta previa
dan 19,9% ibu bersalin mengalami solusio plasenta. 11
Kemudian penelitian yang
dilakukan di RSU dr. Soedarso Pontianak pada Januari hingga Februari 2013
didapat 109 (2,02%) kasus plasenta previa dari 5406 persalinan. 12
Di RSU
3
Provinsi NTB kejadian plasenta previa pada tahun 2011 tercatat 63 kasus (2,68%)
dari 2345 persalinan, kemudian meningkat pada tahun 2012 menjadi 101 kasus
(3,73%) dari 2706 persalinan. 13
Berdasarkan masalah perdarahan antepartum sebagai kontributor utama yang
menghasilkan kenaikan AKI yang signifikan, maka perlu dilakukan penelitian
mengenai gambaran plasenta previa, dan solusio plasenta pada ibu hamil rawat
inap dan rawat jalan di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2013-2015.
Pemilihan lokasi ini atas pertimbangan bahwa RSUP H. Adam Malik merupakan
rumah sakit tipe A yaitu, rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan
kedokteran spesialis dan subspesialis luas, serta merupakan tempat rujukan dari
berbagai sarana pelayanan kesehatan sehingga cukup representatif untuk dijadikan
acuan sumber data epidemiologi khususnya di Provinsi Sumatera Utara. Selain
itu, RSUP H. Adam Malik Medan adalah rumah sakit pendidikan, sehingga
memudahkan peneliti dalam proses pengumpulan data.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang dirumuskan masalah penelitian, “bagaimana gambaran
perdarahan antepartum pada ibu hamil rawat inap dan rawat jalan di RSUP Haji
Adam Malik Medan pada tahun 2013-2015?”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
perdarahan antepartum pada ibu hamil rawat inap dan rawat jalan di RSUP Haji
Adam Malik Medan pada tahun 2013-2015.
Universitas Sumatera Utara
1. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian plasenta previa
berdasarkan karakteristik usia, umur kehamilan, gravida, riwayat
obstetrik, dan klasifikasi.
riwayat obstetrik.
1. Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai data dasar untuk
penelitian lebih lanjut mengenai perdarahan antepartum pada ibu hamil.
1.4.2. Bidang Pendidikan
1. Penelitian ini diharapkan sebagai sarana untuk melatih berfikir secara
sistematis serta mampu melaksanakan suatu penelitian berdasarkan metode
yang baik dan benar.
1.4.3. Bidang Pelayanan Masyarakat
1. Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai bahan masukan dalam
hal perencanaan dan penanggulangan faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya perdarahan antepartum pada ibu hamil dalam rangka
meningkatkan pencegahan di wilayah RSUP H. Adam Malik Medan.
2. Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai sumber informasi bagi
masyarakat.
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum. 7
2.1.2. Klasifikasi
1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh
ostium uteri internum.
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium
uteri internum.
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada
pinggir ostium uteri internum.
4. Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim dengan tepi plasenta tidak mencapai ostium internum, namun
terletak berdekatan dengan ostium tersebut. 14
2.1.3. Faktor Predisposisi
Disamping itu terdapat
beberapa faktor risiko bagi terjadinya plasenta previa, diantaranya: 5
a. Paritas. Pada paritas tinggi, kehamilan berulang mengakibatkan timbulnya
jaringan parut pada uterus. Jaringan parut ini menyebabkan persediaan
darah ke plasenta tidak adekuat, sehingga plasenta menjadi lebih tipis dan
mencakup ke daerah uterus yang lebih luas. Perluasan plasenta dapat
meningkatkan resiko penutupan ostium uteri internum. 16
b. Usia ibu. Peningkatan usia ibu menimbulkan sklerosis pembuluh darah
arteri kecil miometrium, sehingga aliran darah ke endometrium tidak
Universitas Sumatera Utara
tumbuh lebih besar dengan luas permukaan yang lebih lebar. 17
c. Riwayat seksio sesarea. Cacat bekas bedah sesar berperan dalam proses
peradangan dan kejadian atrofi di endometrium. 18
d. Merokok. Hipoksemia akibat karbon monoksida hasil pembakaran rokok
menyebabkan plasenta menjadi hipertrofi sebagai upaya kompensasi. 14
e. Kehamilan ganda. Plasenta yang terlalu besar seperti pada kehamilan
ganda bisa menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar ke segmen bawah
rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. 6
2.1.4. Patofisiologi
Plasenta secara normal berimplantasi pada dinding depan atau dinding
belakang rahim di daerah fundus uteri. Implantasi di segmen bawah rahim
penyebabnya adalah kualitas desidua segmen atas rahim buruk. Pada usia
kehamilan lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan mungkin lebih awal, oleh
karena telah mulai terbentuknya segmen bawah rahim, plasenta akan mengalami
pelepasan. Pelebaran isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta
yang berimplantasi di tempat tersebut akan mengalami laserasi akibat pelepasan
pada desidua sebagai plasenta. Pada saat serviks mendatar (effacement) dan
membuka (dilatation) ada bagian plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi itu
akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari ruangan
intervillus dari plasenta. Perdarahan diperbanyak oleh karena segmen bawah
rahim dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuat karena elemen otot yang
dimilikinya sangat minimal. Serat miometrium di segmen bawah uterus tidak
mampu berkontraksi untuk menjepit pembuluh-pembuluh darah yang robek
sehingga pembuluh darah tidak akan tertutup dengan sempurna. Perdarahan akan
berulang tanpa sesuatu sebab lain (causeless) dan darah yang keluar berwarna
merah segar tanpa rasa nyeri (painless). Perdarahan lebih mudah mengalir keluar
rahim berhubung tempat perdarahan terletak dekat dengan ostium uteri
internum. 6,15
Gambaran klinis klasik pada plasenta previa adalah perdarahan uterus keluar
melalui vagina tanpa rasa nyeri, merah terang, tidak disertai dengan kontraksi
uterus dan cenderung terjadi dengan tiba-tiba pada akhir trimester kedua ke atas.
Perdarahan hebat dapat terjadi sewaktu persalinan aktif karena segmen bawah
uterus lebih rentan mengalami gangguan kontraksi daripada korpus uterus.
Ultrasonografi transabdominal merupakan metode paling sederhana, tepat, dan
aman untuk mengetahui lokasi plasenta. Namun, hasil positif palsu sering
disebabkan oleh distensi kandung kemih. Setelah kandung kemih dikosongkan,
USG pada kasus yang tampaknya positif harus diulang. Penelitian terbaru
menunjukkan USG transvaginal telah secara nyata menyempurnakan tingkat
ketepatan diagnosis plasenta previa dan telah terbukti aman.
Transperineal
dan segmen bawah rahim. MRI juga dapat dipergunakan untuk memvisualisasikan
abnormalitas plasenta termasuk plasenta previa. 15,19
2.1.6. Penatalaksanaan
Wanita dengan plasenta previa dapat digolongkan ke salah satu kategori
berikut : 14
1. Janin kurang bulan dan tidak terdapat indikasi lain untuk pelahiran.
2. Janin cukup matur.
3. Persalinan telah dimulai.
memperdulikan usia gestasional.
Universitas Sumatera Utara
Pasien diobservasi dengan teliti terhadap adanya perdarahan aktif. Tata
laksana pada kategori 1 tanpa perdarahan aktif uterus terdiri atas pemantauan
ketat. Golongan darah diperiksa dan siapkan donor transfusi darah. Bila
memungkinkan kehamilan dipertahankan setua mungkin agar janin terhindar dari
prematuritas. Dalam keadaan janin masih prematur dipertimbangkan memberikan
sulfas magnesium untuk menekan his buat sementara waktu serta memberi steroid
untuk mempercepat pematangan paru janin. 14,15,20
B. Persalinan pervaginam
penekanan pada plasenta. Amniotomi (pemecahan ketuban) adalah cara terpilih
untuk melancarkan persalinan per vaginam. Setelah ketuban dipecahkan berikan
oksitosin drips 2,5-5 satuan dalam 500 cc dektrosa 5%. Bila cara tersebut belum
berhasil, dapat dilakukan pemasangan cunam Willet Gausz dan versi Braxton
Hicks. 20
Seksio sesarea dianjurkan untuk semua plasenta previa parsialis atau totalis,
janin hidup atau meninggal, perdarahan yang sulit dikontrol, plasenta previa
dengan panggul sempit dan letak lintang. Indikasi histerektomi apabila dipersulit
oleh plasenta akreta. 20
maternal plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua
endometrium sebelum waktunya yakni sebelum anak lahir. 10
Universitas Sumatera Utara
1. Plasenta dapat terlepas hanya pada pinggirnya saja (ruptur sinus
marginalis).
3. Seluruh permukaan maternal plasenta terlepas (solusio plasenta totalis).
Menurut perdarahannya solusio plasenta dapat dibagi menjadi: 14
1. Revealed (external) hemorrhage.
seterusnya menyelinap di bawah selaput ketuban dan akhirnya memperoleh
jalan ke kanalis servikalis dan ke luar melalui vagina.
2. Concealed (internal) hemorrhage.
masih melekat pada dinding rahim, selaput ketuban masih melekat pada
dinding rahim, perdarahan masuk ke dalam kantung ketuban setelah selaput
ketuban pecah karenanya, ataupun bagian terbawah janin, umumnya kepala,
menempel ketat pada segmen bawah rahim. Solusio dengan perdarahan
tertutup menimbulkan bahaya ibu karena pembentukan hematoma
retroplasenta yang luas bisa menyebabkan koagulopati konsumtif.
Menurut tingkat gejala klinis yang timbul, solusio plasenta terdiri atas: 6
1. Solusio Plasenta Ringan.
Luas plasenta yang terlepas tidak sampai 25% atau ada yang menyebutkan
kurang dari 1/6 bagian. Jumlah darah yang keluar biasanya kurang dari 250
ml. Tumpahan darah yang keluar terlihat seperti pada haid bervariasi dari
sedikit hingga banyak. Gejala-gejala perdarahan sulit dibedakan dari plasenta
previa, kecuali warna darah yang kehitaman. Komplikasi terhadap ibu dan
janin belum ada.
Universitas Sumatera Utara
Luas plasenta yang terlepas telah melebihi 25% tetapi belum mencapai
separuhnya (50%). Jumlah darah yang keluar lebih banyak dari 250 ml, tetapi
belum mencapai 1000 ml. Gejala-gejala dan tanda-tanda sudah jelas seperti
rasa nyeri pada perut yang terus menerus, denyut jantung janin menjadi cepat,
hipotensi, dan takikardi.
3. Solusio Plasenta Berat.
Luas plasenta yang terlepas sudah melebihi 50% dan jumlah darah yang
keluar telah mencapai 1000 ml atau lebih. Pertumpahan darah bisa terjadi
keluar dan kedalam bersama-sama. Gejala-gejala dan tanda-tanda klinis jelas,
keadaan umum penderita buruk disertai syok, dan hampir semua janinnya
telah meninggal. Komplikasi koagulopati dan gagal ginjal yang ditandai pada
oliguri biasanya telah ada.
kondisi terkait, diantaranya: 21
b. Riwayat seksio sesarea.
hipertensi kronik).
selama kehamilan. Berbagai gangguan pembekuan ini juga berkaitan
dengan solusio dan infark plasenta.
i. Trauma eksternal.
implantasi plasenta merupakan predisposisi solusio plasenta.
Universitas Sumatera Utara
2.2.4. Patofisiologi
Solusio plasenta merupakan hasil akhir dari suatu proses yang bermula dari
suatu keadaan yang mampu memisahkan vili-vili korialis plasenta dari tempat
implantasinya pada desidua basalis sehingga terjadi perdarahan. Kejadian
perdarahan berasal dari kematian sel (apoptosis) yang disebabkan oleh iskemia
dan hipoksia. 6
Ada beberapa keadaan yang secara teoritis dapat mengakibatkan kematian sel
karena iskemia dan hipoksia pada desidua, yakni sebagai berikut : 22
1. Pada pasien dengan korioamnionitis, lipopolisakarida dan endotoksin lain
yang berasal dari agen infeksius menginduksi akumulasi sitokin,
eikosanoid dan bahan-bahan oksidan lain seperti superoksida. Semua
bahan ini memiliki daya toksisitas yang menyebabkan iskemia dan
hipoksia. Salah satu kerja dari endotoksin adalah pembentukan nitric oxide
synthase (NOS) yang menghasilkan nitric oxide (NO), suatu vasodilator
kuat dan penghambat agregasi trombosit. Metabolisme NO menyebabkan
pembentukan peroksinitrit yaitu suatu oksidan tahan lama yang mampu
menyebabkan iskemia dan hipoksia pada sel-sel endotelium pembuluh
darah.
2. Kelainan genetik berupa defisiensi protein C dan protein S yang keduanya
merupakan antikoagulan alamiah mampu meningkatkan pembentukan
trombosis dan dinyatakan terlibat dalam penyebab pre-eklampsia dan
solusio plasenta.
3. Pada pasien dengan trombofilia di mana ada kecenderungan pembekuan
berakhir dengan pembentukan trombosis di dalam desidua basalis yang
mengakibatkan iskemia dan hipoksia.
endothelium vaskular yang berakhir dengan pembentukan trombosis pada
vena atau menyebabkan kerusakan pada arteri spiralis yang memasok
darah ke plasenta dan menjadi etiologi solusio plasenta. Metionin
mengalami remetilasi oleh enzim metilentetrahidrofolat reduktase
(MTHFR) menjadi homosistein. Mutasi pada gen MTHFR mencegah
Universitas Sumatera Utara
darah.
5. Nikotin dan kokain keduanya dapat menyebabkan vasokontriksi yang bisa
menimbulkan iskemia.
2.2.5. Diagnosis
Gambaran yang klasik dari solusio plasenta adalah terjadinya perdarahan
yang berwarna tua keluar melalui vagina (80% kasus), rasa nyeri perut, fundus
uteri tambah naik karena hematoma retroplasenta, uterus teraba tegang dan keras
(wooden uterus) baik waktu his maupun di luar his, serta nyeri tekan di tempat
plasenta terlepas. Gambaran klinis bervariasi sesuai dengan berat ringannya
solusio plasenta. Pada solusio plasenta ultrasonografi tidak memberikan kepastian
diagnosa karena kompleksitas gambaran retroplasenta yang normal mirip dengan
gambaran perdarahan retroplasenta pada solusio plasenta sehingga diagnosis
biasanya ditegakkan berdasarkan gambaran klinis. Diagnosis definitif hanya bisa
ditegakkan setelah partus dengan melihat adanya hematoma retroplasenta. Saat
pemeriksaan plasenta biasanya tampak cekung dan tipis di bagian plasenta yang
terlepas dan adanya darah beku di belakang plasenta. 19,20
2.2.6. Penatalaksanaan
berlangsung spontan, sambil menunggu dapat diberikan transfusi darah untuk
mengatasi syok dan anemia serta mencegah nekrosis korteks renalis. 20
B. Terapi aktif
force, yaitu pelebaran dan peregangan serviks diikuti dengan pemasangan cunam
Willet Gausz atau versi Braxton-Hicks. Bila pembukaan sudah atau hampir
lengkap dan kepala sudah turun sampai Hodge III-IV, maka bila janin masih
Universitas Sumatera Utara
13
hidup lakukan ekstraksi vakum atau forsep, namun jika janin telah meninggal,
lakukan embriotomi. Seksio sesarea dilakukan pada keadaan anak hidup dengan
pembukaan kecil, panggul sempit atau letak lintang. Ligasi arteri hipogastrik bila
perdarahan tidak terkontrol. Histerektomi dilakukan bila afibrinogenemia atau
hipofibrinogenemia dan persediaan darah atau fibrinogen tidak cukup. Ligasi
arteri hipogastrika bila perdarahan tidak terkontrol tetapi fungsi reproduksi ingin
dipertahankan. Pada hipofibrinogenemia berikan fresh blood, plasma darah dan
fibrinogen 4-6 gram. 20
3.1. Kerangka Teori
Perdarahan Antepartum
Syok hipovolemik
penelitian ini adalah :
Perdarahan
Antepartum
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
4.2.1. Waktu Penelitian
Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Penelitian
dilaksanakan dengan mengumpulkan data sekunder selama tiga tahun mulai dari
tahun 2013 sampai dengan tahun 2015.
4.2.2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Medan bagian instalasi rekam medik.
4.3. Populasi dan Sampel
4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data rekam medik ibu hamil
dengan diagnosa plasenta previa dan solusio plasenta sebagai penyebab
perdarahan antepartum yang dirawat inap dan rawat jalan di Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan dari Januari 2013 sampai Desember 2015.
Universitas Sumatera Utara
seluruh populasi akan diambil sebagai sampel penelitian dan harus memenuhi
kriteria inklusi serta tidak termasuk dalam kriteria eksklusi untuk dilanjutkan ke
penelitian.
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
1) Ibu hamil dengan diagnosa plasenta previa dan solusio plasenta sebagai
penyebab perdarahan antepartum yang terjadi pada Januari 2013 hingga
Desember 2015.
2) Data-data seperti nama, usia, umur kehamilan, gravida, riwayat obstetrik,
dan klasifikasi ibu hamil dengan diagnosa plasenta previa tercatat pada
rekam medik.
3) Data-data seperti nama, usia, umur kehamilan, gravida, dan riwayat
obstetrik ibu hamil dengan diagnosa solusio plasenta tercatat pada rekam
medik.
1) Data-data yang diperlukan tidak terbaca pada rekam medik.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini data yang diambil merupakan data sekunder yaitu
rekam medik ibu hamil dengan diagnosa plasenta previa dan solusio plasenta
sebagai penyebab perdarahan antepartum yang berkunjung ke RSUP H. Adam
Universitas Sumatera Utara
19
Malik pada Januari 2013 hingga Desember 2015. Data ini diperoleh dari bagian
instalasi rekam medik RSUP H. Adam Malik.
4.4.2. Alur
a. Editing, dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data.
b. Coding, data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan
kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual
sebelum diolah dengan komputer.
c. Entry, data yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam
program komputer.
d. Cleaning Data, pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam
computer untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.
e. Saving, penyimpanan data untuk dianalisis.
f. Analyzing. Data tersebut dianalisa dengan menggunakan program analisis
statistik SPSS (Statistical Package for the Social Science) dan ditabulasi
menggunakan komputer. Analisa dilakukan secara univariat untuk
Hitung sampel
diteliti dan selanjutnya data akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi persentase.
No
Variabel
Definisi
Alat
Ukur
Malik Medan.
5.1.1. Distribusi Frekuensi Perdarahan Antepartum Pada Ibu Hamil Rawat
Inap dan Rawat Jalan di RSUP H. Adam Malik Pada Tahun 2013-
2015
penyebab perdarahan dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut:
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Perdarahan Antepartum Pada Ibu Hamil Rawat
Inap dan Rawat Jalan di RSUP H. Adam Malik Pada Tahun 2013-2015
No. Perdarahan Antepartum Frekuensi (n) Persentase (%)
1. Plasenta Previa 30 90,9
2. Solusio Plasenta 3 9,1
Total 33 100
Perdarahan antepartum dalam penelitian ini terdiri atas dua penyebab yaitu
plasenta previa dan solusio plasenta. Berdasarkan tabel 5.1 di atas, pada hasil
penelitian ini diperoleh frekuensi penderita perdarahan antepartum lebih banyak
dengan penyebab plasenta previa yaitu sebanyak 30 orang (90,9%), sementara
solusio plasenta hanya sebanyak 3 orang (9,1%).
5.1.2. Distribusi Frekuensi Perdarahan Antepartum Berdasarkan Tahun
Distribusi pasien yang mengalami perdarahan antepartum berdasarkan
tahun dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2 Tabulasi Silang Distribusi Frekuensi Perdarahan Antepartum Pada Ibu
Hamil Rawat Inap dan Rawat Jalan di RSUP H. Adam Malik Berdasarkan Tahun
Tahun
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian, tabel 5.2 di atas
menunjukkan bahwa perdarahan antepartum pada ibu hamil rawat inap dan rawat
jalan di RSUP H. Adam Malik tahun 2013 hingga 2015 terbanyak adalah pada
tahun 2015, yaitu berjumlah 16 orang (48,5%) dengan mayoritas plasenta previa
sebagai penyebab perdarahan antepartum, kemudian pada tahun 2014 sebanyak 13
orang (39,4%) dengan penyebab perdarahan antepartum didominasi oleh plasenta
previa, dan paling sedikit adalah pada tahun 2013 hanya sebesar 4 orang dengan
penyebab perdarahan antepartum yang sama yaitu plasenta previa (12,1%).
5.1.3. Distribusi Frekuensi Plasenta Previa Sebagai Penyebab Perdarahan
Antepartum Pada Ibu Hamil Rawat Inap dan Rawat Jalan di RSUP
H. Adam Malik Pada Tahun 2013-2015
Distribusi frekuensi penderita plasenta previa meliputi usia, umur
kehamilan, gravida, riwayat obstetrik, dan klasifikasi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Penderita Plasenta Previa Berdasarkan Usia
No. Usia (tahun) Frekuensi (n) Persentase (%)
1. 20 - 25 3 10
2. 26 - 30 7 23,3
3. 31 - 35 11 36,7
4. 36 - 40 8 26,7
5. 41 - 43 1 3,3
Total 30 100
Tabel 5.3 menunjukkan hasil penelitian yang diperoleh yakni distribusi
penderita dengan plasenta previa paling banyak terdapat pada usia 31-35 tahun
yaitu sebanyak 11 orang (36,7%), kemudian diikuti usia 36-40 tahun yaitu
sebanyak 8 orang (26,7%), selanjutnya pada usia 26-30 tahun sebanyak 7 orang
(23,3%) dan usia 20-25 tahun sebanyak 3 orang (10%), serta paling sedikit
terdapat pada usia 41-43 tahun hanya sebesar 3,3% (1 orang).
5.1.3.2. Distribusi Frekuensi Plasenta Previa Berdasarkan Umur Kehamilan
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Penderita Plasenta Previa Berdasarkan Umur
Kehamilan
1. <28 minggu 3 10
2. 28-36 minggu 22 73,3
3. >36 minggu 5 16,7
Total 30 100
diperoleh bahwa penderita plasenta previa paling banyak terjadi pada umur
Universitas Sumatera Utara
26
kehamilan 28-36 minggu yaitu sebanyak 22 orang (73,3%), umur kehamilan >36
sebanyak 5 orang (16,7%) dan paling sedikit pada umur kehamilan <28 minggu
hanya sebanyak 3 orang (10%).
5.1.3.3. Distribusi Frekuensi Plasenta Previa Berdasarkan Gravida
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Penderita Plasenta Previa Berdasarkan Gravida
No. Gravida Frekuensi (n) Persentase (%)
1. Primigravida 7 23,3
2. Secundigravida 7 23,3
3. Multigravida 16 53,3
penderita plasenta previa paling banyak terdapat pada kategori ibu multigravida
yaitu sebanyak 16 orang (53,3%). Kategori ibu primigravida dan secundigravida
mempunyai jumlah yang sama yaitu sebanyak 7 orang (23,3%).
5.1.3.4. Distribusi Frekuensi Plasenta Previa Berdasarkan Riwayat Obstetrik
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Penderita Plasenta Previa Berdasarkan Riwayat
Obstetrik
1. Abortus 3 10
3. Partus Pervaginam 11 36,7
4. Partus Perabdominal 9 30
Total 30 100
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan riwayat obstetrik, hasil penelitian pada tabel 5.6 diatas
diperoleh bahwa penderita plasenta previa paling banyak terjadi pada ibu yang
mempunyai riwayat partus pervaginam yaitu sebanyak 11 orang (36,7%).
Kemudian diikuti, ibu dengan riwayat partus perabdominal yaitu sebanyak 9
orang (30%), dan riwayat belum pernah melahirkan sebanyak 7 orang (23,3%),
serta paling sedikit terdapat pada riwayat abortus hanya sebanyak 3 orang (10%).
5.1.3.5. Distribusi Frekuensi Plasenta Previa Berdasarkan Klasifikasi
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Penderita Plasenta Previa Berdasarkan Klasifikasi
No. Klasifikasi Frekuensi (n) Persentase (%)
1. Totalis 26 86,7
2. Parsialis 0 0
3. Marginalis 3 10
Total 30 100
Berdasarkan klasifikasi, hasil penelitian pada tabel 5.7 diperoleh bahwa
penderita plasenta previa paling banyak terdapat pada klasifikasi plasenta previa
totalis yaitu sebanyak 26 orang (86,7%), plasenta previa marginalis sebanyak 3
orang (9,7%), plasenta previa letak rendah hanya sebanyak 1 orang (3,2%),
sementara pada klasifikasi parsialis tidak dapat ditemukan kasus plasenta previa.
5.1.4. Distribusi Frekuensi Solusio Plasenta Sebagai Penyebab Perdarahan
Antepartum Pada Ibu Hamil Rawat Inap dan Rawat Jalan di RSUP
H. Adam Malik Pada Tahun 2013-2015
Distribusi frekuensi penderita solusio plasenta meliputi usia, umur
kehamilan, gravida, dan riwayat obstetrik.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Penderita Solusio Plasenta Berdasarkan Usia
No. Usia (tahun) Frekuensi (n) Persentase (%)
1. 20 - 25 1 33,3
2. 26 - 30 1 33,3
3. 31 - 35 0 0
4. 36 - 40 1 33,3
Total 3 100
Tabel 5.8 diatas menunjukkan hasil penelitian yang diperoleh yakni
penderita dengan solusio plasenta mempunyai jumlah yang sama pada usia 20-25
tahun, 26-30 tahun, dan 36-40 tahun yaitu berjumlah 1 orang (33,3%), sementara
tidak ditemukan kasus solusio plasenta pada usia 31-35 tahun.
5.1.4.2. Distribusi Frekuensi Solusio Plasenta Berdasarkan Umur Kehamilan
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Penderita Solusio Plasenta Berdasarkan Umur
Kehamilan
1. <28 Minggu 2 66,7
2. 28-36 Minggu 1 33,3
3. >36 Minggu 0 0
Total 3 100
bahwa penderita solusio plasenta paling banyak pada kelompok umur kehamilan
<28 minggu yaitu sebanyak 2 orang (66,7%), 28-36 minggu sebanyak 1 orang
(33,3%), sementara pada kelompok umur kehamilan >36 minggu tidak ditemukan
kasus solusio plasenta.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Penderita Solusio Plasenta Berdasarkan Gravida
No. Gravida Frekuensi (n) Persentase (%)
1. Primigravida 2 66,7
2. Secundigravida 0 0
3. Multigravida 1 33,3
sebanyak 2 orang (66,7%), pada multigravida sebanyak 1 orang (33,3%),
sementara pada secundigravida tidak dapat ditemukan kasus solusio plasenta.
5.1.4.4. Distribusi Frekuensi Solusio Plasenta Berdasarkan Riwayat
Obstetrik
Obstetrik
1. Abortus 0 0
3. Partus Pervaginam 1 33,3
4. Partus Perabdominal 0 0
Total 3 100
bahwa penderita solusio plasenta paling banyak pada ibu yang mempunyai
riwayat belum pernah melahirkan yaitu sebanyak 2 orang (66,7%), partus
pervaginam sebanyak 1 orang (33,3%), sementara pada riwayat abortus dan
riwayat partus perabdominal tidak ditemukan kasus solusio plasenta.
Universitas Sumatera Utara
previa dan solusio plasenta sebagai penyebab perdarahan antepartum yang dirawat
inap dan jalan di RSUP H. Adam Malik Medan sebanyak 4 kasus (tahun 2013), 13
kasus (tahun 2014), dan 16 kasus (tahun 2015) sehingga didapat sampel sebesar
33 orang dengan kriteria data rekam medik lengkap sesuai variabel yang diteliti.
5.2.1. Distribusi Frekuensi Perdarahan Antepartum Pada Ibu Hamil Rawat
Inap dan Rawat Jalan di RSUP H. Adam Malik Pada Tahun 2013-2015
Hasil penelitian berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan frekuensi penderita
perdarahan antepartum lebih banyak dengan penyebab plasenta previa yaitu
sebesar 30 orang (90,9%), sementara solusio plasenta hanya sebesar 3 orang
(9,1%). Data yang diperoleh bersesuaian dengan beberapa hasil laporan penelitian
lain. Penelitian oleh Ayushma et al di India dari 57 kasus perdarahan antepartum,
akibat plasenta previa didapatkan lebih besar (40,4%) daripada solusio plasenta
(38,6%). 25
71% dari total kasus perdarahan antepartum, sedangkan solusio plasenta hanya
27%. 26
Penelitian oleh Wasnik et al di Mumbai, angka kejadian plasenta previa
sebagai penyebab perdarahan antepartum lebih tinggi yaitu sebanyak 79 kasus. 27
Penelitian di Sharma Medical College India juga menyebutkan frekuensi
terjadinya plasenta previa lebih besar 54% daripada solusio plasenta hanya
sebesar 34%. 28
Hal ini didukung pula oleh beberapa hasil penelitian di Indonesia.
Penelitian yang dilakukan di RSU Dr. Pingadi, penyebab perdarahan terbanyak
disebabkan oleh plasenta previa sebesar 76,2%. 29
Penelitian yang dilakukan di RS
Santa Elisabeth Medan pada tahun 2009, ditemukan proporsi penyebab
perdarahan antepartum tertinggi adalah plasenta previa yaitu 92,9%, sedangkan
solusio plasenta hanya 5,9%. 30
Penelitian yang dilaksanakan di BLU RSUP Prof.
Universitas Sumatera Utara
DR. R.D Kandou Manado pada tahun 2011 menunjukkan distribusi perdarahan
antepartum berdasarkan penyebab perdarahan, paling banyak adalah plasenta
previa sebesar 98,3%, dan solusio plasenta hanya sebesar 1,7%. 31
5.2.2. Distribusi Frekuensi Plasenta Previa Sebagai Penyebab Perdarahan
Antepartum Pada Ibu Hamil Rawat Inap dan Rawat Jalan di RSUP
H. Adam Malik Pada Tahun 2013-2015
5.2.2.1. Distribusi Frekuensi Plasenta Previa Berdasarkan Usia
Hasil penelitian berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan distribusi penderita
dengan plasenta previa paling banyak terdapat pada usia 31-35 tahun yaitu
sebanyak 11 orang (36,7%), usia 36-40 tahun sebanyak 8 orang (26,7%), usia
26-30 tahun sebanyak 7 orang (23,3%) dan usia 20-25 tahun sebanyak 3 orang
(10%), serta paling sedikit pada usia 41-43 tahun hanya sebesar 3,3% (1 orang).
Hal ini tidak jauh berbeda dengan penelitian oleh Rahim et al di Pakistan yang
menunjukkan mayoritas penderita plasenta previa berusia >35 tahun, di mana
hanya sebesar 13,8% berusia kurang dari 24 tahun. 8
Penelitian di India oleh
Maurya et al menyatakan bahwa kejadian plasenta previa lebih tinggi pada usia
26-30 tahun yaitu 38,03%. 26
Penelitian di Saudi Arabia oleh Abduljabbar et al
menyebutkan angka kejadian plasenta previa tertinggi pada usia 26-35 tahun
sebesar 50,9%. 32
Hasil penelitian tidak pula berbeda jauh dengan beberapa hasil penelitian
di Indonesia. Penelitian di RSU Dr. Soedarso Pontianak pada tahun 2011
ditemukan lebih banyak ibu yang mengalami plasenta previa dengan proporsi
sebesar 61,2% pada usia maternal <35 tahun. 12
Penelitian di RSU Provinsi NTB
pada tahun 2013 menyatakan prevalensi plasenta previa terbanyak adalah kategori
usia antara 20-35 tahun yaitu sebanyak 64%. 13
Penelitian di RS Sanglah Denpasar
pada tahun 2012 menyebutkan sebagian besar responden (81,8%) merupakan usia
20-35 tahun. Hal ini disebabkan oleh karena wanita yang berusia 20-35 tahun
Universitas Sumatera Utara
mempunyai kesempatan lebih besar untuk hamil dan dalam masa reproduksi
dibandingkan dengan wanita yang berusia kurang dari 20 tahun atau pada wanita
usia lanjut. 13,17
pada usia ≥ 30 tahun yakni sebesar 52%. 23
Begitu pula dengan laporan penelitian
di RSU Dr. Pirngadi Medan yang menunjukkan ibu hamil dengan plasenta previa
terbanyak pada umur 30-34 tahun (30,0%). 33
5.2.2.2. Distribusi Frekuensi Plasenta Previa Berdasarkan Umur Kehamilan
Dari tabel 5.4. diperoleh distribusi penderita plasenta previa paling banyak
pada umur kehamilan 28-36 minggu yaitu sebanyak 22 orang (73,3%).
Kemudian, umur kehamilan >36 minggu sebanyak 5 orang (16,7%) dan umur
kehamilan <28 minggu hanya 3 orang (10%). Hasil penelitian ini tidak sesuai
dengan beberapa penelitian berikut. Penelitian di India oleh Maurya et al,
menunjukkan distribusi plasenta previa tertinggi pada umur kehamilan >36
minggu sebesar 47,89%. 26
melaporkan ibu hamil dengan plasenta previa memiliki persentase yang sama
pada umur kehamilan 22-37 minggu dan >37 minggu (16,7%). 34
Namun, hasil penelitian ini bersesuaian dengan data penelitian oleh
Abduljabbar et al di Saudi Arabia yang menyebutkan distribusi umur kehamilan
ibu yang mengalami plasenta previa terbanyak pada umur kehamilan 28-36
minggu sebesar 65,6%. 32
Pirngadi Medan tahun 2006-2010, diketahui sebagian besar ibu yang mengalami
plasenta previa melahirkan pada umur kehamilan 28-36 minggu yaitu sebanyak
55%. 33
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa plasenta
previa merupakan perdarahan antepartum pada trimester kedua atau ketiga. 18
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel 5.5 diperoleh distribusi penderita plasenta previa paling banyak
terdapat pada kelompok ibu multigravida yaitu sebanyak 16 orang (53,3%).
Kelompok ibu primigravida dan secundigravida mempunyai jumlah yang sama
yaitu sebanyak 7 orang (23,3%). Peningkatan risiko plasenta previa pada
multigravida akibat vaskularisasi berkurang, atrofi pada desidua dan adanya
jaringan parut pada uterus setelah kehamilan berulang. Hal ini menyebabkan
aliran darah ke plasenta tidak adekuat sehingga plasenta memperluas
pertumbuhannya untuk mendapatkan bagian dengan suplai darah yang tinggi
sehingga dapat menutupi jalan lahir. 12,23
Hasil penelitian ini sama dengan beberapa penelitian berikut. Penelitian
yang dilakukan di Saudi Arabia, kelompok multigravida memiliki persentase
terbesar yaitu 57% pada penderita plasenta previa. 32
Penelitian oleh Bhatt et al di
India, 25% kasus plasenta previa adalah primigravida, sedangkan 75% termasuk
pada kelompok multigravida. 35
Pakistan menyatakan 92% ibu multigravida mengalami plasenta previa, hanya 8%
primigravida. 36
multigravida. 37
bahwa plasenta previa lebih banyak dialami oleh ibu dengan multigravida
(36%). 38
Dari tabel 5.6 diperoleh distribusi penderita plasenta previa paling banyak
terjadi pada ibu yang mempunyai riwayat partus pervaginam yaitu sebanyak 11
orang (36,7%). Kemudian, riwayat partus perabdominal yaitu sebanyak 9 orang
(30%), riwayat belum pernah melahirkan sebanyak 7 orang (23,3%), dan paling
sedikit terdapat pada riwayat abortus hanya 3 orang (10%). Hasil penelitian ini
Universitas Sumatera Utara
berbeda dengan penelitian di RSU Provinsi NTB berdasarkan riwayat abortus
diperoleh sebanyak 28 kasus mengalami plasenta previa. 13
Namun, hasil penelitian ini sesuai dengan beberapa data penelitian berikut.
Penelitian di RSU Dr. Pirngadi tahun 2006-2010 menyatakan bahwa 48,3% ibu
yang mengalami plasenta previa mempunyai riwayat partus pervaginam. 33
Pada
tahun 2010, penelitian yang berbeda di RSUD Dr. Pirngadi melaporkan riwayat
persalinan pada penderita plasenta previa terbanyak yaitu persalinan pervaginam
(56%). 38
seksio sesarea dan abortus dapat menyebabkan kecacatan pada endometrium dan
gangguan sirkulasi di tempat implantasi pada masa mendatang. 39
5.2.2.5. Distribusi Frekuensi Plasenta Previa Berdasarkan Klasifikasi
Dari tabel 5.7 diperoleh distribusi penderita plasenta previa paling banyak
terdapat pada klasifikasi plasenta previa totalis yaitu sebanyak 26 orang (86,7%),
plasenta previa marginalis sebanyak 3 orang (9,7%), plasenta previa letak rendah
hanya 1 orang (3,2%), sedangkan pada klasifikasi parsialis tidak ditemukan kasus
plasenta previa. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Ayushma et al
di India yang melaporkan distribusi plasenta previa paling umum pada tipe I atau
letak rendah sekitar 39,1% kasus. 25
Penelitian di Mumbai oleh Wasnik et al
memperlihatkan hasil distribusi plasenta previa tertinggi (26%) pada tipe III atau
parsialis. 27
Namun, hasil penelitian ini sama dengan beberapa laporan data penelitian
berikut. Penelitian oleh Jain et al di India bersesuaian dengan hasil penelitian ini,
menunjukkan terjadinya plasenta previa paling banyak pada tipe IV atau totalis
(40,7%). 28
klasifikasi plasenta previa yang terbanyak adalah plasenta previa totalis yaitu
sebanyak 38,3%. 33
Universitas Sumatera Utara
Ini menunjukkan distribusi
Perdarahan Antepartum Pada Ibu Hamil Rawat Inap dan Rawat
Jalan di RSUP H. Adam Malik Pada Tahun 2013-2015
5.2.3.1. Distribusi Frekuensi Solusio Plasenta Berdasarkan Usia
Hasil penelitian berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan frekuensi penderita
dengan solusio plasenta mempunyai jumlah yang sama pada kelompok usia 20-25
tahun, 26-30 tahun, dan 36-40 tahun yaitu berjumlah 1 orang (33,3%), sementara
tidak ditemukan kasus solusio plasenta pada usia 31-35 tahun.
Hal ini sesuai dengan beberapa data penelitian berikut. Penelitian di Ghana
oleh Coleman et al melaporkan sebanyak 56% kasus solusio plasenta termasuk ke
dalam kategori usia 20-29 tahun. 10
Penelitian di India menunjukkan kasus solusio
plasenta terbanyak pada usia 21-25 (62,96%). 26
Penelitian yang dilaksanakan di
Penelitian oleh Hossain et al di
Pakistan menyebutkan mayoritas penderita solusio plasenta berada pada
kelompok usia antara 26-30 tahun sebesar 44%. 41
Penelitian yang dilakukan oleh
Choudhary et al di India mendapatkan mayoritas penderita solusio plasenta
berada pada usia 26-35 tahun sebanyak 70,97%. 42
Penelitian di India oleh Wills et
al memaparkan 41,7% kasus solusio plasenta termasuk ke dalam usia 26-30 tahun
dan penelitian Jabeen et al di Peshawar yang menunjukkan 44,37% kasus solusio
plasenta didominasi pada usia 36-40 tahun. 43,44
Universitas Sumatera Utara
penderita solusio plasenta adalah pada umur kehamilan <28 minggu yaitu
sebanyak 2 orang (66,7%), 28-36 minggu sebanyak 1 orang (33,3%), sedangkan
pada umur kehamilan >36 minggu tidak ditemukan kasus solusio plasenta. Hal ini
tidak sesuai dengan penelitian di India yang menyebutkan paling banyak kasus
solusio plasenta sebesar 62,96% pada umur kehamilan >36 minggu. 26
Hasil ini
juga tidak sejalan dengan penelitian di India oleh Choudhary et al pada tahun
2015 yang menemukan bahwa 81,45% penderita solusio plasenta termasuk ke
dalam umur kehamilan 29-36 minggu. Solusio plasenta terjadi paling umum pada
trimester ketiga namun, dapat terjadi setiap saat setelah umur kehamilan 20
minggu. 42
Hasil penelitian berdasarkan tabel 5.10 menunjukkan frekuensi penderita
solusio plasenta paling banyak pada ibu primigravida yaitu sebanyak 2 orang
(66,7%), pada multigravida sebanyak 1 orang (33,3%), sementara pada
secundigravida tidak dapat ditemukan kasus solusio plasenta. Hal ini berbeda
dengan laporan penelitian yang dilaksanakan di Pushpagiri Medical College India
tahun 2014, memaparkan distribusi solusio plasenta lebih banyak pada
multigravida sebanyak 58,3% daripada primigravida (41,7%). 43
Penelitian di
Peshawar juga melaporkan penderita solusio plasenta lebih banyak pada ibu
multigravida sebesar 42,3% kasus daripada primigravida. 44
Universitas Sumatera Utara
Obstetrik
Hasil penelitian berdasarkan tabel 5.11 menunjukkan bahwa 3 orang
penderita solusio plasenta sebagian besar memiliki riwayat belum pernah
melahirkan yaitu sebanyak 2 orang (66,7%), partus pervaginam sebanyak 1 orang
(33,3%), sementara pada riwayat abortus dan riwayat partus perabdominal tidak
ditemukan kasus solusio plasenta. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian
oleh Coleman et al di Ghana yang melaporkan riwayat persalinan perabdominal
sebagai faktor morbiditas ibu pada kejadian solusio plasenta sebesar 83% kasus. 10
Ghaheh et al di Iran juga menunjukkan kasus solusio plasenta pada wanita yang
memiliki riwayat persalinan perabdominal lebih tinggi angkanya secara signifikan
(53%). 21
menyebabkan kerusakan endometrium pada kehamilan berikutnya terutama
lapisan basalis dimana terjadi aktivitas neoangiogenesis. 42
Penelitian oleh Wills et
al di Pushpagiri Medical College India juga menyebutkan riwayat abortus dan
persalinan perabdominal merupakan faktor risiko terjadinya solusio plasenta
(20,8%). 43
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang berhubungan dengan
perdarahan antepartum di RSUP H. Adam Malik Medan, dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Sampel yang diperoleh untuk kasus perdarahan antepartum di RSUP H.
Adam Malik pada tahun 2013-2015 berjumlah 33 kasus.
2. Perdarahan antepartum pada ibu hamil rawat inap dan rawat jalan di RSUP
H. Adam Malik pada tahun 2013-2015 diperoleh paling banyak dengan
penyebab plasenta previa sebesar 90,9%, sementara solusio plasenta hanya
sebesar 9,1%.
Adam Malik Medan pada tahun 2013-2015 menunjukkan peningkatan
jumlah kasus. Frekuensi tertinggi pada tahun 2015 dengan persentase
sebesar 48,5%.
pada usia 31-35 tahun yaitu sebesar 35,5%. Berdasarkan umur kehamilan,
terbanyak pada umur kehamilan 28-36 minggu yaitu sebesar 73,3%.
Berdasarkan gravida, didominasi kategori ibu multigravida yaitu sebesar
53,3%. Berdasarkan riwayat obstetrik, paling banyak terjadi pada ibu yang
mempunyai riwayat partus pervaginam yaitu sebesar 36,7%. Berdasarkan
klasifikasi, paling banyak terdapat pada klasifikasi plasenta previa totalis
yaitu sebesar 86,7%.
5. Distribusi frekuensi solusio plasenta berdasarkan usia, diperoleh usia 20-
25 tahun, 26-30 tahun, dan 36-40 tahun mempunyai jumlah yang sama
yaitu sebesar 33,3%. Berdasarkan umur kehamilan, terbanyak pada umur
kehamilan <28 minggu yaitu sebesar 66,7%. Berdasarkan gravida,
didominasi kategori ibu primigravida yaitu sebesar 66,7%. Berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
melahirkan yaitu sebesar 66,7%.
Adapun saran yang mungkin bermanfaat pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
perdarahan antepartum agar waspada dan diharapkan dapat mencegah terjadinya
perdarahan antepartum dengan melakukan pemeriksaan dan pengawasan
kehamilan kepada tenaga ahli secara teratur sehingga dapat diketahui sejak awal
adanya risiko perdarahan antepartum serta komplikasi kehamilan dan persalinan
yang mungkin terjadi sehingga menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu.
6.2.2. Bagi Petugas Kesehatan
kepada ibu hamil tentang pentingnya Antenatal Care (ANC) standar WHO
minimal 4 kali selama hamil untuk mendeteksi secara dini plasenta previa
dan solusio plasenta.
terhadap faktor-faktor yang dapat menjadi predisposisi terjadinya
perdarahan antepartum serta meningkatkan pendidikan kesehatan
masyarakat dengan cara penyuluhan dan konseling ibu hamil.
3. Petugas kesehatan diharapkan memberikan nasihat kepada ibu hamil untuk
memelihara kesehatannya selama kehamilan dan persalinan serta informasi
mengenai keluarga berencana.
segera ke petugas kesehatan jika dijumpai tanda-tanda perdarahan.
5. Diharapkan dari gambaran penderita perdarahan antepartum dapat
membantu petugas kesehatan untuk melihat pola penyebarannya sehingga
dapat dilakukan pendekatan dan penyuluhan pada masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
1. Perlu adanya penelitian tentang perdarahan antepartum lebih lanjut untuk
dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perdarahan
antepartum dan angka kejadiannya di Indonesia khususnya di Sumatera
Utara.
Universitas Sumatera Utara
2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2014.
2. World Health Organization. Maternal Mortality. World Health
Organization; 2015.
3. Kementerian Kesehatan RI. Pusat Data dan Informasi Profil Kesehatan
Indonesia 2012. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2013.
4. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Bina Kesehatan Ibu. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI; 2013.
5. Antepartum Hemorrhage. 1 st edition. UK: Royal College of Obstetricians
and Gynaecologists; 2011.
6. Prawirohardjo S. Perdarahan pada kehamilan lanjut dan persalinan.
Dalam: Ilmu Kebidanan, Chalik TMA, editor. Edisi 4. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2014. hal.493-526.
7. Itedal A, Qurashi M, Moawia A, Sayed M. Association of Caesarean
Section and Multiparity with Placenta Previa in Sudan. IOSR-JDMS.
2015; 14(1):29-32.
8. Rahim N, Rehana T, Ara A. Risk Factors Associated With Major Placenta
Previa. J. Med. Sci. 2014; 22(2):63.
9. Giordano R, Cacciatore A, Cignini P, Vigna R, Romano M. Antepartum
Haemorrhage. J Prenat Med. 2010; 4(1):12.
10. Coleman J, Srofenyo EK, Ofori EK, Brakohiapa EK, Antwi WK. Maternal
and Fetal Prognosis in Abruptio Placentae at Korle-Bu Teaching Hospital,
Ghana. African Journal of Reproductive Health. 2014; 18(4):115-6.
11. Yanniarti S, Ningsih R, Ferwita S. Hubungan Perdarahan Antepartum dan
Karakteristik Ibu Bersalin dengan Kejadian Partus Prematur di RSUD M
Yunus Bengkulu. Jurnal Kesehatan Poltekkes Provinsi Bengkulu. 2013;
1(2):127.
12. Hartono F, Wahyudi T, Tedjoyuwono AAT. Faktor Risiko Kejadian
Plasenta Previa pada Ibu Hamil di RSU dr. Soedarso Pontianak Tahun
2011.2013; 2(1):1-3.
13. Suwanti, Wibowo EP, Herliana BR. Hubungan Umur, Jarak Persalinan
dan Riwayat Abortus dengan Kejadian Plasenta Previa di RSU Provinsi
NTB Tahun 2012. Media Bina Ilmiah 5. 2014; 8(1).
14. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY.
Perdarahan obstetrik. Dalam: Obstetri Williams. Edisi 23, Vol 2. Jakarta:
ECG; 2013. hal.795-820.
15. Oyelese Y, Smulian J. Placenta Previa, Placenta Accreta, and Vasa Previa.
American College of Obstetricians and Gynecologists. PubMed. 2016;
107(4):927-36.
16. Kurniawati N, Triyawati L. Pengaruh Usia dan Paritas Terhadap Kejadian
Plasenta Previa pada Ibu Hamil Trimester III di RSUD Dr. Wahidin
Sudiro Husodo Mojokerto. Jurnal Stikesstrada. 2014:29-39.
Universitas Sumatera Utara
42
17. Runiari N, Mayuni IO. Usia dan Paritas dengan Plasenta Previa pada Ibu
Bersalin. Jurnal Poltekkes Denpasar. 2013.
18. Uzma S, Kiani BA, Khan FS. Frequency of Placenta Previa with Previous
Caesarean Section. Ann. Pak. Ins. Med. Sci. 2015; 11(4):202-3.
19. Aiken CEM, Mehasseb MK, Konje JC. Placental Abnormalities. p.227-36.
20. Mochtar R, Sofian A. Sinopsis obstetrik: obstetrik fisiologi, obstetrik
patologi. Edisi 3. Jakarta: ECG; 2012. hal.187-199, 206-7.
21. Ghaheh HS, Feizi A, Hosseini Z. Risk Factors of Placental Abruption. J
Res Med Sci. 2013; 18(5):8.
22. Scott JR, Gibbs RS, Karlan BY, Haney AF. Danforth’s Obstetrics and Gynaecology. 9
th edition. Lippincott Williams & Wilkins Publishers;
2003.
23. Kurniawan H, Maulina M. Hubungan antara Usia Ibu dan Paritas dengan
Plasenta Previa di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara
Tahun 2012-2013. Lentera. 2015; 15(13):16-20.
24. Wahyuni AS. Statistika Kedokteran (disertai aplikasi dengan SPSS).
Jakarta: Bamboedoea Communication; 2011. 8-9.
25. Ayushma J, Anjali K. Study of Obstetric Outcome in Antepartum
Haemorrhage. Panacea Journal of Medical Science. 2015; 5(3):154.
26. Maurya A, Arya S. Study of Antepartum Haemorrhage & Its Maternal &
Perinatal Outcome. International Journal of Scientific and Research
Publications. 2014; 4(2):2-3.
27. Wasnik KS, Naiknaware VS. Antepartum Haemorrhage: Causes & Its
Effects on Mother and Child: An Evaluation. Obstet Gynecol Int J. 2015;
3(1):2-3.
28. Jain S, Jain N, Dahiya P, Rohilla S, Malik R. A Prospective Study of
Maternal Outcome in Antepartum Haemorrhage in Tertiary Care Centre in
Northern India. Int J Reprod Contracept Obstet Gynecol. 2016; 5:30.
29. Bangun RF. Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Rawat Inap di
Badan Pelayanan RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2001-2004: Universitas
Sumatera Utara; 2012.
2009.
Antepartum dan Perdarahan Postpartum. Jurnal e-Biomedik. 2013;
1(1):617.
32. Abduljabbar SH, Bahkali MN, Al-Basri FS, Al-Hachim E, Shoudhary HI,
Dause RW, Mira YM, Khojah M. Placenta Previa at a Tertiary Care
Center in Western Saudi Arabia. Saudi Med J. 2016; 37(7).
33. Yusad Y. Gambaran Riwayat Obstetri Ibu yang Mengalami Plasenta
Previa di RSU Dr. Pirngadi Medan Periode 2006-2010. Medan:
Universitas Sumatera Utara; 2011.
Previa di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2005. Medan:
Universitas Sumatera Utara; 2012.
35. Bhatt DA, Meena A, Desai MR. Maternal and Perinatal Outcome in Cases
of Placenta Previa.International Journal of Science and Research. 2014;
3(1):300.
36. Hafeez M, Badar N, Akram N. Placenta Previa: Prevalence, Risk Factor
and Outcome. PJMH. 2014; 8(1):209.
37. Raees M, Parveen Z, Kamal M. Fetal and Maternal Outcome in Major
Degree Placenta Previa. 2015; 13(3):174.
38. Nasution AI. Prevalensi Seksio Sesarea atas Indikasi Plasenta Previa di
RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010. Medan: Universitas Sumatera
Utara; 2012.
39. Laveriano WRV, Redondo CEN. Obstetric Outcomes In the Second Birth
of Women with A Previous Caesarean Delivery: A Retrospective Cohort
Study from Peru. Rev Bras Ginecol Obstet. 2013; 35(4):151.
40. Dars S, Sultana F, Akhter N. Abruptio Placentae: Risk Factors and
Maternal Outcomes at a Tertiary Care Hospital. JLUMHS. 2013;
12(3):199.
41. Hossain N, Khan N, Sultana SS, Khan N. Abruptio Placenta and Adverse
Pregnancy Outcome. J Pak Med Assoc. 2010; 60(6):444.
42. Choudhary V, Somani RS, Somani S. Evaluation of Risk Factors and
Obstetric and Perinatal Outcome in Abruptio Placenta. IOSR-JDMS. 2015;
14(5):36-7.
43. Wills V, Abraham J, Rajeev A. Abruptio Placenta: an Analysis of Risk
Factors and Perinatal Outcome.2015; 3(1):3.
44. Jabeen M, Gul F. Abruptio Placentae: Risk Factors and Perinatal
Outcome. JPMI. 18(4):671.
Universitas Sumatera Utara
3. Jenis Kelamin : Perempuan
2. Sekolah Dasar Mis Islamiyah Guppi Medan 2001-2007
3. Sekolah Menengah Pertama Al-Azhar Medan 2007-2010
4. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan 2010-2013
5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 2013-sekarang
6. Riwayat Pelatihan
1. PEMA FK USU : Penerimaan Mahasiswa Baru 2013
2. PEMA FK USU : Manajemen Mahasiswa Baru 2013
3. SCORE PEMA FK USU : Get Together, Get Your Dream 2013
4. SCORE PEMA FK USU : Seminar & Workshop Hewan Coba 2013
Pekan Ilmiah Nasional “Research In My
Brain, World In My Hand” 5. TBM PEMA FK USU : Seminar dan Workshop 2014
“Basic Life Support & Traumatology”
6. SCORE PEMA FK USU : Simposium Nasional Scripta 2014
Research Festival “Supporting The Survivors and Never Ever Giving Up On
Leukemia”
Reproduksi Kini dan Nanti”
Research Festival “Clinical Updates and Current Management of Infection Disease
(Highlights on Dengue Hemorrhagic Fever
and Typhoid Fever)”
9. BKM Ar Rahmah FK USU: Seminar Islamic Medicine 5 2015
Immunization:An Integrated Perspective
Universitas Sumatera Utara
10. SCORE PEMA FK USU : Simposium Nasional Scripta 2016
Research Festival “Clinical Updates and Holistic Management Of Neurology
Disease (Highlights on Stroke and
Meningitis)”
4. FOSKAMI FK USU: Anggota Divisi Keputrian 2015-2016
8. Riwayat Kepanitiaan
1. Anggota Dana dan Usaha SCORE PEMA FK USU Scientific 2014
Competition SRF 2014 “Early Prevention Today, Free Yourself From Cancer Tomorrow”
2. Anggota Konsumsi MMB FK USU “Mind That Cure, 2014
Heart That Care”
3. Koordinator Dana dan Usaha SCORE PEMA FK USU GT 2014
“Fashion In Scientist”
4. Anggota Acara BKM Ar-Rahmah FK USU “Pekan Ta’aruf” 2014
5. Anggota Administrasi Kesekretariatan SCORE 2014
“Pekan Imiah Mahasiswa”
7. Anggota Administrasi Kesekretariatan SCORE 2015
“Scripta Research Festival”
SRF “Neuropsychiatry Disease: Assess Your Brain, Enrich Your Life”
Universitas Sumatera Utara
Valid
Total 33 100.0 100.0
Tahun * Perdarahan Antepartum Crosstabulation
Valid
Total 31 100.0 100.0
Umur Kehamilan Plasenta Previa
Valid
Total 30 100.0 100.0
Valid
Total 30 100.0 100.0
Riwayat Obstetrik Plasenta Previa
Valid
Belum Pernah 7 23.3 23.3 33.3
Pervaginam 11 36.7 36.7 70.0
Perabdominal 9 30.0 30.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
Valid
Marginalis 3 10.0 10.0 13.3
Totalis 26 86.7 86.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Valid
Total 3 100.0 100.0
Umur Kehamilan Solusio Plasenta
Valid
Total 3 100.0 100.0
Valid
Total 3 100.0 100.0
Riwayat Obstetrik Solusio Plasenta
Valid
Pervaginam 1 33.3 33.3 100.0
Total 3 100.0 100.0