Upload
truongtuyen
View
301
Download
19
Embed Size (px)
Citation preview
i
SKRIPSI
DAMPAK PENGEMBANGAN WISATA BAHARI PANTAITORONIPA TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT
DI KELURAHAN TORONIPA KECAMATAN SOROPIAKABUPATEN KONAWE
Oleh
RUSDINStb. B1A1 10 165
JURUSAN ILMU EKONOMIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEOKENDARI
2016
ii
SKRIPSI
DAMPAK PENGEMBANGAN WISATA BAHARI PANTAITORONIPA TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT
DI KELURAHAN TORONIPA KECAMATAN SOROPIAKABUPATEN KONAWE
Oleh
RUSDINStb. B1A1 10 165
JURUSAN ILMU EKONOMIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEOKENDARI
2016
iii
DAMPAK PENGEMBANGAN WISATA BAHARI PANTAI TORONIPATERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT DI KELURAHAN
TORONIPA KECAMATAN SOROPIA KABUPATEN KONAWE
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Pada Jurusan Ilmu Ekonomi
Oleh :
RUSDINStb. B1A1 10 165
JURUSAN ILMU EKONOMIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEOKENDARI
2016Tanggal 23 Juni 2016
iv
v
vi
vii
ABSTRAK
Rusdin (B1A1 10 165) Dampak Pengembangan Wisata Bahari PantaiToronipa Terhadap Perekonomian Masyarakat di Kelurahan Toronipa KecamatanSoropia Kabupaten Konawe, dibimbimbing oleh Madjiani Thahir selakupembimbing I dan Ahmad selaku pembimbing II
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak pengembangan wisatabahari pantai Toronipa terhadap perekonomian masyarakat di Kelurahan ToronipaKecamatan Soropia Kabupaten Konawe.
Metode pengumpulan data dimulai dari observasi penelitian dan wawancaralangsung pada sasaran penelitian dan dokumentasi. Selanjutnya hasil penelitiandianalisis melalui metode deskriptif kualitatif dengan 4 komponen analisis yakniediting data, sortir, tabulasi dan interpretasi.
Hasil penelitian diperoleh bahwa sebelum pengembangan obyek wisataaktivitas ekonomi masyarakat pada umumnya sebagai petani dan nelayan, namunsesudah pengembangan obyek wisata melalui penyediaan sarana dan prasaranakemudian hubungan antara masyarakat dengan wisatawan yang akrab sehinggameningkatkan jumlah pengunjung, aktivitas ekonomi masyarakat bertambah yaknisebagai pedagang (kios/kantin) dan penyedia fasilitas seperti banana boat, banpelampung, gazebo, ruang bilas dan penginapan, meningkatkan pendapatanmasyarakat secara signifikan. Dengan demikian pengembangan obyek wisatamemberikan dampak yang positif bagi peningkatan perekonomian masyarakat diKelurahan Toronipa.
Hasil tersebut menyimpulkan bahwa obyek wisata pantai Toronipamemberikan dampak yang lebih baik antara lain dapat menambah aktivitasekonomi dan pendapatan masyarakat di Kelurahan Toronipa Kecamatan SoropiaKabupaten Konawe.
Kata Kunci : Dampak Pengembangan Obyek Wisata Pantai, Aktivitas danPendapatan Masyarakat
viii
ABSTRACT
Rusdin (B1A1 10 165)The Impact of Developing Marine Tourism ofToronipa Beach on the Society’s Economy in Toronipa Village in the Subdistrictof Soropia in KonaweRegency.Supervised by MadjinaiThahir as supervisor I, andAhmad as supervisor II.
This study aimed to find out the impact of developing the marine tourism ofToronipa beach on the society’s economy in Toronipa village in the subdistrict ofSoropia in Konawe regency.
Method of data collection included observation, direct interview with theresearch target, and documentation. Results of the study were then analyzed byusing a descriptive qualitative method, which included 4 components of analysisnamely data editing, sorting, tabulation, and interpretation.
Results show that, before the development of the tourism object, peoplegenerally work as farmers and fishermen. After the development of the tourismobject, which entailed the constructions of facilities and infrastructures, therelationship between the local people and visitors was becoming closer, and therewas an increase in the economic activities of the people who worked as sellers(kiosk/canteen) and providers of facilities such as banana boats, floating tires,gazebos, wash rooms, and inns, and all these had significantly increased thesociety’s economy in Toronipa village.
It could be concluded that, as a tourism object, Toronipa beach has hadbetter impacts, including increased economic activities and increased incomes ofthe people in Toronipa beach in the sub district of Soropia, in Konawe regency.
Keywords: Impact of developing beach tourism object, society’s activitiesand incomes
ix
KATA PENGANTAR
Alhamndulillah, segala puji hanya milik Allah SWT yang telah menciptakan
alam semesta dan merupakan pemilik serta pemberi dari segala hal dan pelurus
segala urusan makhluk ciptaan-Nya. Sehingga penulis dapat mengamati,
memahami, merangkai dan menulis berbagai persoalan yang ada di dalam
kehidupan. Baik dalam urusan bidang keilmuan maupun pada bidang lainnya.
Sehingga penulis menuangkan hal tersebut kedalam skripsi yang berjudul
“Dampak Pengembangan Wisata Bahari Pantai Toronipa Terhadap
Perekonomian Masyarakat Di Kelurahan Toronipa Kecamatan Soropia
Kabupaten Konawe”.
Penulis menyadari dan mengucapkan banyak terimakasih serta penghargaan
yang setulus-tulusnya kepada yang tercinta dan tersayang kedua orang tua saya
yakni Ayahanda Nawirdan Ibunda Jadariayang telah mendidik dan membesarkan
dengan kasih sayang serta memberikan dorongan moral dalam proses penyusunan
skripsi ini.
Teriring rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak
Madjiani Thahir, SE., M.Siselaku pembimbing I dan Bapak Ahmad, SE.,
M.Siselaku pembimbing II, yang telah sabar memberikan arahan, meluangkan
waktu, tenaga, pikiran, dukungan, bantuan maupun bimbingannya kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan.
x
Pada kesempatan ini pula penilis mengucapkan banyak terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. H. Usman Rianse, M.S selaku Rektor Universitas Halu Oleo.
2. Ibu Dr. Hj. Rostin, SE., MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Halu Oleo.
3. Ibu Rosnawintang, SE., M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas
Ekonomi Universitas Halu Oleo.
4. Ibu Dr. Irmawatty P. Tamburaka, SE., MP selaku Sekretaris Jurusan.
5. Dosen penguji Bapak Dr. Supriadi Rusly, SE., M.Si, Bapak Apoda, MP dan
Bapak La Ode Syamsul Barani, SE., M.Si yang telah meluangkan waktunya
untuk menguji, memberikan pengarahan dan perbaikan sehingga skripsi ini
dapat lebih baik lagi.
6. Para dosen serta sivitas akademika lainnya telah memberikan pengetahuan
dan pelayanan administrasi.
7. Bapak Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Konawe yang telah memberikan
izin meneliti pada kantor dinas yang dipimpinnya.
8. Bapak Kepala Lurah Kelurahan Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten
Konawe yang telah memberikan izin meneliti pada kantor kelurahan yang
dipimpinnya.
9. Kakakku Susilawati, Adikku Erdin dan Niken, Spupuku Tati, Sudin,
Misrawati dan Echa yang telah memberikan dorongan, dukungan serta
bantuannya sampai selesainnya skripsi ini.
xi
10. Teman-temanku Angkatan ‘2010 Jurusan Ilmu Ekonomi, terima kasih
semuanya atas kebersamaan selama kita kuliah.
11. Teman-teman dan guru-guru SDN 2 LAROUE, SMPN 2 KOLONO, dan
SMA AL-KHAIRAT KOLONO. Atas bimbingan dan motivasinya selama
ini.
12. Semua pihak yang telah membentu dalam menyelaesaikan skripsi ini yang
tidak sempat disebutkan terima kasih atas semuanya. Semoga diberikan rezky
yang berlimpah dan pahala yang baik atas bantuannya.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bagi pribadi
penulis. Smoga Allah SWT senantiasa memberikan hidayah, rahmat dan karunia-
Nya kepada kita sekalian. Amin.....
Kendari, Juni 2016
Penulis
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN.................................................................. iHALAMAN SAMPUL DALAM................................................................. iiHALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA...................................... iiiHALAMAN PERSETUJUAN..................................................................... ivHALAMAN PENGESAHAN...................................................................... vHALAMAN KEASLIAN TULISAN.......................................................... viABSTRAK..................................................................................................... viiABSTRACK.................................................................................................. xKATA PENGANTAR.................................................................................. ixDAFTAR ISI.................................................................................................. xiiDAFTAR TABEL......................................................................................... xivDAFTAR GAMBAR..................................................................................... xvDAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xviBAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................... 11.2 Rumusan Masalah...................................................................... 51.3 Tujuan Penelitian....................................................................... 61.4 Manfaat Penelitian..................................................................... 61.5 Ruang Lingkup Penelitian......................................................... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA2.1 Landasan Teoritik...................................................................... 7
2.1.1 Konsep Pariwisata........................................................... 72.1.2 Jenis-Jenis Pariwisata...................................................... 92.1.3 Pembangunan Kepariwisataan........................................ 122.1.4 Pengaruh Pengembangan Wisata Bahari Terhadap
Aktivitas Masyarakat Pesisir............................................ 152.1.5 Ekonomi Pariwisata......................................................... 172.1.6 Manfaat Pengembangan Pariwisata Bagi Daerah
Tujuan.............................................................................. 192.1.7 Pendapatan Sebagai Ukuran Tingkat Kesejahteraan....... 24
2.2 Kajian Empirik.......................................................................... 272.3 Kerangka Pemikiran.................................................................. 36
BAB 3 METODE PENELITIAN3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................... 37
xiii
3.2 Populasi dan Sampel.................................................................. 373.2.1 Populasi............................................................................ 373.2.2 Sampel............................................................................. 37
3.3 Jenis dan Sumber Data.............................................................. 383.4 Metode Pengumpulan Data....................................................... 383.5 Metode Pengolahan Data........................................................... 393.6 Analisis Data.............................................................................. 393.7 Definisi Operasional.................................................................. 40
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.......................................... 41
4.1.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah................................ 414.1.2 Kondisi Penduduk........................................................... 434.1.3 Pengembangan Obyek Wisata Pantai.............................. 454.1.4 Karakteristik Responden................................................. 46
4.2 Kondisi/Gambaran Umum Obyek Wisata Pantai..................... 484.3 Potensi Obyek Wisata Pantai.................................................... 504.4 Kondisi Perekonomian Responden di Kelurahan Toronipa
Sebelum Adanya Pengembangan Obyek Wisata Pantai........... 514.4.1 Aktivitas Ekonomi Responden........................................ 514.4.2 Pendapatan Responden.................................................... 53
4.5 Kondisi Perekonomian Responden di Kelurahan ToronipaSesudah Adanya Pengembangan Obyek Wisata Pantai............ 544.5.1 Aktivitas Ekonomi Responden........................................ 544.5.2 Pendapatan Responden.................................................... 58
4.6 Dampak Pengembangan Wisata Pantai TerhadapPerekonomian Masyarakat........................................................ 604.6.1 Aktivitas Ekonomi dan Pendapatan Masyarakat............ 60
4.7 Pembahasan............................................................................... 63
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN5.1 Kesimpulan............................................................................... 685.2 Saran......................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 71LAMPIRAN.................................................................................................. 74
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Luas Wilayah Kelurahan Toronipa Berdasarkan Pemanfaatanya
Tahun 2016..................................................................................... 42
Tabel 4.2 Penduduk Kelurahan Toronipa Menurut Kelompok Prodiktivitas
Kerja Tahun 2016........................................................................... 43
Tabel 4.3 Kelompok Penduduk Kelurahan Toronipa Menurut Mata
Pencaharian Tahun 2016................................................................ 44
Tabel 4.4 Keadaan Umur Responden di Kelurahan Toronipa Tahun 2016... 47
Tabel 4.5 Tingkat Pendidikan Responden di Kelurahan Tahun 2016............ 48
Tabel 4.6 Jenis Aktivitas Ekonomi Responden di Kelurahan Toronipa
Sebelum Pengembangan Obyek Wisata Pantai Tahun 2016.......... 52
Tabel 4.7 Rata-Rata Pendapatan Responden Sebelum Pengembangan
Obyeek Wisata Pantai Tahun 2016................................................ 53
Tabel 4.8 Jenis Aktivitas Ekonomi Responden Sesudah Adanya
Pengembangan Obyek Wisata Pantai Tahun 2016......................... 56
Tabel 4.9 Jenis Usaha dan Tarif di Obyek Wisata Pantai, Tahun 2016......... 57
Tabel 4.10 Rata-Rata Pendapatan Responden Sesudah Adanya
Pengembangan Obyek Wisata Pantai, Tahun 2016........................ 59
Tabel 4.11 Perbandingan Aktivitas Ekonomi dan Pendapatan Responden
Sebelum dan Sesudah Pengembangan Obyek Wisata Pantai,
Tahun 2016..................................................................................... 61
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Skema Kerangka Pikir Penelitian................................................. 36
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Perbandingan Aktivitas Ekonomi dan Pendapatan
Responden Sebelum dan sesudah Pengembangan Obyek
Wisata Pantai, Tahun 2016...................................................... 72
Lampiran 2. Perbandingan Gambaran Obyek Wisata Pantai Sebelum dan
Sesudah di Kembangkan, Tahun 2016.................................... 74
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ekonomi dalam suatu daerah akan memberikan
kekuatan bagi perekonomian nasional, oleh sebab itu laju pertumbuhan
ekonomi dan peran serta pelaku ekonomi diharapkan mampu memberikan
kontribusi dalam membangun perekonomian masyarakat yang merupakan
bagian dari pertumbuhan ekonomi nasional. Kegiatan ekonomi mencakup
berbagai aspek kehidupan yang menghasilkan barang dan jasa.
Pemanfaatan sumber daya alam menjadi obyek ekonomi telah
dilakukan oleh masyarakat untuk memberikan nilai tambah dalam
memenuhi kehidupan masyarakat seperti obyek wisata. Bidang pariwisata
yang dibentuk oleh pemerintah ditujukan untuk menyediakan sarana dan
prasarana wisata yang dilengkapi dengan penginapan, transportasi dan
sarana umum lainnya yang dapat memberikan kontribusi bagi kedua pihak
baik bagi wisatawan, maupun bagi pengelola obyek wisata.
Perkembangan obyek wisata di tanah air bukan lagi hal yang baru,
bahkan sampai sekarang ini pariwisata merupakan salah satu sumber
pendapatan bagi negara dari para wisatawan domestik maupun manca
negara. Disisi lain obyek wisata juga menjadi ajang untuk berbisnis atau
tempat bertemunya para pelaku ekonomi dengan alasan berwisata seperti
yang terjadi di Pulau Bali dan Lombok serta obyek-obyek wisata lainnya.
2
Pariwisata dikembangkan oleh pemerintah diseluruh wilayah tanah
air dengan memanfaatkan panorama sumber daya alam yang terbentang luas
dari Barat hingga ke Timur dan dari Utara hingga ke Selatan Kepulauan
Indonesia, baik di darat maupun di laut, termaksud di Sulawesi Tenggara.
Obyek wisata yang ada di Sulawesi Tenggara cukup banyak, baik
yang telah dikenal masyarakat maupun yang masih dalam tahap pengelolaan
seperti yang ada Kabupaten Konawe dan daerah lainnya. Daya tarik
wisatawan ke kawasan wisata di Kabupaten Konawe cukup besar, namun
sampai saat ini penataan atau pengelolaannya tidak dilakukan secara
profesional, hanya bersandar pada adat istiadat yang ada pada setiap daerah.
Pantai Toronipa terletak diujung timur Kabupaten Konawe dan
memiliki hamparan pasir putih sekitar 4 km yang tak terputus memutari
teluk. Garis pantai yang panjang, sosial budaya yang baik dan dapat
menampung begitu banyak wisata domestik dan mancanegara dapat menjadi
faktor pendorong sebagai daerah tujuan wisata bagi wisatawan domestik dan
mancanegara, karena obyek wisata ini mempunyai banyak daya tarik
tersendiri separti keindahan pasir putih yang panjang, tinggi air lautnya ke
arah laut lepas hanya sekitar 1 meter, pepohonan kelapa sepanjang pantai,
panorama alam, deburan ombak dan dapat menikmati terbit dan terkadang
saat terbenamnya matahari. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila
banyak pengunjung memilih untuk menginap dipantai tersebut untuk
menikmati suasana terbaik Sang Surya.
3
Saat air pasang, wisatawan dapat menikmati air dangkal dan merasa
aman saat bermain bersama anak-anak, sedangkan pada saat air surut dapat
melihat masyarakat lokal mengumpulkan hewan laut untuk santapan.
Pemandangan tersebut dapat memberikan suasana yang tepat bagi
wisatawan yang mencari ketenangan. Berbagai fasilitas untuk
mengakomodasi kebutuhan wisatawan, disepanjang pantai tersedia
pondok/gasebo, sarana renang seperti ban, ruang bilas, kios dan warung
yang menjajakan makanan seperti ikan bakar, sate pokea (kerang)
sedangkan minuman seperti es kelapa muda. Selain itu wisatawan
menginginkan kegiatan yang lebih menantang maka dapat mencoba
permainan banana boat.
Wisatawan memanfaatkan pantai sebagai salah satu kawasan untuk
berlibur dan bertamasya. Kawasan ini memiliki potensi alam pesisir yang
untuk tujuan wisata pantai, olehnya itu masyarakat menjadikan pantai
Toronipa sebagai salah satu kawasan tujuan wisata pantai. Pada mulanya
kawasan obyek wisata pantai dikelolah oleh masyarakat disekitar kawasan
untuk mendapatkan pendapatan pada pintu masuk maupun melalui
penyewaan tempat dan fasilitas wisata. Kondisi pantai yang menunjang
kegiatan wisata memiliki daya tarik kepada masyarakat sehingga pada
waktu liburan mereka berwisata di kawasan pantai tersebut.
Hasil wawancara dengan Bapak Sulman sebagai pengelola wisata
pantai, diperoleh informasi bahwa pantai ini selalu dikunjungi oleh
masyarakat setiap hari libur. Peningkatan kunjungan dalam 3 tahun terakhir
4
(2005-2007) sebelum dikembangkan oleh pemerintah daerah rata-rata
mencapai 200 orang per minggu, selain itu terdapat pula kunjungan pada
hari libur selain hari minggu.
Hal ini menjadi alasan penting bagi pemerintah Kabupaten Konawe
untuk mengembangkan wisata pantai Toronipa menjadi daerah tujuan
wisata. Pada tahun 2008 pemerintah melakukan pengembangan wisata
pantai melalui penataan jalan, pembangunan pintu masuk yang dilengkapi
dengan pos jaga dan penyediaan fasilitas wisata yang akan dimanfaatkan
oleh masyarakat. Adanya pengembangan oleh pemerintah melalui sarana
dan prasarana diatas maka jumlah kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun
(2008-2015) terus meningkat setiap minggu dan hari-hari lain yaitu rata-rata
450 orang per minggu. Banyaknya pengunjung yang melakukan wisata ke
pantai menjadi salah satu dari dampak adanya pengembangan pantai
Toronipa sebagai obyek wisata di Kabupaten Konawe.
Selain itu pemerintah juga memberikan kesempatan kepada
masyarakat sekitar untuk melakukan kegiatan usaha di dalam kawasan
obyek wisata, sehingga secara langsung memberikan kontribusi kepada
pendapatan keluarga mereka dan telah menjadi mata pencaharian
masyarakat di kawasan wisata
Peningkatan jumlah pengunjung membuat masyarakat disekitar
kawasan pantai memperoleh kesempatan untuk meningkatkan pendapatan
melalui kegiatan usaha yang dilakukan di kawasan seperti kios dan kantin
yang menyediakan makanan dan minuman, dan usaha penginapan.
5
Kemudian juga menyewakan fasilitas wisata seperti pondok/gasebo, sarana
renang seperti ban, ruang bilas, banana boat dengan harga yang relatif
terjangkau. Kondisi ini menjadi bagian dari upaya masyarakat untuk
meningkatkan perekonomian dalam bentuk usaha kecil dengan
memanfaatkan pengembangan wisata pantai yang dilakukan pemerintah.
Pengembangan wisata pantai tidak terlepas dari kehidupan
masyarakat sekitarnya, dalam hal ini adalah aktivitas masyarakat pesisir.
Masyarakat pesisir di Kelurahan Toronipa memiliki mata pencaharian yang
berbeda-beda, ada yang bekerja sebagai pegawai/karyawan, pedagang,
pertukangan/jasa, petani, nelayan, dan sebagainya. Sehubungan dengan
pengembangan obyek wisata pantai, maka masyarakat mempunyai mata
pencaharian tambahan untuk memperbaiki kehidupan keluarga yang
bermukim disekitar pantai.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka penulis tertarik
melakukan penelitian dengan judul “Dampak Pengembangan Wisata Bahari
Pantai Toronipa Terhadap Perekonomian Masyarakat Di Kelurahan
Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka
yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut: “Apakah pengembangan wisata bahari Pantai Toronipa berdampak
terhadap perekonomian masyarakat di Kelurahan Toronipa Kecamatan
Soropia Kabupaten Konawe”
6
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dampak
pengembangan wisata bahari pantai Toronipa terhadap perekonomian
masyarakat di Kelurahan Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terutama bagi :
1. Pemerintah Daerah khususnya Dinas Pariwisata Kabupaten Konawe
dalam merumuskan dan menetapkan kebijaksanaan untuk
mengembangkan wisata bahari Pantai Toronipa.
2. Bagi masyarakat, dapat menjadi informasi mengenai dampak
pengembangan wisata dalam mendorong kegiatan dan pertumbuhan
perekonomian sekitarnya.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini di fokuskan pada dampak
pengembangan wisata bahari Pantai Toronipa terhadap perekonomian
masyarakat di Kelurahan Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe
ditinjau dari : aktivitas ekonomi masyarakat dan pendapatan masyarakat.
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teoritik
2.1.1 Konsep Pariwisata
Pariwisata bukanlah suatu hal yang baru, akan tetapi kegiatan
tersebut telah dilakukan oleh masyarakat sejak dahulu kala. Seiring dengan
perkembangan sosial ekonomi, sosial budaya dan teknologi, maka bentuk
kegiatan pariwisata berkembang lebih luas lagi.
Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu
menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat dalam penyediaan
lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta adanya
keterkaitan dengan sektor-sektor produktivitas lainnya. Selanjutnya
pariwisata sebagai sektor yang kompleks meliputi industri kecil seperti
kerajinan tangan, penginapan, cendramata dan transportasi maka secara
ekonomi dipandang sebagai industri.
Disamping itu pariwisata memberikan pendapatan bagi pemerintah
dalam hal penarikan pajak Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada pengelolaan
pariwisata itu sendiri, sebagai dampak dari pengembangannya dimana pajak
diperoleh akan mampu memberikan manfaat pada pembangunan kedepan,
guna menjadi sektor pariwisata sebagai sumber pendapatan bagi masyarakat
dan pemerintah.
Kegiatan pariwisata merupakan salah satu bentuk aktivitas manusia,
seperti dijelaskan oleh Todaro, et, al, (1985 dalam Seri, 2004) yang
7
8
mengklasifikasikan aktivitas manusia menjadi lima hal yaitu rekreasi,
kebutuhan fisik, spiritual, pekerjaan dan pendidikan, serta tugas-tugas
keluarga dan kemasyarakatan. Aktivitas manusia tersebut sebagai suatu
perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan
dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha
(business) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-
mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi
atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam (Yoeti, 1985 : 109).
Kemudian di dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 dinyatakan
bahwa yang dimaksud dengan wisata adalah kegiatan perjalanan atau
sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat
sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.
Pariwisata bahari merupakan kegiatan rekreasi menikmati keindahan
lingkungan alam dan atraksi wisata yang ada di wilayah pesisir dan lautan.
Kegiatan pariwisata bahari tersebut dilakukan secara langsung dan tidak
langsung memanfaatkan wilayah pesisir dan lautan (Nurisyah, 2001).
Kegiatan pariwisata bahari yang langsung memanfaatkan wilayah pesisir
dan lautan yaitu : berperahu, berenang, snorkling (selam permukaan),
menyelam dan memancing. Sedangkan pariwisata bahari yang tidak secara
langsung memanfaatkan wilayah pesisir dan lautan seperti olahraga pantai
dan menikmati atmosfir laut. Kegiatan pariwisata bahari tersebut berada
dalam kawasan wisata bahari.
9
Kawasan wisata adalah kesatuan ekologi dengan luas tertentu terdiri
dari daratan dan lautan yang dikelola untuk kebutuhan pariwisata. Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 1990 menyatakan bahwa kawasan wisata adalah
kawasan dengan luas tertentu yang dibanguna atau disediakan untuk
memenuhi kebutuhan pariwisata. Kawasan wisata sebagai daerah tujuan
wisata (destinasi) harus menyediakan berbagai kebutuhan yang diperlukan
oleh wisatawan agar tujuan kunjungan seorang wisatawan dapat terpenuhi
(Pitana dan Gayatri 2005 : 101).
Berdasarkan peninjauan secara etimologi diatas, maka pariwisata
diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar
dari satu tempat ketempat lain yang dalam bahasa inggris dikenal dengan
istilah tour.
2.1.2 Jenis-Jenis Pariwisata
Menurut Yoeti (1996 : 111) jenis-jenis pariwisata adalah sebagai
berikut :
1. Pariwisata untuk menikmati perjalanan
Bentuk pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang
meninggalkan tempat tinggal untuk berlibur, untuk memenuhi kehendak
keinginannya mengenai sesuatu yang baru, menikmati keindahan alam,
ingin mengetahui hikayat rakyat setempat, untuk mendapatkan ketenangan
dan kedamaian di daerah luar kota atau sebaliknya ingin menikmati libur di
kota-kota besar ataupun ikut serta dalam keramaian pusat-pusat wisatawan.
10
2. Pariwisata untuk rekreasi
Pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang menghendaki
pemanfaatan hari liburnya untuk istrahat, untuk memulihkan kembali
kesegaran jasmani dan rohani, dan lain-lain. Biasanya mereka tinggal
selama mungkin di tempat-tempat yang dianggap benar-benar menjamin
tujuan rekreasi.
3. Pariwisata untuk kebudayaan
Jenis ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi seperti keinginan
untuk belajar dipusat-pusat pengajaran riset, untuk mempelajari adat istiadat
kelembagaan cara hidup rakyat negara lain, moment bersejarah, peninggalan
peradaban masa lalu atau sebaliknya penemuan-penemuan besar masa kini,
pusat kesenian, keagamaan dan lain-lain.
4. Pariwisata untuk olahraga
Pariwisata olahraga yaitu pariwisata bagi mereka yang ingin berlatih
dan mempraktekan sendiri seperti mendaki gunung, memancing dan lain-
lain.
5. Pariwisata untuk usaha bisnis
Jenis ini dalam bentuk perjalanan profesional karena ada kaitannya
dengan perjalanan atau jabatan yang tidak memberikan pelakunya baik
pilihan daerah tujuan maupun pilihan waktu perjalanan tetapi juga
mencakup semua kunjungan ke pameran, kunjungan ke instansi teknis dan
lain-lain.
11
6. Pariwisata untuk berkonferensi
Jenis ini misalnya dalam mengikuti konferensi internasional pada
berbagai badan-badan atau organisasi internasional yang dihadiri oleh
ribuan orang dan biasanya tinggal beberapa hari di kota atau negara
penyelenggara.
Menurut Wahab (1989) mengemukakan bahwa bentuk pariwisata
dapat di bagi sebagai berikut :
1. Menurut jumlah orang yang berpergian, dibedakan menjadi :
a. Pariwisata individu
b. Pariwisata rombongan
2. Menurut maksud berpergian, dibedakan menjadi :
a. Pariwisata rekreasi atau pariwisata santai
b. Pariwisata budaya
c. Pariwisata pulih sehat
d. Pariwisata sport
e. Pariwisata temu wicara
3. Menurut alat transportasi, dibedakan menjadi :
a. Pariwisata darat (angkot, mobil pribadi, kereta api)
b. Pariwisata tirta (laut, danau, sungai)
c. Pariwisata dirgantara (pesawat, heli kopter)
4. Menurut letak geografis, dibedakan menjadi :
a. Pariwisata domestik nasional
12
b. Pariwisata regional
c. Pariwisata internasional
5. Menurut umur (umur membedakan kebutuhan dan kebiasaan),
dibedakan menjadi :
a. Pariwisata remaja
b. Pariwisata dewasa
c. Anak-anak
6. Menurut jenis kelamin, dibedakan menjadi :
a. Pariwisata pria
b. Pariwisata wanita
7. Menurut tingkat harga dan tingkat sosial, dibedakan menjadi :
a. Pariwisata taraf lux
b. Pariwisata taraf menengah
c. Pariwisata taraf jelata.
2.1.3 Pembangunan Kepariwisataan
Bidang pembangunan pariwisata potensi dan peranannya sebagai
salah satu sektor penghasil devisa utama senantiasa terus ditingkatkan.
Jumlah perolehan devisa ditentukan oleh jumlah kunjungan, pengeluaran,
dan lama kunjungan wisatawan mancanegara di Indonesia, maka salah satu
sasaran keberhasilan pengembangan pariwisata, sebagai sumber penghasil
devisa dinilai dari unsur yaitu :
a. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (foreign tourist)
13
b. Pengeluaran wisatawan mancanegara (foreign tourist expenditures) per
wisatawan, per hari dan per kunjungan
c. Lama tinggal wisatawan mancanegara (foreign tourist laugt of stay).
Kebudayaan dan kepariwisataan yaitu :
a. Terwujudnya pariwisata nusantara yang dapat mendorong cinta tanah
air
b. Meningkatnya pemerataan dan keseimbangan pengembangan destinasi
pariwisata yang sesuai dengan potensi masing-masing daerah
c. Meningkatnya kontribusi pariwisata dalam perekonomian nasional
d. Meningkatnya produk pariwisata yang memiliki keunggulan kompetitif
e. Meningkatnya pelestarian lingkungan hidup dan pemberdayaan
masyarakat
Priasukmana (2001) mengemukakan bahwa pengembangan
pariwisata di daerah mempunyai peranan untuk meningkatkan obyek wisata
dan daya tarik wisata, menambah jumlah daerah tujuan wisata, menyediakan
sarana dan prasarana yang menunjang perjalanan dan persaingan wisatawan.
Khusus untuk peranan pengembangan obyek wisata alam dapat memberikan
keuntungan berupa materi hasil kegiatan wisata, juga memberikan manfaat
sebagai berikut :
1. Penyediaan lapangan kerja
2. Peningkatan pendapatan masyarakat
3. Peningkatan sumber ekonomi
4. Perbaikan lingkungan hidup
14
5. Peningkatan ilmu pengetahuan teknologi
6. Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap konservasi sumber daya
alam
Sehubungan dengan pembangunan pariwisata serta dampak yang
ditimbulkan, Dara Windiyarti (1994 : 6) mengemukakan melalui pariwisata
pemerintah berusaha untuk menambah penghasilan atau devisa negara,
dengan membanjirnya wisatawan mancanegara ke obyek-obyek wisata
daerah akan mengalir pula devisa yang dibelanjakan oleh wisatawan
tersebut.
Jadi dapat dikatakan bahwa dari sisi ekonomi pengembangan
pariwisata akan menambah penerimaan negara yang berasal dari wisatawan
mancanegara dan hal ini merupakan dampak yang menguntungkan. Hal ini
di dukung pendapat Reza. M (1986 : 2) sektor pariwisata merupakan salah
satu sektor pembangunan bidang ekonomi. Kegiatan pariwisata merupakan
sektor non migas yang diharapkan dapat memberikan kontribusi cukup
besar terhadap perekonomian. Oleh karena itu, sektor ini perlu diupayakan
secara optimal.
Pembangunan kepariwisataan alam berorientasi pada ekosistem
daerah, ekosistem pesisir, ekosistem laut. Ekosistem tersebut memberikan
peluang bagi pemerintah, pengusaha, BUMN, swasta (PNA/PMDN),
masyarakat dan LSM untuk merencanakan obyek dan daya tarik wisata
yang berdampak positif yaitu memberikan keuntungan dan memuaskan
wisatawan yang berkunjung kelokasi obyek wisata tersebut.
15
2.1.4 Pengaruh Pengembangan Wisata Bahari Terhadap AktivitasMasyarakat Pesisir
Sehubungan dengan adanya pengembangan pariwisata pada daerah
pesisir yang bisa disebut sebagai wisata bahari, maka aspek yang penting
diperhatikan dalam pengelolaannya adalah kehidupan masyarakat yang
bermukim di lokasi wisata tersebut (masyarakat pesisir) sebagian besar
merupakan mansyarakat petani dan nelayan yang pada umumnya memiliki
keadaan ekonomi yang sangat rendah. Menurut Spillane (1985 : 45) aspek
lain yang dianggap penting dalam pengembangan wisata bahari adalah
kebijakan ekonomi yakni pembangunan secara regional melalui kegiatan
kepariwisataan terutama dalam menghadapi timbulnya urbanisasi sebagai
akibat semakin padatnya suatu kota yang menimbulkan banyak masalah
sosial dan ekonomi.
Semakin berkembangnya kepariwisatwan disuatu daerah, maka
secara otomatis akan mempengaruhi aktivitas penduduk yang dekat dengan
obyek wisata tersebut. Oleh karena itu perlu dirumuskan suatu kebijakan
kepariwisataan seperti yang dikemukakan oleh Pendit (1986 : 136) bahwa
kebijaksanaan kepariwisataan dapat dirumuskan sebagai suatu tindakan
instansi pemerintah dan badan organisasi masyarakat yang mempengaruhi
kehidupan kepariwisataan itu sendiri.
Selanjutnya menurut Pendit (1986 : 29) kepariwisataan juga
memberikan sumbangan secara langsung kepada kemajuan-kemajuan
secaran kontinyu, usaha-usaha pembuatan atau perbaikan pelabuhan (laut
dan udara), jalan raya, pengangkutan setempat, program-program
16
kebersihan dan kesehatan, pilot project sasaran kebudayaan dan kelestarian
lingkungan, yang kesemuanya dapat memberikan keuntungan dan
kesenangan baik bagi masyarakat lingkungan daerah wilayah yang
bersangkutan maupun wisatawan pengunjung dari luar.
Untuk mewujudkan pembangunan pariwisata seperti yang
disebutkan di atas, maka dibutuhkan suatu perencanaan pembangunan
pariwisata yang terbaik seperti yang di kemukakan oleh Hardinoto (1996 :
29) pengembangan pariwisata terbaik adalah :
a. Pariwisata harus patuh pada perencanaan dan pengelolaan lingkungan,
dengan mempertimbangkan keadaan, baik dari penduduk setempat yang
sering diharuskan menerima arus besar wisata tanpa mempunyai suara
terhadap pengembangan itu.
b. Pariwisata tidak hanya dibiarkan berkembang pada kekuatan pasar
wisata, tetapi harus direncanakan berhati-hati pada tingkat nasional,
regional dan lokal.
Untuk memenuhi kebutuhan wisatawan tidak harus merusak :
a. Kepentingan sosial dan ekonomi penduduk daerah setempat.
b. Lingkungan dan terutama sumber daya alam yang merupakan atraksi
dasar dari pariwisata.
Perumusan kebijaksanaan tersebut, dapat mengoreksi bahwa
kehidupan kepariwisataan sesungguhnya tidak saja dipengaruhi oleh adanya
tindakan-tindakan kebijaksanaan dalam pariwisata itu sendiri seperti barang-
barang persediaan pariwisata, yaitu dimana segala persoalan ditimbulkan
17
oleh adanya sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan sehari-hari.
Seseorang yang merasa asing oleh keadaannya sendiri. Keadaan sehari-
harinya dipindahkan dari yang biasa melakukan aktivitas usaha tani atau
penangkapan ikan kemudian beralih ke aktivitas penyediaan barang-barang
kebutuhan para wisatawan yang merupakan suatu peluang kerja bagi
masyarakat pesisir untuk memnuhi kebutuhan pariwisatawan.
Berdasarkan uraian di atas, maka pengaruh lain yang mungkin
timbul dari pengembangan wisata bahari pantai adalah menurunnya hasil
produksi pertanian dan hasil laut karena aktivitas masyarakat lebih banyak
dilakukan untuk melayani kebutuhan wisatawan, kemudian hal lain yang
bisa timbul adalah perubahan sepenuhnya dari aktivitas masyarakat pesisir,
jika sebelumnya bekerja sebagai petani dan nelayan beralih menjadi
pramuwisata di daerah tersebut.
2.1.5 Ekonomi Pariwisata
Ahli-ahli ekonomi dalam mempelajari pariwisata internasional
menggunakan istilah invisible export atau ekspor tak kentara atas barang-
barang dan jasa pelayanan, pariwisata merupakan suatu bentuk ekspor yang
dianggap menguntungkan, terutama bagi ekonomi nasional suatu negara.
Untuk mengalakan pembangunan perekonomian dengan suatu pertumbuhan
yang berimbang kepariwisataan dapat diharapkan memegang peranan yang
dapat menentukan dan dapat dijadikan katalisator untuk mengembangkan
pembangunan sektor-sektor lain secara bertahap. Pertumbuhan yang
18
berimbang bagi perekonomian itu dapat terjadi sebagi akibat majunya
pertumbuhan industri pariwisata yang dikembangkan dengan baik.
Menurut Spillane (1987 : 92) kemajuan pengembangan pariwisata
sebagai industri, ditunjang oleh macam-macam usaha yang perlu dikelola
secara terpadu dan baik, diantaranya ialah :
1. Promosi untuk memperkenalkan obyek wisata
2. Transportasi yang lancar
3. Kemudahan keimigrasian dan birokrasi
4. Akomodasi yang menjamin penginapan yang nyaman
5. Pemandu wisata yang cakap
6. Penawaran barang dan jasa dengan mutu terjamin dan tarif harga yang
wajar
7. Pengisian waktu dengan atraksi-atraksi yang menarik
8. Kondisi keberhasilan dan kesehatan lingkungan hidup
Berbagai pernyataan yang dilontarkan oleh pihak pemerintah secara
sporadis, keinginan untuk meningkatkan pengembangan pariwisata di
Indonesia pada dasarnya disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
a. Makin berkurangnya peranan minyak sebagai penghasil devisa dengan
waktu lalu
b. Merosotnya nilai ekspor kita di sektor-sektor non minyak
c. Prospek pariwisata yang tetap memperlihatkan kecenderungan
meningkat secara konsisten
19
d. Besarnya potensi yang kita miliki bagi pengembangan wisata di
Indonesia
2.1.6 Manfaat Pengembangan Pariwisata Bagi Daerah Tujuan
Saat ini banyak negara berkembang menaruh perhatian yang khusus
terhadap industri pariwisata. Hal ini jelas kelihatan dengan banyaknya
program pengembangan kepariwisataan di negara tersebut. Negara yang
satu seolah-olah ingin melebihi negara yang lainnya untuk menarik
kedatangan wisatawan, lebih lama tinggal dan lebih banyak mengeluarkan
uangnya.
Spillane (1985 :46), untuk menggalakan pembangunan
perekonomian dengan suatu pertumbuhan yang berimbang maka
kepariwisataan dapat diharapkan memegang peranan menentukan dan dapat
dijadikan sebagai katalisator untuk mengembangkan sektor-sektor lain
secara bertahap. Tidak hanya perusahaan-perusahaan yang dapat
menyediakan kamar menginap (hotel), makanan dan minuman (tour
operator), agen perjalanan (travel agent), industri kerajinan (hamdi kraft),
pramuwisata (guiding and English course), tenaga terampil (tourist
academy), yang diperlukan tapi juga prasarana ekonomi seperti jalan raya,
jembatan, terminal, pelabuhan, lapangan udara. Disamping itu dibutuhkan
pula prasarana pembangkit tenaga listrik, proyek penjernihan air bersih,
fasilitas olahraga dan air bersih.
Akibat dikembangkannya obyek wisata, maka pada daerah tujuan
wisata akan tersedia berbagai sarana dan prasarana pendukung pariwisata
20
maupun sarana umum seperti disebutkan diatas, sehingga dapat dikatakan
bahwa daerah tujuan wisata dapat menerima manfaat langsung dengan
semakin berkembangnya industri pariwisata.
Meningkatnya arus wisatawan baik mancanegara maupun nusantara
kesatuan daerah atau wilayah menurut banyak macam pelayanan dan
fasilitas yang semakin meningkat jumlah dan ragamnya. Hal ini
memberikan manfaat antara lain:
a. Sudut pandang ekonomi, kehadiran para wisatawan dapat diharapkan
ikut merangsang pertumguhan berganda dari sektor-sektor lainnya,
misalnya transpotasi, kerajinan rakyat, akomodasi perhotelan dan lain-
lain
b. Pihak pemerintah dapat mengharapkan bertambahnya penerimaan
melalui berbagai pungutan dan pajak dari sektor yang terkait dengan
kepariwisataan
c. Kebudayaan khususnya dari segi seni dan budaya, pemeliharaan dan
penciptaan kreasi seni budaya. Sekaligus dapat menambah motivasi
bagi pelestarian nilai-nilai budaya bangsa yang semakin diperlukan bagi
identitas suatu bangsa
d. Lingkungan dan keindahan alam, kehadiran pariwisata dapat ikut serta
merangsang pemeliharaan, pelestarian lingkungan hidup dan keindahan
alam yang selama ini belum dimanfaatkan
e. Lapangan kerja, pariwisata merupakan salah satu industri yang
membutuhkan banyak tenaga kerja karena bersifat jasa pelayanan. Oleh
21
karena itu dengan pengembangan pariwisata diharapkan dapat
menciptakan lapangan kerja.
Manfaat lain dapat diperoleh dengan dikembangkannya obyek
pariwisata disuatu daerah atau wilayah dikemukakan oleh Pendit (1986 : 35)
yakni kepariwisataan memberikan para petani perluasan pemasaran bagi
sayur-mayur, hasil kebun lainnya seperti buah-buahan, hasil ternak mereka
seperti susu, daging dan sebagainya. Ia membuka seluas-luasnya bagi
pemasaran industri-industri kecil seperti perusahaan kerajinan tangan, kulit,
anyaman, dan bahan tekstil, pakaian jadi dan sebagainya.
1. Dampak Sosial Pariwisata
Fandeli (1995) menyebutkan bahwa industri pariwisata sebenarnya
merupakan bagian dari cultural industry yang melibatkan seluruh
masyarakat, sekalipun dikelola hanya oleh sebagian kecil masyarakat.
Meskipun hanya sebagian masyarakat yang terlibat, namun dampak sosial
pariwisata lebih luas seperti dinyatakan Cohen (1984 dalam Pitana dan
Gayatri, 2005 :117), secara teoritis dapat dikelompokan kedalam sepuluh
kelompok besar dampak sosial budaya pariwisata. Salah satu diantara
dampak sosial pariwisata yaitu dampak terhadap tingkat otonomi atau
ketergantungan pada pariwisata.
Kemudian Martin (1998 : 171 dalam Pitana dan Gayatri, 2005 :115)
menyatakan dampak sosial selama ini lebih cenderung mengasumsiakn
bahwa akan terjadi perubahan sosial akibat kedatangan wisatawan.
Pariwisata berdamapak terhadap stratifikasi dan mobilitas sosial (Cohen,
22
1984 dalam Pitana dan Gayati, 2005 : 117) dengan terjadinya
ketimpangan/kesenjangan sosial dalam masyarakat. Sebagaimana
disebutkan oleh Wiranatha (2008) bahwa dampak pariwisata terhadap
masyarakat termaksud terjadinya kesenjangan pendapatan/kesejahteraan
masyarakat antara pelaku pariwisata dengan masyarakat lain yang tidak
bersentuhan dengan pariwisata secara langsung. Begitu juga kawasan wisata
sebagai daerah tujuan wisata memunculkan aktivitas ekonomi yang menjadi
faktor daya tarik penduduk yang menurut Cohen (1984 dalam Pitana dan
Gayatri, 2005 : 117) berdampak terhadap migrasi dari dan kedaerah
pariwisata.
2. Dampak Pariwisata Terhadap Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang berada disekitar
manusia yang bersifat tidak bernyawa, misalnya air, tanah, kelembaban
udara, suhu, angin, rumah dan benda mati lainnya. Dahuri et al, (2001 : 226)
menyatakan bahwa bila suatu wilayah pesisir dibangun untuk tempat
rekresasi, biasanya fasilitas-fasilitas pendukung lainnya juga berkembang
pesat. Wiranatha (2008) menyatakan bahwa secara umum, pariwisata
berdampak positif salah satunya peningkatan infrastruktur di daerah tujuan
wisata.
Dampak terhadap lingkungan fisik di kawasan wisata adalah
penyediaan prasarana dan sarana untuk menunjang kegiatan wisata. Adapun
dampak lingkungan fisik terhadap pemukiman di kawasan wisata
sebagaiman Soemarwoto (2001) tegaskan bahwa dampak fisik diperlihatkan
23
oleh peningkatan kondisi kualitas lingkungan fisik yang bersih, nyaman dan
bebas banjir melalui penyediaan dan perbaikan prasarana dan sarana dasar
bagi pemukiman yang memadai. Dampak pariwisata terhadap lingkungan
fisik pemukiman di kawasan wisata adalah penyediaan prasarana dan sarana
untuk menunjang kegiatan pemukiman di kawasan wisata. Prasarana
pemukiman yang harus dilengkapi di dalam kawasan wisata adalah
kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan
pemukiman dapat berfungsi sebagai mana mestinya, yaitu : jaringan jalan
untuk mobilitas manusia dan menciptakan bangunan yang teratur, dan
jaringan air bersih untuk memenuhi kebutuhan wisatawan dan masyarakat.
Sedangkan sarana lingkungan permukiman sebagai fasilitas penunjang yang
berfungsi untuk penyelengaraan dan pembangunan pengembangan ekonomi,
sosial dan budaya yaitu : jaringan saluran pembuangan air limbah dan
tempat pembuangan sampah untuk kesehatan lingkungan dan jaringan
saluran air hujan untuk pematusan (drainase) dan pencegahan banjir
setempat.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka disimpulkan yang dapat
diperoleh penduduk yang tinggal pada suatu obyek wisata, manfaat ini dapat
berupa penyediaan fasilitas-fasilitas umum dan tempat pemasaran bagi
produk-produk yang diusahakan oleh masyarakat setempat. Hal ini sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Dirjen Pariwisata (1996 : 45) bahwa bagi
Indonesia tujuan utama pengembangan pariwisata adalah untuk
meningkatkan pembinasaan potensi dalam lingkup nasional yang sekaligus
24
dapat memberikan berbagi manfaat bagi perkembangan daerah. Oleh karena
itu diperlukan adanya berbagai upaya kebijaksanaan dan pembinaan
kepariwisataan secara terpadu yang ditunjang oleh sektor lainnya sehingga
tercipta iklim untuk meningkatkan jumlah arus wisata.
2.1.7 Pendapatan Sebagai Ukuran Tingkat Kesejahteraan
Pertumbuhan kebutuhan dasar (basic needs) manusia seperti pangan,
sandang dan perumahan sangat ditentukan oleh besar kecilnya pendapatan
yang diperoleh dari seorang individu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
dan keluarganya. Pendapatan adalah merupakan usaha manusia dalam
kegiatan produksi, hal ini sesuai dengan pendapat Sukirno (1994 : 89) yang
mengemukakan bahwa pendapatan adalah perolehan yang berasal dari biaya
faktor produksi atau jasa-jasa produktif.
Pendapatan yang diperoleh seorang individu ditentukan oleh besar
kecilnya skala usaha yang dikerjakannya dan semakin tinggi skala usaha
tersebut, maka semakin tinggi pendapatan yang diperoleh, dan pada
akhirnya tingkat kesejahteraan akan semakin meningkat dalam artian bahwa
biaya konsumsi yang dibelanjakan akan semakin besar. Hal ini sejalan
dengan apa yang dikemukakan oleh Sukirno (1994 : 205) bahwa semakin
tinggi pendapatan disposibel yang diterima rumah tangga, semakin besar
konsumsi yang dibelanjakan.
Pendapat diatas memberikan gambaran bahwa jika pendapatan
diterima meningkat maka kebutuhan untuk konsumsi akan semakin banyak
25
terpenuhi. Bagi masyarakat pesisir peningkatan hasil usahanya adalah
sangat penting untuk meningkatkan pendapatannya.
Menurut Badan Pusat Statistik untuk mengukur tingkat kesejahteraan
digunakan ukuran sebagai berikut :
a. Pendapatan rumah tangga
b. Konsumsi rumah tangga
c. Keadaan tempat tinggal
d. Kesejahteraan anggota rumah tangga
e. Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan.
f. Pakaian anggota rumah tangga
g. Kemudahan
Berdasarkan ukuran tersebut dapat dilihat bahwa yang paling penting
adalah pendapatan rumah tangga, jika pendapatan rumah tangga meningkat
maka secara otomatis akan meningkat konsumsi rumah tangga dan
seterusnya samapai kemudian memasukan anak ke sekolah yang lebih
tinggi.
Ukuran harga beras per kilogaram menunjukkan pendapatan
masyarakat pesisir dapat dihitung apakah mereka tergolong miskin sekali,
miskin atau hampir miskin. Jadi ukuran tingkat kesejahteraan dapat dilihat
berdasarkan perubahan kebutuhan, namun dari cara hidup masyarakat
pedesaan kesejahteraan bukan saja karena pemenuhan kebutuhan konsumsi.
Hal ini selaras dengan pendapat Sukirno (1994 : 104) bahwa kesejahteraan
seorang bersifat subyektif artinya setiap orang mempunyai cara pandangan
26
hidup, tujuan dan cara hidup berbeda-beda pula terhadap faktor yang
menetukan tingkat kesejahteraan mereka.
Secara umum pendapatan dapat diartikan sebagai hasil pencaharian
(usaha dan sebaginya) yakni semua hasil usaha yang diperoleh seseorang
anggota masyarakat atau individu. Sedangkan dari sudut pandang ekonomi,
pendapatan diartikan sebagai pembayaran pendapatan/balas jasa pada
seluruh faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Tingkat
pendapatan salah satu indikator kesejahteraan sosial karena semakin tinggi
tingkat penerimaan pendapatan, maka tingkat kesejahteraan akan lebih baik.
Kasus ekonomi menurut Winardi (1982 : 12), mengatakan bahwa
pendapatan adalah hasil berupa uang atau materi lainnya yang dicapai dari
pada penggunaaan kekayaan atau jasa-jasa manusia. Ackley (1991)
menyatakan bahwa pendapatan sebagai jumlah penghasilan yang diperoleh
jasa-jasa produksi yang diserahkannya pada waktu tertentu atau
diperolehnya dari harta kekayaan.
Menurut pandangan Djojohadikusumo (1985 : 1) bahwa pada
hakekatnya tingkat hidup tercermin dalam tingkat dan pola konsumsi yang
meliputi unsur pangan, sandang, pemukiman, kesehatan dan pendidikan.
Lima jenis pokok ini bagi kebanyakan penduduk dunia masih kurang
tercukupi baik secara kuantitatif untuk dapat mempertahankan derajat
kehidupan manusia secara wajar. Sehingga berdasarkan hal tersebut diatas
maka taraf hidup kehidupan masyarakat atau individu sangat di tentukan
oleh tingkat pendapatan yang diperoleh dari suatu kegiatan tertentu.
27
Usaha peningkatan pendapatan masyarakat telah banyak dilakukan
akan tetapi hasil yang dicapai belum maksiamal dimana dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti pendidikan, umur dan lain sebagainya. Kebutuhan
pokok yang paling mendasar adalah pangan, sandang dan papan. Penciptaan
lapangan kerja masyarakat dengan memberdayakan berbagai sumber daya
yang dimiliki seperti lahan dan skill, merupakan upaya konkrit yang perlu
dilakukan sehingga mereka dapat memperoleh pendapatan yang cukup
untuk membiayai kebutuhan hidupnya tersebut.
Disamping mengupayakan peningkatan pendapatan masyarakat juga
diupayakan peningkatan sumber daya manusia melalui pendidikan.
Kamaluddin (1992 : 12) mengatakan bahwa pendidikan memainkan peranan
penting dalam menurunkan kemiskinan dalam jangka panjang dengan
memberikan kepada kelompok miskin keahlian dan keterampilan yang
diperlukan untuk menaikkan produktivitas dan pendapatan mereka.
Pendidikan dasar dan yang setingkat merupakan hal yang kritis untuk ini
sebagaimana diperlihatkan oleh tingkat pengembalian sosialnya (social lates
of return) yang tinggi bagi peningkatan kualitas sumber daya Indonesia.
2.2 Kajian Empirik
Penelitian ini yang dilakukan Kartika Dewi (2013) yang berjudul
dampak pengembangan wisata bahari terhadap ekonomi masyarakat pesisir
Kabupaten Batu Bara. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui secara
mendalam mengenai dampak perkembangan wisata bahari bagi ekonomi
masyarakat; dan mengatahui bagaimana ekonomi sebelum dan sesudah
28
wisata pantai berkembang. Penulis mengadakan penelitian mengunakan
teknik heuristi dengan melakukan mengumpulkan data melalui pembahasan
buku, hasil observari dan wawancara. Kemudian mengklasifikasikan atau
mengelompokan data untuk kemudian di analisa guna menarik kesimpulan.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah, dengan berkembangnya
tempat-tempat wisata bahari di Kabupaten Batu Bara berdampak positif
terhadap perekonomian masyarakat berdasarkan observasi khususnya pada
masyarakat yang bertempat tinggal sekitar obyek wisata. Namun keadaan
pantai di Kabupaten Batu Bara masih belum dikelolah dengan maksimal,
seperti Pantai Sejarah, Pantai Perjuangan walau ada juga pantai yang
dikelolah dengan baik seperti Pantai Bunga, Pantai Alam Datuk.
Selanjutnya kita bisa melihat bagaimana peran masyarakat dan pemerintah
dalam mengembangkan potensi yang dimiliki disetiap daerah di Kabupaten
Batu Bara. Perkembangan wisata bahari di Kabupaten Batu Bara dapat
membuka lapangan kerja baru serta menambah pendapatan nelayan. Hal ini
dlihat dari hasil pendapatan, pendidikan, dan kesehatan masyarakat di
sekitar wisata tersebut.
Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti dampak
pengembangan wisata bahari pantai terhadap perekonomian masyarakat
sedangkan perbedaannya terletak pada obyek penelitian.
Penelitian yang dilakukan Balgis Risdawati et al (2013), dengan
judul dampak pembangunan wisata bahari Lamongan terhadap peningkatan
pendapatan asli daerah Kabupaten Lamongan. Penelitian ini bertujuan untuk
29
mengetahui dampak pembangunan Wisata Bahari Lamongan terhadap
peningkatan pendapatan asli daerah kabupaten Lamongan. Jenis penelitian
dan tipe pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
komparatif dengan tipe pendekatan penelitian perbandingan antara sebelum
dan sesudah. Metode pengumpulan data dengan observasi, wawancara
mendalam, metode dokumentasi, dan studi pustaka. Penelitian ini
menggunakan dua metode analisis data kualitatif. Data primer yang berasal
dari wawancara mendalam dengan sejumlah tokoh dianalisis dengan model
analisis interaktif, sedangkan data sekunder yang berasal dari draf PAD
Kabupaten Lamongan dari tahun 2004 sampai 2010 dianalisis dengan
metode before vs after comparation. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pembangunan WBL berdampak signifikan pada peningkatan PAD,
dan mengalami kenaikan yang cukup signifikan dan berada pada level
tertinggi pada tahun 2005 sebesar Rp 357.746.852.528,67. Pada tahun 2006,
PAD Kabupaten Lamongan mengalami penurunan menjadi Rp
546.406.763.835,38 namun tahun selanjutnya mulai dari tahun 2007 sampai
dengan tahun 2010 PAD Kabupaten Lamongan mengalami peningkatan
yang cukup signifikan. Apabila hal ini kita analisis memakai metode before
after comparison, yang menyatakan bahwa perbandingan sebelum dan
sesudah adanya intervensi, maka akan terlihat jelas bahwa sebelum dan
sesudah pembangunan WBL (yang dijadikan sebuah intervensi)
memberikan perbedaan atau dampak yang cukup signifikan pada
30
peningkatan PAD Kabupaten Lamongan mulai tahun 2004 sampai dengan
tahun 2010.
Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan
analisis deskriptif kulitatif. Perbedaannya adalah penelitian Bagis Risdawati
et al (2013), meneliti dampak pembangunan wisata bahari terhadap
pendapatan asli daerah (PAD), sedangkan dalam penelitian ini membahas
dampak pengembangan wisata bahari terhadap aktivitas dan pendapatan
masyarakat. Selain itu perbedaan juga terletak pada obyek penelitian.
Penelitian yang dilakukan Irianto (2011), dengan judul penelitian
dampak pariwisata terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat di
Gili Trawangan Kecamatan Pemenang Kabupaten Lombok Utara. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui dampak pariwisata di Gili Trawangan
terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat disekitarnya. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan oleh
peneliti dengan melakukan observasi secara langsung dengan
mewawancarai beberapa masyarakat di Gili Trawangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pariwisata di Gili
Trawangan memberikan pengaruh terhadap lingkungan sekitar baik
pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Pengaruh positif dilihat dari segi
ekonomi dapat meningkatkan pendapatan setempat. Dibandingkan dengan
tempat lain diluar Gili Trawangan dengan pendapatan bersih pedagang juice
rata-rata sebesar Rp. 400.000,00 per hari dan pendapatan Kusir Cidomo
sebesar Rp. 180.000,00 sampai Rp. 200.000,00 per hari, bisa dikatakan
31
pendapatan masyarakat dengan pendidikan tidak tamat Sekolah Dasar
namun memiliki kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
Inggris tersebut cukup tinggi karena mampu memenuhi kebutuhan hidup
keluarganya bahkan penghasilanya bisa ditabung. Kegiatan pariwisata ini
juga membuat pendapatan pemerintah daerah setempat daerah meningkat
sehingga daerah wisata ini perlu dijaga kelestarian dan keindahannya untuk
lebih menarik para wisatawan khususnya para wisatawan asing. Kegiatan
pariwisata ini juga menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan
sekitar khususnya masalah lunturnya nilai-nilai budaya masyarakat setempat
karena masyarakat cenderung meniru perilaku wisatawan asing yang
sebenarnya tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya kita.
Untuk lebih terjaganya kegiatan pariwisata di Gili Trawangan ini
mengingat dampak pariwisata terhadap kehidupan sosial dan ekonomi
cukup besar maka dalam hal ini pemerintah tidak hanya memperhatikan
dampak positifnya saja tapi pemerintah juga perlu mengambil langkah-
langkah bagaimana meminimalkan dampak dampak negatif yang
ditimbulkan.
Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan
deskriptif kualitatif. Perbedaannya adalah penelitian Irianto (2011),
melakukan penelitian dampak pariwisata terhadap kehidupan sosial dan
ekonomi masyarakat, sedangkan penelitian ini dampak pariwisatanya
terhadap aktivitas dan pendapatan masyarakat.
32
Penelitian yang dilakukan I Gusti Agung Gede Oka Gautama (2011),
berjudul evaluasi perkembangan wisata bahari di pantai Sanur.
Perkembangan wisata bahari pantai Sanur dari awal sampai saat ini secara
otomatis akan merubah karakteristik fisik dan sosial dari kawasan tersebut
karena dalam perkembangan tidak akan luput dari siklus perubahan yang
terus berevolusi. Berdasarkan pengalaman empiris serta isu-isu yang beredar
tentang pesisir Sanur saat ini seperti: perubahan motivasi wisatawan untuk
melakukan kegiatan wisata bahari, pencemaran lingkungan, permasalahan
sosial yang terjadi, dipandang perlu adanya suatu evaluasi untuk menilai
perkembangan yang telah terjadi. Tujuan utama dari penelitian ini adalah
memecahkan permasalahan yang terjadi dengan cara megevaluasi keadaan
pantai saat ini yaitu dengan meneliti (1) faktor-faktor yang menarik
wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata bahari di Pantai Sanur, (2)
bagaimanakah karakteristik pantai Sanur dalam menunjang kegiatan wisata
bahari, (3) Langkah-langkah yang dilakukan untuk menciptakan wisata
bahari berkelanjutan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis deskriptif kualitatif,
data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dikumpulkan dalam
kondisi yang asli atau alamiah. Instrumen kunci dalam penelitian ini adalah
peneliti sebagai alat penelitian, artinya peneliti sebagai alat utama
pengumpul data dengan metode observasi, menyebarkan lembar pertanyaan
terstruktur dan deep interview. Pengambilan sampel dengan cara purposive
sampling. Kepustakaan dan hasil dari penelitian dikaitkan serta dianalisis
33
secara deskriptif kualitatif, dengan mentransformasi data mentah ke dalam
bentuk data yang mudah dimengerti dan ditafsirkan, termasuk menyusun,
memanipulasi, dan menyajikan supaya menjadi suatu informasi. Kemudian
mengintepretasi data sebagai kajian pokok.
Hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah: faktor yang menarik
wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata bahari yaitu faktor dari
keramah tamahan dengan hasil 91%. Karakteristik Pantai Sanur cocok untuk
kegiatan segala jenis olahraga air, fun dive, dan kegiatan rekreasi air saat air
pasang. Langkah-langkah untuk menciptakan wisata bahari yang
berkelanjutan yaitu dengan pendekatan pengelolaan wilayah pesisir secara
terpadu, yaitu keterpaduan antara: sektoral, bidang ilmu dan ekologis.
Sesudah itu dapat dipadukan dengan konsep zoning atau zonasi. Hasil
penelitian ini didapatkan saran-saran untuk meciptakan wisata bahari yang
berkelanjutan (1) keterpaduan sektoral dan akademisi yang terpadu, perlu
memperbaharui peraturan-peraturan dan perda dari wisata bahari Pantai
Sanur, (2) memiliki rencana detil pemanfaatan tata ruang atau zonasi
kawasan pesisir, (3) memperhatikan daya dukung, (4) membangun fasilitas-
fasilitas yang dapat menyelamatkan lingkungan pantai.
Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama menggunakan
metode deskriptif kualitatif. Perbedaan dalam penelitian ini adalah I Gusti
Agung Gede Oka Gautama (2011), melakukan evaluasi terhadap
perkembangan wisata bahari, sedangkan penelitian ini membandingkan
keadaan sebelum dan sesudah perkembangan wisata bahari pantai.
34
Penelitian yang dilakukan Sutrisno Hadipranoto. L (2011), dengan
judul dampak pengembangan wisata bahari pantai Nambo terhadap kondisi
ekonomi masyarakat wilayah pesisir di Kelurahan Nambo Kecamatan Abeli
Kota Kendari. Penelitian bertujuan untuk mengetahui dampak
pengembangan wisata bahari pantai Nambo terhadap kondisi ekonomi
masyarakat pesisir. Mata pencaharian masyarakat Nambo sebelum ada
pengembangan wisata pantai nambo sebagai ibu rumah tangga, buruh
bangunan, petani, pedagang. Sesudah adanya pengembangan obyek wisata
pantai Nambo pekerjaan masyarakat bertambah yaitu dengan menjual es
kelapa, pemilik kantin, menyewakan speed boad, sewa ban, sewa gazebo,
dan menyewakan sampan serta menjadi tukang ojek.
Sebagian besar responden tidak mempunyai pendapatan yang
memadai sebelum pengembangan. Dampak sesudah adanya objek wisata
pantai Nambo maka masyarakat mempunyai pendapatan Rp. 500.000,.
sampai dengan Rp. 1.500.000,. Hal ini memberikan dampak yang positif
bagi peningkatan perekonomian masyarakat. Sesuai dengan hipotesis
dampak pengembangan wisata bahari pantai Nambo dapat meningkatkan
kegiatan ekonomi masyarakat disekitarnya.
Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa obyek wisata pantai Nambo
memberikan dampak yang lebih baik antara lain dapat memberikan
pendapatan masyarakat dan menambah aktivitas masyarakat di Kelurahan
Nambo Kecamatan Abeli Kota Kendari.
35
Persamaan penelitian Sutrisno Hadipranoto L (2011), dan penelitian
ini antara lain keduanya meninjau dampak pengembangan wisata bahari
terhadap perekonomian masyarakat dan sama-sama menggunakan analisis
deskriptif kualitatif. Perbedaannya terletak pada obyek penelitian.
2.3 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kajian teoritis dan empirik, maka kerangka pemikiran
yang mendasari penelitian ini adalah bahwa obyek wisata Pantai Toronipa
saat ini telah dikembangkan. Oleh karena itu penelitian ini dimaksudkan
untuk mengetahui keadaan perekonomian masyarakat baik sebelum maupun
sesudah adanya pengembangan obyek wisata tersebut. Hasil analisis
diharapakan dapat mengungkapkan perbedaan keadaan perekonomian
masyarakat Kelurahan Toronipa dilihat dari aktivitas ekonomi dan
pendapatan terutama sesudah adanya pengembangan obyek wisata tersebut.
Untuk lebih jelasnya menganai kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada
skema 2.1 sebagai berikut :
36
Gambar 2.1 Kerangka Pikiran Penelitian
37
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Kelurahan Toronipa Kecamatan Soropia
Kabupaten Konawe dengan mengambil obyek pada salah satu obyek wisata
Pantai Toronipa sebagai obyek pengembangan wisata yang mempunyai
keindahan laut dan pemandangan disekitar pesisir Pantai Toronipa dan
dilaksanakan dalam waktu ± 1 bulan.
3.2. Populasi Dan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit sampel yang ciri-
cirinya sudah diduga responden yang diambil dalam penelitian ini adalah
kepala keluarga yang terlibat dalam kegiatan di kawasan obyek wisata
pantai Toronipa. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang
bertempat tinggal dan melakukan kegiatan ekonomi disekitar Pantai
Toronipa sebanyak 23 kepala keluarga.
3.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mendapatkan perlakuan
sama dengan penelitian dan secara keseluruhan mempunyai sifat yang sama
dengan populasi. Metode penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan
metode sensus, yaitu dengan mengambil secara keseluruhan populasi
menjadi sampel yaitu sebanyak 23 kepala keluarga yang terdiri dari pemilik
37
38
kantin/kios, pemilik gazebo, pemilik banana boat, pemilik ruang bilas dan
pemilik fasilitas renang.
3.3. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data
primer dan data sekunder.
1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari pihak pengelola
obyek wisata Pantai Toronipa dan masyarakat melalui wawancara
meliputi umur, pendidikan, aktivitas ekonomi, pendapatan dan sarana
pendukung Pantai Toronipa.
2. Data sekunder adalah data yang bersumber dari Kantor Dinas
Pariwisata Kabupaten Konawe dan Kantor Kelurahan Toronipa
meliputi luas area Pantai Toronipa, potensi wilayah, dan data ekonomi
lainnya yang terkait dalam penelitian ini.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
melalui :
1. Observasi yakni melakukan peninjauan secara langsung dilokasi
penelitian.
2. Interview yaitu pengumpulan data dengan melakukan wawancara
langsung dengan pihak-pihak yang berkompoten memberikan data
informasi, dalam hal ini penelitian mewawancarai Lurah, pengelolah
wisata, dan masyarakat.
39
3. Dokumentasi yaitu mengadakan penelitian terhadap data-data yang
telah didokumentasikan pada Kantor Lurah Toronipa Kecamatan
Soropia Kabupaten Konawe.
3.5. Metode Pengolahan Data
Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Editing yaitu memperbaiki dan mengoreksi data yang telah disusun
untuk kebutuhan penelitian.
2. Sortir yaitu menyusun dan mengelompokan data yang telah
dikumpulkan dari hasil pengumpulan data.
3. Tabulasi, yakni data yang diperoleh dari obyek selanjutnya secara
sistematis dan kemudian di sajikan dalam bentuk tabel.
4. Interpretasi, yakni data yang diperoleh dalam bentuk kuantitatif
kemudian hasilnya dijelaskan dalam bentuk kalimat, dan selanjutnya
dapat ditarik suatu kesimpulan.
3.6. Analisis Data
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah di analisis
dengan menggunakan alat analisis deskriptif kualitatif. Analisis ini untuk
mendeskripsikan, menggambarkan, menjabarkan, atau menguraikan data
(Ramli, 2009). Analisisnya adalah membandingkan secara deskriptif
keadaan responden sebelum dan sesudah pengembangan obyek wisata.
Faktor yang dibandingkan adalah aktivitas ekonomi dan pendapatan.
Sehingga dapat memberikan penjelasan tentang bagaimana Dampak
40
Pengembangan Wisata Bahari Pantai Toronipa Terhadap Perekonomian
Masyarakat Pesisir di Kelurahan Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten
Konawe.
3.7. Definisi Operasionl
Adapun definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Dampak pengembangan yaitu adanya perubahan (peningkatan) aktivitas
dan pendapatan masyarakat akibat dari pengembangan obyek wisata
Pantai Toronipa.
2. Perekonomian yaitu keadaan atau aktivitas masyarakat terhadap
kegiatan-kegiatan ekonomi untuk meningkatkan pendapatan dengan
adanya pengembangan obyek wisata.
3. Aktivitas ekonomi adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh
masyarakat sebelum dan sesudah pengembangan obyek wisata.
4. Pendapatan adalah besarnya penghasilan rata-rata per bulan yang
diperoleh kepala keluarga sebelum dan sesudah pengembangan obyek
wisata Pantai Toronipa dengan satuan rupiah.
41
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah
Kelurahan Toronipa merupakan wilayah pesisir Ibu Kota Kecamatan
Soropia. Pada tahun 1980 Kelurahan Toronipa menjadi Ibu Kota Kecamatan
Soropia dimana awal terbentuknya Kecamatan Soropia yang disebut
wilayah Mansor (Mandonga-Soropia). Ibu Kota Kecamatan pada saat itu
adalah Desa Soropia hingga pada akhirnya dipindahkan ke Kelurahan
Toronipa dengan alasan bahwa tempat pembangunan kantor tidak ada.
Nama Toronipa terdiri dari dua suku kata yaitu Toro dan Nipa.
Pengertian Toronipa menurut bahasa dan istilah adalah :
1. Pengertian menurut bahasa Bugis Toro artinya banyak dan Nipa artinya
sejenis tumbuhan yang dapat dijadikan tikar, atap, dan anyaman-
anyaman lainnya. Jadi Toronipa artinya banyak tumbuhan nipa yang
dapat dijadikan tikar, atap, dan anyaman lainnya.
2. Pengertian menurut istilah Toronipa artinya tempat tumbuhnya pohon
nipa yang mempunyai manfaat besar bagi kehidupan masyarakat pada
saat itu.
Sejak pembentukan Kelurahan Toronipa, aktivitas Kelurahan
Toronipa dilaksanakan oleh aparat pemerintahan Kelurahan yang disahkan
oleh pemerintahan Kecamatan Soropia, dengan batas wilayah sebagai
berikut :
41
42
- Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Banda
- Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Banda
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bokori
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Telaga Biru
Topografi atau bentang lahan dari Kelurahan Toronipa adalah
banyaknya curah hujan 533 - 563 mm/tahun dan suhu udara rata-rata 20° -
37° C dengan ketinggian tempat dari permukaan laut 0 - 150 dari
permukaan laut. Kelurahan Toronipa mempunyai luas wilayah secara
keseluruhan seluas 100 ha. Dari luas wilayah tersebut secara tata guna tanah
terbagi atas pesisir pantai daratan, sebagian besar penggunaannya untuk
pemukiman masyarakat, fasilitas umum, pekarangan, perkebunan dan hutan.
Untuk lebih jelasnya penulis sajikan pada Tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1 Luas Wilayah Kelurahan Toronipa Berdasarkan Pemanfaatanya,Tahun 2016
No.Luas Wilayah
Luas(ha)
Persentase(%)
1. Pemukiman Masyarakat 35 35,00
2. Pesisir Pantai dan Daratan 3 3,00
3. Fasilitas Umum 25 25,00
4. Pekarangan 8 8,00
5. Perkebunan 5 5,00
6 Hutan 24 24,00Jumlah 100 100
Sumber Data : Kantor Lurah Toronipa, April 2016
Data pada Tabel 4.1 menunjukkan luas wilayah Kelurahan Toronipa
telah dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan masyarakat. Sehubungan
dengan penelitian, maka luas wilayah yang mencapai 100 ha telah
43
dimanfaatkan untuk pemukiman masyarakat seluas 35 ha atau 35,00 persen,
pesisir pantai dan daratan menggunakan lahan seluas 3 ha atau 3,00 persen,
fasilitas umum menggunakan lahan seluas 25 ha atau 25,00 persen,
pekarangan menggunakan lahan seluas 8 ha atau 8,00 persen, perkebunan
seluas 5 ha atau 5,00 persen, hutan seluas 24 atau 24,00 ha. Hal ini
berindikasikan bahwa Kelurahan Toronipa telah menggunakan lahan
tersebut.
4.1.2 Kondisi Penduduk
Berdasakan hasil penelitian yang dilakukan peneliti di Kantor
Kelurahan Toronipa diperoleh bahwa kepadatan penduduk pada Kelurahan
Toronipa tahun 2016 mencapai 814 jiwa yang terdiri dari 207 KK (kepala
keluarga). Dari jumlah penduduk tersebut terdiri dari 417 jiwa penduduk
laki-laki dan 397 jiwa penduduk perempuan. Untuk lebih jelasnya tentang
hal tersebut, penulis sajikan pada Tabel 4 2 sebagai berikut :
Tabel 4.2 Penduduk Kelurahan Toronipa Menurut Kelompok ProduktivitasKerja, Tahun 2016
No.Kelompok
UmurProduktivitas Kerja
Jumlah (Jiwa)Kepadatan
(%)Laki-Laki
Perempuan (Jiwa)
1. 0 - 14 Belum Produtif 134 128 262 32,182. 15 - 59 Produktif 259 242 501 61,553. 60 ke atas Tidak Produktif 24 27 51 6,27
Jumlah 417 397 814 100Sumber Data : Kantor Lurah Toronipa, April 2016
Tabel 4.2 menunjukkan distribusi penduduk menurut kelompok
umur dan produktivitas kerja. Masyarakat yang tergolong belum produktif
adalah mereka berada pada kelompok umur 0 - 14 tahun yang berjumlah
44
262 jiwa atau 32,18 persen, sedangkan mereka yang tidak produktif
merupakan kumpulan masyarakat yang secara fisik tidak mampu melakukan
pekerjaan yang berat atau yang berumur 60 keatas yang berjumlah 51 jiwa
atau 6,27 persen, sementara itu penduduk yang tergolong produktif adalah
mereka yang siap bekerja dan berumur antara 15 - 59 tahun sebanyak 501
jiwa atau 61.55 persen dari 814 jiwa penduduk Kelurahan Toronipa.
Mata pencaharian penduduk di Kelurahan Toronipa berbeda-beda,
ada yang bekerja sebagai petani, nelayan, jasa, honorer, PNS, pensiunan,
polri, pedagang, tukang kayu, dan tukang batu. Berdasarkan hasil penelitian,
penduduk yang bekerja dan tidak bekerja dapat di sajikan pada Tabel 3
berikut :
Tabel 4.3 Kelompok Penduduk Kelurahan Toronipa Menurut MataPencaharian, Tahun 2016
No. Jenis Mata PencaharianJumlah(Jiwa)
Persentase(%)
1. Petani 17 6,39
2. Nelayan 39 14,66
3. Pertukangan/Jasa 72 27,07
4. Honorer 31 11,66
5. PNS 56 21,05
6. Pensiunan 17 6,39
7. Polri 5 1,88
8. Pedagang 29 10,90Jumlah 266 100
Sumber Data : Kantor Lurah Toronipa, April 2016
Tabel 4.3 menunjukkan penduduk kelompok berdasarkan angkatan
kerja yang bekerja pada berbagai bidang pekerjaan berjumlah 266 orang.
Penduduk yang bekerja sebagai petani berjumlah 17 orang atau 6,39 persen,
45
penduduk yang bekerja sebagai nelayan berjumlah 39 orang atau 14, 66
persen, penduduk yang bekerja sebagai pertukangan/jasa berjumlah 72
orang atau 22,93 persen, penduduk yang bekerja sebagai honorer berjumlah
31 orang atau 11,66 persen, penduduk yang bekerja sebagai PNS berjumlah
56 orang atau 21,05 persen, pensiunan berjumlah 17 orang atau 6,39 persen,
penduduk yang bekerja sebagai polri berjumlah 5 orang atau 1,88 persen,
penduduk yang bekerja sebagai pedagang berjumlah 29 orang atau 10,90
persen. Hal ini menggambarkan kondisi penduduk di Kelurahan Toronipa
dengan perekonomiannya bervariasi dan paling banyak di sektor jasa yaitu
berjumlah 72 orang atau 22,93 persen.
4.1.3 Pengembangan Obyek Wisata Pantai
Pemerintah melakukan berbagai pengembangan kawasan wisata.
Pembangunan yang dilakukan pada obyek wisata pantai Toronipa
merupakan rencana pemerintah Kabupaten Konawe dalam hal ini Dinas
Pariwisata menyediakan kawasan wisata di Kecamatan Soropia Kelurahan
Toronipa yang mudah dijangkau oleh wisatawan baik domestik maupun
mancanegara. Pembangunan yang dilaksanakan di kawasan wisata yaitu
pembangunan jalan menuju pantai Toronipa, selain itu dilakukan
pembangunan pintu masuk yang dilengkapi dengan pos jaga. Pos ini akan
digunakan untuk memungut retribusi dari wisatawan.
Pantai Toronipa adalah sebuah pantai indah yang jaraknya sekitar 20
km dari Kota Kendari atau sekitar ± 40 menit untuk menempuh sampai ke
pantai Toronipa dengan menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat.
46
Pantai ini diminati banyak pengunjung karena letaknya yang mudah di
jangkau dan pantai ini memilliki daya tarik tersendiri separti keindahan
pasir putih yang panjang, tinggi air lautnya ke arah laut lepas hanya sekitar
1 meter, pepohonan kelapa sepanjang pantai, panorama alam, deburan
ombak dan dapat menikmati terbit dan terkadang saat terbenamnya matahari
sehingga tempat ini selalu merupakan pilihan masyarakat Kota Kendari
untuk melepas kejenuhan dari rutinitas sehari-hari pada akhir pekan.
Ditempat ini pula disediakan tempat parkir, gazebo, tempat bilas, dan
pedagang tradisional yang menawarkan berbagai jenis dagangannya.
Perkembangan wisata pantai dari tahun 2008 sampai saat ini
menunjukkan adanya upaya pemerintah daerah untuk menjadikan pantai
sebagai daerah tujuan wisata melalui penyediaan infrastruktur meliputi
fasilitas dan pelayanan transportasi, fasilitas listrik, air bersih, drainase,
telepon dan sebagainya.
4.1.4 Karakteristik Responden
Karakteristik responden merupakan latar belakang kehidupan yang
dapat mempengaruhi cara berpikir, sikap serta keterampilan masyarakat
dalam mengelola setiap usahanya. Masyarakat dalam menjalankan berbagai
usaha tersebut dipengaruhi oleh umur, tingkat pendidikan dan jumlah
tanggungan keluarga.
1. Umur
Umur seseorang sangat berpengaruh terhadap aktivitasnya yang
dijalankan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pada umumnya
47
responden yang berumur lebih mudah memiliki kemampuan fisik yang lebih
kuat dibandingkan responden yang berumur sudah tua. Adapun kisaran
umur responden dalam penelitian ini adalah 20 - 60 tahun keatas, untuk
lebih jelasnya disajikan pada Tabel 4.4 berikut :
Tabel 4.4 Keadaan Umur Responden di Kelurahan Toronipa, Tahun 2016Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Responden (KK) Persentase (%)
20 - 29 6 26,0930 - 39 9 39,1340 - 49 4 17,4050 - 59 2 8,69
60 tahun ke atas 2 8,69Jumlah 23 100
Sumber : Data Primer (diolah), April 2016
Pada Tabel 4.4 nampak, bahwa dari 23 kepala keluarga responden
menunjukkan sebanyak 9 responden atau 39,13 persen berusia 30 - 39
tahun, kemudian 6 responden atau 26,09 persen berusia 20 - 39 tahun, 4
responden atau 17,40 persen berusia 40 - 49 tahun, selanjunya yang berusia
50 - 59 tahun dan 60 tahun ke atas masing-masing 2 responden atau 8,69
persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa reponden masih dalam usia
produktif.
2. Tingkat Pendidikan Responden
Pada umumnya pendidikan dapat dipengaruhi cara berpikir sekaligus
menambah keterampilan khususnya dalam mengelola setiap usahanya.
Pendidikan dapat diperoleh dari keluarga, luar keluarga dan melalui bangku
sekolah atau pendidikan formal.
Sesuai dengan hasil penelitian disimpulkan bahwa mayoritas
responden yang diteliti memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Untuk
48
lebih jelasnya mengenai tingkat pendidikan responden disajikan pada Tabel
4.5 berikut :
Tabel 4.5 Tingkat Pendidikan Responden di Kelurahan Toronipa,Tahun 2016
Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (KK) Presentase (%)
Sarjana 3 13,04
Diploma 2 8,69
SMA 8 34,78
SMP 6 26,09
SD 4 17,39Jumlah 23 100
Sumber : Data Primer (diolah), April 2016
Data pada Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 23 kepala keluarga
yang dijadikan responden sebagian besar mempunyai tingkat pendidikan
tamat SD dan SMP yaitu 10 responden atau 43,48 persen, selanjutnya 8
responden atau 34,78 persen tamatan SMA, tingkat Diploma 2 responden
atau 8,69 persen dan Sarjana sebanyak 3 responden atau 13,04 persen.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kondisi sosial kepala keluarga di
Kelurahan Toronipa tergolong rendah bila diukur dari tingkat pendidikan.
4.2 Kondisi/Gambaran Umum Obyek Wisata Pantai
Seacara administratif pantai ini berada di wilayah Kabupaten
Konawe yang merupakan kawasan wisata pantai yang banyak diminati oleh
wisatawan lokal. Berjarak kurang lebih 20 km dari Kota Kendari dan dapat
diakses melalui jalur transportasi darat maupun laut. Toronipa merupakan
daerah yang berada didaerah tropis yang kaya akan sumber daya alam
sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup sebagai
petani dan nelayan namun ada juga yang mencari tambahan penghasilan
49
sebagai pedagang atau penyedia jasa wisata. Toronipa terletak di daerah
khatulistiwa atau daerah tropis.
Kondisi ini Toronipa memiliki potensi seperti vegetasi dan pantai
yang memberikan banyak manfaat bagi aspek kehidupan penduduk
setempat. Kawasan pantai merupakan daerah yang sangat aktif dengan
kondisi ombak yang terus bergejolak dilihat secara sepintas. Kondisi air laut
di pantai yang berwarna kuning kecoklat-coklatan ini menandakan kondisi
air laut banyak mengandung material-material lain seperti lumpur atau pasir
yang ditimbulkan akibat abrasi air laut.
Kondisi pantai ditempat tersebut sebagian besar didominasi oleh
pasir sedimen dengan warna kehitam-hitaman. Hal itu dapat dibuktikan
dengan menggali pasir di daerah tersebut sedalam 50 cm kondisi pasir halus
masih tetap ditemukan. Ini menandakan proses sedimentasi telah
berlangsung lama dan terjadi secara terus menrus. Keadaan ini jelas terlihat
pada gerakan arus air laut di pantai menunjukkan adanya partikel-partikel
pantai yang ikut terbawa arus laut.
Berdasarkan pengamatan melalui GPS pantai ini terletak melintang
dari utara ke selatan dengan arah pantai menghadap ke timur. Daerah ini
juga mengalami pasang surut sebagaimana kondisi pantai lainnya, kemudian
lebar pantai terukur sepanjang 35 m. Sesudah dilakukan pengamatan
nampaknya terjadi pergeseran garis pantai yang berarti juga terjadi
perubahan lebar pantai, yaitu 40 meter akibat dari garis pantai yang surut
sepanjang 5 meter dari garis pantai semula.
50
Kondisi pantai ini sangat dipengaruhi oleh adanya aktivitas
gelombang dan arus laut. Gerakan gelombak laut dipantai tersebut turut pula
membawa material-material lain seperti pasir sedimen yang telah
disinggung sebelumnya, bahkan kadang-kadang turut pula terbawa material
lain seperti bagian-bagian tumbuhan yang terbawa arus dan gelomgang laut.
Secara umum kondisi sedimen ditempat ini terdiri atas dua yaitu sedimen
klasik dan sedimen biogenetik. Sedimen klasik kemungkinan disebabkan
oleh rombakan batuan sedangkan sedimen biogenetik disebabkan oleh sisa-
sisa binatang karang dan sisa-sisa rombakan tumbuhan yang terbawa ke laut
oleh air sungai.
4.3 Potensi Obyek Wisata Pantai
Pantai ini merupakan sebuah pantai indah yang menghadap Laut
Banda dan terletak disebuah teluk yang mengapit Kota Kendari, Provinsi
Sulawesi Tenggara. Pantai ini selalu menjadi rujukan bagi masyarakat
Kendari atau wisatawan yang ingin melepas kepenatan dan menikmati
kesegaran nuansa pantai. Keramah tamahan masyarakat di Kelurahan
Toronipa yang merupakan komunitas campuran dari suku bugis, tolaki,
muna dan jawa selalu membuat pengunjung di pantai yang indah ini merasa
nyaman untuk menikmati panorama laut.
Pantai ini memiliki hamparan pasir putih sepanjang 4 km memutari
teluk dan cukup luas sehingga bisa menampung banyak pengunjung. Pantai
ini juga menawarkan beberapa aktivitas bagi pengunjung seperti
pemancingan ikan, banana boat, menyaksikan matahari terbit dan terbenam
51
serta pengunjung dapat mengunjungi sebuah gua yang berada di ujung
pantai.
Ketinggian air yang hanya sedalam 1 meter di sepanjang pantainya
senantiasa mengundang pengunjung untuk merasakan kesegaran air laut
yang bersih dan kesejukan nuansa alami pantai. Dasar pantai yang landai ini
pula memungkinkan pengunjung merasa aman untuk bermain bersama
anak-anak. Beberapa gazebo yang telah berdiri berderet di pantai ini
menyediakan kenyamanan bagi para pengunjung yang enggan membasahi
diri dengan air laut.
Selain itu, bagi pemburu hidangan kuliner daerah bisa mencicipi sate
pokea (kerang) yang biasa dinikmati bersama gogos atau nasi ketan yang
banyak dijajakan masyarakat setempat bagi pengunjung yang menikmati
keindahan pantai Toronipa. Hidangan alternatif lain yang bisa dinikmati
adalah beragam ikan bakar.
4.4 Kondisi Perekonomian Responden Di Kelurahan Toronipa SebelumAdanya Pengembangan Obyek Wisata Pantai
4.4.1. Aktivitas Ekonomi Responden
Sumber penghidupan masyarakat di Kelurahan Toronipa sebelum
pengembangan obyak wisata pantai pada umumnya adalah nelayan. Sektor
perikanan dan kelautan jenis komoditi yang diusahakan berupa ikan dan
kepiting, sementara dari sektor pertanian jenis komoditi yang dihasilkan
adalah singkong dan
52
Untuk mengetahui jenis aktivitas ekonomi responden Kelurahan
Toronipa sebelum pengembangan kawasan wisata obyek wisata pantai,
penulis sajikan pada Tabel 4.6 berikut :
Tabel 4.6 Jenis Aktivitas Ekonomi Responden di Kelurahan ToronipaSebelum Pengembangan Obyek Wisata Pantai, Tahun 2016
No. Aktivitas EkonomiResponden
(KK)Presentase
(%)1. PNS 2 8,702. Petani 5 21,733. Pedagang 4 17,394. Nelayan 8 34,795. Tukang Kayu/Batu 4 17,39
Jumlah 23 100Sumber : Data Primer, April 2016
Pada Tabel 4.6 nampak bahwa sebagian besar responden bergerak di
perikanan dan kelautan (nelayan) yakni sebanyak 8 kepala keluarga atau
34,79 persen, menyusul responden yang memiliki aktivitas ekonomi sebagai
petani sebanyak 5 kepala keluarga atau 21,73 persen, selanjutnya yang
memiliki aktivitas ekonomi sebagai pedagang dan tukang Kayu/batu yaitu
masing-masing 4 kepala keluarga atau 17,39 persen, sedangkan responden
yang memiliki aktivitas ekonomi sebagai PNS yaitu 2 kepala keluarga atau
8,70 persen.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kehidupan perekonomian responden
dilihat dari aktivitas ekonominya masih relatif kurang baik. Sebab untuk
menjadi nelayan hasil yang diperoleh masih bekum begitu optimal. Karena
para nelayan masih kekurangan sarana penangkapan ikan dan kepiting
masih banyak nelayan yang menggunakan alat tangkap tradisional yang
53
tentu saja pendapatan mereka hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan
sendiri, disamping itu untuk melakukan penangkapan ikan dan kepiting
tergantung musim.
4.4.2 Pendapatan Responden
Pendapatan merupakan nilai bersih penerimaan yang diperoleh
responden dari hasil usaha yang dilakukan baik sebagai petani, nelayan,
pedagang maupun lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum
adanya pengembangan obyek wisata pantai, pendapatan yang diperoleh
responden masih tergolong rendah, untuk lebih jelasnya ditampilkan pada
Tabel 4.7 berikut :
Tabel 4.7 Rata-Rata Pendapatan Responden Sebelum PengembanganObyek Wisata Pantai, Tahun 2016
No. Pendapatan (Rp/Bulan)Responden
(KK)Persentase
(%)1. 750.000,- - 800.000 8 34,792. 850.000,- - 900.000 6 26,083. 950.000,- - 1.000.000 5 21,744. >1.000.000 4 17,39
Jumlah 23 100Sumber : Data Primer (diolah), April 2016
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa sebagian besar responden masih
tergolong pendapatan rendah yaitu sejumlah 8 kepala keluarga atau 34,79
persen, berpendapata sebesar Rp 750.000,- - 800.000,-/bulan. Sedangkan
responden yang mempunyai pendapatan Rp. > 1.000.000,-/bulan sebanyak 4
kepala keluarga atau 17,39 persen.
Bila melihat data-data di atas kondisi perekonomian reponden pada
umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan tradisional dan petani
54
tradisional dan tingkat ketergantungan kepada alam yang sangat tinggi
menyebabkan aktivitas, dimana waktu lebih banyak terbuang percuma
sehingga perubahan ekonomi terkesan begitu lambat. Umumnya masyarakat
di Kelurahan Toronipa masih berpendapatan rendah ini disebabkan mata
pencaharian mereka hanya tergantung pada keadaan alam seperti kegiatan
lain untuk menambah pendapatan tidak ada.
Jadi kesimpulannya mereka belum memiliki pekerjaan sampingan
yang dapat mendukung pekerjaan pokoknya. Uraian di atas memberikan
gambaran kepada kita bahwa obyek wisata pantai sebelum dikembangkan
menjadi obyek wisata, pendapatan masyarakat masih rendah dan belum
dapat memberikan keuntungan yang lebih baik.
4.5 Kondisi Perekonomian Responden Di Kelurahan Toronipa SesudahAdanya Pengembangan Obyek Wisata Pantai
4.5.1 Aktivitas Ekonomi Responden
Adanya kegiatan kepariwisataan sudah dapat dipastikan akan
membuka lapangan kerja dan lapangan usaha, baik langsung maupun tidak
langsung, misalnya di bidang prasarana dan sarana seperti pada
pembangunan Da’Vinci Villa dan Resort yang dapat memakan tahunan ini
berarti memberi peluang kepada pekerjaan untuk dapat menghasilkan uang
dari pekerjaan tersebut.
Banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Kelurahan Toronipa ini,
khusunya di pantai Toronipa dapat memperbaiki keadaan perekonomian
masyarakat, dimana pada saat sebelum pengembangan kawasan wisata
pantai masyarakat banyak yang bekerja sebagai nelayan, petani dan ada pula
55
yang merantau keluar daerah untuk mencari pekerjaan, namun sesudah
adanya pengembangan obyek wisata pantai masyarakat yang tadinya
merantau banyak yang kembali untuk beraktivitas di sektor pariwisata.
Berdasarkan hasil wawancara dengan warga setempat mereka
bekerja sebagai pedagang dan penyedia jasa dan lain-lain yang semuanya itu
untuk memenuhi kebutuhan para wisatawan. Adanya sumber mata
pencaharian itu tentu akan membuat mereka betah tinggal di kampung
halaman serta dengan meningkatnya kunjungan wisatawan dapat merubah
keadaan perekonomian responden ke arah yang lebih baik dibanding
sebelum adanya pengembangan obyek wisata.
Berdasarkan hasil penelitian jenis aktivitas ekonomi tambahan
responden sesudah adanya pengembangan obyek wisata pantai yang
bergerak di sektor pelayanan jasa kepariwisataan dimana responden telah
mendapatkan pekerjaan tambahan yang akan menambah aktivitas responden
kearah yang lebih baik dan akan menambah pendapatan yang lebih besar
dibandingkan dengan sebelum adanya pengembangan wisata pantai. Untuk
lebih jelasnya aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh responden dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut :
56
Tabel 4.8 Jenis Aktivitas Ekonomi Responden Sesudah AdanyaPengembangan Obyek Wisata Pantai, Tahun 2016
No. Aktivitas EkonomiJumlah Responden
(KK)Persentase
(%)
1.Sewa Penginapan danBanana Boat
2 8,70
2.Pedagang dan Jasa (Sewagazebo, Ban, dan RuangBilas)
7 30,43
3.Pedagang dan Jasa (SewaGazebo, dan RuangBilas)
5 21,73
4.Pedagang dan Jasa (SewaBan dan Ruang Bilas)
3 13,05
5. Pedagang 3 13,05
6.Pedagang dan Jasa (SewaRuang Bilas)
2 8,70
7.Pedagang dan Jasa (SewaGazebo)
1 4,34
Jumlah 23 100Sumber : Data Primer (diolah), April 2016
Pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa jenis aktivitas ekonomi sesudah
adanya pengembangan obyek wisata pantai menunjukkan jenis aktivitas
tambahan responden yaitu pedagang dan jasa seperti sewa gazebo, ban, dan
ruang bilas sebanyak 7 kepala keluarga atau 30,43 persen, selanjutnya
pedagang dan jasa seperti sewa gazebo dan ruang bilas sebanyak 5 kepala
keluarga atau 21,73 persen, kemudian pedagang dan jasa seperti sewa ban
dan ruang bilas dan aktivitas pedagang saja masing-masing sebanyak 3
kepala keluarga atau 13,05 persen, selanjutnya pedagang dan jasa seperti
sewa ruang bilas dan yang menyewakan penginapan, banana boat masing-
masing sebanyak 2 kepala keluarga atau 8,70 persen, sedangkan pedagang
dan jasa seperti sewa gazebo saja sebanyak 1 kepala keluarga atau 4,34
persen. Hal ini menunjukkan suatu perubahan ke arah yang lebih baik lagi
57
dimana yang tadinya aktivitas responden hanya sebagai nelayan, petani,
Tukang kayu/batu, pedagang dan PNS akan tetapi dengan adanya
pengembangan obyek wisata pantai ternyata seluruh responden mendapat
pekerjaan sampingan dalam bidang pariwisata.
Salah satu alasan yang memungkinkan seorang individu untuk tetap
bertahan dalam suatu pekerjaannya adalah karena rata-rata responden yang
terlibat dalam aktivitas ekonomi di Kelurahan Toronipa memiliki tingkat
pendidikan rendah sehingga peluang untuk memperoleh pekerjaan yang
layak sulit diperoleh.
Beberapa tarif fasilitas di obyek wisata pantai yang disiapkan oleh
masyarakat untuk wisatawan dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut :
Tabel 4.9 Jenis Usaha dan Tarif di Obyek Wisata Pantai, Tahun 2016No. Jenis Usaha Tarif (Rp)1 Gazebo Rp. 100.0002 Ban Pelampung Rp. 5.000 dan 10.0003 Ruang Bilas Rp. 2.5004 Banana Boat Rp. 25.0005 Penginapan Rp. 150.000Sumber : Data Primer, April 2016
Tabel 4.9 menunjukkan berbagai jenis usaha dan tarifnya yang ada di
obyek wisata pantai. Jenis usaha tersebut merupakan bisnis yang sangat
berkembang dan memberikan dampak terhadap peningkatan pendapatan
masyarakat. Jenis usaha tersebut antara lain gazebo, ban pelampung, ruang
bilas, banana boat dan penginapan. Gazebo berfungsi sebagai tempat
istrahat bagi pengunjung yang ingin bersantai menikmati pemandangan
58
pantai. Tarif gazebo untuk sekali pakai adalah Rp. 100.000 dengan tidak
membatasi jumlah penyewa.
Fasilitas renang yang disewakan di pantai adalah ban pelampung dan
banana boat. Ban pelampung terdiri dari berbagai ukuran dengan tarif sekali
pakai untuk ukuran kecil dan sedang adalah Rp. 5.000 serta ukuran paling
besar Rp. 10.000. Sementara, untuk banana boat sekali pakai selama 30
menit dengan kapasitas berjumlah 6 orang dikenakan tarif Rp. 25.000 per
orang, sehingga jumlah tarif yang diperoleh adalah Rp. 150.000.
Jenis usaha lain yang disewakan adalah ruang bilas dan penginapan.
Ruang bilas digunakan pengunjung untuk membersihkan diri dan ganti
pakaian dengan tarif untuk sekali pakai adalah Rp. 2500. Sedangkan untuk
sewa penginapan per kamar dikenakan tarif Rp.150.000 selama 24 jam.
Pantai ini pula memiliki makanan khas yaitu sate pokea dengan
harga Rp. 1.000.00/tusuk, es kelapa Rp. 7.000.00/gelas, dan ikan bakar Rp.
15.000.00 dalam 1 porsi, akan tetapi ikan bakar ini hanya tersedia pada hari
libur seperti tahun baru dan libur hari besar.
4.5.2 Pendapatan Responden
Pada bagian awal telah di kemukakan mengenai jumlah pendapatan
yang diperoleh masyarakat sebelum pengembangan obyek wisata pantai
Toronipa. Sebagaimana halnya dengan ciri pariwisata pada umumnya yaitu
memberikan efek yang positif bagi masyarakat di sekitar obyek wisata
tersebut. Adanya obyek wisata maka masyarakat dapat memperoleh
pekerjaan tambahan (sampingan). Kondisi ini mengakibatkan masyarakat
59
akan memperoleh tambahan pendapatan, demikian pula yang terjadi di
Kelurahan Toronipa dengan dikembangkannya obyek wisata pantai baik
pendapatan masyarakat setempat maupun sarana dan prasarana di Kelurahan
akan meningkat dan lebih baik.
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa pendapatan responden
umumnya di atas rata-rata dan mengalami peningkatan sesudah adanya
pengembangan pariwisata pantai, hal ini disebabkan selain pendapatan
pokok responden meningkat mereka juga mempunyai pendapatan lain dari
pekerjaan sampingan yang lebih menguntungkan. Pekerjaan sampingan
yang dimaksud seperti pedagang, penyedia banana boat, penyedia
pelampung ban serta masih banyak jasa-jasa lainnya yang dibutuhkan oleh
para wisatawan. Untuk lebih jelasnya rata-rata jumlah pendapatan
responden sesudah adanya pengembangan obyek wisata pantai, penulis
sajikan pada Tabel 4.10 berikut :
Tabel 4.10 Rata-Rata Pendapatan Responden Sesudah AdanyaPengembangan Obyek Wisata Pantai, Tahun 2016
No. Pendapatan (Rp/Bulan)Responden
(KK)Presentase
(%)1. 750.000,- - 800.000 - -2. 850.000,- - 900.000 - -3. 950.000,- - 1.000.000 4 17,394. > 1.000.000 19 82,61
Jumlah 23 100Sumber : Data Primer (diolah), April 2016
Tabel 4.10 menunjukan bahwa rata-rata pendapatan responden
sesudah adanya pengembangan obyek wisata pantai meningkat yakni,
sebanyak 19 kepala keluarga atau 82,61 persen memiliki pendapatan diatas
60
Rp. > 1000.000,-/bulan, sedangkan responden yang berpendapatan Rp.
700.000,- - 800.000,- dan Rp. 850.000,- - 900.000,-/bulan tidak ada sama
sekali.
Pendapatan responden yang semakin meningkat tersebut maka
pemenuhan kebutuhan responden (masyarakat) atau keluarganya semakin
terpenuhi baik kebutuhan primer maupun sekunder, sehingga kesejahteraan
masyarakat atau keluarga diasumsikan akan semakin baik dari sebelum
adanya pengembangan obyek wisata pantai.
4.6 Dampak Pengembangan Wisata Pantai Terhadap PerekonomianMasyarakat
4.6.1 Aktivitas Ekonomi dan Pendapatan Masyarakat
Adanya pengembangan wisata pantai maka dampak perekonomian
terlihat dari aktivitas masyarakat menunjukkan suatu perubahan kearah yang
lebih baik, dimana sebelum pengembangan obyek wisata pantai aktivitas
responden sebagian besar adalah petani dan nelayan serta yang lainnya
sebagai pedagang, tukang kayu/batu dan PNS. Namun dengan adanya
pengembangan obyek wisata pantai responden mendapatkan pekerjaan
sampingan (tambahan) untuk menambah pendapatan.
Rekapitulasi keadaan aktivitas dan pendapatan responden sebelum
dan sesudah pengembangan obyek wisata pantai penulis sajikan pada Tabel
4.11 berikut:
61
Tabel 4.11 Perbandingan Aktivitas Ekonomi Responden Sebelum danSesudah Pengembangan Obyek Wisata Pantai, Tahun 2016
Aktivitas EkonomiSebelum
Pengembangan
Resp.(KK)
Pendapatan(Rp)
Aktivitas EkonomiTambahan Sesudah
Pengembangan
Pendapatan(Rp)
PNS2
2.000.000 Sewa Penginapan danBanana Boat
4.000.0004.000.0002.000.000
Petani
5
800.000
Pedagang dan Jasa (Sewagazebo, ban, ruang bilas)
1.000.000
900.000 2.500.000
750.000 1.000.000
750.000 1.000.000
800.000 2.500.000
Pedagang
4
1.000.000
Pedagang dan Jasa (Sewagazebo, ban, ruang bilas)
2.000.000
1.500.000 3.000.000
1.000.000 2.500.000
1.500.000 2.500.000Nelayan
8
900.000
Pedagang dan Jasa (Sewagazebo, ban, ruang bilas)
2.500.000
900.000 2.000.000
850.000 2.000.000
800.000 1.500.000
800.000 1.500.000
750.000 2.000.000
900.000 2.000.000
800.000 1.500.000
Tukang Kayu/Batu
4
900.000
Pedagang dan Jasa (Sewagazebo, ban, ruang bilas)
3.000.000
1.000.000 2.500.000
1.000.000 2.000.000
1.000.000 3.000.000
Jumlah 23Sumber : Data Primer, April 2016
Tabel 4.11 menunjukan perbandingan aktivitas dan pendapatan
responden sebelum dan sesudah pengembangan obyek wisata pantai.
Sebelum pengembangan obyek wisata masyarakat hanya memenuhi
kebutuhan hidupnya sebagian besar dengan cara bertani, mencari ikan,
62
berdagang dan tukang kayu/batu. Hanya sebagian kecil yakni 2 responden
yang memiliki pekerjaan sebagai PNS. Namun sesudah adanya
pengembangan wisata pantai aktivitas masyarakat meningkat dengan kata
lain masyarakat sudah memperoleh pekerjaan tambahan diantaranya
responden sebagai PNS pekerjaannya bertambah yaitu menyewakan
penginapan dan banana boat, responden sebagai petani, nelayan, pedagang
dan tukang kayu/batu pekerjaanya bertambah yaitu berdagang dan
menyewakan jasa seperti ban pelampung, gazebo, dan ruang bilas.
Peningkatan juga terjadi pada pendapatan dimana sebelum
pengembangan obyek wisata sebagian besar responden yang bekerja sebagai
petani, nalayan dan tukang batu/kayu berpendapatan di bawah Rp.
1.000.000/bulan. Sedangkan PNS dan Pedagang rata-rata berpendapatan
diatas Rp. 1.000.000 sampai dengan Rp. 2.000.000/bulan. Namun setelah
pengembangan wisata pantai pendapatan responden petani, nalayan dan
tukang batu/kayu meningkat menjadi Rp. 1.000.000 sampai dengan
Rp. 3.000.000/bulan. Begitu juga pendapatan PNS dan pedagang meningkat
menjadi Rp. 2.000.000 sampai dengan Rp. 4.000.000/bulan. Rata-rata
pendapatan sebelum pengembangan obyek wisata adalah Rp. 1.026.087 dan
sesudah pengembangan adalah Rp. 2.239.130, maka persentase peningkatan
rata-rata pendapatan adalah 178%. ( Lihat Lampiran 1)
4.7 Pembahasan
Pengembangan kawasan wisata pantai adalah salah satu bentuk
pengelolaan kawasan wisata yang berupaya dan bertujuan untuk memberikan
63
manfaat terutama bagi perlindungan, pelestarian serta pemanfaatan potensi
wisata dan jasa lingkungan sumber daya alam khususnya di wilayah pesisir
pantai. Di lain pihak, masyarakat dapat merasakan manfaatnya secara
langsung di sektor kepariwisataan melalui terbukanya lapangan usaha yang
menciptakan kesempatan kerja baru serta mampu meningkatkan pendapatan
baik bagi masyarakat. Pengembangan kawasan wisata bahari membutuhkan
penentuan lokasi yang tepat dari setiap wilayah supaya tidak terjadi
permasalahan kepentingan antara pertumbuhan pemukiman dengan kawasan
wisata bahari yang dikelola dan dimanfaatkan bagi kegiatan rekreasi.
Penyelenggaraan kepariwisataan juga ditujukan untuk meningkatkan
pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat, memperluas, memeratakan kesempatan berusaha dan
lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan dan
mendaya gunakan obyek dan daya tarik wisata di Indonesia serta memupuk
rasa cinta tanah air dan mempererat persahabatan antar bangsa.
Perkembangan pariwisata juga mendorong dan mempercepat
pertumbuhan ekonomi. Kegiatan pariwisata menciptakan permintaan, baik
konsumsi maupun investasi yang pada gilirannya akan menimbulkan
kegiatan produksi barang dan jasa. Selama berwisata, wisatawan akan
melakukan belanja, sehingga secara langsung menimbulkan
permintaan (Tourism Final Demand) pasar barang dan jasa. Selanjunya
final demand wisatawan secara tidak langsung menimbulkan permintaan
akan barang modal dan bahan baku (Investmen Derived Demand) untuk
64
berproduksi memenuhi permintaan wisatawan akan barang dan jasa
tersebut. Dalam usaha memenuhi permintaan wisatawan diperlukan
investasi di bidang transportasi dan komunikasi, perhotelan dan akomodasi
lain, industri kerajinan dan industri produk konsumen, industri jasa, rumah
makan restoran dan lain-lain.
Sehubungan dengan pesatnya perkembangan pariwisata, pola
pembangunan berkelanjutan tersebut sangat cocok diterapkan dalam
pengembangan pariwisata ini bertujuan untuk melestarikan keberadaan
pariwisata yang ada sekarang ini kepada generasi yang akan datang.
Pembangunan pariwisata difokuskan pada tiga aspek utama yaitu ekonomi,
sosial-budaya, dan lingkungan.
Untuk mengetahui besarnya dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh
suatu kegiatan, komponen-komponen dan fungsi sistem ekonomi beserta
pranata lainnya perlu diperhatikan antara lain :
1. Bahwa sistem ekonomi tersusun atas hubungan timbal balik dari pelaku-
pelaku ekonomi dan organisasi.
2. Bahwa sistem ekonomi mengatur perubahan dari persediaan bahan
mentah menjadi barang jadi.
3. Bahwa sistem ekonomi menentukan distribusi dari barang dan jasa yang
diperlukan.
4. Bahwa sistem ekonomi mempengaruhi persepsi ruang mengenai barang
dan jasa yang dibutuhkan.
65
Perkembangan pariwisata mempunyai pengaruh dan hubungan
interpenden dengan pengembangan sektor lainnya, terutama terhadap sektor
industri kecil dan kerajinan rumah tangga, stabilitas lingkungan hidup.
Dampak yang ditimbulkan sebagai akibat adanya aktivitas ekonomi sangat
tergantung pada sistem ekonomi yang ada di daerah tersebut.
Aktivitas pariwisata akan mempengaruhi model ekonomi yang ada
di daerah wisata. Perubahan yang terjadi karena aktivitas pariwisata sangat
berpengaruh pula pada struktur dan ekonomi daerah. Kesempatan kerja,
pendapatan perkapita maupun distribusinya akan memberikan peluang
kepada peningkatan produksi maupun kesejahteraan masyarakat secara
keseluruhan. Adanya perubahan kondisi ekonomi masyarakat mendorong
komponen-komponen ekonomi untuk merubah lingkungannya sesuai
dengan kemampuan daya dukung lingkungan, baik dalam bentuk
kelembagaan maupun infrastrukturnya. Tumbuhnya aktivitas-aktivitas
ekonomi baru mendorong pranata-pranata sosial yang ada dalam suatu
masyarakat untuk menyesuaikan diri terhadap perkembangan ekonomi yang
ada.
Pariwisata merupakan industri yang padat karya karena tenaga kerja
sulit diganti dengan modal atau peralatan. Semua sektor akomodasi
dikatakan relatif lebih padat karya dibandungkan pada sektor lainnya,
sehingga pariwisata sebagai sumber penciptaan lapangan pekerjaan.
Pariwisata merupakan sumber pokok dari pekerjaan pada tingkat regional,
akan tetapi jumlah dan jenis pekerjaannya bermacam-macam dan berbeda
66
antar daerah dan tergantung pada struktur industri pariwisata, khususnya
untuk pekerjaan musiman. Hubungan antara pekerjaan dalam industri
pariwisata dan pekerjaan runah tangga harus dipertimbangkan. Apakah
pekerjaan pariwisata merupakan pekerjaan pokok atau sementara saja.
kemudian begitu pula yang dibahas dalam penelitian ini, dengan adanya
pengembangan wisata pantai maka dampak perekonomian terlihat dari
aktivitas masyarakat menunjukkan suatu perubahan kearah yang lebih baik,
dimana sebelum pengembangan obyek wisata pantai aktivitas masyarakat
sebagian besar adalah petani dan nelayan serta yang lainnya sebagai
pedagang, tukang kayu/batu dan PNS. Namun dengan adanya
pengembangan obyek wisata pantai masyarakat mendapatkan pekerjaan
sampingan (tambahan) untuk menambah pendapatan. Berdasarkan
penelitian dikatakan meningkat dilihat dari persentase peningkatan rata-rata
pendapatan yaitu 178%.
Pengembangan kawasan wisata bahari harus lebih diarahkan dan
dipergunakan dalam upaya pengembangan kawasan wisata ramah
lingkungan. Pengembangan kawasan wisata bahari juga perlu
mengetengahkan faktor kewaspadaan terhadap dampak lingkungan menjadi
sangat penting, terutama dari kunjungan wisatawan yang tidak terkendali
guna memelihara keberlanjutan kualitas lingkungan hidup khususnya dalam
menjamin pembangunan dalam bidang ekonomi yang berkelanjutan. Bidang
Lingkungan Hidup, pada dasarnya pengembangan pesisir adalah
memanfaatkan kondisi lingkungan yang menarik. Jadi pengembangan wisata
67
alam senantiasa keadaan baik dan tentu menghindari kerusakan. Perencanaan
pariwisata yang baik, teratur dan terarah, secara tidak langsung lingkungan
akan terjaga dengan baik.
Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk
dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah. Usaha
memperbesar pendapatan asli daerah, maka program pengembangan dan
pendayagunaan sumber daya dan potensi pariwisata daerah diharapkan dapat
memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi. Secara luas pariwisata
dipandang sebagai kegiatan yang mempunyai multidimensi dari rangkaian
suatu proses pembangunan.
Obyek wisata yang dikembangkan berupa obyek wisata budaya dan
obyek wisata alam. Sebagian besar obyek wisata yang berada di Kabupaten
Konawe adalah obyek wisata alam, baik obyek wisata darat (agrowisata)
maupun wisata pantai. Sedang obyek wisata budaya relatif belum banyak
dikembangkan dan belum ditangani secara optimal, misal seni-seni
tradisional. Obyek wisata pantai sebagian belum dikembangkan secara
maksimal oleh pemerintah Kabupaten Konawe dianggap sebagai sektor yang
mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Keseriusan
penanganan sektor pariwisata maupun pembangunan secara tahunan
pemerintah Kabupaten Konawe khususnya Kelurahan Toronipa. Obyek
wisata ini ramai dikunjungi wistawan baik wisatawan mancnaegara mupun
wisatawan nusantara.
68
Oleh karena itu pariwisata perlu mendapat perhatian yang serius dari
pembuat kebijakan dalam negeri dan perancang kesepakatan perdagangan
internasional, mengingat pariwisata di masa mendatang merupakan
penyumbang besar kesejahteraan ekonomi dunia.
69
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai dampak
pengembangan wisata bahari pantai Toronipa terhadap perekonomian
masyarakat di Kelurahan Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pengembangan obyek wisata pantai Toronipa memberikan dampak
positif terhadap aktivitas perekonomian masyarakat. Sebelum
pengembangan wisata pantai Toronipa, sebagian besar masyarakat
bekerja sebagai petani dan nelayan, namun sesudah pengembangan
obyek wisata pantai aktivitas ekonomi meningkat. Masyarakat mendapat
pekerjaan tambahan sebagai pedagang makanan dan minuman serta
penyedia jasa berupa fasilitas yang di sewakan untuk wisatawan seperti
gazebo, ruang bilas, ban pelampung, banana boat dan penginapan.
2. Pengembangan obyek wisata pantai juga berdampak pada pendapatan
masyarakat, dimana sebelum pengembangan obyek wisata pantai tingkat
pendapatan responden masih tergolong rendah yaitu sebanyak 4 kepala
keluarga atau 17,39 persen berpendapatan Rp. > 1.000.000,-/bulan.
Sesudah adanya pengembangan obyek wisata pantai pendapatan
responden mengalami peningkatan yakni sebanyak 19 kepala keluarga
atau 82,61 persen memiliki pendapatan Rp. > 1.000.000,-/bulan. Jadi
secara keseluruhan persentase rata-rata pendapatan adalah 178%.
69
70
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka disarankan agar pemerintah
daerah setempat, khususnya Dinas Pariwisata untuk mengoptimalkan
pendidikan dalam pengembangan pariwisata maka pemerintah harus
membangun pendidikan kepariwisataan, pelatihan kepariwisataan, dan
meningkatkan sarana dan prasarana serta fasilitas rekreasi dengan lebih baik
lagi di obyek wisata pantai Toronipa, maka masyarakat diharapkan dapat
meningkatkan kegiatan usahanya dengan menyediakan berbagai fasilitas
rekreasi dan dagangannya yang pada dan akhirnya akan meningkatkan
pendapatan masyarakat sehingga masyarakat dapat merasakan dampak
pengembangan obyek wisata pantai Toronipa.
71
DAFTAR PUSTAKA
Ackley, Gardner., 1991. Teori Ekonomi Makro. Terjemahan Paul Sitohang.Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Dewi, K., 2013, “Dampak Perkembangan Wisata Bahari Terhadap EkonomiMasyarakat Pesisir Kabupaten Batu Bara”. Jurusan Pendidikan Sejarah,Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Medan.
Djojohandikusumo, Soemitro. 1985. Ekonomi Kerakyatan dan Pengusaha KecilIndonesia Tantangan Masa Depan. FE UI. Jakarta.
Dirjen Pariwisata. 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata. UI-Press, Jakarta.
Dahuri, et al. 2001. Pengolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan SecaraTerpadu. Pradnya Paramita. Bogor.
Dara Windiarti, 1994, Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap kehidupanSosial Di NTT. Pendidikan Budaya Nusa Tenggara Timur. Kupang
Fandeli, C.H., 1995. Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam, LibertyYogyakarta.
Hadinoto, K., 1996, Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata, UI Press.Jakarta.
Hadipranoto. S. L., 2011. “Dampak Pengembangan Wisata Bahari Pantai NamboTerhadap Kondisi Ekonomi Masyarakat Wilayah Pesisir di KelurahanNambo Kecamatan Abeli Kota Kendari”. Jurusan Ilmu Ekonomi dan StudiPembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Haluoleo.
Gautama, I., G., A., G., O., 2011. “Evaluasi Perkembangan Wisata Bahari diPantai Sanur”. Program Studi Kajian Pariwisata Program PascasarjanaUniversitas Udayana Denpasar.
Irianto, 2011. “Dampak Pariwisata Terhadap Kehidupan Sosial dan EkonomiMasyarakat di Gili Trawangan Kecamatan Pemenang Kabupaten LombokUtara”. Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan. Vol. 7 No.3.
James, J Spillane, 1985. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya, Kanisus.Yogyakarta.
James, J Spillane, 1987. Pariwisata Indonesia Sejarah dan Prosprknya.Yogyakarta : Kanisius.
72
Kamaluddin Rustin, 1992. “Beberapa Aspek dan Pelaksanaan KebijaksanaanPembangunan di Daerah”. LPEF-UI. Jakarta.
Moh. Reza Tritawinata, 1986. Daya Tarik dan Pengelolaan Agro Wisata, PenebarSawadaya. Jakarta.
Nurisyah, S., 2001. “Rencana Pengembangan Fisik Kawasan Wisata Bahari diWilayah Pesisir Indonesia”. Buletin Taman dan Lanskap Indonesia.
Pendit, N.S., 1986. Ilmu Pariwisata, Sebuah Pengantar Perdana, PT. PradyaParamita. Jakarta.
Pitana, I Gede dan Gayatri, Putu G., 2005, Sosiologi Pariwisata, Yogyakarta :CV. Andi Offset.
Priasukmana, S. Dan R. Mohamad Mulyadin. 2001. Pembangunan Desa Wisata :Pelaksanaan Undang-Undang Otonomi Daerah. Info Sosial Ekonomi.
Ramli, 2009 Materi Kuliah Statistik Program Studi Pendidikan Ekonomi danPPKN, Universitas Haluoleo. Kendari.
Risdawati, B., Boedijono, dan Dina Suryawati, 2013, “Dampak PembangunanWisata Bahari Lamongan Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli DaerahKabupaten Lamongan”. Fakultas Sosial dan Ilmu Politik, UniversitasJember.
Rizal Isahaq, 2000, Dampak Sosial Ekonomi dan Budaya Kepariwisataan PantaiUjong Blang Lhokseumawe Propinsi Daerah Istimewa Aceh, Tesis S2,Yogyakarta.
Sadono, Sukirno, 1994. Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Raja Grafindo, Jakarta.
Soemarwoto, Otto., 2001. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan.Djambatan, Jakarta.
Todaro, M.P., 1985. Ilmu Ekonomi Bagi Negara-Negara Sedang Berkembang,Buku I, Akademika Presindo, Jakarta.
Wahab, Saleh, 1989. Manajemen Pariwisata PT. Paradaya Paramitha. Jakarta.
Winardi, 1982. Kamus Ekonomi, Alumni Bandung.
Wiranatha, 2008. Agung Suryawan., 21 Januari 2008. Pengelolaan Objek WisataBerbasis Masyarakat (Debat Publik), Bali Post.
73
Yoeti, Oka A, 1985. Pariwisata Budaya Masalah dan Solusinya. Jakarta : PT.Pradnya Paramita.
Yoeti, Oka A, 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata, Angkasa Bandung.
74
Lampiran 1A. Perbandingan Aktivitas Ekonomi Responden Sebelum dan Sesudah
Pengembangan Obyek Wisata Pantai, Tahun 2016
No. NamaResponden
Aktivitas EkonomiSebelum Sesudah
1 Muhaimin Lubis Pedagang Jasa (Sewa Gazebo dan Ruang Bilas)2 Junaeda H PNS Sewa Banana Boat dan Penginapan
3 Jumrin J PetaniPedagang + Jasa (Sewa Gazebo,Bandan Ruang Bilas)
4 Ahmad Fausin NelayanPedagang + Jasa (Sewa Gazebo, SewaBan, dan Ruang Bilas)
5 Nur Aeni PNS Sewa Banana Boat dan Penginapan6 Sahabudin Petani Pedagang7 Amina Petani Pedagang8 Haerani Petani Pedagang
9 Bahtiar Hasirun PedagangJasa (Sewa Gazebo, Sewa Ban, danRuang Bilas)
10 Sapto Tukang Kayu/BatuPedagang + Jasa (Sewa Gazebo, SewaBan, dan Ruang Bilas)
11 Agussalim Pedagang Jasa (Sewa Gazebo dan Ruang Bilas)
12 Nur Lina Tukang Kayu/BatuPedagang + Jasa (Sewa Gazebo danRuang Bilas)
13 Junaeda Tukang Kayu/BatuPedagang + Jasa (Sewa Ban dan RuangBilas)
14 Hasnia S PedagangPedagang + Jasa (Sewa Gazebo, RuangBilas dan Ban)
15 Musdalifah Tukang Kayu/BatuPedagang + Jasa (Sewa Gazebo, Bandan Ruang Bilas)
16 Agusnawati NelayanPedagang + Jasa (Sewa Ban dan RuangBilas)
17 Muksin NelayanPedagang + Jasa (Sewa Ban dan RuangBilas)
18 Ma’ruf Nelayan Pedagang + Jasa (Sewa Ruang Bilas)19 Sunandar Nelayan Pedagang + Jasa (Sewa Gazebo)
20 Iqbal NelayanPedagang + Jasa (Sewa Gazebo danRuang Bilas)
21 Isnah A.md NelayanPedagang + Jasa (Sewa Ruang Bilasdan Ban)
22 La Gunu Nelayan Pedagang + Jasa (Sewa Ruang Bilas)
23 Sukri. P PetaniPedagang + Jasa (Sewa Gazebo, Bandan Ruang Bilas)
Sumber : Data Primer, April 2016
75
Lampiran 1B. Perbandingan Pendapatan Responden Sebelum dan Sesudah
Pengembangan Obyek Wisata Pantai, Tahun 2016
No.Nama
RespondenPendapatan
Sebelum Sesudah1 Muhaimin Lubis Rp. 1.000.000 Rp. 2.000.0002 Junaeda H Rp. 2.000.000 Rp. 4.000.0003 Jumrin J Rp. 900.000 Rp. 2.500.0004 Ahmad Fausin Rp. 900.000 Rp. 2.500.0005 Nur Aeni Rp. 2.000.000 Rp. 4.000.0006 Sahabudin Rp. 800.000 Rp. 1.000.0007 Amina Rp. 750.000 Rp. 1.000.0008 Haerani Rp. 750.000 Rp. 1.000.0009 Bahtiar Hasirun Rp. 1.500.000 Rp. 3.000.00010 Sapto Rp. 900.000 Rp. 3.000.00011 Agussalim Rp. 1.000.000 Rp. 2.500.00012 Nur Lina Rp. 1.000.000 Rp. 2.500.00013 Junaeda Rp. 1.000.000 Rp. 2.000.00014 Hasnia S Rp. 1.500.000 Rp. 2.500.00015 Musdalifah Rp. 1.000.000 Rp. 3.000.00016 Agusnawati Rp. 900.000 Rp. 2.000.00017 Muksin Rp. 850.000 Rp. 2.000.00018 Ma’ruf Rp. 800.000 Rp. 1.500.00019 Sunandar Rp. 800.000 Rp. 1.500.00020 Iqbal Rp. 750.000 Rp. 2.000.00021 Isnah A.md Rp. 900.000 Rp. 2.000.00022 La Gunu Rp. 800.000 Rp. 1.500.00023 Sukri. P Rp. 800.000 Rp. 2.500.000
Jumlah Rp. 23.600.000 Rp. 51.500.000Rata-Rata Rp. 1.026.087 Rp. 2.239.130
Sumber : Data Primer, April 2016
76
Lampiran 2.Gambar Obyek Wisata Pantai Sebelum di Kembangkan
77
Lampiran 2Gambar Obyek Wisata Pantai Sesudah di Kembangkan