13
MEMBANGUN KUALITAS MELALUI STRATEGI INFORMASI DAN SUPPLY-CHAIN MANAGEMENT PADA INDUSTRI CPO Nelita Enggasari Program Studi Teknik Industri UGM Abstrak This paper describes about journal review in order to analyze more deeply to get a new enlightenment of SCM implementation in the real industry also the strategy should be taken. journal is written by Setiadi Djohar, Hendri Tanjung and Eko Ruddy Cahyadi which studied a the best SCM solution implemented in Agroindustry sector. This research is purpose to mappi SCM problems in PT. Eka Dura Indonesia. The method It is used is modeling a SCM simulation that it could be a tool of SCM analysis in order of quality improvement. The second journal Yasrin Zabidi which discuss about SCM strategy in information and material flows management achieve a competition victory. This journal author’s objective is emphasize the necessary o strategy in many business sector. The method it is used is literature study. From this revi deepen understanding about study of Logistic and Supply-Chain Management; what ar strategies, how to develope it, in the real application of any industry sector. explaination that information system also hold a necessary role of successful SCM implement Key words : supply-chain management, information, quality, competitive advantage 1. PENDAHULUAN Kegiatanindustri tidak lepas darihubungan atau transaksi antara supplier- customer untuk dapat memberikan keberlangsungan aktivitas produksi. Hubungan yang sinergis diperlukan untuk meningkatkan performa dari kinerja suatu perusahaan. Peningkatan performa kinerja ini akan berimbas pada peningkatan kualitas baik dari produk, pelayanan, maupun akreditasi perusahaan. Peningkatan kualitas secara berkelanjutan (continous improvement ) akan bermuara pada satu titik tujuan, yaitu peningkatan produktivitas dan profit. Oleh karenanya, kegiatan supply-chain menega interaksi antar fungsi pemasaran, pembelian dan produksi pada suatu perusahaan (Siagian, 2005). SCM atau manajemen rantai pasokan merupakan kegiatan pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam rangka memperoleh bahan mentah menjadi barang dalam proses dan barang jadi kemudian mengirimkan produk tersebut ke konsumen m sistem distribusi (Heizer&Render, 2004). Kualitas menjadi hal yang memegang peranan penting dalam keberlangsungan industri. Dalam ISO 9000:2000, kualitas didefinisikan sebagai derajat dari karakteristik yang melekat untuk memenuhi keperluantertentu (Besterfield, 2003). Kualitas menjadi indikasi pertama dalam pengambilan keputusan customer untuk membeli produk dari supplier . Karenanya, dibutuhkan suatu strategi untuk membangun kualitas itu sendiri, salah satunya adalah dengan manajemen informasi dan rantai pasokan. Jurnal yang direview kali ini bertujuan untuk membahas dan mencar terhadap permasalahan rantai pasokan yang ada pada PT. EDI, sebuah perusa 1 Review Jurnal Logistic & Supply Chain Management 2007

Review Jurnal Publish

Embed Size (px)

Citation preview

MEMBANGUN KUALITAS MELALUI STRATEGI INFORMASI DAN SUPPLY-CHAIN MANAGEMENT PADA INDUSTRI CPO

Nelita Enggasari Program Studi Teknik Industri UGM

Abstrak

This paper describes about journal review in order to analyze more deeply to get a new enlightenment of SCM implementation in the real industry also the strategy should be taken. The first journal is written by Setiadi Djohar, Hendri Tanjung and Eko Ruddy Cahyadi which studied a case of the best SCM solution implemented in Agroindustry sector. This research is purpose to mapping SCM problems in PT. Eka Dura Indonesia. The method It is used is modeling a SCM simulation so that it could be a tool of SCM analysis in order of quality improvement. The second journal written by Yasrin Zabidi which discuss about SCM strategy in information and material flows management to achieve a competition victory. This journal authors objective is emphasize the necessary of SCM strategy in many business sector. The method it is used is literature study. From this review, result a deepen understanding about study of Logistic and Supply-Chain Management; what are the strategies, how to develope it, in the real application of any industry sector. Besides, give an explaination that information system also hold a necessary role of successful SCM implementation. Key words : supply-chain management, information, quality, competitive advantage

1. PENDAHULUAN Kegiatan industri tidak lepas dari hubungan atau transaksi antara suppliercustomer untuk dapat memberikan keberlangsungan aktivitas produksi. Hubungan yang sinergis diperlukan untuk meningkatkan performa dari kinerja suatu perusahaan. Peningkatan performa kinerja ini akan berimbas pada peningkatan kualitas baik dari segi produk, pelayanan, maupun akreditasi perusahaan. Peningkatan kualitas secara berkelanjutan (continous improvement) akan bermuara pada satu titik tujuan, yaitu peningkatan produktivitas dan profit. Oleh karenanya, kegiatan supply-chain menegaskan interaksi antar fungsi pemasaran, pembelian dan produksi pada suatu perusahaan (Siagian, 2005). SCM atau manajemen rantai pasokan merupakan kegiatan pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam rangka memperoleh bahan mentah menjadi barang dalam proses dan barang jadi kemudian mengirimkan produk tersebut ke konsumen melalui sistem distribusi (Heizer&Render, 2004). Kualitas menjadi hal yang memegang peranan penting dalam keberlangsungan industri. Dalam ISO 9000:2000, kualitas didefinisikan sebagai derajat dari serangkaian karakteristik yang melekat untuk memenuhi keperluan tertentu (Besterfield, 2003). Kualitas menjadi indikasi pertama dalam pengambilan keputusan customer untuk membeli produk dari supplier. Karenanya, dibutuhkan suatu strategi untuk membangun kualitas itu sendiri, salah satunya adalah dengan manajemen informasi dan rantai pasokan. Jurnal yang direview kali ini bertujuan untuk membahas dan mencari solusi terhadap permasalahan rantai pasokan yang ada pada PT. EDI, sebuah perusahaan 1 Review Jurnal Logistic & Supply Chain Management 2007

pemasok minyak kelapa sawit, yang pada kasus kali ini SCM sangat berpengaruh pada kualitas kelapa sawit yang akan diproses. Keutamaan dari jurnal ini ialah menggunakan model simulasi sebagai tools untuk mencari solusi. Sehingga dari studi kasus ini dihasilkan alternatif perbaikan yang dapat dilakukan. Pada jurnal kedua dibahas secara eksplisit bagaimana solusi dari permasalahan SCM ditinjau dari segi pengelolaan informasi dan aliran material dengan strategi penerapan dari prinsip-prinsip SCM yang harus dipegang oleh sebuah perusahaan. Sehingga kedua jurnal ini seolah-olah dapat melengkapi satu sama lain karena keterkaitan antara permasalahan yang didapat dan solusi yang diperlukan. Diharapkan dengan adanya review kedua jurnal ini didapatkan suatu pemahaman mendalam akan pentingnya peningkatan kualitas produk yang salah satunya dapat dicapai melalui penerapan strategi SCM. Review jurnal ini hanya membatasi pada masalah Supply-Chain antara lokasi awal sumber daya alam dengan pemasok yang dapat mempengaruhi kualitas sumber daya alam itu sendiri, ditinjau dari kacamata strategi pengelolaan informasi dan rantai pasok. 2.1. ULASAN JURNAL PERTAMA Jurnal pertama merupaka sebuah studi kasus permasalahan rantai pasok CPO (Crude Palm Oil) atau minyak kelapa sawit pada salah satu anak perusahaan Astra Argo Lestari, yaitu PT. Eka Dura Indonesia (EDI) yang berlokasi di Riau. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan permasalahan supply-chain CPO mulai dari kebun, kontraktor angkutan, pabrik, tangki timbun CPO, dan konsumen industri yang berkaitan dengan keunggulan nilai dan produktivitas. Selain itu, studi kasus ini bertujuan untuk membangun model simulasi SCM dengan software Stella 4.0.2 sebagai strategic tool dalam mengembangkan strategi mencapai keunggulan kompetitif (Djohar et.al, 2003). Metode penelitian yang digunakan penulis adalah observasi dan wawancara lapangan. Penelitian tentang kasus ini menggunakan pendekatan sistem dan model simulasi dalam memahami SCM (Djohar et.al, 2003). Langkah selanjutnya adalah pertama kali memilah data dan mengidentifikasi permasalahan dengan menggunakan salah satu tools quality control, yaitu cause and effect Diagram atau Fishbone Diagram yang dikembangkan oleh Dr. Ishikawa. Kemudian memformulasikan model untuk melakukan analisis system yang meliputi skenario terhadap biaya, volume dan kualitas produksi CPO. Secara garis besar, kerangka konseptual penelitian dapat tertuang dalam alur dibawah ini.

2 Review Jurnal Logistic & Supply Chain Management 2007

Gambar 2.1.1. Kerangka Konseptual Penelitian (Djohar et.al., 2003) Menurut penelitian ini keunggulan kompetitif dapat diraih melalui keunggulan nilai dan keunggulan produktivitas. Dimana keunggulan nilai diindikasikan dengan kualitas kelapa sawit, yaitu tercermin dari kandungan FFA (Free Fatty Acid) atau asam lemak bebas. Sehingga semakin tinggi kadar FFA, semakin rendah kualitas CPOnya (Djohar, et.al., 2003).

3 Review Jurnal Logistic & Supply Chain Management 2007

Gambar 2.1.2 Fishbone Diagram (Djohar et.al, 2003) Buah kelapa sawit memiliki karakteristik produk yang khusus, yaitu cepat busuk dan tidak tahan lama apabila material handlingnya tidak sesuai, karenanya dibutuhkan penanganan khusus untuk mengatasi masalah ini. Pengujian setelah penelitian ini menghasilkan hipotesis bahwa permasalahan rantai pasok terdapat dalam banyaknya persentase buah busuk yang terdelivery ke pabrik. Setelah ditelusuri, ternyata buah sawit busuk disebabkan oleh dua hal, yaitu panen yang terlambat dan adanya waktu inap buah 4 Review Jurnal Logistic & Supply Chain Management 2007

sawit di kebun dalam jangka waktu lebih dari semalam. Dari analisis mendalam tentang permasalahan ini dideskripsikan dengan Fishbone Diagram pada gambar 2.1.2, sehingga didapat bahwa akar masalah penyebab tersebut ditimbulkan dari perotasian panjang, faktor kelalaian manusia (human error), serta sistem dan alat transportasi yang tidak memenuhi kebutuhan. Analisis lebih lanjut, kualitas dari CPO dapat dipengaruhi oleh aktivitas pabrik, seperti material handling yang tidak tepat dapat menyebabkan luka pada buah yang dapat mempercepat terjadinya proses oksidasi yang berujung pada kenaikan FFA (Djohar et.al., 2003). Material handling yang digunakan adalah alat berat penyorong buah. Sisi permasalahan rantai pasoknya, adalah bahwa ketika kapasitas pabrik kurang dari jumlah Tandan Buah Segar (TBS) yang diterima pada jam-jam tertentu, maka akan terjadi penumpukan buah di lantai. Penumpukan buah di lantai pabrik mengharuskan dilakukannya bongkar lantai dengan memakai alat penyorong buah. Keunggulan kompetiitif juga dapat dicapai dengan keunggulan produktivitas, dimana permasalahan yang dialami oleh PT. EDI adalah total output income tidak sebanding dengan potensinya. Akar masalah dari hal ini adalah terjadinya looses (kehilangan) dikarenakan buah tinggal, buah menginap di kebun terlalu lama, dan brondolan buah yang tidak terambil. Disamping itu, adanya masalah pada kenaikan rendemen yang terlihat pada gambar 2.1.2. Dimana erat hubungannya ketika tandan buah yang masih mentah sangat sedikit mengandung minyak, dan hal ini dapat mengurangi profit pada perusahaan. Penulis mengaitkan masalah ini dengan lemahnya organisasi panen dan sistem sanksi pada pemanen maupun mandor panen yang tidak subyektif dalam menyeleksi buah sawit panen karena ingin mendapatkan premi yang lebih. Pemetaan masalah-masalah tersebut merupakan input dari pemodelan simulasi SCM, yang meliputi model strategi dan taktis yang bertujuan untuk mengetahui implikasi dari permasalahan-permasalahan tersebut untuk kemudian digunakan dalam mengembangkan strategi SCM.

Strategi Sourcing

Aksi Pembenahan organisasi panen Control quality assurance Peningkatan produktivitas kebun Optimalisasi penggunaan lahan Perbaikan manajemen transportasi buah Pembangunan infrastruktur all weather Perencanaan volume produksi Penerapan Pull-System Manajemen tangki timbun Peningkatan pelayanan konsumen Integrasi kebun, kontraktor angkutan, pabrik, konsumen industri

Supply Flow Demand Flow Customer Service Supply-Chain Integration

Tabel 2.1.1. Analisis Strategi SCM untuk PT.EDI Akhirnya, penulis memberikan kesimpulan bahwa keunggulan nilai didominasi oleh ketepatan panen dan penjadwalan pasokan dari pemasok dengan kontraktor angkutan. Sedangkan keunggulan produktivitas didominasi oleh tingginya biaya per palm product yang berkaitan dengan lemahnya organisasi panen dan manajemen transportasi buah (Djohar et.al, 2003). Dan juga, studi ini berhasil membangun model simulasi untuk meramalkan pasokan dari masing-masing pemasok sebagai input simulasi volume dan kualitas CPO serta sasaran pasarnya. 5 Review Jurnal Logistic & Supply Chain Management 2007

Penulis juga memberikan saran terhadap PT.EDI bahwa strategi SCM dapat diterapkan dengan baik apabila memenui syarat seperti ketersediaan informasi pasokan, adanya komitmen dari pemasok untuk menepati jadwal pasokan, pemahaman semua orang yang terlibat dalam sistem untuk pencapaian target, koordinasi yang sinergis antara semua pihak yang terkait, serta adanya evaluasi kinerja quality control. Kesemua syarat ini akan menunjang keberhasilan strategi SCM yang dibangun untuk menuju keunggulan kompetitif dari segi kualitas baik di mata customer maupun di mata perusahaan kompetitor. 2.2. ULASAN JURNAL KEDUA Jurnal kedua merupakan sebuah studi literatur yang mengetengahkan tema besar supply-chain sebagai teknik terbaru dalam pengelolaan material dan informasi dalam memenangkan persaingan. Penulis mengetengahkan konsep-konsep dasar Supply-Chain Management serta beberapa strategi yang harus diperhatikan oleh para pengelola supplychain. Tujuan dari penulisan jurnal kedua ini adalah memberi gambaran bagaimana persaingan waktu maupun kualitas dapat diunggulkan dengan pengimplementasian strategi SCM yang baik berdasarkan pengalaman perusahaan besar yang menerapkannya serta memberikan arah perkembangan SCM di masa datang. Penulis memaparkan tentang latar belakang munculnya SCM, yaitu mengenai pola tradisional dimana aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam rantai pasok seperti ditunjukkan oleh gambar 2.2.1. tidak dikoordinasi. Sebagai contoh, tiap bagian aktivitas membuat ukruran-ukuran tersendiri dalam menentukan kesuksesan pekerjaannya (Zabidi, 2001). Dengan kata lain hubungan antara pihak yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan rantai pasok hanya sebatas pada transaksi ketika diperlukan, tanpa mempertimbangkan bagaimana hubungan yang sinergis antara pihak-pihak yang terkait dapat berjalan dengan baik.

Gambar 2.2.1. Struktur Supply-Chain yang disederhanakan (Zabidi, 2001) Seiring dengan berkembangnya zaman, terjadilah perubahan lingkungan dan orientasi bisnis. Perubahan ini disebabkan oleh semakin kompleksnya kebutuhan konsumen yang kritis, berkembang pesatnya infrastruktur informasi dan transportasi, tumbuhnya kesadaran akan pentingnya aspek sosial dan lingkungan, serta globalisasi perekonomian dunia. Hal ini menghasilkan paradigma berpikir baru terhadap urgensi dari keunggulan kompetitif. Pada akhirnya, paradigma inilah yang mengantarkan bahwa pendekatan SCM berbasis jalinan kerjasama baik internal, eksternal maupun fungsional dalam suatu struktur supply-chain sangat diperlukan untuk meraih keunggulan kompetitif tersebut. Penulis juga menjelaskan fungsi utama dari SCM sendiri, yaitu sebagai pengkonversi bahan baku menjadi produk jadi yang sampai di tangan konsumen, dan sebagai mediasi pasar. Fungsi ini nantinya akan terkait dengan strategi yang SCM yang harus dijalankan, dengan mengetahui karakteristik dari produk seperti yang diilustrasikan pada tabel 2.2.1. Dan tabel 2.2.2.

6 Review Jurnal Logistic & Supply Chain Management 2007

Tabel 2.2.1. Karakteristik Produk Fungsional Vs Inovatif (Zabidi, 2001)

Tabel 2.2.2. Strategi SCM Menurut Jenis Produk (Zabidi, 2001) Lean Supply-Chain menekankan pada penghematan ongkos-ongkos fisik yang terjadi dalam aktivitas rantai pasok dan strategi ini sesuai jika diterapkan dengan sistem produksi yang memiliki tipikal produk lebih bersifat kebutuhan dasar. Sedangkan Agile Supply-chain menekankan pada kecepatan respon dalam menerima kebutuhan konsumen yang bervariasi dan membutuhkan spesialisasi, strategi ini sesuai apabila diterapkan pada karakteristik produk yang memerlukan inovasi secara berkelanjutan. Dalam implementasi strategi SCM, terdapat beberapa jebakan yang harus diaware oleh para pemegang kegiatan rantai pasok. Penulis mengutip dalam studi literaturnya dari Lee dan Billington (1992), menyebutkan bahwa jebakan-jebakan itu antara lain : Pengukuran kinerja yang tidak terdefinisi dengan jelas Pelayanan konsumen yang tidak terdefinisi dengan jelas Status data pengiriman yang tidak akurat Sistem informasi yang tidak efisien Terabaikannya dampak uncertainty Kebijakan inventori yang sederhana Diskriminasi terhadap konsumen internal Koordinasi antar aktivitas supplai Analisis metode pengiriman yang tidak lengkap Kendala komunikasi Perancangan produk yang tidak mempertimbangkan SC Operasional SC yang terpisah Definisi ongkos yang tidak tepat Ketidak lengkapan rantai pasok itu sendiri Dari paparan diatas, akhirnya penulis menjadi keharusan bagi setiap perusahaan perusahaan yang ingin memimpin kompetisi pengembangan dari SCM-SCM model baru menyimpulkan bahwa SCM akan segera yang ingin bertahan, bukan hanya bagi di pasaran (Zabidi, 2001). Karena inilah, akan bermunculan seperti; Fourth Party

7 Review Jurnal Logistic & Supply Chain Management 2007

Logistic (4PL) yang menekankan pada pengelolaan hubungan perusahaan dengan pihak ketiga atau bagian shipment, JIT II yang menekankan pada prinsip kemitraan yang erat antara perusahaan dengan pemasok, Vendor Managed Inventory (VMI) dimana pemasoklah yang bertanggung jawab untuk menjaga kelangsungan ketersediaan produk yang akan dijual berdasarkan informasi, serta Global Pipeline Management (GPM) yang merupakan sebuah filosofi dimana konsep kontrol satu titik terhadap aliran material dalam basis informasi. 3. PEMBAHASAN Dalam manufaktur, 50 80 persen biaya terkait kegiatan Supply Chain, sehingga jika Supply Chain tidak baik, organisasi tidak akan sanggup menghadapi tujuan global (Tanjung, 2005). Dari ulasan jurnal-jurnal tersebut, jika ditelaah secara mendalam, pada nantinya, jurnal kedua akan sangat berkaitan dengan jurnal pertama, dengan kata lain, jurnal kedua merupakan solusi dari case study jurnal pertama secara teoritis dan eksplisit. Dari hasil penelitian case study terhadap penurunan kualitas CPO yang dihasilkan oleh PT. EDI mengindikasikan adanya chaos atau terdapatnya permasalahan-permasalahan permukaan yang ternyata berakar pada kekacauan sistem rantai pasoknya. Case study yang dilakukan sudah berhasil membangun model untuk menelusuri masalah pokoknya dan penulis jurnal pertama dapat memberikan saran perbaikan dari analisis simulasi model kegiatan supply-chain. Tanjung (2005) dalam papernya menjelaskan, ada 4 faktor kunci keberhasilan SCM yaitu : 1. SCM adalah kegiatan Cross Functional (internal). Akibatnya, SCM merupakan urusan semua orang, baik orang produksi, keuangan, dan lainlain 2. Secara eksternal, perusahaan, pemasok, grosir dan pengecer itu adalah mitra, dimana perlu memiliki strategic alliance 3. Menggunakan IT base Sistem menjadi mutlak adanya 4. SCM selalu berkembang, perlu continous improvement Seharusnya jurnal kedua lebih banyak mengupas secara dalam dan detail mengenai 4 faktor kunci tersebut, sehingga dari hal dasar tersebut dapat didiferensialkan menjadi cabang-cabang strategis implementasi SCM. Keterkaitan dan pengaruh dengan adanya implementasi SCM dengan strategi atau kebijakan yang diambil perusahaan dapat diilustrasikan pada Tabel 3.1.

8 Review Jurnal Logistic & Supply Chain Management 2007

Tabel 3.1. Dukungan Supply-Chain Terhadap Strategi Perusahaan (Heyzer&Render, 1999) Kualitas merupakan sebuah tolak ukur dari penilaian diterima atau tidaknya performa dari sebuah produk atau sistem. Garvin (1988) dalam bukunya Managing Quality: The Strategic and Competitive Edge memberikan dimensi dari pengukuran kualitas yang meliputi Performa, Fitur, Conformance, Kehandalan, Durability, Pelayanan, Tanggung jawab, Estetika, dan Reputasi. Kedelapan dimensi ini dijadikan panduan dasar untuk pengukuran sebuah kualitas. Untuk mencapai kualitas yang sempurna, tentu ada sistem yang harus diberikan pengontrolan dan perbaikan secara berkesinambungan (continous improvement) agar produk dihasilkan secara tepat (just-in-time) sehingga keunggulan kompetitif dapat tercapai. Salah satu sistem yang memegang erat pengaruh terhadap kualitas tersebut adalah sistem rantai pasok. Siagian (2005) memaparkan bahwa keunggulan bersaing dapat diperoleh dari : 1. Diferensiasi, yaitu berusaha menciptakan produk baru yang inovatif 2. Kepeloporan biaya, yaitu berusaha meminimalkan biaya tanpa mengurangi kualitas 3. Respon yang cepat, yaitu fleksibel, cepat tanggap, dan handal dalam menghadapi perubahan-perubahan bisnis Hanya saja, keterbatasan pada jurnal pertama, tidak memberikan penjelasan yang detail tentang ketiga hal diatas. Jika dikaitkan dengan isi dari jurnal kedua, kasus yang dihadapi oleh PT.EDI dalam hal ini adalah karakteristik produk CPO yang dihasilkan bukan berupa produk inovatif, akan tetapi produk fungsional yang memiliki ciri volume produksi tinggi dan tujuan utama harga yang murah. Sehingga, strategi SCM yang tepat digunakan dalam kasus ini adalah lean supply-chain. Untuk itu, dibutuhkan koordinasi 9 Review Jurnal Logistic & Supply Chain Management 2007

yang baik antar channel dalam rantai pasok untuk mengurangi variabilitas dan ketidak pastian permintaan maupun suplai (Zabidi, 2001). Berdasarkan hal ini, strategi information sharing sangat memgang peranan penting dalam hal koordinasi maupun komunikasi antar mata rantai kegiatan pasok. Menurut Sikora et.al (2001) information sharing membantu mengkounter dari efek variabilitas yang pada umumnya disebabkan oleh adanya lag-time antara channel partner dan data mengenai persediaan material pada supply-chain. Dengan adanya aturan sharing informasi dapat mengurangi efek bullwhip (keadaan yang mendesak atau tibatiba terjadi sehingga membuat kepanikan atau keteledoran) yang terjadi luas ketika ada distorsi dari informasi. Dari penerapan strategi supply-chain yang berhasil dikembangkan oleh salah satu perusahaan besar dunia, yaitu P&G, dapat diambil sebuah inspirasi mengenai pentingnya pengintegrasian sistem informasi dalam mencapai keunggulan kompetitif baik secara kualitas maupun profit. Dengan pengintegrasian informasi yang didapat tersebut dapat dipakai sebagai alat pengambil keputusan secara strategis, taktis, atau operasional. Grean (2002) dalam jurnalnya mengenai case study pada kolaborasi P&G-Wal Mart mengatakan bahwa integrasi dan sharing sistem informasi dapat mengurangi ketidak akuratan data, meningkatkan koordinasi dan komunikasi yang berimbas pada kelancaran sistem aliran pasok. Keuntungan dari strategi ini diilustrasikan dalam gambar 4.

Gambar 3.1. Level Inventory (a) dengan information sharing (b) (Grean, 2003) Jika diimplementasikan ke dalam studi kasus CPO pada PT. EDI, adanya information sharing yang ditingkatkan antara pengelola kebun kelapa sawit, kontraktor angkut, dan perusahaan akan berefek pada peningkatan kualitas CPO secara tidak langsung. Misalnya, dapat diindikasikan dari berkurangnya inventory kelapa sawit akibat ketidakteraturan jadwal pasokan akibat tidak berjalannya kordinasi yang dapat menyebabkan penumpukan kelapa sawit menginap di kebun atau dalam antrian proses produksi. Penumpukan dan waktu tunggu ini akan membuat buah kelapa sawit menjadi busuk dengan meningkatnya FFA, sehingga menimbulkan penurunan kualitas. Pada akhirnya, akan lebih baik jika dilakukan penelitian yang lebih fokus dan mendalam terhadap korelasi antara information-sharing dengan implementasi strategi SCM pada PT. EDI. 10 Review Jurnal Logistic & Supply Chain Management 2007

Sistem informasi akhirnya menjadi sangat penting dan pada umumnya hal ini malah banyak diabaikan atau tidak menjadi fokus perhatian oleh para supply channel partner. Setiawan et.al (2006) dalam jurnalnya memaparkan bahwa peningkatan integrasi supply chain dilakukan untuk memperpendek jarak yang terbentang antara pemasok sampai konsumen. Semakin pendek jarak tersebut maka arus barang dan informasi dalam supply chain perusahaan akan semakin cepat sehingga berdampak pada peningkatan kemampuan perusahaan dalam merespon keinginan konsumen, yang pada akhirnya mempengaruhi peningkatan loyalitas konsumen dan pangsa pasar perusahaan.

Gambar 3.2. Arus Informasi dan Material dalam Rantai Pasok (Heyzer&Render, 1999) Pendekatan yang dapat digunakan untuk memberikan solusi atas permasalahan studi kasus ini adalah penerapan Just-In-Time (JIT). McLeod (1998) menjelaskan bahwa pendekatan JIT menjaga arus material melalui pabrik hingga minimum dengan menjadwalkan material agar tiba di stasiun kerja tepat pada waktunya. Sehingga waktu menjadi dasar dari persaingan market global seperti sekarang. McLeod (1996) melanjutkan alurnya, pasokan bahan baku tiba dari lokasi sumber daya alam sebelum produksi dijadwalkan untuk mulai setelah itu bahan baku memasuki produksi atau mengalami antrian. Masalah yang terjadi pada PT.EDI, adalah belum diterapkannya sistem JIT pada pengelolaan rantai pasoknya. Sehingga terjadi tumpukan-tumpukan buah kelapa sawit yang belum masuk ke lini pengolahan dengan waktu yang lama. JIT hanya akan terlaksana dengan baik jika sistem informasi mulai dari pihak kebun sawit sampai ke perusahaan terintegrasi dan terup-date dengan baik. Integrasi informasi ini secara teknis dapat dilakukan melalui ERP atau Enterprise Resource Planning dimana dapat mengintegrasikan data keuangan sehingga top management dapat melihat dan mengontrol kinerja keuangan perusahaan dengan lebih baik. Disamping itu, ERP menstandarkan proses operasi melalui implementasi best practice sehingga terjadi peningkatan produktivitas, penurunan inefisiensi dan peningkatan kualitas produk serta menstandarkan data dan informasi melalui keseragaman pelaporan, terutama untuk perusahaan besar yang biasanya terdiri dari banyak business unit dengan jumlah dan jenis bisnis yg berbeda-beda (Ngole, 2003). Solusi ini dapat menjadi saran tambahan pada jurnal pertama. Secara teknisnya, PT.EDI akan memerlukan beberapa jenis sistem informasi untuk meningkatkan kualitas CPOnya, yaitu Sistem Manajemen Pesanan, Sistem 11 Review Jurnal Logistic & Supply Chain Management 2007

Manajemen Gudang, dan Sistem Manajemen Transportasi (Siagian, 2005). Aplikasinya, sistem manajemen pemesanan meliputi pengaturan kontak dengan pihak kebun pada saat pendataan dan penempatan bahan baku tandan buah sawit sehingga ketersediaan material terjamin. Kemudian sistem manajemen gudang berkaitan erat dengan sistem manajemen pemesanan agar dapat mengetahui apa saja yang tersedia sehingga mengsinkronisasi data persediaan bahan baku, kegiatannya meliputi penetapan tingkat persediaan, pemilihan pesanan, pemilihan rute, dan estimasi ketersediaan bahan baku sawit. Terakhir, sistem manajemen transportasi yang terdiri atas konsolidasi pengiriman, rute alat transportasi, mengetahui dan mencari jalan keluar jika terdapat komplain, mengikuti proses pengiriman, dan mengatur jadwal pengiriman dari kebun ke gudang berdasarkan data yang telah tersedia pada informasi ketersediaan bahan baku. 4. KESIMPULAN Dari pembahasan di atas, akhirnya dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang menggunakan strategi informasi akan berupaya mempunyai jaringan kerja yang baik dengan pemasok bahan baku. Kordinasi kegiatan dalam rantai pasok melalui kerjasama yang sinergis menjadi kunci pokok tujuan perusahaan, sehingga memperoleh informasi menjadi sangat penting. Tujuan untuk mencapai peningkatan kualitas produk yang unggul secara kompetitif dapat diwujudkan dengan implementasi strategi Supply-Chain Management. Penurunan dari strategi ini memerlukan keakuratan data informasi dan information sharing antara pemasok bahan baku dengan perusahaan yang berguna untuk mengatur aliran bahan baku agar proses produksi dapat berjalan stream-lined. Penurunan strategi SCM ini dapat berupa aplikasi JIT, penerapan ERP dan pengelolaan sistem manajemen parsial meliputi pemesanan, warehousing, dan transportasi. 5. DAFTAR PUSTAKA Besterfield, D. H., 2003, Total Quality Management, 3rd edition, Pearson Education, Inc. Djohar, S., Tanjung H., Cahyadi, E.R., 2003, Building a Competitive on CPO through Supply Chain Management: A Case Study in PT. Eka Dura Indonesia, Astra Agro Lestari, Riau, Jurnal Manajemen & Agribisnis, Vol.1 No.1 April 2003 Garvin, David A., 1988, Managing Quality: The Strategic and Competitive Edge, New York Free Press Grean, M., Shaw M. J., 2002, Supply-Chain Integration through Information Sharing: Channel Partnership between Wal-Mart and Procter & Gamble, Journal of Customer Business Development, The Procter and Gamble Distributing Company Heizer and Render, 2004, Operations Management, Fifth Edition, International Edition, Prentice Hall, Internasional, Inc Li, J., Shaw M. J., Sikora R. T., 2001, The Effects of Information Sharing Strategies on Supply Chain Performance, Journal of Dept. of Business Adiministration, Illinois University Mcleod, R. Jr., 1996, Management Information System: A Study of Computer-Based Information System, 6th edition, Prentice Hall, Inc. Mcleod, R. Jr., 1998, Management Information System, 7th edition, Prentice Hall, Inc. Ngole., 2006, Enterprise Resource Planning (ERP) [Online, accessed 27 November 2007]. URL: http://www.ngole.wordpress.com 12 Review Jurnal Logistic & Supply Chain Management 2007

Setiawan, A.I., Santosa H., 2006, Integrasi Supply Chain Pada Industri Tekstil: Survei Pada Retailer Dan Grosir Di Jawa Tengah Dan Jawa Timur, Jurnal Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Siagian Y.M., 2005, Aplikasi Supply Chain Management Dalam Dunia Bisnis, Gramedia Tanjung, Hari S.B., 2005, Unggul Bersaing Melalui Supply Chain Management [Online, accessed 27 November 2007]. URL: http://www.hendriyusufbrother.com Zabidi, Yasrin, 2001, Supply-Chain Management: Teknik Terbaru dalam Mengelola Aliran Material/Produk dan Informasi dalam Memenangkan Persaingan, Jurnal Usahawan No.2 Th XXX

13 Review Jurnal Logistic & Supply Chain Management 2007