Upload
syarah-d-wii-saraswaty
View
213
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kjasd
Citation preview
REFLEKSI KASUS NOVEMBER 2015
“PENATALAKSANAAN ASMA BRONKIAL DERAJAT
PERSISTEN SEDANG PADA ANAK”
Nama : Syarah Dwi Saraswati
No. Stambuk : N 111 14 057
Pembimbing : dr.Kartin Akune, Sp.A
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU
2015
PENDAHULUAN
Asma merupakan penyakit respiratorik kronis yang paling sering dijumpai
pada anak. Prevalensi asma meningkat dari waktu ke waktu baik di negara maju
maupun negara sedang berkembang. Peningkatan tersebut diduga berkaitan dengan
pola hidup yang berubah dan peran faktor lingkungan terutama polusi baik indoor
maupun outdoor. Prevalensi asma pada anak berkisar antara 2-30%. Di Indonesia
prevalensi asma pada anak sekitar 10% pada usia sekolah dasar, dan sekitar 6,5%
pada usia sekolah menengah pertama.1
Patogenesis asma berkembang dengan pesat. Pada awal 60-an,
bronkokonstriksi merupakan dasar patogenesis asma, kemudian pada 70-an
berkembang menjadi proses inflamasi kronis, sedangkan tahun 90-an selain inflamasi
juga disertai adanya remodelling. Berkembangnya patogenesis tersebut berdampak
pada tatalaksana asma secara mendasar, sehingga berbagai upaya telah dilakukan
untuk mengatasi asma. Pada awalnya pengobatan hanya diarahkan untuk mengatasi
bronkokonstriksi dengan pemberian bronkodilator, kemudian berkembang dengan
antiinflamasi. Pada saat ini upaya pengobatan asma selain dengan anti inflamasi, juga
harus dapat mencegah terjadinya remodeling.1
Diagnosis asma pada anak tidak mudah, hal ini seringkali mengakibatkan
under-diagnosis dan under-treatment. Selain upaya mencari tatalaksana asma yang
baik, beberapa ahli membuat suatu pedoman tatalaksana asma yang bertujuan sebagai
standar penanganan asma, misalnya Global Initiative for Asthma (GINA) dan
Konsensus Internasional. Pedoman diatas belum tentu dapat dipakai secara utuh
mengingat beberapa fasilitas yang dianjurkan belum tentu tersedia, sehingga
dianjurkan untuk membuat suatu pedoman yang disesuaikan dengan kondisi masing-
masing negara. 1,2
Tujuan dari pengobatan asma untuk mencapai dan mempertahankan kontrol
dan menjamin tercapainya tumbuh kembang anak secara optimal. Pengobatan asma
dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu obat pereda (reliever) dan obat
pengendali (controller).2
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. F
Umur : 8 tahun 7 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Tanggal masuk : 29 Oktober 2015
II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Sesak nafas dan mengi
Riwayat penyakit sekarang : Pasien masuk dengan keluhan sesak nafas.
Batuk berlendir mulai dari kemarin malam, pasien juga mengalami kesulitan
untuk tidur karena sesaknya dan merasa nyaman kalau bantalnya ditinggikan,
pasien hanya dapat berbicara per kalimat-kalimat pendek karena sesak yang
dialami. Riwayat sesak nafas sudah sering dialami, serangan terakhir 1 bulan
yang lalu. Dalam sebulan bisa minimal 3 kali serangan. Sebelumnya pasien
sudah pernah sesak pada usia 6 bulan. Tidak ada keluhan panas (-), sakit kepala
(-), mual (-), muntah (-), BAB lancar, dan BAK lancar
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien pernah mengalami sesak pada 1 minggu yang lalu
Riwayat penyakit keluarga :
Kakek pasien juga sering mengalami sesak nafas
Riwayat sosial-ekonomi :
Menengah
Riwayat Kehamilan dan persalinan :
Pasien lahir di puskesmas dibantu oleh bidan, bayi lahir secara normal
dengan usia kehamilan cukup bulan. Berat Badan Lahir : 3.200 gram, Panjang
Badan Lahir 50 cm.
Kemampuan dan Kepandaian Bayi :
Mulai tengkurap usia 4 bulan, duduk di usia 6 bulan. Berjalan usia 10
bulan.
Anamnesis Makanan :
ASI diberikan sejak lahir hingga usia 9 bulan . Bubur milna sejak 4 bulan
dan makan nasi pada usia 1 tahun.
Riwayat Imunisasi :
Imunisasi dasar lengkap
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
2. Pengukuran Tanda vital :
Nadi : 127 kali/menit, reguler
Suhu : 36,9 °C
Respirasi : 32 kali/menit
Berat badan : 28 kg
Tinggi badan : 137 cm
Status gizi : Gizi Baik
Z Score (-1,0 SD)
3. Kulit : Warna : Sawo matang
Turgor : Cepat kembali (< 2 detik)
4. Kepala: Bentuk : Normocephal
Rambut : Warna hitam, tidak mudah dicabut, tebal,
alopesia (-)
5. Mata : Palpebra : edema (-/-)
Konjungtiva : hieremis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Reflek cahaya : (+/+)
Refleks kornea : (+/+)
Cekung : (-/-)
6. Hidung : Pernapasan cuping hidung : minimal
Epistaksis : tidak ada
Sekret : tidak ada
7. Mulut : Bibir : mukosa bibir basah, tidak hiperemis
Gigi : tidak ada karies
Gusi : tidak berdarah
8. Lidah : Tidak kotor
9. Leher
Pembesaran kelenjar leher : Getah bening -/-,
Pemesaran kelejar di ketiak : Getah bening -/-,
Faring : Tidak hiperemis
Tonsil : T1/T1 tidak hiperemis
10. Toraks
a. Dinding dada/paru :
Inspeksi : Bentuk simetris bilateral
Palpasi : Vokal fremitus simetris kiri dan kanan sama
Perkusi : Hipersonor +/+
Auskultasi : Bronchial +/+, Rhonki (-/-),
Wheezing (+/+)
b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra
Perkusi : Cardiomegali (-)
Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 murni, regular. Murmur (-),
Gallop (-)
11. Abdomen
Inspeksi : Bentuk : datar
Auskultasi : bising usus (+) kesan normal
Perkusi : Bunyi : timpani
Palpasi : Nyeri tekan : (-)
Hati : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ginjal : tidak teraba
12. Ekstremitas : akral hangat +/+, edema (-/-), Rumple leede test (-)
13. Genitalia : dalam batas normal
14. Otot-otot : eutrofi (-), kesan normal
15. Refleks : fisiologis +/+, patologis -/-
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Darah Rutin
- WBC 13 x 103 /uL
- RBC 5,93 x 106 /uL
- HGB 14,1 g/dL
- HCT 43,5 %
- PLT 380 x 103 /uL
- EOS 0,64 %
V. RESUME
Pasien masuk dengan keluhan sesak nafas. Batuk berlendir mulai dari
kemarin malam, juga mengalami kesulitan untuk tidur karena sesaknya dan
merasa nyaman kalau bantalnya ditinggikan, pasien hanya dapat berbicara per
kalimat-kalimat pendek karena sesak yang dialami. Riwayat sesak nafas sudah
sering dialami, serangan terakhir 1 bulan yang lalu. Dalam sebulan bisa
minimal 3 kali serangan. Sebelumnya pasien sudah pernah sesak pada usia 6
bulan. Dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan pernapasan cuping hidung, dan
pada saat pemeriksaan auskultasi paru didengarkan suara wheezing saat
ekspirasi. Dan dari hasil pemeriksaan laboratorium terjadi leukositosis (13 x
103 /uL) dan eusonofilia (0,64%)
VI. DIAGNOSIS : Asma Bronkial
VII. TERAPI
- Nebulasi salbutamol 2 x 2 mg (interval 20 menit)
- IVFD Dextrose 5 % 8 tpm
- O2, 2 liter/menit
- Ambroxol 15mg
- Metilprednisolon 4 g 3 x 1 pulv
VIII. ANJURAN
- Spirometer
IX. FOLLOW UP
Tanggal : 29 Oktober 2015
Subjek (S) : Sesak (+), Batuk (+)
Objek (O) :
Tanda Vital
- Denyut Nadi : 127 kali/menit
- Respirasi : 32 kali/menit
- Suhu : 36,9 0C
Assesment (A) : Asma Bronkial
Plan (P) :
- IVFD Dextrose 5 % + Aminophilin 1 amp 14 tpm
- O2, 3 liter/menit
- Nebulisasi dengan ventolin 1 amp (tiap 4-6 jam)
- Posisi setengah duduk
- Injeksi dexametasone ¼ amp IV
FOLLOW UP
Tanggal : 30 Oktober 2015
Subjek (S) : Sesak (bekurang), Batuk (+)
Objek (O) :
Tanda Vital
- Denyut Nadi : 92 kali/menit
- Respirasi : 28 kali/menit
- Suhu : 36,2 0C
Assesment (A) : Asma Bronkial
Plan (P) :
- IVFD off
- Nebulisasi dengan Combiven
- Puyer batuk 1 bks
- Salbutamol 3 x 2 mg
- Cefadroxil 500 mg (3 cth)
FOLLOW UP
Tanggal 31 Oktober 2015
Pasien pulang dan dianjurkan pasien untuk istirahat
DISKUSI
Tujuan tata laksana asma pada anak secara umum adalah untuk mencapai
kendali asma sehingga menjamin tercapainya potensi tumbuh kembang anak secara
optimal. Secara lebih rinci tujuan yang ingin dicapai adalah : 2
1. Aktivitas pasien berjalan normal, termasuk bermain dan berolahraga
2. Gejala tidak timbul pada siang maupun malam hari
3. Kebutuhan obat seminimal mungkin dan tidak ada serangan
4. Efek samping obat dapat dicegah untuk tidak atau sedikit mungkin terjadi,
terutama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Komunikasi yang baik dan terbuka antara dokter dengan pasien adalah hal
yang penting sebagai dasar penatalaksanaan. Hal tersebut meliputi edukasi pada
pasien dan orang tuanya mengenai penyakit, pilihan pengobatan, identifikasi dan
penghindaran alergen, pengertian tentang kegunaan obat yang dipakai, ketaatan dan
pemantauan, dan yang paling utama adalah menguasai cara penggunaan obat hirup
dengan benar. Edukasi sebaiknya diberikan secara individual secara bertahap. Pada
awal konsultasi perlu dijelaskan diagnosis dan informasi sederhana tentang macam
pengobatan, alasan pemilihan obat, cara menghindari pencetus bila sudah dapat
diidentifikasi macamnya. Kemudian perlu diperagakan penggunaan alat inhalasi yang
diikuti dengan anak diberi kesempatan mencoba sampai dapat menggunakan dengan
teknik yang benar. 3,4
Tujuan tata laksana serangan asma antara lain sebagai berikut:
1. Mengatasi penyempitan saluran respiratori secepat mungkin
2. Mengurangi hipoksemia
3. Mengembalikan fungsi paru ke keadaan normal secepatnya
4. Mengevaluasi dan memperbarui tata laksana jangka panjang untuk mencegah
kekambuhan.
Pasien dengan serangan asma
RINGAN-SEDANG Bicara dalam kalimat Lebih sengang duduk
daripada berbaring Tidak gelisah Frekuensi napas meningkat Frekuensi nadi meningkat Retraksi minimal SpO2 (udara kamar): 90-
95% PEF > 50% prediksi terbaik
Nilai derajat serangan asma Cari riwayat asma resiko tinggi
BERAT
Bicara dalam kata Duduk bertopang lengan Gelisah Frekuensi napas meningkat Frekuensi nadi meningkat Retraksi jelas SpO2 (udara kamar) < 90% PEF ≤ 50% prediksi terbaik
ANCAMAN HENTI NAPAS
Mengantuk/Letargi Suara napas tak terdengar
MULAI TERAPI AWAL B2 agonis kerja cepat
o Via nebuliser atau via MDI dan spacero Nebulisasi dapat diulang sampai 3 kali tiap 20
menit dihitung dari awal terapi dalam 1 jamo Untuk nebulisasi ketiga pertimbangkan
kombinasi B2 agonis kerja cepat dan ipratropium bromida
Pada serangan : steroid sistemik (prednison/prednisolon): 1-2 mg/kg, maksimum 40 mg peroral (bila tidak memungkinkan, IV ) selama 3-5 hari
Berikan O2 1-2 L/Min jika SpO2 < 94%
SEGERAmemburuk
Lanjutkan terapi dengan B2 agonis kerja cepat jika diperlukanNilai respon terapi dalam 1 jam berikutnya (atau lebih cepat)
RUJUK KE RUMAH SAKIT
Sambil menunggu, lakukan terapi :oNebulisasi B2 agonis kerja
cepat +ipratropium bromidaoSteroid sistemik
(prednison/prednisolon): 1-2
RUJUK KE RUMAH SAKIT
Sambil menunggu, lakukan terapi :oNebulisasi B2 agonis kerja
cepat +ipratropium bromidaoSteroid sistemik
(prednison/prednisolon): 1-2
Memburuk/tidak ada respon
PENILAIAN SEBELUM DIPULANGKAN
Gejala: membaik SpO2 > 94% (udara kamar) PEF membaik, dan 60-80% nilai
prediksi terbaik
SIAPKAN UNTUK RAWAT JALAN
Obat pereda: jika diperlukan Obat pengendali : dimulai, dilanjutkan, dinaikkan sesuai
dengan derajat keparahan asma Steroid oral : lanjutkan 3-5 hari Kunjungan ulang ke RS dalam 2-7 hari
FOLLOW UP
Obat pereda : diberikan jika perlu Obat pengendali: lanjutkan dengan dosis yang sesuai Evaluasi faktor resiko: identifikasi dan modifikasi faktor resiko bila menungkinkan
PERINGATAN PEMBERIAN STEROID SISTMIK :
Steroid hanya diberikan, pada serangan asma o Bila memerlukan inhalasi B2 agonis kerja cepat lebih dari 2 kali berturut-turuto Bila memiliki riwayat serangan asma berat dalam satu tahun terakhir
Hati-hati bila dalam 1 bulan terakhir pasien sudah mendapat steroid oral/ sistemik. Perlu dievaluasi apakah indikasi steroid oral/sistemik sudah tepat
Pasien dengan serangan asma berat atau ancaman henti napas
Pada pasien ini diberikan terapi
PENILAIAN AWAL:ABC
APAKAH ADA:Mengantuk, letargi, suara paru tak
terdengar
BERAT Bicara dalam kalimat Lebih sengang duduk daripada
berbaring Tidak gelisah Frekuensi napas meningkat Frekuensi nadi meningkat Retraksi minimal SpO2 (udara kamar): 90-95% PEF > 50% prediksi terbaik
TIDAK YA
MULAI TERAPI Inhalasi B2 agonis kerja pendek
+ipratropium bromida Kortikosteroid oral atau IV Oksigen untuk menjaga SpO2
94-98% Berikan aminofilin
JIKA MEMBURUK, KELOLA SEBAGAI SERANGAN BERAT
DAN PERTIMBANGKAN RAWAT ICU
ANCAMAN HENTI NAPASSIAPKAN PERAWATAN ICU
Inhalasi B2 agonis kerja pendek Oksigen Siapkan intubasi jika perlu
Nilai kondisi klinis secara berkalaPeriksa spirometri/ PEF (satu jam setelah terapi awal)
FEV 1 atau PEF 60-80% dan terdapat perbaikan gejala
SEDANGPertimbangkan rawat jalan
FEV 1 atau PEF < 60% dan tidak terdapat perbaikan gejala
BERATlanjut tata laksana dan evaluasi berkala