33
BAB I PENDAHULUAN Penyakit Parkinson pertama kali dijelaskan oleh James Parkinson (1817) ketika mengobservasi karakteristik khas slowness, rigidiitas, rest tremor dan gangguan gaya berjalan. Penyakit ini utamanya adalah gangguan kontrol motorik walaupun gangguan kognitif dapat berkembang pada beberapa pasien. Penyakit Parkinson adalah penyakit gangguan neurodegeneratif tersering kedua dan berhubungan dengan usia. Penyakit Parkinson merupakan suatu penyakit degeneratif pada sistem saraf (neurodegenerative) yang bersifat progressive, ditandai dengan ketidak teraturan pergerakan (movement disorder), tremor pada saat istirahat, kesulitan pada saat memulai pergerakan, dan kekakuan otot. Penyakit Parkinson dijumpai pada segala bangsa. Kebanyakan para penderita mulai dilanda penyakit ini pada usia antara 40 - 60 tahun, dengan perbandingan laki-laki dan wanita 5 : 4. Ada 2 temuan neuropatologis utama pada parkinson: hilangnya pigmen neuron dopaminergik dalam substantia nigra dan adanya Lewy’s body. Sebagian besar kasus penyakit Parkinson adalah idiopatik dan diyakini karena kombinasi faktor genetik dan lingkungan. 1 Secara lebih khusus dijelaskan bahwa pada penyakit Parkinson sel-sel otak mengalami degenerasi di substantia nigra. Substantia nigra ini jalur sel saraf spesifik terhubung dengan bagian lain yaitu corpus striatum, dimana neurotransmitter dopamine 1

Referat Parkinson

Embed Size (px)

DESCRIPTION

medicine

Citation preview

Page 1: Referat Parkinson

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit Parkinson pertama kali dijelaskan oleh James Parkinson (1817) ketika

mengobservasi karakteristik khas slowness, rigidiitas, rest tremor dan gangguan gaya berjalan.

Penyakit ini utamanya adalah gangguan kontrol motorik walaupun gangguan kognitif dapat

berkembang pada beberapa pasien. Penyakit Parkinson adalah penyakit gangguan

neurodegeneratif tersering kedua dan berhubungan dengan usia. Penyakit Parkinson merupakan

suatu penyakit degeneratif pada sistem saraf (neurodegenerative) yang bersifat progressive,

ditandai dengan ketidak teraturan pergerakan (movement disorder), tremor  pada saat istirahat,

kesulitan pada saat memulai pergerakan, dan kekakuan otot.

Penyakit Parkinson dijumpai pada segala bangsa. Kebanyakan para penderita mulai dilanda penyakit ini

pada usia antara 40 - 60 tahun, dengan perbandingan laki-laki dan wanita 5 : 4. Ada 2 temuan neuropatologis

utama pada parkinson: hilangnya pigmen neuron dopaminergik dalam substantia nigra dan

adanya Lewy’s body. Sebagian besar kasus penyakit Parkinson adalah idiopatik dan diyakini

karena kombinasi faktor genetik dan lingkungan.1

Secara lebih khusus dijelaskan bahwa pada penyakit Parkinson sel-sel otak mengalami

degenerasi di substantia nigra. Substantia nigra ini jalur sel saraf spesifik terhubung dengan

bagian lain yaitu corpus striatum, dimana neurotransmitter dopamine dilepaskan. Dopamine

adalah neurotransmitter penting dan jika konsetrasinya berubah, akan timbul masalah medis.

Hilangnya sel-sel otak tertentu dan penurunan konsentrasi dopamine landasan dari tanda dan

gejala penyakit Parkinson serta bagaimana cara pengobatannya.2

Pasien dengan penyakit Parkinson menunjukkan 2 gejala awal : berupa manifestasi klinis

awal dan tanda motoris. Gejala awal biasanya mulai muncul secara diam-diam dan muncul

perlahan selama beberapa minggu sampai bulan, dengan gejala awal yang sering muncul adalah

tremor. Ada 4 tanda cardinal penyakit Parkinson : tremor istirahat, rigiditas, bradikinesia dan

instabilitas postural.1

1

Page 2: Referat Parkinson

Ketika seorang pasien datang dengan tremor, seorang klinisi harus membandingkan tanda

dan gejala pasien dengan gambaran klinis penyakit Parkinson untuk membedakan tremor karena

penyakit Parkinson dan tremor oleh karena penyakit lain. Pada pasien dengan penyakit

Parkinson, perhatikan dengan cermat pada anamnesa untuk menyingkirkan faktor etiologi yaitu

obat-obatan, racun atau trauma.1

2

Page 3: Referat Parkinson

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Penyakit Parkinson ( paralysisagitas ) atau sindrom Parkinson ( Parkinsonismus )

merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada ganglia basalis akibat penurunan atau

tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia nigra ke globus palidus/neostriatum (striatal

dopamine deficiency).3

Penyakit Parkinson adalah suatu kondisi degeneratif yang terutama mengenai jaras

ekstrapiramidal yang mengandung neuro-transmiter dopamin, dan karakteristiknya adalah trias

yang terdiri dari :

- akinesia ( hambatan gerakan )

- rigiditas

- tremor

B. Epidemiologi

Penyakit Parkinson terjadi di seluruh dunia, jumlah penderita antara pria dan wanita hampir

seimbang. 5 – 10 % orang yang terjangkit penyakit parkinson, gejala awalnya muncul sebelum

usia 40 tahun, tapi rata-rata menyerang penderita pada usia 65 tahun. Secara keseluruhan,

pengaruh usia pada umumnya mencapai 1 % di seluruh dunia dan 1,6 % di Eropa, meningkat

dari 0,6 % pada usia 60 – 64 tahun sampai 3,5 % pada usia 85 – 89 tahun.

Menurut catatan IDI, Juni 2003, insiden penyakit Parkinson diperkirakan terjadi pada 200

per 100.000 penduduk dan prevalensinya bervariasi di berbagai negara. Hingga saat ini, belum

ada data yang lengkap mengenai jumlah penderita Parkinson di Indonesia. Namun, diperkirakan

ada sekitar 200.000-400.000 dari total jumlah penduduk Indonesia. Tapi seiring pertambahan

populasi penduduk usia lanjut maka terjadi pula peningkatan jumlah penderita Parkinson. Di

Amerika serikat diperkirakan antara 500.000 sampai 1 juta, dengan sekitar 50.000 atau 60.000

terdiagnosa baru terkena. Angka tersebut meningkat setiap tahunnya seiring dengan

meningkatnya populasi umur penduduk Amerika. Sementara sumber lain menyatakan bahwa

3

Page 4: Referat Parkinson

Penyakit Parkinson menyerang 1 diantara 250 orang yang berusia di atas 40 tahun dan sekitar 1

dari 100 orang yang berusia di atas 65 tahun.3

C. Klasifikasi

Umumnya diagnosis sindrom Parkinson mudah ditegakkan. Namun harus di usahakan

menentukan jenisnya untuk mendapat gambaran mengenai etiologi, prognosis, serta

penatalaksanaannya. Penyakit Parkinson dapat dibagi atas 3 bagian besar, yaitu :

1. primer atau idiopatik (paralisis agitans)

bentuk yang sering dijumpai, namun kausanya sampai sekarang belum jelas. Pada waktu

belakangan ini timbul teori baru, yaitu peranan MPTP (1 methyl, 4 phenyl, 12, 3,6

tetrahydropyridine) yang dapat menimbulkan penyakit Parkinson (Parkinsonismus

MPTP).4

2. sekunder atau simptomatik

parkinson sekunder penyebabnya diketahui. Berbagai kelainan atau penyakit dapat

mengakibatkan sindrom Parkinson, diantaranya :

- pasca-ensefalitis virus

- pasca infeksi lain, misalnya sifilis meningovaskuler, tuberkulosis

- obat-obatan zat toksik

- lain-lain, misalnya karena perdarahan serebral petekial pasca trauma yang

berulang-ulang pada petinju, tumor serebri.4

3. paraparkinson (Parkinson’s Plus)

Pada kelompok ini gejala Parkinson hanya merupakan sebagian dari gambaran penyakit

keseluruhan. Dari segi terapi dan prognosis perlu dideteksi jenis ini, yang misalnya

didapat pada penyakit Wilson, Sindrom Shy-Drager, Huntington, hidrosefalus

normotensif.4

D. Patofisiologi

Secara umum dapat dikatakan bahwa penyakit Parkinson terjadi karena penurunan kadar

dopamine akibat kematian neuron di substansia nigra pars compacta (SNc) sebesar 40-50% yang

disertai dengan inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy bodies) dengan penyebab multifaktor.3

Substansia nigra (sering disebut black substance), adalah suatu region kecil di otak (brain

steam) yang terletak sedikit di atas medulla spinalis. Bagian ini menjadi pusat control/koordinasi

dari seluruh pergerakan. Sel-selnya menghasilkan neurotransmitter yang disebut dopamine, yang

4

Page 5: Referat Parkinson

berfungsi untuk mengatur seluruh gerakan otot dan keseimbangan tubuh yang dilakukan oleh

sistem saraf pusat. Dopamine diperlukan untuk komunikasi elektrokimia antara sel-sel neuron di

otak terutama dalam mengatur pergerakan, keseimbangan dan refleks postural, serta kelancaran

komunikasi (bicara). Pada penyakit Parkinson sel-sel neuron di SNc mengalami degenerasi,

sehingga produksi dopamine menurun dan akibatnya semua fungsi neuron di system saraf pusat

(SSP) menurun dan menghasilkan kelambatan gerak (bradikinesia), kelambatan bicara dan

berpikir (bradifrenia), tremor dan kekauan (rigiditas).4

Hipotesis terbaru proses patologi yang mendasari proses degenerasi neuron SNc adalah

stress oksidatif. Stress oksidatif menyebabkan terbentuknya formasi oksiradikal, seperti

dopamine quinon yang dapat bereaksi dengan alfa sinuklein (disebut protofibrils). Formasi ini

menumpuk, tidak dapat di gradasi oleh ubiquitin-proteasomal pathway, sehingga menyebabkan

kematian sel-sel SNc. Mekanisme patogenik lain yang perlu dipertimbangkan antara lain :

Efek lain dari stres oksidatif adalah terjadinya reaksi antara oksiradikal dengan nitric-oxide

(NO) yang menghasilkan peroxynitric-radical.

Kerusakan mitokondria sebagai akibat penurunan produksi adenosin trifosfat (ATP) dan

akumulasi elektron-elektron yang memperburuk stres oksidatif, akhirnya menghasilkan

peningkatan apoptosis dan kematian sel.

Perubahan akibat proses inflamasi di sel nigra, memproduksi sitokin yang memicu

apoptosis sel-sel SNc.4

5

Page 6: Referat Parkinson

E. Gejala Klinis

Gejala Motorik

Gambaran klinis penyakit Parkinson

a. Tremor

Gejala penyakit parkinson sering luput dari pandangan awam, dan dianggap sebagai

suatu hal yang lumrah terjadi pada orang tua. Salah satu ciri khas dari penyakit parkinson

adalah tangan tremor (bergetar) jika sedang beristirahat. Namun, jika orang itu diminta

melakukan sesuatu, getaran tersebut tidak terlihat lagi. Itu yang disebut resting tremor,

yang hilang juga sewaktu tidur.

Tremor terdapat pada jari tangan, tremor kasar pada sendi metacarpofalang, kadang-

kadang tremor seperti menghitung uang logam atau memulung-mulung (pill rolling). Pada

sendi tangan fleksi-ekstensi atau pronasi-supinasi pada kaki fleksi-ekstensi, kepala fleksi-

ekstensi atau menggeleng, mulut membuka menutup, lidah terjulur-tertarik. Tremor ini

menghilang waktu istirahat dan menghebat waktu emosi terangsang (resting/ alternating

tremor).5

Tremor tidak hanya terjadi pada tangan atau kaki, tetapi bisa juga terjadi pada

kelopak mata dan bola mata, bibir, lidah dan jari tangan (seperti orang menghitung uang).

6

Page 7: Referat Parkinson

Semua itu terjadi pada saat istirahat/tanpa sadar. Bahkan, kepala penderita bisa bergoyang-

goyang jika tidak sedang melakukan aktivitas (tanpa sadar). Artinya, jika disadari, tremor

tersebut bisa berhenti. Pada awalnya tremor hanya terjadi pada satu sisi, namun semakin

berat penyakit, tremor bisa terjadi pada kedua belah sisi.5

b. Rigiditas/kekakuan

Tanda yang lain adalah kekakuan (rigiditas). Jika kepalan tangan yang tremor

tersebut digerakkan (oleh orang lain) secara perlahan ke atas bertumpu pada pergelangan

tangan, terasa ada tahanan seperti melewati suatu roda yang bergigi sehingga gerakannya

menjadi terpatah-patah/putus-putus. Selain di tangan maupun di kaki, kekakuan itu bisa

juga terjadi di leher. Akibat kekakuan itu, gerakannya menjadi tidak halus lagi seperti

break-dance. Gerakan yang kaku membuat penderita akan berjalan dengan postur yang

membungkuk. Untuk mempertahankan pusat gravitasinya agar tidak jatuh, langkahnya

menjadi cepat tetapi pendek-pendek.6

Adanya hipertoni pada otot fleksor ekstensor dan hipertoni seluruh gerakan, hal ini

oleh karena meningkatnya aktifitas motorneuron alfa, adanya fenomena roda bergigi

(cogwheel phenomenon). 6

c. Akinesia/Bradikinesia

Kedua gejala di atas biasanya masih kurang mendapat perhatian sehingga tanda

akinesia/bradikinesia muncul. Gerakan penderita menjadi serba lambat. Dalam pekerjaan

sehari-hari pun bisa terlihat pada tulisan/tanda tangan yang semakin mengecil, sulit

mengenakan baju, langkah menjadi pendek dan diseret. Kesadaran masih tetap baik

sehingga penderita bisa menjadi tertekan (stres) karena penyakit itu. Wajah menjadi tanpa

ekspresi. Kedipan dan lirikan mata berkurang, suara menjadi kecil, refleks menelan

berkurang, sehingga sering keluar air liur.4

Gerakan volunter menjadi lambat sehingga berkurangnya gerak asosiatif, misalnya

sulit untuk bangun dari kursi, sulit memulai berjalan, lambat mengambil suatu obyek, bila

berbicara gerak lidah dan bibir menjadi lambat. Bradikinesia mengakibatkan

berkurangnya ekspresi muka serta mimik dan gerakan spontan yang berkurang, misalnya

7

Page 8: Referat Parkinson

wajah seperti topeng, kedipan mata berkurang, berkurangnya gerak menelan ludah

sehingga ludah suka keluar dari mulut.5

d. Tiba-tiba Berhenti atau Ragu-ragu untuk Melangkah

Gejala lain adalah freezing, yaitu berhenti di tempat saat mau mulai melangkah,

sedang berjalan, atau berputar balik; dan start hesitation, yaitu ragu-ragu untuk mulai

melangkah. Bisa juga terjadi sering kencing, dan sembelit. Penderita menjadi lambat

berpikir dan depresi. Hilangnya refleks postural disebabkan kegagalan integrasi dari saraf

propioseptif dan labirin dan sebagian kecil impuls dari mata, pada level talamus dan

ganglia basalis yang akan mengganggu kewaspadaan posisi tubuh. Keadaan ini

mengakibatkan penderita mudah jatuh.5

e. Mikrografia

Tulisan tangan secara gradual menjadi kecil dan rapat, pada beberapa kasus hal ini

merupakan gejala dini. 5

f. Langkah dan gaya jalan (sikap Parkinson)

Berjalan dengan langkah kecil menggeser dan makin menjadi cepat (marche a petit

pas), stadium lanjut kepala difleksikan ke dada, bahu membengkok ke depan, punggung

melengkung bila berjalan.6

g. Bicara monoton

Hal ini karena bradikinesia dan rigiditas otot pernapasan, pita suara, otot laring,

sehingga bila berbicara atau mengucapkan kata-kata yang monoton dengan volume suara

halus (suara bisikan) yang lambat.6

h. Demensia

Adanya perubahan status mental selama perjalanan penyakitnya dengan defisit

kognitif. 6

i. Gangguan behavioral

8

Page 9: Referat Parkinson

Lambat-laun menjadi dependen (tergantung kepada orang lain), mudah takut, sikap

kurang tegas, depresi. Cara berpikir dan respon terhadap pertanyaan lambat (bradifrenia)

biasanya masih dapat memberikan jawaban yang betul, asal diberi waktu yang cukup.6

j. Gejala Lain

Kedua mata berkedip-kedip dengan gencar pada pengetukan diatas pangkal

hidungnya (tanda Myerson positif) 7

Gejala non motorik

a. Disfungsi otonom

Keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan sfingter terutama

inkontinensia dan hipotensi ortostatik

Kulit berminyak dan infeksi kulit seboroik

Pengeluaran urin yang banyak

Gangguan seksual yang berubah fungsi, ditandai dengan melemahnya hasrat

seksual, perilaku, orgasme.

b. Gangguan suasana hati, penderita sering mengalami depresi

c. Ganguan kognitif, menanggapi rangsangan lambat

d. Gangguan tidur, penderita mengalami kesulitan tidur (insomnia)

e. Gangguan sensasi

kepekaan kontras visuil lemah, pemikiran mengenai ruang, pembedaan warna

penderita sering mengalami pingsan, umumnya disebabkan oleh hypotension

orthostatic, suatu kegagalan sistemsaraf otonom untuk melakukan penyesuaian

tekanan darah sebagai jawaban atas perubahan posisi badan

berkurangnya atau hilangnya kepekaan indra perasa bau (microsmia atau

anosmia).

Untuk kepentingan klinis diperlukan adanya penetapan berat ringannya penyakit dalam hal

ini digunakan stadium klinis yaitu :

a. Stadium 1 gejala dan tanda pada satu sisi, terdapat gejala ringan, terdapat gejala yang

mengganggu tetapi menimbulkan kecacatan, biasanya terdapat tremor pada satu anggota

gerak, gejala dapat dikenali orang terdekat.

9

Page 10: Referat Parkinson

b. Stadium 2 terdapat gejala bilateral, terdapat kecacatan minimal, sikap/cara berjalan

terganggu.

c. Stadium 3 gerak tubuh nyata melambat, keseimbangan mulai terganggu saat

berjalan/berdiri, disfungsi umum sedang.

d. Stadium 4 terdapat gejala yang berat, masih dapat berjalan hanya untuk jarak tertentu,

rigiditas dan bradikinesia, tidak mampu berdiri sendiri, tremor dapat berkurang dibandingkan

stadium sebelumnya.

e. Stadium 5 stadium kathetik, kecacatan total, tidak mampu berdiri/berjalan walau dibantu.7

F. Pemeriksaan Penunjang

Magnetik Resonance Imaging ( MRI )

Baru – baru ini dalam sebuah artikel tentang MRI , didapati bahwa hanya pasien yang

dianggap mempunyai atropi multi sistem memperlihatkan signal di striatum.6

Positron Emission Tomography ( PET )

Ini merupakan teknik imaging yang masih relatif baru dan telah memberi kontribusi yang

signifikan untuk melihat kedalam sistem dopamine nigrostriatal dan peranannya dalam

patofisiologi penyakit Parkinson. Penurunan karakteristik pada pengambilan fluorodopa ,

khususnya di putamen , dapat diperlihatkan hampir pada semua penderita penyakit

Parkinson, bahkan pada tahap dini. Pada saat awitan gejala, penderita penyakit Parkinson

telah memperlihatkan penurunan 30% pada pengambilan fluorodopa putamen. Tetapi

sayangnya PET tidak dapat membedakan antara penyakit Parkinson dengan

parkinsonisme atipikal. PET juga merupakan suatu alat untuk secara obyektif memonitor

progresif penyakit, maupun secara obyektif memperlihatkan fungsi implantasi jaringan

mesensefalon fetus.6

Gambar . PET pada penderita Parkinson pre dan post transplantasi

10

Page 11: Referat Parkinson

Single Photon Emission Computed Tomography ( SPECT )

Sekarang telah tersedia ligand untuk imaging sistem pre dan post sinapsis oleh

SPECT , suatu kontribusi berharga untuk diagnosis antara sindroma Parkinson plus dan

penyakit Parkinson, yang merupakan penyakit presinapsis murni. Penempelan ke striatum

oleh derivat kokain [123]beta-CIT, yang juga dikenal sebagai RTI-55, berkurang secara

signifikan disebelah kontralateral sisi yang secara klinis terkena maupun tidak terkena

pada penderita hemiparkinson. Penempelan juga berkurang secara signifikan

dibandingkan dengan nilai yang diharapkan sesuai umur yang berkisar antara 36% pada

tahap I Hoehn dan Yahr sampai 71% pada tahap V. Marek dan yang lainnya telah

melaporkan rata-rata penurunan tahunan sebesar 11% pada pengambilan [123]beta-CIT

striatum pada 34 penderita penyakit Parkinson dini yang dipantau selama 2 tahun.

Sekarang telah memungkinkan untuk memvisualisasi dan menghitung degenerasi sel

saraf nigrostriatal pada penyakit Parkinson.6

Dengan demikian, imaging transporter dopamin pre-sinapsis yang menggunakan

ligand ini atau ligand baru lainnya mungkin terbukti berguna dalam mendeteksi orang

yang beresiko secara dini. Sebenarnya, potensi SPECT sebagai suatu metode skrining

untuk penyakit Parkinson dini atau bahkan presimptomatik tampaknya telah menjadi

kenyataan dalam praktek. Potensi teknik tersebut sebagai metode yang obyektif untuk

memonitor efikasi terapi farmakologis baru, sekarang sedang diselidiki.6

K. Diagnosis

Diagnosis penyakit Parkinson ditegakkan berdasarkan kriteria :

11

Page 12: Referat Parkinson

1. Secara klinis

Didapatkan 2 dari 3 tanda kardinal gangguan motorik : tremor, rigiditas, bradikinesia

atau

3 dari 4 tanda motorik : tremor, rigiditas, bradikinesia dan ketidakstabilan postural.

2. Krieteria Koller

Didapati 2 dari 3 tanda cardinal gangguan motorik : tremor saat istirahat atau gangguan

refleks postural, rigiditas, bradikinesia yang berlangsung 1 tahun atau lebih.

Respons terhadap terapi levodopa yang diberikan sampai perbaikan sedang (minimal

1.000 mg/hari selama 1 bulan) dan lama perbaikan 1 tahun atau lebih.

3. Kriteria Gelb & Gilman

Gejala kelompok A (khas untuk penyakit Parkinson) terdiri dari :

1) Resting tremor

2) Bradikinesia

3) Rigiditas

4) Permulaan asimetris

Gejala klinis kelompok B (gejala dini tak lazim), diagnosa alternatif, terdiri dari :

1) Instabilitas postural yang menonjol pada 3 tahun pertama

2) Fenomena tak dapat bergerak sama sekali (freezing) pada 3 tahun pertama

3) Halusinasi (tidak ada hubungan dengan pengobatan) dalam 3 tahun pertama

4) Demensia sebelum gejala motorik pada tahun pertama.

Diagnosis “possible” : terdapat paling sedikit 2 dari gejala kelompok A dimana salah

satu diantaranya adalah tremor atau bradikinesia dan tak terdapat gejala kelompok B,

lama gejala kurang dari 3 tahun disertai respon jelas terhadap levodopa atau

dopamine agonis.

Diagnosis “probable” : terdapat paling sedikit 3 dari 4 gejala kelompok A, dan tidak

terdapat gejala dari kelompok B, lama penyakit paling sedikit 3 tahun dan respon

jelas terhadap levodopa atau dopamine agonis.

Diagnosis “pasti” : memenuhi semua kriteria probable dan pemeriksaan

histopatologis yang positif.7

L. Diagnosis banding

12

Page 13: Referat Parkinson

Gangguan neurodegenerative dengan atypical parkinsonism10)

Progressive supranuclear palsy

Multiple system atrophy

Diffuse Lewy body disease

Corticobasal degeneration

Frontotemporal demensia dengan parkinsonism

Alzheimer Parkinson overlap syndrome

Huntington disease

Hallervorden-Spatz disease

Pure akinesia syndrome

Primary progresive freezing gait

Parkinson sekunder10)

Toxic : MPTP, manganase, CO2

Drug-induce : obat neuroleptik, metoclopramide, prochlorperazine, reserpin

Penyakit vaskular : basal ganglia lakuna, Binswanger disease

Hidrosefalus

Trauma

Tumor

Chronic hepatoserebral degenerasi

Wilson disease

Infeksi : postenchepalitis parkinsonism, Creutzfeldt-Jakob disease, HIV/AIDS.8

M. Komplikasi

Komplikasi yang tersering dan terbanyak dari penyakit Parkinson yaitu demensia,

aspirasi dan trauma karena jatuh. Komplikasi lain yang dapat muncul adalah atrrfi otot, nyeri,

lethargi, gangguan sistem saraf otonom, dekubitus, kontraktur dan deformitas, osteoporosis serta

gangguan gizi.8

N. Penatalaksanaan

13

Page 14: Referat Parkinson

Penyakit Parkinson adalah suatu penyakit degeneratif yang berkembang progresif dan

penyebabnya tidak diketahui, oleh karena itu strategi penatalaksanaannya adalah 1) terapi

simtomatik, untuk mempertahankan independensi pasien, 2) neuroproteksi dan 3) neurorestorasi,

keduanya untuk menghambat progresivitas penyakit Parkinson. Strategi ini ditujukan untuk

mempertahankan kualitas hidup penderitanya.8

1. Terapi farmakologik

a. Obat pengganti dopamine (Levodopa, Carbidopa)

Levodopa merupakan pengobatan utama untuk penyakit parkinson. Di dalam otak levodopa

dirubah menjadi dopamine. L-dopa akan diubah menjadi dopamine pada neuron

dopaminergik oleh L-aromatik asam amino dekarboksilase (dopa dekarboksilase).

Walaupun demikian, hanya 1-5% dari L-Dopa memasuki neuron dopaminergik, sisanya

dimetabolisme di sembarang tempat, mengakibatkan efek samping yang luas. Karena

mekanisme feedback, akan terjadi inhibisi pembentukan L-Dopa endogen. Carbidopa dan

benserazide adalah dopa dekarboksilase inhibitor, membantu mencegah metabolisme L-

Dopa sebelum mencapai neuron dopaminergik. Levodopa mengurangi tremor, kekakuan

otot dan memperbaiki gerakan. Penderita penyakit parkinson ringan bisa kembali

menjalani aktivitasnya secara normal. Obat ini diberikan bersama carbidopa untuk

meningkatkan efektivitasnya & mengurangi efek sampingnya.

Banyak dokter menunda pengobatan simptomatis dengan levodopa sampai memang

dibutuhkan. Bila gejala pasien masih ringan dan tidak mengganggu, sebaiknya terapi

dengan levodopa jangan dilakukan. Hal ini mengingat bahwa efektifitas levodopa berkaitan

dengan lama waktu pemakaiannya. Levodopa melintasi sawar-darah-otak dan memasuki

susunan saraf pusat dan mengalami perubahan enzimatik menjadi dopamin. Dopamin

menghambat aktifitas neuron di ganglia basal.

Efek samping levodopa dapat berupa:

1) Neusea, muntah, distress abdominal

2) Hipotensi postural

14

Page 15: Referat Parkinson

3) Sesekali akan didapatkan aritmia jantung, terutama pada penderita yang berusia

lanjut. Efek ini diakibatkan oleh efek beta-adrenergik dopamine pada system

konduksi jantung. Ini bisa diatasi dengan obat beta blocker seperti propanolol.

4) Diskinesia yang paling sering ditemukan melibatkan anggota gerak, leher atau

muka. Diskinesia sering terjadi pada penderita yang berespon baik terhadap terapi

levodopa. Beberapa penderita menunjukkan gejala on-off yang sangat mengganggu

karena penderita tidak tahu kapan gerakannya mendadak menjadi terhenti,

membeku, sulit. Jadi gerakannya terinterupsi sejenak.

5) Abnormalitas laboratorium. Granulositopenia, fungsi hati abnormal dan ureum darah

yang meningkat merupakan komplikasi yang jarang terjadi pada terapi levodopa.

Efek samping levodopa pada pemakaian bertahun-tahun adalah diskinesia yaitu gerakan

motorik tidak terkontrol pada anggota gerak maupun tubuh. Respon penderita yang

mengkonsumsi levodopa juga semakin lama semakin berkurang. Untuk menghilangkan

efek samping levodopa, jadwal pemberian diatur dan ditingkatkan dosisnya, juga dengan

memberikan tambahan obat-obat yang memiliki mekanisme kerja berbeda seperti dopamin

agonis, COMT inhibitor atau MAO-B inhibitor.8

b. Agonis Dopamin

Agonis dopamin seperti Bromokriptin (Parlodel), Pergolin (Permax), Pramipexol

(Mirapex), Ropinirol, Kabergolin, Apomorfin dan lisurid dianggap cukup efektif untuk

mengobati gejala Parkinson. Obat ini bekerja dengan merangsang reseptor dopamin, akan

tetapi obat ini juga menyebabkan penurunan reseptor dopamin secara progresif yang

selanjutnya akan menimbulkan peningkatan gejala Parkinson.

Obat ini dapat berguna untuk mengobati pasien yang pernah mengalami serangan yang

berfluktuasi dan diskinesia sebagai akibat dari levodopa dosis tinggi. Apomorfin dapat

diinjeksikan subkutan. Dosis rendah yang diberikan setiap hari dapat mengurangi fluktuasi

gejala motorik.

Efek samping obat ini adalah halusinasi, psikosis, eritromelalgia, edema kaki, mual dan

muntah.8

15

Page 16: Referat Parkinson

c. Antikolinergik

Obat ini menghambat sistem kolinergik di ganglia basal dan menghambat aksi

neurotransmitter otak yang disebut asetilkolin. Obat ini mampu membantu mengoreksi

keseimbangan antara dopamine dan asetilkolin, sehingga dapat mengurangi gejala tremor.

Ada dua preparat antikolinergik yang banyak digunakan untuk penyakit parkinson , yaitu

thrihexyphenidyl (artane) dan benztropin (congentin). Preparat lainnya yang juga termasuk

golongan ini adalah biperidon (akineton), orphenadrine (disipal) dan procyclidine

(kamadrin).

Efek samping obat ini adalah mulut kering dan pandangan kabur. Sebaiknya obat jenis ini

tidak diberikan pada penderita penyakit Parkinson usia diatas 70 tahun, karena dapat

menyebabkan penurunan daya ingat.8

d. Penghambat Monoamin oxidase (MAO Inhibitor)

Selegiline (Eldepryl), Rasagaline (Azilect). Inhibitor MAO diduga berguna pada penyakit

Parkinson karena neurotransmisi dopamine dapat ditingkatkan dengan mencegah

perusakannya. Selegiline dapat pula memperlambat memburuknya sindrom Parkinson,

dengan demikian terapi levodopa dapat ditangguhkan selama beberapa waktu. Berguna

untuk mengendalikan gejala dari penyakit Parkinson yaitu untuk mengaluskan pergerakan.

Selegilin dan rasagilin mengurangi gejala dengan dengan menginhibisi monoamine

oksidase B (MAO-B), sehingga menghambat perusakan dopamine yang dikeluarkan oleh

neuron dopaminergik. Metabolitnya mengandung L-amphetamin and L-methamphetamin.

Biasa dipakai sebagai kombinasi dengan gabungan levodopa-carbidopa. Selain itu obat ini

juga berfungsi sebagai antidepresan ringan. Efek sampingnya adalah insomnia, penurunan

tekanan darah dan aritmia.7

e. Obat dopamino-antikolinergik (Amantadin)

Berperan sebagai pengganti dopamine, tetapi bekerja di bagian lain otak. Obat ini dulu

ditemukan sebagai obat antivirus, selanjutnya diketahui dapat menghilangkan gejala

penyakit Parkinson yaitu menurunkan gejala tremor, bradikinesia, dan fatigue pada awal

penyakit Parkinson dan dapat menghilangkan fluktuasi motorik (fenomena on-off) dan

diskinesia pada penderita Parkinson lanjut. Dapat dipakai sendirian atau sebagai kombinasi

16

Page 17: Referat Parkinson

dengan levodopa atau agonis dopamine. Efek sampingnya dapat mengakibatkan

mengantuk.8

f. Penghambat Catechol 0-Methyl Transferase/COMT

Entacapone (Comtan), Tolcapone (Tasmar). Obat ini masih relatif baru, berfungsi

menghambat degradasi dopamine oleh enzim COMT dan memperbaiki transfer levodopa

ke otak. Mulai dipakai sebagai kombinasi levodopa saat efektivitas levodopa menurun.

Diberikan bersama setiap dosis levodopa. Obat ini memperbaiki fenomena on-off,

memperbaiki kemampuan aktivitas kehidupan sehari-hari.9

Efek samping obat ini berupa gangguan fungsi hati, sehingga perlu diperiksa tes fungsi hati

secara serial. Obat ini juga menyebabkan perubahan warna urin berwarna merah-oranye.

g. Neuroproteksi

Terapi neuroprotektif dapat melindungi neuron dari kematian sel yang diinduksi

progresifitas penyakit. Yang sedang dikembangkan sebagai agen neuroprotektif adalah

apoptotic drugs (CEP 1347 and CTCT346), lazaroids, bioenergetics, antiglutamatergic

agents, dan dopamine receptors. Adapun yang sering digunakan di klinik adalah

monoamine oxidase inhibitors (selegiline and rasagiline), dopamin agonis, dan complek I

mitochondrial fortifier coenzyme Q10.9

17

Page 18: Referat Parkinson

Algoritma penatalaksanaan penyakit Parkinson

2. Terapi pembedahan

Bertujuan untuk memperbaiki atau mengembalikan seperti semula proses patologis yang

mendasari (neurorestorasi).10

a. Terapi ablasi lesi di otak

Termasuk katergori ini adalah thalamotomy dan pallidotomy

Indikasi : - fluktuasi motorik berat yang terus menerus

- diskinesia yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan medik

Dilakukan penghancuran di pusat lesi di otak dengan menggunakan kauterisasi. Efek

operasi ini bersifat permanen seumur hidup dan sangat tidak aman untuk melakukan ablasi

dikedua tempat tersebut.9

b. Deep Brain Stimulation (DBS)

Ditempatkan semacam elektroda pada beberapa pusat lesi di otak yang dihubungkan

dengan alat pemacunya yang dipasang di bawah kulit dada seperti alat pemacu jantung.

18

Page 19: Referat Parkinson

Pada prosedur ini tidak ada penghancuran lesi di otak, jadi relatif aman. Manfaatnya adalah

memperbaiki waktu off dari levodopa dan mengendalikan diskinesia.9

c. Transplantasi

Percobaan transplantasi pada penderita penyakit parkinson dimulai 1982 oleh Lindvall dan

kawannya, jaringan medula adrenalis (autologous adrenal) yang menghasilkan dopamin.

Jaringan transplan (graft) lain yang pernah digunakan antara lain dari jaringan embrio

ventral mesensefalon yang menggunakan jaringan premordial steam atau progenitor cells,

non neural cells (biasanya fibroblast atau astrosytes), testis-derived sertoli cells dan carotid

body epithelial glomus cells. Untuk mencegah reaksi penolakan jaringan diberikan obat

immunosupressant cyclosporin A yang menghambat proliferasi T cells sehingga masa idup

graft jadi lebih panjang. Transplantasi yang berhasil baik dapat mengurangi gejala penyakit

parkinson selama 4 tahun kemudian efeknya menurun 4 – 6 tahun sesudah transplantasi.

Teknik operasi ini sering terbentur bermacam hambatan seperti ketiadaan donor, kesulitan

prosedur baik teknis maupun perijinan.10

3. Non Farmakologik

a. Edukasi

Pasien serta keluarga diberikan pemahaman mengenai penyakitnya, misalnya pentingnya

meminum obat teratur dan menghindari jatuh. Menimbulkan rasa simpati dan empati dari

anggota keluarganya sehingga dukungan fisik dan psikik mereka menjadi maksimal.10

b. Terapi rehabilitasi

Tujuan rehabilitasi medik adalah untuk meningkatkan kualitas hidup penderita dan

menghambat bertambah beratnya gejala penyakit serta mengatasi masalah-masalah sebagai

berikut : Abnormalitas gerakan, Kecenderungan postur tubuh yang salah, Gejala otonom,

Gangguan perawatan diri (Activity of Daily Living – ADL), dan Perubahan psikologik.

Latihan yang diperlukan penderita parkinson meliputi latihan fisioterapi, okupasi, dan

psikoterapi.10

Latihan fisioterapi meliputi : latihan gelang bahu dengan tongkat, latihan ekstensi trunkus,

latihan frenkle untuk berjalan dengan menapakkan kaki pada tanda-tanda di lantai, latihan

isometrik untuk kuadrisep femoris dan otot ekstensor panggul agar memudahkan menaiki

tangga dan bangkit dari kursi.

19

Page 20: Referat Parkinson

Latihan okupasi yang memerlukan pengkajian ADL pasien, pengkajian lingkungan tenpat

tinggal atau pekerjaan. Dalam pelaksanaan latihan dipakai bermacam strategi, yaitu :

Strategi kognitif : untuk menarik perhatian penuh/konsentrasi, bicara jelas dan tidak

cepat, mampu menggunakan tanda-tanda verbal maupun visual dan hanya

melakukan satu tugas kognitif maupun motorik.

Strategi gerak : seperti bila akan belok saat berjalan gunakan tikungan yang agak

lebar, jarak kedua kaki harus agak lebar bila ingin memungut sesuatu dilantai.

Strategi keseimbangan : melakukan ADL dengan duduk atau berdiri dengan kedua

kaki terbuka lebar dan dengan lengan berpegangan pada dinding. Hindari eskalator

atau pintu berputar. Saat bejalan di tempat ramai atau lantai tidak rata harus

konsentrasi penuh jangan bicara atau melihat sekitar.

Seorang psikolog diperlukan untuk mengkaji fungsi kognitif, kepribadian, status mental

pasien dan keluarganya. Hasilnya digunakan untuk melakukan terapi rehabilitasi kognitif

dan melakukan intervensi psikoterapi.6

O. Prognosis

Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala parkinson, sedangkan

perjalanan penyakit itu belum bisa dihentikan sampai saat ini. Sekali terkena parkinson, maka

penyakit ini akan menemani sepanjang hidupnya. Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi

mengalami progress hingga terjadi total disabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan

fungsi otak general, dan dapat menyebabkan kematian.

Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasien berbeda-berbeda. Kebanyakan pasien

berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala berkurang, dan lamanya gejala terkontrol sangat

bervariasi. Efek samping pengobatan terkadang dapat sangat parah. Penyakit Parkinson sendiri

tidak dianggap sebagai penyakit yang fatal, tetapi berkembang sejalan dengan waktu. Rata-rata

harapan hidup pada pasien Parkinson pada umumnya lebih rendah dibandingkan yang tidak

menderita Parkinson. Pada tahap akhir, penyakit Parkinson dapat menyebabkan komplikasi

seperti tersedak, pneumoni, dan memburuk yang dapat menyebabkan kematian.10

20

Page 21: Referat Parkinson

Progresifitas gejala pada Parkinson dapat berlangsung 20 tahun atau lebih. Namun

demikian pada beberapa orang dapat lebih singkat. Tidak ada cara yang tepat untuk

memprediksikan lamanya penyakit ini pada masing-masing individu. Dengan treatment yang

tepat, kebanyakan pasien Parkinson dapat hidup produktif beberapa tahun setelah diagnosis.10

21

Page 22: Referat Parkinson

BAB III

KESIMPULAN

Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang bersifat kronis progresif,

merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada ganglia basalis akibat penurunan atau

tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia nigra ke globus palidus/ neostriatum (striatal

dopamine deficiency). Di Amerika Serikat, ada sekitar 500.000 penderita parkinson. Di

Indonesia sendiri, dengan jumlah penduduk 210 juta orang, diperkirakan ada sekitar 200.000-

400.000 penderita

Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis yang membutuhkan penanganan secara

holistik meliputi berbagai bidang. Pada saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan penyakit

ini, tetapi pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala yang timbul . Obat-obatan yang ada

sekarang hanya menekan gejala-gejala parkinson, sedangkan perjalanan penyakit itu belum bisa

dihentikan sampai saat ini. Sekali terkena parkinson, maka penyakit ini akan menemani

sepanjang hidupnya.

Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progress hingga terjadi total

disabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak general, dan dapat menyebabkan

kematian. Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasien berbeda-berbeda. Kebanyakan pasien

berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala berkurang, dan lamanya gejala terkontrol sangat

bervariasi. Efek samping pengobatan terkadang dapat sangat parah.

22

Page 23: Referat Parkinson

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjahrir H, Nasution D, Gofir A. Parkinson’s Disease & Other Movement Disorders. Medan:

Pustaka Cedekia dan Departemen Neurologi FK USU;2007.p. 4-53.

2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I. Penyakit Parkinson. Jakarta:Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid III; 2007.p.1373-7.

3. Price SA, Wilson LM, Hartwig MS. Gangguan Neurologis dengan Simtomatologi

Generalisata. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Vol 2. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC; 2006.p.1139-44.

4. Harsono. Penyakit Parkinson. Buku Ajar Neurologis Klinis. Perhimpunan Dokter Spesialis

Saraf Indonesia dan UGM;2008.p.233-43.

5. Duus Peter. Diagnosis Topik Neurologi Anatomi, Fisiologi, Tanda dan Gejala Edisi II.

Jakarta : EGC; 1996.p.231-43.

6. Lindsay, K.W., Bone I. 2004. Neurology and Meurosurgery Illustrated. Fourth Edition :

Churchill Livingstone.

7. Oroz, M.C.R., Jahanshahi M., Krack P., Litvan I., Macias R., Bezard E., dkk. Initial Clinical

Manifestations of Parkinson’s Disease: Features and Pathophysiological Mechanisms.

Spanyol : University of Navarra;2009.p.234.

8. Wu Y., Le W., Jankovic J. Preclinical Biomarkers of Parkinson Disease. America :

American Medical Association;2011.

9. Hauser Stephen,ed. Harrison’s Neurologi in Clinical Medicine. New York:McGraw-

Hill.p.320-36

10. John C.M., Brust M.D.Current Diagnosis & Treatment in Neurology. New York : McGraw-

Hill Professional;2007.

23