Upload
inna
View
342
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Referat
Citation preview
GANGGUAN PSIKOTIK
I. PENDAHULUAN
Penderita gangguan psikotik sering mendapat stigma dan diskriminasi yang
lebih besar dari masyarakat di sekitarnya dibandingkan individu yang menderita
penyakit medis lainnya. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena ketidaktahuan
atau pengertian yang salah dari keluarga atau anggota masyarakat mengenai
gangguan ini.1 Gangguan psikotik merupakan gangguan mental yang berat yang
menyebabkan pemikiran dan persepsi yang tidak normal dan juga orang dengan
gangguan psikotik akan kehilangan realita dalam dirinya.2
Penderita gangguan psikotik sering mendapat perilaku yang tidak manusiawi
misalnya perlakuan kekerasan, diasingkan, diisolasi, atau dipasung. Manifestasi
gangguan ini sering ditemukan pada kelompok usia muda. Hal ini akan
mempengaruhi perasaan, pikiran, perilaku, pergerakan, pembicaraan, inisiatif,
pekerjaan dan kehidupan sosial dari penderita.1
Kurangnya kesadaran masyarakat akan penyakit ini mungkin berhubungan
dengan penatalaksanaan yang tidak adekuat dan fasilitas perawatan yang kurang
memadai. Onset yang timbul pertama kali ditemukan pada usia remaja atau dewasa
muda, perjalanan penyakit yang kronik dan tidak sembuh. Hal inilah yang yang
menyebabkan penderita sering dianggap sebagai beban dan kurang berguna bagi
masyarakat.1
Salah satu gangguan psikotik yang banyak ditemukan adalah skizofrenia yang
dikarakteristikkan dengan gejala positif atau negatif dan sering dihubungkan
dengan kemunduran penderita dalam menjalankan fungsinya sehari- hari. Penilaian
dan manajemen dalam penatalaksanaan penderita gangguan ini perlu dilakukan
dengan menentukan diagnosis yang lebih akurat dan pilihan pengobatan yang lebih
efektif dan efisien dengan mempertimbangkan banyak aspek. Ini memberikan
harapan hasil yang lebih baik seperti gangguan fungsi yang dialami oleh pasien
1
mengalami perbaikan, kualitas hidup penderita menjadi lebih baik, dan penderitaan
emosional yang dialami oleh pasien dan anggota keluarga berkurang.
II. EPIDEMIOLOGI
Kasus gangguan psikotik yang paling banyak ditemukan di masyarakat adalah
skizofrenia. Skizofrenia mempunyai prevalensi sebesar 1% dari populasi di dunia
(rata- rata 0,85%). Prevalensi berdasarkan ras dan budaya adalah sama. Wanita
cenderung mengalami gejala lebih ringan, lebih sedikit rawat inap dan fungsi sosial
yang lebih baik di komunitas dibandingkan laki- laki.
Prevalensi gangguan psikotik lainnya seperti gangguan skizoefektif adalah
0,32%, gangguan skizofreniform 0,07% gangguan delusi 0,18% dan 0,21% untuk
gangguan psikotik oleh karena kondisi medis. 2
III.DEFINISI
Ganggguan psikosis adalah suatu gangguan kejiwaan yang dapat terjadi ketika
seseorang kehilangan kemampuannya untuk membedakan apakah yang dialaminya
itu pengalaman yang berdasarkan realita atau bukan. Suatu gangguan sudah dikatakan
psikosis apabila terdapat gejala berupa waham atau halusinasi. Gangguan yang
termasuk ke dalam kelompok psikosis adalah skizofrenia, skizofreniform,
skizoafektif, gangguan waham, brief psikotik disorder, psikotik terbagi atau folie
adeux dan psikotik karena kondisi medis umum atau zat. Sedangkan gangguan yang
berhubungan dengan gambaran psikotik adalah mania, depresi, gangguan kognitif,
dan demensia. 1
2
IV. ETIOLOGI
Penyebab utama dari gangguan psikotik biasanya tidak bersumber dari
satu faktor saja. Gangguan jiwa disebabkan oleh faktor- faktor pada ketiga unsur
berikut yang terus menerus saling mempengaruhi, yaitu:
1. Faktor Biologis
- Anatomi
Gangguan psikotik dapat terjadi jika terdapat gangguan-
gangguan pada otak. Otak pada manusia terdiri dari empat lobus
(lobus frontalis, temporalis, parietalis dan osipitalis) yang
mempunyai fungsinya masing- masing. 4
Adanya gangguan pada lobus frontalis dapat menyebabkan
perubahan aktivitas motorik, gangguan intelektual, perubahan
kepribadian, dan emosi yang tidak stabil dan superficial. 4
Fungsi utama dari lobus frontalis adalah bahasa ingatan, dan
emosi. Lesi pada lobus ini akan menyebabkan fungsi terganggu.
Contoh afek pada gangguan lobus temporalis adalah afasia,
amnesia agnosia dan dapat pula terjadi gangguan psikosensorik
seperti halusinasi dan ilusi. 4
Pada lobus parietalis, efek gangguan yang dapat dilihat
misalnya afasia, kesulitan menghitung atau menulis.
Lobus osipitalis merupakan lobus sensoris utama untuk input
visual, dan lesi pada lobus tersebut menyebabkan berbagai gejala
visual seperti aleksia, agnosia warna dan halusinasi. 4
- Neurotransmitter
Terdapat hipotesis Dopamin yang menyatakan bahwa
gangguan psikotik yang terjadi pada seseorang diakibatkan oleh
karena adanya overaktivitas pada jalur- jalur tersebut:
3
a. Mesolimbik dopamine pathways
Jalur ini terdiri dari neuron dopamin dari daerah tegmental
ventral di batang otak yang melepaskan dopamin ke nukleus
akumben di daerah limbik. Sistem ini mengatur jalur imbalan
dan proses emosional dan berhubungan dengan gejala positif
skizofrenia. 1
b. Mesokortikal dopamine pathways
Jalur ini terdiri dari neuron dopamin dari daerah tegmental
ventral dan substansia nigra. Neuron daerah ventral tegmental
disertakan dalam rilis sistem dopamin mesocortical ke korteks
prefrontal dan mengatur daerah yang terlibat dalam proses
kognitif (yaitu korteks prefrontal dorsal lateral yang mengatur
fungsi eksekutif). Neuron di substansia nigra dopamin dirilis
ke ganglia basal dan mengatur daerah- daerah yang terlibat
dengan kontrol motorik. Sistem mesokortikal dikaitkan dengan
gejala- gejala negatif skizofrenia. 5
2. Faktor Genetik
Walaupun sekurangnya gangguan mental yang utama (seperti
skizofrenia, gangguan bipolar dan gangguan panik) mempunyai
komponen genetika dalam penyebabnya, sedikit yang diketahui
tentang apa yang terkandung dalam komponen genetika dan
bagaimana komponen genetika berinteraksi dengan faktor
lingkungan untuk menghasilkan perkembangan gangguan mental
pada orang tertentu. 1
Menurut Teori Kerentanan Genetika, tidak banyak gangguan
psikiatrik yang kemungkinan disebabkan oleh gen tunggal. Lebih
tepat, gen multipel kemungkinan berperan dalam perkembangan
penyakit mental pada diri seseorang. Gen yang rentan adalah gen
4
yang meningkatkan resiko di mana seseorang dengan gen tersebut
akan mempunyai gangguan tertentu. Adanya gen rentan tambahan
atau kerja variabel lingkungan mungkin diperlukan untuk
perkembangan gangguan. 1
3. Faktor Psikososial
Peranan faktor psikologis dan faktor sosial juga mengambil
andil dalam terbentuknya gangguan psikotik dalam diri seseorang.
Contohnya seperti deprivasi (ketidakperolehan) biologis atau
psikologis saat masa pertumbuhan, pola keluarga yang patogenik,
kestabilan keluarga, tingkatan ekonomi, dan diskriminasi pada
kelompok minoritas. 1,6
V. MANIFESTASI KLINIK
Seseorang dengan gangguan psikotik dapat mengalami satu atau lebih gejala
halusinasi, delusi atau gangguan pikiran.
Halusinasi
Halusinasi didefinisikan sebagai persepsi indera tanpa adanya
rangsangan eksternal. Halusinasi berbeda dari ilusi, atau distorsi persepsi,
yang merupakan kesalahan persepsi dari stimuli eksternal.
Halusinasi dapat terjadi pada salah satu dari lima pancaindra dan
mengambil hampir semua bentuk, yang mungkin termasuk sensasi sederhana
(seperti lampu, warna, rasa, dan bau) untuk pengalaman yang lebih bermakna
seperti melihat dan berinteraksi dengan hewan sepenuhnya terbentuk dan
manusia, mendengar suara, dan memiliki sensasi taktil kompleks.7
Dasar dari sebuah halusinasi bisa saja oleh karena penyebab organik,
fungsional, psikotik maupun histerik.
Halusinasi mempunyai berbagai jenis, misalnya:8
5
- Halusinasi penglihatan (visual, optik): tak terbentuk (sinar, kilapan
atau cahaya) atau berbentuk (orang, binatang atau barang lain
yangdikenalnya), berwarna atau tidak;
- Halusinasi pendengaran (auditif, akustik): suara manusia, hewan atau
mesin, barang, kejadian alamiah atau musik;
- Halusinasi penciuman (olfaktorik): mencium suatu bau;
- Halusinasi pengecapan (gustatorik): rasa mengecap sesuatu;
- Halusinasi perabaan (taktil): merasa diraba, disentuh, ditiup, disinari
atau seperti ada ulat bergerak di bawah kulitnya;
- Halusinasi kinestetik: merasa badannya bergerak dalam sebuah ruang,
atau anggota badannya bergerak (misalnya, anggota badan bayangan atau
phantom limb);
- Halusinasi visceral: perasaan tertentu timbul di dalam tubuhnya.
Halusinasi dapat timbul pada skizofrenia dan pada psikosis bipolar,
pada sindrom otak organik, epilepsi (sebagai aura), neurosis histerik,
intoksikasi atropine atau kecubung, zat halusinogenik dan pada deprivasi
sensorik.8
Delusi
Delusi atau waham merupakan keyakinan tentang suatu pikiran yang
tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak cocok dengan intelegensi dan latar
belakang kebudayaannya, biarpun dibuktikan kemustahilan hal itu. Waham
itu banyak jenisnya, diantaranya sebagai berikut:8
- Waham kejaran: misalnya pasien yakin bahwa ada orang atau
komplotan yang sedang mengganggunya atau bahwa ia sedang
ditipu, dimata- matai atau dikejar.
- Waham somatik atau hipokondrik: keyakinan tentang (sebagian)
tubuhnya yang tidak mungkin benar, misalnya bahwa ususnya
sudah busuk, otaknya sudah cair, ada seekor kuda dalam perutnya.
6
- Waham kebesaran: yaitu bahwa ia mempunyai kekuatan,
pendidikan, kepandaian atau kekayaan yang luar biasa, misalnya
bahwa dialah Ratu Adil, dapat membaca pikiran orang lain,
mempunyai puluhan rumah atau mobil.
- Waham keagamaan: waham dengan tema keagamaan.
- Waham dosa: keyakinan bahwa ia telah berbuat dosa atau
kesalahan yang besar, yang tidak dapat diampuni atau bahwa ia
bertanggung jawab atas suatu kejadian yang tidak baik, misalnya
kecelakaaan keluarga, karena pikirannya yang tidak baik.
- Waham pengaruh: yakin bahwa pikirannya, emosi atau
perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh orang lain atau suatu
kekuatan yang aneh.
- Waham sindiran (ideas of refrences): merasa dibicarakn oleh orang
lain.
- Waham nihilistik: yakin bahwa dunia ini sudah hancur atau bahwa
ia sendiri dan atau orang lain sudah mati.
- Tingkah laku yang dipengaruhi oleh waham: karena waham, maka
ia berbuat atau bertingkah laku demikian.8
Gangguan Berpikir
Proses berpikir dibagi menjadi proses atau bentuk dan isi. Proses atau
bentuk menunjukkan, dimana seseorang dapat menyatukan ide dan asosiasi
dalam bentuk pikirnya. Proses pikir atau bentuk pikir dapat logis dan koheren
atau tak logis bahkan tidak dapat dipahami sama sekali. Bentuk proses
berpikir dinilai dari produktivitas dan kontinuitasnya atau arus berpikirnya. Ini
menunjukkan pada apa yang sesungguhnya menjadi pemikiran seseorang
tentang ide- idenya, kepercayaan / keyakinannya, preokupasinya, dan
obsesinya.8
7
Proses berpikir meliputi proses pertimbangan (judgment) ,
pemahaman (comprehension), ingatan serta penalaran (reasoning). Proses
berpikir yang normal mengandung arus ide, simbol dan asosiasi yang terarah
kepada tujuan, dibangkitkan oleh suatu masalah atau tugas dan yang
menghantarkan kepada suatu penyelesaian yang berorientasi kepada
kenyataan.8
Beberapa macam faktor yang mempengaruhi proses berpikir, misalnya
(gangguan otak, kelelahan), faktor psikologik (gangguan emosi, psikosis) dan
faktor sosial (kegaduhan dan keadaan sosial yang lain) yang sangat
mempengaruhi perhatian atau konsentrasi individu.8
Secara singkat, gangguan psikotik dapat kita bagi menjadi gangguan
psikotik organik dan non-organik.
Gangguan psikotik organik :
Demensia
Demensia merupakan kemunduran fungsi mental
umum, terutama intelegensi disebabkan oleh kerusakan
jaringan otak yang tidak dapat kembali lagi (irreversible).
Daerah otak yang terutama terkena ialah lobus parietalis,
temporalis dan frontalis. Prognosisnya biasa jelek. Gejala
gangguan status mental dapat berupa disorientasi, gangguan
ingatan, emosi yang labil dan afasia. Gejala- gejala ini timbul
sesuai dengan tipe- tipe demensia yang diderita.7
Delirium
Delirium menunjukkan kepada sindrom otak organic
karena gangguan fungsi atau metabolism otak. Gejala utama
8
ialah kesadaran yang menurun. Gejala- gejala lain misalnya
penderita tidak mampu mengenal orang dan berkomunikasi
baik, ada yang bingung atau cemas, gelisah dan panik, ada
pasien yang terutama berhalusinasi dan ada yang hanya
berbicara komat- kamit dan inkoheren. Kelainan- kelainan
organik yang dapat menimbulkan delirium seperti rudapaksa
kepala dan sindrom Korsakoff.7
Gangguan psikotik non-organik :
Skizofrenia
Terdapat beberapa acuan untuk mendiagnosis suatu
skizofrenia. Menurut PPDGJ (F20), dalam mendiagnosis
skizofrenia harus ditemukan minimal 1 dari criteria berikut:1
1. Thought echo, thought insertion or withdrawal, thought
broadcasting.
2. Delusion of control, delusion of influence,delusion of
passivity, delusion perception.
3. Halusinasi auditorik.
4. Waham- waham menetap yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil.
Atau minimal 2 dari kriteria di bawah ini:
1. Halusinasi menetap dari panca indera apa saja.
2. Arus pikiran terputus, mengalami sisipan yan berakibat
irrelevant atau inkoheren atau neologisme
3. Perilaku katatonik
4. Gejala negative (seperti apatis, bicara sangat jarang, respon
emosional yang tumpul dan tidak wajar).
9
Gejala khas berlangsung minimal 1 bulan dan harus ada perubahan
konsisten dan bermakna dari mutu keseluruhan aspek perilaku pribadi
dengan manifestasi hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat
sesuatu, self absorbed, penarikan diri dari sosial.
Beberapa tipe dari skizofrenia adalah:
Tipe paranoid
Tipe hebefrenik
Tipe katatonik
Tipe residual
Tipe simpleks
Tipe depresi pasca skizofrenia
Tipe tak terinci (undifferentiated)
Skizofreniform
Gangguan ini identik dengan skizofrenia kecuali durasi
waktu gejala yang lebih singkat. Gangguan ini mempunyai
prognosis yang baik dibandingkan skizofrenia karena kembali
ke fungsi dasar.1
Kriteria diagnostik skizofreniform menurut DSM-IV TR:
Apabila kriteria dari skizofrenia terpenuhi
Gangguan bersifat episodik (termasuk fase prodromal,
aktif dan residual) dan berlangsung di antara 1 sampai
dengan kurang 6 bulan. Jika diagnosis dibuat sebelum
pemulihan dinyatakan sebagai “provinsional”.
Skizoafektif
Kriteria diagnostik gangguan akizoafektif menurut PPDGJ III
(F.25):1
10
Bersifat episodik
Apabila terdapat adanya gejala afektif dan skizofrenik
yang menonjol dan timbul secara bersamaan, ada dalam
episode yang sama dari penyakit atau setidaknya
beberapa hari yang satu sesudah yang lain.
Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia, episode
manik maupun episode depresi.
Tidak dapat digunakan pada pasien yang menunjukkan
gejala- gejala skizofrenik dan afektif dalam episode
penyakit yang berbeda.
Ada beberapa tipe gangguan skizoafektif menurut PPDGJ III
yaitu gangguan skizoafektif tipe manik, depresif, tipe campuran, tipe
lainnya, dan yang tak tergolongkan (ytt).
Ganggguan Waham
Menurut PPDGJ III (F22.0):1
Waham merupakan satu- satunya ciri khas klinis atau
gejala yang paling menonjol.
Sudah ada waham minimal 3 bulan lamanya.
Waham harus bersifat khas pribadi (personal) dan
bukan budaya setempat (subkultural).
Apabila waham muncul secara bersamaan dengan
gangguan mood, maka waham menetap pada saat
gangguan mood sudah menghilang.
Tidak terdapat gejala skizofrenia seperti waham
dikendalikan atau siar pikiran.
Folie Adeux (Shared Psychotic Disorder)
Kriteria diagnostic folie adeux menurut PPDGJ III (F.24):1
11
Terdapat 2 orang atau lebih mengalami waham atau
sistem waham yang sama dan saling mendukung dalam
keyakinan.
Mereka mempunyai hubungan yang luar biasa dekat.
Waham induksi pada anggota dari pasangan atau
kelompok yang menerima (pasif) melalui kontak
dengan pasangan atau anggota kelompok yang aktif.
Selain gangguan- gangguan yang telah dijelaskan
secara singkat di atas, terdapat pula gangguan yang
berhubungan dengan gambaran psikotik. Sebagai
contoh yaitu gambaran mania, depresi, gangguan
kognitif, dan demensia.
VI. TERAPI
Farmakoterapi
Indikasi pemberian obat antipsikotik adalah untuk mengendalikan
gejala akrif pada awalnya dan kemudian mencegah kekambuhan. Strategi
pengobatan tergantung pada fase penyakit apakah akut atau kronis. Fase akut
biasanya ditandaioleh gejala psikotik (yang baru dialami atau yang kambuh)
yang perlu segera diatasi. Tujuan pengobatan di sini adalah mengurangi gejala
psikotik yang parah.8
Saat ini, obat antipsikotik dikelompokkan dalam dua kelompok besar,
yaitu antipsikotik generasi pertama (APG I) dan antipsikotik generasi kedua
(APG II). Kerja dari APG I ialah menurunkan hiperaktivitas dopamine di jalur
mesolimbik sehingga menyebabkan simptom positif menurun tetapi ternyata
APG I tidak hanya memblok reseptor D2 di mesolimbik tetapi juga memblok
reseptor D2 di tempat lain seperti di jalur mesokortikal, nigrostriatal dan
tuberoinfundibular. Contoh obat APG I yang masih sering digunakan seperti
haloperidol, chlorpromazine, fluphenazine, trifluoperazine. 1
12
APG II mempunyai mekanisme kerja melalui interaksi antara
serotonin dan dopamine pada keempat jalur dopamine di otak. Hal ini
menyebabkan efek samping EPS (Extrapyramidal Syndrome) lebih rendah
dan sangat efektif untuk mengatasi simptom negative. Obat APG II yang
dikenal saat ini adalah clozapine, risperidone, olanzapine, quetiapine,
zotepine, dan aripriprazole.1
Perbedaan antara APG I dan APG II adalah, APG I hanya memblok
reseptor D2 sedangkan APG II memblok secara bersamaan reseptor serotonin
dan reseptor dopamine.
Pengobatan dengan antipsikotik genereasi pertama dapat tetap
berguna, terutama pada pasien yang tidak toleransi terhadap pengobatan
terbaru atau tidak efekif.1
Psikoterapi
Psikoterapi adalah suati cara pengobatan terhadap masalah emosional
seorang pasien yang dilakukan oleh seorang yang telah terlatih dalam
hubungan professional secara sukarela, dengan maksud hendak
menghilangkan, megubah atau menghambat gejala- gejala yang ada,
mengoreksi perilaku yang terganggu, dan mengembangkan pertumbuhan
kepribadian secara positif. Psikoterapi dilaksanankan agar pasien
memahami tingkah lakunya dan mengganti tingkah laku yang lebih
konstruktif melalui pemahaman- pemahaman yang selama ini kurang baik
dan cenderung merugikan baik diri sendiri, orang lain maupun lingkungan
sekitar. Pembagian psikoterapi berupa psikoterapi individu dan psikoterapi
kelompok.9
VII. KESIMPULAN
13
Gangguan psikosis adalah suati gangguan kejiwaan yang dapat terjadi
ketika seseorang kehilangan kemampuannya untuk membedakan apakah yang
dialaminya itu pengalaman yang berdasarkan realita atau bukan. Suatu gangguan
sudah dikatakan psikosis apabila terdapat gejala berupa waham atau halusinasi.
Gangguan yang termasuk ke dalam kelompok psikotik terbagi dua yaitu gangguan
pskotik organic dan gangguan psikotik non-organik. Yang termasuk gangguan
psikotik adalah demensia dan delirium. Sedangkan yang termasuk gangguan
psikotik non-organik adalah skizofrenia, skizofreniform, skizoafektif, gangguan
waham, brief psikotik disorder, psikotik terbagi atau folie adeux, dan psikotik
karena kondisi medis umum atau zat. Sedangkan gangguan yang berhubungan
dengan gambaran psikotik adalah mania, depresi, gangguan kognitif, dan
demensia.
Penyebab utama dari gangguan psikotik biasa tidak bersumber dari satu
faktor saja. Gangguan jiwa disebabkan oleh faktor- faktor pada ketiga unsure
berikut yang terus- menerus saling mempengaruh, yaitu faktor biologi, faktor
gentik dan faktor psikososial. Adapun hipotesi dopamine yang menyatakan bahwa
terjadinya hiperaktivitas dopamine menyebabkan munculnya gejala positif pada
gangguan psikotik dan penurunan dopamine menyebabkan munculnya gejala
negatif dan kognitif.
Seseorang dengan gangguan psikotik dapat mengalami satu atau lebih gejala
halusinasi, delusi atau gangguan pikiran. Halusinasi didefinisikan sebagai
persepsi indera tanpa adanya rangsangan eksternal. Halusinasi berbeda dari ilusi,
atau distorsi persepsi, yang merupakan kesalahan persepsi dari stimuli eksternal.
Halusinasi dapat terjadi pada salah satu dari lima panca indera dan mengambil
stimuli hamper semua bentuk, yang mungkin termasuk sensasi sederhana (seperti
lampu, warna, rasa dan bau) untuk pengalaman yang lebih bermakna seperti
melihat dan berinteraksi dengan hewan sepenuhnya terbentuk dan manusia,
mendengar suara, dan memiliki sesnsasi taktil kompleks.
14
Delusi atau waham merupakan keyakinan tentangt suatu pikiran yang
tidak sesuai dengan kenyataannya atau tidak cocok dengan intelegensi dan latar
belakang kebudayaannya, biarpun dibuktikan kemustahilan hal itu. Gangguan
berpikir dimana di dalamnya terdapat proses berpikir dibagi menjadi proses atau
bentuk dan isi.
Untuk pengobatan pada pasien gangguan psikotik diperlukan adanya
kombinasi terapi antara medikamentosa dan psikoterapi agar perbaikan dari
gangguan ini dapat tercapai. Strategi pengobatan tergantung pada fase penyakit
apakah akut atau kronis. Fase akut biasanya ditandai oleh gejala psikotik (yang
baru dialami atau yang kambuh) yang perlu segera diatasi. Tujuan pengobatan di
sini adalah mengurangi gejala psikotik yang parah. Diperlukan juga adanya
pemantauan dalam pengobatan agar efek samping dari pengobatan dapat dicegah.
15