84
BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA REFERAT DAN LAPSUS FAKULTAS KEDOKTERAN SEPTEMBER 2013 UNIVERSITAS HASANUDDIN REFERAT KRITERIA DIAGNOSIS GANGGUAN PSIKOTIK BERDASARKAN DSM V DISUSUN OLEH : IDA AYU NOVA ANGGARITA C11109751 PEMBIMBING : dr. PATMAWATI P. SUPERVISOR : dr. Agus Japari , M.Kes, Sp.KJ DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK 1

Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

Citation preview

Page 1: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA REFERAT DAN LAPSUS

FAKULTAS KEDOKTERAN SEPTEMBER 2013

UNIVERSITAS HASANUDDIN

REFERAT

KRITERIA DIAGNOSIS GANGGUAN PSIKOTIK BERDASARKAN DSM V

DISUSUN OLEH :

IDA AYU NOVA ANGGARITA

C11109751

PEMBIMBING :

dr. PATMAWATI P.

SUPERVISOR :

dr. Agus Japari , M.Kes, Sp.KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2013

DAFTAR ISI

1

Page 2: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

I. PENDAHULUAN....................................................................................................

II. PEMBAHASAN ......................................................................................................

III. PENUTUP.................................................................................................................

I. PENDAHULUAN

2

Page 3: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

Diagnosis psikiatrik selama ini dianggap sebagai ambigu dan kurang da-

pat dipercaya. Beberapa diagnosis ibuat berdasarkan pandangan subjektif, tidak

dapat dibuktikan, dan merupakan fenomena intrapsikik, sementara diagnosis

lainnya telah meluas dengan heterogen.[1]

Diagnosis modern mencoba mengindari hal ini dengan mempergunakan

Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorder (DSM), yang mengidenti-

fikasikan tiap gangguan dengan gejala khas dan unik. DSM-IV mendefinisikan se-

junlah gangguan psikiatrik yang dapat diidentifikasi (meskipun ada kemungki-

nan tumpang tindih) dan berisi kriteria diagnostic speisfik untuk setiap diagno-

sis. Diagnosis dibuat berdasarkan kenyataan dari riwayat pasien yang khas dan

tampilan klinis yang cocok dan memenuhi sejumlah kriteria diagnostic yang di-

tentukan (suatu diagnosis politetik , tidak perlu seluruh kriteria dipenuhi untuk

membuat diagnosis). Setiap gangguan memiliki seperangkat kriteria diagnostic

yang khas. Diagnosis ganda diperbolehkan, setiap kelompok gangguan yang

umum memiliki satu “gangguan tidak khas” yang memungkinkan dimasukkan-

nya pasien dengan tampilan yang tidak lazim. Sebagai tambahan , beberapa

gangguan memiliki subtype , yang eksklusif satu sama lain (misalnya skizofrenia

paranoid) atau pembuat spesifik yang tidak eksklusif satu sama lain (dapat

berubah dengan waktu , missal, ringan , sedang , berat, atau dalam remisi sem-

purna). [1]

Edisi ke-lima dari DSM yaitu DSM – 5, yang telah diterima oleh APA

(American Psychiatric Association) pada 1 desember 2012. Dipublikasikan pada

18 mei 2013, DSM-5 berisi diagnosis yang direvisi secara ekstensif dan dalam

banyak kasus , memperluas definisi diagnostik saat mempersempit definisi pada

kasus lain. Sebuah perubahan dalam edisi kelima yaitu penghapusan dari sub-

type skizofrenia.[2]

Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

Kriteria dan teks mengenai ganguan kepribadian skizotipal dapat dite-

mukan dalam bab “Gangguan Kepribadian”. Karena gangguan ini digolongkan ke

dalam spectrum skizofrenia , dan dilabel dalam bagian ICD-9 dan ICD-10 sebagai

3

Page 4: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

gangguan skiotipal, dan telah didaftar dalam bab ini dan didiskusikan lebih ter-

perinci dalam Bab DSM-5 “ganguan kepribadian.

II. PEMBAHASAN

GANGGUAN DELUSI

Kriteria diagnostic 297.1 (F22)

a. adanya satu (atau lebih) delusi dengan durasi 1 bulan atau lebih lama.

b. Kriteria A untuk skizofrenia tidak pernah dapat dicapai.

Catatan : halusinasi, jika ada, tidak prominen dan berhubungan dengan

tema delusional (misalnya, sensasi tergiging serangga berhubungan den-

gan delusi infestasi)

c. Selain pengaruh dari delusi atau cabang-cabangnya, tidak ditemukan

gangguan fungsi, dan sikap tidak terlalu tampak bizar atau aneh.

d. Jika manik atau episode depresif mayor telah terjadi, hal ini telah jelas

berhubungan dengan durasi periode delusional.

e. Gangguan tidak terkait suatu zat atau kondisi medis dan tidak digam-

barkan lebih jelas daripada gangguan mental yang lain seperti gangguan

body dysmorphic atau gangguan obsesif-kompulsif.

Spesifikasikan jika :

Tipe erotomanik : subtype ini berlaku apabila tema sentral dari delusi

adalah orang lain jatuh cinta terhadap individunya.

tipe grandiose : subtype ini berlaku apabila tema sentral delusinya adalah

keyakinan bahwa memiliki kemampuan yang hebat , indera keenam atau

telah menemukan sesuatu yang hebat (tapi tidak diakui)

tipe jealous : subtype ini berlaku apabila tema sentral dari sebuah delusi

adalah pasangan atau suami/istri dari individu tidak jujur (selingkuh).

tipe persecutory : subtype ini berlaku apabila tema utama dari delusi seo-

rang individu melibatkan kepercayaan individu tersebut bahwa sedang ada

konspirasi untuk melawan, menipu, memata-matai, mengikuti, meracuni atau

memberikan obat obatan terlarang, melecehkan atau menghancurkan untuk

mencapai tujuan masa depannya.

Tipe somatic : subtype ini berlaku apabila tema utama delusinya melibatkan

4

Page 5: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

fungsi tubuh atau sensasi.

Tipe campuran : pada subtype ini berlaku saat tidak ada tema delusi yang

dominan.

Tipe tidak terspesifikasi : subtype ini berlaku apabila delusi dominan keper-

cayaan tidak dapat dengan jelas ditentukan atau tidak dijelaskan pada tipe

spesifik (misalnya delusi referensial tanpa hal dominan atau komponen kebe-

saran)

Spesifikasikan jika :

Dengan bizar : delusi dianggap bizar jika delusi-delusi tersebut dengan jelas

tidak masuk akal, tidak dapat dimengerti , dan tidak berasal dari pengalaman

hidup yang biasa (misalnya seorang individu beranggapan bahwa seorang as-

ing telah memisahkan organ dalamnya dan menggantinya dengan organ

tubuh orang lain tanpa meninggalkan bekas atau luka).

Spesifikasikan jika:

Pendetail perjalanan gangguan berikut ini hanya digunakan setelah setahun

durasi dari gangguan :

Episode pertama, sedang dalam episode akut : manifestasi pertama dari

gangguan sesuang dengan kriteria gejala diagnosis. Sebuah episode akut

adalah suatu waktu dimana gejala kriteria terpenuhi.

Episode pertama , sedang dalam remisi parsial : remisi parsial adalah su-

atu periode waktu yang mana sebuah peningkatan setelah episode sebelum-

nya berhasil dipelihara dan dimana kriteria penentu dari gangguan tersebut

hanya sebagian terpenuhi.

Episode pertama, sedang dalam remisi penuh : remisi penuh ialah suatu

perode waktu setelah episode sebelumnya saat tidak ada gejala spesifik

gangguan yang terlihat.

Episode multiple, sedang dalam episode akut.

Episode multiple, sedang dalam remisi parsial.

Episode multiple, sedang dalam remisi penuh.

Kontinyu : gejala yang memenuhi kriteria diagnostic dari gangguan adalah

lanjutan dari mayoritas perjalanan penyakit, dengan periode gejala sub-

threshold menjadi sangat jelas terkait dengan perjalanan keseluruhan.

5

Page 6: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

Unspecified

Spesifikasikan derajat keparahan saat ini:

Derajak keparahan dinilai dengan penilaian kuantitatif dari gejala primer

dari psikosis, termasuk dleusi, halusinasi, disorganisasi berbicara, sikap

psikomotor abnormal. Masing-masing gejala ini dapat dinilai untuk derajat

keparahannya saat ini (paling parah dalam 7 hari terakhir) pada skala 5 poin

dari 0 (tidak ada) – 4 ( ada dan parah ). (lihat clinician-rated dimensions of

psychosis symptom severity in the chapter “assessment measures.”)

Catatan : diagnosis dari gangguan delusional dapat dibuat tanpa menggu-

nakan penspesifikasi derajat keparahan.

SUBTIPE

dalam tipe erotomanik, tema utama dari delusi adalah orang lain sedang jatuh

cinta dengan pasien. Tokoh yang menjadi orang yang sedang jatuh cinta biasanya

memiliki status yang lebih tinggi (misalnya, orang terkenal , atau handal dalam

pekerjaan) tapi dapat juga orang yang sangat asing. Usaha untuk menghubungi

objek delusi sering terjadi. Dalam tipe kebesaran, tema utama dari delusi ini

adalah pengakuan memiliki kemampuan yang luar biasa atau indera keenam

atau telah membuat suatu penemuan penting. Jarang, individunya memiliki

delusi memiliki hubungan khusus dengan individu dominan atau menjadi orang

penting (yang mana individu yang sebenarnya sering sekali dikaitkan dengan

orang yang semu). Delusi kebesaran dapat saja memiliki konten religious. Dalam

tipe pencemburu, tema utama dari delusinya adalah seorang pasangan yang

tidak setia. Kepercayaan ini biasanya tanpa sebab dan hanya berdasarkan

dugaan yang tidak benar dan dengan sedikit “bukti” (misalnya baju yang kusut).

Individu yang memiliki delusi ini biasanya mengkonfrontir pasangannya , dan

menuduh ketidaksetiaan pasangannya. Dalam tipe persecutory , tema utama

delusinya mengikut sertakan kepercayaan individu tersebut bahwa sedang ada

konspirasi untuk melawan , memata-matai, mengikuti, meracuni , melecehkan ,

atau menghancurkan tujuan dari individu tersebut. Kesalahan kecil dibesar-be-

sarkan dan menjadi focus dari sistem delusionalnya. Individu yang terpengaruh

6

Page 7: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

bisa saja terlibat dalam percobaan berulang-ulang untuk memperoleh pen-

gakuan dengan tindakan yang legal maupun legislatif. Individu dengan delusi

persecutory biasanya mudah sebal dan marah dan bahkan bisa berujung meny-

erang orang yang dianggap melukainya. Dalam tipe somatic, tema utama dari

delusinya mencakup fungsi atau sensasi tubuhnya. Delusi somatic dapat terjadi

dalam berbagai bentuk. Paling sering adalah kepercayaan bahwa pasien men-

cium bau aneh , bahwa ada suatu infestasi dari serangga pada atau di dalam

kulitnya; bahwa ada parasit internal ; bahwa ada bagian tertentu dari tubuhnya

yang tidak seharusnya atau jelek; atau bagian tubuh tersebut tidak berfungsi.

Fitur diagnosis

Fitur esensial dari gangguan delusional adalah adanya satu atau lebih

delusi yang bertahan untuk setidaknya 1 bulan (kriteria A). sebuah diagnosis

gangguan delusional tidak ditegakkan apabila individu tersebut pernah memiliki

presentasi gejala yang sesuai dengan kriteria A untuk skizofrenia (Kriteria B).

terpisah dari efek langsung dari delusi , fungsi psikososial yang tidak seimbang

mungkin terbatas ditemukan dibandingkan dengan yang ditemukan dalam ke-

lainan psikotik yang lainnya seperti skizofrenia, dan sikapnya tidak dengan jelas

tergolong aneh (Kriteria C). jika episode mood terjadi berbarengan dengan

delusi , lama total dari episode mood ini relatif singkat terhadap total durasi pe-

riode delusionalnya (Kriteria D). Delusinya tidak dikaitkan dengan efek fisiologis

dari zat tertentu (seperti kokain) kondisi medis yang lain (misalnya, penyakit

Alzheimer) dan tidak digambarkan dengan lebih jelas oleh gangguan mental lain-

nya , misalnya gangguan dismorfik tubuh atau gangguan obsesif-kompulsif (Kri-

teria E).

Sebagai tambahan dari area domain 5 gejala yang diidentifikasi pada kri-

teria diagnostik, domain penilaian pengetahuan (kognisi), depresi dan gejala ma-

nia penting untuk membedakan dengan spektrum skizofrenia yang luas dan

gangguan psikotik yang lain.

Fitur terasosiasi pendukung diagnosis

Masalah sosial, rumah tangga, atau pekerjaan dapat dihasilkan dari

kepercayaan delusional atau gangguan delusional. Individu dengan gangguan

7

Page 8: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

delusional dapat dideskripsikan secara faktual bahwa orang lain memandang

kepercayaan mereka sebagai sesuatu yang irasional tapi tidak bisa diterima oleh

diri mereka sendiri (misalnya mungkin ada “wawasan faktual” tetapi bukan

wawasan yang sebenarnya). Pada banyak individu , berkembang mood pemarah

dan disforia, yang mana biasanya dapat diartikan sebagai reaksi terhadap keper-

cayaan delusionalnya. Sikap marah dan melakukan kekerasa dapat terjadi den-

gan tipe persekutoris, cemburu, dan erotomanik. Individu biasanya terkait den-

gan perilaku suka berperkara dan bermusuhan (misalnya, mengirim ratusan

surat protes kepada pemerintah). Kesulitan legal dapat terjadi, biasanya pada

tipe cemburu dan erotomanik.

Isu diagnosis terkait kultur.

Latar belakang budaya dan agama(kepercayaan) harus diperhatikan untuk mem-

pertimbangkan adalanya gangguan delusional. Isi delusipun bervariasi diantara

beragam konteks kultural.

Diferensial diagnosis.

Gangguan terkait obsesif-kompulsif. Jika seorang individu dengan gangguan ob-

sesif kompulsif mengakui kepercayaan gangguan obsesif-kompulsifnya adalah

benar, maka gangguan obsesif-kompulsif tanpa spesifikasi kepercayaan delu-

sional yang patut diberikan daripada diagnosis gangguan delusi. Sama seperti,

jika seseorang dengan gangguan dismorfik tubuh benar-benar mengakui bahwa

gangguan dismorfiknya adalah benar terjadi maka diagnosa dismorfik tubuh

tanpa spesifikasi delusional, harus ditegakkan dibandingkan dengan diagnosa

gangguan delusinal itu sendiri.

Delirium , kelainan neurokognitif mayor, gangguan psikotik dikarenakan oleh

kondisi medis yang lain, dan kelainan psikotik yang terinduksi substansi/pengo-

batan. Individu dengan kelainan ini mungkin datang dengan gejala yang men-

cirikan gangguan delusional. Sebagai contohnya, delusi persekutori sederhana

dalam konteks gangguan neurokognitif mayor akan didiagnosa sebagai gangguan

neurokognitif mayor dengan gangguan behavioral. Sebuah gangguan psikotik

terinduksi zat-zat/obat-obatan secara kros-seksional dapat tampak identik den-

8

Page 9: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

gan gangguan delusional tapi dapat dibedakan dengan menggunakan hubungan

kronologi penggunaan zat-zat tertentu sehingga memunculkan remisi keper-

cayaan delusional.

Gangguan skizofrenia dan skizofreniform. Gangguan delusional dapat dibedakan

dari skizofrenia dan skizofreniform dengan absennya karakteristik gejala dari

fase aktif skizofrenia.

Gangguan depresif , bipolar , dan skizoafektif. Gangguan-gangguan ini dapat

dibedakan dengan gangguan delusional dengan hubungan temporal antara gang-

guan mood dengan dleusinya dan degnan derajat keparahan dari gejala mood.

Jika delusinya terjadi secara eksklusif selama episode mood, maka diagnosanya

adalah gangguan depresif atau bipolar dengan gejala psikotik. Gejala mood yang

memenuhi keseluruhan kriteria gejala untuk episode mood dapat ditumpangkan

pada gangguan delusional. Gangguan delsional dapat didiagnosa hanya jika total

durasi dari episode mood tetap relatif singkat dibandingkan dengan total durasi

gangguan delusional. Jika tidak, maka diagnosa skizofrenia terspesifikasi

maupun tidak terspesifikasi dan gangguan psikotik lainnya dibarengi dengan

gangguan depresif lain , gangguan depresif tidak terspesifikasi dan gangguan

terkait bipolar yang lain, atau bipolar tidak terspesifikasi dan gangguan-gang-

guan yang terkait sangat lah tepat.

GANGGUAN PSIKOTIK AKUT

Kriteria diagnosis 298.8(F23)

A. Adanya satu (atau lebih) gejala berikut. Setidaknya satu dari gejala

berikut ini harus ada (1), (2), atau(3) :

1. Delusi

2. Halusinasi

3. Pembicaraan yang tidak terorganisasi ( misalnya inkoherensi ,

atau sering keluar dari jalur)

9

Page 10: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

4. Tidak terorganisasi yang tampak jelas sekali atau sikap perilaku

katatonik

Cataan : jangan masukkan gejala jika hal tersebut ialah respon

sanksi secara kultural

B. Durasi dari sebuah episode gangguan adalah setidaknya 1 hari tapi ku-

rang dari 1 bulan , dengan pengembalian sepenuhnya ke fungsi premor-

bid.

C. Gangguan tidak digambarkan lebih baik oleh gangguan depresif mayor

atau gangguan bipolar dengan fitur psikotik atau gangguan psikotik

yang lain seperti skizofrenia atau katatonia dan tidak terkait dengan

efek fisiologis dari suatu zat ( misalnya penyalahgunaan obat atau pen-

gobatan) atau kondisi medis yang lain.

Spesifikasikan jika :

Dengan stressor yang terlihat (psikosis reaktif ringkas) : jika gejala

terjadi dalam respon terhadap suatu kejadian yang , dengan sendirinya

atau bersamaan ditandai sebagai suatu yang membuat stress pada ham-

pir siapa saja dalam kondisi yang sama dalam kebudayaan orang terse-

but.

Tanpa stressor yang terlihat : jika gejala tidak terjadi sebagai respon

suatu kejadian yang dengan sendirinya atau bersama-sama, ditandai da-

pat menjadi sesuatu yang membuat stress pada hampir siapa saja dalam

keadaan yang sama dalam kebudayaan orang tersebut.

Dengan onset post-partum : jika onset terjadi selama kehamilan atau

dalam jangka 4 minggu setelah melahirkan

Spesifikasikan jika :

Dengan katatonia (merujuk kepada kriteria untuk katatonia yang

berkaitan dengan gangguan mental yang lain , hal. 119-120 untuk defin-

isinya)

Catatan kode : gunakan kode tambahan 293.89 (F06.1) katatonia

berhubungan dengan gangguan psikotik akut untuk mengindikasikan

adanya katatonia komorbid.

Spesifikasikan derajat keparahan saat ini:

Keparahan dinilai dengan penilaian kuantitatif dari gejala primer psiko-

10

Page 11: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

sis, termasuk delusi, halusinasi , pembicaraan yang tidak terorganisasi,

sikap psikomotor yang abnormal, dan gejala negatif. Masing-masing

dari gejala-gejala ini dapat dinilai dengan keparahaannya saat itu juga

(paling parah selama 7 hari terakhir misalnya) pada skala poin 5 yang

bervariasi mulai dari 0 (tidak ada gejala) - 4 (ada gejala dan parah). (li-

hat penilaian klinisi untuk dimensi keparahan gejala psikosis dalam bab

“penilaian terukur”)

Catatan : diagnosis gangguan psikotik dapat dibuat tanpa menggu-

nakan penspesifikasi derajat keparahan.

Fitur diagnostic

Fitur esensial dari gangguan psikotik akut adalan gangguan yang melibatkan on-

set tiba-tiba dari setidaknya satu dari sejumlah gejala psikotik : delusi , halusi-

nasi, pembicaraan tidak terorganisasi (misalnya sering keluar jalur pembicaraan

atau inkoherensi), atau sikap psikomotor abnormal yang tergambar secara jelas ,

termasuk katatonia (Kriteria A). kejadian tiba-tiba didefinisikan sebagai peruba-

han dari keadaan nonpsikotik menjadi psikotik yang jelas dalam waktu 2 minggu

, biasanya tanpa gejala prodromal. Sebuah episode gangguan bertahan seti-

daknya 1 hari tapi kurang dari 1 bulan dan individunya biasanya dapat kembali

ke fungsi premorbid awalnya dengan sempurna (Kriteria B). Gangguan ini tidak

lebih baik digambarkan oleh gangguan depresif atau bipolar dengan fitur

psikotik, oleh gangguan skizoafektif atau oleh skizofrenia dan tidak terkait den-

gan efek fisiologis dari zat tertentu ( misalnya halusinogen ) atau kondisi medis

yang lain ( misalnya , hematoma subdural ) ( Kriteria C).

Sebagai tambahan terhadap area domain 5 gejala yang teridentifikasi

dalam kriteria diagnosis, penilaian kognisi , depresi, dan domain gejala mania vi-

tal untuk membedakan antara spektrum skizofrenia yang bervariasi dan gang-

guan psikotik yang lain.

Gejala lain yang mendukung diagnosis.

Individu dengan gejala psikotik ringkas yang mengalami titik puncak emosional

atau kebingungan yang luarbiasa. Mereka dapat saja memiliki peralihan yang

11

Page 12: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

sangat cepat antara satu satu afek intens dengan yang lainnya. Meskipun gang-

guannya ringkas , derajat ketidakseimbangannya mungkin saja parah , dan pen-

gawasan mungkin diperlukan untuk memastikan kebutuhan nutrisi dan higieni-

tas dapat dipenuhi dan orang tersebut dilindungi dari konsekuensi dipandang

sebelah mata, ketidakseimbangan kognitif, atau bertingkah berdasarkan

delusinya. Nampaknya terdapat peningkatan perilaku bunuh diri terutama saat

episode akut.

Isu terkait kultur

Adalah sangat penting untuk membedakan gangguan psikotik akut dengan pola

sanksi kultural. Misalnya, dalam beberapa upacara keagamaan, seorang individu

mungkin dilaporkan mendengarkan suara, namun hal ini tidak selamanya terjadi

dan tidak dianggap sebagai hal yang aneh bagi sebagian besar anggota komuni-

tas orang tersebut. Sebagai tambahan, latar belakang kebudayaan dan keaga-

maan harus dipertimbangkan saat menilai apakah hal yang dipercayai oleh

orang tersebut adalah delusi atau bukan.

Diagnosis diferensial

Kondisi medis lain. Variasi kelainan medis dapat bermanifestasi dengan gejala

psikotik dalam durasi singkat. Gangguan psikotik yang dikarenakan kondisi

medis yang lain atau sebuah delirium didiagnosa jika ada bukti dari riwayat, oe-

meriksaan fisik atau uji laboratorium bahwa delusinya atau halusinasinya adalah

konsekuensi fisiologis langsung dari kondisi medis spesifik (misalnya, Cushing’s

syndrome, tumor otak) (lihatlah “gangguan psikotik karena kondisi medis lain”

berikutnya dalam bab ini).

Gangguan terkait zat tertentu. Kelainan yang diinduksi oleh Zat/pengobatan,

delirium terinduksi zat tertentu, dan keracunan zat trtentu dibedakan dari gang-

guan psikotik akut oleh fakta bahwa suatu zat (misalnya penyalahgunaan obat,

sebuah pengobatan, paparan terhadap racun) dinilai berhubungan secara eti-

ologi dengan gejala psikotiknya. Uji laboratorium seperti uji kandungan obat

dalam urin atau level alcohol darah, dapat sangat berguna dalam melakukan pe-

nentuan , sebagaimana riwayat penggunaan zat tertentu dengan memperhatikan

12

Page 13: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

hubungan temporal antara waktu konsumsi zat dengan waktu terjadinya gejala

dan menilik sifat asli dari zat yang digunakan.

Gangguan depresif dan bipolar. diagnosa gangguan psikotik akut tidak dapat

ditegakkan apabila gejala psikotik lebih digambarkan dengan baik oleh episode

mood (misalnya gejala psikotik terjadi secara eksklusif selama episode depresif

penuh mayor, manik , atau episode campuran).

Gangguan psikotik yang lain . jika gejala psikotik bertahan untuk 1 bulan atau

lebih lama, diagnosanya antara gangguan skizofreniform, gangguan delusional,

gangguan depresif dengan fitur psikotik , gangguan bipolar dengan fitur

psikotik , atau spektrum lain skizofrenia yang terspesifikasi maupun yang tidak,

bergantung kepada gejala lain yang tampak. Diferensial diagnosis antara gang-

guan psikotik akut dengan gangguan skizofreniform menjadi susah untuk dite-

gakkan apabila gejala psikotik sudah tidak ada sebelum sebulan sebagai respon

terhadap keberhasilan pengobatan. Perhatian khusus harus diberikan terhadap

kemungkinan bahwa gangguan rekuren (misalnya gangguan bipolar, skizofrenia

eksaserbasi akut rekuren) mungkin dapat dinilai bertanggung jawab atas be-

ragam episode psikotik rekuren.

Gangguan kepura-puraan dan peniru. Sebuah episode kelainan tiruan dengan

tanda dan gejala psikologi yang predominan, mungkin memiliki penampakan

dari gangguan psikotik akut, tapi dalam kasus seperti itu ada bukti bahwa gejala

dibuat-buat secara sengaja. Jika kepura-puraan ikut serta disamping gejala

psikotik, biasanya ada bukti bahwa penyakitnya dibuat-buat untuk suatu tujuan.

Gangguan kepribadian. Pada orang tertentu dengan gangguan kepribadian, stres-

sor psikososial mungkin menimbulkan periode ringkas gejala psikotik. Gejala-ge-

jala ini biasanya bersifat sementara dan tidak memerlukan diagnosa terpisah.

Jika gejala psikotik bertahan untuk setidaknya satu hari , sebuah diagnosa tam-

bahan untuk gangguan psikotik akut dianjurkan.

13

Page 14: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

GANGGUAN SKIZOFRENIFORM

Kriteria diagnosis 295.40 (F20.81)

A. Dua (atau lebih) dari berikut, masing-masing bertahan untuk jumlah

waktu yang signifikan selama 1-bulan (atau kurang jika terapi berhasil).

Setidaknya satu diantaranya harus (1), (2), atau (3) :

1. Delusi

2. Halusinasi

3. Pembicaraan yang tidak terorganisasi ( misalnya inkoherensi , atau sering

keluar dari jalur)

4. Tidak terorganisasi yang tampak jelas sekali atau sikap perilaku katatonik.

5. Gejala negative (hilangnya ekspresi emosional atau avolisi)

B. Suatu episode dari gangguan bertahan setidaknya satu bulan tapi kurang

dari 6 bulan. Apabila diagnosis harus dibuat tanpa menunggu penyem-

buhan , maka harus dikualifikasikan sebagai “ketentuan”.

C. Gangguan skizoafektif dan depresif atau bipolar dengan fitur psikotik

telah ditegakkan sebab diantaranya 1) tdak ada episode depresif atau

manik mayor yang terjadi bersamaan dengan gejala fase aktif , 2) jika

episode mood telah terjadi sepanjang gejala fase aktif,hal tersebut telah

ada dalam minoritas dari lama total dari periode aktif dan residual dari

penyakitnya.

D. Gangguan tidak terkait efek fisiologis suatu zat (misalnya penyalahgunaan

obat, atau dalam pengobatan) atau kondisi medis yang lainnya.

Spesifikasikan jika :

Dengan fitur prognostik yang baik : pengkhususan ini memerlukan

adanya setidaknya 2 dari fitur berikut ini ; onset gejala psikotik prominen

dalam jangka waktu 4 minggu dari pertama kali kejadian perubahan sikap

atau fungsi yang terlihat ; kebingungan atau ketidakmampuan mencerna

hal yang kompleks; fungsi sosial dan okupasional premorbid baik ; tidak

adanya afek datar.

Tanpa fitur prognostik yang baik : pengkhususan ini digunakan jika

14

Page 15: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

dua atau lebih dari fitur diatas tidak ditemukan.

Spesifikasikan jika :

Dengan katatonia (merujuk kepada katatonia yang berhubungan dengan

gangguan mental yang lain, hal 119-120, untuk lebih jelasnya).

catatan kode : gunakan kode tambahan 293.89 (F06.1) katatonia berhubungan den-

gan

gangguan skizofreniform untuk mengindikasikan adanya katatonia komorbid.

Spesifikasikan derajat keparahan saat itu :

Keparahan dinilai dengan penilaian kuantitatif dari gejala primer psikosis,

termasuk delusi, halusinasi, cara bicara yang tidak terorganisasi, sikap

psikomotor yang abnormal dan gejala negative. Masing-masing dari gejala

ini dapat dinilai keparahaannya saat onset terjadi (paling parah dalam 7

hari terakhir) dalam skala 5 poin yang bervariasi mulai dari 0 (tidak ada

gejala) sampai 4 (ada dan parah). (lihat bab mengukur penilaian).

Catatan : diagnosa gangguan skizofreniform dapat dibuat tanpa menggu-

nakan penspesifikasi derajat keparahan ini.

Fitur Diagnosis.

Karakteristik gejala pada gangguan skizofreniform identic dengan gejala

skizofrenia (Kriteria A). Gangguan skizofreniform dapat dikenali dengan membe-

dakan durasinya; total durasi dari penyakit, termasuk fase prodromal, fase aktif

dan fase residual, adalah setidaknya 1 bulan tapi kurang dari 6 bulan (kriteria B).

Durasi yang diperlukan untuk gangguan skizofreniform sedang antara gangguan

psikotik akutnya , yang bertahan lebih dari 1 hari dan hilang setelah 1 bulan dan

skizofrenia , yang bertahan sampai setidaknya 6 bulan . Diagnosis gangguan ski-

zofreniform dibuat atas 2 keadaan yaitu , 1) apabila episode penyakit bertahan

antara 1-6 bulan dan individunya telah sembuh , 2) apabila seorang individu

mengalami gejala kurang dari 6 bulan dan membutuhkan untuk didiagnosa ski-

zofrenia tapi belum sembuh. Pada kasus ini , diagnosis harus ditandai sebagai

“gangguan skizofreniform (sementara)” karena masih tidak pasti apakah orang

tersebut akan sembuh dari gangguannya dalam jangka waktu 6 bulan atau tidak.

15

Page 16: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

Jika gangguan bertahan lebih dari 6 bulan , maka diagnosanya harus diubah

menjadi skizofrenia.

Fitur pembeda yang lain dari gangguan skizofreniform adalah kurangnya

kriteria yang membutuhan gejala ketidakimbangan fungsi sosial dan okupa-

sional. Tapi terkadang keseimbangan itu pun ada tapi tidak terlalu bermakna un-

tuk mendiagnosis gangguan skizofrenia.

Sebagai tambahan dari area domain 5 gejala yang diidentifikasi pada kri-

teria diagnostik, domain penilaian pengetahuan (kognisi), depresi dan gejala ma-

nia penting untuk membedakan dengan spektrum skizofrenia yang luas dan

gangguan psikotik yang lain.

Fitur lain penunjang diagnosis.

Sebagaimana dengan skizofrenia, saat ini tidak ada uji laboratorium atau

psikometri untuk kelainan skizofreniform. Ada regio otak multiple dimana riset

neuroimaging, neuropatologi, dan neurofisiologi yang mengindikasikan abnor-

malitas, tapi tidak ada diantaranya yang menjadi diagnostik.

Diagnosis diferensial .

Kondisi medis dan gangguan mental yang lain. Sebuah variasi yang cukup luas

dari kondisi mental dan medis dapat bermanifestasi dengan gejala psikotik yang

harus dipertimbangkan dalam diagnosis diferensial dari gangguan skizofreni-

form. Ini termasuk gangguan psikotik karena kondisi medis yang lain atau pen-

gobatannya ; delirium atau gangguan neurokognitif yang lain ; gangguan

psikotik atau delirium yang terinduksi zat/obat ; gangguan depresif atau bipolar

dengan gejala psikotik ; gangguan skizoafektif ; gangguan bipolar atau yang

berhubungan yang terspesifikasi atau yang tidak terspesifikasi ; gangguan de-

presif dan bipolar dengan fitur katatonik ; skizofrenia ; gangguan psikotik akut ;

delusi ; spektrum skizofrenia dan gangguan psikotik yang lain yang terspesifikasi

atau yang tidak terspesifikasi ; skizotipal , schizoid, atau gangguan kepribadian

paranoid ; spektrum gangguan autism ; gangguan yang ada pada masa kanak

dengan cara bicara yang tidak terorganisasi; gangguan kurang-perhatian/hiper-

aktifitas ; gangguan obsesif kompulsif ; gangguan post-traumatik ; dan cedera

otak traumatik.

16

Page 17: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

Gangguan psikotik akut. Gangguan skizofreniform berbeda dalam hal durasi den-

gan gangguan psikotik akut yang memiliki durasi kurang dari 1 bulan.

SKIZOFRENIA

Kriteria diagnosis 295.90(F20.9)

A. Dua (atau lebih) dari berikut ini, masing-masing ada dalam jangka waktu

tertentu dalam 1 bulan periode ( atau kurang jika berhasil diobati ). Seti-

daknya satu dari berikut ini harus (1), (2), (3) :

1. Delusi

2. Halusinasi

3. Pembicaraan yang tidak terorganisasi ( misalnya inkoherensi , atau sering

keluar dari jalur)

4. Tidak terorganisasi yang tampak jelas sekali atau sikap perilaku katatonik.

5. Gejala negative (hilangnya ekspresi emosional atau avolisi)

B. Untuk jangka waktu yang signifikan sejak terjadinya gangguan tersebut,

derajat fungsi dalam satu atau lebih bidang mayor, seperti pekerjaan ,

hubungan interpersonal, perawatan diri, ditemukan dibawah level yang

biasanya disebabkan oleh terjadinya gejala (atau apabila onset terjadi

dalam masa kanaka tau remaja, ada kegagalan dalam mencapai level yang

diharapkan dari fungsi interpersonal, akademik atau fungsi okupasi)

C. Gejala yang berkesinambungan dari gangguan bertahan setidaknya se-

lama 6 bulan. Periode waktu 6 bulan ini harus setidaknya ada gejala 1 bu-

lan (atau kurang jika berhasil ditangani) yang memenuhi Kriteria A (mis-

alnya , gejala fase aktif ) dan mungkin termasuk periode gejala prodromal

atau residual. Selama periode prodromal dan residual ini , tanda-tanda

gangguan dapat bermanifestasi dengan hanya gejala negative atau dua

atau lebih gejala yang didaftar dalam Kriteria A ada dalam bentuk sudah

17

Page 18: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

melemah (misalnya, kepercayaan yang aneh, pengalaman perseptual yang

tidak biasa).

D. Gangguan skizoafektif dan gangguan depresif atau bipolar dengan fitur

psikotik telah dikesampingkan karena diantaranya 1) tidak ada episode

manik atau depresif mayor yang pernah terjadi bersamaan dengan gejala

fase aktif, atau 2) jika episode mood telah terjadi selama fase aktif ,

mereka telah ada untuk jangka waktu yang sedikit dari durasi keselu-

ruhan dari periode aktif dan residual dari penyakitnya.

E. Gangguan tidak terkait efek fisiologis suatu zat (misalnya penyalahgunaan

obat, atau dalam pengobatan) atau kondisi medis yang lainnya.

F. Jika ada riwayat spektrum gangguan autisme atau gangguan berkomu-

nikasi yang terjadi pada masa kanak, diagnosa tambahan dari skizofrenia

hanya ditegakkan jika ada delusi atau halusinasi yang menonjol, sebagai

tambahan terhadap gejala lain yang dibutuhkan dari skizofrenia adalah

bertahan selama setidaknya 1 bulan (atau kurang jika berhasil diobati).

Spesifikasikan jika :

Cara pengkhususan hanya digunakan setelah 1 tahun perlangsungan gang-

guannya dan jika tidak dalam kontradiksi dengan kriteria diagnostiknya.

Episode pertama, sedang dalam episode akut : manifestasi pertama dari

gangguan sesuai dengan gejala diagnostik dan kriteria waktu. Sebuah episode

akut adalah periode waktu yang mana gejala kriteria terpenuhi.

episode pertama, sedang dalam tahap remisi parsial : remisi parsial

adalah suatu periode waktu sepanjang ada peningkatan setelah episode se-

belumnya ditangani dan dimana kriteria definitif dari gangguan tersebut

hanya setengah terpenuhi.

Episode pertama, sedang dalam remisi penuh : remisi penuh adalah suatu

periode waktu setelah episode sebelumnya dimana tidak ada gejala spesifik

dari gangguan tersebut yang muncul/Nampak.

Banyak Episode, sedang dalam episode akut : episode multipel dapat diten-

tukan setelah minimal dari 2 episode (misalnya, setelah episode pertama, se-

buah remisi dan minimal sekali relaps)

Banyak episode, sedang dalam remisi parsial

18

Page 19: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

Banyak episode, sedang dalam remisi penuh

Kontinyu , gejala memenuhi kriteria diagnostik dari gangguan yang tersisa

adalah gejala mayor dari gangguan, dengan periode gejala subthreshold men-

jadi relatif singkat dari keseluruhan perlangsungan gangguan tersebut.

Spesifikasikan jika :

Dengan katatonia, (merujuk kepada kriteria untuk katatonia yang

berhubungan dengan gangguan mental yang lain , hal 119-120, untuk defin-

isinya)

Catatan penggunaan kode : gunakan kode tambahan 293.89 (F06.1)

katatonia berhubungan dengan skizofrenia untuk mengindikasikan

adanya katatonia komorbid.

Spesifikasikan keparahan saat ini :

Keparahan dinilai dengan penilaian kuantitatif dari gejala primer psikosis, ter-

masuk delusi, halusinasi , bicara yang tidak terorganisasi , perilaku psikomotor

abnormal , dan gejala negative. Masing-masing dari gejala ini dapat dinilai un-

tuk keparahannya saat ini (paling parah dalam 7 hari terakhir) dalam skala 5

poin yang bervariasi mulai dari 0 (tidak ada gejala) sampai 4 (ada dan parah).

(lihat bab mengukur penilaian).

Catatan : diagnosa skizofrenia dapat ditegakkan tanpa menggunakan

penspesifikasi ini.

Fitur diagnostik.

Gejala karakteristik dari skizofrenia melibatkan rentang disfungsi kognitif, be-

havioural dan emosional, tapi tidak ada satupun gejala patognomonik dari gang-

guannya . diagnosisnya melibatkan rekognisi dari kumpulan tanda dan gejala

yang berhubungan dengan ketidakseimbangan okupasi dan fungsi sosial. Indi-

vidu dengan gangguan ini secara substansial sangat bervariasi pada sebagian be-

sar gejalanya, sebagaimana skizofrenia adalah sebuah sindroma yang heterogen.

Setidaknya 2 gejala kriteria A harus ada untuk jangka waktu yang sig-

nifikan dalam periode sebulan atau lebih lama. Setidaknya satu dari gejala ini

harus ada dengan jelas , adanya delusi (Kriteria A1), halusinasi (Kriteria A2),

atau cara bicara yang tidak terorganisir (Kriteria A3). Perilaku disorganisasi atau

19

Page 20: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

katatonik yang jelas (Kriteria A4) dan gejala negative (Kriteria A5) juga mungkin

saja ada. Dalam situasi seperti itu dimana gejala fase aktif berkurang dalam sebu-

lan sebagai respon terhadap pengobatan , Kriteria A tetap terpenuhi jika klinisi

menduga bahwa gejalanya akan tetap ada dengan absennya pengobatan.

Skizofrenia melibatkan ketidakseimbangan dalam satu atu lebih area

mayor dalam fungsi seseorang (Kriteria B). Jika gangguan dimulai saat anak-

kanak atau dewasa, level fungsi yang diharapkan tidak dicapai. Membandingkan

individu dengan gangguan terhadap saudara yang tidak terpengaruh mungkin

akan membantu. Disfungsi bertahan untuk suatu periode substansial selama ber-

jalannya gangguan dan tidak tampak sebagai hasil langsung dari salah satu fitur.

Avolisi (misalnya , berkurangnya dorongan untuk mencapai tujuan,; Kriteria A5)

terhubung dengan disfungsi sosial yang dideskripsikan di dalam Kriteria B. Ada

pula bukti kuat untuk hubungan antara ketidakseimbangan kognitif (lihat bagian

“fitur terasosiasi pendukung diagnosis” untuk kelainan ini) dan ketidakseimban-

gan fungsional dalam individu dengan skizofrenia.

Beberapa tanda dari gangguan ini harus bertahan dalam periode yang

kontinyu setidaknya selama 6 bulan (kriteria C). gejala prodromal sering tampak

pada fase aktif, dan gejala residu mungkin ada juga, dikarakterisasikan oleh ben-

tuk ringan atau subthreshold dari halusinasi atau delusi. Individu mungkin

mengekspresikan kepercayaan yang tidak biasa atau aneh yang bervariasi yang

bukan proporsi delusional (misalnya, ide pemikiran yang aneh atau magis);

mereka dapat saja memiliki pengalaman perseptual yang tidak biasa (misalnya

merasakan adanya orang yang tidak terlihat); cara bicara mereka mungkin se-

cara umum dapat dimengerti tapi kabur; dan sikap mereka biasanya tidak biasa

tapi tidak dengan jelas mengalami disorganisasi (misalnya , bergumam di depan

umum). Gejala negative sangan jamak dalam fase prodromal dan residual dan

dapat menjadi parah. Individu yang telah aktif secara sosial mungkin menarik

diri dari rutinitas sebelumnya. Perilaku seperti itu sering menjadi tanda pertama

dari gangguan ini.

Gejala mood dan episode mood penuh sangat sering dijumpai dalam ski-

zofrenia dan bisa bersamaan dengan simptomatologi fase aktif. Meskipun

demikian, sebagaimana gangguan mood psikotik berbeda dengan skizofrenia, di-

agnosa skizofrenia memerlukan adanya delusi atau halusinasi dalam absennya

20

Page 21: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

episode mood. Sebagai tambahan, episode mood , jika ditotal, harus ada untuk

jangka waktu minor dari keseluruhan durasi periode aktif dan residual dari

penyakit tersebut.

Sebagai tambahan dari area domain 5 gejala yang diidentifikasi pada kri-

teria diagnostik, domain penilaian pengetahuan (kognisi), depresi dan gejala ma-

nia penting untuk membedakan dengan spektrum skizofrenia yang luas dan

gangguan psikotik yang lain.

Fitur terasosiasi pendukung diagnosis.

Individu dengan skizofrenia mungkin menampakkan afek tidak sesuai (misalnya,

tertawa tanpa adanya stimulus yang sesuai); sebuah mood disforik yang dapat

menyerupai bentuk depresi, ansietas, atau kemarahan ; sebuah pola tidur yang

terganggu (misalnya tidur tengah hari dan aktif waktu malam), dan kurangnya

nafsu makan atau penolakan terhadap makanan. Depersonalisasi, derealisasi,

dan pemikiran-pemikiran somatic mungkin ada dan terkadang mencapai pro-

porsi delusi. Ansietas dan fobia sering ditemukan. Deifis kognitif dalam skizofre-

nia sangan sering dan sangat erat berkaitan dengan ketidakseimbangan voka-

sional dan fungsional. Deficit ini dapat termasuk menurunnya memori deklaratif,

memori kerja, fungsi bahasa, dan fungsi eksekutif yang lain , dan juga menurun-

nya kecepatan memproses sesuatu. Abnormalitas dalam proses sensori , kapa-

sitas yang terbatas, juga penurunan perhatian terhadap sesuatu , juga dapat dite-

mukan dalam skizofrenia. Beberapa individu dengan skizofrenia menunjukkan

penurunan daya mengenali sosialnya, termasuk penurunan dalam kemampuan

untuk menyimpulkan maksud orang lain terhadapnya (teori pikiran), dan

mungkin akan meninterpretasikan kejadian-kejadian irelevan atau stimulus

irelevan sebagai sesuatu yang bermakna, mungkin dapat berkembang menjadi

generasi dengan delusi eksplanatoris. Ketidakseimbangan ini sering bertahan se-

lama remisi simtomatik.

Beberapa individual dengan psikosis mungkin kurang wawasan danke-

waspadaan dengan gangguan mereka (misalnya anosognosia). Kekurangan

wawasan ini termasuk ketidakwaspadaan terhadap gejala dari skizofrenia dan

mungkin ada selama perjalanan penyakit tersebut. Ketidakwaspadaan atas

penyakitnya adalah gejala tipikal dari skizofrenia itu sendiri dibandingkan den-

21

Page 22: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

gan strategi mengatasi. Ketidakwaspadaan ini dapat dibandingkan dengan keti-

dakwaspadaan dari deficit neurological yang mengikuti kerusakan otak, yang

disebut anosognosia. Gejala ini adalah prediktor yang paling sering dari ketidak-

patuhan terhadap pengobatan , dan diprediksikan memiliki kemungkinan relaps

yang lebih tinggi, peningkatan terapi involunter, fungsi psikososial yang lebih

rendah , agresi, dan perjalanan penyakit yang lebih sulit.

Agresi dan permusuhan dapat dihubungkan dengan skizofrenia,

meskipun penyerangan spontan atau teracak jarang terjadi. Agresi lebih sering

pada pria muda dan pada individu dengan riwayat kekerasan, ketidak-patuhan

terhadap pengobatan, kecanduan zat-zat tertentu, dan impulsifitas. Harus di-

garisbawahi bahwa mayoritas luas dari orang dengan skizofrenia tidak afresif

dan lebih sering menjadi korban dibandingkan dengan individu pada populasi

umum.

Saat ini , tidak ada uji radiologi, laboratorium , atau psikometri untuk

gangguannya. Perbedaan juga dibuktikan dalam berbagai macam region otak an-

tara kelompok individu yang sehat dan orang dengan skizofrenia, dalam peneli-

tian neuroimaging, neuropatologi, dan neurifisiologis. Perbedaan juga adalan

bukti dari arsitektur seluler, substansia alba, konektivitas , dan volume substan-

sia grisea dalam region yang bervariasi seperti korteks prefrontal dan temporal.

Penurunan volume total otak pernah diamati , dan penurunan ini semakin

banyak seiring usia pasien. Penurunan volume otak seiring usia lebih sering dite-

mukan pada orang orang dengan skizofrenia dibandingkan dengan orang normal

dan sehat. Akhirnya, individu dengan skizofrenia terlihat berbeda dibandingkan

dengan orang orang lainya yang tidak memiliki gangguan dalam pergerakan

matanya dan indeks elektrofisiologisnya.

Tanda-tanda ringan neurologis sangat umum ditemui dalam individu

dengan skizofrenia termasuk ketidakseimbangan koordinasi motorik, integrasi

sensoris, dan susunan motorik dari gerakan kompleks; kebingungan menen-

tukan kanan dan kiri; dan gerakan terasosiasi yang tidak terbatas. Sebagai tam-

bahan , anomali fisik ringan pada wajah dan ekstremitas mungkin terjadi.

DIAGNOSIS DIFERENSIAL.

22

Page 23: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

Gangguan depresif mayor atau gangguan bipolar dengan fitur psikotik atau

katatonik. Perbedaan antara skizofrenia dan gangguan depresif mayor atau

gangguan bipolar dengan fitur psikotik atau dengan katatonia bergantung pada

hubungan waktu antara gangguan mood dengan psikosisnya, dan pada

keparanan dari gejala depresif atau manik. Jika delusi atau halusinasi terjadi

secara eksklusif selama episode depresif mayor atau episode manik, maka

diagnosanya adalah gangguan depresif atau bipolar dengan fitur psikotik.

Gangguan skizoafektif. Suatu diagnosis gangguan skizoafektif memerlukan suatu

episode depresif atau manik yang terjadi bersamaan dengan gejala fase aktif dan

bahwa gejala moodnya tampak dalam sebagian besar waktu dari durasi total pe-

riode aktif.

Gangguan skizofreniform dan gangguan psikotik akut. Gangguan ini durasinya

lebih singkat dari skizofrenia seperti yang dispesifikan dalam Kriteria C, yang

memerlukan 6 bulan gejala. Pada gangguan skizofreniform , gangguannya ada

kurang dari 6 bulan,dan pada gangguan psikotik akut , gejala tampak setidaknya

1 hari tapi kurang dari 1 bulan.

Gangguan delusional. Gangguan delusional dapat dibedakan dengan skizofrenia

oleh absennya gejala karakteristik yang lain dari skizofrenia (misalnya delusi,

halusinasi visual atau auditori yang menonjol, pembicaraan yang tidak terorgan-

isasi, perilaku tidak terorganisasi dan katatonia yang menonjol, atau gejala

negatif).

Gangguan kepribadian skizotipal. Gangguan kepribadian skizotipal dapat

dibedakan dengan skizofrenia dengan menggunakan gejala subthreshold yang

berhubungan dengan fitur kepribadian persisten.

Gangguan obsesif kompulsif dan gangguan dismorfik tubuh. Individu dengan

gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan dismorfi tubuh mungkin ada dengan

wawasan yang kurang atau tidak ada sama sekali, dan preokupasi mungkin men-

capai proporsi delusional . namun gangguan ini dibedakan dengan skizofrenia

23

Page 24: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

oleh obsesinya yang menonjol, kompulsi, dan preokupasi dengan adanya bau

badan , penimbunan , atau badannya merepetisi sikap-sikap tertentu.

Gangguan stress post-traumatik. Gangguan stress post-traumatik dapat

mengikutsertakan kilas balik yang memiliki kualitas halusinatoris, terlalu was-

pada dapat mencapai proporsi paranoid. Namun peristiwa traumatik dan fitur

gejala karakteristik berhubungan dengan reaksi terhadap kejadian tersebut

diperlukan untuk menegakkan diagnosis.

Spektrum gangguan autisme atau gangguan komunikasi. Gangguan ini mungkin

juga memiliki gejala yang menyerupai episode psikotik tetapi dibedakan dengan

masing-masing kurangnya interaksi sosial dengan perilaku repetitif dan restrik-

tif dan defisit komunikasi serta kognitif yang lainnya. Seorang individu dengan

spektrum gangguan autisme atau gangguan komunikasi harus memiliki gejala

yang memenuhi kriteria penuh untuk skizofrenia , dengan halusinasi atau delusi

yang menonjol setidaknya selama 1 bulan, untuk dapat didiagnosa sebagai ski-

zofrenia karena kondisi komorbid.

Gangguan mental lain yang berhubungan dengan episode psikotik. Diagnosa ski-

zofrenia dibuat hanya saat episode psikotiknya persisten dan tidak terkait den-

gan efek fisiologis dari zat tertentu atau kondisi medis yang lain. Individu dengan

delirium atau gangguan neurokognitif mayor atau minor mungkin datang dengan

gejala psikotik, namun hal ini memiliki hubungan waktu dengan onset peruba-

han kognitif yang konsisten dengan gangguan tersebut. Individu dengan gang-

guan psikotik yang terinduksi oleh zat/obat-obatan biasa datang dengan gejala

dari Kriteria A untuk skizofrenia , tapi gangguan psikotik terinduksi zat/obat-

obatan biasanya dapat dibedakan dengan hubungan kronologis dengan pemaka-

ian zat-zat terhadap onset dan remisi dari psikosis dalam absennya pemakaian

obat.

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF

Kriteria diagnostik

24

Page 25: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

A. Sebuah periode penyakit yang tidak terinterupsi yang berlangsung selama

adanya episode mood mayor (depresif atau manik mayor) bersamaan

dengan Kriteria A skizofrenia.

Catatan : episode depresif mayor harus mengikutsertakan Kriteria A1 : mood de-

presi.

B. Delusi atau halusinasi selama 2 minggu atau lebih saat absennya episode

mood mayor (depresif atau manik) selama durasi penyakit tersebut.

C. Gejala yang memenuhi kriteria dari episode mood mayor ada selama seba-

gian besar dari total durasi porsi aktif dan residual dari penyakitnya.

D. Gangguan tidak terkait dengan efek suatu zat (misalnya kecanduan obat ,

atau pengobatan) atau kondisi medis yang lain

Spesifikasikan apakah :

295.70 (F25.0) tipe bipolar : sub tipe berlaku apabila episode manik meru-

pakan bagian dari gejalanya. Gejala depresif mayor juga mungkin saja berlaku.

295.70 (F25.1) tipe depresif : sub tipe ini berlaku hanya jika episode depre-

sif mayor merupakan bagian dari presentasinya.

Spesifikasikan jika :

Penspesifikasi berikut ini hanya digunakan jika gangguan telah berlangsung

selama 1 tahun dan jika tidak kontraindikasi dengan kriteria diagnostik.

Episode pertama, sedang dalam episode akut : manifestasi pertama dari

gangguan sesuai dengan gejala diagnostik dan kriteria waktu. Sebuah episode

akut adalah periode waktu yang mana gejala kriteria terpenuhi.

episode pertama, sedang dalam tahap remisi parsial : remisi parsial

adalah suatu periode waktu sepanjang ada peningkatan setelah episode se-

belumnya ditangani dan dimana kriteria definitif dari gangguan tersebut

hanya setengah terpenuhi.

Episode pertama, sedang dalam remisi penuh : remisi penuh adalah suatu

periode waktu setelah episode sebelumnya dimana tidak ada gejala spesifik

dari gangguan tersebut yang muncul/Nampak.

Banyak Episode, sedang dalam episode akut : episode multipel dapat diten-

tukan setelah minimal dari 2 episode (misalnya, setelah episode pertama, se-

25

Page 26: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

buah remisi dan minimal sekali relaps)

Banyak episode, sedang dalam remisi parsial

Banyak episode, sedang dalam remisi penuh

Kontinyu , gejala memenuhi kriteria diagnostik dari gangguan yang tersisa

adalah gejala mayor dari gangguan, dengan periode gejala subthreshold men-

jadi relatif singkat dari keseluruhan perlangsungan gangguan tersebut.

Tidak terspesifikasi.

Spesifikasikan derajat keparahan saat ini :

Keparahan dinilai dengan penilaian kuantitatif dari gejala primer psikosis, ter-

masuk delusi, halusinasi , bicara yang tidak terorganisasi , perilaku psikomotor

abnormal , dan gejala negative. Masing-masing dari gejala ini dapat dinilai un-

tuk keparahannya saat ini (paling parah dalam 7 hari terakhir) dalam skala 5

poin yang bervariasi mulai dari 0 (tidak ada gejala) sampai 4 (ada dan parah).

(lihat bab mengukur penilaian).

Catatan : diagnosa skizoafektif dapat ditegakkan tanpa menggunakan

penspesifikasi ini.

Diferensial diagnosis.

Gangguan mental lain dan kondisi medis yang lain. Sebuah variasi yang sangat

luas dari kondisi psikiatri dan kondisi medis dapat bermanifestasi dengan gejala

psikotik dan mood yang harus dipertimbangkan dalam diagnosis diferensial dari

gangguan skizoafektif. Hal ini termasuk gangguan psikotik karena kondisi medis

yang lain ; delirium ;gangguan neurokognitif mayor; gangguan psikotik

terinduksi zat/obat-obatan; gangguan bipolar dengan fitur psikotik ; gangguan

depresif mayor dengan fitur psikotik ; gangguan depresif atau bipolar dengan fi-

tur katatonik;kepribadian skizotipal, schizoid , atau paranoid; gangguan psikotik

akut ; gangguan skizofreniform; skizofrenia; gangguan delusional ; dan spek-

trum skizofrenia lain yang terspesifikasi maupun yang tidak terspesifikasi dan

gangguan psikotik yang lain. Kondisi medis dan penggunaan zat-zat tertentu da-

pat datang dengan kombinasi gejala psikotik dan mood, dan gejala psikotik yang

dikarenakan kondisi medis yang lain perlu dikesampingkan. Membedakan gan-

26

Page 27: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

guan skizoafektif dari skizofrenia dan dari gangguan depresif serta bipolar den-

gan fitur psikotik yang lain sering sangat sulit. Kriteria C dirancang untuk

memisahkan gangguan skizoafektif dari gangguan depresif atau bipolar dengan

fitur psikotik. Lebih spesifik, gangguan skizoafektif dapat dibedakan dengan

gangguan depresif atau bipolar dengan fitur psikotik karena adanya delusi dan/

atau halusinasi yang menonjol setidaknya selama 2 minggu pada absennya

episode mood mayor. Sebaliknya, dalam gangguan depresif atau bipolar dengan

fitur psikotik, fitur psikotiknya terjadi terutama selama episode mood. Karena

proporsi yang sangat relatif, dari gejala mood ke psikotik dapat berubah seiring

waktu, diagnosis yang tepat mungkin saja berubah dari dan ke gangguan ski-

zoafektif (misalnya, diagnosa gangguan skizoafektif yang parah dan episode de-

presif mayor bertahan selama 3 bulan selama 6 bulan pertama penyakit

psikotiknya yang persisten , maka akan berubah menjadi skizofrenia jika gejala

psikotik aktif atau gejala residual menonjol lebih dari beberapa tahun tanpa ter-

jadinya pengulangan episode mood lainnya).

Gangguan psikotik karena kondisi medis yang lain. Kondisi medis lain dan peng-

gunaan zat-zat tertentu dapat bermanifestasi dengan kombinasi dari gejala

psikotik dan mood , dan gangguan psikotik yang disebabkan oleh kondisi medis

yang lain harus disingkirkan.

Gangguan skizofrenia , bipolar dan depresif. Membedakan gangguan skizoafektif

dari skizofrenia dan dari gangguan depresif dan bipolar dengan fitur psikotik

seringnya sangat sulit. Kriteria C dirancang untuk memisahkan gangguan ski-

zoafektif dari skizofrenia, dan Kriteria B dirancang untuk membedakan gang-

guan skizoafektif dari gangguan depresif dan bipolar dengan fitur psikotik. Lebih

spesifik, gangguan skizoafektif dapat dibedakan dari gangguan depresif atau

bipolar dengan fitur psikotik berdasarkan adanya delusi dan/atau halusinasi

yang menonjol selama setidaknya 2 minggu dalam absennya episode mood

mayor. Sebaliknya, dalam gangguan depresif atau bipolar dengan fitur psikotik,

fitur psikotiknya terjadi terutama selama episode mood. Karena proporsi yang

sangat relatif, dari gejala mood ke psikotik dapat berubah seiring waktu, diagno-

sis yang tepat mungkin saja berubah dari dan ke gangguan skizoafektif (misal-

27

Page 28: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

nya, diagnosa gangguan skizoafektif yang parah dan episode depresif mayor

bertahan selama 3 bulan selama 6 bulan pertama penyakit psikotiknya yang per-

sisten , maka akan berubah menjadi skizofrenia jika gejala psikotik aktif atau ge-

jala residual menonjol lebih dari beberapa tahun tanpa terjadinya pengulangan

episode mood lainnya).

GANGGUAN PSIKOTIK TERINDUKSI ZAT/PENGOBATAN

Kriteria diagnostic

A. Adanya salah satu atau kedua gejala berikut

1. Delusi

2. Halusinasi

B. Adanya bukti dari riwayat, pemeriksaan fisis, atau temuan laboratorium dari

kedua (1,2) :

1. Gejala dalam Kriteria A muncul seiring atau segera setelah intoksikasi zat

atau withdrawal atau setelah paparan pengobatan tertentu.

2. Zat/pengobatan yang terlibat memiliki kapabilitas untuk memproduksi

gejala dalam kriteria A.

C. Gangguannya tidak digambarkan lebih baik oleh gangguan psikotik yang tidak

diinduksi oleh zat/obat-obatan. Contoh bukti dari gangguan psikotik indepen-

dent dapat terdiri dari sebagai berikut :

Gejala yang ada pada saat pemakaian zat/obat ; gejalanya bertahan dalam

periode waktu yang substansial (misalnya sekitar 1 bulan) setelah ter-

hentinya withdrawal akut atau intoksikasi yang parah; atau ada bukti lain

dari gangguan psikotik independen yang tidak terinduksi zat/obat-obatan

tertentu (misalnya riwayat episode yang tidak berhubungan dengan zat/

obat-obatan tertentu).

D. Gangguan ini tidak terjadi secara eksklusif sepanjang kejadian delirium.

E. Gangguan ini menyebabkan gangguan atau ketidakseimbangan sosial yang

signifikan secara klinis, juga area pekerjaan dan bidang-bidang fungsi yang

penting dari kehidupan sehari hari.

Catatan : diagnosis ini lebih cocok ditegakkan dibandingkan sebuah diagnosis intoksikasi

28

Page 29: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

obat atau withdrawal zat hanya jika gejala dalam Kriteria A menonjol pada gambaran klinis

dan jika mereka kondisinya secara suffisien dikatakan parah untuk mendapatkan perhatian

klinis.

Catatan penggunaan kode : Kode dari ICD-9-CM dan ICD-10-CM untuk gangguan psikotik-

[terinduksi zat spesifik/pengobatan] diindikasikan pada table berikut ini. Perhatikanlah

bahwa kode dari ICD-10-CM bergantung pada ada tidaknya gangguan penggunaan zat komor-

bid yang tampak pada kelas zat yang sama. Jika gangguan penggunaan zat ringan digolongkan

komorbid terhadap gangguan psikotik terinduksi zat tersebut, karakter posisi ke-4 adalah

“1”, dan klinisi harus mencatat “gangguan penggunaan zat-zat ringan” sebelum gangguan

psikotik terinduksi zat (misalnya “gangguan penggunaan kokain ringan dengan gangguan

psikotik terinduksi kokain). Jika gangguan penggunaan zat sedang atau berat komorbid den-

gan gangguan psikotik terinduksi zat, maka karakter ke-4 adalah “2”, dan klinisi harus men-

catat “gangguan penggunaan obat moderat/sedang atau gangguan penggunaan zat berat,

bergantung pada derajat keparahan dari gangguan penggunaan zatnya. Jika tidak ada gang-

guan penggunaan zat komorbid (misalnya setelah sekali penggunaan zat yang lumayan be-

rat), maka karakter ke-4 adalah “9”, dan klinisi hanya perlu mencatat gangguan psikotik

terinduksi zatnya.

ICD-10-CM

zat ICD-9-CM Dengan gangguan penggunaan, ringan Dengan gangguan penggu-

naan,

Sedang/berat Tanpa gangguan penggunaan

Alcohol 291.9 F10.159F10.259F10.959

Ganja 292.9 F12.159F12.259F12.959

Phencyclidine 292.9 F16.159F16.259F16.959

Halusinogen lain292.9 F16.159F16. 259 F16.959

Inhalan 292.9 F18.159F18. 259 F18.959

Sedative, hipnotik, atau anxiolitik 292.9 F13.159F13.259F13.959

Amfetamin atau stimulant yang lain 292.9 F15.159F15.259F15.959

Kokain 292.9 F14.159F14.259F14.959

Zat lain (yang tidak diketahui) 292.9 F19.159F19.259F19.959

Spesifikasikan jika (lihat tael 1 dalam bab “gangguan terkait penggunaan zat

dan adiktif) untuk kelas diagnosa sehubungan zat. :

Dengan onset selama intoksikasi : jika kriteria terpenuhi untuk intok-

sikasi dengan zat dan gejalanya muncul sepanjang intoksikasi.

Dengan onset selama withdrawal : jika kriteria terpenuhi untuk with-

drawal dari zat tersebut dan gejalanya muncul selama, atau segera setelah,

withdrawal.

29

Page 30: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

Spesifikasikan derajat keparahan :

Keparahan dinilai dengan penilaian kuantitatif dari gejala primer psikosis, ter-

masuk delusi, halusinasi , bicara yang tidak terorganisasi , perilaku psikomotor

abnormal , dan gejala negative. Masing-masing dari gejala ini dapat dinilai un-

tuk keparahannya saat ini (paling parah dalam 7 hari terakhir) dalam skala 5

poin yang bervariasi mulai dari 0 (tidak ada gejala) sampai 4 (ada dan parah).

(lihat bab mengukur penilaian).

Catatan : diagnosa gangguan terinduksi penggunaan zat/obat dapat dite-

gakkan tanpa menggunakan penspesifikasi ini.

Penanda diagnosis

Dengan mengukur kadar zat dalam darah (misalnya kadar alcohol dalam darah,

dan kadar darah yang lain seperti digoxin) , adanya kadar yang sesuai dengan

ambang batas toksisitas dapat meningkatkan kepastian diagnosis.

Diferensial diagnosis.

Intoksikasi zat atau withdrawal zat. Individu yang terintoksikasi dengan stimu-

lan, ganja, opioid meperidin, atau phencyclidine, atau orang yang withdraway

dari alcohol atau sedative, mungkin mengalami persepsi yang teralihkan yang

mereka kenali sebagai efek obat. Jika uji realitas untuk pengalaman ini tetap in-

tak (misalnya individu mengenali bahwa persepsi tersebut terinduksi oleh zat

dan tidak mempercayainya atau melakukan reaksi terhadapnya), diagnosisnya

bukanlah gangguan psikotik terinduksi zat/obat. Malah diagnosa intoksikasi zat

atau withdrawal zat dengan gangguan persepsi yang dibuat (misalnya intok-

sikasi kokain dengan gangguan persepsi) . Halusinasi “kilas balik” yang dapat ter-

jadi lama setelah penggunaan halusinogen telah berhenti didiagnosa sebagai

gangguan persepsi yang berlangsung karena halusinogen. Jika gejala gangguan

psikotik terinduksi zat/obat-obatan terjadi secara eksklusif selama perjalanan

delirium , sebagaimana dalam bentuk berat dari withdrawal alcohol , gejala

psikotik dipertimbangkan sebagai fitur terasosiasi dari delirium dan tidak didi-

agnosa secara terpisah.

30

Page 31: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

Gangguan psikotik primer. Sebuah gangguan psikotik terinduksi zat/obat-obatan

dibedakan dengan gangguan psikotik primer, seperti skizofrenia, gangguan ski-

zoafektif, dan gangguan delusional, gangguan psikotik akut, dan spektrum ski-

zofrenia yang terspesifikasi yang lain, dan gangguan psikotik lain, dan spektrum

skizofrenia yang tidak terspesifikasi dan gangguan psikotik yang lain., oleh fakta

bahwa sebuah zat dinilai memiliki kaitan secara etiologis dengan gejala .

Gangguan psikotik karena kondisi medis yang lain. Sebuah gangguan psikotik

terinduksi zat/obat-obatan karena obat yang diresepkan untuk kondisi medis

atau mental harus memiliki onset selagi individu menerima pengobatan (atau se-

lama pemutusan obat, jika ada gejala terkait withdrawal yang berhubungan den-

gan pengobatan). Karena individu dengan kondisi medis sering mengkonsumsi

obat untuk kondisi tersebut, maka klinisi harus mempertimbangkan kemungki-

nan bahwa gejala psikotik disebabkan oleh konsekuensi fisiologis dari kondisi

medis dibandingkan obatnya , yang mana pada kasus gangguan psikotik karena

kondisi medis didiagnosa. Riwayat biasa menunjukkan dasar primer untuk peni-

laian. Pada waktu, sebuah perubahan pada pengobatan untuk kondisi medis

(misalnya penggantian regimen pengobatan atau pemutusan obat) mungkin

diperlukan untuk menentukan secara empiris bagi individu tersebut apakah

obatnya merupakan agen pencetusnya. Jika klinisi telah mengetahui pasti bahwa

gangguannya berhubungan dengan kondisi medis dan penggunaan zat/obat,

maka kedua diagnosa (misalnya gangguan psikotik karena kondisi medis yang

lain dan gangguan psikotik terinduksi zat/obat-obatan) dapat diberikan.

GANGGUAN PSIKOTIK KARENA KONDISI MEDIS YANG LAIN

Kriteria diagnosis

A. Halusinasi atau delusi yang menonjol.

B. Ada bukti dari riwayat , pemeriksaan fisis, atau temuan lab bahwa gangguan

adalah konsekuensi patofisiologis langsung dari kondisi medis yang lain.

C. Gangguan tidak digambarkan lebih baik oleh gangguan mental yang lain.

D. Gangguan tidka terjadi secara eksklusif selama perjalanan delirium.

E. Gangguan menyebabkan kesulitan atau ketidakseimbangan dalam bidang

31

Page 32: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

sosial, pekerjaan, dan bidang penting lainnya.

Spesifikasikan jika :

Kode berdasarkan gejala menonjol :

293.82 (F06.2) dengan delusi : jika delusi adalah gejala yang menonjol.

293.82 (F06.0) dengan halusinasi : jika halusinasi adalah gejala yang

menonjol.

Catatan penggunaan kode : ikutsertakan nama kondisi medis dalam nama

gangguan mentalnya (misalnya, 293.81 [F06.2] gangguan psikotik dikarenakan

neoplasma ganas paru-paru, dengan delusi). Kondisi medis yang lain harus diberi

kode dan didaftar secara terpisah sesegera mungkin sebelum gangguan psikotik

karena kondisi medisnya (misalnya , 162.9 (C34.90) neoplasma paru-paru ganas ;

293.81[F06.2] gangguan psikotik karena neoplasma paru-paru ganas , dengan

delusi)

Spesifikasikan derajat keparahannya :

Keparahan dinilai dengan penilaian kuantitatif dari gejala primer psikosis, ter-

masuk delusi, halusinasi , bicara yang tidak terorganisasi , perilaku psikomotor

abnormal , dan gejala negative. Masing-masing dari gejala ini dapat dinilai un-

tuk keparahannya saat ini (paling parah dalam 7 hari terakhir) dalam skala 5

poin yang bervariasi mulai dari 0 (tidak ada gejala) sampai 4 (ada dan parah).

(lihat bab mengukur penilaian).

Catatan : diagnosa gangguan psikotik karena kondisi medis lain dapat dite-

gakkan tanpa menggunakan penspesifikasi ini.

Penanda diagnosis.

Diagnosis gangguan psikotik karena kondisi medis yang lain bergantung pada

kondisi klinis setiap indiividu , dan uji diagnostic akan bervariasi tergantung

pada kondisi tersebut. Suatu variasi kondisi medis dapat menyebabkan gejala

psikotik. Hal ini termasuk kondisi neurologis (misalnya , neoplasma, penyakit

serebrovaskuler, penyakit Huntington, multiple sklerosis, epilepsy, cedera atau

ketidakseimbangan syaraf auditoria tau visual, tuli, migrain, infeksi SSP), kondisi

endokrin (misalnya hiper- atau hipo-tiroidisme, hiper-dan hipo-paratiroidisme,

hiper dan hipo adrenokortisisme), kondisi metabolic (misalnya hipoksia ,

32

Page 33: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

hiperkarbia, hipoglikemi), ketidak seimbangan cairan atau elektrolit, penyakit

hepatorenal, dan gangguan autoimun dengan melibatkan SSP (misalnya SLE).

Temuan pemeriksaan fisis yang berhubungan, temuan laboratorium, da pola

prevalensi atau onset merefleksikan kondisi medis yang mendasari.

Diferensial diagnosis.

Delirium. Halusinasi dan delusi umumnya terjadi dalam konteks delirium ; na-

mun, diagnosa gangguan psikotik yang terpisah dikarenakan kondisi medis yang

lain tidak dapat ditegakkan jika gangguannya terjadi secara ekslusif selama per-

jalanan delirium. Delusi dalam konteks gangguan neurokognitif mayor atau

ringan dapat didiagnosa sebagai gangguan neurokognitif mayor atau ringan, den-

gan gangguan perilaku.

Gangguan psikotik terkait zat/obat. Jika ada bukti dari penggunaan obat terkini

atau pemanjangan penggunaan obat(termasuk obat dengan efek psikoaktif),

withdrawal dari suatu zat, paparan terhadap racun (misalnya keracunan LSD [ly-

sergic acid diethylamide], withdrawal alcohol), gangguan psikotik terinduksi

zat/obat harus ditegakkan.

Gangguan psikotik. Gangguan psikotik karena kondisi medis lain harus

dibedakan dengan gangguan psikotik (misalnya skizofrenia , gangguan delu-

sional, gangguan skizoafektif) atau gangguan depresif atau bipolar, dengan fitur

psikotik , tidak ada mekanisme kausatif fisiologis langsung dan spesifik yang

berhubungan dengan kondisi medis dapat ditunjukkan. Usia lanjut saat onset

dan tidak adanya riwayat personal atau keluarga yang skizofreniaatau memiliki

gangguan delusional menunjukkan perlunya penilaian lebih lanjut untuk menge-

sampingkan diagnosis gangguan psikotik karena kondisi medis. Halusinasi audi-

tori yang melibatkan suara berbicara kalimat kompleks lebih mencirikan ski-

zofrenia dibandingkan gangguan psikotik karena kondisi medis. Tipe lain halusi-

nasi (misalnya visual dan olfaktori) umumnya mencirikan gangguan psikotik

karena kondisi medis atau gangguan psikotik yang terinduksi zat/obat.

KATATONIA

33

Page 34: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

Katatonia yang berhubungan dengan gangguan mental lain (penspesifikasi

katatonia)

293.89 (F06.1)

A. Gambaran klinis didominasi oleh 3 atau lebih gejala berikut :

1. Stupor (misalnya tidak ada aktifitas psikomotor; tidak secara aktif terkait

dengan lingkungan).

2. Katalepsi (misalnya induksi pasif dari sebuah postur yang melawan gravi-

tasi).

3. Fleksibilitas serea ( misalnya , mempertahankan pengaturan posisi oleh

pemeriksa atau hanya bergerak sedikit).

4. Mutisme (misalnya sangat sedikit bahkan tidak ada respon verbal [kecuali

jika afasia])

5. Negativisme (misalnya, melakukan hal kebalikan dari stimulus eksternal

atau tidak melakukan apapun

6. Posturing ,(misalnya tiba-tiba dan spontan mengambil posisi melawan

gravitasi)

7. Manerisme (misalnya krikatur mendalam dan aneh dari aksi yang normal)

8. Stereotypi ( melakukan gerakan-gerakan tanpa tujuan berulang-ulang ,

dengan frekuensi abnormal).

9. Agitasi, tidak terpengaruh dengan stimulus yang ekstrim.

10. Menyeringai.

11. Ekolalia (misalnya meniru kalimat-kalimat orang lain).

12. Ekopraksia (misalnya meniru gerakan orang lain).

Catatan penggunaan kode : indikasikan nama dari gangguan mental terasosiasi saat men-

catat nama kondisinya (misalnya 293.89 [F06.1] katatonia berhubungan dengan gangguan

depresif mayor). Kode pertama terasosiasi gangguan mental (misalnya gangguan neurodevel-

opmental, gangguan psikotik akut, gangguan skizofreniform, skizofrenia, gangguan skizoafek-

tif, gangguan bipolar, gangguan depresi mayor, atau gangguan mental yang lain (misalnya

295.70 [F25.1], ganggguan skizoafektif , gangguan depresif tipe :293.89 (F06.1) katatonia

terasosiasi dengan gangguan skizoafektif)

fitur diagnosis.

34

Page 35: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

Katatonia berhubungan dengan gangguan mental yang lain (penspesifikasi kata-

tonia) dapat digunakan apabila kriteria katatonia terpenuhi selama perjalanan

neurodevelopmental, psikotik , bipolar , depresif atau gangguan mental yang lain.

Penspesifikasi katatonia sesuai jika gambaran klinisnya dikarakterisasikan den-

gan ditandainya gangguan psikomotor dan melibatkan setidaknya 3 dari 12 fitur

diagnostic yang terdaftar dalam kriteria A.

GANGGUAN KATATONIA KARENA GANGGUAN MEDIS LAIN.

Kriteria Diagnostik 293.89 (F06.1)

A. Gambaran klinis didominasi oleh tiga atau lebih dari gejala berikut :

1. Stupor (misalnya tidak ada aktifitas psikomotor; tidak secara aktif terkait

dengan lingkungan).

2. Katalepsi (misalnya induksi pasif dari sebuah postur yang melawan gravi-

tasi).

3. Fleksibilitas serea ( misalnya , mempertahankan pengaturan posisi oleh

pemeriksa atau hanya bergerak sedikit).

4. Mutisme (misalnya sangat sedikit bahkan tidak ada respon verbal [kecuali

jika afasia])

5. Negativisme (misalnya, melakukan hal kebalikan dari stimulus eksternal

atau tidak melakukan apapun

6. Posturing ,(misalnya tiba-tiba dan spontan mengambil posisi melawan

gravitasi)

7. Manerisme (misalnya krikatur mendalam dan aneh dari aksi yang normal)

8. Stereotypi ( melakukan gerakan-gerakan tanpa tujuan berulang-ulang ,

dengan frekuensi abnormal).

9. Agitasi, tidak terpengaruh dengan stimulus yang ekstrim.

10. Menyeringai.

11. Ekolalia (misalnya meniru kalimat-kalimat orang lain).

12. Ekopraksia (misalnya meniru gerakan orang lain).

B. Ada bukti dari riwayat , pemeriksaan fisik , atau hasil lab bahwa gangguannya

adalah konsekuensi patofisiologis langsung dari kondisi medis lain.

35

Page 36: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

C. Gangguan tidak dapat digambarkan lebih baik oleh gangguan mental yang lain

misalnya (episode manik).

D. Gangguan ini tidak terjadi secara eksklusif selama perjalanan delirium.

E. Gangguan ini menyebabkan gangguan atau ketidakseimbangan dalam bidang

sosial, okupasional, dan bidang lain dalam kehidupan secara signifikan.

Catatan penggunaan kode : termasuk nama dari kondisi medis dalam nama gangguan mental-

nya (misalnya 293.89 [F06.1] gangguan katatonik sebab ensefalopati hepatic). Kondisi medis

yang lain harus diberi kode dan didaftar secara terpisah , misalnya (572.2 [K71.90] ensefalopati

hepatic ; 293.89 [F06.1] gangguan katatonik sebab ensefalopati hepatic.

fitur diagnosis .

fitur esensial dari gangguan katatonia karena kondisi medis yang lain ialah

adanya katatonia yang dinilai berhubungan sebagai efek fisiologis dari kondisi

medis yang lain. Katatonia dapat didiagnosa dengan adanya setidaknya 3 dari 12

gejala dalam Kriteria A. Juga harus Ada bukti dari riwayat , pemeriksaan fisik ,

atau hasil lab bahwa gangguannya adalah konsekuensi patofisiologis langsung

dari kondisi medis lain.

Diferensial diagnosis.

Suatu diagnosis terpisah dari gangguan katatonik yang disebabkan oleh gang-

guan medis lainnya tidak diberikan jika katatonia terjadi secara eksklusif selama

perjalanan delirium atau neuroleptic malignant syndrome. Jika individu sedang

mengkonsumsi obat neuroleptic, pertimbangan harus diberikan pada gangguan

pergerakan terinduksi obat.

36

Page 37: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

37

Page 38: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

KATATONIA TIDAK TERSPESIFIKASI.

Kriteria diagnosis

Kategori ini digunakan untuk suatu presentasi dimana gejala karakteristik untuk

katatonia menyebabkan gangguan atau ketidakseimbangan dalam bidang sosial,

okupasional dan bidang lain kehidupan secara signifikan namun gangguan men-

tal yang mendasari atau kondisi medis yang lain masih tidak jelas, kriteria penuh

dari katatonia tidak terpenuhi atau tidak cukup informasi untuk membuat diag-

nosa yang lebih spesifik (misalnya pengaturan ruang gawat darurat)

Catatan penggunaan kode : kode pertama 781.99 (R29.818) gejala lain meli-

batkan sistem neuro dan musculoskeletal, diikuti dengan 293.89 (F06.1) katato-

nia tidak terspesifikasi.

SPEKTRUM SKIZOFRENIA YANG TIDAK TERSPESIFIKASI DAN GANGGUAN

PSIKOTIK YANG LAIN

298.8 (F28)

Kategori ini digunakan untuk presentasi yang mana gejala karakteristik spektrum

skizofrenia dan gangguan psikotik yang lain yang menyebabkan gangguan dan

ketidakseimbangan yang signifikan secara klinis dalam bidang sosial, okupa-

sional dan area penting kehidupan yang menonjol tapi tidak memenuhi kriteria

penuh untuk gangguan lain dalam spektrum skizofrenia dan gangguan psikotik

lainnya. Kategori Spektrum skizofrenia terspesifikasi lainnya dan gangguan

psikotik lainnya digunakan dalam situasi yang mana seorang klinisi memiih un-

tuk mengkomunikasikan alasan spesifik bahwa presentasi tidak memenuhi krite-

ria untuk spektrum skizofrenia spesifik dan gangguan psikotik lainnya. Ini di-

lakukan dengan mencatat “spektrum skizofrenia yang lain dan gangguan psikotik

lainnya” diikuti dengan alasan spesifik (misalnya halusinasi auditori persisten).

Contoh presentasi yang dapat dispesifikasikan menggunakan “spesifikasi lain”

termasuk berikut :

38

Page 39: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

1. Halusinasi auditori persisten terjadi pada absennya fitur lain.

2. Delusi dengan episode mood yang berulang dengan signifikan : ter-

masuk delusi persisten dengan periode episode mood berulang yang ter-

jadi dalam jangka waktu substansial dari gangguan delusinya .

3. Penurunan sindrom psikosis : syndrome ini dikarakterisasikan oleh ge-

jala mirip psikotik yang dibawah ambang batas atau psikosis penuh.

4. Gejala delusi pada teman dari individu dengan gangguan delusi :

dalam konteks hubungan , materi delusi dari partner yang dominan mem-

beri konten bagi kepercayaan delusional oleh individu yang tidak

sepenuhnya memiliki kriteria untuk gangguan delusional.

Spektrum skizofrenia tidak terspesifikasi dan gangguan psikotik yang lain

298.9 (F.29)

Kategori ini berlaku untuk presentasi yang mana karakteristik gejala dari spek-

trum skizofrenia dan gangguan psikotik yang lain yang menyebabkan gangguan

atau ketidakseimbangan dalam bidang sosial , okupasional, dan bidang penting

kehidupan yang signifikan secara klinis namun tidak memenuhi kriteria penuh

untuk gangguan apapun dalam spektrum skizofreia dan kategori gangguan

psikotik yang lain. Spektrum skizofrenia tidak terspesifikasi dan kategori gang-

guan psikotik yang lain digunakan dalam situasi yang mana klinisi memilih untuk

tidak menspesifikasikan alasan bahwa kriteria tidak terpenuhi untuk spektrum

skizofrenia dan gangguan psikotik yang lain , dan termasuk presentasi dimana

tidak ada informasi yang cukup untuk membuat diagnosa yang lebih spesifik.

39

Page 40: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

GANGGUAN BIPOLAR DAN YANG TERKAIT.

Gangguan bipolar I

Kriteria diagnosis

Untuk suatu diagnosa dari gangguan bipolar 1, sangat penting untuk memenuhi

kriteria untuk episode manik. Episode manik dapat disertai oleh episode manik

atau depresif mayor.

Episode manik.

A. Suatu periode tertentu dari mood yang meningkat , meluas atau pemarah

yang meningkat secara abnormal dan persisten , dan aktifitas atau energy

yang tertuju pada suatu goal yang meningkat secara abnormal dan persisten

yang bertahan setidaknya 1 minggu dan ada pada sebagian besar waktu

dalam sehari , hampir setiap hari (atau durasi apapun jika rawat inap diper-

lukan).

B. Selama periode gangguan mood dan peningkatan energi atau aktifitas , 3 atau

lebih dari gejala berikut ini (empat jika moodnya hanya pemarah) ada dalam

derajat tertentu dan merepresentasikan perubahan dari perilaku biasanya :

1. Peningkatan kepercayaan diri atau kebesaran.

2. Berkurangnya kebutuhan untuk tidur (misalnya merasa telah cukup beris-

tirahat setelah 3 jam tertidur).

3. Lebih cerewet dari biasanya atau mengalami tekanan untuk terus

berbicara.

4. Flight of ideas atau pengalaman subjektif bahwa pikirannya terus berpacu.

5. Distraktibilitas (misalnya perhatiannya terlalu mudah untuk dialihkan

oleh stimuli eksternal yang tidak penting atau tidak relevan).

6. Meningkatnya aktifitas yang berorientasi suatu tujuan (goal) (baik secara

40

Page 41: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

sosial, dalam pekerjaan , atau sekolah atau secara seksual) atau agitasi

psikomotor (misalnya aktifitas tertentu tanpa tujuan dan tidak berorien-

tasi goal).

7. Meningkatnya keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan yang memiliki

potensi tinggi untuk konsekuensi yang menyakitkan (misalnya terkait

dalam investasi bisnis bodoh, berbelanja berlebihan ).

C. Gangguan mood dianggap cukup parah untuk menyebabkan ketidakseimban-

gan yang mencolok dalam fungsi sosial atau okupasional atau untuk meng-

haruskan rawat inap untuk mencegah pasien menyakiti dirinya atau orang

lain atau jika ada fitur psikotik.

D. Episodenya tidak berkaitan dengan efek fisiologis dari suatu zat (misalnya

penyalahgunaan obat , suatu pengobatan , dan terapi lain) atau terhadap kon-

disi medis yang lain.

Catatan : episode manik penuh yang muncul selama terapi antidepresan (mis-

alnya pengobatan , ECT) tapi bertahan pada tingkat sindromal penuh dibalik

efek fisiologis dari pengobatan tersebut adalah bukti yang cukup untuk

episode manik dan diagnosa bipolar 1.

Catatan :kriteria A-D merupakan episode manik . setidakya satu episode

manik sepanjang hidupnya diperlukan untuk mendiagnosa gangguan bipolar

I.

Episode hipomanik

A. Suatu periode tertentu mood yang meningkat,meluas, dan pemarah secara ab-

normal dan persisten , serta peningkatan aktifitas atau energy yang abnormal

dan persisten , yang berlangsung selama setidaknya 4 hari berturut-turut da

nada pada sebagian besar waktu dalam sehari, hampir setiap hari.

B. Selama periode gangguan mood dan peningkatan energy dan aktifitas, 3 (atau

lbih) dari gejala berikut (empat jika moodnya hanya pemarah) telah persisten

, merepresentasikan suatu perubahan dari perilaku biasanya , dan telah ada

hingga derajat yang signifikan.

1. Peningkatan kepercayaan diri atau kebesaran.

2. Berkurangnya kebutuhan untuk tidur (misalnya merasa telah cukup beris-

tirahat setelah 3 jam tertidur).

3. Lebih cerewet dari biasanya atau mengalami tekanan untuk terus

41

Page 42: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

berbicara.

4. Flight of ideas atau pengalaman subjektif bahwa pikirannya terus berpacu.

5. Distraktibilitas (misalnya perhatiannya terlalu mudah untuk dialihkan

oleh stimuli eksternal yang tidak penting atau tidak relevan).

6. Meningkatnya aktifitas yang berorientasi suatu tujuan (goal) (baik secara

sosial, dalam pekerjaan , atau sekolah atau secara seksual) atau agitasi

psikomotor (misalnya aktifitas tertentu tanpa tujuan dan tidak berorien-

tasi goal).

7. Meningkatnya keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan yang memiliki

potensi tinggi untuk konsekuensi yang menyakitkan (misalnya terkait

dalam investasi bisnis bodoh, berbelanja berlebihan ).

C. Episodenya berhubungan dengan perubahan yang pasti dalam fungsi yang

tidak dikarakterisasikan oleh individu jika sedang tidak simtomatik.

D. Gangguan dalam mood dan perubahan dalam fungsi dapat diamati oleh orang

lain.

E. Gangguan tidak cukup parah untuk menyebabkan ketidakseimbangan dalan

fungsi sosial atau okupasional atau tidak terlalu membutuhkan rawat inap.

Jika ada fitur psikotik, secara definisi episodenya disebut manik.

F. Episodenya tidak berhubungan dengan efek fisiologis dari suatu zat (misalnya

kecanduan obat, pengobatan, atau terapi)

Catatan : sebuah episode hipomanik penuh yang muncul selama terapi an-

tidepresan (misalnya pengobatan , ECT) tapi bertahan selama tingkat sindro-

mal penuh dibalik efek fisiologis dari terapinya merupakan bukti sufisien un-

tuk diagnosa episode hipomanik. Meskipun demikian , sikap berhati-hati di-

indikasikan agar satu atau dua gejala (terutama peningkatan iritabilitas, atau

agitasi yang mengikuti penggunaan antidepresan) tidak dianggap sebagai su-

fisien untuk diagnosis dari episode hipomanik, tidak secara penting

mengindikasikan diathesis bipolar.

Catatan : kriteria A-F menunjukkan episode hipomanik . episode hipomanik

umum dalam gangguan bipolar I namun tidak diperlukan dalam diagnosa bipolar

1.

42

Page 43: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

Episode depresif mayor.

A. 5 atau lebih dari gejala berikut telah ada pada 2 minggu yang sama dan

merepresentasikan sebuah perubahan dari fungsi sebelumnya ; setidaknya

satu dari gejala diantaranya 1) mood depresif atau 2)kehilangan ketertarikan

atau kenikmatan.

catatan : jangan masukkan gejala yang secara jelas berhubungan dengan kon-

disi medis yang lain .

1. Suasana hati depresi sepanjang hari, hampir setiap hari, yang

terindikasi oleh beberapa hal subjektif (seperti rasa sedih, kosong,

dan tidak punya harapan) atau yang diperhatikan oleh orang lain

(seperti mau menangis)(catatan: pada anak-anak dan remaja dapat

berupa gangguan suasana hati pemarah]

2. Hilangnya gairah dan minat yang jelas dalam hampir segala hal, ak-

tifitas sepanjang hari, hampir setiap hari yang dilaporkan maupun

yang dilihat)

3. Penurunan berat badan ketika tidak diet atau peningkatan berat

badan (perubahan BB lebih dari 5% dalam satu bulan) atau penu-

runan atau peningkatan nafsu makan hampir setiap hari (catatan:

pada anak-anak adalah gagal dalam memenuhi berat badan yang

telah ditentukan)

4. Insomnia atau hiperinsomnia hampir setiap hari

5. Psikomotor yang meledak-ledak atau keterlambatan hampir setiap

hari (yang dilihat seperti tidak pernah lelah atau merasa terham-

bat)

6. Lelah dan kekurangan energi hampir setiap hari

7. Perasaan akan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlebihan

(yang mungkin delusional) hampir setiap hari ( tidak hanya rasa

bersalah karena sakit)

8. Hilangnya kemampuan untuk konsentrasi atau berpiki, atau bim-

bang, hampir setiap hari( yang siutarakan sendiri atau dilihat orang

lain)

9. Pikiran untuk mati (bukan hanya rasa takut akan kematian), ide

bunuh diri yang berulang tanpa rencana apapun, percobaan bunuh

43

Page 44: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

diri, atau rencana untuk bunuh diri.

B. Penyebab gejala tersebut akibat stress yang berkepanjangan atau gang-

guan dalam sosial, kerja, atau fungsi-fungsi yang penting

C. Episode tersebut tidak bisa dianggap sama dengan efek psikologis akibat

zat dan penggunaan obat

Catatan: kriteria A-C menunjukkan episode depresif mayor

Catatan: respon terhadap suatu kehilangan (seperti bangkrut, bencana alam,

sakit yang parah atau ketidakmampuan) dapat berupa rasa sedih yang sangat,

mengingat terus hal-hal yang telah hilang, insomnia, nafsu makan yang menu-

run, dan berkurangnya berat badan seperti yang tertera pada criterion A,

yang dapat disamakan dengan episode depresif. Meskipun gejala tersebut da-

pat dimengerti dan dianggap sesuai dengan kehilangan tersebut, keberadaan

episode depresif mayor sebagai tambahan dari respon normal terhadap rasa

kehilangan yang sangat perlu diperhatikan. Keputusan ini membutuhkan lati-

han terhadap penilaian klinis berdasarkan riwayat individu dan norma bu-

daya untuk mengekspresikan kesedihan dalam konteks kehilangan.

Gangguan bipolar I

A. kriteria telah dipenuhi setidaknya untuk 1 episode manik (kriteria A-D

dalam “episode manik diatas).

B. Kejadian episode manik dan depresif mayor tidak digambarkan dengan

lebih baik daripada gangguan skizoafektif, skizofrenia, gangguan ski-

zofreniform, gangguan delusional , atau spektrum skizofrenia yang terpe-

sifikasi atau tidak yang lainnya, dan gangguan psikotik yang lain.

Kode dan prosedur pencatatan.

Kode diagnostk untuk gangguan bipolar 1 berdasarkan oleh tipe episode yang

terkini atau terakhir dan statusnya dengan tingkat keparahan saat ini, adanya fi-

tur psikotik dan status remisi. Keparahan saat ini dan fitur psikotik hanya di-

indikasikan jika semua kriteria terpenuhi dan sedang tidak terpenuhi untuk

episode manik, hipomanik , atau depresif mayor. Kode sebagai berikut :

Gangguan bipolar I Episode manik yang berlangsung atau terakhir Episode

44

Page 45: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

hipomani yang berlangsung atau terakhir Episode depresi yang berlangsung atau

terakhir Episode tidak terspesifikasi yang berlangsung atau terakhir

Ringan (p.154) 296.41

(F31.11) NA 296.51

(F31.31) NA

Sedang (p.154) 296.42

(F31.12) NA 296.52

(F31.32) NA

Berat (p.154) 296.43

(F31.13) NA 296.53

(F31.4) NA

Gangguan bipolar 1 Episode manik yang sedang berlangsung atau terkini

Episode hipomanik yang sedang berlangsung atau yang terakhir

Episode depresi yang sedang berlangsung atau yang terakhir Episode

tidak terspesifikasi yang berlangsung atau yang terakhir

Dengan fitur psikotik ***(p.152) 296.44

(F31.2) NA 296.54

(F31.5) NA

Dalam remisi parsial (p.154) 296.45

(F31.73) 296.45

(F31.73) 296.55

(F31.75)

NA

Dalam remisi penuh (p.154) 296.46

(F31.74) 296.46

(F31.74) 296.56 (F31.76) NA

Tidak terspesifikasi 296.40

(F31.9) 296.40

(F31.9) 296.50

(F31.9) NA

Dalam mencatat nama suatu diagnosis, ketentuan harus didaftar dengan urutan

45

Page 46: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

sbb : ganguan bipolar I, tipe episode sedang berlangsung atau terkini, spesifikasi

keparahan/psikotik/remisi, diikuti oleh spesifikasi tanpa kode sebagaimana di-

aplikasikan ke episode yang sedang berlangsung atau paling terakhir.

Spesifikasikan :

Dengan gangguan ansietas (p.149)

Dengan fitur campuran (pp.149-150)

Dengan siklus cepat (pp.150-151)

Dengan fitur melankolis (p.151)

Dengan fitur atipikal (pp.151-152)

Dengan fitur psikotik kongruen mood (p.152)

Dengan fitur psikotik inkongruen mood (p.152)

Dengan katatonia (p.152) catatan kode : gunakan kode tambahan 293.89

(F06.1)

Dengan onset peripartum (pp.152-153)

Dengan pola musiman (pp.153-154)

Differential Diagnosis

Gangguan depresif mayor. Gangguan depresif mayor dapat disertai dengan ge-

jala hipomania atau mania ( gejala yang lebih sedikit atau durasi yang lebih pen-

dek dari yang dibutuhkan untuk mania atau hipomania). Ketika gejala inidividual

muncul pada episode serangan depresi mayor, seseorang harus bergantung pada

kuatnya riwayat mengenai episode mania atau hipomania yang lalu. Gejala mu-

dah marah dapat disamakan dengan gangguan depresi mayor, atau gangguan

bipolar, untuk menambah kerumitan diagnostik.

Gangguan Bipolar lainnya. Diagnosis dari gangguan bipolar I berbeda dari

gangguan bipolar II dengan menentukan adanya episode mania atau tidak. Gang-

guan pipolar yang terspesifikasi dan yang belum terspesifikasi dan gangguan

lainnya yang sama harus dibedakan dengan gangguan bipolar I dan II dengan

mempertimbangkan apakah tiap episode melibatkan gejala mania atau bipoma-

nia atau episode gejala depresif gagal memenuhi kriteria penuh untuk seluruh

kondisi diatas.

46

Page 47: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

Gangguan bipolar yang diakibatkan kondisi medis dapat dihilangkan dari

gangguan bipolar I dan II dengan mengidentifikasi berdasarkan bukti klinis, den-

gan kausa yang berhubungan dengan kondisi medis.

Gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan panik, gangguan stres pasca

trauma, atau gangguan kecemasan lainnya. Gangguan ini perlu dipertim-

bangkan dalam diferensial diagnosis sebagai gangguan primer atau dalam beber-

apa kasus berupa gangguan komorbid. Penelusuran riwayat gejala secara hati-

hati dibutuhkan untuk membedakan gangguan kecemasan menyeluruh dengan

gangguan bipolar, dikarenakan cemas yang berulang dapat disalahartikan den-

gan pikiran yang berlomba-lomba, dan usaha untuk mengurangi perasaan cemas

dapat diartikan sebagai perilaku impulsive. Hal yang sama, gejala gangguan stres

pasca trauma harus dibedakan dengan gangguan bipolar. Hal ini membantu

dalam menilai episode alami dari gejala ynag disebutkan, juga dengan memper-

hitungkan gejala pencetus, dalam membuat diagnosis banding ini.

Gangguan bipolar akibat Obat/zat. Gangguan akibat penggunaan zat dapat

bermanifestasi dengan zat. Gejala mania induksi obat harus dibedakan dari gan-

guan bipolar I, respon terhadap obat penenenang ketika serangan mania akibat

obat/zat tidak terlalu dibutuhkan untuk mendiagnosa gangguan bipolar.

Mungkin dapat terjaditumpang tindih yang besar dalam menilai individual den-

gan gangguan bipolar I dengan penggunaan zat yang berlebihan dalam episode

serangan. Diagnosis utama untuk gangguan bipolar harus ditentukan

berdasarkan gejala yang menetap ketika zat tidak lagi digunakan.

Gangguan defisit/hiperaktifitas perhatian. Gangguan ini dapat disalahdiag-

nosakan sebagai gangguan bipolar, terutama pada usia remaja dan anak-anak.

Banyak gejala tumpang tindih dengan gejala mania,s eperti bicara yang cepat,

pikiran yang berlomba-lomba,tidak perhatian, dan kurang tidur. Gejala “double

counting” yang menuju kearah ADHD dan gangguan bipolar dapat dihindari jika

klinis mengklarifikiasi apakah gejala-gejala tersebut mewakili episode yang

berbeda

Gangguan kepribadian. Gangguan kepribadian seperti gangguan kepribadian

tertutup mungkin dapt gejala yang tumpang tindih dengan gangguan bipolar,

karena labilitas mood dan impulsifitas adalah hal yang biasa pada keadaan di-

atas. Gejala tersebut menunjukkan episode serangan yang jauh dan meningkat

47

Page 48: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

diatas ambang batas yang dibutuhkan untuk mendiagnosa gangguan bipolar

harus ada. Diagnosa gangguan kepribadian tidak bisa dilakukan pada episode

gangguan mood yang tidak teratasi.

Gangguan kepribadian cepat marah. Pada individu dengan keadaan mudah

marah yang berat, biasanya pada anak-anak dan remaja, harus cepat didiagnosa

sebagai gangguan bipolar , hanya pada yang pasien yang jelas episode mania

atau hipomania, waktu episode yang jelas dalam durasi yang dibutuhkan, ketika

gejala mudah marah sangat berbeda dari ambang batas individu dan disertai

dengan onset gejala criterion B. Ketika sifat mudah marah anak-anak sangat

menetap dan parah, diagnosis berupa disregulasi mood yang meledak-ledak

akan lebih tepat. Tentu ketika seorang anak sedang terserang mania, sangat

penting bahwa gejala yang ada menujukkan perubahan yang jelas dari perilaku

anak tersebut

Gangguan bipolar II

Kriteria diagnosis

Untuk mendiagnosis gangguan bipolar tipe II, snagat penting untuk memenuhi

kriteria untuk episode hipomania yang sekarang atau yang lalu dan kriteria yang

mengikuti untuk episode depresi mayor yang sekarang atau yang lalu.

Episode hipomania

A. Waktu yang berbeda untuk abnormalitas dan meningkat secara tetap,

meluas, atau suasana hati yang mudah marah dan abnormalitas dan pen-

ingkatan energi atau aktifitas secara menetap, bertahan selama 4 hari

berturut-turut dan berlaku sepanjang hari, hampir setiap hari.

B. Selama periode gangugan suasana hati dan peningkatan energi dan aktifi-

tas, tiga(ataulebih) dari gejala telah menetap( empat bila mood hanya mu-

dah marah), berupa perubahan dari perilaku yang biasa, dan memiliki be-

brapa tingkatan:

a. Peningkatan harga diri dan kebesaran

b. Pengurangan kebutuhan untuk tidur ( merasa cukup hanya dengan

3 jam tidur)

48

Page 49: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

c. Lebih banyak bicara dari biasanya atau tekanan untuk terus

berbicara

d. Flight of ideas atau pikiran yang berlomba-lomba

e. Tidak perhatian ( perhatian terlalu mudah untuk dialihkan ke hal-

hal yang tidak penting atau stimulus external yang tidak sesuai)

seperti yang diberitahukan atau yang dilihat

f. Meningkatnya kegiatan yang terpicu sebuah tujuan ( dalam

sosial,kerja,sekolah,atau seksual) atau psikomottor yang bergejo-

lak

g. Peningkatan dalam kegiatan yang memicu akibat atau resiko yang

tinggi ( kegiatan berbelanja yang tidak terhenti, kegiatan seksual

yang tidak bijaksana, atau investasi bisnis yang tidak mengun-

tungkan)

C. Episode tersebut disertai dengan perubahan fungsi yang tegas yang tidak

sesuai dengan karakteristik individu yang tidak bergejala

D. Perubahan suasana hati dan perubahan fungsi yang disaksikan oleh orang

lain

E. Episode tersebut tidak menimbulkan kerusakan parah dalam fungsi sosial

atau pekerjaan atau yang membutuhkan penanganan rawat inap. Jika ada

keadaan psikotik, maka dapat diartikan serangan tersebut berupa mania

F. Episode ini tidak bisa dianggap sama efek psikologik akibat zat (penggu-

naan obat, atau pengobatan lainnya)

Catatan: episode gejala hipomania yang keluar ketika pengobatan antide-

presant (obat,atau terapi elektrokonvulsive) teteapi menetap pada gejala

diluar level dari efek psikologis pengobatan adalah bukti penting untuk

diagnosa episode hipomania. Namun, harus hati-hati dikarenakan satu

atau dua gejala (biasanya mudah marah, gelisah, atau bergejolak pada

penggunaan antidepresan) tidak bisa dipakai sebagai gejala yang tepat

49

Page 50: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

untuk mendiagnosis episode hipomania, terlebih untukmendiagnosa

bipolar diatesis.

Episode depresif mayor

A. Lima atau lebih gejala yang ada dalam waktu 2 minggu dan disertai pe-

rubahan dari fungsi yang sebelumnya : setidaknya satu dari gejala berupa

(1) suasana hati depresi (2) hilangngnya minat atau gairah

1. Suasana hati depresi sepanjang hari, hampir setiap hari, yang

terindikasi oleh beberapa hal subjektif (seperti rasa sedih, kosong,

dan tidak punya harapan) atau yang diperhatikan oleh orang lain

(seperti mau menangis)(catatan: pada anak-anak dan remaja da-

pat berupa gangguan suasana hati pemarah]

2. Hilangnya gairah dan minat yang jelas dalam hampir segala hal, ak-

tifitas sepanjang hari, hampir setiap hari yang dilaporkan maupun

yang dilihat)

3. Penurunan berat badan ketika tidak diet atau peningkatan berat

badan (perubahan BB lebih dari 5% dalam satu bulan) atau penu-

runan atau peningkatan nafsu makan hampir setiap hari (catatan:

pada anak-anak adalah gagal dalam memenuhi berat badan yang

telah ditentukan)

4. Insomnia atau hiperinsomnia hampir setiap hari

5. Psikomotor yang meledak-ledak atau keterlambatan hampir setiap

hari (yang dilihat seperti tidak pernah lelah atau merasa terham-

bat)

6. Lelah dan kekurangan energi hampir setiap hari

7. Perasaan akan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlebihan

(yang mungkin delusional) hampir setiap hari ( tidak hanya rasa

bersalah karena sakit)

8. Hilangnya kemampuan untuk konsentrasi atau berpiki, atau bim-

bang, hampir setiap hari( yang siutarakan sendiri atau dilihat

orang lain)

9. Pikiran untuk mati (bukan hanya rasa takut akan kematian), ide

bunuh diri yang berulang tanpa rencana apapun, percobaan bunuh

diri, atau rencana untuk bunuh diri.

50

Page 51: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

B. Penyebab gejala tersebut akibat stress yang berkepanjangan atau gang-

guan dalam sosial, kerja, atau fungsi-fungsi yang penting

C. Episode tersebut tidak bisa dianggap sama dengan efek psikologis akibat

zat dan penggunaan obat

Catatan: kriteria A-C menunjukkan episode depresif mayor

Catatan: respon terhadap suatu kehilangan (seperti bangkrut, bencana alam,

sakit yang parah atau ketidakmampuan) dapat berupa rasa sedih yang san-

gat, mengingat terus hal-hal yang telah hilang, insomnia, nafsu makan yang

menurun, dan berkurangnya berat badan seperti yang tertera pada criterion

A, yang dapat disamakan dengan episode depresif. Meskipun gejala tersebut

dapat dimengerti dan dianggap sesuai dengan kehilangan tersebut, keber-

adaan episode depresif mayor sebagai tambahan dari respon normal ter-

hadap rasa kehilangan yang sangat perlu diperhatikan. Keputusan ini mem-

butuhkan latihan terhadap penilaian klinis berdasarkan riwayat individu dan

norma budaya untuk mengekspresikan kesedihan dalam konteks kehilangan.

Gangguan bipolar II

A. Kriteria yang telah disusun menunjukkan bahwa setidaknya satu episode

hipomania (kriteria A-F pada “episode hipomania” diatas) dan setidaknya

satu episode depresif mayor ( kriteria A-C pada “episode depresif mayor”

diatas)

B. Tidak pernah ada episode mania

C. Kejadian episode mania dan episode depresif mayor tidak bisa dijelaskan

dengan baik seperti pada gangguan schizoactive, schizofrenia, gangguan

schizofreniform, gangguan delusi, atau schizofrenia yang terdefinisi atau

tidak terdefinisi lainnya dan gangguan psikotik lainnya

D. Gejala depresi atau tidak terprediksi yamg diakibatkan oleh peruhana

yang yang sering antara periode depresi dan hipomania yang menye-

babkan kesulitan dan gangguan dalam sosisal, lingkungan pekerjaan, dan

tempat fungsi yang lainnya.

Kode dan prosedur pencatatan

51

Page 52: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

Gangguan bipolar tipe II memiliki satu kode diagnostik: 296.89 (F31.81). Sta-

tus ini tidak dapat dikodekan berdasarkan tingkat keparahan, keberadaan ge-

jala psikotik dan hal lainnya yang mengikuti tetapi harus diindikaiskan den-

gan mencatat (seperti 296.89 [F31.81] gangguan bipolar II, episode saat de-

presi, keparahan sedang, dengan gejala yang menyertai ; 296.89 [F31.81]

gangguan bipolar II episode depresi terbaru, remisi parsial)

Spesifikasi episode saat atau terbaru :

Hipomania

Depresi

52

Page 53: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

Ganguan Cyclothimic

A. Banyaknya jumlah episode gejala hipomania dengan yang tidak

memenuhi kriteria untuk episode hipomania dan banyaknya episode ge-

jala depresi yang tidak memenuhi kriteria episode depresi selama seti-

daknya 2 tahun ( setidaknya 1 tahun pada anak-anak dan remaja)

B. Dalam kurun waktu 2 tahun (1 tahun pada anak-anak dan remaja), peri-

ode hipomania dan depresi telah ada selama setengah periode dan indi-

vidu tersebut tidak mengalami gejala selama 2 bulan saat itu.

C. Kriteria untuk episode depresi,mania, atau hipomania tidak pernah ter-

penuhi

D. Gejala dalam criterion A tidak dijelaskan dengan baik oleh gangguan

schizoaffective, schizoprenia, dan gangguan schizophreniform, gangguan

delusi, atau schizophrenia yang spesifik atau tidak spesifik dan gangguan

psikotik lainnya.

E. Gejala tersebut tidak bisa dianggap sama oleh efek psikologis dari sebuah

zat (seperti penyalahgunaan obat, dan pengobatan) atau kondisi medis

lainnya (seperti hipertiroid)

F. Gejala tersebut menyebabkan gangguan klinis yang signifikan atau gang-

guan sosial, pekerjaan atau gangguan fungsi yang lainnya.

Diagnosis banding

Ganguan bipolar dan yang terkait yang disebabkan oleh kondisi medis dan

gangguan depresi yang disebabkan oleh kondisi medis. Diagnosis ganguan

bipolar dan yang terkait yang disebabkan oleh kondisi medis dan gangguan de-

53

Page 54: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

presi yang disebabkan oleh kondisi medis dibuat jika gangguan suasana hati di-

anggap sebagai penyebab efek psikologis yang spesifik, biasanya kondisi medis

yang kronis(seperti hipertiroid). Hal ini ditentukan berdasarkan riwayat , pe-

meriksaan fisis, atau hasil laboratorium. Jika ditentukan bahwa gejala hipomania

dan depresi bukanlah akibat psikologis dari kondisi medis, maka gangguan men-

tal yang primer (gangguan siklotimik) dan kondisi medis tersebut dikodekan. Se-

bagai contoh, hal ini dapat berupa gangguan suasana hati diaanggap sebagai aki-

bat psikologis (bukan akibat fisiologis) dari kondisi medis yang kronik, atau jika

tidak ada hubungan etiologi antara gejala hipomania dan depresi dan kondisi

medis.

Gangguan bipolar dan yang terkait yang disebabkan penggunaan obat/zat

dan gangguan depresi yang disebabkan penggunaan obat/zat. Gangguan

bipolar dan yang terkait yang disebabkan penggunaan obat/zat dan gangguan

depresi yang disebabkan penggunaan obat/zat, dipisahkan dari gangguan siklo-

timik oleh penentuan bahwa zat/obat (seperti stimulan) secara etiologi

berhubungan dengan gangguan suasana hati. Perubahan suasana hati yang ser-

ing pada gangguan ini mencetuskan bahwa gangguan siklotimik biasanya diikuti

oleh berhentinya penggunaan obat/zat

Gangguan bipolar I, disertai peredaran yang cepat, dan gangguan bipolar II

disertai peredaran yang cepat. Kedua gangguan tersebut dapat mirip dengan

gangguan siklotimik oleh perubahan suasana hati yang sering. Didefinisikan,

dalam gangguan siklotimik kriteria episode depresi, mania, atau hipomania tidak

pernah terpenuhi, dimana gangguan bipolar I dan bipolar II yang dispesi-

fikasikan “dengan peredaran yang cepat” membutuhkan episode perubahan

suasana hati yang penuh.

Gangguan kepribadian tertutup. Gangguan kepribadian tertutup diasosiasikan

oleh perubahan suasana hati yang dapat memberi kesan gangguan siklotimik.

Jika kriteria itu dipenuhi untuk kedua gangguan, kedua gangguan kepribadian

dan gangguan siklotimik dapat didiagnosa.

54

Page 55: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

Diagnosis banding

Gangguan depresif mayor. Mungkin diagnosis banding ynag paling menantang

yang perlu diperhatikan adalah gangguan depresif mayor, yang dapat disertai

dengan gejala mania atau hipomania yang tidak memenuhi kriteria penuh (gejala

yang kurang atau durasi yang sedikit dari yang dibutuhkan untuk episode hipo-

mania).Hal ini benar dalam mengeevaluasi individu dengan gejala mudah marah,

yang dapat disertai dengan gangguan depresi atau bipolar II.

Gangguan cyclothimic. Pada gangguan cyclothimic, terdapat banyak periode

dari gejala episode mania dan depresi yang tidak memenuhi kriteria gejala atau

durasi untuk episode depresi mayor. Gangguan bipolar II dihilangkan dari gang-

guan cyclothimic dengan keberadaan satu atau lebih episode depresi. Jika

episode depresi muncul tiap 2 tahun gangguan cyclothimic, penambahan diagno-

sis bipolar II dapat diberikan.

Spectrum Schizophrenia dan gangguan psikotik lainnya. Gangguan bipolar II

harus dibedakan dari ganguan psikotik (seperti gangguan schizoactive,

schizophrenia, dan gangguan delusi). Schizophrenia, gangguan schizoactive,dan

gangguan delusi terkarakterisasi oleh periode gejala psikotik yang muncul disaat

tidak adanya gangguan suasana hati. Hal lain yang membantu adalah gejala yang

menyertai, keadaan sebelumnya, dan riwayat keluarga.

55

Page 56: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

Gangguan panik dan gangguan kecemasan lainnya. Gangguan kecemasan

perlu dipertimbangkan dalam diagnosa banding dan dapat disertakan sebaga ge-

jala penyerta.

Gangguan penggunaan zat. Gangguan pengunaan zat dapat dimasukkan dalam

diagnosa banding.

Gangguan defisit/hiperaktifitas perhatian. Gangguan defisit/hiperaktifitas

perhatian (ADHD) dapat dimisdiagnosa sebagai gangguan bipolar II, teurtama

kepada anak-anak dan remaja. Banyak gejala ADHD seperti bicara yang cepat,

pikiran yang berlomba-lomba, kurang perhatian, dan kurang butuh tidur,

tumpang tindih dengan gejala hipomania. Gejala “double counting” terhadap

ADHD dan gangguan bipolar II dapat dihindari jika klinisi mengklarifikasi

berdasarkan gejala yang ada dan perbedaan episode dan jika disadari pen-

ingkatan dari ambang batas dibtuhkan untuk mendiagnosa gangguang bipolar II.

Gangguan kepribadian. Hal yang sama juga disertakan pada ADHD ketika

mengevaluasi individu dengan gangguan kepribadian seperti kepribadian ter-

tutup, sejak labilitas suasana hati dan impulsivitas adalah hal yang sering dalam

gangguan kepribadian dan gangguan bipolar II. Gejala yang harus ada pada

episode yang berbeda dan peningkatan terhadap hal yang diluar batas yang

dibutuhkan untuk mendiagnosa gangguan bipolar harus ada. Diagnosis gangguan

kepribadian tidak dapat dilakukan selama episode gangguan suasana hati yang

tidak ditangani kecuali riwayat hidupnya mendukung keberadaan gangguan

kepribadian.

gangguan bipolar lainnya. Diagnosis gangguan bipolar II harus dibedakan dari

gangguan bipolar I dengan memperhatikan secara seksama paakh telah ada

episode lalu mania dan bipolar lainnya yang terspesifikasi dan tidak terspesi-

fikasi dan gangguan lainnya.dengan mengkonfirmasi keberadaan sindrom hipo-

mania dan depresi.

56

Page 57: Diagnosis Gangguan Psikotik Berdasarkan DSM V

DAFTAR PUSTAKA

1. Tomb ,DA. Buku Saku Psikiatri. Jakarta : EGC 2003; hal.1-2.

2. American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical man-

ual of mental disorder : fift edition (DSM-5). United states of Amer-

ica : APA 2013 ; hal.87-154.

57