22
BAB I LAPORAN KASUS Anamnesis Tanggal : 28 Oktober 2010 No. CM : 0075548 Ruang : Poliklinik THT I. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. T.M. Umur : 37 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Ngestiharjo, Kasihan, Bantul Agama : Islam Pekerjaan : Wiraswasta II. DATA SUBYEKTIF Keluhan utama : Suara serak RPS : Pasien mengeluh batuk pilek sejak ± 1 bulan yang lalu disertai dengan demam. Pada awalnya batuk kering yang lama kelamaan berubah menjadi batuk berdahak. Pilek sudah diobati dengan obat warung dan gejalanya mulai berkurang. Sejak ±2minggu yang lalu pasien nyeri

presus-laringitis akut

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: presus-laringitis akut

BAB I

LAPORAN KASUS

Anamnesis

Tanggal : 28 Oktober 2010

No. CM : 0075548

Ruang : Poliklinik THT

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. T.M.

Umur : 37 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Ngestiharjo, Kasihan, Bantul

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

II. DATA SUBYEKTIF

Keluhan utama : Suara serak

RPS : Pasien mengeluh batuk pilek sejak ± 1 bulan yang lalu disertai

dengan demam. Pada awalnya batuk kering yang lama

kelamaan berubah menjadi batuk berdahak. Pilek sudah

diobati dengan obat warung dan gejalanya mulai berkurang.

Sejak ±2minggu yang lalu pasien nyeri tenggorokan dan suara

mulai serak, Pasien mengkonsumsi troches untuk mengurangi

gejala, tenggorokan agak nyeri ketika berbicara terasa gatal

(-), terasa kering (-), rasa mengganjal(-), nyeri saat menelan

(-). Batuk masih kadang-kadang. Tidak ada demam (-), pusing

(-), malaise (-), sesak napas (-), napas berbunyi (-), hidung

tersumbat (-), bersin bersin (-), gangguan telinga telinga (-).

Page 2: presus-laringitis akut

RPD : pasien belum pernah mengeluh keluhan serupa sebelumnya,

riwayat alergi (-).

RPK : tak ada keluhan serupa dalam keluarga, tak ada riwayat alergi

dalam keluarga

III. DATA OBYEKTIF

A. Status present

KU : CM

Tekanan darah : 130/90 mmHg

Denyut nadi : 84 x/menit

Pernapasan : 24 x/menit

Suhu : 37oC

B. Status Internus

Kepala : Mesosepal, bentuk simetris.

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, kaku kuduk (–), bentuk

vertebra normal

Dada : Jantung dan paru tidak dilakukan pemeriksaan .

Abdomen : Hepar dan lien tidak dilakukan pemeriksaan .

C. Status Lokalis

Telinga

a.Inspeksi

AD : Bentuk normal, tidak ada bekas luka, deformitas (-), sekret (-)

AS : Bentuk normal, tidak ada bekas luka, deformitas (-), sekret (-)

b.Palpasi

AD: Nyeri tekan tragus (-), nyeri tekan mastoid (-), manipulasi auricula tidak

sakit

Page 3: presus-laringitis akut

AS : Nyeri tekan tragus (-), nyeri tekan mastoid (-), manipulasi auricula tidak

sakit

c.Otoskopi

AD : Canalis Acusticus externus udem (-), hiperemis (-), sekret (-), serumen

(-), membran timpani tampak utuh, udem (-), hiperemis (-), discharge (-)

AS :    Canalis Acusticus externus udem (-), hiperemis (-), serumen (-),

membran timpani tampak utuh, udem (-), hiperemis (-), discharge (-)

d.Fungsional tes pendengaran    : tidak dilakukan pemeriksaan

Hidung dan Paranasal

a.Inspeksi    :

Deformitas (-), sekret (-), bekas luka (-).

b.Palpasi     :

nyeri tekan (-), krepitasi (-)

c.Rhinoskopi anterior:

ND    : concha media dan inferior hipertrofi (-), hiperemis (-), mukosa hidung

hiperemis (-), septum nasi deviasi (-), hiperemis (-).

NS    : concha media dan inferior hipertrofi (-), hiperemis (-),mukosa hidung

hiperemis (-), septum nasi Deviasi (-),  hiperemis (-).

d.Rhinoskopi posterior    : tidak dilakukan pemeriksaan

Page 4: presus-laringitis akut

Tenggorokan dan Laring

a.Inspeksi

Mukosa faring hiperemis (-), granulasi (-), Tonsil hipertrofi (-), Uvula tidak

membengkak, hiperemis (-)

b.Palpasi

Limfonodi membesar (-), Nyeri pada daerah submandibularis (-)

c. Laringoskopi indirek :

mukosa laring yang hiperemis, tampak membengkak dibagian atas pita suara.

IV. DIAGNOSIS

LARINGITIS AKUT

V. PENATALAKSANAAN :

- Mengistirahatkan pita suara

- Menghindari iritasi pada faring dan laring (merokok, makanan pedas atau

minum es)

- Antibiotik

- Obat penekan batuk

Page 5: presus-laringitis akut

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Laringitis akut adalah radang akut laring yang disebabkan oleh virus dan

bakteri yang berlangsung kurang dari 3 minggu dan pada umumnya disebabkan oleh

infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan

adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis,

Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae.1,2,3

2.2 ANATOMI

Laring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas bagian atas.1 Berikut ini

akan ditampilkan laring secara anatomi.

Gambar 1. Laring 4

Page 6: presus-laringitis akut

Bentuk laring menyerupai limas segitiga terpancung dengan bagian atas lebih

terpancung dan bagian atas lebih besar daripada bagian bawah. Batas atas laring

adalah aditus laring sedangkan batas kaudal kartilago krikoid.1

Struktur kerangka laring terdiri dari satu tulang (os hioid) dan beberapa tulang

rawan, baik yang berpasangan ataupun tidak.5 Komponen utama pada struktur laring

adalah kartilago tiroid yang berbentuk seperti perisai dan kartilago krikoid. Os hioid

terletak disebelah superior dengan bentuk huruf U dan dapat dipalapsi pada leher

depan serta lewat mulut pada dinding faring lateral. Dibagian bawah os hioid ini

bergantung ligamentum tirohioid yang terdiri dari dua sayap / alae kartilago tiroid.

Sementara itu kartilago krikoidea mudah teraba dibawah kulit yang melekat pada

kartilago tiroidea lewat kartilago krikotiroid yang berbentuk bulat penuh. Pada

permukaan superior lamina terletak pasangan kartilago aritinoid yang berbentuk

piramid bersisi tiga. Pada masing-masing kartilago aritinoid ini mempunyai dua buah

prosesus yakni prosessus vokalis anterior dan prosessus muskularis lateralis.

Pada prossesus vokalis akan membentuk 2/5 bagian belakang dari korda

vokalis sedangakan ligamentum vokalis membentuk bagian membranosa atau bagian

pita suara yang dapat bergetar. Ujung bebas dan permukaan superior korda vokalis

suara membentuk glotis. Untuk lebih jelas dapat dilihat gambar struktur anatomi

laring pada gambar 2. Kartilago epiglotika merupakan struktur garis tengah tunggal

yang berbentuk seperti bola pimpong yang berfungsi mendorong makanan yang

ditelan kesamping jalan nafas laring. Selain itu juga terdapat dua pasang kartilago

kecil didalam laring yang mana tidak mempunyai fungsi yakni

kartilago kornikulata dan kuneiformis.5

Page 7: presus-laringitis akut

Gambar 2. struktur anatomi laring 4

Gerakan laring dilakukan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan intrisik. Otot

ekstrinsik bekerja pada laring secara keseluruhan yang terdiri dari otot ekstrinsik

suprahioid (m.digastrikus, m.geniohioid, m.stilohioid dan m.milohioid) yang

berfungsi menarik laring ke atas. otot ekstinsik infrahioid (m.sternihioid, m.omohioid,

m.tirohioid). Otot intrisik laring menyebabkan gerakan antara berbagai struktur laring

sendiri, seperti otot vokalis dan tiroaritenoid yang membentuk tonjolan pada korda

vokalis dan berperan dalam membentuk teganagan korda vokalis, otot krikotiroid

berfungsi menarik kartilago tiroid kedepan, meregang dan menegangkan korda

vokalis.5

Laring disarafi oleh cabang-cabang nervus vagus yakni nervus laringeus

superior dan nervus laringeus inferior (n.laringeus rekurens). Kedua saraf ini

merupakan campuran saraf motorik dan sensorik. Perdarahan pada laring terdiri dari

dua cabang yakni arteri laringeus superior dan ateri laringeus inferior yang kemudian

akan bergabung dengan vena tiroid superior dan inferior.1,2

Page 8: presus-laringitis akut

2.3 FISIOLOGI

Laring berfungsi sebagai proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, respirasi,

sirkulasi, menelan, emosi dan fonasi. Fungsi laring untuk proteksi adalah untuk

mencegah agar makanan dan benda asing masuk kedalam trakea dengan jalan

menutup aditus laring dan rima glotis yang secara bersamaan. Benda asing yang telah

masuk ke dalam trakea dan sekret yang berasal dari paru juga dapat dikeluarkan lewat

reflek batuk. Fungsi respirasi laring dengan mengatur mengatur besar kecilnya rima

glotis. Dengan terjadinya perubahan tekanan udara maka didalam traktus trakeo-

bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah tubuh. Oleh karena itu laring juga

mempunyai fungsi sebagai alat pengatur sirkulasi darah. Fungsi laring dalam proses

menelan mempunyai tiga mekanisme yaitu gerakan laring bagian bawah keatas,

menutup aditus laringeus, serta mendorong bolus makanan turun ke hipofaring dan

tidak mungkin masuk kedalam laring. Laring mempunyai fungsi untuk

mengekspresikan emosi seperti berteriak, mengeluh, menangis dan lain-lain yang

berkaitan dengan fungsinya untuk fonasi dengan membuat suara serta mementukan

tinggi rendahnya nada.1

2.4 ETIOLOGI 1,2,6,7

1. Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas seperti

influenza atau common cold. infeksi virus influenza (tipe A dan B)

parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan adenovirus. Penyebab lain adalah

Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes,

Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae.

2. Penyakit ini dapat terjadi karena perubahan musim / cuaca

3. Pemakaian suara yang berlebihan

4. Trauma

5. Bahan kimia

6. Merokok dan minum-minum alkohol

7. Alergi

Page 9: presus-laringitis akut

2.5 PATOFISIOLOGI

Hampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri mungkin

sekunder. Laringitis biasanya disertai rinitis atau nasofaringitis. Awitan infeksi

mungkin berkaitan dengan pemajanan terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi

diet, malnutrisi, dan tidak ada immunitas. Laringitis umum terjadi pada musim dingin

dan mudah ditularkan. Ini terjadi seiring dengan menurunnya daya tahan tubuh dari

host serta prevalensi virus yang meningkat. Laringitis ini biasanya didahului oleh

faringitis dan infeksi saluran nafas bagian atas lainnya. Hal ini akan mengakibatkan

iritasi mukosa saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mucus untuk memproduksi

mucus secara berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas. Kondisi tersebut akan

merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan iritasi pada laring. Dan

memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut. Inflamasi ini akan menyebabkan

nyeri akibat pengeluaran mediator kimia darah yang jika berlebihan akan merangsang

peningkatan suhu tubuh.8

2.6 GEJALA KLINIS 1,2,6,7

1. Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien sebagai suara

yang kasar atau suara yang susah keluar atau suara dengan nada lebih

rendah dari suara yang biasa / normal dimana terjadi gangguan getaran

serta ketegangan dalam pendekatan kedua pita suara kiri dan kanan

sehingga menimbulkan suara menjada parau bahkan sampai tidak bersuara

sama sekali (afoni).

2. Sesak nafas dan stridor

3. Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menalan atau berbicara.

4. Gejala radang umum seperti demam, malaise

5. Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental

6. Gejala commmon cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit

menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk dan

Page 10: presus-laringitis akut

demam dengan temperatur yang tidak mengalami peningkatan dari 38

derajat celsius.

7. Gejala influenza seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit

menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk,

peningkatan suhu yang sangat berarti yakni lebih dari 38 derajat celsius,

dan adanya rasa lemah, lemas yang disertai dengan nyeri diseluruh tubuh.

8. Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukosa laring yang hiperemis,

membengkak terutama dibagian atas dan bawah pita suara dan juga

didapatkan tanda radang akut dihidung atau sinus paranasal atau paru

9. Obstruksi jalan nafas apabila ada udem laring diikuti udem subglotis yang

terjadi dalam beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada anak berupa

anak menjadi gelisah, air hunger, sesak semakin bertambah berat,

pemeriksaan fisik akan ditemukan retraksi suprasternal dan epigastrium

yang dapat menyebabkan keadaan darurat medik yang dapat mengancam

jiwa anak.

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG 2

1. Foto rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis

(Steeple sign). Tanda ini ditemukan pada 50% kasus.

2. Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah dapat normal. Jika disertai

infeksi sekunder, leukosit dapat meningkat.

3. Pada pemeriksaan laringoskopi indirek akan ditemukan mukosa laring yang

sangat sembab, hiperemis dan tanpa membran serta tampak pembengkakan

subglotis yaitu pembengkakan jaringan ikat pada konus elastikus yang akan

tampak dibawah pita suara.

2.8 DIAGNOSIS12,7

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang.

Page 11: presus-laringitis akut

2.9 DIAGNOSA BANDING 2

1. Benda asing pada laring

2. Faringitis

3. Bronkiolitis

4. Bronkitis

5. Pnemonia

2.10 PENATALAKSANAAN 1,2,7

Umumnya penderita penyakit ini tidak perlu masuk rumah sakit, namun ada

indikasi masuk rumah sakit apabila :

· Usia penderita dibawah 3 tahun

· Tampak toksik, sianosis, dehidrasi atau axhausted

· Diagnosis penderita masih belum jelas

· Perawatan dirumah kurang memadai

Terapi :

1. Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3 hari

2. Jika pasien sesak dapat diberikan O2 2 l/ menit

3. Istirahat

4. Menghirup uap hangat dan dapat ditetesi minyak atsiri / minyak mint bila

ada muncul sumbatan dihidung atau penggunaan larutan garam fisiologis

(saline 0,9 %) yang dikemas dalam bentuk semprotan hidung atau nasal

spray.

5. Medikamentosa : Parasetamol atau ibuprofen / antipiretik jika pasien ada

demam, bila ada gejala pain killer dapat diberikan obat anti nyeri /

analgetik, hidung tersumbat dapat diberikan dekongestan nasal seperti

fenilpropanolamin (PPA), efedrin, pseudoefedrin, napasolin dapat

diberikan dalam bentuk oral ataupun spray. Pemberian antibiotika yang

Page 12: presus-laringitis akut

adekuat yakni : ampisilin 100 mg/kgBB/hari, intravena, terbagi 4 dosis atau

kloramfenikol : 50 mg/kgBB/hari, intra vena, terbagi dalam 4 dosis atau

sefalosporin generasi 3 (cefotaksim atau ceftriakson) lalu dapat diberikan

kortikosteroid intravena berupa deksametason dengan dosis 0,5

mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis, diberikan selama 1-2 hari.

6. Pengisapan lendir dari tenggorok atau laring, bila penatalaksanaan ini tidak

berhasil maka dapat dilakukan endotrakeal atau trakeostomi bila sudah

terjadi obstruksi jalan nafas.

7. Pencegahan : Jangan merokok, hindari asap rokok karena rokok akan

membuat tenggorokan kering dan mengakibatkan iritasi pada pita suara,

minum banyak air karena cairan akan membantu menjaga agar lendir yang

terdapat pada tenggorokan tidak terlalu banyak dan mudah untuk

dibersihkan, batasi penggunaan alkohol dan kafein untuk mencegah

tenggorokan kering. jangan berdehem untuk membersihkan tenggorokan

karena berdehem akan menyebabkan terjadinya vibrasi abnormal pada pita

suara, meningkatkan pembengkakan dan berdehem juga akan

menyebabkan tenggorokan memproduksi lebih banyak lendir.

2.11 PROGNOSIS6

Prognosis untuk penderita laringitis akut ini umumnya baik dan pemulihannya

selama satu minggu. Namun pada anak khususnya pada usia 1-3 tahun penyakit ini

dapat menyebabkan udem laring dan udem subglotis sehingga dapat menimbulkan

obstruksi jalan nafas dan bila hal ini terjadi dapat dilakukan pemasangan endotrakeal

atau trakeostomiaik

Page 13: presus-laringitis akut

BAB III

PEMBAHASAN

Laringitis akut merupakan kelainan pada laring yakni peradangan akut pada

laring yang biasanya kelanjutan dari penyakit rhinofaringitis atau common cold.

Penyakit ini pada orang dewasa merupakan penyakit yang ringan saja namun tidak

bagi penderita anak kurang dari 3 tahun. Hal ini dikarenakan pada anak dapat

menimbulkan udem laring dan subglotis sehingga obstruksi jalan nafas yang sangat

berbahaya dalam waktu beberapa jam saja penderita akan mengalami obstruksi total

jalan nafas sementara itu pada orang dewasa tidak terjadi secepat pada anak.

Berdasarkan dari Anamnesis pasien, didapatkan keluhan pasien berupa suara

serak dengan riwayat batuk pilek sejak ± 1 bulan yang lalu disertai dengan demam.

Pada awalnya batuk kering yang lama kelamaan berubah menjadi batuk berdahak.

Pilek sudah diobati dengan obat warung dan gejalanya mulai berkurang. Sejak

±2minggu yang lalu pasien nyeri tenggorokan dan suara mulai serak, Pasien

mengkonsumsi troches untuk mengurangi gejala, tenggorokan agak nyeri ketika

berbicara terasa gatal (-), terasa kering (-), rasa mengganjal(-), nyeri saat menelan (-).

Batuk masih kadang-kadang. Tidak ada demam (-), pusing (-), malaise (-), sesak

napas (-), napas berbunyi (-), hidung tersumbat (-), bersin bersin (-), gangguan telinga

telinga (-). Pasien tidak memiliki riwayat alergi, begitu juga riwayat alergi dalam

keluarga. Dari pemeriksaan fisik hidung dan telinga tak didapatkan kelainan, namun

dari hasil pemeriksaan laringoskopi indirek didapatkan mukosa laring yang

hiperemis, tampak membengkak dibagian atas pita suara. Dari pemeriksaan diatas

maka pasien didiagnosis laryngitis akut.

Penyebab laringitis pasien ini sendiri kemungkinan karena infeksi saluran

pernapasan akut yang sempat diderita pasien sebelumnya. Seperti telah dijelaskan

sebelumnya bahwa laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran

nafas seperti influenza atau common cold. infeksi virus influenza (tipe A dan B),

parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan adenovirus. Penyebab lain adalah

Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes,

Page 14: presus-laringitis akut

Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae. Penyakit ini dapat terjadi

karena perubahan musim / cuaca ataupuan pemakaian suara yang berlebihan.

Penanganan yang diberikan kepada pasien ini yaitu mengistirahatkan pita

suara, menghindari iritasi pada faring dan laring (merokok, makanan pedas atau

minum es), pemberian antibiotik ampisilin 100 mg/kgBB/hari, intravena, terbagi 4

dosis atau kloramfenikol : 50 mg/kgBB/hari, intra vena, terbagi dalam 4 dosis atau

sefalosporin generasi 3 (cefotaksim atau ceftriakson), serta pemberian obat penekan

batuk

Page 15: presus-laringitis akut

DAFTAR PUSTAKA

1. Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher, edisi ke 5, Jakarta:FKUI,2003,190-200

2. Abdurrahman MH, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Edisi ke2, Jakarta:FKUI,2003,931& Obat, Bandung:Mizan Media Utama,2006,13-20

3. Anonim. Laringitis akut. Diakses dari http://www.mercksource.com/pp/us/cns hl dorlans splits,jps?pg=000111294.htm [diakses 30 Oktober 2010]

4. Jayanto KD, Gambaar Laring (laring picture)2008 diakses darihttp//kurniawanwijayanto.blogspots.com/2008/06/gambar-laring-larynxpicture. html [diakses 30 Oktober 2010]

5. Cohen JL, Anatomi dan Fisiologi Laring. Dalam BOIES-Buku Ajar Penyakit THT.Edisi ke6.Jakarta:EGC,1997,369-76

6. Anonim, Laringitis akut, 2009, diakses dari http://www.laringitisakut.com/pp/us/cns [diakses 30 Oktober 2010]

7. Kumar S, Disease of the Larinx in Fundamental Of Ear, Nose, & throath Disease And Head-Neck Surgery, Calcutta,publisher Mohendra Nath Paul,1996:391-99

8. Jhon SD & Maves MD Surgical Anatomyof vthe Head and Neck. In Byron-Head and Neck surgery Otolaryngology.ed3.Vol I,USA.Wilkins Publisher,2001:9