BAB I
LAPORAN KASUS
Anamnesis
Tanggal : 28 Oktober 2010
No. CM : 0075548
Ruang : Poliklinik THT
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. T.M.
Umur : 37 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Ngestiharjo, Kasihan, Bantul
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
II. DATA SUBYEKTIF
Keluhan utama : Suara serak
RPS : Pasien mengeluh batuk pilek sejak ± 1 bulan yang lalu disertai
dengan demam. Pada awalnya batuk kering yang lama
kelamaan berubah menjadi batuk berdahak. Pilek sudah
diobati dengan obat warung dan gejalanya mulai berkurang.
Sejak ±2minggu yang lalu pasien nyeri tenggorokan dan suara
mulai serak, Pasien mengkonsumsi troches untuk mengurangi
gejala, tenggorokan agak nyeri ketika berbicara terasa gatal
(-), terasa kering (-), rasa mengganjal(-), nyeri saat menelan
(-). Batuk masih kadang-kadang. Tidak ada demam (-), pusing
(-), malaise (-), sesak napas (-), napas berbunyi (-), hidung
tersumbat (-), bersin bersin (-), gangguan telinga telinga (-).
RPD : pasien belum pernah mengeluh keluhan serupa sebelumnya,
riwayat alergi (-).
RPK : tak ada keluhan serupa dalam keluarga, tak ada riwayat alergi
dalam keluarga
III. DATA OBYEKTIF
A. Status present
KU : CM
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Denyut nadi : 84 x/menit
Pernapasan : 24 x/menit
Suhu : 37oC
B. Status Internus
Kepala : Mesosepal, bentuk simetris.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, kaku kuduk (–), bentuk
vertebra normal
Dada : Jantung dan paru tidak dilakukan pemeriksaan .
Abdomen : Hepar dan lien tidak dilakukan pemeriksaan .
C. Status Lokalis
Telinga
a.Inspeksi
AD : Bentuk normal, tidak ada bekas luka, deformitas (-), sekret (-)
AS : Bentuk normal, tidak ada bekas luka, deformitas (-), sekret (-)
b.Palpasi
AD: Nyeri tekan tragus (-), nyeri tekan mastoid (-), manipulasi auricula tidak
sakit
AS : Nyeri tekan tragus (-), nyeri tekan mastoid (-), manipulasi auricula tidak
sakit
c.Otoskopi
AD : Canalis Acusticus externus udem (-), hiperemis (-), sekret (-), serumen
(-), membran timpani tampak utuh, udem (-), hiperemis (-), discharge (-)
AS : Canalis Acusticus externus udem (-), hiperemis (-), serumen (-),
membran timpani tampak utuh, udem (-), hiperemis (-), discharge (-)
d.Fungsional tes pendengaran : tidak dilakukan pemeriksaan
Hidung dan Paranasal
a.Inspeksi :
Deformitas (-), sekret (-), bekas luka (-).
b.Palpasi :
nyeri tekan (-), krepitasi (-)
c.Rhinoskopi anterior:
ND : concha media dan inferior hipertrofi (-), hiperemis (-), mukosa hidung
hiperemis (-), septum nasi deviasi (-), hiperemis (-).
NS : concha media dan inferior hipertrofi (-), hiperemis (-),mukosa hidung
hiperemis (-), septum nasi Deviasi (-), hiperemis (-).
d.Rhinoskopi posterior : tidak dilakukan pemeriksaan
Tenggorokan dan Laring
a.Inspeksi
Mukosa faring hiperemis (-), granulasi (-), Tonsil hipertrofi (-), Uvula tidak
membengkak, hiperemis (-)
b.Palpasi
Limfonodi membesar (-), Nyeri pada daerah submandibularis (-)
c. Laringoskopi indirek :
mukosa laring yang hiperemis, tampak membengkak dibagian atas pita suara.
IV. DIAGNOSIS
LARINGITIS AKUT
V. PENATALAKSANAAN :
- Mengistirahatkan pita suara
- Menghindari iritasi pada faring dan laring (merokok, makanan pedas atau
minum es)
- Antibiotik
- Obat penekan batuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Laringitis akut adalah radang akut laring yang disebabkan oleh virus dan
bakteri yang berlangsung kurang dari 3 minggu dan pada umumnya disebabkan oleh
infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan
adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis,
Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae.1,2,3
2.2 ANATOMI
Laring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas bagian atas.1 Berikut ini
akan ditampilkan laring secara anatomi.
Gambar 1. Laring 4
Bentuk laring menyerupai limas segitiga terpancung dengan bagian atas lebih
terpancung dan bagian atas lebih besar daripada bagian bawah. Batas atas laring
adalah aditus laring sedangkan batas kaudal kartilago krikoid.1
Struktur kerangka laring terdiri dari satu tulang (os hioid) dan beberapa tulang
rawan, baik yang berpasangan ataupun tidak.5 Komponen utama pada struktur laring
adalah kartilago tiroid yang berbentuk seperti perisai dan kartilago krikoid. Os hioid
terletak disebelah superior dengan bentuk huruf U dan dapat dipalapsi pada leher
depan serta lewat mulut pada dinding faring lateral. Dibagian bawah os hioid ini
bergantung ligamentum tirohioid yang terdiri dari dua sayap / alae kartilago tiroid.
Sementara itu kartilago krikoidea mudah teraba dibawah kulit yang melekat pada
kartilago tiroidea lewat kartilago krikotiroid yang berbentuk bulat penuh. Pada
permukaan superior lamina terletak pasangan kartilago aritinoid yang berbentuk
piramid bersisi tiga. Pada masing-masing kartilago aritinoid ini mempunyai dua buah
prosesus yakni prosessus vokalis anterior dan prosessus muskularis lateralis.
Pada prossesus vokalis akan membentuk 2/5 bagian belakang dari korda
vokalis sedangakan ligamentum vokalis membentuk bagian membranosa atau bagian
pita suara yang dapat bergetar. Ujung bebas dan permukaan superior korda vokalis
suara membentuk glotis. Untuk lebih jelas dapat dilihat gambar struktur anatomi
laring pada gambar 2. Kartilago epiglotika merupakan struktur garis tengah tunggal
yang berbentuk seperti bola pimpong yang berfungsi mendorong makanan yang
ditelan kesamping jalan nafas laring. Selain itu juga terdapat dua pasang kartilago
kecil didalam laring yang mana tidak mempunyai fungsi yakni
kartilago kornikulata dan kuneiformis.5
Gambar 2. struktur anatomi laring 4
Gerakan laring dilakukan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan intrisik. Otot
ekstrinsik bekerja pada laring secara keseluruhan yang terdiri dari otot ekstrinsik
suprahioid (m.digastrikus, m.geniohioid, m.stilohioid dan m.milohioid) yang
berfungsi menarik laring ke atas. otot ekstinsik infrahioid (m.sternihioid, m.omohioid,
m.tirohioid). Otot intrisik laring menyebabkan gerakan antara berbagai struktur laring
sendiri, seperti otot vokalis dan tiroaritenoid yang membentuk tonjolan pada korda
vokalis dan berperan dalam membentuk teganagan korda vokalis, otot krikotiroid
berfungsi menarik kartilago tiroid kedepan, meregang dan menegangkan korda
vokalis.5
Laring disarafi oleh cabang-cabang nervus vagus yakni nervus laringeus
superior dan nervus laringeus inferior (n.laringeus rekurens). Kedua saraf ini
merupakan campuran saraf motorik dan sensorik. Perdarahan pada laring terdiri dari
dua cabang yakni arteri laringeus superior dan ateri laringeus inferior yang kemudian
akan bergabung dengan vena tiroid superior dan inferior.1,2
2.3 FISIOLOGI
Laring berfungsi sebagai proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, respirasi,
sirkulasi, menelan, emosi dan fonasi. Fungsi laring untuk proteksi adalah untuk
mencegah agar makanan dan benda asing masuk kedalam trakea dengan jalan
menutup aditus laring dan rima glotis yang secara bersamaan. Benda asing yang telah
masuk ke dalam trakea dan sekret yang berasal dari paru juga dapat dikeluarkan lewat
reflek batuk. Fungsi respirasi laring dengan mengatur mengatur besar kecilnya rima
glotis. Dengan terjadinya perubahan tekanan udara maka didalam traktus trakeo-
bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah tubuh. Oleh karena itu laring juga
mempunyai fungsi sebagai alat pengatur sirkulasi darah. Fungsi laring dalam proses
menelan mempunyai tiga mekanisme yaitu gerakan laring bagian bawah keatas,
menutup aditus laringeus, serta mendorong bolus makanan turun ke hipofaring dan
tidak mungkin masuk kedalam laring. Laring mempunyai fungsi untuk
mengekspresikan emosi seperti berteriak, mengeluh, menangis dan lain-lain yang
berkaitan dengan fungsinya untuk fonasi dengan membuat suara serta mementukan
tinggi rendahnya nada.1
2.4 ETIOLOGI 1,2,6,7
1. Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas seperti
influenza atau common cold. infeksi virus influenza (tipe A dan B)
parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan adenovirus. Penyebab lain adalah
Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes,
Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae.
2. Penyakit ini dapat terjadi karena perubahan musim / cuaca
3. Pemakaian suara yang berlebihan
4. Trauma
5. Bahan kimia
6. Merokok dan minum-minum alkohol
7. Alergi
2.5 PATOFISIOLOGI
Hampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri mungkin
sekunder. Laringitis biasanya disertai rinitis atau nasofaringitis. Awitan infeksi
mungkin berkaitan dengan pemajanan terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi
diet, malnutrisi, dan tidak ada immunitas. Laringitis umum terjadi pada musim dingin
dan mudah ditularkan. Ini terjadi seiring dengan menurunnya daya tahan tubuh dari
host serta prevalensi virus yang meningkat. Laringitis ini biasanya didahului oleh
faringitis dan infeksi saluran nafas bagian atas lainnya. Hal ini akan mengakibatkan
iritasi mukosa saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mucus untuk memproduksi
mucus secara berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas. Kondisi tersebut akan
merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan iritasi pada laring. Dan
memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut. Inflamasi ini akan menyebabkan
nyeri akibat pengeluaran mediator kimia darah yang jika berlebihan akan merangsang
peningkatan suhu tubuh.8
2.6 GEJALA KLINIS 1,2,6,7
1. Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien sebagai suara
yang kasar atau suara yang susah keluar atau suara dengan nada lebih
rendah dari suara yang biasa / normal dimana terjadi gangguan getaran
serta ketegangan dalam pendekatan kedua pita suara kiri dan kanan
sehingga menimbulkan suara menjada parau bahkan sampai tidak bersuara
sama sekali (afoni).
2. Sesak nafas dan stridor
3. Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menalan atau berbicara.
4. Gejala radang umum seperti demam, malaise
5. Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental
6. Gejala commmon cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit
menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk dan
demam dengan temperatur yang tidak mengalami peningkatan dari 38
derajat celsius.
7. Gejala influenza seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit
menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk,
peningkatan suhu yang sangat berarti yakni lebih dari 38 derajat celsius,
dan adanya rasa lemah, lemas yang disertai dengan nyeri diseluruh tubuh.
8. Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukosa laring yang hiperemis,
membengkak terutama dibagian atas dan bawah pita suara dan juga
didapatkan tanda radang akut dihidung atau sinus paranasal atau paru
9. Obstruksi jalan nafas apabila ada udem laring diikuti udem subglotis yang
terjadi dalam beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada anak berupa
anak menjadi gelisah, air hunger, sesak semakin bertambah berat,
pemeriksaan fisik akan ditemukan retraksi suprasternal dan epigastrium
yang dapat menyebabkan keadaan darurat medik yang dapat mengancam
jiwa anak.
2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG 2
1. Foto rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis
(Steeple sign). Tanda ini ditemukan pada 50% kasus.
2. Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah dapat normal. Jika disertai
infeksi sekunder, leukosit dapat meningkat.
3. Pada pemeriksaan laringoskopi indirek akan ditemukan mukosa laring yang
sangat sembab, hiperemis dan tanpa membran serta tampak pembengkakan
subglotis yaitu pembengkakan jaringan ikat pada konus elastikus yang akan
tampak dibawah pita suara.
2.8 DIAGNOSIS12,7
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
2.9 DIAGNOSA BANDING 2
1. Benda asing pada laring
2. Faringitis
3. Bronkiolitis
4. Bronkitis
5. Pnemonia
2.10 PENATALAKSANAAN 1,2,7
Umumnya penderita penyakit ini tidak perlu masuk rumah sakit, namun ada
indikasi masuk rumah sakit apabila :
· Usia penderita dibawah 3 tahun
· Tampak toksik, sianosis, dehidrasi atau axhausted
· Diagnosis penderita masih belum jelas
· Perawatan dirumah kurang memadai
Terapi :
1. Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3 hari
2. Jika pasien sesak dapat diberikan O2 2 l/ menit
3. Istirahat
4. Menghirup uap hangat dan dapat ditetesi minyak atsiri / minyak mint bila
ada muncul sumbatan dihidung atau penggunaan larutan garam fisiologis
(saline 0,9 %) yang dikemas dalam bentuk semprotan hidung atau nasal
spray.
5. Medikamentosa : Parasetamol atau ibuprofen / antipiretik jika pasien ada
demam, bila ada gejala pain killer dapat diberikan obat anti nyeri /
analgetik, hidung tersumbat dapat diberikan dekongestan nasal seperti
fenilpropanolamin (PPA), efedrin, pseudoefedrin, napasolin dapat
diberikan dalam bentuk oral ataupun spray. Pemberian antibiotika yang
adekuat yakni : ampisilin 100 mg/kgBB/hari, intravena, terbagi 4 dosis atau
kloramfenikol : 50 mg/kgBB/hari, intra vena, terbagi dalam 4 dosis atau
sefalosporin generasi 3 (cefotaksim atau ceftriakson) lalu dapat diberikan
kortikosteroid intravena berupa deksametason dengan dosis 0,5
mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis, diberikan selama 1-2 hari.
6. Pengisapan lendir dari tenggorok atau laring, bila penatalaksanaan ini tidak
berhasil maka dapat dilakukan endotrakeal atau trakeostomi bila sudah
terjadi obstruksi jalan nafas.
7. Pencegahan : Jangan merokok, hindari asap rokok karena rokok akan
membuat tenggorokan kering dan mengakibatkan iritasi pada pita suara,
minum banyak air karena cairan akan membantu menjaga agar lendir yang
terdapat pada tenggorokan tidak terlalu banyak dan mudah untuk
dibersihkan, batasi penggunaan alkohol dan kafein untuk mencegah
tenggorokan kering. jangan berdehem untuk membersihkan tenggorokan
karena berdehem akan menyebabkan terjadinya vibrasi abnormal pada pita
suara, meningkatkan pembengkakan dan berdehem juga akan
menyebabkan tenggorokan memproduksi lebih banyak lendir.
2.11 PROGNOSIS6
Prognosis untuk penderita laringitis akut ini umumnya baik dan pemulihannya
selama satu minggu. Namun pada anak khususnya pada usia 1-3 tahun penyakit ini
dapat menyebabkan udem laring dan udem subglotis sehingga dapat menimbulkan
obstruksi jalan nafas dan bila hal ini terjadi dapat dilakukan pemasangan endotrakeal
atau trakeostomiaik
BAB III
PEMBAHASAN
Laringitis akut merupakan kelainan pada laring yakni peradangan akut pada
laring yang biasanya kelanjutan dari penyakit rhinofaringitis atau common cold.
Penyakit ini pada orang dewasa merupakan penyakit yang ringan saja namun tidak
bagi penderita anak kurang dari 3 tahun. Hal ini dikarenakan pada anak dapat
menimbulkan udem laring dan subglotis sehingga obstruksi jalan nafas yang sangat
berbahaya dalam waktu beberapa jam saja penderita akan mengalami obstruksi total
jalan nafas sementara itu pada orang dewasa tidak terjadi secepat pada anak.
Berdasarkan dari Anamnesis pasien, didapatkan keluhan pasien berupa suara
serak dengan riwayat batuk pilek sejak ± 1 bulan yang lalu disertai dengan demam.
Pada awalnya batuk kering yang lama kelamaan berubah menjadi batuk berdahak.
Pilek sudah diobati dengan obat warung dan gejalanya mulai berkurang. Sejak
±2minggu yang lalu pasien nyeri tenggorokan dan suara mulai serak, Pasien
mengkonsumsi troches untuk mengurangi gejala, tenggorokan agak nyeri ketika
berbicara terasa gatal (-), terasa kering (-), rasa mengganjal(-), nyeri saat menelan (-).
Batuk masih kadang-kadang. Tidak ada demam (-), pusing (-), malaise (-), sesak
napas (-), napas berbunyi (-), hidung tersumbat (-), bersin bersin (-), gangguan telinga
telinga (-). Pasien tidak memiliki riwayat alergi, begitu juga riwayat alergi dalam
keluarga. Dari pemeriksaan fisik hidung dan telinga tak didapatkan kelainan, namun
dari hasil pemeriksaan laringoskopi indirek didapatkan mukosa laring yang
hiperemis, tampak membengkak dibagian atas pita suara. Dari pemeriksaan diatas
maka pasien didiagnosis laryngitis akut.
Penyebab laringitis pasien ini sendiri kemungkinan karena infeksi saluran
pernapasan akut yang sempat diderita pasien sebelumnya. Seperti telah dijelaskan
sebelumnya bahwa laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran
nafas seperti influenza atau common cold. infeksi virus influenza (tipe A dan B),
parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan adenovirus. Penyebab lain adalah
Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes,
Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae. Penyakit ini dapat terjadi
karena perubahan musim / cuaca ataupuan pemakaian suara yang berlebihan.
Penanganan yang diberikan kepada pasien ini yaitu mengistirahatkan pita
suara, menghindari iritasi pada faring dan laring (merokok, makanan pedas atau
minum es), pemberian antibiotik ampisilin 100 mg/kgBB/hari, intravena, terbagi 4
dosis atau kloramfenikol : 50 mg/kgBB/hari, intra vena, terbagi dalam 4 dosis atau
sefalosporin generasi 3 (cefotaksim atau ceftriakson), serta pemberian obat penekan
batuk
DAFTAR PUSTAKA
1. Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher, edisi ke 5, Jakarta:FKUI,2003,190-200
2. Abdurrahman MH, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Edisi ke2, Jakarta:FKUI,2003,931& Obat, Bandung:Mizan Media Utama,2006,13-20
3. Anonim. Laringitis akut. Diakses dari http://www.mercksource.com/pp/us/cns hl dorlans splits,jps?pg=000111294.htm [diakses 30 Oktober 2010]
4. Jayanto KD, Gambaar Laring (laring picture)2008 diakses darihttp//kurniawanwijayanto.blogspots.com/2008/06/gambar-laring-larynxpicture. html [diakses 30 Oktober 2010]
5. Cohen JL, Anatomi dan Fisiologi Laring. Dalam BOIES-Buku Ajar Penyakit THT.Edisi ke6.Jakarta:EGC,1997,369-76
6. Anonim, Laringitis akut, 2009, diakses dari http://www.laringitisakut.com/pp/us/cns [diakses 30 Oktober 2010]
7. Kumar S, Disease of the Larinx in Fundamental Of Ear, Nose, & throath Disease And Head-Neck Surgery, Calcutta,publisher Mohendra Nath Paul,1996:391-99
8. Jhon SD & Maves MD Surgical Anatomyof vthe Head and Neck. In Byron-Head and Neck surgery Otolaryngology.ed3.Vol I,USA.Wilkins Publisher,2001:9
Recommended