Upload
andriani-kemala-sari
View
20
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
hepatitis presus
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Fungsi utama dari hati atau liver adalah untuk memproduksi protein, enzim,
detoksifikasi, fungsi metabolik, dan regulasi kolesterol serta faktor pembekuan darah. Nama
hepatitis berasal dari bahasa Yunani “hepat” yang berarti liver/hati, dan “itis” yang berarti
radang. Hepatitis adalah peradangan pada hati dan dikarakteristikkan dengan adanya sel
radang di jaringan pada organ tersebut, dapat dikarenakan oleh toksin, seperti kimia atau obat
ataupun agen penyebab infeksi.
Sampai saat ini telah ditemukan berbagai jenis virus yang menyebabkan hepatitis yang
diberi nama virus hepatitis A, B, C, D, E, F, dan G.1 Bentuk klinis hepatitis berdasarkan virus
penyebab diklasifikasikan sebagai hepatitis A, B, C, D, E, dan G. Berdasarkan perjalanan
penyakit yaitu hepatitis akut, hepatitis kronik aktif, hepatitis kronik persisten dan hepatitis
fulminan.1
Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan disebut "hepatitis akut", hepatitis
yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut "hepatitis kronis". Kebanyakan penyakit hepatitis
disebabkan oleh infeksi virus. Kondisi ini dapat sembuh dengan sendirinya ataupun dapat
progresif menjadi jaringan parut dan sirosis. Hepatitis dapat timbul dengan sedikit maupun
tidak bergejala, tetapi terkadang menjadi jaundice, anoreksia (tidak ada nafsu makan) dan
lemas.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan hati yang menimbulkan
gejala klinis yang khas yaitu badan lemah, kencing berwarna seperti teh pekat, mata dan
seluruh badan menjadi kuning.3
Berdasarkan penyebabnya, hepatitis dapat dibagi atas hepatitis oleh virus, oleh
alkohol dan oleh obat-obatan. Sedangkan berdasarkan perjalanan penyakitnya, hepatitis dapat
dibagi atas hepatitis akut dan hepatitis kronis. Hepatitis virus akut adalah penyakit infeksi
virus hepatotropik yang bersifat sistemik dan akut yang berlangsung kurang dari 6 bulan.
Sebagian hepatitis akan sembuh sempurna, tetapi sebagian lain akan berkembang menjadi
kronis, sirosis atau karsinoma hati.3
Hepatitis A adalah suatu penyakit yang di sebabkan oleh virus yang di sebarkan oleh
kotoran atau tinja penderita, biasa nya melalui makanan (fecal-oral) bukan melalui aktifitas
seksual atau melalui darah.6
2.2. EPIDEMIOLOGI DAN TRANSMISI
Virus hepatitis A (HAV) merupakan jenis infeksi hepatitis virus yang paling sering di
Amerika Serikat. Pada tahun 1988, 50% dari kasus hepatitis yang dilaporkan adalah infeksi
HAV. 5 Virus hepatitis A menyebabkan kebanyakan kasus hepatitis pada anak dan dewasa
muda. Epidemiologi dan transmisi HAV mencakup beberapa faktor sebagai berikut :
Karakteristik epidemiologi infeksi terbagi atas :
1. Variasi musim dan geografi. Didaerah dengan 4 musim, infeksi VHA terjadi secara
epidemik musimanyang puncaknya biasanya terjadi pada akhir musim semi dan awal
musim dingin. Di daerah tropis, puncak insiden yang pernah dilaporkan cenderung untuk
terjadi selama musim hujan dan pola epidemik siklik berulang setiap 5-10 tahun sekali.
2. Usia. Insiden Semua kelompok umur secara umum rawan terhadap infeksi VHA tetapi di
banyak Negara EropaUtara dan Amerika Utara ternyata sebagian kasus terjadi pada
orang dewasa. Disini, higienitas lingkungan juga sangat berpengarus terhadap
terpaparnya seseorang dengan VHA, sehingga lebih dari 75 % anak dari berbagai Negara
di benua Asia, Afrika, India, beberapa Negara mediterania dan Afrika Selatan
menunjukan sudah memiliki antibody anti-HAV pada usia 5 tahun.2
3. Kelompok resiko tinggi. Kelompok resiko tinggi mengarah kepada pekerja kesehatan,
pedagang makanan, pekerja sanitasi, penyalahgunaan obat, kelompok homoseksual,
mereka yang bepergian ke tempatdengan endemisitas rendah ke tinggi, tempat penitipan
bayi, institusi kejiwaan dan beberaparumah tahanan.5
Penyakit ini bersifat sangat menular. Penularan secara fecal oral dengan menelan
makanan yang sudah terkontaminasi, kontak dengan penderita melalui kontaminasi feces
pada makanan atau air minum, atau dengan memakan kerang yang mengandung virus yang
tidak dimasak dengan baik. 1,2,3,4 akut,hepatitis A umumnya asimtomatikatau bentuk yang
ringan dan hanya sekitar 1 % yang timbul ikterus.Pada manifestasinya seringkali asimtomatik
dan anikterik.
2.3. PATOGENESIS
Antigen hepatitis A dapat ditemukan di dalam sitoplasma sel hati segera sebelum
hepatitis akut timbul. Kemudian jumlah virus akan menurun setelah timbul manifestasi klinis,
baru kemudian muncul IgM anti HAV spesifik. Kerusakan sel-sel hati terutama karena
viremia yang terjadi dlaama waktu yang sangat pendek dan terjadi pada masa inkubasi.
Sedangkan antigen virus hepatitis A dapat ditemukan dalam tinja satu minggu setelah ikterus
timbul. Kerusakan sel hati disebabkan oleh aktivitas sel T limfositsitolitik terhadat targetnya,
yaitu antigen virus hepatitis A. pada keadaan ini ditemukan HLA-restrictedvirus specific
cytotoxic CD8+T cell di dalam hati pada hepatitis virus A yang akut.
Gambaran histologi dari sel parenkim hatiyaitu terdapatnya nekrosis sel hati
berkelompok, dimulai dari senter lobules yang diikuti dengan inflitrasi sel limfosit,
makrofag,sel plasma, eosinofil, dan neutrofil.Ikterus terjadi sebagai akibat hambatan aliran
empedu karena kerusakan sel parenkim hati, terdapat peningkatan bilirubin direk dan indirek
dalam serum.
Ada 3 kelompok kerusakan yaitu di daerah portal,dalam lobulus dan dalam sel hati
sendiri. Daerah lobules yang mengalami nekrosis terutama yang terletak di daerah sentral.
Kadang-kadang hambatan aliran empedu ini mengakibatkan tinja berwarna pucat seperti
dempul dan terjadi peningkatan enzim alkali fosfatase, 5 nukleotidase dan gamma
glutamiltransferase (GGT), kerusakan sel hati akann menyebabkan pelepasan enzim
transaminaseke dalam darah. Peningkatan SGPT member petunjuk adanya kerusakan sel
parenkim hati lebih spesifik dari peningkatan SGOT. LDH juga akan meningkat pada
kerusakan sel hat PAT.6
3
2.4. PATOFISIOLOGI
Proses terjadinya inflamasi pada sel sel hepar terjadi karena 2 proses, yaitu:
1.) Sistem imun yang bertanggung jawab terjadinya kerusakan sel hati
- Melibatkan respon CD8 dan CD4 sel T-
- Produksi sitokin di hati dan sistemik
2.) Efek sitopatik langsung dari virus.
Penularan hepatitis A melalui enterik (fekal-oral). Secara umum hepatitis
diakibatkan karena adanya reaksi imun dari tubuh terhadap virus yang dipacu oleh replikasi virus
di hati. Replikasi virus hepatitis A termasuk ke dalam jalur lisis.
Pertama-tama virus akan menempeldi reseptor permukaan sitoplasma, RNA virus
masuk, pada saat yang sama kapsid yang tertinggal di luar sel akan hilang, di dalam sel
RNA virus akan melakukan translasi, hasil dari translasi terbagi dua yaitu kapsid baru
dan protein prekusor untuk replikasi DNA inang, DNA sel inang yang sudah dilekati
oleh protein prekusor virus melakukan replikasi membentuk DNA sesuai dengan
keinginan virus, DNA virus baru terbentuk, kapsid yang sudah terbentuk dirakit dengan DNA virus
menjadi sebuah virion baru, virus baru yang sudah matang keluar dan mengakibatkan sel lisis oleh
sel-sel fagosit.6
2.5. GAMBARAN KLINIK
Gejala dan perjalanan klinis hepatitis virus akut secara umum dapat dibedakan dalam
4 stadium :
1. Fase inkubasi. Merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala atau
ikterus. Panjang fase ini tergantung pada dosis inokolum yang ditularkan dan jalur
penularan, makin besar dosis inokolum, makin pendek fase inkubasi ini. Lamanya pada
hepatitis A 2-4 minggu.
2. Fase prodromal (praikterik). Fase diantara keluarnya keluhan-keluhan pertama dan
timbulnya gejala ikterus. Ditandai dengan malaise umum, anoreksia, mialgia, atralgia,
mudah lelah dan mungkin terdapat gejala saluran napas atas. Diare dan konstipasi dapat
terjadi, demam derajat rendah, nyeri abdomen biasanya menetap dan ringan di kuadran
kana atas atau epigastrium dan kadang diperberat dengan aktivitas. Fase ini dapat
berlangsung 2-7 hari.
3. Fase ikkterus. Ikterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga muncul bersamaan
dengan munculnya gejala prodormal. Pada banyak kasus, fase ini tidak terdeteksi.
4
Setelah timbul ikterik jarang terjadi perburukan gejala prodromal, tetapi justru akan
terjadi perbaikan klinis yang nyata.
4. Fase konvalesen (penyembuhan). Diawali dengan menghilangnya ikterus dan keluhan
lain, tetapi hepatomegali dan abnormalitas fungsi hati tetap ada. Muncul perasaan sudah
lebih sehat dan kembalinya nafsu makan.Keadaan akut biasanya akan membaik dalam 2-
3 minggu. Pada hepatitis A perbaikan klinis dan laboratorium lengkap terjadi dalam 9
minggu dan 16 minggu untuk hepatitis B. pada 5-10 %kasus perjalanan klinisnya
mungkin lebih sulit ditangani, hanya 1% yang menjadi fulminan6
2.6. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Untuk menunjang diagnosis perlu dibantu dengan pemeriksaan laboratorium yaitu
dengan timbulnya gejala, maka anti-HAV akan menjadi positif. IgM anti-HAV adalah
subklas antibody terhadap HAV.Respons ini sial terhadap infeksi HAV hampir seluruhnya
adalah IgM. Antibody ini akan hilang dalam waktu 3-6 bulan. IgM anti HAV adalah spesifik
untuk diagnosis dan konfirmasi infeksi hepatitis A akut.Infeksi yang sudah lalu ataupun
adanya imunitas ditandai dengan adanya anti-HAV total yang terdir atas IgG anti-HAV dan
IgM anti-HAV. Antibody IgG akan naik dengan cepat setelah virus dieradikasi laluakan turun
perlahan - lahan setelah beberapa bulan. Petanda anti-HAV berguna bagi penelitian
epidemiologis dan status imunitas6.
Pada pemeriksaan fungsi hati dapat ditemukan kadar aspartat aminotransferase
(AST/SGOT) meningkat dua kali dari nilai normal, dan penurunan kadar alanine
aminotransferase (ALT/SGPT). Perbandingan SGOT dan SGPT biasanya lebih besar dari 2,
walaupun hal ini tidak spesifik maupun sensitif. Pada pemeriksaan laboratorium lainnya
jumlah sel darah putih, neutrofil, bilirubin total dan “international normalized ratio” (INR,
perbandingan antara pembekuan darah pada pasien dengan nilai normal) meningkat.
2.7. DIAGNOSA BANDING
1. Hepatitis Virus B
2. Hepatitis karena penggunaan obat-obatan
2.8. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinik yang ditemui dan didukung oleh
pemeriksaan laboratorium. Gambaran klinis, sebelum timbulnya ikterus biasanya didahului
oleh suatu masa prodormal yang berlangsung sekitar 2 minggu dengan malaise, anoreksia, 5
dan sering gejala gastrointestinalis, disertai nyeri perut atas. Pada tes serologis, IgM HAV
berkembang sebelum mulainya ikterus dan sementara tes IgM anti-HAV meningkat pada
infeksi akut atau fase ikterus. 6
2.9. PENATALAKSANAAN
Pada dasarnya penatalaksanaan infeksi virus hepatitis A dan hepatitis yang lainnya
adalah terapi yangdiberikan bersifat suportif, tidak ada yang spesifik, yaitu :
1.) Tirah baring, terutama pada fase awal penyakitnya dan dlama keadaan penderita
merasa lemah.
2.) Diet Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat dan rendah lemakuntuk pasien
dengan anoreksia dan nausea.
3.) Pemberian obat-obatan simtomatik seperti tablet antipiretik paracetamol untuk
demam, sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, pemberian anti mual muntah dapat
membantu menhilangkankeluhan mual.
4.) Hindari alkohol dan pemakaian obat dibatasi.
5.) Obat-obatan yang dimetabolisir di hepar harus dihindari tetapi jika sangat diperlukan
dapatdiberikan dengan penyesuaian dosis.6
2.10. PROGNOSIS
Prognosis penyakit ini baik dan sembuh sempurna. Angka kematian akibat hepatitis
fulminan berkisarantara 0,1%-0,2%. Laporan lainnya menunjukan bahwa gagal hati
fulminan, hanya terjadi pada 0,13%-0,35% kasus-kasus hospitalisasi.kematian dikaitkan
dengan umur penderita atau bila ada penyakithepatitis kronik lainny, terutama hepatitis
kronik C.
2.11. PENCEGAHAN
1. Imunoprofilaksis sebelum paparan.
a. Vaksin HAV yang dilemahkan
Efektifitas tinggi (angka proteksi 94-100%)
Sangat imunogenik (hampir 100% pada subjek sehat)
Antibodi protektif terbentuk dalam 15 hari pada 85-90% subjek
Efektifitas proteksi selama 20-50 tahun
Efek samping : nyeri di tempat penyuntikan
b. Jadwal dan dosis vaksin HAV6
>19 tahun. 2 dosis of HAVRIX (1440 unit Elisa) dengan interval 6-12 bulan
Anak>2 tahun. 3 dosis HARVIX (360 unit Elisa),0, 1 dan 6-12 bulan atau 2
dosis (720unit Elisa),0, 6-12 bulan
Indikasi vaksinasi Pengunjung ke daerah resiko tinggi Homoseksual dan
biseksual IVDU
Anak dan dewasa muda pada daerah yang pernah mengalami kejadian luar
biasa
Anak di daerah dimana angka kejadian HAV lebih tinggi dari angka nasional
Pasien yang rentan dengan penyakit hati kronis
Pekerja laboratorium yang menangani HAV
Pramusaji Pekerja pada bagian pembuangan air.
2. Imunoprofilaksis pasca paparana.
a. Keberhasilan vaksin HAV pada pasca paparan belum jelas
b. Keberhasilan immunoglobulin sudah nyata tapi tidak sempurna
c. Dosis dan jadwal pemberian immunoglobulin
Dosis 0,02 ml/kg, suntikan pada daerah deltoid sesegera mungkin setelah
terpapar.
Toleransi baik, nyeri pada daerah suntikan.
Indikasi : kontak erat dan kontak dalam rumah tangga dengan infeksi HAV
akut.6
BAB III
STATUS PASIEN
7
3.1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Sdr. A.A.K
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 22 tahun
Alamat : Jl. Bantir Rt.01/Rw.03, Sumowono, Kabupaten Semarang
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Pendidikan : SMA
Status Pernikahan : Belum Menikah
Suku Bangsa : Jawa
3.2. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada hari Selasa tanggal 12 April 2016
pukul 08.15 WIB di IGD RSUD Ambarawa.
Keluhan Utama:
Buang air kecil seperti teh sejak 3 hari SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien seorang laki-laki berusia 22 tahun datang ke IGD RSUD Ambarawa dengan
keluhan buang air kecil seperti teh sejak 3 hari SMRS. BAK lancar, tidak nyeri dan tidak
berpasir. Pasien juga mengeluhkan adanya demam sejak 3 hari SMRS. Suhu badan dirasakan
tinggi, tetapi saat dirumah tidak diukur dengan termometer.
Keluhan lainnya adalah adanya mual dan muntah sebanyak 2 kali, muntah berisi
makanan, tidak ada darah. Nafsu makan pasien menurun karena mual jika mencium bau
makanan. BAB lancar, tidak ada keluhan. Pasien mengatakan belum pernah mengalami
keluhan yang sama seperti saat ini, selain itu menurut keluarganya pasien terlihat kuning.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit lain seperti diabetes mellitus, hipertensi dan
tidak ada alergi makanan ataupun obat. Pasien mengatakan belum berobat untuk keluhannya
tersebut. Saat anamnesis, pasien mengatakan tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan
tertentu secara rutin. Pasien menyangkal ada yang menderita keluhan yang serupa
dikeluarganya.
8
Pasien memiliki riwayat konsumsi alkohol sejak 3 tahun SMRS. Biasanya dalam satu
hari pasien dapat mengkonsumsi alkohol hingga 1 botol/minggu. Pasien juga merokok sejak
kelas 2 SMP dan dalam satu hari bisa menghabiskan 1 bungkus rokok.
Satu hari yang SMRS, pasien merasa warna BAK semakin pekat dan badan terasa
lemas, sehingga pasien akhinya memutuskan untuk berobat IGD RSUD Ambarawa.
3.3. PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis:
Keadaan umum: Tampak sakit sedang, lemas
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital:
Tekanan darah : 99/66 mmHg
Nadi : 91x/menit
Suhu : 37 ° C
Pernapasan : 20 x/menit
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 52 kg
KEPALA:
Wajah : Simetris
Mata : Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (+/+),
Hidung : Septum deviasi (-), sekret (-)
Mulut : Kering (-), tonsil tenang, faring hiperemis (-), oral hygiene baik
Telinga : Normotia, serumen (-/-), sekret (-/-)
Leher : Tidak terdapat pembesaran KGB dan kelenjar tiroid
THORAKS:
Inspeksi : Bentuk normal, gerak nafas simetris
Palpasi : Tidak dilakukan
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Jantung: S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru : SN vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
ABDOMEN:
Inspeksi : Datar
9
Palpasi : Hepar teraba 2 cm dibawah arkus kosta dan 1 cm dibawah prosesus
xiphoideus, nyeri tekan positif
Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen, pekak di kuadran kanan atas
Auskultasi : Bising usus (+) normal
GENITALIA:
Tidak dilakukan pemeriksaan
EKSTREMITAS:
Ekstremitas superior :
Kelainan gerak (-), atrofi otot (-), oedem (-)
Kuku : pitting nail (-);
Sendi : nyeri (-), deformitas (-), kontraktur jari tangan (-);
Kulit : ikterik
Ekstremitas inferior :
Kelainan gerak (-), atrofi otot (-), oedem (-);
Kuku : pitting nail (-);
Sendi : nyeri (-), deformitas (-), kontraktur jari tangan (-);
Kulit : ikterik
3.4. PEMERIKSAAN ANJURAN
Pemeriksaan darah rutin, fungsi hati (SGOT dan SGPT), bilirubin (total, direk dan
indirek), HbSAg serta fungsi ginjal (ureum dan kreatinin) dan USG hepar.
3.5. RESUME
Pasien seorang laki-laki berusia 22 tahun datang ke IGD RSUD Ambarawa dengan
keluhan buang air kecil seperti teh sejak 3 hari SMRS. BAK lancar, tidak nyeri dan tidak
berpasir. Pasien juga mengeluhkan adanya demam sejak 3 hari SMRS. Suhu badan dirasakan
tinggi, tetapi saat dirumah tidak diukur dengan termometer.
Keluhan lainnya adalah adanya mual dan muntah sebanyak 2 kali, muntah berisi
makanan, tidak ada darah. Nafsu makan pasien menurun karena mual jika mencium bau
makanan. BAB lancar, tidak ada keluhan. Pasien mengatakan belum pernah mengalami
keluhan yang sama seperti saat ini, selain itu menurut keluarganya pasien terlihat kuning.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit lain seperti diabetes mellitus, hipertensi dan
tidak ada alergi makanan ataupun obat. Pasien mengatakan belum berobat untuk keluhannya
10
tersebut. Saat anamnesis, pasien mengatakan tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan
tertentu secara rutin. Pasien menyangkal ada yang menderita keluhan yang serupa
dikeluarganya.
Pasien memiliki riwayat konsumsi alkohol sejak 3 tahun SMRS. Biasanya dalam satu
hari pasien dapat mengkonsumsi alkohol hingga 1 botol/minggu. Pasien juga merokok sejak
kelas 2 SMP dan dalam satu hari bisa menghabiskan 1 bungkus rokok. Satu hari yang SMRS,
pasien merasa warna BAK semakin pekat dan badan terasa lemas, sehingga pasien akhinya
memutuskan untuk berobat IGD RSUD Ambarawa.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum pasien tampak sakit sedang dan
lemas, tanda-tanda vital dalam batas normal namun tekanan darah cenderung rendah, sklera
ikterik serta kulit menguning. Pemeriksaan fisik abdomen didapatkan perut datar, bising usus
positif normal, hepar teraba 2 cm dibawah arkus kosta dan 1 cm dibawah prosesus
xiphoideus, timpani diseluruh lapang abdomen dan pekak di kuadran kanan atas dan nyeri
tekan positif.
3.6. DIAGNOSIS BANDING
Observasi ikterus dengan suspek:
o Hepatitis Virus Akut
o Hpeatitis Virus B/C/D/E
o Kolelitiasis
o Hepatitis Alkoholik
3.7. DIAGNOSIS KERJA
Observasi ikterus suspek Hepatitis Akut
3.8. PENATALAKSANAAN
o Infus ringer laktat 20 tetes permenit
o Tablet curcuma 3x1 tablet
o Simptomatik:
Injeksi ondansentron 1 ampul/8 jam
3.9. PROGNOSIS
11
- Quo ad vitam : dubia ad bonam
- Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
- Quo ad sanationam : dubia ad bonam
3.10. Follow Up
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 12 April 2016:
Hematolologi
Haemoglobin 14,8 g/dl 13,2-17,3 g/dl
Hematokrit 44,0 % 37-47 %
Leukosit 6.200 / mm3 3,8-10,6 ribu/mm3
Trombosit 218 ribu/mm3 150-400 ribu/mm3
Eritrosit 4,71 juta 4,4-5,9 juta
Fungsi Hati
SGOT 1090 u/l 0-50 u/l
SGPT 2090 u/l 0-50 u/l
Bilirubin total 6,29 mg/dl 0,3-1,2 mg/dl
Bilirubin direk 5,11 mg/dl 0-0,2 mg/dl
Bilirubin indirek 1,18 mg/dl 0,0-0,8 mg/dl
Serologi
HBsAg Non Reaktif Non Reaktif
Tabel 2. Follow up pasien di bangsal.
12
Tgl S O A P12-04-16
Nyeri perut (+), lemas, demam (-)BAB (-)
St presentTD : 100/60N : 83 x/mntRR : 18 x/mntS : 37,5°CSt general: dbn
Observasi ikterus suspek hepatitis akut
Bed Rest
IVFD RL 20 tpm Injeksi Ondansentron 3x1Tablet Curcuma 3x1
13-04-16
Nyeri perut (+), lemas, demam (-)BAB (-)
St presentTD : 90/60N : 80 x/mntRR : 20 x/mntS : 36,9°CSt general: dbn
Hepatitis akut
IVFD RL 20 tpm Injeksi Ondansentron 3x1Tablet Curcuma 3x1
14-04-16
Lemas, BAB (+), BAK (+) warna sudah tidak terlalu pekat
St presentTD : 110/80N : 80 x/mntRR : 20 x/mntS : 36,5°CSt general: dbn
Hepatitis akut
IVFD RL 20 tpm Injeksi Ondansentron 3x1Tablet Curcuma 3x1
15-04-16
Keluhan (-) St presentTD : 110/80N : 80 x/mntRR : 18 x/mntS : 36,5°CSt general: dbn
Hepatitis akut
Aff infusTablet Curcuma 3x1Tablet Ranitidin 2x1
BLPLKontrol poli interna
BAB IV
PEMBAHASAN13
Diagnosis kerja dari kasus ini adalah hepatitis alkoholik. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Pada anamnesis didapatkan BAK seperti teh sejak 3 hari SMRS. Keterangan tersebut
menunjukkan bahwa keluhan yang dialami pasien adalah akut. Tiga hari SMRS, pasien BAK
berwarna seperti teh dan lebih pekat. Bertambah pekatnya warna urin pasien dalam kasus ini
menandakan adanya peningkatan bilirubin direk yang kemudian diubah menjadi urobilinogen
di usus. Hal ini menandakan kemungkinan adanya kerusakan parenkim hati atau saluran
empedu intrahepatik sehingga terjadi salah satu gangguan berikut seperti gangguan
pengangkutan, konjugasi atau eksresi oleh hati. BAK lancar, tidak nyeri dan tidak berpasir.
Keterangan ini menunjukkan bahwa kemungkinan gangguan BAK yang terjadi bukan karena
adanya kerusakan sistem kemih seperti adanya batu saluran kemih ataupun infeksi pada
saluran kemih.
Pasien mengeluhkan adanya demam sejak 3 hari SMRS. Demam pada kasus ini dapat
terjadi akibat keluarnya pirogen endogen (IL-1, IL-6 dan TNF) yang diinduksi inflamasi pada
parenkim hati. Adanya mual dan muntah karena adanya rangsangan terhadap pusat muntah
oleh stimulasi mekanoreseptor atau kemoreseptor (aferen visceral dari luar saluran
pencernaan (dalam hal ini hati) ataupun karena adanya rangsangan terhadap chemoreceptor
trigger zone di medulla). Akibat mual dan muntah tersebut maka nafsu makan pasien menjadi
turun.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit lain seperti diabetes mellitus, hipertensi dan
tidak ada alergi makanan. Pada anamnesis ditanyakan riwayat penyakit dahulu untuk
mengetahui apakah terdapat penyakit penyerta atau penyakit lainnya yang berpengaruh
terhadap timbulnya penyakit saat ini.
Pasien mengatakan belum berobat untuk keluhannya tersebut. Saat anamnesis, pasien
mengatakan tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu secara rutin. Hal ini ditanyakan
untuk mengetahui ada atau tidak pengobatan yang mempengaruhi keluhan pasien saat ini dan
juga untuk mencegah adanya interaksi antar obat yang nantinya akan diresepkan. Keterangan
ini dapat menyingkirkan diagnosis banding hepatitis karena penggunaan obat-obatan. Pasien
menyangkal ada yang menderita keluhan yang serupa di keluarganya. Riwayat penyakit yang
sama dalam keluarga juga disangkal. Keterangan tersebut berguna untuk menilai apakah
penyakit yang sekarang diderita pasien adalah akibat penularan dalam komunitas contohnya
keluarga. Keterangan tersebut menyingkirkan diagnosis banding hepatitis akut.
14
Pasien memiliki riwayat konsumsi alkohol sejak 3 tahun SMRS. Biasanya dalam satu
hari pasien dapat mengkonsumsi alkohol hingga 1 botol/minggu. Pasien juga merokok sejak
kelas 2 SMP dan dalam satu hari bisa menghabiskan 1 bungkus rokok. Keterangan tersebut
dapat diartikan sebagai kondisi yang mungkin meperberat keluhan pasien.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum pasien tampak sakit sedang dan
lemas, tanda-tanda vital dalam batas normal namun tekanan darah cenderung rendah, sklera
ikterik serta kulit menguning. Timbulnya sklera iterik akibat terjadinya penurunan ekskresi
bilirubin akibat kerusakan parenkim hati, sehingga tertimbun pada jaringan ikat sklera.
Pemeriksaan fisik abdomen didapatkan perut datar, bising usus positif normal, hepar teraba 2
cm dibawah arkus kosta dan 1 cm dibawah prosesus xiphoideus, timpani diseluruh lapang
abdomen dan pekak di kuadran kanan atas dan nyeri tekan positif. Hal ini diakibatkan oleh
adanya proses inflamasi pada parenkim hati.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium yaitu
melihat kadar enzim SGPT dan SGOT serta kadar bilirubin. SGPT adalah enzim yang
terdapat pada sel darah merah, otot jantung, otot skeletal, ginjal dan otak. Sedangkan SGOT
ditemukan pada hati. Kedua enzim ini dapat meningkat karena adanya gangguan fungsi hati,
dan penanda kerusakan sel lainnya. Pada pasien ini SGOT 1090 u/l dan SGPT 2090 u/l
menandakan adanya kerusakan atau cedera sel hati (hepatosit).
Peningkatan kadar bilirubin terjadinya akibat adanya kerusakan parenkim hati atau
saluran empedu intrahepatik sehingga terjadi salah satu gangguan berikut seperti gangguan
pengangkutan, konjugasi atau eksresi oleh hati. Pemeriksaan serologi yaitu HbsAg dilakukan
untuk menyingkirkan kemungkinan hepatitis akibat virus hepatitis B.
Penatalaksaan pada pasien ini diberikan cairan infus, obat simptomatik dan
hepatoprotektor. Cairan infus yang diberikan adalah ringer laktat karena komposisi elektrolit
dan konsentrasinya yang sangat serupa dengan cairan ekstraseluler. Untuk obat simptomatik
mual dan muntah, diberikan injeksi ondansentron 1 ampul/8jam. Obat tersebut merupakan
antagonis reseptor 5HT3 (serotonin). Obat ini bekerja dengan cara menghambat serotonin
bekerja pada reseptornya. Selain itu pasien diberikan tablet curcuma 3x1 tablet. Obat ini
mengandung kurkumin dan desmetoksikurkumin yang diberikan untuk memelihara fungsi
hati (hepatoprotektor), anti inflamasi, mencegah perlemakan sel hepatosit dan membantu
memperbaiki nafsu makan.
BAB V
KESIMPULAN
15
Hepatitis alkoholik merupakan peradangan hati progresif yang berhubungan dengan
konsumsi alkohol. Gejala klinis yang tampak berupa demam, hepatomegali, leukositosis,
tanda-tanda kegagalan fungsi hati seperti ikterik dan dapat tampak tanda-tanda hipertensi
portal seperti asites dan perdarahan varises esophagus.
Diagnosis hepatitis alkoholik dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis yaitu
penggunaan konsumsi dalam jumlah banyak/lama, ikterus, dan tidak ada penyebab hepatitis
lainnya. Biopsi hati merupakan diagnostik pasti tapi tidak terlalu dianjurkan. Dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium dan USG untuk melihat
pembesaran hepar yang terlihat sebagai hiperekoik difus.
Menurut American Association for the Study of Liver Diseases (AASLD)2010 pasien
dengan hepatitis alkoholik yang utama adalah menghentikan konsumsi alkohol. Penghentian
total konsumsi alkohol selama 6-12 bulan menunjukkan perbaikan fungsi hati yang pesat.
AASLD juga menyarankan diet yang mengandung protein yang tinggi, vitamin dan mineral
seperti asam folat dan tiamin. Pembatasan garam mungkin diperlukan pada pasien yang
mengalamiasites.
Pasien dengan hepatitis alkoholik berat (MDF >32); atau MELD >21) tanpa sepsis,
seharusnya diberikan prednisolon (trial) dengan dosis 40 mg/hari selama 4 minggu. Untuk
transplantasi hati harus dilakukan pemahaman dan seleksi pasien dengan hepatitis alkoholik
yang tidak respon dengan obat-obatan.
16