21
Topik : Appendisitis Infiltrat Tanggal Kasus : Presenter : dr. Zuhri Dirgantoro Pendamping : dr. Retno Tempat : RSD Kol. Abundjani Bangko Obyektif Presentasi : Deskripsi : An. B, pria 14 tahun, nyeri perut kanan bawah, demam, mual, muntah, leukositosis, LED meningkat Tujuan : Melakukan evaluasi untuk dilakukan tindakan pembedahan, mencegah komplikasi Bahan Bahasan : Cara Membahas : Keilmua Keterampi Penyegara Tinjauan Istimewa Masalah Manajemen Diagnosti Bumil Lansia Dewasa Remaja Anak Bayi Neonatus Tinjauan Riset Kasus Audit Diskusi Presentasi dan Email Pos

PORTOFOLIO apendisitis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kasus portofolio apendisitis untuk internsip

Citation preview

Page 1: PORTOFOLIO apendisitis

Topik : Appendisitis Infiltrat

Tanggal Kasus :

Presenter : dr. Zuhri Dirgantoro Pendamping : dr. Retno

Tempat : RSD Kol. Abundjani Bangko

Obyektif Presentasi :

Deskripsi : An. B, pria 14 tahun, nyeri perut kanan bawah, demam, mual, muntah,

leukositosis, LED meningkat

Tujuan : Melakukan evaluasi untuk dilakukan tindakan pembedahan, mencegah komplikasi

Bahan Bahasan :

Cara Membahas :

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

IstimewaMasalahManajemenDiagnostik

BumilLansiaDewasa

RemajaAnakBayiNeonatus

Tinjauan Pustaka Riset

Kasus Audit

Diskusi Presentasi dan Diskusi

Email Pos

Page 2: PORTOFOLIO apendisitis

Data Pasien : Nama : An. B No.Reg :

Page 3: PORTOFOLIO apendisitis

Nama Klinik : Telp : Terdaftar Sejak :

Data utama untuk bahan diskusi :

1. Diagnosis / Gambaran Klinis :

Apendisitis infiltrat, nyeri perut kanan bawah, teraba massa pada perut kanan bawah.

2. Riwayat Pengobatan :

Pasien sempat berobat ke dokter 24 jam dan dirujuk ke RS untuk dilakukan

penanganan lebih lanjut.

3. Riwayat Kesehatan/Penyakit :

Riwayat PJB : disangkal Riwayat Penyakit Ginjal : disangkal Riwayat Asma : disangkal Riwayat Alergi : disangkal Riwayat Operasi : disangkal Riwayat keluhan yang sama : disangkal

4. Riwayat Keluarga :

Tidak ada yang pernah mengalami kondisi seperti pasien.

5. Riwayat Pekerjaan :

Pasien mengaku aktivitasnya sehari-hari sebagai seorang pelajar.

6. Lain-lain : -

Daftar Pustaka :

1. Appendisitis. Diunduh dari: www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/122559-S09008fk-

Karakteristik%20pasien-Literatur.pdf.

2. Craig Sandy, Lober Williams. Appendicitis Acute. Diunduh dari: www.emedicine.com.

3. Katz S Michael, Tucker Jeffry. Appendicitis. Diunduh dari: www.emedicine.com.

4. Sjamsuhidajat R, deJong W. Buku Ajar Ilmu Bedah,edisi revisi.tahun 1997, hal: 865-75

5. Reksoprodjo Soelarto. Buku Ajar Ilmu Bedah FKUI. Jakarta: Binarupa Aksara. 1997.

Hal: 109-111.

6. Appendicitis. Diunduh dari: www.medscape_reference.com.

7. Appendicitis. Diunduh dari: www.digestive.niddk.nih.gov.

8. Appendectomy. Diunduh dari: www.appendicitisreview.com/open-appendectomy-for-

appendicitis.

Hasil Pembelajaran :

1. Mengetahui tentang penyebab, diagnosis, manifestasi klinis, diagnosis banding dan

Page 4: PORTOFOLIO apendisitis

patofisiologi Apendisitis Infiltrat

2. Mengetahui penatalaksanaan dan komplikasi Apendisitis Infiltrat

3. Edukasi tentang penyakit ke pasien dan keluarga

4. Motivasi untuk dilakukan tindakan operasi

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio :

1. Subyektif :

a. Keluhan Utama :

Nyeri perut kanan bawah sejak 4 hari SMRS

b. Keluhan Tambahan :

Demam, mual, muntah, makan tidak mau, tidak BAB 2 hari SMRS, lemas, pucat

c. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke IGD RSD Kolonel Abundjani Bangko dengan keluhan nyeri perut

kanan bawah sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri awalnya dirasakan pada

uluhati kemudian berpindah pada perut bagian kanan bawah. Nyeri dirasakan semakin

bertambah. Keluhan juga disertai dengan demam, mual dan muntah. Pasien juga tidak

mau makan, lemas dan pucat. Pasien juga mengeluh sudah 2 hari tidak BAB. BAK

tidak ada keluhan. Pasien berobat ke dokter 24 jam kemudian dirujuk ke RS.

2. Objektif :

Pemeriksaan Fisik :

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Composmentis

Nadi : 88 x/menit

Frekuensi pernapasan : 20 x/menit

Suhu : 38,5 °c

Berat Badan : 33 Kg

Tinggi Badan : 130 cm

IMT : 19,5

Page 5: PORTOFOLIO apendisitis

Gizi : normal

Kepala : dalam batas normal

Mata : Edema palpebra (-/-), Conjuntiva Anemic (-/-), Sklera Ikteric (-/-),

pupil isokor, refleks cahaya (+/+), pergerakan mata kesegala arah baik.

Telinga, hidung, tenggorokan : dalam batas normal

Leher : dalam batas normal

Thorax : jantung dan paru dalam batas normal

Abdomen : I : Datar, warna kulit sama dengan sekitar.

P : Lemas, nyeri tekan dan nyeri lepas pada titik Mc Burney (+), Defans

muskular (-), Rovsing Sign (+).

P : Timpani pada seluruh abdomen, nyeri ketok (+) di regio sekitar umbilikus

dan regio kanan bawah.

A : Bising usus (+) normal

Pemeriksaan Khusus : Psoas sign (+), Obturator Sign (+).

Genital : tidak diperiksa

Anus : tidak diperiksa

Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-), edema (-).

Pemeriksaan Penunjang :

Hasil laboratorium

Hb : 11,8 g/dl

Ht : 34 %

Trombosit : 150.000/uL

Leukosit : 14.000/uL

LED : 30

Urinalisa :

- Protein : (-)

- Reduksi : (-)

- Urobilin : (-)

- Urobilinogen : (-)

- Bilirubin : (-)

- Sedimen :

Page 6: PORTOFOLIO apendisitis

- Eritrosit : 0-1 sel/lpb

- Leukosit : 1-2 sel/lpb

3. Assessment (Penalaran Klinis) :

Definisi :

Apendisitis adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada apendiks

dan merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui. Menurut

penelitian, epidemiologi menunjukkan kebiasaan makan makanan rendah serat yang

akan mengakibatkan konstipasi dan dapat menimbulkan apendisitis. Hal tersebut akan

meningkatkan tekanan intra sekal, sehingga timbul sumbatan fungsional appendiks

dan meningkatkan pertumbuhan kuman flora pada kolon.

Epidemiologi :

Apendisitis merupakan kedaruratan bedah paling sering di Negara-negara

Barat. Namun dalam tiga-empat dasawarsa terakhir kejadiannya menurun secara

bermakna. Hal ini diduga disebabkan oleh meningkatnya penggunaan makan berserat

dalam menu sehari-hari. Apedisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada

anak kurang dari 2 tahun jarang dilaporkan. Apendisitis paling sering dijumpai pada

usia 20-30 tahun, setelah umur 30 tahun insiden apendisitis mengalami penurunan

jumlah. Insidens pada laki-laki2 dan perempuan umumnya sebanding, kecuali pada

umur 20-30 tahun, insidens laki-laki lebih sering. Penyakit ini jarang ditemukan pada

usia yang sangat muda atau orang tua, dikarenakan bentuk anatomis apendiks yang

berbeda pada usia tersebut.

Etiologi :

Apendisitis akut dapat disebabkan oleh beberapa sebab terjadinya proses

radang bakteria yang dicetuskan oleh beberapa faktor pencetus diantaranya

Hiperplasia jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks, dan cacing askaris yang

menyumbat.2-4 Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendisitis ialah erosi

mukosa apendiks karena parasit seperti E. histolytica.4 Ulserasi mukosa merupakan

tahap awal dari kebanyakan penyakit ini. namun ada beberapa faktor yang

mempermudah terjadinya radang apendiks, diantaranya : 2

a. Faktor sumbatan

Page 7: PORTOFOLIO apendisitis

Faktor obstruksi merupakan faktor terpenting terjadinya apendisitis (90%) yang

diikuti oleh infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh hyperplasia jaringan

lymphoid sub mukosa, 35% karena stasis fekal, 4% karena benda asing dan sebab

lainnya 1% diantaranya sumbatan oleh parasit dan cacing. Obsrtruksi yang

disebabkan oleh fekalith dapat ditemui pada bermacam-macam apendisitis akut

diantaranya ; fekalith ditemukan 40% pada kasus apendisitis kasus sederhana,

65% pada kasus apendisitis akut ganggrenosa tanpa ruptur dan 90% pada kasus

apendisitis akut dengan ruptur.2

b. Faktor Bakteri

Infeksi enterogen merupakan faktor pathogenesis primer pada apendisitis akut.

Adanya fekolith dalam lumen apendiks yang telah terinfeksi memperburuk dan

memperberat infeksi, karena terjadi peningkatan stagnasi feses dalam lumen

apendiks, pada kultur didapatkan terbanyak ditemukan adalah kombinasi antara

Bacteriodes fragililis dan E.coli, lalu Splanchicus, lacto-bacilus, Pseudomonas,

Bacteriodes splanicus. Sedangkan kuman yang menyebabkan perforasi adalah

kuman anaerob sebesar 96% dan aerob<10%.2

c. Kecenderungan familiar

Hal ini dihubungkan dengan tedapatnya malformasi yang herediter dari organ,

apendiks yang terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak baik dan letaknya yang

mudah terjadi apendisitis. Hal ini juga dihubungkan dengan kebiasaan makanan

dalam keluarga terutama dengan diet rendah serat dapat memudahkan terjadinya

fekolith dan mengakibatkan obstruksi lumen.2

d. Faktor ras dan diet

Faktor ras berhubungan dengan kebiasaan dan pola makanan sehari-hari. Bangsa

kulit putih yang dulunya pola makan rendah serat mempunyai resiko lebih tinggi

dari Negara yang pola makannya banyak serat. Namun saat sekarang, kejadiannya

terbalik. Bangsa kulit putih telah merubah pola makan mereka ke pola makan

tinggi serat. Justru Negara berkembang yang dulunya memiliki tinggi serat kini

beralih ke pola makan rendah serat, memiliki resiko apendisitis yang lebih tinggi.2

Patofisiologi :

Obstruksi lumen Appendiks adalah titik awal munculnya gangren atau

perforasi appendisitis.2 Pada beberapa kasus appendisitis yang dini lumen appendiks

masih utuh walaupun sudah ada inflamasi mukosa dan hiperplasia limfoid.2,3

Page 8: PORTOFOLIO apendisitis

Agen infeksi akan mengawali respon inflamasi pada lumen appendiks yang

sempit sehingga timbul obstruksi luminal. Obstruksi dengan sekresi mukosa yang

terus menerus dan eksudat inflamasi akan meningkatkan tekanan intraluminal, ini

akan menghambat aliran limfa.2

Mukosa dari appendiks mempunyai sifat khusus dimana ia masih dapat

menghasilkan sekresi pada tekanan yang tinggi sehingga distensi dari lumen akan

terus meningkat. Distensi ini akan merangsang ujung saraf viseral yang mensarafi

appendiks sehingga muncul nyeri. Nyeri awalnya dirasakan pada umbilikal dan

kwadran bawah epigastrium dengan nyerinya yang tumpul dan difus. Nyeri ini

dirasakan pada umbilikal karena persarafan appendiks berasal dari Thorakal 10 yang

lokasinya pada umbilikal. Maka nyeri pada umbilikal merupakan suatu Reffered

Pain.2,3

Distensi dari appendiks juga akan meningkatkan peristalsis usus sehingga

menimbulkan nyeri kolik. Distensi appendiks dengan mukus ini dikenali dengan

Mucocele Appendiks. Selain faktor-faktor ini kuman komensal dalam appendiks yang

bermultiplikasi juga akan meningkatkan distensi dari appendiks. Pada kondisi ini

resolusi dapat terjadi dengan spontan atau dengan antibiotik. Apabila penyakitnya

berlanjut, distensi appendiks yang semakin bertambah ini akan menyebabkan

obstruksi vena dan iskemia pada dinding appendiks.2,3

Tekanan dalam lumen yang semakin meningkat akan meningkatkan tekanan

vena dan menyebabkan oklusi venula dan kapiler, tetapi aliran arteriol tidak terganggu

sehingga akan menimbulkan kongesti vaskular appendiks. Kongesti ini akan

menimbulkan refleks nausea dan muntah diikuti dengan nyeri viseral ynag semakin

meningkat.3

Selanjutnya apabila serosa dari appendiks mulai terganggu ,diikuti dengan

kehadiran Muscularis Hiatus dan peritonitis lokal, akan menimbulkan gejala nyeri alih

ke kuadran kanan bawah. Bila invasi dari bakteri bertambah dalam, akan muncul

gejala-gejala demam, takikardia dan leukositosis akibat absorbsi toxin bakteri dan

produk dari jaringan yang mati.3

Peritonitis merupakan komplikasi yang sangat dikwatirkan pada appendisitis

akut. Peritonitis terjadi akibat migrasi bebas bakteri melalui dinding appendiks yang

iskemik, perforasi gangren appendiks atau melalui abses appendiks yang lanjut.

Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya peritonitis adalah usia lanjut,

immunosupresi, diabetes mellitus, obstruksi fecalit pada lumen appendiks, pelvic

Page 9: PORTOFOLIO apendisitis

appendic dan riwayat operasi abdomen, karena ini mengurangi kemampuan omentum

untuk menutupi penyebaran kontaminan peritonitis. Pasien dengan faktor-faktor di

atas lebih mudah mengalami perburukan klinis yang berakhir dengan peritonitis

diffuse dan Sindroma Septik Sistemik.3

Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna, tetapi akan

membentuk jaringan parut yang menyebabkan perlengketan dengan jaringan

sekitarnya. Perlengketan ini dapat menimbulkan keluhan berulang di perut kanan

bawah. Pada suatu ketika organ ini dapat meradang akut lagi dan dinyatakan sebagai

mengalami eksaserbasi akut.4 Adapun Tahapan peradangan apendiks:2

a. Apendisitis Akut Katarhalis

Bila terjadi obstruksi, sekresi mukosa menumpuk dalam lumen apendiks, terjadi

peninggian tekanan dalam lumen, tekanan ini mengganggu aliran limfe, mukosa

apendiks jadi menebal, edem dan kemerahan. Pada apendiks edema mukosa ini

mulai terlihat dengan adanya luka-luka kecil pada mukosa.2

b. Apendisitis Akut Purulenta

Tekanan dalam lumen yang terus bertambah yang disertai edema, menyebabkan

terbendungnya aliran vena pada dinding apendiks dan menimbulkan thrombus.

Hal ini akan memperberat iskemik dan edema pada apendiks. Bakteri yang dalam

normal terdapat di daerah ini berinvasi ke dalam dinding, menimbulkan infeksi

serosa, sehingga serosa jadi suram, karena dilapisi eksudat dan fibrin. Karena

infeksi akan terbentuk nanah terjadi peritonitis lokal.2

c. Apendisitis Akut Gangrenosa

Bila tekanan dalam lumen terus bertambah, aliran darah arteri mulai terganggu

terutama bagian ante mesentrial yang peredarannya paling minimal, hingga

terjadi infrak dan ganggren.2

d. Apendisitis Perforata

Bila apendiks yang sudah ganggren itu pecah, terjadilah perofasi.2

e. Apendisitis Infiltrat yang Fixed

Perforasi yang terjadi pada daerah ganggren sehingga nanah dan produksi infeksi

mengalir ke dalam rongga perut dan menyebabkan peritonitis generalisata serta

abses sekunder. Bila mekanisme pertahanan tubuh cukup baik, tubuh berusaha

melokalisir tempat infeksi tersebut dengan cara membentuk “walling off” oleh

Page 10: PORTOFOLIO apendisitis

omentum, usus halus, sekum, kolon dan peritoneum, yaitu membentuk gumpalan

masa phlegmon yang melekat erat satu dengan yang lainnya. Dalam keadaan ini

tubuh berhasil melokalisir daerah infeksi secara sempurna.2

f. Apendisitis Abses

Bila masa lokal yang terbentuk berisi nanah.2

g. Apendsitis Kronis

Jika apendisitis infiltrat menyembuh dengan adanya gejala hilang timbul.2

Manifetasi Klinis :

Secara klasik, apendisitis memberikan manifestasi klinis seperti:1

a. Nyeri pada periumbilical kemudian menyebar ke kuadran kanan bawah. Nyeri

bersifat viseral, berasal dari kontraksi apendiks atau distensi dari lumen. Biasanya

disertai dengan adanya rasa ingin defekasi atau flatus. Nyeri biasanya ringan,

seringkali disertai kejang dan jarang menjadi permasalahan. Jika inflamasi telah

menyebar di permukaan peritonium parietal, nyeri menjadi somatik, berlokasi di

kuadran kanan bawah. Gejala ini ditemukan pada 80% kasus. Biasanya pasien

berbaring, melakukan fleksi pada pinggang, serta mengangkat lututnya untuk

mengurangi pergerakan dan menghindari nyeri yang semakin parah.1

b. Anoreksia sering terjadi. Mual dan muntah terjadi pada 50-50% kasus.1

c. Abdominal tenderness, khususnya pada regio appendiks. Sebanyak 96% terdapat

pada kuadran kanan bawah akan tetapi ini merupakan gejala nonspesifik. Nyeri

pada kuadran kiri bawah ditemukan pada pasien dengan situs inversus atau yang

memiliki apendiks panjang. Gejala ini tidak ditemukan apabila terdapat apendiks

retrosekal atau apendiks pelvis, dimana pada pemeriksaan fisiknya terdapat

tenderness pada panggul atau rectal atau pelvis. Kekakuan dan tenderness dapat

menjadi tanda adanya perforasi dan peritonitis terlokasir atau difus.1

d. Demam ringan, dimana temperatur tubuh berkisar antara 37,5-38,5oC tetapi suhu

diatas 38,5oC menandakan adanya perforasi.1

e. Peningkatan jumlah leukosit. Leukosit lebih dari 20.000 sel/µL menandakan

adanya perforasi.1

Diagnosis Banding

a. Gastroenteritis

Terjadi mual, muntah, diare mendahului rasa sakit. Sakit perut lebih ringan dan

terbatas tegas. Hiperperistaltis sering ditemukan. Panas dan leukosit kurang

Page 11: PORTOFOLIO apendisitis

menonjol dibandingkan apendisitis akut. Pada pemeriksaan laboratorium biasanya

didapatkan hasil normal.4

b. Limfedenitis Mesenterika

Biasanya didahului oleh enteritis atau gastroenteritis ditandai dengan sakit perut,

terutama kanan disertai dengan perasaan mual, nyeri tekan, perut samar terutama

kanan.4

c. Demam Dengue

Dapat dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis. Di sini didapatkan hasil positif

untuk Rumple Leed, trombositopeni, hematokrit yang meningkat.4

d. Infeksi Panggul

Salpingitis akut kanan sering dikacaukan dengan apendisitis akut. Suhu biasanya

lebih tinggi daripada apendisitis dan nyeri perut bagian bawah lebih difus. Infeksi

panggul pada wanita biasanya disertai keputihan dan infeksi urin. Pada gadis

dapat dilakukan pemeriksaan melalui dubur jika perlu untuk diagnosis banding.

Rasa nyeri pada pemeriksaan melalui vagina jika uterus diayunkan.4

e. Gangguan alat kelamin perempuan

Folikel ovarium yang pecah dapat memberikan nyeri perut kanan bawah pada

pertengahan siklus menstruasi. Tidak ada tanda radang dan nyeri biasa hilang

dalam waktu dalam 24 jam, tetapi mungkin dapat mengganggu selama dua hari,

pada anamnesis nyeri yang sama pernah timbul lebih dahulu.4

f. Kehamilan di luar kandungan

Hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan tidak yang tidak

menentu. Jika ada ruptur tuba, abortus kehamilan di luar rahim disertai

pendarahan maka akan timbul nyeri mendadak difus di pelvis dan bisa terjadi

syok hipovolemik. Nyeri dan penonjolan rongga Douglas didapatkan pada

pemeriksaan vaginal dan pada kuldosintesis didapatkan darah.4

g. Intussusception

Apendisitis jarang pada umur di bawah 2 tahun sedangkan hampir seluruh

Intususception idiopatik terjadi di bawah umur 2 tahun.7

h. Ulkus Peptikum yang Perforasi

Ini sangat mirip dengan apendisitis jika isi gastroduodenum terbalik mengendap

turun ke daerah usus bagian kanan (Saekum).7

Page 12: PORTOFOLIO apendisitis

i. Batu Ureter

Jika diperkirakan mengendap dekat apendiks, ini menyerupai apendisitis

retrocecal. Nyeri menjalar ke labia, scrotum, atau penis, hematuria dan / atau

demam atau leukosotosis. Pielography biasanya untuk mengkofirmasi diagnosa.2,7

Penatalaksanaan :

Apendektomi langsung dilakukan ketika diagnosis apendisitis ditegakkan.

Antibiotik biasanya diberikan juga segera setelah diagnosis ditegakkan. Apendektomi

harus dilengkapi dengan pemberian antibiotik intravena. Pemberian antibiotik

terutama pada apendisitis perforasi dan diteruskan hinga suhu tubuh dan hitung

jenisnya sudah kembali normal. Pemberian antibiotik ini dapat menurunkan angka

kematian.1,8

Beberapa pasien yang mengalami inflamasi dan infeksi ringan serta

terlokalisasi pada daerah yang kecil, tubuhnya dapat menyelesaikan inflamasi

tersebut. Pasien seperi ini tidakterlalu sakit dan mengalami kemajuan setelah beberapa

hari observasi. Apendisitis ini disebut apendisitis terbatas dan dapat ditata laksana

dengan antibiotik saja. Apendiks dapat diangkat segera atau beberapa saat setelahnya.1

Jika tata laksana terlambat dan rupture telah terjadi untuk beberapa hari bahkan

beberapa minggu, abses biasanya telah terbentuk dan perforasi dapat sudah menutup.

Jika abses kecil, dapat ditatalaksana dengan antibiotik, tetapi biasanya abses

memerlukan drainase. Tabung kecil dari plastik atau karet dimasukkan lewat kulit ke

dalam abses dengan bantuan USG atau CT yang menunjukan lokasi abses. Tabung

tersebut mengeluarkan pus ke luar tubuh. Apendiks dapat diangkat beberapa minggu

atau bulan setelah abses dikeluarkan. Ini disebut interval apendektomi dan dilakuakan

untuk mencegah serangan apendisitis berikutnya.1

Insisi sepanjang 2-3 inchi dibuat pada kulit dan lapisan dinding perut diatas

area apendiks yaitu pada kuadran kanan bawah abdomen. Setelah insisi dibuat ahli

bedah akan melihat daerah sekitar apendiks, apakah ada masalah lain selain

apendisitis, ika tidak ada, apendiks akan diangkat. Pengangkatan apendiks dilakukan

dengan melepaskan apendiks dari perlekatannya dengan mesenterium abdomen dan

kolon, menggunting apendiks dari klon, dan menjahit lubang pada kolon tempat

apendiks sebelumnya. Jika ada pus, pus akan didrainase. Insisi tersebut lalu dijahit

dan ditutup.1,8

Page 13: PORTOFOLIO apendisitis

Teknik terbaru yang dapat dilakukan pada pengangkatan apendiks adalah

dengan laparoskopi. Laparoskopi adalah rosedur pembedahan dengan fiberoptik yang

dimasukkan ke dalam abdomen melalui insisikecilyang dibuat pada dinding abdomen.

Laparoskopi dapat dilakukan untuk melihat langsung apendiks, serta organ abdomen

lain dan pelvis. Jika apendisitis ditemukan, apendiks dapat langsung diangkat melalui

insisi kecil tersebut. Laparoskopi dilakukan dengan anestesi general. Keuntungannya

setelah operasi, nyerinya aka lebih sedikit karena insisinya lebih kecil serta pasien

dapat kembali beraktivitas lebih cepat. Keuntungan lain adalah denan laparoskopi ini

ahli bedah dapat melihat abdomen trlebih dahulu jika diagnosis apendisitis diragukan.

Sebagai contoh, pada wanita yang menstruasi dengan rupture kista ovarium yang

gejalanya mirip apendisitis.1,8

Jika apendiks tidak ruptur, pasien dapat pulang dalam 1-2 hari, jika terdapat

perforasi, perawatan dapat berlangung selama 4-7 hari, terutama jika terjadi

peritonitis. Antibiotik intravena dapat diberikan untuk mengobati infeksi dan

membantu penyembuhan abses.1

Jika saat pembedahan, dokter menemukan apendiks yan terlihat normal, dan tidak ada

penyebab lain dari masalah pasien, lebih baik mengangkat apendiks yang terlihat

normal tersebut daripada melewatkan apendisitis yang awal atau kasus apendisitis

yang ringan.1

Komplikasi Apendisitis

a. Perforasi

Perforasi disebabkan keterlambatan penanganan terhadap paslen apendisitis akut.

Perforasi disertai dengan nyeri yang lebih hebat dan demam tinggi (sekitar 38,3

0C). Biasanya perforasi tidak terjadi pada 12 jam pertama. Pada apendiktektomi

yang dilakukan pada pasien usia kurang dari 10 tahun dan lebih dari 50 tahun,

ditemukan 50 % nya telah mengalami perforasi. Akibat perforasi ini sangat

bervariasi mulai dari peritonitis umum, sampai hanya berupa abses kecil yang

tidak akan mempengaruhi manifestasi kliniknya.2,4

b. Peritonitis

Peritonitis lokal dapat disebabkan oleh mikroperforasi sementara peritonitis

umum dikarenakan telah terjadinya perforasi yang nyata. Bertambahnya nyeri dan

kekakuan otot, ketegangan abdomen dan adinamic ileus dapat ditemui pada

pasien apendisitis dengan perforasi.2,4

Page 14: PORTOFOLIO apendisitis

c. Apendikal abses (massa apendikal)

Perforasi yang bersifat lokal dapat terjadi saat infeksi periapendikal diliputi oleh

omentum dan viseral yang berdekatan. Manifestasi kliniknya sarna dengan

apendisitis biasa disertai dengan ditemukannya massa di kwadran kanan bawah.

Pemeriksaan USG dan CT scan bermanfaat untuk menegakan diagnosis.2,4

d. Pielofleblitis

Pielofleblitis adalah trombofleblitis yang bersifat supuratif pada sistem vena

portal. Dernam tinggi, menggigil, ikterus yang samar-samar, dan nantinya dapat

ditemukan abses hepar, merupakan pertanda telah tetjadinya komplikasi ini.

Pemeriksaan untuk menemukan trombosis dan udara di vena portal yang paling

baik adalah CT scan.2,4

Pada beberapa keadaan apendisitis akut agak sulit di diagnosis sehingga tidak

ditangani pada waktunya dan terjadi kornplikasi misalnya:2

a. Pada anak, biasanya diawali dengan rewel, tidak mau makan, tidak bisa

melukiskan nyerinya, sehingga dalam beberapa jam kemudian terjadi muntah-

muntah, lemah dan letargi. Gejala ini tidak khas pada anak sehingga apendisitis

diketahui setelah terjadi komplikasi.2

b. Pada wanita hamil, biasanya keluhan utamanya adalah nyeri perut mual dan

muntah. Pada wanita hamil trimester pertama juga terjadi mual muntah. Pada

kehamilan lanjut sekum dengan apendiks terdorong ke kraniolateral sehingga

keluhan tidak dirasakan di perut kanan bawah tetapi ke regio lumbal kanan.2

c. Pada usia lanjut, gejalanya sering samar-samar sehingga sering terjadi terlambat

diagnosis. Akibatnya lebih dari separuh penderita yang datang mengalami

perforasi.2

Prognosis :

Dengan diagnosis yang akurat serta pembedahan, tingkat mortalitas dan morbiditas

penyakit ini sangat kecil. Keterlambatan diagnosis akan meningkatkan morbiditas dan

mortalitas bila terjadi komplikasi. Serangan berulang dapat terjadi apabila apendiks

tidak diangkat.

Page 15: PORTOFOLIO apendisitis

Plan :

Diagnosis : Apendisitis Infiltrat

Pengobatan :

Non-Farmakologi :

Diet bubur, makanan tidak berserat

Farmakologi :

Ceftazidime inj. 2 x 500 mg

Metronidazol infus 2 x 250 mg

Ketorolac inj. 3 x 10 mg

Ranitidin inj. 2 x ½ amp

Dilakukan evaluasi selama 2-3 hari jika peradangan sudah tenang dilakukan

operasi apendektomi.

Pendidikan : dilakukan kepada pasien dan keluargannya untuk membantu

proses penyembuhan dan pemulihan. Pemberian edukasi untuk dilakukan

evaluasi dengan pemberian obat terlebih dahulu selama 2-3 hari jika tanda

peradangan sudah tenang dilakukan operasi apendektomi.

Konsultasi : dilakukan secara rasional perlunya konsultasi dengan dokter

spesialis bedah.