17
APENDIKSITIS A. TEORI I. PENGERTIAN - Apendiksitis adalah peradangan apendik yang mengenai semua lapisan dinding organ tersebut (Price,2005) - Apendiksitis adalah inflamasi pada kuadran kanan bawah dari rongga abdomen (Smeltzer & Barre, 2001) Apendiksitis merupakan peradangan pada apendik periformil,yaitu saluran kecil yang mempunyai diameter sebesar pensil dengan panjang 2-6 inci. Lokasi apendik pada daerah illiaka kanan,dibawah katup illiocaecal,tepatnya pada dinding abdomen dibawah titik Mc burney. II. PATOFISIOLOGI a. Etiologi Apendiksitis disebabkan oleh penyumbatan lumen appendik oleh hyperplasia Folikel lympoid Fecalit, benda asingstriktur karena Fibrasi karena adanya peradangan sebelumnya atau neoplasma.Obstruksi tersebut menyebabkan mucus yang memproduksi mukosa mengalami bendungan.Namun elastisitas dinding appendik mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan

Apendisitis Edit

Embed Size (px)

DESCRIPTION

for download

Citation preview

Page 1: Apendisitis Edit

APENDIKSITIS

A. TEORI

I. PENGERTIAN

- Apendiksitis adalah peradangan apendik yang mengenai semua

lapisan dinding organ tersebut (Price,2005)

- Apendiksitis adalah inflamasi pada kuadran kanan bawah dari rongga

abdomen (Smeltzer & Barre, 2001)

Apendiksitis merupakan peradangan pada apendik periformil,yaitu

saluran kecil yang mempunyai diameter sebesar pensil dengan panjang 2-6

inci. Lokasi apendik pada daerah illiaka kanan,dibawah katup

illiocaecal,tepatnya pada dinding abdomen dibawah titik Mc burney.

II. PATOFISIOLOGI

a. Etiologi

Apendiksitis disebabkan oleh penyumbatan lumen appendik oleh

hyperplasia Folikel lympoid Fecalit, benda asingstriktur karena Fibrasi

karena adanya peradangan sebelumnya atau neoplasma.Obstruksi

tersebut menyebabkan mucus yang memproduksi mukosa mengalami

bendungan.Namun elastisitas dinding appendik mempunyai

keterbatasan sehingga menyebabkan tekanan intra lumen.Tekanan

yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang akan

menyebabkan edema dan ulserasi mukosa.Pada saat inilah terjadi

Apendiksitis akut lokal yang ditandai oleh adanya nyeri epigastrium.

b. Proses Terjadinya

Adanya penyumbatan lumen apendik oleh fokalit, benda asing dan

infeksi bakterial menyebabkan obstruksi. Obstruksi tersebut

menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan.

Semakin lama mukus itu semakin banyak, namun elastisitas dinding

appendik mempunyai keterbatasan sehingga dapat menekan dinding

apendik. Tekanan mengakibatkan udema pada apendik yang

menimbulkan demam, apendik yang meradang menimbulkan nyeri

Page 2: Apendisitis Edit

pada perut kuadran kanan bawah (titik Mc.Burney). Apabila kuman

telah menyebar ke usus dapat mengiritasi usus sehingga terjadi

peningkatan produk secretonik termasuk mukus. Iritasi mikroba juga

mempengaruhi pergerakan usus sehingga terjadi penurunan peristaltik

usus dan menyebabkan konstipasi. Apabila kuman menyebar ke

umbilikus dan menimbulkan rangsangan nyeri hebat sehingga dapat

merangsang pusat muntah, anoreksia dan perasaan eneg. Appendik

yang meradang segera dilakukan prosedur pembedahan agar infeksi

tidak menyebar.

c. Manifestasi Klinis

Keluhan apendiksitis biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilikus

atau periumbilikus yang berhubungan dengan muntah. Dalam 2-12 jam

nyeri akan beralih kekuadran kanan bawah, yang akan menetap dan

diperberat bila berjalan atau batuk. Terdapat juga keluhan anoreksia,

malaise, dan demam yang tidak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat

konstipasi, tetapi kadang-kadang terjadi diare, mual, dan muntah.

Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen yang

menetap. Namun dalam beberapa jam abdomen kanan bawah akan

semakin progresif, dan dengan pemeriksaan seksama akan dapat

ditunjukkan satu titik dengan nyeri maksimal. Perkusi ringan pada

kuadran kanan bawah dapat membantu menentukan lokasi nyeri. Nyeri

lepas dan spasme biasanya juga muncul. Bila tanda rovsing, psoash,

dan obturator positif, akan semakin meyakinkan diagnosis klinis

apendiksitis.

d. Komplikasi

- Perforasi dengan pembentukan abses

- Peritonitis generalisata

- Pieloflebitis dan abses hati (tapi jarang).

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan fisik lengkap

2. Pemeriksaan Laboratorium (darah lengkap)

Page 3: Apendisitis Edit

3. Sinar X abdomen dapat menyatakan adanya pengerasan material pada

apendik (Fekalit), ileus terlokalisasi

4. Ultrasonografi dilakukan bila telah terjadi infiltrat apendiku lari

5. Pemeriksaan colok dubur : pada wanita untuk membedakan antara

appendiksitis dengan penyakit radang panggul

IV. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Pembedahan (apendiktomi)

2. Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan selesai

dilakukan

3. Analgetik

PENATALAKSANAAN PRAOPERATIF

1. Perawat menyiapkan pasien untuk pembedahan

2. Infus IV digunakan untuk meningkatkan fungsi ginjal dan

menggantikan cairan yang telah hilang

3. Aspirin diberikan untuk mengurangi peningkatan suhu tubuh

4. Terapi antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi

5. Apabila terdapat bukti atau kemungkina terjadi ileus paralitik selang

nasogastrik dapat dipasang

PENATALAKSANAAN PASCAOPERATIF

1. Pasien ditempatkan pada posisi semi fowler

2. Opioid biasanya sulfat morfin diberikan untuk menghilangkan nyeri

3. Cairan Peroral diberikan bila pasien dapat mentoleransi

4. Observasi TTV untuk mengetahui terjadinya pendarahan, syok,

hipertensi

5. Hari pertama Post Operasi diajaurkan miring kekanan dan kekiri secara

bertahap

6. Pada hari ketiga post operasi dilakukan perawatan luka

Page 4: Apendisitis Edit

B. ASUHAN KEPERAWATAN APENDIKSITIS

PENGKAJIAN

Pre Operasi

1. Data Subyektif

a. Pasien mengeluh lemah

b. Pasien mengatakan susah BAB (Konstipasi)/Diare

c. Pasien mengeluh tidak nafsu makan

d. Pasien mengeluh mual bahkan muntah

e. Pasien mengeluh nyeri di abdomen (sekitar epigastrum dan umbilikus)

f. Pasien mengatakan kurang paham tentang penyakitnya

2. Data Obyektif

a. Takikardi

b. Distensi abdomen

c. Nyeri tekan/ lepas

d. Kekakuan abdomen

e. Penurunan bising usus

f. Demam

g. Takipneu

h. Meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi

kaki kanan/ posisi duduk tegak

i. Pasien tampak bertanya-tanya tentang penyakitnya

Post Operasi

1. Data Subyektif

a. Pasien mengatakan nyeri pada daerah luka operasi

b. Pasien mengatakan nyeri bertambah saat badannya digerakkan

c. Pasien mengatakan sebagaian kebutuhan dibantu oleh keluarga

2. Data Obyektif

a. Pasien tampak kesakitan dan meringis

b. Terdapat luka bekas operasi diperut kanan bawah

c. Pasien tampak lemah dan hanya berbaring di tempat tidur

Page 5: Apendisitis Edit

DIAGNOSA KEPERAWATAN

PRE OPERASI

1. Nyeri Akut

Dapat dihubungkan dengan :

- Distensi jaringan usus oleh inflamasi

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Dapat dihubungkan dengan :

- Mual muntah

- Disfungsi usus

- Abnormalitas metabolik

- Peningkatan kebutuhan metabolik

3. Kekurangan volume cairan

Dapat dihubungkan dengan :

- Perpindahan cairan dari ekstraseluler, intravaskuler, dan area

interstisial kedalam usus atau area peritoneal

- Muntah

- Demam

4. Peningkatan suhu tubuh

Dapat dihubungkan dengan :

- Proses inflamasi

5. Kurang pengetahuan

Dapat dihubungkan dengan :

- Kurang informasi

POST OPERASI

1. Nyeri Akut

Dapat dihubungkan dengan :

- Trauma jaringan dan spasme otot sekunder terhadap pembedahan

2. Resiko Tinggi Infeksi

Dapat dihubungkan dengan :

- Tempat masuknya organisme sekunder akibat pembedahan

Page 6: Apendisitis Edit

3. Intoleransi Aktivitas

Dapat dihubungkan dengan :

- Kelemahan akibat efek pasca pembedahan

PERENCANAAN

Perencanaan merupakan tahap ketiga dalam proses keperawatan yang terdiri dari

prioritas diagnosa keperawatan dan rencana keperawatan. Prioritas berdasarkan

berat ringannya masalah yaitu :

Pre Operasi :

1. Nyeri akut

2. Peningkatan suhu tubuh

3. Kekurangan volume cairan

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

5. Kurang pengetahuan

Post Operasi :

1. Nyeri akut

2. Resti infeksi

3. Intoleransi aktivitas

Rencana keperawatan berdasarkan prioritas masalah (Dongeos,1999 &

Carpenito,1998)

PRE OPERASI

1. Nyeri akut

Tujuan : Nyeri hilang/terkontrol

Kriteria hasil : pasien tampak rileks, nadi dalam batas normal

(60-100x/menit), pasien tampak tidak kesakitan, skala nyeri berkurang

Tindakan :

a. Kaji skala nyeri, catat lokasi, karakteristik

R/ : Perubahan karakteristik nyeri menunjukan terjadinya

abses/peritonitis, memerlukan upaya evaluasi medik dan intervensi

b. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi

Page 7: Apendisitis Edit

R/ : Meningkatkan relaksasi dan dapat meningkatkan kemampuan

koping

c. Pertahankan istirahat dengan posisi semifowler

R/ : Menghilangkan tegangan abdomen yang terlambat dengan posisi

terlentang

d. Kolaborasi dalam pemberian analgetik

R/ : Menghilangkan nyeri

2. Peningkatan suhu tubuh

Tujuan : Suhu tubuh dalam batas normal

Kriteria hasil : Tidak terjadi peningkatan suhu, pasien tidak teraba panas.

Tindakan :

a. Pantau suhu pasien, perhatikan menggigil atau diaphoresis

R/ : Suhu 38,5 derajat – 41 derajat C menunjukkan adanya infeksius

akut.

b. Berikan kompres hangat

R/ : Teknik Induksi (Kompres) mampu memindahkan panas sehingga

demam akan berkurang.

c. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik

R/ : Digunakan untuk mengurangi demam dipusatnya yaitu

hypothalamus.

3. Kekurangan volume cairan

Tujuan : Keseimbangan cairan adekuat

Kriteria hasil : Kelembaban mukosa, turgor kulit baik, TTv stabil, haluan

urine adekuat

Tindakan :

a. Observasi tekana darah dan nadi

R/ : membantu mengidentifikasi fluktuasi volume intravaskuler.

b. Lihat membran mukosa, kaji turgor kulit dan pengisian kapiler

R/ : merupakan indicator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi

seluler.

Page 8: Apendisitis Edit

c. Kolaboratif dalam pemberian cairan IV

R/ : Peritonium bereaksi terhadap iritasi / infeksi dengan menghasilkan

sejumlah besar cairan yang dapat menurunkan volume sirkulasi darah.

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Tujuan : Nutrisi adekuat

Kriteria hasil : Meningkatkan pemasukan makanan agar muntah hilang

dan nafsu makan meningkat.

Tindakan :

a. Anjurkan makan dengan porsi kecil tapi sering.

R/ : Dapat mengurangi malabsorbsi & distensi

b. Hindarkan makanan yang merangsang

R/ : Karena dapat meningkatkan sekresi asam lambung dan

menimbulkan mual

c. Pantau adanya muntah / diare

R/ : Dapat menjadi indikator terjadi perubahan nutrisi

5. Kurang pengetahuan

Tujuan : Pengetahuan pasien tentang penyakit bertambah

Kriteria hasil : menyatakan pemahaman tentang proses terjadinya

penyakit, pengobatan/ tindakan dan aplikasi .

Tindakan :

a. Kaji tingkat pengetahuan pasien

R/ : Untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengetahuan pasien

b. Beri penjelasan tentang proses penyakit, dan tindakan yang akan

dilakukan

R/ : Diharapkan pemahaman tentang penyakit bertambah sehingga

pasien lebih kooperatif

c. Evaluasi kembali pemahaman pasien

R/ : Untuk mengetahui seberapa besar pemahaman pasien setelah

diberikan penjelasan

Page 9: Apendisitis Edit

POST OPERASI

1. Nyeri akut

Tujuan : Nyeri hilang / terkontrol

Kriteria hasil : Pasien mengatakan nyeri berkurang, skala nyeri berkurang,

pasien tidak merasa nyeri lagi.

Tindakan :

a. Kaji skala nyeri, lokasi, karakteristik

R/: Perubahan karakteristik nyeri menunjukkan terjadinya abses /

peritonitis, memerlukan evaluasi medic dan intervensi.

b. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi

R/ : Dengan distraksi mengalihkan fokus terhadap nyeri dan relaksasi

dapat meningkatkan koping

c. Observasi vital sign

R/ : Respon nyeri meliputi perubahan tekanan darah, nadi,

pernapasan.

d. Kolaborasi dalam pemberian analgetik

R/ : Analgetik bekerja untuk menghilangkan nyeri

2. Resiko nyeri infeksi

Tujuan : Infeksi tidak terjadi

Kriteria hasil : Tanda-tanda infeksi tidak ada, mencapai perubahan luka

tepat waktu, WBC normal (11,00 k/ul), suhu normal, bebas drainepurulen.

Tindakan :

a. Gunakan teknik aseptik dalam perawatan luka.

R/ : Mencegah masuknya organisme dalam setiap tindakan.

b. Observasi tanda-tanda infeksi (kalor, dolor, tumor, fungsiolaesa)

R/ : Untuk mendeteksi secara dini infeksi yang mungkin terjadi.

c. Observasi TTV terutama suhu.

R/ : Peningkatan suhu dapat mengindikasikan terjadinya infeksi

d. Kolaboratif dalam pemberian antibiotik

R/ : Antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi.

3. Intoleransi aktivitas

Tujuan : Pasien dapat beraktivitas secara mandiri

Page 10: Apendisitis Edit

Kriteria hasil : Menunjukan peningkatan aktivitas secara bertahap.

Tindakan :

a. Observasi tingkat kemampuan pasien dalam bentuk beraktivitas

R/: Untuk mengetahui seberapa besar kemampuan pasien beraktivitas

b. Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas secara bertahap

R/ : Meningkatkan kemampuan pasien beraktivitas secara bertahap

sampai tingkat normal

c. Bantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan

R/ : Pasien dapat memenuhi kebutuhannya

d. Dekatkan alat dan keperluan pasien sehingga mudah digapai

R/ : Memudahkan pasien untuk menjangkau dan melatih pasien untuk

memenuhi kebutuhannya secara mandiri

PELAKSANAAN

Pelaksanaan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan oleh perawat dan

klien (Keliat, 1996).

EVALUASI

Evaluasi adalah bagian terakhir dari proses keperawatan (diagnosis, tujuan,

intervensi) harus dievaluasi (Keliat, 1996). Evalusi pada pasien apendiksitis

adalah :

1. Pre Operasi

a. Nyeri hilang atau terkontrol

b. Suhu tubuh normal

c. Keseimbangan cairan adekuat

d. Nutrisi adekuat

e. Pengetahuan bertambah

2. Post Operasi

a. Nyeri hilang atau terkontrol

b. Infeksi tidak terjadi

c. Pasien dapat beraktivitas secara mandiri

Page 11: Apendisitis Edit

DAFTAR PUSTAKA

1. Carpenito, L.J. 1997. Buku Saku Keperawatan. Edisi VI. Jakarta: EGC.

2. Doengoes, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi III. Jakarta: EGC.

Page 12: Apendisitis Edit

APENDIKSITIS

Oleh:

Dewa Ayu Putu Mirah Diana Sari A. 08C10170

Dwi Septia Ningsih 08C10185

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NERSSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) BALI

DENPASAR2010