25
A. ATONIA UTERI 1. Pengertian Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil fundus uteri. Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. Keadaan ini dapat terjadi apabila uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil (masase) fundus uteri. Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uetrus mengalami kegagalan unuk berkontraksi segera setelah bayi lahir. Atonia uteri adalah keadaan dimana lemahnya tonus atau kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir. 2. Etiologi a. Disfungsi uterus : atonia uteri primer merupakan disfungsi instrinsik uterus. b. Penatalaksanaan kala III yang salah. Mencoba mempercepat kala III dengan dorongan dan pemijatan uterus sehingga menggangu mekanisme fisiologi pelepasan plasenta dan dapat menyebabkan pemisahan sebangian plasenta yang mengakibatkan perdarahan.

Perdarahan Postpartum

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dgdreee

Citation preview

Page 1: Perdarahan Postpartum

A. ATONIA UTERI

1. Pengertian

Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah

dilakukan rangsangan taktil fundus uteri.

Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat

berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat

melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. Keadaan ini dapat terjadi apabila

uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil

(masase) fundus uteri.

Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uetrus mengalami kegagalan

unuk berkontraksi segera setelah bayi lahir.

Atonia uteri adalah keadaan dimana lemahnya tonus atau kontraksi rahim

yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari

tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir.

2. Etiologi

a. Disfungsi uterus : atonia uteri primer merupakan disfungsi instrinsik uterus.

b. Penatalaksanaan kala III yang salah. Mencoba mempercepat kala III dengan

dorongan dan pemijatan uterus sehingga menggangu mekanisme fisiologi

pelepasan plasenta dan dapat menyebabkan pemisahan sebangian plasenta

yang mengakibatkan perdarahan.

c. Anestesi yang dalam dan lama menyebabkan terjadinya relaksasi

miometrium yang berlebihan ,kegagalan kontraksi dan retraksi menyebabkan

atonia uteri dan perdarahan postpartum.

d. Kerja uterus sangat kurang efektif selama kala persalinan yang memungkin

besar akan diikuti oleh kontraindikasi serta retraksi miometrium jika dalam

kala III.

e. Overdistensi uterus : uterus yang mengalami distensi secara berlebihan akibat

keadaan bayi yang besar,kehamilan kembar,polihidramnion,cenderung

mempunyai daya kontraksi yang jelek.

f. Kelemahan akibat partus lama : bukan hanya rahim yang lemah,cenderung

berkontraksi lemah setelah melahirkan tetapi juga ibu yang keletihan.

g. Grande-multipara : uterus yang lemah banyak melahirkan anak cenderung

bekerja tidak efesien dalam semua kala persalinan.

Page 2: Perdarahan Postpartum

h. Mioma-uteri : dapat menimbulkan perdarahan dengan mengganggu kontraksi

dan retraksi miometrium uteri.

i. Melahirkan dengan tindakan : keadaan ini mencakup prosedur operatif

seperti forcep dan fresi ekstraksi.

j. Pada saat hamil ,bila terjadi anemia dan tidak tertangani hingga akhir

kehamila maka akan berpengaruh pada saat persalinan / postpartum . Pada

ibu dengan anemia saat melahirkan akan mengalami atonia uteri . Hal ini

disebabkan oksigen yang dikirim ke uterus kurang ,jumlah oksigen dalam

darah yang kurang menyebabkan otot-otot uterus tidak berkontrasi dengan

adekuat sehingga timbul atonia uteri yang mengakibatkan perdarahan yang

banyak.

3. Predisposisi

a. Regangan rahim yang berlebihan karena kehamilan gemeli dan

polihidramnion.

b. Kelelahan karena persalianan lama

c. Persalinan grande multipara

d. Ibu dengan keadaan umum yang jelek,anemis atau menderita penyakit

menahun.

e. Mioma uteri yang menggangu kontraksi rahim.

f. Infeksi intrauterin.

g. Ada riwayat pernah atonia uteri sebelumnya.

4. Patofiologis

Perdarahan postpartum bisa dikendalikan melalui kontraksi dan retraksi serat-

serat miometrium. Kontraksi dan retraksi ini menyebabkan terlipatnya pembuluh-

pembuluh darah sehingga aliran darah ditempat plasenta berhenti kegagalan

mekanisme akibat gangguan fungsi miometrium dinamakan atonia uteri dan

keadaan ini menjadi penyebab utama perdarahan postpartum. Sekalipun pada

kasus perdarahan postpartum kadang-kadang sama sekali tidak disangka atonia

uteri sebagai penyebabnya,hal ini harus waspada terhadap kemungkinan gangguan

tersebut.

5. Komplikasi

Komplikasi pada atonia uteri yaitu perdarahan postpartum primer yang dapat

mengakibatkan syok. Bila terjadi syok yang berat dan pasien selamat dapat terjadi

komplikasi lanjutan yaitu anemia bisa berlangsung berat sampai sepsis. Pada

Page 3: Perdarahan Postpartum

perdarahan yang disertai oleh pembukaan intraveskuler merata dapat terjadi

kegagalan fungsi organ-organ seperti gagal ginjal mendadak.

6. Penanganan

Kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia uteri

Teruskan pemijatan uterus (masase) uterus akan menstimulasi kontraksi

uterus yang menghentikan perdarahan.

Oksitosin dapat diberikan bersamaan atau berurutan.

Jika uterus berkontraksi tapi perdarahan uterus benglangsung perikasa

apakah perineum/vagina dan srviks mengalami laserasi dan jahit atau rurjuk

segera.

Jika uterus tidak berkontraksi maka bersihkan bekuan darah atau selaput

ketuban dari vagina dan ostium serviks . Pastikan bahwa kandung kemih

kosong.

Antisipasi dini akan kebutuhan darah dan lakikan transfusi darah sesuai

kebutuhan. Jika perdarahan tejrus berlangsung pastikan plasenta lahir

lengakap,jika terdapat tanda-tanda sisa plasenta keluarka plasenta tersebut.

Lakukan uji pembekuan darah sederhana,kegagalan terbentuknya pembekuan

setelah 7 menit atau adanya bekuan lunak yang dpaat pecah dengan mudah

menunjukan adanya koagulopati.

Teknik KBI

Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril dengan lembut

masukan tangan degan cara menyatukan kelima ujung jari ke intraktus

dan ke dalam vagina itu.

Periksa vagina dan serviks . Jika ada selaput ketuban atau bekuan darah

pada kavum uteri mungkin uterus tidak dapat berkontraksi secara penuh.

Letakkan kepalan tangan pada fornik anterior tekan dinding anterior

uteri sementara telapak tangan lain pada abdomen menekan dengan kuat

dinding belakang uterus kearah kepalan tangan dalam.

Tekan uterus dengan kedua tangan secara kuat. Kompresi uterus ini

memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah didalam dinding

uterus dan juga merangsang miometrium untuk berkontraksi.

Evaluasi keberhasilan.

Page 4: Perdarahan Postpartum

Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang ,teruskan melakukan

KBI selama dua menit kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dari

dalam vagina. Pantau kondisi ibu secara melekat selama kala empat.

Jika uterus berkontraksi tapi perdarahan terus

berlangsung,periksa,perineum,vagina dari serviks apakah terjadi laserasi

dibangian tersebut segera lakukan penjahitan jika ditemukan laserasi.

Jika kontraksi uterus tidak terjadi dalam waktu 5 menit,ajarkan keluarga

untuk melakukan kompresi bimanual eksternal kemudian teruskan

dengan langkah-langkah selanjutnya . Minta tolong keluarga untuk mulai

menyiapkan rujukan karena atonia uteri seringkali bisa diatasi dengan

KBI, jika KBI tidak berhasil dalam waktu 5 menit diperlukan tindakan-

tindakan lain.

Berikan 0,2 mg ergometrin IM (jangan berikan ergometrin kepada ibu

dengan hipertensi) karena ergometrium yang diberikan akan

meningkatkan tekanan darah lebih tinggi dari kondisi normal.

Menggunakan jarum berdiameter besar (usia kehamilan 16/18) pasang

infus dan berikan 500 ml larutan ringer laktat yang mengandung 20 unit

oksitosin karena jarum dengan diameter besar memungkinkan pemberian

cairan IV secara cepat dan dapat langsung dgunakan jika ibu

membutuhkan tranfusi darah. Oksitosin IV akan dengan cepat

merangsang kontraksi uterus. Ringer laktat akan membantu mengganti

volume cairan yang hilang selama perdarahan.

Pakai sarung tangan steril dan ulangi KBI.

Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu sampai 2 menit,segera

lakukan rujukan .Berikan ini bukan atonia uteri biasa. Ibu membutuhkan

perawatan gawat darurat di fasilitas kesehatan yang dapat melakukan

tindaka pembedahan dan tranfusi darah.

Dampingi ibu ke tempat rujukan . Teruskan melakukan KBI hingga ibu

tiba ditempat rujukan dan teruskan pemberian cairan IV hingga ibu tiba

difasilias rujukan :

a. Infus 500 ml jyang pertama dan habiskan dalam waktu 10 menit.

b. Kemudian berikan 500 ml / jam hingga tibu ditempat rujukan atau

hingga jumlah cairan yang diinfuskan mencapai 1,5 liter dan

kemudian berikan 125 ml / jam

Page 5: Perdarahan Postpartum

c. Jika cairan IV tidak cukup,infuskan botol kedua berisi 500 ml

cairan dengan tetesan lambat dan berikan cairan secara oral untuk

asupan cairan tambahan.

Teknik KBE

Letakkan satu tangan pada abjdomen didepan uterus tepat diatas

simpisi pubis.

Letakkan tangan lain pada dinding abdomen (dibelakang korpus

uteri) usahakan memegang bagian belakang jutejrus seluas

mungkin.

Lakukan gerakan silang merapatkan kedua tangan untuk

melakukan kompresi pembuluh darah di dinding uterus dengan

cara menekan uterus diantara kedua tangan tersebut. Jika

perdarahan terus berlangsung setelah dilakukan kompresi :

a. Lakukan ligasi arteri uterina dan ovarika.

b. Lakukan histerektomi jika terjadi perdarahan yang

mengancam jiwa setelah ligasi.

B. INVERSIO UTERI

1. Pengertian

Inversio uteri adalah suatu keadaan dimana bagian atas uterus (fundus

uteri) memasuki cavum uteri sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol

kedalam cavum uteri bahkan kedalam vagina atau keluar vagina dengan

dinding endometrium sebelah luar. (sarwono prawiroharjo ,2009:442).

Inversio uteri adalah terbaliknya fundus uteri kedalam cavum uteri

yang dapat menimbulkan nyeri dan perdarahan (manuaba,2008).

2. Etiologi

a. Pada grandemultipara karena terjadi atonia uteri

b. Tali pusat terlalu pendek.

c. Tarikan tali pusat terlalu kencang sedangkan kontraksi uterus belum siap

untuk melahirkan plasenta.

d. Tonus otot rahim yang lemah.

e. Canalis servikalis yang longgar

Page 6: Perdarahan Postpartum

3. Predisposisi

- Posisi plasenta berada difundus.

- Abnormalitas plasenta (misalnya plasenta akreta,inkreta,perketa)

- Anomali kongenital uterus (misalnya uterus bikornus)

- Berat grativitas masa intra uterus (misalnya fibroid).

4. Patofisiologi

Uterus dikatakan mengalami inversio uteri jika bangian dalam menjadi

diluar saat melahirkan plasenta. Reposisi sebaiknya dilakukan. Dengan

berjalannya waktu lingkaran konstriksi sekitar uterus yang teriverseri akan

mengecil dan uterus akan terisi darah. Dengan adanya persalinan yang sulit

menyebabkan kelemahan pada ligamentum-ligementum,fasia

endopelvik,otot-otot dan fasia dasar panggul karena peningkatan tekanan

darah intra abdominal dan faktor usia karena serviks terletak di luar.

Dapat menjadi sistokel karena kendornya fasia dinding depan vagina

(misalnya trauma obstetrik) sehingga kandung kemih terdorong kebelakang

dan dinding depan vagina terdorong kebelakang . Dapat terjadi uretrokel

karena uretra ikut dalam penurunan tersebut. Dapat terjadi rektokel karena

kelemahan fasia didinding belakang vagina, trauma obstetri atau lainya

sehingga rektum turun ke depan dan menyebabkan dinding vagina atas

belakang menonjol kedepan. Dapat terjadi enterokel karena suatu hemia dari

cavum daugulasi yang isinya usus halus satu sigmoid dan dinding vagina atas

belakang menonjol kedepan. Sistokel,uretrokel,rektokel,enterokel dan

kolpokel disebut prolaps vagina . Prolaps uteri sering di ikuti prolapas

vagina.

5. Komplikasi

- Keratinisasi mukosa vagina dan portio uteri.

- Deku bitis.

- Hipertropi serviks uteri dan elongasio.

- Gangguan miksi dan stres inkontenensia.

- Infeksi saluran kencing.

- Infertilitas.

- Gangguan pada partus/persalinan.

- Hemoroid.

- Inkaserasi usus.

Page 7: Perdarahan Postpartum

6. Penanganan

a. Bila tejadi syok atau perdarahan gejala ini diatasi dulu dengan IV cairan

elektrolit dan tranfursi darah.

b. Untuk memperkecil kemungkinan terjadi nya renjatan vasovagal dan

perdarahan maka harus segera dilakukan tindakan reposisi segera

dilakukan .

c. Segera lakukan resusitasi

d. Bila plasenta masih melekat jangan dilepas oleh karena tindakan ini akan

memicu perdarahan hebat.

e. Lakukan tindakan resusitasi dengan cara :

Tangan seluruhnya dimasukan ke vagina sedangkan jari tengah

dimasukkan ke dalam cavum uteri melalui serviks uteri yang mungkin

sudah mulai menciut,telapak tangan menekan korpus perlahan-lahan

tapi terus menerus kearah atas agak kedepan sampai korpus uteri

melewati serviks dan inversio.

Salah satu teknik reposisi lain yaitu dengan menempatkan jari tangan

pada fronix pasterior,dorong juterus kembali kedalam vagina,ddorong

fundus kearah umbilikus dan memungkinkan ligamentum uterus

menarik uterus kembali keposisi semula.

Sebagai teknik altenatif dengan menggunakan 3-4 jari yang

diletakkan pada bangian tengah fundus dilakukan dorongan kearah

umbilikus sampai uterus kembali keposisi normal.

Setelah reposisi berhasil tangan yang berada didalam tetap menekan

fundus uteri. Berikan oksitosin atau suntikan IV 0,2 mg ergometrin

kemudian jika dianggap masih perlu dilakukan tamponade

uterovaginal dan setelah terjadi kontraksi tangan jyang didalam boleh

dikeluarkan perlahan-lahan agar inversio uteri tidak berulang.

Bila reposisi pervaginam gagal maka dilakukan reposisi melalui

laparotomi.

Page 8: Perdarahan Postpartum

C. SISA PLASENTA/REST PLASENTA

1. Pengertian

Rest plasenta adalah tertinggalnya sisa plasenta dan membran nya dalam

cavum uteri (Saifudin 2002).

Rest plasenta merupakan tertinggalnya bagian plasenta dalam uterus yang

dapat menimbulkan perdarahan postpartum primer/sekunder (Alhamsyah,2008).

Rest plasenta adalah suatu bagian dari plasenta serta lobus yang tertinggal

maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif (Sarwono,2002).

2. Etiologi

- Pengeluaran plasenta tidak hati-hati.

- Salah pimpinan kala III : terlalu cepat atau terburu-buru untuk

mempercepat lahirnya plasenta.

- Pertolongan persalinan oleh dukun.

- Jarak persalinan pendek kurag dari 2 tahun.

3. Predisposisi

a. Keadaan umum pasien yang mempunya gizi rendah.

- Hamil dengan anemia

- Hamil dengan kekurangan gizi / malnutrisi.

b. Kelemahan dan kelelahan otot rahim.

- Grande multipara

- Jarak kehanilan dan persalinan kurang dari 2 tahun.

- Persalinan lama.

- Persalinan dengan tindakan

- Kesalahan penanganan kala III

c. Pertolongan persalinan dengan tindakan.

- Overdostensi pada kehamilan.

- Hindramnion.

- Gameli.

- Berat anak yang melebihi 4000 gram.

4. Patofisiologi

Tertinggalnya plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi

utejrus sehingga masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka

(Saifuddin,2002).

Page 9: Perdarahan Postpartum

Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal maka uterus tidak

dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan

(sujiyatini ,2011).

5. Komplikasi

Komplikasi sisa plasenta adalah polip plasenta artinya plasenta masih tumbuh

dan dapat menjadi besar, perdarahan terjadi intermiten sehingga kurang mendapat

perhatian dan dapat terjadi degenarasi ganas menuju korio karsinoma dengan

manifestasi klinisnya (trias acosta sision). Trias acosta sision adalah terjadi

degenarasi ganas yang berasal dari kehamilan,abortus dan mola hidatidosa

(Manuaba,2010).

Memudahkan terjadinya (Manuaba,2008)

- Anemia yang berkelanjutan

- Infeksi puerpurium.

6. Penanganan

- Pasang infus

- Berikan antibiotik

- Berikan uterotonika :oksitosin/metergin IV

- Dikeluarkan secara manual atau dikuret.

D. PERLUKAAN JALAN LAHIR

1. Pengertian

Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan

kontraksi rahim baik,dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari

perlukaan jalan lahir.

Beberapa jenis perlukaan jalan lahir,

a. Luka perineum adalah yang terjadi akibat persalinan pada bagian perineum

dimana muka janin menghadap.

b. Luka robekan serviks merupakan jaringan yang paling midah mengalami

perlukaan pada waktu persalinan.

c. Rupture uteri adalah robekan atau diskontinuita dinding rahim akibat

dilampauinya daya regang miometrium.

Page 10: Perdarahan Postpartum

2. Etiologi

a. Robekan perineum

- Kepala janin terlalu cepat lahir.

- Persalinan tidak dipimpin sebagai mana mestinya.

- Jaringan parut pada perineum

- Distosia bahu

b. Robekan seviks

- Partus presipitatus

- Trauma karena pemakaian alat-alat operasi.

- Melahirkan kepala pada letak sunsang secara paksa,pembukaan belum

lengkap.

c. Rupture uteri

- Riwayat pembedahan terhadap fundus atau korpus uterus.

- Induksi dengan oksitosin yang sembarangan atau persalinan yang lama.

- Presentasi abnormal.

- Panggul sempit.

- Letak lintang.

- Hydrosephalus.

- Presentasi dahi atau muka.

3. Patofisiologi

a. Robekan perineum biasanya terjadi pada persalinan pertama dan tidak jarang

juga pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindari dengan

menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan

cepat,sebaiknya kepala janin yang lahir jangan di tahan terlampau kuat dan

lama karena akan menyebabkan asfiksia dan perdarahan dalam tengkorok

janin dan melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar panggul karena

direganggkan terlalu lama.

b. Robekan serviks persalinan pada multipara yang belum pernah melahirkan

pervaginam biasanya akan mengakibatkan robekan serviks. Robekan serviks

yang luas mengakibatkan perdarahan dan dapat menjalar kesegmen bawah

uterus. Apabila tejrjadi perdarahan yang tidak berhenti meskipun plasenta

sudah lahir lengkap dan uterus berkontraksi baik perlu dipikirkan perlukaan

jalan lahir khususnya robekan serviks.

Page 11: Perdarahan Postpartum

c. Rupture uteri

- Rupture uteri spontan

- Rupture uteri traumatik

- Rupture uteri pada bekas luka uterus

4. Komplikasi

Sering terjadi komplikasi perdarahan kadanga-kadang perdarahan ini sangat

banyak sehingga dapat menimbulkan syok bahkan kematian. Pada keadaan ini

dimana jrobekan serviks ini tidak ditangani dengan baik dan dalam jangka

panjang.

Kolpaporeksis adalah robekan melintang atau miring pada bangian atas vagina.

Fistula dapat terjadi mendadak karena perlukaan pada vagina yang menembus

kandung kemih atau rektum.

5. Penanganan

a. Penjahitan robekan perineum

- Tingkat I :Robekan hanya pada selaput lendir vagina dan jaringan ikat.

- Tingkat II :Robekan mengenai mukosa vagina jaringan ikat dan otot di

bawahnya tetapi tidak mengenai spingter ani.

- Tingkat III :Robekan mengenai seluruh perineum sampai mengenai

spingter ani.

- Tingkat IV :Robekan sampai mukosa rektum.

b. Penjahitan robekan serviks

- Tinjau kembali prinsip perawatan umum dan oleskan larutan antiseptik ke

vagina dan serviks.

- Berikan dukungan dan penguatan emosional. Anastesi ridak dibutuhkan

pada sebagian besar robekan serviks. Berikan petidin dsn dazepam melalui

IV secara perlahan atau gunakan kejtami juntuk robekan serviks yang tinggi

dan lebar.

- Minta asisten memberikan tekanan pada fundus dengan lembut untuk

membantu mendorong serviks jadi terlihat.

- Gunakan retraktor vagina untuk membuka servis jika perlu.

- Pegang serviks dengan forcep cincin atau forcep spons dengan hati-hati.

Letakkan forsep pada kedua sisi robekan dan tarik dalam berbagai arah

secara perlahan untuk melihat seluruh serviks.

Page 12: Perdarahan Postpartum

- Tutup robekan dengan jahitan jelujur menggunakan benang catgut kromik

atau poliglokolik yang dimulai pada apeks (tepi atas robekan) yang sering

kali sumber dari perdarahan.

- Setelah 4 jam buka forcep sebagian tetapi jang dikeluarkan.

- Setelah 4 jam selanjutnya keluarkan seluruh forcep.

c. Perbaikan rupture uterus

- Tinjau kembali indikasi.

- Pasang infus IV.

- Berikan dosis tunggal antibiotik

- Lahirkan bayi dan plasenta

- Infuskan oksitosin 20 unit dalam 1 liter cairan IV dengan kecepatan 60 tetes

permenit.

- Angkat uterus keluar panggul untuk melihat luasnya cedera.

- Periksa bagian depan dan belakang uterus

- Pegang jtepi perdarahan uterus dengan klem.

- Pisahkan kandung kemih dari segmen bawah uterus dengan diseksi tumpul

atau tajam. Jika kandung kemih memiliki jaringan parut sampai uterus

gunakan gunting runcing.

E. KELAINAN PEMBEKUAN DARAH

1. Pengertian

Kelainan pembekuan darah adalah perdarahan yang terjadi karena adanya

kelainan pada proses pembekuan darah sang ibu sehingga darah tetap mengalir.

Kelainan pembekuan darah paling sering diakibatkan oleh hipofibrinogemia.

2. Etiologi

Pada periode postpartum awal kelainan sistem koagulasi dan platelet

biasanya tidak menyebabkan perdarahan yang banyak hal ini tergantung pada

kontraksi uterus untuk mencegah perdarahan. Deposit fibrin pada tempat

perlekatan plasenta dan perjalanan darah memiliki peran penting beberapa jam

hingga beberapa hari setelah persalinan kelainan pada daerah ini dapat

menyebabkan perdarahan postpartum sekunder atau eksaserbasi dari sebab

lain,terutama pada trauma.

Page 13: Perdarahan Postpartum

3. Patofisiologi

Kelainan koagulasi generalison dapat dianggap sebagai akibat dari lepasnya

subtansi-subtansi serupa tromboplastin yang berasal dari produk konsepsi

kedalam sirkulasi darah ibu akibat aktifitas setelah itu mulailah serangkaian

reaksi berantai yang mengakibatkan mekanisme pembekuan darah.

4. Komplikasi

- Sepsis oleh kuman garam negative,terutama yang menyertai dengan abortus

septic.

- Syok berat.

- Pemberian cairan hipertonik kedalam uterus terjadinya hipofibrinogenmia.

5. Penanganan

Hipofibrinogenemia dalam keguguran ataupun juga persalinan akan

menimbulkan perdarahan yang banyak dan sulit dihentikan.

- Perbaiki obstetrik umu penderita pemberian cairan.

- Pemberian fibrinogen perinfus atau pemberian darah segera untuk mengontrol

perdarahan.

F. RETENSIO PLASENTA

1. Pengertian

Retensio plasenta adalah tertahanya atau belum lahirnya plasenta lebih dari

30 menit setelah bayi lahir (Taufan Nugroho,2011)

Retensio plasenta adalah plasenta lahir terlambat lebih dari 30 menit

(Manuaba,2007)

2. Etiologi

Plasenta yang sukar dilepaskan dengan pertolongan aktif kala III bisa

disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus. Disebut sebagai

plasenta akreta bila implantasi menebus desidua basalis,disebut sebagai plasenta

inkreta bila plasenta sampai menembus miometrium dan disebut plasenta perketa

bila vili korialis sampai menembus perimetrium.

3. Faktor predisposisi

- Plasenta previa

- Bekas seksio sesarea

- Pernah kuret berulang

- Multiparitas

Page 14: Perdarahan Postpartum

4. Komplikasi

Komplikasi dalam pengeluaran plasenta secara manual selain

infeksi/komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang dilakukan.

Multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan penurunan

perfusi organ dan sepsis ,ialah apabila ditemukan palsenta akreta. Dalam hal ini

vili korialis menembus desidua dan memasuki miometrium dan tergantung dari

dalam nya tembusan itu dibedakan anatara plasenta inkreta dan plasenta perkreta.

Plasenta dalam hal ini tidak mudah untuk dilepaskan melainkan sepotong demi

sepotong dan disertai dengan perdarahan. Jika disadari adanya plasenta akreta

sebaiknya usaha untik mengeluarkan plasenta dengan tangan dihentikan dan

segeradilakukan histerektomi.

5. Patofisiologi

Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah di dalam uterus

masih terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum

spongiosum sehingga sinus-sinus maternalis ditempat insersinya plasenta terbuka.

Pada waktu uterus berkotraksi,pembuluh darah yang terbuka tersebut akan

menutup kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga

perdarahan akan terhenti. Pada kondisi retensio plasenta lepasnya plasenta tidak

terjadi secara bersamaan dengan janin,karena melekat pada tempat implantasinya.

Menyebabkan terganggunya retraksi dan kontraksi otot uterus sehingga sebagian

pembuluh darah tetap terbuka serta menimbulkan perdarahan.

6. Penatalaksanaan

a. Plasenta perketa

- Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan

yang diambil. Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan.

Bila ekspulsi tidak terjadi coba traksi terkontrol tali pusat.

- Beri drips oksitosin dalam infus NS/RL . bila perlu kombinasikan

dengan misoprostol per rectal (sebaiknya tidak menggunakan

ergometrin karena kontraksi tonik yang timbul dapat menyebabkan

plasenta terperangkap dalam kavum uteri).

- Bila traksi terkontrol gagal untuk melahirkan plasenta lakukan manual

plasenta secara hati-hati dan halus untuk menghindari terjadinya

perforasi dan perdarahan. Lakukan tranfusi darah apabila diperlukan.

Page 15: Perdarahan Postpartum

- Beri antibiotika profilaksis (ampisilin IV/Oral+metronidazol

supositoria/oral).

- Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat,infeksi syok

neurogenik.

b. Plasenta inkreta

- Tentukan diagnosis kerja melalui anamnesis ,gejala klinik dan

pemeriksaan.

- Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk menghilangkan

kontriksi serviks dan melahirkan plasenta.

- Pilih fluethane untuk kontriksi serviks yang kuat,siapkan drips

oksitosin dalam cairan NS/RL untuk mengatasi gangguan kontraksi

yang diakibatkan bahan anestesi tersebut.

- Bila prosedur anestasi tidak tersedia dan serviks dapat dilakukan cunam

ovum,lakukan maneuver skrup untuk melahirkan plasenta.

- Pengamatan dan perawatan lanjutan meliputi pemantauan tanda

vital,kontraksi uterus ,tinggi fundus uteri dan perdarahan pasca

tindakan. Tambahan pemantauan yang diperlukan adalah pemantauan

efek samping atau komplikasi dari bahan-bahan sedative,analgetika

atau anastesi umum misalnya mual,muntah,atonia uteri,halusinasi dan

mengantuk.

c. Plasenta akreta

- Tanda penting untuk diagnosis pada pemeriksaan luar adalah ikutnya

fundus atau korpus bila tali pusat ditarik. Pada pemeriksaan dalam sulit

di tentukan tepi plasenta karena imolantasi yang dalam.

- Upaya yang dilakukan pada fasilitas kesehatan dasar adalah

menentukan diagnosis ,stabilisasi pasien rujuk ke rumah sakit rurjukan

karena kasus ini merupakan operatif bagan.

Page 16: Perdarahan Postpartum

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba ,Ida bagus gede . 1998 . Ilmu kebidanan,penyakit

kandungan . Jakarta . EGC

Nugroho,Taufan . 2010 . Buku ajar obstetri untuk mahasiswa

kebidanan . Yogjakarta . Nuha Medika

Ambarwati,dkk . 2008 . Asuhan kebidanan masa nifas . Yogjakarta .

Fitramaya

Anggreini,Yetti . 2010 . Asuhan kebidanan masa nifas . Yogjakarta .

Pustaka Rihama

Prof.dr. Hanifa Wiknjosastro . 2011 . Ilmu bedah kebidanan . Jakarta .

PT Bina Pustaka

Mochtar,Rustam .1998 . Sinopsis obstetri jilid 1 & 2 . Jakarta . EGC

Heller,Luz . 1997 . Gawat darurat ginekologi dan obstetric . Jakarta . EGC