29
MATA KULIAH WAKTU DOSEN TOPIK Patologi Kebidanan Perdarahan Pospartum

6. 2 Perdarahan Postpartum-

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 6. 2 Perdarahan Postpartum-

MATA KULIAH

WAKTU

DOSEN

TOPIK

Patologi Kebidanan

Perdarahan Pospartum

Page 2: 6. 2 Perdarahan Postpartum-

Perdarahan Postpartum 1

Setelah membaca akhir perkuliahan, mahasiswa dapat :

1. Menjelaskan tentang tahapan primer dan sekunder perdarahan post partum

2. Menjelaskan tentang penyebab perdarahan post partum

1. Cunningham, F.Gary et.al. Obstetri William Edisi 21 vol 1 dan 2. Jakarta :

EGC; 2006.

2. POGI- JNPKKR.Buku Acuan Pelayanan Obstetri Neonatal dan Emergensi

Dasar. Jakarta : Depkes RI; 2005

3. Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri Jilid I, Jakarta : EGC;1998

4. Saifuddin, Abdul Bari dkk. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal, Jakarta:JNPKKR-POGI; 2001

5. Saifuddin, Abdul Bari dkk. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal, Jakarta: YBPSP-MNH PROGRAM; 2002.

6. Manuaba IBG. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan

Bidan. EGC. Jakarta. 1998.

7. Llewellyn-Jones Derek. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta :

Hipokrates. 2001.

8. Saefudin AB, dkk. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta : YBP-SP. 2002

9. Mochtar R. Sinopsis Obstetri Jilid 1. EGC. Jakarta; 1998

10. Varney H. Buku Saku Bidan. EGC. Jakarta;2000

Patologi Kebidanan

OBJEKTIF PERILAKU SISWA

REFERENSI

SUB TOPIK

Tahapan primer dan sekunder

Penyebab

Page 3: 6. 2 Perdarahan Postpartum-

Perdarahan Postpartum 2

PERDARAHAN POSTPARTUM

A. Pengertian

Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam setelah

persalinan berlangsung dengan jumlah darah > 500 cc.

B. Etiologi

Faktor-faktor yang menyebabkan perdarahan post partum adalah :

- Grandemultipara

- Jarak perasalinan pendek kurang dari 2 tahun

- Persalinan yang dilakukan dengan tindakan : pertolongan kala uri sebelum

waktunya, pertolongan persalinan oleh dukun, persalinan dengan tindakan

paksa persalinan dengan narkosa.

C. Klasifikasi

Perdarahan postpartum dibagi menjadi perdarahan postpartum primer dan

sekunder :

1. Perdarahan postpartum primer

Perdarahan postpartum primer terjadi dalam 24 jam pertama, penyebab

utamanya Perdarahan postpartum primer adalah atonia uteri retensio plasenta,

sisa plasenta dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam pertama.

2. Perdarahan postpartum sekunder

Perdarahan postpartum sekunder terjadi setelah 24 jam pertama. Penyebab

utama perdarahan postpartum sekunder adalah robekan jalan lahir dan sisa

plasenta atau membran. (Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & KB, hal.

295).

1. Atonia Uteri

Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah

dilakukan rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri. Perdarahan postpartum

Patologi Kebidanan

PERDARAHAN POSTPARTUM

Page 4: 6. 2 Perdarahan Postpartum-

Perdarahan Postpartum 3

dengan penyebab uteri tidak terlalu banyak dijumpai karena penerimaan gerakan

keluarga berencana makin meningkat (Manuaba & APN).

Penatalaksanaan perdarahan karena atonia uteri

Peranan bidan dalam menghadapi perdarahan post partum karena atonia uteri

1. Meningkatkan upaya preventif:

Meningkatkan penerimaan gerakan keluarga berencana

sehingga memperkecil jumlah grandemultipara dan memperpanjangjarak

hamil

Patologi Kebidanan

Page 5: 6. 2 Perdarahan Postpartum-

Perdarahan Postpartum 4

Melakukan konsultasi atau merujuk kehamilan dengan overdistensi

uterus: hidramnion dan kehamilan ganda dugaan janin besar

(makrosomia)

Mengurangi peranan pertolongan persalinan oleh dukun.

2. Bidan dapat segera melakukan rujukan penderita dengan didahului tindakan

ringan:

Memasang infus-memberikan cairan pengganti.

Memberikan uterotonika intramuskular, intravena atau dengan drip.

Melakukan masase uterus sehingga kontraksi otot rahim makin cepat dan

makin kuat.

Penderita sebaiknya diantar.

Sikap bidan menghadapi atonia uteri

(Manuaba, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & KB, hal, 296)

Patologi Kebidanan

Page 6: 6. 2 Perdarahan Postpartum-

Perdarahan Postpartum 5

Teknik KBI

1. Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan lembut

masukkan tangan (dengan cara menyatukan kelima ujung jari) ke intraktus

dan ke dalam vagina itu.

2. Periksa vagina & serviks. Jika ada selaput ketuban atau bekuan darah pada

kavum uteri mungkin uterus tidak dapat berkontraksi secara penuh.

3. Letakkan kepalan tangan pada fornik anterior tekan dinding anteror uteri

sementara telapak tangan lain pada abdomen, menekan dengan kuat dinding

belakang uterus ke arah kepalan tangan dalam.

Gambar 1. Kompresi bimanual internal

.

4. Tekan uterus dengan kedua tangan secara kuat. Kompresi uterus ini

memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah di dalam dinding uterus

dan juga merangsang miometrium untuk berkontraksi.

5. Evaluasi keberhasilan:

- Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan melakukan

KBl selama dua menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dari

dalam vagina. Pantau kondisi ibu secara melekat selama kala empat.

- Jika uterus berkontraksi tapi perdarahan terus berlangsung, periksa

perineum, vagina dari serviks apakah terjadi laserasi di bagian tersebut.

Segera lakukan si penjahitan jika ditemukan laserasi.

Patologi Kebidanan

Page 7: 6. 2 Perdarahan Postpartum-

Perdarahan Postpartum 6

- Jika kontraksi uterus tidak terjadi dalam waktu 5 menit, ajarkan keluarga

untuk melakukan kompresi bimanual eksternal (KBE, Gambar 5-4)

kemudian teruskan dengan langkah-langkah penatalaksanaan atonia uteri

selanjutnya. Minta tolong keluarga untuk mulai menyiapkan rujukan.

Alasan: Atonia uteri seringkali bisa diatasi dengan KBl, jika KBl tidak

berhasil dalam waktu 5 menit diperlukan tindakan-tindakan lain.

6. Berikan 0,2 mg ergometrin IM (jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan

hipertensi)

Alasan: Ergometrin yang diberikan, akan meningkatkan tekanan darah lebih

tinggi dari kondisi normal.

7. Menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18), pasang infus dan

berikan 500 ml larutan Ringer Laktat yang mengandung 20 unit oksitosin.

Alasan: Jarum dengan diameter besar, memungkinkan pemberian cairan IV

secara cepat, dan dapat langsung digunakan jika ibu membutuhkan transfusi

darah. Oksitosin IV akan dengan cepat merangsang kontraksi uterus. Ringer

Laktat akan membantu mengganti volume cairan yang hiking selama

perdarahan.

8. Pakai sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi dan ulangi KBI.

Alasan: KBI yang digunakan bersama dengan ergometrin dan oksitosin

dapat membantu membuat uterus-berkontraksi

9. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu sampai 2 menit, segera lakukan

rujukan Berarti ini bukan atonia uteri sederhana. Ibu membutuhkan

perawatan gawat-darurat di fasilitas kesehatan yang dapat melakukan

tindakan pembedahan dan transfusi darah.

10. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Teruskan melakukan KBI hingga ibu tiba di

tempat rujukan. Teruskan pemberian cairan IV hingga ibu tiba di fasilitas

rujukan:

a. Infus 500 ml yang pertama dan habiskan dalam waktu 10 menit.

b. Kemudian berikan 500 ml/jam hingga tiba di tempat rujukan atau hingga

jumlah cairan yang diinfuskan mencapai 1,5 liter, dan kemudian berikan

125 ml/jam.

Patologi Kebidanan

Page 8: 6. 2 Perdarahan Postpartum-

Perdarahan Postpartum 7

c. Jika cairan IV tidak cukup, infuskan botol kedua berisi 500 ml cairan

dengan tetesan lambat dan berikan cairan secara oral untuk asupan cairan

tambahan.

Kompresi bimanual eksternal

1. Letakkan satu tangan pada abdomen di depan uterus, tepat di atas simfisis

pubis.

Garnbar 2. Kompresi bimanual eksternal

2. Letakkan tangan yang lain pada dinding abdomen (dibelakang korpus uteri),

usahakan memegang bagian belakang uterus seluas mungkin.

3. Lakukan gerakan saling merapatkan kedua tangan untuk melakukan kompresi

pembuluh darah di dinding uterus dengan cara menekan uterus di antara

kedua tangan tersebut. (Pusdiknakes, Asuhan Persalinan Normal)

2.Retensio Plasenta

Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam

setelah persalinan bayi. Pada beberapa kasus dapat terjadi retensio plasenta

berulang (habitual retentio plasenta). Plasenta harus dikeluarkan karena dapat

menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi karena sebagai benda mati, dapat

terjadi plasenta inkar-serata, dapat terjadi polip plasenta, dan terjadi degenerasi

ganas korio karsinoma.

Patologi Kebidanan

Page 9: 6. 2 Perdarahan Postpartum-

Perdarahan Postpartum 8

Dalam melakukan pengeluaran plasenta secara manual perlu diperhatikan

tekniknya sehingga tidak menimbulkan komplikasi seperti perforasi dinding

uterus, bahaya infeksi, dan dapat terjadi inversio uteri.

Bagaimana bidan menghadapi retensio plasenta? Bidan sebagai tenaga terlatih di

lini terdepan sistem pelayanan kesehatan dapat mengambil sikap dalam

menghadapi "retensio plasenta" sebagai berikut:

1. Sikap umum bidan.

a. Memperhatikan keadaan umum penderita.

Apakah anemis

Bagaimana jumlah perdarahannya

Keadaan umum penderita: tekanan darah, nadi, dan suhu

Keadaan fundus uteri: kontraksi dan tinggi fundus uteri.

b. Mengetahui keadaan plasenta.

Apakah plasenta inkarserata

Melakukan tes plasenta lepas: metode Kusnert, metode Klein, metode

Strassman, metode Manuaba.

c. Memasang infus dan memberikan cairan pengganti.

2. Sikap khusus bidan.

a. Retensio plasenta dengan perdarahan.

Langsung melakukan plasenta manual

b. Retensio plasenta tanpa perdarahan.

Setelah dapat memastikan keadaan umum penderita segera memasang

infus dan memberikan cairan

Merujuk penderita ke pusat dengan fasilitas cukup, untuk mendapatkan

penanganan yang lebih baik

Memberikan transfusi

Proteksi dengan antibiotika

Mempersiapkan plasenta manual dengan legeartis dalam keadaan

pengaruh narkosa.

Patologi Kebidanan

Page 10: 6. 2 Perdarahan Postpartum-

Perdarahan Postpartum 9

3. Upaya preventif retensio plasenta oleh bidan.

a. Meningkatkan penerimaan keluarga berencana, sehingga memperkecil

terjadi retensio plasenta.

b. Meningkatkan penerimaan pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan yang terlatih.

c. Pada waktu melakukan pertolongan persalinan kala III tidak

diperkenankan untuk melakukan masase dengan tujuan mempercepat

proses persalinan plasenta. Masase yang tidak tepat waktu dapat

mengacaukan kontraksi otot rahim dan mengganggu pelepasan plasenta.

Retensio plasenta dan plasenta manual

Plasenta manual merupakan tindakan operasi kebidanan untuk melahirkan

retensio plasenta. Teknik operasi plasenta manual tidaklah sukar, tetapi harus

dipikirkan bagaimana persiapan agar tindakan tersebut dapat menyelamatkan

jiwa penderita.

Kejadian retensio plasenta berkaitan dengan:

1. Grandemultipara dengan implantasi plasenta dalam bentuk plasenta adhesive,

plasenta akreta, plasenta inkreta dan plasenta perkreta.

2. Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan.

3. Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirakan:

Darah penderita terlalu banyak hilang.

Keseimbangan baru berbentuk bekuan darah. sehingga perdarahan tidak

terjadi.

Kemungkinan implantasi plasenta terlalu dalam.

4. Plasenta manual dengan segera dilakukan:

Terdapat riwayat perdarahan postpartum berulang.

Terjadi perdarahan postpartum melebihi 400 cc.

Pada pertolongan persalinan dengan narkosa.

Plasenta belum lahir setelah menunggu selama setengah jam.

Patologi Kebidanan

Page 11: 6. 2 Perdarahan Postpartum-

Perdarahan Postpartum 10

Plasenta manual

Persiapan plasenta manual:

Peralatan sarung tangan steril.

Desinfektan untuk genitalia eksterna.

Teknik:

Sebaiknya dengan narkosa, untuk mengurangi sakit dan menghindari

syok.

Tangan kiri melebarkan genitalia eksterna, tangan kanan dimasukkan

secara obsteris sarnpai mencapai tepi plasenta dengan menelusuri tali

pusat

Tepi palsenta dilepaskan dengan bagian luar tangan kanan sedangkan

tangan kiri menahan fundus uteri sehingga tidak terdorong ke atas.

Setelah seluruh plasenta dapat dilepaskan, maka tangan dikeluarkan

bersama dengan plasenta.

Dilakukan eksplorasi untuk mencari sisa plasenta atau membrannya.

Kontraksi uterus ditimbulkan dengan memberikan uterotonika.

Perdarahan diobservasi.

Bagaimana sikap bidan berhadapan dengan retensio plasenta? Bidan hanya

diberikan kesempatan untuk melakukan plasenta manual dalam keadaan

darurat dengan indikasi perdarahan di atas 400 cc dan terjadi retensio

plasenta (setelah menunggu l/2 jam). Seandainya masih terdapat kesempatan,

penderita retensio plasenta dapat dikirim ke puskesmas atau rumah sakit

sehingga mendapat pertolongan yang adekuat.

Patologi Kebidanan

Page 12: 6. 2 Perdarahan Postpartum-

Perdarahan Postpartum 11

Dalam melakukan rujukan penderita dilakukan persiapan dengan memasang

infus dan memberikan cairan dan dalam perjalanan diikuti oleh tenaga yang

dapat memberikan pertolongan darurat.

Komplikasi tindakan plasenta manual

Tindakan plasenta manual dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut:

Terjadi perforasi uterus.

Terjadi infeksi: terdapat sisa palsenta atau membrane dan bakteria terdorong

ke dalam rongga rahim.

Terjadi perdarahan karena atonia uteri.

Untuk memperkecil komplikasi dapat dilakukan tindakan profilaksis dengan:

memberikan uterotonika intravena atau intramuscular

memasang tamponade uterovaginal

Memberikan antibiotika

memasang infus dan persiapan transfusi darah.

Patologi Kebidanan

Page 13: 6. 2 Perdarahan Postpartum-

Perdarahan Postpartum 12

Skema tatalaksana inversio uteri

Patologi Kebidanan

Page 14: 6. 2 Perdarahan Postpartum-

Perdarahan Postpartum 13

3.Inversio Uteri

Inversio uteri merupakan keadaan dimana fundus uteri masuk ke dalam kavum

uteri, dapat secara mendadak atau terjadi perlahan. Selain dari pada itu

pertolongan persalinan yang makin banyak dilakukan tenaga terlatih maka terjadi

inversio uteri pun makin berkurang.

Kejadian inversio uteri sebagian besar disebabkan kurang legeartisnya

pertolongan persalinan saat melakukan persalinan plasenta secara crede, dengan

otot rahim belum berkontraksi dengan baik.

Untuk menegakkan kemungkinan terjadi inversio uteri dapat dilakukan

pemeriksaan palpasi pada fundus uteri yang menghilang dari abdomen pada

pemeriksaan dalam dapat dijumpai fundus uteri di kanalis servikalis bahkan

bersama dengan plasenta yang belum lepas.

Patologi Kebidanan

Page 15: 6. 2 Perdarahan Postpartum-

Perdarahan Postpartum 14

Skema tatalaksana inverslo uteri

Patologi Kebidanan

Page 16: 6. 2 Perdarahan Postpartum-

Perdarahan Postpartum 15

Patologi Kebidanan

Page 17: 6. 2 Perdarahan Postpartum-

Perdarahan Postpartum 16

4.Perdarahan Robekan Jalan Lahir

Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam jumlah yang bervariasi

banyaknya. Perdarahan yang berasal dari jalan lahir selalu harus dievaluasi, yaitu

sumber dan jumlah. Perdarahan sehingga dapat diatasi. Sumber perdarahan dapat

berasal dari perineum, vagina, servik, dan robekan uterus (rupture uteri). Perdarahan

dapat dalam bentuk hematoma dengan robekan jalan lahir dengan perdarahan bersifat

arteril atau pecahnya pembuluh darah vena.

Perdarahan karena robekan jalan lahir banyak dijumpai para pertolongan persalinan

oleh dukun karena tampa dijahit. Pertolongan persalinan dengan sesiko rendah

mempunyai komplikasi ringan sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu

maupun perinatal.

Sikap bidan menghadapi perdarahan robekan jalan lahir

Patologi Kebidanan

Page 18: 6. 2 Perdarahan Postpartum-

Perdarahan Postpartum 17

Gambar Beberapa jenis episiotomi, yang menggambarkan otot lantai pelvis yang

dilibat oleh masing-masing jenis. A. episiotomi median, B, episiotomi lateral, C.

episiotomi mediolateral, D, insisi Schruchardt.

Patologi Kebidanan

Page 19: 6. 2 Perdarahan Postpartum-

Perdarahan Postpartum 18

Gambar Reparasi laserasi tingkat tiga (I). Sudut atas luka vagina dipegang dengan

benang traksi. Tepi luka dinding rektum anterior kembali dengan jahitan submukosa.

Benang yang kuat menarik puntung otot sfingter ke arah depan dan menyatukannya

di anterior deretan jahitan rektum.

Reparasi laserasi tingkat tiga (II). Jahitan dinding rektum dan sfingter diikat. Otot

lantai pelvis dibentuk dengan masing-masing jahitan.

Patologi Kebidanan

Page 20: 6. 2 Perdarahan Postpartum-

Perdarahan Postpartum 19

Tahap penjahitan:

Ujung tepi robekan dipegang dengan elis klamp dan diadaptasikan

Jahit robekan serviks secara simpul, sehingga perdarahan berhenti secara

sempurna.

Robekan servik dapat pula dipegang dengan intestinum klamp dan

selanjutnya dijahit secara simpul.

Patologi Kebidanan

Page 21: 6. 2 Perdarahan Postpartum-

Perdarahan Postpartum 20

1. Perdarahan postpartum yang terjadi dalam 24 jam pertama, disebut

a. Perdarahan postpartum primer

b. Perdarahan post partum sekunder

c. Perdarahan postpartum tertier

d. Perdarahan postpartum

Jawab A

2. Perdarahan postpartum yang terjadi setelah 24 jam pertama, disebut:

a. Perdarahan postpartum primer

b. Perdarahan post partum sekunder

c. Perdarahan postpartum tertier

d. Perdarahan postpartum

Jawab B

3. Uterus yang tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan

taktil (pemijatan) fundus uteri, disebut:

a. Perdarahan postpartum

b. atonia uteri

c. inersia uteri

d. tetania uteri

jawab B

4. Keadaan dimana fundus uteri masuk ke dalam kavum uteri, dapat secara

mendadak atau terjadi perlahan, merupakan:

a. Perdarahan postpartum

b. atonia uteri

c. inersia uteri

d. Inversio uteri

jawab D

Patologi Kebidanan

EVALUASI

Page 22: 6. 2 Perdarahan Postpartum-

Perdarahan Postpartum 21

5. Dikatakan perdarahan post partum bila terjadi perdarahan sebanyak:

a. >300 cc

b. >500 cc

c. >1000 cc

d. >1500 cc

Jawab B

Patologi Kebidanan