29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hemoragia postpartum (perdarahan postpartum) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi (William, 1981). Namun, menurut Dongoes (2001), perdarahan postpartum adalah kehilangan darah lebih 500 ml selama atau setelah melahirkan. Dengan pengukuran kuantitatif, ternyata batasan tersebut tidak terlalu tepat , karena terbukti bahwa darah yang keluar pada persalinan pervaginam umumnya lebih dari 500 ml, dan ini merupakan salah satu penyebab mortalitas pada ibu. Perdarahan postpartum dapat dibagi menjadi dua. 1. Perdarahan postpartum awal (sampai 24 jam setelah kelahiran) 2. Perdarahan postpartum lambat (sampai 28 jam setelah kelahiran) 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa saja penyebab perdarahan postpartum? Serta gejala yang menyertainya? 1

Perdarahan pasca persalinan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Perdarahan pasca persalinan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hemoragia postpartum (perdarahan postpartum) adalah hilangnya

darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi

(William, 1981). Namun, menurut Dongoes (2001), perdarahan

postpartum adalah kehilangan darah lebih 500 ml selama atau setelah

melahirkan.

Dengan pengukuran kuantitatif, ternyata batasan tersebut tidak

terlalu tepat , karena terbukti bahwa darah yang keluar pada persalinan

pervaginam umumnya lebih dari 500 ml, dan ini merupakan salah satu

penyebab mortalitas pada ibu.

Perdarahan postpartum dapat dibagi menjadi dua.

1. Perdarahan postpartum awal (sampai 24 jam setelah kelahiran)

2. Perdarahan postpartum lambat (sampai 28 jam setelah kelahiran)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja penyebab perdarahan postpartum? Serta gejala yang

menyertainya?

2. Bagaimana penatalaksanaan perdarahan postpartum?

3. Bagaimana asuhan keperawatan pada ibu nifas dengan perdarahan?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui apa saja penyebab perdarahan postpartum serta gejala

yang menyertainya.

2. Mengetahui dan dapat menerapkan penatalaksanaan perdarahan

postpartum.

3. Dapat menerapkan asuhan keperawatan pada ibu nifas dengan

perdarahan dalam pelaksanaan profesi keperawatan.

1

Page 2: Perdarahan pasca persalinan

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Perdarahan Postpartum

Perdarahan ini bisa terjadi segera begitu ibu melahirkan. Terutama di dua

jam pertama yang kemungkinannya sangat tinggi. Itulah makanya, selama 2 jam

pertama setelah bersalin, ibu belum boleh keluar dari kamar bersalin dan masih

dalam pengawasan. Yang diperhatikan adalah tinggi rahim, ada perdarahan atau

tidak, lalu tekanan darah dan nadinya. Kalau terjadi perdarahan, maka tinggi

rahim akan bertambah naik, tekanan darah menurun, dan denyut nadi ibu menjadi

cepat. Normalnya, tinggi rahim setelah melahirkan adalah sama dengan pusar atau

1 sentimeter di atas pusar. Adakalanya perdarahan yang terjadi tidak terlihat

karena darah mengumpul di rahim, jadi begitu keluar akan keluar cukup deras. Ini

sangat berbahaya karena bisa mengakibatkan kematian.

Ada pula perdarahan postpartum yang baru terjadi di hari kedua atau

ketiga. Gejalanya sama. Itulah mengapa, setelah melahirkan ibu perlu dirawat

selama 2 hari untuk memantau ada tidaknya perdarahan, dengan menilai tensi

darah dan nadinya. Perdarahan pascapersalinan adalah kehilangan darah lebih dari

500ml melalui jalan lahir yang terjadi selama atau setelah persalinan kala III.

Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-

kadang hanya setengah dari yang sebenarnya. Darah tersebut tercampur dengan

cairan amnion atau dengan urin. Volume darah yang hilang juga bervariasi

akibatnya sesuai dengan kadar hemoglobin ibu. Seseorang ibu dengan kadar

hemoglobin normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang

akan berakibat fatal pada yang anemia.

Perdarahan pascapersalinan adalah sebab penting kematian ibu;1/4

kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan ( perdarahan pascapersalinan,

placenta previa, solutio plasenta, kehamilan ektopik, abortus, dan ruptura uteri)

disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan. Selain itu, pada keadaan dimana

2

Page 3: Perdarahan pasca persalinan

perdarahan pascapersalinan tidak mengakibatkan kematian, kejadian ini sangat

mempengaruhi morbiditas nifas karena anemia dapat menurunkan daya tahan

tubuh. Perdarahan pascapersalinan lebih sering terjadi pada ibu-ibu di Indonesia

dibandingkan dengan ibu-ibu di luar negeri.

1. Klasifikasi klinis

Perdarahan pascapersalinan di bagi menjadi perdarahan pascapersalinan

primer dan sekunder.

a. Perdarahan pascapersalinan primer (Early Postpartum Haemorrhage atau

perdarahan pascapersalinan segera). Perdarahan pascapersalinan primer

terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama perdarahan pascapersalinan

primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, dan robekan

jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam pertama.

b. Perdarahan pascapersalinan sekunder (Late Postpartum Haemorrhage,

atau perdarahan masa nifas, atau perdarahan pascapersalinan lambat).

Perdarahan pascapersalinan sekunder terjadi setelah 24 jam pertama.

Penyebab utama perdarahan pascapersalinan sekunder adalah robekan

jalan lahir dan sisa plasenta atau membran.

2. Penyebab perdarahan pascapersalinan

a. Atonia uteri

Merupakan penyebab utama terjadinya perdarahan

pascapersalinan. Pada atonia uteri, uterus gagal berkontraksi dengan baik

setelah persalinan.

Predisposisi atonia uteri :

1) Grandemultipara

2) Uterus yang terlalu regang (hidramnion, hamil ganda, anak besar

(BB>4000gr))

3) Kelainan uterus(uterus bicornis, mioma uteri, bekas operasi)

4) Plasenta previa dan solutio plasenta(perdarahan antepartum)

3

Page 4: Perdarahan pasca persalinan

5) Partus lama (exhausted mother)

6) Partus precipitatus

7) Hipertensi dalam kehamilan(Gestosis)

8) Infeksi uterus

9) Anemi berat

10) Penggunaan oksitosin yang berlebihan dalam persalinan(induksi

partus)

11) Riwayat perdarahan pascapersalinan sebelumnya atau riwayat

plasenta manual.

12) Pimpinan kala III yang salah, dengan memijit-mijit dan mendorong

uterus sebelum plasenta terlepas.

13) IUFD yang sudah lama, penyakit hati, emboli air

ketuban(koagulopati)

14) Tindakan operatif dengan anestesi umum yang terlalu dalam)

b. Robekan jalan lahir

Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari

perdarahan pascapersalinan. Robekan dapat terjadi bersamaan dengan

atonia uteri. Perdarahan pascapersalinan dengan uterus yang berkontraksi

baik biasanya disebabkan oleh robekan serviks atau vagina.

c. Robekan serviks

Persalinan selalu mengakibatkan robekan serviks, sehingga serviks

seorang multipara berbeda dari yang belum pernah melahirkan

pervaginam. Robekan serviks yang luas menimbulkan perdarahan dan

dapat menjalar ke segmen bawah uterus. Apabila terjadi perdarahan yang

tidak berhenti meskipun plasenta sudah lahir lengkap dan uterus sudah

berkontraksi baik, perlu dipikirkan perlukaan jalan lahir, khususnya

robekan serviks uteri.

d. Perlukaan vagina

Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan perineun tidak

sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi lebih

sering terjadi sebagai akibat ekstraksi dengan cunam, terlebih apabila

4

Page 5: Perdarahan pasca persalinan

kepala janin harus diputar. Robekan terdapat padadinding lateral dan baru

terlihat pada pemeriksaan spekulum.

e. Kolpaporeksis

Kolpaporeksis adalah robekan melintang atau miring pada bagian

atas vagina. Hal ini terjadi apabila pada persalinan yang disproporsi

sefalopelvik terjadi regangan segmen bawah uterus dengan servik uteri

tidak terjepit antara kepala janin dengan tulang panggul, sehingga tarikan

ke atas langsung ditampung oleh vagina, jika tarikan ini melampaui

kekuatan jaringan, terjadi robekan vagina pada batas antara bagian teratas

dengan bagian yang paling bawah dan yang terfiksasi pada jaringan

sekitarnya. Kolpaporeksis juga bisa timbul apabila pada tindakan

pervaginam dengan memasukkan tangan penolong kedalam uterus terjadi

kesalahan, dimana fundus uteri tidak ditahan oleh tangan luar untuk

mencegah uterus naik ke atas.

f. Fistula

Fistula akibat pembedahan vaginal makin lama makin jarang

karena tindakan vaginal yang sulit untuk melahirkan anak banyak diganti

dengan seksio sesarea. Fistula dapat terjadi mendadak karena perlukaan

pada vagina yang menembus kandung kemih atau rektum, misalnya oleh

perforator atau alat untuk dekapitasi, atau karena robekan serviks menjalar

ke tempat-tempat tersebut. Jika kandung kemih luka, urin segera keluar

melalui vagina. Fistula dapat berupa fistula vesikovaginalis atau

rektovaginalis.

g. Robekan perineum

Robekan perineum terjadi pada hampir setiap persalinan pertama

dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum

umumnya terjadi di garis tengan dan bisa menjadi luas apabila kepala janin

lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala

janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar

daripada sirkumferensia suboksipito bregmantika.

5

Page 6: Perdarahan pasca persalinan

h. Retensio plasenta

Retensio plasenta adalah belum lahirnya plasenta ½ jam setelah

anak lahir. Tidak semua retensio plasenta menyebabkan terjadinya

perdarahan. Apabila terjadi perdarahan, maka plasenta dilepaskan secara

manual lebih dulu.

i. Tertinggalnya sebagian plasenta (sisa plasenta)

Sewaktu suatu bagian dari plasenta (satu atau lebih lobus)

tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan

ini dapat menimbulkan perdarahan. Tetapi mungkin saja pada beberapa

keadaan tidak ada perdarahan dengan sisa plasenta.

j. Inversio unterus

Uterus dikatakan mengalami inversi jika bagian dalam menjadi di

luar saat melahirkan plasenta. Reposisi sebaiknya segera dilakukan. Dengan

berjalannya waktu, lingkaran konstriksi sekitar uterus yang terinversi akan

mengecil dan uterus akan terisi darah.

3. Gejala klinis

a. Atonia uteri

Gejala dan tanda yang selalu ada :

1) Uterus tidak berkontraksi dan lembek

2) Perdarahan segera setelah anak lahir (perdarahan pascapersalinan

primer)

Gejala dan tanda yang kadang-kadang ada :

Syok (tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas

dingin, gelisah, mual, dan lain lain)

b. Robekan jalan lahir

Gejala dan tanda yang selalu ada :

1) Perdarahan segera

2) Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir

3) Uterus kontraksi baik

4) Plasenta baik

6

Page 7: Perdarahan pasca persalinan

Gejala dan tanda yang kadang-kadang ada :

1) Pucat

2) Lemah

3) Menggigil

c. Retensio plasenta

Gejala dan tanda yang selalu ada :

1) Plasenta belum lahir setelah 30 menit

2) Perdarahan segera

3) Uterus kontraksi baik

Gejala dan tanda yang kadang-kadang ada :

1) Tali pusat putus akibat traksi berlebihan

2) Inversio uteri akibat tarikan

3) Perdarahan lanjutan

d. Tertinggalnya sebagian plasenta (sisa plasenta)

Gejala dan tanda yang selalu ada :

1) Plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah)

2) Perdarahan segera

Gejala dan tanda yang kadang-kadang ada :

Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang

e. Inversio uterus

Gejala dan tanda yang selalu ada :

1) Uterus tidak teraba

2) Lumen vagina terisi massa

3) Tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir)

4) Perdarahan segera

5) Nyeri sedikit atau berat

Gejala dan tanda yang kadang-kadang ada :

1) Syok neurogenik

2) Pucat dan limbung

1.3 Pemeriksaan Penunjang

a. Golongan darah : menentukan Rh, ABO dan percocokan silang.

7

Page 8: Perdarahan pasca persalinan

b. Jumlah darah lengkap : menunjukkan penurunan Hb/Ht dan peningkatan

jumlah sel darah putuih (SDP). (Hb saat tidak hamil:12-16gr/dl, saat

hamil: 10-14gr/dl. Ht saat tidak hamil:37%-47%, saat hamil:32%-42%.

Total SDP saat tidak hamil 4.500-10.000/mm3. saat hamil 5.000-15.000)

c. Kultur uterus dan vagina : mengesampingkan infeksi pasca partum

d. Urinalisis : memastikan kerusakan kandung kemih

Profil koagulasi : peningkatan degradasi, kadar produk

fibrin/produk split fibrin (FDP/FSP), penurunan kadar fibrinogen :

masa tromboplastin partial diaktivasi, masa tromboplastin partial

(APT/PTT), masa protrombin memanjang pada KID

Sonografi : menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan

4. Diagnosis perdarahan pascapersalinan

Diagnosis biasanya tidak sulit, terutama apabila timbul perdarahan banyak

dalam waktu pendek. Tetapi bila perdarahan sedikit dalam jangka waktu lama,

tanpa disadari pasien telah kehilangan banyak darah sebelum ia tampak pucat.

Nadi serta pernafasan menjadi lebih cepat dan tekanan darah menurun.

Seorang wanita hamil yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10%

dari volume total tanpa mengalami gejala-gejala klinik. Gejala-gejala baru tampak

pada kehilangan darah 20%. Jika perdarahan berlangsung terus, dapat timbul

syok. Diagnosis perdarahan pascapersalinan dipermudah apabila tiap-tiap

persalinan setelah anak lahir secara rutin diukur pengeluaran darah dalam kala III

dan satu jam sesudahnya. Apabila terjadi perdarahan pascapersalinan dan plasenta

belum lahir, perlu diusahakan untuk melahirkan plasenta segera. Jika plasenta

sudah lahir, perlu dibedakan antara perdarahan akibat atonia uteri atau perdarahan

karena perlukaan jalan lahir.

Pada perdarahan karena atonia uteri, uterus membesar dan lembek pada

palpasi; sedangkan pada perdarahan karena perlukaan jalan lahir, uterus

berkontraksi dengan baik. Dalam hal uterus berkontraksi dengan baik, perlu

diperiksa lebih lanjut tentang adanya dan dimana letaknya perlukaan jalan lahir.

Pada persalinan di rumah sakit, dengan fasilitas yang baik untuk melakukan

8

Page 9: Perdarahan pasca persalinan

transfusi darah, seharusnya kematian akibat perdarahan pascapersalinan dapat

dicegah. Tetapi kematian tidak data terlalu dihindarkan, terutama apabila

penderita masuk rumah sakit dalam keadaan syok karena sudah kehilangan

banyak darah. Karena persalinan di Indonesia sebagian besar terjadi di luar rumah

sakit, perdarahan post partum merupakan sebab utama kematian dalam persalinan.

Diagnosis perdarahan pascapersalinan

a) Palpasi uterus: bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri.

b) Memeriksa plasenta dan ketuban apakah lengkap atau tidak.

c) Lakukan eksplorasi cavum uteri untuk mencari:

Sisa plasenta atau selaput ketuban, robekan rahim, plasenta suksenturiata.

1) Inspekulo: untuk melihat robekan pada serviks, vagina, dan varises

yang pecah.

2) Pemeriksaan laboratorium periksa darah yaitu, Hb, COT (Clot

Observation Test), dll

Perdarahan pascapersalinan adakalanya merupakan perdarahan yang hebat

dan menakutkan hingga dalam waktu singkat ibu dapat jatuh kedalam keadaan

syok, atau dapat berupa perdarahan yang menetes perlahan-lahan tetapi terus

menerus yang juga bahaya karena kita tidak menyangka akhirnya perdarahan

berjumlah banyak, ibu menjadi lemas dan juga jatuh dalam presyok dan syok.

Karena itu, adalah penting sekali pada setiap ibu yang bersalin dilakukan

pengukuran kadar darah secara rutin, serta pengawasan tekanan darah, nadi,

pernafasan ibu, dan periksa juga kontraksi uterus perdarahan selama 1 jam.

Pemeriksaan diagnostik

Bila ada kemungkinan adanya akumulasi darah uterus/dalam vagina yang

tidak diketahui, maka pemeriksaan diagnosis perdarahan post partum biasanya

dapat dijelaskan dengan inspekulum pada vagina, serviks, dan uterus.

Prognosis

9

Page 10: Perdarahan pasca persalinan

Seharusnya ibu yang mengalami perdarahan postpartum dapat

diselamatkan. Kematian jarang, tapi masih ditemukan pada lengkungan yang tidak

menguntungkan.

5. Penatalaksanaan perdarahan post partum

Dengan adanya perdarahan yang keluar pada kala III, bila tidak

berkontraksi dengan kuat, uterus harus diurut.

1. Dorongan pada plasenta diupayakan dengan tekanan manual pada fundus

uterus. Bila perdarahan berlanjut, pengeluaran plasenta secara manual

harus dilakukan.

2. Pemberian 20 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan RL atau normal saline

terbukti efektif bila diberikan perifus intravena kurang lebih 10 ml/menit

bersama dengan mengurut uterus secara efektif.

3. Bila cara diatas tidak efektif, ergovine 0,2 mg yang diberikan secara IV

dapat merangsang uterus untuk berkontraksi dan beretraksi dengan baik,

untuk mengatasi perdarahan dari tempat implantasi plasenta.

Bila penatalaksanaan perdarahan yang telah disebutkan tadi masih belum

berhasil, maka segera lakukan tindakan berikut:

1. Lakukan kompresi uterus bimanual (tindakan ini akan mengatasi sebagian

besar perdarahan).

2. Transfusi darah. Golongan darah setiap ibu harus sudah diketahui sebelum

persalinan.

3. Lakukan eksplorasi kavum uterus secara manual untuk mencari sisa

plasenta yang tertinggal.

4. Lakukan pemeriksaan inspekulum pada serviks dan vagina.

5. Pasang tambahan infus IV kedua dengan menggunakan kateter IV yang

besar, sehingga aksitosin dapat diteruskan sambil membersihkan darah.

6. Kecukupan output jantung pengisian arterial dapat dipantau melalui

produksi kemih

.

10

Page 11: Perdarahan pasca persalinan

2.2 ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pada kasus perdarahan post partum seharusnya dilakukan pemeriksaan

fisik secara keseluruhan dan lebih difokuskan pada :

1. Aktivitas atau istirahat, dengan melaporkan kelelahan berlebihan.

2. Sirkulasi. Kehilangan darah pada kelahiran umumnya 400-500 ml

(kelahiran per vaginam), 600-800 ml (kelahiran seksio caesarea)

meskipun kehilangan darah sering diabaikan. Riwayat anemia kronis,

defek koagulasi kongenital atau insidental, serta idiopatik

trombositopenia purpura.

3. Integritas ego. Cemas, ketakutan, dan khawatir.

Perdarahan postpartum awal (sampai 24 jam setelah kelahiran)

1. Sirkulasi

a. Perubahan TD dan nadi (mungkin tidak terjadi sampai kehilangan

darah bermakna).

b. Perlambatan pengisian kapiler.

c. Pucat, kulit dingin/lembap.

d. Perdarahan vena gelap dari uterus ada secara eksternal (plasenta

tertahan).

e. Dapat mengalami perdarahan per vaginam berlebihan, rembesan dari

insisi caesarea atau episiotomi, seperti : rembesan kateter intravena,

injeksi intramuskuler atau kateter urinarius, perdarahan gusi ( tanda-

tanda koagulasi intravaskular diseminata)

f. Hemoragi berat atau gejala syok diluar jumlah proporsi kehilangan

darah (inversi uterus).

2. Eliminasi

Kesulitan berkemih dapat menunjukkan hematoma dari porsi vagina.

3. Nyeri/ketidaknyamanan

Sensasi nyeri terbakar/robekan (laserasi), nyeri

vulva/vagina/pelvis/punggung berat (hematoma), nyeri uterus lateral,

nyeri panggul (hematoma ke dalam ligamen luas), nyeri tekan abdominal

11

Page 12: Perdarahan pasca persalinan

(atonia uterus, fragmen plasenta tertahan), nyeri abdominal (inversi

uterus).

4. Keamanan

a. Laserasi jalan lahir: darah merah terang sedikit menetap (mungkin

tersembunyi) dengan uterus keras, uterus berkontraksi dengan baik,

robekan terlihat pada lania mayora/minora dari muara vagina ke

perineum, robekan episiotomi luas, ekstensi episiotomi kedalam

kubah vagina atau robekan pada serviks.

b. Hematoma : unilateral, peninjolan masa tegang berfluktuasi pada

muara vagina atau meliputi labia mayora, keras, nyeri pada sentuhan

perubahan warna kemerahan atau kebiruan unilateral kulit perineum

atau bokong (hematoma abdominal setelah kelahiran caesarea

mungkin asimptomatik, kecuali pada perubahan tanda vital).

5. Seksualitas

a. Pembesaran uterus lunak dan menonjol, sulit dipalpasi, perdarahan

merah tenang dari vagina (lambat atau tersembunyi), bekuan-bekuan

besar dikeluarkan dari masase uterus (atonia uterus)

b. Uterus kuat, kontraksi baik atau kontraksi parstial dan agak

menonjol (fragmen-fragmen plasenta yang tertahan).

c. Fundus uterus terinversi mendekat pada kontak atau menonjol

melalui os.eksternal (inversi uterus).

d. Kehamilan baru dapat memengaruhi hiperdistensi uterus (gestasi

multipel polihidramnion, makrosomia) abrupsi plasenta, plasenta

previa.

Perdarahan postpartum lambat (24-28 hari setelah kelahiran)

1. Sirkulasi

a. Rembesan kontinu atau rembesan tiba-tiba.

b. Kelihatan pucat, anemis.

2. Nyeri/ketidaknyamanan

a. Nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta tertahan).

b. Ketidaknyamanan vagina/pelvis, sakit punggung (hematoma).

12

Page 13: Perdarahan pasca persalinan

3. Keamanan

a. Lokia berbau busuk (infeksi)

b. Ketuban pecah dini.

4. Seksualitas

a. Tinggi fundus badan uterus gagal kembali pada ukuran dan fungsi

sebelum kehamilan (subinvolusi).

b. Leukore mungkin ada

c. Terlepasnya jaringan.

Pemeriksaan diagnostik

1. Golongan darah menentukan Rh, ABO, dan pencocokan silang.

2. Jumlah darah lengkap menunjukkan penurunan Hb/Ht dan peningkatan

jumlah sel darah putih (perpindahan ke kiri dan peningkatan laju

sedimentasi menunjukkan infeksi).

3. Kultur uterus dan vagina mengesampingkan infeksi postpartum.

4. Urinalitas: memastikan kerusakan kandung kemih.

5. Profil koagulasi: peningkatan degradasi kadar produk fibrin/produk split

fibrin (FDP/FSP), penurunan kadar fibrinogen masa tromboplastin

parsial memanjang pada KID.

6. Sonografi: menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan.

2. Diagnosis Keperawatan

1. Kehilangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan

vaskular yang berlebihan.

2. Perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan hipovolemia.

3. Risiko penurunan curah jantung yang berhubungan dengan gangguan

sirkulasi.

4. Gangguan pola nafas yang berhubungan dengan intake O2 yang rendah.

13

Page 14: Perdarahan pasca persalinan

5. Nyeri yang berhubungan dengan episiotomi dan laserasi.

6. Risiko tinggi terjadinya infeksi yang berhubungan dengan adanya trauma

jalan lahir.

7. Gangguan pola eliminasi urine yang berhubungan dengan pengeluaran

renin.

3. Intervensi Keperawatan

1. Diagnosis 1: kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan

kehilangan vaskular berlebihan ditandai dengan asidosis, sianosis,

takipnea, dispnea, dan syok hipovolemik.

Tujuan: volume cairan adekuat.

Kriteria hasil: tanda-tanda vital dalam batas normal, pengisisan kapiler

cepat (kurang dari 3 detik), sensorium tepat, input dan output cairan

seimbang, serta berat jenis urine dalam batas normal.

Intervensi

a. Kaji dan catat jumlah, tipe, dan sisi perdarahan. Timbang dan hitung

pembalut. Simpan bekuan dan jaringan untuk dievaluasi oleh dokter.

Rasional:

Perkirakan kehilangan darah, arterial versus vena, dan adanya

bekuan-bekuan membantu membuat diagnosis banding serta

menentukan kebutuhan penggantian (satu gram peningkatan berat

pembalut sama dengan kurang lebih 1 ml (kehilangan darah).

b. Kaji lokasi uterus dan derajat kontraktilitas uterus. Dengan masase,

penonjolan uterus dengan satu tangan sambil menempatkan tangan

kedua tepat di atas simfisis pubis.

Rasional:

Derajat kontraktilitas uterus membantu dalam menentukan diagnosis

banding. Peningkatan kontraktilitas miometrium dapat menurunkan

kehilangan darah. Penempatan satu tangan di atas simfisis pubis

mencegah kemungkinan inversi uterus selama masase.

c. Perhatikan hipotensi dan takikardi, perlambatan pengisian kapiler

atau sianosis darah buku, serta membran mukosan dan bibir.

14

Page 15: Perdarahan pasca persalinan

Rasional:

Tanda-tanda menunjukkan hipovolemik dan terjadinya syok.

Perubahan tekanan darah tidak dapat di deteksi sampai volume

cairan telah menurun hingga 30-50%. Sianosis adalah tanda akhir

dari hipoksia.

d. Pantau masukan dan keluaran: perhatikan berat jenis urine.

Rasional:

Bermanfaat dalam memperkirakan luas/signifikansi kehilangan

cairan. Volume perfusi/sirkulasi adekuat ditunjukkan dengan

keluaran 30-50%. Sianosis adalah tanda akhir dari hipoksia.

e. Pantau masukan dan keluaran: perhatikan berat jenis urine.

Rasional: bermanfaat dalam memperkirakan luas/signifikansi

kehilangan cairan. Volume perfusi/sirkulasi adekuat ditunjukkan

dengan haluaran 3-50 ml per jam atau lebih besar.

f. Berikan lingkungan yang tenang dan dukungan psikologis.

Rasional:

Meningkatkan relaksasi, menurunkan ansietas, dan kebutuhan

metabolik.

2. Diagnosis 2: Perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan

hipovolemia, ditandai dengan pengisian kapilar lambat, pucat, kulit

dingin atau lembap, penurunan produksi ASI.

Tujuan : perfusi jaringan kembali normal.

Kriteria hasil :

TD, nadi darah arteri, Hb/Ht dalam batas normal;pengisian kapiler cepat;

fungsi hormonal normal menunjukkan dengan suplai ASI adekuat untuk

laktasi dan mengalami kembali menstruasi normal.

Intervensi

15

Page 16: Perdarahan pasca persalinan

a. Perhatikan Hb atau Ht sebelum dan sesudah kehilangan darah. Kaji

status nutrisi, tinggi, dan berat badan.

Rasional :

Nilai bandingan membantu menentukan besarnya kehilangan darah.

Status sebelumnya dari kesehatan yang buruk meningkatkan luasnya

cedera karena kekurangan O2.

b. Pantau tanda vital, catat derajat, dan durasi episode hipovolemik.

Rasional :

Luasnya keterlibatan hipofisi dapat dihubungkan dengan derajat dan

durasi hipotensi. Peningkatan frekuensi pernafasan dapat

menunjukkan upaya untuk mengatasi asidosis metabolik.

c. Perhatikan tingkat kesadaran dan adanya perubahan perilaku.

Rasional:

Perubahan sensorium adalah indikator dini hipoksia, sianosis tanda

lanjut, mungkin tidak tampak sampai kadar PO2 turun dibawah 50

mmHg.

d. Kaji warna dasar kuku mukosa mulut, gusi, dan lidah serta

perhatikan suhu kulit.

Rasional:

Pada kompensasi vasokontriksi dan pirau organ vital, sirkulasi pada

pembuluh darah perifer diturunkan yang mengakibatkan sianosis dan

suhu kulit dingin.

e. Kaji payudara setiap hari, perhatikan ada atau tidaknya laktasi dan

perubahan ukuran payudara.

Rasional:

Kerusakan hipofisis anterior menurunkan kadar prolaktin,

mengakibatkan tidak adanya produksi ASI, dan akhirnya

menurunkan jaringan kelenjar payudara.

16

Page 17: Perdarahan pasca persalinan

Kolaborasi

a. Pantau kadar pH

Rasional:

Membantu dalam mendiagnosis derajat hipoksi jaringan atau

asidosis yang diakibatkan oleh terbentuknya asam laktat dari

metabolisme anaerobik.

b. Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan.

Rasional:

Memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk transpor sirkulasi ke

jaringan.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah

direncanakam, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.

Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan

analisis dan kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk kesehatan lain.

Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan

oleh hasil keputusam bersama seperti dokter atau petugas kesehatan lain.

5. Evaluasi Keperawatan

Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada

hasil dan tujuan yang hendak dicapai.

17

Page 18: Perdarahan pasca persalinan

18

Trauma jalan lahir episiotomi yang lebar laserasi perineum vagina dan serviks ruptur

Gangguan koagulasi

Kegagalan kompresi pembuluh darah Miometrium hipotonus Retensi sisa plasenta

Perdarahan

Kehilangan vaskular yang berlebihan

Gangguan sirkulasi

Sianosis respiratorikUrine output menurunMKRisiko penurunan curah jantung

Paru Ginjal mengeluarkan eritropoetinKompensasi jantungPerifer

Hipovolemi Takikardi hipertropi Vasokontriksi Intake O2

Keterlambatan pengisian kapiler

Tidak terkompensasi GFR menurun Hipoksia

Page 19: Perdarahan pasca persalinan

Web of causation hemoragi postpartum

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hemoragia postpartum (perdarahan postpartum) adalah hilangnya darah lebih

dari 500 ml dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi (William, 1981). Namun,

menurut Dongoes (2001), perdarahan postpartum adalah kehilangan darah lebih 500 ml

selama atau setelah melahirkan.

3.2 Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya khususnya dan bagi pembaca

pada umumnya.

19

MK:Gangguan pada pola nafas

Pucat, kulit dingin/lambat

MK:Perubahan perfusi jaringan

Oliguria Takipnea

dyspnea

Nyeri, kemerahan, udema

Hematoma porsi atas vagina

MK:NyeriRisiko tinggi infeksi

MK:Gangguan pada pola elinminasi Takipnea

dyspnea