18
PENGKAJIAN ABDOMEN Pengkajian abdomen terdiri dari dua bagian, bagian pertama adalah history taking atau biasa disebut anamnese. History taking pada pengkajian abdomen adalah keluhan-keluhan klien yang terkait dengan gangguan abdomen, riwayat tentang penyakit sebelumnya, riwayat keluarga, gaya hidup. Untuk mengkaji keluhan klien tanyakan tentang karakter, onset, lokasi, durasi, severity, pola, keluhan lain yang menyertai. Karakter : Minta klien mendeskripsikan tanda dan gejala yang di rasakan. Apa yang dirasakan klien, bagaimana bunyi, bau? Onset : Kapan keluhan mulai dirasakan? Lokasi : Dimana keluhan dirasakan? Menyebar kemana? Durasi : Berapa lama dirasakan? Kapan keluhan kambuh kembali? Severity : Apakah keluhan terasa semakin parah? Pola : Apa yang dapat membuat keluhan berkurang atau bertambah parah ? Keluhan lain : adakah keluhan lai yang menyertai? Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat digunakan untuk mengkaji keluhan pada abdomen. Keluhan yang sering dikatakan oleh klien adalah nyeri, pyrosis, mual dan muntah, obstipasi, atau diare. Nyeri organ viseral dimanisfestasikan sesuai dengan lokasi dan jalur saraf otonom yang mempersarafinya, sehingga nyeri viseral biasa dirasakan menyebar oleh pasien bahkan nyeri dapat berpindah sesuai perkembangan penyakit klien. Berikut ini gambaran nyeri yang dirasa kan pada gangguan abdomen :

Pengkajian Abdomen Jadi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pengkajian abdomen

Citation preview

Page 1: Pengkajian Abdomen Jadi

PENGKAJIAN ABDOMEN

Pengkajian abdomen terdiri dari dua bagian, bagian pertama adalah history taking atau

biasa disebut anamnese. History taking pada pengkajian abdomen adalah keluhan-

keluhan klien yang terkait dengan gangguan abdomen, riwayat tentang penyakit

sebelumnya, riwayat keluarga, gaya hidup.

Untuk mengkaji keluhan klien tanyakan tentang karakter, onset, lokasi, durasi, severity,

pola, keluhan lain yang menyertai.

Karakter : Minta klien mendeskripsikan tanda dan gejala yang di rasakan. Apa

yang dirasakan klien, bagaimana bunyi, bau?

Onset : Kapan keluhan mulai dirasakan?

Lokasi : Dimana keluhan dirasakan? Menyebar kemana?

Durasi : Berapa lama dirasakan? Kapan keluhan kambuh kembali?

Severity : Apakah keluhan terasa semakin parah?

Pola : Apa yang dapat membuat keluhan berkurang atau bertambah parah ?

Keluhan lain : adakah keluhan lai yang menyertai?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat digunakan untuk mengkaji keluhan pada abdomen.

Keluhan yang sering dikatakan oleh klien adalah nyeri, pyrosis, mual dan muntah,

obstipasi, atau diare. Nyeri organ viseral dimanisfestasikan sesuai dengan lokasi dan jalur

saraf otonom yang mempersarafinya, sehingga nyeri viseral biasa dirasakan menyebar

oleh pasien bahkan nyeri dapat berpindah sesuai perkembangan penyakit klien. Berikut

ini gambaran nyeri yang dirasa kan pada gangguan abdomen :

Page 2: Pengkajian Abdomen Jadi

Karakteristik nyeri abdomen dan implikasinya :

Karakter Nyeri ImplikasiTumpul Appendisitis, Hepatitis akut, kolik bilier, kolesistitis, cystitis,

dyspepsia, glomerulonefritis, hernia, sindrom iritasi bowel, kanker hepatoseluler, pankreatitis, kanker pancreas, perforasi gaster atau ulkus duodenum, peritonitis, ulkus peptikum, prostatitis

Seperti terbakar Dyspepsia, ulkus peptikum, kram, gastritis akut, obstruksi mekanik akut, appendicitis, Colitis, Divertilulitis, GERD

Seperti ada tekanan BPH, Kanker prostate, Prostatitis, retensi urinSeperti kolik Kanker kolonTajam Abses atau rupture organ dalam, kolik renal, tumor renal, kolik

ureter,Variable Stomach Cancer

Pirosis biasanya dikeluhkan oleh klien sebagai nyeri dada (heartburn), ini merupakan

manifestasi gastritis kronik atau akut, GERD, ulkus peptikum, dan stomach cancer. Mual

merupakan manistasi disfungsi gaster, gangguan pada hati, pancreas, gagal ginjal,

intoleransi obat. Mual juga dapat dipresipitasi oleh intoleransi makanan, kondisi

psikologi, atau menstruasi, mual dapat terjadi pada waktu-waktu tertentu pada orang

hamil. Muntah merupakan refleksi kerusakan motilitas gaster atau gangguan pada

mekanisme reflek. Karakter cairan yang dikeluarkan dapat digunakan untuk

mengidentifikasi lokasi yang mengalami gangguan, missal pada klien dengan varises

esophagus akan memuntahkan darah berwarna merah segar. Pada klien yang mengalami

penurunana kesadaran harus diperhatikan resiko aspirasi. Penurunan nafsu makan

merupakan keluhan umum pada klien yang mengalami gangguan pencernaan, kanker,

gangguan psikologi.

Gangguan eliminasi bowel terkait dengan pola dan konsisten BAB, pada klien kontipasi

pola BAB menjadi lebih jarang dan kontipasi menjadi lebih padat. Sedang pada diare,

BAB lebih sering dengan konsistensi lebih cair. Pada klien dengan diare perlu ditanyakan

apakah ada darah atau lendir pada BAB, warna feses, tanda gejala lain yang

mengindikasikan asal gangguan yang dialami.

Riwayat kesehatan ditanyakan untuk mengetahui gangguan abdomen yang dialami

sebelumnya, penyakit infeksi menular seperti hepatitis, pengalaman operasi atau trauma

pada abdomen, obat-obatan yang sering dikonsumsi klien. Kita juga dapat menambahkan

data dari riwayat penyakit keluarga terkait dengan penyakit yang dapat diturunkan secara

genetik atau yang dapat menjadi faktor risiko.

Gaya hidup dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang, hal-hal yang dapat terkaji

dadri gaya hidup seseorang adalah konsumsi terhadap alcohol, jenis makanan dan

Page 3: Pengkajian Abdomen Jadi

minuman yang sering dikonsumsi, yang disukai atau yang menjadi pantangan. Pola olah

raga dapat mempengaruhi kondisi sistemik, olah raga dapat meningkatkan peristaltik

usus. Stress juga dapat menyebabkan gangguan pada gaster, penurunan berat badan,

penggunaan obat yang berlebihan.

Pengkajian Fisik :

Bagian kedua dari pengkajian abdomen adalah pengkajian fisik pada abdominal, perlu

diingat oleh perawat yang akan melakukan pengkajian fisik abdomen susunan anatomis

pada abdomen akan memberikan manifestasi pada hasil pengkajian. Berikut ini gambaran

pembagian kuadran pada daerah abdomen sebagai dasar melakukan pengkajian fisik

abdomen.

Page 4: Pengkajian Abdomen Jadi
Page 5: Pengkajian Abdomen Jadi

A. Persiapan klien

1. Minta klien untuk mengosongkan kandung kemih

2. Minta klien untuk mengganti pakaian periksa

3. Minta klien untuk rebah dengan posisi supine, posisikan tangan pada tepi tempat

tidur atau menyilang di atas dada

4. Berikan bantal tipis pada kepala

5. Posisikan kaki sedikit fleksi dan berikaan bantalan untuk merilekskan otot abdomen

6. Berikan penutup pada bagian yang tidak dilakukan pengkajian

7. Minta klien untuk nafas dalam untuk meningkatkan relaksasi

8. Kaji bagian yang nyeri pada akhir pengkajian

9. Hangatkan tangan sebelum menyentuh klien

Page 6: Pengkajian Abdomen Jadi

B. Persiapan alat

1. Bantal kecil atau gulungan selimut

2. Penggaris

3. Stetoskop

4. Pulpen

C. Hal-hal yang perlu diperhatikan

1. Observasi dan inspeksi kulit secara keseluruhan, kontur dan kesimetrisan

2. Auskultasi dilakukan setelah inspeksi dan sebelum perkusi da palpasi

3. Guideline untuk melakukan palpasi

a. Hindari mempalpasi area yang nyeri sampai akhir

b. Lakukan palpasi dangkal sebelum palpasi dalam untuk mengrtahui adanya

nyeri atau massa pada superficial

c. Hati-hati dalam mengkaji beberapa organ normal dapat terasa nyeri saat

palpasi, seperti : area xipoid, liver, aorta, sekum yang terisi udara, kolon

sigmoid, da ovarium

d. Hindari rasa geli dengan meminta klien untuk melakukan palpasi sendiri,

letakkan tangan perawat diatas tangan klien, selanjutnya lakukan palpasi

4. Guideline untuk melakukan auskultasi

a. Gunakan diafragma stetoskop, usap pada tangan agar diafragma tidak terasa

dingin

b. Tempelkan pelan pada area yang nyeri

c. Mulai pengkajian dari RLQ (Right Lower Quadrant), gerakkan sesuai gerakan

jarum jam

d. Dengarkan salaam 5 menit (1 menit tiap kuadran), dengarkan dengan seksama

berkurangnya atau hilang bunyi usus(bunyi usus setiap 5-15 detik atau dapat

disamakan dengan satu bunyi usus).

D. Prosedur pemeriksaan

a. Inspeksi

Observasi warna kulit

Hasil : kulit bagian abdomen lebih terang dari pada kulit pada ekstremitas.

Observasi vaskularisasi kulit

Hasil : adanya gambaran vena pada dinding abdomen. Pembuluh darah di atas

umbilicus mengarah ke kepala dan pemuluh darah di bawah umbilicus

mengarah ke kaki.

Observasi strie

Page 7: Pengkajian Abdomen Jadi

Hasil : strie lama berwarna keperakan atau keabuan. Strie putih dapat teramati

pada klien setelah hamil atau klien yang mengalami penurunan berat badan.

Inspeksi adanya skar, tanyakan riwayat skar dan ukur panjang skar, catat

lokasi skar

Hasil : pucat, halus, sedikit menonjol diatas kulit. Skar dapat menggambarkan

adanya perlekatan internal.

Observasi adanya lesi dan kemerahan

Hasil : tidak ada lesi atau kemerahan. Adanya warna sedikit gelap pada kulit

abdomen biasa dan normal ada.

Inspeksi umbilicus

* Catat warna kulit pada area umbilicus

* Observasi lokasi umbilicus

* Kaji kontur umbilicus

Hasil : umbilicus normal berwarna sama atau lebih gelap dari kulit sekitar,

terdapat ditengah garis tubuh, kedalaman, datar, atau menonjol tidak lebih dari

setengah sentimeter.

Inspeksi kontur, simetrisitis, gerakan abdomen

* Kontur dilihat dengan sejajar antara mata, abdomen pada posisi klien

terlentang

* Simetrisitas dikaji pada abdomen yang rileks

* Untuk mengamati adanya hernia atau diastasis recti minta klien untuk

mengangkat kepala

Hasil : kontur abdomen normal adalah rounded atau datar (flat). Asimetris

dapat teramati dari adanya pembesaran organ atau adanya massa tambahan

pada abdomen. Inspeksi gerakan abdomen saat klien bernafas, amati juga

adanya pulsasi aortic, adanya peristaltic usus. Pada orang yang sangat kurus

pulsasi aorta dan [eristaltik dapat diamati.

b. Auskultasi

Auskultasi bunyi usus sesuai dengan guideline

auskltasi, catat intensitas, frekuensi BU

Hasil : suara interminten lembut dan gurgle

terdengar rata – rata 5 – 30 kali permenit. Bunyi

gurgle yang panjang gedengar noamal. Borborygmi adalah suara bunyi usus

yang hiperaktif.

Page 8: Pengkajian Abdomen Jadi

Auskultasi vaskuler dan friction rub. Gunakan bell pada stetoskop untuk

mendengarkan bunyi vaskuler.

Hasil : bruits normal terdengar pada aorta abdominal, ginjal, iliaka, atau arteri

femoral.

Auskultasi friction rub pada atas kanan iga dan kiri bawah untk mendengarkan

friction rub pada hepar dan limpa

Hasil : venous hum normal terdengar pada area epigastrik dan umbilical.

Normal tidak ada friction rub pada limpa dan hepar.

c. Perkusi

Perkusi usus dilakukan pada semua kuadran. Lakukan perkusi sesuai dengan

arah jarum jam atau keatas kebawah.

Hasil : bunyi perkusi normal adalah timpani. Dullness pada hepar dan limpa

normal terdengar. Untuk mengetahui anya asites dilakukan tes sifting dullness.

Perkusi hepar dilakukan untuk mengetahui ukuran hepar. Dilakukan dengan

cara melakukan perkusi pada garis midklavikula (GMK) RI.Q. perhatikan

pergantian suara timpani menjadi dullness. Batas atas diukur dengan melakukan

perkusi pada GMK perhatikan pergantian resonan menjadi dullness. Beri tamda

dan ulangi prosedur tersebut pada garis midsternal.

Hasil : usuran normal antara batas atas dan bawah pada GMK 6 – 12 cm. usuran

normal GMS 4 – 8 cm.

Perkusi limpa dilakukan untuk mengeyahui adanya pembesaran limpa. Lakukan

perkusi mulai bagian posterior garis mid aksila(GMA) pada interkoste 9 – 11.

Perhatikan pergantian resonan menjadi dullness. Cara lain adalah melakukan

perkusi pada interkoste 9 – 10 pada garis anterior aksila(GAA).

Hasil : normal dullness terdengar sepanjang 7 cm pada interkoste 10 pada

GMA. Sedangkan pada GAA normal berbunyi resonan

Perkusi tumpul dilakukan untuk mengetahui adanya nyeri pada organ yang

sukar dipalpasi. perkusi tumpul pada hati dilakukan pada posisi duduk.

Letakkan tngan kiri pada bagiab iga dan pukulkan kepalan tangan kanan diatas

Page 9: Pengkajian Abdomen Jadi

tangan kiri. Perkusi tumpul ginjal dilakukan tindakan yang sama pada

costovertebre angle(CVA).

Hasil : normal tidak ada nyeri. Nyeri terjadi pada kasus inflamsi, kolesistisis,

renalkalkuli, pielinefritis, atau hidronefritis.

d. Palpasi

Palpasi dangkal pada abdomen. Lakukan palpasi sesuai guideline palpasi. Mulai

palpasi pada area yang tidak nyeri tekan sedalam 1 cm pada seluruh kuadran

Hasil : normal tidak ada reflek guarding abdomen terasa lembut

Palpasi dalam dilakukan untuk mendeteksi kondisi organ yanglebih dalam dan

adanya masa abnormal. Lakukan palpasi sedalam 5 – 6 cm

Hasil : normal tidak ada masa pada aorta Px sekum, sigmoid, kolon, ovarium

Palpasi umbilicus dan kulit sekitar.

Hasil : normal tidak ada massa, penonjolan, inflamasi

Palpasi aorta gunakan ibu jari dan jari telunjuk gunakan dua tangan. Letakkan

pada area epigastrik dan geser kearah kiri garis tengah tubuh.

Hasil : normal teraba denyut aorta 2,5 – 3 cm kuat dan regular.

Palpasi hepar ada 2 metode. Metode pertama dilakukan dengan mengangkat iga

bagian 11 – 12 dengan tangan kiri dan tangan kanan digunakan untuk palpasi

pada margin bawah koste. Minta klien untuk tarik nafas lakukan palpasi. Metode

Page 10: Pengkajian Abdomen Jadi

kedua lakukan dengan posisi pemeriksa sejajar abdomen dan menghadap ke

arah kaki klien letakkan tangan pada margin bawah coste dan minta klien

menarik nafas.

Hasil : normal hepar tidak teraba. Dapat teraba pada orang kurus bagian bawah

teraba lembut dan bagian tepi tajam.

Palpasi limpa. Letakkan tangan kiri pada koste bagian posterior kiri. Letakkan

tangan kanan pada margin bawah koste kiri, minta klien menarik nafas tekan

tangan ke dalam keatas dan tangan kiri mengangkat bagian bawah. Cara lain

yang dapat digunakan adalah dengan meminta klien miring kanan lakukan

palpasi seperti diatas gerakkan tangan kanan kebawah.

Hasil : palpasi ginja Limpa kadang teraba pada margin bawaah. Limpa teraba

lembut dab tidak ada nyeri.

Palpasi ginjal, letakkan tangan kiri pada bagian bawah pinggang. Tangan kanan

RUQ dibawah margin kostea pada GMK. Minta klien menarik nafas tahan

sebentar, angkat bagian posterior dengan tangan kiri dan lakukan palpasi dengan

tangan kanan. Ulangi prosedur yang sama pada ginjal kiri.

Hasil : ginjal normal tidak teraba. Kadang dapat teraba ujung bawah ginjal

lembut dan bulat.

Palpasi bladder. lakukan palpasi bila terdapat riwayat pada klien atau temuan

yang lain yang mengindikasikan palpasi. Mulai dari simpisis pubis keatas keluar

batas bladder.

Hasil : normal tidak teraba. Dapat teraba pada bladder yang distensi. Terasa

lembut dan bulat, dapat divalidasi dengan prekusi.

Page 11: Pengkajian Abdomen Jadi

E. Tes asites

1. Sifting dullnesss test dilakukan dengan melakukan perkusi pada klien dengan

posisis terlentng. Perkusi dilakukan mulai bagian bawah menuju atas perhatikan

perubahan suara dullness menjadi timpani beri tanda. Selanjutnya klien diminta

miring lakukan prosedur yang sama.

Hasil : batas antara pergantian bunyi menunjukkan adanya akumulasi cairan. Cairan

cenderung berada dinawah dibanding udara.

2. Cara kedua untuk melakukan tes asites dengan fluid wave test. Minta tangan asisten

diletakkan digaris tengah abdomen dengan posisi lateral pada lunar. Letakkan satu

tangan pemeriksaa pada satu sisi abdomen dan tanagn yang lain untuk member

hentakan pada sisi abdomen yang lain.

Hasil : normal tidak ada gelombang. Gelombang dirasakan oleh tangan pemeriksa.

Test ini kurang reliable sebaiknya dikonfirmasi dengan USG.

F. Bollotement test.

Dilakukan untuk mengidentifikasi adanya pembesaran pada klien yang asites., ada

dua teknik satu tangan dan bimanual. Satu tangan gunakan ujung jari, tekan kearah

dinding abdomen rasakan adanya masa yang mengembang. Bimanual letakkan satu

tangan pada bawah pinggang dan tangan lain menekan dari anterior dinding abdomen.

Hasil : nomal tidak ada massa yang teraba. Klien asites biasanya merasakan adanya

organ yang mengembang dalam abdomen.

G. Tes untuk Appendiksitis.

Page 12: Pengkajian Abdomen Jadi

1. Rebound tes dan Rovsing’s sign.

Nyeri perut dan terderness bisa dijadikan indikasi potensi iritasi. Pemeriksaan

dilakukan dengan cara palpasi dengan sedikit tekanan pada bagian perut yang

terasa nyeri, dan lepaskan secara tiba–tiba. Dengarkan dan lihat ekspresi klien

terhadap nyeri. Minta klien untuk menjelaskan lebih jauh apa yang dirasakan.

Tekan juga pada bagian perut lain kemudian lepaskan dan cari dimana nyeri

terjadi.

Hasil : tidak ada rebound tenderness. Klien dengan tenderness akan merasakan

nyeri tajam seperti ditikam pada perut yang ditekan. Kemingkinan ini adalah

peritonitis (akibat appendiksitis). Jika klien meraskan nyeri pada daerah lain perlu

dilakukan pengkajian tenderness. Dengan pertimbangan area tersebut sebagai

sumber nyeri.

Palpasi dengan tekanan pada area I.I.Q

Hasil : normalnya tidak ada ditemukan nyeri. Nyeri muncul di RI.Q selama

dilakukan pada area I.I.Q. Ini sebagai tanda positif rovsing’s sign. Ini sebagai

akibat appendik akut.

Palapsi dengan tekanan di area I.I.Q dan lepaskan dengan cepat.

Hasil : normalnya tidak ditemukan nyeri. Nyeri muncul di RLQ selama terkena

dilakukan pada area LLQ, ini sebagai tanda positif

Palpasi dengan tekanan di area LLQ dan lepaskan dengan cepat

Hasil : normalnya tidak ditemukan nyeri. Nyeri pada area RLQ selama tekanan

pada area LLQ sebagai tanda appendicitis.

2. Psoas sign

Angkat kaki klien dari panggul san letakkan tangan diatas paha bagian bawah.

Minta klien untuk menehan kaki selama diangkat dan tekan paha kearea bawah.

Hasil : normalnya tidak ditemukan nyeri perut. Nyeri pada area RLQ dikaitkan

dengan adanya iritasi pada otot iliopsoas sebagai tanda appendicitis

3. Obturator Sign

Sangga lutut dan engkel kanan klien. Lakukan fleksi paha kanan dan lutut dan

letakkan rotasi internal dan eksternal kaki.

Page 13: Pengkajian Abdomen Jadi

Hasil : normalnya klien tidak merasa nyeri pada perut. Nyeri pada area RI.Q

sebagai tanda iritasi pada otot obturatori yang menunjukkan appendiksitis atau

perforasi appendik.

4. Hypersensitivity test

Tekanan perut dengan benda tajam atau dengan cubitan besar pada lipatan kulit

dengan menggunakan jempol dan jari telunjuk. Setelah itu lepaskan dengan tiba –

tiba. Lakukan prosedur ini berkali – kali pada beberapa lapang dinding abdomen.

Hasil : normalnya klien tidak merasa nyeri perut dan sensasi yang berlebihan.

Nyeri dan sensasi berlebihan dirasakan pada area kiri RI.Q sebagai tanda positif

hypersensitivity test. Kulit sebagai indikator appendisitis.

5. Test for Cholecytitis

Untuk mengkaji nyeri dan tenderness RU.Q sebagai tanda kolisititis inflmasi

gallbledden. Tekan dengan menggunakan jari area batas bawah hepar pada garis

tengah rusuk kanan dan minta klien menarik nafas dalam.

Hasil : normalnya tidak ada penigkatan nyeri. Peningkatan nyeri yang tajam

mungkin disebabkan karena tarikan nafas dalam klien sebagai tanda positif

Murphy’s Sign sebagai tanda appendisitis.

Page 14: Pengkajian Abdomen Jadi