24
Panduan Praktikum Pemeriksaan Fisik Sistem Gastrointestinal Jurusan Keperawatan Fak. Kedokteran Universitas Brawijaya Malang 2014

Pengkajian Abdomen

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pengkajian abdomen

Citation preview

Page 1: Pengkajian Abdomen

0

Panduan Praktikum

Pemeriksaan Fisik Sistem Gastrointestinal

Jurusan Keperawatan

Fak. Kedokteran Universitas Brawijaya

Malang

2014

Page 2: Pengkajian Abdomen

1

PENGKAJIAN ABDOMEN

Pengkajian abdomen terdiri dari dua bagian, bagian pertama adalah history taking atau

biasa disebut anamnese. History taking pada pengkajian abdomen adalah keluhan-

keluhan klien yang terkait dengan gangguan abdomen, riwayat tentang penyakit

sebelumnya, riwayat keluarga, gaya hidup.

Untuk mengkaji keluhan klien tanyakan tentang karakter, onset, lokasi, durasi, severity,

pola, keluhan lain yang menyertai.

1. Karakter : Minta klien mendeskripsikan tanda dan gejala yang di rasakan.

Apa yang dirasakan klien, bagaimana bunyi, bau?

2. Onset : Kapan keluhan mulai dirasakan?

3. Lokasi : Dimana keluhan dirasakan? Menyebar kemana?

4. Durasi : Berapa lama dirasakan? Kapan keluhan kambuh kembali?

5. Severity : Apakah keluhan terasa semakin parah?

6. Pola : Apa yang dapat membuat keluhan berkurang atau bertambah

parah ?

7. Keluhan lain : adakah keluhan lain yang menyertai?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat digunakan untuk mengkaji keluhan pada abdomen.

Keluhan yang sering dikatakan oleh klien adalah nyeri, pyrosis (nyeri terbakar di

esofagus menjalar ke sternum) , mual dan muntah, obstipasi, atau diare. Nyeri organ

viseral dimanifestasikan sesuai dengan lokasi dan jalur saraf otonom yang

mempersarafinya, sehingga nyeri viseral biasa dirasakan menyebar oleh pasien bahkan

nyeri dapat berpindah sesuai perkembangan penyakit klien. Berikut ini gambaran nyeri

yang dirasa kan pada gangguan abdomen :

Page 3: Pengkajian Abdomen

2

Karakteristik nyeri abdomen dan implikasinya :

Karakter Nyeri Implikasi

Tumpul Appendisitis, hepatitis akut, kolik bilier, kolesistitis, cystitis,

dispepsia, glomerulonefritis, hernia, sindrom iritasi bowel,

kanker hepatoseluler, pankreatitis, kanker pankreas, perforasi

gaster atau ulkus duodenum, peritonitis, ulkus peptikum,

prostatitis

Seperti terbakar Dispepsia, ulkus peptikum, kram, gastritis akut, obstruksi

mekanik akut, appendiksitis, kolitis, divertikulitis, GERD

(Gastro Esofagal Refluks Diseases)

Seperti ada tekanan BPH, Kanker prostate, Prostatitis, retensi urin

Seperti kolik Kanker kolon

Tajam Abses atau rupture organ dalam, kolik renal, tumor renal, kolik

ureter,

Variasi tumpul,

tajam, terbakar

Kanker usus

Pirosis biasanya dikeluhkan oleh klien sebagai nyeri dada (heartburn), ini

merupakan manifestasi gastritis kronik atau akut, GERD, ulkus peptikum, dan

stomach cancer.

Mual merupakan manistasi disfungsi gaster, gangguan pada hati, pancreas, gagal

ginjal, intoleransi obat. Mual juga dapat dicetuskan oleh intoleransi makanan,

kondisi psikologi, atau menstruasi, mual dapat terjadi pada waktu-waktu tertentu

pada orang hamil.

Muntah merupakan refleksi kerusakan motilitas gaster atau gangguan pada

mekanisme reflek. Karakter cairan yang dikeluarkan dapat digunakan untuk

mengidentifikasi lokasi yang mengalami gangguan, seperti pada klien dengan

varises esophagus akan memuntahkan darah berwarna merah segar.

Pada klien yang mengalami penurunan kesadaran harus diperhatikan resiko

aspirasi. Penurunan nafsu makan merupakan keluhan umum pada klien yang

mengalami gangguan pencernaan, kanker, gangguan psikologi.

Gangguan eliminasi bowel berhubungan dengan pola dan konsistensi BAB. Pada klien

konstipasi pola BAB menjadi lebih jarang dan konstipasi menjadi lebih padat. Pada diare,

BAB lebih sering dengan konsistensi lebih cair. Pada klien dengan diare perlu ditanyakan

apakah ada darah atau lendir pada BAB, warna feses, tanda gejala lain yang

mengindikasikan gangguan yang dialami.

Riwayat kesehatan ditanyakan untuk mengetahui gangguan abdomen yang dialami

sebelumnya, penyakit infeksi menular seperti hepatitis, pengalaman operasi atau trauma

pada abdomen, obat-obatan yang sering dikonsumsi klien. Data riwayat penyakit

Page 4: Pengkajian Abdomen

3

keluarga terkait dengan penyakit yang dapat diturunkan secara genetik atau yang dapat

menjadi faktor risiko dapat ditambahkan dalam pengkajian.

Gaya hidup dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang, pengkajian gaya hidup

meliputi konsumsi alkohol, jenis makanan dan minuman (yang disukai atau yang menjadi

pantangan). Pola olah raga dapat mempengaruhi kondisi sistemik seperti peningkatan

peristaltik usus. Stress juga dapat menyebabkan gangguan pada gaster, penurunan berat

badan, penggunaan obat yang berlebihan.

Pengkajian Fisik :

Bagian kedua dari pengkajian abdomen adalah pengkajian fisik pada abdominal dengan

memperhatikan susunan anatomis pada abdomen. Berikut ini gambaran pembagian

kuadran pada daerah abdomen sebagai dasar melakukan pengkajian fisik abdomen.

Page 5: Pengkajian Abdomen

4

A. Persiapan klien

1. Minta klien untuk mengosongkan kandung kemih

2. Minta klien untuk mengganti pakaian periksa

3. Minta klien untuk terbaring dengan posisi supine, posisikan tangan pada tepi tempat

tidur atau menyilang di atas dada

4. Berikan bantal tipis pada kepala

Page 6: Pengkajian Abdomen

5

5. Posisikan kaki sedikit fleksi dan berikan bantalan untuk merilekskan otot abdomen

6. Berikan penutup pada bagian yang tidak dilakukan pengkajian

7. Minta klien untuk nafas dalam untuk meningkatkan relaksasi

8. Kaji adanya respon nyeri pada akhir pengkajian

9. Hangatkan tangan sebelum menyentuh klien

B. Persiapan alat

1. Bantal kecil atau gulungan selimut

2. Penggaris

3. Stetoskop

4. Bolpoin

C. Hal-hal yang perlu diperhatikan

1. Observasi dan inspeksi kulit secara ukuran, bentuk, kesimetrisan, pergerakan dan

kondisi permukaan kulit abdomen

2. Auskultasi dilakukan setelah inspeksi dan sebelum perkusi dan palpasi

3. Guideline untuk melakukan palpasi

a. Hindari mempalpasi area yang nyeri (Ingat tanyakan dahulu respon pasien

b. Lakukan palpasi dangkal sebelum palpasi dalam untuk mengetahui adanya

nyeri atau massa pada superficial

c. Hati-hati dalam mengkaji beberapa organ normal dapat terasa nyeri saat

palpasi, seperti : area xipoid, liver, aorta, sekum yang terisi udara, kolon

sigmoid, dan ovarium

d. Jika pasien terasa geli, minta klien untuk melakukan palpasi sendiri, letakkan

tangan perawat diatas tangan klien, selanjutnya lakukan palpasi

Page 7: Pengkajian Abdomen

6

4. Panduan untuk melakukan auskultasi

a. Gunakan diafragma stetoskop, usap pada tangan agar diafragma tidak terasa

dingin

b. Tempelkan pelan pada permukaan abdomen sesuai indikasi pemeriksaan

c. Mulai pengkajian dari RLQ (Right Lower Quadrant), gerakkan sesuai gerakan

jarum jam

d. Dengarkan selama 5 menit (1 menit tiap kuadran), dengarkan dengan seksama

berkurangnya atau hilang bunyi bising usus (bunyi usus setiap 5-15 detik atau

dapat disamakan dengan satu bunyi usus).

D. Prosedur pemeriksaan

a. Inspeksi

Page 8: Pengkajian Abdomen

7

Observasi warna kulit

Hasil : kulit bagian abdomen lebih terang dari pada kulit pada ekstremitas.

Observasi vaskularisasi kulit

Hasil : adanya gambaran vena pada dinding abdomen. Pembuluh darah di atas

umbilicus mengarah ke kepala dan pembuluh darah di bawah umbilicus

mengarah ke kaki.

Observasi striae

Hasil : strie dapat berwarna putih keabuan. Strie putih dapat teramati pada

klien setelah hamil atau klien yang mengalami penurunan berat badan.

Page 9: Pengkajian Abdomen

8

Inspeksi adanya skar, tanyakan riwayat skar dan ukur panjang skar, catat

lokasi skar

Hasil : pucat, halus, sedikit menonjol diatas kulit. Skar dapat menggambarkan

adanya perlekatan internal.

Observasi adanya lesi dan kemerahan

Hasil : tidak ada lesi atau kemerahan. Adanya warna sedikit gelap pada kulit

abdomen biasa dan normal ada.

Inspeksi umbilicus

* Catat warna kulit pada area umbilicus

* Observasi lokasi umbilicus

* Kaji kontur umbilicus

Page 10: Pengkajian Abdomen

9

Hasil : umbilicus normal berwarna sama atau lebih gelap dari kulit sekitar,

terdapat ditengah garis tubuh, kedalaman, datar, atau menonjol tidak lebih dari

setengah sentimeter.

Inspeksi kontur, simetrisitis, gerakan abdomen

* Kontur dilihat dengan sejajar antara mata, abdomen pada posisi klien

terlentang

* Kesimetrisan dikaji pada abdomen yang rileks

* Untuk mengamati adanya hernia minta klien untuk mengangkat kepala

Hasil: kontur abdomen normal adalah rounded atau datar (flat). Asimetris

dapat teramati dari adanya pembesaran organ atau adanya massa tambahan

pada abdomen. Inspeksi gerakan abdomen saat klien bernafas, amati juga

adanya pulsasi aortic, adanya peristaltik usus. Pada orang yang sangat kurus

pulsasi aorta dan peristaltik dapat diamati.

Page 11: Pengkajian Abdomen

10

b. Auskultasi

Auskultasi bunyi usus sesuai dengan petunjuk auskultasi, catat intensitas,

frekuensi BU

Hasil : suara interminten lembut dan gurgle terdengar rata – rata 5 – 30 kali

permenit. Bunyi gurgle yang panjang terdengar normal. Borborygmi adalah

suara bunyi usus yang hiperaktif.

Auskultasi vaskuler dan friction rub. Gunakan bell pada stetoskop untuk

mendengarkan bunyi vaskuler.

Page 12: Pengkajian Abdomen

11

Hasil : bruits normal terdengar pada aorta abdominal, ginjal, iliaka, atau arteri

femoral.

Auskultasi friction rub pada atas kanan iga dan kiri bawah untk mendengarkan

friction rub pada hepar dan limpa

Hasil : venous hum normal terdengar pada area epigastrik dan umbilical.

Normal tidak ada friction rub pada limpa dan hepar.

Page 13: Pengkajian Abdomen

12

c. Perkusi

Perkusi usus dilakukan pada semua kuadran. Lakukan perkusi sesuai dengan

arah jarum jam atau keatas kebawah.

Hasil : bunyi perkusi normal adalah timpani. Dullness pada hepar dan limpa

normal terdengar. Untuk mengetahui anya asites dilakukan tes sifting dullness.

Page 14: Pengkajian Abdomen

13

Perkusi hepar dilakukan untuk mengetahui ukuran hepar. Dilakukan dengan

cara melakukan perkusi pada garis midklavikula (GMK) RI.Q. perhatikan

pergantian suara timpani menjadi dullness. Batas atas diukur dengan melakukan

perkusi pada GMK perhatikan pergantian resonan menjadi dullness. Beri tamda

dan ulangi prosedur tersebut pada garis midsternal.

Hasil : ukuran normal antara batas atas dan bawah pada GMK 6 – 12 cm.

ukuran normal GMS 4 – 8 cm.

Perkusi limpa dilakukan untuk mengeyahui adanya pembesaran limpa. Lakukan

perkusi mulai bagian posterior garis mid aksila(GMA) pada interkoste 9 – 11.

Perhatikan pergantian resonan menjadi dullness. Cara lain adalah melakukan

perkusi pada interkoste 9 – 10 pada garis anterior aksila(GAA).

Hasil : normal dullness terdengar sepanjang 7 cm pada interkoste 10 pada

GMA. Sedangkan pada GAA normal berbunyi resonan

Perkusi tumpul dilakukan untuk mengetahui adanya nyeri pada organ yang

sukar dipalpasi. perkusi tumpul pada hati dilakukan pada posisi duduk.

Letakkan tangan kiri pada bagian iga dan pukulkan kepalan tangan kanan diatas

tangan kiri. Perkusi tumpul ginjal dilakukan tindakan yang sama pada

costovertebre angle(CVA).

Page 15: Pengkajian Abdomen

14

Hasil : normal tidak ada nyeri. Nyeri terjadi pada kasus inflamsi, kolesistisis,

renalkalkuli, pielinefritis, atau hidronefritis.

Page 16: Pengkajian Abdomen

15

d. Palpasi

Palpasi dangkal pada abdomen. Lakukan palpasi sesuai petunjuk palpasi. Mulai

palpasi pada area yang tidak nyeri tekan sedalam 1 cm pada seluruh kuadran

Hasil : normal tidak ada reflek guarding abdomen terasa lembut

Palpasi dalam dilakukan untuk mendeteksi kondisi organ yang lebih dalam dan

adanya masa abnormal. Lakukan palpasi sedalam 5 – 6 cm

Hasil : normal tidak ada masa pada aorta, sekum, sigmoid, kolon, ovarium

Palpasi umbilicus dan kulit sekitar.

Hasil : normal tidak ada massa, penonjolan, inflamasi

Palpasi aorta gunakan ibu jari dan jari telunjuk gunakan dua tangan. Letakkan

pada area epigastrik dan geser kearah kiri garis tengah tubuh.

Hasil : normal teraba denyut aorta 2,5 – 3 cm kuat dan regular.

Palpasi hepar ada 2 metode. Metode pertama dilakukan dengan mengangkat iga

bagian 11 – 12 dengan tangan kiri dan tangan kanan digunakan untuk palpasi

pada margin bawah kostae. Minta klien untuk tarik nafas lakukan palpasi.

Metode kedua lakukan dengan posisi pemeriksa sejajar abdomen dan

menghadap ke arah kaki klien letakkan tangan pada margin bawah coste dan

minta klien menarik nafas.

Hasil : normal hepar tidak teraba. Dapat teraba pada orang kurus bagian bawah

teraba lembut dan bagian tepi tajam.

Palpasi limpa. Letakkan tangan kiri pada koste bagian posterior kiri. Letakkan

tangan kanan pada margin bawah koste kiri, minta klien menarik nafas tekan

Page 17: Pengkajian Abdomen

16

tangan ke dalam keatas dan tangan kiri mengangkat bagian bawah. Cara lain

yang dapat digunakan adalah dengan meminta klien miring kanan lakukan

palpasi seperti diatas gerakkan tangan kanan kebawah.

Hasil : palpasi ginjal, limpa kadang teraba pada margin bawaah. Limpa teraba

lembut dan tidak ada nyeri.

Palpasi ginjal, letakkan tangan kiri pada bagian bawah pinggang. Tangan kanan

RUQ dibawah margin kostea pada GMK. Minta klien menarik nafas tahan

sebentar, angkat bagian posterior dengan tangan kiri dan lakukan palpasi dengan

tangan kanan. Ulangi prosedur yang sama pada ginjal kiri.

Hasil : ginjal normal tidak teraba. Kadang dapat teraba ujung bawah ginjal

lembut dan bulat.

Palpasi bladder. lakukan palpasi bila terdapat riwayat pada klien atau temuan

yang lain yang mengindikasikan palpasi. Mulai dari simpisis pubis keatas keluar

batas bladder.

Hasil : normal tidak teraba. Dapat teraba pada bladder yang distensi. Terasa

lembut dan bulat, dapat divalidasi dengan perkusi.

Page 18: Pengkajian Abdomen

17

E. Tes asites

1. Sifting dullnesss test dilakukan dengan melakukan perkusi pada klien dengan

posisis terlentang. Perkusi dilakukan mulai bagian bawah menuju atas perhatikan

perubahan suara dullness menjadi timpani beri tanda. Selanjutnya klien diminta

miring lakukan prosedur yang sama.

Hasil : batas antara pergantian bunyi menunjukkan adanya akumulasi cairan. Cairan

cenderung berada dinawah dibanding udara.

Page 19: Pengkajian Abdomen

18

2. Cara kedua untuk melakukan tes asites dengan fluid wave test. Minta tangan asisten

diletakkan digaris tengah abdomen dengan posisi lateral pada lunar. Letakkan satu

tangan pemeriksa pada satu sisi abdomen dan tangan yang lain untuk memberikan

hentakan pada sisi abdomen yang lain.

Hasil : normal tidak ada gelombang. Gelombang dirasakan oleh tangan pemeriksa.

Test ini kurang reliable sebaiknya dikonfirmasi dengan USG.

F. Bollotement test.

Dilakukan untuk mengidentifikasi adanya pembesaran pada klien yang asites., ada

dua teknik satu tangan dan bimanual. Satu tangan gunakan ujung jari, tekan kearah

dinding abdomen rasakan adanya masa yang mengembang. Bimanual letakkan satu

tangan pada bawah pinggang dan tangan lain menekan dari anterior dinding abdomen.

Page 20: Pengkajian Abdomen

19

Hasil : nomal tidak ada massa yang teraba. Klien asites biasanya merasakan adanya

organ yang mengembang dalam abdomen.

G. Tes untuk Appendiksitis.

1. Rebound tes dan Rovsing’s sign.

Nyeri perut dan terderness bisa dijadikan indikasi potensi iritasi. Pemeriksaan

dilakukan dengan cara palpasi dengan sedikit tekanan pada bagian perut yang

terasa nyeri, dan lepaskan secara tiba–tiba. Perhatikan ekspresi klien terhadap

nyeri. Minta klien untuk menjelaskan lebih jauh apa yang dirasakan. Tekan juga

pada bagian perut lain kemudian lepaskan dan perhatikan dimana nyeri terjadi.

Hasil : tidak ada rebound tenderness. Klien dengan tenderness akan merasakan

nyeri tajam seperti ditikam pada perut yang ditekan. Kemungkinan bisa terjadi

peritonitis (akibat appendiksitis). Jika klien meraskan nyeri pada daerah lain perlu

dilakukan pengkajian tenderness. Dengan pertimbangan area tersebut sebagai

sumber nyeri.

Palpasi dengan tekanan pada area L.L.Q

Hasil : normalnya tidak ada ditemukan nyeri. Nyeri muncul di R.L.Q selama

dilakukan pada area L.L.Q. Ini sebagai tanda positif rovsing’s sign. Ini sebagai

akibat appendik akut.

Page 21: Pengkajian Abdomen

20

Palpasi dengan tekanan di area L.L.Q dan lepaskan dengan cepat.

Hasil : normalnya tidak ditemukan nyeri. Nyeri muncul di RLQ selama terkena

dilakukan pada area LLQ, ini sebagai tanda positif

Palpasi dengan tekanan di area LLQ dan lepaskan dengan cepat

Hasil : normalnya tidak ditemukan nyeri. Nyeri pada area RLQ selama tekanan

pada area LLQ sebagai tanda appendicitis.

2. Psoas sign

Angkat kaki klien dari panggul san letakkan tangan diatas paha bagian bawah.

Minta klien untuk menehan kaki selama diangkat dan tekan paha kearea bawah.

Hasil: normalnya tidak ditemukan nyeri perut. Nyeri pada area RLQ dikaitkan

dengan adanya iritasi pada otot iliopsoas sebagai tanda appendicitis

Page 22: Pengkajian Abdomen

21

3. Obturator Sign

Sangga lutut dan engkel kanan klien. Lakukan fleksi paha kanan dan lutut dan

letakkan rotasi internal dan eksternal kaki.

Hasil : normalnya klien tidak merasa nyeri pada perut. Nyeri pada area RI.Q

sebagai tanda iritasi pada otot obturatori yang menunjukkan appendiksitis atau

perforasi appendik.

4. Hypersensitivity test

Tekanan perut dengan benda tajam atau dengan cubitan besar pada lipatan kulit

dengan menggunakan jempol dan jari telunjuk. Setelah itu lepaskan dengan tiba –

tiba. Lakukan prosedur ini berkali – kali pada beberapa lapang dinding abdomen.

Hasil : normalnya klien tidak merasa nyeri perut dan sensasi yang berlebihan.

Nyeri dan sensasi berlebihan dirasakan pada area kiri R.I.Q sebagai tanda positif

hypersensitivity test. Kulit sebagai indikator appendicitis peritonitis.

Page 23: Pengkajian Abdomen

22

5. Test for Cholecytitis

Untuk mengkaji nyeri dan tenderness RU.Q sebagai tanda kolisititis. Tekan

dengan menggunakan jari area batas bawah hepar pada garis tengah rusuk kanan

dan minta klien menarik nafas dalam.

Hasil : normalnya tidak ada peningkatan nyeri. Peningkatan nyeri yang tajam

mungkin disebabkan karena tarikan nafas dalam klien sebagai tanda positif

Murphy’s Sign sebagai tanda appendisitis.

Page 24: Pengkajian Abdomen

23