16
LAPORAN PRAKTIKUM KUALITAS AIR ACARA II PENGAMBILAN SAMPEL AIR Dosen Pengampu: Didik Taryana, S.Si, M.Si Oleh: Fatma Roisatin Nadhiroh 130722616093 Off:H JURUSAN GEOGRAFI FAKUILTAS ILMU SOSIAL

Pengambilan Sampel Air

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kualitas air

Citation preview

Page 1: Pengambilan Sampel Air

LAPORAN PRAKTIKUM

KUALITAS AIR

ACARA II

PENGAMBILAN SAMPEL AIR

Dosen Pengampu:

Didik Taryana, S.Si, M.Si

Oleh:

Fatma Roisatin Nadhiroh

130722616093

Off:H

JURUSAN GEOGRAFI

FAKUILTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

2015

Page 2: Pengambilan Sampel Air

ACARA II

PENGAMBILAN SAMPEL AIR

1. Tujuan

1. Penerapan tehnik pengamabilan sampel air.

2. Pelaksanaan pengambilan sampel air.

2. Alat dan Bahan

1. Botol air 1,5 liter, 2 buah

2. Peta lokasi sampel air

3. Checklist

3. Dasar Teori

Pengambilan sampel yang telah direncanakan dengan baik akan mendukung

pelaksanaan yang optimal. Dengan demikian pengambilan sampel merupakan tahap

awal yang dilakukan dalam penentuan kualitas air, yang akan menentukan hasil

pekerjaan pada berikutnya. Secara garis besar prosedur pengambilan sampel terdiri

dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan pengambilan sampel serta Quality Asurance

(QA) dan Quality Control (QC) pengambilan sampel. Hal penting bagi pengambil

sampel sebelum ke lapangan adalah menyusun perencanaan dalam suatu dokumen

yang membantu dalam setiap tahapan pengambilan sampel secara jelas dan

sistematik.

Untuk mendapatkan sampel yang homogen dilakukan pengambilan sampel

yang representatif, yaitu sampel yang dapat mewakili pada daerah purposif sekitarnya.

Dengan pengambilan sampel yang representatif data hasil pengujian dapat

menggambarkan kualitas lingkungan yang mendekati kondisi sesungguhnya.

Pengambilan sampel merupakan bagian dari penelitian yang sangat penting,

karena sampel merupakan cerminan dan populasi yang ada. Metode pengambilan

sampel menggunakan metode purposif sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan

pertimbangan tertentu (Singarimbun, et al 1989, dalam tesis Azwir 2006).

2

Page 3: Pengambilan Sampel Air

Botol sampel air

Pengambilan sampel air

Sampel air 6

Kondisi lingkungan. Penggunaan lahan.Pola Permukiman

Pengamatan tali arus

4. Langkah Kerja

5. Cara Kerja

1. Bersihkan botol air dengan aquadest, kocok, tutup.

2. Pada saat mengambil catat koordinat.

3. Amati kondisi lingkungan sekitar, termasuk kondisi yang ada di sungai,

lingkungan penggunaan lahan.

4. Pada saat pengambilan sampel, pengambil harus turun ke sungai. Amati sungai itu

laminar atau turbulen.

5. Dalam pengambilan sampel, botol harus masuk ke dalam air. Begtu pula dengan

penutupan botolnya dan jangan sampai ada gelembung air.

6. Satu kelompok mengambil sampel 2 titik, pada tali arus dan sisi sungai bagian

yang ditinggalkan tali arus.

7. Sampel dapat dianalisis.

6. Checklist

Hasil pengamatan kualiatas air sampel 6 Sungai Brantas.

Lokasi pengambilan sampel:

755’312”S

3

Page 4: Pengambilan Sampel Air

11235’897”E

Elevasi: 517mdpl

No. Parameter Sampel

1. Deskripsi Wilayah:

Topografi Sangat landai

Relief Berbukit

Penggunaan lahan 1. Untuk permukiman, namun agak jauh

dari sungai (±100 meter). Pola

permukiman linier mengikuti jalan raya.

2. Tidak terdapat penggunaan air sungai

untuk konsumsi maupun kebutuhan

lainnya.

3. Vegetasi: bambu, rerumputan dan jenis

tanaman semak.

2. Sumber Pencemar 1. Digunakan sebagai tempat pembuangan

air dari UMM.

2. Pembuangan sampah dari pengguna

sungai pada bagian hulu.

3. Kondisi Tubuh Air:

Pola aliran Turbulen

Tipe sungai berdasarkan

keterkaitannya dengan air

tanah

Influent

Lurus/meander Meander

Debit Agak deras pada bagian yang berbelok dan

sedang pada bagian yang hampir lurus memiliki

debit sedang.

4. Sifat Fisika

Kekeruhan Agak keruh

Bau Tidak berbau

Rasa Tidak berasa

Warna Agak coklat

4

Page 5: Pengambilan Sampel Air

7. Pembahasan

Topografi

Topografi pada objek kajian cukup landai pada bagian dataran bajir di

bandingkan dengan sisi seberang sungai, karena pada sisi seberang sungai sudah

digunakan sebagai bangunan sehingga bukan lagi berupa tanah seperti pada aslinya.

Tapi sudah dibangun sedemikian rupa untuk mengurangi erosi pada sungai, selain itu

pada bagian tersebut lebih tinggi daripada dataran banjir. Adanya kondisi topografi

yang berbeda menyebabkan perbedaan persebaran material di pada badan sungai.

Pada topografi landai maka material sedimen yang terakumulasi lebih banyak, sebab

sungai cenderung lebih dangkal dibandingkan dengan topografi yang agak curam.

Topografi yang agak curam lebih banyak mengalami erosi dibandingkan dengan

proses sedimentasi.

Topografi suatu aliran berpengaruh pada kecepatan aliran permukaan, aliran

dan volume pada topografi yang relatif landai cenderung lebih cenderung lebih rendah

dibandingkan dengan daerah aliran yang curam. Namun, apabila terjadi limpasan atau

banjur maka akan menggenang lebih lama dibandingkan dengan topografi yang

cenderung curam dan memiliki lebih banyak saluran. Sebab apabila terjadi limpasan,

pada bagian sungai yang memiliki topografi landai memiliki outlet yang lebih sedikit

dibandingkan dengan topografi yang cenderung curam.

Relief

Relief wilayah sekitar sungai akan mempengaruhi pola aliran sungai yang ada

di sekitarnya. Relief daerah sekitar sungai dipengaruhi oleh proses terjadinya bentuk

lahan pada wilayah terebut, adanya perbedaan proses pembentukannya maka akan

berpengaruh pada material pembentuk dan pola aliran sungai yang ada. Pada wilayah

kajian merupakan bentuk lahan berbukit yang dipengaruhi oleh bentuk lahan

vulkanik. Pada relief berbukit material endapan sungai lebih bervariasi, dengan

dominasi pasir halus dan bebatuan yang masih cukup kasar serta belum membulat.

Penggunaan lahan

Penggunaan lahan yang ada di sekitar aliran sungai adalah:

1. Untuk permukiman, namun agak jauh dari sungai (±100 meter). Pola permukiman

linier mengikuti jalan raya.

2. Tidak terdapat penggunaan air sungai untuk konsumsi maupun kebutuhan lainnya.

5

Page 6: Pengambilan Sampel Air

3. Vegetasi: bambu, rerumputan dan jenis tanaman semak.

Daerah sekitar aliran sungai terdapat banyak permukiman, namun penduduk

tidak memanfaatkan air sungai untuk konsumsi maupun memnuhi kebutuhan sehari-

hari. Penduduk sekitar menggunakan sumur dan memiliki kamar mandi maupun WC

pada setiap rumah. Namun, sungai tersebut lebih banyak digunakan untuk

pembuangan air melalui saluran dari Universitas Muhammadiyah Malang. Vegetasi

masih dapat ditemukan di sekitar dataran banjir, seperti bamboo, rerumputan dan

beberapa jenis tanaman semak. Vegetasi ini berfungsi untuk mengurangi volume air

apabila terjadi limpasan.

Sumber pencemar

1. Digunakan sebagai tempat pembuangan air dari UMM.

2. Pembuangan sampah dari pengguna sungai pada bagian hulu.

Pembuangan air dari kampus UMM secara kasat tidak tampak memberikan

dampak terhadap kualitas air. Sebab air yang dibuang tidak memiliki warna, justru

pembuangan sampah dari pengguna sungai pada bagian hulu telah mencemari sungai.

Di beberapa sisi sungai terdapat sampah-sampah plastik.

Pola aliran

Turbulent

Aliran turbulen merupakan aliran acak dan mempunyai kecepatan beraneka

ragam. Aliran ini terjadi di air dan udara. Aliran ini lebih efficient dalam mengangkut

dan menjalankan sediment karena beranekaragamnya gradient kecepatannya.

Pada arus turbulen, massa air bergerak keatas, kebawah, dan secara lateral

berhubungan dengan arah arus yang umum, memindahkan massa dan momentum.

Dengan gerakan tidak beraturan seperti itu, massa atau gumpalan fluida akan

mempunyai percepatan menyimpang yang hanya sedikit persentasinya dari kecepatan

rata-rata, meskipun begitu arus turbulen bersifat menentukan arus, sebab turbulen

menjaga patikel-partikel dalam suspensi, secara konstan, seperti clay dan silt pada

sungai dan pasir pada arus turbidit, atau secara berangsur, seperti pada kebanyakan

butir pasir di sungai, pantai dan bukit pasir.

Turbulen mentransport partikel-partikel dengan dua cara; dengan penambahan

gaya fluida dan penurunuan tekanan lokal ketika pusaran turbulen bekerja padanya.

Keduanya adalah penyebab terjadinya transportasi pasir sepanjang bawah permukaan.

6

Page 7: Pengambilan Sampel Air

Di alam hampir semua mekanisme transport pasir terjadi secara turbulen. Turbulen

terutama terjadi di sungai akibat penggerusan sepanjang batas arus air, dan meningkat

akibat kekasaran bawah permukaan.

Pada bagian sungai yang diamati, aliran turbulen ini dipengaruhi oleh lokasi

pengambilan sampel yang tidak jauh dari belokan sungai serta adanya batu-batu besar

yang berada di badan sungai.

Tipe sungai berdasarkan keterkaitannya dengan air tanah

Influent

Sungai pada lokasi pengambilan sampel termasuksungai influent, sungai yang

airnya ikut mengisi ketersediaan airtanah. Biasanya arah aliran airtanah

bersinggungan dengan air sungai namun akuifernya berada jauh di bawah aliran air

sungai. Sebab di daerah sekitar sungai penduduk dapat memanfaatkan air sumur untuk

kebutuhan sehari-hari.

Sungai Meander

Meander atau sungai yang berkelok, secara umum adalah tikungan dalam

aliran air atau sungai berliku-liku. Sebuah Meander terbentuk ketika air bergerak di

sungai mengikis tepi luar dan memperlebar lembah nya. Sebuah aliran air dalam

volume berapapun dapat mengakibatkan jalur air menjadi berkelok-kelok, berkali kali

mengikis endapan atau sedimen dari luar tikungan dan mengendapkannya mereka di

dasar sungai. Hasilnya adalah pola meliuk seperti ular menerus sepanjang watershed

atau daerah aliran sungai.

Sungai berkelok-kelok (meandering) pada suatu dataran aluvial mempunyai

serangkaian tikungan dengan urutan berbalikan yg dihubungkan dengan bagian lurus

pendek yg disebut  Pelintas (crossing). Lebar sabuk meander (Width of meandering

belt) disimbolkan "Mb" adalah jarak lintas melintang antara titik puncak dari satu

tikungan dengan titik puncak pada tikungan sebalik yang berikutnya.

Penyebab Meandering

Meandering disebabkan terjadinya ekses muatan sedimen waktu banjir, ketika

terjadi ekses aliran turbulen. 

Penelitian  menunjukkan bahwa ketika muatan sedimen melebihi jumlah yg

diperlukan untuk stabilitas, sungai cenderung membentuk kemiringan yang lebih

besar dengan pengendapan sedimen di dasarnya. 

7

Page 8: Pengambilan Sampel Air

Bertambahnya kemiringan ini menyebabkan melebarnya  alur sungai jika tebing

sungai tidak kuat menahan kikisan.  

Dengan kenaikan aliran menyilang sedikit saja, akan terjadi  aliran lebih besar di

satu tebing daripada di tebing yangg lain. 

Naiknya aliran kemudian akan lebih tertarik kearah tebing tersebut, yang

menyebabkan mengecilnya aliran di tebing yang lain,  kemudian membentuk

aliran melengkung dan akhirnya menghasilkan meander pada alur sungai. 

Meandering dapat juga disebabkan oleh erosi tebing setempat yang

mengakibatkan pengendapan di sungai dengan muatan sedimen berlebih yang

bergerak sepanjang dasar sungai tersebut.

Kekeruhan

Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan

banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di

dalam air. Kekeruhan disebabkan adanya bahan organik dan anorganik yang

tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan anorganik

dan organik yang berupa plankton dan mikroorganisne lain (APHA, 1976; Davis dan

Cornwell, 1991dalam Effendi 2003). Zat anorganik yang menyebabkan kekeruhan

dapat berasal dari pelapukan batuan dan logam, sedangkan zat organik berasal dari

lapukan hewan dan tumbuhan. Bakteri dapat dikategorikan sebagai materi organik

tersuspensi yang menambah kekeruhan air.

Padatan tersuspensi berkolerasi positif dengan kekeruhan. Semakin tinggi nilai

padatan tersuspensi, semakin tinggi nilai kekeruhan. Akan tetapi, tingginya padatan

terlarut tidak selalu diikuti dengan tingginya kekeruhan. Tingginya nilai kekeruhan

dapat mempersulit usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas desinfeksi pada

proses penjernihan air.

Bau dan Rasa

Sampel air sungai nomor 6 tidak memiliki bau dan rasa, menunjukkan bahwa

air tersebut bersifat tawar dan masih memiliki kualitas yang cukup bagus dan dapat

untuk dikonsumsi. Sebab salah satu syarat air minum yaitu, tidak berasa dan tidak

berbau. Namun, untuk dapat digunakan sebagai air minum harus melalui proses

pengolahan terlebih dahulu.

8

Page 9: Pengambilan Sampel Air

Warna

Air minum sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetika dan untuk

mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna.

Warna dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air. Warna pada air disebabkan

oleh adanya partikel hasil pembusukan bahan organik, ion-ion metal alam (besi dan

mangan), plankton, humus, buangan industri, dan tanaman air. Adanya oksida besi

menyebabkan air berwarna kemerahan, sedangkan oksida mangan menyebabkan air

berwarna kecoklatan atau kehitaman. Kadar besi sebanyak 0,3 mg/l dan kadar mangan

sebanyak 0,05 mg/l sudah cukup dapat menimbulkan warna pada perairan (peavy et

al., 1985 dalam Effendi, 2003). Kalsium karbonat yang berasal dari daerah berkapur

menimbulkan warna kehijauan pada perairan. Bahan-bahan organik, misalnya tanin,

lignin, dan asam humus yang berasal dari dekomposisi tumbuhan yang telah mati

menimbulkan warna kecoklatan.

Warna kecoklatan pada sampel air yang diambil salah satunya diakibatkan

adanya material tanah yang terangkut, sebab pengambilan sampel dilakukan pada

musim penghujan. Sehingga material tanah yang terangkut lebih banyak dan serta

yang larut ke dalam air pun lebih banyak.

Warna Sejati (true color)

Warna sejati disebabkan adanya zat-zat organik dalam bentuk koloid. Warna

ini tidak akan berubah walaupun mengalami penyaringan dan sentrifugasi. Pada

penentuan warna sejati, bahan-bahan tersuspensi yang dapat menyebabkan kekeruhan

dipisahkan terlebih dahulu. Filtrasi (penyaringan) bertujuan menghilangkan materi

tersuspensi dalam air tanpa mengurangi keaslian warna air. Sentrifugasi mencegah

interaksi warna dengan material penyaring. Warna sejati tidak dipengaruhi oleh

kekeruhan. Contoh dari warna sejati antara lain : warna air teh, warna air buangan

industri tekstil, serta warna akibat adanya asam humus, plankton, atau akibat tanaman

air yang mati.

Warna Semu (apparent color)

Warna semu disebabkan oleh adanya partikel-partikel tersuspensi dalam air.

Warna ini akan mengalami perubahan setelah disaring atau disentrifugasi serta dapat

mengalami pengendapan. Warna semu akan semakin pekat bila kekeruhan air

meningkat.

9

Page 10: Pengambilan Sampel Air

Warna dapat diamati secara visual (langsung) ataupun diukur berdasarkan

skala platinum kobalt (dinyatakan dengan satuan PtCo) dengan cara membandingkan

warna contoh air dengan warna standar. Air yang memiliki nilai kekeruhan rendah

biasanya memiliki warna yang sama dengan warna standar (APHA, 1976; Davis dan

Cornwell, 1991 dalam Effendi, 2003). Intensitas warna cenderung meningkat dengan

meningkatnya nilai pH (Sawyer dan McCarty, 1978).

Visual Comparison Method dapat diaplikasikan hampir pada seluruh contoh

air yang dapat diminum. Prinsip dari metode ini adalah membandingkan warna contoh

air dengan warna larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya. Larutan

standar diletakkan dalam tabung Nessler dan harus terlindung dari debu serta

penguapan. Tabung Nessler yang digunakan harus memiliki warna, ketebalan,

ketinggian cairan, dan diameter tabung yang sama.

8. Kesimpulan

Pada pengambilan sampel menggunakan beberapa parameter topografi, relief, sumber

pencemar hingga sifat fisik air. Berdasarkan parameter tersebut kualitas air yang

diambil untuk sampel masih cukup bagus dan dapat dikonsumsi namun dengan

pengolahan lebih lanjut.

Daftar Pustaka

http://inilingkunganku.blogspot.com/2014/01/kualitas-air-dan-parameter-kualitas-

air.html (diakses pada tanggal 01 Februari 2015).

http://sedimentologi2b.blogspot.com/2009/12/aliran-laminar-dan-turbulen-froud.html

10

Page 11: Pengambilan Sampel Air

Robert J. Kodoatie, Roestam Sjarief. 2010. Tata Ruang Air. Jakarta: Penerbit Andi.

11