Upload
aicassiopeiaia-faychan
View
39
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Kualitas air
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM
KUALITAS AIR
ACARA II
PENGAMBILAN SAMPEL AIR
Dosen Pengampu:
Didik Taryana, S.Si, M.Si
Oleh:
Fatma Roisatin Nadhiroh
130722616093
Off:H
JURUSAN GEOGRAFI
FAKUILTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2015
ACARA II
PENGAMBILAN SAMPEL AIR
1. Tujuan
1. Penerapan tehnik pengamabilan sampel air.
2. Pelaksanaan pengambilan sampel air.
2. Alat dan Bahan
1. Botol air 1,5 liter, 2 buah
2. Peta lokasi sampel air
3. Checklist
3. Dasar Teori
Pengambilan sampel yang telah direncanakan dengan baik akan mendukung
pelaksanaan yang optimal. Dengan demikian pengambilan sampel merupakan tahap
awal yang dilakukan dalam penentuan kualitas air, yang akan menentukan hasil
pekerjaan pada berikutnya. Secara garis besar prosedur pengambilan sampel terdiri
dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan pengambilan sampel serta Quality Asurance
(QA) dan Quality Control (QC) pengambilan sampel. Hal penting bagi pengambil
sampel sebelum ke lapangan adalah menyusun perencanaan dalam suatu dokumen
yang membantu dalam setiap tahapan pengambilan sampel secara jelas dan
sistematik.
Untuk mendapatkan sampel yang homogen dilakukan pengambilan sampel
yang representatif, yaitu sampel yang dapat mewakili pada daerah purposif sekitarnya.
Dengan pengambilan sampel yang representatif data hasil pengujian dapat
menggambarkan kualitas lingkungan yang mendekati kondisi sesungguhnya.
Pengambilan sampel merupakan bagian dari penelitian yang sangat penting,
karena sampel merupakan cerminan dan populasi yang ada. Metode pengambilan
sampel menggunakan metode purposif sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan
pertimbangan tertentu (Singarimbun, et al 1989, dalam tesis Azwir 2006).
2
Botol sampel air
Pengambilan sampel air
Sampel air 6
Kondisi lingkungan. Penggunaan lahan.Pola Permukiman
Pengamatan tali arus
4. Langkah Kerja
5. Cara Kerja
1. Bersihkan botol air dengan aquadest, kocok, tutup.
2. Pada saat mengambil catat koordinat.
3. Amati kondisi lingkungan sekitar, termasuk kondisi yang ada di sungai,
lingkungan penggunaan lahan.
4. Pada saat pengambilan sampel, pengambil harus turun ke sungai. Amati sungai itu
laminar atau turbulen.
5. Dalam pengambilan sampel, botol harus masuk ke dalam air. Begtu pula dengan
penutupan botolnya dan jangan sampai ada gelembung air.
6. Satu kelompok mengambil sampel 2 titik, pada tali arus dan sisi sungai bagian
yang ditinggalkan tali arus.
7. Sampel dapat dianalisis.
6. Checklist
Hasil pengamatan kualiatas air sampel 6 Sungai Brantas.
Lokasi pengambilan sampel:
755’312”S
3
11235’897”E
Elevasi: 517mdpl
No. Parameter Sampel
1. Deskripsi Wilayah:
Topografi Sangat landai
Relief Berbukit
Penggunaan lahan 1. Untuk permukiman, namun agak jauh
dari sungai (±100 meter). Pola
permukiman linier mengikuti jalan raya.
2. Tidak terdapat penggunaan air sungai
untuk konsumsi maupun kebutuhan
lainnya.
3. Vegetasi: bambu, rerumputan dan jenis
tanaman semak.
2. Sumber Pencemar 1. Digunakan sebagai tempat pembuangan
air dari UMM.
2. Pembuangan sampah dari pengguna
sungai pada bagian hulu.
3. Kondisi Tubuh Air:
Pola aliran Turbulen
Tipe sungai berdasarkan
keterkaitannya dengan air
tanah
Influent
Lurus/meander Meander
Debit Agak deras pada bagian yang berbelok dan
sedang pada bagian yang hampir lurus memiliki
debit sedang.
4. Sifat Fisika
Kekeruhan Agak keruh
Bau Tidak berbau
Rasa Tidak berasa
Warna Agak coklat
4
7. Pembahasan
Topografi
Topografi pada objek kajian cukup landai pada bagian dataran bajir di
bandingkan dengan sisi seberang sungai, karena pada sisi seberang sungai sudah
digunakan sebagai bangunan sehingga bukan lagi berupa tanah seperti pada aslinya.
Tapi sudah dibangun sedemikian rupa untuk mengurangi erosi pada sungai, selain itu
pada bagian tersebut lebih tinggi daripada dataran banjir. Adanya kondisi topografi
yang berbeda menyebabkan perbedaan persebaran material di pada badan sungai.
Pada topografi landai maka material sedimen yang terakumulasi lebih banyak, sebab
sungai cenderung lebih dangkal dibandingkan dengan topografi yang agak curam.
Topografi yang agak curam lebih banyak mengalami erosi dibandingkan dengan
proses sedimentasi.
Topografi suatu aliran berpengaruh pada kecepatan aliran permukaan, aliran
dan volume pada topografi yang relatif landai cenderung lebih cenderung lebih rendah
dibandingkan dengan daerah aliran yang curam. Namun, apabila terjadi limpasan atau
banjur maka akan menggenang lebih lama dibandingkan dengan topografi yang
cenderung curam dan memiliki lebih banyak saluran. Sebab apabila terjadi limpasan,
pada bagian sungai yang memiliki topografi landai memiliki outlet yang lebih sedikit
dibandingkan dengan topografi yang cenderung curam.
Relief
Relief wilayah sekitar sungai akan mempengaruhi pola aliran sungai yang ada
di sekitarnya. Relief daerah sekitar sungai dipengaruhi oleh proses terjadinya bentuk
lahan pada wilayah terebut, adanya perbedaan proses pembentukannya maka akan
berpengaruh pada material pembentuk dan pola aliran sungai yang ada. Pada wilayah
kajian merupakan bentuk lahan berbukit yang dipengaruhi oleh bentuk lahan
vulkanik. Pada relief berbukit material endapan sungai lebih bervariasi, dengan
dominasi pasir halus dan bebatuan yang masih cukup kasar serta belum membulat.
Penggunaan lahan
Penggunaan lahan yang ada di sekitar aliran sungai adalah:
1. Untuk permukiman, namun agak jauh dari sungai (±100 meter). Pola permukiman
linier mengikuti jalan raya.
2. Tidak terdapat penggunaan air sungai untuk konsumsi maupun kebutuhan lainnya.
5
3. Vegetasi: bambu, rerumputan dan jenis tanaman semak.
Daerah sekitar aliran sungai terdapat banyak permukiman, namun penduduk
tidak memanfaatkan air sungai untuk konsumsi maupun memnuhi kebutuhan sehari-
hari. Penduduk sekitar menggunakan sumur dan memiliki kamar mandi maupun WC
pada setiap rumah. Namun, sungai tersebut lebih banyak digunakan untuk
pembuangan air melalui saluran dari Universitas Muhammadiyah Malang. Vegetasi
masih dapat ditemukan di sekitar dataran banjir, seperti bamboo, rerumputan dan
beberapa jenis tanaman semak. Vegetasi ini berfungsi untuk mengurangi volume air
apabila terjadi limpasan.
Sumber pencemar
1. Digunakan sebagai tempat pembuangan air dari UMM.
2. Pembuangan sampah dari pengguna sungai pada bagian hulu.
Pembuangan air dari kampus UMM secara kasat tidak tampak memberikan
dampak terhadap kualitas air. Sebab air yang dibuang tidak memiliki warna, justru
pembuangan sampah dari pengguna sungai pada bagian hulu telah mencemari sungai.
Di beberapa sisi sungai terdapat sampah-sampah plastik.
Pola aliran
Turbulent
Aliran turbulen merupakan aliran acak dan mempunyai kecepatan beraneka
ragam. Aliran ini terjadi di air dan udara. Aliran ini lebih efficient dalam mengangkut
dan menjalankan sediment karena beranekaragamnya gradient kecepatannya.
Pada arus turbulen, massa air bergerak keatas, kebawah, dan secara lateral
berhubungan dengan arah arus yang umum, memindahkan massa dan momentum.
Dengan gerakan tidak beraturan seperti itu, massa atau gumpalan fluida akan
mempunyai percepatan menyimpang yang hanya sedikit persentasinya dari kecepatan
rata-rata, meskipun begitu arus turbulen bersifat menentukan arus, sebab turbulen
menjaga patikel-partikel dalam suspensi, secara konstan, seperti clay dan silt pada
sungai dan pasir pada arus turbidit, atau secara berangsur, seperti pada kebanyakan
butir pasir di sungai, pantai dan bukit pasir.
Turbulen mentransport partikel-partikel dengan dua cara; dengan penambahan
gaya fluida dan penurunuan tekanan lokal ketika pusaran turbulen bekerja padanya.
Keduanya adalah penyebab terjadinya transportasi pasir sepanjang bawah permukaan.
6
Di alam hampir semua mekanisme transport pasir terjadi secara turbulen. Turbulen
terutama terjadi di sungai akibat penggerusan sepanjang batas arus air, dan meningkat
akibat kekasaran bawah permukaan.
Pada bagian sungai yang diamati, aliran turbulen ini dipengaruhi oleh lokasi
pengambilan sampel yang tidak jauh dari belokan sungai serta adanya batu-batu besar
yang berada di badan sungai.
Tipe sungai berdasarkan keterkaitannya dengan air tanah
Influent
Sungai pada lokasi pengambilan sampel termasuksungai influent, sungai yang
airnya ikut mengisi ketersediaan airtanah. Biasanya arah aliran airtanah
bersinggungan dengan air sungai namun akuifernya berada jauh di bawah aliran air
sungai. Sebab di daerah sekitar sungai penduduk dapat memanfaatkan air sumur untuk
kebutuhan sehari-hari.
Sungai Meander
Meander atau sungai yang berkelok, secara umum adalah tikungan dalam
aliran air atau sungai berliku-liku. Sebuah Meander terbentuk ketika air bergerak di
sungai mengikis tepi luar dan memperlebar lembah nya. Sebuah aliran air dalam
volume berapapun dapat mengakibatkan jalur air menjadi berkelok-kelok, berkali kali
mengikis endapan atau sedimen dari luar tikungan dan mengendapkannya mereka di
dasar sungai. Hasilnya adalah pola meliuk seperti ular menerus sepanjang watershed
atau daerah aliran sungai.
Sungai berkelok-kelok (meandering) pada suatu dataran aluvial mempunyai
serangkaian tikungan dengan urutan berbalikan yg dihubungkan dengan bagian lurus
pendek yg disebut Pelintas (crossing). Lebar sabuk meander (Width of meandering
belt) disimbolkan "Mb" adalah jarak lintas melintang antara titik puncak dari satu
tikungan dengan titik puncak pada tikungan sebalik yang berikutnya.
Penyebab Meandering
Meandering disebabkan terjadinya ekses muatan sedimen waktu banjir, ketika
terjadi ekses aliran turbulen.
Penelitian menunjukkan bahwa ketika muatan sedimen melebihi jumlah yg
diperlukan untuk stabilitas, sungai cenderung membentuk kemiringan yang lebih
besar dengan pengendapan sedimen di dasarnya.
7
Bertambahnya kemiringan ini menyebabkan melebarnya alur sungai jika tebing
sungai tidak kuat menahan kikisan.
Dengan kenaikan aliran menyilang sedikit saja, akan terjadi aliran lebih besar di
satu tebing daripada di tebing yangg lain.
Naiknya aliran kemudian akan lebih tertarik kearah tebing tersebut, yang
menyebabkan mengecilnya aliran di tebing yang lain, kemudian membentuk
aliran melengkung dan akhirnya menghasilkan meander pada alur sungai.
Meandering dapat juga disebabkan oleh erosi tebing setempat yang
mengakibatkan pengendapan di sungai dengan muatan sedimen berlebih yang
bergerak sepanjang dasar sungai tersebut.
Kekeruhan
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan
banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di
dalam air. Kekeruhan disebabkan adanya bahan organik dan anorganik yang
tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan anorganik
dan organik yang berupa plankton dan mikroorganisne lain (APHA, 1976; Davis dan
Cornwell, 1991dalam Effendi 2003). Zat anorganik yang menyebabkan kekeruhan
dapat berasal dari pelapukan batuan dan logam, sedangkan zat organik berasal dari
lapukan hewan dan tumbuhan. Bakteri dapat dikategorikan sebagai materi organik
tersuspensi yang menambah kekeruhan air.
Padatan tersuspensi berkolerasi positif dengan kekeruhan. Semakin tinggi nilai
padatan tersuspensi, semakin tinggi nilai kekeruhan. Akan tetapi, tingginya padatan
terlarut tidak selalu diikuti dengan tingginya kekeruhan. Tingginya nilai kekeruhan
dapat mempersulit usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas desinfeksi pada
proses penjernihan air.
Bau dan Rasa
Sampel air sungai nomor 6 tidak memiliki bau dan rasa, menunjukkan bahwa
air tersebut bersifat tawar dan masih memiliki kualitas yang cukup bagus dan dapat
untuk dikonsumsi. Sebab salah satu syarat air minum yaitu, tidak berasa dan tidak
berbau. Namun, untuk dapat digunakan sebagai air minum harus melalui proses
pengolahan terlebih dahulu.
8
Warna
Air minum sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetika dan untuk
mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna.
Warna dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air. Warna pada air disebabkan
oleh adanya partikel hasil pembusukan bahan organik, ion-ion metal alam (besi dan
mangan), plankton, humus, buangan industri, dan tanaman air. Adanya oksida besi
menyebabkan air berwarna kemerahan, sedangkan oksida mangan menyebabkan air
berwarna kecoklatan atau kehitaman. Kadar besi sebanyak 0,3 mg/l dan kadar mangan
sebanyak 0,05 mg/l sudah cukup dapat menimbulkan warna pada perairan (peavy et
al., 1985 dalam Effendi, 2003). Kalsium karbonat yang berasal dari daerah berkapur
menimbulkan warna kehijauan pada perairan. Bahan-bahan organik, misalnya tanin,
lignin, dan asam humus yang berasal dari dekomposisi tumbuhan yang telah mati
menimbulkan warna kecoklatan.
Warna kecoklatan pada sampel air yang diambil salah satunya diakibatkan
adanya material tanah yang terangkut, sebab pengambilan sampel dilakukan pada
musim penghujan. Sehingga material tanah yang terangkut lebih banyak dan serta
yang larut ke dalam air pun lebih banyak.
Warna Sejati (true color)
Warna sejati disebabkan adanya zat-zat organik dalam bentuk koloid. Warna
ini tidak akan berubah walaupun mengalami penyaringan dan sentrifugasi. Pada
penentuan warna sejati, bahan-bahan tersuspensi yang dapat menyebabkan kekeruhan
dipisahkan terlebih dahulu. Filtrasi (penyaringan) bertujuan menghilangkan materi
tersuspensi dalam air tanpa mengurangi keaslian warna air. Sentrifugasi mencegah
interaksi warna dengan material penyaring. Warna sejati tidak dipengaruhi oleh
kekeruhan. Contoh dari warna sejati antara lain : warna air teh, warna air buangan
industri tekstil, serta warna akibat adanya asam humus, plankton, atau akibat tanaman
air yang mati.
Warna Semu (apparent color)
Warna semu disebabkan oleh adanya partikel-partikel tersuspensi dalam air.
Warna ini akan mengalami perubahan setelah disaring atau disentrifugasi serta dapat
mengalami pengendapan. Warna semu akan semakin pekat bila kekeruhan air
meningkat.
9
Warna dapat diamati secara visual (langsung) ataupun diukur berdasarkan
skala platinum kobalt (dinyatakan dengan satuan PtCo) dengan cara membandingkan
warna contoh air dengan warna standar. Air yang memiliki nilai kekeruhan rendah
biasanya memiliki warna yang sama dengan warna standar (APHA, 1976; Davis dan
Cornwell, 1991 dalam Effendi, 2003). Intensitas warna cenderung meningkat dengan
meningkatnya nilai pH (Sawyer dan McCarty, 1978).
Visual Comparison Method dapat diaplikasikan hampir pada seluruh contoh
air yang dapat diminum. Prinsip dari metode ini adalah membandingkan warna contoh
air dengan warna larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya. Larutan
standar diletakkan dalam tabung Nessler dan harus terlindung dari debu serta
penguapan. Tabung Nessler yang digunakan harus memiliki warna, ketebalan,
ketinggian cairan, dan diameter tabung yang sama.
8. Kesimpulan
Pada pengambilan sampel menggunakan beberapa parameter topografi, relief, sumber
pencemar hingga sifat fisik air. Berdasarkan parameter tersebut kualitas air yang
diambil untuk sampel masih cukup bagus dan dapat dikonsumsi namun dengan
pengolahan lebih lanjut.
Daftar Pustaka
http://inilingkunganku.blogspot.com/2014/01/kualitas-air-dan-parameter-kualitas-
air.html (diakses pada tanggal 01 Februari 2015).
http://sedimentologi2b.blogspot.com/2009/12/aliran-laminar-dan-turbulen-froud.html
10
Robert J. Kodoatie, Roestam Sjarief. 2010. Tata Ruang Air. Jakarta: Penerbit Andi.
11