22
PROSEDUR PEMERIKSAAN APUSAN DARAH TEPI, PROTEIN URIN DAN SEDIMEN URIN Oleh Haryadi Dwi Putra G1A107002 KEPANITRAAN KLINIK SENIOR BAGIAN PENYAKIT DALAM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS JAMBI RSUD. RADEN MATTAHER PROV. JAMBI 2013

Pengambilan Sampel Malaria

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sampel malaria

Citation preview

Page 1: Pengambilan Sampel Malaria

PROSEDUR PEMERIKSAAN APUSAN DARAH TEPI, PROTEIN URIN DAN SEDIMEN URIN

Oleh

Haryadi Dwi Putra

G1A107002

KEPANITRAAN KLINIK SENIOR

BAGIAN PENYAKIT DALAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS JAMBI

RSUD. RADEN MATTAHER PROV. JAMBI

2013

Page 2: Pengambilan Sampel Malaria

PENGAMBILAN SAMPEL MALARIA, PEMBUATAN, PEWARNAAN DAN PEMERIKSAAN SEDIAAN

MALARIA

I. Tujuan

a. Pengambilan sampel bertujuan untuk memperoleh sampel darah pasien

b. Pembuatan hapusan bertujuan untuk mempermudah pemeriksaan dibawah

mikroskop

c. Pewarnaan bertujuan untuk memperjelas jenis-jenis sel darah yang terlihat pada

mikroskop

d. Pemeriksaan bertujuan untuk melihat ada tidaknya malaria pada pasien

II. Metode

a. Pada pengambilan sampel digunakan alat otomatis

b. Pada pembuatan hapusan dengan hapusan basah

c. Pada pewarnaan dengan menggunakan pewarna giemsa

d. Pada pemeriksaan menggunakan hapusan kering (hapusan yang telah

disediakan)

III. Prinsip

a. Pada pengambilan sampel dan pembuatan hapusan

Alat dilengkapi dengan jarum steril, alat ditempelkan pada jari tengah pasien,

ketika ditekan tombol pada alat, alat akan menusuk sendiri dan lepas sediri dari

tangan pasien, tetesan darah pertama dibersihkan dengan tissue, 3 tetes

selanjutnya digunakan untuk membuat hapusan tebal, tetesan selanjutnya

digunakan untuk hapusan tipis.

b. Pewarnaan Giemsa

Giemsa memberikan warna ungu pada sel darah

c. Pemeriksaan

Degan perbesaran 10x untuk memeriksa lapang pandang dan 100x untuk melihat

sel-sel yang dicurigai malaria

Page 3: Pengambilan Sampel Malaria

IV. Alat dan Bahan

A. Alat

1. Alat penusuk otomatis

2. Lancet steril

3. Gelas objek

4. Sediaan kering

5. Pipet ukur 10 ml

6. Ball pipet

7. Gelas beaker

8. Rak pewarna

B. Bahan

1. Oil imersi

2. Aquadest

3. Giemsa

V. Cara Kerja

1. Pengambilan sampel darah dan pembuatan hapusan

a. Pastikan lancet steril telah terpasang pada alat

b. Dipilih jari yang akan diambil (jari tengah atau jari manis)

c. Didesinfeksi dengan alcohol 70%

d. Ditempelkan pada jari tengah

e. Ditekan tombol untuk menusukan jarum pada tangan

f. Darah yang keluar pertama dibersihkan dengan tissue

g. 3 tetes darah selanjutnya digunakan untuk membuat hapusan tebal

h. Jari ditekan kembali digunakan untuk membuat hapusan tipis

i. 3 tetes darah diaduk agar menjadi hapusan bulat dan tebal

j. Hapusan tipis dibuat dengan mendorong darah ke depan dengan bantuan gelas

obyek yang lain

k. Bekas tusukan pada jari pasien ditutup dengan kapas

Page 4: Pengambilan Sampel Malaria

2 Prosedur Pewarnaan

a. Sediaan darah tipis1) Sediaan darah tipis yang sudah difiksasi, direndam Etil Alkohol

absolut / Metil Alkohol absolut selama 2 -3 menit 2) Rendam sediaan dalam larutan campuran 1 cc stok giemsa dengan 50

cc larutan buffer air Ph 7,0 selama 10 – 45 menit 3) Cuci dengan Aquadest dan biarkan mengering 4) Bila sediaan terlalu merah, pakailah larutan buffer air, yang lebih

basah (Ph>7) bila terlalu gelap, pakailah larutan buffer air yang lebih asam (Ph<7)

b. Sediaan darah tebal

Pada sediaan darah tebal, tidak dilakukan perendaman dengan Etil Alkohol Absolut(Metil Alkohol Absolut) tetapi langsung dengan perwarnaan. Kemudian cuci dengan aquades dengan hati-hati selama 2 menit. Bila sediaan darah tebal dan sediaan darah tipis terdapat pada satu slide, Lakukan seperti pewarnaan untuk persediaan darah tebal.

3. Pemeriksaan a. Dihidupkan mikroskop b. Ditaruh hapusan pada meja sediaan c. Diperiksa dengan perbesaran 100x untuk memeriksa sel-sel darah yag dicurigai parasit malaria

Page 5: Pengambilan Sampel Malaria

PROSEDUR PEMBUATAN SEDIAAN TETES TEBAL

Obyek Gelas ke-1 yang telah ditetesi dengan sample darah pasien dibuat bulatan dengan cara diratakan dengan cover glass. Cara meratakan darah adalah dengan cara mengaduk dengan rata pada obyek glass. Setelah diratakan, dibiarkan kering. Setelah kering dihemolisa dengan aquadest selama 15-45 menit. Tujuan hemolisa dengan aquadest adalah untuk melisiskan sel eritrosit. Tidak perlu difiksasi dengan Methanol/Alkohol 70 %. Setelah proses pelisisan selesai, buang aquadest kemudin dicat Giemsa selama 15-20 menit. Buang cat Giemsa kemudiaan sediaan tetesan tebal dialiri dengan air kran.

Sediaan dikeringkan kemudian diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran lensa 100x dengan oil imersi. Sediaan tetes tebal digunakan sebagai Screening test yaitu hanya untuk mengetahui ada tidaknya parasit plasmodium didalam sample darah pasien. Yang terlihat didalam sediaan tetes tebal adalah sel leukosit. Sel trombosit dan parasit plasmodium berdiri sendiri karena sel eritrosit sudah lisis.

PROSEDUR PEMBUATAN SEDIAAN TETES TIPIS

Obyek glass ke-2 yang telah berisi sample darah pasien dibuat hapusan darah. Kemudian dikeringkan, setelah kering, sediaan difiksasi dengn Methanol/Alkohol 96% selama 1-2 menit. Kemudin dialiri dengan air kran. Genangi sediaan dengan cat Giemsa selam 15-20 menit. Aliri sediaan dengan air kran, keringkan. Setelah kering, diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran lens obyektif 100x dengan oil imersi,.

Sediaan tetes tipis/hapusan darah digunakan untuk mengetahui spesies dan bentuk stadium dari parasit Plasmodium didalam sample darah pasien. Yang terlihat didalam sediaan tetes tipis/ lapisan hapusan darah adalah sel eritrosit, sel leukosit, sel trombositdan parasit. Plasmodim yang berada didalam sel eritrosit jika ditemukan.

Page 6: Pengambilan Sampel Malaria
Page 8: Pengambilan Sampel Malaria

Teknik Pewarnaan Giemsa

Pewarnaan Giemsa (Giemsa Stain) adalah teknik pewarnaan untuk pemeriksaan mikroskopis yang namanya diambil dari seorang peneliti malaria yaitu Gustav Giemsa. Pewarnaan ini digunakan untuk pemeriksaan sitogenetik dan untuk diagnosis histopatologis parasit malaria dan parasit lainnya.

Prinsip dari pewarnaan giemsa adalah presipitasi hitam yang terbentuk dari penambahan larutan metilen biru dan eosin yang dilarutkan di dalam metanol. Pewarnaan giemsa digunakan untuk membedakan inti sel dan morfologi sitoplasma dari sel darah merah, sel darah putih, trombosit dan parasit yang ada di dalam darah. Pewarnaan giemsa adalah teknik pewarnaan yang paling bagus digunakan untuk identifikasi parasit yang ada di dalam darah (blood-borne parasite).

Prosedur Pewarnaan (sediaan darah apus tipis dan tetes tebal):

1. Gunakan APD lengkap terutama sarung tangan/gloves.2. Fiksasi sediaan apus darah tipis dengan mencelupkannya kedalam larutan

metanol.3. Tunggu sampai larutan metanol yang tertinggal menguap.4. Genangi sediaan apus darah tipis dan tetes tebal dengan larutan giemsa

yang diencerkan aquadest dengan perbandingan 1:4 (1 bagian giemsa dengan 4 bagian air)

5. Tunggu selama 15 menit.6. Bilas dengan air mengalir.7. Keringkan sisa air dengan menyimpan slide berdiri vertikal pada rak

khusus.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pewarnaan giemsa:

Perhatikan agar metanol tidak mengenai sediaan tetes tebal karena akan membuat bagian tersebut terfiksasi dan hasil pewarnaan tidak sesuai dengan hasil yang diinginkan.

Hati-hati pada saat membilas sediaan tetes tebal karena bagian tersebut tidak difiksasi dan tidak menempel dengan kuat ke slide kaca.

Page 9: Pengambilan Sampel Malaria

Morfologi Plasmodium

Plamodium Vivax

Plasmodium vivax, Young Trophozoite: Thin Blood Film.

Berikut bentuk – bentuk Plasmodium vivax dan ciri-cirinya.

a. Bentuk cincin : 1. Ukuran 1/3 eritrosit, 2. Bentuk cincin tebal, 3. Kromatin masa padat berbatas jelas, 4. Bentuk accole kadang – kadang, 5. Pigmen tidak ada.b. Bentuk Tropozoit : 1. Ukuran besar, 2. Bentuk sangat irregular, vakuola nyata, 3. Kromatin titik – titik atau benang – benang, 4. Pigmen halus, warna kuning coklat, 5. Penyebaran partikel halus, 6. Penyebaran tersebar.c. Bentuk Skizon Imature : 1. Bentuk hampir mengisi seluruh eritrosit, 2. Bentuk sedikit amoeboid, 3. Kromatin banyak berupa masa ireguler, 4. Pigmen tersebard. Bentuk Skizon Mature : 1. Mengisi Eritrosit, 2. Bentuk bersegmen, 3. Merozoit 14 – 16, rata – rata 16, 4. Ukuran sedang, 5. Pigmen berkumpul ditengah ( kuning coklat )e. Bentuk Mikrogametosit : 1. Waktu timbul 3 – 5 hari, 2. Jumlah dalam darah banyak, ukuran mengisi eritrosit yang membesar 3. Bentuk bulat/ ovale dan padat, 4. Sitoplasma biru pucat, 5. Kromatin fibril dengan delondong, daerah sekitar yang tidak berwarna, 6. Pigmen tersebar.f. Bentuk Makrogametosit : 1. Waktu timbul 3 – 5 hari, 2. Jumlah dalam darah banyak, ukuran mengisi eritrosit yang membesar, 3. Bentuk bulat/ovale dan padat, 4. Sitoplasma biru tua, 5. Kromatin merupakan massa padat di perifer, 6. Pigmen small round perifer.

Page 10: Pengambilan Sampel Malaria

Plasmodium vivax Infected Red Blood Cells – From Human Pathology Digital Image

Page 11: Pengambilan Sampel Malaria

Plasmodium Falciparum

Plasmodium falciparum, Young Trophozoite: Thin Blood Film.

Berikut bentuk – bentuk Plasmodium falciparum dan ciri-cirinya.

a. Tropozoit muda : 1. Bentuk cincin dengan inti yang kecil dan sitoplasma yang halus, 2. Seringkala cincin mempunyai 2 inti, 3. Banyak sekali cincin disertai tingkat parasit yang lebih tuab. Tropozoit Dewasa : 1. Vakuole cincin sering tidak ada atau hampir tidak ada, 2. Parasit sangat kecil dan kompak, 3. Sitoplasma biasanya pucat, oval, atau bulat tidak teratur. 4. Sebuah inti yang besar kumpulan pigmen yang berkabut atau kelompok yang sangat gelap kira – kira sebesar inti. 5. Biasanya hanya dijumpai pada infeksi berat saja, dimana terlihat bentuk yang banyak jumlahnya.c. Skizon muda : 1. Tingkat ini jarang terlihat dan biasanya bersama – sama dengan sejumlah besar tropozoit sedang berkembang. 2. Parasit sangat kecil dengan 2 inti atau lebih dan sedikit sekali sitoplasmanya sering berwarna pucat. 3. Pigmen terdiri dari satu kelompok kecil atau lebih, padat dan berwarna gelap sekali.d. Skizon dewasa : 1. Selalu bersamaan dengan banyak bentuk cincin 7 kali, 2. Biasanya mempunyai kira – kira 20 atau lebih merozoit kecil yang berkumpul disekitar satu kelompok kecil, pigmen yang berwarna gelap sekali.e. Gametosit dewasa : 1. Bentuk pisang atau biji kacang kedele, 2. Pada bagian yang tebal dari sediaan, dapat berbentuk bulat, bujur telur atau kelihatan agak rusak, 3. Dapat bersama – sama bentuk cincin atau tanpa cincin.Bentuk Stadium P. falciparum dalam sediaan darah tipisa. Tropozoit awal : 1. Ukuran 1/5 dari eritrosit, 2. Bentuk cincin sangat halus, 3. Kromatin titik halus sering kali dua, 4. Bentuk acole stadium ini tidak ada, 5.

Page 12: Pengambilan Sampel Malaria

Pigmen pada stadium ini tidak ada.b. Tropozoit sedang berkembang : 1. Jarang terlihat dalam darah perifer, 2. Mempunyai ukuran kecil, 3. Berbentuk padat, 4. Vakuole tidak dikenal, 5. Kromatin titik atau batang – batang, 6. Berpigmen bentuk kasar.c. Skizon Imature ( muda ) : 1. Jarang terlihat dalam darah perifer, 2. Ukuran hampir mengisi eritrosit, 3. Pigmen berkumpul ditengah, 4. Kromatin ini banyak berupa massa ireguler.d. Skizon matur ( tua ) : 1. Jarang terlihat dalam darah perifier, 2. Ukuran hampir mengisi eritrosit, 3. Bentuk berpigmen, 4. Pigmen berkumpul ditengah.e. Makrogametosit : 1. Jumlah dalam darah banyak, 2. Ukuran lebih besar daripada eritrosit, 3. Bentuk bulan sabit ujung runang/ bulat, 4. Sitoplasma biru tua, 5. Kromatin granula padat dekat pusat, 6. Pigmen granula hitam dan inti padat/bulat.f. Mikrogametosit : 1. Waktu timbul 7 – 12 hari, 2. Jumlah dalam darah banyak, 3. Ukuran lebih besar daripada eritrosit, 4. Bentuk seperti pisang, 5. Sitoplasma biru kemerahan, 6. Kromatin granula halus tersebar, 7. Pigmen granula gelap tersebar.

Page 13: Pengambilan Sampel Malaria

This thin film blood smear reveals a number of Plasmodium falcip

Page 14: Pengambilan Sampel Malaria

PEMERIKSAAN PROTEIN URINE

Pengertian  Tes protein urine merupakan pemeriksaan rutin. Salah satu caranya adalah pemanasan dengan asam asetat.

Tujuan Tes ini bertujuan untuk diagnostik apakah terdapat protein dalam urine atau tidak.

TeoriProtein dengan  pemanasan akan terbentuk  presipitat yang terlihat berupa kekeruhan. Pemberian asam asetat dilakukan untuk mencapai atau mendekati titik isoelektrik protein. Pemanasan selanjutnya mengadakan denaturasi dan terjadi presipitasi.Kekeruhan yang ringan sangat sukar dilihat, maka harus digunakan tabung yang bersih dan bagus. Jika tabung telah tergores tidak dapat digunakan lagi. Sumber reaksi negatif palsu pada tes pemanasan dengan asam asetat adalah pemberian asam asetat berlebihan. Sumber reaksi positif palsu yaitu kekeruhan yang tidak disebabkan oleh globulin atau albumin, kemungkinannya:

Nukleoprotein, kekeruhan terjadi pada saat pemberian asam asetat sebelum pemanasan

Mucin, kekeruhan juga terjadi pada saat pemebrian asam asetat sebelum pemanasan

Proteose, presipitat terjadi setelah campuran reaksi mendingin, kalau dipanasi menghilang lagi

Asam-asam renin, kekeruhan oleh zat ini larut dalam alkohol Protein Bence Jones, protein ini larut dalam pada suhu didih urine, terlihat

kekeruhan pada suhu kira-kira 60 derajat celcius.

Prosedur kerja

Alat dan bahano Tabung reaksio Lampu spirituso Rak tabung reaksio Penjepit tabung reaksio Asam acetat 6%

Cara Kerjao Masukkan urin jernih (sentrifus terlebih dahulu) ke dalam tabung

reaksi sampai 2/3 penuho Dengan memegang bagian tabung reaksi pada ujung bawah dengan

penjepit tabung reaksi, lapisan atas urine dipanasi di atas nyala api sampai mendidih 30 detik.

o Perhatikan ada atau tidaknya kekeruhan di lapisan atas. Jika terjadi kekeruhan, kemungkinan disebabkan oleh protein, calsiumfosfat, calciumcarbonat.

Page 15: Pengambilan Sampel Malaria

o Teteskan 3-5 tetes asam acetat 6% ke dalam urine yang masih panas itu. Jika kekeruhan disebabkan oleh calciumfosfat maka kekeruhan akan lenyap. Jika kekeruhan disebabkan oleh calciumcarbonat maka kekeruahan akan tetap hilang tapi dengan pembentukan gas. Jika kekeruhan tetap ada atau menjadi lebih keruh lagi, maka tes terhadap protein adalah positif.

Penilaiano -         : tidak ada kekeruhano +        : kekeruhan ringan (seperti awan) tanpa butir (kadar protein

0,01-0,05%)o ++      : kekeruhan mudah diilihat dan tampak butir-butir dalam

kekeruhan (0,05-0,2%)o +++   : urin jelas keruh dan kekeruhan itu berkeping-keping (0,2-

0,5%)o ++++ : urin sangat keruh dan berkeping-keping besar atau

bergumpal-gumpal (>0,5%)

Syarat = urine yang dipakai untuk pemeriksaan harus jernih. Bila tidak jernih, maka harus dilakukan sentrifugasi dan yang dipakai adalah supernatan.

Page 16: Pengambilan Sampel Malaria

PEMERIKSAAN SEDIMEN URINE

Tujuan:

menentukan unsur sedimen organik – anorganik dlm urine secara mikroskopis

Cara Kerja :

Kocok urine dalam botol agar sedimen merata Masukan urine dalam tabung sentrifuge 10 –15 cc → sentrifuge selama 5

menit dengan kecepatan 2000 rpm Tuang bagian atas urine → tinggal 0,5 – 1 cc → kocok kembali sedimen Tuang dalam obyek glass, tutup dengan cover glass → periksa dibawah

mikroskop.

Hasil yang mungkin ditemukan:

Dilaporkan Normal + ++ +++ ++++

Eritrosit/LPK 0-3 4-8

8-30

lebih dari 30

penuh

Leukosit/LPK 0-4 5-20

20-50

lebih dari 50

penuh

Silinder/Kristal/LPL 0-1 1-5

5-10

10-30 lebih dari

30

Keterangan :

Khusus untuk kristal Ca-oxallate : + masih dinyatakan normal; ++ dan +++ sudah dinyatakan abnormal.

Gambar sedimen yang dapat ditemukan dalam urin:

Page 17: Pengambilan Sampel Malaria

Kristal asam urat

Epitel silinder hialin

Silinder eritrosit Ca. oksalat Ca. karbonat