81
1 PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) DISERTAI MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 10 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009 SKRIPSI Oleh: NURSETO ARIF SETIAWAN NIM. X4304017 Pendidikan Biologi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP …...PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP ... ditemukan buku komik sejumlah 20 buku yang dibawa siswa waktu pembelajaran,

Embed Size (px)

Citation preview

1

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP

INVESTIGATION (GI) DISERTAI MEDIA KOMIK UNTUK

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIIB SMP

NEGERI 10 SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2008/2009

SKRIPSI

Oleh:

NURSETO ARIF SETIAWAN

NIM. X4304017

Pendidikan Biologi

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2009

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting

bagi perkembangan peradaban manusia dalam suatu bangsa. Bangsa yang

mempunyai peradaban maju adalah bangsa yang mempunyai sumber daya

manusia yang berkualitas, oleh karena itu harus dilakukan usaha untuk

meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan. Salah satu usaha agar bangsa

Indonesia memiliki sumber daya manusia yang berkualitas adalah dengan

melakukan evaluasi kualitas sistem pendidikan secara menyeluruh.

Perbaikan pendidikan antara lain ditempuh melalui perbaikan model

yang digunakan guru dalam mengajar. Penggunaan model pembelajaran yang

tepat dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam proses belajar mengajar.

Kenyataan di lapangan banyak dijumpai gaya mengajar yang kurang bervariasi

dan belum memanfaatkan kemampuan secara maksimal. Guru kurang

memperhatikan bahwa penggunan metode yang kurang tepat dapat menyebabkan

proses belajar mengajar yang dilaksanakan menjadi tidak efektif dan kurang

optimal. Banyaknya model yang ada, seorang guru dituntut dapat memilih model

yang tepat untuk mengajarkan suatu pokok bahasan tertentu karena sebenarnya

tidak ada model pembelajaran yang paling baik, setiap model memiliki spesifikasi

masing-masing. Suatu model pembelajaran tertentu mungkin efektif jika

digunakan untuk mengajarkan topik tertentu, bukan berarti model itu efektif juga

digunakan untuk menyampaikan topik lain.

Hasil observasi yang dilakukan di SMP Negeri 10 Surakarta Kelas VII B

tahun ajaran 2008/2009 menunjukkan bahwa 1. metode pembelajaran yang

digunakan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran IPA

terutama biologi belum bervariasi, pada waktu diskusi pembentukan kelompok

belajar dibentuk oleh guru dan siswa tidak diberi kesempatan untuk memilih

kelompok sehingga yang mengatur semua kegiatan belajar adalah guru dan tidak

3

melibatkan siswa , 2. pada waktu disekolah di adakan razia oleh guru, barang

yang tidak termasuk dalam pembelajaran akan disita dan waktu itu di kelas VII B

ditemukan buku komik sejumlah 20 buku yang dibawa siswa waktu pembelajaran,

setelah kejadian tersebut riilnya siswa menyukai komik, 3. perhatian siswa tidak

tertuju pada pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga terbuka kesempatan

yang besar bagi siswa yang berbuat ramai sendiri dan tidak memperhatikan

pelajaran berlangsung, 4. keingintahuan siswa dalam pelajaran biologi masih

kurang ini ditandai dengan siswa yang tidak membawa buku waktu pelajaran

sebanyak 10 siswa, 5. Guru kurang memotivasi siswa ditandai dengan guru lebih

menekankan segi penilaian produk atau hasil sedangkan penilaian proses belum

mendapat perhatian penuh, artinya siswa tidak sepenuhnya dilibatkan, 6.

kebutuhan materi siswa hanya tergantung dengan guru saja sehingga siswa kurang

menghiraukan buku materi yang kadang ada beberapa siswa tidak membawa, LKS

untuk membaca dan mengerjakan soal-soal.

Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan kualitas pembelajaran. Sesuai

dengan kurikulum yang berlaku sekarang yaitu Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan, pembelajaran pada tingkat satuan pendidikan sebagai upaya

mempersiapkan program dan memberikan pelayanan kepada setiap siswa agar

mereka dapat berkembang secara maksimum sesuai dengan potensi yang

dimilikinya. Guru sebagai fasilitator harus mampu memberikan pelayanan kepada

setiap siswa agar mereka dapat berkembang secara maksimal, sesuai dengan

potensi yang dimiliki dan mampu mewujudkan peluang untuk berprestasi.

Hasil observasi awal menjadi asumsi dasar yang melahirkan gagasan

upaya mengatasi permasalahan dalam pembelajaran tersebut dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif khususnya metode pembelajaran

GI(Group Investigation) dengan penggunaan media komik untuk meningkatkan

minat belajar siswa. Dengan model pembelajaran kooperatif GI(Group

Investigation siswa dibagi kedalam beberapa kelompok belajar yang lebih kecil.

Cara pengelompokkannya adalah heterogen baik dari prestasi belajar, jenis

kelamin, maupun tingkat sosial ekonomi. Pembelajaran kooperatif adalah suatu

sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait, yaitu a.

4

saling ketergantungan positif; b. interaksi tatap muka; c. akuntabilitas individual;

d. keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial

yang secara sengaja diajarkan.

Prestasi belajar selain dipengaruhi oleh minat siswa mengikuti pelajaran,

juga dipengaruhi oleh kreativitas siswa. Kreativitas dalam proses belajar mengajar

memegang peranan penting. Kreativitas adalah kemampuan untuk memberikan

gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Kreativitas

bukan hanya bekal menciptakan saja, dengan demikian dalam kegiatan belajarnya

siswa yang kreatif akan memperbesar daya kemampuan belajar yang dimiliki

individu yang bersangkutan. Pengembangan kreativitas yang intensif merupakan

salah satu cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

Siswa yang kreatif akan memperoleh cara bagaimana menyelesaikan masalah

biologi.

Siswa yang kreatif dalam proses belajar mengajar selalu ingin tahu

sehingga saat mengikuti pelajaran selalu aktif bertanya apabila ada materi yang

belum dipahaminya, dimana sifat selalu ingin tahu merupakan salah satu indikator

dari kreativitas. Saat diskusi kelas siswa yang kreatif sering berperan aktif dalam

mengemukakan pendapat untuk menyelesaikan suatu masalah, dengan demikian

siswa yang kreatif akan lebih mengerti tentang materi pelajaran tersebut, sehingga

apabila diadakan test terhadap materi tersebut akan menghasilkan prestasi yang

baik. Ada juga siswa yang kurang kreatif , siswa yang demikian dalam mengikuti

pelajaran rasa ingin tahunya kurang, dan kurang memperhatikan ketika guu

memberikan materi yang berhubungan dengan materi pelajaran walaupun belum

tahu. Sikap tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi prestasi belajar

yang dicapai

Penelitian ini mencoba mengkaji penerapan model pembelajaran

kooperatif metode Group Investigation (GI) untuk meningkatkan minat belajar.

Group Investigation adalah metode pembelajaran yang melibatkan siswa sejak

perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajari

melalui investigasi. Metode pembelajaran Group Investigation (GI) menuntut para

siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam

5

ketrampilan proses kelompok. Ketrampilan proses merupakan pendekatan belajar

mengajar yang mengarah kapada pengembangan kemampuan-kemampuan mental,

fisik, sosial yang mendasari penggerak kemampuan dalam diri individu. Jadi

dengan penggunaan metode pembelajaran Group Investigation (GI) dapat

meningkatkan minat belajar siswa yang meliputi aspek perhatian, aspek

keingintahuan, aspek motivasi dan aspek kebutuhan dalam pembelajaran melalui

media komik.

Metode Group Investigation dengan penggunaan media komik

diharapkan dapat meningkatkan peran serta dan keaktifan siswa dalam KBM.

Dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran biologi dan melatih

kemandirian siswa dalam pembelajaran.

Bertolak dari latar belakang yang diuraikan di atas, maka dilakukan

penelitian dengan judul: “PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF

GROUP INVESTIGATION (GI) DISERTAI MEDIA KOMIK UNTUK

MENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS VII SMP NEGERI

10 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009 “.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan

pembatasan masalah yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut, “Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif

metode Group Investigation (GI) dengan penggunaan media komik dapat

meningkatkan minat belajar biologi siswa kelas VII B SMP Negeri 10 Surakarta

tahun ajaran 2008/2009“

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk

meningkatkan minat belajar dalam pembelajaran biologi pada siswa kelas VII B

SMP Negeri 10 Surakarta tahun ajaran 2008/2009 dengan penggunaan media

komik.

6

D.Manfaat Penelitian

Pembelajaran dengan menggunakan hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi guru

a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi guru dalam penerapan metode

Group Investigation (GI) disertai penggunaan media komik sebagai salah

satu media pembelajaran siswa dalam meningkatkan pencapaian hasil

belajar.

b. Memberikan masukan pada calon guru agar lebih memperhatikan

masalah-masalah yang terkait dalam pembelajaran sehingga dapat

meningkatkan mutu proses belajar mengajar.

2. Bagi siswa

a. Dapat mengaktifkan daya pikir siswa dengan metode dan media

pembelajaran yang tepat.

b. Memberikan suasana baru dalam pembelajaran sehingga siswa lebih

berminat dalam pembelajaran.

3. Bagi sekolah dan instansi pendidikan lainnya

a. Untuk menyusun program peningkatan proses pembelajaran biologi pada

tahap berikutnya.

b. Hasil penelitian yang dipaparkan akan memberikan sumbangan yang baik

pada sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran.

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI) disertai Media

Pembelajaran Komik

a. Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI)

1) Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk

membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor intern dan ekstern dalam

kegiatan belajar mengajar. Sedangkan pembelajaran harus disesuaikan dengan

materi dan tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Dalam proses pembelajaran

keaktifan siswa lebih diutamakan sehingga mereka mempunyai kebebasan yang

bertanggung jawab untuk mengungkapkan ide atau gagasan dalam pemikirannya.

Sistem pembelajaran memiliki tiga ciri khas, yaitu: rencana,

kesalingtergantungan (interdependence) dan tujuan. Rencana ialah penataan

ketenagaan, material, dan prosedur, yang merupakan unsur-unsur sistem

pembelajaran, dalam suatu rencana khusus. Unsur-unsur sistem pembelajaran

saling tergantung (interdependence), serasi dalam suatu keseluruhan. Setiap unsur

bersifat penting, dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem

pembelajaran. Sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak

dicapai. Tujuan utama sistem pembelajaran agar siswa belajar secara efisien dan

efektif (Hamalik, 2003: 66).

Proses belajar mengajar memiliki empat komponen yaitu tujuan, bahan,

metode dan alat, serta penilaian. Keempat komponen tersebut tidaklah berdiri

sendiri, tetapi saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain

(interelasi). Tujuan merupakan rumusan tingkah laku dan kemampuan yang harus

dicapai dan dimiliki peserta didik setelah menyelesaikan pengalamannya dan

kegiatan belajar dalam proses pengajaran. Isi tujuan pengajaran pada hakikatnya

adalah hasil belajar.

8

Ciri-ciri pembelajaran tersebut terletak pada unsur-unsur dinamis dalam

proses belajar yaitu: a) Motivasi belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai

serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga

seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan

berusaha untuk mengelakkan perasaan tidak senang atau suka itu. b) Bahan

belajar, bahan belajar merupakan isi dalam pembelajaran. bahan atau materi

belajar perlu berorientasi pada tujuan yang akan dicapai siswa dan memperhatikan

karakteristik siswa agar dapat diminati siswa. c) Alat bantu belajar, alat bantu

belajar atau media belajar merupakan alat yang dapat membentuk siswa belajar

untuk mencapai tujuan belajar misalnya media cetak, media elektronika dan lain-

lain. d) Suasana belajar, suasana belajar yang dapat menimbulkan aktivitas atau

kegiatan dalam belajar siswa adalah adanya komunikasi dua arah, kegairahan dan

kegembiraan belajar. e) Kondisi siswa yang belajar.

Ciri-ciri pembelajaran sebenarnya adalah upaya guru mengatur unsur-

unsur dalam pembelajaran, sehingga dapat mengaktifkan siswa dalam kegiatan

belajar mengajar agar terjadi proses belajar dan tujuan belajar dapat tercapai.

Pembelajaran dapat terjadi apabila unsur-unsur dinamis dapat terpenuhi. Adanya

motivasi belajar, bahan belajar, alat bantu belajar, suasana belajar, dan kondisi

siswa belajar sangat mempengaruhi keberhasilan proses belajar. Untuk itu,

kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada peran dan partisipasi siswa, bukan

peran guru yang dominan, tetapi lebih berperan sebagai fasilitator (memberi

kemudahan pada siswa untuk belajar), motivator dan sebagai pembimbing

(memberi bimbingan kepada siswa yang memerlukan) (Gino dkk, 2000: 36-39).

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode

pengajaran di mana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling

membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Para siswa

diharapkan dapat saling membantu, mendiskusikan dan berargumentasi, untuk

mengasah pengetahuan yang mereka kuasai dan menutup kesenjangan dalam

pemahaman masing-masing (Slavin, 2008: 4). Langkah-langkah pembelajaran

kooperatif menurut Arends dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.

9

Tabel 1. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

FASE PERILAKU GURU

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan-tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi belajar pada siswa.

Fase 2

Menyampaikan informasi

Guru menyampaikan informasi kepada siswa baik dengan peragaan (demonstrasi) atau dengan teks.

Fase 3

Mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar.

Guru menjelaskan pada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok membuat perubahan yang efisien.

Fase 4

Membantu kerja kelompok dalam belajar

Guru membantu kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.

Fase 5

Mengujikan materi

Guru mengujikan semua materi pelajaran atau kelompok-kelompok menyajikan hasil-hasil pekerjaan mereka.

Fase 6

Menyediakan penghargaan

Guru memberikan cara-cara untuk menghargai baik usaha maupun prestasi belajar individu dan kelompok.

( Arends, 1997: 113)

Belajar kooperatif merupakan belajar dengan pendekatan pengajaran

melalui kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi

belajar guna mencapai tujuan belajar. Menurut Lie (2005: 29), ”Metode

pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok”.

Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakanya dengan

pembagian kelompok asal-asalan. Pengelompokan heterogenitas

(keanekaragaman) merupakan ciri yang menonjol dalam metode pembelajaran ini.

Kelompok heterogenitas dapat dibentuk dengan mempertimbangkan

keanekaragaman gender, latar belakang agama, sosio-ekonomi dan etnik, serta

kemampuan akademis. Menurut Arends (2001: 315) disebutkan bahwa “the tree

10

instructional goals of cooperative learning are academic achievement, acceptance

of diversity and development of social skill”. Hasil belajar pada pembelajaran

kooperatif menurut Arends dapat dilihat pada Gambar 1.

( Arends, 2001: 315)

Gambar 1. Skema Model Pembelajaran Kooperatif

Metode pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai 3 tujuan

utama yaitu: pencapaian akademik, penerimaan atau perbedaan dan

mengembangkan kemampuan sosial. Pembelajaran kooperatif dapat memberikan

keuntungan pada siswa yang berpencapaian rendah dan siswa yang berpencapaian

tinggi dalam proses pembelajaran. Siswa yang berpencapaian lebih tinggi dapat

mengajari siswa yang berpencapaian rendah. Ini memberikan keuntungan

terhadap siswa yang berpencapaian tinggi karena dengan membagikan ide atau

pengetahuannya, siswa tersebut menjadi lebih dalam pengetahuannya tentang

materi atau bahan ajar. Sedangkan siswa yang berpencapaian rendah lebih tertarik

dalam belajar. Menurut Slavin (2008: 100) ”Pembelajaran kooperatif bukan hanya

sebuah teknik pengajaran yang ditujukan untuk meningkatkan pencapaian prestasi

para siswa, ini juga merupakan cara untuk menciptakan keceriaan, lingkungan

yang pro-sosial di dalam kelas, yang merupakan salah satu manfaat penting untuk

memperluas perkembangan interpersonal dan keefektifan”. Kessler (1992: 8),

menyatakan bahwa ”Pembelajaran kooperatif adalah aktifitas belajar kelompok

yang teratur sehingga pembelajaran dipengaruhi oleh pertukaran informasi pada

struktur sosial antara anggota dalam kelompok dan tiap anggota bertanggung

jawab untuk kelompok dan diri siswa sendiri serta adanya motivasi untuk

meningkatkan pembelajaran lainya”.

Cooperative Learning

Academic Achievement

Acceptance of Diversity

Social Skill

11

Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk mampu berpartisipasi aktif

dan berkomunikasi. Antara lain keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap

sopan terhadap teman, mengkritik ide, dan bukan mengkritik teman, berani

mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain yang bermanfaat.

Menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja

diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya

memperoleh teguran dari guru tetapi juga dari sesama siswa.

2) Group Investigation (GI)

Group Investigation dikembangkan oleh Shlomo dan Yael Sharan di

Universitas Tel Aviv, merupakan perencanaan pengaturan kelas yang umum di

mana para siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan

kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif. Menurut

Slavin (24-25 :2008) pada metode ini para siswa dibebaskan membentuk

kelompoknya sendiri yang terdiri dari dua sampai enam orang anggota. Kelompok

ini kemudian memilih topik-topik dari unit yang telah dipelajari oleh seluruh

kelas, membagi topik-topik ini menjadi tugas-tugas pribadi, dan melakukan

kegiatan yang diperlukan untuk mempersiapkan laporan kelompok. Setiap

kelompok lalu mempresentasikan atau menampilkan hasil penemuan mereka di

hadapan seluruh kelas.

Metode Group Investigation melibatkan siswa sejak perencanaan, baik

dalam seleksi topik maupun cara mempelajarinya melalui proses investigasi yang

mendalam. Metode ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan

berkomunikasi yang baik maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group

process skill). Penggunaan metode Group Investigation umumnya kelas dibagi

menjadi beberapa kelompok dengan anggota 5 sampai 6 orang anggota atau siswa

dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga dilakukan

berdasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik

tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi

yang mendalam terhadap berbagai sub topik yang dipilih, kemudian menyiapkan

12

dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan ( Arends, 1997:

121).

Menurut Slavin (2008: 215) bahwa ”Group Investigation tidak akan

dapat diimplementasikan dalam lingkungan pendidikan yang tidak mendukung

dialog interpersonal, atau yang tidak memperhatikan dimensi rasa sosial dari

pembelajaran di dalam kelas”. Komunikasi dan interaksi kooperatif di antara

sesama teman sekelas akan mencapai hasil terbaik apabila dilakukan dalam

kelompok kecil, dimana pertukaran di antara teman sekelas dan sikap-sikap

kooperatif bisa terus bertahan. Aspek rasa sosial dari kelompok, pertukaran

intelektualnya, dan maksud dari subjek yang berkaitan dengannya dapat bertindak

sebagai sumber-sumber penting maksud tersebut bagi usaha para siswa untuk

belajar.

Kesuksesan implementasi dari Group Investigation sebelumnya

menuntut pelatihan dalam kemampuan komunikasi dan sosial. Guru dan siswa

melaksanakan sejumlah kegiatan akademik dan non akademik yang dapat

membangun norma-norma perilaku kooperatif yang sesuai di dalam kelas. Secara

umum adalah guru merancang sebuah topik yang cakupannya luas, selanjutnya

siswa membagi topik tersebut kedalam subtopik. Subtopik ini merupakan sebuah

hasil perkembangan dari ketertarikan dan latar belakang siswa, yang sama halnya

dengan pertukaran gagasan diantara para siswa. Sebagai bagian dari investigasi,

para siswa mencari informasi dari berbagai sumber baik di dalam maupun di luar

kelas. Sumber-sumber seperti (bermacam buku, institusi, orang) menawarkan

sederetan gagasan, opini, data, solusi, ataupun posisi yang berkaitan dengan

masalah yang sedang dipelajari. Para siswa selanjutnya mengevaluasi dan

mensintesiskan informasi yang disumbangkan oleh tiap anggota kelompok supaya

dapat menghasilkan buah karya kelompok.

Metode Group Investigation memiliki tiga konsep utama, yaitu: a)

penemuan (inquiry) yaitu proses dimana siswa dirangsang dengan menghidupkan

pada suatu masalah. Siswa merasa dirinya perlu memberikan reaksi terhadap

masalah yang dianggap perlu untuk diselesaikan. Masalah ini didapat dari siswa

13

sendiri atau diberikan oleh guru; b) pengetahuan yaitu pengalaman yang tidak

dibawa sejak lahir namun diperoleh siswa melalui pengalaman baik secara

langsung maupun tidak langsung; c) dinamika kelompok, menunjukkan suasana

yang menggambarkan sekelompok individu yang saling berinteraksi mengenai

sesuatu yang sengaja dilihat atau dikaji bersama dengan berbagi ide dan pendapat

serta saling tukar-menukar pengalaman dan saling berargumentasi.

Penting bagi Group Investigation adalah perencanaan kooperatif siswa

atas apa yang dituntut dari mereka. Anggota kelompok mengambil bagian dalam

merencanakan berbagai dimensi dan tuntutan dari proyek mereka. Kemampuan

perencanaan koperatif harus diperkenalkan secara bertahap ke dalam kelas dan

dilatih dalam berbagai situasi sebelum kelas tersebut melaksanakan proyek

investigasi berskala penuh (Slavin, 2008: 216).

a) Tahapan Metode Group Investigation (GI)

Arends (1997: 121) mengemukakan enam tahapan kegiatan dalam metode

Group Investigation yaitu:

Tahap 1 : Mengidentifikasikan Topik dan Pembentukan Kelompok

Tahapan ini menekankan pada permasalahan siswa meneliti, mengajukan

topik dan saran. Peranan ini dimulai dengan setiap siswa diberikan modul yang

mana berisikan kisi-kisi, dari langkah ini diharapkan siswa mampu menebak topik

apa yang akan disampaikan kemudian siswa yang memiliki topik yang sama

dikelompokkan menjadi satu kelompok dalam penyelidikan nanti. Peran guru

adalah membatasi jumlah kelompok serta membantu mengumpulkan informasi

dan memudahkan pengaturan. Pembentukan kelompok juga penting dalam metode

pembelajaran Group Investigation. Seperti kebanyakan metode pembelajaran

kooperatif, pelaksanaan Group Investigation dilaksanakan berdasarkan

ketertarikan kelompok sejak siswa yang mempunyai ketertarikan yang sama akan

memilih subtopik yang sama. Subtopik inilah yang menjadi pusat ide yang akan

diinvestigasi siswa. Bagaimanapun juga, ketertarikan kelompok akan membangun

hubungan persahabatan dalam kelompok. Jumlah kelompok ditentukan oleh guru.

Kelompok dibentuk dari 2-6 siswa, tetapi guru harus memecah kembali jika siswa

14

tidak sesuai dengan subtopik sehingga terjadi perpindahan siswa diantara

kelompok.

Tahap 2 : Merencanakan Tugas yang akan Dipelajari

Pada tahap ini anggota kelompok menentukan subtopik yang akan

diinvestigasi dengan cara mengisi lembar kerja yang telah tersedia serta

mengumpulkan sumber untuk memecahkan masalah yang tengah diinvestigasi.

Setiap siswa menyumbangkan kontribusinya terhadap investigasi kelompok kecil.

Kemudian setiap kelompok memberikan kontribusi kepada penelitian untuk

seluruh kelas.

Tahap 3 : Melaksanakan Investigasi

Siswa secara individual atau berpasangan mengumpulkan informasi,

menganalisa dan mengevaluasi serta menarik kesimpulan. Setiap anggota

kelompok memberikan kontribusi satu dari bagian penting yang lain untuk

mendiskusikan pekerjaannya dengan mengadakan saling tukar menukar informasi

dan mengumpulkan ide-ide tersebut untuk menjadi suatu kesimpulan.

Tahap 4 : Menyiapkan Laporan Akhir

Pada tahap ini merupakan tingkat pengorganisasian dengan

mengintegrasikan semua bagian menjadi keseluruhan dan merencanakan sebuah

presentasi di depan kelas. Setiap kelompok telah menunjuk salah satu anggota

untuk mempresentasikan tentang laporan hasil penyelidikannya yang kemudian

setiap anggotanya mendengarkan. Peran guru di sini sebagai penasehat, membantu

memastikan setiap anggota kelompok ikut andil di dalamnya.

Tahap 5 : Mempresentasikan Laporan Akhir

Setiap kelompok telah siap memberikan hasil akhir di depan kelas

dengan berbagai macam bentuk presentasi. Diharapkan dari penyajian presentasi

yang beraneka macam tersebut, kelompok lain dapat aktif mengevaluasi kejelasan

dari laporan setiap kelompok dengan melakukan tanya jawab.

Tahap 6 : Evaluasi

Siswa memberikan tanggapan dari masing-masing topik dari

pengalaman afektif mereka. Guru dan siswa yang lain berkolaborasi mengevaluasi

15

proses belajar sehingga semua siswa diharapkan menguasai semua subtopik yang

disajikan.

b) Kelebihan dan Kelemahan Metode Group Investigation

Menurut Joyce (2000: 51) dalam ”Metode Group Investigation ini guru

hanya berperan sebagai konselor, konsultan dan pemberi kritik yang bersahabat”.

Seyogyanya guru membimbing dan mencerminkan kelompok melalui tiga tahap :

(1) tahap pemecahan masalah, (2) tahap pengelolaan kelas, (3) tahap pemaknaan

secara perorangan. Ditempuhnya tiga tahapan tersebut, diharapkan proses

pembelajaran dapat menghasilkan proses belajar yang lebih baik dan siswa lebih

menyeluruh dalam mendalami materi yang disampaikan oleh guru. Metode Group

Investigation mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan metode

lainnya yaitu : (1) siswa menjadi mandiri dalam mencari informasi tentang materi

yang akan dipelajari, (2) siswa mempunyai jiwa kooperatif yang tinggi, (3) siswa

memiliki kemahiran dalam berkomunikasi dengan intelektual pembelajaran dalam

mensintesis dan menganalisis, (4) meningkatkan kemampuan siswa dalam

berdiskusi. Beberapa kekurangan dari metode Group Investigation yaitu : (1) jika

ada seorang siswa yang tidak aktif dalam kelompoknya maka akan menghambat

daripada tujuan pembelajaran, (2) siswa yang tidak cocok dengan anggota

kelompoknya kurang bisa bekerjasama dalam memahami materi maupun dalam

menyelesaikan tugas, (3) ada siswa yang kurang memanfaatkan waktu sebaik-

baiknya dalam belajar kelompok.

Langkah-langkah metode Group Investigation menurut Slavin dapat

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Langkah-langkah Metode Group Investigatioan (GI)

Perilaku guru

Perilaku siswa

1. Guru membagi modul berisi kisi- kisi kerja kelompok dan sub topik materi

2. Guru membagi kelompok berdasarkan topik yang sama dan memberi pengarahan tentang mekanisme kerja kelompok

1. Siswa memilih sub- sub topik yang diinginkan

2. Siswa membuat kelompok dan

menyiapkan materi dari sub topik yang mereka pilih

16

3. Guru menyampaikan materi pelajaran dan menyuruh siswa menyiapkan bahan diskusi

4. Guru menyuruh siswa segera memulai presentasi

5. Guru mengulas hasil presentasi

dan memberi kesimpulan

3. Siswa diskusi dan menyiapkan materi yang akan disampaikan dalam presentasi

4. Siswa dalam kelompok 1 presentasi, kelompok 2 sebagai penanya inti, dan seterusnya

5. Siswa memperhatikan dan mencatat kesimpulan yang diberikan guru.

( Slavin, 1985: 730)

Penerapan metode Group Investigation terdapat lima langkah. Pertama,

guru memberikan permasalahan kepada kelas, dan siswa memilih kelompok yang

menarik. Masalah yang dimaksud merupakan bagian yang penting. Guru

sebaiknya tidak menerima dan menolak ide dari siswa. Kedua, kelompok

merencanakan investigasi. Prosedur, tugas, dan tujuan haruslah sesuai dengan

subtopik yang telah dipilih. Ketiga, kelompok mempersiapkan hasil investigasi

menuju langkah selanjutnya. Peran guru dalam tahap ini adalah mengikuti proses

investigasi, memberikan pertolongan ketika dibutuhkan: memberikan saran,

menambah rasa percaya diri siswa, dan lain-lain. Keempat, kelompok

merencanakan presentasi. Kelompok mengevaluasi yang telah dipelajari dan

mensintesis ke bentuk yang mudah dipahami oleh kelas. Kelima, kelompok

mengatur presentasi. Guru dan siswa mengevaluasi hasil investigasi dan

presentasi. Pada akhir proses ini, kelompok yang mewakili membuat laporan di

depan kelas, menolong anggota kelompok untuk menghargai mereka sebagai

bagian dari unit sosial yang luas. Semangat kelompok meliputi bagaimana siswa

belajar dan memecahkan masalah yang ditemui ketika siswa bekerja dalam

kelompok. Hal ini akan membuat perbedaan antara seseorang yang bekerja dalam

satu tempat dan satu kelompok. Setiap siswa memiliki karakteristik dalam

kelompok dan kemampuan mengungkapkan pendapat. Hal ini penting bagi para

guru untuk memahami bagaimana kerja kelompok yang dilakukan siswa sehingga

dapat memudahkan memberikan fasilitas dalam interaksi antar siswa.

17

Fakta menunjukkan bahwa motivasi intrinsik merupakan hal penting

untuk bekerja melaksanakan tugas dalam kelompok Group Investigation.

Pemilihan subtopik sebaiknya sesuai dengan ketertarikan siswa sehingga

kelompok akan tertarik dan mendapatkan hasil investigasi yang maksimal.

Apabila pemilihan subtopik ditentukan oleh guru, guru harus memilih topik yang

sesuai dengan kehidupan siswa dan meningkatkan pemahaman siswa.

Menurut Zingaro (2008), ”Pembelajaran kooperatif lebih menekankan

pada siswa untuk bekerja dalam kelompok”. Terjadi pergeseran pokok dari guru

sebagai penyedia informasi dan sumber kebenaran menuju guru sebagai

fasilitator. Group Investigation meliputi penggunaan tugas untuk memenuhi

kebutuan dengan mengkombinasi antara usaha dan keterampilan individu setiap

anggota kelompok. Group investigation merupakan salah satu bentuk dari

pembelajaran kooperatif.

Pembentukan kelompok juga penting dalam metode pembelajaran Group

Investigation. Seperti kebanyakan metode pembelajaran kooperatif, pelaksanaan

Group Investigation dilaksanakan berdasarkan ketertarikan kelompok sejak siswa

yang mempunyai ketertarikan yang sama akan memilih subtopik yang sama.

Subtopik inilah yang menjadi pusat ide yang akan diinvestigasi siswa.

Bagaimanapun juga, ketertarikan kelompok akan membangun hubungan

persahabatan dalam kelompok. Jumlah kelompok ditentukan oleh guru. Kelompok

dibentuk dari 2-6 siswa, tetapi guru harus memecah kembali jika siswa tidak

sesuai dengan subtopik sehingga terjadi perpindahan siswa diantara kelompok.

Seifert, K., dkk (2009) menyatakan bahwa penyelidikan kelompok atau

Group Investigation adalah suatu metode belajar kooperatif yang mempunyai

karakteristik yaitu siswa bekerja dalam kelompok kecil, aktif membangun

pengetahuan siswa itu sendiri, berusahaa meningkatkan hasil belajar dan kepuasan

siswa. Pelaksanaan Group Investigation dapat meningkatkan tanggung jawab

pribadi, kebebasan untuk merencanakan aktivitas yang akan dilaksanakan dan

mendapatkan pengalaman yang berharga.

18

b. Media Komik

Menurut Arief S. Sardiman(1996:6) kata “Media berasal dari bahasa latin

dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar”. Sehingga

media adalah perantara kepada penerima pesan.

Menurut Gagne dan Reiser dalam Mulyani dan Johar (2001:152) media

pendidikan atau pengajaran didefinisikan sebagai alat-alat fisik dimana pesan-

pesan instruksional dikomunikasikan. Menurut Borman dalam Mulyani dan Johar

(2001:153) mendefinisikan media pengajaran sebagai setiap alat, baik hardware

maupun software yang dipergunakan sebagai media komunikasi dan tujuannya

untuk meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar. Dari beberapa pengertian

tentang media pengajaran yang dikemukakan di atas dapat dikatakan bahwa media

pembelajaran merupakan wahana penyalur atau wadah pesan pembelajaran.

Sedangkan manfaat media pengajaran bagi siswa menurut Nana Sudjana

dan Rivai (1992:2), adalah antara lain :

1) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan

motivasi untuk belajar.

2) Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih mudah

dipahami dan memungkinkan siswa menguasai materi lebih baik.

3) Metode mengajar menjadi lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi

verbal sehingga siswa tidak menjadi bosan.

4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab siswa tidak hanya

mendengar pengajaran guru, tetapi juga melaksanakan aktivitas lain yaitu

mengamati, melakukan, mendemostrasikan dan lain-lain.

Media pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam

proses belajar mengajar. Disamping dapat menarik perhatian siswa, media

pembelajaran juga dapat menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dalam

setiap mata pelajaran sehingga dalam kegiatan pembelajaran dapat tercipta

suasana belajar yang menarik perhatian dengan memanfaatkan media

pembelajaran yang kreatif, inovatif dan variatif, serta pembelajaran dapat

berlangsung dengan mengoptimalkan proses dan berorientasi pada prestasi

belajar. Seorang guru dituntut untuk dapat merancang pembelajaran dengan

19

memanfaatkan berbagai jenis media dan sumber belajar yang sesuai agar proses

pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien.

Hal serupa dikemukakan oleh Hamalik (1986) dalam Azhar Arsyad

(2005:15) “Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat

membangkitan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan

rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis

terhadap siswa”. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media

pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan

data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan

memadatkan informasi.

Secara umum eranan media pendidikan mempunyai fungsi sebagai berikut

( Sadiman, 2002 :54 ):

1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik.

2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, daya, indra.

3) Media pendidikan secara tepat dan variasi dapat diatasi dengan sikap pasif anak

didik.

4) Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan

pengalaman yang berbeda-beda, masalah ini dapat diatasi dengan media

pendidikan. Dengan kemampuannya: a) memberikan perangsang yang sama,

b) mempersamakan pengalaman, c) menimbulkan persepsi yang sama.

Media yang akan digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Media tidak digunakan sebagai alat hiburan, atau

tidak semata-mata dimanfaatkan untuk mempermudah guru menyampaikan

materi, tetapi benar-benar untuk membantu siswa belajar sesuai tujuan yang ingin

dicapai. Media pembelajaran yang akan digunakan harus sesuai dengan

kompleksitas materi pembelajaran. Karena setiap materi pembelajaran

mempunyai kekhasan dan kekompleksitasan yang berbeda-beda. Media

pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi siswa. Setiap

siswa mempunyai kemampuan dan gaya yang berbeda. Sehingga, guru perlu

memperhatikan setiap kemampuan dan gaya tersebut. Media yang digunakan juga

20

harus memperhatikan efektivitas dan efisien. Keefektivitasan media bukan diukur

dari mahal atau tidaknya media melainkan efektif dalam penggunaanya dan juga

efisien waktu, tenaga, dan biaya. Selain itu, media yang digunakan harus sesuai

dengan kemampuan guru dalam mengoperasikannya. Media secanggih apapun,

tidak akan dapat menolong tanpa kemampuan teknis mengoperasikannya. Oleh

karena itu, sebaiknya guru mempelajari dahulu cara mengoperasikan dan

memanfaatkan media yang akan digunakan.

Komik merupakan bentuk kartun dimana perwatakan sama membentuk

suatu cerita dalam urutan-urutan gambar yang berhubungan erat dan dirancang

untuk menghibur para pembaca, walaupun komik telah mencapai popularitasnya

secara luas terutama sebagai medium hiburan, beberapa materi tertentu dalam

penggolongannya ini memiliki nilai edukatif yang tidak diragukan. Pemakaiannya

yang luas dengan ilustrasi berwarna, alur cerita yang ringkas, dengan perwatakan

orang yang realistis menarik semua siswa dari berbagai tingkat usia. Buku-buku

komik dapat dipergunakan secara efektif oleh guru-guru dalam usaha

membangkitkan minat, mengembangkan perbendaharaan kata-kata dan

ketrampilan membaca, serta memperluas minat baca ( Basuki Wibawa dan Farida

Mukti, 2004 :55 ).

Menurut Zaenal Abidin (2003: 120), “Komik merupakan salah satu media

grafis yang dapat dimanfaatkan dalam pengajaran”. Sedang menurut Marcel

Bonneff (1990: 40) “ Komik adalah sarana pengungkapan yang benar-benar

orisinil, karena menggabungkan gambar dan teks. Komik berbeda dengann karya

lain yang mirip, yaitu cerita bergambar dan sinema”.

Komik juga sebagai sarana pembelajaran dan dibuat untuk sarana hiburan

dari anak-anak sampai orang dewasa, karena komik memiliki kelebihan dengan

gambar dan juga bahasa sehari-hari sehingga memudahkan para pembaca untuk

membaca. Apalagi tujuan komik sebagai sarana pembelajaran bagi para siswa

yang kadang mereka jenuh dengan isi buku yang monoton, memungkinkan

dengan adanya komik akan meningkatkan minat baca siswa sehingga prestasi

belajar siswa akan meningkat.

21

Jadi komik dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk kartun yang

mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat

dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk memberikan informasi kepada

para pembacanya. Komik terdiri atas berbagai situasi cerita bersambung, ceritanya

ringkas dan menarik perhatian, dilengkapi dengan aksi, bahkan dalam lembaran

surat kabar dan buku-buku, komik dibuat lebih hidup.

Peranan pokok dari buku komik dalam pengajaran adalah kemampuannya

dalam menciptakan minat para siswa. Penggunaan komik dalam pengajaran

sebaiknya dipandu dengan metode mengajar yang tepat, sehingga komik akan

dapat menjadi alat pengajaran yang efektif. Setiap guru harus bisa membimbing

selera anak-anak terutama baca komik. Melalui bimbingan dari guru, komik dapat

berfungsi sebagai jembatan untuk menumbuhkan minat baca. Guru harus

membantu para siswa menemukan komik yang baik dan mengasyikkan, dipihak

lai guru harus menolong mereka menuju cakrawala yang lebih luas akan minat

serta apresiasi.

Tujuan penting media komik dalam pembelajaran ialah untuk mendidik

anak sekolah menjadi pembaca yang kritis, mampu melihat kecenderungan

manipulatif, artinya usaha mengubah-ubah dengan cara tertentu bagi tujuan

tertentu pula. Dilain pihak, pelajar dalam waktu senggang tentunya juga

mempunyai hak untuk “bergaul” dengan teks yang isinya tidak selalu

mempertahankan norma-norma klasik. Memperoleh pengetahuan terhadap

literature lain, komik mempunyai keuntungan kombinasi kata dan gambar

( Basuki Wibawa dan Farida Mukti, 2004 :65 ).

.

2. Minat Belajar Siswa

a. Minat Siswa

Seseorang yang akan melibatkan diri dalam suatu aktifitas, terlebih dahulu

menyadari akan arti dan manfaat tersebut bagi dirinya sendiri. Dalam pemilihan

suatu aktivitas dipengaruhi oleh motivasi yang datang dari dalam diri siswa

(intrinsik) yang tidak lain merupakan minat dari siswa. Minat merupakan salah

satu aspek psikis yang dapat membantu siswa menentukan pilihan yang berguna

22

bagi dirinya. Hal ini disebabkan karena setiap individu mempunyai

kecenderungan untuk selalu berhubungan dengan segala sesuatu yang dianggap

akan memberikan kesenangan. Berdasarkan rasa senang tersebut akan timbul

minat untuk memperoleh, mengembangkan dan sekaligus mempertahankan

sesuatu yang dianggap dapat mendatangkan kesenangan. Minat akan timbul

apabila seseorang melihat ciri-ciri obyek sesuai dengan keinginan/kemauan dari

kebutuhannya. Menurut Sardiman (2001: 74) “Minat diartikan sebagai suatu

kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri- ciri atau sementara suatu

situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-

kebutuhannya sendiri”. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktifitas akan

memperhatikan aktifitas iu secara konsisten dengan rasa senang.

Minat erat berkaitan dengan kepribadian, dan selalu mengandung unsur

afektif atau perasaan, kognitif, dan kemauan (Kartini, 1990: 112). Menurut

Yayasan Dharma Graha (2003: 9) bahwa “Minat adalah usaha dan kemauan untuk

mempelajari (learning) dan mencari sesuatu. Menurut Slameto (1995: 57), Minat

adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa

kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang

disertai dengan rasa senang sehingga diperoleh kepuasan. Hal ini sesuai dengan

pendapat Winkel (1996: 188) bahwa, minat diartikan sebagai kecenderungan

subyek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok

bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu. Menurut pendapat

Tabrani, dkk (1989: 121), mengemukakan bahwa untuk menumbuhkan minat

pada diri seseorang dapat dilakukan dengan cara:

a. Membangkitkan suatu kebutuhan, yaitu kebutuhan untuk menghargai suatu keindahan, untuk mendapatkan penghargaan, dan sebagainya;

b. Menghubungkan dengan pengalaman-pengalaman yang lampau; c. Memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik, knowing

success like success atau mengetahui sukses yang diperoleh individu itu, sebab sukses-sukses itu akan menimbulkan rasa puas.

Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan

yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (Muhibbin, 2005: 136).

Menurut Poerwadarminta (1982: 731), “Minat adalah perhatian, kesukaan,

23

keinginan”. Minat menurut Salim (1991: 979), ”Minat adalah kemauan yang

terdapat dalam hati atas sesuatu; gairah; keinginan”.

Minat besar pengaruhnya terhadap aktifitas belajar. Siswa yang

berminat terhadap suatu mata pelajaran tertentu akan mempelajari materi tersebut

dengan sungguh-sungguh karena ada daya tarik baginya. Hal ini sesuai dengan

pendapat Winkel (1996 :105) yang mengemukakan bahwa “Dengan minat, subyek

akan merasa tertarik dan merasa senang mempelajari materi dari suatu bidang

studi”. Minat merupakan hal yang penting dalam menentukan bagaimana kita

memilih dan mempertahankan dalam proses penentuan tipe-tipe informasi yang

diketahui.

Berdasarkan uraian diatas bahwa minat seseorang tersirat dan terpadu

dalam motif dan situasinya. Bersamaan komponen lainnya seperti teknologi,

kemampuan pengetahuan, ketrampilan, kondisi fisik, kondisi sosial, dan

kebutuhan individu, maka motivasi itu akan melandasi tindakan dalam mencapai

produktivitas atau pencapaian tujuan.

Minat sebagai salah satu bentuk dari motivasi, dapat dijelaskan sebagai

berikut, bahwa suatu kegiatan akan berjalan dengan lancar apabila ada minat atau

motivasi yang besar. Minat berperan dalam motivasi seorang untuk melakukan

kegiatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock (1990: 114-116) yang

mengemukakan “Pentingnya minat yaitu 1) Minat sebagai sumber motivasi yang

kuat untuk belajar; 2) Minat mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi anak;

3) Minat menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang diikuti seseorang”.

Menurut Muhibbin Syah (1995 : 136) minat mempunyai peranan yang

sangat penting dalam mencapai suatu prestasi belajar. Peranan minat akan

melahirkan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.

Perhatian menunjukan pada kencenderungan manusia untuk mencari atau

menolak sesuatu kegiatan ( Anderson, 1975; 211). Adanya perhatian siswa kepada

pelajaran yang kita berikan maka isi dari materi pelajaran akan terserap dengan

baik ( Arikunto 1980 : 103).

Keingintahuan pada siswa ditunjukan oleh tingkah lakunya, yaitu hanya

menerima apa yang diberikan oleh guru dan hanya mempelajari apa yang

24

ditunjuk, atau hanya mempelajari hal-hal yang disuruhkan kepadanya. Anak yang

demikian didalam kelas seringkali mengajukan pertanyaan bila diberi kesempatan

dan diluar kelas kelihatan pula selalu menginginkan sesuatu “yang lebih” dari apa

yang sudah diterima ( Arikunto 1980 : 80).

Motivasi merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-

kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila

tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan tidak

suka itu. Motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi adalh

tumbuh didalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan

sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang mnimbulkan

kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang

memberikan arahan pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh

subjek belajar dapat tercapai ( Sardiman, 2004 : 75).

Kebutuhan timbul karena adanya keadaan yang tidak seimbang, tidak

serasi atau rasa ketegangan yang menuntut suatu kepuasan. Jika kebutuhan telah

terpenuhi dan terpuaskan maka aktivitas akan berkurang dan sesuai dengan

dinamika kehidupan manusia, sehingga akan timbul tuntutan kebutuhan yang baru

( Sardiman, 2004 : 78)

Minat merupakan salah satu alat motivasi yang dapat membangkikan

kegairahan belajar siswa dalam rentang waktu tertentu. Oleh karena itu guru perlu

membangkitkan minat siswa agar pelajaran yang diberikan mudah dipahami oleh

siswa. Menurut Syiful Bahri Djamarah (2002 :133), ada beberapa macam cara

yang dapat guru lakukan untuk membangkitkan minat anak didik sebagai berikut:

1) Membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri anak didik, sehingga siswa

rela belajar tanpa paksaan.

2) Menghubungkan bahan pelajaran yang diberikan dengan persoalan pengalaman

yang dimiliki anak didik, sehingga anak didik mudah menerima bahan

pelajaran.

3) Memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mendapatkan hasil belajar

yang baik dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan

kondusif.

25

Dalam kaitannya dengan belajar The Liang Gie (1998 :63)

mengemukakan bahwa “Pemusatan perhatian dalam belajar adalah pengarahan

pikiran seseorang siswa terhadap suatu mata pelajaran dengan mengesampingkan

semua hal yang tidak berhubungan dengan pelajaran itu, dan minat mempunyai

peranan sebagai berikut:

1) Melahirkan perhatian yang serta merta

2) Memudahkan terciptanya pemusatan perhatian

3) Mencegah gangguan perhatian dari luar

B. Kerangka Berpikir

Hal yang paling penting dalam peningkatan kualitas pendidikan adalah

proses belajar mengajar. Apabila proses belajar mengajar dapat berjalan dengan

baik maka tujuan pembelajaran pun akan dapat dicapai dengan hasil yang

memuaskan. Keberhasilan belajar seorang siswa turut ditentukan oleh banyak

faktor, baik dari luar atau lingkungan siswa maupun faktor dari dalam diri siswa

itu sendiri. Faktor luar yang ikut berperan dalam keberhasilan pembelajaran antara

lain; pendekatan pembelajaran yang digunakan, metode pembelajaran, media

pembelajaran dan situasi belajar. Faktor dari dalam diri siswa misalnya adalah

kecerdasan yang dimiliki siswa, motivasi, perhatian, minat dan semangat dari

siswa. Keberhasilan dalam belajar dapat diketahui dari suatu alat ukur yang

berupa tes maupun non tes, dimana alat ukur ini untuk mengetahui seberapa jauh

siswa mampu menguasai konsep pelajaran yang telah diterimanya.

Keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar dipengaruhi oleh

banyak faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Berdasarkan hasil observasi

di lapangan, ditemukan kenyataan bahwa masih terjadi permasalahan dalam

proses pembelajaran, yaitu dalam proses pembelajaran berlangsung yang masih

bersifat konvensional yaitu dengan metode ceramah. Guru cenderung belum

menggunakan media inovatif yang menarik minat belajar siswa. Selain itu, dalam

pembelajaran siswa belum terlibat secara aktif dan hanya berperan sebagai objek

yang menerima materi dari guru. Sebagai akibatnya adalah minat siswa dalam

26

proses pembelajaran masih rendah dan memiliki nilai edukatif yang tidak

diragukan

Sebagai solusi permasalahan di atas, maka diadakan pembaharuan dalam

proses pembelajaran, yaitu dengan penggunaan suatu media inovatif yaitu dengan

menggunakan media komik yang mampu menampilkan gambar-gambar sehingga

materi menjadi lebih menarik dan berurutan.

Metode mengajar yang digunakan juga harus lebih meningkatkan peran

serta siswa dalam pembelajaran. Metode yang dipilih dalam penelitian ini adalah

metode Group Investigatioan (GI), dimana siswa akan belajar dalam kelompok-

kelompok kecil terdiri dari empat sampai lima anggota yang bersifat heterogen.

Dengan pembaharuan proses pembelajaran ini diharapkan akan dapat

meningkatkan penguasaan materi Kerusakan Lingkungan dan Pencemaran

Lingkungan sehingga implikasinya output (keluaran) juga akan menjadi lebih

baik

Penerapan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation dengan

menggunakan media komik diharapkan dapat meningkatkan keefektifan kegiatan

pembelajaran biologi serta dapat meningkatkan prestasi belajar biologi siswa kelas

VIIB SMP Negeri 10 Surakarta pada khususnya. Berdasarkan kerangka berpikir

yang telah dibuat, maka dapat digambarkan sebagai berikut:

27

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

PROSES

Proses belajar mengajar dikelas

Minat siswa

meningkat

OUTPUT

Optimalisasi penggunaan media komik dengan

penerapan model Group Investigation(GI)

Media pembelajaran konvensional

INPUT

Siswa merasa bosan dan

minat belajar kurang

1.Memunculkan kreativitas siswa pada objek yang sedang dipelajari 2.Memunculkan kegemaran siswa dalam membaca dan mempelajari materi yang sedang dipelajari

Siswa menunjukan kegiatan belajar yang optimal dalam proses pembelajaran

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di di SMP Negeri 10 Surakarta siswa kelas VII

B dengan alamat Jalan R.A. Kartini No.12 Surakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2008/2009.

Pelaksanaan penelitian dilakukan secara bertahap, secara garis besar dapat dibagi

menjadi tiga tahap, yaitu :

a. Tahap Persiapan

Tahap persiapan meliputi pengajuan judul skripsi, permohonan ijin

observasi sekolah, penyusunan proposal, perijinan penelitian dan konsultasi

instrumen penelitian pada pembimbing. Tahap ini dilaksanakan pada bulan

Februari sampai Maret 2009.

b. Tahap Penelitian

Tahap penelitian meliputi semua kegiatan yang berlangsung di lapangan,

yaitu uji instrumen penelitian dan pengambilan data. Tahap ini dilaksanakan pada

bulan April sampai Mei 2009.

c. Tahap Penyelesaian

Tahap penyelesaian meliputi analisis data dan penyusunan laporan.

Tahap ini dilaksanakan pada bulan Juni 2009 sampai selesai.

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

Macam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action

Research). Rancangan penelitian dan solusi disusun sesuai dengan permasalahan

yang terjadi pada proses pembelajaran di kelas dan dialami oleh guru atau peneliti.

Rancangan solusi yang akan diterapkan adalah penggunaan media komik dengan

29

pembelajaran Group Investigation pada pokok bahasan Kerusakan Lingkungan

dan Pencemaran.

Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan

tindakan berulang atau siklus. Pelaksnaan PTK dimulai dari tahap perencanaan,

dilanjutkan dengan rangkaian tahap tindakan dan observasi disertai evaluasi

terhadap tindakan, dilanjutkan dengan tahap refleksi.Tindakan yang berulang

artinya pada siklus I, II, dan berikutnya pada pokok bahasan Kerusakan

Lingkungan dan Pencemaran diterapkan tindakan yang sama, yakni optimalisasi

penggunaan media pembelajaran komik dengan pembelajaran Group Investigation

(GI) untuk meningkatkan minat belajar siswa. Refleksi untuk tiap siklus

tergantung dari fakta dan interpretasi data yang diperoleh atau situasi dan kondisi

yang dijumpai pada pembelajaran agar diperoleh hasil yang optimal. Berdasarkan

tujuan, peneliti lebih bersifat mendiskripsikan data atau analisis kualitatif

berdasarkan fakta dan keadaan yang terjadi disekolah.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian berasal dari beberapa sumber, yaitu :

1. Informan, meliputi: guru Biologi, siswa kelas VIII D SMP Negeri 10 Surakarta

dan observer.

2. Tempat dan peristiwa yang terikat pada pokok kajian, baik berupa lingkungan

pendidikan, lingkungan luar maupun objek pengamatan lain yang ikut berperan

dalam memecahkan masalah dalam penelitian ini.

3. Dokumentasi atau arsip, yang antara lain berupa skenario pembelajaran,

silabus, Satuan Pembelajaran(SP), Rencana Pembelajaran dan buku referensi

mengajar.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan untuk pengambilan data

adalah sebagai berikut:

30

1. Metode observasi

Observasi merupakan suatu langkah sangat baik untuk memperoleh data

tentang pribadi dan tingkah laku setiap individu anak didik dan guru saat

pembelajaran. Dalam penelitian ini metode observasi digunakan sintak

pembelajaran guru dan siswa pada waktu pembelajaran berlangsung meliputi

aspek perhatian, aspek keingintahuan, aspek motivasi, dan aspek kebutuhan.

Lembar observasi yang digunakan akan diisi oleh observer pada waktu

pembelajaran berlangsung berdasarkan pengamatan yang dilakukan serta item-

item pernyataan dengan memberikan tanda check (√) pada kolom yang tersedia

pada lembar observasi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Hal ini peneliti

hanya mengamati kegiatan siswa selama masih dalam kegiatan belajar mengajar.

Fokus dalam observasi siswa adalah sintak pembelajaran saat berlangsung. Seperti

terlihat pada keaktifan dan menanggapi rangsang baik yang datang dari guru

maupun teman lain, dan sikap siswa saat pembelajaran berlangsung, dan

sebagainya. Pengamatan terhadap kinerja guru difokuskan pada kegiatan guru

dalam menjelaskan pelajaran, memotivasi siswa, mengajukan pertanyaan dan

menanggapi jawaban siswa, mengelola kelas,dan melakukan penilaian terhadap

hasil belajar siswa.

2. Metode angket

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 128) menyatakan bahwa “Angket

atau kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi, atau hal-

hal yang diketahui”.

Pemberian angket dilakukan pada awal penelitian dan di setiap akhir

siklus pada pokok bahasan Kerusakan Lingkungan dan Pencemaran. Metode

angket tertutup digunakan untuk menggali data mengenai minat belajar siswa

terhadap materi yang disampaikan guru. Ada atau tidaknya minat belajar siswa

serta peningkatannya dapat diketahui dalam proses pembelajaran biologi pokok

bahasan Kerusakan Lingkungan dan Pencemaran. Angket yang diberikan adalah

angket minat belajar siswa meliputi aspek perhatian, aspek keingintahuan, aspek

motivasi, dan aspek kebutuhan.

31

Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung tertutup dengan

alternatif jawaban yang telah tersedia dan dibatasi pemberian skor tiap item

pertanyaan menurut skala Likert (Sukardi, 2003: 146-147). Angket disusun

dengan terlebih dahulu membuat konsep alat ukur yang mencerminkan isi kajian

teori. Konsep alat ukur berisi kisi-kisi angket. Selanjutnya dijabarkan dalam

variabel dan indikator yang disesuaikan dengan tujuan penilaian yang hendak

dicapai, selanjutnya indikator digunakan sebagai pedoman dalam menyusun item-

item soal. Teknik penilaian/pemberian skor angket mengacu pada Nana Sudjana

yang disajikan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 3. Teknik Penilaian Angket

Pernyataan Sangat setuju

Setuju

Kurang setuju

Tidak setuju

Sangat tidak setuju

Pernyataan positif 5 4 3 2 1 Pernyataan negatif 1 2 3 4 5 ( Nana Sudjana, 2006: 81)

3. Wawancara Wawancara erat kaitannya dengan metode observasi. Wawancara

dilakukan dengan guru untuk mengadakan informasi balikan terhadap proses

pembelajaran yang telah dilakukan. Wawancara yang dilakukan adalah

wawancara bebas dan dilakukan secara informal kepada guru mata pelajaran.

Adapun wawancara tersebut diberikan kepada guru yang bersangkutan dan siswa

yang menyangkut indikator minat belajar yang terkait dalam sintak pembelajaran

siswa dan waktu setelah terjadinya proses pembelajaran.

4. Dokumentasi

Jenis dokumen untuk data penelitian ini berupa foto-foto saat penelitian

berlangsung.

E. Validitas Data

Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa

validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat

dijadikan dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Teknik yang digunakan

untuk menjaga kevalid dan data dalam penelitian yaitu:

32

1. Uji Validitas Angket.

Validitas instrumen dari angket ini adalah validitas konstruksi. Sebuah tes

dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila instrumen tersebut mengukur

setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam tujuan instruksional khusus

(indikator). Validitas butir soal angket (Suharsimi Arikunto, 2002: 72)

2. Uji Reliabilitas Angket.

Digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran tersebut dapat

memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali

kepada subyek yang sama.

Reliabilitas soal angket diketahui dengan menggunakan rumus Alpha yang

mengacu pada Suharsimi Arikunto (2002: 110) untuk memperoleh harga

reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha perlu dicari harga varians masing-

masing item dan varians totalnya.

3. Teknik Triangulasi.

Untuk menjaga kevalidan data dalam penelitian digunakan teknik

triangulasi, yaitu pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar

data itu. Triangulasi dalam penelitian ini adalah triangulasi metode, artinya dari

data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenaranya bila digali

menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda. Metode pengumpulan

data dalam penelitian ini adalah angket minat belajar siswa, observasi sintak

pembelajaran dan wawancara secara informal dengan guru mata pelajaran.

Skema triangulasi dalam penelitian ini sebagai berikut :

Angket

Data Obervasi Siswa

wawancara

Gambar 3. Skema Triangulasi Metode

(H.B. Sutopo, 2002: 81)

33

F. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dimulai sejak awal sampai berakhirnya

pengumpulan data. Analisis yang dilakukan berupa penilaian terhadap semua data

kegiatan penelitian yang telah dilakukan di lapangan. Analisis data dari hasil

penelitian di lapangan diolah dan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Analisis

kualitatif mengacu pada model analisis Miles dan Huberman (1992: 16-19) yang

dilakukan dalam 3 komponen berurutan yaitu reduksi data, penyajian data dan

penarikan kesimpulan.

Reduksi data meliputi penyeleksian data melalui ringkasan atau uraian

singkat dan penggolongan data ke dalam pola yang lebih luas. Penyajian data

dilakukan dalam rangka menorganisasikan data yang merupakan penyusunan

informasi secara sistematik dari hasil reduksi data, dimulai dari perencanaan,

pelaksanaan tindakan observasi dan refleksi pada masing-masing siklus.

Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan upaya pencarian makna

data, mencatat keteraturan data dan penggolongan data. Data yang terkumpul

disajikan secara sistematis dan bermakna.

Mulyasa (2005: 103) berpendapat bahwa proses pembelajaran dikatakan

berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif dari diri peserta didik

seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%). Berdasar pada hasil

observasi awal dan capaian persentase awal dari angket penelitian yang diberikan

kepada subjek penelitian maka harus dibuat target.

Dengan melihat dan mempertimbangkan hasil observasi awal dan

capaian persentase awal dari angket penelitian yang diberikan pada subjek

penelitian, maka dalam penelitian yang dilakukan ini dapat dikatakan berhasil atau

tercapai tujuan yang diharapkan, apabila persentase rata-rata yang diukur sudah

mencapai target yang telah ditetapkan. Berikut daftar persentase target capaian

dari masing-masing variabel yang akan diukur dibawah ini.

34

Tabel 4. Daftar Persentase Target Capaian dari Masing-Masing Variabel yang akan Diukur.

Variabel Target yang harus dicapai

(%)

Kategori

Angket Minat Belajar Siswa ≥75 Baik

Angket Penggunaan Media ≥75 Baik

Observasi Sintak Pembelajaran Baik dari segala kegiatan

pembelajaran yang dilakukan

Baik

( Enco Mulyasa, 2005: 102)

G. Prosedur Penelitian

Prosedur dan langkah-langkah yang digunakan saat melaksanakan

tindakan dalam penelitian ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis

dan Mc Taggart dalam Kasihani (2001: 63-65) yaitu model spiral. Perencanaan

Kemmis menggunakan sistem spiral refleksi diri yang dimulai dengan rencana

tindakan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi

(reflecting) dan perencanaan kembali yang mana kegiatan ini disebut dengan satu

siklus kegiatan pemecahan masalah.

Secara umum langkah-langkah operasional penelitian meliputi tahap

persiapan, perencanaan atau penyusunan model, pelaksanaan tindakan, analisis

dan refleksi serta tahap tindak lanjut. Tahapan pelaksanaan dapat diuraikan

sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Permintaan ijin kepada kepala sekolah dan guru biologi SMP Negeri 10

Surakarta.

b. Observasi pra tindakan untuk mendapatkan gambaran awal tentang SMP

Negeri 10 Surakarta secara keseluruhan dan keadaan kegiatan belajar

mengajar khususnya mata pelajaran biologi kelas VII B.

c. Identifikasi permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran Biologi kelas

VII B yang telah dilakukan.

35

Setelah diadakan identifikasi terhadap masalah di kelas, pelaksanaan

masing-masing siklus adalah sebagai berikut:

2.Tahap Perencanaan

Pada tahap ini menyusun instrumen penelitian yang akan digunakan

dalam tindakan dengan penggunaan metode Group Investigation. Instrumen

dalam penelitian meliputi: Silabus sesuai dengan KTSP (Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan), dan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

untuk Standar Kompetensi 4 (SK 4) dengan 1 Kompetensi Dasar,media komik,

subpokok pembahasan materi, observasi sintak pembelajaran, angket minat

belajar siswa dan angket penggunaan media komik sebagai data pendukung dalam

lampiran.

3.Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini dilakukan rangsangan menggunakan media komik melalui

penerapan metode Group Investigation untuk meningkatkan minat belajar siswa

dalam proses pembelajaran. Pada siklus I direncanakan terdiri dari 2 kali tatap

muka. Pembelajaran dilakukan dengan mengacu pada Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran I (lampiran 1).

4.Tahap Observasi dan Evaluasi

Kegiatan observasi mengamati jalannya pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar. Observasi berupa kegiatan pemantauan, pencatatan serta

pendokumentasian kegiatan selama pembelajaran. Sasaran utama observasi adalah

peningkatan minat belajar siswa setelah dilakukan perangsangan menggunakan

media komik melalui penerapan metode Group Investigation yang diamati pada

lembar observasi. Observasi yang dilakukan pada keterlaksanaan sintak

pembelajaran melalui metode Group Investigation dengan penggunakan media

komik (lembar observasi keterlaksanaan tahapan pembelajaran) dan angket minat

belajar siswa . Sebagai data pendukung adalah hasil tes kognitif siswa, angket

kepuasan terhadap media komik, serta kajian dokumen yang ada.

5.Tahap Analisis dan Refleksi

36

Pada tahap ini, diadakan analisis proses dan dampak terjadinya tindakan,

mengemukakan hasil temuan-temuan dari pelaksanaan tindakan I yang

memerlukan perbaikan pada siklus berikutnya.

Menurut Enco Mulyasa (2005: 102) suatu pembelajaran dinyatakan

berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya 75% siswa

terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran.

Untuk mengukur keberhasilan tindakan, merumuskan target ketercapaian tiap

indikator dalam bentuk persentase. Dengan melihat dan mempertimbangkan hasil

observasi awal dan capaian persentase awal dari angket penelitian yang diberikan

pada subyek penelitian, maka dalam penelitian yang dilakukan ini dapat dikatakan

berhasil atau tercapai tujuan yang diharapkan, apabila masing-masing indikator

yang diukur sudah mencapai target yang telah ditetapkan.

Apabila dalam setiap aspek yang diukur untuk tiap-tiap indikatornya sudah

dapat mencapai target yang ditentukan, maka penelitian dapat dikatakan berhasil

dan tidak perlu melanjutkan ke siklus berikutnya. Sebaliknya, jika masih ada

beberapa indikator dari masing-masing aspek yang diukur belum memenuhi target

capaian maka dilakukan pembelajaran siklus II untuk mencapai target yang telah

ditetapkan. Tahapan yang dilaksanakan pada siklus I dan siklus berikutnya adalah

sama yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

6.Tahap Tindak Lanjut

Keberhasilan dan kegagalan dalam pelaksanaan tindakan yang tertuang

dalam refleksi, maka peneliti dengan rekan peneliti yang membantu dalam

observasi mengadakan diskusi bersama guru untuk mengambil kesepakatan

menentukan tindakan perbaikan berikutnya dalam proses pembelajaran. Perbaikan

hasil refleksi dari siklus I akan dilaksanakan pada siklus selanjutnya (siklus II).

Secara rinci urutan masing-masing tahap dapat digambarkan dalam

skema prosedur penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.

37

SIKLUS I

SIKLUS II

Gambar 4. Skema Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (Sumber: Kemmis dan Mc Taggart dalam Zainal Aqib, 2006: 23)

Identifikasi Permasalahan Mengungkap permasalahan dalam

proses pembelajaran

Perencanaan tindakan Penyusunan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran untuk siklus I dan instrumen pembelajaran: angket, lembar observasi sintak pembelajaran dan pedoman wawancara

Refleksi Mengemukakan dan menganalisis hasil temuan-temuan dari pelaksanaan tindakan I yang memerlukan perbaikan. Bila indikator belum tercapai, dilanjutkan siklus II

Observasi dan Evaluasi Pengamatan proses pembelajaran

Pelaksanaan Tindakan Penerapan kooperatif GI( Group Investigasi) disertai media komik

Refleksi Mengemukakan dan menganalisis hasil temuan-temuan dari pelaksanaan tindakan II yang memerlukan perbaikan serta melihat ketercapaian indikator

Observasi dan Evaluasi Pengamatan proses

pembelajaran

Perencanaan Tindakan Rancangan perbaikan dari refleksi siklus I.Penyusunan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran siklus II

Tindak Lanjut Langkah-langkah penyempurnaan

pembelajaran selanjutnya

Pelaksanaan Tindakan Penerapan kooperatif GI( Group Investigasi) disertai media komik

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas dilakukan di kelas VII B dalam 2 siklus dengan

4 kali pertemuan (4 X 40 jam pelajaran). Setiap siklus terdiri dari beberapa

langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Tujuan penelitian

tindakan kelas ini adalah meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran

biologi. Hasil observasi menunjukkan bahwa minat belajar siswa dalam

pembelajaran biologi di SMP Negeri 10 Surakarta masih rendah, data diperoleh

dari try out menggunakan angket.

Tempat penelitian adalah di kelas VII B SMP Negeri 10 Surakarta. Data

sekolah dan data kelas tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Data Sekolah

Nama Sekolah : SMP Negeri 10 Surakarta

Alamat Sekolah : Jl. Kartini No 12 Surakarta

Kec/ Kab/ Kota : Banjarsari/ Surakarta

Provinsi : Jawa Tengah

No. Telepon/ Fax : (0271)634930

Kepala Sekolah : Drs. F. Handoyo, M.M

Status Sekolah : Negeri

Standar Sekolah : Akreditasi A

Tahun Didirikan : 1 Mei 1962

Kepemilikan Tanah : Hak Pakai

Status Tanah : Sertifikat

Status Bangunan Tanah : Pemerintah

Luas Tanah : 5.011 m²

Luas Seluruh Bangunan : 2. 881 m2

Nomor Statistik Sekolah : 201036105005

SMP Negeri 10 Surakarta merupakan salah satu sekolah di kota

Surakarta yang letaknya berbatasan dengan SMP N 3 Surakarta di sebelah utara.

39

Sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan Jalan Kartini dan SMP N 3

Surakarta.

Peserta didik SMP N 10 Surakarta 3 tahun pelajaran terakhir berjumlah

1980 siswa yaitu tahun pelajaran 2006/2007 berjumlah 647 siswa. Terdiri dari

kelas VII sebanyak 207 siswa, kelas VIII sebanyak 214 siswa dan kelas IX

sebanyak 226 siswa. Tahun pelajaran 2007/2008 berjumlah 658 siswa yang terdiri

dari 238 siswa kelas VII, 206 siswa kelas VIII dan 214 siswa kelas IX. Tahun

pelajaran 2008/2009 berjumlah 675 siswa yang terdiri dari 243 siswa kelas VII,

235 siswa kelas VIII dan 193 siswa kelas IX. Jumlah seluruh pengajar di SMP 10

adalah 54 guru yang terdiri dari 51 guru tetap/PNS dan 3 guru bantu/GTT. SMP

Negeri 5 Surakarta mempunyai beberapa lapangan, yaitu lapangan basket

berukuran 30,9x16 m, lapangan voli berukuran 19,3x9,3 m, dan lapangan upacara

30x35 m. Ruang kelasnya sebanyak 17 ruang, yaitu kelas VII sebanya 6 ruang,

kelas VIII sebanyak 6 ruang dan kelas IX sebanyak 5 ruang.

2. Data Siswa

Penelitian dilakukan di kelas VII B SMP Negeri 10 Surakarta tahun

pelajaran 2008/2009. Kelas VIIB dipilih sebagai subyek penelitian karena terdapat

beberapa permasalahan yang diharapkan dapat diatasi dengan gagasan-gagasan

yang dirancang. Permasalahan tersebut adalah siswa kelas VII B cenderung ramai,

sebagian besar siswa (60%) siswa belum merasa berminat dalam pembelajaran.

Sebanyak 10 siswa (20,07%) siswa masih di bawah nilai KKM yang ditetapkan

yaitu 65. Ruang kelas VII B SMP Negeri 10 Surakara terletak di lantai 2,

berukuran 7x9 m2, lantainya masih tegel dengan dinding yang bercat putih. Ruang

kelas tersebut terdapat 1 buah pintu, 8 ventilasi, 6 kaca di sisi kanan.

Kelas VII B menghadap ke arah barat. Pada deretan meja paling barat

terdapat satu meja guru dan sebuah kursi guru. Pada meja guru selalu dilapisi

taplak meja dan vas bunga lengkap. Di ruang kelas terdapat satu whiteboard dan

satu OHP. Tepat di samping whiteboard papan tulis hitam untuk mengisi data

siswa. Jumlah siswa sebayak 39 siswa yang terbagi atas 21 siswa perempuan dan

40

18 siswa laki-laki. Masing-masing siswa disediakan satu meja dan satu kursi.

Sehingga jumlah meja dan kursi masing-masing sebanyak 39 buah.

Luas kelas VII B SMP Negeri 10 Surakarta seimbang dengan jumlah

siswa. Agar pembelajaran dapat berjalan lancar posisi tempat duduk diatur sebaik

mungkin sehingga dalam satu deret bangku kebelakang terdapat siswa laki-laki

dan siswa perempuan. Hal ini juga bertujuan untuk mengurangi keramaian pada

saat pembelajaran berlangsung, karena biasanya bila dalam satu baris hanya

terdapat siswa laki-laki saja atau sebaliknya hanya perempuan saja akan

menimbulkan suasana yang tidak diinginkan, misalnya ramai. Selain itu, ada

beberapa pasang meja yang terdiri dari siswa perempuan dan laki-laki. Posisi

tempat duduk terjadi pergeseran tiap hari sehingga siswa mendapat suasana yang

berbeda dan dapat merasakan duduk di semua kursi dalam ruang kelas.

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian

Kegiatan observasi dilaksanakan saat pembelajaran biologi di kelas VII B

SMP Negeri 10 Surakarta. Hasil observasi yang dilakukan terhadap pelaksanaan

pembelajaran sebelum diterapkan metode Group Investigation dengan

penggunakan media komik, metode pembelajaran yang digunakan oleh guru

dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran IPA terutama biologi belum

bervariasi yaitu menggunakan metode ceramah dan pada waktu diskusi

pembentukan kelompok belajar dibentuk oleh guru dan siswa tidak diberi

kesempatan untuk memilih kelompok dan mengungkapkan pendapat sehingga

dalam pembentukan kelompok tersebut kadang ada siswa yang tidak cocok dan

diskusi tidak berjalan dengan lancar, pada waktu disekolah di adakan razia oleh

guru, barang yang tidak termasuk dalam pembelajaran akan disita dan waktu itu di

kelas VII B ditemukan buku komik sejumlah 20 buku yang dibawa siswa waktu

pembelajaran, buku-buku komik tersebut akan dikembalikan dengan syarat yang

mengambil orang tua wali siswa yang bersangkutan, sehingga orang tua wali tahu

apa yang dilakukan siswa waktu dikelas setelah kejadian tersebut riilnya siswa

menyukai komik tetapi waktunya tidak tepat bila buku komik tersebut dibawa

disekolah sehingga guru berinisiatif menggunakan media komik dalam

41

pembelajaran, perhatian siswa tidak tertuju pada pembelajaran yang sedang

berlangsung sehingga terbuka kesempatan yang besar bagi siswa yang berbuat

ramai sendiri dan tidak memperhatikan pelajaran berlangsung, keingintahuan

siswa dalam pelajaran biologi masih kurang ini ditandai dengan siswa yang tidak

membawa buku waktu pelajaran sebanyak 10 siswa, Guru kurang memotivasi

siswa ditandai dengan guru lebih menekankan segi penilaian produk atau hasil

sedangkan penilaian proses belum mendapat perhatian penuh, artinya siswa tidak

sepenuhnya dilibatkan, 6. kebutuhan materi siswa hanya tergantung dengan guru

saja sehingga siswa kurang menghiraukan buku materi dan LKS untuk membaca

dan mengerjakan soal-soal.

Pada saat diskusi kelompok, sebagian besar siswa (63,41%) tidak setuju

apabila pembagian kelompok ditentukan oleh guru. Siswa lebih senang memilih

anggota kelompoknya sendiri karena sudah mempunyai kelompok bermain (group

sendiri) di sekolah yaitu sebesar 56,10%. Selain itu, sebanyak 21 siswa (51,22%)

belum bisa menghargai pendapat teman lain dalam satu kelompok karena tidak

sesuai dengan pendapatnya. Hasil observasi lain menunjukkan bahwa siswa yang

memberi kesempatan kepada teman satu kelompok untuk mengeluarkan pendapat

sebanyak 26 siswa (63,41%). Siswa yang mampu mempresentasikan hasil diskusi

dengan baik sebanyak 23 siswa (56,10%).

Kegiatan siswa di dalam kelas hanya mendengarkan penjelasan dari guru

dan mencatat materi pelajaran sehingga pelajaran menjadi membosankan dan

siswa kurang tertarik dengan materi yang disampaikan(guru sebagai centre dari

semua proses tersebut), dan apabila diberi kesempatan untuk bertanya siswa hanya

diam saja tanpa merespon dikarenakan banyak alasan(malu, takut, tidak ditunjuk).

Kegiatan tersebut menyebabkan lemahnya konsep yang dipahami oleh siswa. Data

dokumentasi dan hasil diskusi awal peneliti dengan guru biologi yang

bersangkutan menunjukan rendahnya minat belajar siswa pada saat pelajaran

berlangsung.

Identifikasi lebih lanjut terhadap strategi pembelajaran yang dilakukan

guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas masih berpusat pada guru sehingga

interaksi siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa masih kurang dan

42

hampir tidak ada. Hal ini juga didukung melalui hasil wawancara bahwa banyak

dari para siswa yang sering bermain sendiri ketika sedang berlangsungnya

kegiatan belajar mengajar, kurangnya perhatian dari siswa terhadap materi yang

diberikan sebanyak 23 siswa (56,10%)., dan kurangnya motivasi siswa sehingga

pembelajaran merasa membosankan sebanyak 21 siswa (51,22%). Sehingga dari

hasil wawancara tersebut, didapatkan sebuah kesimpulan dari guru pengampu

bahwa kurang dari 45% siswa yang responsif dalam pembelajaran.

Hasil wawancara minat belajar siswa pada prasiklus dilakukan dengan

wawacara dengan siswa yang bersangkutan.Dari hasil wawancara indikator “fokus

terhadap materi” terlihat ketika guru mengajar ada sekitar 20 siswa mengikuti

pelajaran dengan menulis penjelasan dari guru dan indikator ”perhatian” ditandai

dengan aktivitas yang dilakukan selama mengikuti proses pembelajaran, dimana

25 siswa memperhatikan guru mengajar serta diam dengan memperhatikan materi

yang disampaikan guru untuk selebihnya ada yang berbicara dengan teman

semejanya, ada pula yang mengantuk terutama yang duduk di bagian belakang.

Selain itu ketika pelajaran dimulai siswa akan segera diam dan duduk ditempat

masing-masing, meskipun masih ada beberapa siswa yang terlihat belum siap

mengikuti pelajaran yang ditunjukkan dengan masih adanya siswa yang jalan-

jalan. Diamnya siswa selama mengikuti pelajaran sebenarnya tidak selalu

memberikan dampak yang baik, terlihat ketika guru mengajukan pertanyaan

masih ada yang belum bisa terjawab oleh siswa. Maka dapat dikatakan diamnya

siswa bisa dikarenakan takutnya siswa terhadap gurunya sehingga akan membuat

perhatian siswa hanya tertuju pada guru yang memberikan materi sedangkan

untuk memahami materi yang sedang dipelajari akan sulit. Namun guru akan

sedikit terbantu jika selama kegiatan proses pembelajaran siswa tenang dan cukup

memperhatikan setiap materi yang akan disampaikan, kalaupun masih ada siswa

yang belum jelas maka guru akan segera tahu dan mengulang kembali

pembahasan pada materi yang belum dapat dipahami tersebut.

Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara para siklus,

menunjukkan bahwa minat belajar siswa dalam proses pembelajaran di kelas VII

B masih kurang. Maka akan dilakukan tindakan dalam rangka meningkatkan

43

minat belajar siswa dalam proses pembelajaran. Minat belajar siswa terhadap

pembelajaran dapat diupayakan meningkatkannya dengan menarik perhatian dan

minat siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Perhatian siswa dapat

diaktifkan dengan menggunakan media komik yang bisa diamati, menghibur, dan

dimodifikasi oleh siswa, sehingga siswa akan lebih tertarik terhadap materi

pelajaran yang sedang dipelajari. Media komik tersebut adalah media

pembelajaran yang disesuaikan dengan topik materi yang sedang dipelajari.

Adanya media komik dalam pembelajaran dapat menghibur dan

menghindari kejenuhan yang biasanya mendengarkan ceramah guru atau disuruh

membaca buku pegangan, sehingga memunculkan kegairahan yang dimiliki siswa

dalam proses pembelajaran terhadap materi yang sedang dipelajari

Dari hasil observasi diperoleh gambaran awal bahwa tingkat minat belajar

siswa dalam pembelajaran masih rendah baik dalam kurangnya perhatian siswa

dan jarang bertanya bila kurang paham. Kemudian data observasi ini kami dukung

lagi dengan wawancara sebelum diberi tindakan untuk memperluas gambaran

awal dari permasalahan rendahnya minat belajar siswa dalam pembelajaran,

sehingga permasalahanya bukan hanya searah yang datang dari siswa, tetapi juga

dari pihak guru untuk menggali lebih jauh mengenai permasalahan pembelajaran

yang dihadapinya. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tingkat rendahnya

minat belajar siswa dalam pembelajaran juga dipengaruhi karena kurangnya

stimulus yang diberikan oleh guru, seperti kurangnya guru dalam menerapkan

suatu metode pembelajaran inovatif dan pemilihan media interaktif untuk

menstimulus siswa dalam pembelajaran.

Penerapan pembelajaran Group Investigation dengan menggunakan media

komik diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas VII B dalam

pembelajaran biologi. Angket digunakan untuk mengetahui bagaimana

pembelajaran yang berlangsung di kelas VII B, angket diberikan kepada siswa

berfungsi untuk menggali informasi mengenai proses belajar siswa kelas VII B

SMP Negeri 10 Surakarta sebelum diterapkan metode Group Investigation dengan

menggunakan media komik. Angket yang digunakan adalah angket minat belajar

siswa dan angket penggunaan media komik sebagai data pendamping. Hasil

44

angket minat belajar untuk setiap item dapat di lihat pada lampiran. Sedangkan

hasil angket minat belajar siswa setiap indikator adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Persentase Tiap Indikator pada Angket Minat Belajar Siswa Pra siklus

Berdasarkan Tabel 5 diatas, dapat dilihat bahwa persentase minat belajar

siswa berdasarkan angket pada pra siklus masih di bawah 75 %, besarnya

persentase indikator 1 “Sorot mata siswa tertuju pada guru mata pelajaran yang

berlangsung” adalah 72.82%, indikator 3 “Siswa fokus terhadap materi pelajaran”

sebesar 74.35% dan indikator 4 ” Siswa sering mengajukan pertanyaan” sebesar

76.41%.Sedang persentase yang paling rendah pada indikator 6 ” Siswa giat

belajar dan memiliki motivasi belajar” sebesar 67.86% dan indikator 7 “Siswa

No Indikator Persentase (%)

1 Sorot mata siswa tertuju pada guru mata pelajaran

yang berlangsung 72.82 2 Siswa selalu siap saat ditunjuk guru 76.41 3 Siswa fokus terhadap materi pelajaran 74.35 4 Siswa sering mengajukan pertanyaan 76.41 5 Siswa selalu ingin tahu banyak 71.79 6 Siswa giat belajar dan memiliki motivasi belajar 67.86 7 Siswa selalu menginginkan lebih 69.23 8 Siswa ulet memecahkan masalah secara mandiri 71.11 9 Siswa peka dan responsif terhadap masalah dan

pemecahannya 70.59 10 Siswa menyenangi materi belajar 75.04 11 Siswa bersemangat dalam belajar 75.64 12 Siswa tidak cepat merasa puas dengan hasil yang

diperoleh 74.61 13 Siswa giat dalam belajar 76.53

Jumlah 952.43 Rata-rata 73.26

45

selalu menginginkan lebih” sebesar 69.23%,dengan rata-rata kelas sebesar

73.26%.

Gambar 5. Grafik Persentase Tiap Indikator Angket Minat Belajar Siswa Pra siklus

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui

peningkatan minat belajar siswa dalam belajar biologi siswa pada saat

pembelajaran di kelas dengan metode Group Investigation dengan menggunakan

media komik pada beberapa siklus sampai memenuhi target yang dicapai.

Peningkatan minat belajar siswa ini dapat dilihat dari kemampuan afektif dan

aktifitas siswa dengan guru selama proses pembelajaran berlangsung, hasil

pengisian angket afektif pra tindakan menunjukkan prosentase rata-rata 73.26%

dengan rentang antara 67.86% -76.41%.

Sebagai tindak lanjut agar keaktifan belajar biologi siswa dapat meningkat

dan mencapai batas ketuntasan, peneliti menerapkan Group Investigation dengan

menggunakan media komik melalui beberapa siklus sampai memenuhi target yang

dicapai.

46

C. Temuan Penelitian yang Dihubungkan dengan Kajian Teori

1. Siklus I

a. Perencanaan

Tahap perencanaan yang dilakukan peneliti adalah menyusun beberapa

instrumen penelitian yang akan digunakan dalam tindakan dengan metode Group

Investigation. Instrumen penelitian terdiri dari silabus mata pelajaran biologi

sesuai kurikulum sekolah yaitu KTSP, pengembangan silabus menjadi rencana

pelaksanaan pembelajaran, angket, dan lembar observasi sintak pembelajaran.

Pembelajaran dengan metode Group Investigation dalam

pelaksanaannya berupa diskusi kelompok untuk menginvestigasi bahan yang

diajarkan di dalam kelompok yang selanjutnya diadakan presentasi kelompok.

Penilaian minat belajar siswa dilakukan melalui angket dan lembar observasi

sintak pembelajaran. Sedangkan data pendamping menggunakan media komik

dengan angket dan hasil tes kognitif.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada pelaksanaan tindakan I, guru menerapkan pembelajaran kooperatif

Group Investigation. Proses pembelajaran ini guru hanya memberikan materi

secara umum, bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator, melihat bahwa siswa

bisa melaksanakan tugas, membantu kesulitan yang dihadapi siswa dalam

pembelajaran. Kegiatan pembelajaran lebih dipusatkan pada peran serta dan

keaktifan siswa dalam kegiatan investigasi sub pokok bahasan dalam kelompok-

kelompoknya dan pada saat presentasi.

Tahap pelaksanaan tindakan siklus I terdiri dari 2 kali tatap muka (2 jam

pelajaran). Pertemuan pertama, guru membuka pelajaran dan presensi siswa (100

% hadir). Guru memberikan pengarahan tentang penerapan pembelajaran Group

Investigation yang dilengkapi dengan mengunakan media komik, selanjutnya guru

menjelaskan materi Kerusakan Lingkungan secara umum dan membagi materi

menjadi 7 sub pokok bahasan. Siswa yang memilih sub pokok bahasan yang sama

dikelompokkan dalam satu kelompok, kemudian menginvestigasi sub pokok

bahasan yang telah dipilih. Terbentuk 7 kelompok sesuai dengan sub pokok

47

bahasan masing-masing. Dalam kelompok masing-masing siswa merencanakan

tugas untuk pelaksanaan investigasi, mengumpulkan sumber dan mengumpulkan

informasi selengkap-lengkapnya dari sub pokok bahasan yang diperoleh melalui

komik dan buku referensi. Siswa semua berperan aktif dalam kegiatan investigasi,

dan hasilnya akan dipresentasikan di depan kelas.

Pertemuan kedua, guru memerintahkan siswa untuk mempersiapkan hasil

investigasi yang akan dipresentasikan. Setiap kelompok maju ke depan kelas

untuk mempresentasikan hasil investigasi sub pokok bahasannya. Masing-masing

kelompok menunjuk salah satu anggota untuk presentasi, guru sebagai penasehat

dan pembimbing jalannya presentasi agar setiap siswa ikut andil dalam kegiatan

pembelajaran. Setelah presentasi dari semua kelompok, kemudian dilakukan tanya

jawab. Setiap siswa berhak untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami

kepada masing-masing kelompok, sedangkan setiap siswa dalam kelompok

presentator berhak untuk menjawab pertanyaan. Guru dan siswa melaksanakan

observasi kegiatan pembelajaran pada sintak pembelajaran. Guru kemudian

mengulas kembali hasil presentasi siswa, selanjutnya memberikan kesimpulan

dari semua hasil presentasi siswa. Guru mengadakan evaluasi siklus I dengan

memberikan tes yang berupa soal evaluasi. Kegiatan pembelajaran dipantau dan

diamati guna mengetahui letak kesulitan yang terjadi di dalam kelas khususnya

saat proses pembelajaran berlangsung. Observer membagi angket minat belajar

yang dilaksanakan dengan metode pembelajaran Group Investigation

menggunakan media komik.

c. Observasi dan Evaluasi

Observasi pada dasarnya bertujuan untuk menilai situasi pelaksanaan

proses pembelajaran yang menerapkan pembelajaran Group Investigation dengan

menggunakan media komik dan untuk evaluasi. Hasil pengamatan yang dilakukan

observer, diperoleh bahwa pada awal pembelajaran, siswa terlihat kurang antusias

dalam pembelajaran karena siswa belum terbiasa dengan penerapan Group

Investigation karena pembelajaran kooperatif metode Group Investigation tersebut

masih terbilang baru dan belum pernah diterapkan di SMPN 10, hal ini

48

menyebabkan siswa agak kesulitan mengikuti pelajaran pada awalnya karena

mereka belum terbiasa belajar dengan berdiskusi dalam kelompok-kelompok dan

antusiasme siswa belum nampak. Hasil investigasi sub pokok bahasan yang

kurang lengkap dan kesiapan siswa dalam presentasi masih kurang, selain itu

siswa belum menampakkan interaksi antar siswa dalam kelompok dan interaksi

antar kelompok masih kurang siswa masih sangat tergantung pada instruksi guru.

Ketika guru menyuruh siswa untuk mempresentasikan hasil mereka tidak ada

satupun yang mau maju. Karena mereka tidak ada yang mau maju akhirnya guru

menunjuk siswa agar mau mempresentasikan tugas mereka, bahkan agar menarik

perhatian siswa guru menjanjikan nilai tambahan bagi yang mau maju. Guru lebih

menekankan pada penyelesaikan materi dan segi penilaian hasil sedangkan dalam

prosesnya belum mendapatkan perhatian yang penuh, dimana siswa tidak

dilibatkan sepenuhnya dalam proses pembelajaran. Pada tindakan I ini, siswa yang

mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang mereka belum paham masih jarang

sekali, hal ini mungkin terjadi karena mereka masih belum terbiasa. Namun pada

pertemuan-pertemuan berikutnya siswa sudah mulai dapat mengikuti pelajaran

dan mulai memperhatikan penjelasan dari guru.

1) Hasil Angket Minat Belajar Siswa Siklus I

Angket minat belajar siswa pada siklus I digunakan untuk mengetahui

informasi mengenai minat belajar siswa kelas VII B SMP Negeri 10 Surakarta

setelah diterapkan metode pembelajaran Group Investigation dengan

menggunakan komik pada siklus I. Hasil angket minat belajar untuk setiap item

dapat di lihat pada lampiran. Hasil angket minat belajar siswa untuk setiap

indikator adalah sebagai berikut:

Tabel 8. Persentase Capaian Setiap Indikator Angket Minat Belajar Siswa Siklus I No Indikator Persentase

(%)

1 Sorot mata siswa tertuju pada guru mata pelajaran yang

berlangsung 80.25 2 Siswa selalu siap saat ditunjuk guru 78.46 3 Siswa fokus terhadap materi pelajaran 79.48

49

2) Hasil Observasi Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran.

Observasi keterlaksanaan tahapan pembelajaran dituliskan pada lembar

observasi. Persentase tiap indikator observasi keterlaksanaan tahapan

pembelajaran pada siklus I dapat disajikan pada tabel berikut:

Tabel 10. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran Siklus I.

No Kegiatan (Guru) Keterlaksanaan

Keterangan Ya Tidak

1. Memberikan apersepsi dan motivasi di awal pembelajaran.

√ baik

2. Menyajikan pelajaran secara garis besar. √ baik 3. Menjelaskan langkah-langkah Group

Investigasi (GI). √ baik

4. Membimbing siswa dalam kegiatan Group Investigasi (GI).

√ baik

5. Membimbing menginvestigasi dengan sumber yang ada.

√ kurang

6. Memberikan waktu untuk mendiskusikan gagasan anggotanya dalam tiap kelompok. √ baik

7. Membimbing siswa dalam proses pembahasan kategori dalam kelompok.

√ kurang

4 Siswa sering mengajukan pertanyaan 79.48 5 Siswa selalu ingin tahu banyak 80.76 6 Siswa giat belajar dan memiliki motivasi belajar 80.51 7 Siswa selalu menginginkan lebih 73.84 8 Siswa ulet memecahkan masalah secara mandiri 79.82 9 Siswa peka dan responsif terhadap masalah dan pemecahannya 79.65 10 Siswa menyenangi materi belajar 80.17 11 Siswa bersemangat dalam belajar 80.25 12 Siswa tidak cepat merasa puas dengan hasil yang diperoleh 79.61 13 Siswa giat dalam belajar 80.51

Jumlah 1002.86 Rata-rata 77.05

50

8. Meminta siswa untuk mempresentasikan hasil investigasi masing-masing didepan kelas.

√ baik

9. Membimbing siswa dalam kegiatan tanya jawab

√ baik

10. Memberikan hasil investigasi terkait materi pelajaran.

√ baik

11. Memberikan kesempatan bertanya dan mengajukan pendapat kepada siswa.

√ baik

12. Membimbing siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran

√ baik

13. Mengadakan evaluasi pembelajaran. √ baik

Guru membimbing jalannya kegiatan pembelajaran materi pertemuan ke-

1 dan ke-2 dengan baik. Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan

menyampaikan salam dan mengabsen siswa. Pada siklus I guru belum

memaksimalkan siswa untuk mempresentasikan hasil investigasi masing-masing

didepan kelas, kadang siswa ada yang belum siap saat presentasi. Guru masih

kurang dapat mengarahkan siswa untuk dapat memanfaatkan waktu dengan baik,

pembagian kelompok berdasarkan materi yang dipilih oleh siswa memakan waktu

yang cukup lama sehingga ketika jam pelajaran selesai proses pembelajaran

belum diakhiri. Peran guru dalam membangkitkan semangat belajar siswa sudah

cukup baik meskipun hal ini belum dapat ditanggapi siswa dengan baik. Selama

kegiatan pembelajaran guru tidak sepenuhnya melepas siswa untuk belajar sendiri,

hal ini mengingat usia dan tingkatan pendidikan mereka. Guru sebagai fasilitator,

tetap memantau kegiatan pembelajaran selama di kelas dan mengarahkan siswa

untuk berpartisipasi dalam pembelajaran. Pada saat presentasi berlangsung, guru

berperan sebagai penasehat dan membimbing jalannya presentasi. Hasil

keterlaksanaan tahapan pembelajaran guru dapat dilihat pada lampiran.

Tabel 11. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran Siklus I.

No Kegiatan (Siswa) Keterlaksanaan

Keterangan Ya Tidak

1. Memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru dengan seksama.

√ baik

51

2. Menerima media komik berisi materi pembelajaran dari guru.

√ baik

3. Mengusulkan topik yang ditemukan sesuai dengan materi.

√ baik

4. Membentuk kelompok sesuai topik. √ baik 5. Membagi tugas dengan anggota kelompok. √ baik

6. Melakukan investigasi dengan dengan anggota kelompok. √ baik

7. Aktif dan berani dalam mempresentasikan hasil pembahasan kategori di depan kelas.

√ kurang

8. Aktif mencatat dan meringkas penjelasan guru/teman.

√ baik

9. Aktif berpendapat dalam kegiatan tanya jawab.

√ baik

10. Aktif dalam kegiatan Group Investigasi (GI).

√ baik

11. Aktif berdiskusi dalam kegiatan Group Investigasi (GI).

√ baik

12. Aktif menjawab pertanyaan dari guru. √ kurang 13. Menyimpulkan dan merangkum pelajaran. √ baik d. Analisis dan Refleksi Tindakan I

Pada siklus I kegiatan difokuskan pada perhatian siswa terhadap materi

yang disampaikan oleh guru. dari hasil penilaian proses pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif Group Investigation dapat diketahui

dari nilai :

1) Angket Minat Belajar Siswa dalam KBM di kelas Siklus I

Berdasarkan nilai yang didapat dari pengisian angket minat belajar siswa,

dapat diketahui bahwa nilai minat belajar dalam KBM di kelas VII B mempunyai

rentang nilai 73% - 80% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 79,45%. Angka

tersebut menunjukan rata-rata persentase indikator minat belajar siswa mengalami

peningkatan yakni sebesar 6.19% dari rata-rata minat belajar siswa pra siklus.

Minat belajar siswa dapat meningkat karena kegiatan pembelajaran pada siklus I

berbeda sama sekali jika dibandingkan dengan kegiatan pembelajaran pada

kondisi awal (pra siklus) sehingga memberikan pengalaman baru bagi siswa.

52

Pengaruh penggunaan media komik dengan penerapan pembelajaran Group

Investigation dapat diamati terutama pada pertemuan pertama, perhatian siswa

terpusat oleh kondisi baru pembelajaran di kelas mereka, perhatian siswa terpusat

oleh penjelasan guru maupun saat siswa sedang melakukan presentasi

menjelaskan dengan menggunakan media komik, karena ada gambar yang

menarik sehingga siswa menyenangi materi yang sedang dipelajari.

Seluruh nilai rata-rata indikator pada angket minat belajar siswa siklus I

mengalami peningkatan persentase dari nilai rata-rata indikator angket minat

belajar siswa pra siklus. Indikator yang diketahui memiliki nilai tertinggi

ditempati oleh indikator nomer 5 (Siswa selalu ingin tahu lebih) sebesar 80,76%

sedang indikator terendah adalah indikator nomer 7 (Siswa selalu menginginkan

lebih) sebesar 73,84%. Penyebab peningkatan nilai rata-rata indikator pada angket

minat belajar siswa adalah karena siswa mengindentifikasikan dan merangkaikan

bagian-bagian yang relevan dan penting sehingga diketahui perhatian siswa

terpusat pada pelajaran. Hal inilah yang merupakan indikator riil minat belajar.

Pada saat pembelajaran Biologi berlangsung, beberapa siswa tidak mau

mengusahakan mencari dan membawa sumber lain, sehingga siswa hanya

berharap mengunakan buku yang dibawa dan media komik, hal ini juga terlihat

dari capaian indikator siswa selalu menginginkan lebih yang hanya mencapai

73,84% sedangkan target yang telah ditentukan adalah sebesar

75%.

53

Gambar 7. Grafik Persentase Tiap Indikator Angket Minat Belajar Siswa Siklus 1. 2) Hasil Observasi Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran Siklus I

Keterlaksanaan tahapan pembelajaran Siklus I pada pelaksanaan metode

pembelajaran Group Investigation sudah cukup baik. Hasil observasi

menunjukkan bahwa keterlaksanaan tahapan pembelajaran sudah terlaksana

dengan baik. Pada beberapa item belum terlaksana secara baik dalam memberikan

pengajaran kepada siswa. Tetapi terdapat beberapa item sudah terlaksana dengan

baik yaitu pada pembelajaran siklus I guru membimbing menginvestigasi dengan

dalam kegiatan Group Investigasi (GI), guru belum mampu membimbing

jalannya presentasi sehingga banyak waktu yang terbuang untuk membujuk siswa

mempresentasikan hasil investigasi didepan kelas, guru mampu menggunakan

metode pembelajaran dengan tepat, memberikan hasil investigasi terkait materi

pelajaran.

Kegiatan siswa sesuai dengan tahapan pembelajaran belum terlaksana

dengan baik, dalam beberapa tahapan siswa belum melaksanakannya dengan baik,

seperti pada kegiatan aktif dan berani dalam mempresentasikan hasil pembahasan

54

kategori di depan kelas. Pada kegiatan presentasi, siswa tidak memiliki rasa

percaya diri terhadap kemampuannya sehingga siswa lebih ada rasa malu, takut

dan belum berani sehingga harus dibujuk oleh guru. Jika diberi pertanyaan, tidak

semua siswa berani menjawab pertanyaan secara individu. Pada kegiatan mencatat

juga masih terdapat kekurangan, karena belum semua siswa mencatat dan

meringkas penjelasan yang disampaikan guru atau teman. Sebagian besar siswa

menyatakan malas mencatat dikarenakan sudah mempunyai buku paket dan LKS.

Siswa yang lain juga menyatakan bahwa mereka tidak membuat catatan karena

guru maupun teman memberikan penjelasan dengan cepat sedangkan siswa tidak

bisa membuat catatan dengan cepat akibatnya sering tertinggal dan memilih untuk

tidak membuat catatan. Nilai presentasi siswa didapatkan dari struktur

penyajiaanya, usaha memaksimalkan media komik yang disediakan, dengan hasil

diskusi yang dipresentasikan didepan kelas.

3) Evaluasi

Proses pembelajaran kognitif dapat ditunjukkan dengan hasil ketuntasan

belajar siswa dalam bentuk nilai. Nilai siswa digunakan sebagai data pendamping.

Nilai siswa diharapkan meningkat jika minat belajar siswa meningkat. Seperti

yang telah disebutkan diatas ketuntasan klasikal meningkat setelah diberikan

penerapan metode pembelajaran Group Investigation. Kepuasan siswa terhadap

penggunaan media komik dapat diperoleh dari hasil pengisian angket. Pada siklus

I ini persepsi siswa terhadap media sudah mengalami peningkatan. Siswa tertarik

dan merasa lebih jelas dalam penyampaian materi dengan media yang digunakan,

hal ini terlihat dari besarnya rata-rata persentase yang didapat. Tetapi kejelasan

media dalam menjelaskan prinsip materi yang diajarkan masih kurang, hal ini

dikarenakan siswa belum mampu menangkap inti dari pokok materi yang

dijelaskan disebabkan juga karena siswa lebih tertarik memperhatikan gambar-

gambar komik yang ada dan mencoret-coret gambar tambahan yang tidak penting.

media komik merupakan hal yang baru bagi siswa, karena selama ini guru belum

memanfaatkannya untuk pembelajaran.

Hasil temuan-temuan yang didapat pada siklus I, masih terdapat beberapa

kekurangan yaitu siswa belum melaksanakan investigasi materi secara maksimal,

55

hasil yang dipresentasikan masih kurang jelas dan menarik, sehingga siswa-siswa

yang lain kurang memperhatikan dan kurang antusias sehingga mempengaruhi

tingkat penguasaan materi dan proses pembelajaran kurang optimal dan siswa

malu untuk bertanya. Penerapan pembelajaran kooperatif metode Group

Investigation dengan menggunakan media komik pada tindakan I belum dapat

dilaksanakan secara optimal, sebab siswa masih nampak belajar secara individual

dan sangat tergantung pada instruksi guru. Pada siklus ini kegiatan investigasi

hanya dengan menggunakan buku referensi dan komik sehingga tidak ada

kegiatan laporan kegiatan lapangan. Upaya yang harus dilakukan peneliti adalah

mengadakan perbaikan pada siklus II agar pembelajaran lebih optimal.

2. Siklus II Siklus II mempunyai tahapan-tahapan yang sama seperti pada siklus I.

Perbedaannya terletak pada tahap perencanaannya. Perencanaan pada siklus II

tergantung pada hasil refleksi siklus I.

a. Perencanaan Tindakan

Proses kegiatan pembelajaran masih berpusat pada aktivitas guru dan

siswa. Pada siklus II materi yang diberikan pada pembelajaran siklus II berbeda

dengan materi pada siklus I, yaitu Pencemaran Lingkungan. Model pembelajaran

yang digunakan juga sama seperti pada siklus I, yaitu Group Investiation dengan

menggunakan media komik tetapi pelaksanaan kegiatan dilakukan diluar

lapangan. Kegiatan pembelajaran pada siklus II dilakukan sebanyak 2 kali

pertemuan (4 jam pelajaran). Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus II

menggunakan instrumen penelitian yang sama dengan instrumen penelitian yang

digunakan pada siklus I.

Perencanaan tindakan siklus II ini peneliti bersama guru mengadakan

perbaikan yang akan dilakukan yaitu agar proses pembelajaran lebih optimal,

siswa lebih antusias dalam kegiatan pembelajaran, lebih maksimal dalam

pelaksanaan investigasi materi pelajaran dan presentasi hasil investigasi lebih

56

mudah dipahami oleh siswa-siswa yang lain. Perbaikan-perbaikan yang akan

dilakukan pada siklus II antara lain:

1. Guru memberi tugas kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi

yang akan di pelajari pada pembelajaran selanjutnya serta memberi pekerjaan

rumah.

2. Guru memberi semangat kepada siswa yang belum mengeluarkan pendapat

dalam diskusi kelompok dengan memanggil namanya, menumbuhkan rasa

percaya diri bahwa setiap siswa mempunyai kemampuan masing-masing agar

siswa tidak malu dan takut untuk mengeluarkan pendapat. Guru memberikan

pujian kepada siswa yang mengeluarkan pendapat sehingga siswa lain

berusaha untuk berpendapat.

3. Guru memberi penjelasan kepada setiap kelompok agar melaksanakan

investigasi materi secara maksimal, yaitu dari hasil diskusi kelompok, LKS,

buku-buku yang relevan maupun internet sehingga mendapat pengetahuan

yang lebih luas.

4. Pada saat presentasi, setiap kelompok diberi kebebasan untuk menyampaikan

hasil investigasi menggunakan gambaran komik atau OHP agar menarik bagi

semua siswa.

5. Pada saat pembelajaran berlangsung, bagi siswa yang mengantuk diberikan

kesempatan untuk mencuci muka agar bisa kembali mengikuti pelajaran

dengan segar. Siswa yang ramai akan ditegur dan diperingatkan, untuk

mengatasi siswa yang malas diberikan pengawasan secara berkeliling. Siswa

yang tidak memperhatikan saat pembelajaran berlangsung, dipanggil namanya

kemudian diberi pertanyaan tentang materi pelajaran sehingga akan

mengembalikan perhatian pada pelajaran.

6. Guru menyampaikan apersepsi, memotivasi siswa untuk melibatkan diri

dalam kegiatan belajar mengajar, guru menghampiri siswa yang perlu bantuan,

serta menciptakan situasi dan kondisi yang menyenangkan pada saat

pembelajaran dimana siswa nyaman dalam belajar, tidak merasa tegang, takut,

dan malu untuk ikut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.

7. Adanya perbaikan pada indikator yang belum mencapai target yang dicapai.

57

8. Kegiatan investigasi dapat diperluas dengan kegiatan laporan kegiatan

lapangan sehingga siswa tahu dan menjalani kegiatan yang dikerjakan.

Perbaikan pada siklus II ini diharapkan dapat meningkatkan minat belajar

siswa dalam proses pembelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pembelajaran pada siklus II ini merupakan tindak lanjut dari hasil

refleksi kegiatan pembelajaran pada siklus I. Pelaksanaan tindakan pada siklus II

tidak jauh beda dengan siklus I. Metode dan langkah-langkah pembelajarannya

sama, hanya saja harus memperhatikan hasil refleksi pada siklus I yaitu dengan

memperhatikan tindakan-tindakan perbaikan sebagaimana dalam perencanaan

tindakan siklus II. Siklus II ini dilakukan dalam 2 kali pertemuan, dalam setiap

akhir pertemuan dilaksanakan kegiatan observasi selama KBM berlangsung dan

angket minat belajar siswa. Pada pertemuan sebelumnya guru telah memberi tugas

kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi Pencemaran Lingkungan di

rumah.

Pertemuan pertama, guru membuka pelajaran kemudian melaksanakan

presensi. Kehadiran siswa adalah 100 % (masuk semua). Guru memberikan kilas

balik dari pertemuan pada siklus I, kemudian menyampaikan materi Pencemaran

Lingkungan secara umum dan membagi materi menjadi 8 sub topik. Siswa yang

memilih sub topik yang sama dikelompokkan dalam satu kelompok, kemudian

menginvestigasi sub topik yang telah dipilih. Terbentuk 8 kelompok sesuai

dengan sub topik masing-masing. Siswa dalam kelompok masing-masing

merencanakan tugas untuk pelaksanaan investigasi, mengumpulkan sumber dan

mengumpulkan informasi selengkap-lengkapnya dari sub topik yang diperoleh.

Setiap siswa dalam kelompok berperan aktif dalam kegiatan investigasi yang

hasilnya akan dipresentasikan di depan kelas. Guru memberi kesempatan pada

setiap kelompok untuk melengkapi hasil investigasi di lapangan dan memberi

kebebasan dalam mempresentasikan hasil investigasi. Guru memberi kebebasan

kepada siswa untuk melakukan presentasi menggunakan gambaran komik atau

OHP. Observasi sintak pembelajaran dilaksanakan pada saat kegiatan

pembelajaran berlangsung. .

58

Pertemuan kedua, pertemuan ini melanjutkan presentasi bagi kelompok

yang belum melaksanakan presentasi. Hasil investigasi materi yang

dipresentasikan oleh siswa lebih lengkap dan terarah, sehingga siswa lebih mudah

memahami. Guru tetap sebagai penasehat dan membimbing jalannya presentasi.

Guru memberikan pertanyaan tambahan kepada seluruh siswa. Setiap kelompok

yang telah melaksanakan presentasi akan mendapat pertanyaan dari siswa-siswa

kelompok lain tentang materi yang masih belum dipahami, sehingga semua siswa

dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Pada saat kegiatan diskusi

dan presentasi. Pada akhir pertemuan, guru memberikan kilas balik materi,

membahas pertanyaan yang belum terjawab oleh siswa dan memberikan

kesimpulan materi bersama-sama dengan siswa. Guru dan siswa melaksanakan

observasi kegiatan pembelajaran pada sintak pembelajaran dan peneliti

memberikan angket minat belajar untuk siklus II dan data pendamping angket

penggunaan media komik dan test yang dilaksanakan dengan metode

pembelajaran Group Investigation.

c. Observasi dan Evaluasi

Pada tindakan II subjek penelitin sudah mulai terlihat adanya perhatian

dan motivasi belajar siswa yang lebih besar dibandingkan pada siklus I. Hal ini

tampak dari keberanian siswa untuk bertanya dan mngemukakan pendapatnya

pada waktu presentasi. Kerja kelompok juga menunjukkan interaksi yang efektif

pada pengerjaan lembar diskusi siswa. Hasil observasi mengenai minat belajar

siswa dalam pembelajaran menunjukkan sudah banyak siswa yang meminta guru

menjelaskan kembali hal-hal yang dianggap kurang jelas, antusias menjawab

pertanyaan dari guru, mendengarkan penjelasan guru, memperhatikan ke papan

tulis ketika guru mencatat, mencatat ketika guru menjelaskan hal-hal yang

penting, dan bersikap tenang pada saat KBM sedang berlangsung terutama ketika

guru sedang mempresentasikan materi.

Dari hasil penelitian, hasil pembelajaran dengan model pembelajaran

koopratif metode Group Investigation pada siklus II dapat diketahui dari nilai

minat belajar siswa dalam proses pembelajaran sebagai berikut:

59

1) Angket Minat Belajar Siswa dalam KBM di kelas Siklus II

Angket minat belajar siswa pada siklus II berupa angket tertutup yang

berfungsi untuk menggali informasi mengenai peningkatan minat belajar siswa

kelas VIID SMP Negeri 10 Surakarta setelah diterapkan metode pembelajaran

Group Investigation dengan menggunakan media komik. Hasil angket minat

belajar untuk setiap item dapat di lihat pada lampiran. Berikut ini adalah tabel

hasil angket minat belajar siswa untuk setiap indikator:

Tabel 14. Persentase Capaian Setiap Indikator Angket Minat Belajar Siswa Siklus II.

2) Hasil Observasi Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran Siklus II

Data observasi keterlaksnaan tahapan pembelajaran siklus II tiap

indikator siklus II dapat disajikan pada tabel berikut:

No Indikator Persentase

(%)

1 Sorot mata siswa tertuju pada guru mata pelajaran yang

berlangsung 83,58

2 Siswa selalu siap saat ditunjuk guru 82,82 3 Siswa fokus terhadap materi pelajaran 83,07 4 Siswa sering mengajukan pertanyaan 83,58 5 Siswa selalu ingin tahu banyak 81,28 6 Siswa giat belajar dan memiliki motivasi belajar 82,56 7 Siswa selalu menginginkan lebih 81,53 8 Siswa ulet memecahkan masalah secara mandiri 83,07

9 Siswa peka dan responsif terhadap masalah dan pemecahannya 82,56

10 Siswa menyenangi materi belajar 82,73

11 Siswa bersemangat dalam belajar 81,53

12 Siswa tidak cepat merasa puas dengan hasil yang diperoleh 81,92

13 Siswa giat dalam belajar 81,923

Jumlah 1072,22 Rata-rata 82,47

60

Tabel 15. Persentase Capaian Setiap Indikator Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran siklus II.

No Kegiatan (Guru) Keterlaksanaan

Keterangan Ya Tidak

1. Memberikan apersepsi dan motivasi di awal pembelajaran.

√ baik

2. Menyajikan pelajaran secara garis besar. √ baik 3. Menjelaskan langkah-langkah Group

Investigasi (GI). √ baik

4. Membimbing siswa dalam kegiatan Group Investigasi (GI).

√ baik

5. Membimbing menginvestigasi dengan sumber yang ada.

√ baik

6. Memberikan waktu untuk mendiskusikan gagasan anggotanya dalam tiap kelompok. √ baik

7. Membimbing siswa dalam proses pembahasan kategori dalam kelompok.

√ baik

8. Meminta siswa untuk mempresentasikan hasil investigasi masing-masing didepan kelas.

√ baik

9. Membimbing siswa dalam kegiatan tanya jawab

√ baik

10. Memberikan hasil investigasi terkait materi pelajaran.

√ baik

11. Memberikan kesempatan bertanya dan mengajukan pendapat kepada siswa.

√ baik

12. Membimbing siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran

√ baik

13. Mengadakan evaluasi pembelajaran. √ baik Tabel 16. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran Siklus II.

No Kegiatan (Siswa) Keterlaksanaan

Keterangan Ya Tidak

1. Memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru dengan seksama.

√ baik

2. Menerima media komik berisi materi pembelajaran dari guru.

√ baik

61

3. Mengusulkan topik yang ditemukan sesuai dengan materi.

√ baik

4. Membentuk kelompok sesuai topik. √ baik 5. Membagi tugas dengan anggota kelompok. √ baik

6. Melakukan investigasi dengan dengan anggota kelompok. √ baik

7. Aktif dan berani dalam mempresentasikan hasil pembahasan kategori di depan kelas.

√ baik

8. Aktif mencatat dan meringkas penjelasan guru/teman.

√ baik

9. Aktif berpendapat dalam kegiatan tanya jawab.

√ baik

10. Aktif dalam kegiatan Group Investigasi (GI).

√ baik

11. Aktif berdiskusi dalam kegiatan Group Investigasi (GI).

√ baik

12. Aktif menjawab pertanyaan dari guru. √ baik 13. Menyimpulkan dan merangkum pelajaran. √ baik

Pada pembelajaran siklus II, sudah terlihat adanya perbaikan

keterlaksnaan tahapan pembelajaran siklus II. Guru membimbing jalannya

kegiatan pembelajaran dengan baik. Guru mengawali kegiatan pembelajaran

dengan apersepsi dan memotivasi siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan

belajar mengajar. Pada siklus II ini materi yang disampaikan berbeda dengan

siklus I yaitu Pencemaran Lingkungan. Kegiatan pembelajaran melalui dua tahap.

Pada tahap pertama, guru membagi materi Pencemaran Lingkungan

menjadi 8 sub topik, selanjutnya setiap kelompok melakukan investigasi materi.

Tahap kedua, hasil investigasi kelompok dipresentasikan di kelas dan akhir siklus

diberi evaluasi. Guru memberikan kebebasan penuh kepada siswa untuk

berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Serangkaian kegiatan guru pada siklus II

telah memperlihatkan upaya-upaya peningkatan minat belajar siswa dengan

menggunakan media komik dan membangkitkan semangat siswa dalam

pembelajaran dengan metode Group Investigation dengan baik. Guru memberikan

semangat kepada siswa, membangkitkan rasa percaya diri kepada siswa bahwa

setiap siswa mampu untuk mengeluarkan pendapat dalam diskusi kelompok, guru

62

memberikan arahan bahwa setiap siswa mempunyai kemampuan sehingga siswa

harus saling bekerja sama dalam kelompok tanpa memilih-milih teman. Guru

lebih memberikan penekanan agar siswa tidak egois pada kemampuan masing-

masing tetapi harus mampu belajar dan bekerja sama dalam kelompok.

Kegiatan siswa sesuai dengan tahapan pembelajaran sudah terlaksana

dengan baik, dalam beberapa tahapan siswa sudah melaksanakannya dengan baik,

seperti pada kegiatan menganalisis dan menjawab pertanyaan. Pada kegiatan

menganalisis, siswa memiliki rasa percaya diri terhadap kemampuannya sehingga

siswa lebih memilih bertanya kepada teman maupun guru tanpa berusaha

menyelesaikannya sendiri terlebih dahulu. Jika diberi pertanyaan, hampir semua

siswa berani menjawab pertanyaan secara individu. Pada kegiatan mencatat semua

siswa mencatat dan meringkas penjelasan yang disampaikan guru atau teman. Dan

siswa pada akhir pertemuan berani menyimpulkan pelajaran bersama guru. Nilai

presentasi siswa didapatkan dari struktur penyajiaanya, usaha memaksimalkan

media komik yang disediakan, dengan hasil diskusi yang dipresentasikan didepan

kelas, siswa lebih berani untuk bertanya dan berpendapat.

3) Evaluasi

Tes yang diberikan kepada siswa berupa tes tertulis yang bertujuan untuk

mengetahui pemahaman siswa terhadap materi Pencemaran Lingkungan. Hasil tes

kognitif seluruh siswa pada siklus II dapat dilihat pada lampiran. Selain itu, data

hasil tes juga disajikan dalam bentuk capaian ketuntasan klasikal. Pertanyaan-

pertanyaan yang diberikan kepada siswa disesuaikan dengan materi yang sedang

dipelajari. Bentuk pertanyaan berupa soal pilihan ganda sebanyak 20 soal, sedikit

berbeda dengan jumlah soal pada siklus I.

d. Analisis dan Refleksi Tindakan

Observasi menunjukkan bahwa pada pembelajaran siklus II mengalami

peningkatan yang cukup besar. Guru sudah mengerti dan memahami kekurangan-

kekurangannya pada pelaksanaan siklus I dan mempunyai solusinya yaitu pada

materi selanjutnya, siswa melaksanakan investigasi materi dengan lebih lengkap

dan jelas untuk selanjutnya dipresentasikan di depan kelas. Materi yang diberikan

pada pembelajaran siklus II ini berbeda dengan materi pada pembelajaran siklus I.

63

Pada pembelajaran siklus II ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator,

membimbing jalannya investigasi kelompok, presentasi kelompok dan tanya

jawab. Guru memberikan petanyaan tambahan kepada seluruh siswa. Guru lebih

menekankan pada pentingnya kerja sama dalam kelompok, menghargai pendapat

teman dan saling menghargai antar kelompok. Sehingga penerapan metode Group

Investigation dengan penggunaan komik berupaya agar minat belajar siswa dalam

pembelajaran semakin meningkat.

1) Hasil Angket Minat Belajar Siswa

Berdasarkan pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa minat belajar siswa dalam

pembelajaran siklus II berkisar antara 81,28% - 83,59%, dengan nilai rata-rata

kelas sebesar 82,47%. Angka ini menunjukkan bahwa rata-rata persentase

indikator minat belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 2,31% dari siklus I

(79,45%). Persentase indikator tertinggi diduduki oleh indikator 1 (Sorot mata

siswa tertuju pada guru mata pelajaran yang berlangsung) yaitu sebesar 83,58%.

Indikator terendah diduduki oleh indikator 5 (Siswa selalu ingin tahu banyak)

yaitu sebesar 81,28%. Meskipun demikian, persentase indikator 5 mengalami

peningkatan yaitu 1,48% dari 80,76% pada siklus 1 meningkat menjadi 81,28%

yang berarti terjadi peningkatan siswa ingin tahu banyak hal.

Walaupun peningkatan persentase dari siklus I ke siklus II sedikit, tetapi

sudah menunjukkan adanya peningkatan minat belajar siswa. Hal ini

menunjukkan bahwa perangsangan media komik dengan penerapan metode

pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam

pembelajaran. Minat belajar siswa siswa dalam pembelajaran Group Investigation

ditunjukkan dengan keaktifan siswa dalam investigasi kelompok, saling bertukar

pendapat, siswa memperhatikan dan aktif dalam presentasi kelompok, siswa

bertanya kepada kelompok presentator dan berani menjawab pertanyaan, siswa

ingin tahu lebih dan kebutuhan siswa terpenuhi.

64

Gambar 9. Grafik Persentase Tiap Indikator Angket Minat Belajar Siswa Siklus II.

2) Hasil Observasi Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran

Keterlaksanaan tahapan pembelajaran siklus II pada pelaksanaan

pembelajaran dengan penerapan metode Group Investigation semakin baik. Hasil

observasi terhadap keterlaksanaan tahapan pembelajaran menunjukkan bahwa

pada siklus II memiliki hasil lebih baik bila dibandingkan dengan hasil pada siklus

I. mengenai keterlaksanaan tahapan pembelajaran pada siklus II menunjukkan

bahwa secara keseluruhan tahapan pembelajaran aktif Group Investigation disertai

media komik sudah terlaksana dengan baik. Kegiatan pembelajaran ini dapat

dilihat dari dua pihak yaitu pihak guru dan pihak siswa yang masing-masing

melakukan kegiatan pembelajaran yang saling mendukung.

Pada awal pembelajaran, guru memberikan apersepsi dan motivasi

dengan memberikan sejumlah pertanyaan yang dapat mengantarkan siswa kepada

65

materi Pencemaran kemudian dilanjutkan dengan penyampaian materi pelajaran

secara garis besar. Guru menjelaskan langkah-langkah Group Investigasi (GI).

Guru juga membimbing kegiatan menginvestigasi dengan sumber yang ada dan

selanjutnya meminta siswa untuk mempresentasikan informasi masing-masing di

depan kelas. Seiring kegiatan presentasi, guru bertugas membimbing dan

memberikan poin-poin penting yang terkait dengan materi pelajaran, serta

memberikan kesempatan kapada siswa untuk bertanya.

Pada kegiatan pembelajaran, sorot mata siswa tertuju pada penjelasan

guru dan bersikap tenang serta menyimak pelajaran dengan baik. Setelah siswa

menerima media komik mengenai Pencemaran, siswa mengusulkan topik

kemudian membentuk kelompok berdasarkan topik yang sama. Siswa melakukan

diskusi dengan kelompoknya dan menginvestigasi hasil diskusi kelompok didepan

kelas.

Kegiatan pembelajaran tersebut dilanjutkan dengan kegiatan presentasi

oleh tiap-tiap kelompok. Setiap siswa dalam satu kelompok mempresentasikan

hasil investigasi apa yang disampaikan. Kegiatan presentasi siswa memperhatikan

penjelasan guru maupun presentasi yang dilakukan oleh teman dengan seksama

dilanjutkan dengan kegiatan tanya jawab yang dibimbing oleh guru. Jika

menjumpai kesulitan atau ingin menyampaikan siswa terlihat berani dan aktif

dalam mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengeluarkan pendapat

maupun menanggapi pendapat. Siswa juga mencatat hal-hal yang penting dari

pelajaran dan yang disampaikan. Pada akhir pembelajaran, siswa membuat

ringkasan materi Pencemaran.

Variasi langkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru dikemas secara

menarik sehingga guru dapat menciptakan situasi dan kondisi yang

menyenangkan pada saat pembelajaran. Guru mampu membimbing jalannya

diskusi dan presentasi kelompok. Pada saat pembelajaran berlangsung, guru

menghampiri siswa yang membutuhkan bantuan dan juga menegur siswa yang

mengganggu kelas. Guru memberikan pertanyaan yang relevan pada akhir

pembelajaran dan menarik kesimpulan bersama-sama dengan siswa.

66

Berdasarkan hasil diskusi dengan guru, pelaksanaan tindakan pada siklus

II menunjukkan gambaran kondisi pembelajaran yang baik sekali sehingga

memberikan hasil yang positif dalam upaya meningkatkan minat belajar siswa

dalam pembelajaran.

B. Antar Siklus

Observasi dan evaluasi dilakukan terhadap siklus I dan siklus II yang

dilaksanakan dengan menggunakan angket dan lembar observasi keterlaksanaan

tahapan pembelajaran, serta data pendamping angket kepuasan penggunaan media

komik dalam pembelajaran dan test menghasilkan perubahan data pada hasil

tindakan.

Berikut adalah sajian data antara pra siklus, siklus I dan siklus II serta

analisanya:

1. Hasil Angket Minat Belajar Siswa

Hasil angket afektif siswa untuk setiap indikator pada pra siklus, siklus I

dan siklus II adalah sebagai berikut:

Tabel 19. Persentase Capaian Setiap Indikator Angket Minat Belajar Siswa Antar Siklus

No Indikator Persentase Pra siklus Siklus I Siklus II

1 Sorot mata siswa tertuju pada guru mata pelajaran yang berlangsung 72.82 80.25 83.58

2 Siswa selalu siap saat ditunjuk guru 76.41 78.46 82.82 3 Siswa fokus terhadap materi pelajaran 74.35 79.48 83.07 4 Siswa sering mengajukan pertanyaan 76.41 79.48 83.58 5 Siswa selalu ingin tahu banyak 71.79 80.76 81.28 6 Siswa giat belajar dan memiliki

motivasi belajar 67.86 80.51 82.56 7 Siswa selalu menginginkan lebih 69.23 73.84 82.73 8 Siswa ulet memecahkan masalah

secara mandiri 71.11 79.82 83.07 9 Siswa peka dan responsif terhadap

masalah dan pemecahannya 70.59 79.65 82.56 10 Siswa menyenangi materi belajar 75.04 80.17 82.73 11 Siswa bersemangat dalam belajar 75.64 80.25 81.53

67

Minat belajar siswa kelas VII B SMP N 10 Surakarta menurut data

angket mengalami perubahan yaitu mengalami kenaikan persentase. Rata-rata

minat belajar siswa pra siklus adalah sebesar 72.75%, pada siklus I meningkat

menjadi 79,94% dan pada siklus II menjadi 82,47%. Minat belajar siswa sudah

mengalami peningkatan meskipun kenaikannya tidak terlalu besar. Diperlukan

waktu yang cukup lama dan proses yang lambat dengan perlakuan secara

berulang-ulang agar seluruh siswa dapat meminati dengan sungguh-sungguh

dalam pembelajaran khususnya pada saat diskusi dan presentasi.

Untuk peningkatan persentase rata-rata setiap indikator angket minat

belajar siswa dapat divisualisasikan dalam diagram sebagai berikut:

Gambar 11. Grafik Persentase Tiap Indikator Antar Angket Minat Belajar

12 Siswa tidak cepat merasa puas dengan hasil yang diperoleh 74.61 79.61 81.92

13 Siswa giat dalam belajar 76.53 80.51 81.92 Jumlah 952.43 1002.86 1072,22 Rata-rata 73.26 77.05 82,47

68

Persentase setiap indikator pada angket minat belajar siswa mengalami

peningkatan dari pra siklus sampai dengan siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa

keterlibatan siswa dalam perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan siswa

dalam pembelajaran meningkat. Sehingga guru dan siswa harus berusaha untuk

mengembangkannya.Pada siklus II masing-masing indikator sudah mencapai

target yang diharapkan.

2. Hasil Observasi Keterlaksanaan Tahap Pembelajaran

Data persentase capaian untuk setiap indikator yang diproleh dari hasil

observasi keterlaksanaan tahap pembelajaran untuk setiap siklus dapat

ditunjukkan dengan tabel berikut:

Tabel 21. Observasi Keterlaksanaan Tahap Pembelajaran Guru.

No. Kegiatan (Guru) Keterlaksanaan

dalam Pembelajaran Siklus I Siklus II

1. Memberikan apersepsi dan motivasi di awal pembelajaran.

baik baik

2. Menyajikan pelajaran secara garis besar. baik baik 3. Menjelaskan langkah-langkah Group Investigasi

(GI). baik baik

4. Membimbing siswa dalam kegiatan Group Investigasi (GI).

baik baik

5. Membimbing menginvestigasi dengan sumber yang ada.

kurang baik

6. Memberikan waktu untuk mendiskusikan gagasan anggotanya dalam tiap kelompok.

baik baik

7. Membimbing siswa dalam proses pembahasan kategori dalam kelompok.

kurang baik

8. Meminta siswa untuk mempresentasikan hasil investigasi masing-masing didepan kelas.

baik baik

9. Membimbing siswa dalam kegiatan tanya jawab baik baik 10. Memberikan hasil investigasi terkait materi

pelajaran. baik baik

11. Memberikan kesempatan bertanya dan mengajukan pendapat kepada siswa.

baik baik

12. Membimbing siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran

baik baik

13. Mengadakan evaluasi pembelajaran. baik baik

69

Tabel 22. Observasi Keterlaksanaan Tahap Pembelajaran Siswa

No. Kegiatan (Guru) Keterlaksanaan

dalam Pembelajaran Siklus I Siklus II

1. Memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru dengan seksama.

baik baik

2. Menerima media komik berisi materi pembelajaran dari guru.

baik baik

3. Mengusulkan topik yang ditemukan sesuai dengan materi.

baik baik

4. Membentuk kelompok sesuai topik. baik baik 5. Membagi tugas dengan anggota kelompok. baik baik 6. Melakukan investigasi dengan dengan anggota

kelompok. baik

baik

7. Aktif dan berani dalam mempresentasikan hasil pembahasan kategori di depan kelas.

kurang baik

8. Aktif mencatat dan meringkas penjelasan guru/teman.

baik baik

9. Aktif berpendapat dalam kegiatan tanya jawab. baik baik 10. Aktif dalam kegiatan Group Investigasi (GI). baik baik 11. Aktif berdiskusi dalam kegiatan Group

Investigasi (GI). baik baik

12. Aktif menjawab pertanyaan dari guru. kurang baik 13. Menyimpulkan dan merangkum pelajaran. baik baik

Pada table 21 dan 22 observasi keterlaksanaan tahap pembelajaran diatas

menunjukkan bahwa keterlaksanaan tahap pembelajaran semakin terlihat

meningkat seiring dengan pergantian siklus. Pada siklus I, pembelajaran Group

Investigasi (GI) disertai media komik belum dilaksanakan secara optimal karena

masih terdapat beberapa langkah yang belum dilaksanakan dengan baik dan sesuai

dengan keterlaksanaan tahapan pembelajaran Group Investigasi (GI) disertai

media komik. Pada awal kegiatan pembelajaran, guru menyampaikan apersepsi

dan motivasi yang diikuti oleh siswa dengan baik. Apersepsi yang diberikan guru

berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengantarkan siswa sampai pada materi yang

akan dipelajari.

70

Kegiatan pembelajaran dilanjutkan sesuai dengan tahapan pembelajaran

Group Investigasi (GI) disertai media komik, hanya saja pada siklus I masih

terdapat beberapa tahapan pembelajaran yang belum dilaksanakan dengan baik,

yaitu pada langkah ke-delapan yaitu guru meminta siswa untuk mempresentasikan

hasil investigasi masing-masing didepan kelas. Pada saat siswa sedang melakukan

presentasi dari hasil investigasi, siswa merasa tidak percaya diri, malu, dan takut.

Sehingga waktu terbuang sia-sia yang menunggu siswa waktu presentasi.

Permasalahan lain yang terjadi pada siklus I adalah pada saat kegiatan Group

Investigasi (GI). Guru tidak menjelaskan langkah-langkah Group Investigasi (GI)

dengan jelas dan bahasa yang komunikatif, akibatnya siswa tidak memahami

langkah-langkah Group Investigasi (GI) dengan baik dan menyebabkan siswa

mengalami sedikit kebingungan. Hal tersebut menyebabkan kegiatan Group

Investigasi (GI) menjadi tidak efektif dan memerlukan banyak waktu.

Pada pembelajaran siklus I, siswa belum memiliki keberanian untuk

menjawab pertanyaan secara individu yang dilemparkan oleh guru tanpa harus

ditunjuk oleh guru. Siswa merasa takut jika jawaban yang dikemukakan salah,

maka akan menjadi bahan tertawaan siswa lain. Oleh karena itu, siswa hanya

berani menjawab pertanyaan jika berupa pertanyaan dengan jawaban serempak di

dalam kelas. Hasil wawancara dengan guru memberikan informasi bahwa kendala

dalam pembelajaran aktif Group Investigasi (GI) disertai media komik adalah

karena pembelajaran tersebut belum pernah dilakukan sebelumnya, sehingga

untuk pengaturannya membutuhkan waktu yang cukup banyak agar siswa benar-

benar memahami apa yang harus dilakukan.

Pada kegiatan pembelajaran siklus II, semua tahapan pembelajaran

sudah dilaksanakan dengan baik karena permasalahan-permasalahan yang terdapat

pada siklus I sudah diperbaiki oleh guru. Guru meminta siswa untuk

mempresentasikan hasil investigasi masing-masing didepan kelas, guru

membimbing setiap kelompok dengan baik dan memberikan arahan jika siswa

mengalami kesulitan. Dengan demikian kegiatan presentasi hasil investigasi

menjadi tenang, lancar dan semua siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan

tersebut. Pada siklus II juga siswa juga terlihat mampu menganalisis permasalahan

71

yang muncul melalui usaha sendiri dengan membaca buku dan menghubungkan

dengan materi pelajaran, jika belum menemukan jawaban dari permasalahan

tersebut, siswa mendiskusikannya dengan siswa lain dalam satu kelompok.

Pembelajaran Group Investigasi (GI) disertai media komik diawali

dengan guru menjelaskan langkah-langkah Group Investigasi (GI) terlebih dahulu

dengan menggunakan bahasa yang komunikatif dan memberikan kesempatan

bertanya kepada siswa jika terdapat siswa yang belum mengerti langkah-langkah

Group Investigasi (GI) tersebut. Selama kegiatan Group Investigasi (GI) siklus II

berlangsung, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan

materi pelajaran Pencemaran yang kemudian dijawab siswa dengan berani tanpa

harus ditunjuk oleh guru. Berdasarkan pengamatan proses pembelajaran pada

siklus II juga menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran pada siklus II lebih

efektif jika dibandingkan dengan siklus I.

Berdasarkan angka persentase jumlah skor setiap indikator angket

penggunaan media komik menunjukan peningkatan yang berarti pada setiap

pergantian siklus. Penggunaan media komik dalam pembelajaran pada penelitian

dapat menghindarkan kebosanan siswa pada pembelajaran dan sebagai referensi

buku dalam pembelajaran. Tampak pada tampilan suasana kelas pada jam terakhir

disetiap siklus sering dijumpai siswa tidak semangat dan berminat dalam

mengikuti pelajaran, tidak bergairah, penuh kelesuan dan kurang bersahabat.

Sehingga mnyebabkan suasana kelas menjadi kurang kondusif, agar menarik

siswa bersemagat lagi dengan memberikan sedikit hiburan berupa pembelajaran

yang menggunakan media komik.

E. PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media komik oleh

siswa melalui penerapan metode Group Investigation dapat meningkatkan minat

belajar siswa dalam pembelajaran. Untuk mengetahui adanya peningkatan minat

belajar siswa dilihat dengan menggunakan angket minat belajar siswa dan angket

72

kepuasan menggunakan media komik, serta lembar observasi sintak pembelajaran

pada saat pembelajaran berlangsung dan wawancara dengan guru dan siswa.

Pada pelaksaan siklus I, dari hasil pengisian angket minat belajar siswa

didapat rata-rata aspek indikator minat belajar adalah 79.45%. Untuk aspek 1

“Perhatian” yang terdiri dari 3 indikator yaitu sorot mata siswa terjutu pada

pelajaran sebesar 80.25%, siswa selalu siap saat ditunjuk sebesar 78.46%, dan

siswa fokus pada materi sebesar 79.48%. Aspek 2 “Keingintahuan” yang terdiri

dari 4 indikator yaitu siswa sering mengajukan pertanyaan sebesar 79.48%, siswa

ingintahu sebesar 80.76%, siswa giat belajar dan motivasi sebesar 80.51%, siswa

menginginkan lebih sebesar 73.84%. Aspek 3 “Motivasi” yang terdiri dari 4

indikator yaitu siswa ulet sebesar 79.82%, siswa peka dan responsive sebesar

79.65%, siswa menyenangi materi sebesar 80.17%, siswa bersemangat sebesar

80.25%. Aspek 4 “Kebutuhan” yang terdiri dari 2 indikator yaitu siswa tidak

merasa puas dengan hasil yang diperoleh sebesar 79.61%, siswa giat dalam belajar

sebesar 80.51% . Apabila hanya dilihat dari nilai rata-rata keempat aspek minat

belajar pada angket minat belajar siswa penelitian ini sudah mencapai target yaitu

75%. Tetapi berdasarkan nilai masing-masing indikator pada angket minat belajar

siswa belum tercapai, sehingga harus diadakan perbaikan pada siklus selanjutnya

(siklus II).

Pada pelaksaan siklus II, rata-rata aspek indikator minat belajar adalah

82,47% yaitu untuk aspek 1 “Perhatian” yang terdiri dari 3 indikator yaitu sorot

mata siswa terjutu pada pelajaran sebesar 83.58%, siswa selalu siap saat ditunjuk

sebesar 82.82%, dan siswa fokus pada materi sebesar 83.07%. Aspek 2

“Keingintahuan” yang terdiri dari 4 indikator yaitu siswa sering mengajukan

pertanyaan sebesar 83.58%, siswa ingintahu sebesar 81.28%, siswa giat belajar

dan motivasi sebesar 82.56%, siswa menginginkan lebih sebesar 82.73%. Aspek 3

“Motivasi” yang terdiri dari 4 indikator yaitu siswa ulet sebesar 83.07%, siswa

peka dan responsive sebesar 82.56%, siswa menyenangi materi sebesar 82.73%,

siswa bersemangat sebesar 81.53%. Aspek 4 “Kebutuhan” yang terdiri dari 2

indikator yaitu siswa tidak merasa puas dengan hasil yang diperoleh sebesar

81.92%, siswa giat dalam belajar sebesar 81.92% Dari hasil wawancara, siswa

73

yang menyukai adanya penggunaan media komik melalui penerapan metode

Group Investigation untuk meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran

biologi dan siswa yang setuju bahwa pembelajaran dengan menggunakan Group

Investigation dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran

masing-masing sebanyak 39 siswa (95,12%). Berdasarkan hasil angket pada

kedua siklus menunjukkan bahwa pada siklus II terjadi peningkatan minat belajar

siswa dan target tercapai sehingga siklus dapat dihentikan.

Minat belajar siswa meningkat dengan adanya penggunaan media komik

untuk siswa melalui penerapan metode Group Investigation. Adanya penerapan

metode Group Investigation dengan menggunakan media komik memberikan

dampak yang positif yaitu minat belajar siswa dalam pembelajaran meningkat

diantaranya siswa berani menjawab pertanyaan dari guru dan mengajukan

pertanyaan jika ada hal yang belum dipahami. Siswa aktif mengungkapkan

pendapat dalam diskusi kelompok dan memberi masukan pada kelompok lain

yang presentasi. Selain itu, siswa juga memberikan perhatian ketika kelompok

lain presentasi. Dengan penggunaan metode pembelajaran ini siswa menjadi lebih

paham dengan materi pelajaran yang diberikan oleh guru, karena siswa dituntut

bekerjasama dengan teman sekelompoknya untuk investigasi materi yang telah

dipilih dan mempresentasikannya di depan kelas.

Pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif Group

Investigation ini dapat melatih siswa menjadi mandiri dalam mencari informasi

tentang materi yang akan dipelajari, mempunyai jiwa kooperatif yang tinggi,

memiliki kemahiran dalam berkomunikasi dengan intelektual pembelajaran dalam

mensintesis dan menganalisis, meningkatkan kemampuan siswa dalam berdiskusi.

Proses pembelajaran Group Investigation siswa dikelompokkan dalam kelompok

kecil, kemudian siswa dituntut untuk belajar mandiri dengan menginvestigasi

materi selengkap-lengkapnya, mencari informasi sebanyak mungkin dari berbagai

media pembelajaran baik dari buku maupun media komik bersama anggota

kelompoknya. Sehingga akan terjadi interaksi antar siswa untuk melaksanakan

investigasi dan semua siswa dapat turut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.

Guru memberikan bimbingan atau bantuan pada saat siswa mengalami kesulitan

74

selama proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan penelitian Seifert et al (2009)

yang menyatakan bahwa penyelidikan kelompok atau Group Investigation adalah

suatu metode belajar kooperatif yang mempunyai karakteristik yaitu siswa bekerja

dalam kelompok kecil, aktif membangun pengetahuan siswa itu sendiri.

Pelaksanaan Group Investigation dapat meningkatkan tanggung jawab pribadi,

kebebasan untuk merencanakan aktivitas yang akan dilaksanakan dan

mendapatkan pengalaman yang berharga.

Metode pembelajaran Group Investigation merupakan metode

pembelajaran yang cukup efektif dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil

wawancara, siswa yang menyatakan bahwa pembelajaran biologi dengan

menggunakan metode Group Investigation sudah cukup inovatif sebanyak 39

siswa (95,12%) dan siswa yang setuju bahwa pembelajaran dengan menggunakan

metode Group Investigation dapat menambah referensi belajar siswa sebanyak 39

siswa (95,12%). Pembelajaran dengan menggunakan metode Group Investigation

dengan menggunakan media komik dapat meningkatkan minat belajar siswa. Hal

ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Daniel Zingaro (2008) yang

menyimpulkan bahwa dengan penerapan metode Group Investigation siswa lebih

berkreatifitas dalam pembelajaran dan lebih bertanggung jawab.

Selain terjadi peningkatan minat belajar, kepuasan menggunakan media

komik dan hasil belajar siswa juga meningkat. Siswa tidak hanya berminat dalam

pembelajaran tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang baru yaitu adanya

penggunaan media komik yang jarang digunakan guru sehingga dapat

menvariasikan penggunaan media dalam pembelajaran. Rata-rata kepuasan

penggunaan media komik pada siklus I adalah 61,79%, terjadi peningkatan

sebesar 22,76% pada siklus II menjadi 84,55%. Hal ini terjadi karena dalam

metode Group Investigation dengan menggunakan media komik, siswa dilatih

untuk saling bekerja dalam satu kelompok sehingga siswa mempunyai jiwa

kooperatif yang tinggi, saling menghormati dan menghargai antar

siswa,menghibur siswa dari kejenuhan dalam proses pembelajaran. Nilai rata-rata

kelas pada siklus I adalah 83,25 dan pada siklus II adalah 83,54. Nilai yang

diperoleh pada siklus I, masih ada 3 siswa (7,32%) yang belum mencapai batas

75

ketuntasan minimal. Selanjutnya pada siklus II terjadi peningkatan hasil yaitu

hanya 1 siswa yang belum tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan metode

pembelajaran Group Investigation dengan menggunakan media komik dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Pada penelitian ini, hasil belajar siswa

digunakan sebagai data pendamping.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada siswa diperoleh

hasil bahwa siswa yang setuju jika penggunaan metode Group Investigation

dengan menggunakan media komik dapat membuat siswa menjadi lebih paham

dalam mempelajari materi biologi sebanyak 35 siswa (85,37%), siswa setuju

bahwa penggunaan metode Group Investigation dengan menggunakan media

komik dapat membantu siswa untuk mempermudah dalam mempelajari materi

biologi sebanyak 34 siswa (82,93%), siswa yang setuju bahwa penggunaan

metode Group Investigation dengan menggunakan media komik dapat

membangkitkan semangat untuk mendalami materi biologi sebanyak 35 siswa

(85,37%).

Dengan adanya metode Group Investigation dengan menggunakan media

komik, siswa menjadi lebih semangat, lebih paham dan lebih mudah dalam

mempelajari materi biologi sehingga prestasi belajar meningkat. Hal ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Zingaro (2008) yang menyimpulkan bahwa

dalam pelaksaannya metode Group Investigation dapat meningkatkan prestasi,

meningkatkan motivasi, membantu perkembangan hubungan interpersonal siswa,

meningkatkan rasa saling menghormati teman dalam satu kelompok dan antar

kelompok. Group Investigation dapat mengubah bentuk kelas ke dalam suatu

hubungan sosial. Pada saat investigasi yang diperlukan adalah kepercayaan dan

hubungan timbal balik antar siswa di dalam maupun antar kelompok, mempererat

persahabatan siswa yang bersifat heterogen, kepercayaan dan lebih bersikap

positif di dalam pelajaran dan sekolah. Begitu juga dengan penelitian Seifert et al

(2009) yang menyatakan bahwa dengan penerapan metode Group Investigation

siswa berusaha untuk meningkatkan hasil belajar.

Proses pembelajaran bukan hanya ditentukan oleh minat belajar siswa

dalam pembelajaran, tetapi juga sangat tergantung pada kemampuan guru dalam

76

mengembangkan berbagai keterampilan mengajar (Mulyani Sumantri dan Johar

Permana, 2001:228). Lembar observasi sintak pembelajaran digunakan untuk

melihat keterlaksanaan dalam pembelajaran, baik guru maupun siswa. Kegiatan

kriteria sintak pembelajaran siklus I terdapat beberapa kegiatan yang belum

terlaksana dengan baik antara lain guru kurang dapat membagi tugas dengan

anggota kelompok sehingga masing-masing siswa bingung mendengar penjelasan

guru dan aktif dan berani dalam mempresentasikan hasil investigasi guru harus

membujuk siswa agar mau maju mempresentasikan, sedang siswa dalam

mempresentasikan hasil investigasi tidak mempunyai rasa percaya diri sehingga

siswa malu dan takut salah dan ditertawakan siswa yang lain, walaupun sudah

dilakukan dan pada silus II semua kegiatan pembelajaran berjalan lebih baik lagi

baik guru maupun siswa. Setiap siklus guru dan siswa sudah menunjukkan

perbaikan dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Refleksi yang dilakukan oleh

guru dan siswa dapat digunakan untuk perbaikan pembelajaran.

Dalam pengunaan media komik, siswa sudah mengenal komik tetapi

dalam pengaplikasikannya komik digunakan dalam pembelajaran belum pernah,

dari hasil pengisian angket pengguanaan media komik pada siklus 1 terjadi

peningkatan pada tiap indikator, dan rata-rata indikator sebesar 76.87%. Pada

indikator 1 “Perhatian dan tindakan nyata dalam bentuk partisipasi kegiatan

belajar” sebesar 78.35%, indikator 2 “Penilaian kemampuan diri dalam menguasai

informasi yang diberikan oleh guru” sebesar 76.92%, indikator 3 “Kegiatan untuk

menilai sesuatu secara terencana dan sistematik” sebesar 74.87%, indikator 4

“Proses penilaian berdasarkan tujuan yang jelas” sebesar 73.33%, indikator 5

“Pembentuk kesungguhan hati untuk menerima yang kecil dan sederhana” sebesar

77.43%, indikator 6 “Penggunaan kekuatan untuk pencapaian tertinggi dari

tujuan” sebesar 77.94%, indikator 7 “Hasil kerja yang dicapai dalam

melaksanakan tugas yang dibebankan” sebesar 78.46%, indikator 8 “Hasil kerja

yang didasarkan pada kecakapan, pengalaman, kesungguhan, dan waktu” sebesar

77.69%. Pada pelaksanaan siklus 2 siswa semakin menyenangi media komik ini

terbukti dari hasil pengisian angket angket tiap indicator mengalami peningkatan

dengan rata-rata indicator 79.10%, pada indikator 1 “Perhatian dan tindakan

77

nyata dalam bentuk partisipasi kegiatan belajar” sebesar 80%, indikator 2

“Penilaian kemampuan diri dalam menguasai informasi yang diberikan oleh guru”

sebesar 80.25%, indikator 3 “Kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana dan

sistematik” sebesar 76.15%, indikator 4 “Proses penilaian berdasarkan tujuan

yang jelas” sebesar 77.17%, indikator 5 “Pembentuk kesungguhan hati untuk

menerima yang kecil dan sederhana” sebesar 79.28%, indikator 6 “Penggunaan

kekuatan untuk pencapaian tertinggi dari tujuan” sebesar 78.97%, indikator 7

“Hasil kerja yang dicapai dalam melaksanakan tugas yang dibebankan” sebesar

80%, indikator 8 “Hasil kerja yang didasarkan pada kecakapan, pengalaman,

kesungguhan, dan waktu” sebesar 81.02%.

Pemahaman siswa terhadap konsep materi Kerusakan Lingkungan dan

Pencemaran yang telah dipelajari pada tiap siklus dapat diketahui dari hasil tes

kognitif dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan tabel nilai rata-rata kelas

semakin meningkat dari pra siklus, siklus I dan siklus II. Nilai rata-rata pra siklus

adalah sebesar 79,48 nilai rata-rata siklus I adalah 89,74 dan siklus II sebesar 100.

Hal ini berarti penerapan metode pembelajaran Group Investigation dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII B SMP Negeri 10 Surakarta.

Berdasarkan capaian ketuntasan belajar siswa semakin mengalami

peningkatan. Pada pra siklus capaian ketuntasan sebesar 79,48% sebanyak 10

siswa belum mencapai batas tuntas minimal, selanjutnya setelah penerapan

metode pembelajaran Group Investigation menunjukkan peningkatan pada siklus I

sebesar 10,36% menjadi 89,74%, yaitu sebanyak 5 siswa belum mencapai batas

tuntas. Hal ini berarti proses pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari

semakin membaik. Begitu pula pada siklus II terjadi kenaikan persentase menjadi

100%, sehingga siswa mencapai batas ketuntasan minimal yang telah ditetapkan

oleh pihak sekolah.

78

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siklus I dan siklus II

maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Group Investigation dengan

menggunakan media komik dapat meningkatkan minat belajar biologi siswa kelas

VIIB SMP Negeri 10 Surakarta Tahun ajaran 2008/2009.

B. IMPLIKASI

1. Implikasi Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis dapat dijadikan sebagai dasar dalam

pengembangan penelitian tindakan kelas di SMP Negeri 10 Surakarta dan dapat

dijadikan upaya bersama antara sekolah, guru dan peneliti yang lain untuk

meningkatkan hasil belajar secara menyeluruh.

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini secara praktis dapat diterapkan pada proses

pembelajaran materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, yaitu bahwa

penerapan metode Group Investigation dengan menggunakan media komik dapat

meningkatkan hasil belajar biologi pada pokok bahasan Pencemaran dan

Kerusakan Lingkungan.

C. SARAN

1. Kepada Kepala Sekolah

a. Perlu adanya bimbingan kepada guru IPA Biologi agar lebih terampil

menggunakan pembelajaran kooperatif metode Group Investigation dalam

menciptakan pembelajaran yang baik.

b. Perlu adanya perhatian dan pengawasan dalam pelaksanaan pembelajaran

kooperatif metode Group Investigation sehingga tercapai proses belajar

mengajar yang menjadikan siswa aktif dan dinamis serta dapat meningkatkan

hasil belajar siswa.

79

2. Kepada Guru Pengajar

a. Guru hendaknya dapat menggunakan pembelajaran kooperatif metode Group

Investigation dengan baik sehingga dapat meningkatkan minat belajar siswa

khususnya pada pokok bahasan Pencemaran dan Kerusajan Lingkungan.

b. Guru hendaknya mengkaji lebih dalam permasalahan yang timbul dalam

proses pembelajaran di kelas sehingga dapat meningkatkan hasil dan kualitas

pembelajaran di kelas.

c. Guru hendaknya selalu mengupayakan penggunaan metode dan media yang

tepat dalam proses pembelajaran yang dapat meningkatkan peran serta, minat,

dan perhatian siswa sehingga hasil belajar yang dicapai akan lebih optimal.

3. Kepada Peneliti

a. Hendaknya peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis sedapat

mungkin terlebih dahulu menganalisis kembali perangkat pembelajaran yang

telah dibuat oleh peneliti ini disesuaikan penerapannya, terutama hal alokasi

waktu, fasilitas pendukung termasuk media pembelajaran dan karakteristik

siswa yang ada pada sekolah tempat penelitian tersebut dilakukan sehingga

hasilnya dapat lebih baik.

b. Hendaknya penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan penelitian

selanjutnya untuk dapat menyelesaikan permasalahan pada kelas dan materi

yang berbeda.

4. Kepada Siswa

a. Bagi siswa yang mempunyai kemampuan lebih dari siswa lain sebaiknya

selalu menularkan pengetahuan dan pemahaman yang dimilikinya kepada

siswa yang lain dalam kelompoknya.

b. Bagi anggota kelompok yang merasa kurang paham terhadap materi

jangamn malu-malu dan harus aktif bertanya kepada teman lain yang

mempunyai kemampuan lebih.

c. Jika ada hal-hal yang merupakan kesulitan kelompok sebaiknya

dikonsultasikan dengan guru.

80

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R. I. 1997. Classroom Intruction And Management. USA: The MC. Graw

Hill Companies, Inc.

________ . 2001. Learning to Teach Fifth Edition. New York: Mc. Graw Hill

Company.

Azhar. 2005. Media Pembelajaran . Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Basuki Wibawa dan Farida Mukti. 2004 . Media Pengajaran. Bandung: CV.

Maulana.

Boneff. 1998. Komik Indonesia. Jakarta : KPG ( Kepustakaan Populer Gramedia).

Enco Mulyasa. 2005. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Rosdakarya. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2007. Pedoman Penulisan Skripsi.

Surakarta: UNS Press. Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto dan Sutijan. 2000. Belajar dan Pembelajaran I.

Surakarta: UNS Press. Hamalik, O. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. H. B. Sutopo. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press. Joyce. 2000. Models Of Teaching. Boston: Allyn and Bacon.

Kartini. 1990. Psikologi Umum. Bandung ; Mandar Maju.

Lie, A. 2004. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia Marcell Bonneff. 1998. Komik Indonesia. Jakarta: Gramedia Miles, M.B & Huberman, A. M. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.

Mulyani Sumantri & Johar Permana. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung:

CV Maulana.

Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Moleong, L.J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Moh. Uzer Usman. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya

Nana Sudjana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung: Rosda

Karya.

81

Poerwadarminta, W.J.S. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Rochiati Wiriaatmadja. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung :

Remaja Rosdakarya.

Saktiyono. 2006. IPA Biologi Untuk Kelas VII. Jakarta: Esis

Sardiman, AM. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sardiman, A., Rahardjo., Anung Haryono. 2007. Media Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada. Suharsimi, A. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Suharsimi A, Suhardjono, & Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:

PT. Bumi Aksara .

Seifert, K., Fenster, A., Dilts, J. A., & Temple, L. 2009. An Investigative, Cooperative Learning Approach to the General Microbiology Laboratory. CBE-Life Sciences Education. Vol.8, 147–153. Diakses 11 Agustus 2009.

Slavin, R. E. 2008. Cooperative Learning Teori Riset Dan Praktik. Bandung:

Nusa Media.

_______, R.E. 1985. Learning to Cooperate, Cooperating to Learn. New York and London:

Plenum Press. Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta :

Rineka Cipta. Sutopo, H.B. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press. Syah, M. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tabrani, Atang, Zainal. 1989. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar.

Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya.

The Liang Gie.1995. Cara Belajar Efisien. Yogyakarta : Liberty

Winkel, W. S. 2005. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.

Zingaro, D. 2008. Group Investigation: Theory and Practice. Journal

International of Group Investigation. Tersedia di

http://www.danielzingaro.com/gi.pdf. Diunduh 11 Agustus 2009.