PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK SISWA KELAS VIII DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA BAITURRAHIM KOTA JAMBI SKRIPSI NURMALINDA HASAN TP 151435 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019
Text of PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …
PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)
DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK SISWA KELAS VIII DI
SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA BAITURRAHIM KOTA JAMBI
SKRIPSI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019
PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)
DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK SISWA KELAS VIII DI
SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA BAITURRAHIM KOTA JAMBI
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar
Sarjana Pendidikan
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada kedua orang tua saya yang
tercinta
Ayah Sanudin dan Ibunda Khanifah Br. Tarigan yang telah mengasuh
saya mulai
dari lahir hingga dewasa sekarang ini, semoga kedua orang tua saya
selalu
mendapat rahmat dari Allah SubhanahuwaTaala , Aamiin.
Saya Nurmalinda Hasan juga berterimakasih kepada
Sahabat-sahabat
saya yang tercinta yakni Topik, Isnanil Mahfiroh, Lita Sandra,
Anatunnisa, Ulfa,
Rino, Kurnia Ilahi dan Yetti Anggraini yang tak kenal lelah
menemaniku disaat
sulitku, serta penyemangat di saat lelah, dan seluruh keluarga ku
yang telah
memberi dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini.
Terimakasih atas dukungan dan doa kalian sehingga saya dapat
menyelesaikan studi pendidikan di perguruan tinggi ini, Terimakasih
untuk semua
yang telah membantuku dalam penyelesaian skripsi ini, semoga
Allah
SubhanahuwaTaala selalu memberi taufiq dan hidayah-Nya kepada kita
semua.
Aamiin yaa Robbal „Alamin.
“ .....Bertolong-tolonglah kalian dalam kebaikan dan takwa, dan
jangan tolong- menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran, dan
bertakwalah kamu kepada Allah SWT, sesungguhnya Allah SWT sangat
berat siksanya”. (Q.S. Al- Maidah:2)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kepada Allah Subhanahu wa Taala, Rabb
yang
Maha „Alim yang kita tidak mengetahui kecuali apa yang
diajarkan-Nya, atas
iradah-Nya hingga skripsi ini dapat dirampungkan. Shalawat dan
salam atas Nabi
Muhammad Shalallahu „alaihi wa sallam, pembawa risalah pencerahan
bagi
manusia.
sepenuhnya bahwa penyelesaian skripsi ini banyak melibatkan pihak
yang telah
memberikan motivasi baik moril maupun materil, untuk itu melalui
kolom ini
Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Dr. H. Hadri Hasan, MA, selaku Rektor UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi
2. Dr. Hj. Armida, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Muhammad Ridwan, S.Psi, M.Psi, Ps selaku Ketua Program Studi
Pendidikan
Agama Islam dan Mukhlis, S.Ag, M.Pd.I selaku Sekretaris Program
Studi
Pendidikan Agama Islam
4. Dr. Hj. Armida, M.Pd.I selaku Dosen Pembimbing I dan Habib
Muhammad,
S.Ag, M.Ag selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu
dan
mencurahkan pemikirannya demi mengarahkan Penulis dalam
menyelesaikan
skripsi ini.
5. Dra. Fitri Herlina selaku kepala sekolah SMP Baiturrahim Kota
Jambi yang
telah memberikan kemudahan kepada Penulis dalam memperoleh data
di
lapangan.
telah menjadi patner diskusi dalam penyusunan skripsi ini.
7. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan motivasi tiada
henti hingga
menjadi kekuatan pendorong bagi Penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
8. Sahabat-sahabatku PAI A angkatan tahun 2015
ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang Penerapan Strategi Pembelajaran
Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Akidah Akhlak Siswa Kelas VIII di SMP
Baiturrahim Kota Jambi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana tingkat efektivitas pembelajaran akidah akhlak
dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperative tipe Student
Team Achievement Divisions (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar
siswa SMP Baiturrahim Kota Jambi dan mengetahui respon siswa
terhadap penerapan strategi pembelajaran kooperative tipe Student
Team Achievement Divisions (STAD).
Penelitian ini dilakukan dengan subyek penelitian siswa kelas VIII
A SMP Baiturrahim Kota Jambi tahun ajaran 2018/2019. Metode
penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari 2
pertemuan, yakni diskusi dan tes formatif dengan menggunakan soal,
lembar observasi siswa dan guru.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa penerapan
strategi pembelajaran Kooperative tipe Student Teams Achievement
Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini
dapat dilihat dari hasil tes formatif yang meningkat dibandingkan
pra siklus dan juga tercapainya nilai siswa di atas Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM). Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
dengan menerapkan strategi pembelajaran Kooperative tipe Student
Teams Achievement Division (STAD) sangat efektif sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar akidah akhlak siswa kelas VIII di SMP
Baiturrahim Kota Jambi.
Kata Kunci : Strategi Pembelajaran Kooperative Tipe Student
Teams
Achievement Division (STAD), Hasil Belajar.
ABSTRACT Nurmalinda Hasan. (TP151435). Application of Student Teams
Achievement Division (STAD) Cooperative Learning Strategies in
Improving Learning Outcomes of Akidah Akhlak Class VIII Students at
Baiturrahim Middle School, Jambi City. This thesis discusses the
Application of Cooperative Learning Strategy Type Student Teams
Achievement Division (STAD) in Improving Learning Outcomes of
Akidah Akhlak Class VIII Students at Baiturrahim Middle School,
Jambi City. The purpose of this study was to determine how the
effectiveness of moral akidah learning by using Student Team
Achievement Divisions (STAD) type cooperative learning strategies
to improve student learning outcomes at Baiturrahim Junior High
School in Jambi City and find out student responses to the
implementation of Student Team Achievement Divisions cooperative
learning strategies ( STAD). This research was conducted with the
research subjects of class VIII A in Baiturrahim City, Jambi, in
the academic year 2018/2019. The research method used is Classroom
Action Research (CAR) which consists of two cycles. Each cycle
consists of 2 meetings, namely discussion and formative tests using
questions, student and teacher observation sheets. The results
obtained from this study are that the application of learning
strategies Cooperative type Student Teams Achievement Division
(STAD) can improve student learning outcomes. This can be seen from
the results of the formative tests which increased compared to the
pre cycle and also the achievement of student scores above the
Minimum Completion Criteria (KKM). It can be concluded that
learning by applying cooperative learning strategies of Student
Teams Achievement Division (STAD) type is very effective so that it
can improve the moral learning outcomes of VIII grade students at
Baiturrahim Middle School, Jambi City. Keywords: Cooperative
Learning Type Student Teams Achievement Division
(STAD) Strategy, Learning Outcomes.
DAFTAR ISI.
...........................................................................................................
xii
DAFTAR TABEL
....................................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
............................................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
..............................................................................
1 B. Identifikasi Masalah
......................................................................................
7 C. Pembatasan Masalah.
...................................................................................
7 D. Rumusan Masalah..
.......................................................................................
7 E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
...................................................................
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritik
..........................................................................................
9 B. Acuan Teoritis
..............................................................................................
27 C. Model Tindakan
............................................................................................
27 D. Kerangka Berpikir
.........................................................................................
29 E. Hipotesis
.......................................................................................................
29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
........................................................................
30 B. Rancangan Tindakan
.....................................................................................
30 C. Prosedur Tindakan
.........................................................................................
31 D. Teknik Pengumpulan Data
............................................................................
32 E. Jenis dan Sumber Data
..................................................................................
32 F. Jenis Instrumen
..............................................................................................
32 G. Teknik Analisis Data
.....................................................................................
33 H. Indikator Keberhasilan
..................................................................................
33 I. Jadwal Penelitian
...........................................................................................
34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
..........................................................................................
36 B. Analisis Data Penelitian
Persiklus.........................................................
...... 43 C. Pembahasan Hasil Penelitian
.........................................................................
55 D. Keterbatasan Penelitian
.................................................................................
58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
...................................................................................................
59 B. Implementasi
.................................................................................................
60 C. Saran
.............................................................................................................
60
DAFTAR PUSTAKA
...............................................................................................
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL & BAGAN
Bagan 1 Bagan Siklus PTK Model Kemmis Mc Taggart
................... 27
Bagan 2 Bagan Struktur Organisasi
.................................................... 42
Tabel
Tabel 4 Data Keadaan Sarana dan Prasarana
..................................... 41
Tabel 5 Data Distribusi Hasil Prasiklus
............................................. 43
Tabel 6 Data Distribusi Hasil Tes Formatif Siklus I
.......................... 46
Tabel 7 Data Skor Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I ......
48
Tabel 8 Data Skor Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I .....
48
Tabel 9 Data Distribusi Hasil Tes Formatif Siklus II
........................ 51
Tabel 10 Data Skor Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II .....
53
Tabel 11 Data Skor Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II ....
54
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 7 Lembar Kerja Siswa Siklus I
Lampiran 8 Lembar Kerja Siswa Siklus II
Lampiran 9 Data Hasil Tes Formatif dan Pengamatan Aktivitas Guru
& Siswa
Lampiran 10 Kartu Konsultasi
BAB I
Pendidikan merupakan hal utama yang dilakukan oleh setiap bangsa
untuk
mencapai kemajuan. Semakin berkualitas suatu bangsa itu maka
semakin
memberikan efek positif bagi kemajuan bangsa dan negaranya.
Disamping itu
pendidikan merupakan suatu proses yang bertujuan untuk
mengembangkan sikap
tingkah laku dan membantu dalam pembentukan karakter serta
mencerdaskan
setiap individu. (Ali Mudlofir, 2016:250)
Pendidikan adalah pengalaman belajar yang terprogram dalam
bentuk
pendidikan formal dan nonformal serta informasi disekolah maupun
luar sekolah
yang berlangsung seumur hidup bertujuan optimalisasi pertimbangan
kemampuan
individu agar kemudian hari dapat memainkan peran hidup secara
tepat
(Mudhaharjo, 2002:35)
dan tempat mereka hidup. Adapun ungkapan yang dikemukakan oleh
Zakiah
Darajat bahwa, “ pendidikan adalah usaha sadar yang dijalankan oleh
seorang atau
kelompok orang agar menjadi dewasa atau menjadi tingkatan
penghidupan yang
lebih tinggi dalam arti mental”. (Zakiah Darajat, 1992:28)
Tujuan pendidikan adalah usaha untuk memanusiakan manusia,
yakni
upaya pembelajaran untuk membentuk pribadi dan karakter manusia
mulia dan
berkesadaran sebagai makhluk dalam hubungannya dengan sesama
manusia,
lingkungan dan Sang Penciptanya. Salah satu hal yang sangat urgen
untuk
diperhatikan dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran adalah
strategi
pembelajaran. Strategi pembelajaran akan berpengaruh terhadap sikap
dan respon
peserta didik dalam menerima pelajaran. (Zainal Aqib, 2017:5)
Beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwasanya
pendidikan
adalah usaha sadar terprogram yang dijalankan oleh seorang atau
kelompok dan
berlangsung seumur hidup untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
Dalam
membentuk kepribadian dan perubahan tingkah laku seseorang ialah
melalui
pendidikan baik secara formal disekolah maupun secara
nonformal.
Istilah strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategia,
strategi
merupakan sebuah perencanaan yang panjang untuk berhasil dalam
mencapai
suatu keuntungan. (Martinis Yamin, 2012:64)
Strategi juga didefinisikan sebagai suatu garis besar haluan
bertindak
untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Dalam organisasi
strategi adalah
seperangkat pandangan-pandangan, pendirian-pendirian,
prinsip-prinsip atau
norma-norma yang ditetapkan untuk keperluan. (Abin Syamsudin Makmun
dalam
buku Martinis Yamin, 2000:220)
Strategi merupakan suatu acuan dalam memposisikan proses kegiatan
melalui
langkah-langkah yang tepat, terpola, dan terencana sehingga
terciptanya standar
pemebelajaran yang bermutu dan tercapainya tujuan pembelajaran
yang
dikehendaki.
Menurut Yusuf Hadi Miarso (2005:545), pembelajaran adalah suatu
usaha
yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar
atau terjadi
perubahan yang relatif menetap pada diri orang lain. Usaha tersebut
dapat
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang memilki
kemampuan atau
kompetensi dalam merancang atau mengembangkan sumber belajar
yang
diperlukan.
penyajian informasi, persediaan contoh-contoh, latihan-latihan, dan
umpan balik.
(Martinis Yamin, 2012:65)
diarahkan pada hasil belajar tertentu.
Menurut Walter (1996:96), mendefinisikan pembelajaran sebagai
intervensi pendidikan yang dilaksanakan dengan tujuan tertentu,
bahan atau
prosedur yang ditergetkan pada pencapaian tujuan tersebut, dan
pengukuran yang
menentukan perubahan yang dinginkan pada perilaku.
Paparan diatas, dapat diketahui bahwa pembelajaran bukan
menitik
beratkan pada “apa yang dipelajari”, melainkan pada “bagaimana
membuat
pelajar mengalami proses belajar”, yaitu dengan cara
pengorganisasian materi,
cara penyampaian pelajaran, dan cara mengelola pembelajaran.
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang
harus
dikerjakan oleh pendidik dan peserta didik agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai
secara efektif serta efisien. (Saur Tampubolon, 2014:82)
Penggunaan strategi dalam kegiatan pembelajaran sangat perlu
karena
untuk mempermudah proses pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil
yang
optimal. Tanpa strategi yang jelas, proses pembelajaran tidak akan
terarah
sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sulit tercapai
secara optimal,
dengan kata lain pembelajaran tidak dapat berlangsung secara
efektif dan efisien.
(Made Wena, 2009:2)
komponen-komponen umum dari seperangkat bahan pembelajaran dan
prosedur-
prosedur yang akan digunakan bersama bahan-bahan tersebut untuk
menghasilkan
hasil belajar tertentu pada siswa.
Paradigma lama dalam proses pembelajaran adalah guru memberi
pengetahuan pada siswa secara pasif. Dalam konteks pendidikan,
paradigma lama
ini juga berarti jika seseorang mempunyai pengetahuan dan keahlian
dalam suatu
bidang, ia pasti akan dapat mengajar, ia tidak perlu menuangkan apa
yang
diketahuinya ke dalam botol kosong yang siap menerimanya. Banyak
guru masih
menganggap paradigma ini sebagai satu-satunya alternatif. Mereka
mengajar
dengan strategi ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam, dengar,
catat, dan
hafal. (Lie, 2002)
pembelajaran pada sebagian besar jenjang pendidikan. Guna mengatasi
masalah
tersebut dapat dilakukan dengan cara meningkatkan keikutsertaan
peserta didik
secara aktif dalam kegiatan proses belajar mengajar. Seperti
dikemukakan Kemp
(1979) bahwa perlu adanya kegiatan belajar mengajar sebagai
pendorong peserta
didik untuk aktif berpartisipasi.
operasional suatu strategi pembelajaran. Namun, belum tentu seorang
guru akan
mampu berhasil menerapkan strategi tersebut dalam pelaksanaan
pembelajaran
dikelas. Keberhasilan guru merupakan suatu strategi pembelajaran,
sangat
tergantung dari kemampuan guru menganalisis kondisi pembelajaran
yang ada,
seperti tujuan pembelajaran, karakteristik siswa, kendala sumber
belajar, dan
karakteristik bidang studi. Hasil analisis terhadap kondisi
pembelajaran tersebut
dapat dijadikan pijakan dasar dalam menentukan strategi
pembelajaran yang akan
digunakan. (Made Wena ,2009:14)
metode-metode dan strategi-strategi baru terus dikembangkan,
banyak
bermunculan teori-teori baru yang dibuat dengan tujuan
mengefektifkan kegiatan
belajar mengajar yang saat ini sering disebut dengan pembelajaran
kooperatif
(Cooperative Learning). Dengan aktifnya siswa dalam kegiatan
pembelajaran
diharapkan hasil pembelajaran dan prestasi siswa dapat meningkat
dan kegiatan
pembelajaran lebih bermakna. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa
pembelajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) melalui pembelajaran
kooperatif
ternyata lebih efektif daripada pembelajaran oleh pengajar. (Lie,
2002)
Melalui pembelajaran kooperatif akan memberi kesempatan pada
siswa
untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas
terstruktur. Melalui
pembelajaran kooperatif pula, seorang siswa akan menjadi sumber
belajar bagi
temannya yang lain. Lie (2002) mengatakan bahwa pembelajaran
kooperatif
dikembangkan dengan dasar asumsi bahwa proses belajar akan lebih
bermakna
jika peserta didik dapat saling mengajari. Walaupun dalam
pembelajaran
kooperatif siswa dapat belajar dari dua sumber belajar utama, yaitu
pengajar dan
teman belajar lainnya.
kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar
pembelajaran
kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling
mengajar
sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran
kooperatif siswa
pandai mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan.
Siswa yang
sebelumnya terbiasa bersikap pasif setelah menggunakan pembelajaran
kooperatif
akan terpaksa berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh
anggota
kelompoknya. (Made Wena, 2009:198)
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang memfokuskan
pada
belajar tim agar siswa saling membantu satu sama lainnya dalam
mempelajari
materi pembelajaran. Fungsi dari pemebelajaran kooperatif adalah
menumbuhkan
kesadaran bahwa siswa perlu belajar untuk berfikir, menyelesaikan
masalah dan
mengembangkan ide serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan
mereka.
(Robert E Slavin, 2010:5)
(STAD) ini merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang
paling
sederhana dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi
guru
yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.
STAD adalah salah satu pendekatan ynag mengutamakan siswa untuk
aktif
melalui tim tertentu. STAD mewajibkan individu untuk memberikan
yang terbaik
untuk timnya. Pada pendekatan ini terdapat beberapa komponen yakni
presentasi
kelas, kerja tim, skor kemajuan individual dan penghargaan tim
(Ibrahim, dkk.,
2000:20)
Fakta empiris yang ditemukan peneliti ketika melakukan observasi
awal
pada bulan November di SMP Baiturrahim Kota Jambi dan mengamati
proses
belajar mengajar di kelas serta data nilai yang akan diteliti di
kelas VIII A ini
terdapat beberapa permasalahan dalam pendidikan yaitu rendahnya
hasil belajar
siswa pada suatu bidang tertentu yaitu Akidah Akhlak yang terjadi
di SMP
Baiturrahim Kota Jambi. Hal ini terlihat dari data nilai ulangan
harian kelas, siswa
yang mendapatkan nilai di atas KKM (<70/85%) yakni sebanyak 3
orang dari 22
siswa, selebihnya di bawah KKM (19 siswa). Selain itu, masih banyak
masalah-
masalah yang dihadapi dalam pembelajaran akidah akhlak. Diantaranya
adalah
motivasi belajar siswa yang rendah, interaksi antar siswa tidak ada
karena guru
masih mendominasi sehingga proses belajar yang berlangsung masih
monoton,
kemampuan mengahafal juga rendah.
Pendidik yang bijaksana, sudah barang tentu akan terus mencari
solusi
untuk mengantisipasi hal tersebut. Mencari strategi pembelajaran
yang lebih
efektif dan efesien dalam menerapkan dasar-dasar kependidikan
yang
berpengaruh dalam mempersiapkan peserta didik secara mental, moral
dan
spiritual, sehingga peserta didik dapat mencapai kematangan yang
sempurna,
memiliki wawasan yang luas dan berkepribadian integral.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk
melakukan
penelitian dengan mengangangkat judul “ Penerapan Strategi
Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD dalam Meningkatkan Hasil Belajar Akidah
Akhlak
Siswa Kelas VIII A di SMP Baiturrahim Kota Jambi “.
B. Identifikasi Masalah
masalah sebagai berikut :
1. Rendahnya hasil belajar siswa pada suatu bidang mata
pelajaran
tertentu yaitu Akidah Akhlak siswa kelas VIII .
2. Nilai ulangan harian akidah akhlak siswa kelas VIII, rata-rata
masih
mendapatkan nilai di bawah KKM.
3. Motivasi belajar siswa yang rendah terhadap mata pelajaran
akidah
akhlak siswa kelas VIII.
4. Interaksi antar siswa tidak ada karena guru masih
mendominasi
sehingga proses belajar yang berlangsung masih monoton.
5. Kurangnya variasi model pembelajaran dalam proses belajar
mengajar.
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini agar tidak menyimpang dari tujuan semula maka
perlu
adanya pembatasan masalah yaitu, penelitian ini difokuskan pada
Penerapan
Strategi Pembelajaran Kooperatif untuk meningkatkan hasil belajar
siswa.
Sedangkan tipe yang digunakan pada model pembelajaran kooperatif
dibatasi
pada tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). Hasil belajar
pada Mata
Pelajaran Akidah Akhlak yang menjadi penelitian ini adalah hasil
pembelajaran
akidah akhlak VIII A semester II (genap). Fokus materi pembelajaran
yang akan
digunakan adalah “Menghindari Perilaku Tercela”.
D. Rumusan Masalah
penelitian ini yaitu :
Achievement Divisions (STAD) berpengaruh terhadap meningkatnya
hasil
belajar akidah akhlak siswa ?
1. Tujuan penelitian
meningkatkan hasil belajar akidah akhlak siswa.
2. Kegunaan Penelitian
ini di harapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara
langsung
maupun tidak langsung adapun kegunaan penelitian ini adalah
sebagai
berikut.
cara meningkatkan hasil belajar melalui Penerapan Strategi
Pembelajaran
Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) kelas
VIII
di SMP Baiturrahim Kota Jambi.
2) Bagi pendidik dan calon pendidik
Sebagai sumbangan pemikiran tentang berbagai cara dan solusi
dalam Menerapkan Strategi Pembelajaran Kooperatif tipe Student
Teams
Achievement Division (STAD) pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak
dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa kelas VIII di SMP
Baiturrahim
Kota Jambi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Division (STAD)
Istilah strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategia,
strategi
merupakan sebuah perencanaan yang panjang untuk berhasil dalam
mencapai
suatu keuntungan. Strategi juga didefinisikan sebagai suatu garis
besar haluan
bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan (Matinis
Yamin,
2012:64)
penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu
peperangan.
Seorang yang berperang dalam mengatur strategi, untuk
memenangkan
peperangan sebelum melakukan suatu tindakan, ia akan menimbang
bagaimana
kekuatan pasukan yang dimilkinya baik dilihat dari kuantitas maupun
kualitasnya.
Setelah semuanya diketahui, kemudian ia menyususn tindakan yang
harus
dilakukan, baik taktik dan teknik peperangan maupun waktu yang
tepat untuk
melakukan suatu serangan. (Khairu Ahmadi,2011:10)
Newman dan Logan (dalam Abin Syamsuddin Makmun, 2000:220).
Menggaris bawahi strategi dalam empat cangkupan, yaitu:
a. Mengidentifikasikan dan menetapkan spesifikasi dan
kualifikasi
hasil (output) seperti apa yang harus dicapai dan menjadi
sasaran
(target) usaha itu, dengan mempertimbangkan apirasi dan
selera
masyarakat yang memerlukannya.
mencapai sasaran tersebut.
yang akan ditempuh sejak titik awal sampai kepada titik akhir
dimana tercapainya sasaran tersebut.
patokan ukuran (standard) yang bagaimana dipergunakan dalam
mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha
tersebut.
kegiatan melalui langkah-langkah yang tepat, terpola, terencana
sehingga
terciptanya standar pembelajaran yang bermutu dan tercapai tujuan
pembelajaran
yang dikehendaki. Oleh karena itu, dalam menyusun strategi
perlu
memperhitungkan berbagai faktor, baik dari dalam maupun dari luar.
Begitu pula
dengan sekolah/madrasah yang memerlukan strategi untuk bersaing
dengan
sekolah/madrasah-madrasah yang lain.
disamping kurikulum, konseling, administrasi, dan evaluasi
(Reigeluth dalam
buku Martinis Yamin, 2012:65)
merupakan persiapan kejadian-kejadian eksternal dalam suatu situasi
belajar
dalam rangka memudahkan pebelajar belajar, menyimpan (kekuatan
mengingat
informasi), atau mentransfer pengetahuan dan keterampilan.
Menurut Yusuf Hadi Miarso (2004;545), pembelajaran adalah
suatu
usaha yang disengaja,bertujuan dan terkendali agar orang lain
belajar atau terjadi
perubahan yang relatif menetap pada diri seseorang atau sekelompok
orang yang
memiliki kemampuan atau kompetensi dalam merancang atau
mengembangkan
sumber belajar yang yang diperlukan. Dapat pula dikatakan bahwa
pembelajaran
adalah usaha yang dilakukan oleh pendidik atau orang dewasa lainnya
untuk
membuat pebelajar dapat belajar dan mencapai hasil belajar yang
maksimal.
Smith dan Ragan (1993;4) menyatakan bahwa pembelajaran adalah
desain dan pengembangan penyajian informasi dan aktivitas-aktivitas
yang
diarahkan pada hasil belajar tertentu.
Anglin menegaskan bahwa pembelajaran (intruction) terjadi di luar
diri
pebelajar yaitu sebagai suatu cara mengorganisir, memberikan
informasi bagi
pebelajar yang dapat melibatkan apapun unsur-unsur yang penting
seperti
penyajian informasi, persediaan contoh-contoh, latihan-latihan, dan
umpan balik.
(Martinis Yamin, 2012:65)
pendidikan yang dilaksanakan dengan tujuan tertentu, bahan atau
prosedur yang
ditargetkan pada pencapaian tujuan tersebut, dan pengukuran yang
menentukan
perubahan yang diinginkan pada perilaku. Dengan membandingkannya
dengan
istilah kurikulum, Snelbecker, seperti yang dikutip oleh Reigeluth
(1999;6),
menyatakan bahwa perbedaan utama antara kurikulum dan pembelajaran
adalah
bahwa kurikulum berkaitan dengan apa yang diajarkan sedangkan
pembelajaran
berkaitan dengan bagaimana mengajarkannya.
yang dapat membuat pebelajar untuk mendapat
keterampilan-keterampilan,
pengetahuan, atau sikap-sikap, dan pebelajar senang belajar dalam
pembelajaran
tersebut. Menurut Vygosky, suatu pembelajaran yang efektif apabila
pembelajar
itu melanjutkan pengembangan-pengembangan. (Gege dan Berliner,
1992; 123)
Variabel pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu
:
1) Kondisi (conditions) pembelajaran,
3) Hasil (outcomes) pembelajaran.
1) Tujuan dan karakteristik bidang studi,
2) Kendala dan karakteristik bidang studi, dan
3) Karakteristik siswa.
1) Strategi pengorganisasian (organizational strategy),
2) Strategi penyampaian (delivery strategy), dan
3) Strategi pengelolaan (management strategy)
Variabel hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga,
yaitu :
1) Keefektifan (effevtiveness)
variabel tersebut, atara lain :
2) Kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan inti
pembelajaran,
3) Kemampuan guru melakukan penilaian pembelajaran,
4) Kemampuan guru menutup pembelajaran, dan
5) Faktor penunjang lainnya.(Made Wena, 2009:21)
Uraian diatas, dapat diketahui bahwa pembelajaran merupakan
upaya
sadar untuk menuju pada perubahan yang lebih baik atau perubahan
yang relatif
permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari
pengalaman atau
latihan yang diperkuat. Adapun strategi yang diterapkan dalam
kegiatan
pembelajaran disebut strategi pembelajaran.
pengulangan belajar dalam suatu proses pembelajaran.lebih lanjut
dikemukakan
bahwa strategi pembelajaran berkaitan erat dengan situasi belajar
yang sering
digambarkan sebagai model pembelajaran (Paulina Pannen,
1999;93)
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang
harus
dikerjakan oleh pendidik dan peserta didik agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai
secara efektif serta efisien. (Saur Tampubolon, 2014,82)
Menurut Reigeluth (1999; 400) bahwa strategi pembelajaran
sebagai
metode-metode untuk memanipulasi unsur-unsur bahan-bahan
pengetahuan.
Kindsvatter juga mengemukakan bahwa sebuah strategi pembelajaran
merupakan
kombinasi metode yang dirancang untuk mencapai tujuan
pembelajaran
(Kindsvatter, Wile, and Ishler 1996;168).
Menurut Yusuf Hadi Miarso (2004;23) mendefinisikan strategi
pembelajaran sebgai pendekatan menyeluruh dalam suatu sistem
pembelajaran
yang berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk mencapai
tujuan umum
pembelajaran yang dijabarkan dalam pandangan dan falsafah atau
teori belajar
tertentu.
pembelajaran yang berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan
untuk
mencapai tujuan umum pembelajaran, yang dijabarkan dari pandangan
falsafah
atau teori belajar tertentu. Berikut pendapat para ahli berkaitan
dengan pengertian
strategi pembelajaran.
a. Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik
agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan
efisien.
b. Kozma dalam Sanjaya (2007) secara umum menjelaskan bahwa
strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang
dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada
peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran
tertentu.
c. J. R. David (1976) mengemukakan bahwa: strategi diartikan
sebagai a plan, method, or series of activities designed to
achieves a particular educational goal. Artinya adalah suatu
rencana, metode atau rangkaian kegiatan yang didesain untuk
mencapai tujuan pendidikan.
d. Wina Sanjaya (2006) menyatakan bahwa strategi pembelajaran
merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan
metode dan pemanfaatan sebagai sumber daya atau kekuatan dalam
pembelajaran.
Secara teoritis seorang guru telah paham tentang
langkah-langkah
operasional suatu strategi pembelajaran. Namun, belum tentu seorang
guru akan
mampu berhasil menerapkan strategi tersebut dalam pelaksanaan
pembelajaran
dikelas. Keberhasilan guru merupakan suatu strategi pembelajaran,
sangat
tergantung dari kemampuan guru menganalisis kondisi pembelajaran
yang ada,
seperti tujuan pembelajaran, karakteristik siswa, kendala sumber
belajar, dan
karakteristik bidang studi. Hasil analisis terhadap kondisi
pembelajaran tersebut
dapat dijadikan pijakan dasar dalam menentukan strategi
pembelajaran yang akan
digunakan. (Made Wena ,2009:14)
Beberapa definisi di atas maka penulis mengambil suatu konklusi
bahwa
strategi pembelajaran adalah suatu cara atau siasat yang telah
direncanakan oleh
guru yang di dalamnya meliputi metode, teknik dan taktik untuk
mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan. Artinya bahwa strategi
pembelajaran sifatnya
masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan
berbagai
metode, teknik dan taktik.
kerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran
kooperatif
(cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara
siswa belajar
dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif, yang
anggotanya
terdiri dari 4 sampai dengan 6 orang, dengan struktur kelompok
bersifat
heterogen.(Abdul Majid, 2013:174)
kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar
pembelajaran
kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling
mengajar
sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran
kooperatif siswa
yang pandai mengajarkan kepada siswa yang kurang pandai tanpa
merasa
dirugikan. Siswa yang kurang pandai dapat belajar dalam suasana
yang
menyenangkan karena banyak teman yang membantu dan memotivasinya.
Siswa
yang sebelumnya terbiasa bersikap pasif setelah menggunakan
pembelajaran
kooperatif akan terpaksa berpartisipasi secara aktif agar bisa
diterima oleh
anggota kelompoknya.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar
menciptakan interaksi silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa
bukan hanya
guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa (Made Wena,
2009:189)
Menurut Lie (2002) pembelajaran kooperatif adalah sistem
pembelajaran
yang memberi kesempatan kepada siswa dalam tugas-tugas yang
terstruktur, dan
dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator.
Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk
meningkatkan
partisipasi peserta didik, memfasilitasi peserta didik dengan
pengalaman sikap
kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok serta
memberikan
kesempatan pada peserta didik untuk berinteraksi dan belajar
bersama-sama dan
saling membantu dengan latar belakang yang berbeda demi
keberhasilan
kelompok. (Ali Mudlofir, 2016:83)
Sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Quran Surat Al-Maidah ayat 2
:
...
“ ... bertolong-tolonglah kalian dalam kebaikan dan takwa, dan
jangan tolong- menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran, dan
bertakwalah kamu kepada Allah SWT, sesungguhnya Allah SWT sangat
berat siksanya”. (Q.S. Al- Maidah:2)
Eggen dan Kauchak (1993:319) mendefinisikan strategi
pembelajaran
kooperatif sebagai sekumpulan strategi mengajar yang digunakan guru
agar
peserta didik saling membantu dalam mempelajari sesuatu. Oleh
karena itu,
belajar kooperatif ini juga dinamakan “belajar teman sebaya”.
Menurut Slavin (1997), strategi pembelajaran kooperatif
merupakan
metode pembelajaran dengan peserta didik bekerja sama dalam
kelompok yang
memilki kemampuan heterogen.
kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada
sikap atau
perilaku bersama dalam bekerja sama atau membantu diantara sesama
dalam
struktur kerja sama yang teratur pada kelompok yang terdiri atas
dua orang atau
lebih, keberhasilan kerja sama sangat dipengaruhi oleh keterlibatan
setiap anggota
kelompok itu sendiri.
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya
terdapat
elemen-elemen yang saling terkait. Menurut Nurhadi & Senduk
(2003) dan Lie
(2002) ada berbagai elemen yang merupakan ketentuan pokok
dalam
pembelajaran kooperatif, yaitu (a) saling ketergantungan positif
(positive
interdepedence); (b) interaksi tatap muka (face to face
interaction); (c)
akuntabilitas individual (individual accountabillity); dan (d)
keterampilan untuk
menjalin hubungan antarpribadi atau keterampilan sosial yang secara
sengaja
diajarkan (use of collarative/social skill)
1) Saling Ketergantungan Positif
mampu menciptakan suasana belajar yang mendorong agar siswa
merasa saling membutuhkan. Siswa yang satu membutuhkan siswa
yang lain, demikian pula sebaliknya. Dalam hal ini kebutuhan
antara
siswa tentu terkait dengan pembelajaran (bukan kebutuhan yang
berada di luar pembelajaran).
siswa yang lain inilah yang disebut dengan saling
ketergantungan
positif. Dalam pembelajaran kooperatif setiap anggota kelompok
sadar
bahwa mereka perlu bekerja sama dalam mencapai tujuan.
Suasana
saling ketergantungan tersebut dapat diciptakan melalui
berbagai
strategi, yaitu sebagai berikut.
(c) saling ketergantungan bahan atau sumber belajar.
(d) saling ketergantungan peran.
(e) saling ketergantungan hadiah.
2) Interaksi tatap muka
saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog,
tidak
hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa
(Nurhadi&Senduk, 2003). Jadi dalam hal ini, semua anggota
kelompok berinteraksi saling berhadapan, dengan menerapkan
keterampilan bekerja sama untuk menjalin hubungan antar
sesama
anggota kelompok.
aktivitas dasar seperti bertanya, menjawab pertanyaan,
menunggu
dengan sabar teman yang sedang memberi penjelasan, berkata
sopan,
meminta bantuan, memberi penjelasan, dan sebgainya. Pada
proses
pembelajaran yang demikian para siswa dapat saling menjadi
sumber
belajar sehingga sumber belajar lebih bervariasi.
3) Akuntabilitas Individual
dalam bentuk kelompok, maka setiap anggota harus belajar dan
menyumbangkan pikiran demi keberhasilan pekerjaan kelompok.
Untuk mencapai tujuan kelompok (hasil belajar kelompok),
setiap
siswa (individu) harus bertanggung jawab terhadap penguasaan
materi
pembelajaran secara maksimal, karena hasil belajar kelompok
didasari
atas rata-rata nilai individu.
Tanpa adanya tanggung jawab individu, keberhasilan kelomook
akan
sulit tercapai.
Pembelajaran kooperatif dituntut untuk membimbing siswa
agar dapat berkolaborasi, bekerja sama dan bersosialisasi
antaranggota
kelompok. Dengan demikian, dalam pembelajaran kooperatif,
keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap
teman,
mengkritik iden dan bukan mengkritik teman, berani
mempertahankan
pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan
berbagai
sifat lainnya yang bermanfaat dalam menjalin hubungan
antarpribadi
tidak hanya diasumsikan, tetapi secara sengaja diajarkan oleh
guru.
(Made Wena, 2009:192)
Menurut Lie (2002) ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan
dalam
pengelolaan kelas model pembelajaran kooperatif, yaitu (a)
pengelompokkan, (b)
semangat pembelajaran kooperatif, dan (c) penataan ruang kelas.
Ketiga faktor
tersebut harus diperhatikan dan dijadikan pijakan dasar oleh guru
dalam
menerapkan pembelajaran kooperatif dalam kelas. Tanpa memerhatikan
masalah
tersebut, tujuan-tujuan pembelajaran kooperatif sulit
tercapai.
c. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif
berikut:
1. Siswa bekerja dalam kelompok untuk menuntaskan materi belajar.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki keterampilan
tinggi,
sedang, dan rendah (heterogen). 3. Apabila memungkinkan, anggota
kelompok berasal dari ras, budaya,
suku, dan jenis kelamin yang berbeda. 4. Penghargaan lebih
mendominasi pada kelompok daripada individu
(Ibrahim, dkk., 2000:6)
dari pengalaman mereka dan partisipasi aktif dalam kelompok kecil
membantu
siswa belajar keterampilan sosial, sementara itu secara
bersamaan
mengembangkan sikap demokrasi dan keterampilan berpikir
logis.
d. Strategi Pengertian Pembelajaran Kooperative Tipe STAD
Strategi Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams
Achievement
Division) dikembangkan pertama kali oleh Robert Slavin dan
teman-temannya di
Universitas John Hopkins, dan merupakan model pembelajaran
kooperatif paling
sederhana (Ibrahim,dkk., 2000:6). Masing-masing kelompok
memiliki
kemampuan akademik yang heterogen (Development MA Project,
2002:31),
sehingga dalam satu kelompok akan terdapat satu siswa berkemampuan
tinggi,
dua orang berkemampuan sedang, dan satu siswa lagi berkemampuan
rendah.
STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang
paling
sederhana, dan merupakan model paling baik untuk tahap permulaaan
bagi guru
yang baru menggunakan pendekatan kooperatif (Slavin, 2010:143).
Para guru
menggunakan metode STAD untuk mengajarkan informasi akademik baru
kepada
siswa setiap minggu, baik melalui pengajaran verbal maupun tertulis
(Ibrahim,
dkk., 2000:20)
Langkah-langkah/pelaksanaan strategi pembelajaran kooperatif tipe
STAD
adalah sebagai berikut:
beranggotakan empat atau lima orang yang beragam kemampuan,
jenis kelamin dan sukunya.
c) Kegiatan Kelompok, siswa-siswa di dalam kelompok itu
memastikan
bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran
tersebut.
tersebut. Mereka tidak dapat membantu satu sama lain.
e) Nilai-nilai hasil kuis siswa dibandingkan dengan rata-rata nilai
hasil
individu.
pada beberapa tinggi peningkatan yang bisa mereka capai atau
seberapa tinggi nilai itu melampaui nilai mereka sebelumnya.
(Made
Wena, 2009:193)
e. Komponen utama STAD
STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu presentasi kelas, tim,
kuis,
skor kemajuan individual, rekognisi tim (Slavin , 2010:185). Kelima
komponen
tersebut dapat dilihat dari uraian berikut ini :
a) Presentasi kelas
dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang
seringkali dilakukan
atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga
memasukkan
presentasi audiovisual. Perbedaan presentasi kelas dengan
pengajaran biasa
hanyalah harus benar-benar berfokos pada unit STAD.
Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus
benar-
benar memberi perhatian penuh selam persentasi kelas, kerena dengan
demikian
akan sangat membantu mereka dalam mengerjakan kuis, dan skor kuis
mereka
membantu skor tim mereka.
b) Tim
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian
dari
kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, etnisitas.
Fungsi utama dari
tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar
belajar, dan
lebih khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk
bisa
mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya,
tim
berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi
lainnya.
c) Kuis
Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan
presentasi
dan sekitar satu atau dua periode praktek tim, para siswa akan
mengerjakan kuis
individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu
dalam
mengerjakan kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara
individu untuk
memahami materinya
Skor yang diperoleh setiap anggota dalam kuis akan berkontribusi
pada
kelompok mereka, dan ini didasarkan pada sejauh mana skor mereka
telah
meningkat dibandingkan dengan skor rata-rata awal yang mereka capai
pada kuis
yang lalu. Jika guru menggunakan STAD setelah guru melakukan tiga
kuis atau
lebih, gunakanlah skor rata-rata sebagai skor awal. Berdasarkan
skor awal setiap
individu ditentukan skor peningkatan/perkembangan. Rata-rata
skor
peningkatan/perkembangan dari tiap individu dalam suatu kelompok
akan
digunakan untuk menentukan penghargaan bagi kelompok yang
berprestasi.
f. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD
Kelebihan pembelajaran koperatif menurut Jarolimek& Parker
(1993)
adalah sebagai berikut:
2) Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu.
3) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.
4) Tercipta suasana kelas yang menyenangkan sehingga membuat siswa
merasa rileks.
5) Terjalinnya hubungan hangat dan bersahabat antara siswa dengan
guru.
6) Siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan
pengalaman emosi yang menyenangkan.
Selain berbagai kelebihan, model STAD ini juga memiliki
kelemahan.
Semua model pembelajaran memang diciptakan untuk memberi manfaat
yang
baik atau positif pada pembelajaran, tidak terkecuali model STAD
ini. Namun,
terkadang pada sudut pandang tertentu, langkah-langkah model
tersebut tidak
menutup kemungkinan terbukanya sebuah kelemahan, seperti yang
dipaparkan di
bawah ini.
menggunakan model ini membutuhkan waktu yang relatif lama,
dengan
memperhatikan tiga langkah STAD yang menguras waktu seperti
penyajian materi dari guru, kerja kelompok dan tes
individual/kuis.
Penggunaan waktu yang lebih lama dapat sedikit diminimalisir
dengan
menyediakan lembar kegiatan siswa (LKS) sehingga siswa dapat
bekerja
secara efektif dan efisien. Sedangkan pembentukan kelompok
dan
penataan ruang kelas sesuai kelompok yang ada dapat dilakukan
sebelum
kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Dengan demikian, dalam
kegiatan
pembelajaran tidak ada waktu yang terbuang untuk pembentukan
kelompok dan penataan ruang kelas.
2) Model ini memerlukan kemampuan khusus dari guru. Guru
dituntut
sebagai fasilitator, mediator, motivator dan evaluator (Isjoni,
2010:62).
Dengan asumsi tidak semua guru mampu menjadi fasilitator,
mediator,
motivator dan evaluator dengan baik. Solusi yang dapat di
jalankan
adalah meningkatkan mutu guru oleh pemerintah seperti
mengadakan
kegiatan-kegiatan akademik yang bersifat wajib dan tidak
membebankan
biaya kepada guru serta melakukan pengawasan rutin secara
insindental.
Disamping itu, guru sendiri perlu lebih aktif lagi dalam
mengembangkan
kemampuannya tentang pembelajaran.
a. Pengertian Hasil Belajar
(DEPDIKNAS, 2005:155)
indikator tentang nilai dari penggunaan strategi pembelajaran di
bawah kondisi
yang berbeda. (Made Wena, 2009:6)
Menurut Hamalik hasil belajar adalah sebagai tingkat penguasaan
yang
dicapai oleh pelajar dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai
dengan
tujuan pendidikan yang ditetapkan.(Hamalik, 2004:49)
Untuk mengetahui perkembangan sampai dimana hasil yang telah
dicapai
oleh seseorang dalam belajar, maka harus dilakukan evaluasi. Untuk
menentukan
kemajuan yang dicapai maka harus ada kriteria (patokan) yang
mengacu pada
tujuan yang telah ditentukan sehingga dapat diketahui seberapa
besar
pengaruhtrtegi pembelajaran terhadap hasil belajar siswa.
Hasil belajar siswa menurut W. Winkel (1989:82) adalah
keberhasilan
yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa disekolah
yang diwujudkan
dalam bentuk angka.
Menurut Winarno Surakhmad (1980:25) hasil belajar siswa bagi
kebanyakan orang berarti ulangan, ujian, atau tes. Maksud ulangan
tersebut ialah
untuk memperoleh suatu indek dalam menentukan keberhasilan
siswa.
Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
hasil
belajar adalah perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai
penguasaan
atas sejumlah pembelajaran yang diberikan dalam proses belajar
mengajar.
Pencapaian tersebut didasarkan atas tujuan pengajaran yang telah
ditetapkan.
Hasil itu dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, guru perlu
mengadakan
tes formatif pada setiap menyajikan suatu bahasan kepada siswa.
Penilaian
formatif ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai
tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.
Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai hal. Secara umum
hasil
belajar dipengaruhi 2 faktor yakni :
1) Faktor internal (faktor dalam diri).
Faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar yang pertama
adalah aspek Fisiologis. Untuk memperoleh hasil belajar yang
baik,
kebugaran tubuh dan kondisi panca indera perlu dijaga dengan cara
:
makanan/minuman bergizi, istirahat, olahraga. Adapun aspek
psikologis
yang meliputi : intelegensi, sikap, bakat, minat, motivasi
dan
kepribadian.
Faktor ini meliputi : lingkungan sosial dan non-sosial. Faktor
sosial
(teman, guru, keluarga, dan masyarakat) yaitu lingkungan
dimana
seseorang bersosialisasi, bertemu dan berinteraksi dengan
manusia
disekitarnya.
(cuaca). Non-sosial seperti halnya kondisi rumah (secara fisik),
apakah
rapi, bersih, aman, terkendali dari gangguan yang menurunkan
hasil
belajar.
Dari paparan diatas dapat diketahui bahwasanya keberhasilan belajar
dapat
dilihat dari berbagai faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar
yakni, faktor
internal dan eksternal.
aqdan” berarti simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh. (Yunahar,
1995:1) Beberapa
tokoh lain memberikan pengertian seperti berikut, dimana pengertian
itu tidak
jauh berbeda seperti: Mahmud al-Khalidi, lafaz al-„aqidah, berarti
al-maqudah,
yaitu sesuatu yang diikat. Sementara menurut Luayyi Safi, mengikat
dan
mengokokohkan perjanjian, yang juga berarti pembenaran (al-tasdik),
keyakinan
(al-taykin) dan kepastian (al-jazm). (Muhammad Maghfur, 2002 :
244)
Sedangkan secara terminologis diartikan sebagai kepercayaan
dan
keyakinan. Dan menurut Fathi Salim, kata “aqidah” berarti qolbu
yang dibenarkan
akal. Maksud keyakinan qolbu adalah keyakinan wijdan (hati). Hati
(qolbu)
dinyatakan yakin jika pembenaran (tasdik), tanpa ada sedikitpun
penefian (nafy).
Inilah yang oleh Mahmud Syaltut disebut al-Itiqadal-jazim
(keyakinan bulat).
Dari penjelasan di atas maka dapat dipahami aqidah merupakan
sesuatu
yang sangat mendasar, karena bahasanya mengenai pokok-pokok dalam
ajaran
Islam dalam hal keimanan, seperti: iman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan iman kepada Qada
dan Qadar.
Kesemuanya itu menyangkut masalah keyakinan yang tidak boleh
bercampur
dengan keraguan.
Pengertian akhlak menurut etimologis adalah perkataan “akhlak”
berasal
dari bahasa Arab jama dari “khulukun” yang menurut loghat
diartikan: budi
pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut
mengandung segi-segi
persesuaian dengan perkataan “khalkun” yang berarti: kejadian,
serta erat
hubungannya dengan “khaliq” yang berarti pencipta, dan “makhluq”
yang berarti:
yang diciptakan.(Yatimin Abdullah, 2007:2)
diantaranya:
“Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih
dahulu).”
b. Imam al-Ghazali (1055-1111 M)
“Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan.”
c. Ahmad Amin
“Kebiasaan kehendak”. Berarti bahwa kehendak itu bila membiasakan
sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak. Dan bila kehendak itu
membiasakan memberi, kebiasaan kehendak ini ialah akhlak dermawan.
(Samsul Munir Amin, 2016:3)
Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa akhlak merupakan
sifat
yang tertanam dalam jiwa manusia kemudian muncul secara spontan
apabila
diperlukan untuk melakukan perbuatan atau berkehendak tanpa adanya
dorongan
dari luar.
a. Mendorong agar siswa meyakini dan mencintai akidah Islam.
b. Mendorong siswa untuk benar-benar yakin dan taqwa kepada
Allah.
c. Mendorong siswa untuk mensyukuri nikmat Allah SWT
d. Menumbuhkan pembentukan kebiasaan berakhlak mulia dan
beradat
kebiasaan yang baik.
B. Acuan Teoritis
dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari perencanaan
(planning),tindakan
(acting), pengamatan (observing), dan refleksi. Prosedur penelitian
tindakan ini
diawali dengan dilakukan penelitian pendahuluan, dilanjutkan dengan
tindakan
pertama atau siklus I yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,
observasi,
refleksi, pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas VIII, penelitian
akan
dilanjutkan dengan pemberian siklus II sebagai perbaikan.
Bagan 1.1
C. Model Tindakan
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan model
penelitian
tindakan dari Kemmis dan Mc Taggart (Arikunto, 2002:83), yang
terdiri atas
beberapa siklus. Masing-masing siklus terdiri dari perencanaan
(planning),
pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi
(reflecting) dan
revisi.
Perencanaan awal peneliti dan guru berkolaborasi bersama-sama
menelaah
terhadap mata pelajaran akidah akhlak di kelas VIII, kemudian
peneliti menyusun
rencana pembelajaran (RPP) materi pokok menghindari perilaku
tercela.
Peneliti merencanakan tindakan dalam 2 siklus. siklus pertama
ditargetkan
dapat mencapai indikator menjelaskan pengertian namimah, ananiah,
hasad, dan
ghadab, mengidentifikasi bentuk dan contoh namimah, ananiah, hasad,
dan
ghadab.
menunjukkan nilai-nilai negatif akibat perbuatan namimah, ananiah,
hasad, dan
ghadab, membiasakan diri untuk mengindari diri dari perilaku
namimah, ananiah,
hasad dan ghadab
telah dipersiapkan, yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan metode
STAD.
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Observasi dilaksanakan
bersamaan
pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah
dibuat.
4. Refleksi (reflecting)
serta dianalisis untuk mendapatkan gambaran pembelajaran yang telah
dilakukan.
D. Kerangka Berpikir
Akidah akhlak adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang keyakinan
dan
tingkah laku manusia. Akidah akhlak adalah suatu ilmu yang
berurutan dan
berjenjang. Untuk mempelajari ilmu akidah akhlak harus menggunakan
disiplin
dan cara-cara atau metode yang tepat. Langkah-langkahnya yaitu
menemukan
masalah, membuat hipotesis, melakukan eksperimen, menarik
kesimpulan, dan
menyusun teori.
positif, memecahkan masalah, merangsang dan memungkinkan siswa
untuk
mengorganisasikan belajarnya sendiri, berpikir secara mendiri serta
bekerja secara
kooperatif untuk mengembangkan kemampuan.
Untuk itu diperlukan proses pembelajaran yang dapat
mengembangkan
berbagai kemampuan siswa. Hal ini dapat dibantu dengan proses
belajar bersama
dengan teman sebaya dan guru berperan sebagai fasilitator sekaligus
moderator
dan pembimbing, melalui penerapan kooperatif tipe STAD. Melalui
strategi
kooperatif ini siswa bukan saja diberi kesempatan belajar tetapi
mengajarkan satu
sama lain sehingga diharapkan siswa mampu mengungkapkan
kemampuannya
dan berpikir sendiri untuk memberikan ilmu kepada yang lain yang
belum
mengerti.
Dari penyusunan acuan teoritis dan kerangka berpikir di atas,
maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah “jika diterapkan model
pembelajaran
kooperatif tipe STAD diduga dapat meningkatkan hasil belajar akidah
akhlak
siswa kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama Baiturrahim Kota
Jambi.”
BAB III
MEODE PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Sekolah Menengah
Pertama
Baiturrahim Kota Jambi pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas
VIII.
Penelitian ini akan dilaksakan pada semester genap 2018/2019.
B. Rancangan Tindakan
pembelajaran (RPP) ,sumber dan media pembelajaran, lembar
kerja
siswa dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.
b) Tindakan
Kooperative tipe STAD (Student Teams Achievement Division)
dengan
menerapkan tindakan yang mengacu pada RPP yang telah dibuat.
c) Observasi
peneliti,dimana secara berbarengan kolaborator/ observer
melakukan
pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran yang sedang
berlangsung
dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.
d) Refleksi
penelian pembelajaran , aktitifitas siswa,guru, hasil belajar. Jika
hasil
yang diharapkan belum tercapai maka dilakukan refleksi untuk
perbaikan yang dilakukan disiklus II.
2. Tindakan Siklus II
Kegiatan yang dilakukakan pada siklus kedua dimaksudkan
sebagai
perbaikan dari siklus pertama. Tahapan pada siklus kedua identik
dengan siklus
pertama yaitu diawali perencanaan (observation) dan refleksi. Pada
tahap ini
dilakukan refleksi terhadap siklus I dan II. Apabila hasil yang
dilakukakan sudah
mencapai target maka siklus sudah dianggap selesai.
C. Prosedur Tindakan
1. Perencanaan (Planning)
c. Menyusun kelompok belajar siswa
2. Tindakan (Acting)
disusun
a. Melakukan tes awal pada kelas sampel penelitian untuk mengetahui
kemampuan awal siswa
b. Memberi arahan tentang model pembelajaran kooperatif tipe
STAD
c. Ketika proses pembelajaran berlangsung dilakukan observasi
mengenai kinerja guru dan siswa
d. Melakukan tes akhir untuk mengetahui hasil belajar siswa sesudah
diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe STAD
3. Pengamatan (Observing)
a. Mengumpulkan data penelitian b. Melakukan diskusi dengan guru
akidah akhlak untuk membahas tentang
kelemahan atau kekurangan proses pembelajaran yang telah
dilakukan
4. Refleksi (Reflecting)
D. Teknik Pengumpulan Data
a. Melalukan skor pengamatan melalui lembar observasi siswa dan
guru
b. Siswa menyelesaikan soal tes tiap akhir siklus serta
b. Observasi yang dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung.
Hasil setiap pengamatan di diskusikan pada saat menganalisis data
dan
sangat berguna untuk menentukan tindakan pada siklus
selanjutnya.
E. Jenis dan Sumber Data
1. Sumber data dalam penelitian ini terdiri beberapa sumber yaitu
peserta
didik, guru, kolaborator.
2. Jenis data: kualitatif dan kuantitatif. Kualitatif terdiri dari
hasil
pengamatan peneliti. Sedangkan kuantitatif berasal dari lembar
kerja siswa dan
lembar soal tiap siklus.
melakukan pengukuran. Instrumen Tes sebagai alat penilaian
adalah
pertanyan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa dalam bentuk
soal
pilihan ganda dan kuis.
observasi ini berkolaborasi dengan guru kelas untuk mengumpulkan
data
mengenai kinerja guru dan keaktivasan siswa.
G. Teknik Analisis data
Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis
kuantitatif
1. Data aktivitas guru dan siswa diperoleh dai hasil observasi dan
analisis
menggunakan rumus ( Aqib,2009:42)
sm: skor maksimun
100: Bilangan tetap
berikut:
berikut :
menggunakan rumus :
ketentuan klasikal =
(Student Teams Achievement Division) STAD dalam penelitian ini
dikatakan
berhasil apabila adanya peningkatan aktivitas siswa dalam setiap
pembelajaran
dari siklus I sampai siklus II dan mencapai 70 serta peningkatan
hasil belajar
dalam setiap pembelajaran dari siklus I sampai siklus II. Adapun
kriteria
indikator keberhasilan aktivitas dan indikator keberhasilan belajar
siswa adalah
sebesar 85%.
BAB IV
Sejalan dengan perkembangan zaman dan lajunya pertumbuhan
yang
menuntut adanya peningkatan Sumber Daya Manusia yang berkualitas,
bukan saja
dari segi pengetahuan umum tetapi pengetahuan Agama. Maka
alternatif yang
ditempuh untuk mewujudkan hak tersebut adalah dengan melalui jalur
pendidikan
yang mengupayakan terjadinya transpormasi pengetahuan, sikap,
dan
keterampilan, sehingga kecerdasan manusia dapat memecahkan problem
hidup
masyarakat.
terpisahkan dalam rangka mewujudkan manusia yang berkualitas,
demikian juga
halnya dengan Yayasan Baiturrahim Kota Jambi yang mendirikan
SMP
Baiturrahim Kota Jambi yang beralamat di Jl. H. Syamsoe Bachrun No.
32 RT. 03
Kelurahan Selamat Kecamatan Danau Sipin Kota Jambi. SMP Baiturrahim
Kota
Jambi, didirikan pada tahun 1987 dengan Surat Keputusan Kepala
kantor wilayah
departemen pendidikan dan kebudayaan provinsi jambi NO.
1327/1ui.1.1/b.87.
pada awal berdirinya SMP Baiturrahim Jambi di pimpin atau di
kepalai oleh Drs.
Asrizul setelah satu tahun digantikan oleh ibu Hj. Chairunnas.
Dikarenakan ibu
Hj. Chairunnas telah memasuki masa pensiun, setelah itu SMP
Baiturrahim Kota
jambi di pimpin oleh bapak Drs.Khaidir Biran dan saat ini SMP
Baiturrahim Kota
Jambi di pimpin oleh ibu Dra. Fitri Herlina. Disamping kepala SMP
Baiturrahim
Kota Jambi mendapatkan 1 orang guru Pegawai Negri Sipil (PNS)
yang
ditugaskan oleh pemerintah untuk mengajar di SMP Baiturrahim Kota
Jambi, 4
orang pegawai tetap yang diangkat oleh Yayasan Baiturrahim Kota
Jambi, salah
satunya termasuk kepala sekolah Dra. Fitri Herlina. Jumlah siswa
SMP
Baiturrahim Kota Jambi pada tahun ajaram 2018/2019 ini keseluruhan
berjumlah
137 orang siswa yang terbagi menjadi 6 kelas.Sedangkan jumlah
seluruh guru
atau karyawan 15 orang terdiri dari 1 orang PNS.3 orang guru tetap,
dan 11 orang
guru honorer.
2) Visi dan Misi SMP Baiturrahim Kota Jambi
SMP Biaturrahim Kota Jambi yang didirikan pada tahun 1987 ini
memilki
visi dan misi sebagai berikut :
a. Visi
berbudaya, disiplin, berbudi pekerti yang luhur dalam suasana aman
dan
menyenangkan.
b) Mengembangkan pengetahuan IPTEK, bahasa, olahraga dan seni
budaya sesuai bakat, minat, dan potensi siswa.
c) Membiasakan jujur, disiplin, dan tepat waktu.
d) Mengoptimalkan proses pembelajaran aktif, kreatif,efektif
dan
menyenangkan, serta menumbuhkan nilai-nilai budi pekerti
luhur.
e) Menjalin kerja sama yang harmonis antara warga sekolah,
komite
sekolah dan lingkungannya.
Mata pelajaran di SMP Baiturrahim Kota Jambi meliputi
1. Kurikulum KTSP terdiri dari :
a. Pendidikan Agama Islam
k. Keterampilan/Teknologi informasi dan komunikasi
4) Keadaaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan
Guru di SMP Baiturrahim kota jambi mempunyai tugas utama
dalam
mengelola pembelajaran untuk disampaikan kepada siswa/i. Guru
adalah
pelaksana dan pengembangan program kegiatan proses belajar
mengajar.
Sebagaimana diketahui salah satu komponen pendidikan, guru memegang
peran
penting dalam mencapai tujuan pendidikan guru merupakan orang tua
kedua
disekolah, oleh karena itu tugas seorang guru adalah mengarahkan
siswa/i nya
untuk melakukan kebaikan baik itu berupa pengetahuan, keterampilan,
dan
perilaku yang baik yang berguna bagi mereka dalam menghadapi
tantangan dan
modal untuk menghadapi masa depan yang lebih baik dalam
kehidupan.
Pada tahun pelajaran 2013/2014 terjadi pergantian kepala sekolah
yaitu
Bapak Drs. Khaidir Biran kepada Dra. Fitri herlina pada tanggal 02
September
2013. Sedangkan jumlah Guru dan Karyawan adalah berjumlah 15 orang
yang
terdiri dari 1 orang guru PNS, 3 orang Guru tenaga tetap Yayasan
SMP
Baiturrahim Kota Jambi dan 11 orang Guru tenaga honorer.
Selanjutnya dapat
dilihat tabel berikut:
Tabel 2.1. Keadaan Guru / Karyawan di SMP Baiturrahim Kota Jambi
Tahun
Pelajaran 2018/2019
1 Dra. Fitri Herlina 196602161997022001 5433743646300142
Kepala sekolah
Bimbingan Konseling
Bendahara DIII
Jumlah siswa SMP Baiturrahim Kota Jambi pada tahun ajaran
2018/2019
secara keseluruhan berjumlah 137 orang siswa yang terbagi menjadi 6
kelas.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.2. Daftar Jumlah Siswa SMP Baiturrahim
Kota jambi Tahun Pelajaran 2018/2019
NO KELAS LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1 VII A 13 8 21
2 VII B 12 8 20
3 VIII A 16 6 22
4 VIII B 16 7 23
5 IX A 14 11 25
6 IX B 15 11 26
Total 137
Guru S1 Matematika
14 Eka Septiarini Carolina, M.Pd
Guru S2 b. inggris
5) Keadaan Sarana dan Prasarana
SMP Baiturrahim Kota Jambi sebagai lembaga formal tidak terlepas
dari
sarana dan prasarana yang dimiliki sebagai pusat pendidikan dan
pengajaran
untuk proses belajar dan mengajar berlangsung. SMP Baiturrahim kota
jambi
terletak sangat strategis sekali, karena berada di tengah-tengah
pusat kota jambi
dan juga berada di pinggir jalan. Keadaan sarana dan prasarana atau
alat-alat yang
menunjang dan membantu proses pembelajaran di SMP Baiturrahim Kota
jambi
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.3. Keadaan Sarana dan Prasarana SMP Baiturrahim
Kota Jambi Tahun 2018/2019
No Jenis Jumlah Ket
2 Ruang Kelas 6 Ruangan Baik
3 Ruang Perpustakaan 1 Ruangan Baik
4 Laboratorium IPA 1 Ruangan Baik
5 Laboratorium Komputer 1 Ruangan Baik
6 WC/ Kamar Mandi 6 Ruangan Baik
7 Komputer 9 Unit Baik
8 Mesin Copy/Printer 1 Unit Baik
9 Jam Dinding 10 Buah Baik
10 Tape Recorder 1 Buah Baik
11 Microphone 2 Buah Baik
12 Lapangan Olahraga 1 Tempat Baik
13 Alat Rabana 1 Set Baik
14 Perlengkapan Pramuka 1 Set Baik
15 Kursi dan Meja Guru 22 Set Baik
16 Kursi dan Meja Tamu 1 Set Baik
17 Kursi dan Meja Belajar 130 Set Baik
18 Lemari Kayu 8 Buah Baik
19 Papan Tulis 8 Buah Baik
20 Kantin 6 Unit Baik
21 Tempat sampah 12 Buah Baik
22 Televisi 1 Buah Baik
B. Analisis Data Penelitian Persiklus
1. Data Hasil Penelitian Pra Siklus
Sebagaimana hasil identifikasi masalah, ditemukan bahwa hasil
belajar mata
pelajaran Akidah Akhlak kelas VIII A sebelumnya dikatakan masih
rendah atau
belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu dengan
rata-rata
58,64. Hal ini diketahui dari jumlah 22 siswa yang tuntas belajar
baru 7 siswa dan
yang belum tuntas sebanyak 15 siswa. Selanjutnya untuk mengetahui
hasil pra
siklus dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 3.1 Distribusi Hasil Pretest (Pra Siklus)
No Nama Skor Keterangan
10 Kayla Syahrani 70 √
13 M. Iqbal 70 √
15 M. Rizky Zein 55 √
16 M. Royhan Febriansyah 55 √
17 M. Saufi 65 √
20 Rahmi Octavia 75 √
21 Rapel Pawansyahputra 70 √
22 Ulfa Dwiyanti 70 √
Jumlah 1290 7 15
Rata-rata Skor Tercapai 58,64
Keterangan :
Jumlah siswa yang tidak tuntas : 15
Rata-rata skor tercapai : 58,64
Pernyataan : Belum Tuntas
Berdasarkan data tersebut diatas, untuk meningkatkan hasil belajar
siswa
pada mata pelajaran Akidah Akhlak siswa kelas VIII A semester II
pada
kompetensi dasar Perilaku Tercela, maka peneliti disini akan
menggunakan
Strategi Kooperative tipe STAD yang dilaksanakan dalam dua
siklus.
Selanjutnya untuk mengetahui data Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
pada
aktivitas siswa akan dinilai di akhir proses pembelajaran yang
dilaksanakan di
kelas VIII A SMP Baiturrahim Kota Jambi pada tiap siklus dengan
menggunakan
pendekatan kualitatif. Sedangkan hasil observasi dan tes formatif
digunakan
sebagai instrumen untuk mengetahui pengaruh penggunaan startegi
kooperative
tipe STAD terhadap penigkatan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Akidah
Akhlak kompetensi dasar Perilaku Tercela.
Adapun Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata pelajaran
Akidah
Akhlak di kelas VIII A SMP Baiturrahim Kota Jambi adalah 70,
sebagai ukuran
ketuntasan individual, jika siswa tersebut memperoleh nilai ≥ 70.
Sedangkan
presentase ketuntasan belajar siswa pada kompetesi dasar Perilaku
Tercela jika
mencapai 85% siswa yang telah tuntas belajarnya.
2. Data Hasil Penelitian Siklus I
a. Tahap Perencanaan
terdiri dari :
Menyiapkan Lembar Tes Formatif Siswa
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan
pada
tanggal 04 Maret 2019 di kelas VIIIA dengan jumlah 22 siswa. Dalam
hal ini
peneliti bertindak sebagai pengajar. Adapun proses pembelajaran
mengacu pada
RPP yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan
bersamaan
dengan pelaksanaan proses belajar mengajar.
Dalam tidakan Silus I ini materi yang akan disampaikan kepada
siswa
adalah mengenai pengertian, macam-macam sifat tercela, dan
cara
menghindarinya dengan menerapkan strategi pembelajaran kooperatif
tipe STAD.
Penerapan strategi pembelajaran tersebut terdiri atas :
1) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa
sebelum
menyampaikan materi mengenai pengertian, macam-macam sifat
tercela, dan cara menghindarinya.
pelajaran yang akan di ajarkan secara singkat dan padat.
3) Guru membagi semua siswa ke dalam 5 kelompok yang
perkelompoknya terdiri atas 5 orang siswa dan siswi secara acak
dan
heterogen.
dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
5) Guru memberikan penghargaan kepada individu maupun
kelompok
terhadap nilai tertinggi dan upaya yang telah dicapai oleh
siswa.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif dengan
tujuan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar
mengajar yang
telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.2. Distribusi Hasil Tes Formatif Siklus I
No Nama Skor Keterangan
10 Kayla Syahrani 80 √
13 M. Iqbal 75 √
15 M. Rizky Zein 70 √
16 M. Royhan Febriansyah 60 √
17 M. Saufi 70 √
20 Rahmi Octavia 80 √
21 Rapel Pawansyahputra 70 √
22 Ulfa Dwiyanti 80 √
Jumlah 1510 14 8
Rata-rata Skor Tercapai 68,64
Keterangan :
Jumlah siswa yang belum tuntas : 8
Rata-rata skor tercapai : 68,64
Dari data diatas dapat dijelaskan bahwa pelajaran akidah akhlak
dengan
menerapkan strategi pembelajaran kooperratif tipe STAD diperoleh
nilai rata-rata
hasil belajar siswa adalah 68,64 dan ketuntasan belajar mencapai
63,64% atau ada
14 siswa dari 22 siswa sudah tuntas belajar. Hal tersebut
menunjukkan bahwa
pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar,
karena siswa yang
memperoleh nilai ≥70 hanya sebesar 63,64%, lebih kecil dari
presentase
ketuntasan belajar yang dikehendaki yakni sebesar 85%. Dengan
demikian, perlu
dilakukan peningkatan untuk mencapai kriteria yang telah ditetapkan
tersebut.
Sedangkan lembar pengamatan aktivitas guru dalam pembelajaran
kooperative tipe STAD pada siklus I ditunjukkan pada tabel sebagai
berikut :
Tabel 3.3. Skor Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I
No. Data Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I
1. Skor yang diperoleh 23
2. Skor maksimal 40
Dari tabel diatas, kinerja guru dalam kriteria cukup dengan
nilai
presentase 57,5%. Dari hasil analisis lembar pengamatan guru yang
belum
maksimal tersebut akan diperbaiki dalam siklus selanjutnya. Guru
harus berusaha
mengelola kelas dengan baik lagi, dan guru juga harus dapat
membimbing
pembelajaran melalui strategi pembelajaran kooperative tipe STAD
kepada siswa
dengan membimbing siswa agar dapat mamahami materi pelajaran akidah
akhlak
yang sedang diajarkan. Siswa dapat belajar dengan aktif bersama
teman
sekelompoknya, dan teman yang lebih paham dapat membantu
siswa
sekelompoknya dengan cara berinteraksi satu sama lain untuk
memecahkan
masalah dalam forum diskusi.
No Data Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I
1 Skor yang diperoleh 22
2 Skor maksimal 40
3 Presentase 55%
4 Kriteria Cukup
Tabel diatas ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada siklus I
masih
jauh dari yang diharapkan atau bisa dikatakan masih kurang, dilihat
dari skor yang
diperoleh yakni sebesar 22 dari 40 (cukup). Hal ini terlihat bahwa
siswa belum
terbiasa dengan pembelajaran model seperti ini bahkan memang
benar-benar
siswa belum pernah mendapatkan cara belajar dengan pembelajaran
berkelompok,
ditambah lagi siswa dituntut untuk aktif dan siswa harus
benar-benar belajar dan
bekerja sama dengan teman kelompoknya bukan hanya mendengar dan
mencatat
saja. Untuk mengetahui hasil secara rinci tabel diatas, perhitungan
skor lembar
pengamatan aktivitas guru dalam pembelajaran strategi kooperative
tipe STAD
siklus I dapat dilihat pada lampiran.
c. Observasi
informasi, bahwa :
tujuan pembelajaran,
2) guru belum maksimal dalam pengelolaan waktu sehingga kurang
efektif
nya diskusi,
mengerjakan tugas kelompok
kooperative
pembelajaran.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih
terdapat
kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada
siklus berikutnya
yaitu pada siklus II. Hal-hal yang akan dilakukan pada siklus
selanjutnya meliputi:
1) guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas
dalam
menyampaikan tujuan pembelajaran,
2) guru perlu mengelola waktu dan mendistribusikan secara tepat
sehingga
siswa dapat memakai waktu nya untuk berdiskusi dengan nyaman
tanpa
terburu-buru,
berjalan nya diskusi,
4) guru harus dapat memberikan arahan serta dorongan dalam melatih
siswa
belajar mandiri dengan menggunakan strategi kooperative tipe
STAD
tersebut,
5) guru harus membimbing siswa yang kurang memahami serta
kurang
mengerti dalam merangkum materi pembelajaran.
e. Keputusan
Berdasarkan hasil pembelajaran pada siklus I, hanya 14 siswa yang
tuntas
dari 22 orang siswa yang mendapat nilai >70 sesuai dengan KKM
dengan
persentase 63,64%. Oleh karena itu, perlu ada perbaikan dalam
pembelajaran
siklus I ke Pembelajaran siklus II.
3. Data hasil Penelitian Siklus II
a. Tahap Perencanaan
terdiri dari :
Menyiapkan Lembar Tes Formatif Siswa
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan
pada
tanggal 11 Maret 2019 di kelas VIIIA dengan jumlah 22 siswa. Dalam
hal ini
peneliti bertindak sebagai pengajar. Adapun proses pembelajaran
mengacu pada
RPP yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan
bersamaan
dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Dalam tidakan Silus I ini materi yang akan disampaikan kepada
siswa
adalah mengenai dampak negatif perilaku tercela, dan cara
menghindari perilaku
tercela dengan menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe
STAD.
Penerapan strategi pembelajaran tersebut terdiri atas :
1) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa
sebelum
menyampaikan materi mengenai dampak negatif dari perilaku
tercela,
dan cara menghindari perilaku tercela.
2) Penyajian Informasi, guru menyampaikan atau menyajikan
materi
pelajaran yang akan di ajarkan secara singkat dan padat.
3) Guru membagi semua siswa ke dalam 5 kelompok yang
perkelompoknya terdiri atas 5 orang siswa dan siswi secara acak
dan
heterogen.
dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
5) Guru memberikan penghargaan kepada individu maupun
kelompok
terhadap nilai tertinggi dan upaya yang telah dicapai oleh
siswa.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif dengan
tujuan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar
mengajar yang
telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah
sebagai
berikut:
No Nama Skor Keterangan
10 Kayla Syahrani 90 √
13 M. Iqbal 95 √
15 M. Rizky Zein 85 √
16 M. Royhan Febriansyah 70 √
17 M. Saufi 85 √
20 Rahmi Octavia 90 √
21 Rapel Pawansyahputra 85 √
22 Ulfa Dwiyanti 85 √
Jumlah 1755 19 3
Rata-rata Skor Tercapai 79,77
Keterangan :
Jumlah siswa yang belum tuntas : 3
Rata-rata skor tercapai : 79,77
Dari data diatas dapat dijelaskan bahwa pelajaran akidah akhlak
dengan
menerapkan strategi pembelajaran kooperratif tipe STAD siklus II
diperoleh nilai
rata-rata hasil belajar siswa adalah 79,77 dan ketuntasan belajar
mencapai 86,37%
atau ada 19 siswa dari 22 siswa sudah tuntas belajar. Hasil pada
siklus II ini
mengalami peningkatan signifikan lebih baik dari siklus I. Artinya,
peningkatan
hasil belajar siswa pada siklus II dipengaruhi oleh adanya
peningkatan
kemampuan guru dalam menerapkan strategi pembelajaran kooperative
tipe
STAD sehingga siswa menjadi termotivasi, antusias, aktif,
partisipatif serta
interaktif sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang
telah
diberikan dan siswa dapat berinteraksi dengan teman sekelas nya
tanpa
memandang ras, suku dan prestasi.
Selanjutnya, pada lembar pengamatan aktivitas guru dalam
pembelajaran
kooperative tipe STAD pada siklus II ditunjukkan pada tabel sebagai
berikut :
Tabel 3.3. Skor Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II
No. Data Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II
1. Skor yang diperoleh 33
2. Skor maksimal 40
3. Presentase 82,5 %
4. Kriteria Baik
Pada siklus II ini, telah ada perbaikan yang dilakukan oleh guru
untuk
memperbaiki kesalahan yang terjadi pada siklus I. Guru telah
melakukan upaya
perbaikan cara mengajar, guru menyusun kembali perangkat
pembelajaran, guru
telah mampu mengkondisikan kelas dan mampu mengatur waktu
pembelajaran
dengan baik, guru memberi pemahaman tentang strategi pembelajaran
kooperative
tipe STAD, sehingga siswa dapat mengerti bagaimana cara berdiskusi
yang baik
dan asik.
No Data Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II
1 Skor yang diperoleh 34
2 Skor maksimal 40
Tabel diatas menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada siklus II
ini
tergolong sangat baik dengan presentase 85%. Terjadi peningkatan
antara siklus I
dan siklus II.
diperoleh informasi, bahwa :
aspek yang belum sempurna, tetapi presentase pelaksanaannya
untuk
masing-masing aspek cukup besar,
(2) berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif
dan
semangat selama proses pembelajaran dengan menggunakan
strategi
pembelajaran kooperatif tipe STAD berlangsung,
(3) kekurangan pada siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan
dan
peningkatan sehingga hasilnya menjadi lebih baik, serta
(4) hasil pembelajaran siswa pada siklus II sudah tuntas, baik
individu
atau klasikal.
d. Refleksi
Pada siklus II guru telah menerapkan strategi pembelajaran
kooperative tipe
STAD dalam pemebelajaran dengan baik, dan dapat dilihat dari
aktivitas siswa
serta hasil belajar siswa pada pelaksanaan proses belajar mengajar
sudah berjalan
dengan baik, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan
selanjutnya adalah
menyempurnakan kekurangan yang ada dan mempertahankan apa yang
telah
dicapai sehingga tujuan pembelajaran dapat terwujud dengan
maksimal.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Division) adalah model pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana. Gagasan
utama dari pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah untuk
memotivasi siswa
agar saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam
menguasai
kemampuan yang diajarkan guru. Jika siswa ingin agar
kelompoknya
mendapatkan skor serta penghargaan yang baik, maka mereka harus
membantu
teman satu kelompoknya untuk dapat melakukan yang terbaik.
Para siswa bekerja sama setelah guru menyampaikan materi
pelajaran
mereka dipersilahkan untuk berdiskusi, saling membantu satu sama
lain jika ada
yang belum memahami ataupun jika ada yang salah dalam memahami.
Meskipun
para siswa belajar bersama, mereka tidak boleh saling bantu dalam
mengerjakan
tes formatif.
paling penting. Hal ini dikarenakan STAD sangat berperan dalam
aktualisasi
kelompok secara sinergis untuk mencapai hasil yang terbaik, dan
dalam
bimbingan antar anggota kelompok sehingga seluruh anggota kelompok
sebagai
kesatuan dapat mencapai yang terbaik. Anggota kelompok yang kurang
mampu
tidak boleh ditinggalkan, tetapi merupakan tanggung jawab anggota
yang lain
untuk membinanya.
pembelajaran akidah akhlak lebih banyak dilakukan dnegan metode
ceramah dan
guru lebih banyak mendominasi kelas. Sehingga siswa kurang aktif
selama proses
pembelajaran berlangsung. Bahkan banyak siswa yang tidak
konsentrasi dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran, banyak dari mereka yang mengantuk,
bercanda,
melakukan aktifitas yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan
pembelajaran.
Hal ini juga yang mengakibatkan nilai akidah akhlak siswa
rendah.
Setelah dilakukan penelitian tindakan kelas yaitu dengan
menerapkan
pembelajaran akidah akhlak dengan menggunakan model kooperatif tipe
STAD,
hasil belajar akidah akhlak siswa mengalami peningkatan. Adapun
data yang
diperoleh dari penelitian penerapan strategi pembelajaran
kooperatif tipe STAD
terhadap hasil belajar siswa kelas VIII A di SMP Baiturrahim Kota
Jambi, yakni
sebagai berikut :
pembelajaran kooperative tipe STAD ini berimplikasi positif dalam
meningkatkan
hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya
pemahaman
siswa terhadap materi yang disampaikan guru. Kentuntasan hasil
belajar
meningkat dari prasiklus, siklus I dan siklus II, yaitu
masing-masing 31,82%,
63,64%, dan 86,37%. Pada siklus II ketuntasan hasil belajar secara
klasikal telah
tercapai.
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam
proses
belajar mengajar dengan menerapkan strategi pembelajaran
kooperative tipe
STAD dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini
menggambarkan
bahwa kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran sudah baik,
sehingga
dampak positif nya terhadap hasil belajar siswa cukup signifikan.
Hal ini juga
dapat dilihat dari meningkatnya nilai rata-rata siswa setiap siklus
yang mengalami
peningkatan.
penyampaian materi kepada siswa. Guru tidak mendominasi kelas,
melainkan
siswa lebih aktif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Selain
itu selama
pembelajaran guru telah melaksanakan langkah-langkah kegiatan
belajar mengajar
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dengan mengkombinasikan
model
pengajaran langsung dan konseptual dengan pendekatan pada strategi
kooperative
tipe STAD.
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam
proses
pembelajaran Akidah Akhlak pada kompetensi dasar menghindari akhlak
tecela
dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperative tipe STAD yang
paling
dominan adalah antusiasme dan semangat siswa dalam mengikuti
proses
pembelajaran dan hidupnya suasana kelas.
Pada lembar obseravasi siswa siklus I dapat dilihat bahwasanya
siswa
masih berada dalam kategori kurang, dengan persentase 55%. Siswa
belum
terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena
siswa masih
belum terbiasa dengan pembelajaran model kooperatif tipe STAD,
sehingga guru
masih terlihat mendominasi kelas. Kegiatan diskusi belum berjalan
optimal, masih
ada kelompok yang masih mengobrol sehingga tidak fokus pada saat
belajar
kelompok, tidak menyelesaikan tugasnya dengan baik, ini dikarenakan
kurangnya
tanggung jawab siswa dalam menyelesaikan tugasnya, selain itu ada
diantara
siswa yang masih malu untuk meminta penjelasan teman kelompoknya
sendiri.
Terlihat juga ada siswa yang pintar enggan mengajari anggota
kelompoknya yang belum mengerti. Sehingga diskusi kelompok tidak
berjalan
dengan baik. Setelah dilanjutkan dengan tindakan perbaikan yang
dilaksanakan
pada siklus II ternyata hasil belajar siswa meningkat. Kegiatan
diskusi pun
berjalan dengan baik, kerja sama antar kelompok semakin meningkat.
Dengan
demikian, maka dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat
dikategorikan aktif
partisipatif.
keterbatasan. Keterbatasan yang dimaksud, antara lain :
a. Keterbatasan waktu penelitian
yang singkat inilah dapat mempersempit ruang gerak penelitian,
sehingga
dapat berpengaruh terhadap hasil penelitian yang peneliti
lakukan.
b. Keterbasan tempat penelitian
penelitian, yaitu di SMP Baiturrahim Kota Jambi, sehingga jika
penelitian
ini dilaksanakan di semua sekolah menengah pertama atau di
tempat
sekolah lain, dimungkinkan hasilnya akan berbeda.
c. Keterbatasan biaya
faktor yang menunjang keberhasilan penelitian. Namun demikian,
karena
minimnya biaya yang dimiliki penulis telah memperlambat
penelitian.
BAB V
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan pembahasan yang
telah di
paparkan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan
terdapat
peningkatan hasil belajar dan psokomorik siswa yang diajarkan
melalui
pembelajaran kooperatif tipe Studens Teams Achivemen Divisions
(STAD) Pada
materi akhlak tercela, terbukti hasil tes formatif siklus ke-2
dengan presentase
86,37% dan hasil dari lembar observasi siswa sebesar 85% dan lembar
observasi
guru sebesar 82,5%.
Pada pelaksanaan siklus I, diperoleh rata-rata nilai hasil belajar
tes
formatif siswa sebesar 68,64 dengan nilai terendah 50 dan nilai
tertinggi 85. Pada
siklus II diperoleh rata-rata nilai hasil belajar tes formatif
siswa sebesar 79,77
dengan nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 100. Dari data ini
bisa dikatakan
bahwa hasil belajar pada siklus I hingga siklus II terjadi
peningkatan, dilihat dari
rata-rata nilai hasil tes formatif.
Berdasarkan data diatas dapat dilihat dari hasil tes formatif
siklus II siswa
yang mendapat nilai >70 mencapai 86,37% atau sebanyak 19 siswa.
Berdasarkan
kegiatan siklus II ini, hasil yang dicapai sudah baik, yang
ditandai dengan adanya
peningkatan pada nilai hasil tes formatif siswa yang melebihi KKM.
Adapun nilai
yang sudah ditetapkan oleh sekolah yaitu 70 dengan ketentuan 85%.
Oleh karena
itu, peneliti dianggap cukup sampai siklus II.
Lembar observasi aktivitas siswa pada siklus I bisa dikatakan
masih
kurang, dilihat dari presentase sebesar 55% (kurang). Hal ini
terlihat bahwa siswa
belum terbiasa dengan model pembelajaran seperti ini, bahkan memang
benar-
benar siswa belum pernah mendapatkan cara belajar dengan
pembelajaran
berkelompok, ditambah lagi siswa dituntut untuk aktif dan siswa
harus benar-
benar belajar dan bekerja sama dengan teman sekelompoknya, bukan
hanya
mendengar dan mencatat saja. Namun, dalam pertemuan Siklus II
menunjukkan
bahwa lembar observasi siswa tergolong baik dengan presentase
85%.
Berdasarkan data diatas bahwasanya terjadi peningkatan antara
siklus I dan siklus
II.
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari di keluarga
maupun
masyarakat luas.
C. Saran
1. Pembelajaran kooperative tipe STAD perlu mendapat perhatian
dan
tanggapan yang serius dari guru, karena melalui pembelajaran ini
siswa dapat
belajar dengan aktif secara kerjasama kelompok saling membantu
teman
sebayanya, sekaligus menghilangkan sifat keegoisan individualis
serta ingin
menang sendiri. Sehingga rasa seperti ini bisa lebih dikurangi
bahkan dhilangkan.
2. Pada pelaksanaan model pembelajaran kooperative tipe STAD ini
guru
harus lebih memperhatikan waktu, banyak waktu yang terbuang karena
guru
belum terbiasa mengelola waktu secara baik, untuk kesempatan
selanjutnya guru
diharapkan dapat menggunakan waktu secara baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsudin Makmun, (dalam Buku Martinis Yamin, 2012). Jakarta :
Ciputat
M