33

Click here to load reader

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Proposal Penelitian

Citation preview

Page 1: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING) PADA MATERI POKOK

KINEMATIKA GERAK LURUS

PROPOSAL

Oleh :

NURUL AYU FITRIYANTI

ACB 110 122

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

2012

Page 2: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangLemahnya proses pembelajaran adalah salah satu masalah yang sedang

dihadapai oleh dunia pendidikan dewasa ini. Pada kegiatan pembelajaran

umumnya siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir,

melainkan hanya diarahkan pada kemampuan siswa untuk menghafal informasi

yang disampaikan oleh guru. Siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun

berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi tersebut untuk

menguhungkannya dengan kehidupan sehari-hari.

Guru dalam proses pendidikan merupakan komponen yang sangat penting.

Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampaun guru untuk

mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan

intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran.

Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk

menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar

secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan

prestasi yang memuaskan.

Untuk dapat mengembangkan model pembelajaran yang efektif maka

setiap guru harus memiliki pengetahuan yang memadai berkenaan dengan konsep

dan cara-cara pengimplementasian model-model tersebut dalam proses

pembelajaran. Model pembelajaran yang efektif memiliki keterkaitan dengan

tingkat pemahaman guru terhadap sarana dan fasilitas sekolah yang tersedia,

kondisi kelas dan beberapa faktor lain yang terkait dengan pembelajaran.

Joyee dan Weil (Yernetti, 2001) menemukan lebih dari 20 (dua puluh)

macam model mengajar yang salah satu diantaranya adalah model pembelajaran

kooperatif (cooperative learning). Pembelajaran kooperatif merupakan suatu

pembelajaran dengan penekanan pada aspek sosial dan menggunakan kelompok-

kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 siswa yang sederajat tapi heterogen untuk

menghasilkan pemikiran dan tanggapan siswa.

2

Page 3: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaknya

tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan

terhadap keragaman dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, 2000: 7).

Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif pada materi

Kinematika Gerak Lurus diharapkan dapat membantu siswa memahami konsep

menjadi mudah. Model kooperatif sebagai salah satu alternatif dalam

pembelajaran fisika, diharapkan dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk

ikut berperan aktif dalam suatu proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti berminat untuk mengadakan

penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

(Cooperative Learning) Pada Materi Pokok Kinematika Gerak Lurus”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan diatas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar

dengan model pembelajaran kooperatif pada materi Kinematika Gerak

Lurus?

2. Bagaimana ketuntasan hasil belajar fisika siswa setelah penerapan

model pembelajaran kooperatif pada materi Kinematika Gerak Lurus?

3. Bagaimana respon siswa setelah diterapkan model pembelajaran

kooperatif pada materi Kinematika Gerak Lurus?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui:

1. Aktivitas guru dan siswa dalam penerapan model pembelajaran

kooperatif pada materi Kinematika Gerak Lurus.

2. Ketuntasan hasil belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran

kooperatif pada materi pokok Kinematika Gerak Lurus.

3

Page 4: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

3. Mengetahui respon siswa setelah penerapan model pembelajaran

kooperatif pada materi Kinematika Gerak Lurus.

1.4 Batasan Masalah

Dalam kegiatan penelitian ini agar peneliti dapat lebih terarah sesuai

dengan rumusan masalah yang diteliti maka diperlukan batasn-batasan masalah

sebagai berikut:

1. Peneliti bertindak sebagai pengajar.

2. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar kognitif dan

psikomotor.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diberikan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi guru, diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang metode

pembelajaran yang dapat diterapkan pada mata pelajaran fisika.

2. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar serta

prestasinya.

4

Page 5: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Belajar dan Pembelajaran

Mulyasa (2004: 53) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan dari

tidak bisa menjadi bisa melakukan atau perubahan dari yang tidak tahu menjadi

tahu. Syaiful Basri dan Aswan (2002: 11) menyatakan bahwa belajar adalah

proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Belajar bertujuan untuk

perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan

maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.

(Dimyati dan Moedjiono, 2002) berpandangan bahwa belajar adalah suatu

perilaku pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya,

bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Gagne (Sagala, 2005) berpendapat

belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi

setelah belajar terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan

saja. Belajar dikatakan terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi

ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah

dari waktu sebelum siswa mengalami situasi itu ke waktu setelah siswa

mengalami situasi tadi. Gagne berkeyakinan bahwa kegiatan belajar dipengaruhi

faktor dari dalam diri dan faktor diluar diri dimana keduanya saling berinteraksi.

Sudjana (1986:6) menyatakan bahwa makna belajar adalah proses aktif

individu yang diarahkan kepada suatu pencapaian tujuan, proses berbuat melalui

berbagai pengalaman.

Dari beberapa pendapat diatas, terdapat kesamaan pengertian belajar, yaitu

jika dilihat dari sisi psikologi adalah adanya kematangan bagi siswa, sedangkan

belajar jika dilihat dari proses adalah adanya interaksi antara peserta didik dengan

pendidik. Perubahan kematangan ini akibat adanya proses pembelajaran, dan

perubahan ini tampak pada perubahan tingkah laku yang dipengaruhi oleh ilmu

pengetahuan yang diperolehnya dari proses belajar.

5

Page 6: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

2.2 Pengertian Metode Mengajar

Mukhtar dan Martinis (2007: 93) menyatakan metode mengajar adalah

cara yang dilakukan oleh guru dalam mengorganisasikan materi pelajaran dan

siswa yang memungkinkan terjadinya suatu proses belajar yang kondusif. Uno

(2008: 16) mengemukakan metode mengajar adalah cara-cara yang berbeda untuk

mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda.

Metode mengajar yaitu cara-cara mengajar yang telah disusun berdasarkan prinsip

dan sistem tertentu. Pemilihan metode mengajar merupakan salah satu unsur yang

menentukan hasil pengajaran (Saliwangi Basennang, 1989: 45).

Belajar mengajar pada dasarnya melalui kegiatan interaksi antara guru dan

siswa merupakan kegiatan yang cukup dominan. Interaksi antara guru dan siswa

dalam rangka mentransfer pengetahuan akan senantiasa menuntut komponen yang

serasi. Komponen dalam interaksi belajar mengajar selain guru dan siswa yaitu

metode, alat/teknologi, sarana dan tujuan. Komponen-komponen yang serasi itu

akan saling merespon dan mempengaruhi antara satu dengan yang lain untuk

mencapai tujuan instruksional dan agar menciptakan proses belajar mengajra yang

optimal (sardiman, 2001: 171).

2.3 Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan suatu

pembelajaran yang menuntut kerja sama siswa dan saling ketergantungan dalam

struktur tugas, tujuan yang ingin dicapai (Ibrahim dkk, 2000: 3). Depdiknas

(2002: 11) mendefinisikan pembelajaran kooperatif adalah suatu model

pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki

tingkat kemampuan berbeda-beda.

Model pembelajaran kooperatif merupakan sutau model pembelajaran

dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil, dan saling bekerja sama.

Keberhasilan dari model ini sangat tergantung pada kemampuan aktivitas anggota

kelompok, baik secara individual maupun dalam bentuk kelompok (Alma, 2008:

81).

6

Page 7: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif, dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap

tolong menolong dalam perilaku sosial. Siswa termotivasi untuk berani

mengemukakan pendapat, menghargai pendapat teman dan saling tukar pendapat

(Alma, 2008: 81).

(Widyantini, 2006) menjelaskan beberapa prinsip dasar dalam

pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai berikut:

a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala

sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.

b. Setiap siswa di dalam kelompok itu akan dikenai evaluasi.

c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua

anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.

d. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan

tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.

e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan

membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses

belajarnya.

f. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta

mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani

dalam kelompok kooperatif.

Nur (Widyantini, 2006) menyatakan ciri-ciri model pembelajaran

kooperatif, yaitu sebagai berikut:

a. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi

belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang

berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, dan suku

yang berbeda.

7

Page 8: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

c. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada masing-

masing individu.

Model pembelajaran kooperatif mencerminkan pandangan bahwa manusia

belajar dari pengalaman mereka dan partisipasi aktif dalam kelompok siswa

membantu siswa belajar keterampilan sosial, mengembangkan sikap demokratis,

dan keterampilan berpikir logis (Ibrahim, 2001:19).

Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif

(Cooperative Learning)

Perilaku Guru Perilaku SiswaFase 1Menyampaikan tujuan dan motivasi kepada siswa

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa.

Siswa memperhatikan dan memberikan berbagai jawaban dengan persepsi siswa.

Fase 2Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan demonstrasi atapun bahan bacaan.

Siswa memperhatikan penjelasan dari guru.

Fase 3Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok dalam mengerjakan tugasnya.

Siswa memperhatikan penjelasan guru dan siswa menuju ke kelompoknya masing-masing sesuai dengan pembagian kelompok yang telah diinformasikan oleh guru.

Fase 4Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.

Siswa saling bekerja terhadap tugas yang telah dibagikan dalam kelompok.

Fase 5Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari dan masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Siswa mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.

Fase 6Memberikan penghargaan

Guru menghargai upaya dan hasil belajar individu dan kelompok.

Siswa menerima penghargaan yang diberikan oleh guru untuk tiap-tiap kelompok.

(Ibrahim, 2000 :10)

8

Page 9: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

2.4 Keuntungan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif

(Cooperative Learning)

Sanjaya (2006: 249) menyatakan bahwa keuntungan model pembelajaran

kooperatif adalah sebagai berikut:

a. Siswa tidak selalu tergantung pada guru, akan tetapi dapat menambah

kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari

berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.

b. Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan

dengan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.

c. Dapat membantu siswa untuk respek pada orang lain dan menyadari

akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

d. Dapat membantu memperdayakan setiap siswa untuk lebih

bertanggungjawab dalam belajar.

e. Dapat meningkatkan prestasi akademik.

f. Siswa dapat mengembangkan kemampuannya.

g. Siswa menghasilkan pencapaian belajar yang tinggi.

h. Meningkatnya motivasi siswa dalam belajar.

Sanjaya (2006: 250) menyatakan bahwa kelemahan model pembelajaran

kooperatif adalah sebagai berikut:

a. Memerlukan waktu yang lama dalam proses pembelajaran.

b. Tidak dapat menerapkan materi pelajaran secara singkat.

c. Adanya ketergantungan sehingga siswa lambat berpikir dan tidak

berlatih belajar mandiri.

d. Penilaian terhadap individu dan kelompok serta pemberian hadiah

menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya.

9

Page 10: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

2.5 Materi Kinematika Gerak Lurus

2.5.1 Jarak dan perpindahan

Jarak dan perpindahan merupakan besaran fisika yang saling terkait.

Keduanya memiliki dimensi yang sama, namun memiliki makna fisis yang

berbeda. Jarak adalah panjang lintasan yang ditempuh oleh suatu benda tanpa

memperhatikan arah gerak benda, sehingga jarak merupakan besaran skalar.

Perpindahal adalah perubahan kedudukan suatu benda ditinjau dari keadaan awal

dan keadaan akhir dengan memperhatikan arah gerak benda, sehingga

perpindahan merupakan besaran vektor (Supiyanti, 2007:36).

Arah gerak dalam satu dimensi dapat ditentukan dengan cara sederhana

yaitu dengan menetapkan satu titik sebagai titik asal, dan menentukan satu arah

sebagai arah positif, sedangkan arah yang berlawanan merupakan arah negatif.

Titik-titik ini dituliskan sebagai bilangan-bilangan baik positif maupun negatif

tergantung pada arahnya (Foster, 2005:47). Gambar 2.1 menunjukkan titik B

ditentukan sebagai titik asal, arah ke kanan ditandai positif dan arah ke kiri

ditandai negatif, maka titik C berada pada +2 m dan titik A berada pada -4 m.

A B C

-4 -3 -2 -1 0 1 2 3

Gambar 2.1 Perpindahan dalam gerak satu dimensi

Perpindahan (∆ s) dari titik A ke titik B dapat dituliskan dalam bentuk

persamaan (Foster, 2004):

∆ s=sB−s A.............................................................................(2.1)

Keterangan :

∆ s = perpindahan

sB = koordinat atau posisi titik B

sA = koordinat atau posisi titik A

10

Page 11: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

2.5.2 Kelajuan dan kecepatan

Kelajuan dan kecepatan merupakan karakteristik dari suatu benda yang

bergerak, dimana suatu benda dikatakan bergerak jika memiliki kelajuan dan

kecepatan. Kelajuan dan kecepatan merupakan besaran yang memiliki dimensi

yang sama tetapi memiliki makna fisis yang berbeda. Kelajuan berkaitan dengan

jarak dan waktu, sehingga merupakan besaran skalar, sedangkan kecepatan

berkaitan dengan perpindahan dan waktu, sehingga merupakan besaran vektor

(Supiyanto, 2007: 37).

2.5.2.1 Kelajuan rata-rata dan kelajuan sesaat

Kelajuan rata-rata (v) didefinisikan sebagai jarak yang

ditempuh (s) dibagi waktu (t) yang diperlukan selama gerakan

(Supiyanto, 2007:38).

v= st

........................................................................................(2.2)

Keterangan:

v = kelajuan rata-rata (m/s)

s = jarak tempuh (m)

t=¿ waktu tempuh (s)

Kecepatan rata-rata didefinisikan sebagai hasil bagi antara

perpindahan dengan selang waktu. Karena perpindahan adalah

besaran vektor dan selang waktu adalah besaran skalar, amak

kecepatan rata-rata adalah besaran vektor sehingga arahnya harus

dinyatakan (Kanginan, 2007: 57). Kecepatan rata-rata dapat

dinyatakan dengan persamaan:

vrata−rata=s2−s1

t 2−t 1

.....................................................................(2.3)

11

Page 12: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Keterangan:

vrata−rata = Kecepatan rata-rata (m/s)

s2−s1 = Perpindahan kedudukan 1 ke kedudukan 2 (m)

t 2−t 1 = Interval waktu (s)

2.5.2.2 Kecepatan sesaat

Kecepatan sesaat suatu benda yang sedang bergerak

didefinisikan sebagai perubahan posisi benda pada waktu tertentu

(Foster, 2004: 51). Metode untuk mencari kecepatan sesaat yang

lebih tepat adalah metode limit, yang secara matematis dituliskan

sebagai berikut (Foster, 2004: 53):

v= lim∆t → 0

∆ s∆ t

a tau

v=dsdt

.......................................................................................(2.4)

2.5.3 Gerak lurus beraturan

Gerak lurus beraturan didefinisikan sebagai gerak suatu

benda dengan kecepatan tetap. Kecepatan tetap artinya baik besar

maupun arahnya tetap. Karena kecepatan benda tetap, maka kata

kecepatan bisa diganti dengan kelajuan (Kanginan, 2007: 63).

Gerak lurus beraturan juga dapat didefinisikan sebagai gerak suatu

benda pada lintasan lurus dengan kelajuan tetap. Rumus

matematisnya adalah:

v= st

..............................................................................(2.5)

12

Page 13: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

2.5.4 Percepatan dan perlajuan

Suatu benda yang kecepatannya bertambah atau berkurang

atau arahnya berubah dikatakan mengalami percepatan. Percepatan

didefinidsikan sebagai laju perubahan kecepatan terhadap waktu.

Jika kecepatan awal benda v0 dan berubah menjadi v selama

interval waktu t, maka percepatannya a dirumuskan sebagai

(Supiyamto, 2007: 41):

a=v−v0

t .........................................................................

(2.6)

Keterangan:

a = percepatan benda (m/s2)

v0=¿ Kecepatan awal benda (m/s)

v = kecepatan akhir benda (m/s)

t=¿ interval waktu

Jika percepatan merupakan besaran vektor, maka perlajuan

merupakan besaran skalar. Perlajuan selalu sama dengan besar atau

nilai skalar dari percepatan.

13

Page 14: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang

dimaksudkan untuk menggambarkan “apa adanya” tentang sesuatu variabel,

gejala atau keadaan (Arikunto,1998:310). Penelitian deskriptif ini berusaha

mendeskripsikan dan menginterpretasikan atas kejadian yang berlangsung,

maksudnya dalam penelitian ini berusaha mendeskripsikan hasil belajar fisika

siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif pada materi pokok

Kinematika Gerak Lurus.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 2 Palangka Raya pada

kelas X semester I Tahun Ajaran 2012/2013 pada materi pokok Kinematika Gerak

Lurus. Waktu penelitian adalah bulan Juli 2012.

3.3 Populasi dan sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas X semester I SMA Negeri 2

Palangka Raya Tahun Ajaran 2012/2013 sebanyak 8 kelas.

Sampel dalam penelitian ini adalah satu kelas. Pemilihan sampel penelitian

secara acak berdasarkan kelas dengan asumsi kelasnya homogen yaitu dengan

melakukan undian terhadap semua kelas populasi yang akan dijadikan sebagai

kelas sampel.

3.4 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini dilakukan hal-hal yang meliputi:

a. Penetapan tempat penelitian.

b. Permohonan izin penelitian pada instansi terkait.

14

Page 15: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

c. Membuat instrumen penelitian.

d. Melakukan uji coba instrumen.

e. Menganalisis data uji coba instrumen.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini yaitu:

a. Sampel yang terpilih diajarkan materi pokok Kinematika Gerak

Lurus menggunakan model kooperatif. Pada tahap ini dilakukan

pengamatan aktivitas guru dan siswa.

b. Sampel yang terpilih diberikan tes, yaitu sebagai alat evaluasi

untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa terhadap materi

pokok Kinematika Gerak Lurus yang telah diajarkan.

c. Meminta siswa mengisi angket respon siswa setelah pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif setelah

pembelajaran selesai.

3. Analisis Data

Setelah data terkumpul, maka peneliti melakukan langkah-

langkah berikut:

a. Menganalisis data aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.

b. Menganalisis jawaban siswa pada tes hasil belajar kognitif dan tes

hasil belajar psikomotor untuk menghitung seberapa besar

ketuntasan hasil belajar siswa setelah menerima pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.

c. Menganalisis respon siswa pada angket yang telah diisi oleh

seluruh siswa pada akhir seluruh kegiatan belajar mengajar untuk

mengetahui bagaimana tanggapan siswa mengenai pembelajaran

dengan menggunakan model kooperatif.

4. Penarikan Kesimpulan

Pada tahap ini peneliti mengambil kesimpulan dari hasil

analisis data dan terakhir adalah penyusunan laporan hasil penelitian.

3.5 Instrumen Penelitian

15

Page 16: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran

dengan model pembelajaran kooperatif. Instrumen ini diisi oleh dua

orang pengamat dimana dapat mengikuti seluruh pembelajaran dari

awal hingga akhir pembelajaran.

b. Tes hasil belajar (THB) yang dibuat untuk mengukur kemampuan

kognitif siswa. Instrumen ini digunakan untuk mengetahui tingkat

ketuntasan (tingkat penguasaan) hasil belajar siswa setelah penerapan

model pembelajaran kooperatif pada materi pokok Kinematika Gerak

Lurus, yaitu berupa tes hasil belajar kognitif berbentuk pilihan ganda

dengan lima option.

c. Tes hasil belajar psikomotor siswa. Instrumen ini digunakan untuk

mengukur tes hasil belajar siswa pada aspek psikomotor siswa setelah

penerapan model pembelajaran kooperatif pada materi pokok

Kinematika Gerak Lurus.

d. Angket respon siswa terhadap model pembelajaran kooperatif,

diberikan dan diisi ileh siswa setelah pembelajaran berakhir.

3.6 Uji Coba Instrumen

Untuk tes hasil belajar kognitif digunakan tes tertulis dalam bentuk pilihan

ganda berjumlah 50 butir soal dengan 5 pilihan jawaban. Sebelum digunakan, tes

hasil belajar kognitif diujicobakan terlebih dahulu utnuk mengetahui validitas,

reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Uji coba tes hasil belajar

kognitif akan dilaksanakan di luar kelas sampel penelitian.

Tes hasil belajar untuk mengukur kemampuan psikomotor siswa tidak

diujicobakan. Tes hasil belajar psikomotor dinilai dengan menggunakan tes unjuk

kerja. Pupuh F, & Sobri (2007: 54) membagi keterampilan psikomotor ke dalam 4

aspek keterampilan yaitu sebagai berikut:

16

Page 17: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

a. Persepsi (P1), yakni memilih, membedakan, mempersiapkan,

menyisihkan, menunjukkan, mengidentifikasi, menghubungkan.

b. Kesiapan (P2), yakni memulai, bereaksi, memprakarsai, menanggapi,

menunjukkan.

c. Gerakan terbimbing (P3), yakni mempraktekkan, memainkan,

mengikuti, mengerjakan, membuat, mencoba, memasang,

membongkar.

d. Gerakan terbiasa (P4), yakni mengoperasikan, membangun, memasang,

memperbaiki, melaksanakan, mengerjakan, menyusun, menggunakan.

3.6.1 Uji validitas instrumen

Tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur

(Arikunto, 2007: 65). Untuk menguji validitas digunakan rumus koefisien korelasi

biserial sebagai berikut:

γ pbi=M p−Mt

S t √ Pq

(Arikunto, 2007:

79)

Keterangan:

γ pbi = Koefisien korelasi biserial

M p = Mean skor dari peserta tes yang menjawab benar

M t = Mean skor toral (skor rata-rata dari seluruh peserta tes)

St = Standar deviasi dari skor total

P = Proporsi siswa yang menjawab benar

P=banyaknya siswa yang menjawab benarjumlah seluruh siswa

q = Proporsi siswa yang menjawab salah

3.6.2 Uji realibilitas

Realibilitas adalah ketetapan atau tingkat presisi suatu ukuran atau alat

pengukur. Realibilitas instrumen dihitung dengan menggunakan rumus KR-21,

yaitu:

17

Page 18: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

r11=( nn−1 )(1−

M (n−M )nSt

2 ) (Arikunto, 2007:

103)

Keterangan:

r11 = Realibilitas tes secara keseluruhan

M = Skor rata-rata

n = Banyaknya item

S = Standar deviasi dari tes

3.6.3 Taraf Kesukaran

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut

indeks kesukaran (difficulty index). Indeks kesukaran menunjukkan taraf

kesukaran soal (Arikunto, 2007: 207). Taraf kesukaran (indeks kesukaran)

sinyatakan dalam P dengan rumus:

P= BJs

(Arikunto, 2007: 208)

Keterangan:

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

Js = Jumlah seluruh siswa peserta tes

3.6.4 Daya pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara

siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang berkemampuan

rendah (Arikunto, 2007: 211). Rumus untuk mengetahui daya pembeda setiap

butir tes adalah:

D=BA

J A

−BB

J B

=PA−PB (Arikunto, 2007: 213)

18

Page 19: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Keterangan:

D = Daya pembeda

J = Jumlah peserta tes

J A = Banyaknya peserta kelompok atas

JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan

benar

PA=BA

J A

=¿proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB=BB

J B

=¿proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

3.6.5 Teknik analisis data

Teknik analisis data dapat dirinci sebagai berikut:

1. Data aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran model kooperatif

diperoleh dengan mengamati aktivitas guru dan siswa setiap kali tatap

muka. Pengamatan dilakukan oleh dua orang pengamat yang sudah

dilatih sehingga dapat menggunakan lembar pengamat secara benar.

Data pengamatan aktivitas guru dan siswa dianalisis dengan

menggunakan statistik deskriptif presentase (%), yaitu frekuensi tiap

aktivitas dibagi dengan seluruh seluruh frekuensi aktivitas dikali

100%.

2. Tes hasil belajar (THB) untuk mengetahui seberapa besar ketuntasan

hasil belajar siswa dalam aspek kognitif setelah pembelajaran pada

materi pokok Kinematika Gerak Lurus dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif yaitu dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

a. Tes hasil belajar kognitif

Analisis data THB kognitif dengan menggunakan rumus

ketuntasan belajar sebagai berikut:

19

Page 20: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

i) Ketuntasan individu

Siswa dikatakan tuntas bila mampu mencapai tujuan

pembelajaran khusus (TPK) minimal 70%. Untuk

menentukan ketuntasan belajar siswa (individu) dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

KB= TT t

100 % (Trianto, 2008: 171)

Keterangan:

K B = Persentase ketuntasan individu

T = Jumlah skor yang diperoleh siswa

T t = Jumlah skor total

ii) Ketuntasan klasikal

Suatu kelas dikatakan tuntas pembelajarannya jika dalam

kelas tersebut persentasenya (P) ≥ 85% siswa tuntas. Untuk

jumlah siswa sebanyak N, rumus persentasenya adalah

sebagai berikut:

P=[ Jumlahsiswa yang tuntasN ] x100 %

(Widiyoko, 2002: 55)

Keterangan:

P = Persentase ketuntasan klasikal

N = Jumlah seluruh siswa

iii) Ketuntasan tujuan pembelajaran khusus (TPK)

Suatu TPK tuntas bila persentase siswa yang mencapai

TPK tersebut ≥ 70% untuk jumlah siswa sebanyak N

orang, rumus persentase TPK adalah sebagai berikut:

20

Page 21: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

P= Jumlah siswa yangmencap aiTPKN

x 100 %

(Widiyoko, 2002:55)

Keterangan:

P = Persentase ketuntasan klasikal

N = jumlah seluruh siswa

b. Tes hasil belajar psikomotor

Analisis data kemampaun psikomotor siswa dianalisis

secara deskriptif, yaitu skor masing-masing aspek dalam

instrumen dujumlahkan kemudian dihitung rata-rata dari dua

orang pengamat, sehingga didapatkan skor yang diperoleh siswa

dan kemudian dianalisis menggunakan rumus sebagai berikut:

Rata−rata skor=P1+P2

2

Keterangan:

P1= Jumlah skor oleh pengamat 1

P2= Jumlah skor oleh pengamat 2

Hasil belajar psikomotor dilakukan untuk mengetahui

ketuntasan siswa melaksanakan langkah-langkah pada

ketercapaian LKPD yang diberikan yang mengarah pada

ketercapaian LKPD yang telah dirumuskan. Hasil belajar

psikomotor diamati atau dinilai oleh dua orang pengamat yang

telah dilatih terhadap dua kelompok siswa yang dianggap telah

mewakili kelompok lain.

Hasil belajar psikomotor berupa lembar penilaian

kemampuan psikomotor siswa dianalisis sebagai berikut:

21

Page 22: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Nilai=Skor yangdiperolehSkor maksimal

x 100 % (BSNP, 2006: 8)

Ketercapaian nilai yang dicapai siswa ≥ 70% berdasarkan

standar yang ditetapkan dan secara klasikal dikatakan tuntas bila

siswa yang tuntas mencapai ≥ 85% (Widiyoko, 2002: 55).

3. Respon siswa digunakan untuk menjaring pendapat siswa terhadap komponen kegiatan belajar mengajar berdasarkan topik yang dipelajari, suasana kelas, penampilan guru selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Data respon siswa dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif persentase yaitu banyaknya tiap komponen respon yang telah diisi siswa dibagi jumlah siswa dikali 100%. Secara matematis ditulis sebagai berikut:

Persentaserespon siswa= AB

x100 % (Trianto, 2008: 173)

Keterangan:A=Proporsi siswa yang memilihB=Jumlah siswa

22