Upload
buikiet
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
IPA PADA SISWA SDNPLUPUH SRAGEN
TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
DisusunOleh:
AL EsaHanafi
K7108077
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
IPA PADA SISWA SDN PLUPUH SRAGEN
TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh:
AL Esa Hanafi
K7108077
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
ABSTRAK
Al Esa Hanafi. PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP GAYA DALAM MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SDN KARUNGAN 2 TAHUN AJARAN 2011/2012. Skipsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta: Agustus 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep gaya melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Students Teams Achievement Divisions (STAD) pada siswa kelas IV SDN Karungan 2 Plupuh Sragen Tahun Ajaran 2011/2012.
Penelitan ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas IV SDN Karungan 2 Plupuh Sragen Tahun Ajaran 2011/2012 berjumlah 15 siswa, 11 siswa laki-laki dan 4 siswa perempuan. Sumber data berupa informasi dari guru kelas IV, hasil pengamatan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Students Teams Achievement Divisions (STAD), dan dokumen resmi. Teknik pengumpulan data adalah wawancara, tes, observasi, dan dokumentasi. Validitas data menggunakan triangulasi data. Teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif meliputi tiga buah komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keaktifan belajar IPA materi gaya pada siswa kelas IV SDN Karungan 2 Plupuh Sragen Tahun Ajaran 2011/2012. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya rata-rata kelas penguasaan konsep sebelum tindakan yaitu 61.67 dengan ketuntasan klasikal 33.33 %, siklus I rata-rata siswa 74 dengan ketuntasan klasikal 73.33%, berarti ketuntasan klasikal dari sebeleum tindakan ke siklus I naik 40 %. Siklus II rata-rata siswa 83.33 dengan ketuntasan klasikal 100 %, berarti ketuntasan klasikal dari siklus I ke siklus II naik 26.67 %. Untuk aspek keaktifan belajar, siklus I terdapat 7 atau 46,67% dari 15 siswa aktif, dan pada siklus II keaktifan siswa naik menjadi 11 atau 73,33% dari 15 siswa aktif.
Kata Kunci : Penguasaan Konsep Gaya, Model Kooperatif tipe Students Teams Achievement Division (STAD).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
ABSTRACT
Al Esa Hanafi. THE APPLICATION OF THE COOPERATIVE LEARNING MODEL OF STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS TYPE TO IMPROVE THE MASTERY OF POWER CONCEPT IN THE NATURAL SCIENCE SUBJECT MATTER OF THE STUDENTS IN GRADE IV OF STATE PRIMARY SCHOOL KARUNGAN 2 IN ACADEMIC YEAR 2011/2012. Skripsi, Surakarta: The Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, Surakarta, August 2012. The objective of this research is to investigate the improvement of the mastery of power concept in the Natural Science subject through the application of the cooperative learning model of Students Teams Achievement Divisions (STAD) type of the students in Grade IV of State Primary School Karungan 2 of Plupuh, Sragen in Academic Year 2011/2012.
This research used the classroom action research. It was conducted in two cycles. The subjects of the research were the students in Grade IV of State Primary School Karungan 2 of Plupuh, Sragen in Academic Year 2011/2012 as many as 15 students, 11 males and 4 females. The sources of the data were the class teacher, the results of observation on the learning process with the cooperative learning model of the STAD type, and official documents. The data of the research were gathered through in-depth interview, test, observation, and documentation. They were validated by using the data triangulation, and were then analyzed by using the interactive technique of analysis comprising three components, namely: data reduction, data display, and conclusion drawing or verification.
The result of the research shows that the application of the cooperative leaning model of the STAD type can improve the mastery of power concept in Natural Science and the learning activeness of the students in Grade IV of State Primary School Karungan 2 of Plupuh, Sragen in Academic Year 2011/2012 as indicated by the following: Prior to the treatment the average score of the students is 61.67, and the classical completeness is 33.33 %. Following the treatment, the average score of the students becomes 74 in Cycle I and 83.33 in Cycle II respectively, and the classical completeness becomes 73.33 % in Cycle I and 100% in Cycle II, meaning that the classical completeness increases up to 40% from in Cycle I and 26.67 % in Cycle II. 7 (46.67%) out of 15 students in Cycle I and 11 (73.33) out of 15 students in Cycle II respectively are active in term of learning activeness.
Keywords: The mastery of power concept and the cooperative learning model of Students Teams Achievement Division (STAD) type.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
MOTTO
sekarang ini adalah ilmu pengetahuan dan teknologi
(Alfin Toffler)
(Sugiyanto)
(Giring Ganesa)
(QS. Ar-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
PERSEMBAHAN
Dengan segala doa dan puji syukur kehadirat ALLAH SWT
Kupersembahkan skripsi ini untuk:
Kedua orang tuaku tercinta yang selalu membimbingku, menasehati, dan
mendoakan yang terbaik bagiku.
Adik-adikku tersayang yang selalu memberikan canda dan tawa dalam
hari-hariku.
Indah Dwi yang selalu memotivasiku untuk maju.
Teman-teman seperjuanganku angkatan 2008 S1 PGSD yang selalu
memberikan inspirasi dan semangat bagiku untuk menjadi lebih baik lagi,
terutama kelas A.
Keluarga besar FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta dan
Almamaterku tercinta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan segala rahmat, hidayah dan karunia- Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi Penelitian Tindakan Kelas ini di SD Negeri Karungan 2
kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen, dengan judul:
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA
SDN PLUPUH SRAGEN TAHUN AJARAN 2011/2012. Penulis menyadari
terselesaikannya penyusunan Skripsi Penelitian Tindakan Kelas ini tidak lepas
dari bimbingan, arahan, petunjuk, dan saran-saran dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini penulis dengan tulus menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret,
yang telah memberikan izin penulisan skripsi.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan persetujuan
skripsi.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah
memberikan izin skripsi.
4. Sekretaris Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah
memberikan izin skripsi.
5. Prof. Dr. H. Soegiyanto, S.U., selaku dosen pembimbing I.
6. Bapak Joko Daryanto,S.Sn, M.Sn.,selaku dosen pembimbing II.
7. Kepala SD Negeri Karungan 2 yang telah memberikan izin penulis untuk
melakukan penelitian.
8. Guru kelas IV SD Negeri Karungan 2 yang telah merelakan waktunya
untuk wawancara dan memberi izin penulis melakukan penelitian di kelas
IV.
9. Ayah dan ibu tercinta yang telah memberikan dukungan baik secara moral
maupun materiil.
10. Adik-adik saya yang memotivasi saya untuk maju.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
11. Teman-teman PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta angkatan
2008.
12. Pembaca yang budiman serta semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari unsur
kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan skripsi ini, dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penulis
sendiri.
Surakarta, 15 Januari 2013
AL Esa Hanafi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................... .... i
HALAMAN PENGAJUAN...................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN................................................. iii
PERSETUJUAN........................................................................................ iv
PENGESAHAN......................................................................................... v
. vi
ABSTRACT ....... Vii
MOTTO..................................................................................................... viii
PERSEMBAHAN...................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .......................................................................... . x
DAFTAR ISI ......................................................................................... . xii
DAFTAR TABEL.................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. xvii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................... 1
B. .... 4
C. Tujuan Penelitian ......................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ....................................................... 5
BAB II. LANDASAN TEORI .......................................................... 6
A. Tinjauan Pustaka .......................................................... 6
1. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD 6
a. Pengertian Model Pembelajaran ....................... 6
b. Macam-macam Model .... 7
c. ....... 8
d. Ciri- .. 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
Halaman
e. Student Teams Achievement Divisions........ .... 11
1) Komponen Mode .. 12
2) ... 14
3) Langkah- .. 15
4) ... 16
2. Hakikat Penguasaan Konsep Gaya .......... 16
a. .... 16
b. ... 17
c. Pengertian ..... 18
d. 19
e. Hakikat Gaya Dalam IPA di SD ........... 20
1) Pengertian 20
2) . 21
3) .. 22
4) . 22
5) 23
B. Hasil ... 23
C. Kerangka Berpikir .... 24
D. Hipotesis .... 25
BAB III. METODE PENELITIAN ..................................................... 26
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................... 26
B. Subjek Penelitian .......................................................... 26
C. 26
1. Bentuk .. 26
2. .. 27
D. Sumber Data ................................................................ 28
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................... 29
1. . 29
2. . 29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
Halaman
3. . 29
4. . 30
F. Validitas Data .............................................................. 30
G. Analisis Data ................................................................ 31
H. Indikator Kinerja .......................................................... 32
I. 33
1. . 33
2. Rancangan S 34
BAB IV. HASIL 36
A. Deskripsi Prat ..... 36
B. 38
1. De 38
2. De 47
C. 55
BAB V. SIMPULAN, IMP 59
A. 59
B. 59
C. 60
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 62
LAMPIRAN ........................................................................................... 64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1a:Kondisi Awal Nilai Konsep Gaya............................................ 2
Tabel 1b:Perbedaan Pembelajaran 10
15
16
Tabel 4:Distribusi Frekuensi Kondisi Awal IPA Materi Konsep Gaya... 37
42
44
45
Tabel 8:Hasil 51
53
54
56
Tabel 12:Nilai Rata- 57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
25
Gambar 2:Tahap-ta 27
33
37
43
Gambar 6:Grafik prosentase Keaktifan Siswa Siklus 43
44
46
52
52
53
55
Gambar 13:GrafikPeningkatan Nilai Rata- 56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
64
65
67
82
97
103
104
105
Lampiran 8: Nilai Penguasaan Konsep Gaya Prasiklus........................... 106
107
108
109
Lampiran 12:Lembar Ob 111
112
113
114
La 115
116
117
Lampiran 19:Lembar Observasi Siswa Siklus II Perte 118
Lampiran 20:Hasil Photo Pembelajaran........................................................ 119
Lampiran 21:Hasil Pekerjaan Peserta Didik............................................... 121
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang
mempelajari alam semesta, baik yang mempelajari alam semesta yang hidup
maupun yang tidak hidup. Di dalam IPA pengetahuan diperoleh dengan jalan
mengamati berbagai jenis dan perangkat lingkungan alam serta lingkungan
buatan. Ilmu IPA yang diajarkan di sekolah dasar merupakan disiplin ilmu yang
menuntut siswa supaya lebih aktif. Dalam mempelajari IPA idealnya tidak hanya
berdiam diri mendengar penjelasan guru, tetapi memerlukan keaktifan dan
keterampilan siswa.
Pembelajaran di sekolah, idealnya termasuk pembelajaran IPA lebih
banyak menganggap siswa sebagai subjek yang berkembang melalui pengalaman
belajar sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator dan motivator belajar
bagi siswa, membantu dan memberikan kemudahan agar siswa mendapatkan
pengalaman belajar sesuai dengan kemampuannya. Agar proses belajar mengajar
tidak hanya berpusat pada guru, maka diperkenalkan beberapa alternatif model
pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif. Dalam model pembelajaran
ini siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam pembelajaran IPA,
khususnya konsep gaya siswa harus mampu mengerti, memahami, dan menguasai
konsep-konsep yang diajarkan. Proses transfer dan penguasaan konsep-konsep
haruslah mendalam karena hal tersebut akan menjadi bekal dalam menghadapi
tantangan hidup di masa mendatang. Strategi transfer dan penguasaan konsep
dapat dilakukan dengan cara menerapkan model-model pembelajaran yang
menarik sehingga proses mengerti, memahami dan menguasai konsep-konsep
dapat menjadi lebih mudah.
Penguasaan konsep pada materi gaya di kalangan siswa kelas IV Sekolah
Dasar Negeri Karungan 2 masih jauh dari harapan. Berdasarkan wawancara
dengan guru, pembelajaran kurang berhasil dengan ditandai prestasi atau nilai
yang dicapai oleh siswa dalam pembelajaran IPA terutama dalam hal konsep gaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
kurang memuaskan, karena hasil belajar yang dicapai oleh 15 siswa sebagian
besar tergolong rendah dan belum sesuai dengan tujuan kompetensi yang akan
dicapai, yaitu pencapaian nilai ketuntasan minimal 67. Dari jumlah 15 siswa yang
mendapat nilai 67 ke atas (kategori tuntas) sebanyak 5 siswa (33%), yang
mendapat nilai kurang dari 67 (kategori belum tuntas) sebanyak 10 siswa (67%).
Dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 103.
Tabel 1a.Nilai Kondisi Awal Siswa
KKM (67) JUMLAH SISWA PROSENTASE (%)
TUNTAS 5 33%
TIDAK TUNTAS 10 67%
JUMLAH 15 100%
Berdasarkan pengamatan, terlihat bahwa beberapa faktor yang menjadi
penyebab kesulitan siswa dalam penguasaan konsep adalah model pembelajaran
yang kurang efektif sehingga konsep gaya masih menggunakan metode ceramah
dan tanya jawab yang kurang memotivasi semangat belajar siswa, dalam
penyajian materi, terkadang mengakibatkan siswa merasa jenuh dan tidak
bersemangat dalam belajar sehingga siswa merasa kesulitan dalam mengerti,
memahami dan menghafal konsep-konsep.
Model pembelajaran yang ideal untuk memperbaiki proses pembelajaran
IPA pada materi konsep gaya salah satunya adalah dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) agar
dapat menunjang nilai pengusaan konsep gaya kelas IV pada siswa dapat
meningkat. Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement
Divisions (STAD) adalah model pembelajaran yang memfokuskan pada
kerjasama antar anggota kelompok agar semua anggota kelompok mampu
mencapai tujuan belajar yang diharapkan.
Isjoni(2009: 74) menjelaskan Student Teams Achievement Divisions
(STAD) adalah tipe pembelajaran yang kooperatif dan menekankan pada adanya
aktifitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang
maksimal.
Pembelajaran kooperatif tipe Students Teams Achievement Divisions
mendorong dan memberi kesempatan kepada siswa untuk terampil
berkomunikasi. Artinya, siswa didorong untuk mampu menyatakan pendapat atau
idenya dengan jelas, mendengarkan orang lain dan menanggapinya dengan tepat,
meminta umpan balik, serta mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan baik.
Siswa juga mampu membangun dan menjaga kepercayaan, terbuka untuk
menerima dan memberi pendapat serta ide-idenya. Cara-cara yang ditempuh
untuk mengoptimalkan hasil belajar, terutama pada materi konsep gaya IPA kelas
IV adalah dengan menekankan pada aktivitas belajar aktif dan kreativitas pada
siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang mengharuskan siswa agar
lebih aktif dan mandiri di dalam kelas. Siswa dapat meningkatkan penguasaan
konsep gaya kelas IV dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams Achievement Divisions (STAD), siswa berinteraksi dengan siswa
lain dalam kelompoknya untuk menggali pengetahuan bersama.
Pembelajaran konsep gaya pada kelas IV diperlukan terobosan
pembelajaran yang aktif dan inovatif, sehingga hasil belajar siswa khususnya pada
materi konsep gaya dapat mencapai target ketuntasan minimal. Salah satunya
dengan penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions
(STAD) maka adalah cara yang tepat, dimana pada proses pembelajarannya
dibentuk kelompok-kelompok diskusi yang sederhana. Jadi siswa dapat saling
bertukar pikiran dengan siswa lain dalam kelompoknya untuk dapat memahami
konsep gaya kelas IV.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, penulis bermaksud
mengadakan penelitian dengan judul PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SDN PLUPUH SRAGEN
TAHUN AJARAN 2011/2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
B. Rumusan Masalah
Untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai arah penelitian,
dibawah ini disajikan rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini,
yaitu apakah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams Acievement Division (STAD) dapat meningkatkan penguasaan konsep
gaya pada siswa kelas IV SDN Karungan 2 Plupuh Sragen Tahun Ajaran
2011/2012?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah mengetahui peningkatan penguasaan konsep gaya
melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Acievement
Division (STAD) pada siswa kelas IV SDN Karungan 2 Plupuh Sragen Tahun
Ajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat member manfaat baik bersifat
teoritis maupun praktis sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis:
Memberikan kontribusi pemikiran mengenai proses pembelajaran IPA kelas
IV penigkatan materi konsep gaya secara efektif dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Manfaat Praktis:
a. Bagi Siswa, untuk meningkatkan penguasaan siswa pada materi konsep
gaya melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
b. Bagi Guru Kelas, untuk mengembangkan kemampuannya dalam
merancang dan melaksanakan pembelajaran IPA yang menarik dengan
model pembelajaran yang inovatif seperti model pembelajaran kooperatif
tipe STAD sehingga hasilnya akan lebih baik, serta menambah
pengalaman guru untuk melaksanakan PTK.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
c. Bagi Sekolah, untuk memberi gambaran tentang kompetensi guru dalam
mengajar, dan kompetensi siswa dalam penerapannya, sehingga
diharapkan kualitas proses dan hasil pembelajaran IPA khususnya pada
materi konsep gaya dapat ditingkatkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achievement Divisions)
a. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan salah satu bagian dari keseluruhan
sistem belajar yang tidak dapat dipisahkan dari sistem lainnya. Model
pembelajaran menjadi sangat penting seiring dengan majunya
perkembangan jaman. Menurut Sugiyanto (2010:3) Model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas
pembelajaran.
Anton Sukarno (2006 :144) pengertian model pembelajaran
diharuskan mengandung unsur a) Pedoman, b) Pengelolaan Pembelajaran,
c) Kerangka konseptual. Sedangkan Sugiyanto (2010: 3) menyebutkan ada
beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih model atau
strategi pembelajaran, yaitu: a) Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai;
b) materi ajar; c) kondisi siswa; d) ketersediaan sarana prasarana belajar.
Ada 8 prinsip dalam memilih strategi pembelajaran : (a)
berorientasi pada tujuan; (b) mendorong aktivitas siswa; (c)
memperhatikan aspek individual siswa; (d) menantang siswa untuk
berfikir; (e) menimbulkan proses belajar yang menyenangkan; (f) mampu
memotivasi siswa belajar lebih lanjut; (g) mendorong proses interaksi
(Sugiyanto, 2010: 4).
Model pembelajaran mengacu pendekatan yang akan digunakan,
termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas
(Agus Suprijono, 2009: 46 ).
Dengan demikian dapat disimpulkan model pembelajaran
merupakan salah satu bagian dari keseluruhan sistem belajar yang tidak
dapat dipisahkan dari sub sistem yang lain. Model pembelajaran
berhubungan dengan perencanaan yang dipilih untuk menyampaikan
materi pelajaran dalam lingkungan instruksional tertentu. Hal tersebut
meliputi lingkup dan urutan kegiatan yang dipilih oleh guru dalam proses
belajar mengajar, agar dapat diberikan kemudahan dan fasilitas kepada
siswa dalam setiap mencapai tujuan pembelajaran.
b. Macam Macam Model Pembelajaran
Model pembelajaran terbagi menjadi bebagai macam, Sri Anitah
(2009: 47), menyebutkan macam-macam model pembelajaran terdiri dari:
1) Model pembelajaran kolaboratif adalah model pembelajaran yang
melibatkan dua orang atau lebih untuk bekerjasama dalam belajar.
2) Model pembelajaran kontekstual adalah model pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik untuk memperkuat, memperluas, dan
menerapkan pengetahuan maupun keterampilan akademiknya dalam
berbagai lingkungan baik di dalam maupun di luar kelas.
3) Problem solving dan discovery inquiry, diajarkan dengan tujuan
menyiapkan peserta didik untuk memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Melalui penemuan, peserta didik belajar secara
intensif dengan mengikuti metode investigasi ilmiah di bawah supervisi
guru.
4) Experiental learning, peserta didik belajar denagn mencocokkan
pengetahuan dan pengalaman baru, dengan mengganti dan memperluas
pengatahuan lama.
5) Model pembelajaran terpadu adalah pengintegrasian beberapa mata
pelajaran dan digunakan secara bermakna untuk menginvestigasi dan
mengembangkan konsep tertentu di dalam suatu topik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
6) Model quantum learning merupakan model pembelajaran yang
menciptakan pembelajaran yang bergairah dan menyenangkan.
7) Resource-based learning merupakan belajar terbuka, jarak jauh dan
fleksibel.
Sedangkan Sugiyanto (2009: 3) menyebutkan macam-macam
model pembelajaran terdiri dari:
1) Model pembelajaran kontekstual adalah konsep pembelajaran yang
mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan
dan situasi dunia nyata siswa.
2) Model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran yang bertujuan
untuk mengembangkan aspek keterampilan sosial sekaligus aspek
kognitif dan aspek sikap siswa.
3) Model pembelajaran kuantum, model ini disajikan sebagai salah satu
model yang dapat dipilih guru agar proses pembelajaran dapat
berlangsung secara menyenangkan.
4) Model pembelajaran terpadu merupakan kegiatan mengajar dengan
memadukan beberapa mata pelajaran dalam satu tema.
5) Model Problem Based Learning (PBL), disini guru lebih harus sering
memfungsikan diri sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga siswa
dapat belajar untuk berpikir dan menyelesaikan masalahnya sendiri.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ada berbagai
macam model pembelajaran inovatif, diantaranya adalah model
pembelajaran berbasis masalah, kooperatif atau kolaboratif, quantum
learning, pembelajaran terpadu, pembelajaran kontekstual, Problem
solving dan discovery inquiry, Experiental learning, Resource-based
learning, dan Problem Based Learning (PBL). Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
c. Model Pembelajaran Kooperatif
Dalam kegiatan belajar mengajar, banyak model-model
pembelajaran yang sering diterapkan. Salah satunya adalah model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Isjoni (2009:15)
mengemukakan bahwa model pembelajaran cooperatif learning berasal
dari kata kooperatif yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-
sama dan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau
satu tim.
Dalam jurnal internasional yang ditulis Jacobs&Hannah
cooperative learning, also known as collaborative
learning, is a body of concepts and techniques for helping to maximize the
benefits of cooperation among students
yang juga dikenal sebagai pembelajaran kolaboratif, adalah suatu bentuk
dari konsep dan tehnik untuk membantu memaksimalkan keuntungan-
keuntungan kerjasama diantara siswa.
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi
semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk- bentuk yang lebih dipimpin
oleh guru atau diarahkan oleh guru (Agus Suprijono 2009: 54). Hal
tersebut diperkuat dengan pendapat Sugiyanto (2009 : 37) Pembelajaran
kooperatif (Cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang
berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama
dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Dalam jurnal internasional yang ditulis oleh Johnson&Johnson
cooperative learning exists when students work
together to accomplish shared learning goals
pembelajaran kooperatif ada ketika siswa-siswa bekerja bersama untuk
berbagi dalam menyelesaikan tujuan pembelajaran. Model pembelajaran
kooperatif merupakan suatu model pembelajaran siswa dalam kelompok-
kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda-beda.
`Dari pendapat yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh di atas dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran yang terdiri dari kelompok-kelompok kecil yang bekerja
sama dan saling membantu dalam memahami materi untuk mencapai
tujuan belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
d. Ciri Ciri Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya
terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen pembelajaran
kooperatif itu adalah saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka,
akuntabilitas individual, dan keterampilan untuk menjalin hubungan antar
pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan (Sugiyanto,
2009: 40- 42).
Adapun elemen-elemen dalam pembelajaran kooperatif di atas
dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Saling Ketergantungan Positif
2) Interaksi Tatap Muka
3) Akuntabilitas Individual
4) Keterampilan Menjalin Hubungan antar Pribadi
Dalam pembelajaran tradisional dikenal pula belajar kelompok,
meskipun demikian, ada sejumlah perbedaan esensial antara kelompok
belajar kooperatif dengan kelompok belajar tradisional (Sugiyanto, 2009:
42- 43). Pada tabel 1 dapat dilihat perbedaan kelompok belajar kooperatif
dengan tradisional.
Tabel 1b. Perbedaan pembelajaran tradisional dengan pembelajaran kooperatif (Sugiyanto, 2009: 42- 43)
Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Tradisional
Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif
Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok
Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok. Kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat dapat memberikan bantuan
Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok, sedangkan anggota kelompok
-atas keberhasilan temannya yang
Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis,
Kelompok belajar biasannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
ras, eknik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan
homogen.
Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman pemimpin bagi para anggota kelompok
Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru/kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing.
Ketrampilan social yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan
Ketrampilan sosial sering tidak diajarkan tidak langsung
Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung, guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok
Pemantauan melaui observasi dan intervensi sering dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung
Guru memperhatikan secara langsung proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar
Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar
Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yangsaling menghargai)
Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas
e. Pengertian Student Teams-Achievement Divisions (STAD)
Model pembelajaran STAD adalah salah satu Model pembelajaran
yang dikemukakan oleh Slavin dan kawan-kawan dari universitas John
Hopkins. Model pembelajaran ini merupakan teori belajar kontruktivisme
yang berdasarkan pada teori pembelajaran kognitif, dimana para guru
berfungsi sebagai fasilisator. Guru cukup menciptakan kondisi lingkungan
belajar yang kondusif bagi siswa. Menurut teori ini siswa akan lebih
mudah menemukan pengertian akan konsep-konsep yang sulit jika mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
dapat membicarakan dan mendiskusikan masalah tersebut dengan
temannya.
Isjoni (2009: 74) menjelaskan STAD adalah tipe pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara
siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai
materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.
Slavin (2008: 11) mengatakan bahwa : Dalam STAD, para siswa
dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda
tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru
menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk
memastikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk
memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran.
Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara
sendiri-sendiri, di mana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling
bantu.
Sehingga dapat penulis simpulkan bahwasanya Students Teams
Achievement Divisions (STAD) adalah suatu model pembelajaran yang
tersusun atas dasar kerjasama tim untuk memecahkan permasalahan yang
sedang dihadapi.
1) Komponen Model Student Team Achievement Division (STAD)
Slavin (2008: 143-146) "STAD terdiri atas lima komponen
utama dalam model STAD yaitu: presentasi kelas, tim, kuis, skor
kemajuan individual, dan rekognisi tim". Komponen-komponen
tersebut dalam pelaksanaan model pembelajaran STAD tidak dapat
dipisah-pisahkan. Komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a) Presentasi kelas
Materi dalam tipe STAD adalah pengenalan awal dalam presentasi
kelas. Dalam presentasi kelas ini, guru mengajarkan materi secara
langsung dalam pertemuan kelas. Presentasi kelas dalam tipe
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
STAD berbeda dengan presentasi kelas yang dilakukan guru pada
umumnya. Hal ini disebabkan karena presentasi kelas dalam tipe
STAD hanya dilakukan pada hal-hal pokok saja. Dengan cara ini
siswa dituntut untuk sungguh-sungguh dalam memperhatikan
materi yang diberikan oleh guru dalam presentasi kelas karena akan
membantu mereka dalam mengerjakan kuis dan menentuan skor
dari pengerjaan kuis yang nantinya akan mempengaruhi skor
kelompok mereka.
b) Tim
Kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang mempunyai karakteristik
yang berbeda-beda atau heterogen baik dalam penguasaan materi,
jenis kelamin maupun keturunan. Fungsi utama dari kelompok
adalah memastikan bahwa semua anggota kelompok dapat belajar
dan juga untuk mempersiapkan anggota kelompok dalam
memghadapi tes. Setelah guru mempresentasikan materi, kelompok
segera mempelajari lembar kerja atau tugas yang diberikan oleh
guru. Bila terdapat kesulitan maka anggota kelompok secara
bersama mendiskusikan kesulitan tersebut, membandingkan
jawaban-jawaban dari masing-masing anggota dan membetulkan
kesalahan-kesalahan konsep dari anggota kelompok. Kelompok
merupakan hal yang sangat penting dalam tipe STAD. Pada setiap
pendapat, tekanan diberikan pada anggota kelompok yang terbaik
dan anggota kelompok yang terbaik tersebut harus membantu
anggota kelompok lain dalam penguasaan materi.
c) Kuis
Setelah kurang lebih 1-2 pertemuan dari presentasi guru dan 1-2
kali kelompok melakukan latihan dalam kelompoknya, siswa diberi
tes individu. Siswa tidak boleh saling membantu selama tes. Jadi
setiap siswa bertanggung jawab secara individu dalam menguasai
materi pembelajaran yang telah diberikan. Hasil selanjutnya diberi
skor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
d) Skor kemajuan individual
Maksud dari skor kemajuan individual adalah memberikan nilai
pada setiap siswa yang dapat dicapai jika mereka bekerja keras dan
mengerjakan lebih baik dari pada materi yang telah lampau.
Keadaannya mungkin siswa mengalami peningkatan skor atau
bahkan menurun. Kemudian guru menghitung besarnya skor
perkembangan yaitu dengan membandingkan skor tes materi yang
lalu dengan skor yang baru.
e) Rekognisi tim
Setelah melakukan kuis, perhitungan skor perkembangan individu
dan skor kelompok dilakukan. Skor individu setiap anggota
kelompok memberikan sumbangan pada skor kelompok
berdasarkan skor pada kuis sebelumnya dengan skor kuis terakhir.
2) Kelebihan dan Kelemahan Model STAD
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa Model STAD
mempunyai kelebihan antara lain:
(a) Siswa dan guru mendapatkan kemudahan untuk memahami materi
pelajaran yang disampaikan.
(b) Siswa secara kooperatif dapat menyelesaikan pokok-pokok materi
yang dipelajari.
(c) Siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya dengan adanya
kerjasama semua unsur dalam kelas.
(d) Siswa akan dapat meningkatkan kemampuannya dalam hal
berdiskusi dan menyelesaikan tugas.
Selain terdapat kelebihan, dalam model STAD juga terdapat
adanya kelemahan antara lain:
(a) Apabila ada siswa yang tidak cocok dengan anggota kelompoknya,
maka siswa tersebut kurang bisa bekerja sama dalam memahami
materi dan kurang bisa mengerjakan kuis.
(b) Ada siswa yang kurang memanfaatkan waktu sebaik-baiknya
dalam kelompok belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
(c) Apabila ada anggota kelompok yang malas, maka usaha kelompok
dalam memahami materi maupun untuk memperoleh penghargaan
tidak berjalan sebagaimana mestinya.
3) Langkah-langkah Penerapan Model STAD
Langkah-langkah dalam penerapan Model STAD sebagai
berikut (Sugiyanto, 2009: 44) :
(a) Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau
tim, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap
tim memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras,
etnik, maupun kemampuan (tinggi, sedang, rendah).
(b) Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan
kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui
tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim.
(c) Secara individual atau tim, guru mengevaluasi untuk mengetahui
penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah
dipelajari.
(d) Tiap siswa dalam tiap tim diberi skor atas penguasaannya
terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individu atau tim
yang meraih prestasi tinggi atau meraih skor sempurna diberi
penghargaan. Para siswa mengumpulkan poin untuk tim mereka
berdasarkan tingkat dimana skor kuis mereka melampaui skor
awal mereka. Adapun kriteria poin kemajuan dapat dilihat pada
tabel 2.
Tabel 2. Kriteria Poin Kemajuan Skor Kuis Poin Kemajuan
Nilai Sempurna 30 Lebih dari 10 poin diatas skor awal 30 Skor awal sampai 10 poin diatas skor awal 20 10 sampai 1 poin di bawah skor awal 10 Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
(e) Ada tiga macam tingkatan penghargaan diberikan, ketiganya
didasarkan pada rata-rata skor tim. Adapun tingkatan
penghargaan dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Kriteria Penghargaan Kriteria (Rata-rata Tim) Penghargaan
15-19 TIM BAIK
20-24 TIM SANGAT BAIK
25-30 TIM SUPER
4) Penilaian/Skoring dalam Model STAD
Muhamad Nur (2005:23), penilaian/scoring pada model
pembelajaran kooperatif tipe STAD meliputi 3 hal yaitu :
a) Skor Dasar
Skor dasar adalah skor yang diperoleh dari rata-rata siswa pada
kuis sebelumnya atau dapat juga diperoleh dari nilai final siswa
dari tahun yang lalu.
b) Skor perkembangan
Skor perkembangan adalah skor perbandingan antara skor dasar
dengan skor kuis. Skor ini diperoleh berdasarkan seberapa besar
skor kuis siswa melampaui skor dasar mereka.
c) Skor Kelompok
Skor kelompok adalah jumlah dari skor perkembangan semua
anggota kelompok dibagi jumlah anggota kelompok. Laporan nilai
akhir dalam Model STAD didasarkan pada skor kuis sebenarnya,
bukan didasarkan pada skor perkembangan atau skor kelompok.
2. Hakikat Penguasaan Konsep Gaya
a. Pengertian Penguasaan
Kata penguasaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal
dari kata kuasa yang berarti kemampuan atau kesanggupan untuk berrbuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
sesuatu. Kata kuasa mendapat -
yang berarti proses, cara, perbuatan menguasai atau menguasakan.
Penguasaan bisa juga diartikan sebagai kesanggupan untuk menggunakan
pengetahuan dan kepandaiannya (Tim Penyusun KBBI, 1990: 468). Begitu
juga Abin Syamsuddin (2009:187) penguasaan adalah melakukan suatu
tindakan untuk dapat menggunakan sesuatu dengan tepat, dapat
memberikan contoh-contoh, dan sebagainya.
Jadi seseorang dikatakan menguasai konsep apabila seseorang
tersebut mampu/sanggup memahami dan memaknai sesuatu pengertian
dari suatu konsep sehingga dapat menggunakannya dengan tepat, serta
dapat memberikan contoh-contoh konsep tersebut.
Adapun sifat-sifat atau ciri-ciri merupakan rancangan atau ide atas
pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa kongkret, dan berupa
gambaran mental dari obyek, proses atau apapun diluar bahasa yang
digunakan oleh akal budi untuk dipergunakan memahami hal-hal yang lain
(Tim Penyusun KBBI, 1990:456).
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan penguasaan
adalah proses yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain
seperti pengetahuan, kepandaian dsb.
b. Pengertian Konsep
Konsep merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
secara abstrak suatu objek. Melalui konsep, seseorang diharapkan dapat
menyederhanakan pemikiran dengan menggunakan satu istilah. Parker
dalam Faqih Samlawi dan Bunyamin Maftuh (2008: 11) menyatakan
bahwa konsep adalah suatu gagasan yang ada melalui contoh- contohnya.
Proses berpikir ini disebut konseptualisasi, yaitu suatu proses terus
menerus yang berlangsung ketika seseorang menghadapi contoh-contoh
baru dari suatu konsep.
W.S.Winkel ( 1991 : 92 ) pengertian konsep adalah satuan arti
yang mewakili sejumlah obyek yang memiliki cirri-ciri yang sama. Belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
konsep merupakan salah satu cara belajar dengan penguasaan yang kerap
concept formation
Konsep adalah kesepakatan bersama untuk penamaan (pemberian
label) sesuatu dan merupakan alat intelektual yang membantu kegiatan
berpikir dan memecahkan masalah (Faqih Samlawi dan Bunyamin
Maftuh, 2001: 10). Penyederhanaan penamaan tersebut dilakukan agar
lebih mudah dalam mengenal, mengerti, dan memahami sesuatu tersebut.
kategori stimuli yang
memiliki ciri-ciri umum. Stimuli merupakan obyek- obyek atau orang
(person). Konsep-konsep tidak terlalu kongruen dengan pengalaman
pribadi kita tetapi menyajikan usaha-usaha manusia untuk
mengklasifikasikan pengalaman kita. Konsep adalah suatu yang sangat
(Oemar Hamalik, 2003:162). Sedangkan Agus Suprijono (2009: 9)
menjelaskan konsep sebagai suatu jaringan hubungan dalam objek,
kejadian, dan lain-lain yang mempunyai ciri-ciri tetap dan dapat
diobservasi.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat
disimpulkan bahwa konsep adalah sesuatu penyajian atau ggasan yang
umum mengenai ssesutu yang dapat berupa benda, peristiwa, atau
kegiatan, yang didalamnya terkandung makna yang luas.
c. Pengertian Penguasaan Konsep
Berdasarkan definisi di atas seseorang dapat dikatakan telah
menguasai suatu konsep jika individu mampu menyebutkan kesamaan-
kesamaan dan perbedaan-perbedaan dari contoh-contoh yang menyajikan
informasi tentang karakteristik dan nilai atribut dari konsep, kemudian
dirumuskan kembali tentang konsep itu.
Berikut merupakan beberapa hal yang harus dikuasai dalam
penguasaan konsep:
1) Dapat mendefinisikan konsep.
2) Dapat memilih, membedakan antara contoh-contoh dari yang bukan
contoh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
3) Mampu menyebutkan nama contoh-contoh serta ciri-ciri
(properties) konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
4) Dapat lebih mampu memecahkan masalah yang berkenaan
dengan konsep tersebut.
d. Hakikat Gaya
Dorongan atau tarikan tersebut dapat menyebabkan kedudukan
suatu benda berubah dari keadaan awalnya. Dalam sains, dorongan dan
tarikan ini dikenal dengan sebutan gaya.
Agus Riyadi (2011 : 1) Gaya merupakan dorongan , tarikan, dan
putaran yang membuat benda bergeraklebih cepat atau lebih lambat,
berubah arah atau bentuk. Sedangkan T. Hidayat (2011 : 2) menjelaskan
gaya adalah dorongan atau tarikan yang menyebabkan laju suatu benda
menjadi cepat atau lambat atau berubah bentuk, gaya dapat bekerja pada
arah yang sama atau arah berlawanan. Ada dua faktor yang mempengaruhi
gerak benda yaitu adanya gravitasi bumi dan dorongan atau tarikan. Berikut
merupakan jenis-jenis gaya (Heri Sulistyanto dan Edi Wibowo, 2008: 92):
1) Gaya Otot: Gaya otot merupakan gaya yang dihasilkan oleh tenaga otot.
Contoh gaya otot adalah pada saat kita menarik atau mendorong meja,
membawa belanjaan ibu, dan menendang bola. Karena terjadi sentuhan
maka gaya ini termasuk gaya sentuh.
2) Gaya Gesek antara Dua Benda: Gaya gesek merupakan gaya yang
terjadi karena bersentuhannya dua permukaan benda. Contoh gaya
gesek adalah gaya yang bekerja pada rem sepeda. Pada saat akan
berhenti, karet rem pada sepeda akan bersentuhan dengan pelek sepeda
sehingga terjadi gesekan yang menyebabkan sepeda dapat berhenti
ketika dilakukan pengereman.
3) Gaya Magnet: Gaya magnet merupakan gaya yang ditimbulkan oleh
tarikan atau dorongan dari magnet. Contoh gaya magnet adalah,
tertariknya paku ketika didekatkan dengan magnet. Benda-benda dapat
tertarik oleh magnet jika masih berada salam medan magnet.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
4) Gaya Gravitasi: Gaya gravitasi merupakan gaya yang ditimbulkan oleh
tarikan bumi. Contoh gaya gravitasi adalah jatuhnya buah dari atas
pohon dengan sendirinya. Semua benda yang dilempar ke atas akan
tetap kembali ke bawah karena pengaruh gravitasi bumi.
5) Gaya Listrik: Gaya listrik merupakan gaya yang terjadi karena aliran
muatan listrik. Aliran muatan listrik ini ditimbulkan oleh sumber energi
listrik. Contoh gaya listrik adalah bergeraknya kipas angin karena
dihubungkan dengan sumber energi listrik. Muatan listrik dari sumber
energi listrik mengalir ke kipas angin. Sehingga, kipas angin dapat
bergerak.
e. Hakikat Gaya dalam IPA di SD
1) Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
-
dari kata-kata Bahasa
dengan alam atau bersangkut paut dengan alam. Science artinya Ilmu
pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science itu secara
harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam (Srini M. Iskandar,
2001: 2).
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains, dalam bahasa inggris
disebut dengan science mempunyai berbagai macam pengertian.
Beberapa ahli di berbagai bidang merumuskan suatu definisi science.
Menurut Carin, science adalah kumpulan pengetahuan yang
tersusun secara sistematik, yang di dalam penggunaannya secara umum
terbatas pada gejala alam. Perkembangan science tidak hanya
ditunjukkan oleh kumpulan fakta saja, tetapi juga oleh timbulnya
metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Sedangkan Websters : New Collegiate Dictionary (1981)
natural science is knowledge concerned with the physical
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
world and its phenomena
pengetahuan tentang alam dan gejala-gejalanya.
Purnells dalam Concise Dictionary of Science ( 1983 )
Science is the broad field of humn knowledge,
acquired by rules, laws, principles, theories, and hyphotheses
Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia yang luas yang
didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik.
H. W. Fowler mengemukakan IPA merupakan ilmu yang
sistematis yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan
didasarkan terutama atas pengamatan dan induksi.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa IPA
merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta
serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan
pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual.
2) Tujuan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD menurut
Paolo dan Martin dalam Carin ( 1993 : 5 ) adalah untuk:
a) Mengamati apa yang terjadi
b) Mencoba memahami apa yang diamati
c) Mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan
terjadi
d) Menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat
apakah ramalan tersebut benar.
Ada beberapa alasan yang menyebabkan suatu mata pelajaran
dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah untuk SD. Alasan-alasan ini
dapat digolongkan menjadi empat golongan :
a) Mata pelajaran itu berfaedah bagi kehidupan atau pekerjaan anak di
kemudian hari
b) Mata pelajaran itu merupakan bagian kebudayaan bangsa
c) Mata pelajaran itu melatih anak berfikir kritis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
d) Mata pelajaran itu mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu
mempunyai potensi dapat membentuk pribadi anak secara keseluruhan
3) Fungsi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Mata pelajaran IPA di SD dan MI seperti pada Depdiknas (2006;
2) berfungsi untuk:
a) Menguasai konsep dan manfaat Sains dalam kehidupan sehari-hari
serta,
b) Untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi
4) Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD
Ruang lingkup mata pelajaran Sains Depdiknas (2006: 2) meliputi
dua aspek yaitu:
a) Kerja ilmiah mencakup: penyelidikan/ penelitian, berkomunikasi
ilmiah, pengembangan kreativitas dan pemecahan masalah, sikap dan
nilai ilmiah.
b) Penguasaan konsep :
(a) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu: manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan,
(b) Benda/ materi, sifat-sifat dan kegunaanya meliputi: cair, padat dan
gas,
(c) Energi dan perubahann yang meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,
listrik, cahaya dan pesawat sederhana,
(d) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan
benda- benda langit lainnya,
(e) Sains, Lingkungan Teknologi, dan Masyarakat merupakan
penerapan konsep sains dan saling keterkaitannya dengan
lingkungan, teknologi dan masyarakat melalui suatu karya
teknologi sederhana termasuk merancang dan membuat.
5) Karakteristik Pembelajaran IPA di SD
IPA merupakan disiplin ilmu yang memiliki ciri-ciri sebagaimana
disiplin ilmu lainnya. Setiap disiplin ilmu, selain memiliki ciri umum, juga
memiliki ciri khusus/ karakteristik. Ciri khusus Ilmu Pengetahuan Alam:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
a) IPA mempunyai nilai ilmiah
b) IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara
sistematis
c) IPA merupakan pengetahuan teoritis
d) IPA meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap
e) IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Efektivitas Model
Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Terhadap
Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Geografi Pokok Bahasan Lingkungan
Hidup Di Kelas X SMA MTA Surakarta Tahun Ajaran
halaman 138 menyimpulkan hasil perhitungan statistik dengan uji-t pihak
kanan membuktikan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif STAD
diperoleh hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengajaran
ceramah pada pokok bahasan lingkungan hidup. Hal ini membuktikan
penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif STAD lebih efektif daripada
pendekatan pembelajaran ceramah. Hasil belajar ini dapat dilihat dari rata-rata
tes siswa yang diberi pengajaran kooperatif STAD adalah 7,686 dengan gain
score = 1,806 sedangkan rata-rata tes siswa yang diberi pengajaran ceramah
adalah 6,625 dengan gain score = 1,084.
2. Penelitian oleh Dedi Tri Sulistyo dengan judul Penerapan model pembelajaran
kontekstual untuk meningkatkan penguasaan konsep gaya pada siswa kelas IV
SD Negeri Tenggak 3 Sidoharjo Sragen tahun pelajaran 2010/2011. Jumlah
siswa kelas IV SDN Tenggak 3 sebanyak 24 siswa yang terdiri dari 14 siswa
laki laki dan 10 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data menggunakan
observasi/pengamatan, kajian dokumen, tes dan wawancara. Teknik analisis
data menggunakan teknik analisis model interaktif yang terdiri dari tiga
komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan atau
verifikasi. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
penguasaan konsep gaya setelah dilaksanakan tindakan kelas dengan
menerapkan model pembelajaran kontekstual. Hal ini dapat dilihat dari nilai
rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada Nilai awal sebesar 57, 58,
pada siklus I sebesar 69, 91; dan pada siklus II sebesar 77, 88. Untuk siswa
tuntas belajar (nilai ketuntasan 65) pada Nilai awal 8 siswa atau 33, 33%,
siklus I 20 siswa atau 83, 3% setelah dilakukan refleksi terdapat 4 siswa yang
tidak tuntas (nilai ulangan dibawah 65), namun secara keseluruhan sudah
meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa, dan
pada tes siklus II menjadi 91, 67% atau terdapat 2 siswa yang tidak tuntas.
C. Kerangka Berfikir
Kondisi awal pada siswa kelas IV SDN Karungan 2 guru menggunakan
metode pembelajaran yang mengandalkan teknik ceramah yang kurang menarik
perhatian siswa, sehingga hal ini menyebabkan penguasaan konsep gaya siswa
kelas IV SD Negeri Karungan 2 masih rendah. Dengan melihat hasil belajar yang
dicapai oleh 15 siswa sebagian besar tergolong rendah dan belum mencapai
kriteria ketuntasan minimal 67. Dari jumlah 15 siswa yang mendapat nilai 67 ke
atas (kategori tuntas) sebanyak 5 siswa (33%), yang mendapat nilai kurang dari 67
(kategori belum tuntas) sebanyak 10 siswa (67%). Dengan kondisi yang seperti itu
maka diperlukan suatu tindakan untuk meningkatkan penguasaan konsep gaya
yaitu dengan diterapkannya model yang dapat menunjang siswa dalam memahami
konsep-konsep yang ada dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
khususnya pada materi gaya
Penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan di SD Negeri Karungan
2, melalui perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi terlebih dahulu
peneliti menerapkan model STAD. Pada siklus pertama peneliti mentargetkan
keberhasilan belajar siswa dalam meguasai konsep gaya sebesar 70 %. Pada siklus
kedua peneliti mentargetkan keberhasilan belajar siswa dalam meguasai konsep
gaya sebesar 80 %. Apabila sampai siklus kedua belum mencapai target yang
diingankan maka akan dilaksanakan siklus berikutnya sampai mencapai target
yang diinginkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Kondisi akhir dari penelitian tindakan kelas ini dengan diterapkannya
model pembelajaran STAD diharapkan dapat meningkatkan penguasaan konsep
gaya pada siswa kelas IV SD Negeri Karungan 2.
Untuk lebih jelasnya kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat dilihat
dalam gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Berpikir
D. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di
atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: Penerapan Model
STAD dapat meningkatkan penguasaan konsep gaya pada siswa kelas IV SD
Negeri Karungan 2 tahun ajaran 2011/2012.
Siklus ke-n
Kondisi Awal
Guru menggunakan
pembelajaran
konvensional
Penguasaan konsep gaya pada siswa
masih rendah
Tindakan
Guru
menggunakan
Model STAD
Perencanaan Pelaksanaan Pengamatan
refleksi Siklus I (70 %)
Kondisi Akhir
Melalui Model STAD dapat meningkatkan penguasaan konsep gaya pada siswa
Perencanaan Pelaksanaan Pengamatan
refleksi
Siklus II (80 %)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Karungan 2 Kecamatan Plupuh,
Kabupaten Sragen. SDN Karungan 2 memiliki 6 ruang kelas. Kelas yang
digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas adalah kelas IV.
Pemilihan sekolah ini didasarkan atas beberapa pertimbangan,
diantaranya adalah pertama waktu, biaya dan tempat penelitian yang dapat
dijangkau dengan mudah oleh peneliti. Kedua, sekolah tersebut belum pernah
digunakan sebagai obyek penelitian yang sejenis. Ketiga, hasil observasi
penulis di lapangan terdapat permasalahan dalam pemahaman konsep gaya di
SDN Karungan 2.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran
2011/2012 dimulai bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2012. Sebelum
diadakan penelitian perlu ada persiapan antara lain pembuatan proposal dan
perijinan, hal ini dilaksanakan pada bulan Januari dan Februari. Adapun
rincian waktu kegiatan penelitian dapat dilihat pada lampiran 1
B. Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri
Karungan 2 tahun pelajaran 2011/2012 semester II sebanyak 15 siswa. Siswa
kelas IV sebagai subjek yang akan diamati kegiatan pembelajarannya dan dikenai
tindakan. Selain siswa, guru juga menjadi subjek penelitian berkaitan dengan
kegiatan guru saat mengajar.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian Berdasarkan masalah yang diajukan dalam penelitian ini yang
menekankan pada masalah perbaikan proses di kelas, maka jenis penelitian ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
adalah Penelitian Tindakan Kelas. Sarwiji Suwandi (2009: 15) mengemukakan
bahwa tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk mengadakan perbaikan
atau peningkatan mutu praktik pembelajaran di kelas. Dengan menggunakan
bentuk Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan akan mendapat informasi
yang sebanyak-banyaknya untuk meningkatkan praktek-praktek pembelajaran
di kelas secara professional.
2. Strategi Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif dan jenis penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Menggunakan pendekatan jenis ini karena data yang akan diperoleh atau
dikumpulkan berupa data yang langsung tercatat dari kegiatan di lapangan.
Alasan mengadakan penelitian tindakan kelas adalah, karena PTK mengkaji
masalah pendidikan yang berkaitan dengan pembelajaran di dalam kelas yang
dilaksanakan oleh guru. Selain itu PTK dapat memecahkan masalah
pembelajaran yang dihadapi guru kelas.
Dalam penelitian ini menggunakan strategi model siklus. Wardhani
(2007 : 2.3) menyatakan bahwa PTK dilaksanakan melalui proses pengkajian
berdaur atau siklus yang terdiri dari empat tahap, yaitu merencanakan,
melakukan tindakan, mengamati dan melakukan refleksi seperti pada gambar
2.
Gambar 2. Tahap-tahap dalam PTK
Adapun rancangan penelitian yang digambarkan dalam tahap-tahap
PTK adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan
Kegiatan ini meliputi :
Merencanakan
Melakukan Tindakan Refleksi
Mengamati dan Mengevaluasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
1) Membuat perencanaan pengajaraan
2) Membuat lembar observasi
3) Membuat alat evaluasi
4) Pembuatan instrument pembelajaran
b. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan
kegiatan pembelajaran sebagaimana yang telah direncanakan.
c. Observasi dan Evaluasi
Dalam tahap ini dilaksanakan observasi dan evaluasi terhadap
pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi dan evaluasi
yang telah dipersiapkan. Observasi dilakukan baik kepada siswa maupun
guru dalam pembelajaran.
d. Refleksi
Dalam tahap ini data-data yang diperoleh melalui observasi dan
evaluasi dikumpulkan dan dianalisis, guna mengetahui seberapa jauh
tindakan telah membawa perubahan dan apa atau di mana perubahan terjadi.
D. Sumber Data
Keberhasilan suatu penelitian didukung oleh sumber data. Sumber data
dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu : sumber data primer dan
dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain-
Dalam penelitian ini sumber data primer yang dapat dimanfaatkan antara
lain :
1. Nara sumber yaitu, guru dan siswa kelas IV SDN Karungan 2.
2. Dokumen atau arsip yang berupa daftar nilai kelas IV SDN Karungan 2.
3. Hasil pengamatan dari pelaksanaan proses pembelajaran IPA pokok bahasan
penguasaan konsep gaya di kelas IV SDN Karungan 2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
E. Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan sumber data yang dikumpulkan dan untuk mempermudah
pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan antara dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna
dalam suatu topik tertentu.
Wawancara yang dilakukan peneliti bersifat lentur, tidak terstruktur
ketat, tidak dalam suasana formal, dan dapat dilakukan berulang pada
informan yang sama. Wawancara ini lebih tepat disebut wawancara
mendalam (in-depth interviewing), dengan wawancara mendalam akan
mendapat informasi yang rinci khususnya data mengenai konsep siswa.
2. Dokumentasi
St. Y. Slamet dan Suwarto (2007: 53) Dokumen merupakan sumber
data yang sering memiliki posisi penting dalam penelitian kualitatif. Dokumen
merupakan bahan tertulis ataupun film yang digunakan sebagai sumber data,
dokumen sejak lama digunakan sebagai sumber data karena dalam banyak hal
dokumen sebagai sumber data yang dapat digunakan untuk menguji,
menafsirkan, bahkan untuk meramalkan.
Teknik pengumpulan data ini bersumber dari dokumen/ arsip.
Dokumen/ arsip tersebut berupa daftar nilai kelas IV.Dokumentasi ini berupa
data hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan.
3. Tes
Menurut Suharsimi Arikunto (2007: 29) menjelaskan teknik tes
adalah suatu alat pengumpul informasi yang berupa serentetan pertanyaan atau
latihan yang dapat digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Tes digunakan untuk mengetahui implikasi dari tindakan yang telah dilakukan
terhadap tingkat penguasaan konsep gaya kelas IV.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan yang dicapai siswa setelah kegiatan pembelajaran tindakan. Tes
yang diberikan dalam penelitian ini dilakukan tiap pertemuan kepada siswa
kelas IV SD Negeri Karungan 2, yakni tes tertulis (soal-soal IPA pada materi
konsep gaya).
4. Observasi
Observasi adalah pengamatan mengenai sesuatu yang diteliti untuk
memperoleh data.Observasi ini digunakan untuk mendapatkan informasi
tentang pelaksanaan pembelajaran, letak geografis, kondisi siswa dan
masyarakat sekitar sekolah.
Observasi atau pengamatan digunakan untuk mengoptimalkan
kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian,perilaku tak sadar,
kebiasaan , dan sebagainya (Slamet.St.Y. dan Suwarto. 2007: 44). Observasi
yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah observasi langsung dan
partisipasi agar hasilnya seobyektif mungkin. Observasi langsung terhadap
obyek yang diteliti, sedangkan observasi partisipatif yaitu pengamatan yang
dilakukan dengan cara ikut ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi
obyek yang diteliti.
Observasi dilakukan pada siswa dan guru kelas IV SD Negeri
Karungan 2 yang dilakukan pada setiap pertemuan untuk mengetahui situasi
dan perkembangan dalam proses belajar mengajar mata pelajaran IPA dengan
model STAD. Dalam penelitian ini yang dijadikan data observasi adalah
keaktifan siswa selama pembelajaran dan kegiatan guru saat melaksanakan
pembelajaran.
F. Validitas Data
Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa
validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggung jawabkan dan dapat
dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Validitas dapat
diketahui dengan menggunakan triangulasi data. Menurut Sarwiji Suwandi
(2009:60), Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
pembandingan data itu. Adapun teknik yang digunakan dalam memeriksa
validitas data dalam penelitian ini adalah dengan triangulasi sumber data dan
triangulasi teknik metode. Trianggulasi data atau sumber yaitu dengan
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
telah diperoleh melalui berbagai sumber yang berbeda yaitu: (1) Pengamatan
(observasi) dari proses pembelajaran dengan menggunakan model STAD; (2)
Silabus dan RPP; (3) Tes dengan materi gaya; (4) Foto kegiatan belajar
menggunakan model STAD. Triangulasi teknik yaitu dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Data yang
diperoleh dari hasil observasi dicek dengan hasil tes, dan foto.
G. Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis kulitatif dengan model interaktif Miles & Huberman. Menurut Sugiyono
(2003:91) model analisis interaktif mempunyai tiga buah komponen pokok, yaitu
reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan (verifikasi). Aktivitasnya
dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu
proses siklus.
1. Reduksi data yaitu proses menyeleksi data awal, memfokuskan,
menyederhanakan dan mengabstraksi data kasar yang ada dalam fieldnote.
Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan penelitian. Data reduksi
adalah suatu bntuk analisis ang mempertegas, memperpendek, membuat fokus,
membuang hal-hal yang tidak penting, dan mengatur data sedemikian rupa
sehingga kesimpulan akhir dilakukan. Proses ini berakhir sampai laporan akhir
penelitian selesai ditulis.
2. Sajian data adalah suatu rangkaian organisasi informasi yang memungkinkan
penelitian dapat dilakukan. Dengan melihat penyajian data, maka akan
dimengerti apa yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu
pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pengertian tersebut, dalam hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
ini penyajian data meliputi berbagai jenis matriks, gambar, jaringan kerja dan
tabel.
3. Penarikan kesimpulan, apabila dalam tahapan ini ditemukan data yan akurat,
maka peneliti tidak segan-segan untuk melakukan penyimpulan ulang. Peneliti
dalam hal ini bersifat terbuka dan skeptis, namun demikian akan meningkat
secara eksplisit dan memiliki landasan yang kuat. Kesimpulan akhir tidak akan
terjadi sampai proses pengumpulan data berakhir.
Untuk lebih jelasnya, proses analisis kualitatif dapat dijelaskan sebagai
berikut :
(a) Melakukan analisis awal bila data yang didapat di kelas sudah cukup, maka
dapat dikumpulkan (b) Mengembangkan dalam bentuk sajian data, dengan
menyusun coding dan matrik yang berguna untuk penelitian lanjut (c)
Melakukan analisis data di kelas dan mengembangkan matrik antar kelas (d)
Melakukan verifikasi, pengayaan dan pendalaman data apabila dalam
persiapan analisis ternyata ditemukan data yang kurang lengkap atau kurang
jelas, maka perlu dilakukan pengumpulan data lagi secara terfokus (e)
Melakukan analisis antar kasus, dikembangkan struktur sajian datanya bagi
susunan laporan (f) Merumuskan simpulan akhir sebagai temuan penelitian (g)
Merumuskan implikasi kebijakan sebagai bagian dari pengembangan saran
dalam laporan akhir penelitian.
H. Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan
dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Dalam penelitian ini
yang menjadi indikator kinerja adalah: apabila 80% dari jumlah siswa kelas IV
mencapai nilai KKM, sedangkan nilai KKM untuk mata pelajaran IPA adalah
67,00.
I. Prosedur Penelitian Tindakan
Mekanisme kerja dalam penelitian/pelaksanaan PTK ini diwujudkan
dalam 2 siklus dimana setiap siklusnya mencakup 4 kegiatan, yaitu 1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) observasi, dan 4) refleksi. Langkah-langkah
tersebut dapat divisualisasikan pada gambar 3.
Iskandar (2009: 114)
Gambar 3. Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Rancangan Siklus I
Siklus I ini direncanakan dua kali pertemuan selama 1 minggu yang
dilaksanakan pada bulan Maret minggu ke-1.
a. Perencanaan (Planning)
Langkah-langkah dalam persiapan penelitian yaitu :
1) Membuat skenario pembelajaran dengan model STAD
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
SIKLUS I
Pengamatan
Pelaksanaan
Perencanaan I
Indentifikasi Masalah
Pelaksanaan
Pengamatan
Refleksi SIKLUS II
Permasalahan baru Hasil Refleksi
Refleksi
?
Perencanaan II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
3) Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam mengajar, misalnya
buku-buku penunjang, dan alat tulis
4) Menyiapkan peralatan dokumentasi, misalnya kamera
5) Menyiapkan media yang dipakai yaitu gambar-gambar/benda yang
nyata tentang materi gaya
6) Menyiapkan soal tes setelah dilaksanakan pembelajaran.
7) Menyiapkan lembar penilaian.
8) Membuat lembar observasi.
b. Pelaksanaan (Action)
Penerapan tindakan merupakan pelaksanaan dari rencana
pembelajaran (RPP) yang telah dipersiapkan. Secara garis besar, tindakan
yang akan dilaksanakan yaitu melalui model pembelajaran STAD dalam
pembelajaran materi gaya. Dalam hal ini, pelakasanaan pembelajaran
dilakukan dalam dua kali pertemuan.
c. Pengamatan (Observasi)
Kegiatan observasi dilaksanakan untuk mengamati tingkah laku
dan sikap siswa ketika mengikuti pembelajaran IPA materi konsep gaya
dengan menerapkan model STAD. Observasi juga dilakukan pada peneliti
yang berperan sebagai guru yang menerapkan model STAD.
d. Refleksi (Reflection)
Refleksi dilakukan setelah mengadakan pengamatan. Dalam
pembelajaran pada siklus I ini tentang konsep gaya didapatkan suatu
kendala yaitu adanya nilai siswa yang belum mencapai hasil yang
diharapkan atau tindakan belum tercapai secara optimal, maka perlu
adanya perbaikan pada siklus II. Pencapaian ketuntasan siswa siklus I
sebesar 73,3% dengan rata-rata kelas 74. Diputuskan penelitian dilanjutkan
pada siklus II karena siklus I hanya mencapai 73,3% sedangkan indikator
2. Rancangan Siklus II
Siklus I ini direncanakan dua kali pertemuan selama 1 minggu yang
dilaksanakan pada bulan Mei minggu ke-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
.
a. Perencanaan (Planning)
Pada tahap perencanaan dalam siklus II ini dipersiapkan rencana
pembelajaran yang telah diperbaiki dan disempurnakan dari rencana
pembelajaran siklus I. Materi yang diajarkan masih sama dengan materi
pada siklus I. akan tetapi, perencanaan pada siklus II ini merupakan
perbaikan dari siklus I. Segala sesuatu yang dipersiapkan pada siklus II,
masih sama seperti siklus I. Hanya saja, perencanaan siklus II lebih
dipersiapkan lebih matang lagi untuk memperbaiki kelemahan pada siklus
I, berdasarkan hasil analisis dan pembahasan siklus I.
b. Pelaksanaan (Action)
Tindakan pada siklus II sesuai dengan rencana pembelajaran yang
telah disusun. Tindakan pada siklus II merupakan penyempurnaan
tindakan pada siklus I. Pada tahap ini guru mengoptimalkan penggunaaan
model STAD untuk memperbaiki kekurangan dan masalah yang muncul
pada siklus I. Melalui model ini dapat melibatkan dan mengaktifkan
peserta didik dengan bimbingan guru, sehingga aktifitas/sikap peserta
didik dalam pembelajaran dapat diperbaiki.
c. Pengamatan (Observasi)
Pada siklus II ini selama proses pembelajaran berlangsung, peserta
didik tetap diamati. Pengamatan dilakukan untuk melihat peningkatan
hasil tes evaluasi pembelajaran dan perubahan perilaku/aktivitas peserta
didik.
d. Refleksi (Reflection)
Refleksi dilakukan untuk mengetahui keefektivan penggunaan
model pembelajaran STAD bagi materi penguasaan konsep gaya dan
memperbaiki sikap/perilaku peserta didik saat mengikuti pembelajaran.
Pencapaian ketuntasan siswa pada siklus II sebesar 100% dengan rata-rata
kelas sebesar 83,3. Diputuskan penelitian dihentikan pada siklus II karena
indikator ketercapaian telah dicapai sehingga peneliti telah berhasil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pra Tindakan
Kelas yang digunakan untuk penelitian adalah kelas IV yang terdiri dari
11 siswa laki-laki dan 4 siswa perempuan, dengan guru kelas yang bernama
Bapak Sutardjo. Kegiatan awal yang dilakukan adalah mengadakan kegiatan
survey awal untuk mengetahui keadaan sebenarnya serta mencari informasi dan
menemukan berbagai kendala yang dihadapi sekolah dalam proses pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya kelas IV. Setelah mengadakan
wawancara dengan guru kelas IV, mengamati kegiatan siswa melalui observasi
pembelajaran di kelas, diketahui bahwa pembelajaran IPA salah satunya materi
Gaya dirasa sulit bagi siswa. Hal ini dikarenakan siswa kurang antusias ketika
pembelajaran berlangsung, sehingga penguasaan konsep dan keaktifan siswa
dalam pembelajaran IPA materi Gaya masih rendah.
Rendahnya penguasaan konsep dan keaktifan belajar siswa diketahui dari
hasil observasi siswa dalam pembelajaran IPA siswa kelas IV SDN Karungan 2
yang ditunjukkan sebelum tindakan dengan menggunakan nilai siswa kelas IV
pada materi gaya dan lembar observasi. Penguasaan konsep diukur dengan
menggunakan tes penguasaan konsep, lembar observasi digunakan untuk
mengetahui tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran.
Dari siswa kelas IV yang berjumlah 15, terdapat 5 siswa atau 33,33%
yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 67 dalam aspek penguasaan
konsep gaya mata pelajaran IPA pada kondisi awal (lampiran 9). Untuk lebih
jelasnya maka kondisi awal penguasaan konsep gaya siswa kelas IV dapat dilihat
pada tabel 4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Penguasaan Konsep Gaya Mata Pelajaran IPA Siswa
Kelas IV pada Kondisi Awal
No Interval Frekuensi
(fi) Nilai Tengah
(xi) fi.xi Persentase
(%) 1 20 34 1 26,5 26,5 6,67 2 35 49 0 41,5 0 0 3 50 64 9 56,5 508,5 60,00 4 65 79 4 71,5 286 26,67 5 80 94 1 86,5 86,5 6,67 Jumlah 15 907,5 100%
Nilai rata-rata kelas = 61,67 Ketuntasan Klasikal 33,33%
Berdasarkan tabel 4 penguasaan konsep Gaya mata pelajaran IPA kelas IV
SDN Karungan 2 di atas dapat disajikan dengan grafik pada gambar 4.
Gambar 4. Grafik Penguasaan Konsep Gaya Mata Pelajaran IPA Kelas IV pada Kondisi Awal
Berdasarkan tabel 4 dan gambar 4 penguasaan konsep gaya mata
pelajaran IPA siswa kelas IV sebelum diterapkan penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD diperoleh rata-rata kelas sebesar 61,67. Siswa
yang memperoleh nilai 20-34 sebanyak 1 siswa atau 6,67%. Siswa yang
memperoleh nilai 50-64 sebanyak 6 siswa atau 40,00%. Siswa yang memperoleh
nilai 65-79 sebanyak 7 siswa atau 46,67%. Siswa yang memperoleh nilai 80-94
sebanyak 1 siswa atau 6,67%. Siswa yang mendapat nilai di bawah 67 (KKM)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
yaitu sebanyak 10 siswa atau 66,66%, dan siswa yang mendapat nilai di atas
KKM yaitu 5 siswa atau 33,33%. Hal ini dapat diartikan bahwa ketuntasan
klasikal sebesar 33,33% masih berada di bawah ketuntasan belajar yang
ditetapkan yaitu sebesar 80 (KKM), dengan kata lain
penguasaan konsep gaya mata pelajaran IPA kelas IV SDN Karungan 2 masih
tergolong rendah.
Berdasarkan nilai evaluasi IPA materi gaya yang masih rendah dan
banyak siswa yang belum dapat mencapai KKM dapat diambil simpulan
sementara, bahwa penguasaan konsep gaya pada siswa kelas IV SDN Karungan 2
masih rendah. Maka dari itu diperlukan suatu inovasi pembelajaran IPA materi
gaya melalui Penggunaan model kooperatif tipe STAD. Dengan Penggunaan
model kooperatif tipe STAD diharapkan penguasaan konsep gaya pada siswa akan
mengalami peningkatan sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai.
B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Proses penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Dimana setiap
siklusnya terdiri dari 2 kali pertemuan dan tiap pertemuan terdiri dari 2 jam
pelajaran (2 x 35 menit). Penelitian ini dilaksanakan melalui 4 tahapan yaitu: (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan atau observasi, dan (4) refleksi.
1. Deskripsi Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan pada tanggal 3 sampai dengan 4 Mei
2012. Jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran pada siklus I sebanyak 15 siswa
yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 4 siswa perempuan. Adapun tahapan yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Kegiatan perencanaan siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 30 April 2012.
Peneliti dan guru kelas mendiskusikan rancangan tindakan yang akan
dilaksanakan. Rancangan tindakan yang dilaksanakan berdasar pada solusi
permasalahan yang muncul yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD. Selanjutnya disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
akan dilaksanakan selama dua kali pertemuan yaitu pada tanggal 3 dan 4 Mei
2012. Adapun deskripsi perencanaan siklus I adalah sebagai berikut:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Peneliti dan guru kelas menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) IPA selama 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit
setiap pertemuannya. RPP yang disusun meliputi: standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dampak pengiring,
materi pembelajaran, metode dan model pembelajaran, langkah-
langkah pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, dan penilaian
(lampiran 3a).
2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung
Fasilitas dan sarana yang dipersiapkan untuk pelaksanaan
pembelajaran adalah: a) Menyiapkan media pembelajaran; b) Ruang
kelas didesain sesuai dengan model pembelajaran kooperatif yaitu
meja kelas ditata sesuai jumlah kelompok; c) menyiapkan alat peraga
yang diperlukan pada materi gaya dan kamera digital untuk
pendokumentasian proses pembelajaran IPA.
3) Menyiapkan Lembar Pengamatan dan Lembar Penelitian
Lembar pengamatan digunakan untuk merekam segala aktivitas siswa
selama pelaksanaan pembelajaran IPA berlangsung. Pengamatan yang
dilakukan meliputi penggunaan pembelajaran kooperatif tipe STAD,
perilaku berkarakter, keterampilan sosial siswa, psikomotorik siswa,
dan keaktifan belajar siswa Pedoman dan lembar pengamatan dapat
dilihat dalam lampiran. Lembar penilaian disusun berdasarkan kisi-kisi
soal yang telah disesuaikan dengan indikator dan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai.
b. Pelaksanaan
Dalam tahap ini peneliti berkolaborasi dengan guru kelas
melaksanakan pembelajaran penguasaan konsep gaya mata pelajaran IPA.
Peneliti sebagai pengajar dan guru sebagai observer.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
1) Pertemuan Ke-1
Pertemuan ke-1 pelajaran IPA kelas IV mempelajari tentang konsep
gaya.
Adapun langkah-langkah pembelajarannya yaitu: guru memulai
pembelajaran dengan mengkondisikan siswa. Guru mengucapkan
salam dan melakukan presensi. Guru memberikan apersepsi terhadap
siswa dengan menanyakan siapa yang tadi berangkat ke sekolah naik
sepeda. Guru mengecek penguasaan siswa dengan mengajukan
pertanyaan yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Guru
mempersiapkaan alat peraga berupa gambar macam-macam gaya,
pasir, kelereng, air, gelas, bola, papan kayu, penggaris, sobekan kertas
dan menjelaskannya. Siswa dibuat tiga kelompok, tiap kelompok
terdiri dari 5 siswa dan diberi lembar kerja kelompok untuk
didiskusikan bersama. Guru membimbing siswa dalam mengerjakan
lembar kerja kelompok. Setiap kelompok mewakilkan salah satu
anggotanya untuk membacakan hasil diskusinya di depan kelas, siswa
lain menanggapinya. Guru meluruskan permasalahan yang ada. Guru
mengadakan tanya jawab tentang materi yang belum dimengerti untuk
membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran.
Siswa bersama guru membuat kesimpulan pembelajaran. Guru
memberikan penguatan atas hasil evaluasi dan memberikan tindak
lanjut berupa pekerjaan rumah.
2) Pertemuan Ke-2
Pertemuan ke-2 pelajaran IPA kelas IV mempelajari tentang jenis-jenis
gaya.
Adapun langkah-langkah pembelajarannya yaitu: guru mengucapkan
salam dan melakukan presensi. Guru mengecek penguasaan siswa
dengan mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan materi yang akan
dipelajari. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran yang akan
dilakukan. Guru mempersiapkaan alat peraga berupa stopwatch, pasir,
papan, bola pimpong, es batu, kelereng, kertas, lalu menjelaskannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Siswa dibuat kelompok yang terdiri dari 5 siswa. dan diberi lembar
kerja kelompok untuk didiskusikan bersama. Guru membimbing siswa
dalam mengerjakan lembar kerja kelompok. Setiap kelompok
mewakilkan salah satu anggotanya untuk membacakan hasil
diskusinya di depan kelas, siswa lain menanggapinya. Guru
meluruskan permasalahan yang ada. Guru mengadakan tanya jawab
tentang materi yang belum dimengerti untuk membantu siswa yang
mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran. Siswa bersama guru
membuat kesimpulan pembelajaran. Setelah pembelajaran selesai guru
memberikan soal evaluasi untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa
terhadap materi yang diajarkan. Guru memberikan penguatan atas hasil
evaluasi dan memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah.
c. Pengamatan atau Observasi
Pengamatan atau observasi dilakukan selama pembelajaran IPA
berlangsung, yang meliputi: aktivitas siswa dan guru, perilaku berkarakter,
keterampilan sosial dan aspek psikomotor. Selain itu juga mengamati hasil
penguasaan konsep gaya atau pembelajaran IPA. Observasi ini
menggunakan alat bantu berupa lembar observasi.
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi selama pembelajaran IPA
berlangsung, diperoleh gambaran tentang aktivitas siswa dalam
pembelajaran IPA dengan rincian sebagai berikut:
1) Hasil Observasi Guru
Hasil observasi guru pada pembelajaran IPA materi gaya
dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD siswa kelas IV
SDN Karungan 2, Plupuh, Sragen pada siklus I pertemuan 1 nilai
observasi guru 2,67 dan pertemuan 2 nilai observasi guru 3 jika di
rata-rata hasil observasi guru sebesar 2,8 (lampiran 12 dan 14) dapat
dilihat bahwa pada pertemuan pertama dan kedua guru masih belum
bisa mengelola kelas dengan baik, dalam menyampaikan materi cukup
jelas, bahasa yang digunakan masih kurang baik karena bercampur
bahasa-bahasa yang tidak baku, penggunaan model kooperatif tipe
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
STAD dalam pembelajaran sudah cukup berjalan dengan baik, sudah
menggunakan media yang cukup menarik perhatian siswa, guru sudah
menguasai bahan ajar dengan baik, pemberian umpan balik sudah
cukup baik, penggunaan strategi belajar dan keterampilan menutup
pelajaran sudah cukup baik, rata- rata keterampilan guru pada siklus I
ini cukup.
2) Keaktifan Siswa
Dari lembar pengamatan siswa siklus I yang ada pada lampiran 10
dapat diketahui bahwa:
Tabel 5. Hasil pengamatan keaktifan siswa pada siklus I
No Tim Jumlah Siswa Aktif
1 A 2
2 B 2
3 C 3
Dari tabel 5. maka hasil pengamatan aktifitas siswa pada silklus I
dapat dideskripsikan:
1) Untuk tim A sebanyak 2 orang siswa aktif saat mengikuti pelajaran.
2) Untuk tim B sebanyak 2 orang siswa aktif saat mengikuti pelajaran.
3) Untuk tim C sebanyak 3 orang siswa aktif saat mengikuti pelajaran.
Berdasarkan deskripsi hasil pengamatan maka histogram Keaktifan
Siswa pada siklus I dapat dilihat pada gambar 5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Gambar 5. Grafik Keaktifan Siswa Siklus I
Berdasarkan tabel 5 dan gambar 5 dapat dilihat bahwa pada
siklus I siswa yang aktif sebanyak 7 atau 46,67% dari jumlah 15 siswa.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 6. Grafik Prosentase Keaktifan Siswa pada Siklus 1
42.00%
44.00%
46.00%
48.00%
50.00%
52.00%
54.00%
pros
enta
se
Keaktifan Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
3) Hasil Observasi Penguasaan Konsep Gaya pada Siswa Kelas IV SDN Karungan 2 Penilaian hasil penguasaan konsep siswa dilakukan setelah
pembelajaran IPA selesai pada setiap siklus. Adapun hasil ( lampiran
5) yang diperoleh dapat dilihat dari tabel 6.
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Penguasaan Konsep IPA Materi Konsep Gaya Siswa Kelas IV pada Siklus I
No Interval Frekuensi (fi)
Nilai Tengah (xi)
fi.xi Persentase (%)
1 50 59 2 54,5 109 13,33 2 60 69 2 64,5 129 13,33 3 70 79 4 74,5 298 26,67 4 80 89 4 84,5 338 26,67 5 90 99 3 94,5 283,5 20,00 Jumlah 15 1157,5 100%
Nilai rata-rata kelas = 74 Ketuntasan Klasikal = 73,33%
Berdasarkan tabel 6 dapat disajikan dengan grafik pada gambar 7.
Gambar 7. Grafik Penguasaan Konsep Gaya Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas IV pada Siklus I.
Berdasarkan gambar 7 nilai penguasaan konsep gaya siswa kelas IV
siklus I diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 74 (lihat lampiran 5).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Siswa yang memperoleh nilai 50-59 sebanyak 2 siswa atau 13,33%.
Siswa yang memperoleh nilai 60-69 sebanyak 2 siswa atau 13,33%.
Siswa yang memperoleh nilai 70-79 sebanyak 4 siswa atau 26,67%.
Siswa yang memperoleh nilai 80-89 sebanyak 4 siswa atau 26,67%.
Siswa yang memperoleh nilai 90-99 sebanyak 3 siswa atau 20,00%.
d. Refleksi
Analisis hasil tindakan pada siklus I direfleksi sesuai dengan
proses pembelajaran yang dilakukan. Data yang diperoleh melalui
observasi dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan,
peneliti melakukan refleksi sebagai berikut:
1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran IPA dengan materi gaya.
Hasil evaluasi rata rata siswa pada siklus I yaitu 74.
2) Berdasarkan hasil evaluasi gaya mata pelajaran IPA pada siklus
I ini, siswa yang belum tuntas atau memperoleh nilai tes < 67
(KKM) ada 4 7
(KKM) yaitu 11 siswa atau 73,33%. Data hasil perkembangan
nilai siswa yang diambil dari lampiran 9 yang berisi nilai siswa
sebelum tindakan dan lampiran 5 yang berisi nilai siswa pada
siklus I dapat dibuat tabel perkembangan nilai siswa dan dapat
dilihat pada tabel 6
Tabel 7. Peningkatan Nilai Penguasaan Konsep Gaya Sebelum Tindakan dan Siklus I
Keterangan Sebelum tindakan Siklus I
Nilai terendah 20 50
Nilai tertinggi 82 90
Rata- rata nilai 61,6 74
Ketuntasan Klasikal 33,33% 73,33%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Tabel 7 yang berisi data mengenai perkembangan nilai
penguasaan konsep gaya mata pelajaran IPA siswa kelas IV
SDN Karungan 2 Plupuh, Sragen sebelum dilaksanakan tindakan
menggunakan model kooperatif tipe STAD dan setelah
dilaksanakan tindakan pada siklus I di depan, kemudian dapat
digambarkan dalam grafik seperti pada gambar 8.
Gambar 8. Grafik Peningkatan Nilai Penguasaan Konsep Gaya Siswa Sebelum Tindakan dan Siklus I
Hasil analisa data perkembangan evaluasi siswa pada nilai awal
sebelum tindakan dengan tes siklus I pada gambar 8 dapat disimpulkan
bahwa persentasi hasil tes siswa yang tuntas naik 40% dengan nilai
batas tuntas 67 ke atas, siswa yang tuntas belajar di siklus I sebesar
73,33%, yang semula pada pra siklus hanya terdapat 33,33% siswa
mencapai batas tuntas. Besarnya nilai terendah yang diperoleh siswa
pada saat sebelum tindakan sebesar 20 dan pada siklus I menjadi 50.
Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan yaitu dari 82 menjadi 90 dan
nilai rata-rata kelas sebelum tindakan sebesar 61,67 naik pada tes siklus
I menjadi 74.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Nilai Terendah Nilai Terぼnggi Rata-rata Nilai
Sebelum Tindakan
Siklus I
20
5082
9061,67
74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
3) Meskipun terjadi peningkatan dalam nilai penguasaan konsep
gaya, akan tetapi indikator kinerja yang diharapkan sebesar 80%
belum tercapai. Ketuntasan klasikal baru mencapai 73,33% atau
baru 11 anak saja yang telah tuntas atau memenuhi KKM. Masih
terdapat beberapa kekurangan dalam pembelajaran yang perlu
dicari solusinya. Permasalahan tersebut antara lain:
a) Keseriusan dalam aktivitas yang dilakukan siswa masih
kurang, hal ini bisa dilihat dari beberapa siswa yang ramai
sendiri.
b) Kerjasama siswa dalam pelaksanaan diskusi masih kurang,
hanya beberapa dari anggota yang mengerjakan.
c) Guru kurang menguasai kelas terlihat pada waktu proses
pembelajaran masih banyak siswa yang ramai.
Berdasarkan analisis di atas, maka dapat disimpulkan refleksi dari
kekurangan yang terdapat dalam proses pembelajaran, yaitu: (1) guru
hendaknya bisa menguasai kelas dengan baik dan merancang
pembelajaran dengan sebaik mungkin sehingga siswa merasa tertarik
dalam mengikuti proses pembelajaran dan siswa tidak ramai sendiri, (2)
guru memantau dengan benar tiap kelompok sehingga semua anggota
kelompok dapat bekerjasama dengan baik.
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, tindakan yang
dilakukan pada siklus I belum mencapai indikator kinerja yang
diharapkan, penelitian dikatakan berhasil apabila indikator keberhasilan
ketuntasan siswa mencapai 80%, namun pada tindakan siklus I ini baru
mencapai 73,33% hasil yang diperoleh belum mencapai hasil yang
maksimal karena masih ada siswa yang nilainya dibawah KKM dan masih
ada hambatan pada pelaksanaan tindakan siklus I maka perlu adanya
perbaikan yang dilanjutkan pada penelitian siklus II.
2. Deskripsi Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan pada tanggal 10 sampai dengan 11
Mei 2012. Jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran pada siklus II sebanyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
15 siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 4 siswa perempuan. Adapun
tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Kegiatan perencanaan siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu, 5 Mei 2012.
Peneliti dan guru kelas mendiskusikan rancangan tindakan yang akan
dilaksanakan. Rancangan tindakan yang dilaksanakan berdasar pada solusi
permasalahan yang muncul yaitu penerapan pembelajaran kooperatif tipe
STAD. Selanjutnya disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus II
akan dilaksanakan selama dua kali pertemuan yaitu pada tanggal 10 dan 11
Mei 2012. Adapun deskripsi perencanaan siklus II adalah sebagai berikut:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Peneliti dan guru kelas menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) IPA selama 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit
setiap pertemuannya. RPP yang disusun meliputi: standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dampak pengiring,
materi pembelajaran, metode dan model pembelajaran, langkah-
langkah pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, dan penilaian
(lampiran 3b).
2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung
Fasilitas dan sarana yang dipersiapkan untuk pelaksanaan
pembelajaran adalah:
a) Menyiapkan media pembelajarn;
b) Ruang kelas didesain sesuai dengan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD yaitu meja kelas ditata sesuai jumlah kelompok;
3) Menyiapkan Lembar Pengamatan dan Lembar Penelitian
Lembar pengamatan digunakan untuk merekam segala aktivitas siswa
selama pelaksanaan pembelajaran IPA berlangsung. Pengamatan yang
dilakukan meliputi aktivitas belajar siswa dan guru, perilaku
berkarakter, keterampilan sosial, dan psikomotorik siswa. Lembar
penilaian disusun berdasarkan kisi-kisi soal yang telah disesuaikan
dengan indikator dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Lembar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
penilaian meliputi penilaian kognitif dan penilaian motivasi belajar
siswa.
b. Pelaksanaan
Dalam tahap ini peneliti berkolaborasi dengan guru kelas melaksanakan
pembelajaran penguasaan konsep gaya mata pelajaran IPA dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Peneliti sebagai
pengajar dan guru sebagai observer.
1) Pertemuan Ke-1
Pertemuan ke-1 pelajaran IPA kelas IV mempelajari tentang konsep
gaya.
Adapun langkah-langkah pembelajarannya yaitu: guru memulai
pembelajaran dengan mengkondisikan siswa. Guru mengucapkan
salam dan melakukan presensi. Guru mengecek penguasaan siswa
dengan mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan materi yang akan
dipelajari. Guru tanya jawab dengan siswa tentang segala sesuatu yang
berkaitan dengan gaya. Dengan alat peraga macam-macam gaya, pasir,
kelereng, air, gelas, bola, papan kayu, penggaris, sobekan kertas guru
mempraktekkan gaya dapat berupa dorongan dan tarikan dan dapat
mengubah gerak benda serta bentuk benda. Siswa dibuat tiga
kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 siswa. Guru memberikan
lembar kerja kelompok untuk didiskusikan bersama. Guru
membimbing siswa dalam mengerjakan lembar keja kelompok.setiap
kelompok mewakilkan anggotanya untuk menyampaikan hasil diskusi
di depan kelas. Guru meluruskan masalah yang ada.Guru mengadakan
tanya jawab tentang materi yang belum dimengerti untuk membantu
siswa yang mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran. Siswa
bersama guru membuat kesimpulan pembelajaran. Guru memberikan
penguatan atas hasil evaluasi dan memberikan tindak lanjut berupa
pekerjaan rumah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
2) Pertemuan Ke-2
Pertemuan ke-2 pelajaran IPA kelas IV mempelajari tentang jenis-jenis
gaya dapat merubah suatu gerak dan bentuk benda.
Adapun langkah-langkah pembelajarannya yaitu: guru
mengkondisikan siswa sebelum pembelajaran dimulai. Guru
mengucapkan salam dan melakukan presensi. Guru mengecek
penguasaan siswa dengan mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan
materi yang akan dipelajari. Guru menginformasikan tujuan
pembelajaran yang akan dilakukan. Guru mempersiapkaan alat peraga
berupa stopwatch, pasir, papan, kelereng, bola pimpong, gelas, air, es
batu, kertas, penggaris. Siswa dibuat 3 kelompok yang berisi 5 siswa.
Guru memberikan lembar kerja kelompok untuk didiskusikan bersama.
Guru membimbing siswa dalam mengerjakan lembar keja
kelompok.setiap kelompok mewakilkan anggotanya untuk
menyampaikan hasil diskusi di depan kelas. Guru meluruskan masalah
yang ada.Guru mengadakan tanya jawab tentang materi yang belum
dimengerti untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam
menerima pelajaran. Siswa bersama guru membuat kesimpulan
pembelajaran. Setelah pembelajaran selesai guru memberikan soal
evaluasi untuk mengetahui tingkat penguasaan. Guru memberikan
penguatan atas hasil evaluasi dan memberikan tindak lanjut berupa
pekerjaan rumah.
c. Pengamatan atau Observasi
Pengamatan atau observasi dilakukan selama pembelajaran IPA
berlangsung, yang meliputi: aktivitas siswa dan guru, perilaku berkarakter,
keterampilan sosial dan aspek psikomotor. Observasi ini menggunakan
alat bantu berupa lembar observasi. Selain itu juga mengamati hasil
penguasaan konsep pada setiap siklus.
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi selama pembelajaran IPA
berlangsung, diperoleh gambaran tentang aktivitas siswa dalam
pembelajaran IPA dengan rincian sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
1) Hasil Observasi Guru
Hasil observasi guru pada pembelajaran IPA materi gaya dengan
menggunakan model kooperatif tipe STAD siswa kelas IV SDN
Karungan 2, Plupuh, Sragen pada siklus II pertemuan 1 nilai observasi
guru 3,1 dan pertemuan 2 nilai observasi guru 3,5 jika di rata-rata
hasil observasi guru sebesar 3,3 (lampiran 16 dan 18). Pada pertemuan
pertama dan kedua mulai ada peningkatan guru dalam mengelola
kelas, dalam menyampaikan materi sudah cukup jelas, bahasa yang
digunakan sudah baik, penggunaan model kooperatif tipe STAD
dalam pembelajaran sudah berjalan dengan baik, sudah menggunakan
media yang sangat menarik perhatian siswa, guru sudah menguasai
bahan ajar dengan baik, pemberian umpan balik sudah cukup baik,
penggunaan strategi belajar dan keterampilan menutup pelajaran
sudah baik, rata-rata keterampilan guru pada siklus II ini baik.
2) Keaktifan Siswa
Dari lembar pengamatan siswa siklus II yang ada pada lampiran
10 dapat diketahui bahwa:
Tabel 8. Hasil pengamatan keaktifan siswa pada siklus II
No Tim Jumlah Siswa Aktif
A 4
2 B 3
C 5
Dari tabel 8 maka hasil pengamatan aktifitas siswa pada siklus II
dapat dideskripsikan:
1) Untuk tim A sebanyak 4 orang siswa aktif saat mengikuti pelajaran.
2) Untuk tim B sebanyak 3 orang siswa aktif saat mengikuti pelajaran.
3) Untuk tim C sebanyak 5 orang siswa aktif saat mengikuti pelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Berdasarkan deskripsi hasil pengamatan maka histogram
Keaktifan Siswa pada Siswa II dapat dilihat pada gambar 9.
Gambar 9. Grafik Keaktifan Siswa pada Siklus II
Berdasarkan tabel 8 dan gambar 9 dapat dilihat bahwa pada
siklus II siswa yang aktif sebanyak 11 atau 73,33% dari jumlah 15
siswa. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 10.
Gambar 10. Grafik Prosentase Keaktifan Siswa pada Siklus II
Pro
sent
ase
Keaktifan Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
d. Hasil Observasi Penguasaan Konsep Gaya pada Siswa Kelas IV SDN Karungan 2.
Penilaian hasil penguasaan konsep siswa dilakukan setelah
pembelajaran IPA pada siklus II selesai. Adapun hasil (lampiran 6)
yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Penguasaan Konsep Gaya Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas IV pada Siklus II.
No Interval Frekuensi (fi)
Nilai Tengah (xi)
fi.xi Persentase (%)
1 70 76 4 73 292 26,67 2 77 83 4 80 320 26,67 3 84 90 4 87 348 26,67 4 91 97 1 94 94 6,67 5 98 104 2 101 101 13,33 Jumlah 15 1287,5 100%
Nilai rata-rata kelas = 83,33 Ketuntasan Klasikal = 100%
Dari tabel 10 dapat disajikan dengan grafik pada gambar 11.
Gambar 11. Grafik Penguasaan Konsep Gaya Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas IV pada Siklus II
Berdasarkan gambar 11 nilai penguasaan konsep gaya siswa kelas IV
siklus II diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 83,33 (lihat lampiran 6
). Siswa yang memperoleh nilai 70-76 sebanyak 4 siswa atau 26,67%.
Siswa yang memperoleh nilai 77-83 sebanyak 4 siswa atau 26,67%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Siswa yang memperoleh nilai 84-90 sebanyak 4 siswa atau 26,67%.
Siswa yang memperoleh nilai 91-97 sebanyak 1 siswa atau 6,67%.
Siswa yang memperoleh nilai 98-104 sebanyak 2 siswa atau 13,33%.
e. Refleksi
Analisis hasil tindakan siklus II direfleksi sesuai dengan proses
pembelajaran yang dilakukan. Data yang diperoleh melalui
observasi dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan,
peneliti melakukan refleksi sebagai berikut:
1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran IPA. Hasil evaluasi rata
rata penguasaan konsep gaya pada siklus II yaitu 83,33.
2) Berdasarkan hasil evaluasi penguasaan konsep gaya pada siklus
II siswa yang memperoleh nilai <67 (KKM) ada 0 siswa dan
7 (KKM) yaitu 15 siswa atau
100%. Data hasil perkembangan nilai siswa yang diambil dari
lampiran 5 tentang nilai siswa pada siklus I dan lampiran 6
tentang nilai siswa pada siklus II dapat dibuat tabel
perkembangan nilai siswa dan dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Peningkatan Nilai Penguasaan Konsep Gaya Siklus I dan Siklus II Keterangan Siklus I Siklus II
Nilai terendah 50 70
Nilai tertinggi 90 100
Rata- rata nilai 74 83,33
Ketuntasan Klasikal 73,33% 100%
Tabel 10 yang berisi data mengenai perkembangan nilai
penguasaan konsep gaya mata pelajaran IPA siswa kelas IV
SDN Karungan 2 Plupuh, Sragen antara siklus I dan siklus II di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
depan, kemudian dapat digambarkan dalam grafik seperti pada
gambar 12.
Gambar 12. Grafik Peningkatan Nilai Penguasaan Konsep Gaya Siswa Siklus I dan Siklus II
Hasil analisa data perkembangan evaluasi siswa pada nilai
siklus I dengan tes siklus II pada tabel 10 di depan dapat disimpulkan
bahwa persentasi hasil tes siswa yang tuntas naik 26,67% dengan nilai
batas tuntas 67 ke atas, siswa yang tuntas belajar di siklus II sebesar
100%, yang semula pada siklus I hanya terdapat 73,33% siswa
mencapai batas tuntas. Besarnya nilai terendah yang diperoleh siswa
pada siklus I sebesar 50 dan pada siklus II menjadi 70. Untuk nilai
tertinggi terdapat kenaikan yaitu siklus I 90 dan pada siklus II 100.
Nilai rata-rata kelas siklus I sebesar 74 naik pada tes siklus II menjadi
83,33.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Melihat hasil penelitian di atas, dapat dijelaskan perhitungan rata-rata nilai
evaluasi IPA dan ketuntasan belajar IPA khususnya pada materi gaya siswa kelas
IV SDN Karungan 2, Plupuh, Sragen meningkat. Peningkatan terlihat dari
sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu pada siklus I dan siklus II yang
masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan. Tabel 7 dan tabel 10 tentang data
0
20
40
60
80
100
120
Nilai Terendah Nilai Terぼnggi Rata-rata Nilai
Siklus I
Siklus II
50 70
90 100 74 83,33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
perkembangan nilai siswa, kemudian dibuat tabel 11. tentang perbandingan
peningkatan kualitas pembelajaran penguasaan konsep gaya siswa kelas IV SDN
Karungan 2 dari sebelum dilaksanakan tindakan sampai siklus II sebagai berikut:
Tabel 11. Perbandingan Hasil Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Nilai Terendah 20 50 70
Nilai Tertinggi 85 90 100
Nilai Rata-rata 61,67 74 83,33
Ketuntasan Klasikal 33,33% 73,33% 100%
Dari tabel 11.Perbandingan Hasil Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II di atas dapat digambarkan menjadi grafik seperti gambar 13.
Gambar 13. Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Penguasaan Konsep Gaya setiap Siklus
Berdasarkan perhitungan nilai rata-rata penguasaan konsep gaya pada tabel
11 dan gambar 13 siswa 7 (KKM) menunjukkan
adanya peningkatan. Sebelum tindakan nilai rata-rata hanya mencapai 61,67
dengan persentase ketuntasan klasikal 33,33%, pada siklus I nilai rata-rata
bisa meningkat menjadi 74 dengan persentase ketuntasan klasikal 73,33%,
0
20
40
60
80
100
120
Nilai Rata-rata Ketuntasan Klasikal
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
61,67
7483,33
33,33%
73,33%
100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 83,33 dengan persentase
ketuntasan klasikal 100%. Hal ini merefleksikan bahwa penggunaan model
kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran IPA materi gaya kelas IV
dinyatakan berhasil, karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan
penguasaan konsep gaya pada siswa.
Selain dari hasil tes, hasil observasi terhadap kinerja guru dan siswa
secara klasikal juga mengalami peningkatan.
Tabel 12. Nilai Rata-Rata Hasil Observasi Kinerja Guru dan Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Tiap Siklus
Observasi Kinerja Guru Observasi Aktivitas Siswa
Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II
2,8 ( cukup ) 3,3 ( baik ) 46,67% 73,33%
Keterangan observasi kinerja guru : 1. 3,5 = Baik Sekali 3. 2-2,9 = Cukup
2. 3,0-3,4 = Baik 4. < 2 = Kurang
Tabel 12 di atas terlihat bahwa kinerja guru pada siklus I hanya
mendapat nilai 2,8 yang kemudian meningkat pada siklus II menjadi 3,3.
Sedangkan aktivitas siswa yang semula hanya 46,67% meningkat menjadi
73,33%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kinerja guru dan aktivitas
siswa selama pembelajaran IPA berlangsung pada siklus I dan siklus II.
Berdasarkan tabel 12 terlihat adanya peningkatan pada kinerja guru dan
aktivitas siswa. Walaupun peningkatannya tidak terlalu drastis, peneliti yakin
jika penelitian ini dilaksanakan dalam jangka waktu yang cukup lama secara
terus-menerus akan memperlihatkan hasil yang signifikan. Mengingat bahwa
dalam penelitian ini, kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan hanya empat
kali pertemuan.
Penelitian yang dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan
bahwa ada peningkatan penguasaan konsep gaya mata pelajaran IPA pada
siswa kelas IV SDN Karungan 2 dengan penggunaan model kooperatif tipe
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
STAD. Hal ini tampak jelas dengan adanya peningkatan-peningkatan nilai
yang diperoleh siswa baik perorangan maupun klasikal pada setiap siklus
sebagaimana terlihat pada tabel dan grafik di depan.
Dengan demikian, penelitian ini dapat diajukan sebagai suatu
rekomendasi bahwa penggunaan model kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan penguasaan konsep gaya pada siswa kelas IV SDN Karungan
2, Plupuh, Sragen Tahun Ajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan
dalam dua siklus dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD dalam
pembelajaran IPA materi gaya, maka dapat diambil simpulan bahwa:
model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan penguasaan
konsep gaya pada siswa kelas IV SDN Karungan 2, Plupuh, Sragen Tahun Ajaran
2011/2012 penguasaan konsep
gaya pada siswa kelas IV yaitu: pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan
(pra-siklus) nilai rata-rata kelas 61,6 dengan persentase ketuntasan klasikal
33,33%, siklus I dengan nilai rata-rata kelas 74 dengan persentase ketuntasan
klasikal sebesar 73,33%, dan siklus II nilai rata-rata kelas 83,33 dengan persentase
ketuntasan mencapai 100%. Dengan demikian, dapat diajukan suatu rekomendasi
bahwa penggunaan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan penguasaan
konsep gaya pada siswa kelas IV SDN Karungan 2 Tahun Ajaran 2011/2012.
B. Implikasi
Prosedur dan penerapan pembelajaran IPA tentang penguasaan konsep
gaya dalam penelitian ini didasarkan pada penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD. Berdasarkan kajian teori dan data-data hasil penelitian ini
terbukti bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan penguasaan konsep gaya pada siswa kelas IV SDN Karungan 2,
Plupuh, Sragen. Sehubungan dengan penelitian ini maka dapat dikemukakan
beberapa implikasi hasil penelitian sebagai berikut:
1. Memberikan informasi bagi guru bahwa dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan guru-guru dapat menerapkan
STAD dalam pembelajaran IPA khususnya pada materi konsep gaya.
2. Menumbuhkan sikap untuk selalu aktif dan komunikatif pada siswa dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran, serta untuk mengembangkan kreativitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
dan inisiatifnya untuk menunjang proses pembelajaran agar tercapai tujuan
pembelajaran.
3. Menunjukkan pentingnya menggunakan model-model pembelajaran yang
bervariasi dan inovatif, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif
tipe STAD yang terbukti dapat menarik minat dan keaktifan sehingga siswa
tidak mengalami kebosanan dan antusias mengikuti pembelajaran untuk
membantu mencapai tujuan pembelajaran.
C. Saran
1. Bagi Guru
a. Guru hendaknya tidak membiasakan siswa untuk sekedar menghafal saja,
tetapi siswa diharapkan dapat memahami materi yang disampaikan, salah
satunya dengan menerapkan model kooperatif tipe STAD.
b. Guru hendaknya membuka wawasan tentang perkembangan model
pembelajaran, sehingga dapat mengoptimalkan penggunaan model
pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil
belajar siswa, salah satunya adalah model kooperatif tipe STAD.
c. Dalam memilih model pembelajaran hendaknya guru memperhatikan
kondisi psikis siswa dan melihat karakteristik materi yang akan
disampaikan, jadi tidak hanya menggunakan model konvensional.
2. Bagi Siswa
a. Siswa hendaknya terbiasa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
b. Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan sehari-
hari.
c. Siswa hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran seperti
ikut aktif dalam mengikuti pembelajaran STAD, selalu mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan guru dan meningkatkan usaha belajar sehingga
dapat memperoleh hasil belajar yang optimal.
3. Bagi Sekolah
Penggunaan model kooperatif tipe STAD sebagai salah satu alternatif
model dalam pembelajaran khususnya mata pelajaran IPA dengan materi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
yang sesuai. Penggunaan model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran
dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa, mengaktifkan siswa, dan
memperbaiki aktivitas siswa dalam pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran.
4. Bagi Peneliti Lain
a. Bagi para calon peneliti untuk meneliti lebih lanjut penggunaan model
kooperatif tipe STAD pada materi lain yang mempunyai karakteristik yang
serupa dengan materi gaya.
b. Diharapkan para peneliti dapat mengembangkan penelitian untuk variabel
lain dan memperluas area populasi, agar hasil penelitian dapat
digeneralisasikan pada lingkup yang lebih luas.