177
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIIIA MTs NU UNGARAN skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika oleh Susanto 4201408001 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …lib.unnes.ac.id/19696/1/4201408001.pdf · PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR

  • Upload
    dinhtu

  • View
    239

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE JIGSAW II UNTUK

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

KELAS VIIIA MTs NU UNGARAN

skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

oleh

Susanto

4201408001

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang

panitia ujian skripsi.

Semarang, 26 Februari 2013

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Langlang Handayani, M.App. Sc. Isa Akhlis, M.Si.

NIP. 19680722 199203 2 001 NIP. 19700102 199903 1 002

iii

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II untuk

Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIIIA MTs. NU Ungaran

disusun oleh

Susanto

4201408001

telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada

tanggal 26 Februari 2013.

Panitia:

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Wiyanto, M.Si. Dr. Khumaedi, M. Si.

NIP. 19631012 198803 1 001 NIP. 19630610 198901 1 002

Ketua Penguji

Dra. Dwi Yulianti, M.Si.

NIP. 19600722 198403 2 001

Anggota Penguji / Anggota Penguji /

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dra. Langlang Handayani, M.App. Sc. Isa Akhlis, M.Si.

NIP. 19680722 199203 2 001 NIP. 19700102 199903 1 002

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II untuk Meningkatkan

Motivasi Belajar Siswa Kelas VIIIA MTs. NU Ungaran” ini bebas plagiat.

Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya

bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Semarang, 26 Februari 2013

Susanto

NIM. 4201408001

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Sabarlah dan peliharalah kesungguhan belajar dan kerja kerasmu, akan manis

sekali jika engkau berhasil membuktikan bahwa engkau lebih besar daripada

semua orang yang hari ini mengecilkanmu (Mario Teguh).

Jangan pernah mengatakan sulit, karena tak ada yang sulit di dunia ini

(Mohamad Siswoyo).

Jika tekanan dalam hidup semakin berat, maka lapangkanlah hatimu. Niscaya

bebanmu akan terasa lebih ringan (Susanto).

PERSEMBAHAN

Ayah dan Ibu tercinta.

Mas Agus, Mba Winda, dan keponakanku Gwin

dan Hafiz, kalian keluarga hebatku.

Deby Wulan, kaulah mimpiku berikutnya.

Error Community: Arya, Indri, Ade, Dini, Ponco,

Sasa, hitam putih kisah kita akan slalu terkenang.

Sahabatku: Adit, Bujang, Komar, Bidin, Yayan,

Cenon, Ardi, Agung, Seto, Rizal, Avan, dan Umar,

hari ini, esok, dan seterusnya kalian sahabatku.

Teman-teman Fisika 2008, yakinlah kita sukses.

Teman-teman PPL SMA TN 2011, kenangan indah

telah terukir rapi dalam diaryku

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah atas segala karunia yang telah diberikan Allah

SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II untuk Meningkatkan Motivasi

Belajar Siswa Kelas VIIIA MTs NU Ungaran”. Pada kesempatan ini, penulis

ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah

memberikan masukan dan bantuan dalam proses penelitian dan penyusunan

skripsi ini. Penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., rektor Universitas Negeri

Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk

menyelesaikan studi strata I Jurusan Fisika FMIPA UNNES.

2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si., dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang

telah memberi ijin untuk melaksanakan penelitian.

3. Dr. Khumaedi, M.Si., ketua Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri

Semarang yang telah membantu dalam hal administrasi.

4. Dra. Langlang Handayani, M.App.Sc., dosen pembimbing I yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis selama

menyusun skripsi.

5. Isa Akhlis, M.Si., dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk

membimbing serta mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi.

6. Dra. Dwi Yulianti, M.Si, dosen penguji yang telah memberikan masukan

serta mengarahkan penulis dalam penyempurnaan skripsi.

vii

7. Kedua orang tuaku yang selalu mendoakan dan memberi semangat demi

terselesaikannya skripsi ini.

8. Keluarga besar MTs NU Ungaran atas kerjasama dan dukungannya dalam

penelitian ini.

9. Sahabat-sahabatku yang selalu menemani, membantu, dan memberikan

semangat demi terselesaikannya skripsi ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu dan memberi semangat demi kelancaran penulisan skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, masih

banyak kelemahan dan kekurangan, maka dari itu penulis mengharap masukan

dan saran dari pembaca. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi penulis sendiri pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Semarang, 26 Februari 2013

Penulis

viii

ABSTRAK

Susanto. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II untuk

Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIIIA MTs NU Ungaran.

Skripsi, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Dra. Langlang Handayani,

M.App.Sc, dan Pembimbing II Isa Akhlis, M.Si.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II, Motivasi Belajar,

Prestasi Belajar.

Berdasarkan hasil observasi di kelas VIIIA MTs NU Ungaran diketahui

bahwa prestasi belajar masih rendah dan keaktifan siswa masih kurang. Menurut

guru IPA kelas VIIIA hal ini dikarenakan kurangnya motivasi belajar siswa.

Motivasi yang masih rendah harus segera ditingkatkan karena motivasi

merupakan prediktor terbaik prestasi belajar. Dengan adanya motivasi maka

aktivitas meningkat sehingga prestasi belajar juga meningkat.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar dan prestasi

belajar IPA siswa kelas VIIIA MTs NU Ungaran pada pokok bahasan cahaya

melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II merupakan model pembelajaran teman

sebaya yang bekerja dengan membagi suatu materi menjadi bagian-bagian yang

dibahas dalam beberapa kelompok yang disebut kelompok ahli, materi tersebut

kemudian disatukan kembali dalam sebuah kelompok yang disebut kelompok

asal. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II diakhiri dengan pemberian reward

kepada kelompok asal dengan nilai rata-rata tertinggi. Peningkatan motivasi

belajar dilihat melalui indikator motivasi belajar siswa, sedangkan peningkatan

prestasi belajar siswa diketahui melalui perhitungan uji gain dari nilai kognitif,

kemudian dikategorikan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang

dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas dua pertemuan dengan

empat tahap kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Berdasarkan hasil penelitian, motivasi belajar siswa mengalami

peningkatan dari siklus I ke siklus II. Prestasi belajar siswa pada penelitian ini

mengalami peningkatan dengan kategori sedang. Simpulan dari penelitian ini

adalah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan motivasi

belajar siswa dan prestasi belajar siswa secara signifikan.

ix

ABSTRACT

Susanto. 2013. The Application of Cooperative Learning Technique Jigsaw II in

Improving Student Learning Motivation at Grade VIIIA MTs NU

Ungaran. Final Project. Department of Physics, Faculty of Mathematics

and Natural Sciences, Semarang State University. Advisor I Dra. Langlang

Handayani, M.App.Sc., and Advisor II Isa Akhlis, M.Sc.

Keywords: Cooperative Learning Technique Jigsaw II, Learning Motivation,

Learning Achievement.

Based on observation, it was known that learning achievement and also

learning participation of the eight grade student at MTs NU Ungaran was

relatively low. According to the science teacher, it was due to the lack of student

learning motivation. The low learning motivation should be enhanced, because

learning motivation is the best predictor of learning achievement. Learning

motivation can increase student activity and later on can increase student

achievement.

This study aims to improve the learning motivation and learning

achievement of the VIIIA grade students at MTs NU Ungaran on the subject of

light through the implementation of cooperative learning technique-Jigsaw II.

Cooperative learning technique-Jigsaw II is a peer learning model working by

dividing the learning material into some parts. Each part of the learning materials

is discussed in some groups called the expert group. The material is then put back

together in a group known as the original group. Cooperative learning technique-

Jigsaw II ends with the reward to the original group with the highest average

mark. The Increasing of learning motivation is viewed through student motivation

indicators, while the increasing of student achievement is known by calculating

the result of gain test from the cognitive mark, and the result is then categorized

according to predetermined criteria.

This study used classroom action research conducted in two cycles. Each

cycle consisted of two meetings with the four phases of activities, they are

planning, implementation, observation and reflection.

Based on the results of the study, students' motivation has increased from

cycle I to cycle II. Student achievement in the study had an increase in the

medium category. Conclusions from this research is the type of Jigsaw II

cooperative learning can improve student motivation and student achievement

significantly.

Based on the final analysis it can be concluded that the cooperative

learning technique Jigsaw II can improve student learning motivation and student

learning achievement significantly.

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii

PERNYATAAN .......................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. v

KATA PENGANTAR ................................................................................ vi

ABSTRAK .................................................................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................... x

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 3

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 4

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 4

1.5 Penegasan Istilah ................................................................... 5

1.6 Pembatasan Masalah ............................................................. 6

1.7 Sistematika Penulisan Skripsi ............................................... 6

xi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II ............................... 8

2.2 Motivasi Belajar ................................................................... 11

2.3 Prestasi Belajar ...................................................................... 12

2.4 Kajian Materi ........................................................................ 13

2.5 Kerangka Berpikir ................................................................. 43

2.6 Hipotesis Tindakan................................................................ 45

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ...................................................................... 46

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................... 46

3.3 Subjek Penelitian ................................................................... 46

3.4 Faktor yang diteliti ................................................................ 46

3.5 Prosedur Penelitian................................................................ 47

3.6 Metode Pengumpulan Data ................................................... 49

3.7 Analisis Uji Coba Instrumen ................................................. 50

3.8 Metode Analisis Data ............................................................ 55

3.9 Indikator Keberhasilan .......................................................... 58

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ..................................................................... 59

4.2 Pembahasan ........................................................................... 64

BAB 5 PENUTUP

5.1 Simpulan ............................................................................... 70

5.2 Saran ...................................................................................... 70

xii

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 71

LAMPIRAN ................................................................................................ 74

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 3.1 Rentang Persentase Motivasi Belajar..……………………….... 56

Tabel 4.1 Data Indikator Motivasi Belajar Siswa ……………………….. 61

Tabel 4.2 Data Angket Motivasi Belajar Siswa.………………………… 62

Tabel 4.3 Data Prestasi Belajar Siswa..........…………………………….. 63

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Hukum pemantulan …..…………………………………..... 15

Gambar 2.2 Pemantulan pada cermin......................…………………..... 16

Gambar 2.3 Pemantulan baur...........……………………........................ 16

Gambar 2.4 Gelombang datar yang dipantulkan pada cermin datar….. 18

Gambar 2.5 Pembiasan cahaya................................................………..... 18

Gambar 2.6 Pembiasan dari medium rapat ke kurang rapat....………… 20

Gambar 2.7 Penerapan prinsip Huygens.........................………………. 20

Gambar 2.8 Geometri penurunan hukum pemantulan dengan prinsip

Fermat................................................................................... 23

Gambar 2.9 Pembiasan dari prinsip Fermat.............................................. 24

Gambar 2.10 Geometri pembiasan prinsip Fermat.................................... 25

Gambar 2.11 Grafik waktu yang ditempuh cahaya dari A ke B....……..... 26

Gambar 2.12 Pembentukan bayangan oleh cermin datar……..………..... 28

Gambar 2.13 Bayangan sistem koordinat di cermin datar........................ 29

Gambar 2.14 Diagram sinar untuk menentukan bayangan di cermin

datar.....................................................................………..... 29

Gambar 2.15 Sinar dari sebuah obyek P yang dipantulkan oleh cermin

cekung.................................................................………..... 30

Gambar 2.16 Geometri untuk menghitung jarak bayangan ......………… 30

Gambar 2.17 Diagram sinar untuk cermin cekung..........………………. 32

Gambar 2.18 Bayangan maya yang dibentuk oleh cermin cekung........... 33

Gambar 2.19 Diagram sinar cermin cembung.......................................... 34

xv

Gambar 2.20 Bayangan pembiasan pada permukaan lengkung berbeda

medium................................................................................ 35

Gambar 2.21 Geometri hubungan posisi bayangan dengan posisi obyek

pada pembiasan lengkung tunggal............................…...... 35

Gambar 2.22 Geometri menentukan perbesaran lateral...……………..... 37

Gambar 2.23 Pembiasan pada dua permukaan lensa................................ 39

Gambar 2.24 Letak fokus lensa bikonveks dan bikonkaf.......................... 40

Gambar 2.25 Diagram sinar lensa cembung.............................................. 41

Gambar 2.26 Diagram sinar lensa cekung ..................................…..…… 42

Gambar 2.27 Kerangka Berpikir Penelitian.......................………………. 45

Gambar 4.1 Grafik Indikator Motivasi Belajar Siswa ............................. 62

Gambar 4.2 Grafik Motivasi Belajar Siswa .............................................. 63

Gambar 4.3 Grafik Prestasi Belajar Siswa ............................................... 64

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Silabus ................................................................................................... 75

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 ....................................... 78

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2 ....................................... 83

4. Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar .................................... ................... 88

5. Angket Motivasi Belajar ................................... ................................... 89

6. Kisi-kisi Soal Uji Coba Siklus 1 ........................................................... 92

7. Soal Uji Coba Siklus 1 .......................................................................... 95

8. Kunci Jawaban Soal Uji Coba Siklus 1................................................. 99

9. Analisis Butir Soal Uji Coba Siklus 1 .................................................. 100

10. Contoh Perhitungan Validitas, Daya Pembeda, Taraf Kesuksran,

dan Reliabilitas Soal Uji Coba Siklus 1 ................................................ 101

11. Kisi-kisi Soal Uji Coba Siklus 2 ........................................................... 106

12. Soal Uji Coba Siklus 2 .......................................................................... 108

13. Kunci Jawaban Soal Uji Coba Siklus 2................................................. 112

14. Analisis Butir Soal Uji Coba Siklus 2 .................................................. 113

15. Contoh Perhitungan Validitas, Daya Pembeda, Taraf Kesuksran,

dan Reliabiltas Soal Uji Coba Siklus 2 ................................................. 114

16. Lembar Observasi Keaktifan Siswa ...................................................... 119

17. Kisi-kisi Soal Siklus 1 ........................................................................... 121

18. Soal Siklus 1 .......................................................................................... 124

19. Kunci Jawaban Soal Siklus 1 ................................................................ 128

20. Kisi-kisi Soal Siklus 2 ........................................................................... 129

xvii

21. Soal Siklus 2 .......................................................................................... 131

22. Kunci Jawaban Soal Siklus 2 ................................................................ 134

23. Daftar Nama Siswa Uji Coba Soal ....................................................... 135

24. Daftar Nama Siswa Penelitian............................ .................................. 136

25. Daftar Nama Kelompok Asal Siklus 1 .................................................. 138

26. Daftar Nama Kelompok Ahli Siklus 1 .................................................. 139

27. Daftar Nama Kelompok Asal Siklus 2 .................................................. 140

28. Daftar Nama Kelompok Ahli Siklus 2 .................................................. 141

29. Rekap Data Motivasi Belajar Siswa Pra Siklus .................................... 142

30. Rekap Data Motivasi Belajar Siswa Siklus 1 ........................................ 143

31. Rekap Data Motivasi Belajar Siswa Siklus 2 ........................................ 144

32. Uji Gain Indikator Motivasi Belajar Siswa Pra Siklus ke Siklus 1 ....... 145

33. Uji Gain Indikator Motivasi Belajar Siswa Siklus 1 ke Siklus 2 ......... 146

34. Rekap Data Nilai Prestasi Belajar Siswa Siklus 1 ................................ 147

35. Rekap Data Nilai Prestasi Belajar Siswa Siklus 2 ................................ 148

36. Uji Gain Prestasi Belajar Siswa ............................................................ 149

37. Rekap Data Observasi Keaktifan Siswa Siklus 1 .................................. 150

38. Rekap Data Observasi Keaktifan Siswa Siklus 2 .................................. 151

39. Lembar Observasi Guru Siklus 1 .......................................................... 152

40. Lembar Observasi Guru Siklus 2 .......................................................... 154

41. Dokumentasi ......................................................................................... 156

42. Surat Penetapan Dosen Pembimbing .................................................... 157

43. Surat Ijin Penelitian ............................................................................... 158

xviii

44. Surat Keterangan Melakukan Penelitian ............................................... 159

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

MTs NU (Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Ulama) Ungaran merupakan

madrasah setingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama) yang telah memiliki

akreditasi A, namun salah satu kelas di sekolah ini masih memiliki masalah

belajar pada mata pelajaran IPA. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru IPA

kelas VIIIA MTs NU Ungaran dan observasi terdapat beberapa masalah dalam

pembelajaran, yakni: (1) siswa tidak menyiapkan diri sebelum pembelajaran

dimulai walaupun materi pelajaran yang akan diajarkan pada pertemuan

berikutnya sudah diketahui, (2) aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih

rendah. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya respons siswa ketika diberikan

permasalahan oleh guru, (3) siswa belum memiliki ketertarikan terhadap

pembelajaran IPA yang dapat dilihat dari tingkat keaktifan siswa dan tingkat

perhatian siswa pada saat pelajaran berlangsung, dan (4) rata-rata hasil ulangan

kelas VIIIA hanya mencapai 61,70 dengan 72,50% siswa yang masih mendapat

nilai di bawah nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yaitu 68,00.

Keaktifan siswa dan ketertarikan yang masih kurang dalam pembelajaran

merupakan salah satu indikator bahwa siswa masih kurang memiliki motivasi

belajar. Penelitian yang dilakukan Fyans dan Maerh yang dikutip oleh Siregar dan

Nara (2010: 52) menyatakan bahwa diantara tiga faktor, yaitu latar belakang

1

2

keluarga, kondisi atau konteks sekolah, dan motivasi, maka faktor yang terakhir

merupakan prediktor yang paling baik untuk prestasi belajar. Menurut Sardiman

(2010), dalam motivasi belajar terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan,

menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap serta perilaku pada individu

untuk belajar. Motivasi belajar yang masih rendah harus segera ditingkatkan

karena seperti yang diungkapkan di atas bahwa motivasi merupakan prediktor

terbaik untuk prestasi belajar.

Untuk meningkatkan motivasi belajar maka proses pembelajaran harus

menggunakan model pembelajaran yang sesuai. Pembelajaran harus dapat

memotivasi siswa untuk belajar dan membantu satu sama lain. Pembelajaran

harus dapat mengkondisikan kegiatan kelas sedemikian rupa sehingga siswa dapat

berdiskusi dan berdebat mendalami konsep. Pembelajaran seperti ini dapat

membuat siswa benar-benar memahami konsep dan membuat siswa saling

menjaga dan saling mengambil tanggung jawab satu sama lain. Pembelajaran

yang demikian terdapat pada pembelajaran kooperatif.

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah Jigsaw II. Model ini

merupakan pengembangan model pembelajaran Jigsaw sebelumnya. Model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II merupakan model pembelajaran kooperatif

dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 6 orang

secara heterogen dan bekerja bersama, saling bergantung positif, dan bertanggung

jawab atas ketuntasan bagian materi pembelajaran yang harus dipelajari dan

disampaikan kepada anggota kelompok yang lain.

3

Jigsaw II mengutamakan kerjasama kelompok dan diskusi untuk

mendapatkan suatu penghargaan (reward). Adanya reward ini diharapkan dapat

memotivasi siswa untuk belajar dan memiliki tanggung jawab untuk mampu

menerangkan materi kepada temannya sehingga kelompoknya menjadi juara.

Dengan model pembelajaran Jigsaw II diharapkan prestasi belajar siswa juga

meningkat.

Penelitian mengenai Jigsaw II sebelumnya pernah dilakukan oleh Sahin

(2010). Penelitian ini menyimpulkan bahwa kelas eksperimen yang menggunakan

pembelajaran tipe Jigsaw II lebih efektif dalam hal peningkatan prestasi belajar

daripada kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran tipe Jigsaw.

Seperti halnya Sahin, penelitian Jigsaw II juga pernah dilakukan oleh

Siregar, et al (2010). Penelitian ini menyimpulkan bahwa dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II, hasil belajar dan keaktifan siswa

mengalami peningkatan dari siklus ke siklus.

Dari uraian di atas peneliti melakukan penelitian mengenai Jigsaw II

untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Penelitian ini menggunakan metode

penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw II untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

Kelas VIII MTs NU Ungaran”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

4

1. Apakah melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II, motivasi

belajar siswa kelas VIIIA MTs NU Ungaran pada mata pelajaran IPA pokok

bahasan cahaya meningkat?

2. Jika motivasi belajar siswa kelas VIIIA MTs NU Ungaran pada mata

pelajaran IPA mengalami peningkatan melalui model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw II, apakah prestasi belajar siswa juga meningkat?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Meningkatkan motivasi belajar IPA pokok bahasan cahaya siswa kelas

VIIIA MTs NU Ungaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw II.

2. Meningkatkan prestasi belajar IPA pokok bahasan cahaya siswa kelas VIIIA

MTs NU Ungaran melalui peningkatan motivasi belajar menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Siswa

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II diharapkan dapat

meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar siswa pada mata

pelajaran IPA.

5

2. Guru

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II diharapkan dapat menjadi

alternatif bagi guru dalam penyampaian materi IPA pokok bahasan cahaya.

1.5 Penegasan Istilah

Untuk menghindari agar tidak terjadi salah penafsiran istilah dalam

penelitian ini dan persoalan yang dibahas tidak menyimpang dari tujuan semula

maka perlu diberi penegasan istilah sebagai berikut:

1.5.1 Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dalam penelitian ini merupakan

model pembelajaran teman sebaya yang bekerja dengan membagi suatu materi

menjadi bagian-bagian yang dibahas dalam beberapa kelompok yang disebut

kelompok ahli, materi tersebut kemudian disatukan kembali dalam sebuah

kelompok yang disebut kelompok asal. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II

diakhiri dengan pemberian reward kepada kelompok asal dengan nilai rata-rata

tertinggi.

1.5.2 Motivasi Belajar

Motivasi berasal dari bahasa latin “movere”, yang berarti menggerakkan.

Menurut Wlodkowski dalam Siregar dan Nara (2010: 49), motivasi adalah sesuatu

yang menyebabkan atau menimbukan perilaku tertentu dan yang memberi arah

pada tingkah laku tersebut. Sedangkan menurut Anni dan Rifa‟i (2009: 157),

motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan

6

seseorang untuk belajar. Motivasi belajar dalam penelitian ini merupakan kondisi

yang menyebabkan perilaku siswa untuk belajar.

1.5.4 Prestasi Belajar

Menurut Tu‟u (2004: 75), prestasi belajar adalah penguasaan

pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya

ditunjukkkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Prestasi

belajar dalam penelitian ini adalah standar tes untuk mengukur pengetahuan

(aspek kognitif) yang dicapai di dalam pembelajaran.

1.6 Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini ada pembatasan masalah bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II diterapkan pada pokok bahasan cahaya.

1.7 Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika skripsi ini terdiri dari 3 bagian yaitu :

(1) Bagian Awal

Bagian ini terdiri dari halaman judul, halaman pengesahan, motto,

persembahan, abstrak, kata pengantar dan daftar isi.

(2) Bagian Isi

Bagian isi terdiri dari 5 bab, yaitu:

a. Bab I Pendahuluan, mencakup uraian semua hal yang berhubungan

dengan penelitian, meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan

7

penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, pembatasan masalah

dan sistematika skripsi.

b. Bab II Landasan Teori, mencakup teori-teori yang mendukung

penelitian.

c. Bab III Metode Penelitian, mencakup hal-hal yang berkaitan dengan

penelitian, meliputi: lokasi penelitian, obyek penelitian, desain

penelitian, tehnik pengambilan data, uji coba instrumen penelitian dan

metode analisis data.

d. Bab IV Hasil Penelitian, yaitu hasil penelitian yang berupa uraian hasil-

hasil penelitian serta pembahasannya.

e. Bab V Kesimpulan dan Saran, mencakup simpulan dari hasil penelitian

dan saran yang diambil sehubungan dengan penelitian tersebut.

(3) Bagian Akhir

Bagian ini berisi daftar pustaka dan lampiran.

8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II

2.1.1 Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif sering dinamakan “pembelajaran teman

sebaya”. Nur dan Wikandari (2000: 25) menjelaskan bahwa pembelajaran

kooperatif mengacu pada metode pengajaran dengan siswa bekerja bersama dalam

kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar. Isjoni (2012: 15) menyatakan

bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran dengan siswa

belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4 sampai 6

orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam

belajar.

Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa pembelajaran kooperatif

merupakan suatu pembelajaran teman sebaya dengan siswa belajar dan bekerja

dalam kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-6 siswa agar siswa saling

membantu dalam mempelajari sesuatu. Pengelompokan siswa dalam

pembelajaran kooperatif merupakan salah satu cara agar siswa saling berbagi

pendapat, berargumentasi, dan mengembangkan berbagai alternatif pandangan

dalam upaya pembangunan pengetahuan.

8

9

Adapun ciri-ciri pembelajaran kooperatif yaitu:

1. Siswa dalam sebuah kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi

belajar sesuai kompetensi dasar yang ingin dicapai.

2. Pembagian kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang

berbeda-beda, baik yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, maupun

rendah. Dalam pembagian kelompok, diusahakan anggota kelompok berasal

dari budaya dan suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.

3. Adanya penghargaan yang lebih menekankan pada kelompok dari pada

masing-masing individu.

Menurut Siregar dan Nara (2010: 115) pendekatan belajar kooperatif juga

menganut lima prinsip utama yaitu:

...Prinsip pertama adalah saling ketergantungan positif yang artinya

keberhasilan kelompok merupakan hasil kerja seluruh anggotanya.

Prinsip kedua adalah tanggung jawab perseorangan yang muncul

ketika seorang anggota kelompok bertugas untuk menyajikan yang

terbaik di hadapan guru atau teman sekelasnya. Prinsip ketiga adalah

interaksi tatap muka yang merupakan kegiatan membahas suatu

masalah bersama, saling mengajarkan jika ada anggota kelompok

yang masih bingung. Prinsip keempat adalah komunikasi antar

anggota yang merupakan kunci keberhasilan kelompok. Karena

pembelajaran ini bergantung pada kesediaan untuk mendengarkan dan

kemampuan mengutarakan pendapat. Prinsip terakhir adalah evaluasi

proses secara kelompok: setiap anggota harus mengevaluasi proses

kerja kelompok dan hasil kerja sama agar selanjutnya bisa bekerja

sama dengan lebih efektif.

Beberapa konsep yang melandasi model pembelajaran kooperatif, yaitu:

1. Team reward: tim akan mendapat hadiah bila mereka mencapai kriteria

tertentu yang ditetapkan.

2. Individual accountability: keberhasilan tim bergantung dari hasil belajar

individual dari semua anggota tim. Pertanggung jawaban berpusat pada

10

kegiatan anggota tim dalam membantu belajar satu sama lain dan memastikan

bahwa setiap anggota siap untuk kuis atau penilaian lainnya tanpa bantuan

teman sekelompoknya.

3. Equal opportunity for success: setiap siswa memberikan kontribusi kepada

timnya dengan cara memperbaiki hasil belajarnya sendiri yang terdahulu.

Kontribusi dari semua anggota kelompok dinilai.

2.1.2 Jigsaw II

Jigsaw II merupakan pengembangan dari model pembelajaran Jigsaw.

Jigsaw II menurut Nur (2005: 64) merupakan suatu model pembelajaran dengan

membagi suatu materi menjadi beberapa bagian (section) yang dibahas, kemudian

bagian-bagian itu “disatukan“ kembali dalam suatu diskusi pleno. Perbedaan

mendasar Jigsaw II dengan Jigsaw terletak pada adanya kompetisi untuk

mendapatkan reward. Reward diberikan kepada kelompok asal dengan nilai rata-

rata evaluasi tertinggi pada setiap akhir siklus.

Menurut Siregar dan Nara (2010: 116), model Jigsaw II memiliki

beberapa tahapan antara lain persiapan, pembelajaran, evaluasi, penghitungan

skor, dan penghargaan. Penjelasan tahapan model pembelajaran Jigsaw II sebagai

berikut:

...tahap pertama adalah persiapan yang meliputi pembagian bahan

ajar, pembagian kelompok asal dan ahli. Tahap kedua adalah

pembelajaran yang meliputi membaca, diskusi kelompok ahli, dan

laporan di kelompok asal. Tahap ketiga adalah evaluasi yang

diberikan pada akhir pembelajaran. Tahap keempat adalah

perhitungan poin dengan menghitung perolehan nilai setiap siswa

kemudian disatukan dengan teman satu kelompok dan nilainya dirata-

rata. Tahap terakhir adalah penghargaan yang diberikan kepada

kelompok dengan nilai rata-rata tertinggi.

11

Dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw II merupakan model pembelajaran teman sebaya yang bekerja dengan

membagi suatu materi menjadi bagian-bagian yang dibahas dalam beberapa

kelompok yang disebut kelompok ahli. Materi yang telah dibagi tersebut

kemudian disatukan kembali dalam sebuah kelompok yang disebut kelompok

asal. Pembelajaran tipe Jigsaw II diakhiri dengan pemberian reward kepada

kelompok asal dengan nilai rata-rata tertinggi.

2.2 Motivasi Belajar

Motivasi berasal dari bahasa latin “movere”, yang berarti menggerakkan.

Menurut Wlodkowski dalam Siregar dan Nara (2010: 49), motivasi adalah suatu

kondisi yang menyebabkan atau menimbukan perilaku tertentu dan yang memberi

arah pada tingkah laku tersebut. Sardiman (2010) menjelaskan tentang motivasi

belajar yang merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar

sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar dapat tercapai.

Dari uraian di atas, motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang

menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar.

Jadi motivasi belajar merupakan kondisi yang menyebabkan perilaku siswa untuk

belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat akan memiliki energi

untuk melakukan kegiatan belajar. Dalam motivasi belajar terkandung adanya

keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan

sikap serta perilaku pada individu belajar.

12

Meskipun motivasi merupakan suatu kekuatan, namun motivasi bukanlah

merupakan suatu substansi yang dapat diukur. Untuk dapat mengukur motivasi

dapat dilakukan dengan melihat indikator dalam kondisi-kondisi tertentu. Menurut

Sudaryono (2012: 127) beberapa indikator motivasi belajar yaitu berusaha unggul,

menyelesaikan tugas dengan baik, rasional dalam memilih keberhasilan,

menyukai tanggung jawab, dan menerima tanggung jawab pribadi.

2.3 Prestasi Belajar

Prestasi belajar digunakan sebagai indikator kualitas dan kuantitas

pengetahuan yang dikuasai peserta didik. Prestasi belajar menurut Tu‟u (2004: 75)

merupakan

...hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan

tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah. Prestasi belajar berbeda

dengan motivasi belajar, yang dinilai dari prestasi belajar adalah aspek

kognitifnya karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam

pengetahuan, pemahaman, sintesa, dan evaluasi.

Sedangkan menurut Slameto (2008: 54), prestasi belajar merupakan hasil yang

dicapai siswa dalam bentuk nilai. Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa

prestasi belajar merupakan hasil belajar kognitif siswa yang berkaitan dengan

kemampuan siswa dalam pengetahuan, pemahaman, sintesa, dan evaluasi yang

diwujudkan dalam bentuk nilai.

13

2.4 Kajian Materi

2.4.1 Kelajuan Cahaya

Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat

mata dengan panjang gelombang sekitar 380–750 nm. Pada tahun 1860 James

Clerk Maxwell menyatakan teori matematika tentang gelombang elektromagnetik

dengan cepat rambat gelombang elektromagnetik sama dengan cepat rambat

cahaya yaitu 3 × 108 m/s, oleh karena itu Maxwell berkesimpulan bahwa cahaya

merupakan gelombang elektromagnetik.

Upaya mengukur kelajuan cahaya dimulai oleh Galileo. Galileo mencoba

menghitung kecepatan cahaya dengan bantuan dari pembantunya, yang disuruh

berdiri di sebuah puncak bukit dan galileo akan berdiri di puncak bukit yang lain.

Galileo akan mencoba mengedipkan lentera dan pembantunya akan mencoba

menghitung selisih waktu yang dibutuhkan sebelum pembantu diseberang melihat

kedipan cahaya itu dan merespon dengan menghidupkan lampunya. Usaha

tersebut tentu saja gagal, karena kecepatan cahaya yang sangat besar sehingga

perlu jarak yang sangat besar pula untuk menghitungnya.

Pada 1670 seorang astronom dari Denmark bernama Ole Roemer,

melakukan sebuah pengamatan yang sangat teliti pada sebuah satelit Jupiter

bernama Io. Waktu orbit Io terhadap Jupiter adalah 1,76 hari. Waktu ini hampir

konstan tiap kali orbitnya. Tapi ada kalanya dalam setahun Io mengorbit lebih

cepat atau lebih lambat. Ia menemukan bahwa waktu orbit Io berhubungan dengan

jarak Jupiter terhadap Bumi, semakin dekat maka waktu orbit Io semakin cepat,

begitu juga sebaliknya. Roemer menyimpulkan bahwa ini berhubungan dengan

14

kecepatan cahaya atau waktu yang dibutuhkan antara bayangan obyek (Jupiter dan

Io) untuk sampai ke mata (Bumi). Dari perhitungan ini Roemer mendapat angka

sekitar 300.000 km/detik.

Pengukuran nonastronomi pertama dilakukan oleh Fizeau tahun 1849.

Metode Fizeau kemudian diperbaiki oleh Faucault tahun 1850 yang

bereksperimen menggunakan cermin rotasi untuk mengukur kelajuan cahaya di

udara dan di air.

Pengukuran dengan cara lain dilakukan oleh Michelson, dia melakukan

percobaan-percobaan dari tahun 1877 hingga tahun 1926 untuk menyempurnakan

metode yang digunakan Foucault dengan penggunaan cermin rotasi untuk

mengukur waktu yang dibutuhkan cahaya pada 2 kali jarak tempuh antara Gunung

Wilson dan Gunung San Antonio, di California. Hasil pengukuran menunjukkan

299.796.000 meter/detik yang kemudian biasa dibulatkan menjadi 3 × 108 m/s.

2.4.2 Pemantulan

Ketika gelombang dari tipe apapun mengenai sebuah penghalang datar

seperti misalnya sebuah cermin, gelombang-gelombang baru dibangkitkan dan

bergerak menjauhi penghalang tersebut. Fenomena ini disebut pemantulan.

Pemantulan terjadi pada bidang batas dua medium berbeda, sebagian energi

datang dipantulkan dan ditransmisikan.

15

Gambar 2.1 Hukum pemantulan (Tipler, 2001)

Gambar 2.1 memperlihatkan sebuah sinar yang mengenai sebuah

permukaan udara kaca yang mulus. Sudut i antara sinar datang garis normal (garis

yang tegak lurus permukaan) disebut sudut datang, bidang yang dibatasi oleh dua

garis ini disebut bidang datang. Sinar dipantulkan terletak di bidang datang

tersebut dan membentuk sudut r dengan garis normal yang sama dengan sudut

datang seperti ditunjukkkan pada gambar. Hasil ini disebut dengan hukum

pemantulan. Hukum ini berlaku untuk semua jenis gelombang.

Laju cahaya di dalam medium seperti misalnya kaca, air, atau udara

ditentukan oleh oleh indeks bias (n), yang didefinisikan sebagai perbandingan laju

cahaya dalam ruang hampa (c) terhadap laju tersebut dalam medium (v).

𝑛 =𝑐

𝑣 2.1

Pada kasus khusus saat sudut datang garis normal (i = r = 0˚), intensitas

yang dipantulkan adalah

𝐼 = 𝑛1 − 𝑛2

𝑛1 + 𝑛2

2

𝐼0 2.2

dengan 𝐼0 adalah intensitas datang 𝑛1 dan 𝑛2 adalah indeks bias dari kedua media.

i Udara

Kaca

r

i = r

16

Gambar 2.2 Pemantulan pada cermin (Tipler, 2001)

Gambar 2.2 memperlihatkan sebuah berkas kumpulan sempit sinar

cahaya datar sebuah sumber titik P yang dipantulkan dari sebuah permukaan

datar. Sesudah pemantulan, sinar-sinar tersebut menyebar secara tepat seolah-olah

sinar-sinar tersebut datang dari titik P’ di belakang permukaan cermin. Titik P’

disebut bayangan dari titik P. Ketika sinar-sinar memasuki mata, mereka tidak

bisa dibedakan dari sinar-sinar yang menyebar dari sebuah sumber pada P’

seakan-akan tidak ada permukaan yang memantulkannya.

Pemantulan dari permukaan licin disebut pemantulan spekuler (cermin).

Pemantulan spekuler tersebut berbeda dengan pemantulan difusi (menyebar) yang

diilustrasikan gambar 2.3. Pemantulan baur terjadi pada permukaan yang kasar,

sinar-sinar memasuki mata sesudah memantul dari berbagai titik berbeda pada

permukaan, sehingga tidak ada bayangan.

Gambar 2.3 Pemantulan baur (Tipler, 2001)

Bidang pantul

P‟

P Mata

Cermin

17

Hukum pemantulan dapat diturunkan dari prinsip Huygens. Gambar 2.4

memperlihatkan bidang gelombang datar AA’ yang mengenai sebuah cermin pada

titik A. Seperti yang terlihat dari gambar, sudut ∅1 antara bidang gelombang

dengan cermin adalah sama dengan sudut datang 𝜃1, yang merupakan sudut antara

yang tegak lurus cermin dan sinar-sinar yang tegak lurus terhadap bidang-bidang

gelombang tersebut. Menurut prinsip Huygens, setiap titik pada bidang

gelombang yang diberikan dapat dianggap sebagai titik dari anak gelombang

sekunder. Posisi pada bidang gelombang sesudah waktu t ditemukan dengan

membangun anak gelombang (gelombang-gelombang kecil) dengan radius ct

dengan pusatnya pada bidang gelombang AA’. Gelombang-gelombang kecil yang

tidak mengenai cermin membentuk bagian gelombang baru BB’. Gelombang-

gelombang kecil yang tidak mengenai cermin dipantulkan dan membentuk bagian

bidang-bidang BB’. Dengan kontruksi yang serupa, bidang gelombang C”CC’

didapatkan dari gelombang-gelombang kecil Huygens yang berasal dari bidang

gelombang B”BB’. Gambar 2.4 adalah pembesaran dari sebagian gambar 2.3 yang

menunjukkan bagian orisinil bidang gelombang AP yang mengenai cermin selama

waktu t. Pada saat ini, gelombang kecil dari titik P mencapai cermin pada titik B,

dan gelombang-gelombang kecil dari titik A mencapai titik B”. Gelombang yang

dipantulkan BB” membuat sudut ∅𝑟 dengan cermin yang besarnya sama dengan

18

sudut 𝜃𝑟 antara sinar-sinar yang dipantulkan dan garis normal terhadap cermin.

Segitiga-segitiga ABP dan BAB” dua-duanya adalah segitiga siku-siku dengan

sudut AB dan sisi-sisi yang sama AB”=BP=ct. Jadi segitiga-segitiga ini sebangun,

dan sudut ∅1 dan ∅𝑟 sama, menyiratkan bahwa sudut pantul 𝜃𝑟 menyamai sudut

datang 𝜃1.

Gambar 2.4 Gelombang datar yang dipantulkan pada cermin datar (Tipler, 2001)

2.4.3 Pembiasan

Pembiasan adalah pembelokan atau perubahan arah rambat cahaya ketika

melalui bidang batas dua medium yang berbeda kerapatannya.

Gambar 2.5 Pembiasan cahaya (Tipler, 2001)

i

i’

Udara

Kaca

r

∅1

𝜃1

A B C

B’’

C’’ B’

C’

A’

19

Gelombang yang ditransmisikan adalah gelombang hasil interferensi dari

gelombang-gelombang datang dan gelombang yang dihasilkan oleh penyerapan

dan radiasi ulang energi cahaya oleh atom-atom dalam medium tersebut. Untuk

kasus gambar 2.5, ada sebagian ketertinggalan fase antara gelombang yang

diradiasikan kembali dan gelombang datang. Demikian juga ada ketertinggalan

fase antara gelombang hasil dan gelombang datang. Ketertinggalan ini berarti

bahwa posisi puncak gelombang dari gelombang yang dilewatkan diperlambat

relatif terhadap posisi puncak gelombang dari gelombang datangdi dalam medium

tersebut. Jadi kecepatan gelombang yang dilewatkan lebih kecil dari kecepatan

gelombang datang. Indeks bias adalah perbandingan laju cahaya di ruang hampa

terhadap laju cahaya di dalam medium, besarnya selalu lebih dari satu. Sebagai

contoh laju cahaya di dalam kaca kira-kira dua pertiga dari laju cahaya diruang

bebas, jadi indeks bias kaca kira-kira n = c/v = 3/2.

Karena frekuensi cahaya di medium kedua sama dengan frekuensi atang

atom-atom menyerap dan meradiasi ulang cahaya tersebut pada frekuensi yang

sama tetapi laju gelombang berbeda maka panjang gelombang yang

ditransmisikan berbeda dari panjang gelombang cahaya datang. Jika 𝜆 adalah

panjang gelombang cahaya di ruang hampa, panjang gelombang di dalam medium

𝜆′ dengan indeks bias n adalah

𝜆′ =𝑣

𝑓=

𝑐𝑛

𝑓=

𝜆

𝑛 2.3

20

Gambar 2.6 Pembiasan dari medium rapat ke kurang rapat (Tipler, 2001)

Gambar 2.6 menunjukkan cahaya yang mengenai sebuah udara kaca

yang rata. Sudut i’ disebut sudut bias. Dari gambar dapat dilihat bahwa sudut bias

lebih kecil dari sudut datang i. Jadi, sinar dibelokkan mendekati garis normal.

Namun jika berkas cahaya datang dari dalam kaca dan dibiaskan ke udara maka

sudut bias lebih besar dari sudut datang atau sinar dibelokkan menjauhi garis

normal.

Gambar 2.7 Penerapan prinsip Huygens (Tipler, 2001)

Untuk menghubungkan sudut bias i’ dengan indeks bias dua media 𝑛1

dan 𝑛2 dan dengan sudut datang i dapat digunakan prinsip Huygens. Gambar 2.7

menunjukkan sebuah gelombang datar yang mengenai permukaan udara kaca.

Kita menerapkan prinsip Huygens untuk menemukan bidang gelombang dari

gelombang yang ditransmisikan. Garis AP menunjukkan sebagian bidang

i

Udara

Kaca

r

i’

∅1

∅2

𝜃1

𝜃1

𝑃

𝑣1𝑡

𝑣2𝑡

𝐴 𝐵

𝐵′

21

gelombang dalam medium 1 yang mengenai permukaan kaca dengan sudut datang

𝜃1. Pada waktu t anak gelombang dari P menempuh jarak 𝑣1t dan mencapai titik B

pada garis AB yang memisahkan kedua medium, anak gelombang (gelombang

kecil) dari titik A menempuh jarak lebih pendek 𝑣2t menuju medium kedua.

Bidang gelombang baru BB’ tidak sejajar dengan bidang gelombang asal AP

disebabkan laju 𝑣1 dan 𝑣2 berbeda. Dari segitiga APB,

sin 𝜙1 =𝑣1𝑡

𝐴𝐵

atau

𝐴𝐵 =𝑣1𝑡

sin 𝜙1=

𝑣1𝑡

sin 𝜃1

dengan melihat kenyataan bahwa sudut 𝜙1 sama dengan sudut 𝜃1. Dengan cara

serupa, dari segitiga AB’B,

sin 𝜙2 =𝑣2𝑡

𝐴𝐵

atau

𝐴𝐵 =𝑣2𝑡

sin 𝜙2=

𝑣2𝑡

sin 𝜃2

dengan 𝜃1 = 𝜃2 adalah sudut bias. Dengan menyamakan kedua nilai untuk AB,

didapatkan

𝑠𝑖𝑛 𝜃1

𝑣1=

𝑠𝑖𝑛 𝜃2

𝑣2 2.4

dengan mensubtitusi 𝑣1 = 𝑐𝑛1 dan 𝑣2 = 𝑐

𝑛2 pada persamaan ini dan

mengalikannya dengan c, didapatkan

𝑛1 sin 𝜃1 = 𝑛2 sin 𝜃2 2.5

22

Hasil ini ditemukan secara eksperimental oleh Willebord Snell pada

tahun 1621 yang kemudian dikenal sebagai hukum Snellius atau hukum

pembiasan.

2.4.4 Prinsip Fermat

Perambatan cahaya juga dapat dijelaskan melalui prinsip yang

dinyatakan oleh Pierre de Fermat pada abad ke-17 yang menyatakan bahwa

lintasan yang dilalui oleh cahaya untuk merembat dari satu titik ke titik lain

adalah sedemikian rupa sehingga waktu perjalanannya minimum. Namun

pernyataan ini tidak mencakup semua kasus. Waktu yang dilalui kadang

maksimum. Prinsip Fermat yang lebih lengkap adalah lintasan yang dilalui cahaya

untuk merambat dari satu titik ke titik lain adalah sedemikian rupa sehingga waktu

perjalanan itu tidak berubah sehubungan dengan variasi-variasi dalam lintasan

tersebut. Ciri-ciri penting dari sebuah lintasan yang tidak berubah adalah bahwa

waktu yang diperlukan sepanjang lintasan-lintasan terdekat akan kira-kira sama

seperti sepanjang lintasan yang sebenarnya.

Berikut ini pemakaian prinsip Fermat untuk menurunkan hukum-hukum

pemantulan dan pembiasan.

23

2.4.4.1 Pemantulan

Gambar 2.8 Geometri penurunan hukum pemantulan dengan

prinsip Fermat (Tipler, 2001)

Gambar 2.8 mengasumsikan bahwa cahaya meninggalkan titik A,

mengenai sebuah cermin, dan menuju titik B. Problem prinsip Fermat untuk

pemantulan adalah pada titik manakah P pada Gambar 2.8 cahaya harus mengenai

cermin dengan waktu tersingkat dari titik A ke titik B. Karena cahaya melalui

medium yang sama maka waktu akan minimum jika jaraknya minimum.

Pada Gambar 2.8 jarak APB sama dengan jarak A’PB, dengan A’ adalah

bayangan dari suber A. Titik A’ terletak sepanjang tegak lurus dari A ke cermin

dan sama jauhnya di belakang cermin. Jelas bahwa jika kita mengubah titik P,

jarak A’PB adalah paling pendek jika titik A’, P, dan B terletak pada sebuah garis

lurus. Hal ini dapat dilihat dari Gambar 2.8 ketika sudut datang sama dengan

sudut pantul.

A B

A

A B

A’

24

2.4.4.2 Pembiasan

Gambar 2.9 Pembiasan dari prinsip Fermat (Tipler, 2001)

Gambar 2.9 memperlihatkan lintasan-lintasan yang mungkin dilalui

cahaya dari titik A di udara menuju titik B di dalam kaca. Titik 𝑃1 berada pada

garis lurus antara A dan B, tetapi lintasan ini bukan satu-satunya waktu perjalanan

tersingkat karena cahaya melaju dengan kecepatan lebih kecil di dalam kaca. Jika

dilihat pada bagian kanan 𝑃1, panjang lintasan total lebih besar, namun jarak yang

dilalui di dalam medium yang lebih lambat memiliki lintasan lebih sedikit

daripada 𝑃1. Jelas bahwa lintasan yang sedikit ke kanan dari lintasan garis lurus

memerlukan waktu yang lebih sedikit karena waktu yang didapat melelui jarak

yang lebih pendek di dalam kaca daripada kehilangan waktu melewati jarak yang

lebih panjang di udara.

Ketika titik perpotongan lintasan digerakkan ke kanan titik 𝑃1, waktu

yang diperlukan untuk melalui dari A ke B berkurang sehingga dicapai minimum

pada titik 𝑃𝑚𝑖𝑛 . Di luar titik ini, waktu yang dihemat dengan melalui jarak yang

lebih pendek di dalam kaca bukan pengganti bagi waktu yang lebih besar yang

dibutuhkan untuk jarak yang lebih besar yang dilalui di udara.

B

A

𝑃𝑚𝑖𝑛

𝑃1

25

Gambar 2.10 Geometri pembiasan prinsip Fermat (Tipler, 2001)

Gambar 2.10 menunjukkan geometri untuk menentukan lintasan dengan

waktu tersingkat. Jika 𝐿1 adalah jarak yang dilalui di medium 1 dengan indeks

bias 𝑛1 dan 𝐿2 adalah jarak yang dilalui di medium 2 dengan indeks bias 𝑛2,

waktu bagi cahaya melalui lintasan total AB adalah

𝑡 =𝐿1

𝑣1+

𝐿2

𝑣2=

𝐿1

𝑐𝑛1

+𝐿2

𝑐𝑛2

=𝑛1𝐿1

𝑐+

𝑛2𝐿2

𝑐 2.6

Untuk menemukan 𝑃𝑚𝑖𝑛 dilakukan dengan mengekspresikan waktu

sehubungan dengan parameter tunggal yang menunjukkan posisi titik 𝑃𝑚𝑖𝑛 .

Dilihat dari jarak 𝑥 pada gambar 2.13, didapatkan

𝐿12 = 𝑎2 + 𝑥2 dan 𝐿2

2 = 𝑏2 + 𝑑 − 𝑥 2 2.7

a

b

d

𝑥

(𝑑 − 𝑥)

𝐿1

𝐿2

𝑃𝑚𝑖𝑛 𝜃1

𝜃2

A

B

26

Gambar 2.11 Grafik waktu yang ditempuh cahaya dari A ke B (Tipler, 2001)

Gambar 2.11 menunjukkan waktu 𝑡 sebagai fungsi 𝑥. Pada nilai 𝑥 dengan

waktu minimum, kemiringan grafik ini adalah nol.

𝑑𝑡

𝑑𝑥= 0

dengan mendiferensiasikan masing-masing bagian di dalam persamaan 2.6

terhadap 𝑥 didapatkan

𝑑𝑡

𝑑𝑥=

1

𝑐 𝑛1

𝑑𝐿1

𝑑𝑥+ 𝑛2

𝑑𝐿2

𝑑𝑥

dengan mengganti 𝑑𝑡

𝑑𝑥= 0, didapatkan

𝑛1

𝑑𝐿1

𝑑𝑥+ 𝑛2

𝑑𝐿2

𝑑𝑥= 0 2.8

penurunan-penurunan ini dapat dihitung dari persamaan 2.7, didapatkan

2𝐿1

𝑑𝐿1

𝑑𝑥= 2𝑥

atau

𝑥 𝑃𝑚𝑖𝑛

t

𝑥 𝑃𝑚𝑖𝑛

A

B

27

𝑑𝐿1

𝑑𝑥=

𝑥

𝐿1

namun 𝑥

𝐿1 , adalah sin 𝜃1 dengan 𝜃1 adalah sudut datang, jadi

𝑑𝐿1

𝑑𝑥= sin 𝜃1

dengan cara serupa, didapatkan

2𝐿2

𝑑𝐿2

𝑑𝑥= 2 𝑑 − 𝑥 −1

atau

𝑑𝐿2

𝑑𝑥=

𝑑 − 𝑥

𝐿2= − sin 𝜃2

dengan 𝜃2 adalah sudut bias. Jadi persamaan 2.8 menjadi

𝑛1 sin 𝜃1 + 𝑛2(−sin 𝜃2) = 0

atau

𝑛1 sin 𝜃1 = 𝑛2 sin 𝜃2

yang merupakan hukum Snellius.

2.4.5 Cermin Datar

Gambar 2.12 menunjukkan seberkas cahaya sempit yang memancar dari

sebuah sumber titik P dan dipantulkan dari sebuah cermin datar. Setelah

pemantulan, sinar-sinar tersebut menyebar tepat seolah-olah datang dari titik P‟ di

belakang bidang datar dari cermin tersebut. Titik P’ disebut bayangan dari titik P.

Saat sinar-sinar memasuki mata, sinar-sinar tersebut tak dapat dibedakan dari

sinar-sinar yang menyebar dari sebuah sumber di P’ tanpa kehadiran cermin.

Bayangan ini disebut bayangan maya karena bayangan tidak benar-benar

28

memancar darinya. Titik bayangan P’ dan titik P memiliki jarak yang sama secara

tegak lurus dengan bidang kaca dari bidang ke objek tersebut.

Gambar 2.12 Pembentukan bayangan oleh cermin datar (Tipler, 2001)

Cermin datar memiliki sifat pembalikan kanan-kiri yang merupakan

akibat dari pembalikan kedalaman. Bayangan sistem koordinat segiempat

sederhana yang memiliki sumbu 𝑥 dan 𝑦-nya sejajar bidang cermin ditunjukkan

pada Gambar 2.13. bayangan-bayangan dari anak panah sepanjang sumbu 𝑥 dan 𝑦

sejajar dengan anak panah obyek tersebut, tetapi bayangan sumbu 𝑧 berhadapan

langsung terhadap anak panah obyek sepanjang sumbu 𝑧. Cermin mengubah

sistem koordinat tangan kanan untuk i × j = k, dengan i, j, dan k adalah masing-

masing vektor satuan sepanjang sumbu-sumbu 𝑥, 𝑦, 𝑧, menjadi sistem koordinat

tangan kiri dengan i × j = -k.

P’

P Mata

Cermin

29

Gambar 2.13 Bayangan sistem koordinat di cermin datar (Tipler, 2001)

Gambar 2.14 menunjukkan sebuah anak panah dengan tinggi 𝑦 berdiri

sejajar bidang cermin deengan jarak 𝑠 dari cermin. Bayangan dapat ditentukan

dengan menggambar dua buah sinar, satu sinar digambar tegak lurus cermin.

Sinar tersebut mengenai cermin pada titik 𝐴 dan dipantulkan kembali ke dirinya

dan sinar yang lain mengenai cermin. Sinar tersebut dipantulkan dengan sudut 𝜃

yang sama dengan sumbu 𝑥. Perpanjangan sinar ini menentukan letak bayangan

ujung anak panah dengan jarak bayangan yang sama di belakang cermin seperti

obyeknya di depan cermin.

Gambar 2.14 Diagram sinar untuk menentukan bayangan

cermin datar (Tipler, 2001)

y

s

Cermin

s’

y’ 𝜃

𝜃

A

P P’

30

2.4.6 Cermin Melengkung

Gambar 2.15 menunjukkan kumpulan sinar dari sebuah sumber titik 𝑃

pada sumbu sebuah cermin cekung yang memantul dari cermin tersebut dan

mengumpul pada titik 𝑃′. Sinar-sinar tersebut kemudian menyebar dari titik ini

seolah-olah ada obyek pada titik tersebut. Bayangan ini disebut bayangan nyata

karena cahaya memang betul-betul memancar dari titik bayangan tersebut.

Bayangan tersebut dapat diamati melalui layar atau film yang diletakkan pada titik

bayangan. Sedangkan sebuah bayangan maya seperti yang dihasilkan cermin datar

tak dapat ditangkap layar karena tak ada cahaya disana. Meskipun ada beda

bayangan nyata dan maya, bayangan akan terlihat sama oleh mata.

Gambar 2.15 Sinar dari sebuah obyek P yang

dipantulkan oleh cermin cekung (Tipler, 2001)

Gambar 2.16 menunjukkan sebuah sinar dari titik objek 𝑃 yang

memantul pada cermin cekung dan melalui titik bayangan 𝑃′. Titik 𝐶 adalah pusat

kelengkungan cermin.

Gambar 2.16 Geometri untuk menghitung jarak bayangan (Tipler, 2001)

P

P „

A V

𝛼 𝛽

𝜃 𝜃

𝛾

𝑠′

𝑟

𝑠

𝑃 𝑃′ 𝐶

𝐴

𝑉

31

Sinar-sinar yang datang dan yang dipantulkan membentuk sudut-sudut

yang sama dengan garis radial 𝐶𝐴 yang tegak lurus permukaan cermin. 𝑠 adalah

jarak obyek dengan cermin dan 𝑠′ adalah jarak bayangan dengan cermin, dan 𝑟

adalah jari-jari kelengkungan cermin. Sudut 𝜃 adalah sudut luar segitiga 𝑃𝐴𝐶

sehingga sama dengan 𝛼 + 𝜃.

𝛽 = 𝛼 + 𝜃 2.9

Demikian juga dari segitiga 𝑃𝐴𝑃′

𝛾 = 𝛼 + 2𝜃 2.10

Dengan menghilangkan 𝜃 dari persamaan-persamaan tersebut, maka

2𝜃 = 𝛾 − 𝛼 = 2𝛽 − 2𝛼 2.11

atau

2𝛽 = 𝛼 + 𝛾 2.12

Dengan memakai pendekatan 𝛼 =𝑙

𝑠, 𝛽 =

𝑙

𝑟, dan 𝛾 =

𝑙

𝑠′ ,

1

𝑠+

1

𝑠′=

2

𝑟 2.13

Penurunan rumus ini didasarkan pada anggapan bahwa sudut-sudut yang dibuat

oleh sinar-sinar datang dan sinar-sinar yang dipantulkan dengan sumbu-sumbu

tersebut adalah kecil.

Saat jarak obyek adalah lebih besar dari jari-jari kelengkungan cermin

maka suku 1

𝑠 pada persamaan 2.13 menjadi lebih kecil dari

1

2𝑟 dan dapat

diabaikan. Untuk 𝑠 = ∞, jarak bayangan adalah 𝑠 =1

2𝑟 , jarak ini disebut panjang

fokus 𝑓 dari cermin tersebut.

32

𝑓 =𝑟

2 2.14

Dengan menggunakan panjang fokus, persamaan cermin tersebut menjadi

1

𝑠+

1

𝑠′=

1

𝑓 2.15

Untuk menentukan letak bayangan dapat dicari dengan menggunakan

diagram sinar. Ada empat sinar utama yang dapat digunakan yaitu:

A. Sinar sejajar, digambar sejajar dengan sumbu utama cermin. Sinar ini

dipantulkan melalui titik fokus cermin.

B. Sinar fokus, digambar melalui titik fokus cermin. Sinar ini dipantulkan sejajar

sumbu utama cermin.

C. Sinar radial, digambar melalui pusat kelengkungan cermin. Sinar ini

mengenai cermin tegak lurus permukaannya dan kemudian dipantulkan

kembali pada pusat kelengkungan cermin.

D. Sinar pusat, digambar pada verteks cermin tersebut. Sinar ini memantul

dengan sudut yang sama terhadap sumbu utama.

Gambar 2.17 Diagram sinar untuk cermin cekung (Tipler, 2001)

Gambar 2.17 menunjukkan bahwa bayangan yang dihasilkan tersebut

dibalik dan memiliki ukuran yang tidak sama dengan obyeknya. Perbandingan

antara ukuran bayangan terhadap ukuran obyek didefinisikan sebagai perbesaran

𝑦

A

B

F M

C

𝑦′

𝜃 𝜃 𝑦′

𝐷

𝑦

𝑠

𝑠′

𝑠

𝑠′

33

lateral dari bayangan tersebut. Sebuah perbandingan dari segitiga yag dibentuk

sinar datang, sumbu utama, dan obyek dengan segitiga yang dibentuk oleh sinar

pantul, sumbu utama, dan bayangannya menunjukkan bahwa perbesaran lateral

𝑦′𝑦 sama dengan perbandingan 𝑠′ 𝑠 .

Saat sebuah obyek berada di antara cermin dan titik fokusnya, sinar-sinar

yang dipantulkan dari cermin tersebut tidak mengumpul namun kelihatan

menyebar dari sebuah titik di belakang cermin. Bayangan yag dibentuk dalam hal

ini adalah maya dan tegak seperti yang diilustrasikan Gambar 2.18.

Gambar 2.18 Bayangan maya yang dibentuk oleh cermin cekung (Tipler, 2001)

Untuk kasus 𝑠 kurang dari 1

2𝑟, sehingga jarak bayangan 𝑠′ menjadi

bernilai negatif. Baik cermin cekung maupun cembung bayangan nyata hanya

terbentuk di sisi-sisi yang sama dengan obyek. Bayangan maya terbentuk

dibelakang cermin tanpa ada berkas cahaya. Berikut adalah konvensi tanda,

- 𝑠 bertanda (+) jika obyek berada di depan cermin (obyek nyata)

- 𝑠 bertanda ( - ) jika obyek berada di belakang cermin (obyek maya)

- 𝑠′ bertanda (+) jika bayangan berada di depan cermin (obyek nyata)

- 𝑠′ bertanda ( - ) jika bayangan berada di belakang cermin (obyek maya)

- 𝑟, 𝑓 bertanda (+) jika pusat kelengkungan dan fokus berada di depan cermin

(cermin cekung)

M F

y y’

34

- 𝑟, 𝑓 bertanda ( - ) jika pusat kelengkungan dan fokus berada di belakang

cermin (cermin cembung)

Perbesaran bayangan lateral dirumuskan dengan,

𝑚 =𝑦′

𝑦=

𝑠′

𝑠 2.16

Selain cermin yang melengkung ke dalam, adapula cermin yang

melengkung keluar yang disebut sebagai cermin cembung. Cermin cembung

merupakan cermin yang memiliki bagian pemantul cahaya yang melengkung

keluar. Cermin cembung bersifat menyebarkan cahaya. Gambar 2.19

menunjukkan diagram sinar untuk sebuah obyek di depan cermin cembung. Sinar

yang menuju pusat kelengkungan cermin C dipantulkan kembali ke dirinya

sendiri. Sinar sejajar sumbu utama A dipantulkan seolah-olah berasal dari titik

fokus F yang berada di belakang cermin. Sinar yang menuju titik fokus cermin B

dipantulkan sejajar sumbu utama cermin. Dari gambar tersebut terlihat bahwa

bayangan berada di belakang cermin yang berarti maya. Sifat bayangan yang

terbentuk adalah maya, tegak, dan lebih kecil dari obyeknya.

Gambar 2.19 Diagram sinar cermin cembung (Tipler, 2001)

C

A

B

M F

y

y’

35

2.4.7 Pembentukan Bayangan Melalui Pembiasan

Pembentukan bayangan oleh pembiasan pada permukaan melengkung

yang memisahkan dua medium dengan indeks bias 𝑛1 dan 𝑛2 diilustrasikan pada

Gambar 2.20. pada gambar ini 𝑛2 lebih besar dari 𝑛1 sehingga gelombang-

gelombang berjalan lebih lambat di medium kedua dan hanya sinar-sinar paraksial

yang mengumpul ke satu titik. Sebuah persamaan yang menghubungkan jarak

bayangan ke jarak obyek, jari-jari kelengkungan, dan indeks bias dapat diturunkan

dengan menerapkan hukum Snellius untuk pembiasan pada sinar-sinar ini dan

memakai pendekatan sudut kecil.

Gambar 2.20 Bayangan pembiasan pada permukaan lengkung

berbeda medium (Tipler, 2001)

Geometri penurunan ini ditunjukkan pada gambar 2.21. sudut-sudut 𝜃1

dan 𝜃2 dihubungkan oleh hukum Snellius.

Gambar 2.21 Geometri hubungan posisi bayangan dengan posisi

obyek pada pembiasan lengkung tunggal (Tipler, 2001)

𝑛1 sin 𝜃1 = 𝑛2 sin 𝜃2

𝜃1 𝜃2

𝑛1 𝑛2

𝑠 𝑠′

𝑃 𝑃′ 𝐶 𝛼 𝛽

𝛾 𝐴

𝜃1 𝜃2

𝑛1 𝑛2

𝑠 𝑠′

𝑃 𝑃′

𝐶

36

dengan memakai pendekatan sudut kecil sin 𝜃 = 𝜃 didapatkan

𝑛1𝜃1 = 𝑛2𝜃2 2.17

dari segitiga ACP’ didapatkan

𝛽 = 𝜃2 + 𝛾 =𝑛1

𝑛2𝜃1 + 𝛾 2.18

hubungan lain untuk 𝜃1dari segitiga PAC :

𝜃1 = 𝛼 + 𝛽 2.19

dengan menghilangkan 𝜃1 dari persamaan 2.18 dan 2.19 didapatkan

𝑛1𝛼 + 𝑛1𝛽 + 𝑛2𝛾 = 𝑛2𝛽

atau

𝑛1𝛼 + 𝑛2𝛾 = 𝑛2−𝑛1 𝛽 2.20

dengan memakai pendekatan sudut-sudut kecil 𝛼 =𝑙

𝑠, 𝛽 =

𝑙

𝑟, 𝛾 =

𝑙

𝑠′, didapatkan

𝑛1

𝑠+

𝑛2

𝑠′=

𝑛2 − 𝑛1

𝑟

Pada pembiasan, bayangan nyata dibentuk di belakang permukaan yang

disebut sebagai sisi transmisi. Sedangkan bayangan maya terjadi pada sisi datang

di depan permukaan. Berikut adalah konvensi tanda pada pembiasan,

- 𝑠 bertanda (+) (obyek nyata) untuk obyek di depan permukaan (sisi datang)

- 𝑠 bertanda (-) (obyek maya) untuk obyek berada di belakang permukaan (sisi

transmisi)

- 𝑠′ bertanda (+) (bayangan nyata) untuk bayangan berada di belakang

permukaan (sisi transmisi)

- 𝑠′ bertanda ( - ) (bayangan maya) untuk bayangan berada di depan permukaan

(sisi datang)

37

- 𝑟, 𝑓 bertanda (+) jika pusat kelengkungan dan fokus berada di belakang

permukaan (sisi transmisi)

- 𝑟, 𝑓 bertanda ( - ) jika pusat kelengkungan dan fokus berada di depan

permukaan (sisi datang)

Gambar 2.22 menunjukkan sebuah sinar dari puncak obyek ke puncak

bayangan. Sinar tersebut dibelokkan mendekati garis normal saat melewati

permukaan tersebut, sehingga 𝜃2 kurang dari 𝜃1. Sudut-sudut ini dihubungkan

menggunakan hukum Snellius.

𝑛1 sin 𝜃1 = 𝑛2 sin 𝜃2

Gambar 2.22 Geometri menentukan perbesaran lateral (Tipler, 2001)

Ukuran obyek dan bayangan dihubungkan dengan sudut menjadi,

tan 𝜃1 =𝑦

𝑠

tan 𝜃2 =𝑦′

𝑠′

tanda (-) muncul karena 𝑦′ negatif. Dengan hanya memperhatikan sinar-sinar

paraksial dengan sudut kecil, sinus dari sudut kecil sama dengan tangen dari sudut

kecil itu. Dengan pendekatan ini hukum Snellius menjadi

𝑛1

𝑦

𝑠= 𝑛2

−𝑦′

𝑠′

sehingga perbesarannya menjadi

𝑦 𝜃1

𝜃2

𝑠′

𝑠 𝑦′

𝑛1 𝑛2

38

𝑚 =𝑦′

𝑦= −

𝑛1𝑠′

𝑛2𝑠 2.21

2.4.8 Lensa Tipis

Lensa adalah benda transparan (bening) yang dibatasi dengan dua

permukaan lengkung. Lensa tipis dicirikan sebagai lensa yang ketebalannya

dianggap kecil bila dibandingkan dengan jarak-jarak yang berhubungan dengan

sifat-sifat lensa seperti jari-jari kelengkungan permukaan lensa, panjang fokus

pertama dan panjang fokus kedua, jarak benda dan jarak bayangan. Ketebalan

lensa tipis dapat diabaikan.

Sebuah lensa dianggap sangat tipis berindeks bias 𝑛 dengan udara pada

kedua sisinya, memiliki jari-jari kelengkungan lensa 𝑟1 dan 𝑟2. Jika sebuah obyek

berada pada jarak 𝑠 dari permukaan pertama lensa, maka jarak bayangan 𝑠1′ yang

disebabkan pembiasan pada permukaan pertama. Ditentukan dengan

persamaan 2.22:

1

𝑠+

𝑛

𝑠′1=

𝑛 − 1

𝑟1 2.22

Gambar 2.23 menunjukkan bahwa saat jarak bayangan 𝑠′2 untuk

permukaan pertama adalah negatif, yang menunjukkan bahwa bayangan maya

yang terjadi di sebelah kiri permukaan. Sinar-sinar pada kaca dibiaskan dari

permukaan pertama menyebar seolah-olah datang dari titik bayangan 𝑃′1. Sinar-

sinar tersebut mengenai permukaan kedua dengan sudut-sudut sama seolah ada

sebuah obyek pada titik bayangan ini. Bayangan untuk permukaan pertama

kemudian menjadi obyek untuk permukaan kedua. karena ketebalan lensa

diabaikan maka jarak obyek adalah sama dengan 𝑠′1 namun karena jarak obyek di

39

depan permukaan adalah positif dan bayangan adalah negatif, maka jarak obyek

untuk permukaan kedua adalah 𝑠2 = −𝑠′1. Persamaan 2.22 kemudian dituliskan

untuk permukaan kedua dengan 𝑛1 = 𝑛, 𝑛 = 1, dan 𝑠 = −𝑠′1. Jarak bayangan

untuk permukaan kedua adalah jarak bayangan akhir 𝑠′ bagi lensa tersebut.

𝑛

−𝑠′1+

𝑛

𝑠′=

1 − 𝑛

𝑟2 2.23

Dengan menghilangkan jarak bayangan untuk permukaan pertama 𝑠′1

dengan menambahkan persamaan 2.22 dan 2.23 didapatkan

1

𝑠+

1

𝑠′= (𝑛 − 1)

1

𝑟1−

1

𝑟2 2.24

Dengan menganggap 𝑠 adalah tak hingga dan 𝑠′ adalah 𝑓 didapatkan

1

𝑓= (𝑛 − 1)

1

𝑟1−

1

𝑟2 2.25

Persamaan 2.25 disebut sebagai persamaan pembentukan lensa. Dengan

mensubstitusikan 1

𝑓 ke sisi kanan persamaan 2.24 didapatkan persamaan lensa tipis

yaitu:

1

𝑠+

1

𝑠′=

1

𝑓 2.26

Gambar 2.23 Pembiasan pada dua permukaan lensa (Tipler, 2001)

s’ s

𝑠2

𝑠′2

P P’ 𝑃′1

40

2.4.8.1 Titik Fokus dan Panjang Fokus

Gambar 2.24 Letak fokus lensa bikonveks dan bikonkaf (Giancolli)

Gambar 2.24 menunjukkan pembiasan cahaya oleh lensa bikonveks dan

bikonkaf. Sumbu utama pada lensa yaitu berupa garis lurus yang melewati pusat

lensa dan tegak lurus dengan permukaan lensa.

Titik fokus pertama F adalah suatu titik yang memiliki sifat bahwa

semua sinar yang berasal darinya atau yang menuju titik itu akan sejajar dengan

sumbu utama setelah mengalami pembiasan.

Setiap lensa tipis di udara memiliki dua titik fokus, satu di sisi masing-

masing, dan memiliki jarak yang sama dari pusat lensa. Titik fokus kedua F‟

adalah titik tempat berkas sinar-sinar sejajar sumbu utama bertemu setelah

dibiaskan atau titik yang seolah-olah sinar-sinar sejajar sumbu utama berasal dari

pembiasan oleh lensa.

Fokus pertama Fokus pertama

Fokus

kedua Fokus

kedua

41

Untuk lensa positif, titik fokus utama berada pada sisi datang dan titik

fokus kedua berada pada titik transmisi. Bidang fokus adalah bidang pada titik

fokus yang tegak lurus dengan sumbu utama.

Panjang fokus merupakan jarak antara titik fokus sampai pusat lingkaran.

Jarak fokus ini disimbolkan f dan f’, biasanya diukur dalam cm dan inchi, bernilai

positif untuk lensa konvergen dan bernilai negatif untuk lensa divergen. Untuk

lensa yang kedua medium permukaannya sama maka berlaku :

f = f’

2.4.8.2 Diagram-diagram Sinar untuk Lensa

Gambar 2.25 Diagram sinar lensa cembung (Giancolli)

Diagram-diagram sinar lensa cembung diilustrasikan seperti Gambar 2.25.

1. Sinar sejajar,yang digambarkan sejajar dengan sumbu utama, sinar ini akan

dibiaskan melalui titik fokus kedua F2.

2. Sinar pusat, yang digambar melalui pusat lensa akan diteruskan/tidak

dibiaskan.

3. Sinar fokus, yang digambar melalui titik fokus pertama F1 akan dibiaskan

sejajar sumbu utama.

Hasil perpotongan sinar-sinar bias tersebut membentuk satu titik ujung

bayangan.

F2 F1

1

2 3

y

y’

42

Gambar 2.26 Diagram sinar lensa cekung (Giancolli)

Untuk diagram-diagram sinar pada lensa cekung diilustrasikan seperti

Gambar 2.26.

1. Sinar sejajar, yang digambar sejajar sumbu utama, sinar ini menyebar dari

lensa seolah-olah berasal dari titik F2.

2. Sinar pusat, yang digambar melalui pusat lensa,sinar ini tidak bibiaskan.

3. Sinar fokus, yang digambar menuju titik F1, sinar ini memancar sejajar

sumbu utama.

2.4.8.3 Kekuatan Lensa

Kekutan lensa tipis dinyatakan dalam dioptri dan berbanding terbalik

dangan panjang fokus dalam meter. :

𝑷 =𝟏

𝒇 𝒅𝒊𝒐𝒑𝒕𝒓𝒊 =

𝟏

𝒑𝒂𝒏𝒋𝒂𝒏𝒈 𝒇𝒐𝒌𝒖𝒔 (𝒎)

Lensa dengan jarak titik fokus kecil akan memberikan sudut bias yang

besar atau dengan kata lain memiliki kekuatan yang besar. Sebaliknya lensa

Depan Belakang

43

dengan jarak titik fokus besar akan memberikan sudut bias yang kecil atau dengan

kata lain memiliki kekuatan yang kecil.

2.5 Kerangka Berpikir

Motivasi belajar, pembelajaran, dan prestasi belajar memiliki keterkaitan

yang sangat erat dalam proses pendidikan. Motivasi merupakan suatu kondisi

yang menyebabkan atau menimbukan perilaku tertentu dan yang memberi arah

pada tingkah laku tersebut, sedangkan pembelajaran adalah suatu proses yang

dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah

yang lebih baik. Suatu pembelajaran dapat dikatakan baik atau tidak, dapat dilihat

dari prestasi belajar.

Menurut Slameto (2008), motivasi belajar merupakan salah satu faktor

dari dalam siswa yang mempengaruhi prestasi belajar. Sedangkan pada

penelitian Fyans dan Maerh yang dikutip oleh Siregar dan Nara (2010)

didapatkan hasil bahwa motivasi merupakan prediktor terbaik prestasi belajar jika

dibandingkan dengan latar belakang dan kondisi sekolah.

Motivasi belajar juga mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Sardiman

(2010) mengungkapkan bahwa motivasi belajar merupakan keseluruhan daya

penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar atau keaktifan

siswa.

Observasi yang dilakukan di kelas VIIIA MTs NU Ungaran mendapatkan

hasil bahwa kelas tersebut masih memiliki masalah belajar. Hal ini diindikasikan

dengan prestasi belajar yang masih dibawah KKM yaitu 68,00 dan keaktifan

siswa yang masih kurang saat pembelajaran. Keaktifan siswa yang masih kurang

44

mengindikasikan kurangnya motivasi belajar siswa, selanjutnya perlu diberikan

cara belajar lain menggunakan model pendekatan kooperatif.

Salah satu alternatif model pembelajaran kooperatif yang dapat

digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah model Jigsaw II.

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II merupakan suatu model

pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk belajar mandiri dan berdiskusi

kelompok, adanya reward untuk kelompok terbaik di akhir siklus akan membuat

setiap siswa termotivasi agar dapat menjelaskan dengan baik materi yang telah

menjadi tugasnya kepada teman sekelompoknya. Dengan cara belajar seperti ini

diharapkan motivasi belajar meningkat yang berpengaruh terhadap peningkatan

prestasi belajar siswa. Dari uraian di atas kerangka berpikir dalam penelitian ini

secara singkat dapat digambarkan sebagai berikut:

45

Gambar 2.27 Kerangka Berpikir Penelitian

2.6 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan latar belakang masalah dan kerangka pikir maka

dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini yaitu dengan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw II maka motivasi belajar siswa kelas VIIIA MTs NU

Ungaran pada mata pelajaran IPA dapat meningkat. Sejalan dengan meningkatnya

motivasi belajar maka prestasi belajar juga mengalami peningkatan.

Tujuan Tercapai

OBSERVASI

Masalah Belajar:

1. Motivasi belajar masih rendah

2. Prestasi belajar masih rendah.

Teori motivasi Slameto mengatakan bahwa

motivasi merupakan suatu kondisi yang

menyebabkan seseorang melakukan sesuatu.

Pada penelitian Fyans dan Maerh disimpulkan,

motivasi merupakan prediktor terbaik prestasi

belajar”

Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw II

Motivasi Belajar

Meningkat

Prestasi Belajar Meningkat

46

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Pada penelitian ini digunakan metode Penelitian Tindakan Kelas

(PTK). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus yang setiap siklusnya terdiri dari

dua kali pertemuan, pada setiap akhir siklus diadakan evaluasi dan dilakukan

penskoran untuk mengetahui kelompok yang mendapatkan reward.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada 23 Agustus 2012 sampai 10 September

2012. Tempat pelaksanaan penelitian adalah MTs NU Ungaran.

3.3 Subjek Penelitian

Subjek yang diteliti pada penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA MTs

NU Ungaran tahun ajaran 2012/2013 dengan jumlah responden sebanyak 40

siswa.

3.4 Faktor yang diteliti

Faktor yang diteliti dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu:

1. Peningkatan motivasi belajar siswa yang diteliti menggunakan angket respon

siswa.

46

47

2. Prestasi belajar siswa yang dilihat dari nilai tes evaluasi.

3.5 Prosedur Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian

dilaksanakan dalam dua siklus, namun jika pada siklus kedua belum mengalami

peningkatan maka dilakukan siklus ketiga dengan koreksi pada siklus kedua. Tiap

siklus terdiri atas empat tahap kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan/observasi, dan refleksi (Arikunto, et al., 2009: 16).

3.5.1 Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan observasi awal dengan rincian seperti berikut,

a) Mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa dan guru. Identifikasi

dilakukan dengan melihat nilai ulangan harian siswa, wawancara terhadap

guru IPA tentang metode yang sering digunakan dalam pembelajaran serta

wawancara terhadap beberapa siswa sebagai sampel tentang pembelajaran

IPA selama ini.

b) Menyusun instrumen penelitian meliputi silabus, rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP), angket motivasi belajar, tes evaluasi, lembar observasi,

daftar kelompok asal, dan daftar kelompok ahli.

c) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pelaksanaan.

3.5.2 Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan pada tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw II sesuai dengan perencanaan pada RPP. Tindakan yang

dilakukan guru adalah menjelaskan inti materi, mengorganisasikan siswa dalam

48

pembagian kelompok, dan membimbing diskusi siswa. Pada saat pelaksanaan

proses pembelajaran, observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa.

Sedangkan di setiap akhir siklus, guru memberikan tes untuk mengetahui hasil

belajar kognitif siswa, menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa, dan memberikan

reward kepada tim dengan nilai tertinggi. Tes yang diberikan berbentuk tes

pilihan ganda.

3.5.3 Pengamatan

Untuk dapat mengetahui jalannya pelaksanaan pembelajaran maka

dilakukan pengamatan/observasi terhadap siswa dan guru. Observasi dilakukan

untuk mengamati aktivitas siswa dan guru pada saat berlangsungnya

pembelajaran. Adapun aspek yang diamati pada siswa antara lain:

a) Mendengarkan dan memperhatikan teman yang menerangkan

b) Menyampaikan pertanyaan

c) Menyampaikan pendapat

d) Menjelaskan materi yang dikuasai kepada teman yang lain.

Observasi guru dilakukan dengan mengamati kegiatan guru pada saat

proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan guru yang diamati adalah kesesuaian

kegiatan dengan rencana pembelajaran, perilaku proses belajar mengajar,

perangkat proses belajar mengajar. Lembar observasi guru berisi beberapa aspek

yang diukur mulai dari persiapan, proses belajar mengajar, sampai kegiatan akhir.

49

3.5.4 Refleksi

Pada tahap ini semua hasil observasi dan evaluasi diolah dan

direfleksikan untuk mengukur tingkat keberhasilan dan mengoreksi kelemahan-

kelemahan selama pelaksanaan tindakan. Berdasarkan hasil refleksi ini, guru dan

peneliti bersama-sama merencanakan perbaikan pada pelaksanaan siklus

selanjutnya.

3.6 Metode Pengumpulan Data

3.6.1 Lembar Respon Siswa / Angket

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket langsung

tertutup karena responden hanya tinggal memberikan tanda check (√) pada salah

satu jawaban yang dianggap benar. Angket dibagikan dan diisi oleh siswa yang

berfungsi untuk mengetahui motivasi belajar siswa terhadap pelaksanaan

pembelajaran IPA melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

Untuk mengetahui validitas lembar observasi dalam penelitian ini

digunakan validitas konstruk (construct validity). Menurut Arikunto (2007: 65),

kevalidan suatu instrumen dapat terpenuhi karena instrumen tersebut telah

dirancang dengan baik, mengikuti teori dan ketentuan yang berlaku. Instrumen

yang berupa angket motivasi belajar telah disusun berdasarkan teori penyusunan

instrumen dan telah dikonsultasikan kepada dosen pembimbing, sehingga secara

logis instrumen telah valid. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa validitas

logis yang berupa validitas konstruksi dalam penelitian ini tidak perlu diuji

kondisinya, tetapi langsung digunakan setelah instrumen tersebut selesai disusun.

50

3.6.2 Tes

Pada penelitian ini dilakukan tes untuk mengetahui indikasi terdapat

peningkatan prestasi belajar melalui peningkatan nilai setelah diberikan

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

Metode ini digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa

terhadap materi cahaya setelah diberi tindakan (post-test). Instrumen yang

digunakan adalah tes objektif yang berbentuk pilihan ganda dengan empat pilihan.

Sebelum soal-soal tersebut digunakan untuk mengukur hasil belajar kognitif

siswa, terlebih dahulu dilakukan uji coba terhadap soal-soal tersebut untuk

mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal.

Analisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal uji coba

siklus I dan II terdapat pada Lampiran 9 dan 14. Uji coba instrumen dilakukan

pada siswa kelas VIIIE MTs NU Ungaran tahun ajaran 2012/ 2013.

3.6.3 Lembar Observasi

Untuk melengkapi pengumpulan data evaluasi hasil maka dilaksanakan

observasi terhadap aktivitas siswa dan guru pada setiap pertemuan untuk

mengetahui jalannya pelaksanaan pembelajaran. Observasi dilakukan oleh

peneliti, guru kelas, dan tiga orang observer yang semuanya adalah rekan

mahasiswa seangkatan peneliti.

3.7 Analisis Uji Coba Instrumen

Sebelum penelitian terlebih dahulu diadakan uji coba instrumen tes

tertulis di kelas lain yang telah diberikan materi cahaya. Tujuan diadakan tes uji

51

coba adalah untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda soal, dan

tingkat kesukaran soal.

3.7.1 Validitas

Untuk mengetahui tingkat kevalidan soal berbentuk pilihan ganda pada

penelitian ini digunakan rumus

thitung = rpbis n − 2

1 − r2

(Sugiyono, 2004: 215)

dengan

rpbis =Mp − Mt

St

p

q

(Arikunto, 2007: 79)

Keterangan :

rpbis = koefisien korelasi poin biseral

Mp = skor rata-rata kelas yang menjawab benar pada butir soal

Mt = skor rata-rata total

St = standar deviasi skor total

p = proporsi siswa yang menjawab benar pada tiap butir soal

q = proporsi siswa yang menjawab salah pada tiap butir soal = (1- p)

Butir soal dikatakan valid jika hasil perhitungan memperoleh nilai

thitung >t𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 . Hasil thitung yang diperoleh dikonsultasikan dengan t𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan

=5%. Jika thitung >t𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka instrumen dikatakan valid. Hasil analisis

validitas soal pada uji coba soal diperoleh bahwa dari 30 soal yang diujicobakan

52

pada siklus I, 25 soal dikategorikan valid dan 5 soal dikategorikan tidak valid.

Pada siklus II, dari 30 soal yang diujicobakan, 25 soal dikategorikan valid dan 5

soal dikategorikan tidak valid. Contoh perhitungan validitas butir soal terdapat

pada Lampiran 10 dan 15.

3.7.2 Reliabilitas

Persamaan yang digunakan untuk mengetahui reliabilitas tes objektif

adalah:

r11 = n

n − 1 1 −

M(n − M)

n St2

(Arikunto, 2007: 100)

Keterangan:

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

M = skor rata-rata butir

n = banyaknya item soal

St2 = varians

Kriteria reliabilitas butir soal:

0,000 ≤ 𝑟11 ≤ 0,200 → sangat rendah

0,201 ≤ 𝑟11 ≤ 0,400 → rendah

0,401 ≤ 𝑟11 ≤ 0,600 → cukup

0,601 ≤ 𝑟11 ≤ 0,800 → tinggi

0,801 ≤ 𝑟11 ≤ 1,000 → sangat tinggi

Harga r11 dikonsultasikan dengan rtabel product moment dengan taraf signifikan

5%. Jika 𝑟11 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka perangkat tes dikatakan reliabel. Suatu soal dikatakan

reliabel jika tes tersebut dipercaya dan konsisten. Hasil analisis reliabilitas soal

pada uji coba soal siklus 1 dan 2 diperoleh bahwa soal yang diujicobakan

53

memiliki kriteria tinggi pada siklus 1 dan sangat tinggi pada siklus 2. Contoh

perhitungan reliabilitas instrumen terdapat pada Lampiran 10 dan 15.

3.7.3 Taraf Kesukaran

Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal digunakan indeks kesukaran

yang besarnya antara 0,00 – 1,00. Jika indeks kesukaran bernilai 0,00 berarti soal

tergolong sukar, namun jika indeks kesukaran bernilai 1,00 berarti soal terlalu

mudah. Besarnya indeks kesukaran dihitung dengan

P =B

JS

(Arikunto, 2007: 210)

Keterangan:

P : indeks kesukaran

B : banyaknya soal yang dijawab benar

JS : jumlah siswa yang menjawab benar

Hasil analisis tingkat kesukaran soal pada uji coba soal diperoleh bahwa

dari 30 soal yang diuji cobakan pada siklus 1, 2 soal dikategorikan sukar, 21 soal

dikategorikan sedang, dan 7 soal dikategorikan mudah. Pada siklus 2, dari 30 soal

yang diuji cobakan, 2 soal dikategorikan sukar, 23 soal dikategorikan sedang, dan

5 soal dikategorikan mudah. Contoh perhitungan tingkat kesukaran soal terdapat

pada Lampiran 10 dan 15.

3.7.4 Daya Pembeda Soal

Soal dikatakan baik jika dapat membedakan tingkat kemampuan

seseorang. Daya pembeda soal dirumuskan sebagai berikut:

54

DP =BA

JA−

BB

JB= PA − PB

(Arikunto, 2007: 213)

Keterangan :

DP = daya pembeda

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab

benar

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Klasifikasi daya pembeda :

0,00 ≤ DP ≤ 0,20 : Jelek

0,21 ≤ DP ≤ 0,40 : Cukup

0,41 ≤ DP ≤ 0,70 : Baik

0,71 ≤ DP ≤ 1,00 : Baik Sekali

DP = negatif, semuanya tidak baik. Semua butir soal yang mempunyai nilai D

negatif sebaiknya dibuang.

Hasil analisis terhadap daya pembeda soal diperoleh bahwa dari 30 soal

pada siklus 1, 9 soal dikategorikan baik, 19 soal dikategorikan cukup, dan 2 soal

dikategorikan jelek. Dari 30 soal pada siklus 2, 19 soal dikategorikan baik dan 11

soal dikategorikan cukup. Contoh perhitungan daya pembeda soal terdapat pada

Lampiran 10 dan 15.

55

3.8 Metode Analisis Data

3.8.1 Respon Siswa (Angket)

Untuk menilai respon siswa terhadap pembelajaran digunakan angket

dengan menggunakan 4 indikator motivasi belajar yang setiap indikator diwakili

dengan 6 pernyataan. Skor pada angket menggunakan interval 1-5. Rata-rata skor

dari setiap aspek penilaian kemudian dikonversikan ke dalam bentuk kualitatif.

Adapun langkah-langkah menganalisis data angket motivasi belajar adalah :

Membuat tabulasi data

Menghitung persentase data menggunakan persamaan:

Nilai =skor yang diperoleh siswa

skor maksimal× 100

Mengkonversikan persentase data ke dalam bentuk kualitatif dengan cara:

1) Menentukan persentase skor maksimal dengan persamaan:

Nilai =skor maksimal setiap indikator × jumlah indikator

jumlah skor maksimal× 100%

Nilai =5 × 6

30× 100% = 100%

2) Menentukan persentase skor minimal dengan persamaan:

Nilai =skor minimal setiap indikator × jumlah indikator

jumlah skor maksimal× 100%

Nilai =1 × 6

30× 100% = 20%

3) Menentukan range persentase skor:

56

range = %maksimal − %minimal = 100% − 20% = 80%

4) Menentukan lebar interval:

lebar interval =range persentase

jumlah kriteria kualitatif=

80%

4= 20 %

5) Menentukan deskripsi kualitatif untuk setiap interval.

Berdasarkan perhitungan di atas, maka kriteria kualitatif motivasi belajar

siswa dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Rentang Persentase Motivasi Belajar

Nilai Kriteria

80,00% ≤ N ≤ 100,0% Sangat tinggi

60,00% ≤ N < 80,00% Tinggi

40,00% ≤ N < 60,00% Rendah

20,00% ≤ N < 40,00% Sangat rendah

(Arifin, 2011: 234)

3.8.2 Analisis hasil belajar kognitif siswa

Untuk menganalisis hasil belajar kognitif digunakan rumus

Nilai =Jumlah Benar

Jumlah Salah× 100

(Wiyanto, 2008: 83)

3.8.3 Perhitungan nilai rata-rata kelas

Untuk menghitung nilai rata-rata kelas digunakan rumus,

Nilai = Skor

peserta

57

(Wiyanto, 2008: 85)

3.8.4 Ketuntasan belajar klasikal

Untuk mengetahui ketuntasan belajar klasikal digunakan rumus,

P =S

N× 100%

Keterangan

P : Ketuntasan klasikal

S : Siswa tuntas

N : Siswa seluruhnya

(Wiyanto, 2008: 85)

3.8.5 Pengujian terhadap peningkatan prestasi belajar siswa

Untuk menguji peningkatan (gain) dirumuskan dengan

g =Spost − Spre

100% − Spre

Keterangan

g : gain

Spost : skor setelah pembelajaran

Spre : skor sebelum pembelajaran

Besarnya faktor-g dikategorikan sebagai berikut :

Tinggi = g > 0,7 atau dinyatakan dalam persen g > 70%

Sedang = 0,3 ≤ g ≤0,7 atau dinyatakan dalam persen

30% ≤ g ≤70%

Rendah = g > 0,3 atau dinyatakan dalam persen g < 30%

(Wiyanto, 2008: 86)

58

3.9 Indikator Keberhasilan

Tolok ukur keberhasilan PTK ini dapat dilihat dari peningkatan motivasi

belajar dan peningkatan prestasi belajar siswa akibat meningkatnya motivasi

belajar siswa. Indikator motivasi belajar dikatakan tercapai jika 62,50% siswa

menyukai pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw II (Depdiknas, 2003). Peningkatan prestasi belajar dilihat melalui hasil tes

siswa. Jika hasil tes mencapai 68% secara individu dan 85% secara klasikal maka

prestasi belajar dikatakan meningkat (Mulyasa, 2009: 99).

59

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II

Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa.

Penelitian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II ini

dilaksanakan dalam 2 siklus dengan mengambil materi cahaya dengan rincian

sebagai berikut:

4.1.1.1 Siklus 1

Pada tahap observasi di kelas terdapat masalah motivasi belajar dan

prestasi belajar siswa yang masih rendah. Peneliti kemudian menyusun perangkat

pembelajaran seperti RPP pemantulan cahaya dan cermin, soal evaluasi, angket

motivasi belajar, dan lembar observasi keaktifan siswa.

Pada tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai

dengan skenario pada RPP. Proses pembangkitan motivasi belajar siswa dilakukan

dengan beberapa cara yaitu: (1) apersepsi dengan mengaitkan materi yang akan

dibahas dengan aplikasi pada kehidupan sehari-hari, (2) penggunaan model

pembelajaran kooperatif, dan (3) pemberian reward untuk kelompok asal terbaik.

Setelah pembelajaran siklus 1 selesai, peneliti mengadakan evaluasi dan meminta

siswa untuk mengisi angket motivasi belajar.

59

60

Pada tahap pengamatan, peneliti dibantu oleh guru IPA kelas VIIIA dan

tiga orang rekan peneliti yaitu Fitriana Khaerunisa, Indri Nurwahidah, dan Arya

Dwi Candra mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran melalui lembar

keaktifan siswa. Saat mengajar kinerja peneliti juga diamati oleh guru IPA kelas

VIIIA melalui lembar observasi kinerja guru.

Pada tahap terakhir di siklus 1 yaitu refleksi peneliti masih menemukan

beberapa kekurangan, antara lain: (1) kemampuan siswa mengemukakan pendapat

dalam kelompok ahli yang masih kurang baik, (2) peneliti tidak memeriksa

kesiapan siswa, dan (3) peneliti tidak menyampaikan tujuan yang akan dicapai

siswa. Dari hasil refleksi ini dilakukanlah siklus 2.

4.1.1.2 Siklus 2

Pada tahap perencanaan siklus 2 guru merencanakan perbaikan dari

siklus 1. Salah satu kekurangan siklus 1 adalah kemampuan mengemukakan

pendapat dalam kelompok ahli maka dari itu peneliti menyiapkan form diskusi

berisi inti materi dan pertanyaan diskusi sesuai materi yang dibahas oleh masing-

masing kelompok ahli.

Pada tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai

dengan skenario pada RPP. Proses pembangkitan motivasi belajar siswa dilakukan

dengan beberapa cara seperti pada siklus 1 yaitu: (1) pemberian penguatan tentang

hasil evaluasi pada siklus 1 yang tergolong baik, (2) apersepsi dengan mengaitkan

materi yang akan dibahas dengan aplikasi pada kehidupan sehari-hari, (3)

penggunaan model pembelajaran kooperatif, (4) menghindarkan kejenuhan pada

siswa dengan membahas pertanyaan diskusi pada setiap kelompok ahli, dan (5)

61

pemberian reward untuk kelompok asal terbaik. Setelah pembelajaran siklus 2

selesai, peneliti mengadakan evaluasi dan meminta siswa untuk mengisi angket

motivasi belajar.

Tahap pengamatan dilakukan seperti pada siklus 1 dengan tidak ada

perubahan. Pada tahap selanjutnya yaitu refleksi peneliti bersama guru merefleksi

pembelajaran dan menyimpulkan bahwa pembelajaran sudah sesuai dengan yang

direncanakan dan tidak dilakukan siklus berikutnya.

4.1.2 Motivasi Belajar Siswa

Data motivasi belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 4.1, Tabel 4.2,

Gambar 4.1, dan Gambar 4.2 berikut ini.

Tabel 4.1 Data Indikator Motivasi Belajar Siswa

Indikator Motivasi

Ketercapaian

Sebelum

Pembelajaran Siklus 1 Siklus 2

Berusaha unggul 48,42% 66,92% 78,58%

Menyelesaikan tugas dengan

baik 49,25% 69,58% 77,83%

Menyukai tantangan 49,83% 70,58% 79,42%

Menyukai situasi pekerjaan

dengan tanggungjawab,

umpan balik, dan resiko

tingkat menengah.

51,83% 70,08% 77,83%

62

Gambar 4.1 Grafik Indikator Motivasi Belajar Siswa

Keterangan :

Indikator 1 : Berusaha unggul

Indikator 2 : Menyelesaikan tugas dengan baik

Indikator 3 : Menyukai tantangan

Indikator 4 : Menyukai situasi pekerjaan dengan tanggung jawab, umpan balik,

dan resiko tingkat menengah.

Tabel 4.2 Data Angket Motivasi Belajar Siswa

Keterangan Sebelum

Pembelajaran Siklus I Siklus 2

Nilai Tertinggi 85 113 117

Nilai Terendah 37 57 81

Rata-rata 59,80 83,15 94,1

Persentase siswa bermotivasi

tinggi 22,5% 85% 100%

Nilai Gain 0,4 0,3

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4

Sebelum Pembelajaran

Siklus 1

Siklus 2

63

Gambar 4.2 Grafik Motivasi Belajar Siswa

Berdasarkan data hasil penelitian tersebut peningkatan motivasi belajar

siswa dari sebelum dilakukan pembelajaran ke siklus 1 dan dari siklus 1 ke siklus

2 tergolong kategori sedang.

4.1.3 Prestasi Belajar Siswa

Data prestasi belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.3

berikut.

Tabel 4.3 Data Prestasi Belajar Siswa

Keterangan Siklus 1 Siklus 2

Nilai Tertinggi 88 100

Nilai Terendah 60 64

Rata-rata 73,50 86,10

Ketuntasan Klasikal 85% 97,5%

Gain Score 0,5

0

20

40

60

80

100

120

140

Nilai

Tertinggi

Nilai

Terendah

Nilai Rata-

rata

Ketercapaian

Sebelum Pembelajaran

Siklus 1

Siklus 2

64

Gambar 4.3 Grafik Prestasi Belajar Siswa

Berdasarkan data hasil penelitian tersebut peningkatan prestasi belajar

siswa dari siklus 1 ke siklus 2 tergolong kategori sedang.

4.2 Pembahasan

Indikator motivasi belajar siswa kelas VIIIA MTs NU Ungaran sebelum

dilakukan penelitian masih tergolong rendah seperti yang dapat dilihat pada

Tabel 4.1. Rendahnya motivasi sejalan dengan rendahnya rata-rata hasil ulangan

IPA kelas VIIIA yang hanya mencapai 61,70 dengan 72,50% siswa masih

mendapat nilai di bawah nilai KKM yaitu 68,00. Hal ini sesuai dengan pendapat

Biggs dan Tefler dalam Dimyati (2007) yang mengungkapkan bahwa motivasi

belajar yang lemah akan melemahkan kegiatan, sehingga mutu prestasi belajar

akan rendah. Dengan adanya motivasi belajar yang kuat maka prestasi belajar juga

dapat optimal.

Pada pembelajaran siklus 1 motivasi belajar meningkat secara signifikan

seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.1. Peningkatan motivasi belajar ini terjadi

0

20

40

60

80

100

120

Nilai

Tertinggi

Nilai

Terendah

Nilai Rata-

rata

Ketuntasan

Klasikal

Data Prestasi Belajar Siklus 1

Data Prestasi Belajar Siklus 2

65

karena diberikannya model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II sehingga siswa

termotivasi untuk dapat berpendapat dalam diskusi. Hal ini sejalan dengan

pendapat Isjoni (2012: 15) yang menyatakan bahwa belajar dengan model

kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi siswa untuk berani mengemukakan

pendapatnya, menghargai pendapat teman dan saling memberikan pendapat.

Selain itu upaya peningkatan motivasi belajar siswa pada penelitian ini

juga dilakukan dengan memberikan rangsangan dari luar berupa menjanjikan

reward kepada tim dengan nilai tertinggi pada setiap akhir siklus pembelajaran.

Pemberian reward pada setiap siklus pembelajaran bertujuan agar siswa lebih

termotivasi karena mendapat apresiasi dan tanda penghargaan dari guru atas hasil

belajarnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman (2010: 89) yang

mengungkapkan bahwa salah satu cara menumbuhkan motivasi berprestasi adalah

memberikan hadiah. Pemberian hadiah dapat meningkatkan motivasi berprestasi

siswa, sehingga dengan motivasi berprestasi itu prestasi belajar siswa juga akan

meningkat.

Selain merangsang siswa berpendapat dan menjanjikan pemberian

reward, penumbuhan motivasi belajar siswa juga dilakukan dengan

menyampaikan apersepsi pada setiap awal pembelajaran dengan mengaitkan

materi yang akan dibahas dengan aplikasi pada kehidupan sehari-hari sehingga

siswa memiliki ketertarikan terhadap materi. Hal ini sejalan dengan pendapat Uno

(2008: 35) yang mengungkapkan bahwa salah satu teknik motivasi yang dapat

dilakukan dalam pembelajaran adalah menggunakan materi yang sudah dikenal

siswa sebagai contoh dalam belajar.

66

Untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus 1 dan memastikan

terjadinya peningkatan motivasi belajar karena penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw II dilakukan pembelajaran siklus 2. Setelah dilakukan

pembelajaran siklus 2 didapatkan hasil berupa peningkatan motivasi belajar siswa

seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Pembelajaran pada siklus 2 didasarkan dari refleksi siklus 1. Kekurangan

pada siklus 1 adalah kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam

kelompok ahli. Sebelumnya pada siklus 1, peneliti hanya memberikan form berisi

inti materi yang dipelajari siswa sehingga peneliti memperbaiki pembelajaran

siklus 2 dengan memberikan form berisi inti materi dan pertanyaan diskusi sesuai

materi yang dibahas oleh masing-masing kelompok ahli. Pemberian pertanyaan

diskusi ini berdampak positif terhadap siswa, hal ini terlihat saat siswa mulai

bingung ataupun saat konsentrasinya menurun. Ketika siswa diberikan pertanyaan

diskusi tentang hubungan materi pembelajaran dengan teknologi masa kini dan

yang mungkin di masa depan, siswa dapat kembali bersemangat belajar dengan

memberikan pertanyaan balik kepada guru sehingga suasana diskusi kembali

menjadi hidup. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamalik (2009: 161) yang

menyatakan bahwa cara memotivasi belajar siswa adalah menghubungkan

pengajaran dengan masa depan dan membuat kondisi menyenangkan dengan

menghindarkan terjadinya kejenuhan dan frustasi pada diri siswa.

Selain seperti pada siklus 1 dan pertanyaan diskusi dari guru, upaya

peningkatan motivasi belajar siswa pada siklus 2 dilakukan dengan mengingatkan

hasil tes yang telah dicapai pada siklus 1 yang sebagian besar siswa telah

67

mencapai ketuntasan dan masih ada kesempatan untuk menjadi tim yang terbaik

pada siklus 2 sehingga siswa termotivasi untuk bisa lebih baik lagi. Hal ini sesuai

dengan pendapat Soemanto (2003) yang menyebutkan bahwa:

... pengenalan seseorang terhadap prestasi belajar adalah penting,

karena dengan mengetahui hasil yang telah dicapai maka siswa

akan lebih berusaha meningkatkan prestasi belajarnya. Dengan

demikian peningkatan prestasi belajar dapat lebih optimal karena

siswa tersebut termotivasi untuk meningkatkan prestasi belajar

yang telah diraih sebelumnya.

Pendapat ini diperkuat oleh Anni dan Rifa‟i (2009: 170) yang menyatakan bahwa

tingkah laku yang diperkuat pada waktu yang lalu barangkali akan diulang

(reinforcing value of motivation). Misalnya jika siswa yang rajin belajar dan

mendapat nilai bagus diberi hadiah, maka siswa tersebut akan berusaha mendapat

nilai yang bagus kembali.

Motivasi belajar yang meningkat dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II juga dapat dilihat dari hasil observasi

keaktifan siswa pada lampiran 10 yang dapat dikategorikan aktif. Aktif

merupakan salah satu indikator bahwa siswa telah memilki motivasi belajar. Hal

ini sesuai dengan pendapat Syah (2008: 136) yang menyatakan bahwa motivasi

ialah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang

mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti

pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah.

Prestasi belajar siswa pada penelitian ini dapat dikatakan telah berhasil.

Ketuntasan klasikal pada siklus 1 mencapai 85% dan pada siklus 2 mencapai

97,5%. Pendapat ini sesuai dengan Mulyasa (2009: 99) yang menyatakan bahwa

68

keberhasilan kelas dapat dilihat dari sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa

yang ada di kelas tersebut telah mencapai ketuntasan individu.

Meningkatnya motivasi belajar siswa pada penelitian ini sejalan dengan

meningkatnya prestasi belajar siswa. Meningkatnya motivasi belajar siswa

berpengaruh pada proses pembelajaran, siswa lebih memperhatikan ketika guru

menjelaskan materi, siswa saling berargumentasi dan berdiskusi mengenai materi,

dan siswa tidak segan bertanya kepada guru mengenai materi yang belum siswa

pahami. Misalnya saat guru menunjukkan alat peraga berupa kacamata kemudian

melontarkan beberapa pertanyaan kepada siswa seperti "apa lensa yg dipakai?",

"bagaimana terbentuknya bayangan oleh lensa?", atau "mengapa ukuran kuat

lensa berbeda-beda?", saat itulah ketertarikan siswa sudah jelas terlihat melalui

cara mereka mencari tahu dengan membaca buku referensi dan memahaminya.

Apabila mereka belum dapat memahami sendiri, mereka akan saling bertanya

kepada teman mereka dan meminta penjelasan kepada guru. Dengan cara inilah

prestasi belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan dengan sendirinya.

Hal serupa juga diungkapkan oleh hasil penelitian Sahin (2010) yang menyatakan

dengan adanya pembelajaran kooperatif siswa lebih aktif dengan berdiskusi dan

menemukan solusi permasalahan.

Temuan ini sesuai dengan pendapat Hamalik (2009: 56) yang

menyebutkan bahwa motivasi belajar yang dimiliki siswa dalam setiap kegiatan

pembelajaran sangat berperan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Siswa

yang bermotivasi tinggi dalam belajar memungkinkan akan memperoleh hasil

belajar yang tinggi pula. Artinya semakin tinggi motivasinya, maka semakin

69

tinggi intensitas usaha dan upaya yang dilakukannya sehingga semakin tinggi

prestasi belajar yang diperolehnya. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan

bahwa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II terjadi

peningkatan motivasi belajar siswa yang mendorong peningkatan prestasi belajar

siswa kelas VIIIA MTs NU Ungaran.

70

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II, motivasi

belajar siswa kelas VIIIA MTs NU Ungaran pada mata pelajaran IPA pokok

bahasan cahaya meningkat

Seiring meningkatnya motivasi belajar siswa kelas VIIIA MTs NU Ungaran

pada mata pelajaran IPA melalui model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw II, prestasi belajar siswa juga mengalami peningkatan.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat disampaikan adalah

sebagai berikut:

Guru perlu mempersiapkan alat peraga agar siswa dapat terlibat langsung

sehingga diskusi akan lebih menarik.

Guru perlu lebih memperhatikan pembagian kelompok serta heterogenitas

untuk mendukung diskusi.

70

71

DAFTAR PUSTAKA

Anni, C.T. & A. Rifa‟i. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES PRESS.

Arifin, Z. 2009. Evaluasi Instruksional Prinsip-Teknik-Prosedur. Bandung:

Rosdakarya.

Arikunto, S. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S., Suhardjono, & Supardi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:

Bumi Aksara.

Chan, K.W. 2004. Using Jigsaw II in Teaching Program. Hongkong Teachers’

centre Journal, 3: 91-96.

Depdiknas. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian.

Jakarta: Depdiknas.

Dimyati & Moedjiono. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rinneka Cipta.

Hamalik, O. 2009. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.

Jakarta: Bumi Aksara.

Hamalik, O. 2009. Kurikulum dalam Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hanze, M. & R. Berger. 2007. Cooperative Learning, Motivational Effects, and

Student Characteristics: An Experimental Study Comparing Cooperative

Learning and Direct Instruction in 12th Grade Physics Classes. Learning

and Instruction Journal, 17: 29-41.

Isjoni. 2012. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mulyasa, H.E. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosdakarya.

72

Nur, M. & P.R. Wikandari. 2000. Pengajaran Berpusat kepada Siswa dan

Pendekatan Kontruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Pusat studi

Matematika dan IPA Sekolah Universitas Negeri Surabaya.

Nur, M. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Studi Matematika dan

IPA Sekolah Universitas Negeri Surabaya.

Poerwadarmitra, W.J.S. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Pembinaan

dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta:

Balai Pustaka.

Sahin, A. 2010. Effect of Jigsaw II Technique On Academic Achievement And

Attitudes To Written Expression Course. Educational Research and

Reviews Academic Journal, 5: 777-787.

Sardiman, A.M. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Siregar, E. & H. Nara. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia

Indonesia.

Siregar, S. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe

Jigsaw II Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada

Mata Pelajaran Teknik Mesin. Jurnal Penelitian dan Pengembangan, 4: 6.

Slameto. 2008. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rinneka Cipta.

Soemanto, W. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rinneka Cipta.

Sudaryono. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Tangerang: Graha Ilmu.

Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2004. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

73

Syah, M. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:

Rosdakarya.

Tipler, P.A. 2001. Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Tu‟u, T. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Uno, H.B. 2008. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar

yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Wiyanto. 2008. Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi

Laboratorium. Semarang: UNNES PRESS.

74

LAMPIRAN

Silabus

Sekolah : MTs NU Ungaran

Kelas : VIII

Mata Pelajaran : IPA Terpadu

Semester : 1 (satu)

Standar Kompetensi : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari

Kompetensi

Dasar

Materi

Pokok/

Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran Indikator Pencapaian

Kompetensi

Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber

Belajar Teknik

Bentuk

Instrumen

Contoh

Instrumen

6.3 Menyelidiki sifat-

sifat cahaya dan

hubungannya dengan berbagai

bentuk cermin

dan lensa.

Cahaya Ceramah menjelaskan poin-poin

atau inti materi hukum

pemantulan dan berbagai pemantulan pada cermin datar,

cekung, dan cembung.

Diskusi kelompok tentang hukum

pemantulan cahaya dan pemantulan pada cermin datar,

cermin cekung, dan cermin

cembung.

Ceramah dan tanya jawab mengulas kembali materi hukum

pemantulan dan berbagai

pemantulan pada cermin datar, cekung, dan cembung.

Menjelaskan hukum

pemantulan cahaya.

Mendefinisikan jenis-jenis

pemantulan.

Menjelaskan pembentukan

dan sifat bayangan yang

dibentuk oleh cermin datar.

Mendiskripsikan

pembentukan dan sifat

bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung.

Mendiskripsikan pembentukan dan sifat

bayangan yang dibentuk oleh cermin cembung.

Mengoperasikan rumus 1

𝑓=

1

𝑠+

1

𝑠′ yang berhubungan

dengan perhitungan cermin

cekung dan cermin cembung.

Mengoperasikan rumus

Tes tulis

Tes tulis

Tes tulis

Tes tulis

Tes tulis

Tes tulis

Tes tulis

Tes pilihan

ganda

Tes pilihan

ganda

Tes pilihan

ganda

Tes pilihan

ganda

Tes pilihan

ganda

Tes pilihan ganda

Tes pilihan ganda

1. Berikut ini merupakan bunyi hukum

pemantulan:

i. i. Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal terletak pada satu bidang datar.

ii.

iii. ii. Sinar datang dan sinar pantul memiliki arah yang sama.

iv.

v. iii. Sudut sinar datang sama dengan sudut sinar pantul.

Pernyataan yang benar adalah...

a. i, ii, dan iii b. i dan ii

c. i dan iii

d. ii dan iii

2. Jika letak benda terhadap cermin datar

berjarak 5 cm, maka jarak bayangan ke cermin adalah...

a. 2,5 cm

b. 5 cm c. 10 cm

d. 50 cm

3. Benda di ruang II pada cermin cekung

sifat bayangannya adalah…

a. Nyata, terbalik, diperbesar b. Nyata, terbalik, diperkecil

10x40‟ Buku IPA

yang

relevan. .

75

Ceramah menjelaskan poin-poin

atau inti materi hukum pembiasan cahaya dan berbagai pembiasan

pada lensa cekung dan cembung.

Diskusi kelompok tentang hukum

pembiasan cahaya dan pembiasan pada lensa cekung dan cembung.

Ceramah dan tanya jawab mengulas kembali materi hukum

pembiasan cahaya dan berbagai pembiasan pada lensa cekung dan

cembung.

𝑀 = 𝑠𝑖

𝑠0 =

𝑕𝑖

𝑕𝑜 yang

berhubungan dengan

perhitungan cermin datar,

cermin cekung dan cermin cembung.

Menjelaskan aplikasi cermin datar, cermin cekung, dan

cermin cembung pada kehidupan sehari-hari.

Menjelaskan hukum pembiasan cahaya.

Mendiskripsikan

pembentukan dan sifat

bayangan yang dibentuk oleh lensa cekung.

Mendiskripsikan pembentukan dan sifat

bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung.

Mengoperasikan rumus 1

𝑓=

1

𝑠+

1

𝑠′ yang berhubungan

dengan perhitungan lensa

cekung dan lensa cembung.

Mengoperasikan rumus

𝑀 = 𝑠𝑖

𝑠0 =

𝑕𝑖

𝑕𝑜 yang

berhubungan dengan

perhitungan lensa cekung dan lensa cembung.

Menjelaskan aplikasi lensa cekung dan lensa cembung

pada kehidupan sehari-hari.

Tes tulis

Tes tulis

Tes tulis

Tes tulis

Tes tulis

Tes tulis

Tes tulis

Tes pilihan ganda

Tes pilihan

ganda

Tes pilihan

ganda

Tes pilihan

ganda

Tes pilihan ganda

Tes pilihan

ganda

Tes pilihan

ganda

c. Nyata, tegak, diperbesar

d. Maya, tegak, diperbesar

4. Suatu benda setinggi 24 cm berada di

depan cermin cembung, bayangan

yang dibentuk memiliki tinggi 6 cm. Perbesaran bayangan cermin cembung

tersebut adalah...

a. 4kali b. 2 kali

c. 0,5 kali

d. 0,25 kali

5. Jika perbesaran bayangan sebuah cermin

adalah 0,5 kali. Berapakah tinggi bayangan jika tinggi benda adalah 4

cm?

a. 8 cm b. 4 cm

c. 3,5 cm

d. 2 cm

6. Pembelokkan arah rambat cahaya dari

suatu medium ke medium lain yang berbeda kerapatannya disebut...

a. Pemantulan

b. Pembiasan c. Perbesaran

d. Pergeseran

7. Benda yang diletakkan 5 cm di depan

lensa cekung dengan fokus 10 cm

memiliki sifat bayangan... a. Maya, tegak, diperkecil

b. Nyata, tegak, diperkecil

c. Maya, tegak, diperbesar

d. Nyata, tegak, diperbesar

8. Sebuah benda setinggi 1 m diletakkan 50 cm di depan lensa cekung

sehingga terbentuk bayangan setinggi

25 cm. Perbesaran bayangan adalah...

76

a. 1 kali

b. 0,75 kali

c. 0,50 kali d. 0,25 kali

Karakter siswa yang diharapkan : Ketakwaan kepada Tuhan YME Disiplin

Tanggung jawab Kerjasama

77

78

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1

CAHAYA & PEMANTULAN

Sekolah : MTs NU Ungaran

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam

Kelas : VIIIA

Alokasi Waktu : 5 x 40 menit

A. Standar Kompetensi

6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk

teknologi sehari-hari.

B. Kompetensi Dasar

6.3 Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin

dan lensa.

C. Indikator

1. Kognitif

a. Menjelaskan hukum pemantulan cahaya.

b. Mendefinisikan jenis-jenis pemantulan.

c. Menjelaskan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin

datar.

d. Mendiskripsikan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh

cermin cekung.

e. Mendiskripsikan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh

cermin cembung.

f. Mengoperasikan rumus 1

𝑓=

1

𝑠+

1

𝑠′ yang berhubungan dengan perhitungan

cermin cekung dan cermin cembung.

g. Mengoperasikan rumus 𝑀 = 𝑠𝑖

𝑠0 =

𝑕𝑖

𝑕𝑜 yang berhubungan dengan

perhitungan cermin cekung dan cermin cembung.

h. Menjelaskan aplikasi cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung

pada kehidupan sehari-hari.

2. Psikomotor

Mempresentasikan materi kepada siswa lainnya.

Lampiran 2

79

3. Afektif

a. Memiliki kemampuan berpikir logis dan berurutan dalam menjelaskan

materi kepada siswa lain.

b. Memiliki sikap disiplin dalam mengikuti pelajaran.

c. Memiliki tanggung jawab atas tugas yang diembannya.

d. Memiliki sikap mau bekerjasama dalam kelompok asal dan kelompok ahli.

D. Tujuan Pembelajaran

1. Kognitif

a. Siswa mampu menjelaskan hukum pemantulan cahaya.

b. Siswa mampu mendefinisikan jenis-jenis pemantulan.

c. Siswa mampu menjelaskan pembentukan dan sifat bayangan yang di bentuk

oleh cermin datar.

d. Siswa mampu menjelaskan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk

oleh cermin cekung.

e. Siswa mampu menjelaskan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk

oleh cermin cembung.

f. Siswa mampu mengoperasikan rumus 1

𝑓=

1

𝑠+

1

𝑠′ yang berhubungan dengan

perhitungan cermin cekung dan cermin cembung.

g. Siswa mampu mengoperasikan rumus 𝑀 = 𝑠𝑖

𝑠0 =

𝑕𝑖

𝑕𝑜 yang berhubungan

dengan perhitungan cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung.

h. Siswa mampu menyebutkan aplikasi cermin datar, cermin cekung, dan cermin

cembung pada kehidupan sehari-hari.

2. Psikomotor

Siswa mampu mempresentasikan materi kepada teman lainnya.

3. Afektif

a. Siswa memiliki kemampuan berpikir logis dan berurutan dalam menjelaskan

materi kepada siswa lain.

b. Siswa memiliki sikap disiplin dalam mengikuti pelajaran.

c. Siswa memiliki tanggung jawab atas tugas yang diembannya.

d. Siswa memiliki sikap mau bekerjasama dalam kelompok asal dan kelompok

ahli.

E. Materi Pembelajaran

1. Pengertian dan Sifat-sifat cahaya

2. Hukum Pemantulan Cahaya

80

3. Macam pemantulan cahaya

4. Cermin Datar

5. Cermin Cekung

6. Cermin Cembung

F. Model dan Metode Pembelajaran

1. Model : Jigsaw II

2. Metode : - Ceramah

- Diskusi

- Tanya jawab

G. Langkah Pembelajaran

Tahap Kegiatan Pembelajaran Waktu

Pendahuluan 1. Guru mengucapkan salam dan meminta ketua

kelas memimpin doa untuk menumbuhkan

sikap ketaqwaan kepada Tuhan YME.

2. Guru memeriksa kehadiran siswa dan meminta

siswa yang terlambat melapor ke ruang BK

untuk menumbuhkan sikap disiplin siswa.

3. Apersepsi

~ Guru bertanya kepada siswa tentang

pengalaman bercermin menggunakan

sendok.

~ Guru bertanya akibat yang terjadi jika tidak

ada kaca spion pada kendaraan bermotor.

Apersepsi digunakan untuk menumbuhkan

motivasi belajar siswa dengan mengaitkan

materi pembelajaran dengan kehidupan sekitar

siswa.

4. Guru menjelaskan tujuan materi pemantulan

cahaya dan cermin.

15 Menit

Inti 1. Guru memberikan gambaran tentang model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

2. Guru menjelaskan pentingnya tanggungjawab

yang diemban oleh setiap siswa untuk dapat

menguasai materi sehingga dapat menjelaskan

kepada teman satu kelompok asalnya karena

85 Menit

81

satu kelompok itu tenggelam bersama dan

berenang bersama, sehingga bisa

memenangkan kelompoknya.

3. Guru membagi siswa dalam 6 kelompok

dengan meninjau heterogenitas siswa, setiap

kelompok terdiri dari 6-7 siswa yang

kemudian disebut kelompok Asal. Disini guru

juga mengingatkan pentingnya kerjasama

antar anggota agar dapat memenangkan

kelompoknya. (EKSPLORASI)

4. Guru menjelaskan secara singkat materi

pemantulan cahaya dan pemantulan cahaya

pada cermin datar, cekung, dan cembung.

(EKSPLORASI)

5. Guru kembali membagi 6 kelompok asal

menjadi 6 kelompok baru yang disebut sebagai

kelompok ahli. (EKSPLORASI)

6. Guru memberikan form materi kepada setiap

kelompok ahli untuk membahas materi yang

diberikan sesuai form yang diterima.

(EKSPLORASI)

7. Siswa berdiskusi membahas materi masing-

masing selama 20 menit. (ELABORASI)

8. Guru membimbing siswa jika mendapati

kesulitan dalam memahami materi.

(ELABORASI & KONFIRMASI)

9. Setelah 30 menit kelompok ahli berpisah dan

kembali ke kelompok asal. (EKSPLORASI)

10. Setelah semua kembali setiap siswa diminta

menjelaskan materi yang didapatnya kepada

teman satu kelompoknya secara merata selama

30 menit. (ELABORASI & KONFIRMASI)

11. Guru memastikan semua materi sudah

dijelaskan dengan membuka sesi tanya jawab

kepada siswa dan kembali menjelaskan materi

82

yang dianggap sulit oleh siswa.

(ELABORASI & KONFIRMASI)

12. Guru memberikan tes. (KONFIRMASI) 65 Menit

Penutup 1. Guru meminta siswa mengoreksi hasil tes

temannya secara silang.

2. Guru mengumumkan kelompok

pemenang siklus I dan memberikan

reward serta tak lupa mengucapkan

selamat dan mengingatkan agar siswa

menyiapkan diri di siklus berikutnya

karena masih ada reward yang akan

diberikan.

3. Guru mengucapkan terimakasih dan

memberi salam untuk menanamkan rasa

berterimakasih dan nilai religi.

45 Menit

H. Sumber Belajar

1. Buku IPA yang relevan

2. LKS IPA Terpadu kelas VIII yang dibuat oleh Kelompok Kerja Madrasah.

I. Penilaian Hasil Belajar

1. Teknik Penilaian

a. Tes tertulis.

b. Pengamatan langsung.

2. Bentuk Instrumen

a. Tes pilihan ganda.

b. Lembar Observasi.

83

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2

PEMBIASAN CAHAYA DAN LENSA

Sekolah : MTs NU Ungaran

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam

Kelas : VIIIA

Alokasi Waktu : 5 x 40 menit

A. Standar Kompetensi

6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk

teknologi sehari-hari.

B. Kompetensi Dasar

6.3 Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin

dan lensa.

C. Indikator

1. Kognitif

a. Menjelaskan hukum pembiasan cahaya.

b. Mendiskripsikan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa

cekung.

c. Mendiskripsikan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa

cembung.

d. Mengoperasikan rumus 1

𝑓=

1

𝑠+

1

𝑠′ yang berhubungan dengan perhitungan

lensa cekung dan lensa cembung.

e. Mengoperasikan rumus 𝑀 = 𝑠𝑖

𝑠0 =

𝑕𝑖

𝑕𝑜 yang berhubungan dengan

perhitungan lensa cekung dan lensa cembung.

f. Menjelaskan aplikasi lensa cekung dan lensa cembung pada kehidupan

sehari-hari.

4. Psikomotor

Mempresentasikan materi kepada siswa lainnya.

5. Afektif

a. Memiliki kemampuan berpikir logis dan berurutan dalam menjelaskan

materi kepada siswa lain.

b. Memiliki sikap disiplin dalam mengikuti pelajaran.

c. Memiliki tanggung jawab atas tugas yang diembannya.

Lampiran 3

84

d. Memiliki sikap mau bekerjasama dalam kelompok asal dan kelompok ahli.

D. Tujuan Pembelajaran

1. Kognitif

a. Siswa mampu menjelaskan hukum pembiasan cahaya.

b. Siswa mampu menjelaskan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk

oleh lensa cekung.

c. Siswa mampu menjelaskan pembentukan dan sifat bayangan yang dibentuk

oleh lensa cembung.

d. Siswa mampu mengoperasikan rumus 1

𝑓=

1

𝑠+

1

𝑠′ yang berhubungan dengan

perhitungan lensa cekung dan lensa cembung.

e. Siswa mampu mengoperasikan rumus 𝑀 = 𝑠𝑖

𝑠0 =

𝑕𝑖

𝑕𝑜 yang berhubungan

dengan perhitungan lensa cekung dan lensa cembung.

f. Siswa mampu menyebutkan aplikasi lensa cekung dan lensa cembung pada

kehidupan sehari-hari.

2. Psikomotor

Siswa mampu mempresentasikan materi kepada teman lainnya.

3. Afektif

a. Siswa memiliki kemampuan berpikir logis dan berurutan dalam menjelaskan

materi kepada siswa lain.

b. Siswa memiliki sikap disiplin dalam mengikuti pelajaran.

c. Siswa memiliki tanggung jawab atas tugas yang diembannya.

d. Siswa memiliki sikap mau bekerjasama dalam kelompok asal dan kelompok

ahli.

E. Materi Pembelajaran

1. Hukum Pembiasan Cahaya

2. Lensa Cekung

3. Lensa Cembung

F. Model dan Metode Pembelajaran

1. Model : Jigsaw II

2. Metode : - Ceramah

- Diskusi

- Tanya jawab

85

G. Langkah Pembelajaran

Tahap Kegiatan Pembelajaran Waktu

Pendahuluan 1. Guru mengucapkan salam dan meminta

ketua kelas memimpin doa untuk

menumbuhkan sikap ketaqwaan kepada

Tuhan YME.

2. Guru memeriksa kehadiran siswa dan

meminta siswa yang terlambat melapor ke

ruang BK untuk menumbuhkan sikap

disiplin siswa.

3. Apersepsi dan motivasi

a. Guru mengucapkan selamat kepada

pemenang siklus I dan kembali

mengingatkan adanya pembelajaran

serupa dan pemberian reward untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa.

b. Guru bertanya kepada siswa yang

berkacamata tentang jenis kacamata yang

dipakai untuk menumbuhkan motivasi

belajar dengan mengaitkan materi yang

akan dibahas dengan kehidupan sehari-

hari.

4. Guru menjelaskan tujuan materi pembiasan

cahaya dan lensa.

15 Menit

Inti 1. Guru menjelaskan secara singkat materi

pembiasan cahaya dan pembiasan cahaya

pada lensa cekung dan cembung.

(EKSPLORASI)

2. Guru membagi siswa dalam 6 kelompok

dengan meninjau heterogenitas siswa, setiap

kelompok terdiri dari 6-7 siswa yang

kemudian disebut kelompok Asal dengan

menanamkan motivasi untuk menjadi juara

pada akhir pembelajaran. (EKSPLORASI)

3. Guru kembali membagi 6 kelompok asal

85 Menit

86

menjadi 6 kelompok baru yang disebut

sebagai kelompok ahli. (EKSPLORASI)

4. Guru memberikan form materi dan form

diskusi kepada setiap kelompok ahli untuk

membahas materi yang diberikan sesuai

form yang diterima. (EKSPLORASI)

5. Siswa berdiskusi membahas materi selama

30 menit. Saat terlihat kejenuhan pada siswa,

guru mendekati dan menanyakan pertanyaan

pada form diskusi yang berisi kaitan materi

dengan kehidupan sehari-hari untuk

menumbuhkan motivasi belajar siswa.

(ELABORASI)

6. Guru membimbing siswa jika mendapati

kesulitan dalam memahami materi..

(ELABORASI & KONFIRMASI)

7. Setelah 30 menit kelompok ahli berpisah dan

kembali ke kelompok asal. (EKSPLORASI)

8. Setelah semua kembali setiap siswa diminta

menjelaskan materi yang didapatnya kepada

teman satu kelompoknya secara merata

selama 30 menit. (ELABORASI)

9. Guru memastikan semua materi sudah

dijelaskan dengan membuka sesi tanya

jawab kepada siswa dan kembali

menjelaskan materi yang dianggap sulit oleh

siswa. (ELABORASI & KONFIRMASI)

10. Guru memberikan tes kepada siswa.

(KONFIRMASI)

65 Menit

Penutup 4. Guru meminta siswa mengoreksi hasil tes

temannya secara silang.

5. Guru mengumumkan kelompok pemenang

siklus II dan memberikan reward serta tak

lupa mengucapkan selamat.

6. Guru mengucapkan terimakasih dan

45 Menit

87

memberi salam untuk menanamkan rasa

berterimakasih dan nilai religi.

H. Sumber Belajar

1. Buku IPA yang relevan

2. LKS IPA Terpadu kelas VIII yang dibuat oleh Kelompok Kerja Madrasah.

I. Penilaian Hasil Belajar

Teknik Penilaian

a. Tes tertulis.

b. Pengamatan langsung.

1. Bentuk Instrumen

c. Tes pilihan ganda.

d. Lembar Observasi.

88

Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar

No. Indikator No.Pernyataan Jumlah

Pertanyaan

1. Berusaha unggul 1, 2, 3, 4, 5, 6 6

2. Menyelesaikan tugas dengan baik 7, 8, 9, 10, 11, 12 6

3. Menyukai tantangan 13, 14, 15, 16,

17, 18

6

4. Menyukai situasi pekerjaan dengan

tanggungjawab, umpan balik, dan

resiko tingkat menengah.

19, 20, 21, 22,

23, 24

6

Lampiran 4

89

Angket Motivasi Belajar

Nama : Mata Pelajaran : IPA Terpadu

Kelas :

Petunjuk Pengisian

1. Sebelum mengisi pernyataan berikut, kami mohon untuk membacanya terlebih

dahulu.

2. Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan Anda dengan

membubuhkan tanda “Check” (√) pada kolom.

3. Keterangan pilihan jawaban:

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

R : Ragu-ragu

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

No. PERNYATAAN SS S R TS STS

1. Bagi saya, keberhasilan dalam berprestasi

merupakan hal yang utama.

2. Saya berusaha mendapatkan nilai terbaik dalam

pelajaran IPA.

3. Saya berusaha mencari sumber bacaan lain

untuk menambah pengetahuan pelajaran IPA.

4. Saya belajar IPA dengan rajin, agar nilai

ulangan saya baik.

5. Saya bekerja keras agar prestasi saya lebih baik

dari teman-teman.

6. Saya berusaha mencapai sukses, agar sukses

saya menjadi panutan teman-teman saya.

Lampiran 5

90

No. PERNYATAAN SS S R TS STS

7. Terlambat dalam mengumpulkan tugas ke guru

merupakan hal tidak biasa bagi saya.

8.

Saya berusaha untuk mendapatkan cara

pemecahan terbaik terhadap setiap masalah yang

saya hadapi.

9. Saya berusaha untuk memperbaiki kinerja saya

pada masa lalu.

10. Saya selalu mengerjakan tugas dari guru.

11. Saya tidak pernah mencontek tugas teman.

12. Saya mengerjakan tugas dengan sungguh-

sungguh.

13. Untuk mencapai prestasi yang baik, saya

bersedia mengikui les-les di luar sekolah.

14. Saya ingin mendalami pelajaran IPA.

15. Persaingan yang baik dalam pelajaran IPA

membuat saya tertantang.

16. Apabila belajar IPA di kelas dengan metode

bermain sangat menyenangkan.

17. Saya ingin menjadi juara dipembelajaran IPA

kali ini.

18. Saya berusaha mengatasi setiap kendala saat

menemukan persoalan dalam pelajaran IPA.

19. Saya saling bertukar pendapat dan pikiran

masalah pelajaran IPA dengan teman-teman.

20. Saya berusaha untuk memikul setiap

tanggungjawab pribadi.

21. Melihat hasil nilai IPA saya yang memuaskan,

saya belajar lebih giat lagi.

22. Saya senang mengajarkan materi IPA kepada

91

No. PERNYATAAN SS S R TS STS

teman.

23. Kerjasama yang baik dalam bertukar pendapat

dan pikiran dalam kelas, sangat menyenangkan.

24. Saya lebih suka belajar kelompok dari pada

belajar sendiri.

Kisi-kisi Soal Uji Coba Siklus 1

SATUAN PENDIDIKAN : MTs NU Ungaran

MATA PELAJARAN : IPA FISIKA

KELAS/SEMESTER : VIII/1

TOPIK : CAHAYA

STANDAR KOMPETENSI : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi sehari-hari.

KOMPETENSI DASAR : 6.3. Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa.

INDIKATOR TOPIK TINGKATAN BERPIKIR NO.

SOAL C1 C2 C3 C4 C5 C6

1. Menjelaskan hukum pemantulan

cahaya

Hukum pemantulan cahaya V 1

V 4

V 6

V 7

2. Mendefinisikan jenis-jenis

pemantulan.

Hukum pemantulan cahaya

V 5

3. Menjelaskan sifat dan

pembentukan bayangan pada

cermin datar

Cermin datar. V 8

V 11

92

Lam

piran

6

V 9

V 10, 25

4. Mendiskripsikan pembentukan dan

sifat bayangan yang dibentuk oleh

cermin cekung.

Cermin cekung. V 2, 19

V 3

V 12

V 27

5. Mendiskripsikan pembentukan dan

sifat bayangan yang dibentuk oleh

cermin cembung.

Cermin cembung. V 24

V 17, 29

6. Mengoperasikan rumus 1

𝑓=

1

𝑠+

1

𝑠′

dalam perhitungan cermin cekung

dan cermin cembung.

Persamaan cermin cekung dan

cermin cembung. V

13, 18, 22,

28

V 21

7. Mengoperasikan rumus 𝑀 = 𝑠𝑖

𝑠0 =

𝑕𝑖

𝑕𝑜 dalam perhitungan cermin

datar, cermin cekung dan cermin

cembung.

Persamaan cermin datar, cermin

cekung, dan cermin cembung.

V 14, 15, 23,

26, 30

8. Menjelaskan aplikasi cermin Aplikasi cermin cekung, dan

cermin cembung. V 16

93

cekung, dan cermin cembung pada

kehidupan sehari-hari. V 20

94

95

Pilihlah salah satu jawaban yang benar

dengan memilih salah satu jawaban

dengan memberi tanda silang ( X ) pada

huruf a, b, c, atau d!

1. Berikut ini merupakan bunyi hukum

pemantulan:

i. Sinar datang, sinar pantul, dan

garis normal terletak pada satu

bidang datar.

ii. Bidang pantul tegak lurus dengan

garis normal.

iii. Sudut sinar datang sama dengan

sudut sinar pantul.

Pernyataan yang benar adalah... .

a. i, ii, dan iii

b. i dan ii

c. i dan iii

d. ii dan iii

2. Benda yang terletak diantara titik

fokus dan pusat kelengkungan cermin

pada cermin cekung sifat bayangannya

adalah… .

a. Nyata, terbalik, diperbesar

b. Nyata, terbalik, diperkecil

c. Nyata, tegak, diperbesar

d. Maya, tegak, diperbesar

3. Seberkas cahaya sejajar dijatuhkan

pada sebuah cermin cekung. Pada

cermin, berkas cahaya itu

mengalami…

a. Pembiasan sehingga sinarnya

menyebar

b. Pemantulan sehingga sinarnya

mengumpul

c. Pembiasan sehingga sinarnya

mengumpul

d. Pemantulan sehingga sinarnya

menyebar

4. Seberkas sinar datang mengenai

cermin datar, antara sinar datang dan

garis normal terbentuk sudut sebesar

30˚. Besar sudut pantulnya adalah... .

a. 15˚ c. 45˚

b. 30˚ d. 60˚

5. Perhatikan pernyataan berikut dengan

teliti.

i. Pemantulan sinar yang mengenai

dinding rumah yang tidak rata.

ii. Pemantulan cahaya pada keramik

mengkilat..

iii. Pemantulan cahaya pada cermin

datar.

iv. Pemantulan sinar yang mengenai

permukaan kayu yang kasar.

Pernyataan di atas yang merupakan

pemantulan baur adalah... .

a. i dan ii c. i dan iv

b. i dan iii d. ii dan iv

6. Terpencarnya cahaya akibat

pemantulan cahaya pada permukaan

yang tidak rata disebut... .

a. Pembiasan

b. Pemantulan teratur

c. Pemantulan baur

d. Pemantulan sempurna

7. Perhatikan gambar berikut ini

Besarnya sudut pantul (r) adalah... .

a. 50˚ c. 60˚

b. 40˚ d. 90˚

8. Perhatikan gambar berikut ini

Jika kata di atas dilihat melalui cermin

datar, bayangan kata menjadi... .

50˚

r

Garis Normal Sinar Datang Sinar Pantul

Cermin

Datar

Lampiran 7

Soal Uji Coba Siklus 1

96

e.

f.

g.

h.

9. Sifat bayangan yang dibentuk oleh

cermin datar adalah… .

a. Maya, tegak, sama besar,

berkebalikan

b. Nyata, tegak, sama besar,

berkebalikan

c. Nyata, tegak, diperbesar,

berkebalikan

d. Nyata, tegak, diperkecil,

berkebalikan

10. Sebuah benda setinggi 2 m berjarak 5

m dari sebuah cermin datar.

Berapakah tinggi dan jarak bayangan

pada cermin... .

a. 10 m dan 7 m c. 5 m dan 2 m

b. 7 m dan 10 m d. 2 m dan 5 m

11. Perhatikan gambar berikut

Bayangan yang terbentuk oleh cermin

datar adalah... .

a. c.

b. d.

12. Benda yang terletak diantara pusat

optik dan titik fokus pada cermin

cekung sifat bayangan yang terjadi

adalah… .

a. Nyata, terbalik, diperbesar

b. Nyata, terbalik, diperkecil

c. Nyata, tegak, diperbesar

d. Maya, tegak, diperbesar

Untuk soal nomor 14 s.d 16 perhatikan

kalimat berikut ini.

Sebuah benda terletak di depan sebuah

cermin cekung dengan jarak 30 cm. Jari-

jari cermin adalah 10 cm dan tinggi benda

adalah 10 cm.

13. Jarak bayangan dengan cermin

adalah... .

a. 6 cm c. 10 cm

b. 7 cm d. 35 cm

14. Perbesaran bayangan adalah... .

a. 6 kali c. 1

5 kali

b. 5 kali d. 1

6 kali

15. Tinggi bayangan adalah... .

a. 10 cm c. 2 cm

b. 5 cm d. 0,5 cm

16. Parabola menggunakan permukaan

yang cekung, dikarenakan untuk... .

a. Memfokuskan gelombang mikro

yang sejajar.

b. Memfokuskan gelombang mikro

yang baur.

c. Menyebarkan gelombang mikro

yang sejajar.

d. Menyebarkan gelombang mikro

yang baur.

B A

C D

D

D D

A

A A B

B

C

C C

B

A B

C D

Cermin

Datar

97

17. Suatu cermin cekung menghasilkan

bayangan bersifat nyata, terbalik,

sama besar. Letak benda yang

memiliki bayangan tersebut berada

di... .

a. Antara pusat optik dengan titik

fokus

b. Antara titik fokus dengan pusat

kelengkungan

c. Tepat di fokus cermin

d. Tepat di pusat kelengkungan

cermin

18. Sebuah benda berada pada jarak 10

cm dari cermin cekung, bayangan

yang terbentuk berada pada jarak 15

cm dari cermin. Jarak fokus cermin

adalah... .

a. 3 cm c. 6 cm

b. 5 cm d. 150 cm

19. Perhatikan gambar berikut ini

Bayangan yang dibentuk oleh cermin

cekung di atas adalah... .

a. Nyata, tegak, diperkecil

b. Nyata, tegak, diperbesar

c. Maya, tegak, diperkecil

d. Maya, tegak, diperbesar

20. Bayangan maya adalah... .

a. Bayangan yang terbentuk oleh

perpotongan sinar-sinar pantul.

b. Bayangan yang terbentuk oleh

perpotongan perpanjangan sinar-

sinar pantul.

c. Bayangan yang terbentuk oleh

sinar dari titik fokus.

d. Bayangan yang terbentuk dari sinar

pusat kelengkungan cermin.

21. Hubungan antara jarak benda ke

cermin (s), titik fokus (f), dan jarak

bayangan ke cermin (s‟) adalah... .

a. 𝑓 = 𝑠 + 𝑠′

b. 𝑓 =1

𝑠+ 𝑠′

c. 𝑓 =1

𝑠+

1

𝑠′

d. 1

𝑓=

1

𝑠+

1

𝑠′

22. Sebuah benda diletakkan 4 cm di

depan cermin cekung yang berjarak

fokus 6 cm. Letak bayangan yang

terbentuk adalah… di belakang cermin

a. 10 cm c. 24 cm

b. 12 cm d. 32 cm

23. Suatu benda setinggi 24 cm berada di

depan cermin cembung, bayangan

yang dibentuk memiliki tinggi 6 cm.

Perbesaran bayangan cermin cembung

tersebut adalah... .

a. 4 kali c. 0,5 kali

b. 2 kali d. 0,25 kali

24. Di bawah ini gambar yang tepat

mengenai pemantulan cermin

cembung, kecuali... .

a.

b.

c.

d.

F M

Bayangan

Benda

98

25. Jika letak benda terhadap cermin

datar berjarak 5 cm, maka jarak

bayangan ke cermin adalah... .

a. 2,5 cm c. 10 cm

b. 5 cm d. 50 cm

26. Sebuah benda yang tingginya 4 cm

berdiri 12 cm di depan lensa

cembung yang jarak fokusnya 4

cm, tinggi bayangannya adalah... .

a. 1 cm c. 16 cm

b. 2 cm d. 48 cm

27. Jika perbesaran bayangan sebuah

cermin adalah 0,5 kali. Jika tinggi

benda adalah 4 cm, maka tinggi

bayangan adalah... .

a. 8 cm c. 3,5 cm

b. 4 cm d. 2 cm

Untuk soal nomor 28 dan 29

perhatikan kalimat berikut ini. Sebuah cermin cembung memiliki

jari-jari kelengkungan 30 cm. Jika

benda diletakkan 10 cm di depan

cermin.

28. Jarak bayangan ke cermin adalah...

.

a. 30 cm c. 6 cm

b. 20 cm d. 3 cm

29. Sifat bayangan yang dibentuk

adalah... .

a. Maya, tegak, dan diperbesar

b. Maya, tegak, dan diperkecil

c. Nyata, tegak, dan diperkecil

d. Nyata, tegak, dan diperbesar

30. Sebuah benda diletakkan di muka

cermin cekung yang mempunyai

jarak fokus 15 cm. Agar bayangan

yang terbentuk 3 kali lebih besar

dan nyata, maka benda harus

diletakkan di depan cermin

sejauh….

a. 10 cm c. 20 cm

b. 15 cm d. 25 cm

99

Lampiran 8

Kunci Jawaban Soal Uji Coba Siklus 1

1. C

2. A

3. B

4. B

5. C

6. C

7. B

8. B

9. A

10. D

11. B

12. D

13. A

14. C

15. C

16. A

17. D

18. C

19. D

20. B

21. D

22. B

23. D

24. D

25. B

26. A

27. D

28. C

29. B

30. C

100

Lampiran 9

101

Lampiran 10

102

103

104

105

106

Keterangan:

C1 : Ingatan C4 : Analisis dan Sintesis

C2 : Pemahaman C5 : Evaluasi

C3 : Penerapan/aplikasi C6 : Mencipta/menghasilkan

Kisi-kisi Soal Uji Coba Siklus 2

SATUAN PENDIDIKAN : MTs NU UNGARAN

MATA PELAJARAN : IPA FISIKA

KELAS/SEMESTER : VIII/1

TOPIK : CAHAYA

STANDAR KOMPETENSI : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi sehari-hari.

KOMPETENSI DASAR : 6.3. Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa.

INDIKATOR TOPIK TINGKATAN BERPIKIR NO.

SOAL C1 C2 C3 C4 C5 C6

1. Menjelaskan hukum pembiasan

cahaya.

Hukum pembiasan cahaya V 9

V 23

V 3, 24

2. Mendiskripsikan pembentukan dan

sifat bayangan yang dibentuk oleh

lensa cekung.

Lensa cekung V 26

V 21, 22

V 8, 9, 30

106

Lam

piran

11

107

Keterangan:

C1 : Ingatan C4 : Analisis dan Sintesis

C2 : Pemahaman C5 : Evaluasi

C3 : Penerapan/aplikasi C6 : Mencipta/menghasilkan

3. Mendiskripsikan pembentukan dan

sifat bayangan yang dibentuk oleh

lensa cembung.

Lensa cembung V 12

V 13, 18, 19

V 24

4. Mengoperasikan rumus 1

𝑓=

1

𝑠+

1

𝑠′

dalam perhitungan lensa cekung

dan lensa cembung.

Persamaan lensa cekung dan lensa

cembung.

V 1, 4,7, 11,

16, 20, 27

5. Mengoperasikan rumus 𝑀 = 𝑠𝑖

𝑠0 =

𝑕𝑖

𝑕𝑜 dalam perhitungan lensa

cekung dan lensa cembung.

Persamaan lensa cekung dan lensa

cembung.

V 5, 6, 17,

23, 25, 28

6. Menjelaskan aplikasi lensa cekung

dan lensa cembung pada kehidupan

sehari-hari.

Aplikasi lensa cekung dan lensa

cembung. V 2

7. Mengoperasikan rumus 𝑃 =1

𝑓

dalam perhitungan kuat lensa.

Kekuatan lensa

V 14, 15

107

108

Pilihlah salah satu jawaban yang benar

dengan memilih salah satu jawaban

dengan memberi tanda silang ( X ) pada

huruf a, b, c, atau d!

1. Sebuah benda diletakkan 25 cm di

depan lensa cekung yang memiliki

jarak fokus 50 cm. Jarak bayangan

dengan pusat lensa adalah... bersifat

maya.

a. 25,7 cm c. 15,7 cm

b. 16,7 cm d. 10 cm

2. Perhatikan gambar di bawah ini

Lensa yang digunakan alat tersebut

adalah... .

a. Lensa cekung

b. Lensa datar

c. Lensa cembung

d. Prisma

3. Bila berkas sinar dari medium yang

lebih rapat ke medium yang kurang

rapat membentuk sudut bias 90˚, maka

sudut datangnya disebut... .

a. Sudut bias

b. Sudut batas

c. Sudut normal

d. Sudut pantul

Untuk soal nomor 4 s.d 6 perhatikan

kalimat berikut ini.

Sebuah benda terletak di depan sebuah

lensa cekung dengan jarak 30 cm. Jarak

fokus lensa adalah 6 cm dan tinggi benda

adalah 12 cm.

4. Jarak bayangan dengan lensa adalah...

bersifat maya.

a. 5 cm c. 10 cm

b. 6 cm d. 35 cm

5. Perbesaran bayangannya adalah... .

a. 6 kali c. 1

5 kali

b. 5 kali d. 1

6 kali

6. Tinggi bayangannya adalah... .

a. 10 cm c. 2 cm

b. 5 cm d. 1 cm

7. Sebuah benda berada pada jarak 10

cm di depan lensa cekung. Jika jarak

fokus lensa adalah 3 kali jarak benda,

maka jarak bayangan adalah... bersifat

maya.

a. 30

4 cm c.

4

30 cm

b. − 30

4 cm d. −

4

30 cm

8. Benda yang diletakkan 5 cm di depan

lensa cekung dengan fokus 10 cm

memiliki sifat bayangan... .

a. Maya, tegak, diperkecil

b. Nyata, tegak, diperkecil

c. Maya, tegak, diperbesar

d. Nyata, tegak, diperbesar

9. Sebuah benda setinggi 1 m diletakkan

50 cm di depan lensa cembung

sehingga terbentuk bayangan setinggi

25 cm. Jarak fokus lensa adalah... .

a. 75 cm c. 14,2 cm

b. 35 cm d. 10 cm

10. Pembelokan cahaya ketika berkas

cahaya melewati bidang batas dua

medium yang berbeda indeks biasnya

disebut... cahaya.

a. Pemantulan

b. Pembiasan

c. Perbesaran

d. Pergeseran

11. Jika seberkas cahaya datang dengan

sudut datang yang lebih besar dengan

sudut batas, maka... .

a. Cahaya akan dibiaskan menjauhi

garis normal.

b. Cahaya akan dibiaskan mendekati

garis normal.

Lampiran 12

Soal Uji Coba Siklus 2

109

c. Cahaya tidak akan

dibiaskan,melainkan dipantulkan.

d. Cahaya tidak akan dibiaskan dan

dipantulkan.

12. Bayangan yang dibentuk oleh lensa

cembung jika sebuah benda diletakkan

diantara titik fokus lensa dan di dua

kali fokus adalah... .

a. Nyata, tegak, diperkecil

b. Nyata, tegak, diperbesar

c. Nyata, terbalik, diperkecil

d. Nyata, terbalik, diperbesar

13. Perhatikan gambar berikut ini

Dari gambar di atas, sifat lensa

cembung adalah... .

a. Konvergen

b. Divergen

c. Dispersi

d. Interferensi

14. Jika perbesaran bayangan sebuah

lensa cembung adalah 0,5 kali dan

benda berada 4 cm di depan lensa,

maka besar kuat lensa adalah...

dioptri.

a. 3

4 c. 75

b. 4

3 d. 300

15. Sebuah lensa cembung memiliki kuat

lensa sebesar 2 dioptri, maka besar

fokus lensa tersebut adalah... cm

a. 0,5 c. 25

b. 20 d. 50

16. Sebuah benda diletakkan di depan

lensa cekung sejauh 2 kali jarak fokus

lensa. Jika jarak fokus adalah (2-x)

cm. Letak bayangan yang terbentuk

adalah… bersifat maya.

a. 4−2𝑥

3 cm c. 4 − 2𝑥 cm

b. 4+2𝑥

3 cm d. 4 + 2𝑥 cm

17. Suatu benda diletakkan pada jarak 10

cm di depan lensa cembung. Agar

terbentuk bayangan dengan

perbesaran 1 kali, besar jarak fokus

lensa adalah... .

a. 1 cm c. 10 cm

b. 5 cm d. 20 cm

18. Di bawah ini gambar yang tepat

mengenai pembiasan pada lensa

cembung, kecuali... .

a.

b.

c.

d.

19. Jika perbesaran bayangan sebuah

lensa cembung adalah 0,5 kali dan

benda diletakkan 4 cm di depan lensa,

maka jarak bayangan dengan lensa

adalah... .

a. 8 cm c. 3,5 cm

b. 4 cm d. 2 cm

F

1

F

2

F

2

F

1

F

1

F

2

F

1

F

2

F1

F2

F2

F2

F2 F1

F1

F1

110

20. Sebuah benda yang tingginya 2 cm

berdiri 6 cm di depan lensa cembung

yang jarak fokusnya 4 cm, perbesaran

bayangannya adalah... kali

a. 1 kali c. 3 kali

b. 2 kali d. 4 kali

21. Perhatikan gambar berikut

Pernyataan yang paling tepat untuk

gambar di atas adalah... .

a. Sinar datang sejajar sumbu utama

dibiaskan melalui titik fokus sisi

pertama.

b. Sinar datang sejajar sumbu utama

dibiaskan seolah-olah berasal dari

titik fokus sisi pertama.

c. Sinar datang melalui titik fokus sisi

pertama dibiaskan sejajar sumbu

utama.

d. Sinar datang menuju pusat

kelengkungan lensa diteruskan

tidak dibiaskan.

22. Perhatikan gambar berikut

Pernyataan yang tepat untuk gambar

di atas adalah... .

a. Sinar datang sejajar sumbu utama

dibiaskan melalui titik fokus sisi

pertama.

b. Sinar datang sejajar sumbu utama

dibiaskan seolah-olah berasal dari

titik fokus sisi pertama.

c. Sinar datang melalui titik fokus sisi

pertama dibiaskan sejajar sumbu

utama.

d. Sinar datang menuju pusat lensa

diteruskan tidak dibiaskan.

23. Perhatikan beberapa pernyataan

berikut.

I. Bila kita memasukkan

sebagian kayu kedalam air,

maka kita melihat kayu

membengkok.

II. Bila kita perhatikan dasar

kolam, kolam akan tampak

lebih dangkal.

III. Kita melihat wajah kita di

cermin.

IV. Pelangi yang muncul setelah

turun hujan.

Yang merupakan akibat dari adanya

pembiasan cahaya adalah pernyataan

nomor...

a. I, II, dan III

b. I, II, dan IV

c. I, III, dan IV

d. II, III, dan IV

24. Perhatikan gambar dibawah ini

Pernyataan yang paling tepat untuk

gambar adalah... .

a. Berkas sinar datang dari medium

rapat ke kurang rapat dibiaskan

menjauhi garis normal

b. Berkas sinar datang dari medium

rapat ke kurang rapat dibiaskan

mendekati garis normal

c. Berkas sinar datang dari medium

kurang rapat ke lebih rapat

dibiaskan menjauhi garis normal

d. Berkas sinar datang dari medium

kurang rapat ke lebih rapat

dibiaskan mendekati garis normal

i

r

Kaca

Udara

N

111

25. Suatu benda diletakkan di depan lensa

cembung sejauh 2 − 𝑥 . Agar

perbesaran bayangan menjadi 3 kali,

maka jarak fokus lensa adalah... cm

a. 6 − 3𝑥 c. 4

6−3𝑥

b. 4

8−4𝑥 d.

6−3𝑥

4

26. Lensa yang bersifat menyebarkan

berkas cahaya adalah… .

a. Bikonveks

b. Cekung

c. Cembung

d. Lensa lup

Untuk soal nomor 27 dan 29

perhatikan kalimat berikut ini. Sebuah benda diletakkan 10 cm di

depan lensa cembung dan memiliki

tinggi 5 cm. Jika jarak fokus 20 cm,

maka... .

27. Jarak bayangan adalah... bersifat

maya.

a. 240 cm c. 34 cm

b. 50 cm d. 20 cm

28. Tinggi bayangan adalah... .

a. 120 cm c. 10 cm

b. 50 cm d. 20 cm

29. Sifat bayangan yang dibentuk

adalah... .

a. Maya, terbalik, dan diperbesar

b. Maya, terbalik, dan diperkecil

c. Maya, tegak, dan diperkecil

d. Maya, tegak, dan diperbesar

30. Sebuah benda diletakkan 10 cm dari

lensa cembung yang memiliki 2F

sebesar 20 cm. Sifat bayangan yang

dibentuk adalah... .

a. Maya, terbalik, dan diperbesar

b. Maya, terbalik, dan diperkecil

c. Maya, terbalik, dan sama besar

d. Tidak terbentuk bayangan

112

Kunci Jawaban Soal Uji Coba Siklus 2

1. B

2. C

3. B

4. A

5. D

6. C

7. B

8. A

9. D

10. B

11. C

12. D

13. A

14. C

15. D

16. A

17. B

18. D

19. D

20. B

21. B

22. D

23. B

24. A

25. D

26. B

27. D

28. C

29. D

30. D

Lampiran 13

113

Lampiran 14

114

Lampiran 15

115

116

117

118

119

Lembar Observasi Keaktifan Siswa

Nama Siswa :

No Kemampuan

yang diamati

Indikator Skor Kriteria Penilaian

1 Mengemukakan

pendapat

Kemampuan siswa

mengemukakan

pendapat dalam

kelompok ahli

4 Siswa mengemukakan

pendapat 4-5 kali dengan

baik dan lancar 3 Siswa mengemukakan

pendapat 2-3 kali dengan

baik dan lancar 2 Siswa mengemukakan

pendapat sekali dengan baik

dan lancar 1 Siswa tidak pernah

mengemukakan pendapat 2 Menjelaskan Kemampuan siswa

menjelaskan dalam

kelompok asal

4 Siswa menjelaskan dengan

sistematis dan lancar.

3 Siswa menjelaskan dengan

sistematis namun kurang lancar.

2 Siswa menjelaskan dengan

lancar namun kurang sistematis.

1 Siswa kurang dapat

menjelaskan dengan sistematis

dan lancar.

3 Bertanya Identifikasi siswa

dalam memperoleh

informasi

4 Inisiatif siswa untuk bertanya

kepada guru dan teman

dengan kemauan sendiri

3 Siswa bertanya kepada guru

dikarenakan ada dorongan

dari teman

2 Siswa hanya berani bertanya

pada teman

1 Bersikap diam

4 Menanggapi Memberi tanggapan

pada saat

pembelajaran di kelas

4

Siswa memberi tanggapan

terhadap materi dalam setiap

sub bab materi minimal 3

tanggapan

3

Siswa memberi tanggapan

terhadap materi dalam setiap

sub bab materi minimal 2

tanggapan

Lampiran 16

120

2

Siswa memberi tanggapan

terhadap materi dalam setiap

sub bab materi minimal 1

tanggapan

1 Siswa sama sekali tidak

memberikan tanggapan

terhadap materi dalam setiap

sub bab

5 Menyimak

presentasi

Menyimak presentasi

dari siswa lain.

4

Siswa menyimak presentasi

dari 3-4 siswa dalam

kelompok asalnya.

3 Siswa hanya menyimak

presentasi dari 2 siswa dalam

kelompok asalnya.

2 Siswa hanya menyimak

presentasi dari seorang siswa

dalam kelompok asalnya.

1 Siswa tidak pernah

menyimak presentasi dari

semua siswa dalam

kelompok asalnya.

Nilai yang diperoleh adalah:

Skor total = ∑ Aspek yang dinilai x skor maksimal

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒𝑕

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑥 100 %

Kriteria Penilaian:

Nilai Kriteria

81,25% ≤ N ≤ 100% Sangat baik

62,5% ≤ N ≤ 81,25 % Baik

43,75 ≤ N ≤ 62,5 % Cukup

25 % ≤ N ≤ 43,75 % Kurang baik

121

Keterangan:

C1 : Ingatan C4 : Analisis dan Sintesis

C2 : Pemahaman C5 : Evaluasi

C3 : Penerapan/aplikasi C6 : Mencipta/menghasilkan

Kisi-kisi Soal Siklus 1

SATUAN PENDIDIKAN : MTs NU Ungaran

MATA PELAJARAN : IPA FISIKA

KELAS/SEMESTER : VIII/1

TOPIK : CAHAYA

STANDAR KOMPETENSI : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi sehari-hari.

KOMPETENSI DASAR : 6.3. Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa.

INDIKATOR TOPIK TINGKATAN BERPIKIR NO.

SOAL C1 C2 C3 C4 C5 C6

9. Menjelaskan hukum pemantulan

cahaya

Hukum pemantulan cahaya V 1

V 4

V 6

10. Mendefinisikan jenis-jenis

pemantulan.

Hukum pemantulan cahaya

V 5

11. Menjelaskan sifat dan

pembentukan bayangan pada

Cermin datar. V 7

121

Lam

piran

17

122

Keterangan:

C1 : Ingatan C4 : Analisis dan Sintesis

C2 : Pemahaman C5 : Evaluasi

C3 : Penerapan/aplikasi C6 : Mencipta/menghasilkan

cermin datar V 10

V 8

V 9

12. Mendiskripsikan pembentukan dan

sifat bayangan yang dibentuk oleh

cermin cekung.

Cermin cekung. V 2, 17

V 3

V 11

13. Mendiskripsikan pembentukan dan

sifat bayangan yang dibentuk oleh

cermin cembung.

Cermin cembung. V 21

V 16, 24

14. Mengoperasikan rumus 1

𝑓=

1

𝑠+

1

𝑠′

dalam perhitungan cermin cekung

dan cermin cembung.

Persamaan cermin cekung dan

cermin cembung.

V 12, 19, 23

15. Mengoperasikan rumus 𝑀 = 𝑠𝑖

𝑠0 =

𝑕𝑖

𝑕𝑜 dalam perhitungan cermin

datar, cermin cekung dan cermin

Persamaan cermin datar, cermin

cekung, dan cermin cembung.

V 13, 14, 22,

25

122

123

Keterangan:

C1 : Ingatan C4 : Analisis dan Sintesis

C2 : Pemahaman C5 : Evaluasi

C3 : Penerapan/aplikasi C6 : Mencipta/menghasilkan

cembung.

16. Menjelaskan aplikasi cermin

cekung, dan cermin cembung pada

kehidupan sehari-hari.

Aplikasi cermin cekung, dan

cermin cembung. V 15

V 18

123

124

Pilihlah salah satu jawaban yang benar

dengan memilih salah satu jawaban

dengan memberi tanda silang ( X ) pada

huruf a, b, c, atau d!

1. Berikut ini merupakan bunyi hukum

pemantulan:

i. Sinar datang, sinar pantul, dan

garis normal terletak pada satu

bidang datar.

ii. Bidang pantul tegak lurus dengan

garis normal.

iii. Sudut sinar datang sama dengan

sudut sinar pantul.

Pernyataan yang benar adalah... .

a. i, ii, dan iii

b. i dan ii

c. i dan iii

d. ii dan iii

2. Benda yang terletak diantara titik

fokus dan pusat kelengkungan cermin

pada cermin cekung sifat bayangannya

adalah… .

a. Nyata, terbalik, diperbesar

b. Nyata, terbalik, diperkecil

c. Nyata, tegak, diperbesar

d. Maya, tegak, diperbesar

3. Seberkas cahaya sejajar dijatuhkan

pada sebuah cermin cekung. Pada

cermin, berkas cahaya itu

mengalami…

a. Pembiasan sehingga sinarnya

menyebar

b. Pemantulan sehingga sinarnya

mengumpul

c. Pembiasan sehingga sinarnya

mengumpul

d. Pemantulan sehingga sinarnya

menyebar

4. Seberkas sinar datang mengenai

cermin datar, antara sinar datang dan

garis normal terbentuk sudut sebesar

30˚. Besar sudut pantulnya adalah... .

a. 15˚ c. 45˚

b. 30˚ d. 60˚

5. Perhatikan pernyataan berikut dengan

teliti.

i. Pemantulan sinar yang mengenai

dinding rumah yang tidak rata.

ii. Pemantulan cahaya pada keramik

mengkilat..

iii. Pemantulan cahaya pada cermin

datar.

iv. Pemantulan sinar yang mengenai

permukaan kayu yang kasar.

Pernyataan di atas yang merupakan

pemantulan baur adalah... .

a. i dan ii c. i dan iv

b. i dan iii d. ii dan iv

6. Perhatikan gambar berikut ini

Besarnya sudut pantul (r) adalah... .

a. 50˚ c. 60˚

b. 40˚ d. 90˚

7. Perhatikan gambar berikut ini

Jika kata di atas dilihat melalui cermin

datar, bayangan kata menjadi... .

a.

b.

50˚

r

Garis Normal Sinar Datang Sinar Pantul

Cermin

Datar

Lampiran 18

Soal Siklus 1

125

c.

d.

8. Sifat bayangan yang dibentuk oleh

cermin datar adalah… .

a. Maya, tegak, sama besar,

berkebalikan

b. Nyata, tegak, sama besar,

berkebalikan

c. Nyata, tegak, diperbesar,

berkebalikan

d. Nyata, tegak, diperkecil,

berkebalikan

9. Sebuah benda setinggi 2 m berjarak 5

m dari sebuah cermin datar.

Berapakah tinggi dan jarak bayangan

pada cermin... .

a. 10 m dan 7 m c. 5 m dan 2 m

b. 7 m dan 10 m d. 2 m dan 5 m

10. Perhatikan gambar berikut

Bayangan yang terbentuk oleh cermin

datar adalah... .

a. c.

b. d.

11. Benda yang terletak diantara pusat

optik dan titik fokus pada cermin

cekung sifat bayangan yang terjadi

adalah… .

a. Nyata, terbalik, diperbesar

b. Nyata, terbalik, diperkecil

c. Nyata, tegak, diperbesar

d. Maya, tegak, diperbesar

Untuk soal nomor 12 s.d 14 perhatikan

kalimat berikut ini.

Sebuah benda terletak di depan sebuah

cermin cekung dengan jarak 30 cm. Jari-

jari cermin adalah 10 cm dan tinggi benda

adalah 10 cm.

12. Jarak bayangan dengan cermin

adalah... .

a. 6 cm c. 10 cm

b. 7 cm d. 35 cm

13. Perbesaran bayangan adalah... .

a. 6 kali c. 1

5 kali

b. 5 kali d. 1

6 kali

14. Tinggi bayangan adalah... .

a. 10 cm c. 2 cm

b. 5 cm d. 0,5 cm

15. Parabola menggunakan permukaan

yang cekung, dikarenakan untuk... .

a. Memfokuskan gelombang mikro

yang sejajar.

b. Memfokuskan gelombang mikro

yang baur.

c. Menyebarkan gelombang mikro

yang sejajar.

d. Menyebarkan gelombang mikro

yang baur.

16. Suatu cermin cekung menghasilkan

bayangan bersifat nyata, terbalik,

diperbesar. Letak benda yang

memiliki bayangan tersebut berada

di... .

a. Antara pusat optik dengan titik

fokus

b. Antara titik fokus dengan pusat

kelengkungan

B A

C D

D

D D

A

A A B

B

C

C C

B

A B

C D

Cermin

Datar

126

c. Tepat di fokus cermin

d. Tepat di pusat kelengkungan

cermin

17. Perhatikan gambar berikut ini

Bayangan yang dibentuk oleh cermin

cekung di atas adalah... .

a. Nyata, tegak, diperkecil

b. Nyata, tegak, diperbesar

c. Maya, tegak, diperkecil

d. Maya, tegak, diperbesar

18. Bayangan maya adalah... .

a. Bayangan yang terbentuk oleh

perpotongan sinar-sinar pantul.

b. Bayangan yang terbentuk oleh

perpotongan perpanjangan sinar-

sinar pantul.

c. Bayangan yang terbentuk oleh

sinar dari titik fokus.

d. Bayangan yang terbentuk dari sinar

pusat kelengkungan cermin.

19. Sebuah benda diletakkan 4 cm di

depan cermin cekung yang berjarak

fokus 6 cm. Letak bayangan yang

terbentuk adalah… di belakang cermin

a. 10 cm c. 24 cm

b. 12 cm d. 32 cm

20. Suatu benda setinggi 24 cm berada di

depan cermin cembung, bayangan

yang dibentuk memiliki tinggi 6 cm.

Perbesaran bayangan cermin cembung

tersebut adalah... .

a. 4 kali c. 0,5 kali

b. 2 kali d. 0,25 kali

21. Di bawah ini gambar yang tepat

mengenai pemantulan cermin

cembung, kecuali... .

a.

b.

c.

d.

22. Sebuah benda yang tingginya 4 cm

berdiri 12 cm di depan lensa

cembung yang jarak fokusnya 4

cm, tinggi bayangannya adalah... .

a. 1 cm c. 16 cm

b. 2 cm d. 48 cm

Untuk soal nomor 23 dan 24

perhatikan kalimat berikut ini. Sebuah cermin cembung memiliki

jari-jari kelengkungan 30 cm. Jika

benda diletakkan 10 cm di depan

cermin.

23. Jarak bayangan ke cermin adalah...

.

a. 30 cm c. 6 cm

b. 20 cm d. 3 cm

24. Sifat bayangan yang dibentuk

adalah... .

a. Maya, tegak, dan diperbesar

b. Maya, tegak, dan diperkecil

c. Nyata, tegak, dan diperkecil

d. Nyata, tegak, dan diperbesar

25. Sebuah benda diletakkan di muka

cermin cekung yang mempunyai

jarak fokus 15 cm. Agar bayangan

yang terbentuk 3 kali lebih besar

F M

Bayangan

Benda

127

dan nyata, maka benda harus

diletakkan di depan cermin

sejauh….

a. 10 cm c. 20 cm

b. 15 cm d. 25 cm

128

Kunci Jawaban Soal Siklus 1

1. C

2. A

3. B

4. B

5. C

6. B

7. B

8. A

9. D

10. B

11. D

12. A

13. C

14. C

15. A

16. B

17. D

18. B

19. B

20. D

21. D

22. A

23. A

24. B

25. C

Lampiran 19

129

Keterangan:

C1 : Ingatan C4 : Analisis dan Sintesis

C2 : Pemahaman C5 : Evaluasi

C3 : Penerapan/aplikasi C6 : Mencipta/menghasilkan

Kisi-kisi Soal Siklus 2

SATUAN PENDIDIKAN : MTs NU Ungaran

MATA PELAJARAN : IPA FISIKA

KELAS/SEMESTER : VIII/1

TOPIK : CAHAYA

STANDAR KOMPETENSI : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi sehari-hari.

KOMPETENSI DASAR : 6.3. Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa.

INDIKATOR TOPIK TINGKATAN BERPIKIR NO.

SOAL C1 C2 C3 C4 C5 C6

8. Menjelaskan hukum pembiasan

cahaya.

Hukum pembiasan cahaya V 9

V 19

V 3

V 18

V 8, 25

9. Mendiskripsikan pembentukan dan Lensa cembung V 12

129

Lam

piran

20

130

Keterangan:

C1 : Ingatan C4 : Analisis dan Sintesis

C2 : Pemahaman C5 : Evaluasi

C3 : Penerapan/aplikasi C6 : Mencipta/menghasilkan

sifat bayangan yang dibentuk oleh

lensa cembung.

V 10, 15, 16

V 20

V 24

10. Mengoperasikan rumus 1

𝑓=

1

𝑠+

1

𝑠′

dalam perhitungan lensa cekung

dan lensa cembung.

Persamaan lensa cekung dan lensa

cembung.

V 1, 4,7, 11,

17, 22

11. Mengoperasikan rumus 𝑀 = 𝑠𝑖

𝑠0 =

𝑕𝑖

𝑕𝑜 dalam perhitungan lensa

cekung dan lensa cembung.

Persamaan lensa cekung dan lensa

cembung.

V 5, 6, 19,

21, 23

12. Menjelaskan aplikasi lensa cekung

dan lensa cembung pada kehidupan

sehari-hari.

Aplikasi lensa cekung dan lensa

cembung. V 2

13. Mengoperasikan rumus 𝑃 =1

𝑓

dalam perhitungan kuat lensa.

Kekuatan lensa

V 13, 14

13

0

131

Pilihlah salah satu jawaban yang benar

dengan memilih salah satu jawaban

dengan memberi tanda silang ( X ) pada

huruf a, b, c, atau d!

1. Sebuah benda diletakkan 25 cm di

depan lensa cekung yang memiliki

jarak fokus 50 cm. Jarak bayangan

dengan pusat lensa adalah... bersifat

maya.

a. 25,7 cm c. 15,7 cm

b. 16,7 cm d. 10 cm

2. Perhatikan gambar di bawah ini

Lensa yang digunakan alat tersebut

adalah... .

a. Lensa cekung

b. Lensa datar

c. Lensa cembung

d. Prisma

3. Bila berkas sinar dari medium yang

lebih rapat ke medium yang kurang

rapat membentuk sudut bias 90˚, maka

sudut datangnya disebut... .

a. Sudut bias

b. Sudut batas

c. Sudut normal

d. Sudut pantul

Untuk soal nomor 4 s.d 6 perhatikan

kalimat berikut ini.

Sebuah benda terletak di depan sebuah

lensa cekung dengan jarak 30 cm. Jarak

fokus lensa adalah 6 cm dan tinggi benda

adalah 12 cm.

4. Jarak bayangan dengan lensa adalah...

bersifat maya.

a. 5 cm c. 10 cm

b. 6 cm d. 35 cm

5. Perbesaran bayangannya adalah... .

a. 6 kali c. 1

5 kali

b. 5 kali d. 1

6 kali

6. Tinggi bayangannya adalah... .

a. 10 cm c. 2 cm

b. 5 cm d. 1 cm

7. Benda yang diletakkan 5 cm di depan

lensa cekung dengan fokus 10 cm

memiliki sifat bayangan... .

a. Maya, tegak, diperkecil

b. Nyata, tegak, diperkecil

c. Maya, tegak, diperbesar

d. Nyata, tegak, diperbesar

8. Sebuah benda setinggi 1 m diletakkan 50

cm di depan lensa cembung sehingga

terbentuk bayangan setinggi 25 cm. Jarak

fokus lensa adalah... .

a. 75 cm c. 14,2 cm

b. 35 cm d. 10 cm

9. Jika seberkas cahaya datang dengan

sudut datang yang lebih besar dengan

sudut batas, maka... .

a. Cahaya akan dibiaskan menjauhi

garis normal.

b. Cahaya akan dibiaskan mendekati

garis normal.

c. Cahaya tidak akan dibiaskan,

melainkan dipantulkan.

d. Cahaya tidak akan dibiaskan dan

dipantulkan.

10. Bayangan yang dibentuk oleh lensa

cembung jika sebuah benda diletakkan

diantara titik fokus lensa dan di dua

kali fokus adalah... .

a. Nyata, tegak, diperkecil

b. Nyata, tegak, diperbesar

c. Nyata, terbalik, diperkecil

d. Nyata, terbalik, diperbesar

11. Jika perbesaran bayangan sebuah

lensa cembung adalah 0,5 kali dan

benda berada 4 cm di depan lensa,

maka besar kuat lensa adalah...

dioptri.

Lampiran 21

Soal Siklus 2

132

a. 3

4 c. 75

b. 4

3 d. 300

12. Sebuah lensa cembung memiliki kuat

lensa sebesar 2 dioptri, maka besar

fokus lensa tersebut adalah... cm

a. 0,5 c. 25

b. 20 d. 50

13. Sebuah benda diletakkan di depan

lensa cekung sejauh 2 kali jarak fokus

lensa. Jika jarak fokus adalah 2 − 𝑥

cm. Letak bayangan yang terbentuk

adalah… bersifat maya.

a. 4−2𝑥

3 cm c. 4 − 2𝑥 cm

b. − 4−2𝑥

3 cm d. 4 + 2𝑥 cm

14. Suatu benda diletakkan pada jarak 10

cm di depan lensa cembung. Agar

terbentuk bayangan dengan

perbesaran 1 kali, besar jarak fokus

lensa adalah... .

a. 1 cm c. 10 cm

b. 5 cm d. 20 cm

15. Jika perbesaran bayangan sebuah

lensa cembung adalah 0,5 kali dan

benda diletakkan 4 cm di depan lensa,

maka jarak bayangan dengan lensa

adalah... .

a. 8 cm c. 3,5 cm

b. 4 cm d. 2 cm

16. Sebuah benda yang tingginya 2 cm

berdiri 6 cm di depan lensa cembung

yang jarak fokusnya 4 cm, perbesaran

bayangannya adalah... kali

a. 1 kali c. 3 kali

b. 2 kali d. 4 kali

17. Perhatikan gambar berikut

Pernyataan yang paling tepat untuk

gambar di atas adalah... .

a. Sinar datang sejajar sumbu utama

dibiaskan melalui titik fokus sisi

pertama.

b. Sinar datang sejajar sumbu utama

dibiaskan seolah-olah berasal dari

titik fokus sisi pertama.

c. Sinar datang melalui titik fokus sisi

pertama dibiaskan sejajar sumbu

utama.

d. Sinar datang menuju pusat

kelengkungan lensa diteruskan

tidak dibiaskan.

18. Perhatikan beberapa pernyataan

berikut.

I. Bila kita memasukkan

sebagian kayu kedalam air,

maka kita melihat kayu

membengkok.

II. Bila kita perhatikan dasar

kolam, kolam akan tampak

lebih dangkal.

III. Kita melihat wajah kita di

cermin.

IV. Pelangi yang muncul setelah

turun hujan.

Yang merupakan akibat dari adanya

pembiasan cahaya adalah pernyataan

nomor...

a. I, II, dan III

b. I, II, dan IV

c. I, III, dan IV

d. II, III, dan IV

19. Perhatikan gambar dibawah ini

Pernyataan yang paling tepat untuk

gambar adalah... .

i

r

Kaca

Udara

N

133

a. Berkas sinar datang dari medium

rapat ke kurang rapat dibiaskan

menjauhi garis normal

b. Berkas sinar datang dari medium

rapat ke kurang rapat dibiaskan

mendekati garis normal

c. Berkas sinar datang dari medium

kurang rapat ke lebih rapat

dibiaskan menjauhi garis normal

d. Berkas sinar datang dari medium

kurang rapat ke lebih rapat

dibiaskan mendekati garis normal

20. Suatu benda diletakkan di depan lensa

cembung sejauh 2 − 𝑥 . Agar

perbesaran bayangan menjadi 3 kali,

maka jarak fokus lensa adalah... cm

a. 6 − 3𝑥 c. 4

6−3𝑥

b. 4

8−4𝑥 d.

6−3𝑥

4

Untuk soal nomor 21 sampai 23

perhatikan kalimat berikut ini. Sebuah benda diletakkan 10 cm di

depan lensa cembung dan memiliki

tinggi 5 cm. Jika jarak fokus 20 cm,

maka... .

21. Jarak bayangan adalah... bersifat

maya.

a. 240 cm c. 34 cm

b. 50 cm d. 20 cm

22. Tinggi bayangan adalah... .

a. 120 cm c. 10 cm

b. 50 cm d. 20 cm

23. Sifat bayangan yang dibentuk

adalah... .

a. Maya, terbalik, dan diperbesar

b. Maya, terbalik, dan diperkecil

c. Maya, tegak, dan diperkecil

d. Maya, tegak, dan diperbesar

24. Sebuah benda diletakkan 10 cm dari

lensa cembung yang memiliki 2F

sebesar 20 cm. Sifat bayangan yang

dibentuk adalah... .

a. Maya, terbalik, dan diperbesar

b. Maya, terbalik, dan diperkecil

c. Maya, terbalik, dan sama besar

d. Tidak terbentuk bayangan

134

Kunci Jawaban Soal Siklus 2

1. B

2. C

3. B

4. A

5. D

6. C

7. A

8. A

9. D

10. B

11. C

12. D

13. C

14. B

15. D

16. D

17. B

18. D

19. A

20. B

21. D

22. D

23. C

24. D

25. D

Lampiran 22

135

NAMA SISWA KODE SISWA

AKSANA INDAH AVIA D UC-1

ALDEA VISTRA REZANIA UC-2

APRILIA KARTIKA DEWI UC-3

ARISKA FEBRIANA D. UC-4

DIAN KUSWORO UC-5

DIAN NUR ANGGRAENI UC-6

DILLA AFRIYANTI UC-7

FARIDYA DWI K. UC-8

FIFI SETIANIFA UC-9

FITRIA NOVITA SARI UC-10

IDA WULANDARI UC-11

LESTARI WIDYASTUTI UC-12

NADIA KUMALASARI UC-13

NADILA YULIANA UC-14

NUR FITRIANINGSIH UC-15

PRADITA KUSUMA DEWI UC-16

PUTRI INTAN SETIAWATI UC-17

RISKI ASRI MAWARNI UC-18

SANI RIZKI KURNIAWATI UC-19

SITI AISYAH UC-20

DIANA HASTUTI UC-21

SITI UBAIDILAH UC-22

SIVA DWININGSIH UC-23

TITA PANGESTI UC-24

TRI EVY OCTAVYANI UC-25

TYAS WAHYUNINGSIH UC-26

VIOLITTA DEMOHAM C UC-27

VITA ATIKA SARI UC-28

VITA ROHMATIKA UC-29

VITRIYA AVRIYANI S UC-30

Lampiran 23

Daftar Nama Siswa Uji Coba Soal

136

NO NAMA KODE

SISWA

1 AFDA KHOIRUL ANAM P-1

2 AGUS BASOIR P-2

3 AIDA FATIMAH P-3

4 AKHMAD SUKRI UMAMI P-4

5 AMALIA SAFITRI P-5

6 ARIF'AN P-6

7 ARINA ADDIBA P-7

8 AVIVATUL LUTVIANA L P-8

9 BAGAS RENO NUR R. P-9

10 BRYAN ADI N. P-10

11 CHRISTIANA DYAH S. P-11

12 FARHAL FUADI P-12

13 FATRI DINNA S. P-13

14 FITRA RISQI R. P-14

15 GASA PRAMUDIA INDRA P. P-15

16 IMAM BAHAIAKI P-16

17 IQBAL BURHANI P-17

18 ISNAINI KHUSNUL K P-18

19 ISTIANA NUR F. P-19

20 KARISMA INDAH L. P-20

21 KRISMONIA P-21

22 KURNIA RAHMA DHANI P-22

23 LAYYINATUS SIFA P-23

24 M. NUR FADZILAH P-24

25 M.CAHYO SAPUTRO P-25

26 MAHBUB ABDILLAH P-26

27 MERI DWI LESTARI P-27

28 MIMIN AMBARWATI P-28

29 MU'ALFAH P-29

30 MUNIF FAISAL F. P-30

31 NILA MUNIKA P-31

32 PUJI MAE A. P-32

33 RITA WIDIANTI P-33

34 RIZKI FAJAR YULIANTO P-34

35 RIZQI P-35

36 TIARA ANJANI S. P-36

37 TRI AGUS M. P-37

Lampiran 24

Daftar Nama Siswa Penelitian

137

38 WAHYU SETIYOWATI P-38

39 WIWIN SOCHIFAH P-39

40 YULI ATIKA NINGTYAS P-40

Daftar Kelompok Asal Siklus 1

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2 KELOMPOK 3

AFDA KHOIRUL ANAM BRYAN ADI N. GASA PRAMUDIA INDRA P

AKHMAD SUKRI UMAMI KURNIA RAHMA DHANI MUNIF FAISAL F.

BAGAS RENO NUR R. FARHAL FUADI FATRI DINNA S.

ARIF'AN IMAM BAHAIAKI MAHBUB ABDILLAH

WIWIN SOCHIFAH YULI ATIKA NINGTYAS AMALIA SAFITRI

ISTIANA NUR F. MIMIN AMBARWATI WAHYU SETIYOWATI

CHRISTIANA DYAH S.

KELOMPOK 4 KELOMPOK 5 KELOMPOK 6

AGUS BASOIR RIZQI TRI AGUS M.

RITA WIDIANTI MERI DWI LESTARI AIDA FATIMAH

FITRA RISQI R. PUJI MAE A. KARISMA INDAH L.

NILA MUNIKA M.CAHYO SAPUTRO RIZKI FAJAR YULIANTO

LAYYINATUS SIFA KRISMONIA TIARA ANJANI S.

MU'ALFAH ARINA ADDIBA M. NUR FADZILAH

AVIVATUL LUTVIANA L ISNAINI KHUSNUL K

KURNIA RAHMA DHANI

138

Lam

piran

25

Daftar Kelompok Asal Siklus 1

AHLI HUKUM PEMANTULAN

AHLI CERMIN DATAR

AHLI CERMIN CEKUNG 1

AFDA KHOIRUL ANAM AKHMAD SUKRI UMAMI BAGAS RENO NUR R.

MIMIN AMBARWATI YULI ATIKA NINGTYAS IMAM BAHAIAKI

FATRI DINNA S. M. NUR FADZILAH MAHBUB ABDILLAH

AGUS BASOIR RITA WIDIANTI FITRA RISQI R.

M.CAHYO SAPUTRO ARINA ADDIBA KRISMONIA

KARISMA INDAH L. AMALIA SAFITRI TIARA ANJANI S.

ISNAINI KHUSNUL K

PUJI MAE A.

AHLI CERMIN CEMBUNG 1

AHLI CERMIN CEKUNG 2 AHLI CERMIN CEMBUNG 2

ARIF'AN WIWIN SOCHIFAH ISTIANA NUR F.

CHRISTIANA DYAH S. BRYAN ADI N. FARHAL FUADI

KURNIA RAHMA DHANI MUNIF FAISAL F. WAHYU SETIYOWATI

GASA PRAMUDIA INDRA P LAYYINATUS SIFA MU'ALFAH

NILA MUNIKA AVIVATUL LUTVIANA L MERI DWI LESTARI

RITA WIDIANTI RIZQI RIZKI FAJAR YULIANTO

TRI AGUS M. AIDA FATIMAH

139

Daftar Kelompok Ahli Siklus 1

Lam

piran

26

Daftar Kelompok Asal Siklus 2

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2 KELOMPOK 3

AFDA KHOIRUL ANAM BRYAN ADI N. GASA PRAMUDIA INDRA P

AKHMAD SUKRI UMAMI KURNIA RAHMA DHANI MUNIF FAISAL F.

BAGAS RENO NUR R. FARHAL FUADI FATRI DINNA S.

ARIF'AN IMAM BAHAIAKI MAHBUB ABDILLAH

WIWIN SOCHIFAH YULI ATIKA NINGTYAS AMALIA SAFITRI

ISTIANA NUR F. MIMIN AMBARWATI WAHYU SETIYOWATI

CHRISTIANA DYAH S.

KELOMPOK 4 KELOMPOK 5 KELOMPOK 6

AGUS BASOIR RIZQI TRI AGUS M.

RITA WIDIANTI MERI DWI LESTARI AIDA FATIMAH

FITRA RISQI R. PUJI MAE A. KARISMA INDAH L.

NILA MUNIKA M.CAHYO SAPUTRO RIZKI FAJAR YULIANTO

LAYYINATUS SIFA KRISMONIA TIARA ANJANI S.

MU'ALFAH ARINA ADDIBA M. NUR FADZILAH

AVIVATUL LUTVIANA L ISNAINI KHUSNUL K

KURNIA RAHMA DHANI

140

Lam

piran

27

Daftar Kelompok Asal Siklus 2

AHLI PEMBIASAN CAHAYA 1

AHLI LENSA CEKUNG 1

AHLI LENSA CEMBUNG 1

AFDA KHOIRUL ANAM AKHMAD SUKRI UMAMI BAGAS RENO NUR R.

MIMIN AMBARWATI YULI ATIKA NINGTYAS IMAM BAHAIAKI

FATRI DINNA S. M. NUR FADZILAH MAHBUB ABDILLAH

AGUS BASOIR RITA WIDIANTI FITRA RISQI R.

M.CAHYO SAPUTRO ARINA ADDIBA KRISMONIA

KARISMA INDAH L. AMALIA SAFITRI TIARA ANJANI S.

ISNAINI KHUSNUL K

PUJI MAE A.

AHLI LENSA CEKUNG 2

AHLI LENSA CEMBUNG 2 AHLI PEMBIASAN CAHAYA 2

ARIF'AN WIWIN SOCHIFAH ISTIANA NUR F.

CHRISTIANA DYAH S. BRYAN ADI N. FARHAL FUADI

KURNIA RAHMA DHANI MUNIF FAISAL F. WAHYU SETIYOWATI

GASA PRAMUDIA INDRA P LAYYINATUS SIFA MU'ALFAH

NILA MUNIKA AVIVATUL LUTVIANA L MERI DWI LESTARI

RITA WIDIANTI RIZQI RIZKI FAJAR YULIANTO

TRI AGUS M. AIDA FATIMAH

141

Daftar Kelompok Ahli Siklus 2

Lam

piran

28

142

Lampiran 29

143

Lampiran 30

144

Lampiran 31

145

Lampiran 32

146

Lampiran 33

147

Lampiran 34

148

Lampiran 35

149

Lampiran 36

150

Lampiran 37

151

Lampiran 38

152

Lembar Pengamatan Kinerja Guru Siklus 1

Nama guru : Susanto

Sekolah : MTs. NU Ungaran

Berilah tanda “Check” (√) pada nilai yang diperoleh oleh guru!

No Komponen yang dinilai Penilaian

Ya Tidak

No INDIKATOR/ASPEK YANG

DIAMATI

I PRA PEMBELAJARAN

1 Kesiapan ruang dan media pembelajaran

2 Memeriksa kesiapan siswa

II MEMBUKA PEMBELAJARAN

1 Melakukan kegiatan apersepsi

2 Menyampaian kompetensi (tujuan) yang

akan dicapai dan rencana kegiatan

III KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN

1 Menjelasakan materi inti secara singkat

dan jelas

2 Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme

siswa dalam belajar

3

Menunbuhkan partisipasi aktif siswa

melalui interaksi guru, siswa, dan sumber

belajar

4 Membagi siswa menjadi 6 kelompok asal

dan 6 kelompok ahli

5 Merespon positif partisipasi siswa

6 Menunjukkan sikap terbuka terhadap

respon siswa

7 Menguasai kelas

8 Melaksanakan pembelajaran secara runtut

sesuai RPP

9 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan

alokasi waktu yang direncanakan

10 Melakukan evaluasi pembelajaran

11 Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan

lancar

12 Menggunakan bahasa tulis yang baik dan

benar

Rata-rata III

IV. PENUTUP

1 Melakukan refleksi atau membuat

rangkuman dengan melibatkan siswa

2

Melaksanakan tindak lanjut dengan

memberikan arahan, atau kegiatan, atau

tugas sebagai bagian remidi/pengayaan

Rata-rata IV

Lampiran 39

153

Keterangan

Ya : Jika guru melakukan aktivitas tersebut

Tidak : Jika guru tidak melakukan aktivitas tersebut

Skor maksimal ideal = 18

Skor hasil pengamatan “Ya” = ...

𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑔𝑢𝑟𝑢 =𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑕𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙× 100% =

18× 100% = ⋯

Pedoman Konversi:

Tingkat pengelolaan pembelajaran Kriteria

85%-100% Pengelolaan pembelajaran sangat baik

70%-84% Pengelolaan pembelajaran baik

60%-69% Pengelolaan pembelajaran cukup baik

50%-59% Pengelolaan pembelajaran kurang baik

< 50% Pengelolaan pembelajaran tidak baik

Semarang,

Observator

Isna Afiv, S.Pd

154

Lembar Pengamatan Kinerja Guru Siklus 2

Nama guru : Susanto

Sekolah : MTs. NU Ungaran

Berilah tanda “Check” (√) pada nilai yang diperoleh oleh guru!

No Komponen yang dinilai Penilaian

Ya Tidak

No INDIKATOR/ASPEK YANG

DIAMATI

I PRA PEMBELAJARAN

1 Kesiapan ruang dan media pembelajaran

2 Memeriksa kesiapan siswa

II MEMBUKA PEMBELAJARAN

1 Melakukan kegiatan apersepsi

2 Menyampaian kompetensi (tujuan) yang

akan dicapai dan rencana kegiatan

III KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN

1 Menjelasakan materi inti secara singkat

dan jelas

2 Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme

siswa dalam belajar

3

Menunbuhkan partisipasi aktif siswa

melalui interaksi guru, siswa, dan sumber

belajar

4 Membagi siswa menjadi 6 kelompok asal

dan 6 kelompok ahli

5 Merespon positif partisipasi siswa

6 Menunjukkan sikap terbuka terhadap

respon siswa

7 Menguasai kelas

8 Melaksanakan pembelajaran secara runtut

sesuai RPP

9 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan

alokasi waktu yang direncanakan

10 Melakukan evaluasi pembelajaran

11 Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan

lancar

12 Menggunakan bahasa tulis yang baik dan

benar

Rata-rata III

IV. PENUTUP

1 Melakukan refleksi atau membuat

rangkuman dengan melibatkan siswa

2

Melaksanakan tindak lanjut dengan

memberikan arahan, atau kegiatan, atau

tugas sebagai bagian remidi/pengayaan

Rata-rata IV

Lampiran 40

155

Keterangan

Ya : Jika guru melakukan aktivitas tersebut

Tidak : Jika guru tidak melakukan aktivitas tersebut

Skor maksimal ideal = 18

Skor hasil pengamatan “Ya” = ...

𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑔𝑢𝑟𝑢 =𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑕𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙× 100% =

18× 100% = ⋯

Pedoman Konversi:

Tingkat pengelolaan pembelajaran Kriteria

85%-100% Pengelolaan pembelajaran sangat baik

70%-84% Pengelolaan pembelajaran baik

60%-69% Pengelolaan pembelajaran cukup baik

50%-59% Pengelolaan pembelajaran kurang baik

< 50% Pengelolaan pembelajaran tidak baik

Semarang,

Observator

Isna Afiv, S.Pd

156

Dokumentasi

1. Uji Coba Soal

2. Penelitian

Lampiran 41

157

Lampiran 42

158

Lampiran 43

159

Lampiran 44