Upload
others
View
23
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Peer review under responsibility UIN Imam Bonjol Padang.
© 2018 UIN Imam Bonjol Padang. All rights reserved.
p-ISSN: 2580-6726
e-ISSN: 2598-2133
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LOTTERY CARD
(KARTU ARISAN) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN
KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS X MAN SALIDO
1Rivdya Eliza,
2Riza Setia Eka Putri
1,2Tadris Matematika, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang
Email: [email protected], [email protected],
Received: January 2018; Accepted: March 2018; Published: April 2018
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep siswa yang diajar dengan
model pembelajaran Kooperatif Tipe Lottery Card (Kartu Arisan) di kelas X MAN Salido. Jenis penelitian ini adalah
penelitian eksperimen-semu dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized Control Group
Only Design. Dalam rancangan ini diambil sekelompok subjek dari populasi kelas XMAN Salido Tahun Pelajaran
2016/2017, sehingga nantiknya terpilih kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk mendapatkan kelas sampel maka
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas, homogenitas dan kesamaan rata-rata untuk semua kelas populasi. Setelah
semua kelas diketahui normal, homogen dan memiliki kesamaan rata-rata maka dilakukan pemilihan kelas sampel
secara acak. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis,dilakukan sebelumnya uji normalitas dan homogenitas pada
sampel. Kemudian dilakukan pengujian hipotesis yang menunjukkan hitungt > tabelt (1,838 > 1,645) dengan
αi=i0,05 pada selang kepercayaan 95 %, maka keputusannya adalah H0 ditolak dan H1 diterima artinya kemampuan
pemahaman konsep matematika diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Lottery Card (Kartu Arisan)
lebih tinggi daripada kemampuan pemahaman konsep siswa diajar dengan pembelajaran konvensional.
Kata kunci : Kemampuan Pemahaman Konsep, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Lottery Card (Kartu Arisan)
Abstract
The Aim of this research were to figure out the learning concept comprehension of students at class X at
MAN Salidoin the academic year of 2016/2017 through Cooperative Studying Model Lottery Card Type (Arisan's
Card). This was a quasi experimental research with Randomized Control Group OnlyDesign.The population of this
research was of students at class X at MAN Salidoin the academic year of 2016/2017. Then, found that students as
the experimental class and the control class. To get the class sample test done first then normality, its homogeneity
and similarity in average for all classes of the population. After all the class known to normal, homogenous and
have the same average then conducted the election of class sample randomly. Before testing the hypotheses, firstly
applied the normality test and homogenety test to the sample. Then, tested the hypotheses by applying t-test
formula. He got that testt (1,838) > tabelt (1,645) with 0,05 degree of freedom and with 95 % level of credence. Then
he concluded that null hypothesis (H0) and the alternative hypothesis (H1) is accepted. So, the ability of the students
in understanding Math Concept is higher through the Cooperative Studying Model Lottery Card Type (Arisan's
Card) than the students taught through conventional learning.
Keywords: Understanding on mathematic concept’s ability, learning model of cooperative (Lottery card).
Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika
Website: http://ejournal.uinib.ac.id/index.php?journal=mej
Email: [email protected]
Math Educa Journal 2 (1) (2018): 47-60
48 Math Educa Journal Volume 2 No. 1 Edisi April 2018, pp.47- 60
PENDAHULUAN
Proses pembelajaran merupakansuatu
proses yang mengandungserangkaian kegiatan
pendidik dan peserta didik atasdasarhubungan
timbal balik /interaksi yang berlangsung dalam
situasi pengajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Melalui proses pembelajaran
diharapkan peserta didik dapat mengembangkan
potensi yang telah diberikan oleh Allah SWT.
Karena Allah SWT telah menganugerahkan
potensi dan kemampuan kepada manusia.
Sehingga manusia dituntut untuk untuk belajar
dan senantiasa mencari ilmu pengetahuan.
Untuk itu perlu dilakukan pembaharuan
dalam bidang pendidikan dari waktu ke waktu
tanpa henti. Pemerintah juga telah melakukan
usaha-usaha untuk meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia. Usaha yang dilakukan
pemerintah antara lain: a) Peningkatan kualitas
dan kuantitas tenaga kependidikan, b)
Pembaharuan kurikulum yang sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan
tuntutan zaman, c) Serta penyediaan sarana dan
prasarana pendidikan yang memadai.
Proses pembelajaran pada saat ini bukan
hanya menuntut pendidik untuk hanya berperan
sebagai penyampai informasi materi saja tetapi
juga bertanggung jawab memajukan, memotivasi
dan membimbing peserta didik dalam proses
belajarnya. Selain itu pendidik juga diharapkan
dapat menjadikan peserta didik terlibat aktif
dalam proses pembelajaran. Karena keberhasilan
pembelajaran tersebut membutuhkan peranan
aktif dari pendidik dan peserta didik.
Matematika merupakan ratu dari ilmu
pengetahuan yang lain. Menurut (Suherman dkk,
2003: 25) Matematika sebagai ratunya ilmu
dimaksudkan bahwa matematika adalah sebagai
sumber dari ilmu yang lain. Karena apapun
kegiatan yang dilakukan sehari-hari memerlukan
ilmu matematika. Misalnya dalam mengkaji ilmu
falaq (perbintangan), dalam hal ini dibutuhkan
matematika. Atau contoh lainnya, untuk
mengetahui bilangan tahun-tahun, pergantian
waktu (siang dan malam), mengetahui masuknya
waktu shalat dan lain-lain sebagainya diperlukan
perhitungan matematika. Maka tampak jelas
bahwa matematika memiliki peranan dalam ilmu
pengetahuan.
Berdasarkan Permendiknas No 58
(Depdiknas, 2014) tentang Standar Isi Mata
Pelajaran Matematika dinyatakan bahwa
pelajaran matematika SMA bertujuan agar para
peserta didik SMA: 1) Memahami konsep
matematika, merupakan kompetensi dalam
menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
menggunakan konsep maupun algoritma, secara
luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam
pemecahan masalah. 2) Menggunakan pola
sebagai dugaan dalam penyelesaian masalah, dan
mampu membuat generalisasi berdasarkan
fenomena atau data yang ada. 3) Menggunakan
penalaran pada sifat, melakukan manipulasi
matematika baik dalam penyederhanaan, maupun
menganalisa komponen yang ada dalam
pemecahan masalah dalam konteks matematika
maupun di luar matematika (kehidupan nyata,
ilmu, dan teknologi) yang meliputi kemampuan
memahami masalah, membangun model
matematika, menyelesaikan model dan
Penerapan Model pembelajaran .... (Rivdya Eliza, Riza Setia Eka Putri) 49
menafsirkan solusi yang diperoleh termasuk
dalam rangka memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari (dunia nyata). 4)
Mengkomunikasikan gagasan, penalaran serta
mampu menyusun bukti matematika dengan
menggunakan kalimat lengkap, simbol, tabel,
diagram, atau media lain untuk memperjelas
keadaan atau masalah. 5) Memiliki sikap
menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu,
perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri
dalam pemecahan masalah. 6) Memiliki sikap dan
perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dalam
matematika dan pembelajarannya, seperti taat
azas, konsisten, menjunjung tinggi kesepakatan,
toleran, menghargai pendapat orang lain, santun,
demokrasi, ulet, tangguh, kreatif, menghargai
kesemestaan (konteks, lingkungan), kerjasama,
adil, jujur, teliti, cermat, bersikap luwes dan
terbuka, memiliki kemauan berbagi rasa dengan
orang lain. 7) Melakukan kegiatan–kegiatan
motorik yang menggunakan pengetahuan
matematika. 8) Menggunakan alat peraga
sederhana maupun hasil teknologi untuk
melakukan kegiatan-kegiatan matematika.
Mengingat begitu pentingnya
peranmatematika maka matematika dijadikan
mata pelajaran yang wajib diajarkan di
sekolah mulai dari sekolah dasar sampai
ke perguruan tinggi. Sebagaimana yang
disebutkan dalam UU Sisdiknas No 20 (2003)
bahwa peserta didik mengembangkan potensi diri
melalui proses pembelajaran yang tersedia pada
jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Oleh
karena itu bidang studi matematika diajarkan
pada setiap jenjang pendidikan. Selain itu, pada
pembelajaran matematika harus terdapat
keterkaitan konsep sebelumnya dengan konsep
yang akan diajarkan.
Menurut Ruseffendi (1984, 527)
“matematika diajarkan di sekolah karena
matematika dapat membantu bidang studi lain,
seperti Ilmu Pengetahuan Alam, kedokteran,
geografi, ekonomi, bisnis, pendidikan,
manajemen, dan psikologi”. Namun
mengajarkan matematika tidaklah mudah.
Tantangan bagi pendidik adalah memberikan
pelajaran matematika dengan baik sehingga
tujuanpembelajaran dapat dicapai, oleh karena itu
peserta didik harus mempunyai kemampuan
pemahaman yangbaik terhadap matematika.
Berdasarkan hasil observasi pembelajaran
matematika wajib di MAN Salido yang dilakukan
pada tanggal 11Oktober 2016 dapat diketahui
bahwa kemampuan pemahamanpeserta didik
kelas X dalam mengikuti pembelajaran masih
rendah. Hal ini tampak pada saat pembelajaran
berlangsung perhatian peserta didik tidak
berpusat pada materi yang diajarkan oleh
pendidik. Banyak peserta didik yang enggan
untuk bertanya dan kurang terlibat secara aktif
dalam proses pembelajaran.
Walaupun begitu proses pembelajaran
berlangsungpeserta didik diperintahkan untuk
berdiskusi bersama teman sekelompoknya.
Namun hal ini tidak berjalan sesuai yang
diharapkan. Sebagian besar tugas yang diberikan
oleh guru tersebut hanya dikerjakan atau
didiskusikan oleh beberapa anggota kelompok,
sedangkan yang lainnya tidak ikut berpartisipasi,
hanya berpangku tangan dan kurang peduli atau
bertanggung jawab dengan kerja kelompoknya.
Meskipun ada beberapa anggota kelompok yang
50 Math Educa Journal Volume 2 No. 1 Edisi April 2018, pp.47- 60
serius berdiskusi dalam kelompoknya, tetapi
sebagian peserta didik tidak ikut berdiskusi
dengan kelompoknya dan materi pelajaran tidak
tersampaikan dengan baik. Akibatnya tidak
semua anggota kelompok memahami dan
menguasai tugas yang telah dikerjakan
kelompoknya.
Pada saat mengerjakan soal latihan juga
terlihat peserta didik masih sering salah dalam
menjawab soal-soal yang diberikan. Peserta didik
hanya mampu mengerjakan soal-soal yang
dicontohkan oleh pendidik. Apabila diberikan
soal yang berbeda tetapi hampir sama dengan
contoh-contoh sebelumnya, peserta didik terlihat
kurang mampu menyelesaikannya. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman
konsep peserta didik terhadap materi yang
diajarkan masih kurang, yang berdampak kepada
banyaknya hasil belajar peserta didik yang belum
mencapai KKM.Untuk lebih jelasnya, dipaparkan
hasil belajar peserta didik pada tabel berikut:
Tabel 1.Persentase Nilai Ujian Tengah Semester II Siswa Kelas X MAN Salido TP. 2016/2017
No Kelas JumlahSiswa Tuntas ( TidakTuntas (
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
X IPA 1
X IPA 2
X IPA 3
X IPS 1
X IPS 2
X IPS 3
X IPK 1
X IPK 2
26
25
26
21
22
21
27
30
4
7
01
2
8
2
9
9
15%
28%
38%
9%
36%
9%
33%
30%
22
18
16
19
14
20
18
21
75%
72%
62%
91%
64%
91%
77%
70%
(Sumber: Guru Mata Pelajaran Matematika Kelas X IPA MAN Salido)
Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa
hasil belajar matematika seluruh peserta didik
kelas X masih banyak yang belum mencapai
KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 78. Hal ini
menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik
masih jauh dari yang diharapkan.
Hasil belajar dipengaruhi oleh kemampuan
peserta didik dan efektif tidaknya suatu proses
pembelajaran. Selain itu penguasaan bahan ajar
matematika oleh peserta didik belum sesuai yang
diharapkan. Sedangkan Alwi (2001:2)
mengatakan bahwa pengajaran matematika sulit
diikuti oleh peserta didik. Hal ini menunjukkan
bahwa pengajaran matematika sekolah hingga
dewasa ini umumnya kurang berhasil.Banyak
faktor yang menyebabkan rendahnya prestasi
belajar matematika, baik yang berasal dalam
dalam diri peserta didik itu sendiri maupun yang
berasal dari luar diri peserta didik. Faktor dari
dalam diri peserta didik misalnya, motivasi
belajar, minat belajar, sikap terhadap matematika,
serta kemampuan berfikir konvergen dan
divergen.Sedangkan faktor yang berasal dari luar
misalnya kemampuan pendidik dalam mengelola
proses belajar, sarana belajar, dan
lingkungan.Salah satu model pembelajaran yang
dapat digunakan adalah model
pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif merupakan
modelpembelajaran yang menekankan adanya
kerjasama antar peserta didik dalam kelompoknya
untuk tujuan belajar. Dengan menggunakan
Penerapan Model pembelajaran .... (Rivdya Eliza, Riza Setia Eka Putri) 51
model pembelajaran kooperatif peserta didik
dapat berdiskusi dengan temannya dan dibimbing
oleh pendidik, sehingga peserta didik memahami
materi dan tujuan pembelajaran akan tercapai.
Model pembelajaran kooperatif tipe Lottery
Card (Kartu Arisan) adalah salah satu model
pembelajaran yang mendorong peserta didik
untuk aktif dalam pembelajaran. Dimana peserta
didik bekerjasama dalam kelompok untuk
mendiskusikan kesesuaian jawaban dari setiap
pertanyaan yang keluar dari dalam gelas yang
telah dikocok oleh pendidik. Peserta didik
dibentuk kelompok dan setiap jawaban digulung
dan dimasukkan kedalam gelas kemudian peserta
didik yang memegang kartu jawaban menjawab
setelah dikocok terlebih dahulu Taufik, dkk
(2011: 163). Setiap kelompok mendapatkan kartu
jawaban yang sama begitu juga dengan
jumlahnya dengan kelompok lain.
METODE
Jenis Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan
model Randomized Control Group Only Design.
Rancangannya sekelompok subjek yang diambil
dari populasi tertentu dikelompokkan secara acak
menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok
eksperimen dikenai variabel perlakuan atau
treatment, lalu kedua kelompok itu dikenai
pengukuran yang sama. Perbedaan yang timbul
dianggap bersumber pada variabel perlakuan.
Bentuk rancangan penelitian ini dapat dilihat
pada tabel 1.2. berikut:
Tabel 2. Rancangan Penelitian
Kelas Perlakuan Tes akhir
Eksperimen X T
Kontrol - T
(Sumber: Suryabrata, 2003: 104)
Keterangan:
X: Perlakuan yang diberikan pada kelas
eksperimen yaitu Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Lottery Card (Kartu Arisan).
T: Tes akhir yang diberikan pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
Waktu dan Tempat Penelitian
Dalam rancangan ini diambil sekelompok
subjek dari populasi kelas X MAN Salido,
dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu
kelompok eksperimen (X IPA 3) dan kelompok
kontrol (X IPA 2).Kelas eksperimen yang sengaja
diberi perlakuan (Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Lottery Card (Kartu Arisan)) dan kelas kontrol
yang tidak menerapkan strategi tersebut. Pada
akhir penelitian ini kelas eksperimen dan kelas
kontrol diberikan tes untuk melihat hasil belajar
matematika kedua kelas tersebut.
Jenis dan Sumber Data
Data adalah hasil pencatatan penelitian,
berupa fakta atau angka. 1) Jenis data adalah data
primer yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data yang langsung diambil dari sampel
yang diteliti, dalam hal ini data primer yaitu data
kemampuan pemahaman konsep matematis
peserta didikyang dapat dilihat dari hasil tes akhir
pelajaran matematika pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol.Data sekunder adalah data yang
diperoleh dari orang lain. Dalam hal ini data
sekundernya adalah data jumlah peserta
didikyang menjadi subjek penelitian dan data
nilai Ujian Tengah Semester II kelas X MAN
52 Math Educa Journal Volume 2 No. 1 Edisi April 2018, pp.47- 60
Salido. 2) Sumber data adalah sumber data dalam
penelitian ini adalah: a) Peserta didikkelas X
MAN Salido tahun pelajaran 2016/2017 untuk
mendapatkan data primer. b) Pendidik bidang
studi matematika MAN Salido tahun pelajaran
2016/2017 dan Tata Usaha untuk mendapatkan
data sekunder.
Teknik Analisis Data
Analisis data bertujuan untuk menguji
hipotesis yang diajukan apakah diterima atau
ditolak.Data berasal dari instrumen penelitian
yaitu tes akhir yang mengandung indikator
kemampuan pemahaman konsep yang dilakukan
pada pertemuan terakhir penelitian.Selanjutnya
melakukan uji statistik yang digunakan untuk
menguji hipotesis. Sebelum melakukan uji
hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas
dan uji homogenitas terhadap kelas sampel.
Dalam menganalisis data, dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut:1)Menghitung Skor
Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
Siswa. Analisis ini digunakan untuk memperoleh
informasi tentang kemampuan pemahaman
konsep matematis peserta didik. Kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa dinilai dari
tes akhir yang mengandung indikator kemampuan
pemahaman konsepdengan penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif TipeLottery Card
(Kartu Arisan). 2)Uji Normalitas bertujuan untuk
melihat apakah kedua kelas sampel berdistribusi
normal atau tidak. Untuk melakukan uji
normalitas ini dibantu dengan menggunakan
software SPSS.3) Uji Homogenitasbertujuan
untuk menyelidiki apakah kedua kelompok
sampel mempunyai variansi yang homogen atau
tidak. Rumus yang digunakan untuk mengujinya
menurut Sudjana (2005: 249) adalah:
Keterangan:
S12
= variansi hasil belajar kelas
eksperimen
S22
= variansi hasil belajar kelas kontrol
Hipotesis yang diajukan:
:0H sampel mempunyai varians yang sama
:1H sampel mempunyai varians yang tidak
sama
Kriteria pengujian:
Terima jika
Uji HipotesisSetelah dilakukan uji
normalitas dan uji homogenitas pada kedua
kelompok sampel maka dapat dilakukan uji
hipotesis. Uji hipotesis bertujuan untuk
mengetahui apakah hipotesis penelitian diterima
atau ditolak. Berdasarkan hipotesis yang
dikemukan maka dilakukan uji satu pihak.
Hipotesis yang diuji adalah :
H0 :
H1 :
Dimana :
µ1 :Rata-rata kemampuan pemahaman
konsep peserta didikkelas eksperimen
µ2 : Rata-rata kemampuan pemahaman
konsep peserta didikkelas control
Apabila data distribusi normal dan
mempunyai variansi homogen maka uji statistik
yang digunakan menurut Sudjana (2005: 239)
adalah:
Penerapan Model pembelajaran .... (Rivdya Eliza, Riza Setia Eka Putri) 53
√
Dengan
2
11
21
2
22
2
11
nn
SnSnS
Dimana:
1x Nilai rata-rata kelompok eksperimen
2x Nilai rata-rata kelompok kontrol
2
1S Variansi kelas eksperimen
2
2S Variansi kelas kontrol
1n Banyak siswa kelas eksperimen
2n Banyak siswa kelas kontrol
Kriteria pengujian H0diterima jika thitung<
ttabel dapat dilihat pada daftar distribusi t dengan
derajat kebebasan df = n1 + n2 -2 dan peluang
1 . Hipotesis nol ditola k jika thitung ttabel
yang dapat dilihat pada daftar distribusi t dengan
derajat kebebasan df = n1+n2-2 pada taraf
signifikan 0,05.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data hasil kemampuan pemahaman konsep
matematispeserta didikpada kelas sampel
diperoleh setelah diberikan tes akhir pada
pokok bahasan Fungsi.Kesimpulan hasil
perhitungan tersebut dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 3. Data Hasil Perhitungan Tes Kemamapuan Pemahaman Konsep
No Interval Nilai Frekuensi
Eksperimen Kontrol
1 21 – 30 - -
2 31 – 40 1 2
3 41 – 50 - -
4 51 – 60 2 3
5 61– 70 4 5
6 71 – 80 8 8
7 81 – 90 8 7
8 91 – 100 3 -
N 26 25
Nilai Max 95 90
Nilai Min 40 33
PersentaseKetuntasan
Tuntas (53.84%) Tuntas (42.30%)
Tidak Tuntas (46.16%) Tidak Tuntas (57.7%)
76.692 71.480
166.141 209.76
S 12.8895 14.483
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-
rata nilai matematika pada kelas eksperimen
adalah 76.692, lebih tinggi dari rata-rata pada
kelas kontrol yaitu 71.480. Nilai maksimum hasil
tes yang diperoleh oleh kelas eksperimen adalah
95 lebih tinggi dari kelas kontrol yaitu 90,
sedangkan nilai minimum yang diperoleh oleh
kelas eksperimen adalah 40 dan kelas kontrol
adalah 33.
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yang ditetapkan di MAN Salido yaitu 78,
dari hasil tes pemahaman konsep matematis
peserta didikpada kelas eksperimen diketahui
bahwa nilai peserta didikyang mencapai KKM
sebanyak 14 orang, sedangkan pada kelas kontrol
sebanyak 10 orang, sehingga persentase
ketuntasan belajar matematika peserta didikkelas
eksperimen adalah 53.84% dan pada kelas kontrol
adalah 40%. Sehingga dapat terlihat bahwa
54 Math Educa Journal Volume 2 No. 1 Edisi April 2018, pp.47- 60
kemampuan pemahaman konsep matematis
peserta didikkelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan kemampuan pemahaman konsep
matematis peserta didikkelas kontrol.
Data tentang kemampuan pemahaman
konsep matematis peserta didikdiperoleh melalui
tes akhir yaitu tes kemampuanpemahaman konsep
matematis. Soal tes kemampuan pemahaman
konsep terdiri dari 5 butir soal essay yang
memuat lima indikator kemampuan pemahaman
konsep, yaitu: 1) Menentukan objek menurut
notasi relasi dan fungsi tertentu. 2)
Mengklasifikasikan objek menurut jenis – jenis
tertentu sesuai dengan konsepnya. 3)
Mengklasifikasikan objek menurut Sifat – sifat
tertentu sesuai dengan konsepnya. 4) Menyajikan
kosep dalam bentuk operasi matematis. 5)
Menyajikan konsep dalam bentuk operasi
komposisi matematis.
Ketuntasan peserta didikpada kelas sampel
yang diperoleh dari 5 butir soal essay yang
mengandung lima indikator kemampuan
pemahaman konsep dapat disajikan seperti tabel
berikut:
Tabel 4. Nilai Rata-rata Siswa Setiap Indikator KemampuanPemahaman Konsep pada Kelas
Sampel
Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Nilai Rata-rata
Eksperimen Kontrol
Menentukan objek menurut notasi relasi dan fungsi tertentu. 88.46 89.78
Mengklasifikasikan objek menurut jenis – jenis tertentu sesuai
dengan konsepnya 96.34 88.20
Mengklasifikasikan objek menurut Sifat – sifat tertentu sesuai
dengan konsepnya 88.94 86.35
Menyajikan kosep dalam bentuk operasi matematis 70.19 68.19
Menyajikan konsep dalam bentuk operasi komposisi matematis 65.53 50.76
Selain itu nilai rata-rata setiap indikator kemampuan pemahaman konsep pada kelas sampel dapat
juga dilihat pada diagram berikut:
Gambar 1: Nilai rata-rata setiap indikator kemampuan pemahaman konsep pada kelas sampel
Keterangan Indikator:
I. Menentukan objek menurut notasi relasi dan fungsi tertentu.
II. Mengklasifikasikan objek menurut jenis – jenis tertentu sesuai dengan konsepnya
Penerapan Model pembelajaran .... (Rivdya Eliza, Riza Setia Eka Putri) 55
III. Mengklasifikasikan objek menurut Sifat – sifat tertentu sesuai dengan konsepnya
IV. Menyajikan kosep dalam bentuk operasi matematis.
V. Menyajikan konsep dalam bentuk operasi komposisi matematis.
Gambar 1. menjelaskan bahwa nilai rata –
rata setiap indikator kemampuan pemahaman
konsep matematis peserta didik tidak jauh
berbeda. Pada indikator I yaitu Menentukan objek
menurut notasi relasi dan fungsi tertentu
diperoleh nilai kelas eksperimen 88.46 dan kelas
kontrol 89,78. Indikator II Mengklasifikasikan
objek menurut jenis – jenis tertentu sesuai dengan
konsep diperoleh nilai 96.34 pada kelas
eksperimen dan 88.20 pada kelas kontrol. Nilai
indikator III yaitu Mengklasifikasikan objek
menurut Sifat – sifat tertentu sesuai dengan
konsep kelas eksperimen adalah 88.94 dan 86.35
pada kelas kontrol. Indikator IV yaitu Menyajikan
kosep dalam bentuk operasi matematis diperoleh
nilai kelas eksperimen adalah 70.19 dan 68.19
pada kelas kontrol. Sedangkan indikator V yaitu
Menyajikan konsep dalam bentuk operasi
komposisi matematis diperoleh nilai pada kelas
eksperimen adalah 65.53dan 50.76 pada kelas
kontrol.
Berdasarkan analisis di atas dapat diketahui
bahwa pada umumnya nilai rata-rata peserta didik
setiap indikator kemampuan pemahaman konsep
di kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan
kelas kontrol. Maka dapat disimpulkan bahwa
kemampuan pemahaman konsep matematis pada
kelas eksperimen lebih tinggo\i dibandingkan
kelas kontrol. Hal ini berarti kemampuan
pemahaman konsep matematis peserta didik yang
diajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Lottery Card (Kartu Arisan) lebih baik
dibandingkan peserta didik yang diajarkan
dengan model pembelajaran konvensional.
Untuk memperoleh kesimpulan tentang
data hasil kemampuan pemahaman konsep
matematis peserta didikdilakukan analisis secara
statistik. Sebelum uji statistik untuk hipotesis,
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji
homogenitas. 1) Uji Normalitasbertujuan untuk
melihat apakah kedua kelompok data berdistribusi
normal atau tidak. Untuk uji normalitas ini
menggunakan uji Liliefors. Berdasarkan hasil uji
Liliefors yang dilakukan, maka didapatkan
kesimpulan sebagaimana yang terdapat pada tabel
di bawah ini:
Tabel 5. Tabel perbandingan L0 dan Ltabel
No. Kelas Kesimpulan Keterangan
1 Eksperimen 0,0778 0,1737 Data Normal
2 Kontrol 0,1092 0,1772 Data Normal
Selain itu untuk menentukan data
berdistribusi normal atau tidak, penulis juga
melakukan pengujian normalitas dengan sofware
SPSS. Dengan menggunakan bantuan software
SPSS dapat dilihat hasil uji normalitas kedua
kelas sampel sebagai berikut:
Tabel 6. Tests of Normality Sampel
Tests of Normality
Kelas Kolmogorov-Smirnov
a Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Nilai X IPA 3 ,110 26 ,200 ,926 26 ,169 X IPA 2 ,100 25 ,200 ,936 30 ,056
56 Math Educa Journal Volume 2 No. 1 Edisi April 2018, pp.47- 60
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa
signifikan kelas eksperimen dan kontrol lebih
besar dari 0,05. Pada uji Kolmogorov Smirnov
nilai signifikan masing-masing kelas adalah0.200
dan 0.200, dan pada uji Shapiro Wilk adalah
0,169 dan 0,056 yang keduanya lebih besar dari
0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua
kelas sampel berdistribusi normal. 1) Uji
homogenitas variansi dilakukan untuk melihat
apakah kedua kelompok data mempunyai variansi
yang homogen atau tidak. Pengujian ini dilakukan
dengan menggunakan uji F.Pasangan hipotesis
yang akan diuji adalah:
H0 :
H1 :
Kriteria pengujiannya adalah;
a. Terima jika (
b. Tolak jika (
Berdasarkan tabel distribusi F didapatkan
nilai Ftabel untuk taraf nyata α = 0,05 dan derajat
kebebasan(df) = (n1 -1,n2 -1) = (26, 25) adalah
1.705. Maka diperoleh
( ( sehingga
dapat disimpulkan bahwa kedua kelas sampel
memiliki variansi yang homogen. 2) Uji
Hipotesisdilakukan untuk menentukan apakah
kemampuan pemahaman konsep matematis
peserta didikkelas eksperimen lebih meningkat
dari pada kelas kontrol dengan menggunakan uji-
t. Dengan = 0,05 dan dk = n1 + n2 – 2 = 26+25 –
2= 49, maka diperoleh thitung = 1.838, sedangkan
ttabel dengan taraf kepercayaan 95% adalah ttabel =
1,645. Karena thitung> ttabel maka hipotesis H0
ditolak dan H1 diterima.
Jadi, kemampuan pemahaman konsep
matematis peserta didikyang diajarkan dengan
Model Pembelajaran Kooperatif TipeLottery
Card (Kartu Arisan) lebih tinggi dari kemampuan
pemahaman konsep matematis peserta didikyang
diajarkan dengan model pembelajaran
konvensional.
Berdasarkan hasil deskripsi dan analisis
data diperoleh bahwa nilai rata-rata kelas
eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.
Perbedaan ini disebabkan karena perlakuan yang
diberikan berbeda. Pada kelas eksperimen
diberikan model pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif merupakan
pembelajaran yang tidak terfokus hanya pada
pendidik dan buku ajar tetapi adanya kerja sama
antar siswa (Wena, 2009: 189), hingga tidak ada
lagi sebuah kelas yang sunyi selama proses
pembelajaran, karena pendidik dan peserta
didiksama-sama berusaha untuk mencapai
ketuntasan dalam proses belajar-mengajar.
Pada kelas eksperimen kegiatan yang
diterapkan adalah Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Lottery Card (Kartu Arisan).
Pembelajaran ini menempatkan peserta didik ke
dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen,
kemudian peserta didikbekerja sama dalam
kelompok untuk mendiskusikan kesesuaian
jawaban dari setiap pertanyaan yang keluar dari
dalam gelas yang dikocok oleh pendidik.
Pembagian kelompok yang heterogen menjadikan
siswa saling membantu satu sama lain. Siswa
yang memiliki kemampuan tinggi dapat
membantu peserta didikyang kemampuannya
lebih rendah dalam penyelesaian soal-soal.
Sebagaimana dalam interaksi promotif terdapat
Penerapan Model pembelajaran .... (Rivdya Eliza, Riza Setia Eka Putri) 57
salah satu ciri-cirinya yaitu saling membantu
secara efektif dan efisien (Suprijono, 2014: 60).
Pada pertemuan pertama dikelas
eksperimen, ada beberapa orang diantara peserta
didikyang kurang setuju dengan anggota
kelompok yang sudah ditetapkan. Peserta
didiktersebut beralasan ingin sekelompok dengan
teman dekatnya. Namun setelah diberikan
penjelasan tentang bagaimana cara pembagian
kelompok tersebut kepada peserta didik, akhirnya
peserta didik yang awalnya menolak mau
menerima keputusan yang telah ditetapkan oleh
pendidik.
Pada awal pembelajaran pendidik
menayangkan slide dengan menggunakan infocus
di depan kelas, yaitu mengenai materi yang akan
diajarkan. Kemudian pendidik membagikan LKS
dan kartu jawaban kepada masing-masing peserta
didik. Sementara itu kartu soal dimasukkan ke
dalam gelas tempat soal. Setelah gelas soal
dikocok, pendidik membacakan soal yang keluar
dari gelas dan peserta didikberdiskusi dengan
anggota kelompoknya untuk mencari kesesuaian
jawaban dari soal yang muncul.
Kelompok yang memiliki kartu jawaban
yang sesuai dengan soal dipersilakan untuk
mengacungkan tangan dan perwakilan dari
kelompok tersebut mempresentasikan
jawabannya. Jika jawabannya benar maka
kelompok tersebut mendapat point 1 dan
kelompok lain memberikan applause. Namun jika
jawabannya salah maka kelompok penyaji
mendapat point 0. Setelah selesai melaksanakan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Lottery
Card (Kartu Arisan) selanjutnya peserta
didikmelaksanakan kuis untuk menguji
kemampuan pemahaman konsep matematis
peserta didiktentang materi yang telah diajarkan
dengan rata – rata nilai adalah 65, dimana peserta
didikyang tuntas sebanyak 9 orang dari 26 peserta
didik.
Pada pertemuan kedua sampai kelima
dikelas eksperimen, dengan cara yang sama
pendidik membagikan LKS dan kartu jawaban
kepada masing-masing peserta didik. Setelah
selesai melaksanakan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Lottery Card (Kartu Arisan)
selanjutnya peserta didikmelaksanakan kuis untuk
menguji kemampuan pemahaman konsep
matematis peserta didiktentang materi yang telah
diajarkan. Hasil dari nilai tiap – tiap pertemuan
sebagai berikut; pertemuan kedua dengan rata –
rata nilai adalah 60, dimana peserta didikyang
tuntas sebanyak 7 orang dari 26 peserta didik,
pertemuan ketiga dengan rata – rata nilai adalah
68, dimana peserta didikyang tuntas sebanyak 6
orang dari 26 peserta didik, pertemuan keempat
dengan rata – rata nilai adalah 70, dimana peserta
didikyang tuntas sebanyak 12 orang dari 26
peserta didik, pertemuan kelima dengan rata –
rata nilai adalah 75, dimana peserta didikyang
tuntas sebanyak 10 orang dari 26 peserta didik.
Ketika melaksanakan penelitian, terlihat
bahwa pembelajaran dengan kartu arisan ini
mampu membuat peserta didikmenjadi aktif.
Soal-soal yang diberikan membuat peserta didik
berantusias untuk menyelesaikannya. Karena
peserta didikmenginginkan kelompoknya
memperoleh point tertinggi nantinya. Oleh karena
itu masing-masing kelompok berusaha
semaksimal mungkin untuk mencari jawaban
dari setiap soal yang muncul. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Sanjaya (2008: 246) bahwa
dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan
58 Math Educa Journal Volume 2 No. 1 Edisi April 2018, pp.47- 60
suatu penyelesaian tugas sangat tergantung
kepada usaha yang dilakukan setiap anggota
kelompoknya.
Pada kemampuan pemahaman konsep
matematis terlihat naik dan turunnya nilai kuis
siswa yang kurang memperhatikan sewaktu
presentasi kelompok, dan ada juga yang tidak
aktif dalam mengikuti diskusi kelompok. peserta
didikyang demikian diberikan peringatan oleh
pendidik agar memperhatikan dan mengikuti
diskusi kelompoknya. Peringatan yang diberikan
ini merupakan pemprosesan kelompok. Suprijono
(2014: 61) menyatakan bahwa pemprosesan
mengandung arti menilai. Tujuan pemprosesan
kelompok adalah meningkatkan efektivitas
anggota dalam memberikan kontribusi terhadap
kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan
kelompok. Setelah diberikan peringatan oleh
pendidik, pada pertemuan berikutnya pada
umumnya peserta didikmau berdiskusi dengan
kelompoknya masing-masing.
Pada pertemuan pertama kelas kontrol
menggunakan pembelajaran secara konvensional,
saat pendidik menerangkan pelajaran hanya
sebagian peserta didikyang memperhatikan
terutama pada barisan depan. Sewaktu diberikan
LKS, beberapa peserta didiktidak mengerjakan
dengan alasan tidak mengerti. Hal yang
menyebabkan rendahnya pemahaman konsep
peserta didikpada kelas kontrol ini adalah
kurangnya keaktifan peserta didikmengikuti
pembelajaran dan apabila mereka mendapat
kendala dalam menyelesaikan soal mereka tidak
berusaha menyelesaikan soal tersebut dan juga
kurang mau bertanya kepada teman ataupun
pendidik. Setelah menyelesaikan LKS yang
diberikan pendidik, peserta didikdiberikan kuis
untuk menuji kemampuan pemahaman konsep
matematis peserta didiktentang materi yang telah
diajarkan dengan rata – rata nilai adalah 55,
dimana peserta didikyang tuntas sebanyak 5
orang dari 25 peserta didik.
Pada pertemuan kedua sampai kelima
dikelas kontrol, dengan cara yang sama pendidik
membagikan LKS kepada masing-masing peserta
didik. Setelah pendidik selesai melaksanakan
pembelajaran secara konvensional, selanjutnya
peserta didikmelaksanakan kuis untuk menguji
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
tentang materi yang telah diajarkan. Hasil dari
nilai tiap – tiap pertemuan sebagai berikut;
pertemuan kedua dengan rata – rata nilai adalah
60, dimana peserta didik yang tuntas sebanyak 8
orang dari 25 peserta didik, pertemuan ketiga
dengan rata – rata nilai adalah 50, dimana peserta
didik yang tuntas sebanyak 5 orang dari 25
peserta didik, pertemuan keempat dengan rata –
rata nilai adalah 65, dimana peserta didik yang
tuntas sebanyak 8 orang dari 25 peserta didik,
pertemuan kelima dengan rata – rata nilai adalah
70, dimana peserta didik yang tuntas sebanyak 10
orang dari 25 peserta didik.
Apabila ditinjau dari tes akhir, diperoleh
bahwa hasil tes kemampuan pemahaman konsep
matematis peserta didikkelas eksperimen dengan
menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Lottery Card (Kartu Arisan) lebih tinggi
dari pada kemampuan pemahaman konsep
matematis peserta didikyang menerapkan
pembelajaran konvensional.Hal ini terlihat dari
nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi
daripada kelas kontrol. Rata-rata pada kelas
Penerapan Model pembelajaran .... (Rivdya Eliza, Riza Setia Eka Putri) 59
eksperimen adalah 76.692 sedangkan kelas
kontrol 71.480 dan nilai tertinggi kelas
eksperimen adalah 95 sedangkan pada kelas
kontrol 90, serta nilai terendah kelas eksperimen
adalah 40 dan nilai terendah pada kelas kontrol
adalah 33.
Pada kelas eksperimen jumlah peserta
didikyang mencapai nilai lebih dari atau sama
dengan nilai KKM yang ditetapkan oleh MAN
Salido yaitu 78, sebanyak 14peserta didikdengan
persentase ketuntasan 53.84 %. Sedangkan pada
kelas kontrol sebanyak 10peserta didik dengan
persentase ketuntasan 42.30 %. Sehingga dapat
terlihat bahwa kemampuan pemahaman konsep
matematis peserta didik kelas eksperimen lebih
tinggi dari kemampuanpemahaman konsep
matematis peserta didik kelas kontrol.
Hasil penelitian yang dilakukan di kelas
XIPA 3 MAN Salido, terlihat bahwa penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Lottery
Card (Kartu Arisan)mampu meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep
matematispeserta didikselama proses
pembelajaran berlangsung. Dari hasil penilaian
pada aspek kognitif, terlihat bahwa kemampuan
pemahaman konsep matematispeserta didikpada
kelas eksperimen ada peningkatan.
Maka dapat disimpulkan bahwa
kemampuan pemahaman konsep matematis pada
kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas
kontrol. Hal ini berarti kemampuan pemahaman
konsep matematis peserta didikyang diajarkan
dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Lottery Card (Kartu Arisan) lebih baik
dibandingkan peserta didikyang diajarkan dengan
model pembelajaran konvensional.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa
kemampuan pemahaman konsep matematis
peserta didikyang diajarkan dengan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Lottery Card
(Kartu Arisan)lebih tinggi dari kemampuan
pemahaman konsep matematis peserta didik yang
diajarkan dengan model pembelajaran
konvensionalpada peserta didikkelas X MAN
Salidodalam taraf nyata alfa 0,05.Rata-rata hasil
tes akhir peserta didik pada kelas eksperimen
lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata tes
akhir peserta didikpada kelas kontrol. Rata-rata
tes akhir peserta didikpada kelas eksperimen
adalah 76.69 dan pada kelas kontrol 71.48. Jika
dilihat dari ketuntasan hasil tes akhir peserta
didik, pada kelas eksperimen terdapat 14peserta
didikatau sebanyak 53.84% peserta didikyang
memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM)
dari 26 peserta didik yang ada. Sedangkan pada
kelas kontrol terdapat 10peserta didik atau
sebesar 42.30 % peserta didik yang nilainya
mencapai KKM dari 25 peserta didikyang
ada.Hal ini juga dapat dilihat dari uji hipotesis
diperoleh ttabel = 1,645 dan thitung = 1.838 sehingga
didapatkan hitungt > tabelt (1.838> 1,645) pada
selang kepercayaan 95 %. Karena thitung> ttabel
maka hipotesis dalam penelitian ini diterima,
artinya kemampuan pemahaman konsep
matematis peserta didikyang diajarkan dengan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Lottery
Card (Kartu Arisan) lebih tinggi dari kemampuan
pemahaman konsep matematis peserta didik yang
diajarkan dengan model pembelajaran
konvensional.
60 Math Educa Journal Volume 2 No. 1 Edisi April 2018, pp.47- 60
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh
dari penelitian ini maka disarankan sebagai
berikut : 1) Diharapkan pada pendidik bidang
studi matematika untuk dapat menerapkan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Lottery Card
(Kartu Arisan) sebagai salah satu alternatif untuk
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep
matematis peserta didik pada pokok bahasan
fungsi. 2). Kepada pembaca diharapkan agar hasil
penelitian ini dijadikan sebagai salah satu wadah
untuk memperkaya wawasan yang telah dimiliki.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan et. al. 2002 Kamus Besar Bahasa
Indonesia Jakarta: Balai Pustaka.
Anurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran.
Bandung: Penerbit Alfabeta
Arikunto, Suharsimi.2010. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka
Cipta.
.2007. Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
Hamalik, Oemar. Pembinaan dan Pengembangan
Kurikulum, Bandung: Pustaka Martiana,
1981.
Iryanti, Puji. (2004). Peniliaian Unjuk Kerja.
Yogyakarta: Depdiknas
Kemendikbud Nomor 104 Tahun 2014 tentang
Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik
pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah
Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning, Jakarta:
Gramedia
Nasution. 2010. Berbagai Pendekatan Dalam
Proses Belajar dan Mengajar.
Bandung:Bumi Aksara
Prawironegoro, Pratiknyo. 1985. Evaluasi Hasil
Belajar Matematika Siswa Khusus
Analisis Soal Untuk Bidang Studi
Matematika. Jakarta: P2LLPTK
Rahman, Afzalur. 1992. Al-Qur’an Sumber Ilmu
Pengetahuan. Jakarta: Rineka Cipta
Ruseffendi. E.T. 1984. Dasar-Dasar Matematika
Kontemporer Untuk Guru. Bandung:
Tarsito
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Slameto. 2002. Belajardan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta
Sudjana. 2005. Metode Statistik. Bandung:
Transito
Sudjana, Nana. 2000. Dasar-dasar Proses
Belajar Mengajar. Sinar Baru Algensindo.
Bandung.
Suherman, Erman, dkk. 2003. Strategi Belajar
Mengajar Matematika. Jakarta:
Depdikbud
Suprijono, Agus. 2014. Cooperatif Learning.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Suryabrata, Sumadi. 2003. Metodologi
Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan
Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Taufik, dkk. 2011. Mozaik Pembelajaran
Inovatif. Padang: Sukabina Press
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif Progregsiv.Jakarta: Prenada
Media Group
Undang-Undang Sisdiknas 2003. 2007. Jakarta:
Sinar Grafika
Uno, Hamzah dan Moh, Nurdin. 2011. Belajar
Dengan Pendekatan PAILKEM, Jakarta:
Bumi Aksara
Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran
Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi
Aksara.