107
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

  • Upload
    lyliem

  • View
    258

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 2: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP TENTANG

SUSUNAN PEMERINTAHAN PUSAT MATA PELAJARAN PKn PADA

SISWA KELAS IV SDN 02 JATI JATEN KARANGANYAR

TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011

OLEH :

SEIN CANGGAH FAUDILAH SANTI

K7107049

Skripsi

Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 3: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Page 4: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Page 5: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

ABSTRAK

Sein Canggah Faudilah Santi. K7107049. PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP TENTANG SUSUNAN

PEMERINTAHAN PUSAT MATA PELAJARAN PKn PADA SISWA

KELAS IV SDN 02 JATI TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi. Surakarta :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta,

April 2011.

Tujuan penelitian ini adalah Meningkatkan pemahaman konsep tentang

susunan pemerintahan pusat pada pelajaran PKn bagi siswa kelas IV SD N 02 Jati,

Jaten, Karanganyar melalui penerapan model kooperatif tipe jigsaw.

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas terdiri dari dua

siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan,

observasi, dan refleksi. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD

Negeri 02 Jati tahun ajaran 2010/2011. Sejumlah 31 siswa yang terdiri dari 17

siswa perempuan dan 14 siswa laki – laki. Teknik pengumpulan data

menggunakan dokumentasi, wawancara, observasi, dan tes. Teknik analisis data

menggunakan teknik analisis model interaktif yang terdiri dari tiga komponen

analisis yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan atau verifikasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan

bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat

meningkatkan pemahaman konsep susunan pemerinahan pusat pada siswa kelas

IV SDN 02 Jati Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2010/ 2011. Peningkatan

pemahaman konsep tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai

pemahaman konsep siswa pada setiap tindakan. Rata – rata nilai pemahaman

konsep siswa sebelum tindakan yaitu 59,9, pada siklus I nilai rata – rata

pemahaman konsep siswa menjadi 70,5, dan pada siklus II meningkat lagi

menjadi 75,2. Sebelum dilaksanakan tindakan, siswa yang memperoleh nilai

diatas KKM ( ≥60) hanya sebanyak 14 siswa (45%), pada siklus I meningkat

menjadi 26 siswa (84%), dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 30 siswa

(97%).

Kata Kunci : Jigsaw, Pemahaman Konsep, Pembelajaran PKn

Page 6: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

ABSTRACT

SEIN CANGGAH FAUDILAH SANTI. K7107049. APPLYING OF

MODEL COOPERATIVE LEARNING TYPE JIGSAW TO INCREASE

THE UNDERSTANDING OF CONCEPT ABOUT CENTER FORMATION

GOVERNANCE SUBJECT OF PKn ON THE FOURTH STUDENTS OF

SDN 02 JATI AT 2010 / 2011 ACADEMIC YEAR. Minithesis. Surakarta :

Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University, April 2011.

Purpose of the research is to know improvement understanding of consept

about center formation governance subject among the fourth grade students of SD

Negeri 02 Jati in study PKn by using jigsaw method approach Target of this

research to Improve the understanding of concept about center formation

governance at Iesson of PKN to class student of IV SD N 02 Jati, Jaten,

Karanganyar applying of type cooperative model of jigsaw.

The research form is classroom action research (CAR) is conducted of two

cycles. The research procedure consists of four phases, that are planning, action

implementation, observation, and reflection. Subject of the research is the fourth

grade students of SD Negeri 02 Jati Jaten Karanganyar of 2010/2011 academic

year amounting to 31 students that consist of 14 male students and 17 female

students. Data collecting technique by using documentation, observation,

interview, and test. Data analysis by using an interactive analysis model

consisting of three components, that are data reduction, data presentation, and

conclusion drawing or verification.

Based on result of the research, it can be concluded by applying model

study of type cooperative of jigsaw can improve the understanding concept of

center formation governance of fourth grade students SDN 02 Jati Jaten

Karanganyar of 2010/ 2011 academic year. Improvement of the students PKn

learning can be seen in the increased value of understanding concept in each

action. Average value of understanding concept before action that is 59,9. The

average value of understanding increased to 70,5 in the first cycle and it increased

to 75,2 in the second cycle. Before implementation of the research, students who

acquired KKM grade > 60 were 14 students (45 %). In first cycle, the number of

students with KKM grade > 60 increased to 26 students (84 %) and the number

of the students increased again in second cycle became 30 students (97%).

keyword : jigsaw, understanding of concept, PKn learning

Page 7: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

MOTTO

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu, ada kemudahan”

(Q.S Alam Nasyrah)

“Pelajarilah ilmu dan mengajarlah kamu, rendahkanlah dirimu terhadap guru –

gurumu dan berlakulah lemah lembut terhadap murid-muridmu”

(Terjemahan HR. Tabrani)

“Tidak semua yang kita temukan bisa kita rubah, tetapi kita tidak bisa merubah

sesuatu sampai kita menemukannya.”

(James Baldwin)

Page 8: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada:

Ayahku ( Sein ) yang telah memberiku semangat hidup dan motivasi

menjadi orang yang lebih baik.

Ibuku tercinta ( Rusmiati ) yang telah memberikan cinta, kasih sayang,

dan doa serta pengorbanan yang tak terbatas demi kebahagiaan yang

diberikan kepadaku.

Keluarga Besar FKIP Universitas Sebelas Maret, dan almamaterku

tercinta yang telah memberikan ilmu yang berguna bagi masa depanku

yang cerah.

Page 9: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk

Meningkatkan Pemahaman Konsep Tentang Susunan Pemerintahan Pusat Mata

Pelajaran PKn Pada Siswa Kelas IV SDN 02 Jati Tahun Pelajaran 2010/ 2011”

guna memenuhi persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan.

Penulis menyadari, terselesaikannya laporan penelitian ini tidak lepas dari

bimbingan, arahan, petunjuk, dan saran – saran dari berbagai pihak, maka pada

kesempatan ini peneliti dengan tulus menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd selaku Dekan FKIP UNS

Surakarta.

2. Drs. Kartono, M. Pd selaku Ketua Program Studi PGSD dan selaku dosen

pembimbing I yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada

peneliti.

3. Dra. Lies Lestari, M. Pd selaku dosen pembimbing II yang telah

memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti.

4. Suwandi, S. Pd selaku Kepala SD Negeri 02 Jati Jaten Karanganyar yang

telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di SD

Negeri 02 Jati.

5. Ana Muslimah, S. S selaku guru kelas IV SD Negeri 02 Jati yang telah

menyempatkan waktu untuk berkolaborasi dengan peneliti dalam

penelitian.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

para pembaca agar hasil penelitian ini bisa lebih bermanfaat bagi peneliti sendiri

khususnya, serta pembaca pada umumnya.

Surakarta, April 2011

Peneliti

Page 10: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL……………………………………………………………………….. i

PENGAJUAN……………………………………………………………...… ii

PERSETUJUAN…………………………………………………………….. iii

PENGESAHAN……………………………………………………………… iv

ABSTRAK…………………………………………………………………… v

MOTTO……………………………………………………………………… vii

PERSEMBAHAN……………………………………………………………. viii

KATA PENGANTAR……………………………………………………….. ix

DAFTAR ISI………………………………………………………………… x

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… xii

DAFTER GRAFIK…………………………………………………………… xiii

DAFTAR TABEL……………………………………………………………. xiv

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………. xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………………………………………….. 1

B. Rumusan Masalah………………………………………………… 5

C. Tujuan Penelitian…………………………………………………. 5

D. Manfaat Penelitian………………………………………………... 6

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka………………………………………………….. 7

1. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Jigsaw ……………………………………………………. 7

2. Hakikat Pemahaman Konsep

Susunan Pemerintahan Pusat………………………………….. 21

B. Hasil Penelitian Yang Relevan…………………………………... 22

C. Kerangka Berpikir………………………………………………… 34

Page 11: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………….. 37

B. Subjek Penelitian………………………………………………….. 37

C. Bentuk dan Strategi Penelitian…………………………………… 37

D. Sumber Data……………………………………………………… 39

E. Teknik Pengumpulan Data……………………………………….. 39

F. Validitas Data…………………………………………………….. 41

G. Teknik Analisis Data……………………………………………... 43

H. Indikator Kinerja…………………………………………………. 45

I. Prosedur Penelitian……………………………………………….. 45

J. Rancangan Siklus I……………………………………………….. 47

K. Rancangan Siklus II………………………………………………. 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian………………………………………. 51

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian………………………………. 52

C. Pembahasan Hasil Penelitian …………………………………….. 81

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan………………………………………………………….. 86

B. Implikasi………………………………………………………….. 86

C. Saran……………………………………………………………… 88

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 90

Page 12: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Ilustrasi Klompok Jigsaw…………………………………………. 15

Gambar 2. Ilustrasi Desain Jigsaw……………………………………………. 15

Gambar 3. Susunan Pemerintahan Pusat Sebelum Amandemen UUD 1945… 26

Gambar 4. Susunan Pemerintahan Pusat Setelah Amandemen UUD 1945….. 26

Gambar 5. Skema Kerangka Berpikir………………………………………… 36

Gambar 6. Komponen – komponen analisis Data……………………………. 44

Gambar 7. Alur Penelitian Tindakan Kelas…………………………………... 46

Gambar 8. Susunan Kelompok Asal

Pertemuan 1 siklus I………………………………………………. 58

Gambar 9. Susunan Klompok Ahli

Pertemuan 1 Siklus I…………………………………………….... 58

Gambar 10. Susunan Kelompok Ahli

Pertemuan 2 Siklus I…………………………………………….... 60

Gambar 11. Susunan Kelompok Asal

Pertemuan 1 Siklus II…………………………………………….. 71

Gambar 12. Susunan Kelompok Ahli

Pertemuan 1 siklus II……………………………………………… 72

Page 13: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 1. Hasil Data Nilai Pemahaman Konsep PKn

Sebelum Tindakan…………………………………………………… 53

Grafik 2. Hasil Data Nilai Pemahaman Konsep PKn Siklus I…………………. 65

Grafik 3. Perkembangan Nilai Pemahaman Konsep

Sebelum Tindakan Dan Siklus I……………….…………………….. 66

Grafik 4. Hasil Data Nilai Pemahaman Konsep PKn Siklus II…………………. 78

Grafik 5. Perkembangan Nilai Pemahaman Konsep

Siklus I dan Siklus II…………………………………………………. 79

Grafik 6. Grafik Peningkatan Nilai Rata – Rata Pemaaman Konsep

dan Ketuntasan Belajar PKn setiap Siklus………………………….... 81

Page 14: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Frekuensi Data Nilai Pemahaman Konsep PKn

Sebelum Tindakan……………………………………………………. 53

Tabel 2. Hasil Nilai Pemahaman Konsep Sebelum Tindakan………………… 54

Tabel 3. Hasil Observasi Aktifitas Belajar Siswa Siklus I…………………….. 63

Tabel 4. Frekuensi Data Nilai Pemahaman Konsep PKn Siklus I……………... 64

Tabel 5. Perkembanhan Nilai Pemahaman Konsep Sebelum Tindakan

dan Siklus I……………………………………………………………. 66

Tabel 6. Hasil Observasi Aktifitas Belajar Siswa Siklus II……………………. 76

Tabel 7. Frekuensi Data Nilai Pemahaman Konsep PKn Siklus II……………. 78

Tabel 8. Perkembangan Nilai Pemahaman Konsep Siklus I dan Siklus II……. 79

Tabel 9. Nilai Rata – Rata Pmahaman Konsep PKn dan Presentase Ketuntasan

Klasikal Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II………………….. 81

Tabel 10. Nilai Rata – Rata Hasil Observasi Kinerja Guru dan Aktifitas Siswa

Selama Pembelajaran Tiap Siklus ……………………………………. 82

Page 15: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil Wawancara Sebelum Tindakan…………………………… 92

Lampiran 2. Nilai Siswa Sebelum Tindakan…………………………………. 93

Lampiran 3. Silabus…………………………………………………………... 94

Lampiran 4. RPP Siklus I……………………………………………………... 97

Lampiran 5. Kisi – Kisi Soal Siklus I…………………………………………. 112

Lampiran 6. Nilai Siswa Siklus I……………………………………………… 114

Lampiran 7. Pedoman Observasi Guru……………………………………….. 115

Lampiran 8. Pedoman Observasi Siswa………………………………………. 120

Lampiran 9. Hasil Rekapitulasi Observasi Aktifitas Siswa

Pertemuan 1 Siklus I……………………………………………. 123

Lampiran 10. Hasil Rekapitulasi Observasi Aktifitas Siswa

Pertemuan 2 Siklus I ………………………………………….. 125

Lampiran 11. Hasil Rekapitulasi Observasi Kinerja Guru Siklus I…………... 127

Lampiran 12. RPP Siklus II…………………………………………………... 128

Lampiran 13. Kisi – Kisi Soal Siklus II………………………………………. 143

Lampiran 14. Nilai Siswa Siklus II…………………………………………… 145

Lampiran 15. Hasil Rekapitulasi Observasi Aktifitas Siswa

Pertemuan 1 Siklus II………………………………………….. 146

Lampiran 16. Hasil Rekapitulasi Observasi Aktifitas Siswa

Pertemuan 2 Siklus II………………………………………….. 148

lampiran 17. Hasil Rekapitulasi Observasi Kinerja Guru Siklus II…………... 150

Lampiran 18. Hasil Wawancara Setelah Tindakan…………………………… 151

Lampiran 19. Tabel Pelaksanaan TIndakan…………………………………... 152

Lampiran 20. Dokumentasi ………………………………………………...… 153

Page 16: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang mendasar.

Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk membentuk manusia yang baik dan

berbudi pekerti luhur menurut cita-cita dan nilai-nilai masyarakat, serta untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

pemerintah telah berupaya membangun sektor pendidikan secara terarah, bertahap

dan terpadu dengan keseluruhan pembangunan kehidupan bangsa, baik dalam

bidang ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, sosial budaya maupun

pertahanan dan keamanan.

Setiap murid khususnya di sekolah dasar memiliki perbedaan antara satu

dan lainnya. Beberapa perbedaan tersebut antara lain: kapasitas intelektual,

keterampilan, motivasi, persepsi, sikap, kemampuan, minat, latar belakang

kehidupan dalam keluarga dan lain-lain, yang cenderung akan mengakibatkan

adanya perbedaan pula dalam belajar setiap murid baik dalam kecepatan

belajarnya, kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak saat belajar, serta keberhasilan

yang dicapai murid itu sendiri. Pada setiap kelas di sekolah dasar tidak jarang

dijumpai murid-murid yang mengalami kesulitan belajar baik dalam membaca,

menulis, berhitung dan menghafalkan materi pelajaran yang sudah diperolehnya

saat kegiatan pembelajaran.

Tujuan yang ingin dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran adalah adanya

perubahan pada diri siswa, yaitu bertambahnya pengetahuan, sikap, dan

keterampilan siswa. Perubahan pengetahuan ini ditandai dengan pemahaman

konsep yang dikuasai siswa dan nilai hasil belajar siswa yang telah dilakukannya.

Untuk mengukur seberapa jauh hasil belajar siswa, salah satunya menggunakan

tes. Hasil tes dapat memberikan laporan tentang proses dan kualitas pembelajaran

yang telah dilaksanakan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan keterlibatan siswa pada setiap

pembelajarannya. Magnesen dalam Niken Ariani dan Haryanta (2010:131)

Page 17: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

menyebutkan bahwa kita belajar 10 % dari apa yang kita baca, 20 % dari apa yang

kita dengar, 30 % dari apa yang kita lihat, 50 % dari apa yang kita lihat dan kita

dengar, 70 % dari apa yang kita katakan, dan 90 % dari apa yang kita katakan dan

lakukan. Pendapat tersebut mempertegas bahwa keterlibatan siswa untuk selalu

aktif dalam pembelajaran mutlak diperlukan. Meskipun demikian tidak semua

guru bisa mengkondisikan siswa supaya aktif dalam pembelajaran.

Dari hasil pengamatan umum hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan

di SD masih kurang memuaskan. Tujuan PKn adalah untuk membentuk watak dan

karakteristik warga Negara yang baik. Sedangkan tujuan pembelajaran mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menurut Mulyasa dalam Ruminiati

(2007:26) adalah untuk menjadikan siswa :

1. Mampu berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi

persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan di negaranya.

2. Mau berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan, secara aktif dan

bertanggung jawab, sehingga bisa bertindak secara cerdas dalam semua

kegiatan, dan

3. Bisa berkembang secara positif dan demokratis, sehingga mampu hidup

bersama dengan bangsa lain di dunia dan mampu berinteraksi, serta

mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dengan baik.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan guru kelas

IV SD Negeri 02 Jati, diperoleh fakta bahwa siswa kesulitan dalam memahami

materi pada pelajaran PKn khususnya pada materi susunan pemerintahan pusat.

Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor sebagai berikut : 1) siswa tidak tertarik

dengan pelajaran PKn, 2) materi Pkn yang terlalu banyak, 3) siswa sulit

menghafalkan materi yang ada, 4) guru kurang mampu membangkitkan suasana

pembelajaran yang menarik sehingga siswa mudah merasa bosan, 5) guru belum

menggunakan model pembelajaran yang bervariasi 6) media yang digunakan guru

kurang menarik. Dalam mengajarkan materi tersebut, sebenarnya guru telah

berusaha untuk memudahkan siswa dalam menangkap materi pelajaran dengan

menggunakan media berupa gambar (Struktur). Meskipun telah menggunakan

media belajar, aktivitas belajar siswa rendah. Para siswa tetap pasif dalam

mengikuti pelajaran. Para siswa kurang antusias dalam belajar. Keyataan ini

tampak pada sikap mereka saat mengikuti pelajaran. Ada siswa yang tidak

Page 18: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

mendengarkan penjelasan guru, dan suka melamun. Berawal dari sikap negatif

tersebut, pada akhirnya siswa tersebut tidak dapat menjawab pertanyaan guru.

Dengan kata lain bahwa, Semua materi pelajaran yang telah diberikan begitu

mudahnya terlupakan dari ingatan siswa dan mereka tampak sulit dalam

menguasai materi pelajaran.

Hasil belajar PKn siswa kelas IV SD Negeri 02 Jati, Jaten, Karanganyar

pada tahun ajaran 2009/ 2010 yang berjumlah 25 siswa masih rendah. Terbukti

dengan nilai ulangan pada materi Susunan Pemerintahan pusat adalah sebagai

berikut: nilai tertinggi yaitu 74 ada 1 siswa, nilai 68 ada 1 siswa,nilai 66 ada 4

siswa, nilai 64 ada 4 siswa, nilai 62 ada 5 siswa, selebihnya yaitu 10 siswa masih

mendapatkan nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Begitu juga

pada tahun – tahun sebelumnya, nilai pembelajaran PKn pada materi susunan

pemerintahan pusat selalu mendapat nilai yang kurang. Hal ini menunjukkan

kemampuan siswa dalam menguasai materi dalam pelajaran PKn perlu

ditingkatkan lagi khususnya pada materi susunan pemerintahan pusat.

Sistem pemerintahan di Indonesia mengenal adanya berbagai lembaga

negara. Setiap negara memiliki sistem dan lembaga negara. Lembaga negara

merupakan perangkat dalam sistem pemerintahan di Indonesia, yang terdiri dari

eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Indonesia menganut paham pembagian

kekuasaan, bukan pemisahan kekuasaan. Pada materi ini, dipelajari beberapa

lembaga negara dalam susunan pemerintah pusat berdasarkan amandemen UUD

1945, seperti MPR, DPR, DPD, Presiden, MA, MK, KY, dan BPK. Serta fungsi

dan tugas lembaga – lembaga Negara. Perlu pemahaman untuk bisa menghafal

materi yang begitu banyak pada bab ini. sehingga tujuan pembelajarannya bisa

tercapai.

Tujuan pembelajaran pada materi pemerintahan tingkat pusat adalah siswa

dapat menjabarkan lembaga – lembaga tingkat pusat dan dapat mengenal

lembaga, tugas, dan wewenang pada lembaga pemerintahan ditingkat pusat. Jika

tujuan pembelajaran itu tidak dapat dicapai karena siswa tidak memahami materi

pada bab ini maka siswa akan kesulitan kedepannya dalam memahami susunan

pemerintahan pusat, tidak mengerti apa itu MPR, DPR, atau bahkan tidak

Page 19: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

mengerti siapa presiden di negaranya sendiri, selain itu siswa juga tidak mengerti

apa saja instansi – instansi yang ada dalam pemerintahan pusat, siswa juga tidak

mengerti tugas dan wewenang pada lembaga – lembaga pusat. Serta siswa tidak

bisa membedakan sistem pemerintahan negaranya sendiri dengan negara lain.

Dengan mempelajari PKn, diharapkan siswa bisa berkembang secara positif dan

demokratis untuk menjadikan warga Negara yang baik, yaitu warganegara yang

tahu, mau, dan sadar akan hak dan kewajibannya. Dengan demikian kelak siswa

diharapkan dapat menjadi bangsa yang terampil dan cerdas, dan bersikap baik.

Hal ini akan mudah tercapai jika pendidikan nilai moral dan norma ditanamkan

pada siswa sejak usia dini.

Guna menunjang keberhasilan pembelajaran supaya tujuan pembelajaran

bisa tercapai pada materi susunan pemerintahan pusat guru perlu melakukan

inovasi atau pembaharuan dalam pembelajarannya. Dari pengalaman guru yang

seperti itu penulis mencoba menggunakan model kooperatif dalam

pembelajarannya. Sugiyanto berpendapat bahwa (2009:37) Pembelajaran

kooperatif (cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus

pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam

memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dalam prakteknya

nanti penulis akan menerapkan model kooperatif tipe jigsaw yang akan di

terapkan dalam pembelajaran.

Pendapat Arends seperti yang dikutip oleh Novi Emildadiany (2008)

dalam (http://akhmadsudrajat.wordpress.com) diunduh tanggal 19 Desember 2010

mengungkapkan bahwa Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan

model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang

terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan

yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang

harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok

yang lain. Dalam metode Jigsaw terdapat kelompok ahli (expert groups) dan

kelompok asal (home teams). Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung

jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain,

karena siswa bertanggung jawab sebagai narasumber di kelompoknya. Tujuan dari

Page 20: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

model kooperatif tipe Jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim, keterampilan

belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak

mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi

sendirian. Dengan diterapkannya metode jigsaw ini diharapkan siswa dapat

bekerjasama dengan teman yang lain saat membahas materi yang sama dan bisa

saling bertukar materi dengan kelompoknya. Dengan begitu, diharapkan siswa

dapat menjadi lebih paham dalam menguasai materi susunan pemerintahan pusat.

Berdasarkan uraian diatas, untuk mengetahui permasalahan yang ada berkaitan

dengan peningkatan pemahaman konsep susunan pemerintah pusat melalui model

kooperatif tipe jigsaw, maka peneliti mengadakan penelitian pada siswa kelas IV

SD Negeri 02 Jati, Jaten, Karanganyar. Penelitian ini berbentuk Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Tentang

Susunan Pemerintahan Pusat Mata Pelajaran PKn Pada Siswa Kelas IV

SDN 02 Jati Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/ 2011.“

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, adapun permasalahan yang dibahas

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Apakah model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep tentang susunan

pemerintahan pusat pada pelajaran PKn bagi siswa kelas IV SD N 02 Jati, Jaten,

Karanganyar ?”.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut: “Meningkatkan pemahaman konsep tentang susunan pemerintahan pusat

pada pelajaran PKn bagi siswa kelas IV SD N 02 Jati, Jaten, Karanganyar melalui

model kooperatif tipe jigsaw”.

Page 21: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

D. Manfaat Penelitian

Perbaikan pembelajaran ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Guru

a. Dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengatasi masalah pada

pembelajaran PKn dengan menggunakan model kooperatif tipe jigsaw.

b. Dapat menambah wawasan guru terutama yang berhubungan dengan

pembelajaran PKn.

2. Siswa

a. Mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran PKn tentang

susunan Pemerintah Pusat.

b. Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran PKn materi

susunan pemerintahan pusat.

c. Meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran PKn

materi susunan pemerintahan pusat.

3. Sekolah

a. Sebagai bahan untuk pengembangan kurikulum di tingkat sekolah

terutama di dalam kelas.

b. Hasil penelitian yang diperoleh dapat digunakan untuk perbaikan pada

proses pembelajaran PKn materi susunan pemerintahan pusat.

Page 22: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

a. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran perlu dipahami guru agar dapat melaksanakan

pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Dalam

penerapannya, model pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan

siswa karena masing – masing model pembelajaran memiliki tujuan, prinsip,

dan tekanan utama yang berbeda – beda.

Menurut Dahlan dalam Isjoni (2010:72), model mengajar dapat

diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun

kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar

di kelas. Agus Suprijono (2009:46) menyatakan bahwa model adalah pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas

maupun tutorial. Sedangkan ahli lain yaitu Mills dalam http://

zonainfosemua.blogspot.com/pengertian – model – pembelajaran – dari.html

diunduh tanggal 1 Maret 2011 berpendapat bahwa model adalah bentuk

representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau

sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Dari ketiga

pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model adalah suatu rancangan atau

pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di

kelas dan digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran,

dan memberi petunjuk pada pengajar.

Pembelajaran dalam UU RI No 2 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran

menurut Gagne dalam Isjoni (2010:72) “An active process and suggests that

teaching involves facilitating active mental proscss by students”, bahwa dalam

Page 23: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

proses pembelajaran siswa berada dalam posisi proses mental yang aktif, dan

guru berfungsi mengkondisikan terjadinya pembelajaran. Sejalan dengan hal

itu Oemar Hamalik (1994:57) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah

suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur – unsur manusiawi, material,

fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai

tujuan pembelajaran. Dalam Jurnal Internasional, learning is how a person or

group comes to know, and knowing consist of variety types action in learning,

a knower positions themselves in relation to the knowble, and engages ( Bill

Cope, 2007: http://ijl.cgpubluiher.com/about.html) diunduh tanggal 1 Maret

2011 definisi tersebut mengandung pengertian bahwa belajar adalah bagaimana

seseorang atau kelompok yang datang untuk mengetahui dan akhirnya

mengetahui bermacam – macam tindakan dalam pembelajaran, dalam

pembelajaran siswa menempatkan dirinya dalam hubungan saling mengetahui

(yang dipengaruhi oleh pengalaman, konsep, analisis, atau penerapan). Dari

beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses

perubahan yang dialami individu untuk mencapai perubahan perilaku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dan

dengan arahan dari guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai yang terjadi pada suatu lingkungan belajar tertentu.

Dari pengertian model dan pembelajaran diatas dapat digabungkan

tentang pengertian model pembelajaran. Menurut Joice dan Weil dalam Isjoni

(2010:73) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola atau

rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk

menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk

kepada pengajar dikelasnya. Menurut Winataputra dalam Sugiyanto (2009:3)

model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur

yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai

tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas

pembelajaran.

Page 24: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Dari pendapat tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa model

pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang yang digunakan dalam

menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk

kepada pengajar dikelasnya untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil dan pengalaman individu itu sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya.

b. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha

mengoptimalkan hasil belajar siswa. Diantaranya adalah model pembelajaran

konstektual, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran Quantum,

model pembelajaran terpadu, model pembelajaran berbasis masalah, dll. Dari

kesekian banyak model pemblajaran yang ada, peneliti mencoba menggunakan

model kooperatif dalam penelitian ini. Setiap pengajar dapat memilih model

pembelajaran tersebut secara bergantian atau simultan sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapainya, namun ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam memilih model pembelajaran yang tepat dalam

pembelajaran, seperti yang diutarakan oleh Sugiyanto (2009:3) bahwa ada

beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih model pembelajaran

yaitu : 1) tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, 2) sifat/bahan materi ajar, 3)

kondisi siswa, 4) ketersediaan sarana/ prasarana belajar.

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

kelompok. Menurut Slavin (2008:4) Model pembelajaran kooperatif adalah

model pembelajaran dengan setting kelompok – kelompok kecil dan

memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerja

sama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman

sebayanya. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam

kelompok – kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa. Setiap kelompok

yang heterogen yaitu terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin

dan suku. Anita Lie dalam Isjoni (2010:23) menyatakan bahwa Cooperative

Learning atau pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang

Page 25: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama

siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur.

Sependapat dengan pendapat tersebut, Johnson dalam Isjoni (2010 : 22)

mengemukakan Cooperative means working together to accomplish shared

goals. Within cooperative activities individuals seek outcomes that are

beneficial to all other groups members. Cooperative learning is the

intructional use of small group that allows students work together to maximize

their own and each other as learning. Berdasarkan uraian tersebut,

pembelajaran kooperatif mengandung arti bekerja sama dalam mencapai tujuan

bersama. Pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk

memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok

itu. Dalam jurnal internasional yang ditulis Jacobs&Hannah (dalam

http://www.georgejacobs.net/cooperative.html, diakses pada tanggal 4 Januari

2011) menyatakan bahwa cooperative learning, also known as collaborative

learning, is a body of concepts and techniques for helping to maximize the

benefits of cooperation among students. Artinya, pembelajaran kooperatif yang

juga dikenal sebagai pembelajaran kolaboratif, adalah suatu bentuk dari konsep

dan tehnik untuk membantu memaksimalkan keuntungan-keuntungan

kerjasama diantara siswa.

Sugiyanto (2009:37) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif

(cooperatve learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada

penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan

kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan

kerja sama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran di dalam

kelompok yang heterogen. Maksudnya, kelompok heterogen dapat dibentuk

dengan memperhatikan keanekaragaman gender, agama, sosio-ekonomi, dan

etnik serta kemampuan akademis.

Page 26: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

c. Ciri – ciri Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat

elemen – elemen yang saling terkait. Elemen – elemen pembelajaran

kooperatif menurut Anita Lie dalam Sugiyanto (2009:40) adalah 1) saling

ketergantungan positif, 2) interaksi tatap muka, 3) akuntabilitas individual, 4)

keterampilan untuk menjalin hubungan antarpribadi atau keterampilan sosial

yang secara sengaja diajarkan. Berikut ini masing – masing keterangan dari

elemen – elemen tersebut.

1) Saling ketergantungan positif

Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap

anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yan efektif, pengajar

perlu menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga setiap anggota kelompok

harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan

mereka. Selanjutnya, pengajar akan mengevaluasi mereka mengenai

seluruh bagian. Dengan cara ini mau tidak mau setiap anggota kelompok

merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain

bisa berhasil.

2) Interaksi tatap muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka

dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan pembelajaran

untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota, dari

sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan

mengisi kekurangan masing-masing. Setiap anggota kelompok

mempunyai latar belakang pengalaman, keluarga dan sosial ekonomi yang

berbeda satu dengan yang lainnya.

3) Akuntabilitas individual

Akuntabilitas individual atau tanggung jawab individual, anggota

kelompok dituntut melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

Dalam pembelajaran kooperatif meskipun dilaksanakan secara

berkelompok tapi penilaian dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan

individual. Nilai kelompok didasarkan pada rerata hasil belajar semua

Page 27: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

anggota kelompok, oleh karena itu semua anggota kelompok harus

memberi kontribusi demi kemajuan kelompok.

4) Keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan

sosial yang secara sengaja diajarkan

Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sopan terhadap sesama

teman, berani mempertahankan pemikiran yang logis, tidak mendominasi

orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam

menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal relationship) tidak hanya

diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat

menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga

dari sesama siswa.

d. Macam – macam Pembelajaran Kooperatif

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa tipe pembelajaran model

kooperatif, yaitu di antaranya:

1) Student Team Achievement Division ( STAD )

Merupakan metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana yaitu

pendekatan dengan pembagian siswa melalui kelompok – kelompok untuk

belajar bersama.

2) Teams Games Tournament (TGT)

Yaitu metode pembelajaran dalam bentuk pertandingan ( tournament)

antara kelompok yang satu dengan yang lain.

3) Group Investigation

Model koperatif tipe GI dengan sintaks: Pengarahan, buat kelompok

heterogen dengan orientasi tugas, rencanakan pelaksanaan investigasi, tiap

kelompok menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas, misal

mengukur tinggi pohon, mendata banyak dan jenis kendaraan di dalam

sekolah, jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah, banyak guru

dan staf sekolah), pengolahan data penyajian data hasil investigasi,

presentasi, kuis individual, buat skor perkembangan siswa, umumkan hasil

kuis dan berikan reward.

Page 28: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

4) Metode TAI ( Team assisted Individualization )

Merupakan metode pembelajaran yang membentuk kelompok kecil yang

diterapkan bimbingan antar teman, yaitu siswa yang pandai bertanggung

jawab terhadap siswa yang lemah.

5) Metode pembelajaran Jigsaw yang menjadi kajian dalam penelitian ini dan

akan dibahas lebih jauh.

e. Pengertian Model Kooperatif Tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaran tipe jigsaw

pertama kali dikembangkan oleh Elliot Arronson di Universitas Texas dan

merupakan salah satu metode pembelajaran yang berhasil dikembangkan oleh

Robert E. Slavin. Menurut Arends seperti yang dikutip oleh Novi Emildadiany

(2008) dalam (http://akhmadsudrajat.wordpress.com) diunduh tanggal 19

Desember 2011 mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

adalah suatu tipe pembelajaran yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu

kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan

mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.

Berdasarkan pengertian tersebut model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

menekankan pada diskusi kelompok dengan jumlah anggota relatif kecil dan

bersifat heterogen. Metode ini serupa dengan STAD, dalam pelaksanaannya

jigsaw juga dituntut pembagian siswa ke dalam kelompok kecil yang terdiri

dari 4-6 orang secara heterogen. Dengan heterogen tersebut diharapkan masing

– masing siswa dapat saling melengkapi. Maksudnya, tidak bisa dipastikan

siswa tertentu bisa menguasai dengan benar materi yang menjadi tanggung

jawab siswa tersebut, harus dipastikan dalam setiap kelompok diwakili

setidaknya satu siswa yang masuk kategori siswa berkemampuan tinggi,

sedang, dan rendah.

Menurut Linda Lundgren (1994:17) on a reading assignment of

one or two pages that does not have sequential importance, divede up

the reading among the members of a group of three or four. Each

person reads his or her part of the assignment and then teach it to the

other group members. Other group members should be quissed by the

teacher to make sure that they understand the material. Do not divede

Page 29: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

up entire chapters or units until students have developed expertise in

cooperative learning.

Berdasarkan uraian tersebut, jigsaw adalah pemberian tugas yang

dikerjakan dalam kelompok yang jumlahnya 3 atau 4 siswa. Salah seorang

siswa dalam kelompok itu mempelajari materi yang diberikan bersama siswa

dari kelompok lain yang mempelajari materi yang sama. Selanjutnya masing –

masing perwakilan kelompok tersebut kembali ke kelompok asalnya untuk

mengajarkan pada kelompoknya yang lain. Guru sebaiknya tidak

mengembangkan ke bab selanjutnya sampai siswa mengembangkannya sendiri

dalam kelompok ahli di pembelajaran yang kooperatif. Jadi tugas guru disini

sebagai fasilitator dalam pembelajaran yang mengarahkan dan memotivasi

siswa untuk belajar mandiri dan menumbuhkan rasa tanggung jawab serta

siswa akan merasa senang berdiskusi tentang materi itu dengan teman

sebayanya.

Senada dengan hal tersebut Isjoni (2010:77) menambahkan bahwa

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai

materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal.

Hal utama yang membedakan jigsaw dengan diskusi kelompok biasa

adalah bahwa dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw masing –

masing individu mempelajari bagian masing – masing dan kemudian bertukar

pengetahuan dengan temannya, sehingga akan terjadi ketergantungan positif

antara siswa yang satu dengan yang lainnya.

Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal

dan kelompok ahli. Kelompok asal (home team), yaitu kelompok induk siswa

yang beranggotakan siswa dengan kemampuan asal dan latar belakang yang

beragam. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota

kelompok asal yang berbeda dan mempunyai topik yang sama yang ditugaskan

untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas –

tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada

kelompok asal. Para anggota kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan

topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi

Page 30: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 31: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

KELOMPOK AHLI

KELOMPOK ASAL

KELOMPOK ASAL

Gambar 2. Ilustrasi Desain Jigsaw

Pada gambar pertama menunjukkan bahwa ada 4 kelompok asal dan

setiap kelompok masing-masing membawa hal yang harus diselesaikan,

kemudian masing-masing mengelompokkan diri sesuai dengan masalahnya

(ke dalam kelompok ahli), seperti pada gambar kedua. Masalah tersebut

didiskusikan dalam kelompok, setelah mereka menemukan jawaban

kemudian mereka bergabung seperti pada kelompok pertama (kembali ke

kelompok asal), seperti gambar di atas. Kemudian dalam kelompok asal,

masingmasing anggota kelompok mengemukakan masalah dan hasil

penyelesaiannya, atau materi yang telah dipelajari di kelompok ahli. Dengan

demikian setiap orang memperoleh informasi yang sama dari berbagai

masalah yang dipecahkan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah pembelajaran salah satu model

pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu

kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan

mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.

1 2

3 4

1 2

3 4

1 2

3 4

1 2

3 4

1 1 1 1 4 4 4 4 3 3 3 3 2 2 2 2

1 2

3 4

1 2

3 4 1 2

3 4

1 2

3 4

Page 32: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

f. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dilakukan melalui

langkah-langkah sebagai berikut dirangkum dari Aronson dalam Isjoni

(2010:83) yaitu:

1. Kelas dibagi menjadi suatu kelompok kecil yang heterogen yang

diberi nama tim jigsaw.

2. Materi dibagi sebanyak kelompok menurut anggota timnya. Tiap –

tiap tim diberikan satu set materi yang lengkap dan masing – masing

individu ditugaskan untuk memilih topik mereka.

3. Siswa dipisahkan menjadi kelompok ahli atau rekan yang terdiri dari

seluruh siswa di kelas yang mempunyai bagian informasi yang sama.

4. Di grup ahli siswa saling membantu mempelajari materi dan

mempersiapkan diri untuk tim jigsaw.

5. Siswa kembali ke tim jigsaw untuk mengajarkan materi tersebut

kepada teman setim dan berusaha untuk mempelajari sisa materi.

6. Sebagai kesimpulan dari pelajaran tersebut siswa mengerjakan kuis

sebagai nilai individu.

Menurut Sugiyanto ( 2009:45) langkah – langkah pembelajran dengan

menggunakan model kooperatif tipe jigsaw adalah sebagai berikut:

1. Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotannya terdiri dari 4

atau 5 siswa dengan karakteristik yang heterogen.

2. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks, dan

setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian

dari bahan akademik tersebut.

3. Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung

jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan

selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian

bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut kelompok

pakar (expert group)

4. Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar

kembali ke kelompok semula (home teams) untuk mengajar

anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam

kelompok pakar.

5. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam home teams para

siswa dievaluasi secara individualmengenai bahan yang telah

dipelajari. Dalam metode jigsaw versi Slavin, pemberian skor

Page 33: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

dilakukan seperti dalam tipe STAD. Individu atau tim yang

memperoleh skor tertinggi diberi penghargaan oleh guru.

Dari kedua pendapat diatas terdapat beberapa kesamaan dalam

melaksanakan jigsaw yaitu tiap siswa berada dalam kelompok, dan masing –

masing siswa dalam kelompok mendapat materi yang berbeda, tiap siswa itu

harus bertanggung jawab atas materi yang diterimanya. Secara rinci langkah –

langkah dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe

jigsaw sebagai berikut :

1. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok yang anggotannya terdiri dari 4

atau 5 siswa dengan karakteristik yang heterogen.

2. Tiap siswa dalam kelompok itu mendapatkan materi yang berbeda – beda.

3. Siswa yang mendapat materi yang sama berkumpul menjadi satu

kelompok membentuk kelompok ahli

4. Masing – masing kelompok ahli berdiskusi tentang materi mereka

5. Tiap siswa dari kelompok ahli kembali ke kelompok asalnya untuk berbagi

informasi pada anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam

kelompok ahli

6. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam kelompok asal, siswa

dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari.

Pada proses belajar, kegiatan guru semakin berkurang dalam arti guru

menjadi pusat kegiatan kelas. Guru berperan sebagai fasilitator yang

mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri serta menumbuhkan

rasa tanggung jawab. Mereka dapat berinteraksi dengan teman sebayanya dan

juga dengan gurunya sebagai pembimbing.

Model kooperatif tipe jigsaw dapat digunakan secara efektif ditiap level

dimana siswa telah mendapatkan keterampilan akademis dari pemahaman,

membaca maupun keterampilan kelompok untuk belajar bersama. Jenis materi

yang mudah digunakan dengan menerapkan model kooperatif tipe jigsaw

adalah bentuk naratif seperti ditemukan dalam literatur, penelitian sosial

membaca dan ilmu pengetahuan. Materi pelajaran harus mengembangkan

konsep daripada mengembangkan keterampilan sebagai tujuan umum.

Page 34: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

g. Implementasi Model Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Pembelajaran PKn

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran

yang diberikan ditingkat SD/ MI/ SDLB. Mata pelajaran ini merupakan mata

pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang

memahami dan mampu melaksanakan hak – hak dan kewajibannya untuk

menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang

diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

PKn mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi

yang berkaitan dengan moralitas kehidupan berbangsa. Mata pelajaran PKn

dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan,

analisis terhadap kondisi kehidupan berbangsa. PKn disusun secara sistematis,

komperhensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan

keberhasilan dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan pendekatan tersebut

diharapkan siswa akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam

dari PKn.

Model kooperatif tipe jigsaw dapat digunakan secara efektif ditiap level

dimana siswa telah mendapatkan keterampilan akademis dari membaca

maupun keterampilan kelompok untuk belajar bersama. Jenis materi yang

mudah digunakan dengan menerapkan model kooperatif tipe jigsaw adalah

bentuk naratif seperti ditemukan dalam literatur, penelitian sosial membaca dan

ilmu pengetahuan. Materi pelajaran harus mengembangkan konsep daripada

mengembangkan keterampilan sebagai tujuan umum.

Pelajaran PKn merupakan pelajaran yang memaparkan berbagai macam

konsep yang bersifat abstrak. Untuk itu, sebagai guru harus bisa menciptakan

iklim pembelajaran yang menyenangkan untuk siswanya. Model dan metode

apapun yang diambil seorang guru haruslah tetap tertuju pada ketercapaian

tujuan pembelajaran. Guru tidak perlu lagi mengajar menggunakan metode

pendidikan konvensional yang monologis. Siswa tidak perlu lagi dipaksa untuk

menghafal konsep – konsep abstrak yang begitu banyak. Mereka harus diberi

kesempatan luas untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Seperti yang

dikemukakan oleh Dwi Tyas Utami (2010:35) bahwa suasana pembelajaran

Page 35: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

yang menyenangkan itu umumnya terjadi ketika dilaksanakan bersama orang

lain misalnya dalam bentuk diskusi, kerja kelompok, bermain peran,

bereksperimen, dan sebagainya. Berdasarkan pendapat itu penggunaan metode

jigsaw dalam pembelajaran akan membuat siswa aktif. Melalui aktivitas

bersama dalam kelompok, siswa akan berbagi pengetahuan dan keterampilan

yang memungkinkan mereka saling belajar untuk membentuk kompetensi diri

masing – masing ke arah yang lebih baik. Berikut ini adalah penerapan model

kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran PKn pada materi susunan

pemerintahan pusat, langkah – langkahnya yaitu :

1. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok yang anggotannya terdiri dari

4 atau 5 siswa dengan karakteristik yang heterogen, kelompok awal ini

dinamai kelompok asal.

2. Tiap siswa dalam kelompok asal mendapatkan materi yang berbeda –

beda, misalnya dari 4 orang anggota masing – masing mendapatkan sub

materi dari materi lembaga pemerintahan yaitu struktur pemerintahan

pusat,lembaga legislatif, lembaga eksekutif dan, lembaga yudikatif.

3. Siswa yang mendapat submateri yang sama berkumpul menjadi satu

kelompok membentuk kelompok ahli, misalnya ada kelompok ahli

legislatif yang merupakan kumpulan dari siswa – siswa di tiap

kelompok asal yang mempunyai materi tentang lembaga legislatif.

4. Masing – masing kelompok ahli berdiskusi tentang materi mereka.

5. Tiap siswa dari kelompok ahli kembali ke kelompok asalnya untuk

berbagi informasi pada anggota lain mengenai materi yang telah

dipelajari dalam kelompok ahli.

6. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam kelompok asal, siswa

dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari.

Dengan diterapkannya model kooperatif tipe jigsaw dalam

pembelajaran PKn diharapkan bisa memotivasi siswa untuk menerapkan

informasi yang baru diperolehnya dalam situasi yang baru, selain dapat

meningkatkan pemahaman siswa diharapkan juga dapat meningkatkan

kecakapan siswa dalam berfikir, berbicara, dan menulis.

Page 36: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

h. Kelebihan dan Kekurangan Model Kooperatif tipe Jigsaw

Pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe jigsaw ini

mempunyai kelebihan-kelebihan sebagai berikut:

1) Memacu siswa untuk berpikir kritis

2) Dapat mengembangkan hubungan antar pribadi positif diantara siswa

yang memiliki kemampuan belajar berbeda

3) Memaksa siswa untuk membuat kata-kata ynag tepat agar dapat

menjelaskan kepada teman yang lain. Hal ini akan membantu siswa

mengembangkan kemampuan sosialnya

4) Diskusi yang terjadi tidak didominasi oleh siswa-siswa tertentu tapi

semua siswa dituntut menjadi aktif

5) Pemahaman materi lebih mendalam

6) Jigsaw dapat digunakan bersama strategi belajar yang lain

7) Jigsaw mudah dilakukan

Selain kelebihan-kelebihan di atas, model kooperatif tipe jigsaw ini juga

mempunyai beberapa kekurangan diantaranya :

1) Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan ruang

belum terkondisi dengan baik, sehingga perlu waktu merubah posisi

yang dapat juga menimbulkan gaduh

2) Jika guru tidak mengingatkan agar siswa selalu menggunakan

keterampilan – keterampilan kooperatif dalam kelompok masing –

masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet

3) Siswa yang pasif, akan tertinggal dalam pembelajarannya

4) Guru membutuhkan konsentrasi dan tenaga lebih ekstra karena setiap

kelompok membutuhkan penanganan yang berbeda-beda.

Menurut Aronson yang dikutip oleh Yusuf dalam (http://damandiri.or.id-

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw) diunduh tanggal 11 Maret 2011

mengungkapkan sejumlah keuntungan penggunaan model kooperatif tipe

jigsaw. Menurutnya ada beberapa keuntungan kelas jigsaw, jika dibandingkan

dengan metode mengajar secara tradisional, kelas jigsaw memiliki beberapa

kelebihan yaitu :

Page 37: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

1) Kebanyakan guru menilai metode kooperatif tipe jigsaw mudah

dipelajari,

2) Kebanyakan guru menikmati mengajar dengan metode kooperatif tipe

jigsaw,

3) Dapat digabungkan dengan strategi metode mengajar lainnya,

4) Dapat berhasil meskipun alokasi waktunya hanya satu jam per hari,

5) Bebas dalam penerapannya.

Bridgeman dalam Robert E. Slavin (2008:141) menemukan bahwa para

siswa yang bekerja sama menggunakan jigsaw lebih mampu melihat perspektif

orang lain dibandingkan dengan para siswa dalam kelas kontrol. Sehingga dengan

demikian sangat penting untuk mengembangkan pembelajaran kooperatif sebagai

contoh dengan model kooperatif tipe jigsaw ini dalam menciptakan perilaku

prososial yang semakin dibutuhkan di dalam masyarakat dimana kemampuan

bergaul dengan orang lain menjadi semakin krusial.

2. Hakikat Pemahaman Konsep Susunan Pemerintahan Pusat

a. Pemahaman Konsep

Pemahaman konsep merupakan hasil belajar yang akan dicapai dalam

kegiatan pembelajaran. Pemahaman konsep untuk setiap siswa tidaklah sama,

karena setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda – beda untuk

memahami atau menangkap makna dan fakta dari apa yang dipelajarinya.

Pemahaman atau comprehension seperti yang dikemukakan oleh Daryanto

(2008:106) adalah memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui

apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa

harus menghubungkannya dengan hal – hal lain. Bloom dalam Purwanto

(2010:50) membagi taksonomi hasil belajar menjadi tiga domain, yaitu

kognitif, afektif, dan psikomotor.

Taksonomi hasil belajar kognitif terdiri atas enam tingkatan, yaitu

hafalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintetis, dan evaluasi. Taksonomi

hasil belajar afektif dibagi menjadi lima tingkatan, yaitu penerimaan,

partisipasi, penilaian, organisasi, dan interbalisasi. taksonomi belajar

psikomotor dibagi menjadi enam yaitu persepsi, kesiapan, gerakan

terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, dan kreativitas. Berdasarkan

Page 38: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

penjelasan tersebut pemahaman termasuk dalam salah satu domain kognitif

pada taksonomi Bloom. Menurut Nana Sudjana (2009:24) pemahaman dapat

dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu :

1) Pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti sebenarnya

2) Pemahaman penafsiran, menghubungkan bagian – bagian terahulu

dengan yang diketahui berikutnya, membedakan yang pokok dan yang

bukan pokok.

3) Pemahaman ekstrapolasi, mampu melihat dibalik yang tertulis, membuat

ramalan tentang konsekuensi atau memperluas persepsi dalam arti waktu,

dimensi, kasus ataupun masalah.

Kemampuan memahami dapat juga disebut dengan istilah “mengerti”.

Kegiatan yang diperlukan untuk bisa sampai pada tujuan ini ialah kegiatan

mental intelektual yang mengorganisasikan materi yang telah diketahui.

Temuan-temuan yang didapat dari mengetahui seperti definisi, informasi,

peristiwa, fakta, disusun kembali dalam struktur kognitif yang ada. Dalam

proses ini, simbol-simbol komunikasi yang ada pada penemuan baru

ditanggalkan dan mengambil maknanya, kemudian diberi simbol baru yang

sesuai dengan stok kognitif yang ada. Masuknya makna baru ini di dalam

struktur kognitif mengakibatkan berubahnya struktur kognitif itu sendiri.

Dengan demikian, orang yang bersangkutan mengalami perubahan dalam

perilakunya. Makna yang telah ditangkap itu dapat saja diberi simbol yang

baru. Oleh karena itu, perilaku yang dapat didemonstrasikan yang

menunjukkan bahwa kemampuan mengerti/ memahami itu telah dikuasai,

antara lain ialah : dapat menjelakan dengan kata-kata sendiri, dapat

membandingkan, dapat membedakan, dan dapat mempertentangkan.

Pemahaman atau comprehension merupakan tingkatan yang lebih sulit

daripada pengetahuan, karena pengetahuan adalah tingkat kemampuan siswa

untuk mengenal dan mengingat konsep, fakta, atau informasi, sedangkan

pemahaman memerlukan pemikiran dan juga menghendaki agar siswa dapat

memanfaatkan bahan – bahan yang telah dipahami.

Page 39: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Berdasarkan pengertian di atas maka pemahaman merupakan

penguasaan pengetahuan, sehingga kemampuan pemahaman telah mencakup

kemampuan pengetahuan, dengan demikian maka belajar itu akan bersifat

lebih mendasar.

Winkel (2005: 92) menyatakan bahwa pengertian atau konsep adalah

satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang memiliki ciri-ciri yang sama.

Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap segala

objek yang dihadapi, sehingga objek ditempatkan dalam golongan tertentu

(klasifikasi). Selanjutnya, Oemar Hamalik (2003:162) berpendapat bahwa

suatu konsep adalah suatu kelas atau kategori stimulti yang memiliki ciri –

ciri umum, stimulti itu berupa obyek – obyek atau orang (person). Oleh

karena itu konsep – konsep itu merupakan penyajian-penyajian internal dari

sekelompok stimuli – stimuli, konsep – konsep itu tidak dapat diamati,

konsep – konsep harus disimpulkan dari perilaku. Menurut Nana Syaodih

(2004:189) suatu konsep akan mempunyai makna logis dan makna

psikologis. Makna logis terbentuk karena pemahaman akan ciri – ciri umum

yang ditemukan dalam kehidupan. makna psikologis merupakan makna yang

diperoleh dari pengalaman pribadi.

Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa maupun pengalaman. Winkel

(2005: 91) mengemukakan bahwa dalam belajar konsep orang mengadakan

abstraksi, yaitu semua objek yang meliputi benda, kejadian, orang hanya

ditinjau aspek-aspek tertentu saja. Belajar konsep merupakan salah satu

belajar dengan pemahaman. Pemahaman ini mencakup kemampuan untuk

menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari.

Berdasarkan pendapat dari para ahli tentang pemahaman dan konsep di

atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa pemahaman konsep merupakan

kegiatan lanjutan dari penanaman konsep dengan tujuan agar siswa lebih

memahami sesuatu yang tersimpan dalam pikiran sebagai langkah untuk

memberikan label kepada sesuatu atau sebagai alat untuk berpikir, yang dapat

membantu seseorang untuk mengenal, mengerti, dan memahami terhadap

sesuatu konsep tersebut.

Page 40: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Oemar Hamalik (2003:166) menyatakan bahwa hal-hal yang harus

diperhatikan untuk mengetahui keberhasilan siswa memahami suatu konsep,

yaitu: (1) dapat menyebutkan contoh konsep; (2) dapat menyatakan ciri-ciri

konsep; (3) dapat memilih dan membedakan antara contoh dari yang bukan

konsep; (4) dapat memecahkan masalah yang berkenaan dengan konsep.

Pemahaman konsep sangat perlu ditekankan dalam pembelajaran PKn.

Melalui pemahaman konsep, siswa akan mampu mengerti dan menyelesaikan

soal yang harus dikerjakannya dengan benar. Bahkan, siswa juga dapat

membantu temannya yang mengalami kesulitan dalam belajar PKn materi

Susunan Pemerintahan Pusat. Selain itu, dapat menerapkan pemahamannya

dalam kehidupan sehari – hari karena PKn selalu berkaitan dengan kehidupan

kita.

Pemahaman konsep juga membuat materi yang rumit menjadi lebih

sederhana sehingga tidak menyulitkan proses pembelajaran para siswa atau

dengan kata lain pembelajaran konsep mengurangi kerumitan – kerumitan

yang dihadapi saat mempelajari obyek materi dalam hal ini pelajaran PKn

terkhusus materi susunan pemerintahan pusat.

b. Materi Susunan Pemerintahan Pusat

Susunan pemerintahan pusat merupakan salah satu pokok materi yang

harus dipelajari oleh siswa kelas IV semester II. Yang dipelajari dalam pokok

materi ini terdiri dari 2 sub pokok materi, yaitu sistem pemerintahan pusat

dan Lembaga – lembaga dalam susunan pemerintahan tingkat pusat seperti

MPR, DPR, presiden, MA, MK, dan BPK.

Menurut Prayoga Bestari (2008:55) Setiap negara memiliki sistem dan

lembaga Pemerintahan, Lembaga negara merupakan perangkat dalam sistem

pemerintahan di Indonesia. Indonesia menganut paham pembagian

kekuasaan, bukan pemisahan kekuasaan. Berikut ini adalah bagan struktur

pemerintahan pusat sebelum amandemen UUD 1945. Dapat dilihat pada

Gambar 3.

Page 41: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 42: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Montesquieu dalam Kusnardi dan Saragih (1994:222) kekuasaan Negara

diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu kekuasaan eksekutif yang berarti

kekuasaan yang menjalankan undang – undang atau kekuasaan yang

menjalankan pemerintahan, kekuasaan legislatif yang berarti kekuasaan

membentuk undang – undang, kekuasaan yudikatif yang berarti kekuasaan

mengadili terhadap pelanggaran atas undang – undang.

Berdasarkan Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1974, Pemerintahan

pusat selanjutnya disebut pemerintah, adalah perangkat Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang terdiri dari Presiden beserta pembantu –

pembantuya.

Sistem pemerintahan Negara Indonesia berdasarkan UUD 1945

setelah diamandemen. Bentuk pemerintahan adalah republik sedangkan

sistem pemerintahan presidensial. Presiden adalah kepala Negara dan

sekaligus kepala pemerintahan . presiden dan wakil presiden dipilih dan

diangkat oleh MPR untuk masa jabatan lima tahun. Kabinet atau menteri

diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada presiden.

Pengajaran materi susunan pemerintahan pusat dimaksudkan agar

siswa dapat menjabarkan lembaga-lembaga negara dalam susunan

pemerintahan pusat seperti MPR, DPR, DPD, presiden, MA, MK, Komisi

Yudisial, dan kejaksaan, menyebutkan lembaga-lembaga negara dalam

susunan pemerintahan pusat, menghafal struktur lembaga-lembaga dalam

susunan pemerintah pusat, menerangkan organisasi pemerintahan tingkat

pusat, membagankan organisasi pemerintahan tingkat pusat, dan membuat

simpulan tentang organisasi pemerintahan tingkat pusat.

1) Lembaga Pemerintahan Pusat

Lembaga negara merupakan perangkat dalam sistem pemerintahan di

Indonesia. Lembaga Negara terdiri atas legislatif, eksekutif, dan yudikatif.

Menurut Kusnardi dan Saragih (1994:248) di Indonesia dikenal tiga lembaga

lainnya di luar eksekutif, legislative, dan yudikatif yaitu lembaga konstitutif

(MPR), lembaga konsultatif (DPA), dan lembaga inspektif (BPK). Berikut ini

Page 43: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

adalah ringkasan materi yang diambil dari beberapa Buku Sekolah Elektronik

(BSE) dari Depdiknas (2008):

1) MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat)

Majelis Permusyawaratan Rakyat merupakan lembaga tinggi

negara. Susunan MPR terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan

anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum.

Adapun tugas dan wewenang MPR adalah sebagai berikut :

(1) Mengubah dan menetapkan Undang- Undang Dasar.

(2) Melantik presiden dan wakil presiden berdasarkan hasil pemilihan

umum dalam sidang paripurna MPR.

(3) Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi

untuk memberhentikan presiden dan atau wakil presiden dalam masa

jabatannya setelah presiden dan atau wakil presiden diberi kesempatan

untuk menyampaikan penjelasan di dalam siding paripurna MPR.

(4) Melantik wakil presiden menjadi presiden apabila presiden mangkat,

berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya

dalam masa jabatannya.

(5) Memilih wakil presiden dari dua calon yang diajukan presiden apabila

terjadi kekosongan jabatan wakil presiden dalam masa jabatannya,

selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh hari

2) DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)

Dewan Perwakilan Rakyat terdiri atas anggota partai politik

peserta pemilihan umum (pemilu) yang dipilih berdasarkan hasil

pemilihan umum. Jumlah anggota DPR, yaitu 550 orang. Adapun tugas

dan wewenang DPR, yaitu:

(1) membentuk undang-undang yang dibahas dengan presiden untuk

mendapat persetujuan bersama;

(2) membahas dan memberikan persetujuan peraturan pemerintah

pengganti undangundang;

(3) menerima dan membahas usulan rancangan undang-undang yang

diajukan DPD;

Page 44: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

(4) memperhatikan pertimbangan DPD atas rancangan undang-undang

Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan rancangan

undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan

agama;

(5) menetapkan APBN bersama presiden dengan memperhatikan

pertimbangan DPD.

3) DPD (Dewan Perwakilan Daerah)

Dewan Perwakilan Daerah (DPD) terdiri atas wakil-wakil daerah

provinsi yang dipilih melalui pemilihan umum. Anggota DPD dari

setiap provinsi ditetapkan sebanyak empat orang. Jumlah seluruh

anggota DPD tidak lebih dari 1/3 jumlah anggota DPR. Adapun tugas

dan wewenang DPD adalah sebagai berikut:

(1) Mengajukan kepada DPR tentang rancangan undang-undang yang

berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,

pembentukan dan pemekaran, penggabungan daerah, pengelolaan

sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi.

(2) Membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan

pelaksanaan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah

pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah pengelolaan

sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya serta yang

berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah yang

diajukan, baik oleh DPR maupun oleh pemerintah.

(3) Memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-

undang APBN dan rancangan undang-undang yang berkaitan

dengan pajak, pendidikan, dan agama.

(4) Melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang

mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan

penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan

sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan

APBN, pajak, pendidikan, dan agama.

4) Mahkamah Agung (MA)

Page 45: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Mahkamah Agung merupakan badan yang melaksanakan

kekuasaan kehakiman tertinggi. Mahkamah Agung menangani aduan

pelanggaran undang-undang atau peraturan. Mahkamah Agung terdiri

atas hakim agung dan beberapa hakim muda. Dalam melaksanakan

tugasnya, Mahkamah Agung membawahi badan peradilan, antara lain

Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan Peradilan

Tata Usaha Negara. Kewenangan Mahkamah Agung antara lain:

(1) Mengajukan peraturan perundang- undangan di bawah undang-

undang.

(2) Mengadili pada tingkat kasasi.

(3) Wewenang lain yang diberikan oleh undang-undang

5) Mahkamah Konstitusi (MK)

Mahkamah Konstitusi adalah lembaga kehakiman yang menangani

tuntutan masyarakat atas kelayakan suatu undang-undang atau

peraturan. Mahkamah Konstitusi dapat mencabut suatu peraturan atau

UU yang dirasa tidak adil atau tidak layak, serta bertentangan dengan

UUD 45. Menurut UUD 1945, ada empat kewenangan MK, yaitu:

(1) Menguji UU terhadap UUD 1945.

(2) Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang diberikan

oleh UUD.

(3) Memutuskan pembubaran partai politik.

(4) Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

6) Komisi Yudisial (KY)

Komisi Yudisial dipimpin oleh seorang ketua Komisi Yudisial.

Komisi Yudisial mempunyai 7 orang anggota. Kewenangan Komisi

Yudisial antara lain:

(1) Mengusulkan pengangkatan calon hakim agung kepada DPR untuk

mendapat persetujuan.

(2) Kewenangan lain dalam rangka menjaga dan menegakkan

kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.

7) BPK (Badan Pemeriksa Keuangan)

Page 46: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Badan Pemeriksa Keuangan adalah lembaga negara yang bertugas

untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

BPK mempunyai 9 orang anggota. Anggota BPK dipilih oleh DPR

dengan memerhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah

(DPD).

2) Organisasi Pemerintahan Pusat

Pemerintah Pusat dipimpin oleh presiden. Di bawah presiden ada

beberapa lembaga. Calon seorang presiden dan wakil presiden harus warga

Negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima

kewarganegaraan lain, tidak pernah mengkhianati negara, serta mampu

secara jasmani dan rohani untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya

sebagai presiden dan wakil presiden. Sebagai kepala negara dan kepala

pemerintahan presiden memiliki kekuasaan antara lain:

a) Kekuasaan Legislatif

Kekuasaan presiden dalam bidang legislatif adalah bekerja sama

dengan DPR untuk membuat undangundangdan menetapkan APBN.

b) Kekuasaan Eksekutif

Kekuasaan presiden dalam bidang eksekutif adalah seperti apa yang

tercantum dalam UUD 1945 Pasal 4 Ayat 1, yaitu memegang

kekuasaan pemerintahan menurut UUD.

c) Kekuasaan sebagai kepala negara

Presiden sebagai kepala negara mempunyai tugas pokok yang diatur

dalam UUD 1945 antara lain:

(1) Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas angkatan darat,

angkatan laut, dan angkatan udara.

(2) Presiden mengangkat duta dan konsul.

(3) Presiden menerima penempatan duta negara lain.

(4) Presiden menyatakan keadaan bahaya, syarat-syarat, dan akibatnya

ditetapkan dengan undang-undang.

(5) Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat

perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain.

Page 47: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

(6) Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memerhatikan

pertimbangan DPR.

(7) Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memerhatikan

pertimbangan Mahkamah Agung.

(8) Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas

memberi nasihat dan pertimbangan kepada presiden.

(9) Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lain yang

diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945.

Usul pemberhentian presiden atau wakil presiden dapat diajukan

oleh DPR. Apabila DPR berpendapat bahwa presiden atau wakil

presiden telah melakukan pelanggaran hukum atau tidak lagi memenuhi

syarat sebagai presiden atau wakil presiden. DPR dapat mengajukan

permintaan kepada Mahkamah Konstitusi.

Dalam hal terjadi kekosongan wakil presiden, presiden

mengajukan 2 calon wakil presiden kepada MPR. Selambat-lambatnya,

dalam waktu 60 hari MPR menyelenggarakan sidang MPR untuk

memilih wakil presiden. Dalam menjalankan tugasnya presiden

dibantu oleh wakil presiden. Wakil presiden dipilih secara langsung

oleh rakyat yang sepasang dengan presiden melalui pemilu. Tugas

wakil presiden sama beratnya dengan tugas presiden. Jika presiden

sewaktu-waktu meninggal dunia, berhenti, diberhentikan atau tidak

dapat menjalankan kewajibannya dalam masa jabatan yang telah

ditentukan maka wakil presiden akan menggantikannya. Presiden dan

wakil presiden harus dapat bekerja sama dengan baik.

Dalam menjalankan tugasnya presiden dibantu oleh menteri-

menteri negara, yang diangkat oleh presiden. Menteri dibagi tiga, yaitu

menteri koordinator, menteri departemen, dan menteri negara.

Page 48: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Di bawah ini akan disajikan beberapa hasil penelitian yang relevan dengan

penelitian ini. Hasil penelitian pendukung yang dimaksud yaitu hasil penelitian

penggunaan model kooperatif tipe jigsaw pada proses belajar mengajar, yaitu :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Indah Kusharyati (2008) dengan judul

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Jigsaw untuk

Meningkatkan Pemahaman Konsep dalam Pembelajaran Akuntansi Siswa

kelas XI IS 5 SMA Negeri 8 Surakarta Tahun Ajaran 2008/ 2009. Hasil

penelitian tersebut menyatakan bahwa terdapat peningkatan penguasaan

konsep dalam pembelajaran akuntansi baik proses maupun hasil melalui

penerapan model pembelajaran kooperatif metode jigsaw. Hal tersebut

terefleksi dari beberapa indikator sebagai berikut: (1) Siswa dapat

menyebutkan nama contoh buku besar (2) Siswa dapat menyebutkan ciri-ciri

buku besar, (3) Siswa dapat memilih dan membedakan contoh dari yang

bukan contoh buku besar, (4) adanya peningkatan pencapaian hasil belajar

siswa dari 33,3% sebanyak 12 siswa pada siklus pertama meningkat menjadi

33 siswa sebesar 91,7% pada siklus kedua.

2. Penelitian lain yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh Disa

Lusiana Dewi (2009) dengan judul Penerapan Metode Kooperatif Tipe Jigsaw

untuk meningkatkan Keterampilan Bercerita pada Siswa Kelas III SDN

Karang Talun Tahun Ajaran 2008/ 2009. Hasil penelitian tersebut

menyatakan bahwa metode kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan

keterampilan bercerita siswa kelas III SDN Karang Talun. Hal tersebut

terefleksi sebagai berikut: (1) kualitas proses pembelajaran keterampilan

bercerita mengalami peningkatan. Hal tersebut terlihat dari: minat dan

motivasi belajar bercerita siswa meningkat, perhatian siswa terfokus untuk

mengikuti proses pembelajaran keterampilan bercerita, siswa aktif selama

proses pembelajaran berlangsung, (2) adanya peningkatan kualitas hasil

pembelajaran keterampilan bercerita. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai

rerata siswa dan jumlah siswa yang berhasil mencapai standar ketuntasan

Page 49: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

belajar yang ditentukan oleh pihak sekolah sebesar 60 yaitu: pada siklus I,

nilai rerata siswa sebesar 6,00 dan 20 dari 36 siswa berhasil mencapai standar

ketuntasan belajar; pada siklus II, nilai rerata siswa sebesar 7,5 dan 32 siswa

berhasil mencapai standar ketuntasan belajar; pada siklus III, nilai rerata

siswa sebesar 7.88 dan 32 siswa dinyatakan berhasil mencapai standar

ketuntasan belajar.

3. Penelitian relevan lainnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Anita Puji

Mami (2006) dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada

pengajaran matematika pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung ditinjau dari

pola belajar siswa kelas VIII semester 2 SMP Negeri Karanganyar tahun ajaran

2006/2007 menunjukkan bahwa metode kooperatif lebih baik dari pada metode

konvensional pada pokok bahasan bangun lengkung. Kemudian pola belajar yang

baik sama efektifnya pola belajar cukup baik, pola belajar baik lebih efektif dari

pada pola belajar kurang baik, sedangkan pola belajar cukup baik sama dengan

pola belajar kurang baik pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara metode

mengajar matematika dengan pola belajar pada pokok bahasan bangun ruang sisi

lengkung.

Dari penelitian yang dilakukan oleh Indah Kusharyati terdapat

kesamaan dengan penelitian ini yaitu menggunakan metode jigsaw untuk

meningkatkan pemahaman konsep siswa tapi materi yang diteliti berbeda.

Pada penelitian itu terbukti bahwa metode jigsaw bisa meningkatkan

pemahaman siswa. dari penelitian yang dilakukan oleh Disa Lusiana Dewi

dan Anita Puji Mami juga terdapat kesamaan dengan penelitian ini yaitu

menggunakan metode jigsaw dalam pembelajarannya, dari ketiga penelitian

itu terdapat perbedaan dengan penelitian ini yaitu terletak pada subjek yang

diteliti, materi yang diajarkan, dan juga setting penelitiannya.

Page 50: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan alur penalaran yang sesuai dengan tema dan

masalah penelitian, serta didasarkan pada kajian teoritis. Pada kondisi awal,

pemahaman konsep materi susunan pemerintahan pusat pada mata pelajaran PKn

siswa kelas IV SDN 02 Jati, Jaten, Karanganyar tergolong rendah, terbukti dari

55% siswa mempunyai nilai di bawah KKM. Hal tersebut disebabkan oleh

beberapa faktor, diantaranya: 1) siswa tidak tertarik dengan pelajaran PKn, 2)

materi susunan pemerintahan pusat pada pelajaran Pkn yang terlalu banyak, 3)

siswa sulit menghafalkan materi yang ada, 4) guru kurang mampu

membangkitkan suasana pembelajaran yang menarik sehingga siswa mudah

merasa bosan, 5) guru belum menggunakan model pembelajaran yang bervariasi

6) media yang digunakan guru kurang menarik.

Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu model pembelajaran yang dapat

meningkatkan pemahaman konsep siswa. Diantara berbagai model dalam

pembelajaran, model kooperatif tipe jigsaw adalah model yang diharapkan dapat

membantu meningkatkan pemahaman konsep siswa, khususnya pemahaman

konsep pada materi susunan pemerintahan pusat. Penggunaan metode jigsaw

dalam pembelajaran akan membuat siswa aktif. Melalui aktifitas bersama dalam

kelompok, para siswa berbagi pengetahuan dan keterampilan yang memungkinkan

mereka saling belajar untuk membentuk kompetensi diri masing – masing ke arah

yang lebih baik.

Berdasarkan hal tersebut, maka pada kondisi akhir dapat diperoleh bahwa

dengan model kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep

susunan pemerintahan pusat pada siswa kelas IV SD Negeri 02 Jati, Jaten,

Karanganyar.

Page 51: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Secara skematis kerangka berpikir dapat dilihat pada Gambar 5 sebagai berikut:

Gambar 5. Skema Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka dalam

penelitian ini dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut: “Melalui model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep

susunan pemerintahan pusat siswa kelas IV SD Negeri 02 Jati, Jaten, Karanganyar

tahun pelajaran 2010/2011”.

Siklus II

Pemahaman konsep

susunan pemerintahan

pusat naik dan 5% siswa

memiliki nilai dibawah

KKM

Kondisi Awal

Tindakan

Kondisi Akhir

Guru menggunakan

metode konvensional

dalam pembelajaran PKn

materi susunan

pemerintahan pusat

Melalui PTK Guru

menerapkan model

kooperatif tipe jigsaw dalam

pembelajaran Pkn materi

susunan pemerintahan pusat

1. Pemahaman konsep

susunan pemerintahan pusat rendah.

2. 55% siswa memiliki nilai dibawah KKM.

Siklus 1

Pemahaman konsep

susunan pemerintahan

pusat naik dan 15% siswa

memiliki nilai dibawah

KKM

Melalui penerapan model

kooperatif tipe jigsaw dapat

meningkatkan pemahaman

konsep dalam pembelajaran

Pkn materi susunan

pemerintahan pusat

Page 52: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas IV SD Negeri 02 Jati Semester Genap

Tahun Pelajaran 2010/2011, yang beralamat di Pundungrejo, Jati, Jaten,

Karanganyar. Tempat penelitian dipilih karena di sekolah tersebut mengalami

permasalahan di dalam pembelajaran PKn dan sekolah tersebut merupakan tempat

PPL peneliti. Oleh karena itu, peneliti sudah mengenal betul kondisi siswa yang

akan diteliti. Selain itu, sekolah tersebut belum pernah digunakan sebagai objek

penelitian yang sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan adanya penelitian

ulang.

2.Waktu Penelitian

Rencana waktu penelitian akan dilakukan selama lima bulan, yaitu mulai

dari bulan Desember 2010 sampai dengan bulan April 2011. Tahap perencanaan

dan persiapan dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai dengan Januari

2011. Tahap pelaksanaan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2011. Tahap

pelaporan dilaksanakan pada bulan April 2011. Adapun rincian jadwal

pelaksanaan kegiatan penelitian dapat dilihat pada lampiran 17.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 02 Jati, Jaten,

Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011, berjumlah 31 siswa, yang terdiri dari 14

laki-laki dan 17 perempuan.

C. Bentuk dan Strategi Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action

Research). Dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya,

yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di dalam kelas (Suharsimi

Arikunto, 2008: 2).

Penelitian tindakan kelas termasuk penelitian yang reflektif. Kegiatan

penelitian dimulai dari permasalahan yang riil yang dihadapi oleh guru dalam

Page 53: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

proses pembelajaran, kemudian direfleksikan alternatif pemecahan masalah

tersebut. Setelah itu, masalah tersebut ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan

terencana dan terukur. Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas membutuhkan

kerjasama antara peneliti, guru, peserta didik, dan staf sekolah lainnya untuk

menciptakan suatu kinerja sekolah yang lebih baik.

Prinsip utama dalam PTK adalah pemberian tindakan dalam siklus yang

bertahap dan berkelanjutan samapai memperoleh hasil yang ditetapkan. Siklus

yang dinamis dengan tindakan yang sama. Sebagaimana yang diungkapkan oleh

Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto (2008: 73), bahwa PTK dilaksanakan

dalam bentuk siklus berulang yang di dalamnya terdapat empat tahapan utama

kegiatan, yaitu (a) perencanaan; (b) tindakan; (c) pengamatan; dan (d) refleksi.

2. Strategi Penelitian

Strategi penelitian adalah penelitian tindakan kelas secara rinci diuraikan

sebagai berikut:

a. Tahap perencanaan tindakan meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1) Membuat skenario pembelajaran

2) Mempersiapkan instrumen penelitian

3) Mempersiapkan dan merancang tindakan yang sesuai dengan standar

kompetensi dan kompetensi dasar.

4) Mengajukan solusi alternatif.

b. Tahap pelaksanaan tindakan dilakukan dengan melaksanakan proses

pembelajaran sesuai rancangan. Setiap tindakan dan proses pembelajaran

tersebut selalu diikuti kegiatan pemantauan.

c. Tiap pengamatan dan interprestasi dilakukan dengan mengamati dan

menginterprestasi aktivitas penerapan tindakan pada pembelajaran. Pada tahap

interprestasi proses koreksi hasil kerja dilakukan oleh peneliti. Interprestasi ini

berguna untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan dapat mengatasi

permasalahan yang ada.

d. Tahap analisis dan refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil pengamatan

dan interprestasi sehingga diperoleh simpulan tentang bagian yang perlu

diperbaiki dan bagian yang telah mencapai tujuan penelitian. Dari hasil

Page 54: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

penarikan kesimpulan tersebut, dapat diketahui apakah penelitian ini mencapai

keberhasilan atau tidak. Supardi dalam Suharsimi Arikunto (2008: 133)

menjelaskan bahwa refleksi (reflection) adalah kegiatan mengulas secara kritis

(reflective) tentang perubahan yang terjadi (a) pada peserta didik; (b) suasana

kelas; dan (guru). Pada tahap ini, guru sebagai peneliti menjawab pertanyaan

mengapa (why), bagaimana (how), dan seberapa jauh (to what extent)

intervensi telah menghasilkan perubahan secara signifikan.

D. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini ada tiga, yaitu:

1. Peristiwa, yaitu kegiatan pembelajaran PKn yang berlangsung di kelas

IV SD Negeri 02 Jati dengan penerapan metode jigsaw.

2. Informan, dalam penelitian ini menggunakan informan guru dan siswa

kelas IV SD Negeri 02 Jati.

3. Dokumen yang berupa catatan wawancara dengan guru dan siswa

mengenai pembelajaran PKn, hasil tes siswa, rancangan pedoman

pembelajaran yang dibuat guru, dan silabus.

E. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan juga jenis sumber

data yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah :

1. Dokumentasi

Teknik mencatat dokumen ini oleh Yin dalam H.B. Sutopo (2006: 81)

disebut sebagai content analysis, sebagai cara untuk menemukan beragam hal

sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitiannya. Dokumentasi merupakan

suatu metode untuk memperoleh sesuatu dengan melihat buku – buku, arsip –

arsip atau catatan yang berhubungan dengan orangorang yang diteliti. Menurut

Sty. Slamet, Suwarto WA (2007:52) dokumentasi ini sebagai sumber data

karena banyak hal yang digunakan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk

Page 55: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

meramalkan. Kajian dokumen dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip

yang ada. Kajian dokumen dalam penelitian ini antara lain dilakukan terhadap :

a. Arsip : silabus PKn kelas IV SD, Rencana Pelaksanaan pembelajaran

b. Dokumen berupa nilai formatif untuk memperoleh data tentang

pemahaman konsep materi susunan pemerintahan pusat siswa kelas IV SD

Negeri 02 Jati sebelum dan sesudah penggunaan metode jigsaw.

c. Di samping itu peneliti juga mengambil gambar atau foto dan video dari

kegiatan berlangsungnya penelitian (proses kegiatan belajar mengajar di

kelas).

2. Observasi

Menurut Nana Sudjana (2009:84) observasi digunakan untuk mengukur

tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat

diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya ataupun dalam situasi buatan. Ada

tiga jenis observasi yaitu observasi langsung, observasi tidak langsung, dan

observasi partisipasi.

Observasi yang peneliti lakukan adalah observasi partisipasi. Peneliti

bertindak sebagai guru atau pengajar dan berperan penuh melakukan tindakan

yang dapat mempengaruhi peristiwa yang sedang berlangsung. Observasi

dilakukan oleh peneliti dan pengamat (guru kelas). Observasi dilakukan di

kelas IV SD Negeri 02 Jati. Observasi yang dilakukan meliputi observasi

aktivitas belajar PKn siswa dan observasi kinerja guru. Dalam hal ini, Tujuan

dilakukan observasi pada siswa adalah untuk mengetahui aktivitas belajar PKn

siswa pada materi susunan pemerintahan pusat. Observasi dilakukan melalui

Observasi pada saat proses belajar mengajar pada materi susunan pemerintahan

pusat.

Selain observasi aktivitas siswa, dalam pelaksanaan siklus dilakukan

observasi kinerja guru dalam pembelajaran dengan metode jigsaw di kelas IV

SD Negeri 02 Jati. Aktivitas guru yang diamati meliputi: persiapan guru

memulai kegiatan pembelajaran, kemampuan guru mengelola kelas,

kemampuan mengelola waktu pembelajaran, kemampuan memberikan

apersepsi, kemampuan menyampaikan materi, kemampuan guru memberikan

Page 56: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

pertanyaan, kemampuan membimbing diskusi dan melakukan penjelasan

konsep, perhatian guru terhadap siswa, dan kemampuan menutup pelajaran.

Untuk pedoman lembar observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada lampiran 2

dan lembar observasi kinerja guru dapat dilihat pada lampiran 3.

3. Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap guru kelas IV SD Negeri 02 Jati untuk

menggali informasi guna memperoleh data yang berkenaan dengan aspek –

aspek pembelajaran, penentuan tindakan, dan respon yang timbul sebagai

akibat dari tindakan yang dilakukan. Wawancara dilakukan di awal dan akhir,

sebelum dan sesudah menerapkan metode jigsaw dalam pembelajaran PKn

materi susunan pemerintahan pusat. Hasil wawancara sebelum diterapkannya

metode jigsaw dapat dilihat pada lampiran 1 dan hasil wawancara sesudah

diterapkannya metode jigsaw dapat dilihat pada lampiran 16.

4. Tes

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:150) Tes adalah serentetan

pernyataan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur

keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki

oleh individu atau kelompok. Pendapat tersebut senada dengan pendapat

Sarwiji Suwandi (2009:59) Tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh

hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan.

Dilihat dari pelaksanaannya, tes dapat dibedakan menjadi tes lisan, dan

tes perbuatan. Dilihat dari bentuk tes dapat dibedakan menjadi tes subjektif

(essay) dan tes objektif (pilihan ganda). Dalam penelitian ini dilaksanakan tes

akhir pada setiap akhir siklus. Pemberian tes pada setiap akhir siklus

dimaksudkan untuk mengukur seberapa tinggi pemahaman konsep susunan

pemerintahan pusat siswa kelas IV SD Negeri 02 Jati setelah kegiatan

pemberian tindakan.

F. Validitas Data

Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa

validitasnya sehingga data tersebut bisa dipertanggungjawabkan dan dapat

dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Teknik yang

Page 57: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

digunakan untuk memeriksa validitas adalah teknik triangulasi. Menurut Lexy J.

Moleong dalam Sarwiji Suwandi (2009:60) Triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data

itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik triangulasi data dan triangulasi

metode. Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah:

1. Triangulasi Data

Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu

dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain, baik dari segi

koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda. Informasi dari

narasumber yang satu dibandingkan dengan informasi dari narasumber

lainnya. Data yang diperlukan dalam penelitian yaitu data pemahaman konsep

belajar PKn siswa yang berasal dari data nilai awal, data tes siklus pertama

dan data tes siklus kedua pada materi susunan pemerintahan pusat.

2. Triangulasi Metode

Triangulasi metode yaitu teknik mengumpulkan data sejenis dengan

menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda. Peneliti

menggunakan metode pengumpulan data yang berupa wawancara pada

informan yaitu guru kelas IV SDN 02 Jati, kemudian dilakukan observasi dan

dokumentasi pada saat pelaksanaan tindakan kemudian hasilnya diuji dengan

pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik tes dan dokumentasi

pada pelaku kegiatan. Dari data yang diperoleh melalui beberapa teknik

pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan dapat

ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya. Seperti data tentang

kesulitan – kesulitan guru kelas IV SD Negeri 02 Jati dalam mengajarkan

materi susunan pemerintahan pusat di kelas dan data nilai pemahaman konsep

siswa kelas IV SD Negeri 02 Jati yang dihasilkan dari observasi, wawancara,

tes, dan dokumentasi.

Page 58: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis yang menggunakan model analisis interaktif. Cara analisisnya mengikuti

pola pemikiran yang konkrit kualitatif artinya suatu analisis yang kajiannya

didasarkan pada kenyataan – kenyataan empirik dan unsur – unsur terkecil dari

pendekatan secara mikro ke makro untuk unit kasus tertentu.

Model analisis interaktif mempunyai tiga komponen yaitu: (1) Reduksi

Data (Data Reduction), (2) Penyajian Data (Data Display), (3) Penarikan

Kesimpulan (Verification). Miles dan Huberman dalam Suharsimi Arikunto

(2006: 91) menjelaskan tiga komponen tersebut sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi yaitu proses proses pemilihan dan penyederhanaan data kasar yang

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Data – data penelitian yang

telah dikumpulkan selanjutnya direduksi. Dalam penelitian ini, peneliti akan

melakukan reduksi data terkait data aktivitas siswa kelas IV SD Negeri 02

Jati dalam pembelajaran PKn dan aktivitas mengajar guru kelas IV SD Negeri

02 Jati saat pembelajaran PKn dan data nilai hasil pembelajaran PKn pada

materi susunan pemerintahan pusat kelas IV SD Negeri 02 Jati.

2. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Hasil

dari data-data penelitian selanjutnya digabungkan dan disimpulkan. Dalam

penelitian ini, penyajian data dilakukan pada saat mengolah dan mengambil

tindakan terhadap data yang masuk, kemudian disusun dan didisplay dalam

bentuk tabel, grafik, dan dinarasikan dalam pembahasan penelitian. Dalam

penelitian yang dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 02 Jati, data yang

disajikan meliputi data yang berasal dari nilai tes PKn siswa kelas IV pada

materi susunan pemerintahan pusat, skor observasi kegiatan guru, dan

observasi aktivitas siswa.

Page 59: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

3. Penarikan Kesimpulan (Verification)

Kegiatan ini dilakukan untuk memantapkan simpulan dari tampilan data agar

benar – benar dapat dipertanggungjawabkan. Simpulan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini yaitu peningkatan pemahaman konsep materi susunan

pemerintahan pusat dengan metode jigsaw pada sisiwa kelas IV SD Negeri 02

Jati. Seluruh hasil analisis yang terdapat dalam reduksi data maupun

penyajian data diambil suatu simpulan. Penarikan simpulan tentang

peningkatan yang terjadi dilaksanakan secara bertahap mulai dari simpulan

sementara, simpulan yang ditarik pada akhir siklus I, dan simpulan terakhir

yaitu pada akhir siklus II. Simpulan yang pertama sampai dengan yang

terakhir harus terkait. Hasil simpulan akhir dilakukan refleksi untuk

menentukan atau menyusun rencana tindakan berikutnya.

Secara diagramatik, hubungan interaksi antara unsur-unsur kerja analisis

tersebut dapat divisualisasikan seperti pada Gambar 4 :

Gambar 6. Komponen-komponen Analisis Data

H. Indikator Kinerja

Menurut Sarwiji Suwandi (2009:70) Indikator kinerja merupakan rumusan

kinerja yang akan dijadikan acuan atau tolak ukur dalam menentukan keberhasilan

atau keefektifan penelitian. Indikator kinerja yang ingin dicapai dalam penelitian

tindakan kelas ini adalah meningkatnya pemahaman konsep susunan

pemerintahan pusat siswa kelas IV SDN 02 Jati, Jaten, Karanganyar dengan

menggunakan metode jigsaw. Indikator penelitian ini bersumber dari kurikulum

Pengumpulan Data

(Data Collection)

Reduksi Data

(Data Reduction)

Penyajian Data

(Data Display)

Penarikan

Kesimpulan/Verifikasi

Page 60: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

dan silabus KTSP PKn kelas IV serta Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu

60.

Pada siklus I pembelajaran dikatakan berhasil apabila pemahaman konsep

siswa secara klasikal memperoleh nilai ≥60 mencapai 85%. Pada siklus II

pembelajaran dikatakan berhasil apabila pemahaman konsep siswa secara klasikal

memperoleh nilai ≥60 mencapai 95%.

I. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah sebuah rangkaian tahap penelitian dari awal

hingga akhir. Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem berdaur

sebagaimana kerangka berpikir yang dikembangkan oleh Supardi dalam

Suharsimi Arikunto (2006:104). Prosedur penelitian mencakup tahapan-tahapan

sebagai berikut: (1) perencanaan (planning); (b) penerapan tindakan (action); (c)

mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and

evaluation); dan (d) melakukan refleksi (reflecting). Dan seterusnya sampai

perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan).

Prinsip utama dalam PTK adalah pemberian tindakan dalam siklus yang bertahap

dan berkelanjutan samapai memperoleh hasil yang ditetapkan. Siklus yang

dinamis dengan tindakan yang sama. Sebagaimana yang diungkapkan oleh

Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto (2006: 73), bahwa PTK dilaksanakan

dalam bentuk siklus berulang yang di dalamnya terdapat empat tahapan utama

kegiatan, yaitu (a) perencanaan; (b) tindakan; (c) pengamatan; dan (d) refleksi.

Strategi penelitian adalah penelitian tindakan kelas secara rinci diuraikan sebagai

berikut:

a. Tahap perencanaan tindakan meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1) Membuat skenario pembelajaran

2) Mempersiapkan instrumen penelitian yang meliputi : RPP, soal dan kunci

jawaban, lembar observasi kegiatan siswa, lembar observasi terhadap

pmbelajaran guru, dan data daftar nilai pemahaman konsep.

3) Mempersiapkan dan merancang tindakan yang sesuai dengan standar

kompetensi dan kompetensi dasar.

Page 61: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

4) Mengajukan solusi alternatif pada masalah yang ada.

b. Tahap pelaksanaan tindakan dilakukan dengan melaksanakan proses

pembelajaran sesuai rancangan RPP pada lampiran 2. Setiap tindakan dan

proses pembelajaran tersebut selalu diikuti kegiatan pemantauan.

c. Tiap pengamatan dan interprestasi dilakukan dengan mengamati dan

menginterprestasi aktivitas penerapan tindakan pada pembelajaran. Pada tahap

interprestasi proses koreksi hasil kerja dilakukan oleh peneliti. Interprestasi ini

berguna untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan dapat mengatasi

permasalahan yang ada.

d. Tahap analisis dan refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil pengamatan

dan interprestasi sehingga diperoleh simpulan tentang bagian yang perlu

diperbaiki dan bagian yang telah mencapai tujuan penelitian. Dari hasil

penarikan kesimpulan tersebut, dapat diketahui apakah penelitian ini mencapai

keberhasilan atau tidak. Secara jelas langkah-langkah tersebut dapat dilihat

pada Gambar 5 :

Gambar 7. Alur Penelitian Tindakan Kelas

(Suharsimi Arikunto 2006:16)

Perencana

an

Siklus I

Pengamata

n

Peencanaa

n

Siklus II

Pengamata

n

Pelaksana

an

Refleks

i

Refleksi Pelaksana

an

?

Page 62: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

J. Rancangan Siklus Pertama

a. Perencanaan

Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:

1) Menentukan pokok bahasan, yaitu mengenal lembaga – lembaga Negara

dalam susunan pemerintahan tingkat pusat seperti lembaga legislatif,

lembaga eksekutif, dan lembaga yudikatif.

2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan

menggunakan model kooperatif tipe jigsaw.

3) Mengembangkan skenario pembelajaran.

4) Menyusun lembar observasi aktivitas guru dan siswa selama

menggunakan model kooperatif tipe jigsaw.

5) Menyusun instrumen untuk evaluasi yang berupa soal tes tertulis.

6) Menetapkan indikator ketercapaian yang akan dilaksanakan dalam

proses pembelajaran.

b. Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus I ini direncanakan dalam 2 x

pertemuan, yakni pertemuan pertama mempelajari tentang lembaga –

lembaga Negara dalam susunan pemerintahan pusat dan pertemuan kedua

mempelajari tentang organisasi pemerintahan tingkat pusat.

1) Kegiatan Awal

a) Guru mengkondisikan kesiapan belajar siswa.

b) Apersepsi

Peserta didik menjawab pertanyaan guru tentang pengertian sistem

pemerintahan.

c) Menyampaikan tujuan pembelajaran.

2) Kegiatan Inti

a) Siswa bertanya jawab dengan guru tentang lembaga – lembaga dalam

sistem pemerintahan pusat.

b) Guru membantu pemahaman konsep siswa dengan menerapkan model

kooperatif tipe jigsaw.

Page 63: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

c) Siswa membentuk kelompok asal kemudian guru membagi materi

tentang lembaga pemerintahan pusat yang terdiri dari legislatif,

eksekutif, dan yudikatif.

d) Siswa pada kelompok asal tersebut mengelompok membentuk

kelompok ahli berdasarkan materi yang diberikan guru.

e) Siswa berdiskusi di kelompok ahli dengan materi yang sama.

f) Siswa dari kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan saling

bertukar materi.

g) Siswa secara individu diberi penugasan untuk mengerjakan soal.

h) Siswa dan guru bersama-sama mengevaluasi hasil pekerjaan.

3) Kegiatan Akhir

a) Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan pembelajaran.

b) Guru memberikan penilaian dan penguatan.

c. Pengamatan / Observasi

Observer melakukan pengamatan tentang aktifitas guru dan siswa selama

penerapan model kooperatif tipe jigsaw. Observasi diarahkan pada poin – poin

dalam pedoman yang telah disiapkan peneliti. Lembar observasi aktifitas siswa

dapat dilihat pada lampiran 8 dan observasi kinerja guru dapat dilihat pada

lampiran 7.

d. Refleksi

Refleksi berarti penilaian dan pengkajian terhadap hasil evaluasi

data kaitannya dengan indikator kinerja. Peneliti berdiskusi bersama

observer untuk menganalisis pemahaman konsep siswa sesuai dengan nilai

saat evaluasi saat pembelajaran. Jika siswa yang berhasil saat evaluasi

sebanyak 27 anak atau mencapai indikator ketercapaian kinerja sebesar

85%, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model kooperatif tipe

jigsaw tersebut telah berhasil. Namun, jika siswa yang mengalami

peningkatan pemahaman konsep secara klasikal belum mencapai indikator

ketercapaian kinerja sebesar 85%, maka proses pembelajaran dengan

penerapan model kooperatif tipe jigsaw tersebut perlu diperbaiki lagi dan

disempurnakan pada siklus II.

Page 64: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

K. Rancangan Siklus Kedua

a. Perencanaan

Perencanaan pada siklus II meliputi rencana perbaikan penerapan

model kooperatif tipe jigsaw yang didasarkan pada hasil refleksi pada siklus

I. Rencana perbaikan pada siklus II ini dilaksanakan untuk memperoleh

hasil yang lebih baik.

Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:

1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan

masalah.

2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan

menggunakan model kooperatif tipe jigsaw.

3) Menyusun lembar observasi aktivitas guru dan siswa selama

menerapkan model kooperatif tipe jigsaw.

4) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran.

5) Menetapkan indikator ketercapaian yang dilaksanakan dalam proses

pembelajaran.

b. Tindakan

Pada dasarnya tindakan yang dilaksanakan pada siklus II ini masih

sama dengan siklus I, yakni pembelajaran dengan menerapkan model

kooperatif tipe jigsaw. Pelaksanaan tindakan siklus II ini juga terbagi

dalam 2 x pertemuan. Tindakan kelas pada siklus II ini disesuaikan dengan

kekurangan – kekurangan yang ditemukan pada siklus I, sehingga rencana

tindakan bertujuan untuk memperbaiki kekurangan atau masalah pada

siklus sebelumnya.

c. Pengamatan / Observasi

Observer melakukan pengamatan terhadap aktifitas guru dan siswa

selama penggunaan model kooperatif tipe jigsaw. Observasi diarahkan pada

poin – poin dalam pedoman yang telah dipersiapkan oleh peneliti, lembar

observasi aktifitas siswa dapat dilihat pada lampiran 8 dan observasi kinerja

guru dapat dilihat pada lampiran 7.

Page 65: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

d. Tahap Refleksi

Refleksi berarti penilaian dan pengkajian terhadap hasil evaluasi

data kaitannya dengan indikator kinerja. Peneliti berdiskusi bersama

observer untuk menganalisis pemahaman konsep siswa sesuai dengan

nilai saat evaluasi dan hasil observasi saat pembelajaran. Jika 29 siswa

mengalami peningkatan pemahaman konsep secara klasikal atau mencapai

indikator ketercapaian kinerja sebesar 95%, maka dapat disimpulkan

bahwa penggunaan model kooperatif tipe jigsaw tersebut telah berhasil.

Page 66: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 02 Jati Jaten Karanganyar.

Sekolah ini berdiri pada tahun 1972 dan berstatus negeri. Secara geografis SD

Negeri 02 Jati terletak di desa pundungrejo kelurahan Jati kecamatan Jaten

kabupaten Karanganyar. Demi kelancaran program – program sekolah dan

semakin meningkatnya mutu pendidikan di sekolah, maka segenap komponen

pengelola Sekolah Dasar Negeri 02 jati baik kepala sekolah, komite sekolah, dan

guru senantiasa melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab masing –

masing sebagaimana tertuang dalam program kerja yang telah direncanakan pada

setiap tahun pelajaran. Mekanisme kerja segenap pengelola Sekolah Dasar Negeri

02 jati tersebut berada di bawah koordinasi dan pengawasan kepala sekolah.

Fasilitas yang ada di sekolah ini cukup memadai. Untuk mata pelajaran

PKn sendiri belum ada media yang disediakan dari sekolah, jadi harus kreatifitas

guru sendiri apabila akan menggunakan media dalam pembelajaran.

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 02 Jati. Lokasi kelas IV

berada di antara kelas III dan kelas V, kondisi kelasnya cukup baik. Pencahayaan

dan siklus udaranya baik sehingga keadaannya nyaman jika digunakan untuk

belajar. Kondisi meja dan kursi yang ada di kelas IV tidak begitu baik karena

berisi coret – coretan siswa sehingga terkesan tidak rapi. Di dalam kelas banyak

terdapat gambar – gambar sebagai media pembelajaran, diantaranya ada gambar

siklus terjadinya air, gambar – gambar pahlawan, gambar bagian tumbuhan dan

lain sebagainya akan tetapi tidak ada alat peraga untuk pelajaran PKn.

Karakter siswa – siswi kelas IV tempat penelitian tidak jauh berbeda

dengan kelas lain dalam pembelajaran PKn. Kebanyakan siswa menganggap PKn

khususnya pada materi susunan pemerintahan pusat sebagai suatu mata pelajaran

hafalan dan sulit, sehingga pemahaman konsep PKn materi susunan pemerintahan

pusat banyak siswa yang belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)

Page 67: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

yang ditentukan sekolah pada awal semester. Pada pelajaran PKn materi susunan

pemerintahan pusat siswa dalam pembelajaran kurang optimal. Siswa masih

banyak tergantung pada guru dalam memecahkan masalah pada materi tersebut.

Hal itu menyebabkan rendahnya pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran

tersebut. Untuk mengantisipasi hal tersebut peneliti mengadakan penelitian di

kelas IV. Peneliti menggunakan pembelajaran yang dapat meningkatkan

pemahaman konsep PKn materi susunan pemerintahan pusat yaitu dengan

menggunakan metode jigsaw. Dengan penelitian ini diharapkan siswa Sekolah

Dasar Negeri 02 jati lebih tertarik dan termotivasi untuk belajar PKn, sehingga

pemahaman konsep PKn khususnya materi susunan pemerintahan pusat siswa

meningkat.

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian

1. Deskripsi Data Awal

Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti

melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan

nyata yang ada di lapangan. Peneliti mengadakan observasi di kelas IV SD

Negeri 02 Jati pada saat pelajaran PKn materi susunan pemerintahan pusat,

Berdasarkan data hasil pengamatan langsung pada bulan Januari terhadap

pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi,

masih terdapat kekurangan, beberapa diantaranya yaitu guru kurang dapat

menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (respon siswa kurang), dan

guru belum menggunakan model pembelajaran yang bervariasi, selain

permasalahan yang ada pada guru ada juga permasalahan yang ditemui pada

diri siswa pada saat pembelajaran berlangsung, antara lain:

a. Siswa masih ragu – ragu untuk bertanya dan menjawab pertanyaan.

b. Tidak berani tampil di depan kelas.

c. Kurang antusias saat merespon tindakan guru.

d. Menunjukkan sikap jenuh saat pembelajaran yang ditunjukkan dengan

siswa mengobrol sendiri, bermain alat tulis, dan menguap.

Page 68: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Rendahnya pemahaman konsep siswa yang ditunjukkan dari nilai

sebelum tindakan tentang materi susunan pemerintahan pusat dari 31 anak

hanya 45 % atau 14 siswa yang mendapat nilai di atas KKM. Sedangkan yang

lainnya berada di bawah KKM. Fakta hasil penilaian tersebut menunjukkan

bahwa sebagian besar siswa mendapatkan nilai rendah. Dari lampiran 2 dapat

dibuat Tabel 1 distribusi frekuensi sebagi berikut :

Tabel 1. Frekuensi Data Nilai Pemahaman Konsep PKn Sebelum Tindakan

No Interval Frekuensi

(fi)

Nilai Tengah

(xi) fi.xi

Persentase

(%)

1 40 – 46 5 43 215 16

2 47 – 53 5 50 250 16

3 54 – 60 10 57 570 33

4 61 – 67 1 64 64 3

5 68 – 74 4 71 284 13

6 75 – 81 5 78 390 16

7 82 – 88 1 85 85 3

Nilai rata – rata kelas 59,9

Dari Tabel 1 hasil pemahaman konsep PKn sebelum diterapkan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas IV SD Negeri 02 Jati

yang telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 1 sebagai

berikut:

Grafik 1. Hasil Data Nilai Pemahaman Konsep PKn Sebelum Tindakan

0

2

4

6

8

10

12

40-64 47-53 54-60 61-67 68-74 75-81 82-88

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL NILAI

Page 69: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Berdasarkan Tabel 1 dan Grafik 1 di atas, nilai pemahaman konsep

siswa kelas IV sebelum diterapkan penggunaan metode jigsaw diperoleh

rata – rata kelas sebesar 59,9. Siswa yang memperoleh nilai 40 – 46

sebanyak 5 siswa atau 10%. Siswa yang memperoleh nilai 47 – 53

sebanyak 5 siswa atau 10%. Siswa yang memperoleh nilai 54 – 60

sebanyak 10 siswa atau 45%. Siswa yang memperoleh nilai 61 – 67

sebanyak 1 siswa atau 21%. Siswa yang memperoleh nilai 68 – 74

sebanyak 4 siswa atau 10%. Siswa yang memperoleh nilai 75 – 81

sebanyak 5 siswa atau 16%. Siswa yang mendapat nilai 82 – 88 sebanyak

1 siswa atau 3%. Berdasarkan tabel 1 siswa yang mendapat nilai di bawah

60 (KKM) yaitu sebanyak 17 siswa atau 55%, dan siswa yang mendapat

nilai sama atau di atas KKM yaitu 14 siswa atau 45%. Hal ini dapat

diartikan bahwa ketuntasan klasikal sebesar 45% masih berada di bawah

ketuntasan belajar yang ditetapkan yaitu sebesar 75% siswa mendapat ≥ 60

(KKM), dengan kata lain nilai PKn siswa kelas IV SD Negeri 02 Jati

masih rendah. Dari lampiran 2 dapat dibuat Tabel 2 berikut tentang

ketuntasan belajar siswa.

Tabel 2. Hasil Nilai Pemahaman Konsep Sebelum Tindakan

Keterangan Sebelum tindakan

Nilai Terendah 40

Nilai Tertinggi 86

Rata – rata Nilai 59,9

Siswa belajar Tuntas 45%

Analisis hasil pemahaman konsep dari nilai siswa sebelum

tindakan diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa menjawab soal

dengan benar adalah 59,9 di mana hasil tersebut masih di bawah

rata – rata nilai yang diinginkan dari pihak guru atau peneliti, dan

sekolah yaitu sebesar 60. Sedangkan besarnya persentase siswa

tuntas pada materi susunan pemerintahan pusat adalah sebesar

45%. Dari hasil analisis nilai sebelum tindakan tersebut, maka

Page 70: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan kemampuan

siswa dalam memahami pelajaran PKn khususnya materi susunan

pemerintahan pusat.

Dari hasil nilai pemahaman konsep sebelum tindakan pada tabel 2

di atas dapat disimpulkan sementara bahwa kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal materi susunan pemerintahan pusat siswa kelas IV

SDN 02 Jati masih kurang. Maka dari itu diperlukan suatu inovasi

pembelajaran, dalam penelitian ini peneliti menggunakan model

pembelajaran tipe jigsaw. Dengan jigsaw diharapkan pemahaman siswa

khususnya pada materi susunan pemerintahan pusat mengalami

peningkatan sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai.

2. Deskripsi Siklus I

Tindakan siklus I dilaksanakan selama dua minggu yaitu pada

tanggal 24 Januari dan 31 Januari 2011. Penelitian dilakukan dengan

menggunakan penelitian tindakan kelas yang terdiri atas siklus – siklus

dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan. Adapun tahapan yang dilakukan

adalah sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan tindakan, peneliti mengadakan observasi

terhadap proses pembelajaran yang meliputi kegiatan guru dan siswa. Hal

ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran yang berlangsung,

penggunaan metode, model, strategi, serta media pembelajaran yang

digunakan oleh guru. Peneliti juga mencatat pemahaman konsep yang

diperoleh oleh masing – masing siswa khususnya nilai PKn materi susunan

pemerintahan pusat. Berdasarkan pengamatan dan hasil catatan terhadap

pembelajaran serta pemahaman konsep tersebut diperoleh informasi

sebagai data awal. Bertolak dari kenyataan tersebut, diadakan konsultasi

dengan guru kelas mengenai alternatif yang dapat digunakan untuk

meningkatkan aktivitas belajar PKn siswa yang pada akhirnya dapat

meningkatkan perolehan nilai PKn di kelas IV SD Negeri 02 Jati.

Page 71: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Akhirnya, alternatif pemecahan masalah yang digunakan yaitu

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Langkah yang dilakukan peneliti yaitu:

1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) PKn pokok

bahasan susunan pemerintahan pusat menggunakan model kooperatif

tipe jigsaw. RPP dapat dilihat pada lampiran 4. RPP disusun 2 kali

pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan dilaksanakan

dalam dua minggu dengan: Standar Kompetensi (SK) Mengenal

sistem pemerintahan tingkat pusat. Kompetensi Dasar (KD)

Mengenal lembaga – lembaga negara dalam susunan pemerintahan

tingkat pusat, seperti MPR, DPR, presiden, MA, MK, dan BPK serta

Menyebutkan organisasi pemerintahan tingkat pusat, seperti

presiden, wakil presiden, dan para menteri.

2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi dapat

dilihat pada RPP.

3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran berupa

bagan pemerintahan pusat, dapat dilihat pada lampiran dokumentasi.

4) Membuat lembar observasi siswa pada lampiran 8 dan observasi

guru pada lampiran 7.

b. Tahap Pelaksanaan / Tindakan

Dalam pelaksanaan tindakan ini, peneliti yang berkolaborasi

dengan guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

dengan menggunakan media bagan susunan pemerintahan pusat. Peneliti

disini bertindak sebagai pengajar dan guru sebagai observer atau

pengamat.

1) Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 24 Januari

2011. Pada pertemuan itu siswa mempelajari tentang susunan

pemerintahan pusat dan lembaga – lembaga negara yang ada di

Indonesia seperti lembaga legislatif , eksekutif, dan yudikatif. Adapun

Page 72: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

langkah – langkah pembelajarannya mencakup kegiatan – kegiatan

sebagai berikut:

Kegiatan diawali dengan berdoa bersama – sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa. Sebagai apersepsi dalam

pembelajaran guru dan siswa menyanyikan lagu Satu Nusa Satu

Bangsa, setelah menyanyikan lagu guru bertanya jawab dengan siswa

tentang isi laguu tersebut. Guru menjelaskan supaya bangsa kita tetap

utuh dan bersatu maka diperlukan suatu pemerintahan yang baik, siswa

bertanya tentang arti pemerintahan. Guru tidak langsung menjawab

pertanyaan siswa akan tetapi membuat siswa menjadi ingin tahu

tentang materi yang akan dipelajari pada pagi hari itu. Siswa

menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan

Kegiatan inti guru mengajak siswa untuk bermain melengkapi

bagan pemerintahan pusat. Ada dua bagan, bagan yang pertama yaitu

bagan susunan pemerintahan pusat sebelum amandemen dan bagan

yang kedua yaitu bagan setelah amandemen. Siswa diminta maju

kedepan kelas dan melengkapi bagan itu dengan bertanding bersama

temannya sehingga siswa lebih bersemangat. Siswa yang lain

mengoreksi apakah bagan letak lembaga negara yang dipasangkan

teman mereka pada bagan sudah benar atau belum. Dengan bantuan

bagan tersebut siswa menyebutkan lembaga Negara yang ada di

Indonesia. Siswa dan guru bertanya jawab tentang pengertian

pemerintahan. Guru memberikan pengertian tentang model

pembelajaran jigsaw yang akan dipakai pada pertemuan itu supaya

siswa tidak kesulitan saat pelaksanaannya nanti. Kemudian guru

memagi kelas ke dalam 5 kelompok, 1 kelompok terdiri dari 6 – 7

anak. Kelompok tersebut dapat dilihat pada Gambar 8 sebagai berikut:

Page 73: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Gambar 8. Susunan Kelompok Asal Pertemuan 1 Siklus I

Masing – masing kelompok di beri nama kelompok jigsaw 1,

jigsaw 2, jigsaw 3, jigsaw 4, dan jigsaw 5 yang merupakan kelompok

asal. Guru meminta siswa untuk berada pada kelompok asal terlebih

dahulu dan memberitahukan materi apa yang harus didiskusikan tiap

siswa pada kelompok ahli. Setelah mendapat materi di kelompok asal,

tiap siswa di kelompok asal bergabung membentuk kelompok ahli

untuk berdiskusi membahas materi yang sama. Pembagian nama

kelompok ahli dan materinya, dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Susunan Kelompok Ahli Pertemuan 1 siklus I

Setiap siswa yang mendaptkan materi yang sama berkumpul

menjadi satu kelompok dan membahas materi tersebut, lalu kembali ke

Jigsaw 1:

1. Mega

2. Pipit

3. Lia

4. Tri

5. Davis

6. Leli

Jigsaw 2:

1. Winda

2. Eka

3. Dwi

4. Ning

5. Laras

6. Ayuk

Jigsaw 3:

1. Naris

2. Ani

3. Nur

4. Vina

5. Fatma

6. Feli

Jigsaw 4:

1. Iksan

2. Azwin

3. Soleh

4. Adi

5. Candra

6. Reli

7. Adon

Jigsaw 5:

1. Dedi

2. Teguh

3. Budi

4. Danur

5. Doyo

6. Andi

Ahli 1 : Mega,

Winda, Naris,

Iksan, Dedi

Membahas

lembaga legislatif

Ahli 2 : Pipit, Eka,

Ani, Azwin,

Teguh

Membahas

lembaga yudikatif

Ahli 3 : Lia, Dwi,

Nur, Soleh, Budi

Membahas bagan

pemerintahan pusat

sebelum amandemen

Ahli 4 : Tri, Ning,

Vina, Adi, Danur

Membahas

lembaga eksekutif

Ahli 5 : Davis,

Laras, Fatma,

Candra, Doyo

Membahas

lembaga BPK

Ahli 6 : Leli, Ayuk,

Feli, Reli, Andi, Adon

Membahas bagan

pemerintahan pusat

sesudah amandemen

Page 74: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

kelompok awalnya setelah selesai berdiskusi dengan kelompok ahli. Di

kelompok awal mereka mengerjakan tugas diskusi yang diberikan

guru. Kemudian kelompok yang tercepat menyelesaikan soal maju ke

depan kelas untuk membacakan hasil diskusi kelompok mereka.

Karena waktu tersisa 10 menit, maka guru kemudian menutup

pertemuan tersebut dengan terlebih dahulu menyimpulkan hasil selama

pembelajaran hari itu dan memberi kesempatan bertanya kepada siswa

yang belum jelas. Ternyata siswa belum berani mengungkapkan

pendapatnya di dalam kelas terlihat dari hanya beberapa siswa yang

berani bertanya pada guru. Guru kemudian mengingatkan para siswa

untuk mempelajari kembali materi yang sudah dipelajari, dan belajar

tentang materi organisasi pemerintahan pusat untuk pertemuan

berikutnya. Karena setiap siswa harus mengajar teman – temannya

dalam kelompok asalnya. Kemudian guru menutup pembelajaran

dengan mengucapkan salam penutup.

2) Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari senin, 31 Januari

2011. Pada pertemuan ini guru memberikan pembelajaran dengan

melanjutkan materi yang telah lalu, yaitu tentang organisasi

pemerintahan pusat. Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan

guru pada pertemuan kedua dalam pelaksanaan tindakan siklus I sama

halnya dengan pertemuan pertama yaitu kegiatan awal, kegiatan inti,

dan kegiatan akhir. Kegiatan awal dimulai dengan guru membuka

pelajaran dengan ucapan salam, dilanjutkan dengan guru

mengkondisikan kelas dan memeriksa kesiapan siswa. Guru

melakukan apersepsi tentang materi yang lalu dengan tanya jawab

tentang materi yang lalu. Siswa menjawab pertanyaan guru tentang

siapa saja yang pernah menjabat menjadi presiden dan wakil presiden

di Indonesia. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran

yaitu melalui diskusi kelompok, siswa dapat mendiskusikan tugas

Page 75: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

presiden, wakil presiden, dan para menteri. Guru memberi motivasi

agar siswa selalu rajin belajar.

Kegiatan inti diawali dengan siswa berkumpul bersama teman

kelompoknya sama seperti pertemuan sebelumnya. Tiap siswa dalam

kelompok asal mendapatkan materi yang berbeda – beda. Pembagian

nama kelompok ahli dan materinya, dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Susunan Kelompok Ahli pertemuan 2 siklus I

Setelah masing – masing siswa mendapatkan tugasnya, siswa

yang mendapat materi sama berkumpul menjadi satu dan membentuk

kelompok ahli. Disni siswa saling membahas lebih dalam tentang

materi yang menjadi tugasnya. Siswa kembali ke kelompok asalnya

lagi dan saling bertukar informasi tentang materi mereka masing –

masing. Dalam kegiatan ini siswa dituntut tanggung jawabnya untuk

bisa memberikan informasi pada temannya di kelompok asal supaya

paham pada materi yang telah didiskusikan di kelompok ahli.

Kemudian tiap kelompok maju ke depan kelas untuk membacakan

hasil diskusinya. Guru memberi kesempatan bertanya untuk siswa

yang belum paham.

Kegiatan akhir di siklus II ini dipergunakan untuk

mengevaluasi secara individu apakah siswa sudah paham atau belum

tentang materi yang sudah dipelajari. Guru melakukan evaluasi

pembelajaran susunan pemerintahan pusat dengan membagikan soal

dan lembar jawab kepada siswa. Siswa diberi waktu selama 20 menit

untuk mengerjakan. Guru mengumpulkan hasil pekerjaan siswa, dan

Ahli 1 : Mega, Pipit,

Winda, Eka, Naris,

Ani, Iksan, Azwin,

Dedi, Teguh

Membahas tentang

presiden

Ahli 2 : Lia, Tri,

Dwi, Ning, Nur,

Vina, Soleh, Adi,

Budi, Danur

Membahas tentang

wakil presiden

Ahli 3 : Davis, Leli,

Laras, Ayuk, Fatma,

Feli, Adon, Reli,

Candra, Doyo, Andi

Membahas tentang

menteri

Page 76: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

melakukan refleksi pada siswa serta memberi tindak lanjut dengan

mengingatkan siswa supaya rajin belajar dan meningkatkan aktivitas

dalam belajar. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

c. Tahap pengamatan/ observasi

Pengamatan tindakan dilakukan oleh observer pada saat

berlangsungnya kegiatan pembelajaran PKn dengan menerapkan metode

jigsaw. Pengamatan ini difokuskan pada pelaksanaan kegiatan

pembelajaran yaitu kegiatan yang dilakukan guru dan siswa selama proses

pembelajaran berlangsung yang dilaksanakan dengan menggunakan alat

bantu berupa lembar observasi aktivitas guru, aktivitas siswa dan

dokumentasi dengan foto dan video. Observasi ini dilakukan untuk

memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran PKn

materi susunan pemerintahan pusat dengan menerapkan metode jigsaw

dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta

untuk mengetahui seberapa besar pembelajaran PKn yang dilaksanakan

menghasilkan perubahan pada pemahaman siswa pada materi susunan

pemerintahan pusat.

Dalam pengamatan ini, peneliti meminta bantuan guru kelas yang

bertindak sebagai observer dan teman sejawat untuk mengambil gambar

foto dan video. Observer sebagai partisipan pasif berada di bangku paling

belakang untuk mengamati jalannya pembelajaran melalui pedoman

observasi yang telah dibuat. Pengamatan tidak hanya ditujukan pada

kegiatan atau partisipasi dalam proses pembelajaran, namun juga pada

aspek tindakan guru dalam melaksanakan pembelajaran termasuk suasana

kelas pada setiap pertemuan.

Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi selama pembelajaran

PKn berlangsung, diperoleh gambaran tentang aktivitas siswa dalam

pembelajaran PKn dengan rincian sebagai berikut: Pada pertemuan

pertama, suasana kelas belum tertib karena ada beberapa siswa yang masih

di luar kelas meskipun jam pelajaran sudah mulai. Pada saat

berlangsungnya diskusi belum berjalan begitu maksimal karena siswa

Page 77: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

bingung harus berpindah – pindah kelompok dari kelompok asal ke

kelompok ahli dan kembali lagi ke kelompok asal, hal itu menyebabkan

suasana kelas menjadi gaduh dan siswa tidak konsentrasi dalam membahas

soal diskusi bersama teman kelompoknya. Kegaduhan juga terjadi karena

jumlah siswa dan materi yang tidak seimbang, misalnya pada materi yang

dibahas dalam kelompok ahli struktur pemerintahan, jumlah siswanya

terlalu banyak sehingga ada siswa yang berbicara sendiri dan bermain

bersama teman yang lain. Saat siswa kembali ke kelompok asal, belum

semua siswa dapat menginformasikan hasil diskusinya dikelompok ahli.

Kemudian saat kelompok pertama menyampaikan hasil diskusi, tampak

beberapa anggota kelompok yang lain tidak memperhatikan. Mereka

malah asyik berbicara sendiri. Hal ini menyebabkan suasana kelas menjadi

gaduh. Melihat hal tersebut, guru memberi tahu siswa tentang pentingnya

menghargai seseorang yang sedang berbicara jadi harus memperhatikan

teman lainnya yang sedang membacakan hasil diskusinya.

Pada pertemuan kedua keadaan kelas sudah lebih baik dari

pertemuan pertama. Saat diskusi juga siswa sudah agak mengerti dan tidak

bingung lagi ketika berpindah – pindah dari kelompok asal ke kelompok

ahli dan kembali lagi ke kelompok asal. Ketika kembali ke kelompok asal

siswa masih belum bisa menginformasikan materi kepada temannya yang

lain. Saat ada kelompok yang maju membacakan hasi diskusinya juga

masih banyak siswa yang tidak memperhatikan, dan juga baru sedikit

sekali siswa yang berani menungkapkan pendapat di depan kelas untuk

mengajukan pertanyaan juga tampak kebanyakan siswa masih terlihat

malu – malu.

Dari lampiran 9 dan lampiran 10 tentang observasi aktivitas belajar

siswa dapat dibuat Tabel 3 sebagai berikut:

Page 78: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Tabel 3. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I

No

Aspek Yang

Diamati

Jumlah

Skor

Rata –

Rata Kategori

Keterangan

I II I II I II

1 Perhatian 47 52 1,5 1,7 c c Keterangan :

a = baik sekali ( = 3 )

b = baik ( < 3 )

c = kurang ( < 2 )

d = kurang sekali

(>1)

2 Kerja sama 43 53 1,4 1,7 c c

3 Ketekunan 48 55 1,5 1,8 c c

4 Keaktifan 40 52 1,3 1,7 c c

5 Tanggung

jawab 45 51 1,5 1,6 c c

Nilai rata – rata aktivitas siswa = 1,6 ( kurang )

Berdasarkan data pada Tabel 3, terlihat bahwa rata – rata aktivitas

belajar PKn siswa masih kurang. Selain mengamati aktivitas siswa,

observer juga mengamati aktivitas guru dalam pembelajaran. Dari

lampiran 11 tentang aktivitas kinerja guru dalam pembelajaran dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1) Dalam membuka pelajaran masih kurang, guru sudah melakukan

absensi dan menyampaikan tujuan pembelajaran akan tetapi guru

belum memberikan motivasi yang bisa membuat siswa lebih semangat

dalam pembelajaran.

2) Kejelasan dan sistematika dalam menyampikan materi kurang, guru

agak terlihat gugup sehingga penguasaan materi yang disampikan pada

siswa belum begitu maksimal.

3) Pengelolaan kelas kurang karena keadaan kelas gaduh sehingga

suasana tidak kondusif.

4) Penggunaan bahasa sudah baik akan tetapi karena suasana yang gaduh

jadi suara guru tidak dapat diterima dengan baik oleh siswa.

5) Media yang digunakan sudah baik dan melibatkan siswa dalam

penggunaannya sehingga menarik perhatian siswa.

Page 79: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

6) Ketepatan menggunakan metode jigsaw cukup baik, karena kurang

jelas dalam memberi pengarahan hal itu membuat siswa kesulitan

dalam mengikuti pembelajaran.

7) Guru masih kurang bisa untuk membuat siswa aktif karena masih

banyak siswa yang bertanya ataupun mengajukan pendapat.

8) Guru sudah menunjukan sikap terbuka terhadap respon siswa dengan

cara menghargai setiap pendapat siswa yang mengajukan pendapatnya.

9) Guru sudah cukup baik dalam menunjukan hubungan antar pribadi

yang kondusif dengan berkata yang baik dan sopan pada siswanya.

10) Guru sudah mengadakan penilaian proses dan hasil belajar dengan

cukup baik

11) Ketepatan dalam menggunakan strategi pembelajaran masih kurang.

12) Guru telah melakukan penilaian hasil belajar atau tes formatif dengan

baik.

13) Guru sudah menutup pelajaran dengan cukup baik.

Rata – rata observasi guru dalam pembelajaran mendapatkan nilai

kurang. Selain observasi guru dan siswa diatas dapat dilihat hasil nilai

pemahaman konsep siswa dari hasil evaluasi siklus I dan hasil diskusi

pada pertemuan 1 dan pertemuan 2, ketiga nilai itu djumlah dan di rata –

rata sehingga jadi nilai siklus I. Dari lampiran 6 dapat dibuat Tabel 4

distribusi frekuensi sebagai berikut :

Tabel 4. Frekuensi Data Nilai Pemahaman Konsep PKn Siklus I

No Interval

Frekuensi

(fi)

Nilai Tengah

(xi) fi.xi

Persentase

(%)

1 50 – 55 4 52,5 210 13

2 56 – 61 3 58,5 175,5 10

3 62 – 67 1 64.5 64,5 3

4 68 – 73 11 70,5 775,5 35

5 74 – 79 5 76,5 382,5 16

6 80 – 85 7 82,5 577,5 23

Nilai rata – rata kelas 70,5

Page 80: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Dari Tabel 4 dapat disajikan dengan Grafik 2 sebagai berikut :

Grafik 2. Hasil Data Nilai Pemahaman Konsep PKn Siklus I

Berdasarkan tabel 4 dan grafik 2 di atas, nilai evaluasi siswa kelas IV

SD Negeri 02 Jati pada siklus I mendapat rata – rata sebesar 70,5. Siswa

yang memperoleh nilai 50 – 55 sebanyak 4 siswa atau 13%. Siswa yang

memperoleh nilai 56 – 61 sebanyak 3 siswa atau 10%. Siswa yang

memperoleh nilai 62 – 67 sebanyak 1 siswa atau 3%. Siswa yang

memperoleh nilai 68 – 73 sebanyak 11 siswa atau 35%. Siswa yang

memperoleh nilai 74 – 79 sebanyak 5 siswa atau 16%. Siswa yang

memperoleh nilai 80 – 85 sebanyak 7 siswa atau 23%. Berdasarkan tabel 4

siswa yang mendapat nilai di bawah 60 (KKM) yaitu sebanyak 5 siswa

atau 16%, dan siswa yang mendapat nilai sama atau di atas KKM yaitu 26

siswa atau 84%. Hal ini dapat diartikan bahwa ketuntasan klasikal sebesar

84%.

d. Refleksi

Analisis hasil tindakan siklus I direfleksi sesuai dengan

proses pembelajaran yang dilakukan. Data yang diperoleh melalui

observasi dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil

observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan,

peneliti melakukan refleksi sebagai berikut:

0

2

4

6

8

10

12

50-55 56-61 62-67 68-73 74-79 80-85

F

R

E

K

U

E

N

S

I

Interval Nilai

Page 81: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran PKn. Hasil evaluasi rata–

rata PKn siswa pada siklus I yaitu 70,5.

2) Berdasarkan hasil evaluasi PKn pada siklus I siswa yang

memperoleh nilai < 60 (KKM) ada 5 siswa atau 16% dan siswa

yang memperoleh nilai ≥ 60 (KKM) yaitu 26 siswa atau 84%.

Data hasil perkembangan nilai siswa yang diambil dari lampiran

2 yang berisi nilai siswa sebelum tindakan dan lampiran 6 yang

berisi nilai siswa pada siklus 1 dapat dibuat tabel perkembangan

nilai siswa dan dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 5. Perkembangan Nilai Pemahaman Konsep Sebelum

Tindakan dan Siklus I

Keterangan Sebelum tindakan Siklus I

Nilai terendah 40 50

Nilai tertinggi 86 83,3

Rata- rata nilai 59,9 70,5

Ketuntasan Klasikal 45% 84%

Dari Tabel 5 dapat digambarkan dalam grafik 3 sebagai berikut:

Grafik 3. Perkembangan Nilai Pemahaman Konsep Sebelum Tindakan

dan Siklus I

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

sebelum tindakan siklus I

nilai terendah nilai tertinggi rata - rata nilai ketuntasan klasikal

Page 82: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

3) Meskipun terjadi peningkatan dalam nilai PKn siswa, akan tetapi

terdapat beberapa kekurangan dalam pembelajaran yang perlu

dicari solusinya. Permasalahan tersebut antara lain:

a) Keseriusan dalam aktivitas yang dilakukan siswa masih

kurang, hal ini bisa dilihat dari beberapa siswa yang ramai

sendiri.

b) Pembagian tugas dalam kelompok yang masih kurang rapi.

c) Kemampuan siswa dalam berbagi informasi dengan

temannya di kelompok awal.

d) Pada saat kelompok melakukan presentasi, kelompok lain

ada yang ramai dan tidak memperhatikan.

Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diidentifikasi faktor penyebab dari

permasalahan tersebut, antara lain:

a) Penjelasan dari guru tentang penerapan model jigsaw dalam

pembelajaran masih kurang jelas.

b) Pembagian kelompk yang homogen, karena siswa memilih sendiri

kelompoknya sehingga anggotanya tidak heterogen.

c) Di kelompok ahli siswa tidak terfokus membahas materi apa yang

seharusnya dibahas karena tidak ada lembar kerja siswa.

d) Penyampaian hasil diskusi oleh kelompok lain kurang dapat

menarik perhatian siswa.

e) Kurangnya waktu dalam pembelajaran karena pembelajaran

menggunakan metode jigsaw memerlukan waktu yang banyak,

karena waktunya kurang saat mengerjakan evaluasi siklus I

waktunya sangat terbatas.

f) Media yang digunakan guru tidak begitu menarik perhatian siswa.

Berdasarkan analisis di atas, maka dapat disimpulkan refleksi dari

kekurangan yang terdapat dalam proses pembelajaran, yaitu: (1) guru

memberikan penjelasan tentang langkah – langkah menggunakan metode

jigsaw dalam pembelajaran sebagi gambaran supaya siswa tidak bingung

dan gaduh saat pembelajaran, (2) pembagian tugas kelompok ditentukan

Page 83: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

dahulu, (3) guru selalu memberi bimbingan pada semua kelompok agar

mau bekerja sama dengan anggota lain sehingga hasil yang diperoleh pun

lebih maksimal, (4) kelompok yang akan maju membacakan hasil

diskusinya, jawaban dari kelompok itu dipegang guru sehingga kelompok

itu menjawab pertanyaan yang diberikan guru, (5) mengatur waktu

pembelajaran supaya lebih efisien lagi sehingga dalam pelaksanaan

evaluasi siklus II siswa tidak terburu – buru dalam mengerjakan soalnya,

(6) menggunakan media yang lebih menarik lagi. Berdasarkan hasil

analisis dan refleksi di atas, tindakan yang dilakukan pada siklus I belum

mencapai indikator kinerja yang diharapkan, penelitian dikatakan berhasil

apabila indikator keberhasilan ketuntasan siswa mencapai 85%, namun

pada tindakan siklus I ini baru mencapai 84% hasil yang diperoleh belum

mencapai hasil yang maksimal karena masih ada siswa yang nilainya

dibawah KKM dan masih ada hambatan pada pelaksanaan tindakan siklus

I maka perlu adanya perbaikan yang dilanjutkan pada penelitian siklus II.

3. Deskripsi Siklus II

Tindakan siklus II dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang sudah

ditentukan yaitu tanggal 7 Februari dan 14 Februari 2011. Adapun tahapan

yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan

pada siklus I diketahui bahwa pembelajaran melalui penerapan metode

jigsaw yang dilaksanakan pada siklus I diketahui belum menunjukkan

adanya peningkatan kemampuan belajar PKn khususnya materi susunan

pemerintahan pusat yang cukup signifikan. Hal ini ditunjukkan masih ada

5 siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran PKn. Oleh karena itu

peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran kembali melalui

penerapan metode jigsaw dengan indikator yang sama dengan siklus

pertama.

Page 84: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Kegiatan perencanaan tindakan II dilaksanakan di ruang kelas

IV SD Negeri 02 Jati pada tanggal 5 Februari 2011. Peneliti dan Guru

kelas mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan pada

penelitian ini. Dan diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan

siklus II dilaksanakan dalam 2 pertemuan dengan alokasi waktu tiap

pertemuan 2 x 35 menit yaitu pada hari Senin tanggal 7 Februari 2011

dan 14 Februari 2011.

Hal – hal yang perlu diperbaiki guru dalam pembelajaran PKn

menggunakan metode jigsaw sebagai upaya untuk mengatasi berbagai

kekurangan yang ada adalah:

1) Memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap,

mengarahkan, dan membimbing kegiatan siswa selama pembelajaran

menggunakan metode jigsaw.

2) Menggunakan metode jigsaw di pertemuan pertama, sedangan

pertemuan kedua siswa hanya berkelompok dengan kelompok asal.

Hal itu dimaksudkan untuk menghemat waktu pembelajaran supaya

siswa tidak terburu – buru saat mengerjakan soal evaluasi pada siklus

II.

3) Melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada siswa yaitu

dengan cara memberikan reward.

4) Memberikan lembar kerja siswa saat siswa berdiskusi di kelompok

ahli, supaya siswa lebih fokus apa yang seharusnya mereka diskusikan

di kelompok ahli.

5) Membagi kelompok secara heterogen, sehingga tidak ada kelompok

yang pasif sekali dan aktif sekali.

Mengingat hasil analisis terhadap unjuk kerja siswa pada siklus I,

sebagian besar siswa masih belum memperhatikan penjelasan guru

selama proses pembelajaran PKn. Meskipun demikian pembelajaran PKn

pada siklus I dikatakan sudah cukup berhasil. Peneliti melakukan

langkah-langkah perencanaan pembelajaran PKn pada siklus II sebagai

berikut:

Page 85: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) PKn pokok

bahasan susunan pemerintahan pusat menggunakan model kooperatif

tipe jigsaw. RPP siklus II ini dapat dilihat pada lampiran 12. RPP

yang disusun 2 kali pertemuan masing – masing 2 jam pelajaranan

dan dilaksanakan dalam dua minggu dengan: Standar Kompetensi

(SK) Mengenal sistem pemerintahan tingkat pusat. Kompetensi Dasar

(KD) Mengenal lembaga- lembaga negara dalam susunan

pemerintahan tingkat pusat, seperti MPR, DPR, presiden, MA, MK,

dan BPK serta Menyebutkan organisasi pemerintahan tingkat pusat,

seperti presiden, wakil presiden, dan para menteri.

2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi dapat

dilihat pada RPP.

3) Menyiapkan media pembelajaran yang menarik perhatian siswa dan

dapat meningkatkan pemahaman siswa yaitu menggunakan

powerpoint yang ditampilkan melalui LCD.

4) Membuat lembar observasi guru dapat dilihat di lampiran 7 dan

lembar observasi siswa dapat di lihat di 8.

b. Tahap Pelaksanaan / Tindakan

Dalam pelaksanaan tindakan ini, peneliti yang berkolaborasi

dengan guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

dengan penggunaan media powerpoint. Peneliti disini masih bertindak

sebagai pengajar dan guru sebagai observer atau pengamat.

1) Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 7 Februari

2011. Pada pertemuan itu siswa mempelajari tentang susunan

pemerintahan pusat dan lembaga – lembaga negara yang ada di

Indonesia seperti lembaga legislatif , eksekutif, dan yudikatif. Adapun

langkah-langkah pembelajarannya mencakup kegiatan – kegiatan

sebagai berikut:

Kegiatan diawali dengan berdoa bersama – sama kemudian

dilanjutkan presensi kehadiran siswa. Sebagai apersepsi dalam

Page 86: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

pembelajaran guru menampilkan gambar – gambar gedung MPR/ DPR

dan gedung istana negara. Siswa dan guru bertanya jawab tentang

gambar tersebut. Siswa mengingat pembelajaran pada pertemuan yang

lalu tentang arti pemerintahan dan lembaga – lembaga pemerintahan

yang ada di Indonesia. Siswa menyimak penjelasan guru tentang

tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Sebelum memasuki kegiatan

inti guru terlebih dahulu menerangkan langkah – langkah pembelajaran

yang akan dilaksanakan untuk mempermudah siswa dalam mengikuti

pelajaran, guru menjelaskan tentang langkah – langkah model

pembelajaran model jigsaw yang akan digunakan.

Kegiatan inti guru membagi kelas kedalam 5 kelompok, satu

kelompok terdiri dari 6 – 7 anak. Guru membagi kelompok tersebut

secara heterogen. Guru menjelaskan materi lembaga – lembaga

pemerintahan seperti lembaga legislatif, lembaga eksekutif, dan

lembaga yudikatif dengan media powerpoint. Masing – masing

kelompok di beri nama kelompok jigsaw 1, jigsaw 2, jigsaw 3, jigsaw

4, dan jigsaw 5 yang merupakan kelompok asal. Kelompok tersebut

dapat dilihat pada Gambar 11 sebagai berikut:

Gambar 11. Susunan Kelompok Asal Pertemuan 1 Siklus II

Guru meminta siswa untuk berada pada kelompok asal terlebih

dahulu dan memberitahukan materi apa yang harus didiskusikan tiap

siswa pada kelompok ahli. Setelah mendapat materi di kelompok asal,

tiap siswa di kelompok asal bergabung membentuk kelompok ahli

Jigsaw 1:

1. Mega

2. Pipit

3. Lia

4. Laras

5. Adi

6. Davis

7. Leli

Jigsaw 2:

1. Feli

2. Naris

3. Dwi

4. Soleh

5. Budi

6. Ayuk

Jigsaw 3:

1. Ning

2. Ani

3. Nur

4. Vina

5. Teguh

6. Adon

Jigsaw 4:

1. Andi

2. Azwin

3. Winda

4. Iksan

5. Candra

6. Tri

Jigsaw 5:

1. Danur

2. Doyo

3. Dedi

4. Reli

5. Fatma

6. Eka

Page 87: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

untuk berdiskusi membahas materi yang sama. Pembagian nama

kelompok ahli dan materinya, dapat dilihat pada Gambar 12 sebagai

berikut:

Gambar 12. Susunan Kelompok Ahli Pertemuan 1 siklus II

Masing – masing siswa dalam kelompok asal mendapatkan

lembar kerja siswa yang berbeda – beda, dan merupakan hal yang

harus dibahas dan dipahami pada kelompok ahli. Siswa yang mendapat

lembar kerja yang sama berkumpul menjadi kelompok ahli dan

berdiskusi tentang materi yang menjadi tanggung jawab mereka. Disni

siswa saling membahas lebih dalam tentang materi yang menjadi

tugasnya. Siswa kembali ke kelompok asalnya lagi dan saling bertukar

informasi tentang materi mereka masing – masing. Dalam kegiatan ini

siswa dituntut tanggung jawabnya untuk bisa memberikan informasi

pada temannya di kelompok asal supaya paham pada materi yang telah

didiskusikan di kelompok ahli. Setelah siswa selesai memahami siswa

maju kedepan kelas dan menjawab pertanyaan dari guru. Siswa yang

lain menyimak dan bila kelompok yang di depan tidak bisa menjawab

maka pertanyaan akan dilempar untuk kelompok yang belum maju.

Kelompok yang aktif dan banyak menjawab pertanyaan diakhir

pelajaran akan mendapatkan reward sehingga siswa jadi semangat.

Ahli 1 : Mega,

Feli, Ning, Andi,

Danur

Membahas

lembaga legislatif

Ahli 2 : Pipit,

Naris, Ani,

Azwin, Doyo

Membahas

lembaga yudikatif

Ahli 3 : Lia, Dwi,

Nur, Winda, Dedi

Membahas bagan

pemerintahan pusat

sebelum amandemen

Ahli 4 : Laras,

Soleh, Iksan,

Vina, Reli

Membahas

lembaga eksekutif

Ahli 5 : Adi, Budi,

Teguh, Candra,

Fatma

Membahas

lembaga BPK

Ahli 6 : Davis, Ayuk,

Adon, Tri, Eka, Leli

Membahas bagan

pemerintahan pusat

sesudah amandemen

Page 88: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Jika dalam pembelajaran suasana menjadi gaduh maka guru

mengucapkan “hai” dan siswa menjawab “helo” ataupun sebaliknya.

Pada kegiatan akhir, guru menutup pertemuan dengan terlebih

dahulu menyimpulkan hasil selama pembelajaran hari itu dan memberi

kesempatan bertanya kepada siswa yang belum jelas. Guru kemudian

mengingatkan para siswa untuk mempelajari kembali materi yang

sudah dipelajari, dan belajar tentang materi organisasi pemerintahan

pusat untuk pertemuan berikutnya. Karena setiap siswa harus mengajar

teman – temannya dalam kelompok asalnya. Kemudian guru menutup

pembelajaran dengan mengucapkan salam penutup.

2) Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin, 14 Februari

2011. Pada pertemuan ini guru memberikan pembelajaran dengan

melanjutkan materi yang telah lalu, yaitu tentang organisasi

pemerintahan pusat. Langkah – langkah pembelajaran yang dilakukan

guru pada pertemuan kedua dalam pelaksanaan tindakan siklus I sama

halnya dengan pertemuan pertama yaitu kegiatan awal, kegiatan inti,

dan kegiatan akhir. Kegiatan awal dimulai dengan guru membuka

pelajaran dengan salam, dilanjutkan dengan guru mengkondisikan

kelas dan memeriksa kesiapan siswa. Guru melakukan apersepsi

tentang materi yang lalu dengan tanya jawab tentang materi yang lalu.

Guru menampilkan foto – foto presiden yang pernah menjabat

di Indonesia dari awal sampai akhir, siswa menyebutkan nama – nama

presiden itu. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu

melalui diskusi kelompok, siswa dapat mendiskusikan tugas presiden,

wakil presiden, dan para menteri. Guru memberi motivasi agar siswa

selalu rajin belajar.

Kegiatan inti diawali dengan siswa berkumpul bersama teman

kelompoknya seperti pertemuan sebelumnya. tiap kelompok berdiskusi

tentang tugas – tugas presiden, wakil presiden dan para menteri.

Kemudian tiap kelompok maju ke depan kelas untuk membacakan

Page 89: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

hasil diskusinya. Guru memberi kesempatan untuk bertanya untuk

siswa yang belum paham. Sebelum menginjak kegiatan akhir, antar

kelompok bertanding untuk menjawab soal yang ditayangkan lewat

powerpoint, tiap kali menjawab pertanyaan dengan benar, kelompok

itu akan mendapatkan 1 bintang. Kelompok yang mendapat bintang

terbanyak akan mendapat reward diakhir pertemuan.

Kegiatan akhir di siklus II ini dipergunakan untuk

mengevaluasi secara individu apakah siswa sudah paham atau belum

tentang materi yang sudah dipelajari. Guru melakukan evaluasi

pembelajaran susunan pemerintahan pusat dengan membagikan soal

dan lembar jawab kepada siswa. Siswa diberi waktu selama 20 menit

untuk mengerjakan. Guru mengumpulkan hasil pekerjaan siswa, dan

melakukan refleksi pada siswa serta memberi tindak lanjut dengan

mengingatkan siswa supaya rajin belajar dan meningkatkan aktivitas

dalam belajar. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

c. Tahap pengamatan/ observasi

Pengamatan atau observasi di siklus II ini dilakukan dengan

teknik dan pedoman yang sama dengan pengamatan atau observasi pada

siklus I, pengamatan tindakan dilakukan oleh observer pada saat

berlangsungnya kegiatan pembelajaran PKn dengan menerapkan metode

jigsaw. Pengamatan ini difokuskan pada pelaksanaan kegiatan

pembelajaran yaitu kegiatan yang dilakukan guru dan siswa selama proses

pembelajaran berlangsung yang dilaksanakan dengan menggunakan alat

bantu berupa lembar observasi aktivitas guru, aktivitas siswa dan

dokumentasi dengan foto dan video. Observasi ini digunakan sebagai

dasar tahap refleksi siklus II.

Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi selama pembelajaran

PKn berlangsung, diperoleh gambaran tentang aktivitas siswa dalam

pembelajaran PKn dengan rincian sebagai berikut: Pada pertemuan

pertama, suasana kelas sudah cukup tertib siswa antusias dan semangat

sebelum pembelajaran dimulai. Pada saat berlangsungnya diskusi juga

Page 90: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

berjalan tertib siswa sudah paham saat berpindah dari kelompok awal ke

kelompok ahli, dan di kelompok ahli pun siswa berdiskusi dengan cukup

baik karena sudah ada lembar kerja sehingga diskusi siswa menjadi lebih

terarah. Kegaduhan yang terjadi di kelas dapat diatasi dengan baik oleh

guru, saat suasana kelas guru mengucapkan kata “hai” dan siswa

menjawab “halo” atau sebaliknya dengan kegiatan seperti itu siswa bisa

kembali tenang dan berdiskusi dengan baik. Saat siswa kembali ke

kelompok asal, mereka sudah mulai bisa bekerjasama dengan baik untuk

saling bertanggung jawab dalam menginformasikan materi pada teman di

kelompoknya, karena dengan kerja sama yang baik mereka nantinya dapat

memahami materi itu dengan baik.

Pada saat guru meminta kelompok yang sudah selesai untuk maju

kedepan kelas dan membahas hasil diskusinya hanya ada beberapa

kelompok yang mau maju kedepan karena mereka disuruh membahas hasil

diskusinya tanpa membaca jawaban yang ada di lembar kerja kelompok,

jadi siswa harus bisa paham tentang apa yang sudah mereka diskusikan.

Dengan cara seperti itu saat ada kelompok yang maju maka siswa yang

lain akan memperhatikan dan tidak ramai sendiri.

Pada pertemuan kedua keadaan kelas sudah lebih baik dari

pertemuan pertama. Kegiatan pembelajaran hampir sama pada pertemuan

1 siklus II, pada saat mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas

tiap kelompok mulai berani dan bisa menjawab pertanyaan guru dengan

jawaban yang lancar dan baik. Siswa yang lain memperhatikan dengan

seksama saat teman mereka maju karena bila teman yang sedang maju

tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru maka kelompok lainnya akan

langsung menjawab sehingga poin sebagai kelompok aktif akan bertambah

dan bisa memperoleh reward dari guru. Dari lampiran 15 dan 16 dapat

dibuat Tabel 6 hasil observasi aktivitas siswa sebagai berikut :

Page 91: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Tabel 6. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II

No

Aspek

Yang

Diamati

Jumlah

Skor

Rata –

Rata Kategori

Keterangan

I II I II I II

1 Perhatian 75 93 2,4 3 b a Keterangan :

a = baik sekali ( = 3 )

b = baik ( < 3 )

c = kurang ( < 2 )

d = kurang sekali

(>1)

2 Kerja sama 73 78 2,3 2,5 b b

3 Ketekunan 51 80 1,6 2,6 c b

4 Keaktifan 64 75 2,1 2,4 b B

5 Tanggung

jawab 61 73 1,9 2,4 c B

Nilai rata – rata aktivitas siswa = 2,32 ( baik )

Hasil observasi aktivitas belajar ini, diperoleh dari mengolah

lembar observasi aktivitas belajar PKn siswa pada lampiran 15 dan 16.

Berdasarkan data pada Tabel 6, terlihat bahwa rata – rata aktivitas belajar

PKn siswa sudah baik. Selain mengamati aktivitas siswa, observer juga

mengamati aktivitas kinerja guru dalam pembelajaran. Dari lampiran 17

tentang aktivitas kinerja guru dalam pembelajaran dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1) Dalam membuka pelajaran sudah baik guru sudah melakukan absensi

dan menyampaikan tujuan pembelajaran dan guru sudah memberikan

motivasi sehingga siswa ebih bersemangat dalam pembelajaran.

2) Kejelasan dan sistematika dalam menyampikan materi baik bila

dibandingkan dengan siklus I karena dalam mengajar guru sudah tidak

terlihat gugup sehingga kejelasan materi yang disampaikan cukup

jelas.

3) Pengelolaan kelas sudah baik sehingga kondisi kelas lebih nyaman

dan kondusif untuk pembelajaran.

4) Penggunaan bahasa sudah baik, guru sudah menggunakan bahasa yang

mudah dipahami siswa dan menyampaikannya dengan gaya yang

Page 92: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

sesuai, akan tetapi guru kadang masih menggunakan kata tidak baku

dalam pengucapan lisannya.

5) Media yang digunakan sudah baik dan melibatkan siswa dalam

penggunaannya sehingga menarik perhatian siswa. Selain itu

penggunaan media juga mendukung dalam sistematika penyampaian

materi yang dijelaskan guru sehingga siswa lebih mudah dalam

memahami materi susunan pemerintahan pusat.

6) Ketepatan menggunakan metode jigsaw baik, guru sudah memberi

pengarahan dan bimbingan saat diskusi kelompok sehingga diskusi

berjalan dengan baik.

7) Siswa lebih aktif dalam pembelajaran, karena ada reward diakhir

pembelajaran jika siswa aktif. Sehingga siswa lebih semangat dan aktif

dalam belajarnya.

8) Guru sudah menunjukan sikap terbuka terhadap respon siswa dengan

cara menghargai setiap pendapat siswa yang mengajukan pendapatnya.

9) Guru sudah baik dalam menunjukan hubungan antar pribadi yang

kondusif dengan berkata yang baik dan sopan pada siswanya.

10) Guru sudah mengadakan penilaian proses dan hasil belajar dengan

baik.

11) Ketepatan dalam menggunakan strategi pembelajaran sudah baik, guru

menggabungkan antara metode TGT diakhir pembelajaran siklus ke II

untuk membuat siswa aktif dalam pembelajrannya.

12) Guru telah melakukan penilaian hasil belajar atau tes formatif dengan

baik.

13) Guru sudah menutup pelajaran dengan baik.

Rata – rata observasi guru dalam pembelajaran mendapatkan nilai

baik. Selain observasi guru dan siswa diatas dapat dilihat hasil nilai

pemahaman konsep siswa dari hasil evaluasi siklus II dan hasil diskusi

pada pertemuan 1 dan pertemuan 2, ketiga nilai itu djumlah dan di rata –

rata sehingga jadi nilai siklus II. Dari lampiran 14 dapat dibuat Tabel 7

distribusi frekuensi sebagai berikut :

Page 93: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Tabel 7. Frekuensi Data Nilai pemahaman Konsep PKn Siklus II

No Interval Frekuensi

(fi)

Nilai Tengah

(xi) fi.xi

Persentase

(%)

1 55 – 61 3 58 174 10

2 62 – 68 1 65 65 3

3 69 – 75 16 72 1152 52

4 76 – 82 3 79 237 10

5 83 – 89 6 86 516 19

6 90 – 96 2 93 186 6

Nilai rata – rata kelas 75,2

Dari Tabel 7 dapat digambarkan dalam Grafik 4 sebagi berikut :

Grafik 4. Hasil Data Nilai Pemahaman Konsep

PKn Siklus II

Berdasarkan Tabel 7 dan Grafik 4 di atas, nilai evaluasi siswa kelas

IV SD Negeri 02 Jati pada siklus II mendapat rata – rata sebesar 75,2.

Siswa yang memperoleh nilai 55 – 61 sebanyak 3 siswa atau 10%. Siswa

yang memperoleh nilai 62 – 68 sebanyak 1 siswa atau 3%. Siswa yang

memperoleh nilai 69 – 75 sebanyak 16 siswa atau 52%. Siswa yang

memperoleh nilai 76 – 82 sebanyak 3 siswa atau 10%. Siswa yang

memperoleh nilai 83 – 89 sebanyak 6 siswa atau 19%. Siswa yang

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

55-61 62-68 69-75 76-82 83-89 90-96

F

R

E

K

U

E

N

S

I

NILAI SISWA

Page 94: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

memperoleh nilai 90 – 96 sebanyak 2 siswa atau 6%. Berdasarkan tabel 8

siswa yang mendapat nilai di bawah 60 (KKM) yaitu sebanyak 1 siswa

atau 3%, dan siswa yang mendapat nilai sama atau di atas KKM yaitu 30

siswa atau 97%. Hal ini dapat diartikan bahwa ketuntasan klasikal sebesar

97%.

d. Refleksi

Analisis hasil tindakan siklus I direfleksi sesuai dengan

proses pembelajaran yang dilakukan. Data yang diperoleh melalui

observasi dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil

observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan,

peneliti melakukan refleksi sebagai berikut:

1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran PKn. Hasil evaluasi rata–

rata PKn siswa pada siklus II yaitu 75,2.

2) Berdasarkan hasil evaluasi PKn pada siklus II siswa yang

memperoleh nilai <60 (KKM) ada 1 siswa atau 3% dan siswa

yang memperoleh nilai ≥60 (KKM) yaitu 30 siswa atau 97%.

Data hasil perkembangan nilai siswa yang diambil dari lampiran

6 yang berisi nilai siswa pada siklus I dan lampiran 14 yang

berisi nilai siswa pada siklus II dapat dibuat tabel perkembangan

nilai siswa dan dapat dilihat pada Tabel 8 sebagai berikut:

Tabel 8. Perkembangan Nilai Pemahaman Konsep Siklus I dan

Siklus II

Keterangan Siklus I Siklus II

Nilai terendah 50 50

Nilai tertinggi 83,3 95

Rata- rata nilai 70,5 75,2

Ketuntasan Klasikal 84% 97%

Dari Tabel 8 dapat digambarkan dalam Grafik 5 sebagai berikut:

Page 95: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Grafik 5. Perkembangan Nilai Pemahaman Konsep Siklus I

dan Siklus II

a) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada siklus I yaitu 50 pada

siklus II tetap 50 dan pada siswa yang sama yang mendapat nilai

terendah itu. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada siklus I

sebesar 83,3 pada siklus II naik menjadi 95.

b) Nilai rata – rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada siklus I

sebesar 70,5 pada siklus II naik menjadi 75,2.

c) Untuk ketuntasan belajar siswa pada siklus I adalah 84% dan pada

siklus II 97% setelah dilakukan refleksi terdapat 1 siswa yang tidak

tuntas (nilai ulangan dibawah 60), namun secara keseluruhan sudah

meningkat nilai pemahaman konsepnya bila dilihat dari persentase

ketuntasan siswa pada siklus II.

Berdasarkan hasil refleksi siklus II dan melihat hasil evaluasi yang

diperoleh pada masing – masing pertemuan, maka pembelajaran PKn

materi susunan pemerintahan pusat menggunakan metode jigsaw pada

siklus II sudah berhasil karena sudah mencapai target pencapaian sehingga

tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya. Hal ini menunjukkan

bahwa pembelajaran melalui penerapan metode jigsaw dapat

meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa kelas IV SD Negeri

02 Jati tahun pelajaran 2010/2011.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Siklus I Siklus II

nilai terendah nilai tertinggi rata - rata nilai ketuntasan klasikal

Page 96: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Dengan melihat hasil penelitian di atas, dapat dijelaskan perhitungan rata –

rata nilai evaluasi PKn dan ketuntasan belajar PKn siswa kelas IV SD Negeri 02

Jati Jaten Karanganyar. Peningkatan terlihat dari sebelum tindakan dan setelah

tindakan yaitu siklus I dan siklus II yang masing – masing terdiri dari 2

pertemuan. Dari tabel 5 dan tabel 8 tentang perkembangan nilai siswa dapat dibuat

tabel 9 tentang peningkatan dari sebelum tindakan sampai siklus II sebagai

berikut:

Tabel 9. Nilai Rata – Rata Pemahaman Konsep PKn dan Persentase Ketuntasan

Klasikal Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II

Kriteria

Ketuntasan

Minimal

(KKM)

Nilai Rata-Rata Pemahaman

konsep PKN Persentase (%)

Sebelum

Tindakan

Siklus

I

Siklus

II

Sebelum

Tindakan

Siklus

I

Siklus

II

60 59,9 70,5 75,2 45 84 97

Dari Tabel 9 diatas dapat digambarkan menjadi Grafik 6 sebagai berikut :

Grafik 6. Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Pemahaman Konsep dan

Ketuntasan Belajar PKn setiap Siklus

0

20

40

60

80

100

Nilai Rata - rata Pemahaman Konsep Prosentase Ketuntasan

sebelum tindakan Siklus I Siklus II

Page 97: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

Berdasarkan perhitungan nilai pemahaman konsep PKn rata – rata pada

Tabel 9 dan Grafik 6 di atas, siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 (KKM)

menunjukkan adanya peningkatan. Sebelum tindakan nilai rata – rata hanya

mencapai 59,9 dengan persentase ketuntasan klasikal 45% pada siklus I bisa

meningkat menjadi 70,5 dengan persentase ketuntasan klasikal 84% dan pada

siklus II meningkat lagi menjadi 75,2 dengan persentase ketuntasan klasikal 97%.

Hal ini merefleksikan bahwa penerapan metode jigsaw dalam pembelajaran PKn

kelas IV dinyatakan berhasil, karena secara klasikal menunjukkan adanya

peningkatan pemahaman konsep PKn pada materi susunan pemerintahan pusat.

Selain dari hasil tes, hasil observasi terhadap kinerja guru dan siswa secara

klasikal juga mengalami peningkatan. Dari Tabel 3 dan Tabel 6 tentang aktivitas

belajar siswa serta dari lampiran 11 dan lampiran 17 tentang observasi kinerja

guru dapat dibuat Tabel 10.

Tabel 10. Nilai Rata-Rata Hasil Observasi Kinerja Guru dan Aktivitas

Siswa Selama Pembelajaran Tiap Siklus

Observasi Kinerja Guru Observasi Aktivitas Siswa

Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II

2,3 ( kurang ) 3,34 ( baik ) 1,6 ( kurang ) 2,32 ( baik )

Keterangan observasi kinerja guru :

1. ≥ 3,5 = sangat baik 3. 2 – 2,9 = Kurang

2. 3,0– 3,4 = Baik 4. < 2 = Sangat Kurang

Keterangan observasi aktivitas siswa

1. 3 = Baik Sekali 3. < 2 = Kurang

2. < 3 = baik 4. < 1 = Sangat Kurang

Dari Tabel 10 di atas terlihat bahwa kinerja guru pada siklus I hanya

mendapat nilai 2,3 yang kemudian meningkat pada siklus II menjadi 3,34.

Sedangkan aktivitas siswa yang semula hanya 1,6 meningkat menjadi 2,32. Hal

ini menunjukkan adanya peningkatan kinerja guru dan aktivitas siswa selama

pembelajaran PKn berlangsung pada siklus I dan siklus II. Dari Tabel 10 terlihat

adanya peningkatan pada kinerja guru dan aktivitas siswa. Walaupun

Page 98: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

peningkatannya tidak terlalu drastis, peneliti yakin jika penelitian ini dilaksanakan

dalam jangka waktu yang cukup lama secara terus – menerus akan

memperlihatkan hasil yang signifikan. Mengingat bahwa dalam penelitian ini,

kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan hanya empat kali pertemuan.

Hambatan yang ditemui pada masing – masing siklus berbeda – beda.

Hambatan – hambatan itu antara lain :

1. Siswa masih kesulitan dengan model pembelajaran yang diterapkan guru,

karena harus berpindah – pindah tempat dari kelompok asal ke kelompok

ahli lalu kembali lagi ke kelompok asal.

2. Ketika berkumpul di kelompok ahli, diskusi siswa belum terarah hal itu

membuat kondisi menjadi gaduh karena siswa ramai sendiri.

3. Saat kembali ke kelompok asal siswa belum bisa menginformasikan hasil

diskusinya di kelompok ahli pada temannya di kelompok asal dengan baik.

4. Pembagian kelompok yang homogen membuat kelas menjadi tidak

seimbang, ada kelompok yang selalu aktif tapi ada juga kelompok yang

sangat pasif.

5. Selain itu saat penyampaian hasil diskusi masih banyak siswa yang tidak

memperhatikan saat kelompk lain sedang membacakan hasilnya.

Upaya untuk mengatasi hambatan yang ada pada siklus I sudah

disempurnakan pada siklus II yaitu dengan memberi pengarahan dan bimbingan

sebelum kegiatan inti dalam pembelajaran sehingga siswa tidak bingung kenapa

harus selalu berpindah – pindah kelompok. Saat berada di kelompok awal guru

membagikan lembar kerja siswa dengan soal yang berbeda – beda tiap siswa

untuk didiskusikan bersama teman yang lain di kelompok ahli sehingga diskusi di

kelompok ahli lebih terarah dan lebih kondusif. Setelah kembali lagi ke kelompok

awal siswa menginformasikan pada temannya yang lain dengan cara saling

bertukar lembar kerja siswa yang mereka miliki dan menjelaskan apabila teman

yang lain belum jelas. Pembagian kelompok diatur oleh guru menjadi heterogen

sehingga tidak ada kelompok yang lebih mendominasi akan tetapi semua

kelompok bisa terlibat aktif dalam pembelajaran. Kelompok yang akan maju

membacakan hasil diskusinya terlebih dahulu memberikan hasil lembar

Page 99: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

diskusinya pada guru sehingga jawaban dari kelompok itu dipegang guru lalu

kelompok itu menjawab pertanyaan yang diberikan guru, dengan cara seperti itu

siswa yang lain akan memperhatikan kelompok lain yang sedang maju karena bila

kelomok yang di depan tiak bisa menjawab pertanyaan guru maka kelompok lain

berhak menjawab dan akan memperoleh poin sebagai kelompok yang aktif.

Pembelajaran pada siklus II sudah berhasil sehingga tidak ada hambatan yang

berarti.

Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan guru kelas (lihat

lampiran 1) pemahaman konsep siswa sebelum menerapkan model kooperatif tipe

jigsaw sudah cukup baik, tetapi siswa yang tuntas hanya 45%. Hal itu dikarenakan

guru belum menggunakan model pembelajaan yang tepat dalam pelajaran PKn

sehingga siswa kurang maksimal dalam mengikuti maupun menyerap materi

pelajaran PKn. Sedangkan hasil wawancara setelah menerapkan model

pembelajaran tipe jigsaw dalam pembelajaran PKn terbukti dapat meningkatkan

pemahaman konsep siswa, selain itu ketuntasan belajar PKn siswa juga

meningkat. Walaupun begitu, dalam pelaksanaanya dijumpai hambatan yang

ditemui guru pada pembelajaran PKn menggunakan metode jigsaw ini diantaranya

yaitu:

1. Guru masih kesulitan dalam mengelola kelas sehingga kondisi kelas kurang

kondusif intuk pembelajaran.

2. Kejelasan guru dalam menyampaikan materi pelajaran masih kurang.

3. Ketepatan guru dalam menerapkan metode jigsaw juga masih kurang

sehingga masih banyak siswa yang kesulitan dalam mengikuti pembelajaran.

Untuk mengatasi hal tersebut guru mengadakan refleksi bersama guru kelas

IV dan pada siklus II hambatan tersebut bisa dikurangi, guru sudah bisa mengelola

kelas dengan cukup baik. Dalam menyampaikan materi pembelajaran guru

menggunakan media powerpoint sehingga materi yang disampaikan lebih jelas

dan menarik perhatian siswa. Guru juga memberikan pengarahan pada siswa

tentang langkah – langkah menggunakan metode jigsaw supaya siswa tidak

kesulitan dalam mengikuti pembelajaran. Dengan begitu hambatan yang ada

dalam pembelajaran dapat diperbaiki.

Page 100: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

Hambatan – hambatan yang ada selama pembelajaran sudah dapat dikurangi

hal itu membuat pemahaman siswa pada pelajaran PKn dapat meningkat. Hal itu

dikarenakan penerapan model kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran PKn

dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan membuat pembelajaran PKn

menjadi bermakna karena pembelajaran lebih menyenangkan memudahkan siswa

untuk memahami materi yang ada dengan bertukar informasi bersama teman –

teman, meningkatkan rasa kerja sama dan tanggung jawab dalam satu kelompok

untuk meraih tujuan yang sama yaitu bisa memahami materi bersama – sama.

Mengingat banyaknya kelebihan yang dimiliki model kooperatif tipe jigsaw maka

kendala – kendala dalam pelaksanaan pembelajaran PKn yang lain menjadi tidak

berarti.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa salah satu upaya untuk

meningkatkan pemahaman konsep PKn khususnya materi susunan pemerintahan

pusat pada siswa kelas IV SD Negeri 02 Jati yaitu dengan menerapkan model

kooperatif tipe jigsaw. Hal ini terjadi karena penerapan model kooperatif tipe

jigsaw dapat menjadikan pembelajaran PKn menjadi lebih menyenangkan

sehingga pemahaman siswa meningkat. Jadi pembelajaran dengan penerapan

model kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep PKn materi

susunan pemerintahan pusat pada siswa kelas IV SD Negeri 02 Jati tahun ajaran

2010/ 2011.

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

Page 101: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam dua siklus

dengan menerapkan model kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran PKn materi

Susunan pemerintahan pusat pada siswa kelas IV SD Negeri 02 Jati, Jaten,

Karanganyar dapat ditarik simpulan bahwa pembelajaran dengan menerapkan

model kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep Susunan

pemerintahan pusat pada siswa kelas IV SD Negeri 02 Jati, Jaten, Karanganyar.

Peningkatan tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai pemahaman

konsep pada setiap siklusnya, yaitu sebelum tindakan nilai rata – rata pemahaman

konsep siswa hanya 59,9, siklus I nilai rata – rata pemahaman konsep siswa

sebesar 70,5, dan siklus II nilai rata – rata pemahaman konsep siswa sebesar 75,2.

Tingkat ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan sebanyak 14 siswa atau 45%.

Pada siklus I sebanyak 26 siswa atau 84%. Sedangkan pada siklus II sebanyak 30

siswa atau 97%. Hal ini menunjukkan peningkatan dari sebelum tindakan ke

siklus I sebesar 59%, peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 13%, dan

peningkatan ketuntasan dari sebelum tindakan sampai siklus II sebesar 53%.

Dengan demikian, penerapan metode jigsaw dalam pembelajaran PKn materi

Susunan Pemerintah Pusat dapat meningkatkan Pemahaman konsep PKn siswa

kelas IV SD Negeri 02 Jati Jaten Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011.

B. Implikasi

Prosedur dan pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian ini didasarkan

pada penerapan metode jigsaw dalam pembelajaran PKn materi Susunan

pemerintahan pusat. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

siklus, dimana model siklus yang telah dilaksanakan sebanyak dua siklus. Dalam

setiap pelaksanaan siklus terdapat empat langkah kegiatan, yaitu perencanaan

tindakan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Kegiatan ini dilaksanakan berdaur

ulang, sebelum melaksanakan tindakan dalam setiap siklus perlu adanya

perencanaan dengan memperhatikan keberhasilan siklus sebelumnya. Tindakan

dalam setiap siklus dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini berdasar

Page 102: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

pada analisis perkembangan dari pertemuan satu ke pertemuan berikutnya dalam

satu siklus dan dari analisis perkembangan peningkatan proses dalam siklus I

sampai siklus II.

Pemberian tindakan dari siklus I mendeskripsikan bahwa masih terdapat

kekurangan selama proses pembelajaran berlangsung. Namun, kekurangan –

kekurangan tersebut dapat diperbaiki pada pelaksanaan tindakan pada siklus

selanjutnya, yakni pada siklus II. Dari tahap perencanaan hingga tahap refleksi

terhadap proses pembelajaran, dapat dideskripsikan terdapat peningkatan, baik

dari segi proses maupun hasil. Dari segi proses, terdapat peningkatan pada

aktivitas belajar siswa selama pembelajaran dan keterampilan guru dalam

menggunakan strategi pembelajaran untuk mengelola kelas. Dari segi hasil,

terdapat peningkatan nilai rata – rata pemahaman konsep siswa dari siklus I

hingga siklus II.

Penelitian ini juga memberikan gambaran nyata bahwa keberhasilan

proses dan peningkatan hasil pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Faktor – faktor tersebut berasal dari guru maupun siswa. Di samping itu juga

dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan. Faktor dari guru meliputi

kemampuan guru dalam mengembangkan dan menyampaikan materi,

keterampilan guru dalam menggunakan model pembelajaran, serta kemampuan

guru dalam memilih dan menggunakan media sebagai sarana untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran. Faktor dari siswa meliputi perhatian, keaktifan, ketekunan,

tanggung jawab, dan kerjasama dalam diskusi kelompok siswa selama mengikuti

proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka implikasi yang didapat dari

penelitian yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1. Implikasi Teoritis

Kesimpulan yang menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif

jigsaw efektif pada pembelajaran PKn terhadap Pemahaman konsep siswa,

terbukti bahwa jigsaw dapat meningkatkan kerja sama dan kebersamaan yang

tinggi dalam memecahkan permasalahan bahan ajar dan diskusi di kelas.

Model kooperatif tipe jigsaw membiasakan siswa untuk berfikir kritis,

Page 103: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

belajar saling bertukar ide/gagasan baik dalam satu kelompok maupun dengan

anggota kelompok lain. Hasil ini dapat dijadikan sebagai salah satu dalam

memilih metode pembelajaran yang tepat dan dalam pembelajaran di kelas.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan sebagai dasar

pengembangan model kooperatif jigsaw dalam penelitian selanjutnya.

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan guru untuk memilih model

pembelajaran yang tepat agar dapat meningkatkan kualitas proses

pembelajaran sehubungan dengan tujuan yang harus dicapai oleh siswa SDN

02 Jati, Jaten, Karanganyar.

Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah

dijelaskan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan dan

dikembangkan oleh guru yang menghadapi masalah sejenis yang pada

umumnya dimiliki oleh sebagian besar siswa. Penerapan model kooperatif tipe

jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Dengan metode ini,

siswa membaca materi secara terpisah. Siswa menuangkan berbagai informasi

yang telah mereka peroleh dari bacaan yang telah mereka baca dalam kegiatan

diskusi kelompok, semua aspek baik dari guru maupun siswa harus

diperhatikan agar mendukung keberhasilan suatu pembelajaran.

C. Saran

Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, serta dalam

rangka ikut menyumbangkan pemikiran bagi guru dalam meningkatkan

pemahaman konsep pada pembelajaran PKn, khususnya materi Susunan

pemerintahan pusat, maka dapat disampaikan saran – saran sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

a. Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau

pemikiran pada proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat

berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal.

b. Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan sehari –

hari.

Page 104: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

2. Bagi guru

a. Hendaknya guru menerapkan model kooperatif tipe jigsaw dalam

pembelajaran PKn materi susunan pemerintahan pusat.

b. Dalam pembelajaran secara umum hendaknya guru lebih berinovasi dalam

menerapkan model ataupun metode yang dikuasai sesederhana apapun itu

untuk menarik minat siswa dalam pembelajaran.

c. Dalam pembelajaran PKn materi susunan pemerintahan pusat guru

hendaknya kerja sama dan saling membantu dengan guru lain dalam

kelompok kerja guru sesama guru kelas IV dalam menerapkan metode

kooperatif tipe jigsaw.

3. Bagi sekolah

Sekolah sebaiknya meningkatkan kualitas tenaga pendidiknya dengan

mengadakan pelatihan bagi guru agar dapat berinovasi menerapkan model

pembelajaran yang tepat pada pembelajaran, terutama model pembelajaran

yang menyenangkan misalnya model kooperatif tipe jigsaw. Kualitas tenaga

pendidik yang lebih baik akan berpengaruh pada kualitas pembelajaran,

karena pastinya akan terdapat inovasi dalam penggunaan model pembelajaran

dan tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

Page 105: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

DAFTAR PUSTAKA

Daryanto. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta

Disa Lusiana Dewi. 2009. Penerapan Metode Kooperatif Tipe Jigsaw untuk

meningkatkan Keterampilan Bercerita pada Siswa Kelas III SDN

Karang Talun Tahun Ajaran 2008/ 2009. Surakarta: UNS

Dwi Tyas Utami. 2010. Panduan PAKEM PKn SD. Jakarta: Erlangga

http://www.georgejacobs.net/cooperative diakses tanggal 4 Januari 2011

http://zonainfosemua- pengertian model pembelajaran diakses tanggal 1 Maret

2011

http://damandiri.or.id- metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diakses tanggal

11 Maret 2011

Indah Kusharyati. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan

Metode Jigsaw untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dalam

Pembelajaran Akuntansi Siswa kelas XI IS 5 SMA Negeri 8 Surakarta

Tahun Ajaran 2008/ 2009. Surakarta: UNS

Isjoni. 2010. Pembelajaran Kooperatif Mningkatkan kecerdasan Komunikasi

antar Peserta Didik. Yogyakarta : Pusataka Pelajar

Kusnardi dan Bintan R. Saragih. 1994. Ilmu Negara. Jakarta : Gaya Media

Pratama

Kartika Dewi, Ressi dkk. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan 4 Untuk Sekolah

Dasar & Madrasah Ibtidaiyah Kelas IV. Jakarta : Pusat Perbukuan

Depdiknas

Lundgren, Linda. 1994. Cooperative Learning. USA Glencoe McGraw Hill

Nana Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung :

Remaja Rosdakarya

Nana Syaodih. 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : Remaja

Rosdakarya

Niken Aryani dan Dany Haryanto.2010. Pembelajaran Multi Media di Sekolah

Pedoman pembelajaran Inspiratif, Konstruktif, dan Prospektif. Jakarta :

PT Prestasi Pustakakarya

Page 106: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

Novi Emildadiany. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Cooperaitve Learning

Tipe Jigsaw. http://akhmadsudrajat.wordpress.com diakses tanggal 19

Desember 2010

Oemar Hamalik. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara

Prayoga Bestari. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan: Menjadi Warga Negara

yang Baik. Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas

Purwanto. 2010. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Ruminiati. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan SD. Depdiknas

Sarjan. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan Bangga Menjadi Insan Pancasila

Untuk SD/MI Kelas IV. Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas

Sarwiji Suwandi. 2009. Penelitian Tindakan kelas (PTK) dan Penulisan Karya

Ilmiah. Surakarta : Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS

Surakarta

Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning (Teori, Riset, dan Praktek).

Bandung: Nusa Media

Sugiyanto. 2009. Model – Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta : Panitia

Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta

Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta : Bumi Aksara

Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta : UNS Pres

Winkel, WS. 2005. Psikologi Pembelajaran. Yogyakarta : Media Abadi

Page 107: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

1