Upload
lyliem
View
252
Download
5
Embed Size (px)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP TENTANG
SUSUNAN PEMERINTAHAN PUSAT MATA PELAJARAN PKn PADA
SISWA KELAS IV SDN 02 JATI JATEN KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011
OLEH :
SEIN CANGGAH FAUDILAH SANTI
K7107049
Skripsi
Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
ABSTRAK
Sein Canggah Faudilah Santi. K7107049. PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP TENTANG SUSUNAN
PEMERINTAHAN PUSAT MATA PELAJARAN PKn PADA SISWA
KELAS IV SDN 02 JATI TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi. Surakarta :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta,
April 2011.
Tujuan penelitian ini adalah Meningkatkan pemahaman konsep tentang
susunan pemerintahan pusat pada pelajaran PKn bagi siswa kelas IV SD N 02 Jati,
Jaten, Karanganyar melalui penerapan model kooperatif tipe jigsaw.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas terdiri dari dua
siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD
Negeri 02 Jati tahun ajaran 2010/2011. Sejumlah 31 siswa yang terdiri dari 17
siswa perempuan dan 14 siswa laki – laki. Teknik pengumpulan data
menggunakan dokumentasi, wawancara, observasi, dan tes. Teknik analisis data
menggunakan teknik analisis model interaktif yang terdiri dari tiga komponen
analisis yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan atau verifikasi.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan
bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat
meningkatkan pemahaman konsep susunan pemerinahan pusat pada siswa kelas
IV SDN 02 Jati Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2010/ 2011. Peningkatan
pemahaman konsep tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai
pemahaman konsep siswa pada setiap tindakan. Rata – rata nilai pemahaman
konsep siswa sebelum tindakan yaitu 59,9, pada siklus I nilai rata – rata
pemahaman konsep siswa menjadi 70,5, dan pada siklus II meningkat lagi
menjadi 75,2. Sebelum dilaksanakan tindakan, siswa yang memperoleh nilai
diatas KKM ( ≥60) hanya sebanyak 14 siswa (45%), pada siklus I meningkat
menjadi 26 siswa (84%), dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 30 siswa
(97%).
Kata Kunci : Jigsaw, Pemahaman Konsep, Pembelajaran PKn
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
ABSTRACT
SEIN CANGGAH FAUDILAH SANTI. K7107049. APPLYING OF
MODEL COOPERATIVE LEARNING TYPE JIGSAW TO INCREASE
THE UNDERSTANDING OF CONCEPT ABOUT CENTER FORMATION
GOVERNANCE SUBJECT OF PKn ON THE FOURTH STUDENTS OF
SDN 02 JATI AT 2010 / 2011 ACADEMIC YEAR. Minithesis. Surakarta :
Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University, April 2011.
Purpose of the research is to know improvement understanding of consept
about center formation governance subject among the fourth grade students of SD
Negeri 02 Jati in study PKn by using jigsaw method approach Target of this
research to Improve the understanding of concept about center formation
governance at Iesson of PKN to class student of IV SD N 02 Jati, Jaten,
Karanganyar applying of type cooperative model of jigsaw.
The research form is classroom action research (CAR) is conducted of two
cycles. The research procedure consists of four phases, that are planning, action
implementation, observation, and reflection. Subject of the research is the fourth
grade students of SD Negeri 02 Jati Jaten Karanganyar of 2010/2011 academic
year amounting to 31 students that consist of 14 male students and 17 female
students. Data collecting technique by using documentation, observation,
interview, and test. Data analysis by using an interactive analysis model
consisting of three components, that are data reduction, data presentation, and
conclusion drawing or verification.
Based on result of the research, it can be concluded by applying model
study of type cooperative of jigsaw can improve the understanding concept of
center formation governance of fourth grade students SDN 02 Jati Jaten
Karanganyar of 2010/ 2011 academic year. Improvement of the students PKn
learning can be seen in the increased value of understanding concept in each
action. Average value of understanding concept before action that is 59,9. The
average value of understanding increased to 70,5 in the first cycle and it increased
to 75,2 in the second cycle. Before implementation of the research, students who
acquired KKM grade > 60 were 14 students (45 %). In first cycle, the number of
students with KKM grade > 60 increased to 26 students (84 %) and the number
of the students increased again in second cycle became 30 students (97%).
keyword : jigsaw, understanding of concept, PKn learning
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
MOTTO
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu, ada kemudahan”
(Q.S Alam Nasyrah)
“Pelajarilah ilmu dan mengajarlah kamu, rendahkanlah dirimu terhadap guru –
gurumu dan berlakulah lemah lembut terhadap murid-muridmu”
(Terjemahan HR. Tabrani)
“Tidak semua yang kita temukan bisa kita rubah, tetapi kita tidak bisa merubah
sesuatu sampai kita menemukannya.”
(James Baldwin)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada:
Ayahku ( Sein ) yang telah memberiku semangat hidup dan motivasi
menjadi orang yang lebih baik.
Ibuku tercinta ( Rusmiati ) yang telah memberikan cinta, kasih sayang,
dan doa serta pengorbanan yang tak terbatas demi kebahagiaan yang
diberikan kepadaku.
Keluarga Besar FKIP Universitas Sebelas Maret, dan almamaterku
tercinta yang telah memberikan ilmu yang berguna bagi masa depanku
yang cerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Tentang Susunan Pemerintahan Pusat Mata
Pelajaran PKn Pada Siswa Kelas IV SDN 02 Jati Tahun Pelajaran 2010/ 2011”
guna memenuhi persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan.
Penulis menyadari, terselesaikannya laporan penelitian ini tidak lepas dari
bimbingan, arahan, petunjuk, dan saran – saran dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini peneliti dengan tulus menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd selaku Dekan FKIP UNS
Surakarta.
2. Drs. Kartono, M. Pd selaku Ketua Program Studi PGSD dan selaku dosen
pembimbing I yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada
peneliti.
3. Dra. Lies Lestari, M. Pd selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti.
4. Suwandi, S. Pd selaku Kepala SD Negeri 02 Jati Jaten Karanganyar yang
telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di SD
Negeri 02 Jati.
5. Ana Muslimah, S. S selaku guru kelas IV SD Negeri 02 Jati yang telah
menyempatkan waktu untuk berkolaborasi dengan peneliti dalam
penelitian.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca agar hasil penelitian ini bisa lebih bermanfaat bagi peneliti sendiri
khususnya, serta pembaca pada umumnya.
Surakarta, April 2011
Peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL……………………………………………………………………….. i
PENGAJUAN……………………………………………………………...… ii
PERSETUJUAN…………………………………………………………….. iii
PENGESAHAN……………………………………………………………… iv
ABSTRAK…………………………………………………………………… v
MOTTO……………………………………………………………………… vii
PERSEMBAHAN……………………………………………………………. viii
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. ix
DAFTAR ISI………………………………………………………………… x
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… xii
DAFTER GRAFIK…………………………………………………………… xiii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………. xiv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………… 5
C. Tujuan Penelitian…………………………………………………. 5
D. Manfaat Penelitian………………………………………………... 6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka………………………………………………….. 7
1. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw ……………………………………………………. 7
2. Hakikat Pemahaman Konsep
Susunan Pemerintahan Pusat………………………………….. 21
B. Hasil Penelitian Yang Relevan…………………………………... 22
C. Kerangka Berpikir………………………………………………… 34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………….. 37
B. Subjek Penelitian………………………………………………….. 37
C. Bentuk dan Strategi Penelitian…………………………………… 37
D. Sumber Data……………………………………………………… 39
E. Teknik Pengumpulan Data……………………………………….. 39
F. Validitas Data…………………………………………………….. 41
G. Teknik Analisis Data……………………………………………... 43
H. Indikator Kinerja…………………………………………………. 45
I. Prosedur Penelitian……………………………………………….. 45
J. Rancangan Siklus I……………………………………………….. 47
K. Rancangan Siklus II………………………………………………. 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian………………………………………. 51
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian………………………………. 52
C. Pembahasan Hasil Penelitian …………………………………….. 81
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan………………………………………………………….. 86
B. Implikasi………………………………………………………….. 86
C. Saran……………………………………………………………… 88
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Ilustrasi Klompok Jigsaw…………………………………………. 15
Gambar 2. Ilustrasi Desain Jigsaw……………………………………………. 15
Gambar 3. Susunan Pemerintahan Pusat Sebelum Amandemen UUD 1945… 26
Gambar 4. Susunan Pemerintahan Pusat Setelah Amandemen UUD 1945….. 26
Gambar 5. Skema Kerangka Berpikir………………………………………… 36
Gambar 6. Komponen – komponen analisis Data……………………………. 44
Gambar 7. Alur Penelitian Tindakan Kelas…………………………………... 46
Gambar 8. Susunan Kelompok Asal
Pertemuan 1 siklus I………………………………………………. 58
Gambar 9. Susunan Klompok Ahli
Pertemuan 1 Siklus I…………………………………………….... 58
Gambar 10. Susunan Kelompok Ahli
Pertemuan 2 Siklus I…………………………………………….... 60
Gambar 11. Susunan Kelompok Asal
Pertemuan 1 Siklus II…………………………………………….. 71
Gambar 12. Susunan Kelompok Ahli
Pertemuan 1 siklus II……………………………………………… 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 1. Hasil Data Nilai Pemahaman Konsep PKn
Sebelum Tindakan…………………………………………………… 53
Grafik 2. Hasil Data Nilai Pemahaman Konsep PKn Siklus I…………………. 65
Grafik 3. Perkembangan Nilai Pemahaman Konsep
Sebelum Tindakan Dan Siklus I……………….…………………….. 66
Grafik 4. Hasil Data Nilai Pemahaman Konsep PKn Siklus II…………………. 78
Grafik 5. Perkembangan Nilai Pemahaman Konsep
Siklus I dan Siklus II…………………………………………………. 79
Grafik 6. Grafik Peningkatan Nilai Rata – Rata Pemaaman Konsep
dan Ketuntasan Belajar PKn setiap Siklus………………………….... 81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Frekuensi Data Nilai Pemahaman Konsep PKn
Sebelum Tindakan……………………………………………………. 53
Tabel 2. Hasil Nilai Pemahaman Konsep Sebelum Tindakan………………… 54
Tabel 3. Hasil Observasi Aktifitas Belajar Siswa Siklus I…………………….. 63
Tabel 4. Frekuensi Data Nilai Pemahaman Konsep PKn Siklus I……………... 64
Tabel 5. Perkembanhan Nilai Pemahaman Konsep Sebelum Tindakan
dan Siklus I……………………………………………………………. 66
Tabel 6. Hasil Observasi Aktifitas Belajar Siswa Siklus II……………………. 76
Tabel 7. Frekuensi Data Nilai Pemahaman Konsep PKn Siklus II……………. 78
Tabel 8. Perkembangan Nilai Pemahaman Konsep Siklus I dan Siklus II……. 79
Tabel 9. Nilai Rata – Rata Pmahaman Konsep PKn dan Presentase Ketuntasan
Klasikal Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II………………….. 81
Tabel 10. Nilai Rata – Rata Hasil Observasi Kinerja Guru dan Aktifitas Siswa
Selama Pembelajaran Tiap Siklus ……………………………………. 82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil Wawancara Sebelum Tindakan…………………………… 92
Lampiran 2. Nilai Siswa Sebelum Tindakan…………………………………. 93
Lampiran 3. Silabus…………………………………………………………... 94
Lampiran 4. RPP Siklus I……………………………………………………... 97
Lampiran 5. Kisi – Kisi Soal Siklus I…………………………………………. 112
Lampiran 6. Nilai Siswa Siklus I……………………………………………… 114
Lampiran 7. Pedoman Observasi Guru……………………………………….. 115
Lampiran 8. Pedoman Observasi Siswa………………………………………. 120
Lampiran 9. Hasil Rekapitulasi Observasi Aktifitas Siswa
Pertemuan 1 Siklus I……………………………………………. 123
Lampiran 10. Hasil Rekapitulasi Observasi Aktifitas Siswa
Pertemuan 2 Siklus I ………………………………………….. 125
Lampiran 11. Hasil Rekapitulasi Observasi Kinerja Guru Siklus I…………... 127
Lampiran 12. RPP Siklus II…………………………………………………... 128
Lampiran 13. Kisi – Kisi Soal Siklus II………………………………………. 143
Lampiran 14. Nilai Siswa Siklus II…………………………………………… 145
Lampiran 15. Hasil Rekapitulasi Observasi Aktifitas Siswa
Pertemuan 1 Siklus II………………………………………….. 146
Lampiran 16. Hasil Rekapitulasi Observasi Aktifitas Siswa
Pertemuan 2 Siklus II………………………………………….. 148
lampiran 17. Hasil Rekapitulasi Observasi Kinerja Guru Siklus II…………... 150
Lampiran 18. Hasil Wawancara Setelah Tindakan…………………………… 151
Lampiran 19. Tabel Pelaksanaan TIndakan…………………………………... 152
Lampiran 20. Dokumentasi ………………………………………………...… 153
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang mendasar.
Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk membentuk manusia yang baik dan
berbudi pekerti luhur menurut cita-cita dan nilai-nilai masyarakat, serta untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
pemerintah telah berupaya membangun sektor pendidikan secara terarah, bertahap
dan terpadu dengan keseluruhan pembangunan kehidupan bangsa, baik dalam
bidang ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, sosial budaya maupun
pertahanan dan keamanan.
Setiap murid khususnya di sekolah dasar memiliki perbedaan antara satu
dan lainnya. Beberapa perbedaan tersebut antara lain: kapasitas intelektual,
keterampilan, motivasi, persepsi, sikap, kemampuan, minat, latar belakang
kehidupan dalam keluarga dan lain-lain, yang cenderung akan mengakibatkan
adanya perbedaan pula dalam belajar setiap murid baik dalam kecepatan
belajarnya, kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak saat belajar, serta keberhasilan
yang dicapai murid itu sendiri. Pada setiap kelas di sekolah dasar tidak jarang
dijumpai murid-murid yang mengalami kesulitan belajar baik dalam membaca,
menulis, berhitung dan menghafalkan materi pelajaran yang sudah diperolehnya
saat kegiatan pembelajaran.
Tujuan yang ingin dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran adalah adanya
perubahan pada diri siswa, yaitu bertambahnya pengetahuan, sikap, dan
keterampilan siswa. Perubahan pengetahuan ini ditandai dengan pemahaman
konsep yang dikuasai siswa dan nilai hasil belajar siswa yang telah dilakukannya.
Untuk mengukur seberapa jauh hasil belajar siswa, salah satunya menggunakan
tes. Hasil tes dapat memberikan laporan tentang proses dan kualitas pembelajaran
yang telah dilaksanakan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan keterlibatan siswa pada setiap
pembelajarannya. Magnesen dalam Niken Ariani dan Haryanta (2010:131)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
menyebutkan bahwa kita belajar 10 % dari apa yang kita baca, 20 % dari apa yang
kita dengar, 30 % dari apa yang kita lihat, 50 % dari apa yang kita lihat dan kita
dengar, 70 % dari apa yang kita katakan, dan 90 % dari apa yang kita katakan dan
lakukan. Pendapat tersebut mempertegas bahwa keterlibatan siswa untuk selalu
aktif dalam pembelajaran mutlak diperlukan. Meskipun demikian tidak semua
guru bisa mengkondisikan siswa supaya aktif dalam pembelajaran.
Dari hasil pengamatan umum hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan
di SD masih kurang memuaskan. Tujuan PKn adalah untuk membentuk watak dan
karakteristik warga Negara yang baik. Sedangkan tujuan pembelajaran mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menurut Mulyasa dalam Ruminiati
(2007:26) adalah untuk menjadikan siswa :
1. Mampu berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi
persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan di negaranya.
2. Mau berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan, secara aktif dan
bertanggung jawab, sehingga bisa bertindak secara cerdas dalam semua
kegiatan, dan
3. Bisa berkembang secara positif dan demokratis, sehingga mampu hidup
bersama dengan bangsa lain di dunia dan mampu berinteraksi, serta
mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dengan baik.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan guru kelas
IV SD Negeri 02 Jati, diperoleh fakta bahwa siswa kesulitan dalam memahami
materi pada pelajaran PKn khususnya pada materi susunan pemerintahan pusat.
Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor sebagai berikut : 1) siswa tidak tertarik
dengan pelajaran PKn, 2) materi Pkn yang terlalu banyak, 3) siswa sulit
menghafalkan materi yang ada, 4) guru kurang mampu membangkitkan suasana
pembelajaran yang menarik sehingga siswa mudah merasa bosan, 5) guru belum
menggunakan model pembelajaran yang bervariasi 6) media yang digunakan guru
kurang menarik. Dalam mengajarkan materi tersebut, sebenarnya guru telah
berusaha untuk memudahkan siswa dalam menangkap materi pelajaran dengan
menggunakan media berupa gambar (Struktur). Meskipun telah menggunakan
media belajar, aktivitas belajar siswa rendah. Para siswa tetap pasif dalam
mengikuti pelajaran. Para siswa kurang antusias dalam belajar. Keyataan ini
tampak pada sikap mereka saat mengikuti pelajaran. Ada siswa yang tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
mendengarkan penjelasan guru, dan suka melamun. Berawal dari sikap negatif
tersebut, pada akhirnya siswa tersebut tidak dapat menjawab pertanyaan guru.
Dengan kata lain bahwa, Semua materi pelajaran yang telah diberikan begitu
mudahnya terlupakan dari ingatan siswa dan mereka tampak sulit dalam
menguasai materi pelajaran.
Hasil belajar PKn siswa kelas IV SD Negeri 02 Jati, Jaten, Karanganyar
pada tahun ajaran 2009/ 2010 yang berjumlah 25 siswa masih rendah. Terbukti
dengan nilai ulangan pada materi Susunan Pemerintahan pusat adalah sebagai
berikut: nilai tertinggi yaitu 74 ada 1 siswa, nilai 68 ada 1 siswa,nilai 66 ada 4
siswa, nilai 64 ada 4 siswa, nilai 62 ada 5 siswa, selebihnya yaitu 10 siswa masih
mendapatkan nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Begitu juga
pada tahun – tahun sebelumnya, nilai pembelajaran PKn pada materi susunan
pemerintahan pusat selalu mendapat nilai yang kurang. Hal ini menunjukkan
kemampuan siswa dalam menguasai materi dalam pelajaran PKn perlu
ditingkatkan lagi khususnya pada materi susunan pemerintahan pusat.
Sistem pemerintahan di Indonesia mengenal adanya berbagai lembaga
negara. Setiap negara memiliki sistem dan lembaga negara. Lembaga negara
merupakan perangkat dalam sistem pemerintahan di Indonesia, yang terdiri dari
eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Indonesia menganut paham pembagian
kekuasaan, bukan pemisahan kekuasaan. Pada materi ini, dipelajari beberapa
lembaga negara dalam susunan pemerintah pusat berdasarkan amandemen UUD
1945, seperti MPR, DPR, DPD, Presiden, MA, MK, KY, dan BPK. Serta fungsi
dan tugas lembaga – lembaga Negara. Perlu pemahaman untuk bisa menghafal
materi yang begitu banyak pada bab ini. sehingga tujuan pembelajarannya bisa
tercapai.
Tujuan pembelajaran pada materi pemerintahan tingkat pusat adalah siswa
dapat menjabarkan lembaga – lembaga tingkat pusat dan dapat mengenal
lembaga, tugas, dan wewenang pada lembaga pemerintahan ditingkat pusat. Jika
tujuan pembelajaran itu tidak dapat dicapai karena siswa tidak memahami materi
pada bab ini maka siswa akan kesulitan kedepannya dalam memahami susunan
pemerintahan pusat, tidak mengerti apa itu MPR, DPR, atau bahkan tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
mengerti siapa presiden di negaranya sendiri, selain itu siswa juga tidak mengerti
apa saja instansi – instansi yang ada dalam pemerintahan pusat, siswa juga tidak
mengerti tugas dan wewenang pada lembaga – lembaga pusat. Serta siswa tidak
bisa membedakan sistem pemerintahan negaranya sendiri dengan negara lain.
Dengan mempelajari PKn, diharapkan siswa bisa berkembang secara positif dan
demokratis untuk menjadikan warga Negara yang baik, yaitu warganegara yang
tahu, mau, dan sadar akan hak dan kewajibannya. Dengan demikian kelak siswa
diharapkan dapat menjadi bangsa yang terampil dan cerdas, dan bersikap baik.
Hal ini akan mudah tercapai jika pendidikan nilai moral dan norma ditanamkan
pada siswa sejak usia dini.
Guna menunjang keberhasilan pembelajaran supaya tujuan pembelajaran
bisa tercapai pada materi susunan pemerintahan pusat guru perlu melakukan
inovasi atau pembaharuan dalam pembelajarannya. Dari pengalaman guru yang
seperti itu penulis mencoba menggunakan model kooperatif dalam
pembelajarannya. Sugiyanto berpendapat bahwa (2009:37) Pembelajaran
kooperatif (cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus
pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dalam prakteknya
nanti penulis akan menerapkan model kooperatif tipe jigsaw yang akan di
terapkan dalam pembelajaran.
Pendapat Arends seperti yang dikutip oleh Novi Emildadiany (2008)
dalam (http://akhmadsudrajat.wordpress.com) diunduh tanggal 19 Desember 2010
mengungkapkan bahwa Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan
model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang
terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan
yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang
harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok
yang lain. Dalam metode Jigsaw terdapat kelompok ahli (expert groups) dan
kelompok asal (home teams). Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung
jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain,
karena siswa bertanggung jawab sebagai narasumber di kelompoknya. Tujuan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
model kooperatif tipe Jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim, keterampilan
belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak
mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi
sendirian. Dengan diterapkannya metode jigsaw ini diharapkan siswa dapat
bekerjasama dengan teman yang lain saat membahas materi yang sama dan bisa
saling bertukar materi dengan kelompoknya. Dengan begitu, diharapkan siswa
dapat menjadi lebih paham dalam menguasai materi susunan pemerintahan pusat.
Berdasarkan uraian diatas, untuk mengetahui permasalahan yang ada berkaitan
dengan peningkatan pemahaman konsep susunan pemerintah pusat melalui model
kooperatif tipe jigsaw, maka peneliti mengadakan penelitian pada siswa kelas IV
SD Negeri 02 Jati, Jaten, Karanganyar. Penelitian ini berbentuk Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Tentang
Susunan Pemerintahan Pusat Mata Pelajaran PKn Pada Siswa Kelas IV
SDN 02 Jati Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/ 2011.“
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun permasalahan yang dibahas
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Apakah model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep tentang susunan
pemerintahan pusat pada pelajaran PKn bagi siswa kelas IV SD N 02 Jati, Jaten,
Karanganyar ?”.
C. Tujuan Penelitian
Sesuai rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut: “Meningkatkan pemahaman konsep tentang susunan pemerintahan pusat
pada pelajaran PKn bagi siswa kelas IV SD N 02 Jati, Jaten, Karanganyar melalui
model kooperatif tipe jigsaw”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
D. Manfaat Penelitian
Perbaikan pembelajaran ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Guru
a. Dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengatasi masalah pada
pembelajaran PKn dengan menggunakan model kooperatif tipe jigsaw.
b. Dapat menambah wawasan guru terutama yang berhubungan dengan
pembelajaran PKn.
2. Siswa
a. Mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran PKn tentang
susunan Pemerintah Pusat.
b. Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran PKn materi
susunan pemerintahan pusat.
c. Meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran PKn
materi susunan pemerintahan pusat.
3. Sekolah
a. Sebagai bahan untuk pengembangan kurikulum di tingkat sekolah
terutama di dalam kelas.
b. Hasil penelitian yang diperoleh dapat digunakan untuk perbaikan pada
proses pembelajaran PKn materi susunan pemerintahan pusat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
a. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran perlu dipahami guru agar dapat melaksanakan
pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Dalam
penerapannya, model pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan
siswa karena masing – masing model pembelajaran memiliki tujuan, prinsip,
dan tekanan utama yang berbeda – beda.
Menurut Dahlan dalam Isjoni (2010:72), model mengajar dapat
diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun
kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar
di kelas. Agus Suprijono (2009:46) menyatakan bahwa model adalah pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas
maupun tutorial. Sedangkan ahli lain yaitu Mills dalam http://
zonainfosemua.blogspot.com/pengertian – model – pembelajaran – dari.html
diunduh tanggal 1 Maret 2011 berpendapat bahwa model adalah bentuk
representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau
sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Dari ketiga
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model adalah suatu rancangan atau
pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di
kelas dan digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran,
dan memberi petunjuk pada pengajar.
Pembelajaran dalam UU RI No 2 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran
menurut Gagne dalam Isjoni (2010:72) “An active process and suggests that
teaching involves facilitating active mental proscss by students”, bahwa dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
proses pembelajaran siswa berada dalam posisi proses mental yang aktif, dan
guru berfungsi mengkondisikan terjadinya pembelajaran. Sejalan dengan hal
itu Oemar Hamalik (1994:57) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah
suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur – unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai
tujuan pembelajaran. Dalam Jurnal Internasional, learning is how a person or
group comes to know, and knowing consist of variety types action in learning,
a knower positions themselves in relation to the knowble, and engages ( Bill
Cope, 2007: http://ijl.cgpubluiher.com/about.html) diunduh tanggal 1 Maret
2011 definisi tersebut mengandung pengertian bahwa belajar adalah bagaimana
seseorang atau kelompok yang datang untuk mengetahui dan akhirnya
mengetahui bermacam – macam tindakan dalam pembelajaran, dalam
pembelajaran siswa menempatkan dirinya dalam hubungan saling mengetahui
(yang dipengaruhi oleh pengalaman, konsep, analisis, atau penerapan). Dari
beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses
perubahan yang dialami individu untuk mencapai perubahan perilaku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dan
dengan arahan dari guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai yang terjadi pada suatu lingkungan belajar tertentu.
Dari pengertian model dan pembelajaran diatas dapat digabungkan
tentang pengertian model pembelajaran. Menurut Joice dan Weil dalam Isjoni
(2010:73) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola atau
rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk
menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk
kepada pengajar dikelasnya. Menurut Winataputra dalam Sugiyanto (2009:3)
model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Dari pendapat tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang yang digunakan dalam
menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk
kepada pengajar dikelasnya untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil dan pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.
b. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha
mengoptimalkan hasil belajar siswa. Diantaranya adalah model pembelajaran
konstektual, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran Quantum,
model pembelajaran terpadu, model pembelajaran berbasis masalah, dll. Dari
kesekian banyak model pemblajaran yang ada, peneliti mencoba menggunakan
model kooperatif dalam penelitian ini. Setiap pengajar dapat memilih model
pembelajaran tersebut secara bergantian atau simultan sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapainya, namun ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam memilih model pembelajaran yang tepat dalam
pembelajaran, seperti yang diutarakan oleh Sugiyanto (2009:3) bahwa ada
beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih model pembelajaran
yaitu : 1) tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, 2) sifat/bahan materi ajar, 3)
kondisi siswa, 4) ketersediaan sarana/ prasarana belajar.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran
kelompok. Menurut Slavin (2008:4) Model pembelajaran kooperatif adalah
model pembelajaran dengan setting kelompok – kelompok kecil dan
memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerja
sama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman
sebayanya. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam
kelompok – kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa. Setiap kelompok
yang heterogen yaitu terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin
dan suku. Anita Lie dalam Isjoni (2010:23) menyatakan bahwa Cooperative
Learning atau pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama
siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur.
Sependapat dengan pendapat tersebut, Johnson dalam Isjoni (2010 : 22)
mengemukakan Cooperative means working together to accomplish shared
goals. Within cooperative activities individuals seek outcomes that are
beneficial to all other groups members. Cooperative learning is the
intructional use of small group that allows students work together to maximize
their own and each other as learning. Berdasarkan uraian tersebut,
pembelajaran kooperatif mengandung arti bekerja sama dalam mencapai tujuan
bersama. Pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk
memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok
itu. Dalam jurnal internasional yang ditulis Jacobs&Hannah (dalam
http://www.georgejacobs.net/cooperative.html, diakses pada tanggal 4 Januari
2011) menyatakan bahwa cooperative learning, also known as collaborative
learning, is a body of concepts and techniques for helping to maximize the
benefits of cooperation among students. Artinya, pembelajaran kooperatif yang
juga dikenal sebagai pembelajaran kolaboratif, adalah suatu bentuk dari konsep
dan tehnik untuk membantu memaksimalkan keuntungan-keuntungan
kerjasama diantara siswa.
Sugiyanto (2009:37) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif
(cooperatve learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada
penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan
kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan
kerja sama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran di dalam
kelompok yang heterogen. Maksudnya, kelompok heterogen dapat dibentuk
dengan memperhatikan keanekaragaman gender, agama, sosio-ekonomi, dan
etnik serta kemampuan akademis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
c. Ciri – ciri Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat
elemen – elemen yang saling terkait. Elemen – elemen pembelajaran
kooperatif menurut Anita Lie dalam Sugiyanto (2009:40) adalah 1) saling
ketergantungan positif, 2) interaksi tatap muka, 3) akuntabilitas individual, 4)
keterampilan untuk menjalin hubungan antarpribadi atau keterampilan sosial
yang secara sengaja diajarkan. Berikut ini masing – masing keterangan dari
elemen – elemen tersebut.
1) Saling ketergantungan positif
Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap
anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yan efektif, pengajar
perlu menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga setiap anggota kelompok
harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan
mereka. Selanjutnya, pengajar akan mengevaluasi mereka mengenai
seluruh bagian. Dengan cara ini mau tidak mau setiap anggota kelompok
merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain
bisa berhasil.
2) Interaksi tatap muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka
dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan pembelajaran
untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota, dari
sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan
mengisi kekurangan masing-masing. Setiap anggota kelompok
mempunyai latar belakang pengalaman, keluarga dan sosial ekonomi yang
berbeda satu dengan yang lainnya.
3) Akuntabilitas individual
Akuntabilitas individual atau tanggung jawab individual, anggota
kelompok dituntut melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Dalam pembelajaran kooperatif meskipun dilaksanakan secara
berkelompok tapi penilaian dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan
individual. Nilai kelompok didasarkan pada rerata hasil belajar semua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
anggota kelompok, oleh karena itu semua anggota kelompok harus
memberi kontribusi demi kemajuan kelompok.
4) Keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan
sosial yang secara sengaja diajarkan
Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sopan terhadap sesama
teman, berani mempertahankan pemikiran yang logis, tidak mendominasi
orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam
menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal relationship) tidak hanya
diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat
menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga
dari sesama siswa.
d. Macam – macam Pembelajaran Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa tipe pembelajaran model
kooperatif, yaitu di antaranya:
1) Student Team Achievement Division ( STAD )
Merupakan metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana yaitu
pendekatan dengan pembagian siswa melalui kelompok – kelompok untuk
belajar bersama.
2) Teams Games Tournament (TGT)
Yaitu metode pembelajaran dalam bentuk pertandingan ( tournament)
antara kelompok yang satu dengan yang lain.
3) Group Investigation
Model koperatif tipe GI dengan sintaks: Pengarahan, buat kelompok
heterogen dengan orientasi tugas, rencanakan pelaksanaan investigasi, tiap
kelompok menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas, misal
mengukur tinggi pohon, mendata banyak dan jenis kendaraan di dalam
sekolah, jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah, banyak guru
dan staf sekolah), pengolahan data penyajian data hasil investigasi,
presentasi, kuis individual, buat skor perkembangan siswa, umumkan hasil
kuis dan berikan reward.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
4) Metode TAI ( Team assisted Individualization )
Merupakan metode pembelajaran yang membentuk kelompok kecil yang
diterapkan bimbingan antar teman, yaitu siswa yang pandai bertanggung
jawab terhadap siswa yang lemah.
5) Metode pembelajaran Jigsaw yang menjadi kajian dalam penelitian ini dan
akan dibahas lebih jauh.
e. Pengertian Model Kooperatif Tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaran tipe jigsaw
pertama kali dikembangkan oleh Elliot Arronson di Universitas Texas dan
merupakan salah satu metode pembelajaran yang berhasil dikembangkan oleh
Robert E. Slavin. Menurut Arends seperti yang dikutip oleh Novi Emildadiany
(2008) dalam (http://akhmadsudrajat.wordpress.com) diunduh tanggal 19
Desember 2011 mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
adalah suatu tipe pembelajaran yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu
kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan
mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
Berdasarkan pengertian tersebut model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
menekankan pada diskusi kelompok dengan jumlah anggota relatif kecil dan
bersifat heterogen. Metode ini serupa dengan STAD, dalam pelaksanaannya
jigsaw juga dituntut pembagian siswa ke dalam kelompok kecil yang terdiri
dari 4-6 orang secara heterogen. Dengan heterogen tersebut diharapkan masing
– masing siswa dapat saling melengkapi. Maksudnya, tidak bisa dipastikan
siswa tertentu bisa menguasai dengan benar materi yang menjadi tanggung
jawab siswa tersebut, harus dipastikan dalam setiap kelompok diwakili
setidaknya satu siswa yang masuk kategori siswa berkemampuan tinggi,
sedang, dan rendah.
Menurut Linda Lundgren (1994:17) on a reading assignment of
one or two pages that does not have sequential importance, divede up
the reading among the members of a group of three or four. Each
person reads his or her part of the assignment and then teach it to the
other group members. Other group members should be quissed by the
teacher to make sure that they understand the material. Do not divede
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
up entire chapters or units until students have developed expertise in
cooperative learning.
Berdasarkan uraian tersebut, jigsaw adalah pemberian tugas yang
dikerjakan dalam kelompok yang jumlahnya 3 atau 4 siswa. Salah seorang
siswa dalam kelompok itu mempelajari materi yang diberikan bersama siswa
dari kelompok lain yang mempelajari materi yang sama. Selanjutnya masing –
masing perwakilan kelompok tersebut kembali ke kelompok asalnya untuk
mengajarkan pada kelompoknya yang lain. Guru sebaiknya tidak
mengembangkan ke bab selanjutnya sampai siswa mengembangkannya sendiri
dalam kelompok ahli di pembelajaran yang kooperatif. Jadi tugas guru disini
sebagai fasilitator dalam pembelajaran yang mengarahkan dan memotivasi
siswa untuk belajar mandiri dan menumbuhkan rasa tanggung jawab serta
siswa akan merasa senang berdiskusi tentang materi itu dengan teman
sebayanya.
Senada dengan hal tersebut Isjoni (2010:77) menambahkan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai
materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal.
Hal utama yang membedakan jigsaw dengan diskusi kelompok biasa
adalah bahwa dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw masing –
masing individu mempelajari bagian masing – masing dan kemudian bertukar
pengetahuan dengan temannya, sehingga akan terjadi ketergantungan positif
antara siswa yang satu dengan yang lainnya.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal
dan kelompok ahli. Kelompok asal (home team), yaitu kelompok induk siswa
yang beranggotakan siswa dengan kemampuan asal dan latar belakang yang
beragam. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota
kelompok asal yang berbeda dan mempunyai topik yang sama yang ditugaskan
untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas –
tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada
kelompok asal. Para anggota kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan
topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
KELOMPOK AHLI
KELOMPOK ASAL
KELOMPOK ASAL
Gambar 2. Ilustrasi Desain Jigsaw
Pada gambar pertama menunjukkan bahwa ada 4 kelompok asal dan
setiap kelompok masing-masing membawa hal yang harus diselesaikan,
kemudian masing-masing mengelompokkan diri sesuai dengan masalahnya
(ke dalam kelompok ahli), seperti pada gambar kedua. Masalah tersebut
didiskusikan dalam kelompok, setelah mereka menemukan jawaban
kemudian mereka bergabung seperti pada kelompok pertama (kembali ke
kelompok asal), seperti gambar di atas. Kemudian dalam kelompok asal,
masingmasing anggota kelompok mengemukakan masalah dan hasil
penyelesaiannya, atau materi yang telah dipelajari di kelompok ahli. Dengan
demikian setiap orang memperoleh informasi yang sama dari berbagai
masalah yang dipecahkan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah pembelajaran salah satu model
pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu
kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan
mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
3 4
1 1 1 1 4 4 4 4 3 3 3 3 2 2 2 2
1 2
3 4
1 2
3 4 1 2
3 4
1 2
3 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
f. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dilakukan melalui
langkah-langkah sebagai berikut dirangkum dari Aronson dalam Isjoni
(2010:83) yaitu:
1. Kelas dibagi menjadi suatu kelompok kecil yang heterogen yang
diberi nama tim jigsaw.
2. Materi dibagi sebanyak kelompok menurut anggota timnya. Tiap –
tiap tim diberikan satu set materi yang lengkap dan masing – masing
individu ditugaskan untuk memilih topik mereka.
3. Siswa dipisahkan menjadi kelompok ahli atau rekan yang terdiri dari
seluruh siswa di kelas yang mempunyai bagian informasi yang sama.
4. Di grup ahli siswa saling membantu mempelajari materi dan
mempersiapkan diri untuk tim jigsaw.
5. Siswa kembali ke tim jigsaw untuk mengajarkan materi tersebut
kepada teman setim dan berusaha untuk mempelajari sisa materi.
6. Sebagai kesimpulan dari pelajaran tersebut siswa mengerjakan kuis
sebagai nilai individu.
Menurut Sugiyanto ( 2009:45) langkah – langkah pembelajran dengan
menggunakan model kooperatif tipe jigsaw adalah sebagai berikut:
1. Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotannya terdiri dari 4
atau 5 siswa dengan karakteristik yang heterogen.
2. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks, dan
setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian
dari bahan akademik tersebut.
3. Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung
jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan
selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian
bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut kelompok
pakar (expert group)
4. Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar
kembali ke kelompok semula (home teams) untuk mengajar
anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam
kelompok pakar.
5. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam home teams para
siswa dievaluasi secara individualmengenai bahan yang telah
dipelajari. Dalam metode jigsaw versi Slavin, pemberian skor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
dilakukan seperti dalam tipe STAD. Individu atau tim yang
memperoleh skor tertinggi diberi penghargaan oleh guru.
Dari kedua pendapat diatas terdapat beberapa kesamaan dalam
melaksanakan jigsaw yaitu tiap siswa berada dalam kelompok, dan masing –
masing siswa dalam kelompok mendapat materi yang berbeda, tiap siswa itu
harus bertanggung jawab atas materi yang diterimanya. Secara rinci langkah –
langkah dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe
jigsaw sebagai berikut :
1. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok yang anggotannya terdiri dari 4
atau 5 siswa dengan karakteristik yang heterogen.
2. Tiap siswa dalam kelompok itu mendapatkan materi yang berbeda – beda.
3. Siswa yang mendapat materi yang sama berkumpul menjadi satu
kelompok membentuk kelompok ahli
4. Masing – masing kelompok ahli berdiskusi tentang materi mereka
5. Tiap siswa dari kelompok ahli kembali ke kelompok asalnya untuk berbagi
informasi pada anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam
kelompok ahli
6. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam kelompok asal, siswa
dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari.
Pada proses belajar, kegiatan guru semakin berkurang dalam arti guru
menjadi pusat kegiatan kelas. Guru berperan sebagai fasilitator yang
mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri serta menumbuhkan
rasa tanggung jawab. Mereka dapat berinteraksi dengan teman sebayanya dan
juga dengan gurunya sebagai pembimbing.
Model kooperatif tipe jigsaw dapat digunakan secara efektif ditiap level
dimana siswa telah mendapatkan keterampilan akademis dari pemahaman,
membaca maupun keterampilan kelompok untuk belajar bersama. Jenis materi
yang mudah digunakan dengan menerapkan model kooperatif tipe jigsaw
adalah bentuk naratif seperti ditemukan dalam literatur, penelitian sosial
membaca dan ilmu pengetahuan. Materi pelajaran harus mengembangkan
konsep daripada mengembangkan keterampilan sebagai tujuan umum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
g. Implementasi Model Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Pembelajaran PKn
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran
yang diberikan ditingkat SD/ MI/ SDLB. Mata pelajaran ini merupakan mata
pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang
memahami dan mampu melaksanakan hak – hak dan kewajibannya untuk
menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
PKn mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi
yang berkaitan dengan moralitas kehidupan berbangsa. Mata pelajaran PKn
dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan,
analisis terhadap kondisi kehidupan berbangsa. PKn disusun secara sistematis,
komperhensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan
keberhasilan dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan pendekatan tersebut
diharapkan siswa akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam
dari PKn.
Model kooperatif tipe jigsaw dapat digunakan secara efektif ditiap level
dimana siswa telah mendapatkan keterampilan akademis dari membaca
maupun keterampilan kelompok untuk belajar bersama. Jenis materi yang
mudah digunakan dengan menerapkan model kooperatif tipe jigsaw adalah
bentuk naratif seperti ditemukan dalam literatur, penelitian sosial membaca dan
ilmu pengetahuan. Materi pelajaran harus mengembangkan konsep daripada
mengembangkan keterampilan sebagai tujuan umum.
Pelajaran PKn merupakan pelajaran yang memaparkan berbagai macam
konsep yang bersifat abstrak. Untuk itu, sebagai guru harus bisa menciptakan
iklim pembelajaran yang menyenangkan untuk siswanya. Model dan metode
apapun yang diambil seorang guru haruslah tetap tertuju pada ketercapaian
tujuan pembelajaran. Guru tidak perlu lagi mengajar menggunakan metode
pendidikan konvensional yang monologis. Siswa tidak perlu lagi dipaksa untuk
menghafal konsep – konsep abstrak yang begitu banyak. Mereka harus diberi
kesempatan luas untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Seperti yang
dikemukakan oleh Dwi Tyas Utami (2010:35) bahwa suasana pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
yang menyenangkan itu umumnya terjadi ketika dilaksanakan bersama orang
lain misalnya dalam bentuk diskusi, kerja kelompok, bermain peran,
bereksperimen, dan sebagainya. Berdasarkan pendapat itu penggunaan metode
jigsaw dalam pembelajaran akan membuat siswa aktif. Melalui aktivitas
bersama dalam kelompok, siswa akan berbagi pengetahuan dan keterampilan
yang memungkinkan mereka saling belajar untuk membentuk kompetensi diri
masing – masing ke arah yang lebih baik. Berikut ini adalah penerapan model
kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran PKn pada materi susunan
pemerintahan pusat, langkah – langkahnya yaitu :
1. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok yang anggotannya terdiri dari
4 atau 5 siswa dengan karakteristik yang heterogen, kelompok awal ini
dinamai kelompok asal.
2. Tiap siswa dalam kelompok asal mendapatkan materi yang berbeda –
beda, misalnya dari 4 orang anggota masing – masing mendapatkan sub
materi dari materi lembaga pemerintahan yaitu struktur pemerintahan
pusat,lembaga legislatif, lembaga eksekutif dan, lembaga yudikatif.
3. Siswa yang mendapat submateri yang sama berkumpul menjadi satu
kelompok membentuk kelompok ahli, misalnya ada kelompok ahli
legislatif yang merupakan kumpulan dari siswa – siswa di tiap
kelompok asal yang mempunyai materi tentang lembaga legislatif.
4. Masing – masing kelompok ahli berdiskusi tentang materi mereka.
5. Tiap siswa dari kelompok ahli kembali ke kelompok asalnya untuk
berbagi informasi pada anggota lain mengenai materi yang telah
dipelajari dalam kelompok ahli.
6. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam kelompok asal, siswa
dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari.
Dengan diterapkannya model kooperatif tipe jigsaw dalam
pembelajaran PKn diharapkan bisa memotivasi siswa untuk menerapkan
informasi yang baru diperolehnya dalam situasi yang baru, selain dapat
meningkatkan pemahaman siswa diharapkan juga dapat meningkatkan
kecakapan siswa dalam berfikir, berbicara, dan menulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
h. Kelebihan dan Kekurangan Model Kooperatif tipe Jigsaw
Pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe jigsaw ini
mempunyai kelebihan-kelebihan sebagai berikut:
1) Memacu siswa untuk berpikir kritis
2) Dapat mengembangkan hubungan antar pribadi positif diantara siswa
yang memiliki kemampuan belajar berbeda
3) Memaksa siswa untuk membuat kata-kata ynag tepat agar dapat
menjelaskan kepada teman yang lain. Hal ini akan membantu siswa
mengembangkan kemampuan sosialnya
4) Diskusi yang terjadi tidak didominasi oleh siswa-siswa tertentu tapi
semua siswa dituntut menjadi aktif
5) Pemahaman materi lebih mendalam
6) Jigsaw dapat digunakan bersama strategi belajar yang lain
7) Jigsaw mudah dilakukan
Selain kelebihan-kelebihan di atas, model kooperatif tipe jigsaw ini juga
mempunyai beberapa kekurangan diantaranya :
1) Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan ruang
belum terkondisi dengan baik, sehingga perlu waktu merubah posisi
yang dapat juga menimbulkan gaduh
2) Jika guru tidak mengingatkan agar siswa selalu menggunakan
keterampilan – keterampilan kooperatif dalam kelompok masing –
masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet
3) Siswa yang pasif, akan tertinggal dalam pembelajarannya
4) Guru membutuhkan konsentrasi dan tenaga lebih ekstra karena setiap
kelompok membutuhkan penanganan yang berbeda-beda.
Menurut Aronson yang dikutip oleh Yusuf dalam (http://damandiri.or.id-
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw) diunduh tanggal 11 Maret 2011
mengungkapkan sejumlah keuntungan penggunaan model kooperatif tipe
jigsaw. Menurutnya ada beberapa keuntungan kelas jigsaw, jika dibandingkan
dengan metode mengajar secara tradisional, kelas jigsaw memiliki beberapa
kelebihan yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
1) Kebanyakan guru menilai metode kooperatif tipe jigsaw mudah
dipelajari,
2) Kebanyakan guru menikmati mengajar dengan metode kooperatif tipe
jigsaw,
3) Dapat digabungkan dengan strategi metode mengajar lainnya,
4) Dapat berhasil meskipun alokasi waktunya hanya satu jam per hari,
5) Bebas dalam penerapannya.
Bridgeman dalam Robert E. Slavin (2008:141) menemukan bahwa para
siswa yang bekerja sama menggunakan jigsaw lebih mampu melihat perspektif
orang lain dibandingkan dengan para siswa dalam kelas kontrol. Sehingga dengan
demikian sangat penting untuk mengembangkan pembelajaran kooperatif sebagai
contoh dengan model kooperatif tipe jigsaw ini dalam menciptakan perilaku
prososial yang semakin dibutuhkan di dalam masyarakat dimana kemampuan
bergaul dengan orang lain menjadi semakin krusial.
2. Hakikat Pemahaman Konsep Susunan Pemerintahan Pusat
a. Pemahaman Konsep
Pemahaman konsep merupakan hasil belajar yang akan dicapai dalam
kegiatan pembelajaran. Pemahaman konsep untuk setiap siswa tidaklah sama,
karena setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda – beda untuk
memahami atau menangkap makna dan fakta dari apa yang dipelajarinya.
Pemahaman atau comprehension seperti yang dikemukakan oleh Daryanto
(2008:106) adalah memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui
apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa
harus menghubungkannya dengan hal – hal lain. Bloom dalam Purwanto
(2010:50) membagi taksonomi hasil belajar menjadi tiga domain, yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotor.
Taksonomi hasil belajar kognitif terdiri atas enam tingkatan, yaitu
hafalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintetis, dan evaluasi. Taksonomi
hasil belajar afektif dibagi menjadi lima tingkatan, yaitu penerimaan,
partisipasi, penilaian, organisasi, dan interbalisasi. taksonomi belajar
psikomotor dibagi menjadi enam yaitu persepsi, kesiapan, gerakan
terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, dan kreativitas. Berdasarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
penjelasan tersebut pemahaman termasuk dalam salah satu domain kognitif
pada taksonomi Bloom. Menurut Nana Sudjana (2009:24) pemahaman dapat
dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu :
1) Pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti sebenarnya
2) Pemahaman penafsiran, menghubungkan bagian – bagian terahulu
dengan yang diketahui berikutnya, membedakan yang pokok dan yang
bukan pokok.
3) Pemahaman ekstrapolasi, mampu melihat dibalik yang tertulis, membuat
ramalan tentang konsekuensi atau memperluas persepsi dalam arti waktu,
dimensi, kasus ataupun masalah.
Kemampuan memahami dapat juga disebut dengan istilah “mengerti”.
Kegiatan yang diperlukan untuk bisa sampai pada tujuan ini ialah kegiatan
mental intelektual yang mengorganisasikan materi yang telah diketahui.
Temuan-temuan yang didapat dari mengetahui seperti definisi, informasi,
peristiwa, fakta, disusun kembali dalam struktur kognitif yang ada. Dalam
proses ini, simbol-simbol komunikasi yang ada pada penemuan baru
ditanggalkan dan mengambil maknanya, kemudian diberi simbol baru yang
sesuai dengan stok kognitif yang ada. Masuknya makna baru ini di dalam
struktur kognitif mengakibatkan berubahnya struktur kognitif itu sendiri.
Dengan demikian, orang yang bersangkutan mengalami perubahan dalam
perilakunya. Makna yang telah ditangkap itu dapat saja diberi simbol yang
baru. Oleh karena itu, perilaku yang dapat didemonstrasikan yang
menunjukkan bahwa kemampuan mengerti/ memahami itu telah dikuasai,
antara lain ialah : dapat menjelakan dengan kata-kata sendiri, dapat
membandingkan, dapat membedakan, dan dapat mempertentangkan.
Pemahaman atau comprehension merupakan tingkatan yang lebih sulit
daripada pengetahuan, karena pengetahuan adalah tingkat kemampuan siswa
untuk mengenal dan mengingat konsep, fakta, atau informasi, sedangkan
pemahaman memerlukan pemikiran dan juga menghendaki agar siswa dapat
memanfaatkan bahan – bahan yang telah dipahami.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Berdasarkan pengertian di atas maka pemahaman merupakan
penguasaan pengetahuan, sehingga kemampuan pemahaman telah mencakup
kemampuan pengetahuan, dengan demikian maka belajar itu akan bersifat
lebih mendasar.
Winkel (2005: 92) menyatakan bahwa pengertian atau konsep adalah
satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang memiliki ciri-ciri yang sama.
Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap segala
objek yang dihadapi, sehingga objek ditempatkan dalam golongan tertentu
(klasifikasi). Selanjutnya, Oemar Hamalik (2003:162) berpendapat bahwa
suatu konsep adalah suatu kelas atau kategori stimulti yang memiliki ciri –
ciri umum, stimulti itu berupa obyek – obyek atau orang (person). Oleh
karena itu konsep – konsep itu merupakan penyajian-penyajian internal dari
sekelompok stimuli – stimuli, konsep – konsep itu tidak dapat diamati,
konsep – konsep harus disimpulkan dari perilaku. Menurut Nana Syaodih
(2004:189) suatu konsep akan mempunyai makna logis dan makna
psikologis. Makna logis terbentuk karena pemahaman akan ciri – ciri umum
yang ditemukan dalam kehidupan. makna psikologis merupakan makna yang
diperoleh dari pengalaman pribadi.
Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa maupun pengalaman. Winkel
(2005: 91) mengemukakan bahwa dalam belajar konsep orang mengadakan
abstraksi, yaitu semua objek yang meliputi benda, kejadian, orang hanya
ditinjau aspek-aspek tertentu saja. Belajar konsep merupakan salah satu
belajar dengan pemahaman. Pemahaman ini mencakup kemampuan untuk
menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari.
Berdasarkan pendapat dari para ahli tentang pemahaman dan konsep di
atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa pemahaman konsep merupakan
kegiatan lanjutan dari penanaman konsep dengan tujuan agar siswa lebih
memahami sesuatu yang tersimpan dalam pikiran sebagai langkah untuk
memberikan label kepada sesuatu atau sebagai alat untuk berpikir, yang dapat
membantu seseorang untuk mengenal, mengerti, dan memahami terhadap
sesuatu konsep tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Oemar Hamalik (2003:166) menyatakan bahwa hal-hal yang harus
diperhatikan untuk mengetahui keberhasilan siswa memahami suatu konsep,
yaitu: (1) dapat menyebutkan contoh konsep; (2) dapat menyatakan ciri-ciri
konsep; (3) dapat memilih dan membedakan antara contoh dari yang bukan
konsep; (4) dapat memecahkan masalah yang berkenaan dengan konsep.
Pemahaman konsep sangat perlu ditekankan dalam pembelajaran PKn.
Melalui pemahaman konsep, siswa akan mampu mengerti dan menyelesaikan
soal yang harus dikerjakannya dengan benar. Bahkan, siswa juga dapat
membantu temannya yang mengalami kesulitan dalam belajar PKn materi
Susunan Pemerintahan Pusat. Selain itu, dapat menerapkan pemahamannya
dalam kehidupan sehari – hari karena PKn selalu berkaitan dengan kehidupan
kita.
Pemahaman konsep juga membuat materi yang rumit menjadi lebih
sederhana sehingga tidak menyulitkan proses pembelajaran para siswa atau
dengan kata lain pembelajaran konsep mengurangi kerumitan – kerumitan
yang dihadapi saat mempelajari obyek materi dalam hal ini pelajaran PKn
terkhusus materi susunan pemerintahan pusat.
b. Materi Susunan Pemerintahan Pusat
Susunan pemerintahan pusat merupakan salah satu pokok materi yang
harus dipelajari oleh siswa kelas IV semester II. Yang dipelajari dalam pokok
materi ini terdiri dari 2 sub pokok materi, yaitu sistem pemerintahan pusat
dan Lembaga – lembaga dalam susunan pemerintahan tingkat pusat seperti
MPR, DPR, presiden, MA, MK, dan BPK.
Menurut Prayoga Bestari (2008:55) Setiap negara memiliki sistem dan
lembaga Pemerintahan, Lembaga negara merupakan perangkat dalam sistem
pemerintahan di Indonesia. Indonesia menganut paham pembagian
kekuasaan, bukan pemisahan kekuasaan. Berikut ini adalah bagan struktur
pemerintahan pusat sebelum amandemen UUD 1945. Dapat dilihat pada
Gambar 3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Montesquieu dalam Kusnardi dan Saragih (1994:222) kekuasaan Negara
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu kekuasaan eksekutif yang berarti
kekuasaan yang menjalankan undang – undang atau kekuasaan yang
menjalankan pemerintahan, kekuasaan legislatif yang berarti kekuasaan
membentuk undang – undang, kekuasaan yudikatif yang berarti kekuasaan
mengadili terhadap pelanggaran atas undang – undang.
Berdasarkan Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1974, Pemerintahan
pusat selanjutnya disebut pemerintah, adalah perangkat Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang terdiri dari Presiden beserta pembantu –
pembantuya.
Sistem pemerintahan Negara Indonesia berdasarkan UUD 1945
setelah diamandemen. Bentuk pemerintahan adalah republik sedangkan
sistem pemerintahan presidensial. Presiden adalah kepala Negara dan
sekaligus kepala pemerintahan . presiden dan wakil presiden dipilih dan
diangkat oleh MPR untuk masa jabatan lima tahun. Kabinet atau menteri
diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada presiden.
Pengajaran materi susunan pemerintahan pusat dimaksudkan agar
siswa dapat menjabarkan lembaga-lembaga negara dalam susunan
pemerintahan pusat seperti MPR, DPR, DPD, presiden, MA, MK, Komisi
Yudisial, dan kejaksaan, menyebutkan lembaga-lembaga negara dalam
susunan pemerintahan pusat, menghafal struktur lembaga-lembaga dalam
susunan pemerintah pusat, menerangkan organisasi pemerintahan tingkat
pusat, membagankan organisasi pemerintahan tingkat pusat, dan membuat
simpulan tentang organisasi pemerintahan tingkat pusat.
1) Lembaga Pemerintahan Pusat
Lembaga negara merupakan perangkat dalam sistem pemerintahan di
Indonesia. Lembaga Negara terdiri atas legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
Menurut Kusnardi dan Saragih (1994:248) di Indonesia dikenal tiga lembaga
lainnya di luar eksekutif, legislative, dan yudikatif yaitu lembaga konstitutif
(MPR), lembaga konsultatif (DPA), dan lembaga inspektif (BPK). Berikut ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
adalah ringkasan materi yang diambil dari beberapa Buku Sekolah Elektronik
(BSE) dari Depdiknas (2008):
1) MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat)
Majelis Permusyawaratan Rakyat merupakan lembaga tinggi
negara. Susunan MPR terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan
anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum.
Adapun tugas dan wewenang MPR adalah sebagai berikut :
(1) Mengubah dan menetapkan Undang- Undang Dasar.
(2) Melantik presiden dan wakil presiden berdasarkan hasil pemilihan
umum dalam sidang paripurna MPR.
(3) Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi
untuk memberhentikan presiden dan atau wakil presiden dalam masa
jabatannya setelah presiden dan atau wakil presiden diberi kesempatan
untuk menyampaikan penjelasan di dalam siding paripurna MPR.
(4) Melantik wakil presiden menjadi presiden apabila presiden mangkat,
berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya
dalam masa jabatannya.
(5) Memilih wakil presiden dari dua calon yang diajukan presiden apabila
terjadi kekosongan jabatan wakil presiden dalam masa jabatannya,
selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh hari
2) DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
Dewan Perwakilan Rakyat terdiri atas anggota partai politik
peserta pemilihan umum (pemilu) yang dipilih berdasarkan hasil
pemilihan umum. Jumlah anggota DPR, yaitu 550 orang. Adapun tugas
dan wewenang DPR, yaitu:
(1) membentuk undang-undang yang dibahas dengan presiden untuk
mendapat persetujuan bersama;
(2) membahas dan memberikan persetujuan peraturan pemerintah
pengganti undangundang;
(3) menerima dan membahas usulan rancangan undang-undang yang
diajukan DPD;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
(4) memperhatikan pertimbangan DPD atas rancangan undang-undang
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan rancangan
undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan
agama;
(5) menetapkan APBN bersama presiden dengan memperhatikan
pertimbangan DPD.
3) DPD (Dewan Perwakilan Daerah)
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) terdiri atas wakil-wakil daerah
provinsi yang dipilih melalui pemilihan umum. Anggota DPD dari
setiap provinsi ditetapkan sebanyak empat orang. Jumlah seluruh
anggota DPD tidak lebih dari 1/3 jumlah anggota DPR. Adapun tugas
dan wewenang DPD adalah sebagai berikut:
(1) Mengajukan kepada DPR tentang rancangan undang-undang yang
berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan dan pemekaran, penggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi.
(2) Membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan
pelaksanaan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah
pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah pengelolaan
sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya serta yang
berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah yang
diajukan, baik oleh DPR maupun oleh pemerintah.
(3) Memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-
undang APBN dan rancangan undang-undang yang berkaitan
dengan pajak, pendidikan, dan agama.
(4) Melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang
mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan
penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan
sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan
APBN, pajak, pendidikan, dan agama.
4) Mahkamah Agung (MA)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Mahkamah Agung merupakan badan yang melaksanakan
kekuasaan kehakiman tertinggi. Mahkamah Agung menangani aduan
pelanggaran undang-undang atau peraturan. Mahkamah Agung terdiri
atas hakim agung dan beberapa hakim muda. Dalam melaksanakan
tugasnya, Mahkamah Agung membawahi badan peradilan, antara lain
Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan Peradilan
Tata Usaha Negara. Kewenangan Mahkamah Agung antara lain:
(1) Mengajukan peraturan perundang- undangan di bawah undang-
undang.
(2) Mengadili pada tingkat kasasi.
(3) Wewenang lain yang diberikan oleh undang-undang
5) Mahkamah Konstitusi (MK)
Mahkamah Konstitusi adalah lembaga kehakiman yang menangani
tuntutan masyarakat atas kelayakan suatu undang-undang atau
peraturan. Mahkamah Konstitusi dapat mencabut suatu peraturan atau
UU yang dirasa tidak adil atau tidak layak, serta bertentangan dengan
UUD 45. Menurut UUD 1945, ada empat kewenangan MK, yaitu:
(1) Menguji UU terhadap UUD 1945.
(2) Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang diberikan
oleh UUD.
(3) Memutuskan pembubaran partai politik.
(4) Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
6) Komisi Yudisial (KY)
Komisi Yudisial dipimpin oleh seorang ketua Komisi Yudisial.
Komisi Yudisial mempunyai 7 orang anggota. Kewenangan Komisi
Yudisial antara lain:
(1) Mengusulkan pengangkatan calon hakim agung kepada DPR untuk
mendapat persetujuan.
(2) Kewenangan lain dalam rangka menjaga dan menegakkan
kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.
7) BPK (Badan Pemeriksa Keuangan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Badan Pemeriksa Keuangan adalah lembaga negara yang bertugas
untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
BPK mempunyai 9 orang anggota. Anggota BPK dipilih oleh DPR
dengan memerhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah
(DPD).
2) Organisasi Pemerintahan Pusat
Pemerintah Pusat dipimpin oleh presiden. Di bawah presiden ada
beberapa lembaga. Calon seorang presiden dan wakil presiden harus warga
Negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima
kewarganegaraan lain, tidak pernah mengkhianati negara, serta mampu
secara jasmani dan rohani untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya
sebagai presiden dan wakil presiden. Sebagai kepala negara dan kepala
pemerintahan presiden memiliki kekuasaan antara lain:
a) Kekuasaan Legislatif
Kekuasaan presiden dalam bidang legislatif adalah bekerja sama
dengan DPR untuk membuat undangundangdan menetapkan APBN.
b) Kekuasaan Eksekutif
Kekuasaan presiden dalam bidang eksekutif adalah seperti apa yang
tercantum dalam UUD 1945 Pasal 4 Ayat 1, yaitu memegang
kekuasaan pemerintahan menurut UUD.
c) Kekuasaan sebagai kepala negara
Presiden sebagai kepala negara mempunyai tugas pokok yang diatur
dalam UUD 1945 antara lain:
(1) Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas angkatan darat,
angkatan laut, dan angkatan udara.
(2) Presiden mengangkat duta dan konsul.
(3) Presiden menerima penempatan duta negara lain.
(4) Presiden menyatakan keadaan bahaya, syarat-syarat, dan akibatnya
ditetapkan dengan undang-undang.
(5) Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat
perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
(6) Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memerhatikan
pertimbangan DPR.
(7) Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memerhatikan
pertimbangan Mahkamah Agung.
(8) Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas
memberi nasihat dan pertimbangan kepada presiden.
(9) Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lain yang
diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Usul pemberhentian presiden atau wakil presiden dapat diajukan
oleh DPR. Apabila DPR berpendapat bahwa presiden atau wakil
presiden telah melakukan pelanggaran hukum atau tidak lagi memenuhi
syarat sebagai presiden atau wakil presiden. DPR dapat mengajukan
permintaan kepada Mahkamah Konstitusi.
Dalam hal terjadi kekosongan wakil presiden, presiden
mengajukan 2 calon wakil presiden kepada MPR. Selambat-lambatnya,
dalam waktu 60 hari MPR menyelenggarakan sidang MPR untuk
memilih wakil presiden. Dalam menjalankan tugasnya presiden
dibantu oleh wakil presiden. Wakil presiden dipilih secara langsung
oleh rakyat yang sepasang dengan presiden melalui pemilu. Tugas
wakil presiden sama beratnya dengan tugas presiden. Jika presiden
sewaktu-waktu meninggal dunia, berhenti, diberhentikan atau tidak
dapat menjalankan kewajibannya dalam masa jabatan yang telah
ditentukan maka wakil presiden akan menggantikannya. Presiden dan
wakil presiden harus dapat bekerja sama dengan baik.
Dalam menjalankan tugasnya presiden dibantu oleh menteri-
menteri negara, yang diangkat oleh presiden. Menteri dibagi tiga, yaitu
menteri koordinator, menteri departemen, dan menteri negara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Di bawah ini akan disajikan beberapa hasil penelitian yang relevan dengan
penelitian ini. Hasil penelitian pendukung yang dimaksud yaitu hasil penelitian
penggunaan model kooperatif tipe jigsaw pada proses belajar mengajar, yaitu :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Indah Kusharyati (2008) dengan judul
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Jigsaw untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep dalam Pembelajaran Akuntansi Siswa
kelas XI IS 5 SMA Negeri 8 Surakarta Tahun Ajaran 2008/ 2009. Hasil
penelitian tersebut menyatakan bahwa terdapat peningkatan penguasaan
konsep dalam pembelajaran akuntansi baik proses maupun hasil melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif metode jigsaw. Hal tersebut
terefleksi dari beberapa indikator sebagai berikut: (1) Siswa dapat
menyebutkan nama contoh buku besar (2) Siswa dapat menyebutkan ciri-ciri
buku besar, (3) Siswa dapat memilih dan membedakan contoh dari yang
bukan contoh buku besar, (4) adanya peningkatan pencapaian hasil belajar
siswa dari 33,3% sebanyak 12 siswa pada siklus pertama meningkat menjadi
33 siswa sebesar 91,7% pada siklus kedua.
2. Penelitian lain yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh Disa
Lusiana Dewi (2009) dengan judul Penerapan Metode Kooperatif Tipe Jigsaw
untuk meningkatkan Keterampilan Bercerita pada Siswa Kelas III SDN
Karang Talun Tahun Ajaran 2008/ 2009. Hasil penelitian tersebut
menyatakan bahwa metode kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan
keterampilan bercerita siswa kelas III SDN Karang Talun. Hal tersebut
terefleksi sebagai berikut: (1) kualitas proses pembelajaran keterampilan
bercerita mengalami peningkatan. Hal tersebut terlihat dari: minat dan
motivasi belajar bercerita siswa meningkat, perhatian siswa terfokus untuk
mengikuti proses pembelajaran keterampilan bercerita, siswa aktif selama
proses pembelajaran berlangsung, (2) adanya peningkatan kualitas hasil
pembelajaran keterampilan bercerita. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai
rerata siswa dan jumlah siswa yang berhasil mencapai standar ketuntasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
belajar yang ditentukan oleh pihak sekolah sebesar 60 yaitu: pada siklus I,
nilai rerata siswa sebesar 6,00 dan 20 dari 36 siswa berhasil mencapai standar
ketuntasan belajar; pada siklus II, nilai rerata siswa sebesar 7,5 dan 32 siswa
berhasil mencapai standar ketuntasan belajar; pada siklus III, nilai rerata
siswa sebesar 7.88 dan 32 siswa dinyatakan berhasil mencapai standar
ketuntasan belajar.
3. Penelitian relevan lainnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Anita Puji
Mami (2006) dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada
pengajaran matematika pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung ditinjau dari
pola belajar siswa kelas VIII semester 2 SMP Negeri Karanganyar tahun ajaran
2006/2007 menunjukkan bahwa metode kooperatif lebih baik dari pada metode
konvensional pada pokok bahasan bangun lengkung. Kemudian pola belajar yang
baik sama efektifnya pola belajar cukup baik, pola belajar baik lebih efektif dari
pada pola belajar kurang baik, sedangkan pola belajar cukup baik sama dengan
pola belajar kurang baik pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara metode
mengajar matematika dengan pola belajar pada pokok bahasan bangun ruang sisi
lengkung.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Indah Kusharyati terdapat
kesamaan dengan penelitian ini yaitu menggunakan metode jigsaw untuk
meningkatkan pemahaman konsep siswa tapi materi yang diteliti berbeda.
Pada penelitian itu terbukti bahwa metode jigsaw bisa meningkatkan
pemahaman siswa. dari penelitian yang dilakukan oleh Disa Lusiana Dewi
dan Anita Puji Mami juga terdapat kesamaan dengan penelitian ini yaitu
menggunakan metode jigsaw dalam pembelajarannya, dari ketiga penelitian
itu terdapat perbedaan dengan penelitian ini yaitu terletak pada subjek yang
diteliti, materi yang diajarkan, dan juga setting penelitiannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan alur penalaran yang sesuai dengan tema dan
masalah penelitian, serta didasarkan pada kajian teoritis. Pada kondisi awal,
pemahaman konsep materi susunan pemerintahan pusat pada mata pelajaran PKn
siswa kelas IV SDN 02 Jati, Jaten, Karanganyar tergolong rendah, terbukti dari
55% siswa mempunyai nilai di bawah KKM. Hal tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya: 1) siswa tidak tertarik dengan pelajaran PKn, 2)
materi susunan pemerintahan pusat pada pelajaran Pkn yang terlalu banyak, 3)
siswa sulit menghafalkan materi yang ada, 4) guru kurang mampu
membangkitkan suasana pembelajaran yang menarik sehingga siswa mudah
merasa bosan, 5) guru belum menggunakan model pembelajaran yang bervariasi
6) media yang digunakan guru kurang menarik.
Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu model pembelajaran yang dapat
meningkatkan pemahaman konsep siswa. Diantara berbagai model dalam
pembelajaran, model kooperatif tipe jigsaw adalah model yang diharapkan dapat
membantu meningkatkan pemahaman konsep siswa, khususnya pemahaman
konsep pada materi susunan pemerintahan pusat. Penggunaan metode jigsaw
dalam pembelajaran akan membuat siswa aktif. Melalui aktifitas bersama dalam
kelompok, para siswa berbagi pengetahuan dan keterampilan yang memungkinkan
mereka saling belajar untuk membentuk kompetensi diri masing – masing ke arah
yang lebih baik.
Berdasarkan hal tersebut, maka pada kondisi akhir dapat diperoleh bahwa
dengan model kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep
susunan pemerintahan pusat pada siswa kelas IV SD Negeri 02 Jati, Jaten,
Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Secara skematis kerangka berpikir dapat dilihat pada Gambar 5 sebagai berikut:
Gambar 5. Skema Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka dalam
penelitian ini dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut: “Melalui model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep
susunan pemerintahan pusat siswa kelas IV SD Negeri 02 Jati, Jaten, Karanganyar
tahun pelajaran 2010/2011”.
Siklus II
Pemahaman konsep
susunan pemerintahan
pusat naik dan 5% siswa
memiliki nilai dibawah
KKM
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Guru menggunakan
metode konvensional
dalam pembelajaran PKn
materi susunan
pemerintahan pusat
Melalui PTK Guru
menerapkan model
kooperatif tipe jigsaw dalam
pembelajaran Pkn materi
susunan pemerintahan pusat
1. Pemahaman konsep
susunan pemerintahan pusat rendah.
2. 55% siswa memiliki nilai dibawah KKM.
Siklus 1
Pemahaman konsep
susunan pemerintahan
pusat naik dan 15% siswa
memiliki nilai dibawah
KKM
Melalui penerapan model
kooperatif tipe jigsaw dapat
meningkatkan pemahaman
konsep dalam pembelajaran
Pkn materi susunan
pemerintahan pusat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas IV SD Negeri 02 Jati Semester Genap
Tahun Pelajaran 2010/2011, yang beralamat di Pundungrejo, Jati, Jaten,
Karanganyar. Tempat penelitian dipilih karena di sekolah tersebut mengalami
permasalahan di dalam pembelajaran PKn dan sekolah tersebut merupakan tempat
PPL peneliti. Oleh karena itu, peneliti sudah mengenal betul kondisi siswa yang
akan diteliti. Selain itu, sekolah tersebut belum pernah digunakan sebagai objek
penelitian yang sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan adanya penelitian
ulang.
2.Waktu Penelitian
Rencana waktu penelitian akan dilakukan selama lima bulan, yaitu mulai
dari bulan Desember 2010 sampai dengan bulan April 2011. Tahap perencanaan
dan persiapan dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai dengan Januari
2011. Tahap pelaksanaan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2011. Tahap
pelaporan dilaksanakan pada bulan April 2011. Adapun rincian jadwal
pelaksanaan kegiatan penelitian dapat dilihat pada lampiran 17.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 02 Jati, Jaten,
Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011, berjumlah 31 siswa, yang terdiri dari 14
laki-laki dan 17 perempuan.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research). Dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya,
yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di dalam kelas (Suharsimi
Arikunto, 2008: 2).
Penelitian tindakan kelas termasuk penelitian yang reflektif. Kegiatan
penelitian dimulai dari permasalahan yang riil yang dihadapi oleh guru dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
proses pembelajaran, kemudian direfleksikan alternatif pemecahan masalah
tersebut. Setelah itu, masalah tersebut ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan
terencana dan terukur. Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas membutuhkan
kerjasama antara peneliti, guru, peserta didik, dan staf sekolah lainnya untuk
menciptakan suatu kinerja sekolah yang lebih baik.
Prinsip utama dalam PTK adalah pemberian tindakan dalam siklus yang
bertahap dan berkelanjutan samapai memperoleh hasil yang ditetapkan. Siklus
yang dinamis dengan tindakan yang sama. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto (2008: 73), bahwa PTK dilaksanakan
dalam bentuk siklus berulang yang di dalamnya terdapat empat tahapan utama
kegiatan, yaitu (a) perencanaan; (b) tindakan; (c) pengamatan; dan (d) refleksi.
2. Strategi Penelitian
Strategi penelitian adalah penelitian tindakan kelas secara rinci diuraikan
sebagai berikut:
a. Tahap perencanaan tindakan meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1) Membuat skenario pembelajaran
2) Mempersiapkan instrumen penelitian
3) Mempersiapkan dan merancang tindakan yang sesuai dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar.
4) Mengajukan solusi alternatif.
b. Tahap pelaksanaan tindakan dilakukan dengan melaksanakan proses
pembelajaran sesuai rancangan. Setiap tindakan dan proses pembelajaran
tersebut selalu diikuti kegiatan pemantauan.
c. Tiap pengamatan dan interprestasi dilakukan dengan mengamati dan
menginterprestasi aktivitas penerapan tindakan pada pembelajaran. Pada tahap
interprestasi proses koreksi hasil kerja dilakukan oleh peneliti. Interprestasi ini
berguna untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan dapat mengatasi
permasalahan yang ada.
d. Tahap analisis dan refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil pengamatan
dan interprestasi sehingga diperoleh simpulan tentang bagian yang perlu
diperbaiki dan bagian yang telah mencapai tujuan penelitian. Dari hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
penarikan kesimpulan tersebut, dapat diketahui apakah penelitian ini mencapai
keberhasilan atau tidak. Supardi dalam Suharsimi Arikunto (2008: 133)
menjelaskan bahwa refleksi (reflection) adalah kegiatan mengulas secara kritis
(reflective) tentang perubahan yang terjadi (a) pada peserta didik; (b) suasana
kelas; dan (guru). Pada tahap ini, guru sebagai peneliti menjawab pertanyaan
mengapa (why), bagaimana (how), dan seberapa jauh (to what extent)
intervensi telah menghasilkan perubahan secara signifikan.
D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini ada tiga, yaitu:
1. Peristiwa, yaitu kegiatan pembelajaran PKn yang berlangsung di kelas
IV SD Negeri 02 Jati dengan penerapan metode jigsaw.
2. Informan, dalam penelitian ini menggunakan informan guru dan siswa
kelas IV SD Negeri 02 Jati.
3. Dokumen yang berupa catatan wawancara dengan guru dan siswa
mengenai pembelajaran PKn, hasil tes siswa, rancangan pedoman
pembelajaran yang dibuat guru, dan silabus.
E. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan juga jenis sumber
data yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
1. Dokumentasi
Teknik mencatat dokumen ini oleh Yin dalam H.B. Sutopo (2006: 81)
disebut sebagai content analysis, sebagai cara untuk menemukan beragam hal
sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitiannya. Dokumentasi merupakan
suatu metode untuk memperoleh sesuatu dengan melihat buku – buku, arsip –
arsip atau catatan yang berhubungan dengan orangorang yang diteliti. Menurut
Sty. Slamet, Suwarto WA (2007:52) dokumentasi ini sebagai sumber data
karena banyak hal yang digunakan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
meramalkan. Kajian dokumen dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip
yang ada. Kajian dokumen dalam penelitian ini antara lain dilakukan terhadap :
a. Arsip : silabus PKn kelas IV SD, Rencana Pelaksanaan pembelajaran
b. Dokumen berupa nilai formatif untuk memperoleh data tentang
pemahaman konsep materi susunan pemerintahan pusat siswa kelas IV SD
Negeri 02 Jati sebelum dan sesudah penggunaan metode jigsaw.
c. Di samping itu peneliti juga mengambil gambar atau foto dan video dari
kegiatan berlangsungnya penelitian (proses kegiatan belajar mengajar di
kelas).
2. Observasi
Menurut Nana Sudjana (2009:84) observasi digunakan untuk mengukur
tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat
diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya ataupun dalam situasi buatan. Ada
tiga jenis observasi yaitu observasi langsung, observasi tidak langsung, dan
observasi partisipasi.
Observasi yang peneliti lakukan adalah observasi partisipasi. Peneliti
bertindak sebagai guru atau pengajar dan berperan penuh melakukan tindakan
yang dapat mempengaruhi peristiwa yang sedang berlangsung. Observasi
dilakukan oleh peneliti dan pengamat (guru kelas). Observasi dilakukan di
kelas IV SD Negeri 02 Jati. Observasi yang dilakukan meliputi observasi
aktivitas belajar PKn siswa dan observasi kinerja guru. Dalam hal ini, Tujuan
dilakukan observasi pada siswa adalah untuk mengetahui aktivitas belajar PKn
siswa pada materi susunan pemerintahan pusat. Observasi dilakukan melalui
Observasi pada saat proses belajar mengajar pada materi susunan pemerintahan
pusat.
Selain observasi aktivitas siswa, dalam pelaksanaan siklus dilakukan
observasi kinerja guru dalam pembelajaran dengan metode jigsaw di kelas IV
SD Negeri 02 Jati. Aktivitas guru yang diamati meliputi: persiapan guru
memulai kegiatan pembelajaran, kemampuan guru mengelola kelas,
kemampuan mengelola waktu pembelajaran, kemampuan memberikan
apersepsi, kemampuan menyampaikan materi, kemampuan guru memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
pertanyaan, kemampuan membimbing diskusi dan melakukan penjelasan
konsep, perhatian guru terhadap siswa, dan kemampuan menutup pelajaran.
Untuk pedoman lembar observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada lampiran 2
dan lembar observasi kinerja guru dapat dilihat pada lampiran 3.
3. Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap guru kelas IV SD Negeri 02 Jati untuk
menggali informasi guna memperoleh data yang berkenaan dengan aspek –
aspek pembelajaran, penentuan tindakan, dan respon yang timbul sebagai
akibat dari tindakan yang dilakukan. Wawancara dilakukan di awal dan akhir,
sebelum dan sesudah menerapkan metode jigsaw dalam pembelajaran PKn
materi susunan pemerintahan pusat. Hasil wawancara sebelum diterapkannya
metode jigsaw dapat dilihat pada lampiran 1 dan hasil wawancara sesudah
diterapkannya metode jigsaw dapat dilihat pada lampiran 16.
4. Tes
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:150) Tes adalah serentetan
pernyataan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki
oleh individu atau kelompok. Pendapat tersebut senada dengan pendapat
Sarwiji Suwandi (2009:59) Tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh
hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan.
Dilihat dari pelaksanaannya, tes dapat dibedakan menjadi tes lisan, dan
tes perbuatan. Dilihat dari bentuk tes dapat dibedakan menjadi tes subjektif
(essay) dan tes objektif (pilihan ganda). Dalam penelitian ini dilaksanakan tes
akhir pada setiap akhir siklus. Pemberian tes pada setiap akhir siklus
dimaksudkan untuk mengukur seberapa tinggi pemahaman konsep susunan
pemerintahan pusat siswa kelas IV SD Negeri 02 Jati setelah kegiatan
pemberian tindakan.
F. Validitas Data
Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa
validitasnya sehingga data tersebut bisa dipertanggungjawabkan dan dapat
dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Teknik yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
digunakan untuk memeriksa validitas adalah teknik triangulasi. Menurut Lexy J.
Moleong dalam Sarwiji Suwandi (2009:60) Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data
itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik triangulasi data dan triangulasi
metode. Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah:
1. Triangulasi Data
Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu
dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain, baik dari segi
koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda. Informasi dari
narasumber yang satu dibandingkan dengan informasi dari narasumber
lainnya. Data yang diperlukan dalam penelitian yaitu data pemahaman konsep
belajar PKn siswa yang berasal dari data nilai awal, data tes siklus pertama
dan data tes siklus kedua pada materi susunan pemerintahan pusat.
2. Triangulasi Metode
Triangulasi metode yaitu teknik mengumpulkan data sejenis dengan
menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda. Peneliti
menggunakan metode pengumpulan data yang berupa wawancara pada
informan yaitu guru kelas IV SDN 02 Jati, kemudian dilakukan observasi dan
dokumentasi pada saat pelaksanaan tindakan kemudian hasilnya diuji dengan
pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik tes dan dokumentasi
pada pelaku kegiatan. Dari data yang diperoleh melalui beberapa teknik
pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan dapat
ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya. Seperti data tentang
kesulitan – kesulitan guru kelas IV SD Negeri 02 Jati dalam mengajarkan
materi susunan pemerintahan pusat di kelas dan data nilai pemahaman konsep
siswa kelas IV SD Negeri 02 Jati yang dihasilkan dari observasi, wawancara,
tes, dan dokumentasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis yang menggunakan model analisis interaktif. Cara analisisnya mengikuti
pola pemikiran yang konkrit kualitatif artinya suatu analisis yang kajiannya
didasarkan pada kenyataan – kenyataan empirik dan unsur – unsur terkecil dari
pendekatan secara mikro ke makro untuk unit kasus tertentu.
Model analisis interaktif mempunyai tiga komponen yaitu: (1) Reduksi
Data (Data Reduction), (2) Penyajian Data (Data Display), (3) Penarikan
Kesimpulan (Verification). Miles dan Huberman dalam Suharsimi Arikunto
(2006: 91) menjelaskan tiga komponen tersebut sebagai berikut:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi yaitu proses proses pemilihan dan penyederhanaan data kasar yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Data – data penelitian yang
telah dikumpulkan selanjutnya direduksi. Dalam penelitian ini, peneliti akan
melakukan reduksi data terkait data aktivitas siswa kelas IV SD Negeri 02
Jati dalam pembelajaran PKn dan aktivitas mengajar guru kelas IV SD Negeri
02 Jati saat pembelajaran PKn dan data nilai hasil pembelajaran PKn pada
materi susunan pemerintahan pusat kelas IV SD Negeri 02 Jati.
2. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Hasil
dari data-data penelitian selanjutnya digabungkan dan disimpulkan. Dalam
penelitian ini, penyajian data dilakukan pada saat mengolah dan mengambil
tindakan terhadap data yang masuk, kemudian disusun dan didisplay dalam
bentuk tabel, grafik, dan dinarasikan dalam pembahasan penelitian. Dalam
penelitian yang dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 02 Jati, data yang
disajikan meliputi data yang berasal dari nilai tes PKn siswa kelas IV pada
materi susunan pemerintahan pusat, skor observasi kegiatan guru, dan
observasi aktivitas siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
3. Penarikan Kesimpulan (Verification)
Kegiatan ini dilakukan untuk memantapkan simpulan dari tampilan data agar
benar – benar dapat dipertanggungjawabkan. Simpulan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini yaitu peningkatan pemahaman konsep materi susunan
pemerintahan pusat dengan metode jigsaw pada sisiwa kelas IV SD Negeri 02
Jati. Seluruh hasil analisis yang terdapat dalam reduksi data maupun
penyajian data diambil suatu simpulan. Penarikan simpulan tentang
peningkatan yang terjadi dilaksanakan secara bertahap mulai dari simpulan
sementara, simpulan yang ditarik pada akhir siklus I, dan simpulan terakhir
yaitu pada akhir siklus II. Simpulan yang pertama sampai dengan yang
terakhir harus terkait. Hasil simpulan akhir dilakukan refleksi untuk
menentukan atau menyusun rencana tindakan berikutnya.
Secara diagramatik, hubungan interaksi antara unsur-unsur kerja analisis
tersebut dapat divisualisasikan seperti pada Gambar 4 :
Gambar 6. Komponen-komponen Analisis Data
H. Indikator Kinerja
Menurut Sarwiji Suwandi (2009:70) Indikator kinerja merupakan rumusan
kinerja yang akan dijadikan acuan atau tolak ukur dalam menentukan keberhasilan
atau keefektifan penelitian. Indikator kinerja yang ingin dicapai dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah meningkatnya pemahaman konsep susunan
pemerintahan pusat siswa kelas IV SDN 02 Jati, Jaten, Karanganyar dengan
menggunakan metode jigsaw. Indikator penelitian ini bersumber dari kurikulum
Pengumpulan Data
(Data Collection)
Reduksi Data
(Data Reduction)
Penyajian Data
(Data Display)
Penarikan
Kesimpulan/Verifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
dan silabus KTSP PKn kelas IV serta Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu
60.
Pada siklus I pembelajaran dikatakan berhasil apabila pemahaman konsep
siswa secara klasikal memperoleh nilai ≥60 mencapai 85%. Pada siklus II
pembelajaran dikatakan berhasil apabila pemahaman konsep siswa secara klasikal
memperoleh nilai ≥60 mencapai 95%.
I. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah sebuah rangkaian tahap penelitian dari awal
hingga akhir. Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem berdaur
sebagaimana kerangka berpikir yang dikembangkan oleh Supardi dalam
Suharsimi Arikunto (2006:104). Prosedur penelitian mencakup tahapan-tahapan
sebagai berikut: (1) perencanaan (planning); (b) penerapan tindakan (action); (c)
mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and
evaluation); dan (d) melakukan refleksi (reflecting). Dan seterusnya sampai
perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan).
Prinsip utama dalam PTK adalah pemberian tindakan dalam siklus yang bertahap
dan berkelanjutan samapai memperoleh hasil yang ditetapkan. Siklus yang
dinamis dengan tindakan yang sama. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto (2006: 73), bahwa PTK dilaksanakan
dalam bentuk siklus berulang yang di dalamnya terdapat empat tahapan utama
kegiatan, yaitu (a) perencanaan; (b) tindakan; (c) pengamatan; dan (d) refleksi.
Strategi penelitian adalah penelitian tindakan kelas secara rinci diuraikan sebagai
berikut:
a. Tahap perencanaan tindakan meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1) Membuat skenario pembelajaran
2) Mempersiapkan instrumen penelitian yang meliputi : RPP, soal dan kunci
jawaban, lembar observasi kegiatan siswa, lembar observasi terhadap
pmbelajaran guru, dan data daftar nilai pemahaman konsep.
3) Mempersiapkan dan merancang tindakan yang sesuai dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
4) Mengajukan solusi alternatif pada masalah yang ada.
b. Tahap pelaksanaan tindakan dilakukan dengan melaksanakan proses
pembelajaran sesuai rancangan RPP pada lampiran 2. Setiap tindakan dan
proses pembelajaran tersebut selalu diikuti kegiatan pemantauan.
c. Tiap pengamatan dan interprestasi dilakukan dengan mengamati dan
menginterprestasi aktivitas penerapan tindakan pada pembelajaran. Pada tahap
interprestasi proses koreksi hasil kerja dilakukan oleh peneliti. Interprestasi ini
berguna untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan dapat mengatasi
permasalahan yang ada.
d. Tahap analisis dan refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil pengamatan
dan interprestasi sehingga diperoleh simpulan tentang bagian yang perlu
diperbaiki dan bagian yang telah mencapai tujuan penelitian. Dari hasil
penarikan kesimpulan tersebut, dapat diketahui apakah penelitian ini mencapai
keberhasilan atau tidak. Secara jelas langkah-langkah tersebut dapat dilihat
pada Gambar 5 :
Gambar 7. Alur Penelitian Tindakan Kelas
(Suharsimi Arikunto 2006:16)
Perencana
an
Siklus I
Pengamata
n
Peencanaa
n
Siklus II
Pengamata
n
Pelaksana
an
Refleks
i
Refleksi Pelaksana
an
?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
J. Rancangan Siklus Pertama
a. Perencanaan
Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Menentukan pokok bahasan, yaitu mengenal lembaga – lembaga Negara
dalam susunan pemerintahan tingkat pusat seperti lembaga legislatif,
lembaga eksekutif, dan lembaga yudikatif.
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
menggunakan model kooperatif tipe jigsaw.
3) Mengembangkan skenario pembelajaran.
4) Menyusun lembar observasi aktivitas guru dan siswa selama
menggunakan model kooperatif tipe jigsaw.
5) Menyusun instrumen untuk evaluasi yang berupa soal tes tertulis.
6) Menetapkan indikator ketercapaian yang akan dilaksanakan dalam
proses pembelajaran.
b. Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I ini direncanakan dalam 2 x
pertemuan, yakni pertemuan pertama mempelajari tentang lembaga –
lembaga Negara dalam susunan pemerintahan pusat dan pertemuan kedua
mempelajari tentang organisasi pemerintahan tingkat pusat.
1) Kegiatan Awal
a) Guru mengkondisikan kesiapan belajar siswa.
b) Apersepsi
Peserta didik menjawab pertanyaan guru tentang pengertian sistem
pemerintahan.
c) Menyampaikan tujuan pembelajaran.
2) Kegiatan Inti
a) Siswa bertanya jawab dengan guru tentang lembaga – lembaga dalam
sistem pemerintahan pusat.
b) Guru membantu pemahaman konsep siswa dengan menerapkan model
kooperatif tipe jigsaw.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
c) Siswa membentuk kelompok asal kemudian guru membagi materi
tentang lembaga pemerintahan pusat yang terdiri dari legislatif,
eksekutif, dan yudikatif.
d) Siswa pada kelompok asal tersebut mengelompok membentuk
kelompok ahli berdasarkan materi yang diberikan guru.
e) Siswa berdiskusi di kelompok ahli dengan materi yang sama.
f) Siswa dari kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan saling
bertukar materi.
g) Siswa secara individu diberi penugasan untuk mengerjakan soal.
h) Siswa dan guru bersama-sama mengevaluasi hasil pekerjaan.
3) Kegiatan Akhir
a) Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan pembelajaran.
b) Guru memberikan penilaian dan penguatan.
c. Pengamatan / Observasi
Observer melakukan pengamatan tentang aktifitas guru dan siswa selama
penerapan model kooperatif tipe jigsaw. Observasi diarahkan pada poin – poin
dalam pedoman yang telah disiapkan peneliti. Lembar observasi aktifitas siswa
dapat dilihat pada lampiran 8 dan observasi kinerja guru dapat dilihat pada
lampiran 7.
d. Refleksi
Refleksi berarti penilaian dan pengkajian terhadap hasil evaluasi
data kaitannya dengan indikator kinerja. Peneliti berdiskusi bersama
observer untuk menganalisis pemahaman konsep siswa sesuai dengan nilai
saat evaluasi saat pembelajaran. Jika siswa yang berhasil saat evaluasi
sebanyak 27 anak atau mencapai indikator ketercapaian kinerja sebesar
85%, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model kooperatif tipe
jigsaw tersebut telah berhasil. Namun, jika siswa yang mengalami
peningkatan pemahaman konsep secara klasikal belum mencapai indikator
ketercapaian kinerja sebesar 85%, maka proses pembelajaran dengan
penerapan model kooperatif tipe jigsaw tersebut perlu diperbaiki lagi dan
disempurnakan pada siklus II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
K. Rancangan Siklus Kedua
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus II meliputi rencana perbaikan penerapan
model kooperatif tipe jigsaw yang didasarkan pada hasil refleksi pada siklus
I. Rencana perbaikan pada siklus II ini dilaksanakan untuk memperoleh
hasil yang lebih baik.
Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan
masalah.
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
menggunakan model kooperatif tipe jigsaw.
3) Menyusun lembar observasi aktivitas guru dan siswa selama
menerapkan model kooperatif tipe jigsaw.
4) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran.
5) Menetapkan indikator ketercapaian yang dilaksanakan dalam proses
pembelajaran.
b. Tindakan
Pada dasarnya tindakan yang dilaksanakan pada siklus II ini masih
sama dengan siklus I, yakni pembelajaran dengan menerapkan model
kooperatif tipe jigsaw. Pelaksanaan tindakan siklus II ini juga terbagi
dalam 2 x pertemuan. Tindakan kelas pada siklus II ini disesuaikan dengan
kekurangan – kekurangan yang ditemukan pada siklus I, sehingga rencana
tindakan bertujuan untuk memperbaiki kekurangan atau masalah pada
siklus sebelumnya.
c. Pengamatan / Observasi
Observer melakukan pengamatan terhadap aktifitas guru dan siswa
selama penggunaan model kooperatif tipe jigsaw. Observasi diarahkan pada
poin – poin dalam pedoman yang telah dipersiapkan oleh peneliti, lembar
observasi aktifitas siswa dapat dilihat pada lampiran 8 dan observasi kinerja
guru dapat dilihat pada lampiran 7.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
d. Tahap Refleksi
Refleksi berarti penilaian dan pengkajian terhadap hasil evaluasi
data kaitannya dengan indikator kinerja. Peneliti berdiskusi bersama
observer untuk menganalisis pemahaman konsep siswa sesuai dengan
nilai saat evaluasi dan hasil observasi saat pembelajaran. Jika 29 siswa
mengalami peningkatan pemahaman konsep secara klasikal atau mencapai
indikator ketercapaian kinerja sebesar 95%, maka dapat disimpulkan
bahwa penggunaan model kooperatif tipe jigsaw tersebut telah berhasil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 02 Jati Jaten Karanganyar.
Sekolah ini berdiri pada tahun 1972 dan berstatus negeri. Secara geografis SD
Negeri 02 Jati terletak di desa pundungrejo kelurahan Jati kecamatan Jaten
kabupaten Karanganyar. Demi kelancaran program – program sekolah dan
semakin meningkatnya mutu pendidikan di sekolah, maka segenap komponen
pengelola Sekolah Dasar Negeri 02 jati baik kepala sekolah, komite sekolah, dan
guru senantiasa melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab masing –
masing sebagaimana tertuang dalam program kerja yang telah direncanakan pada
setiap tahun pelajaran. Mekanisme kerja segenap pengelola Sekolah Dasar Negeri
02 jati tersebut berada di bawah koordinasi dan pengawasan kepala sekolah.
Fasilitas yang ada di sekolah ini cukup memadai. Untuk mata pelajaran
PKn sendiri belum ada media yang disediakan dari sekolah, jadi harus kreatifitas
guru sendiri apabila akan menggunakan media dalam pembelajaran.
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 02 Jati. Lokasi kelas IV
berada di antara kelas III dan kelas V, kondisi kelasnya cukup baik. Pencahayaan
dan siklus udaranya baik sehingga keadaannya nyaman jika digunakan untuk
belajar. Kondisi meja dan kursi yang ada di kelas IV tidak begitu baik karena
berisi coret – coretan siswa sehingga terkesan tidak rapi. Di dalam kelas banyak
terdapat gambar – gambar sebagai media pembelajaran, diantaranya ada gambar
siklus terjadinya air, gambar – gambar pahlawan, gambar bagian tumbuhan dan
lain sebagainya akan tetapi tidak ada alat peraga untuk pelajaran PKn.
Karakter siswa – siswi kelas IV tempat penelitian tidak jauh berbeda
dengan kelas lain dalam pembelajaran PKn. Kebanyakan siswa menganggap PKn
khususnya pada materi susunan pemerintahan pusat sebagai suatu mata pelajaran
hafalan dan sulit, sehingga pemahaman konsep PKn materi susunan pemerintahan
pusat banyak siswa yang belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
yang ditentukan sekolah pada awal semester. Pada pelajaran PKn materi susunan
pemerintahan pusat siswa dalam pembelajaran kurang optimal. Siswa masih
banyak tergantung pada guru dalam memecahkan masalah pada materi tersebut.
Hal itu menyebabkan rendahnya pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran
tersebut. Untuk mengantisipasi hal tersebut peneliti mengadakan penelitian di
kelas IV. Peneliti menggunakan pembelajaran yang dapat meningkatkan
pemahaman konsep PKn materi susunan pemerintahan pusat yaitu dengan
menggunakan metode jigsaw. Dengan penelitian ini diharapkan siswa Sekolah
Dasar Negeri 02 jati lebih tertarik dan termotivasi untuk belajar PKn, sehingga
pemahaman konsep PKn khususnya materi susunan pemerintahan pusat siswa
meningkat.
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian
1. Deskripsi Data Awal
Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti
melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan
nyata yang ada di lapangan. Peneliti mengadakan observasi di kelas IV SD
Negeri 02 Jati pada saat pelajaran PKn materi susunan pemerintahan pusat,
Berdasarkan data hasil pengamatan langsung pada bulan Januari terhadap
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi,
masih terdapat kekurangan, beberapa diantaranya yaitu guru kurang dapat
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (respon siswa kurang), dan
guru belum menggunakan model pembelajaran yang bervariasi, selain
permasalahan yang ada pada guru ada juga permasalahan yang ditemui pada
diri siswa pada saat pembelajaran berlangsung, antara lain:
a. Siswa masih ragu – ragu untuk bertanya dan menjawab pertanyaan.
b. Tidak berani tampil di depan kelas.
c. Kurang antusias saat merespon tindakan guru.
d. Menunjukkan sikap jenuh saat pembelajaran yang ditunjukkan dengan
siswa mengobrol sendiri, bermain alat tulis, dan menguap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Rendahnya pemahaman konsep siswa yang ditunjukkan dari nilai
sebelum tindakan tentang materi susunan pemerintahan pusat dari 31 anak
hanya 45 % atau 14 siswa yang mendapat nilai di atas KKM. Sedangkan yang
lainnya berada di bawah KKM. Fakta hasil penilaian tersebut menunjukkan
bahwa sebagian besar siswa mendapatkan nilai rendah. Dari lampiran 2 dapat
dibuat Tabel 1 distribusi frekuensi sebagi berikut :
Tabel 1. Frekuensi Data Nilai Pemahaman Konsep PKn Sebelum Tindakan
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi
Persentase
(%)
1 40 – 46 5 43 215 16
2 47 – 53 5 50 250 16
3 54 – 60 10 57 570 33
4 61 – 67 1 64 64 3
5 68 – 74 4 71 284 13
6 75 – 81 5 78 390 16
7 82 – 88 1 85 85 3
Nilai rata – rata kelas 59,9
Dari Tabel 1 hasil pemahaman konsep PKn sebelum diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas IV SD Negeri 02 Jati
yang telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Grafik 1 sebagai
berikut:
Grafik 1. Hasil Data Nilai Pemahaman Konsep PKn Sebelum Tindakan
0
2
4
6
8
10
12
40-64 47-53 54-60 61-67 68-74 75-81 82-88
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL NILAI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Berdasarkan Tabel 1 dan Grafik 1 di atas, nilai pemahaman konsep
siswa kelas IV sebelum diterapkan penggunaan metode jigsaw diperoleh
rata – rata kelas sebesar 59,9. Siswa yang memperoleh nilai 40 – 46
sebanyak 5 siswa atau 10%. Siswa yang memperoleh nilai 47 – 53
sebanyak 5 siswa atau 10%. Siswa yang memperoleh nilai 54 – 60
sebanyak 10 siswa atau 45%. Siswa yang memperoleh nilai 61 – 67
sebanyak 1 siswa atau 21%. Siswa yang memperoleh nilai 68 – 74
sebanyak 4 siswa atau 10%. Siswa yang memperoleh nilai 75 – 81
sebanyak 5 siswa atau 16%. Siswa yang mendapat nilai 82 – 88 sebanyak
1 siswa atau 3%. Berdasarkan tabel 1 siswa yang mendapat nilai di bawah
60 (KKM) yaitu sebanyak 17 siswa atau 55%, dan siswa yang mendapat
nilai sama atau di atas KKM yaitu 14 siswa atau 45%. Hal ini dapat
diartikan bahwa ketuntasan klasikal sebesar 45% masih berada di bawah
ketuntasan belajar yang ditetapkan yaitu sebesar 75% siswa mendapat ≥ 60
(KKM), dengan kata lain nilai PKn siswa kelas IV SD Negeri 02 Jati
masih rendah. Dari lampiran 2 dapat dibuat Tabel 2 berikut tentang
ketuntasan belajar siswa.
Tabel 2. Hasil Nilai Pemahaman Konsep Sebelum Tindakan
Keterangan Sebelum tindakan
Nilai Terendah 40
Nilai Tertinggi 86
Rata – rata Nilai 59,9
Siswa belajar Tuntas 45%
Analisis hasil pemahaman konsep dari nilai siswa sebelum
tindakan diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa menjawab soal
dengan benar adalah 59,9 di mana hasil tersebut masih di bawah
rata – rata nilai yang diinginkan dari pihak guru atau peneliti, dan
sekolah yaitu sebesar 60. Sedangkan besarnya persentase siswa
tuntas pada materi susunan pemerintahan pusat adalah sebesar
45%. Dari hasil analisis nilai sebelum tindakan tersebut, maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam memahami pelajaran PKn khususnya materi susunan
pemerintahan pusat.
Dari hasil nilai pemahaman konsep sebelum tindakan pada tabel 2
di atas dapat disimpulkan sementara bahwa kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal materi susunan pemerintahan pusat siswa kelas IV
SDN 02 Jati masih kurang. Maka dari itu diperlukan suatu inovasi
pembelajaran, dalam penelitian ini peneliti menggunakan model
pembelajaran tipe jigsaw. Dengan jigsaw diharapkan pemahaman siswa
khususnya pada materi susunan pemerintahan pusat mengalami
peningkatan sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai.
2. Deskripsi Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan selama dua minggu yaitu pada
tanggal 24 Januari dan 31 Januari 2011. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan penelitian tindakan kelas yang terdiri atas siklus – siklus
dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan. Adapun tahapan yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan tindakan, peneliti mengadakan observasi
terhadap proses pembelajaran yang meliputi kegiatan guru dan siswa. Hal
ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran yang berlangsung,
penggunaan metode, model, strategi, serta media pembelajaran yang
digunakan oleh guru. Peneliti juga mencatat pemahaman konsep yang
diperoleh oleh masing – masing siswa khususnya nilai PKn materi susunan
pemerintahan pusat. Berdasarkan pengamatan dan hasil catatan terhadap
pembelajaran serta pemahaman konsep tersebut diperoleh informasi
sebagai data awal. Bertolak dari kenyataan tersebut, diadakan konsultasi
dengan guru kelas mengenai alternatif yang dapat digunakan untuk
meningkatkan aktivitas belajar PKn siswa yang pada akhirnya dapat
meningkatkan perolehan nilai PKn di kelas IV SD Negeri 02 Jati.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Akhirnya, alternatif pemecahan masalah yang digunakan yaitu
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Langkah yang dilakukan peneliti yaitu:
1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) PKn pokok
bahasan susunan pemerintahan pusat menggunakan model kooperatif
tipe jigsaw. RPP dapat dilihat pada lampiran 4. RPP disusun 2 kali
pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan dilaksanakan
dalam dua minggu dengan: Standar Kompetensi (SK) Mengenal
sistem pemerintahan tingkat pusat. Kompetensi Dasar (KD)
Mengenal lembaga – lembaga negara dalam susunan pemerintahan
tingkat pusat, seperti MPR, DPR, presiden, MA, MK, dan BPK serta
Menyebutkan organisasi pemerintahan tingkat pusat, seperti
presiden, wakil presiden, dan para menteri.
2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi dapat
dilihat pada RPP.
3) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran berupa
bagan pemerintahan pusat, dapat dilihat pada lampiran dokumentasi.
4) Membuat lembar observasi siswa pada lampiran 8 dan observasi
guru pada lampiran 7.
b. Tahap Pelaksanaan / Tindakan
Dalam pelaksanaan tindakan ini, peneliti yang berkolaborasi
dengan guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dengan menggunakan media bagan susunan pemerintahan pusat. Peneliti
disini bertindak sebagai pengajar dan guru sebagai observer atau
pengamat.
1) Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 24 Januari
2011. Pada pertemuan itu siswa mempelajari tentang susunan
pemerintahan pusat dan lembaga – lembaga negara yang ada di
Indonesia seperti lembaga legislatif , eksekutif, dan yudikatif. Adapun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
langkah – langkah pembelajarannya mencakup kegiatan – kegiatan
sebagai berikut:
Kegiatan diawali dengan berdoa bersama – sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa. Sebagai apersepsi dalam
pembelajaran guru dan siswa menyanyikan lagu Satu Nusa Satu
Bangsa, setelah menyanyikan lagu guru bertanya jawab dengan siswa
tentang isi laguu tersebut. Guru menjelaskan supaya bangsa kita tetap
utuh dan bersatu maka diperlukan suatu pemerintahan yang baik, siswa
bertanya tentang arti pemerintahan. Guru tidak langsung menjawab
pertanyaan siswa akan tetapi membuat siswa menjadi ingin tahu
tentang materi yang akan dipelajari pada pagi hari itu. Siswa
menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan
Kegiatan inti guru mengajak siswa untuk bermain melengkapi
bagan pemerintahan pusat. Ada dua bagan, bagan yang pertama yaitu
bagan susunan pemerintahan pusat sebelum amandemen dan bagan
yang kedua yaitu bagan setelah amandemen. Siswa diminta maju
kedepan kelas dan melengkapi bagan itu dengan bertanding bersama
temannya sehingga siswa lebih bersemangat. Siswa yang lain
mengoreksi apakah bagan letak lembaga negara yang dipasangkan
teman mereka pada bagan sudah benar atau belum. Dengan bantuan
bagan tersebut siswa menyebutkan lembaga Negara yang ada di
Indonesia. Siswa dan guru bertanya jawab tentang pengertian
pemerintahan. Guru memberikan pengertian tentang model
pembelajaran jigsaw yang akan dipakai pada pertemuan itu supaya
siswa tidak kesulitan saat pelaksanaannya nanti. Kemudian guru
memagi kelas ke dalam 5 kelompok, 1 kelompok terdiri dari 6 – 7
anak. Kelompok tersebut dapat dilihat pada Gambar 8 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Gambar 8. Susunan Kelompok Asal Pertemuan 1 Siklus I
Masing – masing kelompok di beri nama kelompok jigsaw 1,
jigsaw 2, jigsaw 3, jigsaw 4, dan jigsaw 5 yang merupakan kelompok
asal. Guru meminta siswa untuk berada pada kelompok asal terlebih
dahulu dan memberitahukan materi apa yang harus didiskusikan tiap
siswa pada kelompok ahli. Setelah mendapat materi di kelompok asal,
tiap siswa di kelompok asal bergabung membentuk kelompok ahli
untuk berdiskusi membahas materi yang sama. Pembagian nama
kelompok ahli dan materinya, dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Susunan Kelompok Ahli Pertemuan 1 siklus I
Setiap siswa yang mendaptkan materi yang sama berkumpul
menjadi satu kelompok dan membahas materi tersebut, lalu kembali ke
Jigsaw 1:
1. Mega
2. Pipit
3. Lia
4. Tri
5. Davis
6. Leli
Jigsaw 2:
1. Winda
2. Eka
3. Dwi
4. Ning
5. Laras
6. Ayuk
Jigsaw 3:
1. Naris
2. Ani
3. Nur
4. Vina
5. Fatma
6. Feli
Jigsaw 4:
1. Iksan
2. Azwin
3. Soleh
4. Adi
5. Candra
6. Reli
7. Adon
Jigsaw 5:
1. Dedi
2. Teguh
3. Budi
4. Danur
5. Doyo
6. Andi
Ahli 1 : Mega,
Winda, Naris,
Iksan, Dedi
Membahas
lembaga legislatif
Ahli 2 : Pipit, Eka,
Ani, Azwin,
Teguh
Membahas
lembaga yudikatif
Ahli 3 : Lia, Dwi,
Nur, Soleh, Budi
Membahas bagan
pemerintahan pusat
sebelum amandemen
Ahli 4 : Tri, Ning,
Vina, Adi, Danur
Membahas
lembaga eksekutif
Ahli 5 : Davis,
Laras, Fatma,
Candra, Doyo
Membahas
lembaga BPK
Ahli 6 : Leli, Ayuk,
Feli, Reli, Andi, Adon
Membahas bagan
pemerintahan pusat
sesudah amandemen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
kelompok awalnya setelah selesai berdiskusi dengan kelompok ahli. Di
kelompok awal mereka mengerjakan tugas diskusi yang diberikan
guru. Kemudian kelompok yang tercepat menyelesaikan soal maju ke
depan kelas untuk membacakan hasil diskusi kelompok mereka.
Karena waktu tersisa 10 menit, maka guru kemudian menutup
pertemuan tersebut dengan terlebih dahulu menyimpulkan hasil selama
pembelajaran hari itu dan memberi kesempatan bertanya kepada siswa
yang belum jelas. Ternyata siswa belum berani mengungkapkan
pendapatnya di dalam kelas terlihat dari hanya beberapa siswa yang
berani bertanya pada guru. Guru kemudian mengingatkan para siswa
untuk mempelajari kembali materi yang sudah dipelajari, dan belajar
tentang materi organisasi pemerintahan pusat untuk pertemuan
berikutnya. Karena setiap siswa harus mengajar teman – temannya
dalam kelompok asalnya. Kemudian guru menutup pembelajaran
dengan mengucapkan salam penutup.
2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari senin, 31 Januari
2011. Pada pertemuan ini guru memberikan pembelajaran dengan
melanjutkan materi yang telah lalu, yaitu tentang organisasi
pemerintahan pusat. Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan
guru pada pertemuan kedua dalam pelaksanaan tindakan siklus I sama
halnya dengan pertemuan pertama yaitu kegiatan awal, kegiatan inti,
dan kegiatan akhir. Kegiatan awal dimulai dengan guru membuka
pelajaran dengan ucapan salam, dilanjutkan dengan guru
mengkondisikan kelas dan memeriksa kesiapan siswa. Guru
melakukan apersepsi tentang materi yang lalu dengan tanya jawab
tentang materi yang lalu. Siswa menjawab pertanyaan guru tentang
siapa saja yang pernah menjabat menjadi presiden dan wakil presiden
di Indonesia. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yaitu melalui diskusi kelompok, siswa dapat mendiskusikan tugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
presiden, wakil presiden, dan para menteri. Guru memberi motivasi
agar siswa selalu rajin belajar.
Kegiatan inti diawali dengan siswa berkumpul bersama teman
kelompoknya sama seperti pertemuan sebelumnya. Tiap siswa dalam
kelompok asal mendapatkan materi yang berbeda – beda. Pembagian
nama kelompok ahli dan materinya, dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Susunan Kelompok Ahli pertemuan 2 siklus I
Setelah masing – masing siswa mendapatkan tugasnya, siswa
yang mendapat materi sama berkumpul menjadi satu dan membentuk
kelompok ahli. Disni siswa saling membahas lebih dalam tentang
materi yang menjadi tugasnya. Siswa kembali ke kelompok asalnya
lagi dan saling bertukar informasi tentang materi mereka masing –
masing. Dalam kegiatan ini siswa dituntut tanggung jawabnya untuk
bisa memberikan informasi pada temannya di kelompok asal supaya
paham pada materi yang telah didiskusikan di kelompok ahli.
Kemudian tiap kelompok maju ke depan kelas untuk membacakan
hasil diskusinya. Guru memberi kesempatan bertanya untuk siswa
yang belum paham.
Kegiatan akhir di siklus II ini dipergunakan untuk
mengevaluasi secara individu apakah siswa sudah paham atau belum
tentang materi yang sudah dipelajari. Guru melakukan evaluasi
pembelajaran susunan pemerintahan pusat dengan membagikan soal
dan lembar jawab kepada siswa. Siswa diberi waktu selama 20 menit
untuk mengerjakan. Guru mengumpulkan hasil pekerjaan siswa, dan
Ahli 1 : Mega, Pipit,
Winda, Eka, Naris,
Ani, Iksan, Azwin,
Dedi, Teguh
Membahas tentang
presiden
Ahli 2 : Lia, Tri,
Dwi, Ning, Nur,
Vina, Soleh, Adi,
Budi, Danur
Membahas tentang
wakil presiden
Ahli 3 : Davis, Leli,
Laras, Ayuk, Fatma,
Feli, Adon, Reli,
Candra, Doyo, Andi
Membahas tentang
menteri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
melakukan refleksi pada siswa serta memberi tindak lanjut dengan
mengingatkan siswa supaya rajin belajar dan meningkatkan aktivitas
dalam belajar. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
c. Tahap pengamatan/ observasi
Pengamatan tindakan dilakukan oleh observer pada saat
berlangsungnya kegiatan pembelajaran PKn dengan menerapkan metode
jigsaw. Pengamatan ini difokuskan pada pelaksanaan kegiatan
pembelajaran yaitu kegiatan yang dilakukan guru dan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung yang dilaksanakan dengan menggunakan alat
bantu berupa lembar observasi aktivitas guru, aktivitas siswa dan
dokumentasi dengan foto dan video. Observasi ini dilakukan untuk
memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran PKn
materi susunan pemerintahan pusat dengan menerapkan metode jigsaw
dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta
untuk mengetahui seberapa besar pembelajaran PKn yang dilaksanakan
menghasilkan perubahan pada pemahaman siswa pada materi susunan
pemerintahan pusat.
Dalam pengamatan ini, peneliti meminta bantuan guru kelas yang
bertindak sebagai observer dan teman sejawat untuk mengambil gambar
foto dan video. Observer sebagai partisipan pasif berada di bangku paling
belakang untuk mengamati jalannya pembelajaran melalui pedoman
observasi yang telah dibuat. Pengamatan tidak hanya ditujukan pada
kegiatan atau partisipasi dalam proses pembelajaran, namun juga pada
aspek tindakan guru dalam melaksanakan pembelajaran termasuk suasana
kelas pada setiap pertemuan.
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi selama pembelajaran
PKn berlangsung, diperoleh gambaran tentang aktivitas siswa dalam
pembelajaran PKn dengan rincian sebagai berikut: Pada pertemuan
pertama, suasana kelas belum tertib karena ada beberapa siswa yang masih
di luar kelas meskipun jam pelajaran sudah mulai. Pada saat
berlangsungnya diskusi belum berjalan begitu maksimal karena siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
bingung harus berpindah – pindah kelompok dari kelompok asal ke
kelompok ahli dan kembali lagi ke kelompok asal, hal itu menyebabkan
suasana kelas menjadi gaduh dan siswa tidak konsentrasi dalam membahas
soal diskusi bersama teman kelompoknya. Kegaduhan juga terjadi karena
jumlah siswa dan materi yang tidak seimbang, misalnya pada materi yang
dibahas dalam kelompok ahli struktur pemerintahan, jumlah siswanya
terlalu banyak sehingga ada siswa yang berbicara sendiri dan bermain
bersama teman yang lain. Saat siswa kembali ke kelompok asal, belum
semua siswa dapat menginformasikan hasil diskusinya dikelompok ahli.
Kemudian saat kelompok pertama menyampaikan hasil diskusi, tampak
beberapa anggota kelompok yang lain tidak memperhatikan. Mereka
malah asyik berbicara sendiri. Hal ini menyebabkan suasana kelas menjadi
gaduh. Melihat hal tersebut, guru memberi tahu siswa tentang pentingnya
menghargai seseorang yang sedang berbicara jadi harus memperhatikan
teman lainnya yang sedang membacakan hasil diskusinya.
Pada pertemuan kedua keadaan kelas sudah lebih baik dari
pertemuan pertama. Saat diskusi juga siswa sudah agak mengerti dan tidak
bingung lagi ketika berpindah – pindah dari kelompok asal ke kelompok
ahli dan kembali lagi ke kelompok asal. Ketika kembali ke kelompok asal
siswa masih belum bisa menginformasikan materi kepada temannya yang
lain. Saat ada kelompok yang maju membacakan hasi diskusinya juga
masih banyak siswa yang tidak memperhatikan, dan juga baru sedikit
sekali siswa yang berani menungkapkan pendapat di depan kelas untuk
mengajukan pertanyaan juga tampak kebanyakan siswa masih terlihat
malu – malu.
Dari lampiran 9 dan lampiran 10 tentang observasi aktivitas belajar
siswa dapat dibuat Tabel 3 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Tabel 3. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
No
Aspek Yang
Diamati
Jumlah
Skor
Rata –
Rata Kategori
Keterangan
I II I II I II
1 Perhatian 47 52 1,5 1,7 c c Keterangan :
a = baik sekali ( = 3 )
b = baik ( < 3 )
c = kurang ( < 2 )
d = kurang sekali
(>1)
2 Kerja sama 43 53 1,4 1,7 c c
3 Ketekunan 48 55 1,5 1,8 c c
4 Keaktifan 40 52 1,3 1,7 c c
5 Tanggung
jawab 45 51 1,5 1,6 c c
Nilai rata – rata aktivitas siswa = 1,6 ( kurang )
Berdasarkan data pada Tabel 3, terlihat bahwa rata – rata aktivitas
belajar PKn siswa masih kurang. Selain mengamati aktivitas siswa,
observer juga mengamati aktivitas guru dalam pembelajaran. Dari
lampiran 11 tentang aktivitas kinerja guru dalam pembelajaran dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Dalam membuka pelajaran masih kurang, guru sudah melakukan
absensi dan menyampaikan tujuan pembelajaran akan tetapi guru
belum memberikan motivasi yang bisa membuat siswa lebih semangat
dalam pembelajaran.
2) Kejelasan dan sistematika dalam menyampikan materi kurang, guru
agak terlihat gugup sehingga penguasaan materi yang disampikan pada
siswa belum begitu maksimal.
3) Pengelolaan kelas kurang karena keadaan kelas gaduh sehingga
suasana tidak kondusif.
4) Penggunaan bahasa sudah baik akan tetapi karena suasana yang gaduh
jadi suara guru tidak dapat diterima dengan baik oleh siswa.
5) Media yang digunakan sudah baik dan melibatkan siswa dalam
penggunaannya sehingga menarik perhatian siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
6) Ketepatan menggunakan metode jigsaw cukup baik, karena kurang
jelas dalam memberi pengarahan hal itu membuat siswa kesulitan
dalam mengikuti pembelajaran.
7) Guru masih kurang bisa untuk membuat siswa aktif karena masih
banyak siswa yang bertanya ataupun mengajukan pendapat.
8) Guru sudah menunjukan sikap terbuka terhadap respon siswa dengan
cara menghargai setiap pendapat siswa yang mengajukan pendapatnya.
9) Guru sudah cukup baik dalam menunjukan hubungan antar pribadi
yang kondusif dengan berkata yang baik dan sopan pada siswanya.
10) Guru sudah mengadakan penilaian proses dan hasil belajar dengan
cukup baik
11) Ketepatan dalam menggunakan strategi pembelajaran masih kurang.
12) Guru telah melakukan penilaian hasil belajar atau tes formatif dengan
baik.
13) Guru sudah menutup pelajaran dengan cukup baik.
Rata – rata observasi guru dalam pembelajaran mendapatkan nilai
kurang. Selain observasi guru dan siswa diatas dapat dilihat hasil nilai
pemahaman konsep siswa dari hasil evaluasi siklus I dan hasil diskusi
pada pertemuan 1 dan pertemuan 2, ketiga nilai itu djumlah dan di rata –
rata sehingga jadi nilai siklus I. Dari lampiran 6 dapat dibuat Tabel 4
distribusi frekuensi sebagai berikut :
Tabel 4. Frekuensi Data Nilai Pemahaman Konsep PKn Siklus I
No Interval
Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi
Persentase
(%)
1 50 – 55 4 52,5 210 13
2 56 – 61 3 58,5 175,5 10
3 62 – 67 1 64.5 64,5 3
4 68 – 73 11 70,5 775,5 35
5 74 – 79 5 76,5 382,5 16
6 80 – 85 7 82,5 577,5 23
Nilai rata – rata kelas 70,5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Dari Tabel 4 dapat disajikan dengan Grafik 2 sebagai berikut :
Grafik 2. Hasil Data Nilai Pemahaman Konsep PKn Siklus I
Berdasarkan tabel 4 dan grafik 2 di atas, nilai evaluasi siswa kelas IV
SD Negeri 02 Jati pada siklus I mendapat rata – rata sebesar 70,5. Siswa
yang memperoleh nilai 50 – 55 sebanyak 4 siswa atau 13%. Siswa yang
memperoleh nilai 56 – 61 sebanyak 3 siswa atau 10%. Siswa yang
memperoleh nilai 62 – 67 sebanyak 1 siswa atau 3%. Siswa yang
memperoleh nilai 68 – 73 sebanyak 11 siswa atau 35%. Siswa yang
memperoleh nilai 74 – 79 sebanyak 5 siswa atau 16%. Siswa yang
memperoleh nilai 80 – 85 sebanyak 7 siswa atau 23%. Berdasarkan tabel 4
siswa yang mendapat nilai di bawah 60 (KKM) yaitu sebanyak 5 siswa
atau 16%, dan siswa yang mendapat nilai sama atau di atas KKM yaitu 26
siswa atau 84%. Hal ini dapat diartikan bahwa ketuntasan klasikal sebesar
84%.
d. Refleksi
Analisis hasil tindakan siklus I direfleksi sesuai dengan
proses pembelajaran yang dilakukan. Data yang diperoleh melalui
observasi dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan,
peneliti melakukan refleksi sebagai berikut:
0
2
4
6
8
10
12
50-55 56-61 62-67 68-73 74-79 80-85
F
R
E
K
U
E
N
S
I
Interval Nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran PKn. Hasil evaluasi rata–
rata PKn siswa pada siklus I yaitu 70,5.
2) Berdasarkan hasil evaluasi PKn pada siklus I siswa yang
memperoleh nilai < 60 (KKM) ada 5 siswa atau 16% dan siswa
yang memperoleh nilai ≥ 60 (KKM) yaitu 26 siswa atau 84%.
Data hasil perkembangan nilai siswa yang diambil dari lampiran
2 yang berisi nilai siswa sebelum tindakan dan lampiran 6 yang
berisi nilai siswa pada siklus 1 dapat dibuat tabel perkembangan
nilai siswa dan dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut:
Tabel 5. Perkembangan Nilai Pemahaman Konsep Sebelum
Tindakan dan Siklus I
Keterangan Sebelum tindakan Siklus I
Nilai terendah 40 50
Nilai tertinggi 86 83,3
Rata- rata nilai 59,9 70,5
Ketuntasan Klasikal 45% 84%
Dari Tabel 5 dapat digambarkan dalam grafik 3 sebagai berikut:
Grafik 3. Perkembangan Nilai Pemahaman Konsep Sebelum Tindakan
dan Siklus I
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
sebelum tindakan siklus I
nilai terendah nilai tertinggi rata - rata nilai ketuntasan klasikal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
3) Meskipun terjadi peningkatan dalam nilai PKn siswa, akan tetapi
terdapat beberapa kekurangan dalam pembelajaran yang perlu
dicari solusinya. Permasalahan tersebut antara lain:
a) Keseriusan dalam aktivitas yang dilakukan siswa masih
kurang, hal ini bisa dilihat dari beberapa siswa yang ramai
sendiri.
b) Pembagian tugas dalam kelompok yang masih kurang rapi.
c) Kemampuan siswa dalam berbagi informasi dengan
temannya di kelompok awal.
d) Pada saat kelompok melakukan presentasi, kelompok lain
ada yang ramai dan tidak memperhatikan.
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diidentifikasi faktor penyebab dari
permasalahan tersebut, antara lain:
a) Penjelasan dari guru tentang penerapan model jigsaw dalam
pembelajaran masih kurang jelas.
b) Pembagian kelompk yang homogen, karena siswa memilih sendiri
kelompoknya sehingga anggotanya tidak heterogen.
c) Di kelompok ahli siswa tidak terfokus membahas materi apa yang
seharusnya dibahas karena tidak ada lembar kerja siswa.
d) Penyampaian hasil diskusi oleh kelompok lain kurang dapat
menarik perhatian siswa.
e) Kurangnya waktu dalam pembelajaran karena pembelajaran
menggunakan metode jigsaw memerlukan waktu yang banyak,
karena waktunya kurang saat mengerjakan evaluasi siklus I
waktunya sangat terbatas.
f) Media yang digunakan guru tidak begitu menarik perhatian siswa.
Berdasarkan analisis di atas, maka dapat disimpulkan refleksi dari
kekurangan yang terdapat dalam proses pembelajaran, yaitu: (1) guru
memberikan penjelasan tentang langkah – langkah menggunakan metode
jigsaw dalam pembelajaran sebagi gambaran supaya siswa tidak bingung
dan gaduh saat pembelajaran, (2) pembagian tugas kelompok ditentukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
dahulu, (3) guru selalu memberi bimbingan pada semua kelompok agar
mau bekerja sama dengan anggota lain sehingga hasil yang diperoleh pun
lebih maksimal, (4) kelompok yang akan maju membacakan hasil
diskusinya, jawaban dari kelompok itu dipegang guru sehingga kelompok
itu menjawab pertanyaan yang diberikan guru, (5) mengatur waktu
pembelajaran supaya lebih efisien lagi sehingga dalam pelaksanaan
evaluasi siklus II siswa tidak terburu – buru dalam mengerjakan soalnya,
(6) menggunakan media yang lebih menarik lagi. Berdasarkan hasil
analisis dan refleksi di atas, tindakan yang dilakukan pada siklus I belum
mencapai indikator kinerja yang diharapkan, penelitian dikatakan berhasil
apabila indikator keberhasilan ketuntasan siswa mencapai 85%, namun
pada tindakan siklus I ini baru mencapai 84% hasil yang diperoleh belum
mencapai hasil yang maksimal karena masih ada siswa yang nilainya
dibawah KKM dan masih ada hambatan pada pelaksanaan tindakan siklus
I maka perlu adanya perbaikan yang dilanjutkan pada penelitian siklus II.
3. Deskripsi Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang sudah
ditentukan yaitu tanggal 7 Februari dan 14 Februari 2011. Adapun tahapan
yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan
pada siklus I diketahui bahwa pembelajaran melalui penerapan metode
jigsaw yang dilaksanakan pada siklus I diketahui belum menunjukkan
adanya peningkatan kemampuan belajar PKn khususnya materi susunan
pemerintahan pusat yang cukup signifikan. Hal ini ditunjukkan masih ada
5 siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran PKn. Oleh karena itu
peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran kembali melalui
penerapan metode jigsaw dengan indikator yang sama dengan siklus
pertama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Kegiatan perencanaan tindakan II dilaksanakan di ruang kelas
IV SD Negeri 02 Jati pada tanggal 5 Februari 2011. Peneliti dan Guru
kelas mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan pada
penelitian ini. Dan diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan
siklus II dilaksanakan dalam 2 pertemuan dengan alokasi waktu tiap
pertemuan 2 x 35 menit yaitu pada hari Senin tanggal 7 Februari 2011
dan 14 Februari 2011.
Hal – hal yang perlu diperbaiki guru dalam pembelajaran PKn
menggunakan metode jigsaw sebagai upaya untuk mengatasi berbagai
kekurangan yang ada adalah:
1) Memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap,
mengarahkan, dan membimbing kegiatan siswa selama pembelajaran
menggunakan metode jigsaw.
2) Menggunakan metode jigsaw di pertemuan pertama, sedangan
pertemuan kedua siswa hanya berkelompok dengan kelompok asal.
Hal itu dimaksudkan untuk menghemat waktu pembelajaran supaya
siswa tidak terburu – buru saat mengerjakan soal evaluasi pada siklus
II.
3) Melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada siswa yaitu
dengan cara memberikan reward.
4) Memberikan lembar kerja siswa saat siswa berdiskusi di kelompok
ahli, supaya siswa lebih fokus apa yang seharusnya mereka diskusikan
di kelompok ahli.
5) Membagi kelompok secara heterogen, sehingga tidak ada kelompok
yang pasif sekali dan aktif sekali.
Mengingat hasil analisis terhadap unjuk kerja siswa pada siklus I,
sebagian besar siswa masih belum memperhatikan penjelasan guru
selama proses pembelajaran PKn. Meskipun demikian pembelajaran PKn
pada siklus I dikatakan sudah cukup berhasil. Peneliti melakukan
langkah-langkah perencanaan pembelajaran PKn pada siklus II sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) PKn pokok
bahasan susunan pemerintahan pusat menggunakan model kooperatif
tipe jigsaw. RPP siklus II ini dapat dilihat pada lampiran 12. RPP
yang disusun 2 kali pertemuan masing – masing 2 jam pelajaranan
dan dilaksanakan dalam dua minggu dengan: Standar Kompetensi
(SK) Mengenal sistem pemerintahan tingkat pusat. Kompetensi Dasar
(KD) Mengenal lembaga- lembaga negara dalam susunan
pemerintahan tingkat pusat, seperti MPR, DPR, presiden, MA, MK,
dan BPK serta Menyebutkan organisasi pemerintahan tingkat pusat,
seperti presiden, wakil presiden, dan para menteri.
2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi dapat
dilihat pada RPP.
3) Menyiapkan media pembelajaran yang menarik perhatian siswa dan
dapat meningkatkan pemahaman siswa yaitu menggunakan
powerpoint yang ditampilkan melalui LCD.
4) Membuat lembar observasi guru dapat dilihat di lampiran 7 dan
lembar observasi siswa dapat di lihat di 8.
b. Tahap Pelaksanaan / Tindakan
Dalam pelaksanaan tindakan ini, peneliti yang berkolaborasi
dengan guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dengan penggunaan media powerpoint. Peneliti disini masih bertindak
sebagai pengajar dan guru sebagai observer atau pengamat.
1) Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 7 Februari
2011. Pada pertemuan itu siswa mempelajari tentang susunan
pemerintahan pusat dan lembaga – lembaga negara yang ada di
Indonesia seperti lembaga legislatif , eksekutif, dan yudikatif. Adapun
langkah-langkah pembelajarannya mencakup kegiatan – kegiatan
sebagai berikut:
Kegiatan diawali dengan berdoa bersama – sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa. Sebagai apersepsi dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
pembelajaran guru menampilkan gambar – gambar gedung MPR/ DPR
dan gedung istana negara. Siswa dan guru bertanya jawab tentang
gambar tersebut. Siswa mengingat pembelajaran pada pertemuan yang
lalu tentang arti pemerintahan dan lembaga – lembaga pemerintahan
yang ada di Indonesia. Siswa menyimak penjelasan guru tentang
tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Sebelum memasuki kegiatan
inti guru terlebih dahulu menerangkan langkah – langkah pembelajaran
yang akan dilaksanakan untuk mempermudah siswa dalam mengikuti
pelajaran, guru menjelaskan tentang langkah – langkah model
pembelajaran model jigsaw yang akan digunakan.
Kegiatan inti guru membagi kelas kedalam 5 kelompok, satu
kelompok terdiri dari 6 – 7 anak. Guru membagi kelompok tersebut
secara heterogen. Guru menjelaskan materi lembaga – lembaga
pemerintahan seperti lembaga legislatif, lembaga eksekutif, dan
lembaga yudikatif dengan media powerpoint. Masing – masing
kelompok di beri nama kelompok jigsaw 1, jigsaw 2, jigsaw 3, jigsaw
4, dan jigsaw 5 yang merupakan kelompok asal. Kelompok tersebut
dapat dilihat pada Gambar 11 sebagai berikut:
Gambar 11. Susunan Kelompok Asal Pertemuan 1 Siklus II
Guru meminta siswa untuk berada pada kelompok asal terlebih
dahulu dan memberitahukan materi apa yang harus didiskusikan tiap
siswa pada kelompok ahli. Setelah mendapat materi di kelompok asal,
tiap siswa di kelompok asal bergabung membentuk kelompok ahli
Jigsaw 1:
1. Mega
2. Pipit
3. Lia
4. Laras
5. Adi
6. Davis
7. Leli
Jigsaw 2:
1. Feli
2. Naris
3. Dwi
4. Soleh
5. Budi
6. Ayuk
Jigsaw 3:
1. Ning
2. Ani
3. Nur
4. Vina
5. Teguh
6. Adon
Jigsaw 4:
1. Andi
2. Azwin
3. Winda
4. Iksan
5. Candra
6. Tri
Jigsaw 5:
1. Danur
2. Doyo
3. Dedi
4. Reli
5. Fatma
6. Eka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
untuk berdiskusi membahas materi yang sama. Pembagian nama
kelompok ahli dan materinya, dapat dilihat pada Gambar 12 sebagai
berikut:
Gambar 12. Susunan Kelompok Ahli Pertemuan 1 siklus II
Masing – masing siswa dalam kelompok asal mendapatkan
lembar kerja siswa yang berbeda – beda, dan merupakan hal yang
harus dibahas dan dipahami pada kelompok ahli. Siswa yang mendapat
lembar kerja yang sama berkumpul menjadi kelompok ahli dan
berdiskusi tentang materi yang menjadi tanggung jawab mereka. Disni
siswa saling membahas lebih dalam tentang materi yang menjadi
tugasnya. Siswa kembali ke kelompok asalnya lagi dan saling bertukar
informasi tentang materi mereka masing – masing. Dalam kegiatan ini
siswa dituntut tanggung jawabnya untuk bisa memberikan informasi
pada temannya di kelompok asal supaya paham pada materi yang telah
didiskusikan di kelompok ahli. Setelah siswa selesai memahami siswa
maju kedepan kelas dan menjawab pertanyaan dari guru. Siswa yang
lain menyimak dan bila kelompok yang di depan tidak bisa menjawab
maka pertanyaan akan dilempar untuk kelompok yang belum maju.
Kelompok yang aktif dan banyak menjawab pertanyaan diakhir
pelajaran akan mendapatkan reward sehingga siswa jadi semangat.
Ahli 1 : Mega,
Feli, Ning, Andi,
Danur
Membahas
lembaga legislatif
Ahli 2 : Pipit,
Naris, Ani,
Azwin, Doyo
Membahas
lembaga yudikatif
Ahli 3 : Lia, Dwi,
Nur, Winda, Dedi
Membahas bagan
pemerintahan pusat
sebelum amandemen
Ahli 4 : Laras,
Soleh, Iksan,
Vina, Reli
Membahas
lembaga eksekutif
Ahli 5 : Adi, Budi,
Teguh, Candra,
Fatma
Membahas
lembaga BPK
Ahli 6 : Davis, Ayuk,
Adon, Tri, Eka, Leli
Membahas bagan
pemerintahan pusat
sesudah amandemen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Jika dalam pembelajaran suasana menjadi gaduh maka guru
mengucapkan “hai” dan siswa menjawab “helo” ataupun sebaliknya.
Pada kegiatan akhir, guru menutup pertemuan dengan terlebih
dahulu menyimpulkan hasil selama pembelajaran hari itu dan memberi
kesempatan bertanya kepada siswa yang belum jelas. Guru kemudian
mengingatkan para siswa untuk mempelajari kembali materi yang
sudah dipelajari, dan belajar tentang materi organisasi pemerintahan
pusat untuk pertemuan berikutnya. Karena setiap siswa harus mengajar
teman – temannya dalam kelompok asalnya. Kemudian guru menutup
pembelajaran dengan mengucapkan salam penutup.
2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin, 14 Februari
2011. Pada pertemuan ini guru memberikan pembelajaran dengan
melanjutkan materi yang telah lalu, yaitu tentang organisasi
pemerintahan pusat. Langkah – langkah pembelajaran yang dilakukan
guru pada pertemuan kedua dalam pelaksanaan tindakan siklus I sama
halnya dengan pertemuan pertama yaitu kegiatan awal, kegiatan inti,
dan kegiatan akhir. Kegiatan awal dimulai dengan guru membuka
pelajaran dengan salam, dilanjutkan dengan guru mengkondisikan
kelas dan memeriksa kesiapan siswa. Guru melakukan apersepsi
tentang materi yang lalu dengan tanya jawab tentang materi yang lalu.
Guru menampilkan foto – foto presiden yang pernah menjabat
di Indonesia dari awal sampai akhir, siswa menyebutkan nama – nama
presiden itu. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu
melalui diskusi kelompok, siswa dapat mendiskusikan tugas presiden,
wakil presiden, dan para menteri. Guru memberi motivasi agar siswa
selalu rajin belajar.
Kegiatan inti diawali dengan siswa berkumpul bersama teman
kelompoknya seperti pertemuan sebelumnya. tiap kelompok berdiskusi
tentang tugas – tugas presiden, wakil presiden dan para menteri.
Kemudian tiap kelompok maju ke depan kelas untuk membacakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
hasil diskusinya. Guru memberi kesempatan untuk bertanya untuk
siswa yang belum paham. Sebelum menginjak kegiatan akhir, antar
kelompok bertanding untuk menjawab soal yang ditayangkan lewat
powerpoint, tiap kali menjawab pertanyaan dengan benar, kelompok
itu akan mendapatkan 1 bintang. Kelompok yang mendapat bintang
terbanyak akan mendapat reward diakhir pertemuan.
Kegiatan akhir di siklus II ini dipergunakan untuk
mengevaluasi secara individu apakah siswa sudah paham atau belum
tentang materi yang sudah dipelajari. Guru melakukan evaluasi
pembelajaran susunan pemerintahan pusat dengan membagikan soal
dan lembar jawab kepada siswa. Siswa diberi waktu selama 20 menit
untuk mengerjakan. Guru mengumpulkan hasil pekerjaan siswa, dan
melakukan refleksi pada siswa serta memberi tindak lanjut dengan
mengingatkan siswa supaya rajin belajar dan meningkatkan aktivitas
dalam belajar. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
c. Tahap pengamatan/ observasi
Pengamatan atau observasi di siklus II ini dilakukan dengan
teknik dan pedoman yang sama dengan pengamatan atau observasi pada
siklus I, pengamatan tindakan dilakukan oleh observer pada saat
berlangsungnya kegiatan pembelajaran PKn dengan menerapkan metode
jigsaw. Pengamatan ini difokuskan pada pelaksanaan kegiatan
pembelajaran yaitu kegiatan yang dilakukan guru dan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung yang dilaksanakan dengan menggunakan alat
bantu berupa lembar observasi aktivitas guru, aktivitas siswa dan
dokumentasi dengan foto dan video. Observasi ini digunakan sebagai
dasar tahap refleksi siklus II.
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi selama pembelajaran
PKn berlangsung, diperoleh gambaran tentang aktivitas siswa dalam
pembelajaran PKn dengan rincian sebagai berikut: Pada pertemuan
pertama, suasana kelas sudah cukup tertib siswa antusias dan semangat
sebelum pembelajaran dimulai. Pada saat berlangsungnya diskusi juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
berjalan tertib siswa sudah paham saat berpindah dari kelompok awal ke
kelompok ahli, dan di kelompok ahli pun siswa berdiskusi dengan cukup
baik karena sudah ada lembar kerja sehingga diskusi siswa menjadi lebih
terarah. Kegaduhan yang terjadi di kelas dapat diatasi dengan baik oleh
guru, saat suasana kelas guru mengucapkan kata “hai” dan siswa
menjawab “halo” atau sebaliknya dengan kegiatan seperti itu siswa bisa
kembali tenang dan berdiskusi dengan baik. Saat siswa kembali ke
kelompok asal, mereka sudah mulai bisa bekerjasama dengan baik untuk
saling bertanggung jawab dalam menginformasikan materi pada teman di
kelompoknya, karena dengan kerja sama yang baik mereka nantinya dapat
memahami materi itu dengan baik.
Pada saat guru meminta kelompok yang sudah selesai untuk maju
kedepan kelas dan membahas hasil diskusinya hanya ada beberapa
kelompok yang mau maju kedepan karena mereka disuruh membahas hasil
diskusinya tanpa membaca jawaban yang ada di lembar kerja kelompok,
jadi siswa harus bisa paham tentang apa yang sudah mereka diskusikan.
Dengan cara seperti itu saat ada kelompok yang maju maka siswa yang
lain akan memperhatikan dan tidak ramai sendiri.
Pada pertemuan kedua keadaan kelas sudah lebih baik dari
pertemuan pertama. Kegiatan pembelajaran hampir sama pada pertemuan
1 siklus II, pada saat mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas
tiap kelompok mulai berani dan bisa menjawab pertanyaan guru dengan
jawaban yang lancar dan baik. Siswa yang lain memperhatikan dengan
seksama saat teman mereka maju karena bila teman yang sedang maju
tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru maka kelompok lainnya akan
langsung menjawab sehingga poin sebagai kelompok aktif akan bertambah
dan bisa memperoleh reward dari guru. Dari lampiran 15 dan 16 dapat
dibuat Tabel 6 hasil observasi aktivitas siswa sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Tabel 6. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
No
Aspek
Yang
Diamati
Jumlah
Skor
Rata –
Rata Kategori
Keterangan
I II I II I II
1 Perhatian 75 93 2,4 3 b a Keterangan :
a = baik sekali ( = 3 )
b = baik ( < 3 )
c = kurang ( < 2 )
d = kurang sekali
(>1)
2 Kerja sama 73 78 2,3 2,5 b b
3 Ketekunan 51 80 1,6 2,6 c b
4 Keaktifan 64 75 2,1 2,4 b B
5 Tanggung
jawab 61 73 1,9 2,4 c B
Nilai rata – rata aktivitas siswa = 2,32 ( baik )
Hasil observasi aktivitas belajar ini, diperoleh dari mengolah
lembar observasi aktivitas belajar PKn siswa pada lampiran 15 dan 16.
Berdasarkan data pada Tabel 6, terlihat bahwa rata – rata aktivitas belajar
PKn siswa sudah baik. Selain mengamati aktivitas siswa, observer juga
mengamati aktivitas kinerja guru dalam pembelajaran. Dari lampiran 17
tentang aktivitas kinerja guru dalam pembelajaran dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1) Dalam membuka pelajaran sudah baik guru sudah melakukan absensi
dan menyampaikan tujuan pembelajaran dan guru sudah memberikan
motivasi sehingga siswa ebih bersemangat dalam pembelajaran.
2) Kejelasan dan sistematika dalam menyampikan materi baik bila
dibandingkan dengan siklus I karena dalam mengajar guru sudah tidak
terlihat gugup sehingga kejelasan materi yang disampaikan cukup
jelas.
3) Pengelolaan kelas sudah baik sehingga kondisi kelas lebih nyaman
dan kondusif untuk pembelajaran.
4) Penggunaan bahasa sudah baik, guru sudah menggunakan bahasa yang
mudah dipahami siswa dan menyampaikannya dengan gaya yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
sesuai, akan tetapi guru kadang masih menggunakan kata tidak baku
dalam pengucapan lisannya.
5) Media yang digunakan sudah baik dan melibatkan siswa dalam
penggunaannya sehingga menarik perhatian siswa. Selain itu
penggunaan media juga mendukung dalam sistematika penyampaian
materi yang dijelaskan guru sehingga siswa lebih mudah dalam
memahami materi susunan pemerintahan pusat.
6) Ketepatan menggunakan metode jigsaw baik, guru sudah memberi
pengarahan dan bimbingan saat diskusi kelompok sehingga diskusi
berjalan dengan baik.
7) Siswa lebih aktif dalam pembelajaran, karena ada reward diakhir
pembelajaran jika siswa aktif. Sehingga siswa lebih semangat dan aktif
dalam belajarnya.
8) Guru sudah menunjukan sikap terbuka terhadap respon siswa dengan
cara menghargai setiap pendapat siswa yang mengajukan pendapatnya.
9) Guru sudah baik dalam menunjukan hubungan antar pribadi yang
kondusif dengan berkata yang baik dan sopan pada siswanya.
10) Guru sudah mengadakan penilaian proses dan hasil belajar dengan
baik.
11) Ketepatan dalam menggunakan strategi pembelajaran sudah baik, guru
menggabungkan antara metode TGT diakhir pembelajaran siklus ke II
untuk membuat siswa aktif dalam pembelajrannya.
12) Guru telah melakukan penilaian hasil belajar atau tes formatif dengan
baik.
13) Guru sudah menutup pelajaran dengan baik.
Rata – rata observasi guru dalam pembelajaran mendapatkan nilai
baik. Selain observasi guru dan siswa diatas dapat dilihat hasil nilai
pemahaman konsep siswa dari hasil evaluasi siklus II dan hasil diskusi
pada pertemuan 1 dan pertemuan 2, ketiga nilai itu djumlah dan di rata –
rata sehingga jadi nilai siklus II. Dari lampiran 14 dapat dibuat Tabel 7
distribusi frekuensi sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Tabel 7. Frekuensi Data Nilai pemahaman Konsep PKn Siklus II
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi
Persentase
(%)
1 55 – 61 3 58 174 10
2 62 – 68 1 65 65 3
3 69 – 75 16 72 1152 52
4 76 – 82 3 79 237 10
5 83 – 89 6 86 516 19
6 90 – 96 2 93 186 6
Nilai rata – rata kelas 75,2
Dari Tabel 7 dapat digambarkan dalam Grafik 4 sebagi berikut :
Grafik 4. Hasil Data Nilai Pemahaman Konsep
PKn Siklus II
Berdasarkan Tabel 7 dan Grafik 4 di atas, nilai evaluasi siswa kelas
IV SD Negeri 02 Jati pada siklus II mendapat rata – rata sebesar 75,2.
Siswa yang memperoleh nilai 55 – 61 sebanyak 3 siswa atau 10%. Siswa
yang memperoleh nilai 62 – 68 sebanyak 1 siswa atau 3%. Siswa yang
memperoleh nilai 69 – 75 sebanyak 16 siswa atau 52%. Siswa yang
memperoleh nilai 76 – 82 sebanyak 3 siswa atau 10%. Siswa yang
memperoleh nilai 83 – 89 sebanyak 6 siswa atau 19%. Siswa yang
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
55-61 62-68 69-75 76-82 83-89 90-96
F
R
E
K
U
E
N
S
I
NILAI SISWA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
memperoleh nilai 90 – 96 sebanyak 2 siswa atau 6%. Berdasarkan tabel 8
siswa yang mendapat nilai di bawah 60 (KKM) yaitu sebanyak 1 siswa
atau 3%, dan siswa yang mendapat nilai sama atau di atas KKM yaitu 30
siswa atau 97%. Hal ini dapat diartikan bahwa ketuntasan klasikal sebesar
97%.
d. Refleksi
Analisis hasil tindakan siklus I direfleksi sesuai dengan
proses pembelajaran yang dilakukan. Data yang diperoleh melalui
observasi dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan,
peneliti melakukan refleksi sebagai berikut:
1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran PKn. Hasil evaluasi rata–
rata PKn siswa pada siklus II yaitu 75,2.
2) Berdasarkan hasil evaluasi PKn pada siklus II siswa yang
memperoleh nilai <60 (KKM) ada 1 siswa atau 3% dan siswa
yang memperoleh nilai ≥60 (KKM) yaitu 30 siswa atau 97%.
Data hasil perkembangan nilai siswa yang diambil dari lampiran
6 yang berisi nilai siswa pada siklus I dan lampiran 14 yang
berisi nilai siswa pada siklus II dapat dibuat tabel perkembangan
nilai siswa dan dapat dilihat pada Tabel 8 sebagai berikut:
Tabel 8. Perkembangan Nilai Pemahaman Konsep Siklus I dan
Siklus II
Keterangan Siklus I Siklus II
Nilai terendah 50 50
Nilai tertinggi 83,3 95
Rata- rata nilai 70,5 75,2
Ketuntasan Klasikal 84% 97%
Dari Tabel 8 dapat digambarkan dalam Grafik 5 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Grafik 5. Perkembangan Nilai Pemahaman Konsep Siklus I
dan Siklus II
a) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada siklus I yaitu 50 pada
siklus II tetap 50 dan pada siswa yang sama yang mendapat nilai
terendah itu. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada siklus I
sebesar 83,3 pada siklus II naik menjadi 95.
b) Nilai rata – rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada siklus I
sebesar 70,5 pada siklus II naik menjadi 75,2.
c) Untuk ketuntasan belajar siswa pada siklus I adalah 84% dan pada
siklus II 97% setelah dilakukan refleksi terdapat 1 siswa yang tidak
tuntas (nilai ulangan dibawah 60), namun secara keseluruhan sudah
meningkat nilai pemahaman konsepnya bila dilihat dari persentase
ketuntasan siswa pada siklus II.
Berdasarkan hasil refleksi siklus II dan melihat hasil evaluasi yang
diperoleh pada masing – masing pertemuan, maka pembelajaran PKn
materi susunan pemerintahan pusat menggunakan metode jigsaw pada
siklus II sudah berhasil karena sudah mencapai target pencapaian sehingga
tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya. Hal ini menunjukkan
bahwa pembelajaran melalui penerapan metode jigsaw dapat
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa kelas IV SD Negeri
02 Jati tahun pelajaran 2010/2011.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Siklus I Siklus II
nilai terendah nilai tertinggi rata - rata nilai ketuntasan klasikal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Dengan melihat hasil penelitian di atas, dapat dijelaskan perhitungan rata –
rata nilai evaluasi PKn dan ketuntasan belajar PKn siswa kelas IV SD Negeri 02
Jati Jaten Karanganyar. Peningkatan terlihat dari sebelum tindakan dan setelah
tindakan yaitu siklus I dan siklus II yang masing – masing terdiri dari 2
pertemuan. Dari tabel 5 dan tabel 8 tentang perkembangan nilai siswa dapat dibuat
tabel 9 tentang peningkatan dari sebelum tindakan sampai siklus II sebagai
berikut:
Tabel 9. Nilai Rata – Rata Pemahaman Konsep PKn dan Persentase Ketuntasan
Klasikal Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II
Kriteria
Ketuntasan
Minimal
(KKM)
Nilai Rata-Rata Pemahaman
konsep PKN Persentase (%)
Sebelum
Tindakan
Siklus
I
Siklus
II
Sebelum
Tindakan
Siklus
I
Siklus
II
60 59,9 70,5 75,2 45 84 97
Dari Tabel 9 diatas dapat digambarkan menjadi Grafik 6 sebagai berikut :
Grafik 6. Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Pemahaman Konsep dan
Ketuntasan Belajar PKn setiap Siklus
0
20
40
60
80
100
Nilai Rata - rata Pemahaman Konsep Prosentase Ketuntasan
sebelum tindakan Siklus I Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Berdasarkan perhitungan nilai pemahaman konsep PKn rata – rata pada
Tabel 9 dan Grafik 6 di atas, siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 (KKM)
menunjukkan adanya peningkatan. Sebelum tindakan nilai rata – rata hanya
mencapai 59,9 dengan persentase ketuntasan klasikal 45% pada siklus I bisa
meningkat menjadi 70,5 dengan persentase ketuntasan klasikal 84% dan pada
siklus II meningkat lagi menjadi 75,2 dengan persentase ketuntasan klasikal 97%.
Hal ini merefleksikan bahwa penerapan metode jigsaw dalam pembelajaran PKn
kelas IV dinyatakan berhasil, karena secara klasikal menunjukkan adanya
peningkatan pemahaman konsep PKn pada materi susunan pemerintahan pusat.
Selain dari hasil tes, hasil observasi terhadap kinerja guru dan siswa secara
klasikal juga mengalami peningkatan. Dari Tabel 3 dan Tabel 6 tentang aktivitas
belajar siswa serta dari lampiran 11 dan lampiran 17 tentang observasi kinerja
guru dapat dibuat Tabel 10.
Tabel 10. Nilai Rata-Rata Hasil Observasi Kinerja Guru dan Aktivitas
Siswa Selama Pembelajaran Tiap Siklus
Observasi Kinerja Guru Observasi Aktivitas Siswa
Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II
2,3 ( kurang ) 3,34 ( baik ) 1,6 ( kurang ) 2,32 ( baik )
Keterangan observasi kinerja guru :
1. ≥ 3,5 = sangat baik 3. 2 – 2,9 = Kurang
2. 3,0– 3,4 = Baik 4. < 2 = Sangat Kurang
Keterangan observasi aktivitas siswa
1. 3 = Baik Sekali 3. < 2 = Kurang
2. < 3 = baik 4. < 1 = Sangat Kurang
Dari Tabel 10 di atas terlihat bahwa kinerja guru pada siklus I hanya
mendapat nilai 2,3 yang kemudian meningkat pada siklus II menjadi 3,34.
Sedangkan aktivitas siswa yang semula hanya 1,6 meningkat menjadi 2,32. Hal
ini menunjukkan adanya peningkatan kinerja guru dan aktivitas siswa selama
pembelajaran PKn berlangsung pada siklus I dan siklus II. Dari Tabel 10 terlihat
adanya peningkatan pada kinerja guru dan aktivitas siswa. Walaupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
peningkatannya tidak terlalu drastis, peneliti yakin jika penelitian ini dilaksanakan
dalam jangka waktu yang cukup lama secara terus – menerus akan
memperlihatkan hasil yang signifikan. Mengingat bahwa dalam penelitian ini,
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan hanya empat kali pertemuan.
Hambatan yang ditemui pada masing – masing siklus berbeda – beda.
Hambatan – hambatan itu antara lain :
1. Siswa masih kesulitan dengan model pembelajaran yang diterapkan guru,
karena harus berpindah – pindah tempat dari kelompok asal ke kelompok
ahli lalu kembali lagi ke kelompok asal.
2. Ketika berkumpul di kelompok ahli, diskusi siswa belum terarah hal itu
membuat kondisi menjadi gaduh karena siswa ramai sendiri.
3. Saat kembali ke kelompok asal siswa belum bisa menginformasikan hasil
diskusinya di kelompok ahli pada temannya di kelompok asal dengan baik.
4. Pembagian kelompok yang homogen membuat kelas menjadi tidak
seimbang, ada kelompok yang selalu aktif tapi ada juga kelompok yang
sangat pasif.
5. Selain itu saat penyampaian hasil diskusi masih banyak siswa yang tidak
memperhatikan saat kelompk lain sedang membacakan hasilnya.
Upaya untuk mengatasi hambatan yang ada pada siklus I sudah
disempurnakan pada siklus II yaitu dengan memberi pengarahan dan bimbingan
sebelum kegiatan inti dalam pembelajaran sehingga siswa tidak bingung kenapa
harus selalu berpindah – pindah kelompok. Saat berada di kelompok awal guru
membagikan lembar kerja siswa dengan soal yang berbeda – beda tiap siswa
untuk didiskusikan bersama teman yang lain di kelompok ahli sehingga diskusi di
kelompok ahli lebih terarah dan lebih kondusif. Setelah kembali lagi ke kelompok
awal siswa menginformasikan pada temannya yang lain dengan cara saling
bertukar lembar kerja siswa yang mereka miliki dan menjelaskan apabila teman
yang lain belum jelas. Pembagian kelompok diatur oleh guru menjadi heterogen
sehingga tidak ada kelompok yang lebih mendominasi akan tetapi semua
kelompok bisa terlibat aktif dalam pembelajaran. Kelompok yang akan maju
membacakan hasil diskusinya terlebih dahulu memberikan hasil lembar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
diskusinya pada guru sehingga jawaban dari kelompok itu dipegang guru lalu
kelompok itu menjawab pertanyaan yang diberikan guru, dengan cara seperti itu
siswa yang lain akan memperhatikan kelompok lain yang sedang maju karena bila
kelomok yang di depan tiak bisa menjawab pertanyaan guru maka kelompok lain
berhak menjawab dan akan memperoleh poin sebagai kelompok yang aktif.
Pembelajaran pada siklus II sudah berhasil sehingga tidak ada hambatan yang
berarti.
Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan guru kelas (lihat
lampiran 1) pemahaman konsep siswa sebelum menerapkan model kooperatif tipe
jigsaw sudah cukup baik, tetapi siswa yang tuntas hanya 45%. Hal itu dikarenakan
guru belum menggunakan model pembelajaan yang tepat dalam pelajaran PKn
sehingga siswa kurang maksimal dalam mengikuti maupun menyerap materi
pelajaran PKn. Sedangkan hasil wawancara setelah menerapkan model
pembelajaran tipe jigsaw dalam pembelajaran PKn terbukti dapat meningkatkan
pemahaman konsep siswa, selain itu ketuntasan belajar PKn siswa juga
meningkat. Walaupun begitu, dalam pelaksanaanya dijumpai hambatan yang
ditemui guru pada pembelajaran PKn menggunakan metode jigsaw ini diantaranya
yaitu:
1. Guru masih kesulitan dalam mengelola kelas sehingga kondisi kelas kurang
kondusif intuk pembelajaran.
2. Kejelasan guru dalam menyampaikan materi pelajaran masih kurang.
3. Ketepatan guru dalam menerapkan metode jigsaw juga masih kurang
sehingga masih banyak siswa yang kesulitan dalam mengikuti pembelajaran.
Untuk mengatasi hal tersebut guru mengadakan refleksi bersama guru kelas
IV dan pada siklus II hambatan tersebut bisa dikurangi, guru sudah bisa mengelola
kelas dengan cukup baik. Dalam menyampaikan materi pembelajaran guru
menggunakan media powerpoint sehingga materi yang disampaikan lebih jelas
dan menarik perhatian siswa. Guru juga memberikan pengarahan pada siswa
tentang langkah – langkah menggunakan metode jigsaw supaya siswa tidak
kesulitan dalam mengikuti pembelajaran. Dengan begitu hambatan yang ada
dalam pembelajaran dapat diperbaiki.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Hambatan – hambatan yang ada selama pembelajaran sudah dapat dikurangi
hal itu membuat pemahaman siswa pada pelajaran PKn dapat meningkat. Hal itu
dikarenakan penerapan model kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran PKn
dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan membuat pembelajaran PKn
menjadi bermakna karena pembelajaran lebih menyenangkan memudahkan siswa
untuk memahami materi yang ada dengan bertukar informasi bersama teman –
teman, meningkatkan rasa kerja sama dan tanggung jawab dalam satu kelompok
untuk meraih tujuan yang sama yaitu bisa memahami materi bersama – sama.
Mengingat banyaknya kelebihan yang dimiliki model kooperatif tipe jigsaw maka
kendala – kendala dalam pelaksanaan pembelajaran PKn yang lain menjadi tidak
berarti.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa salah satu upaya untuk
meningkatkan pemahaman konsep PKn khususnya materi susunan pemerintahan
pusat pada siswa kelas IV SD Negeri 02 Jati yaitu dengan menerapkan model
kooperatif tipe jigsaw. Hal ini terjadi karena penerapan model kooperatif tipe
jigsaw dapat menjadikan pembelajaran PKn menjadi lebih menyenangkan
sehingga pemahaman siswa meningkat. Jadi pembelajaran dengan penerapan
model kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep PKn materi
susunan pemerintahan pusat pada siswa kelas IV SD Negeri 02 Jati tahun ajaran
2010/ 2011.
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam dua siklus
dengan menerapkan model kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran PKn materi
Susunan pemerintahan pusat pada siswa kelas IV SD Negeri 02 Jati, Jaten,
Karanganyar dapat ditarik simpulan bahwa pembelajaran dengan menerapkan
model kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep Susunan
pemerintahan pusat pada siswa kelas IV SD Negeri 02 Jati, Jaten, Karanganyar.
Peningkatan tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai pemahaman
konsep pada setiap siklusnya, yaitu sebelum tindakan nilai rata – rata pemahaman
konsep siswa hanya 59,9, siklus I nilai rata – rata pemahaman konsep siswa
sebesar 70,5, dan siklus II nilai rata – rata pemahaman konsep siswa sebesar 75,2.
Tingkat ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan sebanyak 14 siswa atau 45%.
Pada siklus I sebanyak 26 siswa atau 84%. Sedangkan pada siklus II sebanyak 30
siswa atau 97%. Hal ini menunjukkan peningkatan dari sebelum tindakan ke
siklus I sebesar 59%, peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 13%, dan
peningkatan ketuntasan dari sebelum tindakan sampai siklus II sebesar 53%.
Dengan demikian, penerapan metode jigsaw dalam pembelajaran PKn materi
Susunan Pemerintah Pusat dapat meningkatkan Pemahaman konsep PKn siswa
kelas IV SD Negeri 02 Jati Jaten Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011.
B. Implikasi
Prosedur dan pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian ini didasarkan
pada penerapan metode jigsaw dalam pembelajaran PKn materi Susunan
pemerintahan pusat. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
siklus, dimana model siklus yang telah dilaksanakan sebanyak dua siklus. Dalam
setiap pelaksanaan siklus terdapat empat langkah kegiatan, yaitu perencanaan
tindakan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Kegiatan ini dilaksanakan berdaur
ulang, sebelum melaksanakan tindakan dalam setiap siklus perlu adanya
perencanaan dengan memperhatikan keberhasilan siklus sebelumnya. Tindakan
dalam setiap siklus dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini berdasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
pada analisis perkembangan dari pertemuan satu ke pertemuan berikutnya dalam
satu siklus dan dari analisis perkembangan peningkatan proses dalam siklus I
sampai siklus II.
Pemberian tindakan dari siklus I mendeskripsikan bahwa masih terdapat
kekurangan selama proses pembelajaran berlangsung. Namun, kekurangan –
kekurangan tersebut dapat diperbaiki pada pelaksanaan tindakan pada siklus
selanjutnya, yakni pada siklus II. Dari tahap perencanaan hingga tahap refleksi
terhadap proses pembelajaran, dapat dideskripsikan terdapat peningkatan, baik
dari segi proses maupun hasil. Dari segi proses, terdapat peningkatan pada
aktivitas belajar siswa selama pembelajaran dan keterampilan guru dalam
menggunakan strategi pembelajaran untuk mengelola kelas. Dari segi hasil,
terdapat peningkatan nilai rata – rata pemahaman konsep siswa dari siklus I
hingga siklus II.
Penelitian ini juga memberikan gambaran nyata bahwa keberhasilan
proses dan peningkatan hasil pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor – faktor tersebut berasal dari guru maupun siswa. Di samping itu juga
dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan. Faktor dari guru meliputi
kemampuan guru dalam mengembangkan dan menyampaikan materi,
keterampilan guru dalam menggunakan model pembelajaran, serta kemampuan
guru dalam memilih dan menggunakan media sebagai sarana untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran. Faktor dari siswa meliputi perhatian, keaktifan, ketekunan,
tanggung jawab, dan kerjasama dalam diskusi kelompok siswa selama mengikuti
proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka implikasi yang didapat dari
penelitian yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Kesimpulan yang menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif
jigsaw efektif pada pembelajaran PKn terhadap Pemahaman konsep siswa,
terbukti bahwa jigsaw dapat meningkatkan kerja sama dan kebersamaan yang
tinggi dalam memecahkan permasalahan bahan ajar dan diskusi di kelas.
Model kooperatif tipe jigsaw membiasakan siswa untuk berfikir kritis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
belajar saling bertukar ide/gagasan baik dalam satu kelompok maupun dengan
anggota kelompok lain. Hasil ini dapat dijadikan sebagai salah satu dalam
memilih metode pembelajaran yang tepat dan dalam pembelajaran di kelas.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan sebagai dasar
pengembangan model kooperatif jigsaw dalam penelitian selanjutnya.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan guru untuk memilih model
pembelajaran yang tepat agar dapat meningkatkan kualitas proses
pembelajaran sehubungan dengan tujuan yang harus dicapai oleh siswa SDN
02 Jati, Jaten, Karanganyar.
Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah
dijelaskan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan dan
dikembangkan oleh guru yang menghadapi masalah sejenis yang pada
umumnya dimiliki oleh sebagian besar siswa. Penerapan model kooperatif tipe
jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Dengan metode ini,
siswa membaca materi secara terpisah. Siswa menuangkan berbagai informasi
yang telah mereka peroleh dari bacaan yang telah mereka baca dalam kegiatan
diskusi kelompok, semua aspek baik dari guru maupun siswa harus
diperhatikan agar mendukung keberhasilan suatu pembelajaran.
C. Saran
Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, serta dalam
rangka ikut menyumbangkan pemikiran bagi guru dalam meningkatkan
pemahaman konsep pada pembelajaran PKn, khususnya materi Susunan
pemerintahan pusat, maka dapat disampaikan saran – saran sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
a. Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau
pemikiran pada proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat
berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal.
b. Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan sehari –
hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
2. Bagi guru
a. Hendaknya guru menerapkan model kooperatif tipe jigsaw dalam
pembelajaran PKn materi susunan pemerintahan pusat.
b. Dalam pembelajaran secara umum hendaknya guru lebih berinovasi dalam
menerapkan model ataupun metode yang dikuasai sesederhana apapun itu
untuk menarik minat siswa dalam pembelajaran.
c. Dalam pembelajaran PKn materi susunan pemerintahan pusat guru
hendaknya kerja sama dan saling membantu dengan guru lain dalam
kelompok kerja guru sesama guru kelas IV dalam menerapkan metode
kooperatif tipe jigsaw.
3. Bagi sekolah
Sekolah sebaiknya meningkatkan kualitas tenaga pendidiknya dengan
mengadakan pelatihan bagi guru agar dapat berinovasi menerapkan model
pembelajaran yang tepat pada pembelajaran, terutama model pembelajaran
yang menyenangkan misalnya model kooperatif tipe jigsaw. Kualitas tenaga
pendidik yang lebih baik akan berpengaruh pada kualitas pembelajaran,
karena pastinya akan terdapat inovasi dalam penggunaan model pembelajaran
dan tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta
Disa Lusiana Dewi. 2009. Penerapan Metode Kooperatif Tipe Jigsaw untuk
meningkatkan Keterampilan Bercerita pada Siswa Kelas III SDN
Karang Talun Tahun Ajaran 2008/ 2009. Surakarta: UNS
Dwi Tyas Utami. 2010. Panduan PAKEM PKn SD. Jakarta: Erlangga
http://www.georgejacobs.net/cooperative diakses tanggal 4 Januari 2011
http://zonainfosemua- pengertian model pembelajaran diakses tanggal 1 Maret
2011
http://damandiri.or.id- metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diakses tanggal
11 Maret 2011
Indah Kusharyati. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan
Metode Jigsaw untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dalam
Pembelajaran Akuntansi Siswa kelas XI IS 5 SMA Negeri 8 Surakarta
Tahun Ajaran 2008/ 2009. Surakarta: UNS
Isjoni. 2010. Pembelajaran Kooperatif Mningkatkan kecerdasan Komunikasi
antar Peserta Didik. Yogyakarta : Pusataka Pelajar
Kusnardi dan Bintan R. Saragih. 1994. Ilmu Negara. Jakarta : Gaya Media
Pratama
Kartika Dewi, Ressi dkk. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan 4 Untuk Sekolah
Dasar & Madrasah Ibtidaiyah Kelas IV. Jakarta : Pusat Perbukuan
Depdiknas
Lundgren, Linda. 1994. Cooperative Learning. USA Glencoe McGraw Hill
Nana Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung :
Remaja Rosdakarya
Nana Syaodih. 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : Remaja
Rosdakarya
Niken Aryani dan Dany Haryanto.2010. Pembelajaran Multi Media di Sekolah
Pedoman pembelajaran Inspiratif, Konstruktif, dan Prospektif. Jakarta :
PT Prestasi Pustakakarya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Novi Emildadiany. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Cooperaitve Learning
Tipe Jigsaw. http://akhmadsudrajat.wordpress.com diakses tanggal 19
Desember 2010
Oemar Hamalik. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara
Prayoga Bestari. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan: Menjadi Warga Negara
yang Baik. Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas
Purwanto. 2010. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Ruminiati. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan SD. Depdiknas
Sarjan. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan Bangga Menjadi Insan Pancasila
Untuk SD/MI Kelas IV. Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas
Sarwiji Suwandi. 2009. Penelitian Tindakan kelas (PTK) dan Penulisan Karya
Ilmiah. Surakarta : Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS
Surakarta
Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning (Teori, Riset, dan Praktek).
Bandung: Nusa Media
Sugiyanto. 2009. Model – Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta : Panitia
Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta : Bumi Aksara
Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta : UNS Pres
Winkel, WS. 2005. Psikologi Pembelajaran. Yogyakarta : Media Abadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
1