Author
agustin-kurniati
View
163
Download
25
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pts
PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH
ASPEK POSITIF PENINJAUAN OLEH SUPERVISI PENDIDIKAN TERHADAP APLIKASI PEMBELAJARAN MODEL GABUNGAN
ANTARA CERAMAH DENGAN KERJA KELOMPOK DI SDN 9 PEDAMARAN
0
BAB I
PENDAHULUAN
A. Permasalahan Dalam Penelitian Tindakan Sekolah
Akhir dari rangkaian proses belajar mengajar adalah tes akhir suatu
mata pelajaran yang dilakukan melalui soal ujian , tes akhir cawu, tes akhir
semester atau tes ujian kenaikan kelas bagi siswa kelas enam sekolah dasar. Di
dalam menghadapi tes ujian kenaikan kelas bagi siswa Kelas V sekolah dasar
perlu adanya refreshing terhadap materi ajar yang telah diterima oleh siswa
selama mengikuti proses belajar mengajar.
Bagaimanakah caranya agar siswa tidak melupakan materi pelajaran
yang telah diterimanya agar siswa nantinya siap menghadapi ujian kenaikan
kelas yang siap atau tidak siap harus mereka hadapi. Bagaimanakah membuat
suatu materi ajar agar agar tidak terlupakan oleh anak didik. Dalam hal ini
guru harus mencari metode untuk mengingatkan segala memori di benak
siswa yang telah mereka terima. Guru harus bisa membangkitkan kembali
memori itu.
Salah satu metode pengajaran yang bisa membuat anak bisa dan harus
mengingat kembali materi pelajaran yang telah mereka terima adalah cara
belajar aktif model pembelajaran Gabungan model Ceramah dan Kerja
Kelompok .
Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri.
Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan Kinerja Guru
yang hanyalah kegiatan belajar aktif.
Agar belajar manjadi aktif, siswa harus mengerjakan banyak sekali
tugas. Mereka haru menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan
masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit,
menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering
meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras
(moving about dan thinking aloud).
Bertitik tolak dari latar belakang permasalahan tersebut di atas maka
dalam penelitian ini penulis mengambil tema “Upaya Meningkatkan Kinerja
1
Guru Mengajar Matematika Di Kelas Melalui Metode Belajar Aktif Model
Gabungan Ceramah dan Kerja Kelompok Di SDN 9 Kecamatan Pedamaran
Kabupaten Ogan komering ilir.
B. Perumusan Masalah Dalam Penelitian
Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada permasalahan yang
mengacu pada latar belakang masalah di atas, yang timbul dalam penelitian
ini yakni sebagai berikut:
1. Bagaimanakah tingkat penguasaan materi pelajaran matematika siswa di
SDN 9 Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan komering ilir ?
2. Bagaimanakah tingkat kompetensi guru materi pelajaran matematika yang
dalam menghadapi ujian kenaikan kelas di SDN 9 Kecamatan Pedamaran
Kabupaten Ogan komering ilir ?
3. Bagaimana pengaruh metode belajar aktif model Gabungan Ceramah dan
kerja Kelompok matematika yang diarahkan oleh peneliti kepada guru di
SDN 9 Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan komering ilir ?
C. Sasaran Penelitian
Dilandaskan dan disesuaikan dengan focus permasalahan di atas,
maka penelitian ini memiliki sasaran untuk:
1. Mengetahui tingkat pengusasaan materi pelajaran matematika yang telah
dipelajari di SDN 9 Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan komering ilir
2. Mengetahui pengaruh positif setelah metode belajar aktif model Gabungan
Ceramah dan kerja Kelompok matematika diterapkan oleh guru di SDN 9
Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan komering ilir
D. Kegunaan Penelitian
Peneliti berasumsi bahwa dalam penelitian tindakan ini dapat
memberikan manfaat yang sangat berharga demi perkembangan dan kemajuan di
dunia pendidikan terutama bagi :
2
1. Sekolah sebagai institusi folse guna meningkatkan komitmen guru
dalam memprejuangkan pengajaran di kelas khususnya pada mata
pelajaran matematika.
2. Guru, sebagai input edukatif dalam menentukan model pembelajaran
inovatif yang dapat memberikan manfaat bagi siswa dan bermuara pada
peningkatan prestasi belajar..
E. Definisi Operasional Penelitian Tindakan
1. Metode Ceramah adalah:
Adalah suatu cara penyampain bahan pelajaran dengan
komunikasi lisan.
2. Metode simulasi adalah:
Tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang
dimaksudkan, dengan tujuan agar orang itu dapat
mempelajari lebih mendalam tentang bagaimana orang itu
merasa dan berbuat sesuatu. Jadi siswa itu berlatih
memegang perenan sebagai orang lain
3. Motivasi belajar adalah:
Dorongan dan kemauan belajar yang dinyatakan dalam
nilai atau skor yang setelah mengikuti kegiatan belajar
mengajar.
4. Kinerja Guru adalah:
Kinerja Guru yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau
dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran.
F. Batasan Masalah Penelitian Tindakan
Penulis mendapatkan sedikit hambatan dalam
melakukan penelitian yakni keterbatasan waktu, oleh
karena itu diperlukan pembatasan masalah, agar cakupan
yang diteliti oleh penulis selaku pengawas TK/SD di
Kecamatan 9 Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan komering ilir tidak
luas, sehingga dalam batasan masalah ini hanya meliputi:
3
1. Penelitian ini hanya dikenakan di pada guru yang
mengajar matematika di SDN 9 Kecamatan Pedamaran Kabupaten
Ogan komering ilir
2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September–
Nopember 2014 pada semester Ganjil tahun Pelajaran
2014-2015
4
BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Hakekat Matematika
Matematika berkembang sesuai dengan perkembangan zaman peradapan
dan kebutuhan dimana masyarakat berada. Orang-orang disekitar kita dahulu
mengenal istilah matematika dengan nama ilmu pasti. Pemakaian istilah ini
mengakibatkan timbulnya anggapan bahwa ilmu pasti adalah suatu ilmu yang
tidak ada kurang lebihnya serta tidak pernah berubah lagi. Tetapi itu masih
kurang tepat pengunaan kata ilmu pasti untuk matematika seakan akan
membenarkan bahwa di dalam matematika semua hal sudah pasti kemudian
orang cenderung untuk menggunakan istilah matematika, sebab dengan belajar
matematika orang akan belajar mengatur jalan pikirannya dan belajar
menambah ilmu pengetahuan dan kepandaiannya. Para ahli pendidikan
banyak yang mendefinisikan tentang makna istilah matematika diantaranya :
Menurut Tambunan ( 2001:24) matematika adalah angka-angka dan per-
hitungan yang merupakan bagian dari hidup manusia. Matematika menolong
manusia menafsirkan secara eksak berbagai ide kesimpulan-kesimpulan.
Menurut Hudoyo ( 2001:96), hakekat matematika berkenaan dengan ide-
ide, struktur-struktur dan hubungan-hubungan yang diatur menurut urutan
yang logis.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa matematika pada
hakekatnya merupakan masalah yang berkenaan dengan struktur-struktur, ide-
ide dan hubungan-hubungan yang diatur menurut aturan yang logis jadi
matematika berkanaan dengan konsep-konsep abstrak. Suatu kebenaran
matematika di-kembangkan berdasarkan atas alasan logis dengan
menggunakan pembuktian deduktif oleh karena itu matematika sering disebut
ilmu deduktif. Jadi secara singkat dapat dikatakan bahwa matematika
berkanaan dengan ide-ide atau konsep abstrak yang tersusun secara interaksi
5
dan penalarannya secara deduktif yang akan membawa akibat-akibat
bagaimana terjadinya proses belajar matematika.
A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Proses Mengajar dan
Belajar Matematika.
Menurut Hudoyo ( 2001:7), mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya mengajar dan belajar matematika meliputi antara
lain :
1. Peserta didik
Kegagalan atau keberhasilan belajar sangatlah tergantung pada peserta
didik misalnya saja bagaimana kemampuan dan kesiapan peserta didik
untuk mengikuti kegiatan belajar matematika bagaimana sikap dan minat
terhadap matematika disamping itu juga bagaimana kondisi peserta didik.
Misalnya diskusi psikologisnya orang yang dalam keadaan segar
jasmaninya akan lebih baik belajarnya dari pada orang yang dalam
keadaan lelah. Kondisi psiko-loginya seperti perhatian, pengamatan,
ingatan dan bagaimana juga pengaruh terhadap kegiatan belajar sekarang
serta intelegensi peserta didik juga berpengaruh terhadap kelancaran
belajarnya.
2. Pengajar
Faktor berikutnya setelah peserta didik adalah pengajar, pengajar
melaksanakan kegiatan mengajar sehingga proses belajar diharapkan dapat
berlangsung efektif. Kemampuan pengajar didalam menyampaikan materi
matematika dan sekaligus menguasai materi yang diajarkan sangat mem-
pengaruhi terjadinya proses belajar kepribadian, pengalaman dan motivasi
belajar mengajar.Dalam mengajar materi matematika juga dapat
berpengaruh terhadap efektifitas belajar.
6
3. Prasarana dan sarana
Prasarana yang mapan seperti ruangan yang sejuk dan bersih dan dengan
tempat duduk yang nyaman biasanya lebih memperlancar terjadinya
proses belajar demikian pula yang lengkap seperti adanya buku paket dan
alat bantu belajar dan merupakan fasilitas belajar yang penting.
Penyediaan sumber belajar yang lain. Seperti majalah tentang perjanjian
matematika laboratorium matematika dan lain-lain akan meningkatkan
pula kualitas belajar peserta didik.
4. Penilaian
Penilaian dipergunakan disamping untuk melihat bagaimana hasil belajar,
juga untuk melihat bagaimana berlangsungnya interaksi antara pelajar dan
peserta.
B. Prestasi belajar matematika
Prestasi hasil belajar berarti sebagai keberhasilan dalam mempelajari
materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan bentuk nilai atau skor yang
diperoleh dari hasil test .
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan prestas belajar matematika
adalah tingkat keberhasilan proses yang disengaja pada siswa yang
menimbulkan perubahan kemampuan dan ketrampilan menggunakan
matematika dengan arah dan tujuan yang telah ditetapkan dalam bentuk nilai
atau skor yang diperoleh dari hasil test.
C. Pendekatan Pengajaran
Pendekatan mengajar merupakan suatu komponen di dalam kurikulum
matematika agar dalam suatu kurikulum matematika dapat tersusun menjadi
suatu komponen yang utuh. Empat pernyataan kurikulum matematika :
Mengapa, apa, bagaimana dan kepada siapa materi matematika diajarkan perlu
dijawab dengan kata lain bagaimana cara kita untuk menyampaikan struktur-
7
struktur dan kosep-konsep matematika kepada anak didik sedemikian rupa
sehingga mereka ikut aktif berpartisipasi di dalam proses pelajarannya.
Dengan proses belajar mengajar mengikutsertakan anak secara aktif
dapat berjalan efektif, bila pengorganisasian dan penyampaian materi sesuai
dengan kesiapan mental anak kita dapat memilih suatu pedekatan mengajar
yang tepat, apabila kita megetahui berbagai pendekatan pengajaran.
E. Definisi Pembelajaran
Untuk mengupas suatu istilah tentu ada pendekatan makna dan arti dari
kata tersebut, maka definisi pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan
orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingka laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman. (Diknas, 2002: 14).
Sependapat dengan pernyataan tersebut Sutomo (1993: 68)
mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan
seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar
untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula.
Sedangkan belajar adalah suatu peoses yang menyebabkan perubahan tingkah
laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik,
tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya
pikir, sikap dan lain-lain. (Soetomo, 1993: 120).
Pasal 1 Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang pendidikan
nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan
siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada
situasi tertentu.
8
F. Tinjauan Tentang Prestrasi Belajar
1. Pengertian Belajar
Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan dalam kepustakaan.
Yang dimaksud belajar yaitu perbuatan murid dalam bidang material,
formal serta fungsional pada umumnya dan bidang intelektual pada
khususnya. Jadi belajar merupakan hal yang pokok. Belajar merupakan
suatu perubahan pada sikap dan tingkah laku yang lebih baik, tetapi
kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk.
Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan harus merupakan
akhir dari pada periode yang cukup panjang. Berapa lama waktu itu
berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaklah
merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung brhari-
hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Belajar
merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata proses itu
terjadai dalam diri seserorang yang sedang mengalami belajar. Jadi yang
dimaksud dengan belajar bukan tingkah laku yang nampak, tetapi
prosesnya terjadi secara internal di dalam diri individu dalam
mengusahakan memperoleh hubungan-hubungan baru.
Agar belajar dapat dicapai hasil yang baik, siswa harus mau belajar
dengan sebaik mungkin. Supaya mereka mau belajar dengan baik yaitu
belajar dengan baik dan teratur secara sendiri-sendiri, secara kelompok
dan berusaha memperkaya bahan pelajaran yang diterima di sekolah
dengan bahan pelajaran ditambah dengan usaha sendiri. Belajar dengan
baik dapat diciptakan, apabila guru dapat mengorganisir belajar siswa,
sehigga minat dan motivasi belajar dapat ditumbuhkan dalam suasana
kelas yang menggairahkan. Tugas siswa mengorganisir terletak pada si
pendidik, oleh karena itu bagaimana cara membantu si pendidik dalam
menggunakan alat pelajaran yang ada.
Belajar merupakan aktivitas/usaha perubahan tingkah laku yang
terjadi pada dirinya atau diri individu. Perubahan tingkah laku tersebut
merupakan pengalaman-pengalaman baru. Dengan belajar individu
9
mendapatkan pengalaman-pengalaman baru. Perubahan dalam kepribadian
yang menyatakan sebagai suatu pola baru dan pda reaksi yang berupa
kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Untuk mempertegas
pengertian belajar penulis akan memberikan kesimpulan bahwa belajar
adalah suatu proses lahir maupun batin pada diri individu untuk
memperoleh pengalaman baru dengan jalan mengalami atau latihan.
2. Pengertian Kinerja Guru
Sebelum dijelaskan pengertian mengenai Kinerja Guru, terlebih
dahulu akan dikemukakan tentang pengertian prestasi. Sudah dijelaskan di
muka bahwa yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah
dicapai. Dengan demikian bahwa prestasi merupakan hasil yang telah
dicapai oleh seseorang setelah melakukan sesuatu pekerjaan/aktivitas
tertentu.
Jadi prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh karena itu semua
individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap individu
belajar menginginkan hasil yang yang sebaik mungkin. Oleh karena itu
setiap individu harus belajar dengan sebaik-baiknya supaya prestasinya
berhasil dengan baik. Sedang pengertian prestasi juga ada yang
mengatakan prestasi adalah kemampuan. Kemampuan di sini berarti yang
dimampui individu dalam mengerjakan sesuatu. Jika dibandingkan dengan
pendapat yang pertama, maka pengertiannya sama yaitu berupa hasil yang
diperoleh dari kemampuan seseorang.
Pengertian dari dua kata prestasi dan belajar atau Kinerja Guru
berarti Kinerja Guru, secara lebih khusus setelah siswa mengikuti
pelajaran dalam kurun waktu tertentu. Berdasarkan penilaian yang
dilaksanakan guru di sekolah, maka Kinerja Guru dituangkan atau
diwujudkan dalam bentuk angka (kuantitatif) dan pernyatan verbal
(kualitatif). Kinerja Guru yang dituangkan dalam bentuk angka misalnya
10, 9, 8, dan seterusnya. Sedangkan Kinerja Guru yang dituangkan dalam
bentuk pernyataan verbal misalnya, baik sekali, baik, sedang, kurang, dan
sebagainya.
10
Berdasarkan kapan tes atau evaluasi harus dilaksanakan evaluasi
sumatif, evaluasi formatif dan evaluasi belajar tahab akhir, dengan
demikian ada Kinerja Guru formatif yaitu Kinerja Guru yang diproleh
siswa setelah mengikuti satuan pelajaran, prestasi sumatif yaitu prestasi
yang diperoleh setelah mengikuti peralajaran selama satu semester/catur
wulan, dan prestasi ujian kenaikan kelas pada jenjang tertentu.
3. Pedoman Cara Belajar
Untuk memperoleh prestasi/Kinerja Guru yang baik harus
dilakukan dengan baik dan pedoman cara yang tepat. Setiap orang
mempunyai cara atau pedoman sendiri-sendiri dalam belajar.
Pedoman/cara yang satu cocok digunakan oleh seorang siswa, tetapi
mungkin kurang sesuai untuk anak/siswa yang lain. Hal ini disebabkan
karena mempunyai perbedaan individu dalam hal kemampuan, kecepatan
dan kepekaan dalam menerima materi pelajaran.
Oleh karena itu tidaklah ada suatu petunjuk yang pasti yang harus
dikerjakan oleh seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Tetapi
faktor yang paling menentukan keberhasilan belajar adalah para siswa itu
sendiri. Untuk dapat mencapai Kinerja Guru yang sebaik-baiknya harus
mempunyai kebiasaan belajar yang baik.
G. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru
Telah dikatakan di muka bahwa belajar adalah berusaha memperoleh
kepandaian, ilmu pengetahuan. Sampai dimanakah perubahan itu dapat
dicapai atau dengan kata lain berhasil baik atau tidaknya belajar itu tergantung
pada macam-macam faktor.
Adapun faktor-faktor itu, dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
a. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendir yang kita sebut faktor individu.
Yang termasuk ke dalam faktor individu antara lain faktor kematangan
atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.
11
b. Faktor yang da pada luar individu yang kita sebut dengan faktor sosial
Sedangkan yang faktor sosial antara lain faktor keluarga, keadaan rumah
tangga, guru, dan cara dalam mengajarnya, lingkungan dan kesempatan
yang ada atau tersedia dn motivasi sosial.
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas
menunjukkan bahwa belajar itu merupaka proses yang cukup kompleks.
Artinya pelaksanaan dan hasilnya sangat ditentukan oleh faktor-faktor di
atas. Bagi siswa yang berada dalam faktor yang mendukung kegiatan
belajar akan dapat dilalui dengan lancar dan pada gilirannya akan
memperoleh prestasi atau Kinerja Guru yang baik.
Sebaliknya bagi siswa yang berada dalam kondisi belajar yang
tidak menguntungkan, dalam arti tidak ditunjang atau didukung oleh
faktor-faktor diatas, maka kegiatan atau proses belajarnya akan terhambat
atau menemui kesulitan.
Aktivitas belajar individu memang tidak selamanya
menguntungkan. Kadang-kadang juga tidak lancar. Kadang-kadang mudah
menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang sulit mencerna materi
pelajaran. Dalam keadaan dimana anak didik/siswa dapat belajar
sebagaimana mestinya, itulah yang disebut kesulitan belajar.
H. Bagaimana Menjadikan Siswa Aktif Sejak Awal
Dalam memulai pelajaran apapun, kita sangat perlu menjadikan siswa
aktif semenjak awal. Jika tidak, kemungkinan besar kepasifan siswa akan
melekat seperti semen yang butuh waktu lama untuk mengeringkannya.
Susunlah aktivitas pembuka yang menjadikan siswa lebih leluasa, ikut
berfikir, dan memperlihatkan minat terhadap pelajaran. Pengalaman-
pengalaman ini bisa dianggap sebagai hidangan pembuka sebelum makana
utama, pengalaman ini membuat siswa berselera untuk menikmati hidangan
selanjutnya. Memang ada sebagian guru yang memilih untuk memulai
pelajaran hanya dengan pengenalan singkat, namun menambahkan setidaknya
satu latihan pembuka pada rencana pengajaran.
12
I. Bagaimana Menjadikan Belajar Tidak Terlupakan
Sebagian guru mengajar hingga batas akhir masa sekolah, semester,
atau bidang studi. Mereka mmungkin beranggapanbahwa pada saat –saat akhri
mereka dapat mejejalkan lebih banyak informasi dan menyelesaikan topic dan
materi yang masih dalam agenda mereka.
Makna dari “meyelesaiakan” mata pelajaran masih pernli
dipertanyakan, karena adakalanya guru hanya sekedar menyelesaikan materi
yang masih tersisa. Memaksakan diri untuk mengajar hingga batas akhir
sering kali berakibat pada terjadinya pengajaran yang tidak tertata, ada yang
terlewatkan, atau ada yang masih belum jelas. Sebaliknya, bila kegiatan
belajar berisfat aktif, adas peluang untuk terjadinya pemahaman. Baila kita
menyediakan waktu untuk memantapkan apa yang telah dipelajari, maka ada
peluang untuk terjadinya pengigatan.
Pikirkanlah apa yang terjadi bila anda bekerja keras menggunakan
computer, mencari informasi, memecahkan masalah, dan menyusun konsep –
namun, anda lupa menyimpan hasil pekerjaan anda. Tentu saja, semua
pekerjaan anda aan hilang sia-sia. Demikian pula, hasil pembelajaran dapat
menghilang bila siswa tidak diberi kesempatan untuk menyimpannya.
Di samping menyimpan apa yang telah dipelajari, penting pula untuk
menikmatinya. Seperti halnya pengalaman, pembelajaran akan dapat
dinikmati bila ada kesempatan untuk mengingatnya dan memberinya sentuhan
akhir yang menyentuh perasaan. Sebagaimana yang telah kita bicarakan
tentang “hidangan pembuka” dan “entri” dari kegiatan belajar akatif, sekarang
akan kita bahas adalah “hidangan penutup”.
J. Sepuluh Strategi untuk Membentuk Kelompok Kecil
Kerja kelompok kecil merupakan kegiatan penting dari kegiatan
belajar aktif. Ini penting untuk membentuk kelompok secara cepat dan efisien
dan, pada saat bersamaan, memvariasikan komposisi serta besaran kelompok
di dalam kelas. Pilihan-pilihan berikut ini merupakan alternatif menarik untuk
13
membebaskan siswa dalam memilih kelompok mereka sendiri atau
menentukan jumlah anggota sesuai yang anda perintahkan.
1. Kartu pengelompokan: Tentukan berapa banyak siswa yang ada di kelas
dan berapa banyak pengelompokan yang anda inginkan selama pelajaran
berlangsung. Sebagai contoh, dalam kelas yang berisi dua puluh siswa,
satu kegiatan dapat memerlukan empat kelompok yang beranggotakan
lima siswa; kegiatan lain bisa memerlukan lima kelompok beranggotakan
empat siswa; kegiatan lainnya lagi memerlukan enam kelompok
beranggotakan tiga siswa dengan dua siswa sebagai pengamat. Tandai
kelompok-kelompok ini menggukan titik-titik berwarna (merah, biru,
hijau, dan kungin untuk empat kelompok), stiker hias (lima stiker berbeda
dengan tema yang sama untuk lima kelompok, misalnya gambar singa,
monyet, macan, jerapah, gajah), dan nomor (1 hingga 6 untuk enam
kelompok). Tempatkan secara acak angka, titik berwarna, dan striker pada
sebuah kartu untuk masing-masing siswa dan sertakan kartu untuk
masing-masing siswa. Bila anda sudah siap untuk membentuk kelompok,
kenalilah kode yang anda gunakan dan arahkan siswa untuk bergabung ke
dalam kelompok mereka dalam tempat yang telah ditentukan. Siswa akan
dapat bergerak cepat menuju kelomoik mereka, menghemat waktu,
dantidak lagi bingung dengan apa yang harus dikerjakan. agar prosesnya
lebih efisien lagi, anda mungkin perlu menempelkan tanda yang
menunjukan area pertemuan kelompok.
2. Puzzle: Belilah Puzzle Jigsaw (teka-teki menyusun potongan gambar) atau
buatlah sendiri dengan memotong-motong gambar dari majalah;
tempelkan potongan-potongan itu pada kertas karton tebal; dan potonglah
menjadi bentuk, ukuran dan jumlah yang dikehendaki. Pilih jumlah puzzle
sesuai dengan jumlah kelompok yang hendak anda buat. Pisahkan puzzle
kepada tiap satu orang siswa. Bila anda sudah siap membentuk kelompok,
perintahkan siswa untuk menempatkan potongan-potongan gambar yang
diperlukan agar terbentuk gambar utuh.
3. Menemuan sahabat dan keluarga fiktif terkenal: Susunlah sebuah daftar
berisi anggota keluarg aatau sahabat fiktif terkenal dalam kelompok yang
14
beranggotakan tiga atau empat siswa (misalnya, Peter, Pan, Tinker,
Kanten Hook, Wendy; Alice, Chesire, Cat, Queen of Heart, Mad Hatter;
Superman, Lois Lane, Jimmy Olsen, Clark Kent). Pilihlah jumlah yang
sama dari karakter fiksional sesuai jumlah siswa. Tulislah nama-nama
fisonal pada kartu indeks, satu nam satu kartu, untuk membuat kelompok
keluarga kartu. Acaklah kartu-kartu itu dan tiap siswa diberi satu kartu
denga sebuah nama fiksional. Bila anda sudah siap cari anggota keluarga
yang lain dari “keluarga” mereka. Bila kelompok orang terkenal sudah
terbentuk, mereka dapat mencari tempat untuk berkumpul.
4. Label nama: Gunakan label nama dengan bentuk atau warna yang berbeda
untuk menandai pengelompokkan yang berberda.
5. Hari kelahiran: Perintahkan siswa untuk berbaris sesuai urutan kelahiran,
kemudian pecah menjadi sejumlah kelompok-kelompok yang anda
perlukan untuk kegiatan tertentu. Dalm kelas yang besar, bentuklah
kelompok berdasarkan bulan kelahiran. Sebagai contoh, 60 siswa bisa
dibagi menjadi tiga kelompok dengan anggota yang kira-kira sama dengan
menyusun kelompok yang dianggotai oleh siswa yang lahir pada (1)
Januari, February, April dan April, (2) April, Juni, Juli, Agustus, dan (3)
September, Oktober, November, dan April.
6. Kartu remi: Gunakan satu dus kartu remain untuk menandai kelompok.
Sebagi contoh, gunakan yoker, ratu, raja, dan as untuk membuat kelompok
beranggotakan empat siswa, dan tambahkan jumlah kartu sesuai dengan
jumlah kartu sesuai denga jumlah siswa. Kocoklah kartu itu dan bagikan
satu kartu satu siswa, selanjutnya arahkan siswa untuk menemukan siswa
yang memegang kartu yang sama guna membentuk kelompok.
7. Sebut angka: tentukan jumlah dan kuran kelompok yang ingin anda buat,
tempatkan anka pada masing-masing selipan kertas, dan tempatkan di
dalam sebuah kotak. Siswa mengambil satu angka dari kotak untuk
menandai kelompoknya. Sebagai contoh, jika anda menginginkan empat
kelompok beranggotakan empat siswa. Anda mesti memiliki enam belar
selipan kertas dengan empat kumpulan yang masing-masing terdiri dari
angka 1 hingga 4.
15
8. Rasa permen: Beri siswa masing-masing satu permen bebas gula deng
aberbagai rasa untuk menunjukan pengelompokan. Sebagi contoh,
keempat kelompok anda bisa terdiri dari lemon, anggur, cerry, dan
strawberry.
9. Pilih benda-benda yang mirip: Pilihlah mainan dengan tema yang sama
dan gunakan untuk menunjukan atau melambangkan kelompok. Sebagai
contoh, anda dapat memilih tema transportasi dan menggunakan mobil,
pesawat terbang, perahu, dan kereta api. Tiap siswa akan mengambil
mainan yang sama untuk membentuk kelompok.
10. Materi siswa: Anda dapat menandai materi belajar siswa dengan
mengunaan klip kertas berwarna, handout berwarna, atau stiker pada map
untuk menandai kelompok.
K. Kerja Kelompok
Teknik ini sebagai salah satu strategi belajar mengajar.
Ialah suatu cara mengajar, dimana siswa di dalam kelas
dipandang sebagai suatu kelompok. Setiap kelompok terdiri
dari 5 (lima) atau 7 (tujuh) siswa, mereka bekerja bersama
dalam memecahkan masalah, atau melaksanakan tugas
tertentu, dan berusaha mencapai tujuan pengajaran yang
ditentukan pula oleh guru.
Robert L. Cilstrap dan William R Marti, memberikan
pengertian kerja kelompok sebagai kegiatan sekelompok
siswa yang biasanya berjumlah kecil, yang diorganisir untuk
kepentingan belajar. Keberhasilan kerja kelompok untuk
mengajar mempunyai tujuan agar siswa mampu bekerja sama
dengan teman yang lain dalam mencapai tujuan bersama.
Adapun pengelompokkan itu biasanya didasarkan pada:
1. Adanya alat pelajaran yang tidak mencukupi jumlahnya.
Agar penggunaannya dapat lebih efisien dan efektif, maka
siswa perlu dijadikan kelomok-kelompok kecil. Karena bila
seluruh siswa sekaligus menggunakan alat-alat itu tidak
16
mungkin. Dengan pembagian kelompok mereka dapat
memanfaatkan alat-alat yang terbatas itu sebaik mungkin,
tanpa saling menunggu gilirannya.
2. Kemampuan belajar siswa
Di dalam satu kelas kemampuan belajar siswa tidak sama.
Siswa yang pandai di dalam bahasa Inggris, belum tentu
sama pandainya dalam pelajaran sejarah. Dengan adanya
perbedaan kemampuan belajar itu, maka perlu dibentuk
kelompok menurut kemampuan belajar masing-masing,
agar setiap siswa dapat belajar sesuai kemampunnya.
3. Minat Khusus
Setiap individu memiliki minat khusus yang perlu
dikembangkan: hal mana yang satu pasti bereda dengan
yang lain. Tetapi tidak menutup kemungkinan ada anak
yang minat khususnya sama, sehingga memungkinkan
dibentuknya kelompok, agar mereka dapat dibina dan
mengembangkan bersama minat khusus tersebut.
4. Memperbesar partisipasi siswa.
Di sekolah pada tiap kelas biasanya jumlah siswa terlalu
besar, dan kita tahu bahwa jumlah jam pelajaran adalah
sangat terbatas, sehingga dalam jam pelajaran yang
sedang berlangsung sukar sekali untuk guru akan
mengikutsertakan setiap murid dalam kegiatan itu. Bila itu
terjadi siswa yang ditunjuk guru akan aktif, yang tidak
disuruh akan tetap pasif saja. Karena itulah bila
berkelompok, dan diberikan tugas yang sama pada
masing-masing kelompok, maka banyak kemungkinan
setiap siswa ikut serta melaksanakan dan
memecahkannya.
17
5. Pembagian tugas atau pekerjaan.
Di dalam kelas bila guru menghadapi suatu masalah yang
meliputi berbagai persoalan, maka perlu tugas membahas
masing-masing persoalan pada kelompok, sesuai dengan
jumlah persoalan yang akan dibahas. Dengan demikian
masing-masing kelompok harus membahas tugas yang
diberikan. Itu.
6. Kerja sama yang efektif.
Dalam kelompok siswa harus bisa bekerja sama, mampu
menyesuaikan diri, menyeimbangkan pikiran/pendapat
atau tenaga untuk kepentingan bersama, sehingga
mencapai suatu tujuan bersama pula.
Apakah keuntungan penggunaan teknik kerja kelompok
itu? Keuntungannya ialah:
- Dapat memberikan kesempatan pada para siswa untuk
lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai
sesuatu kasus atau masalah.
- Dapat memberikan kesempatan pada para siswa untuk
lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai
sesuatu kasus atau masalah.
- Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan
mengajarkan keterampilan berdiskusi.
- Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan
siswa sebagai individu serta kebutuhannya belajar.
- Para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran
mereka, dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam
diskusi.
- Dapat memberi kesempatan kepada para siswa untuk
mengembangkan rasa menghargai dan menghormati
pribadi temannya, menghargai pendapat orang lain, hal
18
mana mereka telah saling membantu kelompok dalam
usahanya mencapai tujuan bersama.
-
Tetapi ini tidak ditunjang oleh penelitian yang khusus.
- Kerja kelompok sering-sering hanya melibatkan kepada
siswa yang mampu sebab mereka cakap memimpin dan
mengarahkan mereka yang kurang.
- Strategi ini kadang-kadang menuntut pengaturan
tempat duduk yang berbeda-beda dan gaya mengajar
yang berbeda pula.
- Keberhasilan strategi kelompok ini tergantung kepada
kemampuan siswa memimpin kekompok atau untuk
bekerja sendiri.
Bentuk-bentuk kerja kelompok yang bisa dilaksanakan
ialah:
a. Keja kelompok berjangka pendek.
Bentuk ini dapat disebutu pula “rapat kilat” karena
hanya mengambil waktu ± 15 menit, yang mempunyai
tujuan untuk memecahkan persoalan khusus yang
terdapat pada sesuatu masalah. Umpamanya: Ketika
instruktur menjelaskan sesuatu pelajaran terdapat
suatu masalah yang perlu didiskusikan. Guru dapat
menunjuk beberapa siswa, atau membagi kelas menjadi
beberapa kelompok untuk membahas masalah itu
dalam waktu yang singkat.
b. Kerja Kelompok berjangka panjang.
Pembicaraan di sini memakan waktu yang panjang,
misalnya memakan waktu 2 hari, satu minggu atau
mungkin tiga bulan, tergantung pada luas dan
banyaknya tugas yang harus diselesaikan siswa.
Apabila siswa telah menyelesaikan tugasnya di dalam
19
suatu kelompok, ia boleh memilih membantu kelompok
lain sesuai dengan minat mereka.
Kerja kelompok berjangka panjang dapat dilaksanakan
dengan tujuan:
b.1. Membahas masalah yang benar-benar ada di dalam
masyarakat, umpamanya: masalah koperasi,
lingkungan sehat, pembuangan sampah dan lain
sebagainya. Masalah itu dibahas agar siswa
mengetahui, memahami dan dapat memberikan
sumbangan pemikiran untuk memecahkan
masalah-masalah yang ada di dalam masyarakat
tersebut.
b.2. Memotivasi siswa ke arah kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan masyarakat. Misalnya:
penerangan tentang makanan sehat, penggunaan
metode mengajar yang lebih efisien, menggalakkan
KB dan sebagainya. Jadi dengan kerja kelompok di
sini siswa dapat menerapkan teori yang dipelajari
di sekolah ke dalam praktek hidup sehari-hari, di
samping dapat menyumbangkan pemikirannya/ide-
ide serta tenagannya bagi masyarakat sekitarnya.
b.3. Dengan melaksanakan kerja kelompok kerja
kelompok memberi pengalaman kepada siswa
untuk mengenal kepemimpinan/leadership, seperti
membuat rencana sebelum melakukan sesuatu
pekerjaan, membagi pekerjaan, memecahkan
masalah/menyelesaikan tugas dengan bekerja
bersama.
b.4. Dengan bekerja sama itu siswa dapat
mengumpulkan bahan-bahan informasi atau data
lebih banyak tentang berbagai jenis aspek suatu
masalah di dalam waktu relatif singkat.
20
c. Kerja Kelompok Campuran
Di sini siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok yang
disesuaikan dengan kemampuan belajar siswa. Dalam
kerja kelompok ini siswa diberi kesempatan untuk
bekerja sessuai dengan kemampuan masing-masing
sehingga kelompok yang pintar dapat selesai terlebih
dahulu tidak usah menunggu kelompok yang lain.
Kelompok siswa yang agak lamban, diizinkan
menyelesaikan tugasnya dalam waktu yang sesuai
dengan kemampuannya.agar kerja kelompok campuran
itu mencapai sasaran, guru perlu memperhatikan hal-
hal ialah harus menyediakan tugas atau kegiatan
belajar yang sesuai dengan kemampuan belajar setiap
kelompok, kemudian setiap tugas harus disusun
sedemikian rupa sehingga setiap kelompok dapat
mengerjakan sendiri tanpa bantuan orang lain atau
guru. Akhirnya guru harus memberi petunjuk yang
jelas, sehingga siswa tahu apa yang harus dilakukan,
dan apa yang diharapkan dari mereka masing-masing.
Supaya kerja kelompok dapat lebih berhasil, maka
harus melalui langkah-langkah sebagai berikut:
- Menjelaskan tugas kepada siswa.
- Menjelaskan apa tujuan kerja kelompok itu.
- Membagi kelas menjadi beberapa kelompok.
- Setiap kelompok menunjuk seorang pencatat yang
akan membuat laporan tentang kemajuan dan hasil
kerja kelompok tersebut.
- Guru berkeliling selama kerja kelompok itu
berlangsung, bila perlu memberi saran/pertanyaan.
- Guru membantu menyimpulkan kemajuan dan
menerima hasil kerja kelompok.
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH
A. Jenis Penelitian Tindakan Kolaboratif
Penelitian yang akan penulis lakukan berfokus pada masalah tindakan
guru materi pelajaran matematika dengan menerapkan konsepsi cara belajar
aktif model pembelajaran Gabungan model Ceramah dan Kerja Kelompok
Jenis penelitian yang akan digunakan tergolong pada penelitian kelas
(classroom reaserch) yang berkolaborasi dengan tindakan sekolah, dimana
penulis selak peneliti hanya melakukan observasi di kelas dan guru materi
pelajaran matematika melakukan tindakan kelas, penelitian ini biasa lazim
disebut penelitian tindakan kolabaratif .
Penelitian tindakan kelas dan penelitian tindakan sekolah mampu
menawarkan pendekatan dan prosedur baru yang lebih menjanjikan dampak
langsung dalam bentuk perbaikan dan peningkatan profesionalisme guru
dalam mengelola proses belajar di kelas atau implementasi berbagai program
di sekolah dengan mengkaji berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil
pembelajaran yang terjadi pada siswa. Hal tersebut sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Stenhause di Hopkin 1993 dalam kasbollah bahwa :
"Penelitian Tindakan membuat guru dapat meneliti dan mengkaji pembelajaran yang ia lakukan di kelas sehingga permasalahan yang dihadapi adalah permasalahan aktual. Dengan demikian guru dapat langsung berbuat sesuatu untuk memperbaiki praktik-praktik pengajaran yang kurang berhasil agar menjadi lebih baik dan lebih efektif. Dalam hal ini guru dilatih untuk dapat mengendalikan kehidupan profesinya serta terlibat dalam pengambilan keputusan secara profesional."
22
Selain itu Ebbuf`(1285) dalam Kasbollah mengemukakan bahwa :
"Penelitian tindakan kelas merupakan studi yang sistimatis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan-tindakan praktis serta refleksi dari tindakan tersebut yang berupa suatu rangkaian siklus yang berkelanjutan dan diantara siklus-siklus itu ada informasi yang merupakan balikan."
Bentuk penelitian kelas yang penulis gunakan adalah penelitian
tindakan kelas yang bersifat kolaboratif dan partisipatoris. Sesuai dengan
yang diungkapkan Kasbolah (1999: 14), bahwa sebagai dasar pemikiran,
Lewin (orang yang mempopulerkan penelitian tindakan) menekankan
pentingnya kolaboratif dan partisipatoris. Kolaboratif diterapkan untuk
menciptakan adanya hubungan kesejawatan kerja sedangkan partisipatoris
merupakan penelitian tindakan kelas yang pada pelaksanaannya melibatkan
guru kelas.
Penulis memilih metode mi dengan pertimbangan bahwa guru kelas
merupakan pihak yang langsung mengalami dan menemukan berbagai
masalah pembelajaran.
Dengan penelitian tindakan kelas diharapkan dapat meningkatkan
kinerja dan kemampuan guru dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran
serta terciptanya hubungan antar guru SD dalam mencari jalan pemecahan
permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran.
B. Lokasi , Jadwal dan Subyek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penulis mengambil lokasi dalam penelitian tindakan ini sebagai
langkah konkrit melakukan penelitian tindakan sekolah di SDN 9 Kecamatan
Pedamaran Kabupaten Ogan komering ilir Tahun Pelajaran 2014-2015.
2. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat
penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
September sampai Nopember pada semester ganjil tahun pelajaran 2014-
2015.
23
3. Subyek Penelitian
Penulis menentukan subyek penelitian adalah beberapa guru yang
sedang dan pernah mengajar materi pelajaran matematika di SDN 9
Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogn komering ilir.
B. Planing Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kolaboratif antara
PTK dengan PTS, dimana penulis hanya sebagai observer dalam penelitian ini
sementara guru yang melaksanakan tindakan namun penulis menganalis dan
membahas atas hasil tindakan. Menurut Tim Pelatih Proyek KKG, PTK
adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang
dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka
dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-
tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek
pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2000: 3).
Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu bentuk
kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk
memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk
memperbaiki/meningkatkan pratek pembelajaran secara berkesinambungan,
sedangkan tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di
kalangan guru (Mukhlis, 2000: 5).
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,
maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan
Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu
ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action
(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada
siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan
pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-
tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.
24
25
Gambar diatas adalah Alur Penelitian Tindakan
1. Rencana permulaan, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun
rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di
dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
2. Aktivitas observasi, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti
sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati
hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran model
gabungan ceramah dan kerja kelompok.
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau
dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan
yang diisi oleh pengamat.
4. Rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat
rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3,
dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang
sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan soal
26
ujian di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan
untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.
C. Instrumen Penelitian Tindakan
Penulis dalam melakukan penelitian menggunakan Instrumen sebagai
berikut :
1. Silabus Kepengawasan
Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan
pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian Kinerja Guru.
2. Rencana Pembelajaran
Rencana pembelajaran biasanya digunakan sebagai pedoman
guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RP
berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian Kinerja Guru, tujuan
pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.
3. Form LKS
Lembar kegaian ini yang dipergunakan siswa untuk membantu
proses pengumpulan data hasil eksperimen.
4. Tes formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep
matematika pada yang telah dipelajari selama ini. Tes formatif ini
diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan
ganda (objektif). Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 46 soal yang telah
diujicoba, kemudian penulis mengadakan analisis butir soal tes yang telah
diuji validitas dan reliabilitas pada tiap soal. Analisis ini digunakan untuk
memilih soal yang baik dan memenuhi syarat digunakan untuk mengambil
data. Langkah-langkah analisi butir soal adalah sebagai berikut:
a. Validitas Tes
Validitas butir soal atau validitas item digunakan untuk
mengetahui tingkat kevalidan masing-masing butir soal. Sehingga
27
dapat ditentukan butir soal yang gagal dan yang diterima. Tingkat
kevalidan ini dapat dihitung dengan korelasi Product Moment:
r xy=N ∑ XY−(∑ X ) (∑Y )
√ {N ∑ X2− (∑ X )2} {N ∑Y 2−(∑ Y )2 } (Suharsimi Arikunto,
2001: 72)
Dengan: rxy : Koefisien korelasi product moment
N : Jumlah peserta tes
ΣY : Jumlah skor total
ΣX : Jumlah skor butir soal
ΣX2 : Jumlah kuadrat skor butir soal
ΣXY : Jumlah hasil kali skor butir soal
b. Reliabilitas
Reliabilitas butir soal dalam penelitian ini menggunakan rumus
belah dua sebagai berikut:
r11=2r1 /21 /2
(1+r1/21/2 ) (Suharsimi Arikunto, 20001: 93)
Dengan: r11 : Koefisien reliabilatas yang sudah disesuaikan
r1/21/2 : Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes
Kriteria reliabilitas tes jika harga r11 dari perhitungan lebih besar dari
harga r pada tabel product moment maka tes tersebut reliable.
c. Taraf Kesukaran
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal
adalah indeks kesukaran. Rumus yang digunakan untuk menentukan
taraf kesukaran adalah:
28
P= BJs (Suharsimi Arikunto, 2001: 208)
Dengan: P : Indeks kesukaran
B : Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar
Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria untuk menentukan indeks kesukaran soal adalah sebagai
berikut:
- Soal dengan P = 0,000 sampai 0,300 adalah sukar
- Soal dengan P = 0,301 sampai 0,700 adalah sedang
- Soal dengan P = 0,701 sampai 1,000 adalah mudah
d. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa
yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya
pembeda desebut indeks diskriminasi. Rumus yang digunakan untuk
menghitung indeks diskriminasi adalah sebagai berikut:
D=BA
J A
−BB
J B
=PA−PB(Suharsimi Arikunto, 2001: 211)
Dimana:
D : Indeks diskriminasi
BA : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar
BB : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar
JA : Jumlah peserta kelompok atas
JB : Jumlah peserta kelompok bawah
PA=
BA
J A
= Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.
PB=
BB
J B
= Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
29
Kriteria yang digunakan untuk menentukan daya pembeda
butir soal sebagai berikut:
- Soal dengan D = 0,000 sampai 0,200 adalah jelek
- Soal dengan D = 0,201 sampai 0,400 adalah cukup
- Soal dengan D = 0,401 sampai 0,700 adalah baik
- Soal dengan D = 0,701 sampai 1,000 adalah sangat baik
D. Metode Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui
observasi pengolahan metode pembelajaran aktif mdel Gabungan Ceramah
dan Kerja Kelompok pada materi pelajaran, dan soal ujian .
E. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan
pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan
teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat
menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh
dengan tujuan untuk mengetahui Kinerja Guru yang dicapai siswa juga untuk
memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas
siswa selama proses pembelajaran.
Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan
siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara
memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistic sederhana yaitu:
1. Untuk menilai ulangan atau soal ujian
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut
sehingga diperoleh rata-rata soal ujian dapat dirumuskan:
X=∑ X
∑ N
Dengan : X = Nilai rata-rata
30
Σ X = Jumlah semua nilai siswa
Σ N =
2. Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan
secara klasikal. Berdasarkan petunju pelaksanaan belajar mengajar
kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas
belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas
belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap
lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase
ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:
P=∑ Siswa . yang .tuntas . belajar
∑ Siswax 100 %
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
Di bab IV ini, penulis menguraikan terhadap hasil penelitian tindakan
sejauh mana hasil obrsevasi peneliti yang sekaligus pengawas TK/SD di SDN 9
Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan komering ilir akan dijelaskan di bawah
ini sebagai berikut :
A. Pengolahan Data dan Hasil Tindakan
1. Siklus I
a. Tahap Planning
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal ujian 1 dan alat-alat
pengajaran yang mendukung.
b. Tahap Action
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I
dilaksanakan pada tanggal 25 September 2014 di Kelas V dengan
jumlah siswa 35 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.
Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang
telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan
dengan pelaksaaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi soal ujian I
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil
penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:
32
Tabel . Nilai Ujian Pada Siklus I
RespondenNilai
Point
RespondenNilai
Pont
B KB B KB
1 70 √ 19 80 √
2 60 √ 20 70 √
3 70 √ 21 40 √
4 80 √ 22 80 √
5 80 √ 23 60 √
6 40 √ 24 50 √
7 70 √ 25 80 √
8 50 √ 26 60 √
9 80 √ 27 80 √
10 40 √ 28 70 √
11 70 √ 29 80 √
12 50 √ 30 80 √
13 70 √ 31 80 √
14 60 √ 32 70 √
15 70 √ 33 40 √
16 80 √ 34 80 √
17 80 √ 35 60 √
18 60 √ Jumlah 1160 11 6
Jumlah 1180 12 6
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode
belajar aktif model Gabungan Ceramah dan Kerja Kelompok pada materi
pelajaran diperoleh nilai rata-rata siswa adalah 66,80 dan ketuntasan belajar
mencapai 64,00% atau ada 16 siswa dari 35 siswa sudah tuntas belajar. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum
tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar
65,71% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar
85%. Hal ini disebabkan karena siswa banyak yang lupa dengan materi
pelajaran yang telah diajarkan selama hampir satu semester ini.
33
2. Siklus II
a. Tahap Planing
Pada tahap inipeneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal ujian II dan alat-alat
pengajaran yang mendukung.
b. Tahap Action
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II
dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober 2014 di Kelas V SDN 9
Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan komering ilir dengan jumlah
siswa 35 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun
proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan
memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau
kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi soal ujian II
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang
digunakan adalah soal ujian II. Adapun data hasil penelitian pada
siklus II adalah sebagai berikut.
Table 4. Nilai Tes Formatif Pada Siklus II
RespondenNilai
Point
RespondenNilai
Point
B KB B KB
1 80 √ 19 70 √
2 70 √ 20 80 √
3 60 √ 21 70 √
4 70 √ 22 50 √
5 60 √ 23 70 √
6 70 √ 24 70 √
34
7 70 √ 25 60 √
8 80 √ 26 50 √
9 70 √ 27 70 √
10 70 √ 28 80 √
11 50 √ 29 90 √
12 50 √ 30 80 √
13 70 √ 31 70 √
14 80 √ 32 80 √
15 70 √ 33 70 √
16 60 √ 34 50 √
17 70 √ 35 70 √
18 70 √ Jumlah 1180 14 3
Jumlah 1220 13 5
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata siswa adalah 68,57%
dan ketuntasan belajar mencapai 77,14% atau ada 27 siswa dari 35
siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II
ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan
sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan Kinerja Guru
siswa ini karena siswa-siswa telah mulai mengulang pelajaran yang
sudah diterimanya selama ini sehingga para siswa sebagian sudah
mengingat meteri yang telah diajarkan oleh guru.
3. Siklus III
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal soal ujian 3 dan alat-alat
pengajaran yang mendukung.
b. Tahap kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III
dilaksanakan pada tanggal 8 Nopember 2014 di Kelas V SDN 9
Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan komering ilir dengan jumlah
siswa 35 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun
35
proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan
memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau
kekurangan pada siklus II tidak terulang laig pada siklus III.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi soal ujian III
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang
digunakan adalah soal ujian III. Adapun data hasil penelitian pada
siklus III adalah sebagai berikut.
Table 6. Nilai Ujian Pada Siklus III
RespondenNilai
Point
RespondenNilai
Point
B KB B KB
1 90 √ 19 50 √
2 70 √ 20 80 √
3 70 √ 21 80 √
4 70 √ 22 70 √
5 80 √ 23 80 √
6 70 √ 24 80 √
7 60 √ 25 70 √
8 80 √ 26 80 √
9 70 √ 27 60 √
10 90 √ 28 80 √
11 70 √ 29 80 √
12 70 √ 30 90 √
13 90 √ 31 50 √
14 90 √ 32 80 √
15 70 √ 33 80 √
16 70 √ 34 70 √
17 70 √ 35 80 √
18 80 √ Jumlah 1260 14 3
36
Jumlah 1360 17 1
37
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata soal ujian
sebesar 74,85 dan dari 35 siswa yang telah tuntas sebanyak 31 siswa
dan 4 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal
ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 88,57% (termasuk
kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan
lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan Kinerja Guru pada siklus
III ini dipengaruhi oleh adanya usaha siswa untuk mempelajari
kembali materi ajar yang telah disampaikan oleh guru. Disamping itu
siswa juga merasa belajar mengulang ini adalah juga sebagai
persiapan untuk menghadapi ujian kenaikan kelas yang sudah dekat
waktunya.
c. Refleksi
Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan
baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar
dengan penerapan metode belajar aktif model Gabungan Ceramah dan
Kerja Kelompok pada materi pelajaran. Dari data-data yang telah
diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:
1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua
pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang
belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-
masing aspek cukup besar.
2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif
selama proses belajar berlangsung.
3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami
perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
4) Kinerja Guru siswsa pada siklus III mencapai ketuntasan.
d. Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan metode belajar aktif
model Gabungan Ceramah dan Kerja Kelompok pada materi pelajaran
dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta Kinerja Guru siswa
38
pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik.
Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu
diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan
mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada
pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan metode
belajar aktif model Gabungan Ceramah dan Kerja Kelompok pada
materi pelajaran dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai.
C. Pembahasan Atas Hasil Tindakan
1. Ketuntasan Kinerja Guru Siswa
Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa metode belajar
aktif model Gabungan Ceramah dan Kerja Kelompok pada materi
pelajaran memiliki dampak positif dalam meningkatkan Kinerja Guru
siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa
terhadap materi yang disampaikan guru untuk menghadapi ujian kenaikan
kelas (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II, dan III) yaitu masing-
masing 65,71%, 71,14%, dan 88,57%. Pada siklus III ketuntasan belajar
siswa secara klasikal telah tercapai.
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
metode belajar aktif model Gabungan Ceramah dan Kerja Kelompok pada
materi pelajaran dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini
berdampak positif terhadap Kinerja Guru siswa yaitu dapat ditunjukkan
dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus
mengalami peningkatan.
3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran matematika dengan metode belajar aktif model Gabungan
Ceramah dan Kerja Kelompok pada materi pelajaran yang paling dominan
39
adalah bekerja dengan menggunakan alat/media,
mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar
siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas
isiwa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah
melaksanakan langkah-langkah metode belajar aktif model Gabungan
Ceramah dan Kerja Kelompok pada materi pelajaran dengan baik. Hal ini
terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas
membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan
pembelajaran, menjelaskan materi yang sulit, memberi umpan
balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup
besar.
40
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga
siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah
dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan metode belajar aktif model Gabungan Ceramah dan
Kerja Kelompok pada materi pelajaran memiliki dampak positif dalam
meningkatkan Kinerja Guru yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan
belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (65,71%), siklus II
(77,14%), siklus III (88,57%).
2. Penerapan metode belajar aktif model Gabungan Ceramah dan Kerja
Kelompok pada materi pelajaran mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan rata-rata
jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat
dengan metode belajar aktif model Gabungan Ceramah dan Kerja
Kelompok pada materi pelajaran sehingga mereka menjadi termotivasi
untuk belajar.
3. Penerapan metode belajar aktif model Gabungan Ceramah dan Kerja
Kelompok pada materi pelajaran efektif untuk mengingatkan kembali
materi ajar yang telah diterima siswa selama ini, sehingga mereka merasa
siap untuk menghadapi ujian kenaikan kelas yang segera akan
dilaksanakan.
41
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar
proses belajar mengajar Bahasa Inggris lebih efektif dan lebih memberikan
hasil yang optimal bagi siswa, makan disampaikan saran sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan metode belajar aktif model Gabungan Ceramah dan
Kerja Kelompok pada materi pelajaran memerlukan persiapan yang cukup
matang, sehingga guru harus mempu menentukan atau memilih topik yang
benar-benar bisa diterapkan dengan metode belajar aktif model Gabungan
Ceramah dan Kerja Kelompok pada materi pelajaran proses belajar
mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan Kinerja Guru siswa, guru hendaknya lebih
sering melatih siswa dengan berbagi metode, walau dalam taraf yang
sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemuan pengetahuan baru,
memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau
mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya
dilakukan di SDN 9 Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan komering
ilir.
42
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineksa Cipta
Ali, Muhammad. 2003. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algesindon.
Hadi, Sutrisno. 2001. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak.
Psikologi UGM.
Lee, W.R. 1985. Language Teaching Games and Contests. London: Oxfortd
University Press.
Melvin, L. Siberman. 2004. Aktif Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif.
Bandung: Nusamedia dan Nuansa.
Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars.
Weed, Gretchen, E. 1971. Using Games in Teaching Children. ELEC Bulletin No.
32. Winter. Tokyo. Japan.
43
Lampiran I
Data Tabel Hasil Peningkatan Per siklus
Tabel . Nilai Ujian Pada Siklus I
RespondenNilai
Point
RespondenNilai
Pont
B KB B KB
1 70 √ 19 80 √
2 60 √ 20 70 √
3 70 √ 21 40 √
4 80 √ 22 80 √
5 80 √ 23 60 √
6 40 √ 24 50 √
7 70 √ 25 80 √
8 50 √ 26 60 √
9 80 √ 27 80 √
10 40 √ 28 70 √
11 70 √ 29 80 √
12 50 √ 30 80 √
13 70 √ 31 80 √
14 60 √ 32 70 √
15 70 √ 33 40 √
16 80 √ 34 80 √
17 80 √ 35 60 √
18 60 √ Jumlah 1160 11 6
Jumlah 1180 12 6
44
Table 4. Nilai Tes Formatif Pada Siklus II
RespondenNilai
Point
RespondenNilai
Point
B KB B KB
1 80 √ 19 70 √
2 70 √ 20 80 √
3 60 √ 21 70 √
4 70 √ 22 50 √
5 60 √ 23 70 √
6 70 √ 24 70 √
7 70 √ 25 60 √
8 80 √ 26 50 √
9 70 √ 27 70 √
10 70 √ 28 80 √
11 50 √ 29 90 √
12 50 √ 30 80 √
13 70 √ 31 70 √
14 80 √ 32 80 √
15 70 √ 33 70 √
16 60 √ 34 50 √
17 70 √ 35 70 √
18 70 √ Jumlah 1180 14 3
Jumlah 1220 13 5
45
Table 6. Nilai Ujian Pada Siklus III
Responden
Nilai Point
RespondenNilai
Point
B KB B KB
1 90 √ 19 50 √
2 70 √ 20 80 √
3 70 √ 21 80 √
4 70 √ 22 70 √
5 80 √ 23 80 √
6 70 √ 24 80 √
7 60 √ 25 70 √
8 80 √ 26 80 √
9 70 √ 27 60 √
10 90 √ 28 80 √
11 70 √ 29 80 √
12 70 √ 30 90 √
13 90 √ 31 50 √
14 90 √ 32 80 √
15 70 √ 33 80 √
16 70 √ 34 70 √
17 70 √ 35 80 √
18 80 √ Jumlah 1260 14 3
Jumlah 1360 17 1
46
Lampiran II
Diagram Alur Penelitian Tindakan sebagai parameter PTS
47
Lampiran III
TABEL
DAFTAR HADIR SUBJEK PENELITIAN TINDAKAN
Aspek Kegiatan PTS : Pembelajaran Gabungan Model Ceramah DanKerja
Kelompok
Tanggal Kegiatan : 8 September 2014
Tempat Kegiatan : SDN 9 Pedamaran
No Nama SP Uraian Kegiatan TTD
1 Armitik 1
2 Sumarni 2
3 Rukmini 3
4 Ernawati 4
5 Damro 5
6 Netty Ekaria 6
7 Sumarni S.Pd 7
8 Astuti 8
Pedamaran, 8 September 2014 Peneliti
YULIANI.K.S.Pd. NIP:1960070
48
Lampiran VI
Sampel Draf : Surat permohonan Ijin Tempat Penelitian Tindakan Kepada Kepala Sekolah di SD Binaan
Kepada YTH. Bapak / Ibu Kepala Sekolah SDN 9 Pedamaran Di T e m p a t
Dengan Hormat,
Dengan surat ini, saya selaku Pengawas TK/SD Di Kecamatan Pedamaran
Kabupaten Ogan komering ilir memohon Ijin kepada Sdr. Kepala Sekolah : SDN
9 Pedamaran untuk mengadakan Penelitian Tindakan Sekolah.
Adapun Jadwal Kegiatan PTS, saya lampirkan di bawah ini
Untuk itu, saya mohon sekiranya untuk memberikan izin peneyelenggaran
kegiatan tersebut di Sekolah Dasar Negeri 9 Pedamaran.
Demikian Surat permohonan ijin ini, saya buat dan terima kasih atas
kerjasamanya.
Pedamaran , September 2014
Hormat Saya,
YULIANI.K.S.Pd.
49
Lampiran VII
Sampel Draf : Surat Permohonan Ijin Penyelenggaraan Penelitian Tindakan Sekolah di Lingkungan Kantor Pendidikan Kecamatan Pedamaran Kepada YTH. Kepala dinas UPTD Kecamatan Pedamaran
Kabupaten Ogan komering ilir Di T e m p a t
Dengan Hormat,
Dengan surat ini, saya selaku Pengawas TK/SD Di Kecamatan
Pedamaran Kabupaten Ogan komering ilir memohon Ijin kepada Ibu selaku
Kepala dinas pendidikan Kecamatan pedamaran, untuk mengadakan Penelitian
Tindakan Sekolah di Lingkungan Kantor Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan
Pedamaran Kabupaten Ogan komering ilir.
Adapun Jadwal Kegiatan PTS, saya lampirkan di bawah ini
Untuk itu, saya mohon sekiranya untuk memberikan izin penyelenggaran
Kegiatan tersebut.
Demikian Surat permohonan izin ini saya buat, dan terima kasih atas
kerjasamanya.
Pedamaran, September 2014 Hormat Saya,
YULIANI.K.S.Pd.
NIP: 196007011980112001
50
51