83
PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH (PTS) UPAYA MENINGKATAN AKTIVITAS GURU DALAM MEWUJUDKAN PEMBELAJARAN BERKUALITAS DI SDN CEUNGCEUM KECAMATAN LEUWISARI KABUPATEN TASIKMALAYA Disusun oleh: TITIN RUSIATIN, S.Pd.SD NIP.195908311979122006

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

  • Upload
    hati-ku

  • View
    198

  • Download
    52

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PTS

Citation preview

Page 1: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH

(PTS)

UPAYA MENINGKATAN AKTIVITAS GURU

DALAM MEWUJUDKAN PEMBELAJARAN BERKUALITAS

DI SDN CEUNGCEUM KECAMATAN LEUWISARI

KABUPATEN TASIKMALAYA

Disusun oleh:

TITIN RUSIATIN, S.Pd.SDNIP.195908311979122006

SD NEGERI CEUNGCEUMKECAMATAN LEUWISARI KABUPATEN TASIKMALAYA

2014

Page 2: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

ABSTRAK

TITIN RUSIATIN, S.Pd.SD (2014) “Upaya Meningkatkan Aktivitas Guru Dalam Mewujudkan Pembelajaran Berkualitas Di SDN Ceungceum Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya”.

Proses pembelajaran merupakan salah satu bagian dari proses pendidikan, dimana pendidikan merupakan sarana yang strategis bagi meningkatnya kualitas kehidupan manusia. Proses pembelajaran merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pendidikan yang secara umum menempati posisi sentral dalam mendorong individu dan masyarakat untuk mencapai kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan.

Aktivitas adalah merupakan bentuk kegiatan perilaku dan nalar yang disadari dalam mewujudkan suatu kehendak, kegiatan ini sebagai penopang tercapainya bentuk pekerjaan dan sangat mempengaruhi akan warna pekerjaan.

Perhatian merupakan banyak sedikitnya kesadaran dalam diri individu yang menyertai kegiatan yang sedang dilakukan atau diartikan pula suatu proses pemusatan energi psikis terhadap objek tertentu. Perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungannya. Kualitas dan kuantitas yang dihasilkan oleh anak sebagai manipestasi dari pendidikan, ini semua tergantung pada kemampuan guru itu sendiri.

Guru memegang peranan penting sebagai pelaksana operasional pembelajaran. Guru dalam pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar perlu mengetahui dengan jelas, aktivitas apa yang harus dilaksanakannya, agar proses belajar mengajar dalam pelaksanaannya terarah dan tepat pada sasarannya. Guru sebagai perantara dalam usaha untuk memperoleh perubahan tingkah laku siswa. Berhasil tidaknya suatu proses belajar, akan banyak tergantung dari sampai berapa jauh guru telah mampu memainkan peranan tersebut.

Tulisan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang aktivitas dan perhatian guru terhadap siswa dalam mewujudkan pembelajaran yang berkualitas. Dan secara khususnya ingin mengetahui sejauhmana kegiatan guru dalam mempersiapkan diri untuk terlaksananya pembelajaran yang berkualitas, dalam arti pembelajaran yang mampu mendongkrak hasil prestasi siswa dalam belajar.

Populasi penelitian seluruh guru yang ada di SDN Ceungceum KecamatanLeuwisari Kabupaten Tasikmalaya. Adapun sampel yang diambil yaitu semua guru yang ada di sekolah tersebut sejumlah 13 orang. Pengumpulan data menggunakan angket yang diisi oleh responden dan hasil wawancara dengan semua guru tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas dan perhatian guru terhadap siswa dalam mewujudkan pembelajaran yang berkualitas cukup tinggi prosentasenya. Hal ini terbukti dengan adanya bukti pekerjaan dalam bentuk ketatalaksanaan, kegairahan dan aktivitas anak dalam mengikuti pembelajaran, dan terdokumentasi-kannya hasil prestasi belajar anak.

i

Page 3: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Illahi Robbi atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Sekolah yang berjudul “Upaya Meningkatkan Aktivitas Guru Dalam Mewujudkan Pembelajaran Berkualitas Di SDN Ceungceum Kecamatan Leuwisasri Kabupaten Tasikmalaya”.

Selain dari itu terkandung harapan semoga hasil penelitian ini bisa bermanfaat dan sebagai bahan kajian dalam menentukan kebijakan tercapainya program peningkatan mutu pendidikan dilingkungan SDN Ceungceum Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya.

Penyusunan PTS ini termotivasi oleh adanya tugas dan fungsi penulis membina tenaga pendidikan lainnya terutama rekan guru dalam peningkatan mutu pembelajaran yang bisa berimplikasi terhadap peningkatan kualitas pendidikan di SDN Ceungceum Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

Kurikulum sebagai salah satu substansi pendidikan perlu dicermati oleh pelaku pendidikan di daerah, baik dalam pengembangan perangkat pelaksanaan yang mutlak merupakan pijakan dalam proses pembelajaran, maupun implementasi perangkat tersebut oleh guru di sekolah. Guru atau sekolah mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk merancang dan menentukan hal-hal yang berkenaan dengan pembelajaran, seperti hal apa yang akan diajarkan, mengelola pengalaman belajar, menentukan cara mengajar, bagaimana anak belajar, dan menilai keberhasilan dalam proses dan hasil pembelajaran. Core bisnis pendidikan bermuara pada pembelajaran.

Guru merupakan sosok strategis sebagai ujung tombak yang paling depan dalam ketercapaian peningkatan mutu pendidikan sebab ditangan gurulah proses pembelajaran berlangsung. Tugas guru sarat dengan beban, tapi sangatlah membanggakan dan mengharumkan, sebab di tangan guru awal kecerdasan dan kesejahteraan bangsa dimulai.

Dalam penyusunan PTS ini penulis banyak mengalami hambatan dan kesulitan, namun atas bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, Alhamdulillah dapat diselesaikan. Untuk itu kepada semua pihak penulis mengucapkan banyak terima kasih, semoga amal baik semua pihak mendapat ridho dan imbalan yang berlipat ganda dari Alloh Yang Maha Kuasa. Aamiin.

ii

Page 4: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

DAFTAR ISIHalaman

ABSTRAK.....................................................................................................................i

PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................5

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................5

B. Rumusan dan Batasan Masalah............................................................................7

BAB II TINJAUAN TEORITIS...................................................................................8

A.Administrasi Pembelajaran....................................................................................8

B. Ruang Lingkup......................................................................................................9

C. Jam Kerja............................................................................................................10

D. Uraian Tugas Guru.............................................................................................10

E. Perhatian Dalam Proses Pembelajaran................................................................12

F. Aktivitas Guru dalam Proses Pembelajaran........................................................18

BAB III METODOLOGI DAN PROSEDUR PENELITIAN...................................33

A. Metode Penelitian...............................................................................................33

B. Populasi dan Sampel...........................................................................................33

C. Alat Pengumpul Data..........................................................................................33

D. Prosedur Penelitian.............................................................................................34

BAB IV HASIL DAN PENGOLAHAN PENELITIAN............................................36

A. Teknik Pengolahan Data.....................................................................................36

B. Pengolahan Data.................................................................................................36

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................51

A. Kesimpulan.........................................................................................................51

B. Saran-saran..........................................................................................................52

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................54

iii

Page 5: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahAmanat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menunjukkan bahwa

kita sebagai abdi negara dan bangsa berkewajiban untuk mencerdaskan bangsa. Hal ini bisa tercapai hanya melalui pendidikan yang berkualitas. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Pendidikan amat penting sebagai wahana dalam ikhtiar membangun manusia berkualitas. Usaha tersebut harus ditandai dengan meningkatnya proses belajar dan mengajar untuk mewujudkan kecerdasan, pengetahuan dan keterampilan yang dilandasi nilai-nilai luhur kehidupan yang terefleksikan dalam kehidupan sehari-hari secara konsisten.

Proses beiajar mengajar merupakan salah satu bagian dari proses pendidikan, dimana pendidikan merupakan sarana yang strategis bagi meningkatnya kualitas kehidupan manusia, yang bisa dilihat dari derajat kesejahteraan, menurunnya kemiskinan dan kebodohan serta terbukanya berbagai pilihan dan kesempatan dalam mengembangkan diri di masa yang akan datang. Dengah demikian proses belajar mengajar secara umum menempati posisi sentral dalam mendorong individu dan masyarakat untuk mencapai kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan.

Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, unsur guru memegang peranan penting sebagai pelaksana operasi digaris terdepan. Guru dalam pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar perlu mengetahui dengan jelas, aktivitas apa yang harus dilaksanakannya, agar proses belajar mengajar dalam pelaksanaannya terarah dan tepat pada sasarannya.

Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya. Perkembangan dan perubahan secara terus menerus ini menuntut perlunya perbaikan sistem pembelajaran.

Atas dasar tuntutan mewujudkan masyarakat seperti itu diperlukan upaya peningkatan mutu pendidikan yang harus dilakukan secara menyeluruh mencakup pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya, yakni aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, perilaku, pengetahuan, kesehatan, keterampilan dan seni. Pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara pada peningkatan dan pengembangan kualitas pembelajaran.

Didalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran, kedudukan guru cukup memegang peranan penting, karena tugas guru di sekolah bukan hanya membekali murid dengan ilmu pengetahuan saja, tetapi guru harus pula memperhatikan berbagai aspek lainnya, umpamanya kondisi emosional atau kondisi psikis murid seperti yang dikemukakan oleh Whiterington dalam bukunya “Educational Psychology- (Psikologi Pendidikan)" yang diterjemahkan oleh M. Buchori (1982: 55-56) bahwa:

5

Page 6: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

6

"Perbedaan-perbedaan juga terdapat timbul sebagai akibat faktor-faktor emosional dan kesalahan-kesalahan pedagogis. Cara mengajar yang jelek dapat timbul sebagai akibat dari ketaksanggupan untuk mengetahui kesukarankesukaran yang dihadapi pengajar. Mengajar bukan semata-mata menerangkan suatu pelajaran saja. Dalam mengajar guru harus juga memperhatikan kondisi emosional dan psikis pelajar. Sikapnya, cita-citanya, semuanya ini terletak dalam daerah situasi pengajaran".

Dan uraian di atas tergambarlah bahwa tugas guru demikian luasnya,

tidak hanya memberikan materi pelajaran semata-mata, tetapi dengan tugasnya

harus mengetahui segala aspek dan kondisi yang ada pada diri anak. Walaupun

dalam pelaksanaan proses belajar mengajar banyak sekali rintangan dan halangan

yang menghambat dalam pelaksanaannya, seorang guru harus dapat

menghindarkan semua hambatan dan memusatkan perhatian hanya kepada anak

beserta seluruh latarbelakang pribadinya. Sebagaimana menurut pendapat Slamet

(1988 : 107) bahwa perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam

hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungannya.

Kualitas dan kuantitas yang dihasilkan oleh anak sebagai manipestasi

dari pendidikan, itu semua tergantung pada kemampuan guru itu sendiri. Maka

dari itu guru memegang peranan penting, karena sebagai mediator dalam pendidikan,

seperti dikemukakan oleh Moh. Surya:

"Guru sebagai perantara dalam usaha untuk memperoleli perubahan tingkah laku siswa. Berhasil tidaknya suatu proses belajar, akan banyak tergantung dari sampai berapajauh guru telah mampu memainkan perhatian tersebut"Kompetensi profesional guru, selain dapat menguasai seluruh metoda

dan teknik mengajar, juga harus memperhatikan unsur kedisiplinan yang masih

banyak terabaikan, sebagaimana pendapat Udi Turmudi sebagai berikut:

"Kenyataan sekarang banyak guru yang mengajar dalam kelas asal mengajar saja biar anak memperhatikan atau tidak, bukan persoalan, pokoknya bahan telah disampaikan. Atau dilain pihak, guru menuliskan sejumlah soal dalam papan tulis, anak disuruh mengerjakannya, sedangkan guru entah kemana. ini jelas memperlihatkan ketidakdisiplinan dari pihak guru sendiri, yang tidak memungkinkan menumbuhkan disiplin pada diri anak, karena guru memberikan contoh yang keliru".

Secara keseluruhan dari uraian di atas merupakan gambaran bahwa

peranan guru amat penting dalam memperhatikan peserta didik selama

pelaksanaan pembelajaran, apalagi dari beberapa pendapat di atas kondisi

Page 7: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

7

guru dalam pembelajaran saat ini memungkinkan kurang berkualitas. Penyebab

secara umum menurut hasil survei LPMP Pusat (Depdiknas, 2003).

1. Pendidikan diselenggarakan untuk kepentingan penyelenggaraan (guru) bukan untuk peserta didik.

2. Kuantitas, kualitas, pemerataan dan kesejahteraan guru dan meratanya penempatan guru sangat lemah untuk menjadi perhatian karena manajerial pendidikan bernuansakan birokratis politis.

3. Pembelajaran yang diselenggarakan bersifat pemindahan isi (content transmission). Pola mengajar hanya menyampaikan pokok bahasan.

4. Kualitas pengajaran hanya diukur dari daya serap kurikulum. Pembelajaran tidak diarahkan kepada partisipatori total dari peserta didik.

5. Pembelajaran selalu mereduksi teks yang ada dengan harapan tidak salah melangkah. Teks atau buku acuan dianggap segalanya dalam meningkatkan hasil pembelajaran.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Dan permasalahan penelitian tersebut, maka penulis akan batasi

kepada masalah penelitian secara khusus dalam tataran ruang lingkup peranan dan

perhatian guru dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas yang meliputi

kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Apakah aktivitas guru dalam pembuatan administrasi proses belajar mengajar

dapat mewujudkan pembelajaran?

2. Apakah aktivitas guru dalam persiapan awal proses belajar mengajar

berkualitas?

3. Apakah guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar berkualitas?

4. Apakah aktivitas guru pada akhir proses belajar mengajar berkualitas?

5. Apakah aktivitas guru setelah melaksanakan evaluasi berkualitas?

Page 8: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

8

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A.Administrasi Pembelajaran

Pengertian

1. Program

Pembahasan mengenai program tidak dapat dilepaskan dengan

aspek kebijakan. Menurut Dye (1992), kebijakan atau yang dalam hal ini

adalah kebijakan publik secara prinsip dapat diartikan sebagai “Whatever

government choose to do or not to do“. Hal tersebut diperkuat oleh

Hogwood dan Gunn (1986) yang menyebutkan bahwa kebijakan publik

adalah seperangkat tindakan pemerintah yang didesain untuk mencapai

hasil-hasil tertentu.

Sedangkan pengertian program itu sendiri, menurut Jones (1984),

program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan. Dalam

pengertian tersebut menggambarkan bahwa program-program adalah

penjabaran dari langkah-langkah dalam mencapai tujuan itu sendiri.

2. Silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata

pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi , kompetensi

dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator,

penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus

merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke

dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator

pencapaian kompetensi untuk penilaian.

Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang

kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar.

Silabus berisikan komponen pokok yang dapat menjawab pertanyaan

berikut:

1. Kompetensi yang akan ditanamkan kepada peserta didik melalui suatu kegiatan pembelajaran

2. Kegiatan yang harus dilakukan untuk menanamkan/membentuk kompetensi tersebut.

3. Upaya yang harus dilakukan untuk mengetahui bahwa kompetensi tersebut sudah dimiliki peserta didik.

Silabus bermanfaat sebagai pedoman sumber pokok dalam

Page 9: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

9

pengembangan pembelajaran lebih lanjut, mulai dari pembuatan rencana

pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran, dan pengembangan

sistem penilaian.

3. RPP

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang

menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk

mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi

dan dijabarkan dalam silabus. Maka ringkasnya RPP adalah rencana

operasional kegiatan pembelajaran setiap atau beberapa KD dalam setiap

tatap muka di kelas. Lingkup RPP paling luas mencakup 1 (satu)

Komptensi Dasar yang terdiri atas 1 (satu) indikator atau beberapa

indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih.

RPP harus berupa kegiatan konkret setapak demi setapak

yang dilakukan oleh guru di kelas dalam mendampingi peserta didik.

Satu hal yang amat penting dalam penyusunan RPP adalah bahwa

kegiatan pembelajaran harus diarahkan agar berfokus pada peserta

didik, sedangkan guru berperan sebagai pendamping, fasilitator.

Artinya, ketika guru memilih pendekatan, metode, materi,

pengalaman belajar, interaksi belajar mengajar harus memungkinkan

peserta didik berinteraksi dan aktif, sedang guru memfasilitasi dan

mendampinginya.

B. Ruang Lingkup

Kewajiban guru sesuai Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen Pasal 35 ayat (1) mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan

pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,

membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan. Pasal

35 ayat (2) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

menyatakan bahwa beban kerja guru sekurang-kurangnya 24 jam tatap muka dan

sebanyak-banyaknya 40 jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.

Dalam melaksanakan tugas pokok yang terkait langsung dengan proses

pembelajaran, guru hanya melaksanakan tugas mengampu 1 (satu) jenis mata

pelajaran saja, sesuai dengan kewenangan yang tercantum dalam sertifikat

pendidiknya.

Page 10: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

10

Disamping itu, guru sebagai bagian dari manajemen sekolah, akan terlibat

langsung dalam kegiatan manajerial tahunan sekolah, yang terdiri dari siklus

kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Rincian kegiatan tersebut antara

lain penerimaan siswa baru, penyusunan kurikulum dan perangkat lainnya,

pelaksanaan pembelajaran termasuk tes/ulangan, Ujian Nasional (UN), ujian

sekolah, dan kegiatan lain. Tugas tiap guru dalam siklus tahunan tersebut secara

spesifik ditentukan oleh manajemen sekolah tempat guru bekerja.

C. Jam Kerja

Sebagai tenaga profesional, guru baik PNS maupun bukan PNS dalam

melaksanakan tugasnya berkewajiban memenuhi jam kerja yang setara dengan

beban kerja pegawai lainnya yaitu 37,5 (tiga puluh tujuh koma lima) jam kerja (@

60 menit) per minggu. Dalam melaksanakan tugas, guru mengacu pada jadwal

tahunan atau kalender akademik dan jadwal pelajaran. Kegiatan tatap muka dalam

satu tahun dilakukan kurang lebih 38 minggu atau 19 minggu per semester.

Kegiatan tatap muka guru dialokasikan dalam jadwal pelajaran yang disusun

secara mingguan.

D. Uraian Tugas Guru

1. Merencanakan Pembelajaran

Guru wajib membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada

awal tahun atau awal semester, sesuai dengan rencana kerja sekolah. Kegiatan

penyusunan RPP ini diperkirakan berlangsung selama 2 (dua) minggu atau 12

hari kerja. Kegiatan ini dapat diperhitungkan sebagai kegiatan tatap muka.

2. Melaksanakan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan dimana terjadi interaksi

edukatif antara peserta didik dengan guru, kegiatan ini adalah kegiatan tatap

muka yang sebenarnya. Guru melaksanakan tatap muka atau pembelajaran

dengan tahapan kegiatan berikut.

a. Kegiatan awal tatap muka

• Kegiatan awal tatap muka antara lain mencakup kegiatan pengecekan

dan atau penyiapan fisik kelas, bahan pelajaran, modul, media, dan

perangkat administrasi.

• Kegiatan awal tatap muka dilakukan sebelum jadwal pelajaran yang

ditentukan, bisa sesaat sebelum jadwal waktu atau beberapa waktu

sebelumnya tergantung masalah yang perlu disiapkan,

Page 11: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

11

• Kegiatan awal tatap muka diperhitungan setara dengan 1 jam

pelajaran.

b. Kegiatan tatap muka

• Dalam kegiatan tatap muka terjadi interaksi edukatif antara peserta

didik dengan guru dapat dilakukan secara face to face atau

menggunakan media lain seperti video, modul mandiri, kegiatan

observasi/ekplorasi.

• Kegiatan tatap muka atau pelaksanaan pembelajaran yang dimaksud

dapat dilaksanakan antara lain di ruang teori/kelas, laboratorium,

studio, bengkel atau di luar ruangan.

• Waktu pelaksanaan atau beban kegiatan pelaksanaan pembelajaran

atau tatap muka sesuai dengan durasi waktu yang tercantum dalam

struktur kurikulum sekolah.

c. Membuat resume proses tatap muka

• Resume merupakan catatan yang berkaitan dengan pelaksanaan tatap

muka yang telah dilaksanakan. Catatan tersebut dapat merupakan refleksi,

rangkuman, dan rencana tindak lanjut.

• Penyusunan resume dapat dilaksanakan di ruang guru atau ruang lain

yang disediakan di sekolah dan dilaksanakan setelah kegiatan tatap muka.

• Kegiatan resume proses tatap muka diperhitungan setara dengan 1 jam

pelajaran.

3. Menilai Hasil Pembelajaran

Menilai hasil pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan untuk

memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil

belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan,

sehingga menjadi informasi yang bermakna untuk menilai peserta didik

maupun dalam pengambilan keputusan lainnya.

Pelaksanaan penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non

tes. Penilaian non tes dapat dibagi menjadi pengamatan dan pengukuran sikap

serta penilaian hasil karya dalam bentuk tugas, proyek fisik, atau produk jasa.

a. Penilaian dengan tes.

• Tes dilakukan secara tertulis atau lisan, dalam bentuk ujian akhir

semester, tengah semester atau ulangan harian, dilaksanakan sesuai

kalender akademik atau jadwal yang telah ditentukan.

Page 12: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

12

• Tes tertulis dan lisan dilakukan di dalam kelas.

• Penilaian hasil test, dilakukan di luar jadwal pelaksanaan test,

dilakukan di ruang guru atau ruang lain.

• Penilaian test tidak dihitung sebagai kegiatan tatap muka karena

waktu pelaksanaan tes dan penilaiannya menggunakan waktu tatap

muka.

b. Penilaian non tes berupa pengamatan dan pengukuran sikap.

E. Perhatian Dalam Proses Pembelajaran

1. Pengertian Perhatian

Perhatian merupakan suatu gejala psikologis. Dalam kehidupan

sehari-hari istilah perhatian sering digunakan tetapi tidak selalu dalam arti

yang sama. Hal ini tergantung pada ruang lingkup penggunaannya. Dalam

lapangan psikologi para ahli mengemukakan pendapat yang bermacam

ragam. Hal tersebut tergantung pada pandangan dan keyakinan masing-

masing. Walaupun terdapat perbedaan, secara umum menunjukkan adanya

kesamaan pendapat yaitu adanya aktivitas yang disadari dalam kegiatan

yang sedang dilakukan dan terarah kepada satu tujuan, seperti halnya

dikemukakan oleh Kartini Kartono (1984:59) berikut:

"...mengkonsentrasikan diri, mengarahkan aktivitas psikhis pada suatu titik

objek".

Ada hal yang penting dalam rumusan perhatian, yaitu aktivitas psikhis

yang terkonsentrasi dan tertuju pada suatu objek. Dalam hal ini energi

psikis dipusatkan pada suatu objek. Segala aktivitas akan tertuju kepada

suatu objek sehingga objek lain diabaikan, seperti dikemukakan Djasman

Adimiharja (1982:54), bahwa: Perhatian merupakan tingkah laku aktif,

suatu proses yang beradaptasi dengan lingkungan. Kita dikatakan

menunjukkan perhatian bila aktivitas alat indra difokuskan pada beberapa

perangsa tertentu.

Perhatian sebagai suatu aktivatas psikis dalam menerima rangsangan

melalui alat indra, baik indra perasa, penglihatan, penciuman dan

sebagainya. Penerimaan rangsangan tersebut disertai dengan minat dan

kemauan individu yang menimbulkan tingkah laku.

Page 13: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

13

Dalam proses kegiatan yang sedang berlangsung akan lebih efektif,

bila disertai dengan perhatian yang tinggi. Dikemukakan oleh Kartini

Kartono (1984: 143) bahwa "... minat dan perhatian yang terarah serta

terbimbing, orang jadi selalu sibuk dan aktif berbuat sehingga muncul rasa

berarti dan bahagia".

Perhatian merupakan sesuatu yang penting dalam proses penyeleksian

bermacam-macam rangsangan yang diterima indra sesuai dengan minat

dalam dirinya. Manifestasi perhatian tak dapat diamati secara langsung,

tetapi ditafsirkan melalui tingkah laku yang tampak. Seperti dikemukakan

oleh Bimo Walgito (1985 : 53) bahwa "Pemusatan dari seluruh aktivitas

individu yang ditujukan pads st!atu atau sekumpulan objek".

Perhatian juga merupakan proses mental terhadap stimulus, yang dapat

memberikan pengaruh terhadap individu dalam memberikan respon

terhadap suatu objek yang diharapkan. Hal ini sebagaimana dikemukakan

Jalaludin Rachmat (1986:65) bahwa "Perhatian adalah proses mental ketika

stimulus lainnya melemah".

Selanjutnya Gojali (1967: 116) menyatakan bahwa "Perhatian adalah

keaktifan yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju pada suatu

objek atau sekumpulan objek".

Faktor psikis turut menyusun proses perhatian seseorang, dan perlu

dipahami syarat-syarat perhatiannya. Berkenaan dengan itu, Ema

Zain (1973 : 136) mengemukakan sebagai berikut:

Syarat-syarat perhatian adalah:

a) Inhibisi atau penghambatan yaitu perangsang yang tak ada sangkut-pautnya dengan objek perhatian harus dihambat.

b) Apersepsi menghubungkan suatu objek yang baru dengan isi jiwa yang telah ada.

c) Adaptasi yaitu penyesuaian diri dengan objek.d) Kemauan terhadap suatu objek.e) Perasaan-perasaan yang ditimbulkan oleh objek.f) Luas perhatian tidak terlalu banyak.g) Harus dijaga kekuatannya jangan terjadi kegoncangan atau disebut

siliasi.

Page 14: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

14

Berdasarkan batasan dan pengertian yang telah diungkapkan, dapat

disimpulkan bahwa perhatian merupakan banyak sedikitnya kesadaran dan

pemusatan energi psikis yang menyertai suatu aktivitas yang sedang berlangsung.

Pada umumnya perhatian tertuju pada suatu objek.

Timbulnya perhatian bermacam cara tergantung kepada kesiapan individu.

Untuk mengetahui cara timbulnya perhatian perlu memahami dulu jenis-jenisnya,

dimana jenis perhatian ada 3 macam, yaitu berdasarkan timbulnya, berdasarkan luas

objeknya, dan berdasarkan intensitasnya.

Pada umumnya timbul perhatian pada individu tidak lama tergantung pada

individu itu sendiri, tergantung situasi dan kondisi, dan tergantung kemauan dan

kemampuannya, sebagaimana dikemukakan oleh Kaswan (1984:23) pada intinya

perhatian dapat dibedakan berdasarkan timbulnya, luas objeknya dan intensitasnya.

a. Berdasarkan Cara Timbulnya

Pada hakikatnya tiap individu dalam menerima berbagai rangsangan muncul

perhatian. Ada yang timbul secara spontan, disengaja, dan karena kebiasaan.

Perhatian spontan timbulnya secara langsung tanpa paksaan atau keharusan, hal

tersebut semata-mata karena menyenangi dan keingintahuan atau paksaan. Contoh,

pada suatu saat sekumpulan pejabat sedang mengadakan rapat, para anggotanya

diharuskan mendengarkan penjelasan pimpinan (perhatian disengaja), tetapi secara

tiba-tiba datang orang gila berteriak-teriak, semua anggota rapat serempak melihat

pada orang gila tersebut (perhatian spontan). Perhatian karena kebiasaan,

dipengaruhi oleh kebiasaan yang dilakukan individu dalam memperhatikan

sesuatu tergantung pada kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan. Contoh, seorang

olahragawan akan menaruh perhatian pada sebidang lapangan rumput, untuk

bermain sepakbola, sedangkan peternak cenderung akan tertarik untuk

menggembala ternak.

b. Berdasarkan Luas Objeknya

Berdasarkan luas objeknya perhatian ada 3 (tiga) macam, yaitu perhatian

konsentratif, perhatian distributif dan perhatian sembarang. Perhatian

konsentratif merupakan suatu perhatian yang terpusat pada suatu objek

tertentu. Contoh seorang anak sedang membaca sebuah buku di

perpustakaan, maka perhatiannya akan terpusat pada buku yang sedang

dibacanya. Sedangkan perhatian distributive merupakan ketidakajegan

seseorang sehingga tersebar kepada berbagai hal yang dapat dilihat, diraba

Page 15: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

15

atau didengarnya. Perhatian sembarang yaitu perhatian yang relatif pendek dan

tidak menetap kepada suatu objek.

c. Atas Dasar Intensitasnya

Perhatian yang dipengaruhi oleh besar kecilnya atau tinggi rendahnya

kesadaran individu yang menyertai aktivitas yang sedang dilakukan. Setiap

individu mempunyai intensitas perhatian yang berbeda dalam menaruh perhatian

terhadap objek yang lama.

Dengan diketahuinya jenis jenis perhatian, individu dapat meningkatkan

perhatian agar tercapai tujuan yang diharapkan. Namun dalam meningkatkan

perhatian tersebut banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik yang terdapat

di dalam maupun di luar diri individu itu sendiri.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perhatian seseorang, karena

stimulus yang dapat diterima individu bermacam-macam. Rangsangan tersebut

mula-mula diterima oleh alat indra yang kemudian diseleksi. Bila rangsangan

yang diterima sesuai dengan dirinya, maka rangsangan tersebut akan disalurkan

melalui saraf ke otak. Perhatian akan menyertai alat indra dalam menerima

rangsangan. Rangsangan tersebut tidak mungkin sernuanya diterima oleh alat

indra, karena alat indra individu terbatas kemampuannya. Kemampuan individu

dalam memperhatikan berbagai objek dipengaruhi oleh berbagai faktor

sebagaimana dikemukakan Singgih D. Gunarsa (1983: 107) bahwa:

"Perhatian dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat dibagi dalam dua golongan besar yaitu faktor luar dan faktor dalam. Termasuk faktor luar adalah faktor-faktor yang terdapat pada objek yang diamati yaiiu : intensitas atau ukuran, kontras, pengulangan dan gerakan. Sedangkan yang termasuk faktor dalam adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri sebagai pengamat, yaitu: motif, kesediaan dan harapan.

Sebagaimana yang dikemukakan di atas, jadi faktor-faktor yang mempengaruhi

perhatian individu adalah faktor luar dan faktor dalam:

a. Faktor Luar

Yang dimaksud faktor luar adalah segala rangsangan yang datangnya dari

objek yang diamati, yang termasuk ke dalam faktor luar antara lain:

1) Kuat lemah rangsangan (intensitas) dan ukuran

Objek yang diamati lebih diperhatikan bila menyimpang dan kebiasaan

(sangat besar, sangat tinggi, sangat pendek dan sangat kecil) dari benda-

Page 16: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

16

benda lainnya.

2) Kontras

Sesuatu yang berbeda dengan yang ada disekelilingnya. Misalnya sangat

cantik diantara orang-orang yang jelek, atau sangat serak diantara orang-

orang yang merdu dan sebagainya.

3) Pengulangan

Suatu objek yang gerakannya berulang dalam waktu tertentu, akan

menarik perhatian, namun kalau berulangnya terus-menerus tak terbatas

waktu, tak akan menarik perhatian lagi. Contoh, suara petasan yang

berangkai, suara kentongan tanda bahaya dan lain-lain. Hal ini semua akan

menarik perhatian tapi apabila tukang pandal besi memukul-mukul besi

dan pagi sampai sore tak menarik perhatian lagi.

4) Gerakan

Suatu benda yang bergerak-gerak akan menarik perhatian, misalnya

mainan yang bergerak-gerak diantara mainan-mainan yang diam pada

etalase toko.

b. Faktor Dalam

Yang dimaksud faktor dalam adalah berbagai hal yang berhubungan

dengan diri individu yang bersangkutan, yang termasuk pada faktor ini antara lain:

1) Motif

Motif merupakan daya pendorong dalam diri individu untuk melakukan

kegiatan, tercapai tidaknya suatu tujuan banyak ditentukan oleh besar

kecilnya motif dari individu yang bersangkutan, Rochman Natawidjaya

(1978:46) mengemukakan bahwa, "Motif, ialah setiap kondisi atau keadaan

seseorang atau sesuatu organisme yang menyebabkan kesiapannya untuk

memulai atau melanjutkan suatu atau serangkaian tingkah laku perbuatannya".

2) Kesediaan

Perhatian akan lebih terpusat bila adanya kesediaan dari individu dalam

menghadapi sesuatu objek. Contoh: suatu instruksi akan lebih diperhatikan

bila adanya kesediaan dari orang yang diberi instruksi/perintah. Instruksi tak

akan diperhatikan bila yang diperintahnya sedang sibuk atau sedang bingung.

3) Harapan

Sesuatu objek yang menjadi harapan akan lebih diperhatikan dibanding

dengan objek lain yang bukan harapannya. Maka makin besar harapan

Page 17: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

17

terhadap sesuatu objek makin tinggi pula intensitas perhatiannya. Contoh:

seseorang yang mengharapkan punya kekasih yang cantik, baik hati dan pakai

kerudung, tiba-tiba menemukan gadis seperti tersebut, maka hal tersebut akan

lebih diperhatikannya.

4) Gangguan terhadap perhatian

Yang dimaksud dengan gangguan terhadap perhatian yaitu adanya perangsang

lain yang mengganggu terhadap perhatian individu, pada waktu individu

tersebut sedang memperhatikan sesuatu objek. Misalnya: guru-guru sedang

memperhatikan ceramah kepala sekolah, tiba-tiba perhatiannya terganggu

oleh suara gemuruh kelas yang ambruk. Supaya perhatian tetap terpusat

kepada suatu objek, maka gangguan yang merintangi perhatian harus diatasi.

Adapun usaha untuk mengatasi gangguan perhatian seperti dikemukakan oleh

F. Patty (Kaswan, 1982: 96) sebagai berikut:

Beberapa cara untuk mengatasi gangguan perhatian ini:1) memperkuat motivasi2) memperkuat usaha dalam menjalankan tugas3) membiasakan diri dalam membantu in attention terhadap gangguan

perhatian

Dengan memperhatikan pendapat di atas menunjukkan bahwa gangguan

terhadap perhatian dapat diatasi, diantaranya dengan memperkuat motivasi,

memberikan pengertian dan sebagainya. Untuk meningkatkan perhatian guru

terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar di dalam kelas harus diberikan

motivasi melalui rapat-rapat, penataran-penataran, memberikan tanggung jawab/

pengakuan dan meningkatkan kesejahteraannya.

2. Peranan dan Fungsi Perhatian dalam Proses Pembelajaran

Peranan guru sangat besar dalam pelaksanaan proses belajar mengajar,

karena guru sebagai penanggung jawab utama pada proses belajar mengajar di

kelas. Guru merupakan sentral serta sumber kegiatan belajar mengajar. Guru harus

penuh inisiatif dan kreatif dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, karena

gurulah yang mengetahui secara pasti situasi dan kondisi kelas, terutama keadaan

siswa dengan segala latar belakangnya. Proses belajar mengajar merupakan

komponen utama bahkan bisa dikatakan bahwa proses belajar mengajar

merupakan inti dari seluruh komponen pendidikan, walaupun guru bukan satu-

Page 18: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

18

satunya sebagai sumber pendidikan. Seperti yang dikemukakan oleh Nanang

Fattah (2000:81) bahwa:

"Proses Belajar Mengajar (PBM) yang sesuai dengan kebutuhan merupakan bentuk belajar yang menghadapkan siswa dengan atau sejumlah sumber belajar secara individual atau sekelompok, tidak hanya sebatas cara konvensional seperti guru menjelaskan materi kepada siswa dalam kelas. Proses belajar mengajar yang efektif adalah suatu kondisi yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir dan berbeda pendapat dengan guru, sehingga terjadi interaktif”.

Karena sangat kompleksnya tanggung jawab guru dan semakin cepatnya

perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga guru selain dapat menguasai kelas dan

sebagai figur yang digugu dan ditiru juga harus lebih cepat menangkap berbagai

perkembangan ilmu pengetahuan namun tetap jadi guru sebagai pendidiklah yang

menjadi dominan.

Sejak digulirkannya MBS (Manajemen Berbasis Sekolah), pelaksanaan

proses belajar mengajar tak lagi bersifat sentralistik, tetapi diserahkan ke daerah

sesuai dengan kebutuhan dengan istilah kebersamaan dalam tujuan dan

keseragaman dalam penyajian, dengan pengertian cara melaksanakan proses

belajar mengajar disesuaikan dengan kebutuhan daerah namun harus tetap

mengacu kepada standar kurikulum sekolah.

Kecepatan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan menurut para

ahli belum bisa menggantikan posisi guru, karena guru sebagai kunci dalam

pelaksanaan interaksi proses belajar mengajar yang fungsi utamanya dalam proses

belajar mengajar yaitu adanya perubahan tingkah laku pada diri anak.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Suprayekti (2003: 4) bahwa:

"Belajar secara umum dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan. Proses perubahan perilaku ini tidak terjadi dengan sendirinya terjadi karena proses kematangan. Proses yang sengaja direncanakan agar terjadi perubahan prilaku ini disebut dengan proses belajar. Proses ini merupakan suatu aktivitas psikis/mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan yang relatif konstan dan berbekas. Perubahan-perubahan prilaku ini merupakan hasil belajar yang mencakup ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik”.

F. Aktivitas Guru dalam Proses Pembelajaran

1. Aktivitas Awal Pelaksanaan Proses Pembelajaran

Sebelum melaksanakan proses belajar mengajar, seorang guru perlu

mempersiapkan seluruh perangkat yang diperlukan dalam proses belajar

mengajar yaitu berupa administrasi pengajaran. Dimana makna administrasi

Page 19: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

19

pengajaran adalah keseluruhan proses penyelenggaraan kegiatan di bidang

pengajaran yang bertujuan agar seluruh kegiatan pengajaran terlaksana secara

berhasil guna dan berdaya guna. Administrasi pengajaran berfungsi sebagai

pedoman dalam pengelolaan pengajaran agar terencana, terorganisir,

terlaksana dan, terawasi dengan baik. Administrasi pengajaran berkaitan erat

dengan proses belajar mengajar. Berdasarkan pedoman penyusunan kalender

pendidikan yang diterbitkan oleh dinas pendidikan sebagai kegiatan awal

sebelum melaksanakan proses belajar mengajar perlu melakukan persiapan

mengajar.

Persiapan mengajar mencakup semua kegiatan yang dilakukan dalam

mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan sebelum melaksanakan proses

belajar mengajar, bertujuan untuk:

1) Menjabarkan kegiatan dan bahan yang akan disajikan guru dalam tahap pelaksanaan pengajaran.

2) Memberikan arah tugas yang harus ditempuh dalam proses belajar mengajar.

3) Mempermudah guru dalam melaksanakan tugasnya.4) Sebagai dasar untuk pengawasan dan penilaian pelaksanaan pengajaran.

Pada kurikulum KTSP yang dimaksud dengan persiapan mengajar

adalah seperangkat rencana dan pelaksanaan pembelajaran beserta

penilaiannya, dijabarkan ke dalam bentuk silabus yang didalamnya terdiri dan

komponen komponen yang saling berkaitan, adapun komponen silabus terdiri

dari:

1) Kompetensi dasar adalah target kompetensi yang harus dicapai, hal tersebut sudah tertera dalam kurikulum KTSP.

2) Hasil belajar adalah keadaan kemampuan siswa setelah memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi.

3) Indikator adalah kompetensi dasar yang lebih terarah dan spesifik.4) Pengalaman belajar adalah pelaksanaan proses belajar mengajar dengan

langkah-langkah yang lebih terinci yang dilakukan oleh anak itu sendiri.5) Alokasi waktu yang merupakan penjatahan beberapa waktu yang

digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran materi tersebut.6) Sarana dan prasarana sebagai pendukung terlaksananya dengan baik

pembelajaran tersebut.7) Penilaian yang merupakan alat ukur ketercapaian dan keberhasilan

pembelajaran tersebut.

Page 20: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

20

Jadi apabila seorang guru akan mengajar tanpa menjabarkan kurikulum ke

dalam program pengajaran yang direalisasikan ke dalam silabus, sangat sulit

untuk menyajikan materi pelajaran.

2. Aktivitas Keterlaksanaan Pembelajaran Berkualitas

Setelah administrasi pengajaran disiapkan hasil penjabaran dan kurikulum

berupa program pengajaran yang direalisasikan ke dalam bentuk silabus, langkah

berikutnya adalah menyajikan kedalam proses belajar mengajar yang didalamnya

terjadi interaksi antara guru dengan murid dalam usaha mencapai target

kompetensi yang terdapat dalam kurikulum KTSP.

Pemberlakukan kurikulum KTSP merupakan salah satu langkah strategis

guna memantapkan pelaksanaan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan prinsip-

prinsip yang melandasi kegiatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik,

"mengembangkan kreativitas peserta didik, menciptakan kondisi yang

menyenangkan dan menyediakan pengalaman yang beragam dengan belajar

centered ini, beberapa model pembelajaran telah dikembangkan disesuaikan

dengan melalui berbuat” (Depdiknas, 2003 : 3).

Peran guru sebagai transformator harus diubah menjadi seorang fasilitator

yaitu menciptakan kesempatan atau peluang agar peserta didik dapat

mengeksplorasi gagasan, mengajukan pertanyaan dan lebih jauhnya dapat

menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan arahan dan bimbingan aktif guru.

Di dalam kelas yang berpusat pada siswa (student centered) peran guru adalah

membantu siswa menemukan fakta, konsep, atau prinsip. Siswa membangun

pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Guru membantu (mediator) proses ini

agar informasi bisa bermakna dan sangat relevan.

Untuk mewujudkan keterlaksanaan proses pembelajaran yang bersifat

student centered ini, beberapa model pembelajaran telah dikembangkan

disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran tertentu dengan menggunakan

berbagai pendekatan dan metode serta dilandasi teori-teori belajar, misalnya

pembelajaran dengan pendekatan kontekstual yang harus diimplementasikan

menurut kurikulum KTSP.

1) Makna Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual sebagai terjemahan dari Contextual Teaching

and Learning (CTL) mempunyai dua sisi kepentingan yaitu sebagai pilosofis

dan sebagai strategi. Sebagai pilosofis merupakan konsep belajar yang

Page 21: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

21

membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata

siswa, baik fisik maupun mental. Dan sebagai strategi memadukan teknik-

teknik tertentu untuk memotivasi siswa lebih akktif dan kreatif memadukan

antara pengetahuan yang dimilikinya dalam penerapan melalui pengamalan

nyata sehari-hari (Husen. S. KTSP: 9).

Dalam pembelajaran kontekstual peserta didik didorong untuk membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam

kehidupan sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan peserta didik diperoleh

dari usaha peserta didik mengkonstruksi pengetahuan, dan keterampilan baru

ketika belajar. Perlu dipahami bahwa pembelajaran kontekstual bukan berarti

guru harus mengkontekskan setiap materi ajar ke dalam situasi nyata yang

berupa fisik, tetapi dapat juga dengan masalah yang disimulasikan, yang

artinya dengan menarik segala imajinasi yang dekat dengan alam pikiran

peserta didik untuk dijadikan bahan belajar (Sri Wardhani, 2002).

Pembelajaran kontekstual sebagai suatu konsepsi yang membantu guru

menghubungkan isi materi pelajaran dengan situasi dunia nyata yang berguna

untuk memotivasi peserta didik dalam membuat hubungan-hubungan antara

pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan (Benchard. Dit_ PLP, KTSP).

Menurut pendapat Zahonk, 1995 (dalam Dit. PLP, 2003) yang

dikembangkan Husen (LPMP, KTSP : 10) ada lima elemen yang perlu

diperhatikan dalam praktik pembelajaran kontekstual, yaitu:

1) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge)2) Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara

mempelajari secara keseluruhan kemudian memperhatikan detailnya.3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) yaitu dengan cara

menyusun:a. Konsep sementara (hipotesis)b. Melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan

(validasi)c. Merevisi konsep tersebut dan mengembangkannya.

4) Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge)

5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut.

2) Strategi Pembelajaran Konsekstual

Pembelajaran yang dilaksanakan dengan strategi kontekstual (CTL) menurut

Slamet Mulyana (LPMP Bahasa, KTSP: 14) memiliki karakteristik sebagai

berikut:

Page 22: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

22

1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks yang otentik, artinya pembelajaran diarahkan agar peserta didik memiliki keterampilan memecahkan masalah dalam konteks nyata atau pembelajaran diupayakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting).

2) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik (learning by doing)

3) Pembelajaran dilakukan melalui kerja kelompok, berdiskusi saling mengoreksi (learning in a group)

4) Kebersamaan, kerjasama saling memahami (learning to know each other deepy)

5) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, dan produktif (learning to ask, to inquiry, to work together).

6) Pembelajaran dilaksanakan dengan cara menyenangkan (learning as an enjoy ancivity).

Pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama dalam setiap

pelaksansan pembelajarannya, yaitu konstruktivisme (contctructivism), bertanya

(questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community),

pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian otentik (authentic

assessment).

(1) Konstruktivisme (constructivism)

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosopis) pembelajaran

kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh peserta didik sedikit demi

sedikit, tahap demi tahap kemudian hasilnya diperluas dengan konteks terbatas

tidak sekoyong-konyong, bahkan prosesnya kadangkala tidak terlalu mulus dan

selalu mendapat halangan dan rintangan.

Dalam konstruktivisme seorang guru harus memperhatikan hal-hal (LPMP,

KTSP) sebagai berikut :

a. Mengakui adanya konsepsi awal pengetahuan yang dimiliki peserta didik melalui pengalaman sebelumnya.

b. Menekankan kepada kemampuan minds on (berpikir) dan hands on (keterampilan), perpaduan logika dan kinestika.

c. Mengakui bahwa dalam proses pembelajaran terjadi perubahan konseptual.d. Mengakui bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasife. Mengutamakan terjadinya interaksi sosial.

(2) Bertanya (questioning)

Bertanya merupakan induk dari strategi pembelajaran kontekstual yang

kadang kala bisa disebut awal dan jantung dari pengetahuan sehingga merupakan

aspek terpenting dan pembelajaran. Seorang bertanya bisa karena ingin tahu,

menguji, menginformasi, mengapersepsi, mengarahkan dan menggiring,

Page 23: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

23

mengaktifkan skemata, menghakimi, mengklarifikasi, memfokuskan, dan bisa

menghindari kesalahpahaman. Pengetahuan dapat dibangun mulai dari bertanya.

(3) Menemukan (inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran agar

retensinya kuat, daya ingatnya lama, bahkan akan menunculkan kepuasan

tersendiri bagi peserta didik dibandingkan hanya melalui pewarisan. Dengan

menemukan kemampuan berpikir mandiri (kognitif tingkat tinggi, kritis, kreatif,

inovatif dan improvisasi) akan terlatih sehingga kondisi selanjutnya akan

terbiasa. Inquiri mempunyai siklus observasi, bertanya, menduga, kolekting dan

konsklusi (Husen, KTSP:15)

(4) Masyarakat Belajar (learning community)

Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil belajar diperoleh dari

hasil kerjasama dengan orang lain, peserta didik dengan peserta didik, peserta

didik dengan guru, atau peserta didik dengan lingkungan sekitarnya. Dalam

pelaksanaan pembelajaran kontekstual guru disarankan untuk membentuk

kelompok belajar agar terjadi interaksi dalam hal yang pandai membantu yang

lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang cepat mendorong

temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul dan

sebagainya.

(5) Pemodelan (modeling)

Pemodelan akan lebih membantu dalam pembelajaran kontekstual. Pada

pendekatan kontekstual harus ada model yang dapat ditiru, diadaptasi dan

dimodifikasi. Dengan adanya model untuk dicontoh biasanya konsep akan lebih

mudah dipahami atau bahkan bisa menimbulkan ide baru. Pemodelan bisa

dilakukan oleh guru atau dari peserta didik yang dipandang mampu membantu

memberi kejelasan kepada peserta didik lainnya, misalnya siswa ditunjuk untuk

mendemonstrasikan menggunakan termometer dihadapan temannya. Siswa

tersebut adalah model. Siswa lain menggunakan model tersebut sebagai standar

kompetensi yang harus dicapai.

(6) Refleksi (reflection)

Refleksi adalah berpikir kembali tentang materi yang baru dipelajari,

merenungkan kembali aktivitas yang telah dilakukan, atau mengevaluasi kembali

bagaimana belajar yang telah dilakukan. Refleksi berguna untuk evaluasi diri,

koreksi, perbaikan, atau peningkatan diri. Kegiatan refleksi dapat direalisasikan

Page 24: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

24

dengan pertanyaan langsung tentang hal-hal yang diperoleh peserta didik pada

hari itu rangkuman), catatan atau jurnal dibuku peserta didik untuk memperbaiki

kegagalan, kesan dan saran peserta didik mengenai pembelajaran hari itu

(learning how to learn) hasil karya dan sebagainya.

(7) Penilaian Otentik (authentic assessment)

Pada pelaksanaan pembelajaran kontekstual penilaian harus memberikan

gambaran perkembangan belajar peserta didik secara komprehensif. Penilaian

harus berkenaan dengan seluruh aktivitas pembelajaran, meliputi proses dan

produk hasil pembelajaran, sehingga seluruh usaha peserta didik mendapat

penghargaan. Hakikat penilaian yang diwujudkan merupakan penilaian atas

usaha peserta didik yang berkenaan dengan pembelajaran, bukan merupakan

hukuman atau hadiah. Macam penilaian otentik adalah membuat catatan harian

melalui observasi untuk menilai aktivitas dan motivasi peserta didik, wawancara

atau angket untuk menilai afektif, portopolio untuk menilai seluruh hasil kerja

peserta didik, tes untuk menilai tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi

bahan ajar.

Kata kunci penilaian otentik adalah "Apakah peserta didik belajar,

bagaimana usahanya?", dan bukan melalui pertanyaan "Apakah yang sudah

dikuasai peserta didik?" (Husen, LPMP, KTSP: 18).

Pendapat lain tentang stretegi pembelajaran kontekstual yaitu menurut

Center of Occupation Research and Development (CORD) ada lima strategi

berjenjang dalam pembelajaran kontekstual, yang disingkat REACT yaitu:

(1) Realiting; yaitu belajar yang dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata.

(2) Experiencing; yaitu belajar ditekankan kepada penggalian (eksplorasi), penemuan (discovery), dan penciptaan (invention)

(3) Applying; yaitu belajar bilamana pengetahuan dipresentasikan di dalam konteks pemanfaatannya.

(4) Cooperating; yaitu belajar melalui konteks komunikasi inter personal, pemakaian bersama.

(5) Transferring; yaitu belajar melalui pemanfaatan pengetahuan di dalam situasi atau konteks baru (Nurhadi, 2003 : 23).

3) Model Pembelajaran Kontekstual

Sesuai dengan karakteristik pembelajaran kontekstual yaitu berpusat pada

anak, aktif, kreatif, memecahkan masalah, mempraktikan dan sebagainya, maka

alternatif model pembelajaran berbasis kontekstual adalah sebagai berikut :

Page 25: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

25

a. Model Cooperative Learning (CL)

Struktur tujuan kooperatif dapat terjadi hanya jika siswa lain dengan siapa mereka

bekerja sama dapat mencapai tujuan. Tiap-tiap individu ikut andil

menyumbangkan pencapaian tujuan. Siswa yakin bahwa tujuan mereka akan tercapai

jika dan hanya jika siswa lain juga mencapai tujuan. Model cooperative ini

mengutamakan keberhasilan dengan kebersamaan. Fase-fase model Cooperative

Learning (fase yang dikembangkan LPMP, KTSP)

No Fase-Fase Perilaku Guru

1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Menyampaikan semua tujuan yang ingin dicapai

2 Menyajikan informasi Menyajikan informasi dengan demonstrasiatau lewat bacaan

3 Pengorganisasian kelas /pengelompokan belajar

Penjelasan bentuk kelompok, membantudalam transisi kerja secara efisien

4 Membimbing kelompokbekerja dan belajar

Membimbing kelompok belajar saat bekerjamenyelesaikan tugas

5 Evaluasi Mengevaluasi hasil kinerja siswa ataukelompok untuk mempresentasikan hasil

6 Penghargaan Menghargai hasil upaya/belajar individu ataukelompok

b. Model Problem Baseed Instruction (PBI)

Salah satu indikasi adanya transfer belajar adalah kemampuan menggunakan

informasi dan keterampilan untuk memecahkan masalah-masalah yang

kadangkala setiap hari dihadapi. Intisari model pembelajaran ini mengarah kepada

melatih anak untuk berkemampuan memecahkan masalah.

Fase-fase model Problem Bassed Instructiolni (PBI) Fase yang

dikembangkan oleh LPMP, KTSP).

No Fase-Fase Perilaku Guru

1 Orientasi terhadapMasalah

Menjelaskan kompetensi dasar, memotivasi siswa

agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah

2 Pengorganisasian/pengelompokkan

Membantu mendefinisikan, mengorganisasikan

tugas belajar yang berhubungan dengan masalah

3 Membimbing penyelidikan

Mendorong aktivitas untuk mengumpulkan Informasi sesuai masalah, melaksanakan eksperimen/uji data untuk mendapatkan penjelasan pemecahan masalah

4 Mengembangkan Membantu dalam merencankan, menyiapkanproduk seperti laporan,video, model dan membantu dalam pembagian tugas

Page 26: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

26

No Fase-Fase Perilaku Guru

menyajikan produk

5 Menganalisis dan mengevaluasi

Membantu dalam melakukan refleksi dan evaluasi terhadap proses penyelidikan

c. Model Pembelajaran Langsung (direct instruction)

Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk menunjang

proses belajar peserta didik berkenaan dengan pengetahuan prosedural dan

deklaratif yang tersetruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi

selangkah (konstruktivisme).

Pembelajaran langsung tidak sama dengan metode ceramah tetapi metode

ceramah dan resitasi (mengecek pemahaman dengan tanya jawab) berhubungan

erat dengan model pembelajaran langsung (Husen,KTSP:36). Pembelajaran

langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang cukup rinci terutama

dalam analisis tugas. Pembelajaran langsung berpusat pada guru, tetapi harus

menjamin keterlibatan peserta didik melalui kerja mental dalam menangani

informasi baru yang diterimanya. Jadi lingkungan belajar harus diciptakan agar

berorientasi pada tugas-tugas yang diberikan pada siswa.

Fase dan peran guru dalam pembelajaran langsung (Fase yang

dikembangkan LPMP, KTSP)

No Fase-Fase Perilaku Guru1 Penyampaian tujuan Menyampaikan kompetensi dasar, informasi

latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran,mempersiapkan siswa untuk belajar

2 Mendemonstrasikanpengetahuan danketerampilan

Mendemonstrasikan keterampilan ataumenyajikan informasi tahap demi tahap

3 Membimbinglatihan Memberikan latihan secara terbimbing4 Mengecek pemahaman

dan memberikan umpanbalik

Mengecek kemampuan peserta didik danmemberikan umpan balik

5 Memberikan latihandan penerapan konsep

Mempersiapkan latihan untuk peserta didikdengan menerapkan konsep yang dipelajaripada kehidupan sehari-hari

4) Teknik Pembelajaran Kontekstual

Dalam pelaksanaan model pembelajaran, guru dapat memilih teknik yang

sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Beberapa teknik yang dapat digunakan

antara lain:

Page 27: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

27

(1) Student Team Achievement Divisions (STAD, Slavin, 1980)

Bagian esensial dari pendekatan ini adalah adanya kerjasama anggota kelompok.

Siswa bekerja di kelompok untuk belajar dari temannya serta "mengajar"

temannya.

a) Buatlah kelompok (3-5) orang secara heterogen.b) Diskusikan bersama bahan belajar dalam kelompok c) Bahan belajar tiap kelompok bisa berbeda.d) Tiap anggota kelompok saling membantu (tutorial, sharing) e) Presentasi hasil kerja kelompok.f) Kuis individual terjadwal.g) Buat skor perkembangan/kemajuan belajar tiap siswa. h) Umumnya rekor tim dan individual.

(2) Jigsaw

Bagian esensial dari pendekatan ini adalah adanya pemberian motivasi kepada

siswa untuk selalu mengevaluasi proses pembelajaran mereka. Ciri pembelajaran

tipe Jigsaw (LPMP, 2003) adalah:

a) Buatlah kelompok (4-6) siswa secara heterogen dengan sebutan jigsaw/asal

b) Bentuk kelompok ahli dengan anggota terdiri dari wakil kelompok jigsaw, kelompok ini disebut counterpart group (CG)

c) Berikan bahan belajar terdiri dari beberapa bagiand) Tiap kelompok CG membahas bagian tertentu dengan berbedae) Tiap anggota CG mempelajari bahan belajar yang samaf) Tiap kelompok CG kembali ke kelompok jigsaw/asalg) Pelaksanaan tutorial per bagian dilaksanakan oleh anggota CG di kelompok

jigsaw/asalh) Kuis individual terjadwali) Buatlah skor perkembangan tiap siswaj) Umumkan hasil kuis

(3) Investigasi kelompok

Tipe ini menyiapkan siswa dengan lingkup studi yang luas serta berbagai

pengalaman belajar untuk memberikan tekanan pada kreatif positif para siswa.

Model ini mempunyai empat karakteristik (LPMP, 2003):

Pertama; kelas harus dibagi kelompok yang heterogen.

Kedua; kelompok tersebut dihadapkan kepada materi pembahasan yang kompleksitasnya tinggi, dengan harapan mengembangkan meningkatnya daya keingintahuan (kuriositas) dan saling ketergantungan positif diantara mereka.

Ketiga; di dalam kelompoknya mereka terlibat komunikasi aktif untuk meningkatkan keterampilan belajar. Komunikasi positif diharapkan terjadi dalam perencanaan, investigasi, pelaksanaan investigasi, analisa dan sintesis hasil investigasi untuk pembuatan laporan, serta evaluasi proses dan hasil.

Page 28: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

28

Keempat; guru bertindak sebagai sumber belajar dan pimpinan tak langsung, memberikan arahan dan klarifikasi bila diperlukan, dan menciptakan lingkunganbelajar yang kondusif.

(4) Think pair Share (TPS)

Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta

bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah adanya

optimalisasi partisipasi siswa. Ciri pembelajaran dengan tipe ini (LPMP, 2003):

a) Sajikan materi secara klasikalb) Berikan problem (pendalaman, perluasan, aplikasi)c) Bahas secara berpasangan (think-pairs)d) Presentasikan hasil kelompok (share)e) Buat skor perkembangan individualf) Umumkan hasil kuis

(5) Numbered Head Together (NHT)

Teknik ini mengembangkan ketergantungan positif antara siswa. Mereka yang

berkemampuan tinggi harus bersedia membantu, meskipun mereka tidak

dipanggil untuk menjawab. Bantuan yang diberikan dengan motivasi sebagai

tanggung jawab untuk meraih nama baik kelompok. Hal ini dilakukan untuk

memotivasi yang lemah agar tidak takut dalam belajar. Ciri NHT (LPMP, 2003):

a) Buatlah kelompok yang heterogen (4-5 orang)b) Tiap kelompok diberi nomorc) Berikan persoalan materi bahan ajard) Bekerja dalam kelompok untuk mencapai mupakate) Presentasikan hasil kerja kelompokf) Kuis individualg) Buat skor perkembangan individualh) Umumkan hasil kuis

(6) Teams Games Tournamen (TGT)

Teknik ini merupakan teknik pembelajaran yang menekankan kepada pola

turnamen sehiagga anak dibawa untuk berkompetensi, kegiatannya seperti STAD

di atas, tetapi yang membedakan kompetisi dengan cara membandingkan antar

kemampuan anggota tim/kelompok (De Varies cs, 78).

(7) Circle of Learning (Learning together ; Jhonson and Jhonson)

Yang dianggap istimewa dalam tipe ini adalah adanya ketergantungan dalam arti

positif. Dalam kegiatannya masing-masing anggota kelompok mendapatkan

kesempatan untuk memberikan kontribusi dan mendengarkan pemikiran dan

pendapat anggota yang lainnya. Adapun ciri pembelajarannya (LPMP, 2003):

a) Kelompok heterogen (5-6 anggota)

Page 29: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

29

b) Giliran berbicara semua anggota kelompokc) Mendengarkan dan memberi kontribusid) Mengajukan pertanyaane) Presentasi dan kesimpulan rangkuman

(8) Co-op co-op

Teknik ini identik dengan investigasi kelompok. Orientasi pada tugas

pembelajaran yang kompleks, siswa berupaya mempelajari bahan yang telah

ditugaskan, setiap siswa mempunyai tugas sesuai dengan topiknya. Teknik ini

memerlukan cara dan keterampilan nalar yang cukup tinggi, termasuk

menganalisis dan melakukan sintesis bahan pelajaran. Adapun ciri pembelajaran

ini (dikembangkan oleh LPMP, 2003) adalah:

a) Memunculkan masalahb) Diskusi kelasc) Seleksi tim/ topikd) Seleksi siswa yang berkemampuan sesuai bagian masalahe) Seleksi topik dalam kelompokf) Presentasi topikg) Presentasi kelompokh) Evaluasi oleh siswa dengan bimbingan

Saat pelaksanaan proses belajar mengajar guru benar-benar melibatkan siswa

secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi, ikut serta memecahkan

berbagai masalah. Dengan kepiawaian guru dalam menyajikan materi pelajaran tidak

terasa bahwa siswa sedang benar-benar mengidentifikasikan dirinya dengan guru,

karena bagi siswa SD saat itu guru sebagai sosok yang dianggap benar segala-galanya

dan tidak pernah melakukan kesalahan, bahkan tidak jarang figur guru dapat

mengalahkan figur orang tuanya sendiri.

3. Aktivitas Akhir Pembelajaran

Selanjutnya langkah-langkah yang perlu ditempuh setelah proses belajar

mengajar selesai, guru harus melakukan evaluasi, analisis hasil evaluasi dan

melakukan tindak lanjut hasil evaluasi.

1) Melaksanakan Evaluasi

Kegiatan akhir dari proses belajar diantaranya adalah melaksanakan evaluasi

untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses hasil belajar

siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, untuk menjadi

bahan informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan, pemberian umpan

Page 30: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

30

balik, pemberian informasi kepada siswa tentang tingkat keberhasilan belajarnya,

juga untuk memberikan laporan kepada orang tuanya.

Penilaian dapat dilakukan dengan cara tes dan non tes yang mencakup aspek

kemampuan, pengetahuan, keterampilan dan sikap. Pelaksanaan penilaian dapat

dilakukan dengan berbagai cara, bisa dilaksanakan sebelum proses belajar mengaiar,

yang disebut free test maksudnya untuk mengetahui sejauh mana bahan lalu telah

dikuasai siswa, bisa dilaksanakan saat proses belajar mengajar sedang berlangsung

atau penilaian proses dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lisan

dimana tes lisan memiliki kelebihan yaitu dapat menilai kemampuan dan

meningkatkan pengetahuan yang dimiliki siswa, sikap serta kepribadiannya, karena

berhadapan langsung, tes ini juga menolong siswa yang mengalami kesulitan

memahami soal, karena bisa bertanya langsung. Sedangkan kelemahannya ialah

subjektivitasnya sangat tinggi, juga waktu yang diperlukan cukup lama untuk dapat

mengetes seluruh siswa. Selain tes lisan ada juga melalui tes pembuatan, dan

kunjungan rumah (observasi).

Tes perbuatan merupakan tes yang pelaksanaannva dinyatakan dengan

perbuatan atau penampilan yang dilakukan sejak siswa melakukan persiapan,

melaksanakan, sampai hasil akhir yang dicapai. Untuk penilaian ini umumnya

diperlukan sebuah format pengamatan yang bentuknya dibuat sedemikian rupa

sehingga guru dapat menuliskan nilai pada tempat yang sudah disediakan.

Teknik penilaian observasi dilakukan guru untuk mendapat informasi tentang

siswa dengan cara mengamati tingkah laku dan kemampuannya selama kegiatan

observasi berlangsung. Dalam kegiatan observasi perlu dipersiapkan format

pengamatan diantaranya berisi prilaku-prilaku, batas waktu pengamatan.

2) Analisis Hasil Evaluasi

Kegiatan menganalisis hasil evaluasi yaitu berupa kegiatan menganalisa

butir soal, agar diperoleh soal yang bermutu. Soal yang bermutu adalah soal yang

dapat memberikan informasi setepat-tepatnya sesuai dengan tujuan yang

diharapkan sejak penyusunan administrasi pembelajaran, diantaranya untuk

menentukan siswa mana yang sudah sesuai dengan tuntutan kompetensi atau

belum mencapai harapan yang tertera dalam kompetensi. Bila sudah memperoleh

standar kompetensi berarti siswa tersebut sudah belajar tuntas, namun apabila

siswa belum mencapai standar kompetensi yang diujikan berarti siswa belum

Page 31: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

31

belajar tuntas dan perlu diadakan perbaikan-perbaikan melalui tindakan lanjutan

yang berupa remidial.

Dengan cara menganalisa hasil evaluasi akan diketahui butir-butir soal

mana yang belum dikuasai siswa dan soal-soal yang sudah dikuasai siswa dengan

cara membandingkan soal-soal yang dijawab oleh siswa dengan benar dan soal-

soal yang dijawab oleh siswa tapi masih salah. Bila standar yang dijawab oleh

siswa belum mencapai minimal 60% berarti guru harus melaksanakan penjelasan

ulang pada materi yang belum dikuasai siswa. Namun apabila soal-soal yang

dijawab oleh siswa telah mencapai lebih dari 60% berarti pokok bahasan pada

materi pelajaran perlu dilanjutkan. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan

oleh Safari (2003:84) "Soal yang bermutu adalah soal yang dapat memberikan

informasi setepat-tepatnya sesuai dengan tujuannya diantaranya dapat menentukan

siswa mana yang sudah atau belum menguasai materi yang diajarkan".

3) Melaksanakan Remidial Hasil Pelajaran

Bagi siswa yang lambat belum mencapai ketuntasan dalam belajar masih

diberikan kesempatan untuk menguasai materi pelajaran maka diadakan

pembelajaran remidial sesuai dengan yang dikemukakan oleh Made Alit Mariana

(2003 : 6) sebagai berikut:

"Dalam pelaksanaannya tidak semua siswa mencapai ketuntasan dalam belajar, artinya ada siswa yang tidak mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan pembelajaran yang biasa dilaksanakan. Untuk memberikan kesempatan agar siswa yang lambat mencapai ketuntasan menguasai materi pelajaran ... ".

Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar peranan guru harus memahami

pribadi serta potensi yang dimiliki siswa secara tepat, kesulitan-kesulitan apa yang

dihadapi siswa yang sebenaraya, siswa harus diberi kesempatan untuk

mengembangkan potensi yang dimilikinya, guru diharapkan bisa merancang

ketuntasan belajar yang harus dicapai siswa, seperti dikemukakan oleh MA

Mariana (2003 : 6) yaitu:

a) Penentuan ketuntasan pokok bahasan materi pelajaran yang harus dituntaskan oleh siswa.

Page 32: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

32

b) Merencanakan ketuntasan yaitu dengan cara memenggal berupa bagianbagian pokok bahasan yang harus dicapai siswa yang berurutan.

c) Pembelajaran untuk ketuntasan yaitu guru merancang hal-hal yang akan dipelajari siswa sebagai acuan dalam belajar tuntas, cara siswa mempelajarinya agar tuntas.

d) Penentuan peringkat pencapaian siswa, yaitu melaksanakan evaluasi terhadap pencapaian siswa, terutama pencapaian secara individual. Siswa dibuat peringkatnya berdasarkan pada hal-hal yang telah dipelajarinya atau dikuasainya sesuai dengan standar kompetensi yang ditentukan.

Page 33: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

BAB III

METODOLOGI DAN PROSEDUR PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Dalam memecahkan masalah penelitian sangat perlu menggunakan

metode yang tepat dan sesuai dengan masalah yang diteliti, agar masalah tersebut

bisa akurat dalam pemecahannya. Berdasarkan hal tersebut, penulis

menggunakan metode penelitian deskriptif. Mengenai hal ini Suryabrata

(1983:19) mendefinisikan metode penelitian deskriptif sebagai berikut:

".....penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat

pecandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi sebagai berikut:

Penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan. Mengingat sifatnya yang demikian maka penelitian deskriptif dalam pendidikan lebih berfungsi untuk pemecah masalah praktis pendidikan sedikit sekali fungsinya dalam pengembangan ilmu.

Mengacu pada penjelasan di atas, dengan metode deskriptif ini penulis

berusaha menggambarkan atau melukiskan situasi-situasi atau kejadian pada

masa sekarang dan penulis berusaha memperoleh informasi secara lengkap

tentang masalah yang hendak diteliti dengan menggunakan langkah-langkah

yang tepat. Langkah-langkah ini tidak terbatas pada proses penyimpulan data

saja, tetapi meliputi analisis, interpretasi dan kesimpulan dari data yang

diperoleh. Sehingga penelitian ini dapat menjelaskan atau menggambarkan

masalah yang diteliti.

B.Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel merupakan sumber yang sangat penting untuk

penulisan karya ilmiah. Populasi dan sampel merupakan sumber data dalam

penelitian. Sehubungan populasinya hanya 13 (tigabelas) orang maka agar akurat

penelitian ini seluruh populasi dijadikan sampel penelitian. Dalam hal ini adalah

guru SDN Ceungceum UPTD Pendidikan TK, SD dan PLS Kecamatan

Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya.

C. Alat Pengumpul Data

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini menggunakan alat

sebagai berikut:

33

Page 34: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

34

1. Wawancara

Wawancara ini dimaksudkan untuk memperoleh masukan yang dapat berguna

dan menunjang tujuan penelitian.

2. Pemeriksaan Dokumen

Pemeriksaan dokumen merupakan alat yang lebih spesifik pembuktian

pekerjaan guru dalam masalah penelitian ini, sehingga hasil penelitian lebih

akurat akan kebenaran data dalam menjawab tujuan penelitian.

3. Angket

Angket atau quesioner adalah seperangkat pertanyaan dan pernyataan yang

harus dijawab oleh responden. Jenis angket yang digunakan adalah angket

tertutup.

D. Prosedur Penelitian

1. Penyusunan Angket

a. Merumuskan spesifikasi data

b. Menuangkan ke dalam kisi-kisi penyusunan angket

c. Menyusun angket

d. Uji coba angket

2. Pelaksanaan Pengumpulan Data

a. Penyerahan angket

Angket diserahkan kepada seluruh guru untuk diisi, dalam waktu relatif

singkat angket tersebut dikumpulkan lagi, ditampung kembali untuk

dilakukan pengolahan selanjutnya.

b. Melakukan wawancara dengan guru-guru di kelas sambil melihat

dokumen yang ada dan dimiliki serta dibuat olehnya setiap hari (waktu

tertentu)

3. Pengolahan data

a. Memeriksa data, setelah angket terkumpul dari sampel sumber data, maka

angket diseleksi untuk diperiksa keabsahannya.

b. Tabulasi data, memberikan nilai pada tiap-tiap butir pernyataan dalam angket

sesuai dengan jawaban responden, kemudian nilai yang masih mentah

tersebut dibuat dalam bentuk tabel.

Page 35: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

35

c. Penafsiran data, yaitu untuk menjelaskan data yang sudah diperoleh

berdasarkan prosentase dari alternatif jawaban. Adapun rumus yang

digunakan untuk menafsirkan data adalah sebagai berikut:

F x100 = %NKeterangan :F = Frekuensi jawabanN = Jumlah responden 100 = Bilangan tetap% = Prosentase yang dicari

Page 36: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

36

BAB IV

HASIL DAN PENGOLAHAN PENELITIAN

A. Teknik Pengolahan Data

Teknik perhitungan data dimaksudkan untuk mengolah data yang diperoleh

sehingga dapat memberikan arti yang diharapkan yaitu dapat menggambarkan

tentang aktivitas yang berupa perhatian guru terhadap siswa dalam proses belajar

mengajar di SDN Ceungceum UPTD Pendidikan TK, SD dan PLS Kecamatan

Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya.

B. Pengolahan Data

1. Jawaban responden atas pertanyaan tentang perlengkapan administrasi apakah

yang perlu dipersiapkan sebelum proses belajar mengajar? Hasil jawaban

yang masuk sebagaimana pada tabel di bawah ini :

Tabel 1No Alternatif Jawaban f %

a Alat peraga, jadwal pelajaran, materi pelajaran, buku sumber, kurikulum, kalender pendidikan dll

8 80

b Meja kursi siswa, ruang belajar, ruang kepala sekolah 1 10

c Papan tulis, alat tulis, perlengkapan laboratorium, ruang perpustakaan

1 10

Jumlah 10 100

Berdasarkan tabel di atas sebagian besar yaitu mencapai 80% bahwa

mengajar adalah alat peraga, jadwal pelajaran, materi pengajaran, buku sumber,

kurikulum, kalender pendidikan. Sebagian kecil (10%) pendapat responden yaitu

meja kursi siswa, ruang belajar, ruang kepala sekolah, dan ada pula (10%)

responden menentukan papan tulis, alat tulis, perlengkapan laboratorium, ruang

perpustakaan sebagai kelengkapan administrasi belajar.

Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar administrasi pengajaran yang

perlu dipersiapkan oleh guru sebelum proses belajar mengajar adalah alat peraga,

jadwal pelajaran, materi pengajaran, buku sumber, kurikulum, kalender pendidikan.

Page 37: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

37

2. Jawaban responden atas pertanyaan tentang kegiatan apa yang dilakukan dalam

menyiapkan perencanaan pengajaran sebelum proses belajar mengajar dimulai?

Hasil jawaban yang masuk sebagaimana pada tabel di bawah ini:

Tabel 2

No Alternatif Jawaban f %a Menyusun program pengajaran, memperhatikan jadwal

pelajaran, mengkaji materi, menentukan model pembelajaran, dan menyusun lembar proses penilaian

4 40

b Mengabsen siswa, menarik tabungan, membersihkan kelas 5 50

c Membariskan, memeriksa kuku dan gigi siswa 1 10

Jumlah 10 100

Berdasarkan tabel di atas sebagian besar 50% guru dalam menyapkan

perencanaan pengajaran sebelum proses belajar mengajar dimulai adalah yaitu

mengabsen siswa, menarik tabungan, membersihkan kelas. Sebagian kecil (40%)

menyusun program pengajaran, memperhatikan jadwal pelajaran, mengkaji materi,

menentukan model pembelajaran, dan menyusun lembar proses penilaian, dan paling

kecil (10%) membariskan, memeriksa kuku dan gigi siswa.

Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden dalam menyiapkan

rencana pengajaran adalah mengutamakan mengabsen siswa, menarik tabungan,

membersihkan kelas.

3. Jawaban responden atas pertanyaan tentang dengan siapa berkonsultasi dalam

mempersiapkan perlengkapan dan perencanaan pengajaran? Hasil jawaban yang

masuk sebagaimana pada tabel di bawah ini:

Tabel 3

No Alternatif Jawaban f %a Rekan guru-guru 7 70

b Dengan penjaga sekolah - -

c Dengan kepala sekolah 3 30

Jumlah 10 100

Page 38: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

38

Sebagian besar guru mempersiapkan perlengkapan dan perencanaan pengajaran

berkonsultasi dengan rekan guru dan sebagian kecil dengan kepala sekolah dan tak

ada seorangpun yang berkonsultasi dengan penjaga.

Maka dapat disimpulkan bahwa responden dalam mempersiapkan perlengkapan

dan perencanaan pengajaran 70% berkonsultasi dengan rekan guru-guru. Dan hanya

30% yang berkonsultasi dengan kepala sekolah. Hal ini menunjukan guru masih

kurang berani melakukan konsultasi dengan atasan.

4. Jawaban responden atas pertanyaan tentang dalam pembuatan silabus/model

pembelajaran, siapa yang menjadi teman bekerjasama (berkonsultasi) ? Hasil jawaban

yang masuk sebagaimana pada tabel di bawah ini:

Tabel 4

No Alternatif Jawaban f %a Rekan guru-guru 3 30b Kepala Sekolah 4 40c Pengawas TK/SD 2 20d Pemandu Mata Pelajaran di Gugus 1 10

Jumlah 10 100

Sebagian besar (40%) responden dalam membuat model pembelajaran/ silabus

selalu berkonsultasi dengan kepala sekolah, sebagian (30%) dengan teman guru-guru,

yang berkonsultasi dengan Pengawas TK/SD hanya (20%) dan yang memanfaatkan

pemandu mata pelajaran di gugus sekitar (10%).

Maka dapat disimpulkan bahwa guru-guru masih kurang memanfaatkan

pemandu mata pelajaran dalam membuat silabus/model pembelajaran, hal ini terlihat

dari analisa tabel di atas.

5. Jawaban responden atas pertanyaan tentang apa yang perlu disiapkan dalam

menyiapkan perencanaan penilaian proses? Hasil jawaban yang masuk sebagaimana

pads tabel di bawah ini: Tabel 5

No Alternatif Jawaban f %a Lembar kerja siswa 2 20b Lembar soal tes tertulis 1 10c Lembar kebutuhan siswa 1 10d Lembar pengamatan 5 20e Lembar kumpulan pekerjaan siswa 1 10

Jumlah 10 100

Page 39: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

39

Secara umum (50%) dalam menyiapkan perencanaan penilaian proses

menyiapkan lembar pengamatan, responden yang menyiapkan lembar kerja siswa

hanya (20%), yang menyiapkan lembar kebutuhan siswa (10%) juga untuk masing-

masing lembar soal tes dan lembar kumpulan pekerjaan siswa.

Maka dapat disimpulkan bahwa guru-guru dalam menyiapkan alat untuk

penilaian proses lebih berminat untuk mempersiapkan lembar pengamatan, bahkan

bisa dikatakan masih kurang minat untuk membuat lembar kerja siswa.

7.Jawaban responden atas pertanyaan tentang apa yang dilakukan dalam persiapan

awal pelaksanaan proses belajar mengajar ? Hasil jawaban yang masuk sebagaimana

pads tabel di bawah ini:

Tabel 6

No Alternatif Jawaban f %

a Mengatur siswa 3 30

b Mengelola kelas 1 10

c Mengabsen siswa 1 10

d Menarik tabungan 4 40

e Langsung pelaksanaan proses belajar mengajar 1 10

Jumlah 10 100

Sebagian besar (40%) pada awal pelaksanaan proses belajar mengajar

responden menarik uang tabungan, (30%) responden mengatur siswa, yang

melakukan pengabsenan, yang mendahulukan mengelola kelas dan yang langsung

melaksanakan pembelajaran masing-masing (10%).

Maka dapat disimpulkan bahwa umumnya kegiatan guru pada awal

pelaksanaan proses belajar mengajar adalah menarik tabungan dari siswa.

7. Jawaban responden atas pertanyaan tentang apa yang dilakukan pada awal

pelaksanaan proses belajar mengajar? Hasil jawaban yang masuk sebagaimana pada

tabel di bawah ini:

Page 40: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

40

Tabel 7

No Alternatif Jawaban f %

a Mengecek kehadiran, mencatat dan mengumpulkan informasi data siswa

5 50

b Langsung mengajar 3 30

c Memilih materi pelajaran yang akan disampaikan 2 20

Jumlah 10 100

Sebagian kecil (20%) responden pada awal pelaksanaan proses belajar

mengajar melakukan kegiatan memilih materi yang akan disampaikan, sebagian besar

(50%) mengecek kehadiran, mencatat dan mengumpulkan informasi data siswa, dan

yang langsung melakukan pembelajaran hanya (30%) dari responden.

Maka dapat disimpulkan bahwa umumnya guru-guru SDN Ceungceum pada

awal pelaksanaan proses belajar mengajar mengecek kehadiran, mencatat dan

mengumpulkan informasi data siswa.

8. Jawaban responden atas pertanyaan tentang pendekatan pembelajaran yang

disiapkan sejak awal penyusunan perangkat pembelajaran? Hasil jawaban yang

masuk sebagaimana pada tabel di bawah ini :

Tabel 8

No Alternatif Jawaban f %

a Melalui pendekatan konvensional 8 80

b Melalui pendekatan kontekstual 1 10

c Melalui pendekatan kolaborasi konvensional dan kontekstual

2 20

Jumlah 10 100

Sebagian besar (70%) responden saat persiapan penyusunan perangkat

pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional, sebagian kecil (20%) dengan

kolaborasi antara konvensional dan kontekstual, sebagian kecil (10%) menggunakan

teknik kontekstual.

Page 41: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

41

Maka dapat disimpulkan bahwa guru-guru SDN Ceungceum sejak awal

menyusun persiapan pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional (cara

lama belum berorientasi kepada kebutuhan anak).

9. Jawaban responden atas isi angket mengenai implementasi kurikulum KTSP

dengan model pembelajaran kontekstual.Hasil jawaban responden sebagaimana pada

tabel di bawah ini :

Tabel 9No Alternatif Jawaban f %a Belum memahami 7 70b Memahami tapi belum melaksanakan 1 10c Memahami dan sedang diupayakan dilaksanakan 2 20

Jumlah 10 100

Sebagian besar (70%) responden belum memahami tentang model

pembelajaran kontekstual, sebagian kecil (20%) responden yang telah memahami dan

berupaya melaksanakan model pembelajaran kontekstual, dan responden yang

memahami tapi belum melaksanakan (10%).

Maka dapat disimpulkan bahwa guru SDN Ceungceum belum melaksanakan

model pembelajaran kontekstual dalam mengimplementasikan kurikulum KTSP.

10. Jawaban responden atas isi angket model pembelajaran kontekstual yang dapat

digunakan sehari-hari untuk semua mata pelajaran. Hasil jawaban responden

sebagaimana pada tabel di bawah ini:

Tabel 10No Alternatif Jawaban f %

a Model pembelajaran koperatif 2 120

b Model pembelajaran berbasis masalah 1 10

c Model pembelajaran langsung 7 70

Jumlah 10 100

Sebagian besar (70%) menggunakan model pembelajaran langsung, sebagian

kecil (20%) menggunakan model pembelajaran kooperatif, dan sebagian terkecil

(10%) menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.

Page 42: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

42

Maka dapat disimpulkan bahwa guru SDN Ceungceum yang menggunakan

model pembelajaran kontekstual yang dapat digunakan sehari-hari adalah model

langsung.

11. Jawaban responden atas isi pertanyaan angket mengenai teknik pembelajaran dalam model pembelajaran kooperatif yang dapat dilakukan di kelas. Hasil jawaban responden sebagaimana pads tabel di bawah ini:

Tabel 11

No Alternatif Jawaban f %

a Melalui teknik Student teams achievement division 1 10

b Melalui teknik Jigsaw 8 80

c Melalui Numbered head together 1 10

Jumlah 10 100

Sebagian besar (80%) menggunakan teknik Jigsaw, sebagian kecil (10%)

dengan teknik Numbered head together dan teknik Student Teams Achivernent

Division.

Maka dapat disimpulkan bahwa guru SDN Ceungceum menggunakan teknik

Jigsaw dalam mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif.

12. Jawaban responden atas isi angket yang membedakan keunggulan model

pendekatan pembelajaran kontekstual dibandingkan dengan konvensional. Hasil

jawaban responden sebagaimana pada tabel di bawah ini:

Tabel 12

No Alternatif Jawaban f %a Kegiatan pembelajaran terpusat pada siswa 7 70b Guru berfungsi hanya sebagai fasilitator 2 20c Adanya pembagian kelompok 1 10

Jumlah 10 100Sebagian besar (70%) menentukan bahwa model kontekstual lebih unggul

dalam kegiatan pembelajaran berpusat pada anak, sebagian (20%) menentukan pada

sisi guru sebagai fasilitator, dan terkecil (10%) adanya pembagian kelompok.

Page 43: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

43

Maka dapat disimpulkan secara umum bahwa guru SDN Ceungceum

memahami keunggulan model pembelajaran kontekstual dalam hal aktivitas

pembelajaran terpusat pads siswa.

13. Jawaban responden atas isi pertanyaan angket tentang apa yang dilakukan pada

saat membuka proses belajar mengajar? Hasil jawaban responden sebagaimana

pada tabel di bawah ini:

Tabel 13No Alternatif Jawaban f %a Tanya jawab mengarah ke materi yang telah dikuasai siswa 5 50b Bertanya materi yang akan disampaikan 1 10

cMemberikan pelayanan kepada siswa yang berkebutuhan khusus

4 40

Jumlah 10 100

Sebagian besar (50%) responden saat mulai membuka proses belajar

mengajar melakukan tanya jawab yang mengarah ke materi yang telah dikuasai

siswa, sebagian (40%) memberikan pelayanan kepada siswa yang berkebutuhan

khusus, sebagian kecil (10%) bertanya materi yang akan disampaikan.

Maka dapat disimpulkan bahwa guru-guru SDN Ceungceum pada awal

membuka proses belajar mengajar melakukan tanya jawab yang mengarah ke

materi yang dikuasai siswa.

14. Jawaban responden atas isi pertanyaan tentang apa yang ditampilkan saat proses

belajar mengajar dimulai?. Hasil jawaban responden sebagaimana pada label di

bawah ini :

Tabel 14

No Alternatif Jawaban f %

aMemperlihatkan buku sumber, alat peraga, Lembar Kerja Siswa

2 20

bBersikap ramah tamah, jujur, adil, tidak diskriminasi, humoris

3 30

cTenang, percaya diri, tidak cemas, memberi salam, disiplin, apresiasi, materi ringan dan menarik

5 50

Jumlah 10 100

Sebagian besar (50%) responden saat proses belajar mengajar dimulai

memperlihatkan sikap tenang, percaya diri, tidak cemas, member salam, disiplin,

apresiasi, materi ringan dan menarik. Sebagian (30%) bersikap ramah tamah, jujur,

Page 44: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

44

adil, tidak diskriminasi, humoris. Sebagian kecil (20%) memperlihatkan buku

sumber, alat peraga, Lembar Kerja Siswa.

Maka dapat disimpulkan bahwa guru-guru SDN Ceungceum dalam awal proses

belajar mengajar memperlihatkan sikap tenang, percaya diri, tidak cemas, member

salam, disiplin, apresiasi, materi ringan dan menarik.

15. Jawaban responden atas pertanyaan tentang apa yang harus dilakukan terhadap

siswa saat proses belajar mengajar berlangsung?. Hasil jawaban responden

sebagaimana pada tabel di bawah ini :

Tabel 15No Alternatif Jawaban f %a Melayani siswa yang lambat 3 30b Melayani semua siswa tanpa ada perbedaan 5 50c Melayani siswa yang berkebutuhan khusus 2 20

Jumlah 10 100Sebagian besar (50%) responden menyatakan bahwa sikap yang diperlihatkan

saat proses belajar mengajar melayani semua siswa tanpa ada perbedaan, melayani

siswa yang lambat (30%) dan sebagian kecil (20%) melayani siswa yang

berkebutuhan khusus .

Maka dapat disimpulkan bahwa perhatian guru-guru SDN Ceungceum siswa

saat proses belajar mengajar walaupun bervariasi pendapat yang dilandasi argumen

masing-masing, lebih dominan melayani seluruh siswa tanpa ada perbedaan.

16. Jawaban responden atas pertanyaan secara teoritis dan pada lajimnya kegiatan

proses belajar mengajar dibagi ke dalam tiga bagian. Hasil jawaban responden

sebagaimana tabel di bawah ini:

Tabel 16

No Alternatif Jawaban F %

a Membaca, menulis, berhitung 3 30

b Materi, metoda, dan evaluasi 3 30

c Kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan akhir 4 40

Jumlah to 100

Berdasarkan tabel di atas bagian utama yang dilakukan responden saat proses

belajar mengajar berlangsung, yaitu sebagian besar (40%) responden menyatakan

Page 45: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

45

yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Sebagian lagi masing-masing

(30%) menyatakan bagian materi, metoda dan evaluasi dan melakukan kegiatan

membaca, menulis dan berhitung.

Maka dapat disimpulkan bahwa bagian utama saat proses belajar mengajar

yang dilakukan guru SDN Ceungceum yaitu melaksanakan kegiatan awal, kegiatan

inti dan kegiatan akhir.

17. Jawaban responden atas pertanyaan, apa yang dilakukan terhadap siswa saat

proses belajar mengajar berlangsung. Hasil jawaban responden sebagaimana tabel di

bawah ini: Label 17

No Alternatif Jawaban f %

a Mengkaji data presentasi siswa 2 20

b Wawancara dengan tiap siswa 4 40

cMemahami tiap pribadi siswa sesuai dengan potensi yang dimilikinya 4 40

Jumlah 10 100

Berdasarkan tabel di atas ada dua indikator yang masing-masing (40%)

perhatian responden terhadap siswa sesuai dengan potensi yang dimilikinya dan

melakukan wawancara dengan tiap siswa. Sebagian kecil (20%) melakukan

pengkajian data prestasi siswa.

Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru SDN Ceungceum saat

mulai proses belajar mengajar yaitu memahami tiap pribadi siswa sesuai dengan

potensi yang dimilikinya, melakukan wawancara dengan tiap siswa.

18. Jawaban responden atas pertanyaan apa yang dilakukan terhadap siswa saat awal

proses belajar mengajar. Hasil jawaban responden sebagaimana tabel di bawah ini :

Tabel 18

No Alternatif Jawaban f %

a Penjelasan singkat tujuan pembelajaran, menata alat dan bahan pelajaran

4 40

b Menulis, membaca, diskusi 3 30

c Bertanya materi pelajaran terdahulu 2 20

Page 46: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

46

No Alternatif Jawaban f %

Jumlah 10 100

Berdasarkan tabel di atas sebagian besar (40%) pada awal proses belajar

mengajar melakukan penjelasan singkat tujuan pembelajaran, menata alat dan bahan

pelajaran, sebagian (30%) melakukan lebih awal menulis, membaca dan diskusi. Dan

paling kecil hanya (20%) mengadakan bertanya materi pelajaran terdahulu.

Maka dapat disimpulkan bahwa pada umumnya guru SDN Ceungceum pada

awal proses belajar mengajar melakukan penjelasan singkat tujuan pembelajaran,

menata alat dan bahan pelajaran.

19. Jawaban responden atas pertanyaan tentang perilaku dalam kegiatan inti proses

belajar mengajar. Hasil jawaban responden sebagaimana tabel di bawah ini:

Tabel 19No Alternatif Jawaban f %

a Merinci kehadiran siswa sambil menilai proses 3 30

b Penjelasan, melakukan demonstrasi dan siswa melakukan percobaan, diskusi dan presentasi hasil

5 50

c Evaluasi tertulis 2 20

Jumlah 10 100

Berdasarkan tabel di atas sebagian besar responden yaitu kegiatan inti dalam

proses belajar mengajar (50%) melakukan penjelasan demonstrasi yang dilakukan

guru, siswa melakukan percobaan, diskusi dan presentasi. Sebagian kecil melakukan

merinci kehadiran siswa sambil penilaian proses (30%), dan melakukan evaluasi

tertulis hanya (20%).

Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru SDN Ceungceum pada

kegiatan inti proses belajar mengajar melakukan demonstrasi, percobaan oleh siswa,

dan diskusi serta presentasi oleh siswa.

20. Jawaban responden atas pertanyaan tentang kegiatan diakhir pembelajaran. Hasil

jawaban responden sebagaimana tabel di bawah ini:

Page 47: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

47

Tabel 20No Alternatif Jawaban f %a Menganalisis kemampuan siswa dalam belajar 3 30b Mengadakan tanya jawab untuk penguatan 2 20c Diskusi kelompok membuat rangkuman 5 50

Jumlah 10 100

Berdasarkan tabel di atas kegiatan yang dilakukan responden pada akhir belajar

mengajar sebagian besar (50%) melakukan diskusi kelompok membuat

rangkuman. Sebagian (30%) menganalisis kemampuan siswa dalam belajar. Dan

sebagian kecil mengadakan tanya jawab sebagai penguatan (5%).

Maka dapat disimpulkan bahwa umumnya yang dilakukan guru SDN

Ceungceum pada kegiatan akhir proses pembelajaran menyuruh anak

melakukan diskusi kelompok untuk merangkum materi yang telah diajarkan.

21. Jawaban responden atas pertanyaan tentang kegiatan yang dilakukan terhadap siswa

yang lambat belajar. Hasil jawaban responden sebagaimana tabel di bawah ini :

Tabel 21No Alternatif Jawaban f %a Memberikan pelayanan yang sama dengan siswa lain 6 60b Melaporkan kepada kepala sekolah dan orang tuanya 1 10c Membimbingnya sambil melanjutkan program pengajaran 3 30

Jumlah 10 100

Berdasarkan tabel di atas kegiatan yang dilakukan responden terhadap siswa

yang lambat belajar sebagian besar (60%) memberikan pelayanan yang sama dengan

siswa lain. Sebagian kecil (30%) membimbingnya sambil melanjutkan program

pengajaran. Dan sebagian kecil (10%) melaporkan kepada kepala sekolah dan orang

tuanya.

Maka dapat disimpulkan bahwa umumnya yang dilakukan guru SDN

Ceungceum terhadap siswa yang lambat belajar yaitu memberikan pelayanan yang

sama dengan siswa lainnya.

Page 48: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

48

22. Jawaban responden atas pertanyaan tentang kegiatan yang dilaksanakan setelah

selesai proses belajar mengajar. Hasil jawaban responden sebagaimana tabel di

bawah ini:

Tabel 22

No Alternatif Jawaban f %

a Melaksanakan evaluasi baik lisan maupun tulisan 8 80

b Menginformasikan kelemahan-kelemahan siswa - -

c Menganalisis kemampuan siswa 2 20

Jumlah 10 100

Berdasarkan tabel di atas kegiatan yang dilakukan responden setelah proses

belajar mengajar selesai dilaksanakan sebagian besar (80%) melaksanakan

evaluasi, sebagian kecil (20%) menganalisa kemampuan siswa, dan tidak ada yang

menginformasikan kelemahan-kelemahan siswa.

Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar yang dilakukan guru SDN

Ceungceum setelah proses belajar mengajar selesai yaitu melaksanakan evaluasi baik

lisan maupun tulisan.

23. Jawaban responden atas pertanyaan angket mengenal maksud kegiatan

melaksanakan evaluasi diakhiri pembelajaran. Hasil jawaban responden sebagaimana

tabel di bawah ini:

Tabel 23

No Alternatif Jawaban f %

a Untuk mengetahui sejauh mana materi telah diserap siswa 5 50

b Untuk mengetahui pencapaian target nilai rata-rata siswa 3 30

c Untuk mengukur kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar

2 20

Jumlah 10 100

Page 49: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

49

Berdasarkan tabel di atas sebagian besar responden (50%) menyatakan bahwa manfaat melaksanakan evaluasi adalah untuk mengukur kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar rengajar. Sebagian kecil (30%) untuk mengetahui sejauhmana materi telah diserap oleh siswa. Sebagian terkecil (20%) untuk mengetahui tercapainya target nilai rata-rata siswa.

Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru SDN Ceungceum manfaat dilaksanakan evaluasi tertulis adalah untuk mengukur kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar.

24. Jawaban responden atas pertanyaan angket tentang manfaat diadakanpenilaian proses. Hasil jawaban responden sebagaimana tabel di bawah ini:

Tabel 24

No Alternatif Jawaban f %

a Mengamati perilaku siswa, kegiatannya, kesulitannya 8 80

b Memperjelas tugas siswa 1 10

c Memberi penghargaan terhadap siswa 1 10

Jumlah 10 100

Berdasarkan tabel di atas kegiatan responden menyatakan bahwa manfaat

dilaksanakan penilaian proses sebagian besar (80%) adalah untuk mengamati perilaku

siswa dan (10%) untuk memberi penghargaan bagi siswa.

Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru SDN Ceungceum

menyatakan bahwa manfaat dilaksanakan penilaian proses adalah untuk mengamati

perilaku siswa, kegiatannya, kesulitan dalam mengikuti pembelajaran.

25. Jawaban responden atas pertanyaan angket tentang manfaat diadakan remidial.

Hasil jawaban responden sebagaimana tabel di bawah ini:

Tabel 25

No Alternatif Jawaban f %

a Memberi kesempatan kepada siswa memperbaiki nilai 1 10

bPerbaikan dalam mengajar, pemantapan materi yang belum dikuasai siswa

8 80

c Perbaikan pencapaian nilai rata-rata siswa 1 10

Page 50: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

50

No Alternatif Jawaban f %

Jumlah 10 100

Berdasarkan tabel di atas sebagian besar responden (80%) menyatakan manfaat

dilaksanakannya remidial pengajaran adalah untuk perbaikan dalam mengajar,

pemantapan materi yang belum dikuasai siswa. Sebagian masing-masing (10%)

memberi kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki nilai dan untuk perbaikan

rata-rata siswa.

Maka dapat disimpulkan bahwa pada umumnya guru SDN Ceungceum

Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya menyatakan bahwa manfaat

dilaksanakan remidial pengajaran adalah untuk perbaikan dalam mengajar, pemantapan

materi-materi yang belum dikuasai siswa.

Page 51: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data yang telah

dilaksanakan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa perhatian guru terhadap

siswa dalam pelaksanaan proses mengajar di SDN Ceungceum Kecamatan

Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya sangatlah tinggi. Hal ini terbukti dari aktivitas

guru sejak sebelum proses pembelajaran dilaksanakan hingga setelah selesai

proses pembelajaran.

Aktivitas guru sebelum proses pembelajaran dilakukan antara lain dengan

diawali penyusunan program pembelajaran dalam bentuk menyusun jadwal

pembelajaran, mengkaji kurikulum sebagai pedoman kompetensi apa yang harus

dimiliki oleh anak, menjabarkan kurikulum ke dalam program semester, persiapan

harian (silabus), program evaluasi, dan penyusunan soal untuk evaluasi.

Aktivitas guru sewaktu berlangsungnya proses pembelajaran melalui

interaksi belajar mengajar, menjalin hubungan timbal balik antara anak dengan

orang tua sebab guru di sekolah berfungsi sebagai pengganti orang tua. Guru

berupaya memfasilitasi kebutuhan anak dalam belajar rnelalui pendekatan

pembelajaran kontekstual. Proses pembelajaran berlangsung melalui kegiatan awal

pengkondisian siswa, kegiatan inti merupakan aktivitas tertinggi yang dilakukan

oleh anak sebagai subjek pembelajaran, dan diakhiri kegiatan ini guru beraktivitas

mengadakan evaluasi guna melihat keberhasilan pembelajaran tersebut. Untuk

lebih bergairah dan meningkatnya basil pembelajaran guru berupaya dengan

berbagai model pembelajaran. Model pendekatan pembelajaran konvensional

masih tetap menjadi dominan digunakan guru, dan sekali-sekali dikolaborasikan

dengan model kontekstual.

Aktivitas guru setelah proses pembelajaran berakhir melakukan analisis

hasil evaluasi, bila hasilnya kurang memuaskan dalam arti standar minimal

pencapaian belum bisa diraih oleh anak, maka guru berupaya melakukan

51

Page 52: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

52

penambahan jam belajar atau remidial. Tuntasnya aktivitas guru bila secara

administrasi hasil pembelajaran anak telah didokumentasikan secara baik.

B. Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis mengajukan

saran kepada berbagai pihak, diantaranya:

1. Kepada seluruh guru agar rutinitas penyusunan ketatalaksanaan pembelajaran

lebih ditingkatkan, agar benar-benar dapat digunakan dalam pelaksanaan

pembelajaran. Orientasi penyusunan perangkat pembelajaran ini harus

menggambarkan kunkulum secara realitas, disamping secara idealitas.

2. Dalam pelaksanaan pembelajaran upayakan penggunaan alat peraga yang

menarik siswa, sebab anak akan lebih senang belajar bila sesuai dengan

keinginannya. Model pembelajaran kontekstual agar segera dilaksanakan

sebab pola pengajarannya terarah dan sangat dekat dengan kehidupan anak itu

serdiri. Potensi yang dimiliki anak dikembangkan melalui pengalaman anak

itu sendiri dalam kehidupannya.

3. Sehubungan adanya bantuan operasional guru segera mengajukan anggaran

kebutuhan pembelajaran kepada kepala sekolah. Oleh karena membenahi

perangkat dan penunjang pembelajaran sangat penting agar mutu

pembelajaran bisa meningkatkan kualitas dan prestasi belajar anak. Sebagai

contoh dalam pelaksanaan ulangan harian soal dicetak/ di-tik melalui

komputer dan dicopy, agar tiap anak bisa langsung membaca lembar soal dan

secara langsung bisa menjawab dengan baik dalam lembar jawabannya.

4. Hasil analisis evaluasi segera ditindaklanjuti secara terprogram. Tuntutan

kurikulum KTSP dalam setiap kompetensi dasar minimal 75% anak harus

belajar tuntas. Hal ini bisa dilakukan melalui tambahan belajar/remidial secara

terprogram berdasarkan pencapaian kompetensi dasar tersebut.

5. Agar permasalahan hasil pembelajaran ini cepat bisa ditanggulangi segeralah

mengusulkan kepada kepala sekolah diadakan program diskusi mingguan,

baik dilaksanakan di sekolah ataupun secara bersama-sama dilakukan di

tingkat gugus. Dalam diskusi ini manfaatkanlah tenaga pendidikan terlatih

yang telah dan pernah mengikuti pelatihan di tingkat kabupaten atau provinsi.

Page 53: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

53

6. Guru perlu lebih banyak memahami dan mengembangkan metode, teknik dan

model pembelajaran agar peserta didik merasa terangsang untuk aktif dalam

kegiatan pembelajaran.

Page 54: Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

54

PUSTAKA

Achar (1998). Pembelajaran Kooperatif sebagai Salah Satu Strategi Pengajaran. Jakarta: Depdikbud.

Arikunto, Suharsimi (1990). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta Rineka Putra.

Dahlan (1990). Model-model Pembelajaran. Penerbit Ponegoro Bandung.

Depdiknas, (KTSP). Kerangka Dasar Kurikulum Berbasis Kompetensi/Kurikulum KTSP; Ditjen Dikdasmen.

------------(2000). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah; Ditjen Dikdasmen.

-------------(1996). Petunjuk Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar; Ditjen Dikdasmen.

-------------(2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Direktorat LPL Depdiknas.

-------------(2004). Bahan Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi; Model-model Pembeiajaran Materratika, Direktorat PLF Depdiknas.

Dinas Pendidikan Jabar (KTSP). Pengantar Model Pembelajaran, Bandung: BPTP.

H.D. Sujana. S. (2001). Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, Bandung Falah Production.

Karli Hilda, Margaretha, (2002). Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi 2, Bandung : Bina Media Informasi.

K. Davies, Ivor (1993). Pengelolaan Belajar, Jakarta: Rajawali Pers

Nurhadi dkk, (KTSP). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK, Malang : UNM.

Sri Wardhani, Dra.M.Pd., Strategi Pembelajaran Matemaiika yang Kontekstual / Realistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah PPPG Matematika, Yogyakarta: 2002.

------------(2004). Pedoman Pembelajaran Bahasa Indonesia secara Kontekstual untuk Guru SD, Direktorat Dikdasmen : LPMP Jawa Barat.

-----------(2004). Pedoman Pembelajaran Sains secara Kontekstual untuk Guru SD. Direktorat Jendral Dikdasmen : LPMP Jawa Barat.

Supardi. A. dan Wahyudin, (1990). Metodologi Riset Pengungkapan Permasalahan Teori Pemecahannya, Bandung: LAIN Sunan Gunung Djati.