39
PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH (School Action Research) UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU MELALUI TEKNIK LESSON STUDY SECARA KOLABORATIF DAN RUTIN DI TKIT BABUSSALAM LINGGAMULYA Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti Tes Kepala Sekolah Berprestasi Disusun Oleh: ADE SAJAAH, S.Pd NUPTK: 2337.7416.4430.0023 TAMAN KANAK-KANAK ISLAM TERPADU BABUSSALAM UPTD PENDIDIKAN TK, SD, PLS KECAMATAN LEUWISARI KABUPATEN TASIKMALAYA

Penelitian Tindakan Sekolah untuk Kepala Sekolah Berprestasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PTS untuk Kepala Sekolah

Citation preview

  • PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH

    (School Action Research)

    UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU

    MELALUI TEKNIK LESSON STUDY SECARA

    KOLABORATIF DAN RUTIN DI TKIT BABUSSALAM LINGGAMULYA

    Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Mengikuti Tes Kepala Sekolah Berprestasi

    Disusun Oleh:

    ADE SAJAAH, S.Pd NUPTK: 2337.7416.4430.0023

    TAMAN KANAK-KANAK ISLAM TERPADU BABUSSALAM

    UPTD PENDIDIKAN TK, SD, PLS KECAMATAN LEUWISARI

    KABUPATEN TASIKMALAYA

  • LEMBAR PENGESAHAN

    Nama : ADE SAJAAH, S.Pd

    NUPTK : 2337.7416.4430.0023

    Unit Kerja : TKIT BABUSSALAM

    UPTD Pendidikan TK, SD dan PLS

    Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya

    "PTS ini mengangkat masalah kinerja guru melalui teknik lesson study secara

    kolaboratif dan rutin di TKIT Babussalam-Linggamulya

    Mengetahui

    Pengawas TK/SD Kec.Leuwisari,

    Drs.YUYUN SURYANA

    NIP.195808131986031009

    Leuwisari, Mei 2014

    Penulis,

    ADE SAJAAH, S.Pd

    NUPTK: 2337.7416.4430.0023

    Mengetahui,

    Kepala UPTD Pendidikan TK, SD dan PLS

    Kecamatan Leuwisari,

    Drs. KUSWARA, M.M.Pd

    NIP.196102101983051004

  • KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT

    karena atas petunjuk dan ijin-Nya, penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan

    Sekolah (PTS) ini sebagai salah satu cara untuk menemukan pendekatan yang tepat

    dalam meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah. Penelitian Tindakan Sekolah

    (PTS) ini berjudul "Upaya Peningkatan Kinerja Guru Melalui Teknik Lesson Study

    Secara Kolaboratif dan Rutin Di Taman Kanak-kanak Islam Terpadu

    Babussalam-Linggamulya".

    Pendekatan ini saya laksanakan di Taman Kanak-kanak Islam Terpadu

    Babussalam-Linggamulya UPTD Pendidikan TK, SD dan PLS Kecamatan Leuwisari

    dikarenakan saya sebagai Kepala Sekolah ingin membentuk tenaga pendidik yang

    produktif profesional dan mampu meningkatkan mutu pembelajaran dengan cara

    mengontrol dan mengevaluasi sejauh mana persiapan guru sebelum melaksanakan

    tugasnya di kelas. Di samping memberi motivasi kepada guru dan membina

    kekompakan antara guru dan kepala sekolah dalam mencapai tujuan yang telah

    ditetapkan dalam visi dan misi TKIT Babussalam. Upaya memberikan pertolongan

    kepada guru dalam proses pembelajaran di kelas adalah sebagai suatu terobosan yang

    saya coba untuk membentuk tenaga pendidik yang handal dan profesional.

    Penulis berharap Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini bermanfaat sebagai

    bahan masukkan bagi para guru, dan kepala sekolah terutama dalam peningkatan

    mutu pelajaran di Sekolah Dasar.

    Kepada semua pihak yang telah membantu sampai terealisasinya Penelitian

    Tindakan Sekolah (PTS) ini, penulis ucapkan terima kasih semoga mendapat balasan

    yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amiin.

    Linggamulya, Mei 2014

    Penulis

  • Abstrak

    untutan masyarakat saat ini adalah pendidikan yang bermutu,

    sekolah dituntut memperbaiki atau meningkatkan pencitraan publik

    sehingga masyarakat yakin bahwa sekolah tersebut layak menjadi pilihan

    putra-putrinya. Lesson study dengan karakteristiknya nampaknya dapat

    digunakan sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi masalah tersebut

    sehingga pencitraan publik sekolah meningkat.

    Memang Lesson Study banyak menekankan pada pembelajaran di

    kelas namun dampak kegiatan ini bisa pada aspek yang lain misal:

    peningkatan sarana pembelajaran, inovasi sekolah, perubahan visi dan misi

    sekolah, motivasi guru dan pimpinan sekolah, serta muncul aktivitas

    ekstrakurikuler dan lain-lain.

    Lesson study berbasis sekolah yang dilakukan secara rutin akan

    muncul inovasi pada sekolah sehingga dapat digunakan sebagai upaya

    memperbaiki citra publik sekolah, kegiatan bisa berlangsung dengan baik

    perlu adanya komitmen kepala sekolah dan kemauan guru untuk memperbaiki

    diri.

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Salah satu persoalan pendidikan yang sedang dihadapi bangsa kita adalah

    persoalan mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Berbagai

    usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain

    melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan

    alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan meningkatkan mutu

    manajemen sekolah. Namun demikian, indikator mutu pendidikan belum

    menunjukkan peningkatan yang berarti. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota,

    menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan,

    sebagian besar lainnya masih memprihatinkan.

    Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional, pemerintah

    khususnya melalui Departemen Pendidikan Nasional terus menerus berupaya

    melakukan berbagai perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan kita. Salah

    satu upaya yang sudah dan sedang dilakukan, yaitu berkaitan dengan faktor guru.

    Lahirnya Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan

    Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,

    pada dasarnya merupakan kebijakan pemerintah yang di dalamnya memuat usaha

    pemerintah untuk menata dan memperbaiki mutu guru di Indonesia. Michael G.

    Fullan yang dikutip oleh Suyanto dan Djihad Hisyam (2000) mengemukakan

    bahwa "educational change depends on what teachers do and think...". Pendapat

    tersebut mengisyaratkan bahwa perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan

    sangat bergantung pada "what teachers do and think", atau dengan kata lain

    bergantung pada penguasaan kompetensi guru.

    Jika kita amati lebih jauh tentang realita kompetensi guru saat ini agaknya

    masih beragam. Sudarwan Danim (2002) mengungkapkan bahwa salah satu ciri

    krisis pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja

  • (work performance) yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru

    belum sepenuhnya ditopang oleh derajat penguasaan kompetensi yang memadai,

    oleh karena itu perlu adanya upaya yang komprehensif guna meningkatkan

    kompetensi guru.

    Berdasarkan masalah di atas, maka berbagai pihak mempertanyakan apa

    yang salah dalam penyelenggaraan pendidikan kita? Kurangnya pemahaman guru

    akan tugasnya sebagai agen pembelajaran, merupakan salah satu faktor rendahnya

    mutu pembelajaran. Guru sebagai agen pembelajaran harus memiliki beberapa

    kompetensi diantaranya adalah kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik,

    kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Apabila guru mampu menguasai

    kompetensi tersebut maka mutu pendidikan akan meningkat.

    Dari uraian di atas, penulis selaku kepala sekolah melakukan terobosan

    untuk menyikapi sekaligus memperbaiki pola-pola pemikiran yang salah dengan

    memberikan pengarahan/ pembinaan guru berbasis sekolah yang dinamakan

    dengan (Lesson Study) secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-

    prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar,

    untuk membekali guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai agen pembelajaran.

    Kata kuncinya adalah "rutinitas" penulis mempunyai keyakinan bahwa dengan

    pengarahan secara rutin, terprogram dengan baik dan kontrol terhadap persiapan

    guru sebelum melaksanakan tugas mengajar di kelas maka akan terbentuk tenaga

    pendidik yang produktif/ profesional dan mampu meningkatkan mutu

    pembelajaran. Memang, dalam awal-awal pelaksanaan program ini ada beberapa

    diantara guru yang menunjukkan sikap acuh tak acuh, tetapi dengan kesabaran dan

    ketekunan akhirnya guru tersebut sangat antusias setelah merasakan dampak dan

    manfaat yang dapat dipetik dari pelaksanaan program tersebut.

    Hubungan kepala sekolah dengan guru-guru harus baik, tanggung jawab,

    didasari dengan kejujuran, kesetiaan, keikhlasan dan kerjasama. Apabila

    diibaratkan dalam satu keluarga, maka hubungan Kepala Sekolah dengan guru-

  • guru lainnya harus beriangsung bagaikan hubungan satu saudara dengan saudara

    lainnya, dan hubungan kepala sekolah dengan siswa harus seperti hubungan ayah

    dengan anak.

    Maka berdasarkan latar belakang tersebut penulis melakukan upaya

    perbaikan untuk meningkatkan mutu pembelajaran di Sekolah Taman Kanak-

    kanak Islam Terpadu (TKIT) Babussalam-Linggamulya Kecamatan Leuwisari

    Kabupaten Tasikmalaya melalui Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dengan judul:

    "Upaya Peningkatan Kinerja Guru Melalui Teknik Lesson Study Secara

    Kolaboratif dan Rutin Di Taman Kanak-kanak Islam Terpadu Babussalam-

    Linggamulya"

    B. Rumusan Masalah

    Dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini penulis merumuskan masalah

    sebagai berikut:

    1) Bagaimana perencanaan guru dalam melaksanakan tugas mengajar

    agar mutu pembelajaran meningkat?

    2) Bagaimana pemahaman guru terhadap tugasnya sebagai agen

    pembelajaran?

    3) Bagaimana guru menerapkan teknik praktek rencana pembelajaran di

    kelas untuk meningkatkan mutu pembelajaran?

    4) Apakah tingkat kesadaran dan tanggung jawab guru sebagai pendidik

    sudah seimbang dengan tugas pokok dan fungsi yang dibebankan oleh

    pemerintah?

    C. Pemecahan Masalah

    Untuk mengatasi permasalahan tersebut peneliti berupaya:

    1. Melakukan pengamatan terhadap kinerja guru-guru.

    2. Mengadakan supervisi klinis

  • 3. Melakukan pembinaan dengan cara mengumpulkan guru TKIT

    Babussalam-Linggamulya Kecamatan Leuwisari dengan kegiatan

    (tidakan): Penjelasan tentang pentingnya Lesson Study Secara Rutin

    D. Tujuan

    Secara khusus tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:

    a. Meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab guru akan tugas pokok dan

    fungsinya yang dibebankan oleh orang tua, masyarakat dan pemerintah.

    b. Menyusun dan mengevaluasi perencanaan guru dalarn melaksanakan

    tugas mengajar agar mutu pembelajaran meningkat.

    c. Meningkatkan pemahaman guru terhadap tugasnya sebagai agen

    pembelajaran.

    d. Membentuk dan menciptakan disiplin kerja serta iklim budaya kerja

    sekolah untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

    E. Manfaat

    1) Manfaat Teoritis

    Melalui kegiatan penelitian ini diperoleh alternatif solusi dalam meningkatkan

    kemampuan guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran di kelas

    2) Manfaat Praktis

    a. Bagi Guru

    Peran guru yang dapat berubah-ubah: siapapun dapat berperan

    sebagai guru pengajar dalam satu waktu dan menjadi guru pengamat dilain

    waktu. Pergantian peran ini menciptakan rasa saling mengerti serta

    mendukung diantara guru dan secara efektif meningkatkan mutu proses

    belajar-mengajar.

    Memberikan keuntungan dan kesempatan kepada para guru untuk

    dapat:

  • - Memikirkan secara lebih teliti lagi tentang tujuan, materi tertentu yang akan

    dibelajarkan kepada siswa.

    - Memikirkan secara mendalam tentang tujuan-tujuan pembelajaran untuk

    kepentingan masa depan siswa, misalnya tentang arti penting sebuah

    persahabatan, pengembangan perspektif dan cara berfikir siswa, serta

    kegandrungan siswa terhadap ilmu pengetahuan.

    - Mengkaji tentang hal-hal terbaik yang dapat digunakan dalam pembelajaran

    melalui belajar dari para guru lain (peserta atau partisipan lesson study),

    - Belajar tentang isi atau materi pelajaran dari guru lain sehingga dapat

    menambah pengetahuan tentang apa yang harus diberikan kepada siswa.

    - Mengembangkan keahlian dalam mengajar, baik pada saat merencanakan

    maupun selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran,

    b. Manfaat bagi Sekolah

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan umpan balik bagi pembinaan dan

    pengembangan kompetensi guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan

    pendidikan.

    c. Manfaat Bagi Siswa

    Siswa akan menikmati pembelajaran yang lebih tertib dan bermutu karena

    guru telah mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik.

  • BAB II

    KAJIAN TEORITIS

    Kajian teoritis adalah kajian atas tanggapan terhadap teori dan informasi lain

    dengan masalah yang diidentifikasikan. Oleh karena itu sifatnya selektif sedangkan

    penelitian hendaknya kritis, kreatif dan analitis.

    Tujuan dan maksud kajian teoritis adalah untuk memperjelas penganalisasian

    dan pembahasan masalah yang sedang diteliti. Penelitian yang tidak ditunjang oleh

    sumber pustaka, diragukan kekuatannya secara ilmiah.

    Ada beberapa sumber yang digunakan dalam kajian teoritis ini antara lain

    buku-buku teks makalah, artikel, e-books, panduan dan sumber lain yang diakui

    kebenaran ilmiah.

    A. Tugas Pokok Kepala Sekolah

    Tugas pokok Kepala Sekolah adalah merencanakan, melaksanakan

    program manajamen sekolah termasuk memantau, menilai mensupervisi,

    membina, dan melaporkan terhadap kinerja guru dalam pembelajaran, kinerja

    sekolah dalam mengelola pendidikan. Sofyan Salim (2007) tugas yang harus

    dilakukan Kepala Sekolah adalah melakukan pembinaan pengembangan kualitas

    sekolah, kinerja sekolah, kinerja guru dan kinerja seluruh staf sekolah. Kepala

    sekolah managerial pada dasarnya memberikan pembinaan, penilaian dan bantuan/

    bimbingan mulai dari rencana program, proses dan sampai dengan hasil.

    Fungsi Kepala Sekolah adalah sebagai mitra guru, pembaru (inovator),

    penyuluh (konselor), pendorong (motivator), kerjasama (kolabolator), penilaian

    (asesor), konsultan didalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya

    terhadap kinerja guru dalam pembelajaran dan kinerja kepala sekolah dalam

    mengelola pendidikan.

    Salim (2007) mengemukakan Kepala Sekolah satuan pendidikan

    melaksanakan fungsi-fungsi supervisi, baik supervisi akademik maupun supervisi

  • manajerial. Adapun sasaran supervisi akademik antara lain membantu guru dalam

    merencanakan kegiatan pembelajaran dan atau bimbingan, mengembangkan

    interaksi pembelajaran (metode, strategi, teknik, model, pendekatan dan lain-lain)

    yang tepat guna.

    Manajemen pendidikan merupakan proses pengembangan kegiatan

    kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah

    ditetapkan. Proses pengendalian kegiatan kelompok tersebut mencakup

    perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakkan (actuating),

    dan pengawasan (controling) sebagai suatu proses untuk menjadikan visi menjadi

    aksi.

    Engkoswara (2001; 2) mengemukakan bahwa manajemen pendidikan

    dalam arti seluas-luasnya adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana menata

    sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara produktif dan

    bagaimana menciptakan suasana yang baik bagi manusia yang turut serta dalam

    mencapai tujuan yang di sepakati bersama.

    Lebih lanjut dikemukakan bahwa penataan mengandung makna

    mengatur, memimpin, mengelola atau mengadministrasikan sumber daya meliputi

    perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pembinaan. Sumber daya terdiri dan

    sumber daya manusia (peserta didik, pendidik, dan pemakai jasa pendidikan),

    sumber belajar dan kurikulum (segala sesuatu yang disediakan lembaga

    pendidikan untuk mencapai tujuan), serta fasilitas (peralatan, barang, dan

    keuangan yang menunjang kemungkinkan terjadinya pendidikan). Tujuan

    pendidikan yang produktif berupa prestasi yang efektif dan suasana atau proses

    efisien, sedangkan keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan yang produktif

    dapat dilihat dari sudut administrative psikologis, dan ekonomis.

  • B. Peran Kepala Sekolah

    Agar proses pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien, guru dituntut

    memiliki kompetensi yang memadai, baik dari segi jenis maupun isinya. Namun,

    jika kita selami lebih dalam lagi tentang isi yang terkandung dari setiap jenis

    kompetensi, sebagaimana disampaikan oleh para ahli maupun dalam perspektif

    kebijakan pemerintah, kiranya untuk menjadi guru yang kompeten bukan sesuatu

    yang sederhana. Untuk mewujudkan dan meningkatkan kompetensi guru

    diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dan komprehensif.

    Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui optimalisasi peran

    kepala sekolah. Idochi Anwar dan Yayat Hidayat Amir (2000) mengemukakan

    bahwa "kepala sekolah sebagai pengelola memiliki tugas mengembangkan kinerja

    personel, terutama meningkatkan kompetensi profesional guru." Dalam perspektif

    kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006), terdapat tujuh peran utama

    kepala sekolah yaitu, sebagai:(1) educator (pendidik); (2) manajer; (3)

    administrator; (4) supervisor (penyelia); (5) leader (pemimpin); (6) pencipta iklim

    kerja; dan (7) wirausahawan;

    Merujuk kepada tujuh peran kepala sekolah sebagaimana disampaikan

    oleh Depdiknas di atas, di bawah ini akan diuraikan secara ringkas hubungan

    antara peran kepala sekolah dengan peningkatan kompetensi guru.

    1. Kepala sekolah sebagai educator (pendidik)

    Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan

    guru merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum di sekolah.

    Kepala sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap

    pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar disekolahnya tentu

    saja akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki gurunya,

    sekaligus juga akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar

    para guru dapat secara terus menerus meningkatkan kompetensinya, sehingga

    kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien.

  • 2. Kepala sekolah sebagai manajer

    Dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus

    dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan

    pengembangan profesi para guru. Dalam hal ini, kepala sekolah seyogyanya

    dapat memfasiltasi dan memberikan kesempatan yang luas kepada para guru

    untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai

    kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik yang dilaksanakan di sekolah, seperti:

    MGMP/MGP tingkat sekolah, in house training, diskusi profesional dan

    sebagainya, atau melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan di luar sekolah,

    seperti: kesempatan melanjutkan pendidikan atau mengikuti berbagai kegiatan

    pelatihan yang diselenggarakan pihak lain.

    3. Kepala sekolah sebagai administrator

    Khususnya berkenaan dengan pengelolaan keuangan, bahwa untuk

    tercapainya peningkatan kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya.

    Seberapa besar sekolah dapat mengalokasikan anggaran peningkatan

    kompetensi guru tentunya akan mempengaruhi terhadap tingkat kompetensi

    para gurunya. Oleh karena itu kepala sekolah seyogyanya dapat

    mengalokasikan anggaran yang memadai bagi upaya peningkatan kompetensi

    guru.

    4. Kepala sekolah sebagai supervisor

    Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan

    pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan

    supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk

    mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan

    dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam

    proses pembelajaran (E. Mulyasa, 2004). Dari hasil supervisi ini, dapat

    diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan

    pembelajaran, tingkat penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan,

  • selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga

    guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan

    keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran.

    5. Kepala sekelah sebagai leader (pemimpin)

    Gaya kepemimpinan kepala sekolah seperti apakah yang dapat

    menumbuh-suburkan kreativitas sekaligus dapat mendorong terhadap

    peningkatan kompetensi guru?. Dalam teori kepemimpinan setidaknya kita

    mengenal dua gaya kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang berorientasi

    pada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dalam rangka

    meningkatkan kompetensi guru, seorang kepala sekolah dapat menerapkan

    kedua gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel, disesuaikan

    dengan kondisi dan kebutuhan yang ada.

    Kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan kepribadian dan

    kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam sifat-sifat

    sebagai berikut: (1) jujur; (2) percaya diri; (3) tanggung jawab; (4) berani

    mengambil resiko dan keputusan; (5) berjiwa besar; (6) emosi yang stabil, dan

    (7) teladan (E. Mulyasa, 2003).

    6. Kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja

    Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap

    guru lebih termotivasi untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul, yang

    disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya. Oleh karena itu, dalam

    upaya menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif, kepala sekolah

    hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) para guru akan

    bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik dan

    menyenangkan; (2) tujuan kegiatan perlu disusun dengan jelas dan

    diinformasikan kepada para guru sehingga mereka mengetahui tujuan dia

    bekerja, para guru juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut; (3)

    para guru harus selalu diberitahu tentang dari setiap pekerjaannya; (4)

  • pemberian hadiah lebih baik dari hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman

    juga diperlukan, (5) usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio-psiko-fisik

    guru, sehingga memperoleh kepuasan (modifikasi dari pemikiran E. Mulayasa

    tentang Kepala Sekolah sebagai Motivator, E. Mulyasa, 2003).

    7. Kepala sekolah sebagai wirausahawan

    Dalam menerapkan prinsip-prinsip kewirausaan dihubungkan dengan

    peningkatan kompetensi guru, maka kepala sekolah seyogyanya dapat

    menciptakan pembaharuan, keunggulan komparatif, serta memanfaatkan

    berbagai peluang. Kepala sekolah dengan sikap kewirausahaan yang kuat

    akan berani melakukan perubahan-perubahan yang inovatif di sekolahnya,

    termasuk perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan proses

    pembelajaran siswa beserta kompetensi gurunya.

    Sejauh mana kepala sekolah dapat mewujudkan peran-peran di atas,

    secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan kontribusi

    terhadap peningkatan kompetensi guru, yang pada gilirannya dapat membawa

    efek terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

    C. Lesson Study Dalam Kegiatan Pembelajaran

    Lesson Study merupakan model pembinaan profesi pendidik melalui

    pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan

    prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas

    belajar.

    Lesson Study adalah program yang diterapkan oleh SISTTEMS,

    (Strengthening In-Service Teacher Training of Mathematics and Science

    Education at Junior Secondary Level) yaitu bentuk kerjasama antara JICA (Japan

    International Cooperation Agency) dan MONE / Depdiknas (Ministry of National

    Education / Departemen Pendidikan Nasional) Indonesia.

    Lesson Study bukan merupakan metoda atau strategi pembelajaran tetapi

    kegiatan yang dapat menerapkan berbagai metoda dan strategi pembelajaran yang

  • sesuai dengan situasi, kondisi, kemampuan komunitas pembelajaran serta berbagai

    permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran.

    Lesson Study adalah metode yang berorientasi pada praktek untuk

    meningkatkan keterampilan mengajar oleh guru-guru itu sendiri.

    D. Teknik Lesson Study

    Lesson Study biasanya terdiri dari tahapan-tahapan berikut:

    1. Guru mempersiapkan rencana pembelajaran (PLAN-tahap perencanaan),

    2. Salah seorang guru mempraktekkan rencana pembelajaran di kelas yang

    sesungguhnya, sedangkan para guru pendamping yang lain dan kepala sekolah

    mengamati pembelajaran tersebut (DO-tahap pembelajaran terbuka),

    3. Setelah pembelajaran, guru pengajar dan para guru pengamat mendiskusikan

    hasil pembelajaran, kemudian disampaikan kepada kepala sekolah untuk

    menyampaikan umpan balik pada guru pengajar.

    Kelebihan dari metode ini adalah, peran guru yang dapat berubah-ubah:

    siapapun dapat berperan sebagai guru pengajar dalam satu waktu dan menjadi guru

    pengamat dilain waktu. Pergantian peran ini menciptakan rasa saling mengerti

    serta mendukung diantara guru dan secara efektif meningkatkan mutu proses

    belajar-mengajar. Bermacam-macam istilah yang digunakan untuk metode sejenis

    ini diberbagai sumber pustaka, misalnya: "action research", "coaching", dan

    "clinical supervision". Dalam program ini, lesson study akan digunakan sebagai

    istilah umum untuk kegiatan yang berusaha untuk mengembangkan profesi guru.

    Revolusi pembelajaran yang dilakukan melalui kegiatan Lesson Study

    telah menunjukkan hasil yang luar biasa. Indikator keberhasilannya itu dapat

    dilihat diantaranya:

    1. Tumbuhnya semangat guru dalam mencari dan menerapkan berbagai metoda

    atau strategi pembelajaran. Hal ini dikarenakan setiap dilaksanakan

    implementasi Lesson Study, guru dituntut untuk memilih metoda atau strategi

  • pembelajaran yang lain dari yang pernah dipakai dalam implementasi-

    implementasi sebelumnya.

    2. Tumbuhnya prinsip kolegalitas diantara guru-guru mata pelajaran, khususnya

    yang sejenis. Hal ini ditunjukkan dengan semakin efektifnya kegiatan

    Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Sebelumnya, kegiatan MGMP

    itu, kalaupun ada, hanya terbatas bila menghadapi ujian nasional saja. Bahkan

    kegiatan MGMP pun biasanya diselenggarakan oleh sub rayon, bahkan rayon,

    yang tentu secara domisili kesulitan dijangkau oleh transportasi, terutama di

    sekolah-sekolah yang berada di pinggiran. Melalui kegiatan MOMP yang

    diselenggarakan di Base Camp, lebih mudah dijangkau oleh guru-guru

    anggota MOMP, sehingga silaturrahmi dan kolegalitas, sebagai ruh Lesson

    Study, dapat tercipta.

    3. Dukungan moril dan materil dari pimpinan sekolah semakin kuat. Hal ini bisa

    dilihat pada setiap kegiatan Lesson Study melalui MGMP mendapat dukungan

    dari kepala sekolah. Bahkan hampir setiap kegiatan Lesson Study dihadiri

    langsung oleh kepala sekolah-kepala sekolah, khususnya dalam satu base

    camp. Tentunya, dengan dukungan yang besar dari pimpinan akan memberi

    motivasi bagi untuk mengikuti kegiatan MGMP. Tetapi sebaliknya, bila

    pimpinan sekolah tidak memberi motivasi, maka gurunya pun tidak akan

    semangat mengikuti kegiatan MGMP.

    4. Guru mendapat banyak pencerahan, selain dari teman sejawat, juga dari para

    dosen pembimbing (fasilitator) yang setiap pertemuan selalu hadir untuk

    memberikan dukungan, baik ketika melakukan PLAN (perencanaan), DO

    (pelaksanaan/implementasi) dan SEE (refleksi).

    Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan kegiatan Lesson Study agar

    berjalan lebih baik harus mendapat perhatian dan merupakan tugas dan tanggung

    jawab bersama, baik bagi guru-guru, kepala sekolah, dinas pendidikan dan Lembaga

  • Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang terlibat langsung dengan kegiatan

    Lesson Study.

    E. Tahapan Lesson Study

    Lalu bagaimana kiatnya agar Lesson Study yang kita lakukan efektif?

    Berkenaan dengan tahapan-tahapan dalam Lesson Study ini, dijumpai

    beberapa pendapat. Menurut Wikipedia (2007) bahwa Lesson Study dilakukan

    melalui empat tahapan dengan menggunakan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA).

    Sementara itu, Slamet Mulyana (2007) mengemukakan tiga tahapan dalam

    Lesson Study, yaitu: (1) Perencanaan (Plan); (2) Pelaksanaan (Do) dan (3)

    Refleksi (See). Sedangkan Bill Cerbin dan Bryan Kopp dan University of

    Wisconsin mengetengahkan enam tahapan dalam Lesson Study, yaitu:

    1. Form a Team: membentuk tim sebanyak 3-6 orang yang terdiri guru yang

    bersangkutan dan pihak-pihak lain yang kompeten serta memilki kepentingan

    dengan Lesson Study.

    2. Develop Student Learning Goals: anggota tim mendiskusikan apa yang akan

    dibelajarkan kepada siswa sebagai hasil dari Lesson Study.

    3. Plan the Research Lesson: guru-guru mendesain pembelajaran guna mencapai

    tujuan belajar dan mengantisipasi bagaimana para siswa akan merespons.

    4. Gather Evidence of Student Learning: salah seorang guru tim melaksanakan

    pembelajaran, sementara yang lainnya melakukan pengamatan,

    mengumpulkan bukti-bukti dari pembelajaran siswa.

    5. Analyze Evidence of Learning: tim mendiskusikan hasil dan menilai kemajuan

    dalam pencapaian tujuan belajar siswa

    6. Repeat the Process: kelompok merevisi pembelajaran, mengulang tahapan-

    tahapan mulai dari tahapan ke-2 sampai dengan tahapan ke-5 sebagaimana

    dikemukakan di atas, dan tim melakukan sharing atas temuan-temuan yang

    ada.

  • Untuk lebih jelasnya, dengan merujuk pada pemikiran Slamet Mulyana (2007)

    dan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA), di bawah ini akan diuraikan secara ringkas

    tentang empat tahapan dalam penyelengggaraan Lesson Study

    1. Tahapan Perencanaan (Plan)

    Dalam tahap perencanaan, para guru yang tergabung dalam Lesson

    Study berkolaborasi untuk menyusun RPP yang mencerminkan pembelajaran

    yang berpusat pada siswa. Perencanaan diawali dengan kegiatan menganalisis

    kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran, seperti

    tentang: kompetensi dasar, cara membelajarkan siswa, mensiasati kekurangan

    fasilitas dan sarana belajar, dan sebagainya, sehingga dapat diketahui berbagai

    kondisi nyata yang akan digunakan untuk kepentingan pembelajaran.

    Selanjutnya, secara bersama-sama pula dicarikan solusi untuk memecahkan

    segala permasalahan ditemukan. Kesimpulan dari hasil analisis kebutuhan dan

    permasalahan menjadi bagian yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan

    RPP, sehingga RPP menjadi sebuah perencanaan yang benar-benar sangat

    matang, yang didalamnya sanggup mengantisipasi segala kemungkinan yang

    akan terjadi selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung, baik pada tahap

    awal, tahap inti sampai dengan tahap akhir pembelajaran.

    2. Tahapan Pelaksanaan (Do)

    Pada tahapan yang kedua, terdapat dua kegiatan utama yaitu: (1)

    kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru

    yang disepakati atau atas permintaan sendiri untuk mempraktikkan RPP yang

    telah disusun bersama, dan (2) kegiatan pengamatan atau observasi yang

    dilakukan oleh anggota atau komunitas Lesson Study yang lainnya (baca:

    guru, kepala sekolah, atau pengawas sekolah, atau undangan lainnya yang

    bertindak sebagai pengamat/observer).

    Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahapan pelaksanaan,

    diantaranya:

  • 1. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun

    bersama.

    2. Siswa diupayakan dapat menjalani proses pembelajaran dalam setting yang

    wajar dan natural, tidak dalam keadaan under pressure yang disebabkan

    adanya program Lesson Study.

    3. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, pengamat tidak diperbolehkan

    mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran dan mengganggu konsentrasi

    guru maupun siswa.

    4. Pengamat melakukan pengamatan secara teliti terhadap interaksi siswa-siswa,

    siswa-bahan ajar, siswa-guru, siswa-lingkungan lainnya, dengan

    menggunakan instrumen pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya dan

    disusun bersama-sama.

    5. Pengamat harus dapat belajar dari pembelajaran yang berlangsung dan bukan

    untuk mengevalusi guru.

    6. Pengamat dapat melakukan perekaman melalui video camera atau photo

    digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan analisis lebih lanjut dan

    kegiatan perekaman tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran.

    7. Pengamat melakukan pencatatan tentang perilaku belajar siswa selama

    pembelajaran berlangsung, misalnya tentang komentar atau diskusi siswa dan

    diusahakan dapat mencantumkan nama siswa yang bersangkutan, terjadinya

    proses konstruksi pemahaman siswa melalui aktivitas belajar siswa. Catatan

    dibuat berdasarkan pedoman dan urutan pengalaman belajar siswa yang

    tercantum dalam RPP.

    3. Tahapan Refleksi (Check)

    Tahapan ketiga merupakan tahapan yang sangat penting karena upaya

    perbaikan proses pembelajaran selanjutnya akan bergantung dari ketajaman

    analisis para perserta berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran

    yang telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi yang

  • diikuti seluruh peserta Lesson Study yang dipandu oleh kepala sekolah atau peserta

    lainnya yang ditunjuk. Diskusi dimulai dari penyampaian kesan-kesan guru yang

    telah mempraktikkan pembelajaran, dengan menyampaikan komentar atau kesan

    umum maupun kesan khusus atas proses pembelajaran yang dilakukannya,

    misalnya mengenai kesulitan dan permasalahan yang dirasakan dalam

    menjalankan RPP yang telah disusun.

    Selanjutnya, semua pengamat menyampaikan tanggapan atau saran secara

    bijak terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan (bukan terhadap guru

    yang bersangkutan). Dalam menyampaikan saran-sarannya, pengamat harus

    didukung oleh bukti-bukti yang diperoleh dari hasil pengamatan, tidak berdasarkan

    opininya. Berbagai pembicaraan yang berkembang dalam diskusi dapat dijadikan

    umpan balik bagi seluruh peserta untuk kepentingan perbaikan atau peningkatan

    proses pembelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya seluruh peserta pun memiliki

    catatan-catatan pembiearaan yang berlangsung dalam diskusi.

    4. Tahapan Tindak Lanjut (Act)

    Dari hasil refleksi dapat diperoleh sejumlah pengetahuan baru atau

    keputusan-keputusan penting guna perbaikan dan peningkatan proses

    pembelajaran, baik pada tataran individual, maupun menajerial.

    Pada tataran individual, berbagai temuan dan masukan berharga yang

    disampaikan pada saat diskusi dalam tahapan refleksi (check) tentunya menjadi

    modal bagi para guru, baik yang bertindak sebagai pengajar maupun observer

    untuk mengembangkan proses pembelajaran kearah lebih baik.

    Pada tataran manajerial, dengan pelibatan langsung kepala sekolah

    sebagai peserta Lesson Study, tentunya kepala sekolah akan memperoleh sejumlah

    masukan yang berharga bagi kepentingan pengembangan manajemen pendidikan

    disekolahnya secara keseluruhan. Kalau selama ini kepala sekolah banyak

    disibukkan dengan hal-hal di luar pendidikan, dengan keterlibatannya secara

    langsung dalam Lesson Study, maka dia akan lebih dapat memahami apa yang

  • sesungguhnya dialami oleh guru dan siswanya dalam proses pembelajaran,

    sehingga diharapkan kepala sekolah dapat semakin lebih fokus lagi untuk

    mewujudkan dirinya sebagai pemimpin pendidikan di sekolah.

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Pendekatan Penelitian

    Sebagai mekanisme penelitian yang dapat menggambarkan tercapainya

    tujuan yang telah ditetapkan maka ditempuhlah prosedur penelitian tindakan

    sekolah ini dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.

    Pelaksanaan penelitian kualitatif ditempuh dengan cara penelitian lebih

    banyak melibatkan norma-norma berfikir rasional dan logis berdasarkan data-data

    atau kesimpulan yang terdapat pada buku panduan atau acuan literatur yang

    dijadikan obyek penelitian. Dalam hal ini penelitian menggunakan teknik

    pengumpulan data sebagai berikut:

    a) Menentukan Sumber Data

    i. Jenis data

    Data yang diperoleh adalah berupa informasi dan atau keterangan hasil

    pengamatan terhadap kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan

    pembelajaran dengan menggunakan metode Lesson Study.

    ii. Sumber data pendukung diklasifikasikan sebagai berikut:

    1. Kepala Sekolah

    2. Guru

    iii. Analisis Data

    Setelah seluruh data yang diperlukan maka langkah selanjutnya adalah

    mengolah data dan menganalisis data yang cara-caranya sebagai berikut:

    1. Deduksi yaitu upaya memperoleh data yang bersifat khusus melalui penalaran

    dan penganalisisan data-data yang bersifat umum.

    2. Induksi upaya memperoleh data-data yang bersifat umum melalui penalaran

    dan penganalisasian terhadap data yang bersifat khusus.

  • 3. Menyandingkan beberapa keterangan atau data yang diperoleh untuk

    mendapatkan argumentasi yang lebih serta mampu memberikan kejelasan

    yang layak untuk dijadikan pegangan dalam penelitian.

    B. Subjek Penelitian

    Yang menjadi subjek penelitian adalah guru kelas sebagai berikut :

    No Nama Pangkat/

    Gol Jml. Jam Kelas Asal sekolah

    1 YULI HENDRAYANI Sukwan 24 A TKIT Babussalam

    2 RAHMAWATI DEWI Sukwan 24 A TKIT Babussalam

    C. Waktu Penelitian Tindakan Sekolah

    Jadwal kegiatan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini direncanakan dan

    dilaksanakan sebagaimana pada tabel di bawah ini :

    Tabel 1

    No. Tanggal Siklus Tindakan

    1 2 Februari 2012 1 Pengamatan dan penilaian RPP guru-guru

    2 7 Februari 2012 1 Melakukan Supervisi Klinis

    3 15 Februari 2012 2 Mengadakan Pembinaan Melalui Metode

    Lesson Study.

    4 6 Maret 2012 2 Supervisi akademik (Pembuatan RPP)

    D. Prosedur Penelitian

    1. Perencanaan Tindakan

    Perencanaan Tindakan Sekolah dilakukan dengan penilaian terlebih dahulu

    terhadap kebutuhan-kebutuhan guru yang diperoleh dari informasi hasil

    pembicaraan dengan guru. Diperoleh kesimpulan bahwa guru memiliki

    keterbatasan dalam menyusun RPP. Permasalahan ini diangkat menjadi isu

    pembinaan dengan memberikan penyuluhan tentang penyusunan RPP.

  • Sebagai langkah pertama adalah melakukan penilaian terhadap RPP yang

    disusun oleh guru dengan menggunakan instrumen penilaian RPP. Teknik dan alat

    pengumpul data adalah menggunakan teknik observasi atau pengamatan terhadap

    dokumentasi perangkat pembelajaran guru (RPP) dan eksen pembelajarannya di kelas

    dengan menggunakan instrumen sebagai berikut:

    LEMBAR PENILAIAN

    Petunjuk

    Berilah skor pada butir-butir perencanaan pembelajaran dengan cara melingkari

    angka pada kolom skor (1, 2, 3, 4, 5) sesuai dengan kriteria sebagai berikut:

    1= sangat tidak baik

    2= tidak baik

    3 = kurang baik

    4 = baik

    5 = sangat baik

    No. Aspek yang dinilai Skor

    1. Kejelasan perumusan tujuan pembelajaran (tidak menimbulkan

    penafsiran ganda dan mengandung perilaku hasil belajar) 1 2 3 4 5

    2. Pemilihan materi ajar (sesuai dengan tujuan dan karakteristik peserta

    didik) 1 2 3 4 5

    3. Pengorganisasian materi ajar (keruntutan, sistematika materi dan

    kesesuaian dengan alokasi waktu) 1 2 3 4 5

    4. Pemilihan sumber/ media pembelajaran (sesuai dengan tujuan, materi

    dan katakteristik peserta didik) 1 2 3 4 5

    5. Kejelasan skenario pembelajaran (langkah-langkah, kegiatan

    pembelajaran: awal, inti, dan penutup) 1 2 3 4 5

    6. Kerincian skenario pembelajaran (setiap langkah tercermin strategi/

    metode dan alokasi waktu pada setiap tahap) 1 2 3 4 5

    7. Kesesuaian teknik dengan tujuan pembelajaran 1 2 3 4 5

    8. Kelengkapan instrumen (soal, kunci, pedoman penskoran) 1 2 3 4 5

    Skor Total ................

    Linggamulya, .....................................20.....

    Penilai,

    ................................................

  • 2. Pelaksanaan Tindakan

    Setelah dilakukan penilaian terhadap RPP, dilakukan penyuluhan penyusunan

    RPP sesuai pedoman.

    3. Observasi/Pengamatan

    RPP yang sudah disusun dilaksanakan dikelas dengan menggunakan instrumen

    sebagai berikut:

    PENILAIAN MENGAJAR

    Satuan Pendidikan :.................................................................................

    Nama Guru :.................................................................................

    Mata Pelajaran :.................................................................................

    Hari/ Tanggal :.................................................................................

    No Aspek

    Penilaian Indikator Deskriptor

    Nilai

    A B C D

    1. Membuka

    pelajaran

    Apersepsi

    1. Membuka pelajaran dengan doa/ salam/ memeriksa kehadiran peserta.

    2. Mengajukan pertanyaan/ menggali informasi berkaitan dengan kompetensi yang akan dicapai.

    3. Mengemukakan kompetensi yang akan dicapai dalam kegiatan pembelajaran.

    4. Mengkaitkan peran/ manfaat penguasaan kompetensi dalam kehidupan peserta.

    2. Melaksanakan

    kegiatan inti

    Penggunaan

    Metode

    1. Metode yang digunakan melibatkan peserta mengalami/ melakukan aktivitas pembelajaran

    sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai.

    2. Metode yang digunakan melibatkan peserta menemukan prosedur/ konsep/ prinsip/

    karakteristik berkaitan dengan kompetensi yang

    akan dicapai.

    3. Metode yang digunakan melibatkan peserta menerapkan apa yang telah ditemukan dalam

    situasi yang baru/konteks yang berbeda.

    4. Metode yang digunakan mengharuskan untuk mengukuhkan temuan peserta.

    Penggunaan

    Media 1. Menggunakan media yang otentik.

    2. Memberdayakan media yang ada disekeliling peserta, yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan

    masyarakat.

    3. Media yang digunakan sesuai untuk mencapai kompetensi yang akan dicapai.

    4. Media yang digunakan memungkinkan peserta

  • No Aspek

    Penilaian Indikator Deskriptor

    Nilai

    A B C D

    melakukan pengamatan, bertanya,

    mengumpulkan data, menganalisis data dan

    menarik kesimpulan.

    Penguasaan

    Kompetensi

    1. Guru mendemonstrasikan perilaku pembelajaran yang seharusnya dikuasai peserta melalui

    contoh/ pemodelan.

    2. Tugas yang diberikan kepada peserta mencerminkan tahapan untuk mencapai

    kompetensi yang seharusnya dikuasai peserta.

    3. Guru memberikan balikan secara jelas terhadap perilaku pembelajaran yang sesuai/ tidak sesuai

    dengan kompetensi yang seharusnya dikuasai

    peserta.

    4. Guru dapat merespon pertanyaan dan komentar peserta secara tepat dan memadai.

    Pembelajaran

    menyenang-

    kan

    1. Guru memberdayakan permainan/ humor/ metode yang bervariasi untuk menyegarkan

    suasana.

    2. Peserta yang banyak melakukan aktivitas pembelajaran dan peserta melaksanakan aktivitas

    pembelajaran dengan gembira.

    3. Peserta tidak takut mengajukan pertanyaan/ saran/ pendapat.

    4. Peserta tidak takut mengekspresikan kegembiraan, misalnya dengan bertepuk tangan.

    Keterkaitan

    metode dengan

    pengembangan

    kecaka

    1. Metode yang digunakan melibatkan peserta untuk melakukan kerjasama (Learning

    community).

    2. metode yang digunakan mendorong peserta untuk mengajukan pertanyaan/ pendapat kritis

    dan kreatif.

    3. Metode yang digunakan bersifat menantang, sehingga mendorong peserta melakukan

    aktivitas secara sungguh- sungguh dan antusias.

    4. Metode yang digunakan mendorong peserta untuk mempertahankan pendapat dan

    berpendapat yang berbeda.

    3. Refleksi dan

    penilaian

    refleksi 1. Guru mendorong peserta mengungkapkan apa yang telah dipelajari.

    2. Guru mendorong peserta mengungkapkan kesan-kesan berkaitan dengan pembelajaran

    yang telah dilaksanakan.

    3. Guru mendorong peserta mengungkapkan saran untuk perbaikan pembelajaran.

    4. Guru memberikan penguatan/pujian

  • No Aspek

    Penilaian Indikator Deskriptor

    Nilai

    A B C D

    terhadap upaya/kerja keras yang telah

    dilakukan peserta.

    Penilaian 1. Guru melakukan penilaian sesuai dengan kompetensi yang seharusnya dicapai.

    2. Kriteria penilaian jelas dan dapat diukur.

    3. Guru memberi kesempatan peserta untuk melakukan self-assesment (penilaian diri sendiri)/

    peer-assesment (penilaian antar teman) dengan

    kriterian yang telah ditetapkan.

    4. Penilaian dilaksanakan selama dan setelah aktivitas pembelajaran (proses dan produk).

    4. Faktor penun

    jang

    Penggunaan

    bahasa

    1. Ucapan jelas dan mudah dipahami.

    2. Menggunakan kosakata dan tata bahasa baku.

    3. Kalimat-kalimat yang digunakan bervariasi, tidak monoton.

    4. Pembicaraan lancar, tidak tersedat-sedat.

    Rasa

    percaya diri

    1. Tatapan mata dan gerak tubuh menunjukkan sikap tenang.

    2. Nada suara dan intonasi menunjukkan sikap tegas, optimis dan tidak ragu-ragu.

    3. Merespon setiap pertanyaan, tanggapan atau saran dari peserta dengan emosi

    yang stabil (tidak larut dalam emosi).

    4. Semua pertanyaan, tanggapan atau saran dijawab dengan tenang, tidak gugup dan penuh

    rasa optimis

    Jumlah Seluruh Skor

    Nilai= Jumlah seluruh skor

    10

    Cara pemberian nilai untuk setiap indikator:

    Nilai A (skor 4) : Sangat baik, jika tiga atau empat deskriptor tampak/teramati

    Nilai B (skor 3) : Baik, jika dua deskriptor tampak/teramati

    Nilai C (skor 2) : Kurang, jika satu deskriptor tampak/teramati

    Nilai D (skor1) : Sangat kurang, jika tidak ada deskriptor yang tampak/teramati

    Simpulan penilaian dan Rekomendasi :

    ....................................................................................................................................

    ........................................................................................................................................

    Linggamulya, .....................20...

    Penilai,

    ................................................

  • 4. Refleksi

    Tindakan-tindakan tersebut diimplementasikan dalam tiga siklus tindakan

    dan setiap siklus diakhiri dengan refleksi. Siklus pertama penilaian RPP

    menghasilkan penilaian perlunya diberi penyuluhan penyusunan RPP. Siklus

    kedua yaitu melakukan pembinaan melalui tekhnik Lesson Study dan siklus ketiga

    menghasilkan pembicaraan lebih lanjut tentang supervisi akademik (pembuatan

    RPP).

  • BAB IV

    PEMBAHASAN PENELITIAN

    A. Deskripsi Persiklus

    Pelaksanaan PTS yang direncanakan oleh penulis dalam bentuk

    pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul "Upaya Peningkatan Kinerja

    Guru Melalui Tekhnik Lesson Study Secara Kolaboratif dan Rutin Di Taman

    Kanak-kanak Islam Terpadu Babussalam-Linggamulya" berjalan sesuai dengan

    perencanaan PTS.

    Hasil penelitian yang direfleksi dari permasalahan yang menjadi fokus

    penelitian menunjukan hasil yang membawa pengaruh positif pada guru. Terlihat

    dari hasil penelitian.

    Hasil penilaian dapat terlihat pada tabel di bawah ini:

    Tabel 2

    REKAPITULASI HASIL PENILAIAN

    No Nama Nilai Hasil Evaluasi

    Siklus I Siklus II 1 YULI HENDRAYANI

    27 35

    2 RAHMAWATI DEWI

    26 31

    JUMLAH 53 66

    Rata-rata 26,5 33

  • Adapun dalam bentuk diagramnya adalah sebagai berikut:

    Keterangan :

    Penguasaan guru dalam melakukan pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus

    pertama ke siklus kedua setelah diberikan teknik short briefing secara rutin mengenai

    penyusunan RPP yang benar, materi pelajaran yang akan disampaikan dari siklus ke

    siklus.

    Siklus ke I mencapai rata-rata nilai 26,5

    Siklus ke II mencapai 33

    Dari 2 guru kelas

    Berdasarkan temuan-temuan yang didapat selama mengadakan penelitian

    terhadap pelaksanaan tugas sehari-hari sebagai kepala sekolah dan penerapan metode

    Lesson Study secara rutin sebelum guru melakukan tugas mengajar menunjukkan

    adanya peningkatan produktifitas, profesional dan mutu pembelajaran di kelas.

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    Siklus I Siklus II

    Series1

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    Siklus I Siklus II

  • B. Subjek Penelitian

    Yang menjadi subjek penelitian adalah guru-guru di TKIT Babussalam-

    Linggamulya UPTD Pendidikan TK, SD dan PLS Kecamatan Leuwisari

    Kabupaten Tasikmalaya.

    Tabe1 3

    DAFTAR PERSONIL TKIT BABUSSALAM

    NO NAMA GOL JABATAN MENGAJAR

    DI KELAS

    1 ADE SAJAAH, S.Pd - Kepala Sekolah A

    2 MUROH MUNAWAROH II/B Guru Kelas A

    2 YULI HENDRAYANI - Guru Kelas A

    3 RAHMAWATI DEWI - Guru Kelas A

    4 DIAN NURBASARI - Guru Kelas A

    5 ENUR HAYATIN - Guru Kelas B

    6 OOS ROSYADAH - Guru Kelas B

    C. Pembahasan Tiap Siklus

    Kondisi awal sebelum diterapkan metode Lesson Study secara rutin

    sebelum guru melakukan tugas mengajar menunjukkan:

    1. Kurangnya kesadaran dan tanggung jawab guru akan tugas pokok dan fungsi

    yang dibebankan oleh pemerintah.

    2. Kurangnya perencanaan yang matang dalam melaksanakan tugas dan belum

    siapnya guru untuk mengadakan perubahan kearah yang lebih maju sesuai

    dengan perkembangan dunia pendidikan.

    3. Kurangnya pemahaman guru akan tugasnya sebagai agen pembelajaran.

    4. Belum terbentuknya disiplin sekolah dan iklim budaya kerja sekolah yang

    mengacu pada peningkatan mutu pembelajaran.

    Pemahaman guru terhadap tugas sebelum diterapkannya pendekatan

    tersebut adalah dalam melaksanakan tugasnya hanya mengandalkan persiapan

    seadanya bahkan kadang sama sekali tidak ada persiapan. Hal ini terjadi karena

    fungsi kontrol sebagai salah satu tugas kepala sekolah tidak berjalan sebagaimana

    mestinya. Disamping itu seolah-olah guru hanya sekedar melaksanakan tugas

    tanpa ada perancanaan yang matang dan tidak berpikir bagaimana hasil akhir

  • setelah melaksanakan tugas mengajar. Dapat dibayangkan jika seorang kepala

    sekolah tidak mempunyai kemampuan untuk mengatur, memimpin, mengelola

    atau mengadministrasikan sumber daya meliputi perencanaan, pelaksanaan,

    pengawasan, dan pembinaan terhadap guru-guru sebagai bawahannya.

    Teknik Lesson Study dikemas agar menarik, memukau dan apa yang kepala

    sekolah sampaikan langsung masuk dan dapat diaplikasikan dalam kegiatan

    pembelajaran oleh guru-guru.

    Pertama kali yang harus disadari adalah apa yang akan kita sampaikan.

    Kepala sekolah harus memahami visi sekolah. Visi sekolah akan menurunkan Misi

    yang sekolah buat dalam waktu yang pendek. Misi yang sekolah buat inilah yang

    akan menurunkan culture kerja. Culture kerja inilah yang kemudian akan

    memunculkan Motivasi kerja. Jadi dengan memahami Visi, kepala sekolah akan

    dapat menciptakan budaya kerja dalam tim sekolah dan sekaligus memunculkan

    motivasi personil.

    Yang kedua, yang harus kepala sekolah sadari bahwa pada saat teknik

    Lesson Study dimulai, kepala sekolah harus menyadari secara sepenuhnya bahwa

    teknik ini adalah teknik yang berkesinambungan, yang akan membutuhkan waktu

    untuk bisa beradaptasi dengan teknik baru, maka diperlukan keuletan dan

    kesabaran dalam mengolah manajemen di sekolah.

    Strategi melaksanakan lesson study berdasarkan hasil penelitian penulis:

    1. Perencanaan (Plan)

    Gambar 1.

    Guru sebidang studi secara kolaborasi mengidentifikasi

    permasalahan pembelajaran dan menghasilkan perangkat pembelajaran

  • A. Identifikasi Masalah Pembelajaran

    1. Materi Ajar

    a. kedalaman materi

    b. kesesuaian dengan tuntutan kurikulum

    c. tingkat kesulitan

    2. Strategi Pembelajaran

    a. pendahuluan

    memotivai siswa belajar

    b. kegiatan inti

    aktivitas belajar yang diharapkan

    rancangan interaksi siswa dengan bahan ajar

    rancangan interaksi siswa dengan siswa

    rancangan interaksi siswa dengan guru

    1. penutup

    aktivitas siswa yang diharapkan untuk menyimpulkan pelajaran

    B. Mempersiapkan Perangkat Pembelajaran

    1. Silabus

    2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

    3. Lembar Kegiatan Siswa

    4. Alat tes

    C. Menentukan Observer

    1. Kepala Sekolah

    2. Guru

    3. Pengawas Sekolah

    D. Menentukan Guru Model (pelaksana pembelajaran di kelas)

  • II. Pelaksanaan (Do)

    Gambar 2.

    Guru model mengajar dan observer mengobservasi pelaksanaan pembelajaran

    a. Pertemuan singkat (briefing) dipimpin fasilitator (kepala sekolah).

    b. Guru model mengemukakan rencana singkat (rencana pembelajaran, tujuan,

    kedudukan materi ajar dalam kurikulum, perkiraan kemungkinan respon siswa).

    c. Kepala sekolah mengingatkan observer untuk tidak mengintervensi proses

    belajar mengajar.

    d. Observer dipersilahkan memilih tempat strategis sesuai rencana pengamatan.

    e. Guru model melaksanakan proses belajar mengajar.

    Observasi

    Observer membuat catatan tentang:

    A. Komentar siswa dalam diskusi.

    B. Kerja sama siswa.

    C. Aktivitas belajar.

    D. Strategi penyelesaian masalah.

    Pedoman observer:

    a. Kejelasan tujuan pembelajaran.

    b. Aktivitas mengarah ke pencapaian tujuan.

    c. Langkah-langkah pembelajaran berkaitan mendukung pemahaman siswa.

    d. Media pembelajaran mendukung pencapaian tujuan.

    e. Diskusi kelas membantu pemahaman konsep.

    f. Materi ajar sesuai tingkat kemampuan siswa.

    g. Penggunaan pengetahuan awal untuk mendukung pemahaman konsep.

    h. Pertanyaan guru mendorong dan memfasilitasi cara berpikir siswa.

  • i. Pemberian penghargaan gagasan siswa.

    j. Kesimpulan didasarkan pendapat siswa.

    k. Kesimpulan sesuai tujuan.

    l. Pemberian penguatan.

    III. Refleksi (See)

    A. Menentukan fasilitator.

    B. Fasilitator mengenalkan observer dengan spesifikasi bidang ilmu.

    C. Fasilitator menyampaikan agenda refleksi.

    D. Fasilitator menyampaikan aturan main.

    1. berbicara dengan tertib (jadi pendengar yang baik)

    2. berbicara sopan tidak untuk mengadili guru model

    3. setiap peserta diberi kesempatan berbicara

    4. berbicara berdasarkan temuan pengamatan

    5. masukan difokuskan pada "bagaimana siswa belajar"

    E. Guru model menyampaikan:

    1. kejadian yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan harapan.

    2. sesuatu yang berubah dari rencana.

    F. Team pengembang memberi komentar.

    G. Fasilitator memberi kesempatan observer berkomentar

    H. Fasilitator mempersilahkan tenaga ahli merangkum diskusi.

    I. Fasilitator mengucapkan terimakasih dan mengumumkan kegiatan lesson

    study berikutnya.

  • BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam bab

    sebelumnya melalui "Upaya Peningkatan Kinerja Guru Melalui Teknik Lesson

    Study Secara Kolaboratif dan Rutin Di Taman Kanak-kanak Islam Terpadu

    Babussalam-Linggamulya" dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut:

    1. Pelaksanaan program yang rutin dan berkesinambungan merupakan

    kunci keberhasilan dalam melaksanakan tugas sebagai kepala sekolah

    dalam meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.

    2. Pada "Upaya Peningkatan Kinerja Guru Melalui Teknik Lesson Study

    Secara Kolaboratif dan Rutin Di Taman Kanak-kanak Islam Terpadu

    Babussalam-Linggamulya" ternyata mampu membentuk tenaga

    pendidik yang produktif/ profesional dan mampu meningkatkan mutu

    pembelajaran.

    3. Dengan adanya terobosan dan inovasi melalui pendekatan "Upaya

    Peningkatan Kinerja Guru Melalui Teknik Lesson Study Secara

    Kolaboratif dan Rutin Di Taman Kanak-kanak Islam Terpadu

    Babussalam-Linggamulya" ternyata ada pengaruh yang besar terhadap

    hasil belajar siswa.

    Dengan demikian "Upaya Peningkatan Kinerja Guru Melalui Teknik

    Lesson Study Secara Kolaboratif dan Rutin Di Taman Kanak-kanak Islam Terpadu

    Babussalam-Linggamulya" ternyata dapat meningkatkan mutu pembelajaran di

    kelas di TKIT Babussalam-Linggamulya UPTD Pendidikan TK,SD dan PLS

    Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya.

  • B. Saran

    Berdasarkan kesimpulan di atas, guru dituntut untuk melaksanakan

    beberapa hal dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya dalam

    meningkatan penguasaan materi pelajaran dan keaktifan siswa dalam belajar.

    Adapun hal-hal yang harus dilakukan guru diantaranya :

    Menentukan tujuan pembelajaran (lesson) satuan (unit) pelajaran, dan mata

    pelajaran yang efektif.

    Mengkaji dan meningkatkan pelajaran yang bermanfaat bagi siswa.

    Memperdalam pengetahuan tentang mata pelajaran yang disajikan para guru.

    Menentukan tujuan jangka panjang yang akan dicapai para siswa.

    Menentukan pelajaran secara kolaboratif.

    Mengkaji secara teliti belajar dan perilaku siswa.

    Mengembangkan pengetahuan pembelajaran yang dapat diandalkan.

    Melakukan refleksi terhadap pengajaran yang dilaksanakannya berdasarkan

    pandangan siswa dan koleganya.

    Disamping itu, pengalaman dalam pelaksanaan penelitian tindakan sekolah

    (PTS) perlu adanya kelompok kerja antara guru, untuk saling tukar pikiran dan

    pengalaman, serta saling membantu dalam memecahkan masalah yang dihadapi

    sehari-hari dalam tugas yang diemban dalam mengajar.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Hendayana S.. 2006. Lesson Study Suatu Strategi untuk Meningkatkan

    Keprofesionalan Guru (Pengalaman JUSTEP-JICA). Bandung: UPI

    Press.

    Parmin dan Siti Aminah. 2008. Menerapkan Lesson Study Dalam Pembelajaran di

    MI Madariful Huda Pati. Laporan Penelitian Dosen Muda. FMIPA:

    Universitas Negeri Semarang.

    Widhiartha, Putu Ashintya. Dwi Sudarmanto. Nining Ratnasingsih. 2008. Lesson

    Study Sebuah Upaya Peningkatan Mutu Pendidik Pendidikan Non

    Formal. Surabaya: Prima Printing.

    Yusak, Muchlas. 2008. Lesson Study: Pengembangan Profesi Guru Secara

    Berkelanjutan Berbasis Sekolah. Semarang: LPMP Jawa Tengah.

    http://www.slideshare.net/aminhers/lesson-study, Lesson Study-Presentation

    Transcript, 2010