Upload
hikmah-firdausi
View
102
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tugas matakuliah Strategi Belajar Mengajar Bidang Studi
Citation preview
MODEL PEMBELAJARAN STAD
(STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION)
MAKALAH
(disusun sebagai tugas matakuliah strategi belajar mengajar bidang studi)
oleh:
Hikmah Firdausi
110210302069
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat limpahan rahmat serta hidayah-Nyalah penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tak lupa penulis sampaikan banyak
terima kasih pada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan makalah ini. Penulis harap dengan adanya makalah ini dapat
membantu para teman-teman dalam proses belajar mata kuliah Pengantar Ilmu
Pendidikan, khususnya memahami tentang Model Pembelajaran STAD
(Student Teams Achievemend Division).
Akhirnya, sesuai dengan pepatah “Tiada Gading Yang Tak Retak”,
penulis mengharapkan kritik dan saran, khususnya dari teman-teman dan juga
dari para bapak dosen. Kebenaran dan kesempurnaan hanya Allah-lah yang
Punya dan Mahakuasa.
Sekian sepatah dua patah kata dari penulis, penulis harap makalah ini
berguna bagi kita semua.
Jember, 18 Agustus 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
1.4 Manfaat....................................................................................................................4
BAB 2 PEMBAHASAN................................................................................................4
2.1 Hakekat Metode Pmbelajaran STAD...................................................................4
2.2 Karakteristik Metode Pembelajaran STAD.........................................................6
2.3 Komponen-Komponen Metode Pembelajaran STAD.........................................7
2.4 Langkah-Langkah Metode Pembelajaran STAD................................................8
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran STAD................................17
2.6 Implementasi Pembelajaran STAD dalam Pembelajaran Sejarah....................19
BAB 3 PENUTUP.........................................................................................................24
3,1 Kesimpulan..............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................26
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan saat ini, peningkatan kualitas pembelajaran baik
dalam penguasaan materi maupun metode pembelajaran selalu diupayakan.
Salah satu upaya yang dilakukan guru dalam peningkatan kualitas pembelajaran
yaitu dalam penyusunan berbagai macam skenariokegiatan pembelajaran di
kelas.
Pembelajaran merupakan perpaduan antara kegiatan pengajaran yang
dilakukan guru dan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Dalam kegiatan
pembelajaran tersebut, terjadi interaksi antara siswa dengan siswa, interaksi
antara guru dan siswa, maupun interaksi antara siswa dengan sumber belajar.
Diaharapkan dengan adanya interaksi tersebut, siswa dapat membangun
pengetahuan secara aktif, pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, serta dapat memotivasi peserta didik sehingga
mencapai kompetensi yang diharapkan. Situasi dalam kelas perlu direncanakan
dan dibangun sedemikian rupa sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk
berinteraksi satu sama lain. Dalam interaksi ini, akan terbentuk suatu komunitas
yang memungkinkan mereka untuk memahami proses belajar dan memahami
satu sama lain. Diharapkan, guru dapat menciptakan situasi belajar sedemikian
rupa, sehingga siswa dapat bekerjasama dalam kelompok serta mengembangkan
wawasannya tentang pembelajaran kooperatif. Melalui pembelajaran kooperatif,
diharapkan guru dapat mengelola kelas dengan lebih efektif.
Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Devision (STAD)
merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang banyak dipraktikkan
para guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas. Hal ini tentunya
tidak terlepas karena adanya beberapa kelebihan dari metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD tersebut. Untuk memberikan tambahan data empiris
terhadap kelebihan penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD,
dalam artikel ini diberikan tinjauan dari beberapa hasil penelitian terkait dengan
pengaruh metode pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap prestasi belajar,
motivasi belajar, dan aktifitas belajar siswa.
1.2 Rumuan Masalah
Berdasarkan pemakaran latar belakang di atas, dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana hakikat metode pembelajaran STAD?
2. Bagaimana karakteristik metode pembelajaran STAD?
3. Apa sajakah komponen-komponen yang ada dalam metode
pembelajaran STAD?
4. Bagaimana langkah-langkah penerapan metode pembelajaran STAD?
5. Apa kelebihan dan kekurangan dari metode pembelajaran STAD?
6. Bagaimana implementasi metode pembelajaran STAD dalam
pembelajaran sejarah
1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memperoleh jawaban dari permasalahan yang
dikemukaakan di atas, yaitu:
1. Mendeskripsikan hakikat dari metode pembelajaran STAD
2. Mendeskripsikan katakteristik metode pembelajaran STAD
3. Komponen-komponen yang ada dalam metode pembelajaran STAD
4. Mendeskripsikan langkah-langkah penerapan metode pembelajaran
STAD
5. Mendeskripsikan kelebihan dan kekurangan dari metode
pembelajaran STAD
6. Mendeskripsikan implementasi metode pembelajaran STAD dalam
pembelajaran sejarah
1.4 Manfaat
Pembuatan makalah ini diharapkan akan memberikan manfaat, yaitu:
1. Bagi penulis, dapat mengetahui tentang metode pembelajaran STAD
2. Bagi pembaca, dapat mengetahui tentang metode pembelajaran
STAD serta cara penerapan model pembelajaran STAD di kelas
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Metode Pembelajaran STAD
Pembelajran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division)
dikembangkan pertama kali oleh Robert Slavin dan teman-temannya di
Universitas John Hopkins, dan merupakan model pembelajaran kooperatif paling
sederhana (Ibrahim, dkk. dalam Majid, 2013: 184). Masing-masing kelompok
memiliki kemampuan akademik yang heterogen (Depelopement MA Projeck,
dalam Majid, 2013:184). Sehingga dalam suatu kelompok akan terdapat satu
siswa berkemampuan tinggi, dua siswa berkemampuan sedang, dan satu siswa
lagi berkemampuan rendah.
STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para
guru yang menggunakan pendekatam kooperatif ( Slavin, 2005:143). Para guru
menggunakan model STAD untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada
siswa setiap minggu, baik melalui pengajaran verbal maupun tertulis (Ibrahim,
dkk. dalam Majid, 2013:184). STAD adalah sebuah strategi pembelajaran
kooperatif yang memberi tim berkemampuan majemuk latihan untuk
mempelajari konsep dan keahlian (Slavin dalam Eggen dan Kauchak, 2012:144).
Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana, sehingga tipe ini dapat digunakan oleh guru-
guru yang baru mulai menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif. Siswa
ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat orang yang
merupakan campuran menurut tingkat kinerja, jenis kelamin, dan suku. Guru
menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja di kelompok mereka untuk
memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran
tersebut. Ahirnya kepada seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut
dengan catatan, saat tes mereka tidak boleh saling membantu. Point setiap
anggota tim ini selanjutnya dijumlahkan untuk mendapat skor kelompok. Tim
yang mencapai kriteria tertentu diberikan penghargaan. Dalam STAD, diskusi
kelompok merupakan komponen kegiatan penting karena sangat berperan
dalam aktualisasi kelompok secara sinergis untuk mencapai hasil yang
terbaik dan dalam pembimbingan antara anggota kelompok sehingga
seluruh anggota sebagai satu kesatuan dapat mencapai yang terbaik. (Sudrajat
Akhmad. 2008)
Upaya peningkatan kualitas pembelajaran harus terus diupayakan, baik oleh
guru maupun semua pihak yang terkait langsung dalam penyelenggaraan
pendidikan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena prestasi belajar siswa yang
menggembirakan. Walaupun pernyataan itu tidak seluruhnya benar, sebab
terdapat beberapa siswa yang mencapai tingkat belajar sangat baik. Pada
pembelajaran kooperatif teknik STAD, siswa belajar dan membentuk
sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalaman dan kerjasama setiap
siswa dalam kelompoknya untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan
kepada mereka, pada pembelajaran ini siswa dilatih untuk bekerjasama dan
bertanggung jawab terhadap tugas mereka sedangkan guru pada metode
pembelajaran ini berfungsi sebagai fasilitator yang mengatur dan mengawasi
jalannya proses belajar (Sudrajat Akhmad. 2008) .Prestasi belajar siswa
dipengaruhi banyak faktor, dua diantaranya antara lain adalah cara belajar siswa
dan metode mengajar guru. Cara belajar aktif merupakan cara belajar yang
dituntut dari siswa, agar mereka dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Oleh
karena itu, guru perlu memilih strategi pembelajaran yang tepat untuk
mendorong siswa belajar melakukan penalaran. Salah satu bentuk strategi belajar
yang dapat mendorong siswa belajar melakukan penalaran adalah strategi belajar
kooperatif tipe STAD seperti yang telah dijelaskan pada uraian di atas.
2.2 Katakteristik Metode Pembelajaran STAD
Metode pembelajaran STAD memiliki karakteristik tersendiri sehingga
STAD berbeda dengan metode pembelajaran kooperatis lainnya. Karakteristik
STAD menurut (Slavin, 2005) adalah sebagai berikut:
1. Cara pembentukan kelompok.
Dalam pembentukan kelompok, siswa dirangking menurut tingkat
kepandaiannya, tapi hanya ketua kelompoknya saja, dan untuk
anggotanya terserah mau ke kelompok mana yang diinginkan. Dalam
membentuk kelompok guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa
bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota
tim telah menguasai pelajaran tersebut. Seluruh siswa dikenai kuis
tentang materi itu.
2. Pemerolehan skor tim.
Skor tim dihitung berdasarkan skor peningkatan anggota tim. Pemberian
skor tim juga didasarkan pada perbaikan anggota-anggota kelompok
secara individu.
3. Kelas terbagi ke dalam kelompok- kelompok kecil.
Penerapan model pembelajaran STAD secara efektif, guru harus
mengatur kelas ke dalam kelompok-kelompok kecil terlebih dahulu.
Tujuannya adalah untuk menciptakan kelompok yang memiliki
campuran kemampuan, gender, dan etnisitas.
4. Tiap kelompok terdiri 4 – 5 anggota yang heterogen.
Dalam pembelajaran kooperatif siswa dibagi kedalam kelompok
yang heterogen dengan jumlah maksimal 4 sampai dengan 6 orang.
Menurut Slavin 4 sampai dengan 6 orang merupakan jumlah siswa dalam
kelompok yang ideal.
5. Belajar dengan metode pembelajaran kooperatif dan prosedur kuis
2.3 Komponen Utama Metode Pembelajaran STAD
STAD terdiri dari lima komponen utama-presentasi kelas, tim, kuis, skor
kemampuan individual, rekognisi tim (Slavina, 2005:143). Kelima komponen
tersebut dapat dilihat pada uraian berikut ini.
1) Presentasi Kelas
Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di
dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali
dilakukan atau didiskusikan yang dipimpin oleh guru, tetepi juga bisa
memasukkan presentasi audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan
pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-
benar berfokus pada init STAD
2) Tim
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari
empat sampai lima siswa, yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam
hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan eknisitas. Fungsi utama dari
tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar
bekerja, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan
anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik.
Tim adalah figur yang paling penting dalam STAD. Pada tiap poinnya,
yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik
dalam tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu
tiap anggotanya.
3) Kuis
Setelah pembelajaran selesai, dilanjutkan dengan tes individu atau kuis.
Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam
mengerjakan kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara
individual untuk memahami materinya.
4) Skor kemampuan Tim
Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk membandingkan
hasil skor yang didapat dengan hasil sebelumnya. Skor tim diperoleh
dengan menambahkan skor peningkatan semua anggota dalam satu tim.
Nilai rata-rata diperoleh dengan membagi jumlah skor penambahan
dibagi jumlah anggota tim.
5) Rekognisi Tim
Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain
apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa
dapat juaga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari
peringkat mereka.
2.4 Langkah-Langkah Metode Pembelajaran STAD
Metode pembelajaran STAD berbeda dengan metode pembelajaran lainnya.
Dalam pembelajaran STAD siswa diminta untuk berlatih di dalam kelompok
yang bekerja sama, ketimbang meminta siswa untuk melatih keahlian secara
individu. Kelompok-kelompok ini berfungsi bersama selama kurun waktu yang
diperpanjang, memberikan kesempatan untuk berlatih dan memberikan umpan
balik di tengah unit pembelajarn.
Merencanakan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kooperatif
STAD ada empat langkah (Eggen dan Kauchak, 2012:145) yang mencakup hal
berikut:
1) Melakukan perencanaan untuk mengajar kelas-utuh
Saat menggunakan STAD, guru merancang rencana untuk
mempresentasikan materi yang akan dipraktikkan siswa di dalam
kelompok dengan cara yang sama guru merancang rencana untuk
pelajarn apa pun. Sebagaimana semua strategi dan model, memiliki
tujuan belajar yang jelas di dalam piker, menyipkan contoh-contoh
berkualitas tinggi, dan mendorong interaksi berperan penting.
2) Mengatur kelompok
Penerapan model pembelajaran STAD secara efektif, guru harus
mengatur tim terlebih dahulu. Tujuannya adalah untuk menciptakan tim
yang memiliki campuran kemampuan, gender, dan etnisitas. Bob Slavin
dalam Eggen dan Kaunchak (2012, 145), yang menciptakan STAD,
menyimpulkan bahwa empat adalah angka ideal, tapi lima juga bias
digunakan. Guru semestinya membentuk kelompok-kelompok untuk
memastikan bahwa masing-masing kelompok mencakup orang bermotif
prestasi tinggi dan rendah, anak laki-laki dan perempuan, siswa dengan
dan tanpa kesulitan belajar (exceptionalies), dan anggota minoritas dan
nonminoritas.
3) Merencanakan Studi Tim
Sukses pembelajaran STAD tergantung pada memiliki bahan-bahan
berkualitas tinggi untuk memandu interaksi di dalam kelompok. Di
sinilah tujuan pembelajaran menjadi penting. Tujuan itu memastikan
bahwa pengajaran kelompok dan studi tim selaras dengan tujuan
pembelajaran.
Bahan-bahan studi tim harus menuntut jawaban konvergen-jawaban
yang jelas antara benar atau tidak benar. Jika materinya tidak memiliki
jawaban konvergen, STAD bukanlah model pembelajaran paling efektif
untuk digunakan.
4) Menghitung skor dasar dan nilai perbaikan
Kesempatan Sentara untuk berhasil bagi semua siswa, terlepas dari
kemampuan atau latar belakang, bisa berharap untuk diakui upayanya.
Ini dicapai dengan member siswa nilai perbaikan jika skor mereka di
dalam satu tes atau kuis lebih tinggi dari pada skor dasar mereka. Skor
dasar adalah nilai rata-rata siswa berdasarkan tes dan kuis masa lampau
atau skor yang ditentukan oleh nilai semester lalu atau tahun lalu (Eggen
dan Kauchak, 2012,146). Contoh penghitungan skor dasar dan nilai
sebelumnya.
Menghitung skor dasar dan nilai
A 90
A-/B+ 85
B 80
B-/C+ 75
C 70
C-/D+ 65
D 60
F 55
Diadaptasi dari kangan, 1992; Slavin, 1995 dalam Eggel dan
Kauchak
Sebelum memperkenalkan pembelajaran STAD, sebaiknta guru menentukan
skor dasar dan nilai sebelumnya terlebih dahulu.
Nilai perbaikan berdasarkan kinerja siswa di dalam satu tes atau kuis
ketika dibandingkan dengan skor dasar mereka. Contoh system untuk
memberikan nilai perbaikan.
Sistem sampel untuk memberikan Nilai Perbaikan
Nilai Perbaikan Skor Tes atau Kuis
0 Di bawah skor dasar
10 1 sampai 5 poin di atas skor dasar
20 6 sampai 10 poin di atas skor dasar
30 Lebih dari 10 poin di atas dasar atau makalah
sempurna (terlepas dari skor dasar)
Contoh pemberian nilai perbaikan di atas bersifat manasuka (arbitrer) dan
bisa diadaptasi sesuai dengan pertimbangan profesionalisme guru. Guru bisa
mengubah sistem saat motivasi dan kepercayaan diri siswa meningkat. Guru
juga mungkin bisa memulai dengan menghadiahi upaya apa pun-terutama
oleh siswa dengan prestasi rendah-dan kemudian meningkatkan standar saat
prestasi siswa menanjak.
Dua tambahan penting. Pertama, siswa harus mendapatkan jumlah
poin maksimal jika mereka memiliki makalah sempurna, terlepas dari skor
dasar mereka. Ini penting bagi siswa-siswa yang memiliki prestasi tinggi.
Kedua, kesulitan kuis yang dibuat harus beragam, sehingga siswa tidak akan
membaik dalam sejumlah kuis bukan karena mereka kurang berupaya.
Melainkan, karena topiknya lebih sukar. Untuk mengakomudasi perbedaan-
perbedaan ini, guru mungkin perlu menjadakan pemberian nilai perbaikan
agak fleksibel. Siswa akan termotivasi untuk mendapatkan nilai perbaikan
dan mereka akan senang mendapatkan poin.
Sedangkan menurut Robert Slavin (2005, 147-163), Pembelajaran
STAD ada lima langkah dalam pelaksanaan pembelajaran ini, yaitu sebagai
berikut:
1. Persiapan
Pada tahap ini ada bererapa kegiatan yang perlu dilakukan antara
lain:
a) Pemberian materi
Guru menyiapakan materi yang akan dipelajarkan dengan
membuat sebuah lembar-kegiatan, selembar jawaban, dan
sebuah kuis untuk setiap unit yang dirancanakan untuk
diajarkan. Tiap unit harus terdiri dari tiga sampai lima
instruksi.
b) Membagi para siswa ke dalam tim
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan 4 sampai 5
orang siswa dalam tiap kelompok, yang mewakili yang
mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja
akademik, jenis kelamin, ras, dan eknisitas. Dalam
menentukan kelompok dapat mengikuti langkah-langkah
berikut ini:
1) Memfotokopi lembar rangkumantim.
2) Susun peringkat siswa
3) Tentukan berdasarkan jumlah tim
4) Bagikan siswa ke dalam tim
5) Isilah lembar rangkuman tim dengan nama siswa
c) Menentukan skor awal pertama
Skor awal mewakili skor rata-rata siswa pada kuis-kuis
sebelumnya. Atau jika tidak, gunakan hasil terakhir siswa dari
tahun lalu.
d) Membangun tim
Sebelum memulai program pembelajaran kooperatif apa pun,
akan sangat baik jika memulai dengan satu atau lebih latihan
pembentukan tim sekedar untuk member kesempatan kepada
anggota tim untuk melakukan sesuatu yang mengasyikkan
dan untuk saling mengenal satu sama lain.
2. Jadwal Kegiatan
STAD terdiri atas sebuah siklus instruksi kegiatan regular yaitu
sebagai berikut:
a) Mengajar
Tiap pembelajaran STAD dimulai dengan presentasi pelajaran
di dalam kelas. Presentasi tersebut harus mencakup
pembukaan, pengembangan, dan pengarahan-praktik tiap
komponen dari keseluruhan pelajaran; kegiatan-kegiatan tim
dan kuisnya mencakup latihan dan penilaian yang
independen, secara berturut-turut.
1) Pembukaan
Sampaikan pada siswa apa yang akan mereka
pelajari dan mengapa hal iti penting.
Tumbuhkan rasa ingin tahu para siswa dengan
cara penyimpaian yang berpura-pura, masa-
masa dalam kehidupan nyata, dan sarana-sarana
lainnya.
Buat para siswa bekerja dengan tim mereka
untuk “menemukan” konsep-konsep, atau untuk
mengembangkan minat mereka terhadap
pelajaran.
Ulangi tiap persyaratan atau informasi secara
singkat.
2) Pengembangan
Tetaplah selalu pada hal-hal yang akan
dipelajari para siswa
Fokuskan pada pemaknaan, bukan pada
penghapalan
Demonstrasikan secara aktif konsep-konsep
dengan menggunakan alat bantu visual, cara-
cara cerdik, dan contoh yang banyak.
Nilailah siswa sesering mungkin dengan
member banyak pertanyaan.
Jelaskan mengapa sebuah jawaban bisa salah
atau benar, kecuali jika memang sudah sngat
jelas
Berpindahlah pada konsep berikutnya begitu
para siswa tlah menangkap gagasan utamanya.
3) Pedoman pelaksanaan
Buatkah para siswa mengerjakan tiap persoalan
atau contoh, atau mempersiapkan jawaban
terhadap pertanyaan yang diberikan
Panggil siswa secara acak agar para siswa selalu
mempersiapkan diri mereka untuk menjawab
Pada saat ini jangan memberikan tugas-tugas
kelas yang memakan waktu lama kemudian
berikan umpan balik.
b) Belajar tim
Selama belajar tim, tugas para anggota tim adalah menguasai
materi dan membantu teman sekelasnya untuk menguasai
materi tersebut. Para siswa memiliki lembar kegiatan dan
lembar jawaban yang dapat mereka gunakan untuk melatih
kemampuan selama proes pengajaran dan untuk menilai diri
mereka sendiri dan teman sekelasnya.
Pada hari pertama kerja sama tim dalam STAD, guru harus
menjelaskan kepada para siswa apa artinya bekerja dalam tim.
Sebelum memulai kerja sama tim ada beberapa aturan tim
yaitu sebagai berikut:
1) Para siswa punya tanggung jawab untuk memastikan
bahwa teman satu tim mereka telah mempelajari
materinya.
2) Tidak ada boleh yang berhenti belajar sampai semua
teman satu tim menguasai pembelajaran tersebut.
3) Mintalah bantuan dari semua teman satu tim untuk
membantu temannya sebelum teman mereka itu
bertanya kepada guru.
4) Teman satu tim boleh saling berbicara satu sama lain
dengan suara pelan.
c) Tes (Ujian)
1) Bagiakan kuisnya dan berikan waktu yang sesuai kepada
para siswa untuk menyelesaikannya secara individual.
2) Biarkan siswa salin bertukar kertas dengan anggota tim
lain, ataupun menyumpulkan kuisnya untuk dinilai
setelah kelas selesai.
d) Rekognisi tim
1) Menghitung skor individual dan tim
Sesegera mungkin setelah melakukan tiap kuis,
hitunglah skor kemajuan individual dan skor tim, dan
berikan sertifikat atau bentuk penghargaan lainnya
kepada tim dengan skor tertinggi. Jika memungkinkan,
umumkan skor tim pada periode pertama setelah
mengerjakan kuis.
Poin kemajuan
Para siswa mengumpulkan poin untuk tim
mereka berdasarkan tingkat di mana skor kuis
mereka (presentase yang benar) melampaui skor
awal.
Skor tim
Untuk menghitung skor tim, catatlah tiap poin
kemajuan semua anggota tim pada lembar
rangkuman tim dan bagikan jumlah total poin
kemajuan keseluruhan anggota tim dengan
jumlah anggota tim yang hadir, bulatka semua
pecahan.
2) Merekognisi prestasi tim
Ada tiga macam tingkatan penghargaan diberikan di
sini, yaitu tim baik, tim sangat baik, dan tim super.
3) Mengembalikan kuis set yang pertama
Saat mengembalikan kuis set yang pertama kepada para
siswa, guru perlu menjelaskan system poin kemajuan.
Dalam menjelaskan tekankanlah hal-hal sebagai berikut:
Tujuan utama dari sistem poin kemajuan adalah
memberikan kepada semua siswa skor minimum
sebelumnya menjadi dasar sehingga semua siswa
akan mempunyai kesempatan yang sama untuk
sukses jika mereka bisa melakukan yang terbaik
dalam bidang akademik.
Para siswa harus menyadari bahwa skor tiap
orang dalam tim mereka adalah penting. Semua
anggota tim dapat mengumpulkan poin
kemajuan maksimal jika mereka bisa melakukan
yang terbaik.
Sistem poin kemajuan ini bersifat adil karena
tiap siswa hanya berkompetisi dengan dirinya
sendiri dan berusaha untuk meningkatkan kinerja
mereka, serta terlepas dari apa yang dilakukan
oleh anak lain di kelas tersebut.
4) Menghitung skor awal
Pada setiap periode yang telah ditentukan, hitung
kembali skor kuis rata-rata siswa pada semua kuis dan
berikan skor awal baru siswa.
5) Mengubah tim
Setelah 4 atau 5 minggu melakukan pembelajaran
dengan model STAD atau pada akhr tiap periode yang
telah ditentukan, tempatkan kembali para siswa ke
dalam tim yang baru. Ini memberikan kesempatan baru
kepada siswa yang mempunyai skor tim rendah, biarkan
siswa bekerja dengan teman sekelasnya yang lain, dan
juga agar programnya tetap segar.
6) Memberi penilaian
Kartu laporan penilaian harus didasarkan pada skor kuis
actual para siswa, bukan pada poin kemajuan atau skor
tim mereka. sebagian guru, memberikan lima poin untuk
bonus pada skala poin 100 kepada para siswa dari tim
super, dan tiga poin kepada para siswa dari timsangat
baik. Akan tetapi, nilai kartu laporan siswa harus
terpisah dari skor tim mereka, karena para siswa dan
orang tua mereka akan melihat nilai kelompok itu
sebagai sesuatu yang kurang adil.
2.5 Kelebihan Dan Kekurangan Metode Pembelajaran STAD
Kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD
menurut Roestiyah (2001:17) , yaitu:
1) Kelebihan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:
a. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan
keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
b. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif
mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.
c. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan
keterampilan berdiskusi.
d. Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan
mereka lebih aktif dalam diskusi.
e. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya,
dan menghargai pendapat orang lain.
2) Kekurangan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD (Dess dalam
Roestiah, 2001:7)
a. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit
mencapai target kurikulum
b. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada
umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif
c. Menuntut sifat tertentu dari siswa , misalnya sifat suka bekerja sama
Dalam penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD, terdapat
kelebihan dan kekurangannya (Ibrahim, dkk. dalam Majid, 2013:188).
Kelebihannya adalah sebagai berikut:
1) dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan
siswa lain,
2) siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan,
3) dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif,
4) setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain.
Adapun kekurangan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah:
1) membutuhkan waktu yang lama.
2) Siswa pandai cenderung enggan apabila disatukan dengan temannya
yang kurang pandai, dan yang kurang pandai pun merasa minder
apabila digabungkan digabungkan dengan temannya yang pandai,
walau lama kelamaan perasaan itu akan hilang dengan sendirinya.
3) Siswa diberikan kuis dan tes secara perorangan. Pada tahap ini setiap
siswa harus memerhatikan kemampuannya dan menunjukkan apa yang
diperoleh pada kegiatan kelompok dengan cara menjawab soal kuis atau
tes sesuai dengan kemampuannya. Pada saat mengerjakan kuis atau tes
ini, setiap siswa bekerja sendiri.
4) Penentuan skor. Hasil kuis atau tes diperiksa oleh guru, setiap skor yang
diperoleh siswa yang diperoleh siswa dimasukkan ke dalam daftar skor
individual, untuk melihat peningkatan individual merupakan
sumbangan bagi kinerja pencapaian hasil kelompok.
5) Penghargaan terhadap kelompok. Berdasarkan skor peningkatan
individu, maka akan diperoleh skor kelompok. Dengan demikian, skor
kelompok sangat tergantung dari sumbangan skor individu.
2.6 Implementasi Metode Pembelajaran STAD dalam Pembelajaran Sejarah
Pada awalnya, menerapkan pembelajaran STAD adalah menerapkan
pengajaran kelas utuh yang berfokus pada konsep atau keterampilan. Guru
mereview, memperkenalkan pelajaran, menjelaskan dan mencontohkan materi,
dan meminta siswa berlatih sembari guru berhati-hati memonitor upaya mereka.
Kemudin studi tim menggantikan latihan mandiri. Akan tetapi,pengajaran dalam
kadar tertentu kera dibutuhkan untuk memastikan transisi mulus dari kelompok
utuh ke studi tim, selain itu, guru perlu menjelaskan bagaimana studi tim, nilai
perbaikan, dan pengakuan tim diterapkan. Adapun fase-fase dalam penerapan
pembelajaran STAD (Eggen dan Kaunchak, 2012:147-149) sebagai berikut:
1) Pengajaran
Guru dengan cermat menjelaskan dan menggambarkan materi yang
akan dipelajarkan di dalam lingkungan kelompok utuh. Kemudian siswa
diminta untuk mengembangkan pemahamannya dan memberi siswa
latihan untuk menggunakan keterampilan yang dimilikinya. Saat siswa
dirasa telah memahami materi yang diajarkan itu, lalu guru berpindah ke
langkah selanjutnya yaitu studi tim.
2) Transisi ke Tim
Siswa mengerjakan tugas yang sudah jelas (well-difined), seperti
memecahkan persoalan yang diperintahkan guru. Misalnya, mengkaji
peristiwa Proklamasi Indonesia. Namun, ada sejumlah isu lain yang bias
muncul. Sebagai contoh, jika ada dua orang siswa yang mempunyai
prestasi tinggi dan dua orang siswa memiliki prestasi rendah di dalam satu
kelompok, siswa memiliki prestasi rendah cenderung mengikuti siswa
yang memiliki prestasi tinggi saat memecahkan masalah. Disisi lain, siswa
yang memiliki prestasi tinggi kerap mempelajari keterampilan-
keterampilan baru lebih cepat dibandingkan rekan mereka, terkadang
tidak suka jika harus membantu siswa yang memiliki prestasi rendah
untuk mengejar ketertinggalannya.
3) Studi Tim
Studi tim memberikan kesempatan bagi siswa melatih materi baru
dan mendapakan umpan balik dan kelompok-kelompok yang lain.
Memonitori siswa penting dalam fase ini. Yaitu, pertama mencegah isu-
isu yang bisa timbul. Kedua, untuk mendorong perkembangan
keterampilan social yang menjadi tujuan dari semua kegiatan kerja
kelompok dan pembelajaran kooperatif. Guru harus memutuskan seberapa
cepat guru harus mengintervensi jika ada satu kelompok yang tidak
berfungsi dengan mulus. Pada sejumlah kasus, mengintervensi terlalu dini
bias kontraproduktif karena siswa perlu pengalaman di dalam berusaha
memecahkan perbedaan mereka sendiri. Akan tetapi, jika guru melihat
siswa tidak bekerja sama, ada siswa yang mendominasi kelompok, atau
ada seseorang yang tidak beradaptasi, guru harus melakukan intervensi.
Guru harus memutuskan kapan ini diperlakukan.
Contoh:
“Dengar kalian semua. Tolong perhatikan. Ibu tahu kalian semua
bekerja keras, tapi Ibu ingin menunjukkan sesuatu yang sangat
penting. Ibu benar-benar menyukai cara kelompok Melati bekerja
sama. Salah satu anggota kelompoknya bergulat dengan masalah,
seorang anggota kelompok berkata, Kamu bias melakukan ini.
Lanjutkan dan cobalah. Tak lama kemudian, seorang anggota lain
berkata, Itu ide yang bagus, saat mereka mencari solusi terhadap
satu masalah. Bersikap baik kepada satu sama lain dan mendukung
upaya satu sama lain sangatlah penting dan Ibu sangat bangga
terhadap kelompok Melati.”
Intervensi ini sangat efektif karena tiga alasan. Pertama, kelompok
Melati dipuji karena kerja sama dan dukungan mereka. Siswa secara
umum-termasuk siswa SMA-suka dipuji karena perilaku postif mereka.
Kedua, mereka berfungsi sebagai model bagi kelompok lain. Ketiga, tidak
ada celaan atau hujatan terhadap perilaku tidak pantas.
4) Mengakui Prestasi
Saat menggunakan STAD, guru harus melakukan asesmen terhadap
siswa dengan cara yang sama sebagaimana biasa dilakukan guru.
Misalnya, memberikan kuis mata pelajaran sejarah setiap hari Kamis dan
kembali di bahas pada hari Jumat. Akan tetapi, saat menggunakan STAD,
memiliki fungsi tambahan sebagai dasar bagi nilai perbaikan dan
penghargaan tim. Selain itu, karena nilai skor siswa dibandingkan hanya
dengan kinerja terdahulu mereka, dan bukan dengan kinerja teman sekelas
mereka, asesmen bias memotivasi. Saat mereka menyamai kinerja
terdahulu mereka, mereka diberikan angka poin perbaikan yang kecil.
Saat mereka melebihinya, nilai perbaikan meningkat secara proporsional.
Pemberian Skor Tim
Pemberian skor tim didasarkan pada perbaikan anggota-anggota
kelompok secara individu. Sebagai contoh, dalam kelompok Melati ada 4
anggota yaitu, Syifa, Anton, Angga, Mira. Nilai rata-rata dan skor kuis
mereka adalah sebagai berikut:
No. Nama Nilai Rata-rata Skor Kuis
1 Syifa 95 96
2 Anton 88 90
3 Angga 75 84
4 Mira 69 80
Berdasarkan pada system yang diilustrasikan pembahasan tentang
perencanaan kegiatan STAD, Syifa akan mendapatkan 10 poin nilai
perbaikan dan Anton juga mendapatkan 10 karena skor mereka berada di
dalam kisaran 1 sampai 5 poin lebih tinggi dibandingkan skor dasar
mereka (rata-rata). Sebagai perbandingan, Angga akan mendapatkan 20
poin perbaikan karena skor kuisnya 9 poin diatas nilai dasarnya.
Sementara Mira akan mendapatkan 30 poin karena skornya lebih dari 10
poin di atas skor dasarnya. Mira, siswa yang nilainya paling rendah di
dalam kelompok, sebenarnya mendapatkan poin perbaikan yang paling
tinggi. Meskipun penggunaan penguat (reinforcer), seperti poin
perbaikan, itu kontroversian, penelitian menunjukkan bahwa system ini
berdampak positif pada motivasi (Slavin dalam Eggen dan Kauchak).
Penghargaan Tim
Skor tim ditentukan dengan merata-ratakan poin perbaikan bagi tim
dan penghargaan kemudian bias diberikan. Berikut contoh satu sistem
ganjaran.
Kriteria Penghargaan
(jumlah poin perbaikan rata-rata)
10 Pemenang
15 Bintang
20 Bintang utama
25 Liga utama
Penghargaan tim bias ada di dalam berbagai bentuk. Misalnya, pemenang
mungkin bias diminta untuk berdiri dan dan dihargai di dalam kelas.
Bintang bias mendapatkan sertifikat prestasi. Bintang Utama bias
mendapatkan sertifikat yang lebih bergengsi dan Liga Utama bias
mendapatkan secarik foto kelompok yang dipasang di bagian “hall of
fame (siswa berprestasi)” di papan bulletin. Opsi-opsi lain mencakup
kancing yang bisa dikenakan di sekolah, surat kepada orang tua, hak
istimewa khusus, dan peran kepemimpinan.
Penggunaan Poin Perbaikan dalam Memberikan Nilai. Sebagaimana
menggunakan penguat, mempertimbangkan poin dalam memberikan
nilai adalah controversial. Namun, melakukannya merupakan praktik
umum. Misalnya, jika siswa memiliki poin perbaikan rata-rata 15 atau
lebih dalam tes atau kuis, nilai mereka bisa dinaikkan dari B- ke B atau
dari B ke B+.
Banyak guru berfikir bahwa siswa ketika melihat perbaikan tercermin
di dalam nilai mereka, dan merasakan insentif tambahan buat mereka.
Guru lain merasa bahwa poin perbaikan secara tidak adil menghukum
siswa papan atas, yang mungkin sudah berada di batas atas dari system
pemberian nilai. Para pakar menentang pendasaran nilai akhir pada poin
perbaikan. Sebab, itu memberikan gambaran kabur tentang tingkat
prestasi siswa yang sesungguhnya ( stiggins dalan Eggen dan Kauchak).
Para siswa harus diingatkan bahwa tim tidak bersaing dalam satu
sama lain. Mereka bersaing hanya dengan kinerja terdahulu mereka. Jika
individu-individu membaik, semua tim bisa secara potensial menjadi
Liga Utama. Tim bisa berubah secara berkala, seperti setelah setiap masa
pemberian nilai atau bahkan lebih sering.
Model pembelajaran STAD memerlukan pencatatan yang signifikan.
Akan tetapi model ppembelajaran STAD bisa menjadi model
pembelajaran efektif untuk membantu guru dalam mendorong
perkembangan social, kemandirian, dan keterampilan komunikasi siswa.
Dan keterampilan sosial dan pribadi adalah beberapa keterampilan
terpenting yang ada di dalam kehidupan luar sekolah.
3.1 Kesimpulan
Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu
tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, sehingga tipe ini
dapat digunakan oleh guru-guru yang baru mulai menggunakan
pendekatan pembelajaran kooperatif. Siswa ditempatkan dalam
kelompok belajar beranggotakan empat orang yang merupakan
campuran menurut tingkat kinerja, jenis kelamin, dan suku. Guru
menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja di kelompok mereka
untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai
materi pelajaran tersebut. Ahirnya kepada seluruh siswa diberikan tes
tentang materi tersebut dengan catatan, saat tes mereka tidak boleh
saling membantu. Point setiap anggota tim ini selanjutnya
dijumlahkan untuk mendapat skor kelompok. Tim yang mencapai
kriteria tertentu diberikan penghargaan.
Pada model pembelajaran STAD karakteristiknya adalah sebagai
berikut: tujuan kognitif : informasi akademik sederhana, tujuan sosial
: kerja kelompok dan kerja sama, struktur tim : kelompok belajar
heterogen dengan 4-5 orang anggota, pemilihan topik pelajaran :
biasanya oleh guru, tugas utama : siswa dapat menggunakan lembar
kegiatan dan saling membantu untuk menuntaskan materi belajarnya
Merencanakan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif STAD ada empat langkah (Eggen dan
Kauchak, 2012:145)yang mencakup hal berikut: Melakukan
perencanaan untuk mengajar kelas-utuh, Mengatur kelompok,
Merencanakan Studi Tim,Menghitung skor dasar dan nilai perbaikan
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:
dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan
keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah., dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif
mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah, dapat
mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan
keterampilan berdiskusi, para siswa lebih aktif bergabung dalam
pelajaran mereka dan mereka lebih aktif dalam diskusi, dan dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa
menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai
pendapat orang lain.
Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Dess dalam Roestiah, 2001:7)yairu: membutuhkan waktu yang lebih
lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum,
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada
umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif,
dan menuntut sifat tertentu dari siswa , misalnya sifat suka bekerja
sama
DAFTAR PUSTAKA
Eggen, Paul dan Kauchak Don. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran: Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berfikir Edisi Keenam. Jakarta:PT Indeks.
Wena, Made. 2010. Strategi Pembelajaran Inovatif Konterporer: Suatu Tinjauan Konterporer Operasional. Jakarta:Bumi Aksara.
Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Slavin, Robert. 2005. Cooperatif Learning:Teori, Riset, dan Praktik. Bandung:PT Nusa Media.
Sudrajat Akhmad. 2008. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik dan Model Pembelajaran. Tersedia di http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/. Diakses Tanggal 16 Oktober 2013.