76
SKRIPSI PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS KELAS VIII MTS. MU’ALLIMAT NW KELAYU TAHUN PEMBELAJARAN 2010/2011 MUH. ROSYADI NPM : 06211096 Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) HAMZANWADI SELONG 2011

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

SKRIPSI

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS

KELAS VIII MTS. MU’ALLIMAT NW KELAYU TAHUN PEMBELAJARAN 2010/2011

MUH. ROSYADI NPM : 06211096

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) HAMZANWADI SELONG

2011

Page 2: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS

KELAS VIII MTS. MU’ALLIMAT NW KELAYU TAHUN PEMBELAJARAN 2010/2011

MUH. ROSYADI NPM : 06211096

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan

dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

ABDULLAH, M.Si LL. SAPRIHADI, M.Pd NIS : 330 30 11 135 NIS : 330 30 11 115

Mengetahui Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

MUH. HALQI, M.Pd NIS : 330 30 11 225

Page 3: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

iii

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS

KELAS VIII MTS. MU’ALLIMAT NW KELAYU TAHUN PEMBELAJARAN 2010/2011

MUH. ROSYADI NPM : 06211096

Dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi

STKIP HAMZANWADI Selong Pada Tanggal : 23 Februari 2011

DEWAN PENGUJI

(MUH. HALQI, M.Pd) (Ketua Penguji) ………………………… ABDULLAH, M.Si (Anggota) ………………………… LL. SAPRIHADI, M. Pd (Anggota) ………………………..

Pancor, 23 Februari 2011 Ketua

STKIP HAMZANWADI Selong

Drs. H. MUH. SURUJI NIS : 330 30 21 012

Page 4: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

iv

Pernyataan Keaslian

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : MUH. ROSYADI

NPM : 06211096

Program Studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : MIPA

Perguruan Tinggi : STKIP Hamzanwadi Selong

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil karya saya sendiri

dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

tinggi dan sepanjang pengetahuaan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali pada bagian-

bagian yang dirujuk sumbernya dalam daptar pustaka.

Selong, Maret 2011

Yang membuat pernyataan

MUH. ROSYADI NPM. 06211096

Page 5: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

v

MOTTO :

“Katakanlah : Sekiranya lautan menjadi tinta untuk menulis kalimat-

kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis ditulis

kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak

itu”. (QS : Al-Kahfi,109)

“Rendah hatilah! Engkau Seperti Bintang, dia berada tinggi di langit.

Tetapi di permukaan air dia tampak rendah”.(Imam Syafi’i)

“Teguh Pendirian adalah Pangkal Keberhasilan”

“Rebutlah saat ini….Apapun yang bisa anda lakukan atau anda impikan

Mulailah!!!”

Page 6: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

vi

PERSEMBAHAN:

Skripsi ini aku persembahkan untuk:

� Kedua Orang Tua ku yang selalu ada dalam setiap langkah

hidupku.

� Adik dan kakak-kakak ku tercinta dan semua keluarga (terima

kasih atas doa dan bantuannya)

� Insan terkasih yang selalu hadir dan menemaniku dalam suka dan

duka, kau adalah lentera dalam hidupku.

Page 7: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahi Wabihamdihi

Assalamu’alikum Warahmatullahi Wabarakatuhu

Puji syukur kehadirat Alloh SWT atas nikmat, taufik, hidayah dan inayah-

Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Persamaan Garis Lurus Kelas

VIII MTs. Mu’allimat NW Kelayu Tahun Pembelajaran 2010/2011. Skripsi ini

disusun dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapat gelar sarjana

pendidikan pada program studi pendidikan matematika. Tersusunnya skripsi ini tidak

terlepas dari bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

yang terhormat :

1. Bapak Drs. H. Muh. Suruji selaku Ketua STKIP Hamzanwadi Selong beserta

seluruh staf akademik

2. Bapak Muh. Halqi, M.Pd selaku KAPRODI MATEMATIKA beserta seluruh

staf pengajar

3. Bapak Abdullah, M.Si selaku pembimbing I dan Bapak Lalu Saprihadi, M.Pd

selaku pembimbing II, yang telah banyak memberikan saran, arahan, dan

bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

4. Kepala sekolah beserta guru dan staf di MTs. Mu’allimat NW Kelayu yang telah

memberikan kesempatan dan dukungan dalam melakukan penelitian

Page 8: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

viii

5. Keluarga terutama kedua orang tuaku atas do’a, jerih payah, dan kasih

sayangnya, sehingga aku menjadi seperti sekarang ini, dan terima kasih pula atas

semua perhatian dan pengorbanan yang tak terbatas mengenai cinta,

perlindungan, pengajaran untuk memaknai hidup, serta yang tak terhingga untuk

senyum, motivasi, dan harapannya.

6. Semua teman dan sahabat yang telah memotivasi peneliti baik secara moril dan

material dalam usaha penyelesaian skripsi ini

Akhir kata peneliti berharap mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan

manfaat kepada kita semua dan semoga Alloh SWT memberikan balasan yang sesuai

dengan bantuan yang telah diberikan. Amin.

Pancor, Maret 2011

Penulis

Page 9: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

ix

ABSTRAK

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Persamaan Garis Lurus Kelas VIII MTs. Mu’allimat NW Kelayu

Tahun Pembelajaran 2010/2011

MUH. ROSYADI NPM : 06211096

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Materi Persamaan Garis Lurus Kelas VIII MTs. Mu’allimat NW Kelayu Tahun Pembelajaran 2010/2011 sehingga nantinya diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan ketika mengajar di sekolah oleh guru dan sebagai pedoman bagi peneliti lain untuk penelitian serupa yang lebih mendalam.

Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriftif (deskriftife reseach) dan menggunakan metode eksperimen karena objek penelitan dan gejala yang diteliti ditimbulkan dengan sengaja. Penelitian ini merupakan penelitian populasi karena populasi penelitian ini sekaligus juga sebagai sampel penelitian yaitu semua siswa kelas VIII MTs. Mu’allimat NW Kelayu yang berjumlah 37 orang.

Dari data yang sudah terkumpul diperoleh skor terendah dari hasil tes materi persamaan garis lurus adalah 35 dan skor tertinggi adalah 95, sedangkan skor terendah dari hasil angket mengenai persepsi siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang telah diberikan kepada siswa adalah 59 dan skor tertingginya adalah 96. Sehingga dari perhitungan diperoleh nilai rata-rata (Mean) dari hasil tes adalah 69,73 dan standar deviasinya (SD) adalah 19,03, sedangkan rata-rata (Mean) dari hasil angket adalah 77,11 dan standar deviasinya adalah 11,97. Dengan memperhatikan nilai rata-rata (mean) ideal dan Standar deviasi ideal maka dapat diketahui bahwa nilai hasil tes dan angket termasuk kategori tinggi. Sesuai dengan hasil analisis dan pengujian dari data yang terkumpul menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa pada materi persamaan garis lurus kelas VIII MTs. Mu’allimat NW Kelayu Tahun Pembelajaran 2010/2011.

Page 10: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................ iv

MOTTO .......................................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

ABSTRAK ...................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .............................................................................. 3

C. Pembatasan Masalah ............................................................................. 4

D. Rumusan Masalah ................................................................................. 4

E. Tujuan Penelitian ................................................................................... 5

F. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5

Page 11: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

xi

BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................... 7

A. Analitis Teoritis ..................................................................................... 7

1. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar ............................................... 7

2. Pembelajaran Kooperatif .................................................................. 11

3. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD .............................................. 16

4. Persamaan Garis Lurus ..................................................................... 21

B. Penelitian Yang Relevan ....................................................................... 31

C. Kerangka Berfikir .................................................................................. 33

D. Hipotesis Tindakan ................................................................................ 34

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 35

A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 34

B. Jenis Penelitian ...................................................................................... 34

C. Populasi Penelitia dan Sampel Penelitian ............................................. 34

D. Desain Penelitian ................................................................................... 40

E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 40

F. Teknik Analisa Data .............................................................................. 40

G. Uji Hipotesis .......................................................................................... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 50

A. Hasil Penelitian ..................................................................................... 50

B. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................. 54

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 59

LAMPIRAN

Page 12: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 01 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 02 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 03 : Format Kisi-Kisi Instrumen

Lampiran 04 : Instrumen Soal

Lampiran 05 : Kunci Jawaban

Lampiran 06 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Lampiran 07 : Daftar Hasil Tes Materi Persamaan Garis Lurus

Lampiran 08 : Daftar Hasil Angket Persepsi Siwa

Lampiran 09 : Uji Validitas Instrumen Tes

Lampiran 10 : Uji Validitas Instrumen Angket

Lampiran 11 : Uji Reliabilitas Instrumen Tes

Lampiran 12 : Uji Reliabilitas Angket

Lampiran 13 : Uji Tingkat Kesukaran Instrumen

Lampiran 14 : Uji Daya Pembeda Instrumen

Lampiran 15 : Daftar Nilai Tes dan Angket Siswa

Lampiran 16 : Uji Normalitas Data Hasil Tes

Lampiran 17 : Uji Normalitas Data Hasil Angket

Lampiran 18 : Uji Linieritas Data

Lampiran 19 : Uji Hipotesis Regresi

Page 13: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 01 : Data Nilai Rata-rata Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII MTs.

Mu’allimat NW Kelayu Tahun Pembelajaran 2009/2010………..

2

Tabel 02 : Perbedaan Kelompok Belajara Kooperatif dengan Kelompok

Belajar Tradisional……………………………………………….

13

Tabel 03 : Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif……………….. 15

Tabel 04 : Keadaan Populasi Siswa di MTs. Mu’allimat NW Kelayu Tahun

Pembelajaran 2010/2011………………………………………….

36

Tabel 05 : Ukuran Sampel Penelitian di MTs. Mu’allimat NW Kelayu

Tahun Pembelajaran 2010/2011………………………………….

36

Tabel 06 : Kisi-kisi Instrumen Tes…………………………………………... 40

Tabel 07 : Kisi-kisi Instrumen Angket……………………………………..... 40

Tabel 08 : Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Dan Angket Persepsi Siswa………... 42

Tabel 09 : Hasil Uji Derajat Kesukaran Tes Materi Persamaan Garis Lurus……… 44

Tabel 10 : Ringkasan Hasil Perhitungan Daya Pembeda Instrumen………………. 46

Tabel 11 : Daftar Analisis Varians (ANAVA) Regresi Linier Sederhana…... 49

Tabel 12 : Ringkasan Hasil Uji Coba Instrumen…………………………………... 53

Tabel 13 : Hasil Perhitungan Statistik Normalitas Data Tes dan Angket………… 54

Page 14: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk meningkatkan mutu

pendidikan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. Pemerintah dalam hal ini

Menteri Pendidikan Nasional juga mencanangkan “Gerakan Peningkatan

Mutu Pendidikan” pada tanggal 2 Mei 2002. Namun demikian berbagai

indikator belum menunjukkan peningkatan yang berarti ( Mulyasa, 2004:5 )

Seiring dengan hal tersebut studi intensif yang dilakukan oleh Direktorat

Dikmenum pada tahun 1997 terhadap pola pembelajaran dan pemahaman

siswa SMP pada beberapa mata pelajaran termasuk matematika menunjukkan

hasil yang kurang memuaskan. Cara pembelajaran cenderung abstrak dan

menggunakan metode ceramah sehingga konsep-konsep akademik menjadi

sulit dipahami oleh siswa. Sebagai akibatnya motivasi siswa sulit

ditumbuhkan dan pola belajar mereka cenderung menghafal dan mekanistik

Kekurangan pada proses belajar mengajar juga terjadi di MTs.

Mu’allimat NW Kelayu. Informasi yang didapatkan dari hasil wawancara

dengan guru matematika kelas VIII MTs. Mu’allimat NW Kelayu, guru dalam

mengajar matematika cenderung menggunakan metode ceramah, diikuti

dengan contoh dan latihan soal. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002:83)

Page 15: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

2

penggunaan satu metode lebih cenderung menghasilkan kegiatan belajar

mengajar yang membosankan bagi anak didik, jalannya pembelajaran pun

tampak kaku, anak didik kurang bersemangat belajar, kejenuhan dan

kemalasan menyelimuti kegiatan anak didik.

Di samping itu, hasil observasi nilai rata-rata ulang harian mata pelajaran

matematika pada siswa kelas VIII MTs. Mu’allimat NW Kelayu Tahun

Pembelajaran 2009/2010 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 01. Data Nilai Rata-rata Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII MTs.

Mu’allimat NW Kelayu Tahun Pembelajaran 2009/2010 No Kelas Nilai Rata-rata 1. 2.

VIII A VIII B

6,5 6,8

Dari tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa nilai ulangan harian siswa

pada mata pelajaran matematika MTs. Mu’allimat NW Kelayu Tahun

Pembelajaran 2009/2010 tergolong masih rendah. Data ini didapatkan

berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas VIII di sekolah

tersebut.

Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk mengatasi persolaan

tersebut adalah dengan cara menerapkan strategi belajar yang lebih

mengaktifkan siswa dalam pembelajaran matematika sehingga mampu

meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika.

Strategi yang diperlukan adalah penggunaan metode pembelajaran yang lebih

memberdayakan siswa dan tidak mengharuskan siswa hanya mendengarkan,

mencatat dan menghafal materi yang diberikan, tetapi strategi yang

Page 16: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

3

mendorong siswa untuk berfikir, bekerja dan beraktifitas lebih selama proses

pembelajaran, dan membawa mereka ke suasana yang menyenangkan. Salah

satu model yang akan dicobakan untuk mengubah kondisi seperti itu adalah

model pembelajaran kooperatif.

Sehubungan dengan hal tersebut, pada penelitian ini peneliti ingin

mencoba menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dengan

harapan agar hasil belajar dan aktifitas siswa khususnya pada materi

Persamaan Garis Lurus dapat meningkat.

Pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini sesuai dengan

keadaan siswa yang masih kurang aktif dalam pembelajaran matematika dan

kesesuaian dengan isi dari materi yang akan dibahas yaitu persamaan garis

lurus.

B. Identifikasi Masalah

Dengan memperhatikan uraian di atas maka dapat diidentifikasi

beberapa permasalahan yang menjadi akar dari permasalahan pokok yang

diangkat dalam penelitian ini dan dapat dirincikan sebagai berikut :

1. Belum diterapkannya model pembelajaran kooperatif pada proses

pembelajaran

2. Siswa masih sulit menguasai materi pelajaran matematika

3. Kurangnya kerja sama dan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran

4. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa masih kurang memuaskan

5. Kejenuhan dalam proses pembelajaran matematika masih dialami siswa

Page 17: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

4

C. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini lebih fokus dan terarah, maka

perlu adanya pembatasan permasalahan. Adapun permasalahan yang

dimaksud dibatasi oleh hal-hal sebagai berikut:

1. Pembatasan Objek Penelitian

Yang menjadi objek penelitian ini adalah pengaruh penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa.

2. Pembatasan Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs.

Mu’allimat NW Kelayu Tahun Pembelajaran 2010/2011.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana tingkat persepsi siswa terhadap penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD?

2. Bagaimana kualitas hasil belajar matematika siswa kelas VIII MTs.

Mu’allimat NW Kelayu yang menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD?

3. Bagaimana pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD terhadap hasil belajar siswa pada materi persamaan garis lurus

kelas VIII MTs. Mu’allimat NW Kelayu Tahun Pembelajaran

2010/2011?

Page 18: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

5

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa pada

materi persamaan garis lurus siswa kelas VIII MTs. Mu’allimat NW

Kelayu setelah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD terhadap prestasi belajar siswa.

F. Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dapat dijelaskan

seperti uraian berikut ini :

1. Manfaat teoritis

a. Sebagai bahan yang dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan

metode pembelajaran

b. Sebagai bahan informasi pengetahuan keilmuan tentang pembelajaran

kooperatif tipe STAD.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

i. Dapat dijadikan sebagai bahan masukan tentang alternatif model

pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.

ii. Bagi guru bidang studi matematika dapat dijadikan bahan acuan

untuk mengembangkan metode pembelajarannya untuk

meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran matematika.

Page 19: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

6

b. Bagi Siswa

i. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

membuat siswa lebih aktif dalam belajar khususnya dalam

pembelajaran matematika.

ii. Dapat merangsang kemampuan berfikir siswa dalam memecahkan

masalah untuk mendapatkan hasil yang lebih baik

c. Bagi Pengelola Sekolah

i. Sebagai informasi bahwa salah satu upaya peningkatan hasil

belajar siswa dapat dilakukan melalui penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD.

ii. Tercapainya ketuntasan dan hasil belajar yang baik merupakan

kebanggaan tersendiri yang terus diharapkan.

d. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi terhadap

peneliti lain guna untuk mengembangkan penelitian dengan jangkauan

yang lebih luas serta menggunakan fakta-fakta lain yang belum

ditemukan melalui penelitian ini.

Page 20: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu aktifitas mental/psikis yang berlangsung dalam

interaksi aktif dalam pengetahuan, keterampilan nilai dan sikap

(Nasution, 1997:36) sedangkan menurut W.J.R Poerwadarminta

(2003:121) yang dimaksud dengan belajar adalah berusaha/berlatih supaya

mendapatkan suatu kepandaian.

Secara psikologis pengertian belajar adalah merupakan suatu proses

perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan

lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Slameto, 1987:2)

adapun menurut James O. Whitaker (Syaiful Bahri Djamarah,1999)

merumuskan belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau

diubah melalui praktek latihan.

Dengan memperhatikan beberapa teori tentang pengertian belajar

maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan

yaitu perubahan tingkah laku menuju ke arah yang lebih baik setelah

mengalami latihan dan pengalaman dari interaksi dengan lingkungan.

2. Pengertian Hasil Belajar

Hasil adalah kemampuan yang diperoleh anak dari suatu interaksi

dalam proses pembelajaran. Menurut Nasrun dalam (Tim Dosen, 1980:25)

Page 21: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

8

mengemukakan bahwa : ”Hasil belajar merupakan hasil akhir pengambilan

keputusan mengenai tinggi rendahnya nilai yang diperoleh siswa selama

mengikuti proses pembelajaran”.

Menurut Oemar Hamalik (2002:155) hasil belajar tampak sebagai

terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan

diukur dalam perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Selanjutnya Davis (Abdullah, 2007:4) menyatakan “Dalam setiap

proses belajar akan selalu terdapat hasil nyata yang dapat diukur. Hasil

nyata yang dapat diukur dinyatakan sebagai prestasi belajar seseorang”.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil yang diperoleh

siswa setelah ia menerima suatu pengetahuan yang berupa angka (nilai)

dimana aktifitas siswa mempunyai peranan yang sangat penting dalam

proses pembelajaran tersebut.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Belajar merupakan proses yang menimbulkan terjadinya suatu

perubahan atau pembaharuan tingkah laku seseorang, oleh karena itu

behasil atau tidaknya belajar seseorang tergantung dapat dipengaruhi oleh

berbagai faktor. Menurut Nasution ( 1997:5), faktor-faktor yang

mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah faktor dari luar individu

(eksternal) dan faktor dari dalam (internal).

Page 22: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

9

1. Faktor Eksternal

a. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok.

i. Lingkungan Alami

Lingkungan alami seperti, keadaan suhu, kelembaban udara

berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar

ii. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial, baik yang berwujud manusia dan

representasinya langsung berpengaruh terhadap proses dan

hasil belajar.

b. Faktor Instrumen

Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang pengadaan dan

penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil yang diharapkan.

2. Faktor Internal

Kondisi individu juga sangat mempengaruhi proses dan hasil

belajar, kondisi individu ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok

yaitu :

1. Kondisi Fisiologis

Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap

kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar

jasmaninya akan berbeda hasil belajarnya dari orang yang dalam

keadan kelelahan.

Page 23: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

10

2. Kondisi Psikologis

Beberapa faktor psikologis utama yang sangat mempengaruhi

proses dan hasil belajar antara lain :

a. Minat

Faktor minat mempengaruhi proses dan hasil belajar, jika

seseorang belajar dengan penuh minat, maka dapat diharapkan

hasilnya akan lebih baik. Karena itu persoalan yang biasa

timbul adalah bagaimana mengusahakan agar hal yang

disajikan sebagai pengalaman belajar itu menarik minat siswa.

b. Kecerdasan

Kecerdasan merupakan salah satu faktor yang sudah jelas

dapat berpengaruh. Kecerdasan memiliki peranan yang besar

dalam menentukan berhasil tidaknya seseorang mempelajari

sesuatu khusunya dalam mengikuti program pendidikan. Orang

yang lebih cerdas pada umumnya lebih mampu mengikuti

proses pembelajaran dari pada orang yang kurang cerdas.

c. Bakat

Di samping kecerdasan atau intelegensi, bakat juga

merupakan salah satu faktor yang berpengaruh besar terhadap

hasil belajar seseorang. Belajar pada bidang yang sesuai dengan

bakat yang ada akan dapat memperbesar kemungkinan

berhasilnya pembelajaran.

Page 24: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

11

d. Motivasi

Yang disebut dengan motivasi adalah kondisi psikologis

yang mendorong sesorang untuk belajar. Jika motivasi

meningkat hasil belajar juga akan cenderung meningkat seiring

dengan pertambahan tingkat motivasi belajar siswa.

e. Kemampuan-kemampuan Kognitif

Selain faktor-faktor yang telah dijelaskan di atas, faktor

kognitif juga merupakan salah satu faktor penting dalam

kegiatan pembelajaran. Kemampuan kognitif itu terutama yang

berkaitan dengan persepsi, ingatan, dan berfikir. Kemampuan

kognitif seseorang besar pengaruhnya terhadap hasil belajar.

Slavin dan Nurhadi (2005:10)

B. Pembelajaran Kooperatif

“Pembelajaran Kooperatif adalah suatu sistem yang didasarkan pada

alasan bahwa manusia sebagai makhluk individu yang berbeda satu sama lain

sehingga sebagai konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk sosial,

makhluk yang berinteraksi dengan sesamanya” (Nurhadi, 2003 : 60 )

Struktur tujuan pembelajaran kooperatif yaitu tujuan kelompok akan

tercapai apabila semua anggota kelompok mencapai tujuan secara bersama-

sama. Menurut Ibrahim dkk (2000 : 7) tujuan penting pembelajaran kooperatif

adalah untuk meningkatkan kemampuan individu dalam bidang akademik,

penerimaan terhadap adanya keragaman individu dan mengembangkan

keterampilan sosial.

Page 25: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

12

Abdurrahman dan Bintoro (2000) yang dikutip Nurhadi (2003:60)

mengemukakan pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di

dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai

elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :

1. Saling ketergantungan positif

2. Interaksi tatap muka

3. Akuntabilitas individual

4. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi

Penerapan pembelajaran kooperatif dapat memperbaiki kesalahan

pengajaran pada metode pembelajaran tradisional seperti metode ceramah yang

masih memusatkan proses pembelajaran pada guru sedangkan siswa mejadi

pasif. Perbaikan pembelajaran kooperatif terhadap metode ceramah dapat

dilihat dari perbedaan kedua metode tersebut.

Dalam pembelajaran tradisional dikenal juga adanya belajar kelompok.

Meskipun demikian ada sejumlah perbedaan antara kelompok belajar

kooperatif dengan kelompok belajar tradisional. Abdurrahman dan Bintoro

yang dikutip Nurhadi dan Agus (2003:61) mengemukakan perbedaan

kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar tradisional sebagai

berikut :

Page 26: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

13

Tabel 02. Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar Tradisional

Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Tradisional � Adanya saling ketergantungan

positif, saling membantu, dan

saling memberikan motivasi

sehingga adanya interaksi

promotif.

� Adanya akuntabiitas individual

dan kelompok diberi umpan balik

tentang hasil belajar para

anggotanya sehingga dapat saling

mengetahui siapa yang

memerlukan bantuan dan siapa

yang dapat memberikan bantuan.

� Anggota kelompok ditentukan

oleh guru yang heterogen, baik

dalam kemapuan akademik, jenis

kelamin, ras, etnik dan

sebagainya.

� Pemimpin kelompok dipilih

demokratis atau bergilir untuk

memberikan pengalaman

memimpin bagi para anggota

kelompok.

� Penekanan pada penyelesaian

tugas dan hubungan interpersonal.

� Guru sering membiarkan adanya

siswa yang mendominasi

kelompok atau menggantungkan

diri dalam kelompok.

� Akuntabilitas individual sering

diborong oleh salah seorang

anggota kelompok, dan anggota

kelompok lainnya hanya enak-

enak saja di atas keberhasilan

temannya yang dianggap

pemborong.

� Anggota kelompok ditentukan

sendiri oleh siswa sehingga

anggota kelompok menjadi

homogen.

� Pemimpin kelompok sering

ditentukan oleh guru atau

kelompok dibiarkan untuk

memilih pemimpinnya dengan

cara masing-masing.

� Pemantauan melalui observasi

sering tidak dilakukan oleh guru

pada saat belajar kelompok

berlangsung dan jarang

membantu siswa apabila

mendapatkan masalah.

� Penekanan sering hanya pada

penyelesaiaan tugas.

Page 27: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

14

Jonhson (Kahfi, 2004:2) mengemukakan keuntungan bagi para siswa

dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut :

1. Pembelajaran kooperatif menaikkan hasil lebih tinggi daripada

individualistis maupun kompetitif pengetahuan tentang fakta dasar dan

prinsip, penalaran, dan bagi-bagi (sharing) strategi pemecahan masalah

meningkat dalam kerja kelompok.

2. Siswa memperoleh keyakinan dalam kemampuan individu mereka.

Bekerja bersama-sama bisa mengurangi kecemasan matematika

(mathematic anxiety) dan mengembangkan harga diri dengan

penghormatan yang dalam terhadap matematika.

Menurut (Ibrahim dkk, 2000:6) pembelajaran kooperatif memiliki ciri-

ciri sebagai berikut :

1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan

materi pembelajaran

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang

dan rendah.

3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis

kelamin yang berbeda-beda.

4. Pengharagaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif yang dikemukakan

oleh Ibrahim dkk (2000:10) dirangkum pada tabel berikut:

Page 28: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

15

Tabel 03. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Langkah Tingkah Laku Guru

Langkah - 1 Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa Langkah – 2 Menyajikan informasi Langkah – 3 Menggorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar Langkah – 4 Membimbing kelompok belajar Langkah – 5 Evaluasi Langkah – 6 Memberikan penghargaan

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Guru mencari cara yang baik untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Selain unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit,

pembelajaran kooperatif sangat berguna untuk membantu siswa menumbuhkan

keterampilan kerjasama (keterampilan memimpin, berkomunnikasi,

mempercayai orang lain dan mengelola konflik), kemampuan berfikir kritis,

kemampuan membantu teman dan sifat toleransi.

Pelaksanaan pembelajaran kooperatif membutuhkan beberapa

perencanaan tugas yang unik dan keputusan yang dibutuhksan oleh guru untuk

Page 29: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

16

mempersiapkan diri dalam mengajar suatu pembelajaran dengan pembelajaran

kooperatif di antaranya sebagai berikut :

a. Memilih pendekatan

b. Pemilihan materi yang sesuai

c. Pembentukan kelompok siswa

d. Pengembangan materi dan tujuan

e. Mengenalkan siswa pada tugas dan peran

f. Merencanakan waktu dan tempat

Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat

variasi dari model tersebut. Ibrahim dkk (2000:20) membedakan pendekatan

pembelajaran kooperatif dalam empat tipe yaitu : Student Teams Achivement

Division (STAD), Jigsaw, Group Investigation, dan Struktural Approach.

C. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif model STAD (Student Teams Achievement

Division) dikembangkan oleh Slavin Robert dan teman-temannya di

Universitas John Hopkin. Metode ini dipandang sebagai yang paling

sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif.

Model ini mengacu kepada belajar kelompok. Anggota tim menggunakan

lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan

materi pembelajarannya, kemudian saling membantu satu sama lain untuk

memahami bahan pembelajaran dan memecahkan suatu masalah melalui

diskusi.

Page 30: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

17

Masing-masing kelompok dibentuk dari anggota yang heterogen terdiri

dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki

kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Salah satu tujuan mengapa anggota

kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang heterogen

untuk saling mengetahui siswa yang memerlukan bantuan dan siswa yang

dapat memberikan bantuan.

Menurut Slavin (Hasanah, 2004:16) pelaksanaan pembelajaran

koooperatif model STAD dilaksanakan dalam beberapa tahapan yang

merupakan lima komponen yaitu :

1. Penyajian Kelas

Sebelum guru menyajikan pembelajaran, dibuat lembar kegiatan yang

akan dipelajari oleh siswa dan kelompok. Guru menyajikan materi

pembelajaran secara klasikal di depan kelas kepada siswa yang telah

dibentuk menjadi kelompok-kelompok heterogen dan dibagikan lembar

kegiatan yang telah dipersiapkan. Siswa disuruh bekerja secara kelompok

untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di lembar kegiatan.

2. Kegiatan Kelompok

Siswa berdiskusi dalam kelompok dan diharapkan saling membantu

untuk memahami bahan pembelajaran dan menyelesaikan permasalahan

yang diberikan. Guru perlu mengingatkan siswa dalam kegiatan kelompok

untuk memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Siswa mempunyai tanggung jawab untuk memastikan teman

kelompoknya menguasai materi pembelajaran.

Page 31: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

18

b. Tidak seorang pun siswa selesai belajar sebelum anggota kelompoknya

menguasai materi pembelajaran.

c. Meminta bantuan kepada teman satu kelompok sebelum meminta

bantuan kepada guru.

d. Dalam satu kelompok harus berbicara sopan.

3. Kuis (Quizzes)

Kuis adalah tes yang dikerjakan secara mandiri dengan tujuan untuk

mengetahui keberhasilan siswa setelah belajar dalam kelompok. Hasil tes

digunakan sebagai hasil perkembangan individu dan disumbangkan

sebagai nilai perkembangan dan keberhasilan kelompok.

4. Skor Kemajuan (perkembangan) Individu

Skor kemajuan individu adalah perbandingan antara hasil belajar tes

awal dan tes akhir siswa. Skor awal yang dimaksud adalah skor

matematika paling akhir yang dimiliki siswa dalam belajar materi

sebelumnya. Sedangkan yang dimaksud dengan skor akhir adalah skor tes

matematika yang diberikan setelah dilaksanakan pembelajaran kooperatif

model STAD. Skor perkembangan individu ini juga merupakan skor untuk

menentukan perkembangan kelompok.

5. Pengakuan Kelompok

Pengakuan kelompok adalah pemberian predikat kepada masing-

masing kelompok. Predikat ini diperoleh dengan melihat skor kemajuan

kelompok. Skor kemajuan kelompok diperoleh dengan mengumpulkan

skor kemajuan masing-masing anggota kelompok kemudian dibagi dengan

Page 32: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

19

jumlah anngota dalam kelompok sehingga diperoleh skor rata-rata

kelompok. Dari hasil yang diperoleh tersebut, guru memberikan hadiah

berupa predikat pengakuan kelompok. Dalam memberikan pengakuan

kelompok terdapat tiga tingkatan predikat :

a. Kelompok Super (super team)

Predikat yang diberikan kepadakelompok yang memiliki skor rata-rata

tertinggi.

b. Kelompok Hebat (great team)

Diberikan kepada kelompok yang memperoleh skor rata-rata sedang.

c. Kelompok Baik (good team)

Diberikan kepada kelompok yang memperoleh skor rata-rata rendah.

”Penghargaan yang diterima akan mempengaruhi siswa secara positif

yang meningkatkan keyakinan diri siswa” (Slamet, 1995:159).

Dalam pelaksanaaan pembelajaran disekolah tidaklah selalu berjalan

dengan mulus meskipun rencana telah dirancang sedemikian rupa. Hal-hal

yang dapat menghambat proses pembelajaran terutama dalam penerapan

model pembelajaran Cooperatif di antaranya sebagai berikut :

1. Kurangnya pemahaman guru mengenai penerapan pembelajaran

Cooperatif

2. Jumlah siswa yang terlalu banyak yang mengakibatkan perhatian guru

terhadap proses pembelajaran relatif kecil sehinnga yang hanya

segelintir orang yang menguasai arena kelas, yang lain hanya sebagai

penonton.

Page 33: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

20

3. Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran

Cooperatif

4. Kurangnya buku sumber sebagai media pembelajaran.

5. Terbatasnya pengetahuan siswa akan sistem teknologi dan informasi

yang dapat mendukung proses pembelajaran.

Agar pelaksanaan pembelajaran kooperatif dapat berjalan dengan baik,

maka upaya yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Guru senantiasa mempelajari teknik-teknik penerapan model

pembelajaran kooperatif di kelas dan menyesuaikan dengan materi

yang akan diajarkan.

2. Pembagian jumlah siswa yang merata, dalam artian tiap kelas

merupakan kelas heterogen.

3. Diadakan sosialisasi dari pihak terkait tentang pembelajaran

kooperatif.

4. Meningkatkan sarana pendukung pembelajaran terutama buku sumber.

5. Mensosialisasi kepada siswa akan pentingnya sistem teknologi dan

informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.

D. Persamaan Garis Lurus

I. Persamaan Garis

a. Pengertian Persamaan Garis Lurus

Persamaan garis lurus adalah persamaan yang dapat dinyatakan

dalam bentuk ax + by + c = 0 atau y = mx + c, dengan a, b, dan c

sebagai konstanta, a dan b ≠ 0.

Page 34: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

21

b. Menggambar Garis Lurus Pada Bidang Cartesius

Bentuk umum dari persamaan garis lurus adalah ax + by + c = 0

atau y = mx + c. Beberapa contoh persmaan garis yang termasuk

persamaan garis lurus di antaranya : y = ½ x + 3. untuk menggambar

sebuah garis pada bidang Cartesius, dapat dilakukan dengan sekurang-

kurangnya dua buah titik yang memenuhi persamaan tersebut,

kemudian menarik garis lurus yang melalui kedua titik itu.

Langkah-langkah mengambar garis dengan persamaan y = mx + c atau

ax + by + c = 0 adalah sebagai berikut :

1. Tentukan minimal dua titik yang koordinatnya memenuhi

persamaan tersebut.

2. Tariklah garis lurus dengan menghubungkan kedua titik tersebut

Contoh :

Jika x dan y variabel pada himpunan bilangan real R maka gambarlah

gambarlah garis dengan persamaan y - 3x = 0

Langkah pertama adalah dengan menentukan dua buah titik yang

memenuhi persamaan garis tersebut. Misalnya dengan tabel berikut:

x 1 2

y 3 6 Dari tabel tersebut, diperoleh titik (1,3) dan (2,6). Kedua titik tersebut

kemudian digambar pada bidang Cartesius, selanjutnya kedua titik

tersebut dihubungkan sehingga membentuk sebuah garis lurus yang

memenuhi persamaan tersebut

Page 35: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

22

(2,0)

(1,0)

(0,3) (1,3)

(2,6) (0,6)

(5,0)

(0,6)

Sketsa dari persamaan garis tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

6

5

4

3

2

1

0 1 2 3 4 5 6

c. Menyatakan Garis yang Digambar pada Bidang Cartesius ke Bentuk

y= mx+c

Untuk menyatakan persamaan garis dari gambar yang diketahu maka

terlebih dahulu harus dicari hubungan antara absis dan ordinat dari

titik-titik yang dilalui oleh garis tersebut.

Contoh:

Tentukan persamaan garis pada gambar berikut:

6 (5,6)

0 5

Page 36: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

23

Langkah-langkahnya adalah:

1. Tentukan dua titik yang melalui garis tersebut

2. Tentukan hubungan antara ordinat dan absis pada gambar tersebut pada

dua titik yang yang diketahui.

3. Jadi dapat ditentukan persamaan garis tersebut yaitu:

Melalui titik (0,0) dan (5,6) diperoleh hubungan m = y2-y1 / x2-x1

m = 6/5

jadi persamaan garis tersebut adalah y = 6/5 x atau 6/5 x + y = 0

II. Gradien

Gradien garis adalah koefisien arah suat garis lurus atau dapat disebut

dengan tingkat kemiringan garis lurus, gradien biasanya dilambangkan

dengan huruf m.

Beberapa hal yang perlu diketahui dari gradien garis adalah :

1. Gradien garis yang sejajr sumbu x adalah nol ( m = 0 )

2. Gradien garis yang sejajar sumbu y adalah tidak didefinisikan

3. Garis-garis yang sejajar memiliki gradien yang sama atau m1 = m2

4. Hasil kali gradien garis yang saling tegak lurus adalah -1 atau

m1 . m2 = -1

III. Persamaan Garis II

1. Menggambar Garis jika Gradien dan Satu Titik yang Dilalui Garis itu

Diketahui

Sebelumnya perlu diketahui bahwa persamaan garis yang melalui titik

(a,b) adalah y-b = m(x-a).

Page 37: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

24

Contoh : tentukan persamaan garis yang melalui titik (2,5) bergradien 3,

kemudian gambarlah garis itu pada bidang Cartesius.

Jawab :

persamaan garis tersebut adalah

y – b = m(x – a )…….melalui (2,5) dan m = 3

y – 5 = 3(x – 2 )

y – 5 = 3x – 6

y = 3x – 6 +5

y = 3x -1

• Titik Potong terhadapa sumbu X yaitu jika y = 0, maka diperoleh

y = 3x -1

0 = 3x -1

0 + 1 = 3x -1 + 1 (kedua ruas ditambah dengan 1)

1 = 3x + 0 (invers penjumlahan)

3x = 1 ( sifat komutatif penjumlahan)

x = 3

1

• Titik Potong terhadapa sumbu Y yaitu jika x = 0, maka diperoleh

y = 3x -1

y = 3.0 - 1

y = 0 + 1 (invers perkalian)

y = 1 (identitas penjumlahan)

Page 38: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

25

(2,0)

(0,5)

(3

1 ,0)

(0,-1)

gambar : 5 (2,5)

4

3

2

1

0 1 2 3 4

-1

2. Menentukan Gradien Garis dengan Persamaan Berbentuk

ax + by + c = 0

Untuk menentukan gradien garis dengan persamaan ax + by + c = 0,

maka terlebih dahulu persamaan tersebut diubah dalam bentuk yang

lainnya yaitu y = mx + c, sehingga gradien garis tersebut dapat

ditentukan yaitu m

Contoh :

Tentukan gradien garis dengan persamaan 3x – 5y + 20 = 0.

Jawab :

3x – 5y + 20 = 0

3x + 20 = 5y (kedua ruas ditambah dengan 5y)

5y = 3x + 20 (sifat komutatif penjumlahan)

y = 45

3 +x (kedua ruas dibagi 5)

Page 39: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

26

dari persamaan garis tersebut dapat diketahui bahwa gradiennya adalah

5

3.

3. Menentukan Gradien Suatu Garis yang Melalui Dua Titik

Gradien garis yang melalui titik mAB = 12

12

xx

yy

−−

Contoh :

Tentukan gradien garis yang melalui titik (2,2) dan (6,7).

Jawab :

m = 26

27

−−

m = 4

5

4. Menentukan Persamaan Garis yang Melalui Sebuah Titik dan Sejajar

Garis Lain

Persamaan garis yang melalui titik (a,b) dan sejajar dengan garis yang

persamaannya y = mx + c adalah y – b = m(x – a)

Contoh :

Tentukan persamaan garis yang melalui titik (4,5) dan sejajar garis

y = 3x + 5, kemudian gambarlah dalam bidang Cartesius!

Jawab :

Gradien garis y = 3x + 5 adalah m = 3, sehingga dapat ditentukan

persamaan garis baru yang melaluli titik (4,5) dan sejajar dengan garis

tersebut yaitu :

Page 40: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

27

(3

7 ,0)

(3

5 ,0) (4,0)

y – b = m(x – a)

y – 5 = 3(x – 4)

y – 5 = 3x – 12 ↔ y = 3x – 7

gambar dari kedua garis tersebut dalam bidang Cartesius adalah:

y = 3x + 5

6

5 (0,5) (4,5)

4

3

2

1 y = 3x – 7

-2 -1 0 1 2 3 4 5 6

5. Menentukan Persamaan Garis yang Melalui Sebuah Titik dan Tegak

Lurus Garis Lain.

Persamaan garis yang melalui titik (a,b) dan tegak lurus garis dengan

persamaan y = mx + c adalah y – b = )(1

axm

−−

Contoh :

Tentukan persamaan garis yang melalui titik (3,5) dan tegak lurus garis

y = 4x + 5. Kemudian gambarlah kedua garis tersebut pada bidang

Cartesius.

Jawab :

Page 41: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

28

(3,0)

(0,5)

(4

5 ,0)

Gradien garis y = 4x + 5 adalah m1 = 4, maka gradien garis yang tegak

lurus terhadap garis y = 4x + 5 adalah

m1.m2 = -1

4.m2 = -1

4

12 −=m

Jadi persamaan garis yang melalui titik (3,5) dan tegak lurus garis

dengan persamaan y = 4x + 5 adalah

y – 5 = )3(4

1 −− x

y – 5 = -4

3

4

1 +x

y = 4

23

4

1 +− x

4y + x – 23 = 0

Gambar kedua garis tersebut dalam bidang Cartesius adalah :

7 y = 4x + 5

6

5 (3,5)

4 4y + x – 23 = 0

3

2

1

0 1 2 3 4 5

Page 42: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

29

IV. Menentukan Titik Potong Dua Buah Garis

Jika y1 = a1x + b1 dan y2 = a2x + b2 adalah persamaan dua garis yang tidak

sejajar maka titik potongnya dapat dicari dengan menyelesaikan

persamaan a1x + b1 = a2x + b2, kemudian mensubtitusikan x ke salah satu

persamaan garis itu.

Contoh :

Tentukan titik potong garis y = 3x + 5 dan y = x – 7

Titik potong kedua garis tersebut dapat ditentukan dengan menyelesaikan

persamaan berikut:

3x + 5 = x – 7

3x – x = (-7)- 5

2x = -12

x = -12/2

x = -6

dengan mensubtitusikan nilai x = -6 ke salah satu persamaan garis

tersebut, misalnya y = x – 7 maka akan diperoleh nilai y yaitu :

y = x – 7

y = (-6) – 7

y = -13.

Jadi titik potong dari kedua persamaan garis tersebut adalah (-6,-13).

V. Penerapan Konsep Persamaan Garis Lurus dalam Kehidupan

Konsep persamaan garis lurus dapat digunakan untuk menyelesaikan

maslah-masalah perhitungan yang sering kita jumpai dalam kehidupan

Page 43: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

30

sehari-hari. Konsep yang akan diterapkan adalah konsep titik potong dari

dua garis.

Contoh :

Rosy membeli 3 celan dan 2 baju dengan harga Rp. 280.000,00.

Adi membeli 1 celana dan 3 baju dengan harga Rp. 210.000,00. Celana

dan baju yang dibeli oleh Rosy dan Adi jenisnya sama, berapa jumlah

harga 2 celana dan 2 baju?

Jawab :

Misalkan harga sebuah celana adalah x dan harga sebuah baju adalah y.

dengan demikian kita dapat membentuk persamaan baru dalam bentuk x

dan y sebagai berikut:

3x + 2y = 280.000

x + 3y = 210.000

nilai x dan y dapat dicari dengan cara menentukan titik potong garis

3x + 2y = 280.000 dan x + 3y = 210.000.

x + 3y = 210.000

3y = 210.000 – x

y = 70.000 - x3

1…………………………(1)

3x + 2y = 280.000

2y = 280.000 – 3x

y = 140.000 - x2

3………………………..(2)

Page 44: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

31

dari persamaan (1) dan (2) akan dicari titik potongnya dengan cara berikut:

70.000 - xx2

300.140

3

1 −=

000.70000.1406

7 −=x

000.706

7 =x

x = 60.000

jadi harga sebuah celana (x) adalah Rp. 60.000,00

Dengan memasukkan nilai x = 60.000 ke persamaan (1) atau (2) maka

akan diperoleh :

y = 70.000 - x3

1

y = 70.000 - )000.60(3

1

y = 70.000 – 20.000

y = 50.000

harga sebuah baju (y) adalah Rp. 50.000,00

jadi harga 2 celana dan baju dapat dihitung sebagai berikut :

2 x Rp. 60.000,00 + 2 x Rp. 50.000,00 = Rp. 220.000,00

B. Penelitian Yang Relevan

Berdasarkan pengalaman peneliti selama ini masih banyak di jumpai

nilai atau prestasi belajar matematika siswa kurang memuaskan artinya

nilainya relatif rendah.

Page 45: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

32

Adapun penelitian yang relevan yang mendukung penelitian ini adalah

penelitian yang dilakukan oleh Bambang Subagyo (2008) untuk mengetahui

bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif melalui metode

penemuan pada pokok bahasan teorema pythagoras pada siswa kelas VIII

SMP Negeri 3 Sikur tahun pelajaran 2007/2008. Penelitian tersebut

menyimpulkan bahwa proses pembelajaran melalui metode penemuan dapat

meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa, ini dilihat dari peningkatan

rata-rata skor nilai hasil evaluasi siswa pada masing-maing siklus yaitu: siklus

I rata-rata adalah 6,23 dan siklus II rata-rata adalah 7,21.

Penelitian relevan lainnya juga pernah dilakukan oleh L. Asroruddin

(2006) untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran

kooperatif complex instructions pada pokok bahasan trigonometri di SMA

Negeri 1 Selong kelas X-5 tahun pembelajaran 2005/2006. Penelitian tersebut

menyimpulkan bahwa metode complex instructions dapat meningkatkan

aktivitas dan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan

rata-rata skor hasil evaluasi dan rata-rata skor aktivitas siswa. Pada siklus II

rata-rata skor evaluasi 59,95 dan rata-rata aktivitas siswa 10,56 kemudian

mengalami peningkatan pada siklus III yaitu rata-rata hasil evaluasi 77,17

dan rata-rata skor aktivitas siswa 14,2.

Penelitian lainnya yang relevan adalah yang dilakukan oleh Hayatun

Nufus untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan penerapan model

pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada materi sistem persamaan linier dua

variabel siswa kelas VIII A MTs Mu’allimat NW Kelayu tahun pembelajaran

Page 46: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

33

2008/2009. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif

tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Hal ini

dapat dilihat dari peningkatan rata-rata skor hasil evaluasi dan rata-rata skor

aktivitas siswa. Pada siklus II rata-rata skor evaluasi 65,55 dan rata-rata

aktivitas siswa 9,75 kemudian mengalami peningkatan pada siklus III yaitu

rata-rata hasil evaluasi 77,57 dan rata-rata skor aktivitas siswa 12,25.

C. Kerangka Pikir

Dalam proses belajar mengajar matematika tentu tidak terlepas dari

suatu metode pembelajaran, oleh karena itu sudah menjadi tuntutan supaya

guru harus dapat memilih metode yang tepat agar tidak asal mengajar. Metode

mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar.

Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik akan ditentukan oleh

kerelevansian penggunaan suatu metode yang sesuai dengan tujuan.

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam pembelajaran

matematika khususnya pada materi persamaan garis lurus, perlu adanya

ketepanan pengggunaan metode pembelajaran yang dipilih oleh guru agar

siswa berperan aktif melalui interaksi antar sesama siswa dalam memahami

materi dan menemukan pemecahan masalah. Hal ini dapat dimungkinkan

melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dengan menggunakan lembar

kerja siswa diberikan kesempatan untuk terlibat langsung dalam mengolah

informasi sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan

strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif dan bekerja sama untuk

memahami materi pembelajaran. Dimana struktur tujuan kooperatif

Page 47: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

34

menciptakan situasi yaitu kelompok dapat mencapai tujuannya hanya apabila

semua anggota kelompok itu berhasil mencapai tujuannya. Oleh karena itu

anggota kelompok harus saling membantu dan mendorong untuk mencapai

tujuan masing-masing dalam hal ini penguasaan terhadap materi

pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dapat lebih mengaktifkan siswa

dalam proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam memahami materi

pembelajaran khususnya pada materi persamaan garis lurus dimana siswa

dituntut lebih banyak peran aktif dan kerja sama dalam menyelesaikan materi

tersebut.

Jika kondisi ini terjadi, maka dapat diduga bahwa dengan menerapakan

pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai pengaruh terhadap hasil

belajar siswa pada materi persamaan garis lurus.

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah suatu anggapan sementara yang masih dibuktikan lagi

kebenarannya melalui penelitian, atau suatu dugaan sementara yang mungkin

benar dan mungkin juga salah. Hipotesis dari penelitian ini adalah “Terdapat

pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil

belajar siswa pada materi persamaan garis lurus kelas VIII MTs. Mu’allimat

NW Kelayu tahun pembelajaran 2010/2011”.

Page 48: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

35

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MTs. Mu’allimat NW Kelayu dengan

melibatkan siswa kelas VIII yang berjumlah 37 orang pada semester I Tahun

Pembelajaran 2010/2011.

B. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen. Desain penelitian yang digunakan yaitu dengan menggunakan

Pre-experimental design, dimana tidak terdapat kelas kontrol (Sugiyono,

2008:110). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan satu kelas yaitu kelas

VIII yang terdiri dari 37 siswa yang diberikan perlakuan (pembelajaran

kooperatif) kemudian dilihat hasilnya.

C. Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Apabila seorang peneliti ingin meneliti semua elemen yang ada dalam

wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi

(Suharsimi Arikunto, 2006:50)

Berdasarkan pendapat di atas maka yang akan menjadi populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs. Muallimat NW Kelayu

yang mengikuti kegiatan pembelajaran pada tahun pembelajaran 2010/2011.

Kelas VIII terdiri dari satu kelas dengan siswa berjumlah 37 orang.

Page 49: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

36

Tabel 04 Keadaan Populasi siswa di MTs. Muallimat NW Kelayu

Tahun Pembelajaran 2010/2011 Kelas Banyak Siswa

VIII 37

Jumlah 37

2. Sampel Penelitian

Dalam penelitian pendidikan subyek yang dikenai penelitian biasanya

dikenai tahap sampel. Sampel merupakan bagian dari polpulasi. Sehubungan

dengan ini salah satu pendapat menyatakan bahwa: “Jika kita hanya akan

meneliti sebagian dari populasi maka dissebut penelitian sampel”. Sampel

adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti (Suharsimi

Arikunto, 2006:92)

Salah satu dari sampel yang baik adalah bahwa sampel itu harus

mencerminkan seluruh populasi. Untuk memenuhi syarat ini, harus

diperhatikan prosedur atau teknik pengambilan sampel.

Karena penelitian ini merupakan penelitian populasi maka pada

penelitian ini sampel yang akan digunakan adalah kelas VIII yang tersedia

yaitu sebanyak 37 orang siswa.

Tabel 05. Ukuran Sampel Penelitian di MTs. Mu’allimat NW Kelayu

Kelas Sampel

VIII 37

Jumlah 37

Page 50: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

37

D. Desain Penelitian

Desain atau rancangan penelitian ini menggunakan model One-Shot Case

Study yang digambarkan sebagai berikut :

Keterangan :

X : Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

Y : Hasil Belajar Siswa

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengambilan data yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah melalui pemberian tes hasil belajar baik pada kelas siswa. Tes

berbentuk soal pilihan ganda dengan 4 alternatif pilihan dengan jumlah soal

20 soal.

1. Identifikasi Variabel.

Variabel dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi

objek pengamatan penelitian (Sumadi Suryabrata, 1980:79). Untuk

mendapatkan gambaran yang jelas mengenai penelitian ini perlu diadakan

identifikasi.

Adapun dua jenis variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan

variabel terikat. Berdasarkan dengan hal ini dapat dijelaskan bahwa: variabel

yang mempengaruhi (Penyebab) disebut variabel bebas atau indevendent

variable (X), sedangkan variabel yang akibat tergantung atau variabel tidak

X Y

Page 51: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

38

bebas disebut variabel terikat atau dependent variabel (Y)

(Suharsimi Arikunto, 1985:82)

a. Variabel bebas ( independent variabel)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono,

2006:3). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran

kooperatif tipe STAD yang diberikan pada kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol.

b. Variabel terikat ( Dependent Variabel)

Variabel terikat adalah merupakan variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2006:3).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa.

2. Definisi Operasional Variabel

Ridwan, (1994:43) menjelaskan bahwa: suatu definisi operasional

merupakan spesifikasi penelitian dalam mengukur suatu varibel atau

manipulasinya. Suatu definisi operasional merupakan semacam buku

pegangan yang berisi petunjuk bagi peneliti. Dengan demikian definisi

operasional berbunyi kerjakan ini dan itu dengan cara begini dan begitu.

yang perlu dijelaskan dalam operasional variabel ini adalah :

a. Hasil Belajar matematika Siswa

Hasil belajar matematika siswa yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah nilai yang dipeoleh dari hasil pengukuran tes pretasi belajar

matematika siswa mengembangkan aspek-aspek kognitif, afektif dan

Page 52: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

39

psikomotor dari materi materi persamaan garis lurus . Data yang

diperoleh dari kelompok eksperimen maupun dari kelompok

pembanding dengan bersekala interval.

b. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah berupa kegiatan belajar mengajar dalam

menyampaikan materi materi persamaan garis lurus, dengan

memberikan masalah atau pertanyaan kepada siswa kemudian dicari

pemecahan masalahnya melalui pembelajaran Kooperatif tipe STAD.

3. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dapat diartikan sebagai alat yang digunakan

oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan menjadi lebih

mudah dan hasilnya lebih baik.

a. Jenis Instrumen

Jenis instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada

penelitian ini adalah berupa angket/kuesioner dan tes tulis pilihan

ganda.

Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti

laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya.

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegens,

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

Page 53: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

40

Jenis tes yang digunakan adalah tes objektif dalam bentuk pilihan

ganda. Soal objektif memiliki empat pilihan jawaban, dari keempat

jawaban tersebut hanya ada satu jawaban yang benar.

b. Kisi-kisi Instrumen

Kisi-kisi merupakan rancangan penyusunan instrumen yang dijadikan

acuan dalam menyusun istrumen yang baik.

i. Kisi-kisi instrumen tes

Tabel 06 Kisi-kisi Instrumen Tes

No SK/KD Indikator Jumlah

soal 1. 1.Memahami bentuk

aljabar, relasi,fungsi, dan persamaan garis lurus 1.1. 1.6 Menentu kan

gradien, persamaan garis lurus

1. Mengenal pengertian garis lurus dan menentukan gradiennya dalam berbagai bentuk

2. Menentukan persamaan garis lurus yang melalui dua titik, melalui satu titik dengan gradien tertentu

3. Menggambar garfik garis lurus

4. Memecahkan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan persamaan garis lurus

6

6

4

4

ii. Kisi-kisi instrumen Angket

Tabel 07 Kisi-kisi Instrumen Angket

No Aspek Indikator Jumlah

Soal 1. Persepsi Siswa 1. Perasaan dengan metode yang

diterapkan 2. Keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran 3. Kemudahan memahami materi

5

5

5

Page 54: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

41

( )( )( )( ) ( )( )2222 ∑∑∑ ∑∑ ∑∑

−−

−=

yyNxxN

yxxyNrxy

Untuk mendapatkan soal yang baik sebelum tes dilaksanakan

dilakukan uji coba untuk mengetahui validitas, reliabilitas, derajat

kesukaran, dan daya pembeda dari tes tersebut.

1. Uji Validitas

“Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat–tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Suharsimi Arikunto, 2006:

168). Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk

mendapatkan data itu valid. Dengan menggunakan instrumen yang valid

dalam pengambilan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi

valid pula. Untuk mengetahui validitas instrumen berbentuk tes, peneliti

menggunakan rumus angka kasar sebagai berikut:

(Suharsimi Arikunto, 2006: 170)

Keterangan:

x = skor item

y = skor total

N = cacah subyek

rxy = angka validitas item

Kriteria harga rxy adalah item tes dikatakan valid jika rxy-obs > rxy-tabel pada

taraf signifikasi 5%.

Page 55: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

42

Σ−−

=t

t

V

pqV

k

kr

111

Sesuai dengan hasil perhitungan yang telah dilakukan maka dapat

disajikan hasil dari uji validitas instrumen seperti tampak pada tabel

beriktu ini :

Tabel 08 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes dan Angket Persepsi Siswa

NO Konstruk Banyak Soal No. Soal

Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid 1 Hasil Belajar 20 - 1 s/d 20 -

2 Persepsi Siswa 15 - 1 s/d 15 -

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen yang

disusun dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data, instrumen memiliki

keajegan dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya kapanpun digunakan,

akan memberikan hasil yang relatif sama. Untuk mengukur reliabilitas

instrumen peneliti menggunakan rumus K-R 20 (Kuder–Ricardson) yaitu

sebagai berikut:

(Suharsimi Arikunto, 2006: 188)

Keterangan:

11r = reliabilitas

k = banyaknya item

tV = varians total

p = proporsi subyek yang menjawab betul

q = proporsi subyek yang menjawab salah

pqΣ = jumlah hasil perkalian antara p dan q

Page 56: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

43

Reliabilitas instrument berbentuk angket dapat dicari dengan

rumus alfa karena instrumen yang digunakan skornya bukan 1 atau 0

(Suharsimi Arikunto, 2003 : 109).

Rumusnya :

( )

−= ∑

2

21

11 11 tn

nR

σσ

Keterangan :

R11 = Reabilitas Instrumen

n = Banyaknya soal

∑ 21σ = Jumlah Varians butir

2tσ = Varians total

Kriteria reliabilitas adalah:

0< 11r <0,19 : sangat rendah

0,20< 11r <0,38 : rendah

0,39< 11r <0,58 : cukup

0,59< 11r <0,78 : tinggi

0,79< 11r <1,00 : sangat tinggi

Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat bahwa nilai rhitung sebesar 0,72

lebih besar dari nilai rtabel sebesar 0,32 sehingga instrumen tes dapat

dikatakan reliabel. Selain itu nilai R11 untuk instrumen berbentuk angket

Page 57: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

44

diperoleh nilai sebesar 0,91 lebih besar dari rtabel sebesar 0,32 sehingga

instrumen angket tentang persepsi siswa juga dinyatakan reliabel

3. Derajat Kesukaran (DK)

Soal yang baik adalah soal yang mempunyai derajat kesukaran memadai

dalam arti tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Untuk mengukur

derajat kesukaran soal digunakan rumus sebagai berikut:

DK = sJ

B

Keterangan:

DK = Derajat kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab dengan betul

Js = Jumlah seluruh peserta

Menurut ketentuan indeks kesukaran dari hasil tes diperoleh:

Soal sukar jika 0,00 ≤ DK < 0,30

Soal sedang jika 0,30 ≤ DK < 0,70

Soal mudah jika 0,70 ≤ DK ≤ 1,00

Ringkasan hasil perhitungan terhadap uji derajat kesukaran tes disajikan

dalam tabel berikut :

Tabel 09 Hasil Uji Derajat Kesukaran Tes Materi Persamaan Garis Lurus

No Konstruk Kriteria

Jumlah Soal Sukar Sedang Mudah

1 Hasil Belajar - 11 9 20

Page 58: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

45

4. Daya Pembeda

Daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu

membedakan siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai

berdasarkan kriteria tertentu. Untuk mengetahui daya pembeda dari

masing-masing item soal digunakan rumus:

DP = B

B

A

A

J

B

J

B−

Keterangan:

DP = Daya pembeda

JA = Banyaknya peserta kelompok atas (27%)

JB = Banyaknya peserta kelompok bawah (27%)

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan

benar

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal

dengan benar

Adapun klasifikasi untuk daya beda adalah sebagai berikut:

0,00 < DP< 0,20 : Kurang

0,20 < DP < 0,40 : Cukup

0,40 < DP < 0,70 : Baik

0,70 < DP < 1,00 : Baik Sekali

DP = negatif, semuanya tidak baik

Page 59: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

46

Sesuai dengan hasil analisis maka dapat ditunjukkan ringkasan hasil

perhitungan daya beda masing-masing soal seperti terlihat pada tabel

berikut :

Tabel 10 Ringkasan Hasil Perhitungan Daya Pembeda Instrumen

No Konstruk Kriteria

Jumlah Soal Baik Sekali Baik Cukup Kurang

1 Hasil Belajar 2 14 4 - 20

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan teknik statistik, baik statistik deskriptif maupun statistik

informal yang menggunakan statistik parametrik. Analisis data akan

dilakukan melalui tiga tahapan yaitu uji normalitas, uji linieritas dan uji

hipotesis.

1. Uji Prasyarat Analisis

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data ditujukan untuk mengetahui apakah data yang akan

diolah tersebut sudah berdistribusi normal atau tidak Uji normalitas

dilakukan dengan menggunakan metode uji chi-kuadrat, dengan

hipotesis sebagai berikut:

1) Hipotesis

Ho = Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

HI = Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Page 60: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

47

Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus:

( )∑

=

−=k

i fe

fefo

1

22χ

Keterangan :

2χ = chi-kuadrat

fe = frekuensi yang diharapkan

fo = frekuensi hasil pengamatan

k = jumlah kelas

2) Taraf signifikasi

α = Taraf signifikasi 5%

3) Keputusan uji

2χ hitung ≥ 2χ tabel maka Ho diterima dan HI ditolak

2χ hitung <2χ tabel maka Ho ditolak dan HI diterima

b. Uji linieritas

Menurut Sugiyono (2007:265) linieritas adalah keadaan dimana

hubungn antara variabel dependen dengan variabel independent bersifat

linier dalam range varibel independen tertentu. Uji linieritas dilakukan

dengan rumus pada analisis varians regresi linier sederhana. Uji linieritas

bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh membentuk garis

yang linier atau tidak.

Rumus-rumus yang digunakan dalam uji liniearitas adalah:

Page 61: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

48

JK(T) = ∑ Y2

JK(A) = ( )

n

y2

JK(b/a)=( )( )

−∑∑∑

n

yxxyb

= ( )( )[ ]

( )[ ]2

22∑ ∑∑ ∑∑

xxnn

yxxyn

JK(S)= ( ) ( )

−−a

bJKaJKTJK

JK(TC)=( )

∑ ∑∑

−xi in

yy

2

2

JK(G)= JK(S)-J(TC)

Keterangan:

JK(T) = jumlah kuadrat total

JK(a) = jumlah kuadrat koefisien a

JK(b/a) = jumlah kuadrat regresi (b/a)

JK(S) = jumlah kuadrat sisa

JK(TC) = jumlah kuadrat tuna cocok

JK(G) = jumlah kuadrat galat

Page 62: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

49

Tabel 11 Daptar Analisis Varians (Anava) Regresi Linier Sederhana

Sumber varians dk jk KT F

Total n ∑ Y2 ∑ Y2

Koefisien (a) Regresi (b/a) Sisa

1 1 n-2

JK(a) JK(b/a) JK(S)

JK(a) =2

regs JK(b/a)

( )2

2

−=

n

SJKssis

2

2

sis

reg

s

s

Tuna cocok Galat

k-2 n-k

( )TCJK

( )GJK

( )2

2

−=

k

TCJKsTC

( )kn

GJKsG −

=2

2

2

G

tc

s

S

Untuk menguji linieritas data dilakukan dengan rumus berikut :

F = 2

2

sis

reg

s

s, dengan kriteria keputusan adalah, jika Fhitung < Ftabel untuk tarap

signifikan 5% maka regresi linier.

G. Uji hipotesis

Setelah melakukan uji liniearitas, maka dapat dilakukan pengujian

hipotesis. Uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis yaitu

regresi linier sederhana. Regresi sederhana didasarkan pada hubungan

fungsional ataupun kausal satu variabel independen dengan satu varibel

dependen persamaan umum regresi linier sederhana adalah :

bXaY +=

Keterangan :

Y = Subyek dalam variabel dependen yang diperediksikan

a = Harga Y ketika harga X=0 (harga konstan)

b = Angka arah atau koefisien regresi

Page 63: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

50

2

2

sis

reg

s

s

X = Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai

tertentu.

(Sugiyono, 2007:261).

Untuk mencari nilai a dan b dapat digunakan rumus sebagai berikut:

a = ( )( ) ( )( )

( )∑ ∑∑∑∑∑

−22

2

XiXin

YiXiXiXiYi

b = ( )( )

( )∑ ∑∑ ∑∑

−22 XiXin

YiXiYiXin

Selanjutnya akan diuji keberartian koefisien regresi a dan b dengan rumus

sebagai berikut :

F =

Dengan kriteria jika Fhitung (regresi) > Ftabel pada taraf signifikan

5%, maka harga Fhitung (regresi) signifikan, sehingga koefisien regresi

dikatakan berarti.

Untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel

terikat dapat dicari dengan rumus korelasi sebagai berikut:

r = ( )( )

( )( ) ( )( )∑ ∑∑ ∑∑ ∑∑

−−

−2222 YiYinXiXin

YiXiYiXin

Setelah diperoleh harga rxy kemudian dikonsultasikan dengan harga r

dengan interval kepercayaan 5%, jika rxy ≥ rtabel berarti terdapat hubungan

antara variabel bebas dan variabel terikat. Artinya terdapat pengaruh yang

signifikan dari metode pembelajaran yang diterapkan terhadap hasil belajar

siswa.

Page 64: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

51

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan dari penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa

materi persamaan garis lurus kelas VIII MTs. Mu’allimat NW

Kelayu Tahun Pembelajaran 2010/2011.

Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan dari penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa

materi persamaan garis lurus kelas VIII MTs. Mu’allimat NW

Kelayu Tahun Pembelajaran 2010/2011.

Page 65: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Deskripsi Data

Data penelitian ini diambil dari hasil tes pada materi persamaan garis

lurus dan hasil angket tentang persepsi siswa terhadap penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dari data yang sudah terkumpul

diperoleh skor terendah dari hasil tes adalah adalah 35 dan skor tertinggi

adalah 95. Sedangkan skor terendah dari data berbentuk angket adalah 59

dan skor tertinggi adalah 96, sehingga dari perhitungan yang dilakukan

terhadap data tersebut didapat nilai rata-rata (Mean) dari hasil tes adalah

69, 73 dan standar deviasinya (SD) adalah 19,03. Sedangkan dari hasil

angket diperoleh nilai rata-ratanya adalah 77, 11 dan standar deviasinya

(SD) adalah 11, 97.

Berdasarkan data tersebut dicari mean ideal (Mi) dan standar deviasi

ideal (Sdi) untuk dapat menentukan kategori dari data tersebut. Rata-rata

ideal (Mi) dan standar deviasi ideal (Sdi) dari hasil tes dan angket dapat

dicari dengan menggunakan rumus seperti berikut ini :

Rata-rata idealnya (Mi) = 2

1(100 + 0) = 50

Standar deviasi ideal (Sdi) = 6

1(100 - 0) = 16,66

Page 66: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

53

Dengan demikian dapat dibuat kategori untuk hasil tes .

Mi +1.Sdi s/d Mi + 3Sdi Kategori tinggi

50 + 1.16,66 s/d 50 + 50

66,66 s/d 100

Mi - 1.Sdi s/d < Mi + 1Sdi Kategori sedang

50 - 1.16,66 s/d < 50 + 1.16,66

33,34 s/d < 66,66

Mi - 3Sdi s/d < Mi - 1Sdi Kategori Rendah

50 – 3.16,66 s/d < 50 – 1.8,33

0,00 s/d < 33,34

Dengan memperhatikan rata-rata dari hasil tes terhadap siswa yaitu

69,73 dan hasil angket dengan rata-rata 77,11 menunjukkan bahwa

keduanya termasuk kategori tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 12 Ringkasan Hasil Uji Coba Instrumen

Jenis Data Statistik

Kategori N mak N min Mean (x) SD

Tes 95 35 69,73 19,03 Tinggi Angket 96 59 77, 11 11, 97 Tinggi

2. Uji Persyaratan Analisis Data

a. Uji Normalitas Data

Pembuktian normalitas data dilakukan untuk menguji apakah

skor dalam variabel-variabel yang diteliti harus berdistribusi normal atau

tidak. Untuk menganalisa datanya digunakan rumus Chi kuadrat ( 2χ ).

Hasil perhitungan ( 2χ ) yang diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan

Page 67: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

54

nilai 2χ tabel dengaan interval kepercayaan 5% dan derajat kebebasan

(k-1), dimana k adalah banyaknya kelas interval dan kririteria yang

digunakan adalah sebagai berikut: jika 2χ hitung < 2χ tabel artinya data

dinyatakan normal, sebaliknya jika 2χ hitung ≥ 2χ tabel dengan taraf

signifikansi 5% maka hipotesis normalitas ditolak artinya data tidak

berdistribusi normal, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 13 Hasil perhitungan statistik normalitas data hasil tes dan angket

Jenis Data Statistik

Keputusan 2χ hitung 2χ tabel Tes 8, 31 11, 1 Normal

Angket 10,19 11, 1 Normal

Berdasarkan tabel di atas menunjukkkan bahwa harga

χ2hitung < χ2

tabel sehingga data hasil pengukuran baik berbentuk tes atau

angket dapat dinyatakan berdistribusi normal.

b. Uji Linieritas data

Uji Linieritas data dapat dilakukan untuk mengetahui apakah data

tersebut bersifat linier atau tidak supaya dapat dilakukan uji selanjutnya

yaitu uji regresi untuk pengujian hipotesis.

Untuk menganalisa datanya digunakan rumus pada analisis

varians (ANAVA) regresi linier sederhana yaitu F = 2

2

G

tc

s

S dengan kriteria

jika nilai Fhitung < Ftabel maka data tersebut dikatakan linier. Dari hasil

perhitungan yang dilakukan diperoleh nilai Fhitung = 1,32 hasil ini

Page 68: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

55

kemudian dikonsultasikan dengan nilai Ftabel pada taraf signifikansi 5%

dengan dk pembilang k-2 = 25 dan dk penyebut n-k = 10 sehingga

diperoleh harga Ftabel = 2,75, karena Fhitung < Ftabel (1,32< 2,75) maka data

tersebut dikatakan linier.

c. Pengujian Hipotesis

Karena persyaratan analisis telah selesai diuji maka selanjutnya

dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan rumus regresi. Dari hasil

analisis diperoleh koefisien untuk persamaan regresi yaitu a = 22,02 dan

b = 0,61. Selanjutnya akan dilakukan pengujian terhadap keberartian

koefisien a dan b menggunakan ANAVA Regresi Linier Sederhana dengan

persamaan F = 2

2

sis

reg

s

s dengan kriteria jika Fhitung > Ftabel pada taraf

signifikan 5% dengan dk pembilang 1 dan dk penyebut n-2 = 35 maka

koefisien regresi tersebut dikatakan berarti. Dari hasil perhitungan

diperoleh nilai Fhitung = 6,91 kemudian nilai tersebut dikonsultasikan

dengan nilai Ftabel = 4,12. Dengan demikian dapat dilihat bahwa 6,91 >

4,12 (Fhitung>Ftabel) sehingga koefisien regresi tersebut dinyatakan berarti.

Dengan demikian dapat dibuat persamaan regresinya sebagai berikut :

Ŷ = 22, 39 + 0,61X. Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa Ŷ

menunjukkan nilai hasil belajar yang diperoleh dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD, angka 22,39 adalah fungsi dari

koefisien regresi menunjukkan nilai konstanta yang merupakan nilai daya

prediksi atau ramalan terhadap nilai hasil belajar (Ŷ), angka 0,61

Page 69: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

56

menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa sebesar 61% sebagai akibat

dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sedangkan X

menunjukkan persepsi siswa terhadap penerapan model pembelajaran

tersebut. Dengan demikian persamaan tersebut dapat ditafsirkan bahwa

peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dilihat dari persepsi siswa adalah sebesar 61%

dengan daya prediksi sebesar 22,09.

Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan antara

kedua variabel dilakukan analisis dengan menggunakan rumus korelasi (r)

product moment. Dari hasil analisis tersebut diperoleh harga rhitung = 0,41

yang selanjutnya hasil analisis ini dikonsultasikan dengan nilai rtabel pada

taraf signifikansi 5% diperoleh harga rtabel = 0, 32. Karena rhitung > rtabel

pada taraf signifikansi 5% maka sesuai dengan persyaratan pengujian

hipotesis yang dibahas pada bab sebelumnya maka Ho ditolak dan Ha

diterima artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap prestasi belajar siswa pada

materi persamaan garis lurus siswa kelas VIII MTs. Mu’allimat NW

Kelayu Tahun Pembelajaran 2010/2011.

B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Strategi pembelajaran yang baik adalah ketika tercipta suasana

pembelajaran yang kondusif bagi tercapainya tujuan pendidikan. Selain itu,

strategi pembelajaran juga harus memperhitungkan semua kondisi siswa, baik

itu keadaan internal maupun eksternal siswa. Model pembelajaran kooperatif

Page 70: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

57

tipe STAD mengambil model dari masyarakat, terutama mengenai mekanisme

sosial yang ada pada masyarakat yang biasa dilakukan melalui kesepakatan

bersama.

Selama proses penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

pada siswa kelas VIII MTs. Mu’allimat NW Kelayu, peneliti dapat melihat

secara langsung kondisi ruangan kelas yang cukup kondusif, tenang, dan

nyaman. Sebagian besar siswa kelihatan aktif mengikuti proses pembelajaran,

walaupun masih ada sebagian kecil dari siswa yang kurang memberikan

respon positif ketika proses pembelajaran berlangsung, masih nampak ada

siswa yang kurang memperhatikan kelompok lain ketika sedang

menyampaikan hasil diskusinya. Hal ini nampak ketika diskusi sedang

berjalan, sebagian besar siswa begitu aktif dalam bediskusi, saling bertanya

dan bekerja sama dalam kelompok dan antar anggota cukup kelihatan. Di sisi

lain ada sebagian kecil siswa yang kadang membuat suasan kelas menjadi

ribut dan menyebabkan siswa lain terganggu. Walaupun demikian masih dapat

dikatakan bahwa proses pembelajaran berjalan lancar.

Dari hasil penelitian ternyata setelah penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD menunjukkan bahwa kualitas hasil belajar matematika

siswa pada materi persmaan garis lurus termasuk kategori tinggi. Hal ini

terlihat dari analisis hasil tes yang menunjukkan kategori yang tinggi. Sejalan

dengan itu dari hasil angket yang telah diberikan menunjukkan bahwa tingkat

persepsi siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

termasuk kategori tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan terdapat

Page 71: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

58

pengaruh yang signifikan antara penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD terhadap hasil belajar siswa pada materi persamaan garis lurus

kelas VIII MTs. Mu’allimat NW Kelayu tahun pembelajaran 2010/2011.

Setelah penerapan pembelajaran kooperatif peserta didik menjadi lebih aktif

dan lebih termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran. Dari hasil angket

yang diberikan kepada masing-masing responden menunjukkan bahwa

sebagian besar siswa merasa lebih senang dan nyaman ketika mengikuti

proses pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Siswa lebih

aktif dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga diskusi menjadi lebih

hidup. Dari hasil tes yang diberikan kepada siswa menunjukkan nilai yang

memuaskan, sebagian besar siswa memperoleh nilai di atas standar kriteria

ketuntasan yang telah ditetapkan.

Sesuai dengan hipotesis alternatif yang diajukan dan didukung oleh hasil

analisis data, dimana nilai rhitung > rtabel yaitu 0,41 > 0,32 sehingga hipotesis

yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang siginifikan dari penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa materi

persamaan garis lurus kelas VIII MTs. Mu’allimat NW Kelayu Tahun

Pembelajaran 2010/2011 dapat dibuktikan dan dapat diterima. Hal ini juga

sesuai dengan teori yang diajukan pada bab sebelumnya (Ibrahim,dkk, 2000:7)

yang mengatakan “tujuan penting pembelajaran kooperatif adalah untuk

meningkatkan kemampuan individu dalam bidang akademik, penerimaan

terhadap adanya keragaman individu dan mengembangkan keterampilan

sosial”

Page 72: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

59

Walaupun demikian, berhasil tidaknya suatu kegiatan pembelajaran

yang dalam hal ini kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model

kooperatif tipe STAD, itu tidak terlepas dari beberapa faktor yang

mempengaruhi tingkat keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran. Faktor-

faktor tersebut antara lain adalah siswa, guru, ketersediaan alat bantu/peraga,

dan kondisi lingkungan sekolah. Faktor-faktor tersebut saling mendukung dan

mempengaruhi terhadap tingkat keberhasilan suatu metode ataupun model

pembelajaran. Berhasil tidaknya model pembelajaran dapat dilihat dari hasil

belajar yang diperoleh siswa. Semakin tinggi hasil yang diperoleh siswa maka

tingkat keberhasilan suatu model pembelajaran tersebut semakin tinggi pula.

Page 73: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

60

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan di atas, maka

peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD di Madrasah Tsanawiyah Mu’allimat NW Kelayu ini

menyebabkan siswa lebih aktif dan lebih nyaman dalam mengikuti proses

pembelajaran matematika, hal ini dapat dilihat dari hasil angket yang telah

diberikan kepada siswa. Hasil belajar siswa juga tergolong baik dan

memuaskan yang dilihat berdasarkan hasil uji tes untuk materi yang telah

diberikan dimana sebagian besar siswa memperoleh nilai lebih tinggi dari

kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan.

Dengan memperhatikan hasil angket dan uji coba tes dari materi yang

telah diberikan maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki pengaruh terhadap hasil belajar

siswa pada materi persamaan garis lurus kelas VIII MTs. Mu’allimat NW

Kelayu tahun pembelajaran 2010/2011. Hal ini sejalan dengan analisis

statistik menggunakan analisis regresi dan rumus korelasi product moment

dimana hipotesis yang mengatakan “terdapat pengaruh yang signifikan dari

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar

siswa pada materi persamaan garis lurus kelas VIII MTs. Mu’allimat NW

Kelayu Tahun Pembelajaran 2010/2011” dapat diterima.

Page 74: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

61

Adanya pengaruh ini ditunjukkan dengan angka yang diperoleh dalam

penelitian ini rhitung sebesar 0,41 lebih besar dari rtabel = 0,32 pada taraf

signifikansi 5%. Oleh karena harga rhitung lebih besar dari rtabel, artinya Ha

diterima dan Ho ditolak.

B. SARAN

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diajukan beberapa saran sebagai

berikut:

1. Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model

pembelajaran yang baik untuk digunakan dalam mata pelajaran

matematika. Dalam penelitian ini terbukti bahwa penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe dapat lebih mengaktifkan

siswa dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar juga

menjadi lebih baik. Oleh karena itu, peneliti menyarankan kepada

para tenaga pendidik khususnya guru untuk menerapkan

pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dalam kegiatan

pembelajaran di sekolah khususnya pada mata pelajaran

matematika. Selain itu peneliti menyarankan kepada pengelola

sekolah untuk dapat mendorong guru dan komponen sekolah

lainnya untuk lebih memberikan perhatian terhadap peneraan

model pembelajan kooperatif tipe STAD sebagai alternatif

pembelajaran. Bagi lembaga STKIP juga disarankan untuk

kiranya dapat memberikan perhatian agar penelitian berikutnya

Page 75: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

62

dari mahasiswa juga daat lebih dikembangkan, dan koleksi buku

refrensi tentang pembelajaran kooperatif diperbanyak.

2. Situasi kelas belajar yang kondusif merupakan salah satu faktor

keberhasilan kegaiatan belajar mengajar yang baik, oleh karena

itu kemampuan mengelola kelas yang baik sangat diperlukan. Hal

ini harus diperhatikan oleh para peneliti lainnya yang sedang dan

akan melakukan penelitian.

Page 76: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

63

DAFTAR PUSTAKA

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: PT. Rineka Cipta

Syaiful Bahri Djamarah. 1991. Hasil Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya:

Usaha Nasional.

Syaiful Bahri Djamarah. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Isjoni, (2009). Cooperatif Learning, Cet II. Penerbit Alfa Beta. Bandung:

Mansur. Drs. 2008. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV Wacana Prima

Mulyasa. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kosep, Karakteristik dan

Implementasi. Bandung: Rosda Karya Ofset

Nur Wayan Kencana, 1995. Evaluasi Hasil Belajar Mengajar. Bandung: CV

Alfabeta

Ponco Sujatmiko. 2003. Matematika Kreatif Konsep dan Terapannya untuk Kelas

VIII SMP dan MTs Semester I. Solo: Tiga Serangkai

Harun Rasyid. 2008. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV Wacana Prima

Wina Sanjaya, Dr. 2008. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis

Kompetensi.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sugiyono. 2007. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta