43
SASARAN BELAJAR LI.1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Coxae dan Femur LO.1.1 Memahami dan Menjelaskan Makroskopik Coxae dan Femur LO.1.2 Memahami dan Menjelaskan Mikroskopik Coxae dan Femur LO.1.3 Memahami dan Menjelaskan Kinesiologi Coxae dan Femur LO.1.4 Memahami dan Menjelaskan Vaskularisasi Coxae dan Femur LI.2 Memahami dan Menjelaskan Proses Pertumbuhan Tulang Panjang LI.3 Memahami dan Menjelaskan Fraktur LO.3.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Fraktur LO.3.2 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Fraktur LO.3.3 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Fraktur LO.3.4 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Fraktur LO.3.5 Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Fraktur LO.3.6 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Fraktur LI.1 Memahami dan Menjelaskan Fraktur Collum Femur LO.4.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Fraktur Collum Femur LO.4.2 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Fraktur Collum Femur LO.4.3 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Fraktur Collum Femur LO.4.4 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Fraktur Collum Femur LO.4.5 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Fraktur Collum Femur 1

Pbl Sk 3 Fraktur Collum Femur

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pbl Sk 3 Fraktur Collum Femur

SASARAN BELAJAR

LI.1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Coxae dan Femur

LO.1.1 Memahami dan Menjelaskan Makroskopik Coxae dan Femur

LO.1.2 Memahami dan Menjelaskan Mikroskopik Coxae dan Femur

LO.1.3 Memahami dan Menjelaskan Kinesiologi Coxae dan Femur

LO.1.4 Memahami dan Menjelaskan Vaskularisasi Coxae dan Femur

LI.2 Memahami dan Menjelaskan Proses Pertumbuhan Tulang Panjang

LI.3 Memahami dan Menjelaskan Fraktur

LO.3.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Fraktur

LO.3.2 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Fraktur

LO.3.3 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Fraktur

LO.3.4 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Fraktur

LO.3.5 Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Fraktur

LO.3.6 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Fraktur

LI.1 Memahami dan Menjelaskan Fraktur Collum Femur

LO.4.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Fraktur Collum Femur

LO.4.2 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Fraktur Collum Femur

LO.4.3 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Fraktur Collum Femur

LO.4.4 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Fraktur Collum Femur

LO.4.5 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Fraktur Collum Femur

LO.4.6 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Fraktur Collum Femur

LO.4.7 Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan Radiologi Fraktur Collum

Femur

LO.4.8 Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Fraktur Collum Femur

1

Page 2: Pbl Sk 3 Fraktur Collum Femur

LI.1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Coxae dan Femur

LO.1.1 Memahami dan Menjelaskan Makroskopik Coxae dan Femur

Artikulasi ini merupakan sendi enarthrodial atau bola-dan-keranjang, dibentuk oleh

pertemuan kepala femur yang masuk ke dalam rongga berbentuk cangkir yaitu acetabulum.

Kartilago artikular pada kepala tulang paha, lebih tebal di pusat daripada disekitarnya,

membungkus seluruh permukaannya kecuali fovea capitis femoris, dimana ligamentum teres

terpasang; pada acetabulum akan membentuk sebuah cincin marjinal yang tidak lengkap, yaitu

permukaan berbentuk bulan sabit. Didalam permukaan berbentuk bulan sabit tersebut ada

2

Page 3: Pbl Sk 3 Fraktur Collum Femur

lingkaran depresi tanpa tulang rawan, yang diisi oleh lemak dalam jumlah banyak, serta dilapisi

oleh membran sinovial.

Ligamen-ligamen pada sendi adalah:

Kapsul artikularis

Pubocapsulare

Iliofemorale

Ligamentum teres femoris.

Ischiocapsulare

Labrum Glenoidale

Acetabular Transversum 

Gerakan pada pinggul sangatlah luas, terdiri dari fleksi, ekstensi, adduksi, abduksi,

sirkumdiksi, dan rotasi. Panjang leher femur dan tubuh tulang tersebut memiliki efek besar

dalam mengubah sudut gerakan fleksi, ekstensi, adduksi, dan abduksi sebagian ke dalam gerakan

berputar di sendi. Jadi ketika paha melakukan fleksi maupun ekstensi, kepala femur, berputar di

dalam acetabulum hanya dengan sedikit meluncur ke sana kemari. Kemiringan dari leher femur

juga mempengaruhi gerakan adduksi dan abduksi. Sedangkan rotasi pada paha terjadi karena

adanya gerakan meluncur / gliding dari kepala femur terhadap acetabulum.

LO.1.2 Memahami dan Menjelaskan Mikroskopik Coxae dan Femur

Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada bagian intra-seluler. Tulang berasal dari

embrionic hyaline cartilage yang mana melalui proses “Osteogenesis” menjadi tulang. Proses ini

dilakukan oleh sel-sel yang disebut “Osteoblast”. Proses mengerasnya tulang akibat penimbunan

garam kalsium.

Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok

berdasarkan bentuknya :

1). Tulang panjang (Femur, Humerus) terdiri dari batang tebal panjang yang disebut

diafisis dan dua ujung yang disebut epifisis. Di sebelah proksimal dari epifisis

terdapat metafisis. Di antara epifisis dan metafisis terdapat daerah tulang rawan yang

tumbuh, yang disebut lempeng epifisis atau lempeng pertumbuhan. Tulang pendek

(carpals) bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellous (spongy) dengan suatu

lapisan luar dari tulang yang padat.

3

Page 4: Pbl Sk 3 Fraktur Collum Femur

2). Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang padat dengan

lapisan luar adalah tulang concellous.

3). Tulang yang tidak beraturan (vertebrata) sama seperti dengan tulang pendek.

4). Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang

berdekatan dengan persediaan dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial,

misalnya patella (kap lutut).

Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri atas

tiga jenis dasar-osteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas berfungsi dalam pembentukan

tulang dengan mensekresikan matriks tulang.. Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam

pemeliharaan fungsi tulang dan terletak dalam osteon (unit matriks tulang ). Osteoklas

adalah sel multinuclear ( berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran, resorpsi dan

remosdeling tulang.

Osteon merupakan unik fungsional mikroskopis tulang dewasa. Ditengah osteon terdapat

kapiler. Dikelilingi kapiler tersebut merupakan matriks tulang yang dinamakan lamella.

Didalam lamella terdapat osteosit, yang memperoleh nutrisi melalui prosesus yang berlanjut

kedalam kanalikuli yang halus (kanal yang menghubungkan dengan pembuluh darah yang

terletak sejauh kurang dari 0,1 mm).

Tulang diselimuti dibagian oleh membran fibrous padat dinamakan periosteum.

Periosteum memberi nutrisi ke tulang dan memungkinkannya tumbuh, selain sebagai tempat

perlekatan tendon dan ligamen. Periosteum mengandung saraf, pembuluh darah, dan

limfatik. Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung osteoblast, yang merupakan sel

pembentuk tulang.

Endosteum adalah membran vaskuler tipis yang menutupi rongga sumsum tulang

panjang dan rongga-rongga dalam tulang kanselus. Osteoklast , yang melarutkan tulang untuk

memelihara rongga sumsum, terletak dekat endosteum dan dalam lacuna Howship (cekungan

pada permukaan tulang).

Ada 3 macam tulang rawan yaitu :

1. Tulang rawan hialin

Tulang rawan hialin bersifat halus, transparan dan matriksnya bersifat homogeny.

Matriksnya bening kebiruan. Terdapat pada permukaan sendi, cincin tulang rawan pada

batang tenggorok dan cabang batang tenggorok, ujung tulang rusuk yang melekat pada

4

Page 5: Pbl Sk 3 Fraktur Collum Femur

dada dan ujung tulang panjang. Tulang rawan hialin merupakan bagian terbesar dari

kerangka embrio juga membantu pergerakan persendian, menguatkan saluran pernapasan,

member kemungkinan pertumbuhan memanjang tulang pipa.

2. Tulang rawan elastis

Tulang rawan elastic bersifat lentur dan matriks memiliki serabut elastin yang bercabang-

cabang. Matriksnya berwarna keruh kekuning-kuningan. Jaringan ini terdapat pada daun

telinga, epiglotis, dan laring.

3. Tulang rawan fibrosa

Tulang rawan fibrosa adalah tulang rawan yang paling kaku dan keras karena

mengandung kolagen tipe I. Matriks mengandung banyak serat kolagen. Matriksnya

berwarna gelap dan keruh. Jaringan ini terdapat pada perlekatan ligament-ligamen

tertentu pada tulang, persendian tulang pinggang, dan pada pertautan antara tulang

kemaluan kanan dan kiri.

LO.1.3 Memahami dan Menjelaskan Kinesiologi

Articulatio coxae

Tulang : antara caput femoris dan acetabulum

Jenis sendi : enarthrosis spheroidea

Penguat sendi : terdapat tulang rawan pada facies lunata

Kelajar Havers terdapat pada acetabuli

Ligamentum iliofemorale yang berfungsi memepertahankan art. Coxae tetap

ekstensi, menghambat rotasi femur, mencegah batang badan berputar ke belakang pada

waktu berdiri sehingga mengurangi kebutuhan kontraksi otot untuk mempertahankan

posisi tegak. Ligamentum ischiofemorale yang berfungsi mencegah rotasi interna.

Ligamentum pubofemorale berfungsi mencegah abduksi, ekstensi dan rotasi externa.

Selain itu diperkuat juga oleh Ligamentum transversum acetabuli dan Ligamentum

capitisformis. Bagian bolong disebut zona orbicularis.

Capsula articularis : membentang dari lingkar acetabulum ke linea intertrochanterica

dan crista intertrochanterica.

Gerak sendi :

5

Page 6: Pbl Sk 3 Fraktur Collum Femur

Fleksi : M. Iliopsoas, M. Pectineus, M. Rectus femoris, M. Adductor longus, M.

Adductor brevis, M. Adductor magnus pars anterior tensor fascia lata.

Ekstensi : M. Gluteus maximus, M. Semitendinosis, M. Semimembranosus, M.

Biceps femoris caput longum, M. Adductor magnus pars posterior.

Abduksi : M. Gluteus medius, M. Gluteus minimus, M. Piriformis, M sartorius, M.

Tensor fascia lata.

Adduksi : M. Adductor longus, M. Adductor magnus, M. Adductor brevis,

M.pectineus, M. Obturator externus, M. Quadratus femoris.

Rotasi medialis : M. Gluteus medius, M. Gluteus minimus, M. Tensor fasciae latae,

M. Adductor magnus pars posterior

Rotasi lateralis : M. Piriformis, M. Obturator internus, Mm. Gamelli, M. Obturatur

externus, M. Quadratus femoris, M. Gluteus maximus, Mm. Adductores.

Articulatio ini dibungkus oleh capusula articularis yang terdiri dari jaringan ikat

fibrosa. Capsula articularis ini berjalan dari pinggir acetabulum Os. Coxae menyebar ke

latero-inferior mengelilingi colum femoris untuk melekat pada linea trochanterica bagian

depan dan meliputi pertengahan bagian posterior colum femoris kira kira sebesar jari

diatas crista intertrochanterica. Oleh karena itu bagian lateral dan distal belakang colum

femoris adalah diluar capsula articularis. Sehubungan dengan itu fraktur colum femoris

dapat extracapsular (diluar scapula) dan dapat pula intracapsular (diantara scapula).

LO.1.4 Memahami dan Menjelaskan Vaskular Coxae dan Femur

6

Page 7: Pbl Sk 3 Fraktur Collum Femur

Kaput femur mendapat aliran darah dari tiga sumber, yaitu:

1. Pembuluh darah intrameduler di dalam leher femur

2. Pembuluh darah servikal asendens dalam retinakulum kapsul sendi

3. Pembuluh darah dari ligamen yang berputar

Pada saat terjadi fraktur, pembuluh darah intramedular dan pembuluh darah retinakulum

selalu mengalami robekan, bila terjadi pergeseran fragmen.

LI.2 Memahami dan Menjelaskan Proses Pertumbuhan Tulang Panjang

Pembentukan tulang Endokondral

7

Page 8: Pbl Sk 3 Fraktur Collum Femur

Epiphysis

Pada tulang panjang, epiphysis adalah daerah antara pelat pertumbuhan atau luka

pertumbuhan piring dan akhir diperluas tulang, tulang rawan artikular tertutup oleh. Sebuah

epiphysis pada orang dewasa skeletally terdiri dari tulang trabekuler berlimpah dan shell tipis

tulang kortikal.

Metaphysis

Metaphysis adalah wilayah junctional antara lempeng pertumbuhan (lihat gambar di bawah) dan

diaphysis tersebut. Metaphysis berisi tulang trabekuler berlimpah, tetapi tulang kortikal menipis

sini relatif terhadap diaphysis tersebut. Wilayah ini adalah situs umum untuk banyak tumor-

tumor tulang primer dan lesi serupa. Para kegemaran relatif osteosarcoma untuk wilayah

metaphyseal tulang panjang pada anak-anak telah dikaitkan dengan omset tulang yang cepat

karena remodeling tulang ekstensif selama ledakan pertumbuhan (lihat Pertumbuhan,

Pemodelan, dan Renovasi Bone, di bawah).

8

Page 9: Pbl Sk 3 Fraktur Collum Femur

Epiphysis metaphysis

Jenis Jaringan Tulang

Jaringan tulang dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara, termasuk tekstur, pengaturan

matriks, kematangan, dan asal perkembangan.

Berdasarkan tekstur bagian lintas, jaringan tulang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Tulang kompak (padat tulang, tulang kortikal): tulang Compact ivorylike dan padat dalam

tekstur tanpa rongga. Ini adalah shell tulang banyak dan mengelilingi tulang trabekuler di

tengah. Tulang kompak terdiri terutama dari sistem haversian atau osteons sekunder.

Spons tulang (tulang trabekuler, tulang kanselus): Sponge tulang sangat bernama karena busa

dengan rongga banyak. Hal ini terletak di dalam rongga meduler dan terdiri dari tulang

Spons Tulang Tulang Kompak

Tulang dibungkus jaringan ikat periosteum, dibawah periousteum terdapat lamel general luar.

Dibagian dalam, dinding ruang sumsum tulang dilapisi oleh endosteum. Dibawah endosteum

mempunyai kemampuan osteogenesis.

9

Page 10: Pbl Sk 3 Fraktur Collum Femur

Sel tulang dibagi menjadi empat jenis :

1. Osteoblast

2. Osteosit

3. Osteoklast

4. Osteoprogenitor

Periosteum

Periosteum terdiri dari lapisan kambium batin yang berdekatan dengan permukaan tulang

dan lapisan fibrosa luar padat. Lapisan kambium terdiri dari sel osteoprogenitor, yang datar dan

berbentuk gelendong dan mampu membedakan menjadi osteoblas dan tulang membentuk dalam

menanggapi berbagai rangsangan. Serat kolagen pada lapisan luar berdekatan dengan kapsul

sendi, ligamen, dan tendon. Periosteum tebal dan longgar melekat pada korteks pada anak-anak,

tetapi lebih tipis dan lebih patuh pada orang dewasa. Periosteum tulang benar-benar meliputi,

kecuali di wilayah tulang rawan artikular dan di situs lampiran otot. 

Osteoblast

10

Page 11: Pbl Sk 3 Fraktur Collum Femur

Memproduksi matriks organik tulang. Sel berbentuk buah dengan inti terletak pada

bagian ujung yang kecil dari sel pada arah yang menjauhi balok tulang. Inti besar berbentuk

lonjong.

Osteosit

Setelah membuat matriks tulang akan terperangkap di dalam matriks menjadi osteosit.

Terdapat kanal-kanal kecil menjulur keluar dari lakuna, yaitu kanalikuli yang mengandung

cabang sitoplasma osteosit.

Osteoklast

Merupakan sel besar berinti banyak, sitoplasma asidofil dengan banyak vakuola,

sehingga tampak berbusa. Osteoklast aktiof berperan dalam destruksi atau absorpsi tulang,

ditemukan pada lekukan permukaan tulang yang sedang mengalami reabsorpsi, disebut lakuna

Howship

Histologi Sendi

Sendi merupakan tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Sendi dapat dibagi menjadi

tiga tipe, yaitu: (1) sendi fibrosa dimana tidak terdapat lapisan kartilago, antara tulang

11

Page 12: Pbl Sk 3 Fraktur Collum Femur

dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa, dan dibagi menjadi dua subtipe yaitu sutura dan

sindemosis; (2) sendi kartilaginosa dimana ujungnya dibungkus oleh kartilago hialin, disokong

oleh ligament, sedikit pergerakan, dan dibagi menjadi subtipe yaitu sinkondrosis dan simpisis;

dan (3) sendi sinovial. Sendi sinovial merupakan sendi yang dapat mengalami pergerakkan,

memiliki rongga sendi dan permukaan sendinya dilapisi oleh kartilago hialin. Kapsul sendi

membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi, tidak meluas tetapi terlipat sehingga dapat

bergerak penuh.

LI.3 Memahami dan Menjelaskan Fraktur

LO.3.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Fraktur

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan yang umumnya

disebabkan oleh trauma, baik langsung maupun tidak langsung

a. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jarongan tulang dan atau tulang rawan yang

umumnya disebabkan oleh rudapaksa. (Kapita Selekta Kedokteran; 2000)

b. Fraktur (patah tulang) adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang dan ditentukan

sesuai jenis dan luasnya. (Smeltzer S.C & Bare B.G,2001)

c. Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. ( Reeves C.J,Roux G &

Lockhart R,2001 )

LO.3.2 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Fraktur

Terdapat berbagai macam jenis fraktur. Untuk lebih sistematisnya, dapat dibagi

berdasarkan:

a. Lokasi

Fraktur dapat terjadi di di berbagai tempat pada tulang seperti pada

diafisis, metafisis, epifisis, atau intraartikuler. Jika fraktur didapatkan

bersamaan dengan dislokasi sendi, maka dinamakan fraktur dislokasi.

b. Luas

Terbagi menjadi fraktur lengkap dan tidak lengkap. Fraktur tidak lengkap

contohnya adalah retak.

c. Konfigurasi

12

Page 13: Pbl Sk 3 Fraktur Collum Femur

Dilihat dari garis frakturnya, dapat dibagi menjadi transversal (mendatar),

oblik (miring), atau spiral (berpilin). Jika terdapat lebih dari satu garis

fraktur, maka dinamakan kominutif.

d. Hubungan antar bagian yang fraktur

Antar bagian yang fraktur dapat masih berhubungan (undisplaced) atau

terpisah jauh (displaced).

e. Hubungan antara fraktur dengan jaringan sekitar

Fraktur dapat dibagi menjadi fraktur terbuka (jika terdapat hubungan

antara tulang dengan dunia luar) atau fraktur tertutup (jika tidak terdapat

hubungan antara fraktur dengan dunia luar).

Fraktur terbuka dibedakan menjadi beberapa grade yaitu :

Grade I : luka bersih, panjangnya kurang dari 1 cm.

Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.

Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan

lunak ekstensif.

f. Fraktur juga digolongkan sesuai pergeseran anatomis fragmen tulang:

Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya

membengkok.

Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang.

13

Page 14: Pbl Sk 3 Fraktur Collum Femur

Obllik: fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang (lebih tidak

stabil dibanding transversal).

Spiral: fraktur memuntir sepanjang batang tulang.

Komunitif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen.

Depresi: fraktur dengan pragmen patahan terdorong kedalam (sering

terjadi pada tulang tengkorak dan tulang wajah).

Kompresi: fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang

belakang).

Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista

tulang, penyakit paget, metastasis tulang, tumor).

Avulsi: tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendo pada

perlakatannya.

Epifiseal: fraktur melalui epifisis.

Impaksi: fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang yang

lainnya.

Klasifikasi Fraktur Kolum Femur

Lokasi anatomi

- Fraktur subcapital

- Fraktur cervical

- Fraktur basis collum femur

Arah garis patah

- Tipe 1: sudut 30o

- Tipe 2: sudut 50o

- Tipe3: sudut 70o

Dislokasi/ tidak fragment, dibagi menurut Garden:

- Garden 1: incomplete (impacted)

- Garden 2: fraktur collum femur tanpa dislokasi

- Garden 3: fraktur collum femur dengan sebagian dislokasi

- Garden IV: fraktur collum femur&dislokasi total

LO.3.3 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Fraktur

14

Page 15: Pbl Sk 3 Fraktur Collum Femur

Fraktur terjadi bila ada suatu trauma yang mengenai tulang, dimana trauma

tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang . 2 faktor mempengaruhi terjadinya fraktur

-Ekstrinsik meliputi kecepatan dan durasi trauma yang mengenai tulang, arah

dan kekuatan trauma.

-Intrinsik meliputi kapasitas tulang mengasorbsi energi trauma, kelenturan,

kekuatan, dan densitas tulang.

a. Trauma langsung: benturan pada tulang mengakibatkan fraktur ditempat tersebut.

b. Trauma tidak langsung: tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari area

benturan.

c. Fraktur patologis: fraktur yang disebabkan trauma yamg minimal atau tanpa trauma.

Contoh fraktur patologis: Osteoporosis, penyakit metabolik, infeksi tulang dan tumor

tulang.

LO.3.4 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Fraktur

Penegakan diagnosis fraktur collum femur dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan penunjang.

a.Anamnesis

Dari anamnesis diketahui adanya riwayat trauma/jatuh yang diikuti nyeri pinggul, pada

pemeriksaan didapatkan posisi panggul dalam keadaan fleksi, eksorotasi dan abduksi. Pada atlet

yang mengalami nyeri pinggul namun masih dapat berjalan pemeriksaan dimulai dengan riwayat

rinci dan pemeriksaan fisik. Dokter harus menanyakan apakah gejala yang muncul terkait dengan

olahraga atau kegiatan tertentu. Riwayat latihan fisik harus diperoleh dan perubahan dalam

tingkat aktivitas, alat bantu, tingkat intensitas, dan teknik harus dicatat.

Adanya riwayat menstruasi harus diperoleh dari semua pasien wanita. Amenore sering

dikaitkan dengan penurunan kadar serum estrogen. Kurangnya estrogen pelindung menyebabkan

penurunan massa tulang. Trias yang dijumpai pada wanita bisa berupa amenore, osteoporosis,

dan makan teratur banyak mempengaruhi perempuan aktif. Tanda dan gejala pada perempuan

meliputi fatigue, anemia, depresi, intoleransi dingin, erosi enamel gigi. Dokter harus mencurigai

adanya fraktur dan memahami tanda-tanda yang mungkin dari para atlet wanita, terutama

mencatat fraktur yang tidak biasa terjadi dari trauma minimal. Sebagian besar atlet

menggambarkan timbulnya rasa sakit selama 2-3 minggu, dimana dapat dijumpai perubahan

15

Page 16: Pbl Sk 3 Fraktur Collum Femur

dalam pelatihan atau penggunaan peralatan latihan. Biasanya, pelari meningkatkan jarak tempuh

mereka atau intensitas, atau penggunaan sepatu lari. dokter harus bertanya tentang latihan

individu dan jarak tempuh.

Pasien biasanya melaporkan riwayat pinggul tiba-tiba, nyeri di selangkangan, atau nyeri lutut

yang memburuk dengan olahraga. Karakteristik dari fraktur adalah riwayat sakit setempat yang

berkaitan dengan latihan yang meningkat dan berkurang dengan aktivitas dan baik dengan

istirahat atau dengan aktivitas yang kurang. Nyeri semakin parah dengan pelatihan lanjutan. Rasa

sakit berasal dari aktivitas berulang, dan berkurang dengan istirahat.

b.Pemeriksaan fisik

Inspeksi

Pemeriksaan ini dimulai dengan pengamatan pasien selama evaluasi. Perhatikan setiap kali

pasien meringis atau pola-pola abnormal. Pasien dengan patah tulang leher femur biasanya tidak

dapat berdiri karena rasa sakit sekali pada pada panggul. Posisi panggul dalam keadaan fleksi

dan eksorotasi. Didapatkan juga adanya pemendekakan dari tungkai yang cedera. Tungkai dalam

posisi abduksi dan fleksi serta eksorotasi. Amati krista iliaka untuk setiap ketinggian yang

berbeda, yang mungkin menunjukkan perbedaan fungsional panjang kaki. Alignment dan

panjang ekstremitas biasanya normal, tapi gambaran klasik dari pasien dengan fraktur yang

pendek dan ekstremitas eksternal diputar. Penilaian ada tidaknya atrofi otot atau asimetri juga

penting.

Palpasi

Pada palpasi fraktur diagnosis sering ditemukan adanya hematom di panggul. Pada tipe

impaksi, biasanya penderita masih dapat berjalan disertai rasa sakit yang tidak begitu hebat.

Posisi tungkai tetap dalam keadaan posisi netral.

Ditentukan rentang gerak untuk fleksi panggul, ekstensi, adduksi, rotasi internal dan

eksternal serta fleksi lutut dan ekstensi. Temuan termasuk adanya rasa sakit dan terbatasnya

rentang gerak pasif di pinggul.

2. Memahami dan menjelaskan Pemeriksaan Klinis Fraktur

Pemeriksaan fisik

- Inspeksi

- Palpasi

- Move

16

Page 17: Pbl Sk 3 Fraktur Collum Femur

a. Inspeksi

- Bandingkan dengan bagian yang sehat

- Perhatikan posisi anggota gerak

- Keadaan umum penderita secara keseluruhan

- Ekspresi wajah karena nyeri

- Lidah kering . basah

- Adanya tanda- tanda perdarahan

b. Palpasi ( feel )

- Temperatur setempat yang meningkat

- Nyeri tekan

- Krepitasi

- Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengukur adanya

perbedaan panjang tungkai

c. Move ( pergerakan )

- Berupa pergerakan aktif dan pasif pada sendi proksimal dan distal pada

daerah yang mengalami trauma.

c.Pemeriksaan Penunjang

Foto Rontgen

Pada proyeksi AP kadang tidak jelas ditemukan adanya fraktur pada kasus yang

impacted, untuk ini diperlukan pemerikasaan tambahan proyeksi axial. Pergeseran dinilai

melalui bentuk bayangan tulang yang abnormal dan tingkat ketidakcocokan garis

trabekular pada kaput femoris dan ujung leher femur. Penilaian ini penting karena fraktur

yang terimpaksi atau tidak bergeser (stadium I dan II Garden ) dapat membaik setelah

fiksasi internal, sementara fraktur yang bergeser sering mengalami non union dan

nekrosis avaskular.

Radiografi foto polos secara tradisional telah digunakan sebagai langkah pertama

dalam pemeriksaan pada fraktur tulang pinggul. Tujuan utama dari film x-ray untuk

menyingkirkan setiap patah tulang yang jelas dan untuk menentukan lokasi dan luasnya

17

Page 18: Pbl Sk 3 Fraktur Collum Femur

fraktur. Adanya pembentukan tulang periosteal, sclerosis, kalus, atau garis fraktur dapat

menunjukkan tegangan fraktur. Radiografi mungkin menunjukkan garis fraktur pada

bagian leher femur, yang merupakan lokasi untuk jenis fraktur. Fraktur harus dibedakan

dari patah tulang kompresi, yang menurut Devas dan Fullerton dan Snowdy, biasanya

terletak pada bagian inferior leher femoralis. Jika tidak terlihat di film x-ray standar, bone

scan atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) harus dilakukan.

LO.3.5 Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Fraktur

Prinsip mengenai fraktur adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi

semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patahan

tulang (imobilisasi).

Reposisi yang dilakukan tidak harus mencapai keadaan sempurna seperti semula

karena tulang mempunyai kemampuan remodeling (proses swapugar).

Cara pertama penanganan adalah proteksi saja tanpa reposisi dan imobilisasi.

Pada fraktur dengan dislokasi fragmen patahan yang minimal atau tidak akan

menyebabkan cacat di kemudian hari, cukup dilakukan dengan proteksi saja, misalnya

dengan menggunakan mitela (penyangga) atau sling. Contoh kasus yang ditangani

dengan cara ini adalah fraktur iga, fraktur klavikula pada anak, dan fraktur vertebra

dengan kompresi minimal.

Cara kedua adalah imobilisasi luar tanpa reposisi, tetapi tetap diperlukan

imobilisasi agar tidak terjadi dislokasi fragmen. Contoh cara ini adalah pengelolaan patah

tulang tungkai bawah tanpa dislokasi yang penting.

Cara ketiga berupa reposisi dengan cara manipulasi yang diikuti dengan

imobilisasi. Ini dilakukan pada patah tulang dengan dislokasi fragmen yang berarti,

seperti pada patah tulang radius distal.

Cara keempat berupa reposisi dengan traksi terus menerus selama masa tertentu,

misalnya beberapa minggu, lalu diikuti dengan imobilisasi. Hal ini dilakukan pada patah

tulang yang apabila direposisi akan terdislokasi kembali di dalam gips, biasanya pada

fraktur yang dikelilingi oleh otot yang kuat seperti pada patah tulang femur.

Cara kelima berupa reposisi yang diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi luar.

Fiksasi fragmen fraktur menggunakan pin baja yang ditusukkan pada fragmen tulang,

18

Page 19: Pbl Sk 3 Fraktur Collum Femur

kemudian pin baja tadi disatukan secara kokoh dengan batangan logam di luar kulit. Alat

ini dinamakan fiksator eksterna.

Cara keenam berupa reposisi secara non-operatif diikuti dengan pemasangan

fiksator tulang secara operatif, misalnya reposisi patah tulang kolum femur. Fragmen

direposisi secara non-operatif dengan meja traksi; setelah tereposisi, dilakukan

pemasangan prostesis pada kolum femur secara operatif.

Cara ketujuh berupa reposisi secara operatif diikuti dengan fiksasi interna. Cara

ini disebut juga sebagai reduksi terbuka fiksasi interna (open reduction internal fixation,

ORIF). Fiksasi interna yang dipakai biasanya berupa pelat dan sekrup. Keuntungan

ORIF adalah tercapainya reposisi yang sempurna dan fiksasi yang kokoh sehingga

pascaoperasi tidak perlu lagi dipasang gips dan mobilisasi bisa segera dilakukan.

Kerugiannya adalah adanya risiko infeksi tulang, ORIF biasanya dilakukan pada fraktur

femur, tibia, humerus, antebrakia.

Cara yang terakhir berupa eksisi fragmen patahan tulang dan menggantinya

dengan protesis, yang dilakukan pada patah tulang kolum femur. Kaput femur dibuang

secara operatif lalu diganti dengan protesis. Penggunaan protesis dipilih jika fragmen

kolum femur tidak dapat disambungkan kembali, biasanya pada orang lanjut usia.

Khusus untuk fraktur terbuka, perlu diperhatikan bahaya terjadinya infeksi, baik

infeksi umum (bakteremia) maupun infeksi lokal pada tulang yang bersangkutan

(osteomielitis). Pencegahan infeksi harus dilaksanakan sejak awal pasien masuk rumah

sakit,

Yaitu debrideman yang adekuat dan pemberian antibiotik profilaksis serta imunisasi

tetanus. Untuk fraktur terbuka, secara umum lebih baik dilakukan fiksasi eksterna

dibanding fiksasi interna. Penutupan defek akibat kehilangan jaringan lunak dapat

ditunda (delayed primary closure) sampai keadaan luka vital aman dan bebas infeksi.

Yang paling sederhana adalah penjahitan sederhana, menutup dengan graft kulit setelah

mengikis periosteum agar skin graf bisa hidup, hingga menutup luka dengan flap.

Pengobatan fraktur leher femur dapat berupa :

1. Konservatif dengan indikasi yang sangat terbatas

2. Terapi operatif

19

Page 20: Pbl Sk 3 Fraktur Collum Femur

Pengobatan operatif hampir selalu dilakukan pada penderita fraktur leher femur baik

orang dewasa muda maupun pada orang tua karena :

Perlu reduksi yang akurat dan stabil

Diperlukan mobilisasi yang cepat pada orang tua untuk mencegah komplikasi

Jenis-jenis operasi :

a. Pemasangan pin

b. Pemasangan plate dan screw

c. Artoplasti : dilakukan pada penderita umur di atas 55 tahun berupa :

- Eksisi atroplasti

- Hemiartroplasti

- Artoplasti total

LO.3.6 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Fraktur

Komplikasi segera

Terjadi pada saat terjadinya patah tulang atau segera setelahnya.

Lokal

- Kulit : abrasi, laserasi, penetrasi

- Pembuluh darah : robek

- Sistem saraf : sumsum tulang belakang, saraf tepi motorik dan sensorik

- Otot

- Organ dalam : jantung, paru, hepar, limpa (pada fraktur kosta), kandung

kemih (pada fraktur pelvis)

Umum

- Rudapaksa multiple

- Syok : hemoragik, neurogenik

Komplikasi dini

Terjadi didalam beberapa hari

Lokal

- Nekrosis kulit, ganggren, sindrom kompartemen, trombosis vena, infeksi

sendi, osteomielitis umum

20

Page 21: Pbl Sk 3 Fraktur Collum Femur

- ARDS : emboli paru, tetanus.

Komplikasi lama

Lokal

- Sendi : ankilosis fibrosa, ankilosis osal

- Tulang : gagal taut/taut lama/susah taut, distrofi refleks, osteoporosis

pascatrauma, gangguan pertumbuhan, osteomielitis, patah tulang ulang

- Otot/tendon : penulangan otot, ruptur tendon

- Saraf : kelumpuhan saraf lambat

Umum

- Batu ginjal (akibat imobilsasi lama di tempat tidur)

LI.1 Memahami dan Menjelaskan Fraktur Collum Femur

LO.4.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Fraktur Collum Femur

Fraktur collum femur merupakan fraktur intrakapsular yang terjadi pada bagian

proksimal femur. Yang termasuk collum femur adalah mulai dari bagian distal permukaan kaput

femoris sampai dengan bagian proksimal dari intertrokanter

Fraktur colum femur adalah fraktur yang terjadi pada colum tulang femur. Rusaknya

kontinuitas tulang pangkal yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-

kondisi tertentu seperti degenerasi tulang/osteoporosis.

LO.4.2 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Fraktur Collum Femur

1. Fraktur intrakapsular, fraktur ini terjadi di kapsul sendi pinggul

a. Fraktur kapital : fraktur pada kaput femur

b. Fraktur subkapital : fraktur yang terletak di bawah kaput femur

c. Fraktur transervikal : fraktur pada kolum femur

2. Fraktur ekstrakapsular, fraktur yang terjadi di luar kapsul sendi pinggul

a. Fraktur sepanjang trokanter mayor dan minor

b. Fraktur intertrokanter

c. Fraktur subtrokanter

21

Page 22: Pbl Sk 3 Fraktur Collum Femur

Fraktur collum femur termasuk fraktur intrakapsular yang terjadi pada bagian

proksimal femur, yang termasuk kolum femur adalah mulai dari bagian distal permukaan

kaput femur sampai dengan bagian proksimal dari intertrokanter.

Klasifikasi fraktur collum femur menurut Garden’s (1961) adalah sebagai

berikut :

a.Grade I : Fraktur inkomplit (abduksi dan terimpaksi)

b.Grade II : Fraktur lengkap tanpa pergeseran fragmen tulang

c.Grade III : Fraktur lengkap dengan pergeseran sebagian fragmen fraktur (varus

malaligment).

d.Grade IV : Fraktur dengan pergeseran seluruh fragmen tanpa ada bagian segmen yang

bersinggungan

Klasifikasi Pauwel’s untuk fraktur collum femur juga sering digunakan.

Klasifikasi ini berdasarkan atas sudut yang dibentuk oleh garis fraktur dan bidang

horizontal pada posisi tegak

a. Tipe I : Garis fraktur membentuk sudut 30° dengan bidang horizontal pada posisi

tegak.

b. Tipe II : Garis fraktur membentuk sudut 30-50° dengan bidang horizontal pada posisi

tegak.

c. Tipe III : Garis fraktur membentuk sudut >50° dengan bidang horizontal pada posisi

tegak

LO.4.3 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Fraktur Collum Femur

Fraktur collum femur banyak terjadi pada wanita tua dengan usia lebih dari 60 tahun

dimana tulang sudah mengalami osteoporosis. Trauma yang dialami oleh wanita tua ini biasanya

ringan (jatuh terpeleset di kamar mandi), sedangkan pada penderita muda ditemukan riwayat

mengalami kecelakaan

Fraktur ini juga dapat terjadi pada penderita osteopenia, diantaranya mengalami kelainan

yang menyebabkan kehilangan jaringan tulang dan kelemahan tulang, misalnya osteomalasia,

diabetes, stroke, alkoholisme dan penyakit kronis lainnya. Beberapa keadaan ini meningkatkan

kecenderungan pasien terjatuh.

Penyebab umum yang mengakibatkan kelemahan pada tulang yaitu :

22

Page 23: Pbl Sk 3 Fraktur Collum Femur

a.Osteoporosis. Penggunaan Vitamin D dan Kalsium diketahui mengurangi terjadinya fraktur

patologis sebanyak 43%.

b.Homosistein, merupakan suatu asam amino alami yang toksik dan menyebabkan kelainan pada

jantung, stroke dan fraktur tulang. Penggunaan vitamin B mengurangi terjadinya fraktur pada

80% pasien setelah 2 tahun.

c.Penyakit metabolik lain seperti Penyakit Paget, Osteomalasia dan Osteogenesis Imperfekta.

d.Tumor tulang primer yang jinak atau ganas.

e.Kanker metastasis pada bagian proksimal femur juga dapat melemahkan tulang dan

mempermudah terjadinya fraktur patologis.

f.Infeksi pada tulang.

Elemen lainnya yang meningkatkan resiko terjadinya fraktur adalah resiko terjatuh atau cedera.

Pencegahan agar pasien tidak terjatuh dilakukan dengan menciptakan lingkungan yang aman

bagi pasien yang beresiko, perawatan harian, penggunaan alat Bantu untuk berjalan, dsb.

Pelindung tulang panggul (Hip Protector) berupa alas plastic di sepanjang trochanter dapat

digunakan pada pasien yang beresiko.

LO.4.4 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Fraktur Collum Femur

LO.4.5 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Fraktur Collum Femur

Pada penderita muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan berat namun pada

penderita usia tua biasanya hanya dengan trauma ringan sudah dapat menyebabkan fraktur

collum femur. Penderita tidak dapat berdiri karena rasa sakit sekali pada pada panggul. Posisi

panggul dalam keadaan fleksi dan eksorotasi. Didapatkan juga adanya pemendekakan dari

tungkai yang cedera. Tungkai dalam posisi abduksi dan fleksi serta eksorotasi.

Nyeri, memar dan pembengkakan adalah gejala yang sering di temukan, tetapi

gejala itu tidak membedakan fraktur dari cedera jarngan lunak. Deformitas jauh lebih

mendukung.

Tanda-tanda lokal

- Penampilan : pembengkakan, memar dan deformasi mungkn terlhat jelas.

23

Page 24: Pbl Sk 3 Fraktur Collum Femur

- Rasa : terdapat nyeri setempat

- Gerakan : krepitus dan gerakan abnormal dapat di temukan

LO.4.6 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Fraktur Collum Femur

Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:

1.Syok, anemia atau pendarahan

2.Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang belakang atau organ-

organ dalam rongga toraks, panggul dan abdomen

3.Faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis

Pemeriksaan fisik :

o Look : Pembengkakan, memar dan deformitas (penonjolan yang abnormal,

angulasi,rotasi, pemendekan) mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang penting

adalah apakahkulit itu utuh; kalau kulit robek dan luka memiliki hubungan

dengan fraktur, cedera terbuka

o Feel : Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagian distal

dari fraktur untuk merasakan nadi dan untuk menguji sensasi. Cedera pembuluh

darah adalah keadaan darurat yang memerlukan pembedahan

o Movement :Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih penting

untuk menanyakan apakah pasien dapat menggerakan sendi – sendi dibagian

distal cedera.

o

LO.4.7 Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan Radiologi Fraktur Collum

Femur

Pemeriksaan dengan sinar x harus dilakukan dengan 2 proyeksi yaitu anterior

posterior dan lateral, kekuatan yang hebat sering menyebabkan cedera pada lebih dari

satu tingkat karena itu bila ada fraktur pada kalkaneus atau femur perlu juga diambil

foto sinar – x pada pelvis dan tulang belakang.

Tujuan pemeriksaan :

d. Mempelajari gambaran normal tulang dan sendi

24

Page 25: Pbl Sk 3 Fraktur Collum Femur

e. Konfirmasi adanya fraktur

f. Menentukan teknik pengobatan

g. Melihat adanya benda asing

h. Melihat adanya keadaan patologis

Pemeriksaan radiologis dilakukan dengan beberapa prinsip dua:

- Dua posisi proyeksi; dilakukan sekurang-kurangnya yaitu pada antero-posterior dan

lateral

- Dua sendi pada anggota gerak dan tungkai harus difoto, diatas dan dibawah sendi

yang mengalami fraktur

- Dua anggota gerak. Pada anak-anak sebaiknya dilakukan foto pada kedua anggota

gerak terutama pada fraktur epifisis.

- Dua trauma, pada trauma yang hebat sering menyebabkan fraktur pada dua daerah

tulang. Misalnya pada fraktur kalkaneus atau femur, maka perlu dilakukan foto pada

panggul dan tulang belakang.

- Dua kali dilakukan foto. Pada fraktur tertentu misalnya fraktur tulang skafoid foto

pertama biasanya tidak jelas sehingga biasanya diperlukan foto berikutnya 10-14 hari

kemudian.

Klasifikasi radiologis

Berdasar Lokalisasi

- Diafisial

- Metafisial

- Intraartikuler

- Fraktur dengan dislokasi

Berdasar Konfigurasi

- Fraktur transversal

- Fraktur oblik

- Fraktur spiral

- Fraktur segmental

- Fraktur komunitif

- Fraktur impaksi

25

Page 26: Pbl Sk 3 Fraktur Collum Femur

- Fraktur epifisis

- Fraktur depresi

Berdasar ekstensi

- Fraktur total

- Fraktur tidak total

- Fraktur buckle atau torus

- Fraktur line hair

- Fraktur greenstick

Berdasar hubungan fragmen

- Tidak bergeser

- bergeser

Bergeser :

- Bersampingan

- Angulasi

- Rotasi

- Distraksi

- overriding

26

Page 27: Pbl Sk 3 Fraktur Collum Femur

LO.4.8 Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Fraktur Collum Femur

Penanganan fraktur collum femur yang bergeser dan tidak stabil adalah reposisi tertutup

dan fiksasi interna secepatnya dengan pin yang dimasukkan dari lateral melalui kolum femur.

Bila tak dapat dilakukan operasi ini, cara konservatif terbaik adalah langsung mobilisasi dengan

pemberian anestesi dalam sendi dan bantuan tongkat. Mobilisasi dilakukan agar terbentuk

pseudoartrosis yang tidak nyeri sehingga penderita diharapkan bisa berjalan dengan sedikit rasa

sakit yang dapat ditahan, serta sedikit pemendekan.1

Terapi operatif dianjurkan pada orang tua berupa penggantian kaput femur dengan prosthesis

atau eksisi kaput femur dengan prosthesis atau eksisi kaput femur diikuti dengan mobilisasi dini

pasca bedah

a.Terapi Konservatif

Dilakukan apabila fraktur memiliki kemungkinan sebagai berikut :

a.Gangguan peredaran darah pada fragmen proksimal

b.Kesulitan mengamati fragmen proksimal

c.Kurangnya penanganan hematom fraktur karena adanya cairan synovial.

Penanganan konservatif dapat dilakukan dengan skin traction dan buck extension.

b.Terapi Operatif

Pada umumnya terapi yang dilakukan adalah terapi operasi, fraktur yang bergeser tidak

akan menyatu tanpa fiksasi internal, dan bagaimanapun juga manula harus bangun dan aktif

tanpa ditunda lagi kalau ingin mencegah komplikasi paru dan ulkus dekubitus. Fraktur

27

Page 28: Pbl Sk 3 Fraktur Collum Femur

terimpaksi dapat dibiarkan menyatu, tetapi selalu ada resiko terjadinya pergeseran pada fraktur-

fraktur itu, sekalipun ditempat tidur, jadi fiksasi internal lebih aman.

Dua prinsip yang harus diikuti dalam melakukan terapi operasi yaitu reduksi anatomi

yang sempurna dan fiksasi internal yang kaku

Metode awal yang menstabilkan fraktur adalah fiksasi internal dengan Smith Petersen

Tripin Nail. Metode terbaru fiksasi internal adalah dengan menggunakan multiple compression

screws. Pada penderita dengan usia lanjut (60 tahun ke atas) fraktur ditangani dengan cara

memindahkan caput femur dan menempatkannya dengan metal prosthesis, seperti prosthesis

Austin Moore.

Palm Halm Test : tumit kaki yang cedera diletakkan di atas telapak tangan. Bila posisi

kaki tetap dalam kedudukan abduksi dan endorotasi berarti reposisi berhasil baik. Setelah

reposisi berhasil baik, dilakukan tindakan pemasangan internal fiksasi dengan teknik multi pin

percutaneus. Kalau reposisi pertama gagal dapat diulang 3 kali. Kemudian dilakukan open

reduksi, dilakukan reposisi terbuka, setelah tereposisi dilakukan internal fiksasi alat internal

fiksasi knowless pin, cancellous screw, atau plate.5

Pengawasan dengan sinar X (sebaiknya digunakan penguat) digunakan untuk

memastikan reduksi pada foto anteroposterior dan lateral.

Sejak hari pertama pasien harus duduk ditempat tidur atau kursi. Dia dilatih melakukan

pernafasan, dianjurkan berusaha sendiri dan mulai berjalan (dengan penopang atau alat berjalan)

secepat mungkin.

Karena itu kebijaksanaan kita adalah mencoba reduksi dan fiksasi pada semua pasien

yang berumur dibawah 60 tahun dan mempersiapkan penggantian untuk penderita yang

a.Penderita yang sangat tua dan lemah

b.Penderita yang gagal mengalami reduksi tertutup

c.Penggantian yang paling sedikit traumanya adalah prostesis femur atau prostesis bipolar tanpa

semen yang dimasukan dengan pendekatan posterior.

Penggantian pinggul total mungkin lebih baik :

a.Bila terapi telah tertunda selama beberapa minggu dan dicurigai ada kerusakan acetebulum.

b.Pada pasien dengan penyakit paget atau penyakit metastatik.

Penanganan nekrosis avaskuler kaput femur dengan atau tanpa gagal-pertautan juga dengan

eksisi kaput dan leher femur dan kemudian diganti dengan prosthesis metal.

28

Page 29: Pbl Sk 3 Fraktur Collum Femur

Pada fraktur leher femur impaksi biasanya penderita dapat berjalan selama beberapa hari

setelah jatuh sebelum timbul keluhan. Umumnya gejala yang timbul minimal dan panggul yang

terkena dapat secara pasif digerakkan tanpa nyeri. Fraktur ini biasanya sembuh dalam waktu 3

bulan tanpa tindakan operasi, tetapi apabila tidak sembuh atau terjadi disimpaksi yang tidak

stabil atau nekrosis avaskuler, penanganannya sama dengan yang di atas.

LO.4.9 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Fraktur Collum Femur

Komplikasi umum yang biasa menyertai cedera atau tindakan operasi pada pasien usia

lanjut misalnya trombosis vena tungkai bawah, embolisme paru, pneumonia dan ulkus dekubitus.

Kelainan yang terdapat sebelum fraktur terjadi dapat memperberat kondisi pasien.

Nekrosis avaskular terjadi pada 30% pasien dengan pergeseran fraktur dan 10% pada pasien

fraktur tanpa pergeseran. Beberapa minggu setelah cedera, pemeriksaan scan nanokoloid dapat

memperlihatkan berkurangnya vaskularitas. Perubahan pada sinar X berupa meningkatnya

kepadatan kaput femoris mungkin tidak nyata selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-

tahun. Kolapsnya kaput femur akan menyebabkan nyeri dan semakin hilangnya fungsi.

Terapinya adalah dengan penggantian sendi total

Fraktur non union ditemukan pada lebih dari sepertiga fraktur leher femur, dan resiko ini

terutama meningkat pada pasien yang mengalami pergeseran berat. Terdapat banyak penyebab

buruknya suplai darah, akibat tidak sempurnanya reduksi, tidak cukupnya fiksasi dan lambatnya

penyembuhan yang merupakan tanda khas untuk fraktur intraartikular.5

Adanya tulang di tempat fraktur remuk, fragmen terpecah dan screw yang keluar atau terjulur ke

lateral. Pasien akan mengeluhkan nyeri, tungkai memendek dan sukar berjalan.

Nekrosis avaskular atau kolapsnya kaput femur dapat mengakibatkan osteoartritis sekunder

setelah beberapa tahun. Bila gerakan sendi berkurang dan meluasnya kerusakan sampai ke

permukaan sendi, perlu dilakukan penggantian sendi total.2

29

Page 30: Pbl Sk 3 Fraktur Collum Femur

Daftar Pustaka

Faiz, O. (2004). At A Glance Series Anatomy. Jakarta: Erlangga.

Long, C. Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah.

Mithcell, R. N. (2008). Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Jakarta: EGC.

Patel, P. R. (2006). Lecture Notes Radiologi. Jakarta: EMS.

Rasjad C. 1992. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, Bintang Lamumpatue, Ujung

Pandang.

Rasjad, Chairuddin. 2009. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: Yarsif Watampone.

Sjamsuhidajat R dan de Jong, Wim (Editor).2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3.

Jakarta: EGC

Syamsir, HM. 2011. Kinesiologi Gerak Tubuh Manusia. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Yarsi Bagian Anatomi.

Tambayong, J. (2000). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

http://www.histology-world.com/

http://www.instantanatomy.net/

http://www.medicastore.com/

http://www.nursingbegin.com/

30