LP Fraktur Collum Femur

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/10/2019 LP Fraktur Collum Femur

    1/30

  • 8/10/2019 LP Fraktur Collum Femur

    2/30

    Konstributor terbesar aliran darah ke kaput femur, khususnya di aspek superolateral

    adalah arteri sirkumfleksa femoralis medialis. Kompleks arteri epifiseal lateralis berasal dari

    arteri sirkumfleksa femoralis medialis dan berjalan sepanjang aspek posteorosuperior kolum

    femur sebelum menyuplai kaput femur. Cabang cabang terminal ini terletak intrakapsuler

    sehingga disrupsi atau distorsinya akibat pergeseran fraktur kolum femur berperan terhadap

    terjadinya osteonekrosis (FKUI-RSCM, 2008 ).

    4. Patofisiologis

    Caput femoris mendapat persendiaan darah dari tiga sumber pembuluh intermedula

    pada colum femur Pembuluh cervical asendens pada retikulum capsular, dan pembuluh

    darah pada ligamentum capitis femoris. Pasokan intramedula selalu tergantung oleh fraktur,

    pembuluh retinakular juga dapat robek, kalau terdapat banyak pergeseran. Pada manula

    pasokan yang tersisa dalam ligamentum teres sangat kecil dan, pada 20% kasus tidak ada.

    Itulah yang menyebabkan tingginya insidensi cecrosis avaskuler pada fraktur colum femur

    yang disertai dislokasi.

    Fraktur transcervical, menurut definisi, bersifat intracapsular. Fraktur ini

    penyembuhannya buruk karena robekan pembuluh capsul, cidera itu melenyapkan

    persendian darah utama pada caput, tulang intraarticular hanya mempunyai periosteum yang

    tipis dan tak ada kontak dengan jaringan lunak yang dapat membantu pembentukan callus,

    dan cairan sinovial mencegah pembentukan hematome akibat fraktur itu. Karena itu

    ketetapan aposisi dan infaksi fragmen tulang menjadi lebih penting dari biasanya. Terdapat

    bukti bahwa aspirasi hemartrosis dapat meningkatkan aliran darah dalam caput femoris

    dengan mengurangi temponade (Harper, Barnes and Gregg, 1991).

    5.

    Etiologi

    Fraktur collum femur sering terjadi pada usia di atas 60 tahun dan lebih sering pada

    wanita yang disebabkan oleh kerapuhan tulang akibat kombinasi proses penuaan dan

    osteoporosis pasca menopause. Fraktur collum femur dapat disebabkan oleh trauma

    langsung, yaitu misalnya penderita jatuh dengan posisi miring dimana daerah trochanter

    mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan) ataupun disebabkan oleh trauma

    tidak langsung, yaitu karena gerakan exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah.

    Penyebab fraktur secara umum dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

  • 8/10/2019 LP Fraktur Collum Femur

    3/30

    a. Cedera traumatik

    Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tibatiba dan berlebihan, yang

    dapat berupa benturan, pemukulan, penghancuran, penekukan atau terjatuh dengan

    posisi miring, pemuntiran, atau penarikan.

    Cedera traumatik pada tulang dapat dibedakan dalam hal berikut, yakni:

    1.

    Cedera langsung, berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang

    patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang

    dan kerusakan pada kulit diatasnya.

    2. Cedera tidak langsung, berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi

    benturan.

    b. Fraktur Patologik

    Dalam hal ini, kerusakan tulang terjadi akibat proses penyakit akibat berbagai

    keadaan berikut, yakni:

    1) Tumor tulang (jinak atau ganas), dimana berupa pertumbuhan jaringan baru

    yang tidak terkendali dan progresif.

    2) Infeksi, misalnya osteomielitis, yang dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut

    atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif,

    3)

    Rakhitis, merupakan suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi

    vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet, biasanya disebabkan oleh

    defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi

    vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.

    c. Secara spontan, dimana disebabkan oleh stress atau tegangan atau tekanan pada

    tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas

    di bidang kemiliteran.

    6. Tanda dan gejala

    Tanda dan gejala yang terdapat pada pasien dengan fraktur femur, yakni:

    1)

    Deformitas

    Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya.

    Perubahan keseimbangan dan kontur terjadi, seperti:

    a. rotasi pemendekan tulang;

    b. penekanan tulang.

    2) Bengkak (edema)

    Bengkak muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravasasi darah dalam jaringan yang

    berdekatan dengan fraktur.

  • 8/10/2019 LP Fraktur Collum Femur

    4/30

    3) Ekimosis dari perdarahan subculaneous

    4) Spasme otot (spasme involunters dekat fraktur)

    5)

    Tenderness

    6) Nyeri

    Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot, perpindahan tulang dari tempatnya dan

    kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.

    7) Kehilangan sensasi

    8) Pergerakan abnormal

    9) Syok hipovolemik

    10)Krepitasi (Black, 1993).

    Pada penderita muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan berat namun pada

    penderita usia tua biasanya hanya dengan trauma ringan sudah dapat menyebabkan fraktur

    collum femur. Penderita tidak dapat berdiri karena rasa sakit sekali pada pada panggul.

    Posisi panggul dalam keadaan fleksi dan eksorotasi. Didapatkan juga adanya

    pemendekakan dari tungkai yang cedera. Tungkai dalam posisi abduksi dan fleksi serta

    eksorotasi. Pada palpasi sering ditemukan adanya hematom di panggul. Pada tipe

    impacted, biasanya penderita masih dapat berjalan disertai rasa sakit yang tidak begitu

    hebat. Posisi tungkai tetap dalam keadaan posisi netral.

    Pada pemeriksaan fisik, fraktur kolum femur dengan pergeseran akan menyebabkan

    deformitas yaitu terjadi pemendekan serta rotasi eksternal sedangkan pada fraktur tanpa

    pergeseran deformitas tidak jelas terlihat. Tanpa memperhatikan jumlah pergeseran fraktur

    yang terjadi, kebanyakan pasien akan mengeluhkan nyeri bila mendapat pembebanan,

    nyeri tekan di inguinal dan nyeri bila pinggul digerakkan.

    7. Penatalaksanaan dan terapi

    1.

    Impacted Fraktur

    Pada fraktur intrakapsuler terdapat perbedaan pada daerah collum femur dibanding

    fraktur tulang di tempat lain. Pada collum femur-periosteumnya sangat tipis sehingga daya

    osteogenesinya sangat kecil, sehingga seluruh penyambungan fraktur collum femur

    tergantung pada pembentukan calus endosteal. Lagipula aliran pembuluh darah yang

    melewati collum femur pada fraktur collum femur terjadi kerusakan. Lebih-lebih lagi

    terjadinya haemarthrosis akan menyebabkan aliran darah sekitar fraktur tertekan

  • 8/10/2019 LP Fraktur Collum Femur

    5/30

    alirannya. Sehingga apabila terjadi fraktur intrakapsuler dengan dislokasi akan terjadi

    avaskular nekrosis.

    2. Penanggulangan Impacted Fraktur

    Pada fraktur collum femur yang benar-benar impacted dan stabil, penderita masih

    dapat berjalan selama beberapa hari. Gejalanya ringan, sakit sedikit pada daerah panggul.

    Kalau impactednya cukup kuat penderita dirawat 3-4 minggu kemudian diperbolehkan

    berobat jalan dengan memakai tongkat selama 8 minggu. Kalau pada x-ray foto

    impactednya kurang kuat ditakutkan terjadi disimpacted, penderita dianjurkan untuk

    operasi dipasang internal fixation. Operasi yang dikerjakan untuk impacted fraktur

    biasanya dengan multi pin teknik percutaneus.

    3.

    Penanggulangan dislokasi fraktur collum femur

    Penderita segera dirawat dirumah sakit, tungkai yang sakit dilakukan pemasangan

    tarikan kulit (skin traction) dengan buck-extension. Dalam waktu 24-48 jam dilakukan

    tindakan reposisi, yang dilanjutkan dengan pemasangan internal fixation. Reposisi yang

    dilakukan dicoba dulu dengan reposisi tertutup dengan salah satu cara yaitu: menurut

    leadbetter. Penderita terlentang dimeja operasi. Asisten memfiksir pelvis. Lutut dan coxae

    dibuat fleksi 90 untuk mengendurkan kapsul dan otot-otot sekitar panggul. Dengan sedikit

    adduksi paha ditarik ke atas, kemudian dengan pelan-pelan dilakukan gerakan endorotasi

    panggul 45. Kemudian sendi panggul dilakukan gerakan memutar dengan melakukan

    gerakan abduksi dan ekstensi. Setelah itu dilakukan test. Palm heel test: tumit kaki yang

    cedera diletakkan diatas telapak tangan. Bila posisi kaki tetap dalam kedudukan abduksi

    dan endorotasi berarti reposisi berhasil baik. Setelah reposisi berhasil dilakukan tindakan

    pemasangan internal fiksasi dengan teknik multi pin percutaneus. Kalau reposisi pertama

    gagal dapat diulangi sampai 3 kali, dilakukan open reduksi. Dilakukan reposisi terbuka

    setelah tereposisi dilakukan internal fiksasi. Macam-macam alat internal fiksasi

    diantaranya: knowless pin, cancellous screw, dan plate.

    Pada fraktur collum femur penderita tua (>60 tahun) penanggulangannya agak

    berlainan. Bila penderita tidak bersedia dioperasi atau dilakukan prinsip penanggulangan,

    tidak dilakukan tindakan internal fiksasi, caranya penderita dirawat, dilakukan skin traksi

    3 minggu sampai rasa sakitnya hilang. Kemudian penderita dilatih berjalan dengan

  • 8/10/2019 LP Fraktur Collum Femur

    6/30

    menggunakan tongkat (cruth). Kalau penderita bersedia dilakukan operasi, yaitu

    menggunakan tindakan operasi arthroplasty dengan pemasangan prothese austine moore.

    8. Concept map

  • 8/10/2019 LP Fraktur Collum Femur

    7/30

  • 8/10/2019 LP Fraktur Collum Femur

    8/30

    Gerakan ROM PASIF

    1. Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan

    Cara :

    a.

    Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

    b. Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk dengan lengan.

    c. Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan tangan yang lain memegang pergelangan

    tangan pasien.

    d. Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin.

    e. Catat perubahan yang terjadi.

    Gambar 1. Latihan fleksi dan ekstensi pergelangan tangan

    2. Fleksi dan Ekstensi Siku

    Cara :

    a.

    Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

    b. Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dengan telapak mengarah ke

    tubuhnya.

    c. Letakkan tangan di atas siku pasien dan pegang tangannya mendekati bahu.

    d. Lakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya.

    e. Catat perubahan yang terjadi.

    Gambar 2.Latihan fleksi dan ekstensi siku

  • 8/10/2019 LP Fraktur Collum Femur

    9/30

    3. Pronasi dan Supinasi Lengan Bawah

    Cara :

    a.

    Jelaskan Prosedur yang akan dilakukan.

    b. Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien dengan siku menekuk.

    c. Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan pasien dan pegang tangan pasien dengan

    tangan lainnya.

    d. Putar lengan bawah pasien sehingga telapaknya menjauhinya.

    e. Kembalikan ke posisi semula.

    f. Putar lengan bawah pasien sehingga telapak tangannya menghadap ke arahnya.

    g. Kembalikan ke posisi semula.

    h. Catat perubahan yang terjadi.

    Gambar 3.Latihan pronasi dan supinasi lengan bawah

    4. Pronasi Fleksi Bahu

    Cara :

    a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

    b.

    Atur posisi tangan pasien disisi tubuhnya.

    c. Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan

    tangan lainnya.d.

    Angkat lengan pasien pada posisi semula.

    e. Catat perubahan yang terjadi.

    Gambar 4. Latihan pronasi fleksi bahu

  • 8/10/2019 LP Fraktur Collum Femur

    10/30

    5. Abduksi dan Adduksi Bahu

    Cara :

    a.

    Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

    b. Atur posisi lengan pasien di samping badannya.

    c. Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan

    tangan lainnya.

    d. Gerakkan lengan pasien menjauh dari tubuhnya kearah perawat (Abduksi).

    e. Gerakkan lengan pasien mendekati tubuhnya (Adduksi)

    f. Kembalikan ke posisi semula.

    g. Catat perubahan yang terjadi.

    Gambar 5.Latihan abduksi dan adduksi bahu

    6. Rotasi Bahu

    Cara :

    a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

    b. Atur posisi lengan pasien menjauhi tubuh dengan siku menekuk.

    c. Letakkan satu tangan perawat di lengan atas pasien dekat siku dan pegang tangan pasien

    dengan tangan yang lain.

    d. Gerakkan lengan bawah ke bawah sampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan

    menghadap ke bawah.

    e.

    Kembalikan posisi lengan ke posisi semula.

    f. Gerakkan lengan bawah ke belakang sampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan

    menghadap ke atas.

    g.

    Kembalikan lengan ke posisi semula.

    h.

    Catat perubahan yang terjadi.

  • 8/10/2019 LP Fraktur Collum Femur

    11/30

    Gambar 6. Latihan rotasi bahu

    7. Fleksi dan Ekstensi Jari-jari

    Cara :

    a.

    Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.

    b. Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan, sementara tangan lain memegang kaki.

    c. Bengkokkan (tekuk) jari-jari kaki ke bawah

    d.

    Luruskan jari-jari kemudian dorong ke belakang.

    e. Kembalikan ke posisi semula.

    f. Catat perubahan yang terjadi

    Gambar 7.Latihan fleksi ekstensi jari

    8. Infersi dan efersi kaki

    Cara :

    a. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.

    b.

    Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan satu jari dan pegang pergelangan kaki

    dengan tangan satunya.

    c.

    Putar kaki ke dalam sehingga telapak kaki menghadap ke kaki lainnya.

  • 8/10/2019 LP Fraktur Collum Femur

    12/30

    d. Kembalikan ke posisi semula

    e. Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menjauhi kaki yang lain.

    f.

    Kembalikan ke posisi semula.

    g. Catat perubahan yang terjadi

    Gambar 8.Latihan infers efersi kaki

    9. Fleksi dan ekstensi pergelangan Kaki

    Cara :

    a.

    Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.

    b.

    Letakkan satu tangan perawat pada telapak kaki pasien dan satu tangan yang lain di ataspergelangan kaki. Jaga kaki lurus dan rilek.

    c. Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki ke arah dada pasien.

    i. Kembalikan ke posisi semula.

    j. Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien.

    k. Catat perubahan yang terjadi.

    Gambar 9. Latihan fleksi dan ekstensi kaki

  • 8/10/2019 LP Fraktur Collum Femur

    13/30

  • 8/10/2019 LP Fraktur Collum Femur

    14/30

    Gambar 11. Latihan potasi pangkal paha

    12. Abduksi dan Adduksi pangkal paha.

    Cara :

    a.

    Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.

    b. Letakkan satu tangan perawat di bawah lutut pasien dan satu tangan pada tumit.

    c. Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki kurang lebih 8 cm dari tempat tidur, gerakkan

    kaki menjauhi badan pasien.

    d. Gerakkan kaki mendekati badan pasien.

    e. Kembalikan ke posisi semula.

    f.

    Catat perubahan yang terjadi.

    Gambar 12. Abduksi adduksi pangkal paha

  • 8/10/2019 LP Fraktur Collum Femur

    15/30

    10. Asuhan Keperawatan

    1)Pengkajian fisik

    Pengkajian yang perlu dilakukan pada klien dengan fraktur femur diantaranya adalah:

    1.

    Identitas pasien

    Identitas ini meliputi nama, usia, TTL, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku

    bangsa, dan pendidikan.

    2. Keluhan utama

    Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut

    bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk memperoleh pengkajian

    yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:

    a)

    Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi faktor memperberat dan

    faktor yang memperingan/ mengurangi nyeri

    b) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien.

    Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.

    c) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar atau

    menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.

    d)

    Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa

    berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakitmempengaruhi kemampuan fungsinya.

    e) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam

    hari atau siang hari.

    3. Riwayat Penyakit Sekarang

    Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang

    nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa

    kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan

    yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui

    mekanisme terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain

    4.

    Riwayat kesehatan masa lalu

    Pada riwayat kesehatan masa lalu, perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita

    penyakit infeksi tulang ataupun osteoporosis. Hal ini merupakan informasi yang

    penting dalam penanganan fraktur femur pada klien

    5. Riwayat kesehatan keluarga

  • 8/10/2019 LP Fraktur Collum Femur

    16/30

  • 8/10/2019 LP Fraktur Collum Femur

    17/30

    e) Pola Aktivitas

    Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien,

    seperti memenuhi kebutuhan sehari hari menjadi berkurang. Misalnya makan,

    mandi, berjalan sehingga kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain.

    f) Pola Hubungan dan Peran

    Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena

    klien harus menjalani rawat inap, klien biasanya merasa rendah diri terhadap

    perubahan dalam penampilan, klien mengalami emosi yang tidak stabil.

    g) Pola Persepsi dan Konsep Diri

    Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan akan kecacatan

    akibat frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas

    secara optimal, dan gangguan citra diri.

    h) Pola Sensori dan Kognitif

    Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal fraktur,

    sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan. begitu juga pada

    kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri akibat

    fraktur.

    i)

    Pola Reproduksi Seksual

    Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan seksual

    karena harus menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang

    dialami klien.

    j) Pola Penanggulangan Stress

    Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu ketidakutan

    timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme koping yang

    ditempuh klien bisa tidak efektif

    k)

    Pola Tata Nilai dan Keyakinan

    Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik

    terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan

    keterbatasan gerak klien.

    8. Pemeriksaan Fisik

    Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status generalisata) untuk

    mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokalis). Hal ini perlu

    untuk dapat melaksanakan total care karena ada kecenderungan dimana spesialisasi

    hanya memperlihatkan daerah yang lebih sempit tetapi lebih mendalam.

  • 8/10/2019 LP Fraktur Collum Femur

    18/30

    a. Gambaran Umum

    Perlu menyebutkan:

    1)

    Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda, seperti:

    2) Kesadaran penderita:

    Composmentis: berorientasi segera dengan orientasi sempurna

    Apatis : terlihat mengantuk tetapi mudah dibangunkan dan pemeriksaan

    penglihatan , pendengaran dan perabaan normal

    Sopor: dapat dibangunkan bila dirangsang dengan kasar dan terus menerus

    Koma: tidak ada respon terhadap rangsangan

    Somnolen: dapat dibangunkan bila dirangsang dapat disuruh dan menjawab

    pertanyaan, bila rangsangan berhenti penderita tidur lagi.

    b.

    Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat dan pada kasus

    fraktur biasanya akut, spasme otot, dan hilang rasa.

    c. Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi maupun

    bentuk.

    d. Neurosensori, seperti kesemutan, kelemahan, dan deformitas.

    e. Sirkulasi, seperti hipertensi (kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas),

    hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah), penurunan nadi pada bagian

    distal yang cidera, capilary refil melambat, pucat pada bagian yang terkena, dan

    masa hematoma pada sisi cedera.

    f.

    Keadaan Lokal

    Pemeriksaan pada sistem muskuloskeletal adalah sebagai berikut :

    1) Look (inspeksi)

    Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain sebagai berikut :

    a) Sikatriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan seperti bekas

    operasi).

    b)

    Fistula warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau hyperpigmentasi.

    c) Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang tidak biasa

    (abnormal)

    d) Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas)

    e) Posisi jalan (gait, waktu masuk ke kamar periksa)

    2) Feel (palpasi)

  • 8/10/2019 LP Fraktur Collum Femur

    19/30

    Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki mulai

    dari posisi netral (posisi anatomi). Pada dasarnya ini merupakan pemeriksaan

    yang memberikan informasi dua arah, baik pemeriksa maupun klien.

    Yang perlu dicatat adalah:

    a) Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban kulit.

    Capillary refill timeNormal (35) detik

    b) Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau oedema

    terutama disekitar persendian

    c) Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan (1/3 proksimal,

    tengah, atau distal)

    d) Otot: tonus pada waktu relaksasi atau kontraksi, benjolan yang terdapat

    di permukaan atau melekat pada tulang. Selain itu juga diperiksa status

    neurovaskuler. Apabila ada benjolan, maka sifat benjolan perlu

    dideskripsikan permukaannya, konsistensinya, pergerakan terhadap dasar

    atau permukaannya, nyeri atau tidak, dan ukurannya.

    Kekuatan otot : otot tidak dapat berkontraksi (1), kontraksi sedikit dan

    ada tekanan waktu jatuh (2), mampu menahan gravitasi tapi dengan

    sentuhan jatuh(3), kekuatan otot kurang (4), kekuatan otot utuh (5). (

    Carpenito, 1999)

    3) Move (pergerakan terutama lingkup gerak)

    Setelah melakukan pemeriksaan feel, kemudian diteruskan dengan

    menggerakan ekstrimitas dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada

    pergerakan. Pencatatan lingkup gerak ini perlu, agar dapat mengevaluasi

    keadaan sebelum dan sesudahnya. Gerakan sendi dicatat dengan ukuran

    derajat, dari tiap arah pergerakan mulai dari titik 0 (posisi netral) atau dalam

    ukuran metrik. Pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan gerak

    (mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang dilihat adalah gerakan aktif dan pasif.

    ( Arif Muttaqin, 2008 )

    9. Pemeriksaan Diagnostik

    a. Pemeriksaan Radiologi

    Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah pencitraan menggunakan

    sinar rontgen ( SinarX ). Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan

    kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan

    lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan (khusus) ada

  • 8/10/2019 LP Fraktur Collum Femur

    20/30

    indikasi untuk memperlihatkan pathologi yang dicari karena adanya superposisi.

    Perlu disadari bahwa permintaan Sinar - X harus atas dasar indikasi kegunaan.

    Pemeriksaan penunjang dan hasilnya dibaca sesuai dengan permintaan. Hal yang

    harus dibaca pada SinarX mungkin dapat di perlukan teknik khusus, seperti hal

    hal sebagai berikut. ( Arif Muttaqin, 2008 )

    1)

    Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang lain

    tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan kerusakan struktur

    yang kompleks dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada struktur lain juga

    mengalaminya.

    2) Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh darah

    di ruang tulang vertebrae yang mengalami kerusakan akibat trauma.

    3)

    Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena ruda

    paksa.

    4) Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan secara transversal

    dari tulang dimana didapatkan suatu struktur tulang yang rusak.

    b. Pemeriksaan Laboratorium

    1) Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang.

    2)

    Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan kegiatan

    osteoblastik dalam membentuk tulang. Enzim otot seperti Kreatinin Kinase,

    Laktat Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase

    yang meningkat pada tahap penyembuhan tulang

    3) Hematokrit dan leukosit akan meningkat ( Arif Muttaqin, 2008 )

    c. Pemeriksaan lain-lain

    1)

    Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas : didapatkan

    mikroorganisme penyebab infeksi.

    2)

    Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan

    diatas tapi lebih diindikasikan bila terjadi infeksi.

    3) Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan fraktur.

    4) Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma

    yang berlebihan.

    5) Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada tulang.

    6) MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.

    ( Arif Muttaqin, 2008 )

  • 8/10/2019 LP Fraktur Collum Femur

    21/30

    2)Diagnosa yang muncul

    Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada tindakan pembedahan

    muskuloskeletal menurut Wilkimson (2007), meliputi tetapi tidak terbatas pada

    amputasi , artrotomi, bunio-nektomi, gips, plat pinggul, prostesis pinggul, reduksi

    teruka atau fiksasi internal untuk fraktur, perbaikan bahu, penggantian pergelangan kaki

    total, penggantian pinggul total, penggantian lutut total, dan traksi.

    DIAGNOSA KEPERAWATAN

    Pre Operasi

    1. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot dan kerusakan sekunder terhadap

    fraktur.

    2. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan

    penurunan aliran darah.

    3.

    Resiko tinggi terhadap disfungi neurovaskuler perifer berhubungan dengan

    penurunan aliran darah (cedera vaskuler langsung, edema berlebihan,

    pembentukan trombus)

    4.

    Cemas berhubungan dengan akan dilakukannya tindakan operasi

    5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi mengenai

    pengobatan.

    Post Operasi

    1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik

    2. resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (prosedur invasif).

    3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler (nyeri)

    4. resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi fisik

    3)

    Intervensi keperawatan

    Pre Operasi

    - DX I

    Nyeri akut b.d. spasme otot dan kerusakan sekunder terhadap fraktur.

    Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang atau

    hilang.

    NOC:

    a.

    NOC 1: Level NyeriKriteria Hasil:

  • 8/10/2019 LP Fraktur Collum Femur

    22/30

    a. Laporkan frekuensi nyeri

    b. Kaji frekuensi nyeri

    c.

    Lamanya nyeri berlangsung

    d. Ekspresi wajah terhadap nyeri

    e. Kegelisahan

    f.

    Perubahan TTV

    b. NOC 2: Kontrol Nyeri

    Kriteri Hasil:

    a. Mengenal faktor penyebab

    b. Gunakan tindakan pencegahan

    c. Gunakan tindakan non analgetik

    d.

    Gunakan analgetik yang tepat

    Keterangan Skala:

    1 = Tidak pernah menunjukkan

    2 = Jarang menunjukkan

    3 = Kadang menunjukkan

    4 = Sering menunjukkan

    5 = Selalu menunjukkan

    NIC: Manajemen Nyeri

    1) Kaji secara menyeluruh tentang nyeri termasuk lokasi, durasi, frekuensi,

    intensitas, dan faktor penyebab.

    2) Observasi isyarat non verbal dari ketidaknyamanan terutama jika tidak dapat

    berkomunikasi secara efektif.

    3)

    Berikan analgetik dengan tepat.

    4) Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama akan

    berakhir dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur.

    5)

    Ajarkan teknik non farmakologi (misalnya: relaksasi, guide, imagery,terapi

    musik,distraksi)

    - DX II

    Resiko tinggi trauma b.d. kehilangan integritas tulang (fraktur)

    Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi trauma.

    NOC: Risk Control

    Kriteria Hasil:

    e. Memonitor faktor resiko lingkungan

  • 8/10/2019 LP Fraktur Collum Femur

    23/30

    f. Memonitor faktor resiko perilaku pasien

    g. Menggunakan pelayanan kesehatan kongruen dengan kebutuhan

    h.

    Memonitor perubahan status kesehatan

    i. Partisipasi dalam perawatan untuk identifikasiresiko

    Keterangan Skala:

    1 = Tidak pernah menunjukkan

    2 = Jarang menunjukkan

    3 = Kadang menunjukkan

    4 = Sering menunjukkan

    5 = Selalu menunjukkan

    NIC: Enviromental Manajement: Safety

    1)

    Identifikasi keamanan yang dibutuhkan pasien, pada tingkat fungsi fisik dan

    kognitif dan perilaku yang lalu

    2) Identifikasi keselamatan pasien terhadap bahaya dalam lingkungan (fisik,

    biologi, kimia)

    3) Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan resiko bahaya.

    4) Monitor perubahan lingkungan dalam kondisi keamanan dan keselamatan pasien.

    - DX III

    Resiko disfungsi neurovaskuler b.d. penurunan aliran darah

    Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan neurovaskuler perifer

    berfungsi kembali.

    NOC: Circulation Status

    Kriteria Hasil:

    a.

    Nadi normal

    b. Tekanan vena sentral normal

    c.

    Perbedaan arteriol-venous oksigen normal

    d.

    Peripheral pulse kuat

    e. Tidak terjadi cedera peripheral

    f. Tidak terjadi kelemahan yang berlebihan

    Keterangan Skala:

    1 = Sangat kompromi

    2 = Kompromi baik

    3 = Cukup Kompromi

    4 = Jarang Kompromi

  • 8/10/2019 LP Fraktur Collum Femur

    24/30

    5 = Tidak Kompromi

    NIC:

    j.

    NIC 1: Exercise Therapy

    1) Tentukan batasan pergerakan sendi dan efek dari fungsi

    2) Monitor lokasi ketidaknyamanan selama pergerakan

    3)

    Dukung ambulasi

    k. NIC 2: Circulatory Care

    1) Evaluasi terhadap edema dan nadi

    2) Inspeksi kulit terhadap ulser

    3) Dukung pasien untuk latihan sesuai toleransi

    4) Kajiderajat ketidaknyamanan/nyeri

    5)

    Turunkan ekstremitas untuk memperbaiki sirkulasi arterial

    - DX IV

    Resiko Kerusakan integritas kulit b.d. imobilisasi fisik

    Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dan keluarga

    tidak mengalami kecemasan.

    NOC: Control Cemas

    Kriteria Hasil:

    a.

    Monitor Intensitas kecemasan

    b. Menurunkan stimulasi lingkungan ketika cemas

    c.

    Menggunakan strategi koping efektif

    d. Mencari informasi untuk menurunkan cemas

    e. Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan cemas

    Keterangan Skala:

    1 = Tidak pernah dilakukan

    2 = Jarang dilakukan

    3 = Kadang dilakukan

    4 = Sering dilakukan

    5 = Selalu dilakukan

    NIC: Penurunan Kecemasan

    1) Tenangkan Klien

    2) Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada klien dan perasaan yang mungkin

    muncul pada saat melakukan tindakan

    3) Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis, dan tindakan.

  • 8/10/2019 LP Fraktur Collum Femur

    25/30

    4) Temani pasien untuk mendukung keamanan dan menurunkan rasa sakit.

    5) Instruksikan pasien untuk menggunakan metode/ teknik relaksasi.

    - DX V

    Kurang pengetahuan b.d. keterbatasan informasi mengenai pengobatan

    Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan pasien

    dan keluarga bertambah.

    NOC: Pengetahuan: proses penyakit.

    Kriteria Hasil:

    a. Mengenal tentang penyakit

    b. Menjelaskan proses penyakit

    c. Menjelaskan penyebab/faktor yang berhubungan

    d.

    Menjelaskan faktor resiko

    e. Menjelaskan komplikasi dari penyakit

    f. Menjelaskan tanda dan gejala dari penyakit

    Keterangan Skala:

    1 = Tidak pernah menunjukkan

    2 = Jarang menunjukkan

    3 = Kadang menunjukkan

    4 = Sering menunjukkan

    5 = Selalu menunjukkan

    NIC:

    a. NIC 1: Health Care Information exchange

    1) Identifikasi pemberi pelayanan keperawatan yang lain

    2)

    Identifikasi kemampuan pasien dan keluarga dalam mengimplementasikan

    keperawatan setelah penjelasan

    3)

    Jelaskan peran keluarga dalam perawatan yang berkesinambungan

    4)

    Jelaskan program perawatan medik meliputi; diet, pengobatan, dan latihan.

    5) Jelaskan rencana tindakan keperawatan sebelum mengimplementasikan

    b. NIC 2: Health Education

    1) Jelaskan faktor internal dan eksternal yang dapat menambah atau mengurangi

    dalam perilaku kesehatan.

    2) Jelaskan pengaruh kesehatan danperilaku gaya hidup

    individu,keluarga/lingkungan.

    3) Identifikasi lingkungan yang dibutuhkan dalam program perawatan.

  • 8/10/2019 LP Fraktur Collum Femur

    26/30

    4) Anjurkan pemberian dukungan dari keluarga dan keluarga untuk membuat

    perilaku kondusif.

    Post Operasi

    - DX I

    Nyeri akut b.d. agen cidera fisik

    Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang atau

    hilang.

    NOC:

    a. NOC 1: Level Nyeri

    Kriteria Hasil:

    a. Laporkan frekuensi nyeri

    b.

    Kaji frekuensi nyeri

    c. Lamanya nyeri berlangsung

    d. Ekspresi wajah terhadap nyeri

    e.

    Kegelisahan

    f. Perubahan TTV

    b. NOC 2: Kontrol Nyeri

    Kriteri Hasil:

    l.

    Mengenal faktor penyebab

    m. Gunakan tindakan pencegahan

    n.

    Gunakan tindakan non analgetik

    o. Gunakan analgetik yang tepat

    Keterangan Skala:

    1 = Tidak pernah menunjukkan

    2 = Jarang menunjukkan

    3 = Kadang menunjukkan

    4 = Sering menunjukkan

    5 = Selalu menunjukkan

    NIC: Manajemen Nyeri

    1) Kaji secara menyeluruh tentang nyeri termasuk lokasi, durasi, frekuensi,

    intensitas, dan faktor penyebab.

    2) Observasi isyarat non verbal dari ketidaknyamanan terutama jika tidak dapat

    berkomunikasi secara efektif.

    3) Berikan analgetik dengan tepat.

  • 8/10/2019 LP Fraktur Collum Femur

    27/30

    4) Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama akan

    berakhir dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur.

    5)

    Ajarkan teknik non farmakologi (misalnya: relaksasi, guide, imagery,terapi

    musik,distraksi)

    - DX II

    Resiko tinggi infeksi b.d. trauma jaringan (prosedur invasif)

    Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan infeksitidak terjadi.

    NOC:

    a. NOC 1: Deteksi Infeksi

    Kriteria Hasil:

    a. Mengukur tanda dan gejala yang mengindikasikan infeksi

    b.

    Berpartisipasi dalam perawatan kesehatan

    c. Mampu mengidentifikasi potensial resiko

    b. NOC 2: Pengendalian Infeksi

    Kriteria Hasil:

    a. Pengetahuan tentang adanya resiko infeksi

    b. Mampu memonitor faktor resiko dari lingkungan

    c.

    Membuat strategi untuk mengendalikan resiko infeksi

    d.

    Mengatur gaya hidup untuk mengurangi resiko

    e. Penggunaan pelayanan kesehatan yang sesuai

    Keterangan Skala:

    1 = Selalu

    2 = Sering

    3 = Kadang

    4 = Jarang

    5 = Tidak pernah

    NIC: Teaching diases proses

    1) Deskripsikan proses penyakit dengan tepat

    2) Sediakan informasi tentang kondisi pasien

    3) Diskusikan perawatan yang akan dilakukan

    4) Gambaran tanda dan gejala penyakit

    5) Instruksikan pasien untuk melaporkan kepada perawat untuk melaporkan tentang

    tanda dan gejala yang dirasakan.

    - DX III

  • 8/10/2019 LP Fraktur Collum Femur

    28/30

    Kerusakan mobilitas fisik b.d. kerusakan meurovaskuler (nyeri)

    Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat

    meningkatkan mobilisasi pada tingkat yang paling tinggi

    NOC: Mobility level

    Kriteria Hasil:

    a.

    Keseimbangan penampilan

    b. Memposisikan tubuh

    c. Gerakan otot

    d. Gerakan sendi

    e. Ambulansi jalan

    f. Ambulansi kursi roda

    Keterangan Skala:

    1 = Dibantu total

    2 = Memerlukan bantuan orang lain dan alat

    3 = Memerlukan orang lain

    4 = Dapat melakukan sendiri dengan bantuan alat

    5 = Mandiri

    NIC: Exercise Therapy: Ambulation

    1)

    Bantu pasien untuk menggunakan fasilitas alat bantu jalan dan cegah kecelakaan

    atau jatuh

    2)

    Tempatkan tempat tidur pada posisi yang mudah dijangkau/diraih pasien.

    3) Konsultasikan dengan fisioterapi tentang rencana ambulansi sesuai kebutuhan

    4) Monitor pasien dalam menggunakan alatbantujalan yang lain

    5)

    Instruksikan pasien/pemberi pelayanan ambulansi tentang teknik ambulansi.

    - DX IV

    Resiko kerusakan integritas kulit b.d. imobilisasi fisik.

    Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kerusakan integritas

    kulit tidak terjadi.

    NOC: Integritas Jaringan: kulit dan membran mukosa

    Kriteria Hasil:

    a. Sensasi normal

    b. Elastisitas normal

    c.

    Warna

    d. Tekstur

  • 8/10/2019 LP Fraktur Collum Femur

    29/30

    e. Jaringan bebas lesi

    f. Adanya pertumbuhan rambut dikulit

    g.

    Kulit utuh

    Keterangan Skala:

    1 = Kompromi luar biasa

    2 = Kompromi baik

    3 = Kompromi kadang-kadang

    4 = Jarang kompromi

    5 = Tidak pernah kompromi

    NIC: Scin Surveilance

    1) Observation ekstremitas oedema, ulserasi, kelembaban

    2)

    Monitor warna kulit

    3) Monitor temperatur kulit

    4) Inspeksi kulit dan membran mukosa

    5)

    Inspeksi kondisi insisi bedah

    6) Monitor kulit pada daerah kerusakan dan kemerahan

    7) Monitor infeksi dan oedema

    11. Daftar Pustaka

  • 8/10/2019 LP Fraktur Collum Femur

    30/30

    Apley, A.C & Solomon, L. 1995. Buku Ajar Ortopedi dan fraktur Sistem Apley,

    edisi 7. Jakarta: Widya Medika.

    Capernito, Linda Juall. 1993. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis,

    edisi 6. Jakarta: EGC.

    Doengoes, M.E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk

    Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, ed 3. Jakarta: EGC.

    Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, vol 2.

    Jakarta: EGC.

    Harnowo, S. 2001. Keperawatan Medikal Bedah untuk Akademi Keperawatan.

    Jakarta: Widya Medika.

    Long, B.C. 1988. Perawatan Medikal Bedah Suatu Pendekatan Proses Keperawatan.

    Bandung: Yayasan IAPK Padjajaran.

    Price, S A & Wilson, L M. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses

    Penyakit, jilid 2. Jakarta: EGC