25
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK Case ini Dibuat Sebagai Salah Satu Persyaratan Dalam Mengikuti KKS di Bagian Ilmu Penyakit THT RSU. Dr. Pirngadi Medan. Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati dan Universitas Islam Sumatera Utara Oleh, RINA ARYANI ARLAN (1) NIM. 96310051 Pembimbing, Dr. BERESMAN SIANIPAR, Sp. THT

Otitis Media Supuratif Kronik

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Otitis Media Supuratif Kronik

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK

Case ini Dibuat Sebagai Salah Satu Persyaratan Dalam Mengikuti KKS di Bagian Ilmu Penyakit THT RSU. Dr. Pirngadi Medan.

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati dan Universitas Islam Sumatera Utara

Oleh,

RINA ARYANI ARLAN (1) NIM. 96310051

Pembimbing,

Dr. BERESMAN SIANIPAR, Sp. THT

BAGIAN ILMU PENYAKIT THTRSU. Dr. PIRNGADI MEDAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI (1), DAN UNIVERSITAS ISLAM

SUMATERA UTARA (2)

MEDAN 2004

Page 2: Otitis Media Supuratif Kronik

Case: Otitis Media Supuratif Kronis

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK

PENDAHULUAN

Telinga adalah suatu organ kompleks dengan komponen-komponen fungsional

penting apparatus pendengaran dan mekanisme keseimbangan terletak di dalam tulang

temporalis tengkorak. Oleh karena itu letak telinga di tengkorak berdekatan dengan alat vital,

maka bila telinga meradang penyakit mudah merambat ke dalam otak, tidak jarang membawa

kematian.

Telinga terbagi dalam tiga bagian : telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.

Telinga tengah terdiri dari membrana timpani, tulang-tulang pendengaran (malleus, incus,

stapes) dan ruang telinga tengah. Disamping itu telinga tengah berhubungan dengan attic

(epitimpanum), processus mastoideus dan tuba eustachius. Telinga tengah biasanya steril

meskipun terdapat mikroba di nasofaring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan

oleh silia mukosa tuba eustachius, enzim dan anti bodi untuk mencegah masuknya mikroba

serta terjadinya infeksi kedalam telinga tengah.

Sumbatan pada tuba eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media.

Karena fungsi tuba terganggu pencegahan infasi kuman kedalam telinga tengah terganggu,

sehingga kuman masuk kedalam telinga tengah dan terjadi peradangan. (1,2)

KKS Ilmu Penyakit THT RSU. Dr. Pirngadi Medan Rina & IndraFK – Unmal & UISU

1

Page 3: Otitis Media Supuratif Kronik

Case: Otitis Media Supuratif Kronis

ANATOMI TELINGA

Telinga bagian tengah terdiri dari :

1. Membrana timpani

Bagian luar diliputi oleh epitel dari liang telinga dan bagian dalam diliputi oleh mukosa

dari cavum timpani.

2. Cavum timpani

Disini terdapat tulang-tulang pendengaran (malleus, incus, stapes)

3. Processus mastoideus dengan cellulae mastoisea yang berhubungan dengan cavum

timpani

4. Tuba eustachius yang menghubungkan cavum timpani dengan nafosaring. (1,2,3,4)

KKS Ilmu Penyakit THT RSU. Dr. Pirngadi Medan Rina & IndraFK – Unmal & UISU

2

Page 4: Otitis Media Supuratif Kronik

Case: Otitis Media Supuratif Kronis

FISIOLOGI PENDENGARAN

Getaran suara di tangkap oleh daun telinga yang dialirkan keliang telinga dan

mengenai membrana timpani, sehingga membrana timpani bergetar. Getaran ini diteruskan

ketulang-tulang pendengaran yang berhubungan satu sama lain. Selanjutnya stapes

menggerakkan tingkap lonjong (foramen ovale) yang juga menggerakkan perilimf dalam

skala timpani, sehingga tangkap bundar (foramen rotundum) terdorong kearah luar.

Skala media yang menjadi cembung mendesak endolimf dan mendorong membaran

tarsal, sehingga menjadi cembung kebawah dan menggerakkan perilimf pada skala timpani.

Pada waktu istirahat ujung sel rambut berkelok-kelok dan dengan berubahnya membran basal

ujung sel rambut itu menjadi lurus. Rangsangan fisik tadi dirubah oleh adanya perbedaan ion

kalium dan natrium menjadi aliran listrik yang diteruskan kecabang-cabang nervus VIII, yang

KKS Ilmu Penyakit THT RSU. Dr. Pirngadi Medan Rina & IndraFK – Unmal & UISU

3

Page 5: Otitis Media Supuratif Kronik

Case: Otitis Media Supuratif Kronis

kemudian meneruskan rangsangan itu ke pusat sensorik pendengan diotak (area 39-40)

melalui syaraf pusat yang ada di lobus temporalis. (2)

DEFENISI

Dahulu disebut otitis media perforata kronik, sekarang disebut dengan otitis media

supuratif kronik, atau dalam sebutan sehari-hari congek. Otitis media supuratif kronik

merupakan radang telinga tengah dengan perforasi membrana timpani disertai keluarnya

sekret yang terus menerus atau hilang timbul, sekret mungkin encer, bening atauberupa nanah,

dan biasanya dijumpai adanya gangguan pendengaran. (1,2,5,6,7)

KLASIFIKASI

Jenis Otitis Media Supuratif Kronik

Otitis Media SupuratifKronik dibagi atas 2 jenis, yaitu :

1. Otitis Media Supuratif tipe Benigna (tipe mukosa = tipe aman)

2. Otitis Media Supuratif tipe maligna (tipe tulang = tipe bahaya)

Ada dua bentuk otitis media supuratif kronik, yaitu :

1. Aktif, terdapat infeksi menahun, kolesteatoma atau kombinasi keduanya di celah

telinga tengah.

2. tidak aktif, terjadi kerusakan pada mekanisme hantaran telinga tengah ( membrana

timpani dan tulang-tulang pendengaran ) oleh infeksi sebelumnya, tetapi pada

pemeriksaan tak terlihat ionfeksi atau kolesteatoma di celah telinga tengah. (1,5)

KKS Ilmu Penyakit THT RSU. Dr. Pirngadi Medan Rina & IndraFK – Unmal & UISU

4

Page 6: Otitis Media Supuratif Kronik

Case: Otitis Media Supuratif Kronis

ad.1. Otitis media supuratif kronik tipe benigna

Proses peradangan pada otitis media supuratif tipe benigna terbatas pada mukosa saja

dan biasanya tidak mengenai tulang. Perfosai terletak di central, umumnya jarang

menimbulkan komplikasi yang berbahaya dan tidak terdapat choleteatome. (1,5)

Ad.2. Otitis media supuratif kronik tipe maligna

Yang dimaksud otitis media tipe maligna adalah otitis media supuratif kronik yang

disertai cholesteatome. Dikenal juga dengan otitis media supuratif kronik tipe bahaya atau tipe

tulang. Perforasi pada tipe ini letaknya marginal atau di attik.

Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal timbul pada otitis media

supuratif kronik tipe maligna ini. (1,5)

ETIOLOGI

Orang yang sedang batuk-pilek, akan mudah sekali berkembang menjadi radang

telinga yang bisa berakhir dengan congek ( otitis media kronik ), jika berlarut-larut tidak

diobati, terlebih pada anak dan bayi. (1)

Penyebab otitis media supuratis kronik adalah:

1. Mukosa yang tidak normal

2. Penyakit-penyakit telinga yang timbul waktu masih bayi

3. Tuba yang tertutup. (2)

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya otitis media supuratif kronik :

1. Sifat dan hebatnya peradangan

2. Keadaan tuba auditifa

3. Infeksi sekunder melalui perforasi

KKS Ilmu Penyakit THT RSU. Dr. Pirngadi Medan Rina & IndraFK – Unmal & UISU

5

Page 7: Otitis Media Supuratif Kronik

Case: Otitis Media Supuratif Kronis

4. Daya tahan tubuh individu

5. Adanya adenoid

6. Bronkhitis kronik, sinusitis, rhinitis

7. Palatoschisis juga faktor penting mengapa penyakitnya menjadi kronik. (2)

Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi

kronik sangat majemuk, antara lain :

1. Gangguan fungsi tuba Eustachius yang kronik akibat :

a. Infeksi hidung dan tenggorok yang kronik atau berulang

b. Obstruksi anatomik tuba Eustachius parsial atau total

2. Perforasi membran timpani yang menetap

3. Terjadinya metaplasia skuamosa atau perubahan patologik menetap lainnya pada

telinga tengah

4. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga tengah atau rongga mastoid. Hal ini dapat

disebabkan oleh jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan granulasi atau

timpanosklerosis.

5. Terdapat daerah-daerah denghan sekueter atau osteomielitis persisten di mastoid.

6. Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemhan umum atau perubahan

mekanisme pertahanan tubuh. (1)

PATOGENESIS

Mukosa yang melapisi tuba eustachius, telinga tengah dan sel-sel mastoid mengalami

peradangan akut. Mukopus terkumpul dalam telinga tengah dan sel-sel udara. Tekanan dalam

telinga tengah makin meningkat, gendang telinga meradang, menonjil kemudian pecah pada

KKS Ilmu Penyakit THT RSU. Dr. Pirngadi Medan Rina & IndraFK – Unmal & UISU

6

Page 8: Otitis Media Supuratif Kronik

Case: Otitis Media Supuratif Kronis

bagian telinga tengah yang disebabkan oleh nekrosis sistemik. Mukopus kemudian keluar ke

telinga luar. Gendang telinga menyembuh dan tuba eustachius terbuka lagi. Peradangan

biasanya sembuh dengan pengonatan yang efektif dan telinga tengah kembali pada bentuk dan

fungsi normal. Tetapi kadang-kadang peradangan terus berlangsung dan diikuti komplikasi.

Otitis media akut dengan perforasi membrana timpani menjadi otitis media supuratif kronik

apabila prosesnya sudah lebih dari dua bulan, sedang bila proses infeksi kurang dari dua bulan

disebut otitis media supuratif akut. (1)

Menurut teori Tumarkin (1961) mengatakan semua faktor yang mempengaruhi otitis

media kronik berhubungan dengan infeksi saluran nafas bagian atas pada masa anak-anak,

yang akan mempengaruhi fungsi tuba dan tekanan intratimpani. (1)

GEJALA KLINIK

Gejala atau keluhan otitis media supuratif kronik biasanya cukup jelas, dapat ditemui :

Otorrhoe: mucous sampai purulen dan berbau khas.

Vertigo.

Tinitus.

Perforasi membrana timpani.

Rasa penuh di telinga.

Cholesteatoma.

Fistel atau abses.

Gangguan pendengaran. (1,2,5,6,7)

KKS Ilmu Penyakit THT RSU. Dr. Pirngadi Medan Rina & IndraFK – Unmal & UISU

7

Page 9: Otitis Media Supuratif Kronik

Case: Otitis Media Supuratif Kronis

PEMERIKSAAN KLINIS

1. Pemeriksaan Audiometri

Pada pemeriksaan ini biasanya dijumpai tuli konduktif, bila infeksi berulang-ulang dapat

terjadi tuli saraf. Gangguan pendengaran pada nada rendah lebih berat dibandingkan pada

nada tinggi.

Pemeriksaan ini terutama diperlukan untuk mengetahui perjalanan penyakit dan evaluasi

setelah pengobatan atau operasi.

2. Pemeriksaan Radiologi

Tidak banyak membantu dalam menegakkan diagnosa, tapi sebaiknya dilakukan untuk

menilai keadaan mastoid dan frosa cranii media

3. Pemeriksaan Bakteriologi

Infeksi telinga tengah biasanya masuk melalui tuba dan berasal dari hidung, sinus

paranasalis, adenoid atau faring. Kuman penyebab biasanya Pneumococcus,

Stophilococcus pyogenes, Steptococcus pneumoniae atau Haemophilus influenza. (1)

DIAGNOSIS

Diagnosis otitis media supuratif kronik ditegakkan dari anamnesa, gejala dan hasil

pemeriksaan klinik pada telinga dengan otoskop dan dibantu oleh pemeriksaan radiologi atau

rontgen mastoid atau CT scan kepala dilakukan untuk mengetahuiadanya penyebaran infeksi

ke struktur di sekeliling telinga. Pemeriksaan bakteriologi dan tes pendengaran diperlukan

untuk evaluasi. (2,5)

KKS Ilmu Penyakit THT RSU. Dr. Pirngadi Medan Rina & IndraFK – Unmal & UISU

8

Page 10: Otitis Media Supuratif Kronik

Case: Otitis Media Supuratif Kronis

PENATALAKSANAAN

Terapinya sering lama dan harus berulang-ulang karena:

1. Adanya perforasi membrane tymphani yang permanent.

2. Terdapatnya sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung dan sinus paranasalis.

3. Telah membentuk jaringan patologik, yang irrevesible dalam rongga mastoid.

4. Gizi dan kebersihan yang kurang. (1,2,5,6,7)

Terapi terhadap otitis media supuratif kronik dapat dibagi menjadi:

1. Terapi konserbatif

2. Terapi operatif

Ad.1. Terapi konservatif

Bila sekret terus menerus, diberikan obat pencuci telinga yaitu larutan H2O2 3%

selama 3-5 hari untuk mengeringkan cairan sehingga obat dapat masuk ke dalam telinga.

Setelah sekret berkurang atau bila sudah tenang, dilanjutkan dengan obat tetes telinga yang

mengandung antibiotika dan kortikosteroid 7 – 10 hari atau tidak lebih dari 1-2 minggu.

Antibiotika oral golongan penicillin atau eritromisin. Pasien dianjurkan untuk tidak

berenang dan menghindari masuknya air ke dalam telinga. Bila sekreta telah kering, namun

perforasi tetap ada setelah 2 bulan, maka harus dirujuk untuk miringoplasti dan timpanoplasti.

(1,2,7)

Ad.2. Terapi operatif

a. Mastoidektomi sederhana (Simple Mastoidectomy)

Operasi ini dilakukan pada otitis media kronik tipe benigna yang dengan pengobatan

konservatif tidak sembuh. Dengan tindakan operasi ini dilakukan pembersihan ruang mastoid

dari jaringan patologik. Tujuannya ialah supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi.

KKS Ilmu Penyakit THT RSU. Dr. Pirngadi Medan Rina & IndraFK – Unmal & UISU

9

Page 11: Otitis Media Supuratif Kronik

Case: Otitis Media Supuratif Kronis

Pada operasi ini fungsi pendengaran tidak diperbaiki. Terdapat 2 prosedur mastoidektomi

berbeda yaitu :

Mastoidektomi radikal

Dilakukan pada otitis media kronik dengan cholesteatoma.

Mastoidektomi dengan modifikasi Gondy

Dilakukan pada otitis media kronik dengan attic retraction, cholesteatoma dengan

perforasi hanya pada pars flaksida. Pendengaran diusahakan dipertahankan. (1,2,7)

b. Miringoplasti

Operasi ini merupakan jenis trimpanoplasti yang paling ringan. Rekonstruksi hanya

dilakukan pada membrana timpani. Tujuan operasi untuk mencegah berulangnya infeksi

telinga tengah pada otitis kronik tipe benigna dengan perforasi yang menetap dan dapat

digunakan pada perforasi yang kering. (1,2,5,7)

c. Tymphanoplasti

Dikerjakan pada otitis media kronik tipe benigna dengan kerusakan yang lebih berat

atau tidak bias ditenangkand engan medikamentosa. Pada operasi ini selain rekontruksi

membrana timpani sering kali harus dilakukan juga rekontruksi tulang pendengaran. Sebelum

rekontruksi dilakukan eksplorasi cavum timpani dengan atau tanpa mastoidektomi untuk

membersihkan jaringan patologis. Tidak jarang pada operasi ini dilakukan 2 tahap dengan

jarak waktu 6-12 bulan. (1,2,5,7)

Perforasi yang sentral biasanya dapat sembuh dengan sendiri.

KKS Ilmu Penyakit THT RSU. Dr. Pirngadi Medan Rina & IndraFK – Unmal & UISU

10

Page 12: Otitis Media Supuratif Kronik

Case: Otitis Media Supuratif Kronis

KOMPLIKASI

1. Komplikasi ditelinga tengah :

Perforasi persisten.

Erosi tulang pendengaran.

Paralisis nervus facialis.

2. Komplikasi ditelinga dalam :

Fistel labirin.

Labirinitis.

Tuli syaraf (sensorineural).

3. Komplikasi di ekstradural :

Abses ekstradural.

Trombosis sinus lateralis.

Petrositis.

4. Komplikasi di susunan syaraf pusat

Meningitis.

Abses otak. (1,2)

KKS Ilmu Penyakit THT RSU. Dr. Pirngadi Medan Rina & IndraFK – Unmal & UISU

11

Page 13: Otitis Media Supuratif Kronik

Case: Otitis Media Supuratif Kronis

KESIMPULAN

Otitis media kronik merupakan infeksi yang terjadi ditelinga tengah dengan perforasi

membrana timpani dan sekret yang keluar dari telinga terus menerus atau hilang

timbul.

Umumnya penyebab dari otitis media kronik adalah akibat dari otitis media akut.

Tanda dan gejala klinis tergantung dari tipe otitis media kronik tersebut, benigna atau

maligna. Dimana pada tipe benigna proses peradangan terbatas pada mukosa saja dan

biasanya tidak mengenai tulang pendengaran. Sedangkan pada tipe maligna proses

peradangan sudah mengenai tulang pendengaran dan sering menimbulkan komplikasi

yang berbahaya.

Prinsip terapi otitis media perforate kronik ialah konservatif dan operatif.

Bila sekreta yang keluar terus menerus maka diberikan obat pencuci telinga berupa

larutan H2O2 3% selama 3-5 hari.

Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekreta tetap ada atau infeksi

terjadi berulang, maka sumber infeksi harus diobati terlebih dahulu, bila perlu

dilakukan pembedahan.

KKS Ilmu Penyakit THT RSU. Dr. Pirngadi Medan Rina & IndraFK – Unmal & UISU

12

Page 14: Otitis Media Supuratif Kronik

Case: Otitis Media Supuratif Kronis

DAFTAR RUJUKAN

1. Soepardi EA., Iskandar S. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung dan

Tenggorokan. Edisi IV. FKUI. Jakarta 1997: 54 – 60.

2. Adenin A. Kumpulan Kuliah Telinga. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara. Medan: 45 – 50.

3. Thane D., Cody R., Kern EB., Pearson BW: Diseases of the Ears, Nose and Throat,

Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan, Alih Bahasa: Samsudin Sonny,

Andrianto Petrus, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 84 – 9.

4. Anatomi Manusia. Atlas Fotografik Anatomik Sistemik dan Regional, Johanes W.,

Rohen, Chihiro Yokocchi. Edisi Ke-3. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 118.

5. Adam GL., Boies L., Higler P., Buku Ajar Penyakit THT. Penerbit Buku Kedokteran

EGC. Jakarta. 1997: 95 – 97.

6. Soepardi EA., Hadjat F., Iskandar N. Penatalaksanaan Penyakit dan Kelainan Telinga

Hidung Tenggorokan. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2003: 47 – 51

7. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ke-3 Jilid 1. Penerbit Media Aesculapius Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta 1987: 82-3.

KKS Ilmu Penyakit THT RSU. Dr. Pirngadi Medan Rina & IndraFK – Unmal & UISU

13

Page 15: Otitis Media Supuratif Kronik

Case: Otitis Media Supuratif Kronis

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar …………………………………………………………………………………i

Daftar Isi ……………………………………………………………………………………...iii

Pendahuluan................................................................................................................................1

Anatomi Telinga.........................................................................................................................2

Fisiologi Pendengaran.................................................................................................................3

Defenisi.......................................................................................................................................4

Klasifikasi...................................................................................................................................4

Etiologi........................................................................................................................................5

Patogenesis..................................................................................................................................6

Gejala Klinik...............................................................................................................................7

Pemeriksaan Klinis.....................................................................................................................8

Diagnosis.....................................................................................................................................8

Penatalaksanaan..........................................................................................................................9

Komplikasi................................................................................................................................11

Kesimpulan...............................................................................................................................12

Daftar Rujukan..........................................................................................................................13

KKS Ilmu Penyakit THT RSU. Dr. Pirngadi Medan Rina & IndraFK – Unmal & UISU

14iii

Page 16: Otitis Media Supuratif Kronik

Case: Otitis Media Supuratif Kronis

KATA PENGANTAR

Dengan rasa syukur dan hati lega, penulis telah selesai menyusun case ini guna

memenuhi persyaratan mengakhiri Kepanitraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit THT

RSU. Dr. Pirngadi Medan dengan judul “Otitis Media Supuratif Kronik”.

Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada pembimbing, yaitu

Dr. Beresman Sianipar, Sp.THT. atas bimbingan dan arahannya selama mengikuti

Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit THT RSU Dr. Pirngadi Medan serta

dalam penyusunan case ini, juga terima kasih kepada :

1. Kepala bagian SMF THT RSU Dr. Pirngadi Medan Dr. zulkifli, Sp. THT

2. Sekretaris SMF THT RSU Dr. Pirngadi Medan Dr. Netty Harnita, Sp. THT

3. Dr. Dewi Fauziah, Sp.THT

4. Dr. Hj. Yohanita, Sp.THT

5. Dr. Ali Syahbana, Sp. THT

6. Dr. Rehulina Surbakti, Sp. THT

7. Dr. Linda Samosir, Sp. THT

8. Dr. Magdalena Hutagalung, Sp. THT

9. Dr. Ita Lohberthani, Sp. THT

10. Dr. Zalfina Cora, Sp. THT

11. Dr. M. Taufik, Sp. THT

Bahwasanya hasil usaha penyusunan case ini masih banyak kekurangannya, tidaklah

mengherankan karena keterbatasan pengetahuan yang ada pada penulis. Kritik dan saran yang

KKS Ilmu Penyakit THT RSU. Dr. Pirngadi Medan Rina & IndraFK – Unmal & UISU

15i

Page 17: Otitis Media Supuratif Kronik

Case: Otitis Media Supuratif Kronis

sifatnya membangun sangat penulis harapkan, guna perbaikan penyusunan case di kemudian

kesempatan.

Harapan penulis semoga case ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan serta

dapat menjadi arahan dalam mengimplementasikan Ilmu Penyakit THT dalam klinik dan

masyarakat.

Medan, Oktober 2004

Penulis

KKS Ilmu Penyakit THT RSU. Dr. Pirngadi Medan Rina & IndraFK – Unmal & UISU

16ii