23
A. Definisi Penyakit Gastritis adalah suatu istilah kedokteran untuk suatu keadaan inflamasi jaringan mukosa (jaringan lunak) lambung. Gastritis atau yang lebih dikenal dengan magh berasal dari bahasa Yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi atau peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah gastritis akut erosif 1 . Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan- kerusakan erosi. Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa muskularis. Penyakit ini dijumpai di klinik, sebagai akibat samping pemakaian obat, sebagai penyulit penyakit-penyakit lain atau karena sebab yang tidak diketahui. Perjalanan penyakitnya biasanya ringan, walaupun demikian kadang- kadang dapat menyebabkan kedaruratan medis, yakni perdarahan saluran cerna atas. Penderita gastritis akut erosif yang tidak mengalami perdarahan sering diagnosisnya tidak tercapai. Untuk menegakkan diagnosis tersebut diperlukan pemeriksaan khusus yang sering dirasakan tidak sesuai dengan keluhan penderita yang ringan saja. Jenis gastritis yang lainnya yaitu gastritis kronik. Gastritis kronik adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung 1

Makalah gastritis (2)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah gastritis (2)

A.    Definisi Penyakit

Gastritis adalah suatu istilah kedokteran untuk suatu keadaan inflamasi jaringan mukosa

(jaringan lunak) lambung. Gastritis atau yang lebih dikenal dengan magh berasal dari bahasa

Yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi atau peradangan.

Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang

kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung.

Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah gastritis akut erosif1.

Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan

kerusakan-kerusakan erosi. Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam

daripada mukosa muskularis. Penyakit ini dijumpai di klinik, sebagai akibat samping pemakaian

obat, sebagai penyulit penyakit-penyakit lain atau karena sebab yang tidak diketahui.

Perjalanan penyakitnya biasanya ringan, walaupun demikian kadang-kadang dapat menyebabkan

kedaruratan medis, yakni perdarahan saluran cerna atas. Penderita gastritis akut erosif yang tidak

mengalami perdarahan sering diagnosisnya tidak tercapai. Untuk menegakkan diagnosis tersebut

diperlukan pemeriksaan khusus yang sering dirasakan tidak sesuai dengan keluhan penderita

yang ringan saja.

Jenis gastritis yang lainnya yaitu gastritis kronik. Gastritis kronik adalah suatu peradangan

bagian permukaan mukosa lambung yang menahun. Gastritis kronik sering dihubungkan dengan

ulkus peptik dan karsinoma2 lambung, tetapi hubungan sebab akibat antara keduanya belum

pernah dapat dibuktikan.

B.     Etiologi

Penyebab gastritis akan dijabarkan menurut jenis gastritis (Akut-Kronis).

1. Etiologi Gastritis Akut :

Penyebabnya, antara lain :

 Obat-obatan : aspirin, terutama salycylat, indomethacin, sulfonamide, obat anti inflamasi

nonsteroid (AINS) dan steroid. Aspirin dalam dosis rendah sudah dapat menyebabkan

erosi mukosa lambung.

 Alkohol, gangguan mikrosirkulasi3  mukosa lambung : trauma, luka bakar, sepsis4.

Refluk empedu

1

Page 2: Makalah gastritis (2)

Terapi radiasi

  Mencerna asam atau alkali kuat, dll.

Secara makroskopik terdapat lesi5 erosi mukosa dengan lokasi berbeda.

  Jika karena stress, erosi ditemukan pada korpus dan fundus.

  Jika karena AINS, erosi terutama ditemukan di daerah antrum6, namun dapat juga

menyeluruh.

Secara mikroskopik, terdapat erosi dengan regenerasi epitel, dan ditemukan reaksi sel inflamasi

neutrofil yang minimal.

2. Etiologi Gastritis Kronik

Inflamasi lambung yang dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung atau

oleh Heliobacter pylory (H. pylory).

C.    Patogenesis

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kerusakan mukosa lambung, yaitu :

1. Kerusakan mukosa barrier sehingga difusi7 balik ion H meninggi.

2. Perfusi8  mukosa lambung yang terganggu.

3. Jumlah asam lambung.

Faktor-faktor tersebut biasanya tidak berdiri sendiri. Misalnya stres fisik akan menyebabkan

perfusi mukosa lambung terganggu, sehingga timbul daerah-daerah infark9 kecil. Di samping itu,

sekresi asam lambung juga terpacu. Mukosal barrier pada penderita stres fisis biasanya tidak

terganggu. Hal inilah yang membedakannya dengan gastritis erosif karena bahan kimia atau obat.

Pada gastritis refluks, gastritis karena bahan kimia, obat, mukosal barrier rusak sehingga difusi

balik ion H meninggi. Suasana asam yang terdapat pada lumen10 lambung akan mempercepat

kerusakan mukosal barrier oleh cairan usus.

Pada umumnya patogenesis gastritis kronik belum diketahui. Gastritits kronik sering dijumpai

bersama-sama dengan penyakit lain, misalnya anemia, penyakit Addison dan Gondok, anemia

kekurangan besi idiopatik. Gastritis kronik antrum-pilorus hampir selalu terdapat bersamaan

dengan ulkus lambung kronik. Beberapa peneliti menghubungkan gastritis kronik fundus dengan

proses imunologi. Hal ini didasarkan pada kenyataan kira-kira 60% serum penderita gastritis

kronik fundus mempunyai antibodi terhadap sel parietalnya. Gastritis kronik antrum-pilorus

biasanya dihubungkan dengan refluks usus-lambung.

2

Page 3: Makalah gastritis (2)

D.    Patofisiologi

Terdapat gangguan keseimbangan antara faktor agresif dan faktor defensif11, antara lain :

-  Gastritis akut

Adanya zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiritasi mukosa lambung. Jika

mukosa lambung teriritasi ada 2 hal yang mungkin terjadi :

1.  Karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasinya lambung akan meningkatkan

sekresi mukosa yang berupa HCO3, di lambung HCO3 akan berikatan dengan NaCl sehingga

menghasilkan HCl dan NaCO3. Hasil dari persenyawaan tersebut akan meningkatkan asam

lambung. Jika asam lambung meningkat maka akan menimbulkan rasa mual muntah yang

berakibat pada gangguan nutrisi cairan dan elektrolit.

2.  Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika mukus yang dihasilkan

dapat melindungi mukosa lambung dari kerusakan HCl maka akan terjadi hemostatis dan

akhirnya akan terjadi penyembuhan tetapi jika mukus gagal melindung mukosa lambung,

maka yang akan terjadi adalah erosi pada mukosa lambung. Jika erosi ini terjadi dan sampai

pada lapisan pembuluh darah maka akan terjadi perdarahan yang akan menyebabkan nyeri

dan hypovolemik

-  Gastritis kronik

Gastritis kronik dapat diklasifikasikan sebagai Tipe A atau Tipe B. Tipe A (sering disebut

sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan atrofi13

dan infiltrasi14 seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit autoimun15 seperti anemia

permisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung. Tipe B (kadang disebut dengan

gastritis H. pylory mempengaruhi antrum dan pilorus. Gastritis kronik dihubungkan dengan

bakteri H. pylory , faktor diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan alkohol dan obat-

obatan, merokok atau refluks isi usus kedalam lambung.

E. Epidemiologi

Adanya kasus gastritis di masyarakat :

1.  Berdasarkan data yang diperoleh dari medical record Rumah Sakit Hospital pada tahun 2010

ditemukan jumlah pasien yang dirawat dengan penyakit infeksi pada saluran pencernaan

adalah 55% dengan diare, 34.5% dengan gastritis, 4% dengan infeksi usus, 3.5% dengan

peritonitis16, dan 3% dengan penyakit infeksi lainnya.

3

Page 4: Makalah gastritis (2)

2. Rendahnya kesadaran masyarakat Indonesia menjaga kesehatan lambungnya, menyebabkan

jumlah penderita gastritis mengalami grafik kenaikan. Di penjuru dunia saat ini penderita

gastritis mencapai 1.7 miliar. Hasil penelitian riset Brain & Co dengan PT. Kalbe Farma tahun

2010, terhadap 1.645 responden di Medan, Jakarta, Surabaya dan Denpasar mengungkapkan

60% dari jumlah responden menderita gastritis.

3.  Menurut Dr.Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH MMB dari Divisi Gastroenterologi- Departemen

Ilmu Penyakit Dalam FKUI/ RSUPN Cipto Mangunkusumo, dari hasil penelitian yang

dilakukan RSCM pada sekitar 100 pasien dengan keluhan dispepsia17, didapatkan 20%

penderita yang mengalami kelainan organik. Kelainan ini ditemukan setelah dilakukan

pemeriksaan lebih lanjut dengan menggunakan endoskopi18. Suatu penelitian lain dengan

junlah pasien yang cukup besar dan melibatkan pusat endoskopi pada beberapa kota di

Indonesia juga menunjukkan tingginya penderita gastritis kronis. Dari 7.092 kasus dispepsia

yang dilakukan endoskopi, ditemukan 86.41% pemderita mengalami dispepsia fungsional.

Data-data penelitian dari luar negeri juga menunjukkan angka yang tidak terlalu berbeda.

F. Gejala Klinis

o   Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih baik

atau lebih buru ketika makan

o   Mual

o   Muntah

o   Kehilangan selera makan

o   Kembung

o   Terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan

o   Kehilangan berat badan

Gastritis yang terjadi tiba-tiba (akut) biasanya mempunyai gejala mual dan sakit pada perut

bagian atas, sedangkan gastritis kronik yang berkembang secara bertahap biasanya mempunyai

gejala seperti sakit yang ringan pada perut bagian atas dan terasa penuh atau kehilangan selera.

Gastritis dapat menyebabkan pendarahan pada lambung, tapi hal ini jarang menjadi parah kecuali

bila pada saat yang sama juga terjadi borok/luka pada lambung. Pendarahan pada lambung dapat

menyebabkan muntah darah atau terdapat darah pada feces dan memerlukan perawatan segera.

4

Page 5: Makalah gastritis (2)

Sebagian besar penderita gastritis kronik tidak memiliki keluhan. Sebagian kecil saja yang

mempunyai keluhan biasanya berupa : nyeri ulu hati, anoreksia, nausea19, nyeri seperti ulkus

peptik dan keluhan-keluhan anemia. Pada pemeriksaan fisis sering tidak dapat dijumpai kelainan.

Kadang-kadang dapat dijumpai nyeri tekan midepigastrium20 yang ringan saja. Pemeriksaan

laboratorium juga tidak banyak membantu. Kadang-kadang dapat dijumpai anemia makrositik.

Uji coba ciling tidak normal. Analisis cairan lambung kadang-kadang terganggu. Dapat terjadi

aklorhidria21. Kadar gastrin serum meninggi pada penderita gastritis kronik fundus yang berat.

Antibodi terhadap sel parietal dapat dijumpai pada sebagian penderita gastritis kronik fundus.

G. Gambaran Laboratorium

Dilakukan pemeriksaan sinar-x gastrointestinal (GI) atas dan pemeriksaan histologis. Tindakan

tersebut bertujuan untuk mendeteksi H. pylori mencakup tes sirologis22 untuk antibodi terhadap

antigen H. pylori dan tes pernapasan.

Apabila diperlukan dapat dilakukan pembedahan darurat untuk mengangkat gangren atau

jaringan perforasi23. Gastrojejunostomi24 atau reseksi25 lambung diperlukan untuk mengatasi

obstruksi26 pilorus.

H. Diagnosa

Bila seseorang didiagnosa terkena gastritis, biasanya dilanjutkan dengan pemeriksaan tambahan

untuk mengetahui secara jelas penyebabanya. Pemeriksaan tersebut meliputi :

  Pemeriksaan darah

Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibakteri H.pylori dalam darah. Hasil tes yang

positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam

hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat

juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat

gastritis.

  Pemeriksaan pernapasan

Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi H.pylori atau tidak.

 Pemeriksaan feces

Tes ini memeriksa apakah terdapat H.pylori dalam feces atau tidak. Hasil yang positif dapat

mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam

feces. Hal ini menunjukkan adanya perdarahan pada lambung.

5

Page 6: Makalah gastritis (2)

 Endoskopi saluran cerna bagian atas

Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang

mungkin tidak terlihat dari sinar-X. tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang

kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esophagus, lambung dan

bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimatirasakan (anestesi) sebelum

endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada 

jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel

(biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk

diperiksa. Tes ini memakan waktu lebih kurang 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak

langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi

menghilang, lebih kurang satu atau dua jam. Hampir tidak ada resiko akibat tes ini. Komplikasi

yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan ondoskop.

 Ronsen saluran cerna bagian atas

Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya

akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan

melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika dironsen.

I. Implikasi Terhadap Gizi

Penderita gastritis dianjurkan untuk menghindari atau tidak mengonsumsi makanan dan

minuman tertentu yang dapat merusak lapisan mukosa lambung (sawi, kedondong, pisang, keju,

nangka, dll) sehingga secara tidak langsung penderita akan kekurangan beberapa zat gizi tertentu

seperti kalsium, vitamin A. untuk mengatasinya, penderita dianjurkan untuk mengonsumsi

multivitamin (vitamin B, A, E, C).

Panderita gastritis sebaiknya tidak mengonsumsi makanan yang terlalu banyak serat, padahal

seperti serat baik untuk pencernaan. Sehingga penderita gastritis secara tidak langsung akan

terkena konstipasi atau sembelit.

J. Terapi

 Medikamentosa

-  Bila diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari

pengenceran dan penetralisasian agen penyebab. Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida

umum (misalnya aluminium hidroksida); untuk menetralisasi alkali, digunakan jus lemon encer

6

Page 7: Makalah gastritis (2)

atau cuka encer. Bila korosi luas atau berat, anetik dan lafase dihindari karena bahaya perforasi.

Pemberian obat-obat H2 bloking, antasid atau obat-obat ulkus lambung yang lain.

- Terapi yang lain mencakup intubas, analgesik dan sedatif, anatasida serta cairan intravena.

Endoskopi fiberoptik dapat digunakan apabila diperlukan.

  Gizi

Menghindari makanan dan minuman yang dapat memperparah kerusakan pada mukosa lambung,

seperti :

  Makanan dan minuman yang banyak mengandung gas dan terlalu banyak serat, antara lain

sayuran tertentu (sawi, kol), buah-buahan tertentu (nangka, pisang ambon)

  Makanan yang sulit dicerna yang dapat memperlambat pengosongan lambung. Karena hal ini

dapat meningkatkan asam lambung, seperti makanan berlemak, kue tart, coklat dan keju.

Menghindari minuman yang mengandung kafein karena kafein adalah stimulan sistem saraf

pusat yang meningkatkan aktivitaas lambung dan sekrisi pepsin. Penggunaan alkohol juga

dihindari demikian pula dengan rokok, karena nikotin akan mengurangi sekresi bikarbonat

pankreas dan karenanya menghambat netralisasi asam lambung dalam duodenum. Selain itu

nikotin juga meningkatkan stimulasi parasimpatis, yang menigkatkan aktivitas otot dalam usus

dan dapat menyebabkan mual dan muntah.

                       

7

Page 8: Makalah gastritis (2)

KESIMPULAN

Gastritis dibedakan menjadi gastritis akut dan gastritis kronik. Gastritis akut disebabkan oleh

penggunaan obat-obatan seperti antasida, AINS (anti inflamasi non steroid), mencerna

makanan/minuman yang terlalu asam atau basa. Sedangkan gastritis kronik disebabkan oleh

infeksi bakteri Heliobacter pylori.

Gejala yang ditimbulkan antara lain perih atau sakit terbakar pada perut bagian atas, mual,

muntah, kehilangan selera makan, kembung, kehilangan berat badan.

Diagnosa gastritis diberikan setelah penderita melakukan serangkaian pemeriksaan seperti

pemeriksaan darah, pemeriksaan pernapasan, pemeriksaan feces, endoskopi saluran cerna bagian

atas, hingga ronsen saluran cerna bagian atas.

Terapi gastritis dilakukan dengan pemberian obat antasida, analgesik dan sedatif. Menghindari

makanan/minuman yang dapat merusak lapisan mukosa lambung seperti kopi,

makanan/minuman beralkohol, makanan/minuman bergas dan bersoda, dan lain-lain.

8

Page 9: Makalah gastritis (2)

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Ajar KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH, Brunner & Suddarth Edisi 8,

Penerbit Buku Kedokteran.

2. Gastroenterologi Hepatologi, Dr. H. Ali Sulaiman, Ph.D, 1990.

3. Buku ajar PATOLOGI II, Robbins and Kumar, 1995.

4. GUYTON Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, Dr. Petrus Andrianto, 1991.

5. ILMU PENYAKIT DALAM Jilid II , DR.Dr. Soeparman.

6. Diit pada Penyakit Infeksi dan Saluran Pencernaan.

7. PATOLOGI, dr. Sutina Himawan,1973.

8. http://healthlink.mcw.edu , Gastritis, David A. Severance, MD

9. http://en.wikipedia.org , Gastritis

10. http://www.gicare.com , Gastritis, Jackson Siegelbaum Gastroenterology

11. http://digestive.niddk.nih.gov , Gastritis, National Digestive Diseases Information

12. Clearinghouse

13. http://www.mamashealth.com , Gastritis

14. http://www.kompas.com , Sakit pada Lambung, Bagaimana Terjadinya, Widyandana

15. http://www.hanyawanita.com , Berdamai dengan Sakit Maag Selama Puasa

16. http://www.mayoclinic.com , Gastritis

9

Page 10: Makalah gastritis (2)

KETERANGAN ISTILAH MEDIS

1.      Erosif : suatu peristiwa terlepasnya dari suatu jaringan.

2.      Karsinoma : kanker

3.      Mikrosirkulasi : sirkulasi di dalam kapiler-kapiler dan pembuluh-pembuluh darah.

4.      Sepsis : kondisi medis serius di mana terjadi peradangan di seluruh tubuh yang disebabkan

oleh infeksi.

5.      Lesi : perubahan struktur jaringan yang disebabkan oleh penyakit.

6.     Antrum : suatu rongga di dalam organ tubuh, terutama pada lekukan saluran udara di dalam

hidung, yang disebut juga mixillary sinus.

7.      Difusi : peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian

berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah.

8.      Perfusi : suatu penurunan jumlah oksigen yang mengakibatkan kegagalan untuk

memelihara jaringan pada tingkat kapiler.

9.      Infark : nekrosis iskemik pada satu tempat di otak, karena perubahan sirkulasi darah, atau

kurangnya pasokan oksigen.

10.  Lumen : suatu rongga dalam organ berongga

11.  Defensif : suatu keadaan untuk mempertahankan atau melindungi.

12.  Hypovolemik : kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan cairan dengan cepat

yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh volume sirkulasi yang tidak

adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat.

13.  Atrofi : simtoma penyusutan jaringan atau organ.

14.  Infiltrasi : tidak melalui proses penyaringan

15.  Autoimun : kekebalan tubuh

16.  Peritonitis : peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada selaput rungga perut

(peritoneum).

17.  Dispepsia : kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut

bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan.

10

Page 11: Makalah gastritis (2)

18.  Endoskopi : suatu pemeriksaan kesehatan dengan menggunakan alat yang dirancang untuk

digunakan di dalam suatu rongga tubuh, beberapa alat itu berbentuk tube yang dilengkapi

dengan lampu dan lensa.

19.  Nausea : mual.

20.  Midepigastrium : abdomen bagian atas.

21.  Aklorhidria : tidak adanya asam hidroklorida di dalam lambung.

22.  Sirologis : salah satu jenis pengujian yang menguunakan serum darah sebagai sampel.

23.  Perforasi : perlubangan saluran cerna.

24.  Gastrojejunostomi : ilmu yang mempelajari tentang usus halus.

25.  Reseksi : salah satu prosedur dalam pembedahan.

26.  Obstruksi : kondisi suatu saluran yang terhambat.

MAKALAH GASTRITIS

A.    Definisi Penyakit

Gastritis adalah suatu istilah kedokteran untuk suatu keadaan inflamasi jaringan mukosa

(jaringan lunak) lambung. Gastritis atau yang lebih dikenal dengan magh berasal dari bahasa

Yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi atau peradangan.

Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang

kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung.

Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah gastritis akut erosif1.

Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan

kerusakan-kerusakan erosi. Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam

daripada mukosa muskularis.

11

Page 12: Makalah gastritis (2)

MAKALAH

MAKALAH GASTRITIS

DISUSUN OLEH : NAMA : ROSNADANI

NIM : 11.11.929 TINGKAT : II. B

AKADEMI KEPERAWATANPEMERINTAH KABUPATEN MUNA

2013

12

Page 13: Makalah gastritis (2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil ‘Alamin segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan kepada Allah SWT 

yang telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah ini, namun penulis menyadari makalah ini belum dapat dikatakan

sempurna karena mungkin masih banyak kesalahan-kesalahan. Shalawat serta salam semoga

selalu dilimpahkan kepada junjunan kita semua habibana wanabiana Muhammad SAW, kepada

keluarganya, kepada para sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku umatnya.

makalah ini penulis membahas mengenai “LABIOPALTOSKIZIS” dengan makalah ini penulis

mengharapkan agar dapat membantu sistem pembelajaran. Penulis ucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata penulis ucapkan terimakasih atas segala perhatiannya.

Raha, Juli 2013

Penyusun

13

Page 14: Makalah gastritis (2)

DAFTAR ISI

Kata pengantar......................................................................................................... i   

Daftar isi.................................................................................................................... ii            

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1

A.  Latar Belakang.................................................................................................... 1

B.   Tujuan Penulisan............................................................................................... 1

BAB II  PEMBAHASAN........................................................................................ 2

A. devinisi Labiopaltoskizis....................................................................................... 2

B. Etiologi................................................................................................................ 2

C. patofisiologi.......................................................................................................... 2

D. Klasifikasi........................................................................................................... 2

E. Gejalah dan Tanda............................................................................................... 3

F. Diagnosis..............................................................................................................  3

G. Penatalaksanaan................................................................................................... 3

H. Pemeriksaan Terapeutik....................................................................................... 4

I. Komplikasi............................................................................................................ 4

J. Implementasi......................................................................................................... 5

BAB III PENUTUP................................................................................................. 6

3.1. Kesimpulan......................................................................................................... 6

3.2. Saran.................................................................................................................  7

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 8

14