24
BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Gastritis 1. Pengertian Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung. (Kapita Selecta Kedokteran, Edisi Ketiga hal 492). Gastritis adalah segala radang mukosa lambung. ( Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah ,Edisi Kedelapan hal 1062). Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau local. (Patofisiologi, Sylvia A Price hal 422). Berdasarkan berbagai pendapat diatas, gastritis dapat juga diartikan sebagai suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. 2. Etiologi 4

BAB II makalah keluarga dengan gastritis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tinjauan teori askep keluarga dengan gastritis

Citation preview

5

BAB IITINJAUAN TEORI

A. Konsep Gastritis

1. PengertianGastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung. (Kapita Selecta Kedokteran, Edisi Ketiga hal 492).

Gastritis adalah segala radang mukosa lambung. ( Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah ,EdisiKedelapan hal 1062). Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau local. (Patofisiologi, Sylvia A Price hal 422).

Berdasarkan berbagai pendapat diatas, gastritis dapat juga diartikan sebagai suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. 2. EtiologiGastritis berdasarkan penyebabnya yaitu: menurut Suratun & Lusianah (2010:60)a. Konsumsi obat-obatan kimia (asetominofen/ aspirin), steroid kortikosteroid, digitalis. Asetaminofen dan kortikosteroid, dapat mengakibatan iritasi pada mukosa lambung, kortikosteroid, menghambat sintesis prostaglandin sehingga sekresi HCL meningkat dan menyebabkan suasana lambung menjadi sangat asam sehingga menimbulkan iritasi lambung.b. Konsumsi alkohol. Alkohol dapat menyebabkan kerusakan mukosa gaster.c. Terapi radisasi, refluk empedu, zat-zat korosif (cuka, lada) menyebabkan kerusakan mukosa gaster dan menimbulkan edema dan perdarahan.d. Kondisi yang stressful (trauma, luka bakar, kemoterapi, dan kerusakan susunan saraf pusat) merangsang peningkatan produksi HCL lambung.e. Infeksi oleh bakteri seperti helicobacter pilori, echerecia coli, salmonella dll. 3. Patofisiologia. Proses Perjalanan PenyakitPengaruh efek samping obat-obat NSAIDs atau Non-Steroidal Anti Inflamatory Drug seperti aspirin juga dapat menimbulkan gastritis.Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat - obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.Pemberian aspirin juga dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh lambung, sehingga kemampuan faktor defensif terganggu.

Alkohol berlebih, terlalu sering memakan makanan yang mengandung nitrat (bahan pengawet) atau terlalu asam (cuka), kafein seperti pada teh dan kopi serta kebiasaan merokok dapat memicu terjadinya gastritis. Karena bahan-bahan tersebut bila terlalu sering kontak dengan dinding lambung akan memicu sekresi asam lambung berlebih sehingga dapat mengikis lapisan mukosa lambung.

Kemudian stress psikologis maupun fisiologis yang lama dapat menyebabkan gastritis. Stress seperti syok, sepsis, dan trauma menyebabkan iskemia mukosa lambung. Iskemia mukosa lambung mengakibatkan peningkatan permeabilitas mukosa akibatnya terjadi difusi balik H+ ke dalam mukosa. Mukosa tidak mampu lagi menahan asam berlebih menyebabkan edema lalu rusak.

b. Manifestasi KlinisManifestasi klinis bervariasi mulai dari keluhan ringan hingga muncul perdarahan saluran cerna bagian atas bahkan, pada beberapa pasien tidak menimbulkan gejala yang khas. Manifestasi gastritis akut dan kronik hampir sama, seperti dibawah ini:1) Anoreksia2) Rasa penuh/ begah3) Nyeri pada epigastrium4) Mual dan muntah5) Sendawa6) Hematemesis

c. Komplikasi 1) Gastritis AkutKomplikasi yang dapat ditimbulkan oleh gastritis akut adalah perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan melena, dapat berakhir sebagai syock hemoragik. Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu dibedakan dengan tukak peptik. Gambaran klinis yang diperlihatkan hampir sama. Namun pada tukak peptik penyebab utamanya adalah H. pylory, sebesar 100% pada tukak duodenum dan 60-90 % pada tukak lambung. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan endoskopi.

2) Gastritis KronikKomplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin B 12, akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum pylorus. Gastritis Kronis juka dibiarkan dibiarkan tidak terawat, gastritis akan dapat menyebabkan ulkus peptik dan pendarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat meningkatkan resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus pada dinding lambung dan perubahan pada sel-sel di dinding lambung.

4. KlasifikasiGastritis menurut jenisnya terbagi menjadi 2, yaitu (David Ovedorf 2002) :a. Gastritis akutDisebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat menyebabkan mukosa menjadi gangren atau perforasi.b. Gastritis kronikInflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory (H. Pylory). Gastritis kronik dikelompokkan lagi dalam 2 tipe yaitu tipe A dan tipe B. Dikatakan gastritis kronik tipe A jika mampu menghasilkan imun sendiri. Tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mukosa. Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibodi. Anemia pernisiosa berkembang pada proses ini. Gastritis kronik tipe B lebih lazim. Tipe ini dikaitkan dengan infeksi helicobacter pylori yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.

5. PenatalaksanaanPenatalaksanaan gastritis secara umum adalah menghilangkan faktor utama yaitu etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan sering, serta Obat-obatan. Namun secara spesifik dapat dibedakan sebagai berikut :a. Gastritis Akut1) Kurangi minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala menghilang; ubah menjadi diet yang tidak mengiritasi.2) Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan IV.3) Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan dan netralkan asam dengan antasida umum, misalnya aluminium hidroksida, antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik dan sukralfat (untuk sitoprotektor).4) Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang encer atau cuka yang di encerkan.5) Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya perforasi.6) Antasida : Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan. Antasida menetralisir asam lambung dan dapat menghilangkan rasa sakit akibat asam lambung dengan cepat.7) Penghambat asam : Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa sakit tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti cimetidin, ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung yang diproduksi.b. Gastritis Kronis1) Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.2) Cytoprotective agents : Obat-obat golongan ini membantu untuk melindungi jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. Yang termasuk ke dalamnya adalah sucraflate dan misoprostol. Jika meminum obat-obat AINS secara teratur (karena suatu sebab), dokter biasanya menganjurkan untuk meminum obat-obat golongan ini. Cytoprotective agents yang lainnya adalah bismuth subsalicylate yang juga menghambat aktivitas H. Pylori.3) Penghambat pompa proton : Cara yang lebih efektif untuk mengurangi asam lambung adalah dengan cara menutup pompa asam dalam sel-sel lambung penghasil asam. Penghambat pompa proton mengurangi asam dengan cara menutup kerja dari pompa-pompa ini. Yang termasuk obat golongan ini adalah omeprazole, lansoprazole, rabeprazole dan esomeprazole. Obat-obat golongan ini juga menghambat kerja H. pylori.4) H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis; tetrasiklin atau amoxicillin) dan garam bismuth (pepto bismol) atau terapi H.Phylory.B. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga1. Konsep Keluargaa. Pengertian KeluargaKeluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama melalui ikatan perkawinan dan kedekatan emosi yang masing-masing mengidentifikasi diri sebagai bagian dari keluarga (Ekasari, 2000).Menurut Duval, 1997 (dalam Supartini, 2004) mengemukakan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial setiap anggota.

Bailon, 1978 (dalam Achjar, 2010) berpendapat bahwa keluarga sebagai dua atau lebih individu yang berhubungan karena hubungan darah, ikatan perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam peranannya dan menciptakan serta mempertahankan budaya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, hubungan darah, hidup dalam satu rumah tangga, memiliki kedekatan emosional, dan berinteraksi satu sama lain yang saling ketergantungan untuk menciptakan atau mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial setiap anggota dalam rangka mencapai tujuan bersama.

b. Tipe KeluargaTipe keluarga Menurut Allender dan Spradley (2001)a. Keluarga tradisional1) Keluarga Inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak kandung atau anak angkat2) Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, paman, dan bibi3) Keluarga dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak4) Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau kematian.5) Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dariseorang dewasa saja6) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang berusia lanjut.b. Keluarga non tradisional1) Commune family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah2) Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama dalam satu rumah3) Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama dalam satu rumah tangga

c. Struktur Keluarga1) Patrilineal, yaitu keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan ini disususn melalui jalur garis ayah2) Matrilineal, yaitu keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan ini disusun melalui jalur garis ibu.3) Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri4) Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.5) Keluarga kawinan, adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian dari keluarga karena adanya hubungan dengan suami dan istri.

d. Peran KeluargaPeran keluarga dibagi menjadi dua yaitu:a. Peran formal : peran ayah sebagai kepala keluarga, pencari nafkah, pelindung, dsb. Peran ibu sebagai pengatur rumah tangga, merawat anggota keluarga, peran anak adalah belajarb. Peran informal: peran ini bersifat implicit artinya tidak tampak secara jelas dimainkan dalam rangka memenuhi kebutuhan esional atau menjaga keseimbangan keluarga.

e. Fungsi KeluargaKeluarga terdiri dari beberapa fungsi yaitu:a. Fungsi afektifBerhubungan dengan fungsi internal keluarga, basis kekuatan keluarga, reinforcement, sumber kasih saying, kebutuhan psikososial, interaksi hubungan dan ikatan yang terjalin dalam keluarga.b. Fungsi SosialisasiAdalah proses perkembangan dan perubahan yang dialami individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar dalam berperan dalam lingkungan sosial.c. Fungsi reproduksiKeluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan sumber daya manusia, dan adanya program KB maka fungsi ini sedikit terkontrol.d. Fungsi ekonomiMerupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga. Seperti kebutuhan akan makanan dan tempat berlindung.e. Fungsi perawatan keluargaKeluarga berfungsi melaksanakan praktek asuhan keperawatan untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan merawat anggota keluarga yang sakit.

f. Tahap dan tugas perkembangan KeluargaTahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Duval 1985 dan Friedman 1998, ada 8 tahap tumbuh kembang keluarga, yaitu :a. Tahap I: Keluarga PemulaKeluarga pemula merujuk pada pasangan menikah/tahap pernikahan. Tugas perkembangan keluarga saat ini adalah membangun perkawinan yang saling memuaskan, menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis, merencanakan keluarga berencana.b. Tahap II: Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur 30 bulan)Tugas perkembangan keluarga pada tahap II, yaitu membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua kakek dan nenek dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan.c. Tahap III: Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur 2-6 tahun)Tugas perkembangan keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur keluarga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak.d. Tahap IV: Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun)Tugas perkembangan keluarga tahap IV, yaitu mensosialisasikan anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga, membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas sekolah.e. Tahap V: Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun)Tugas perkembangan keluarga pada tahap V, yaitu menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak, memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.f. Tahap VI: Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah)Tahap ini adalah tahap keluarga melepas anak dewasa muda dengan tugas perkembangan keluarga antara lain : memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapat dari hasil pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk memperbaharui dan menyelesaikan kembali hubungan perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami dan istri.g. Tahap VII: Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau pensiunanTahap keluarga pertengahan dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini juga dimulai ketika orang tua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat pasangan pensiun. Tugas perkembangannya adalah menyediakan lingkungan yang sehat, mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arah dengan lansia dan anak-anak, memperoleh hubungna perkawinan yang kokoh.h. Tahap VIII: Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansiaDimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun terutama berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lain meninggal. Tugas perkembangan keluarga adalah mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan dan mempertahankan ikatan keluarga antara generasi.

2. Konsep Asuhan Keperawatan Keluargaa. PengkajianPengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan klien (keluarga) dengan menangani norma-norma kesehatan keluarga maupun sosial, yang merupakan system terintegrasi dan kesanggupan keluarga untuk mengatasinya. (Effendy, 1998)

Pengumpulan data dalam pengkajian dilakukan dengan wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi. Pengkajian asuhan keperawatan keluarga menurut teori Family Centre Nursing Friedman (1988), meliputi 7 komponen pengkajian yaitu :a. Data Umum1) Identitas kepala keluarga2) Komposisi anggota keluarga3) Genogram4) Tipe keluarga5) Suku bangsa6) Agama7) Status sosial ekonomi keluarga

b. Aktifitas rekreasi keluarga1) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga2) Tahap perkembangan keluarga saat ini3) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi4) Riwayat keluarga inti5) Riwayat keluarga sebelumnya

c. Lingkungan 1) Karakteristik rumah2) Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal3) Mobilitas geografis keluarga4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat5) System pendukung keluarga

d. Struktur keluarga1) Pola komunikasi keluarga2) Struktur kekuatan keluarga3) Struktur peran (formal dan informal)4) Nilai dan norma keluarga

e. Fungsi keluarga1) Fungsi afektif2) Fungsi sosialisasi3) Fungsi perawatan kesehatan

f. Stress dan koping keluarga1) Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek serta kekuatan keluarga2) Respon keluarga terhadap stress 3) Strategi koping yang digunakan4) Strategi adaptasi yang disfungsional

g. Pemeriksaan fisik1) Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan2) Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga3) Aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala, mata, mulut, THT, leher, thoraks, abdomen, ekstremitas atas dan bawah, system genetalia4) Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik

h. Harapan keluarga1) Terhadap masalah kesehatan keluarga2) Terhadap petugas kesehatan yang ada

i. Pengkajian lanjutan (tahap kedua)Pengkajian lanjutan adalah tahap pengkajian untuk memperoleh data y6ang lebih lengkap sesuai masalah kesehatan keluarga yang berorientasi pada pengkajian awal. Disini perawat perlu mengungkapkan keadaan keluarga hingga penyebab dari masalah kesehatan yang penting dan paling dasar.

b. Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan menggambarkan respons manuasia. Dimana keadaan sehat atau perubahan pola interaksi potensial/actual dari individu atau kelompok dimana perawat dapat menyusun intervensi-intervensi definitive untuk mempertahankan status kesehatan atau untuk mencegah perubahan (Carpenito, 2000).. Dalam penyusunan masalah kesehatan dalam perawatan keluarga mengacu pada tipologi diagnosis keperawatan keluarga yang dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu:1) Diagnosa sehat/Wellness/potensialYaitu keadaan sejahtera dari keluarga ketika telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat digunakan. 2) Diagnosa ancaman/risikoYaitu masalah keperawatan yang belum terjadi. Diagnosa ini dapat menjadi masalah actual bila tidak segera ditanggulangi. 3) Diagnosa nyata/actual/gangguanYaitu masalah keperawatan yang sedang dijalani oleh keluarga dan memerlukn bantuan dengan cepat.

Perumusan problem (P) merupakan respons terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan dasar. Sedangkan etiologi mengacu pada 5 tugas keluarga.

c. Rencana KeperawatanPenyusunan rencana perawatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu pemenuhan skala prioritas dan rencana perawatan (Suprajitmo, 2004).

a. Skala prioritasPrioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang mempunyai skor tinggi dan disusun berurutan sampai yang mempunyai skor terendah. Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga harus didasarkan beberapa criteria sebagai berikut :1) Sifat masalah (actual, risiko, potensial)2) Kemungkinan masalah dapat diubah3) Potensi masalah untuk dicegah4) Menonjolnya masalah

Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosa keperawatan telah dari satu proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan Maglay (1978) dalam Effendy (1998).KriteriaBobotSkor

Sifat masalah1Aktual = 3Risiko = 2Potensial = 1

Kemungkinan masalah untuk dipecahkan2Mudah = 2Sebagian = 1Tidak dapat = 0

Potensi masalah untuk dicegah1Tinggi = 3Cukup = 2Rendah = 1

Menonjolnya masalah1Segera diatasi = 2Tidak segera diatasi = 1Tidak dirasakan adanya masalah = 0

Proses scoring dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan :1) Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikaitkan dengan bobot3) Jumlahkan skor untuk semua criteria4) Skor tertinggi berarti prioritas (skor tertinggi 5)

Rencana Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan tujuan keperawatan. Tujuan dirumuskan untuk mengetahui atau mengatasi serta meminimalkan stressor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan. Pencegahan primer untuk memperkuat garis pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat garis pertahanan sekunder, dan pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan tersier (Anderson & Fallune, 2000).

Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang mengacu pada bagaimana mengatasi problem/masalah (P) di keluarga. Sedangkan penetapan tujuan jangka pendek mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi yang berorientasi pada lima tugas keluarga.

Adapun bentuk tindakan yang akan dilakukan dalam intervensi nantinya adalah sebagai berikut :1) Menggali tingkat pengetahuan atau pemahaman keluarga mengenai masalah2) Mendiskusikan dengan keluarga mengenai hal-hal yang belum diketahui dan meluruskan mengenai intervensi/interpretasi yang salah.3) Memberikan penyuluhan atau menjelaskan dengan keluarga tentang faktor-faktor penyebab, tanda dan gejala, cara menangani, cara perawatan, cara mendapatkan pelayanan kesehatan dan pentingnya pengobatan secara teratur.4) Memotivasi keluarga untuk melakukan hal-hal positif untuk kesehatan.5) Memberikan pujian dan penguatan kepada keluarga atas apa yang telah diketahui dan apa yang telah dilaksanakan.d. PelaksanaanPelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah disusun. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga yaitu :1) Sumber daya keluarga2) Tingkat pendidikan keluarga3) Adat istiadat yang berlaku4) Respon dan penerimaan keluarga5) Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.

e. Evaluasi KeperawatanEvaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi dengan criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Kerangka kerja valuasi sudah terkandung dalam rencana perawatan jika secara jelas telah digambarkan tujuan perilaku yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi sebagai criteria evaluasi bagi tingkat aktivitas yang telah dicapai (Friedman,1998)Evaluasi disusun mnggunakan SOAP dimana :S : ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektifoleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.O : keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan yang obyektif.A : merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif dan obyektif.P : perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis (Suprajitno,2004)

4