23
PRESENTASI KASUS Tinea Pedis Disusun oleh : Aditiya Maulana Ginting FK YARSI - 110.2010.007 Moderator : dr. Widyo Atmoko, Sp.KK Dipresentasikan tanggal : 6 Oktober 2014 KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN KULIT KELAMIN

LAPSUS kULIT KELAMIN Tinea Pedis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PRESUS KOAS KULIT KELAMIN RSPAD GS

Citation preview

PRESENTASI KASUSTinea Pedis

Disusun oleh :Aditiya Maulana GintingFK YARSI - 110.2010.007

Moderator :dr. Widyo Atmoko, Sp.KK

Dipresentasikan tanggal :6 Oktober 2014

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN KULIT KELAMINRUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTOPERIODE 15 September 18 Oktober 2014BAB ISTATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIENNama: Tn. SUmur: 36 tahunJenis kelamin: Laki-lakiAlamat: Asrama Kopassus, CijantungPekerjaan: Anggota TNISuku bangsa: JawaAgama: IslamStatus: Menikah

II. ANAMNESISAutoanamnesis tanggal 3 Oktober 2014.Keluhan utama: Bercak bercak kemerahan dan bersisik yang disertai gatal di jari pertama dan kedua kaki kanan.Keluhan tambahan: Bercak putih bersisik di jari kedua kaki kiri.Riwayat perjalanan penyakit :2 bulan sebelum datang ke Rumah Sakit (SMRS) pasien mengeluhkan timbul bercak-bercak putih kira-kira sebesar uang koin pada jari pertama dan kedua kaki kanan. Bercak putih ini terasa sedikit gatal dan menyangkal adanya rasa baal. 1 minggu kemudian, pada daerah permukaan bercak-bercak tersebut mulai tampak bersisik halus berwarna putih. Bercak putih ini menjadi agak semakin tebal dan meluas setelah beberapa hari dan terasa semakin gatal terutama bila basah karena keringat. Pasien mengaku sering menggaruk bercak tersebut karena gatal. Pasien mengaku setelah beberapa hari terdapat perubahan pada kakinya, yang awalnya bercak putih bersisik menjadi kemerahan bersisik yang semakin meluas.

2 minggu yang lalu pasien berobat ke Poliklinik Kulit & Kelamin RSPAD GS dan pasien mendapatkan pengobatan Cetirizine HCl 1x10 mg, Eritromisin 3x500 mg, Gentamycin Sulfat 0,1% cream pagi dan sore (p-s), kompres NaCl 0,9% (p-s). Pasien mengatakan juga diberikan Hydrocortisone acetat 1% cream dioleskan 3x1 selama 2 minggu, tetapi lukanya semakin luas dan kemerahan. Pasien mengaku tidak ada perbaikan setelah pengobatan tetapi gatal sudah sedikit berkurang. Pasien sekarang sudah meninggalkan kebiasaan menggaruk dengan kompres memakai kasa apabila gatal.1 minggu SMRS, pasien mengaku timbul bercak putih bersisik dan sedikit gatal pada jari kedua kaki kirinya yang sama dengan lesi awal pada kaki kanannya.Pasien belum pernah menderita keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien juga memiliki kebiasaan sehari-hari memakai sepatu dinas tentara lengkap dan melepasnya ketika hendak berwudhu. Gatal setelah pemakaian sendal jepit disangkal.

Riwayat Penyakit DahuluRiwayat dahulu tidak ada.Riwayat Penyakit KeluargaRiwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal.

III. PEMERIKSAAN FISIKStatus GeneralisKeadaan umum : BaikKesadaran : Kompos mentisBerat Badan/Tinggi Badan : 75 Kg/170 cmStatus Gizi : BaikTanda-tanda vitalTekanan darah : 120/90 mmHgNadi : 64x/menitPernapasan : 20x/menitSuhu : 36,5CKepala: NormocephaliMata: Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-THT: Faring hiperemis -/-, tonsil T1-T1Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid maupun kelenjar getah beningJantung: Suara jantung S1-S2 reguler, murmur -/-, gallop -/-Paru: Suara nafas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-Abdomen: Cembung, dinding perut supel, bising usus (+) normal, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepatosplenomegali (-)Ekstremitas: Akral hangat, edema tungkai (-), capillary refill < 2 detik

Status Dermatologikusa. Lokasi: Regio digitalis I dan II pedis dextraEfloresensi: Terdapat plak-plak berwarna eritematosa, berbentuk polisiklik, berukuran numular-plakat, berbatas tegas dengan pinggir lebih aktif. Pada permukaan lesi terdapat skuama tipis, kasar dan berwarna putih di sekitarnya.Terdapat likhenifikasi pada hampir sebagian lesi.

b. Lokasi: Regio digitalis II pedis sinistraEfloresensi: Terdapat plak berwarna putih berbentuk tidak teratur, berukuran numular-plakat, berbatas tegas. Pada seluruh permukaan lesi terdapat skuama kasar, berwarna putih.

Foto klinis:

Gambar 1. Regio Dorsal Pedis Dextra (Zoom Out)

Gambar 2. Regio Digiti I & II Dorsal Pedis Dextra (Zoom In)

Gambar 3. Regio Inter digitalis 1 & II Dorsal Pedis Dextra

Gambar 4. Regio Dorsal Pedis Sinistra (Zoom Out)

Gambar 5. Regio Digiti II Dorsal Pedis Sinistra (Zoom In)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan KOH 10% diambil dari kerokan kulit di digiti I pedis dextraHasil pemeriksaan: positif ( Hifa berfilamen panjang, bersekat, bercabang, dinding berlapis dan terdapat Arthrospora )Foto mikroskopis:

Gambar 6.

V. RESUMEPasien Tn. S, 36 tahun datang dengan keluhan terdapat bercak bercak kemerahan yang bersisik dan meluas disertai gatal pada jari pertama dan jari kedua kaki kanan. Gatal terutama bila terkena keringat. Pasien juga memiliki bercak putih yang bersisik pada jari kedua kaki kiri. Pasien memiliki kebiasaan memakai sepatu tertutup dalam waktu yang lama.

Pada pemeriksaan status dermatologikus :A. Lokasi: Regio digitalis I dan II pedis dextraEfloresensi :Terdapat plak-plak berwarna eritematosa, berbentuk polisiklik, berukuran numular-plakat, berbatas tegas dengan pinggir lebih aktif. Pada permukaan lesi terdapat skuama tipis, kasar dan berwarna putih di sekitarnya.Terdapat likhenifikasi pada sebagian lesi.B. Lokasi: Regio digitalis II pedis sinistra.Efloresensi :Terdapat plak berwarna putih berbentuk tidak teratur, berukuran numular-plakat, berbatas tegas. Pada seluruh permukaan lesi terdapat skuama kasar, berwarna putih.

VI. DIAGNOSIS KERJATinea pedis dextra et sinistra.

VII. DIAGNOSIS BANDINGTidak ada

VIII. RENCANA/ANJURAN PEMERIKSAANTidak ada

IX. PENATALAKSANAANNon Medikamentosa Setiap pencucian kaki diikuti dengan pengeringan yang baik . Menganjurkan pada pasien untuk menghindari pemakaian sepatu yang tertutup terlalu lama dan memakai kaos kaki yang menyerap keringat dan sering mengganti kaos kaki.Medikamentosa SistemikTablet Ketokonazol 200mg, 1x1, selama 2 minggu.Tablet Chlorpheniramine maleate 4 mg, 1x1 Tab, bila gatal TopikalCream Mikonazol nitrat 2%, dioleskan pagi hari, selama 4 minggu

X. PROGNOSISQuo ad vitam: bonamQuo ad functionam: bonamQuo ad sanationam: bonam

BAB IITINJAUAN PUSTAKATINEA PEDIS

A. Pendahuluan Tinea pedis atau sering disebut athelete foot adalah dermatofitosis pada kaki, terutama pada sela-sela jari dan telapak kaki. Tinea pedis adalah dermatofitosis yang biasa terjadi. Prevalensi dari tinea pedis sekitar 10%, terutama disebabkan oleh penggunaan alas kaki modern tertutup, meskipun perjalanan jauh juga merupakan faktor predisposisi. Kejadiaan tinea pedis lebih tinggi diantara komuniti yang menggunakan tempat-tempat umum seperti kamar mandi, shower atau kolam renang. Kejadian infeksi ini sering terjadi pada iklim hangat lembab dimana dapat meningkatkan pertumbuhan jamur. [1,2,3,4]B. Etiologi dan patogenesisTinea pedis disebabkan oleh Trichophyton rubrum (umumnya), Trichophyton mentagrophytes, Epidermophyton floccosum. Telah diketahui bahwa 9% dari kasus tinea pedis diakibatkan oleh agen infeksi selain dermatofit. Individu dengan imun yang rendah mudah terkena infeksi, HIV/AIDS, transplantasi organ, kemoterapi,dan steroid diakui dapat menurunkan resistensi pasien terhadap infeksi dermatofitosis. Faktor seperti umur, obesitas dan diabetes melitus juga mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan pasien secara keseluruhan dan dapat menurunkan imunitas dan meningkatkan terjadinya tinea pedis. Dengan menggunakan enzim keratinase, jamur ini menginvasi keratin superfisialis dari kulit dan infeksi akan terbatas pada lapisan kulit ini. Dinding dermatofit memiliki mannans, yang akan menghambat respon imun tubuh. Trichophyton rubrum umumnya memiliki mannans yang akan menghambat proliferasi keratinosit, mengakibatkan berkurangnya kecepatan pergantian kulit dan berujung pada infeksi kronis. Suhu dan faktor serum seperti beta globulin dan ferritin nampaknya memiliki efek menghambat dermatofit ; akan tetapi patofisiologinya tidak begitu dimengerti. Sebum juga berperan sebagai penghambat, sehingga menjelaskan kenapa infeksi dermatofit sering pada daerah kaki yang tidak memiliki kelenjar sebum. [2,3,5]C. Gejala klinisAda 4 jenis tinea pedis interdigitalis, moccasin, tipe akut ulserasi dan tipe vesikobulosa semua dengan karakteristik kulit masing-masing.1. Interdigitalis [1,6] Diantara jari 4 dan 5 terlihat fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis. Dapat meluas ke bawah jari (subdigital) dan ke sela jari yang lain. Sering terlihat maserasi. Aspek klinis berupa kulit putih dan rapuh. Dapat disertai infeksi sekunder oleh bakteri sehingga terjadi selulitis, limfangitis, limfadenitis, dan dapat pula terjadi erisipelas.

Gambar 1.Tinea pedis interdigitalis. Maserasi dan terdapat opak putih dan beberapa erosi [2]

Gambar 2. Tinea pedis pada bagian bawah jari kaki [3]2. Moccasin foot [1,6] Pada seluruh kaki, dari telapak kaki, tepi sampai punggung kaki, terlihat kulit menebal dan bersisikhalus dan seperti bedak Eritema biasanya ringan dan terlihat pada bagian tepi lesi Tepi lesi dapat dilihat papul dan kadang-kadang vesikelGambar 3. Tinea pedis.Terdapat distribusi tipe moccasin. Bentuk arciform dari sisik yang merupakan karakteristik [2]3. Vesikobulosa [2,5] Diakibatkan karena T.mentagrophytes Diameter vesikel lebih besar dari 3mm Jarang pada anak-anak, tapi etiologi yang sering terjadi pada anak-anak adalah T.rubrum Vesikel pustul atau bula pada kulit tipis ditelapak kaki dan area periplantar

Gambar 4. Tinea pedis tipe bulosa. Vesikel pecah, bula, eritema, dan erosi pada bagian belakang dari ibu jari kaki [2]4. Tipe akut ulserasi [2,5] Mempengaruhi telapak kaki dan terkait dengan maserasi dan kerusakan kulit Ko infeksi bakterial biasanya dari garam negatif kombinasi dengan T.mentagrophytes menghasilkan vesikel pustul dan ulkus bernanah yang besar pada permukaan plantar

D. Diagnosis Diagnosis dari tinea pedis biasanya dilakukan berdasarkan klinis dan pemeriksaan dari daerah yang terinfeksi. Diagnosis yang digunakan biasanya dengan cara kulit dikerok untuk preparat KOH, biopsi kulit, atau kultur dari daerah yang terinfeksi. [6]1. KOHHasil preparat KOH biasanya positif di beberapa kasus dengan maserasi pada kulit. Pada pemeriksaan mikroskop KOH dapat ditemukan hifa bersepta atau bercabang, arthrospora, atau dalam beberapa kasus, sel budding memperlihatkan bukti infeksi jamur. [5]

Gambar 5. Hifa sejati pada tinea pedis [2]2. KulturKultur dari tinea pedis yang dicurigai dilakukan SDA (sabourauds dextrose agar), pH asam media ini menghambat banyak spesies bakteri dan dapat dibuat lebih selektif dengan penambahan suplemen kloramfenikol. Dermatophyte test medium (DTM) digunakan untuk isolasi selektif dan mengenali jamur dermatofitosis adalah pilihan lain diagnostik yang bergantung pada indikasi perubahan warna dari oranye ke merah untuk menandakan kehadiran dermatofit. [5]3. Tes PASPAS (Periodic Acid-Schiff) menunjukkan dinding polisakarida dari organisme jamur yang terkait dengan kondisi ini dan merupakan salah satu teknik yang paling banyak digunakan untuk mendeteksi karbohidrat protein terikat (glikoprotein). Tidak seperti kultur pada SDA atau DTM, hasil PAS dapat selesai sekitar 15 menit. PAS juga telah menjadi tes diagnostik yang paling dapat diandalkan untuk tinea pedis, dengan keberhasilan 98,8% dengan biaya paling efektif. [5]E. Diagnosis bandingDiagnosis banding klinis dari erupsi kutaneus kaki seperti kontak dermatitis, psoriasis, dihydrosis, eczema, dermatitis atopik, keratoderma, liken planus dan beberapa infeki bakteri seperti C.minutissimum, streptococcal cellulitis dan lain-lain yang umumnya susah dibedakan dengan tinea pedis. [3, 5]Diagnosis banding dari tinea pedis dapat di bedakan menjadi1. InterdigitalisDiagnosis banding berupa psoriasis, soft corns, koinfeksi bakteri, kandidiasis, eritrasma [2]

Gambar 6. Kandidiasis interdigitalis, disertai maserasi dan erosi eritematosa interdigital.[2]2. Tipe Moccasin Diagnosis banding berupa psoriasis, keratoderma congenital atau yang didapat pada telapak tangan dan kaki, dyshidrosis [2]

3. VesikobulosaDiagnosis banding berupa pustular psoriasis, palmoplantar pustulosis, pioderma bakteri [2]

F. Penatalaksanaan1. Topikal Menggunakan topikal agen seperti bedak, krim atau spray. Krim dan spray lebih berguna daripada bedak. Topikal antifungal seperti Clotrinazole, miconazole, sulconazole, oxiconazole, ciclopirox, econazole, ketoconazole, naftifine, terbinafine, flutnmazol, bifonazole, dan butenafine tetapi clotrhnazole, miconazole membutuhkan waktu 4 minggu dibandingkan jika menggunakan terbinafine yang membutuhkan waktu 1-2 minggu. Kalau terjadi maserasi diantara jari, pisahkan jari dengan busa atau gunakan kapas pada malam hari. Aluminium kloride 10% atau aluminium asetat juga dapat berguna. Topikal yang berguna untuk organisme gram-negatif adalah salep antibiotik seperti gentamicin untuk lesi interdigitalis. Keratolitik agen mengandung asam salisilat, resorcinol, asam laktat dan urea berguna di beberapa kasus walaupun dapat mengakibatkan maserasi. [4,6]2. Sistemik [4] Griseofulvin 500-1000 mg/hari. Buat anak-anak 10- 20 mg/kg/hari. Terbinafine 250 mg/hari untuk 1-2 minggu Itraconazole 200 mg 2 kali sehari untuk 1 minggu. Untuk kasus ringan diberikan 100 mg 2 kali sehari Fluconazole 150 mg/minggu untuk 4 minggu

G. PencegahanMemberikan penjelasan kepada pasien mengenai pentingnya kebersihan pada kaki, menjaga kaki tetap kering , membersikan kuku kaki, menggunakan sepatu yang sesuai dan kaos kaki kering dan bersih, serta menggunakan sandal atau flip-flop pada tempat mandi umum atau kolam renang dapat mencegah terjadinya tinea pedis. Diagnosis yang tepat serta pengobatan terhadap pasien yang menderita diabetes mellitus, HIV, trasplantasi organ penting untuk pencegahan infeksi tinea pedis .[5,6]

DAFTAR PUSTAKA

1. Berth-Jones J. (2010). Mycology. Dalam Rooks Textbook of Dermatology, Edisi 8 (pp. 36.30-36.32). Cambridge: Wiley-Balckwell.2. Budimulja U. (2007). Mikosis. Dalam D. A, Ilmu penyakit kulit dan kelamin, Edisi 5 (p. 93). Jakarta: FK UI.3. Chamlin L Sarah, Lawley P Leslie. (2008). Tinea Pedis. Dalam Fitzpatricks Dermatology in General Medicine, 7th edition (pp. 709-712). New York: McGraw-Hill Medicine.4. Claire J. Carlo, MD, Patricia MacWilliams Bowe, RN, MS. (n.d.). Tinea Pedis (athelete foot). Diakses pada tanggal Desember 8, 2012, dari BHCHP: http://www.bhchp.org/BHCHP%20Manual/pdf_files/Part1_PDF/TineaPedis.pdf5. (2008). Diseases resulting from fungi and yeast. Dalam B. G. James D William, Andrews disease of the skin, Edisi 10 (pp. 303-303). Canada: Saunders Elsevier.6. Kumar V, Tilak R, Prakash P,Nigam C, Gupta R. (2011). Tinea Pedis. Asian journal of medical science , 134-135.

Aditiya Maulana GPage 10PRESUS TINEA PEDIS