Laporan kasus Stroke Perdarahan Intraserebral

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/21/2019 Laporan kasus Stroke Perdarahan Intraserebral

    1/34

    LAPORAN KASUS

    Neurologi

    Disusun Oleh : Chicilia Windia Tanu Wijaya

    Pembimbing : dr. Zaki, Sp. S

    STASE NEUROLOGI

    RSUD BANJAR- JAWA BARAT

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

    2014

  • 7/21/2019 Laporan kasus Stroke Perdarahan Intraserebral

    2/34

    2

    BAB I

    DATA KASUS

    Identitas Pasien

    Nama : Tn. B

    Usia : 46 tahun

    Agama : Islam

    No. RM : 283308

    Tgl masuk : 10 Desember 2014

    Pekerjaan : Wiraswasta (pedagang)

    Anamnesa (Alloanamnesis, 11 Desember 2014, 10.30 WIB)

    Keluhan Utama : penurunan kesadaran

    Perjalanan penyakit : saat bangun tidur pasien dilaporkan mengalami penurunan kesadaran

    mendadak disertai muntah-muntah, muntah agak menyemprot.

    Sebelumnya tidak ada nyeri kepala, kejang (-). Os merasakan kaki dantangan sebelah kanan sulit digerakkan, kesemutan (-), baal (-). Bicara

    rero (+), pusing berputar (-), baal sekitar mulut (-), gelap mendadak (-).

    Badan terasa pegal (-), sakit sendi (-). BAB dan BAK tidak ada

    keluhan. Os merasakan sakit seperti ini pertama kali.

    1 hari sebelumnya os sudah berobat di RS Swasta di Jakarta (9/12/14)

    dan sudah di infus dgn Cairan Assering & mendapatkan obat Rantin

    (1amp) dan Citicolin (125mg), sudah di cek darah lengkap. Kemudian

    atas permintaan pasien, pasien ingin di rujuk ke RSUD Banjar.

    RPD : riwayat menderita hipertensi diakui keluarga pasien sejak 5 tahun.

    Pasien tidak rutin berobat dan jarang mengontrol sakit HT ini. Penyakit

    jantung, ginjal, diabetes disangkal oleh keluarga pasien.

    RPK : keluarga pasien menyangkal bahwa terdapat riwayat penyakit

    keluarga seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, ginjal

    ataupun keganasan.

    R Pengobatan : Os sedang tidak mengkonsumsi obat-obatan HT.

  • 7/21/2019 Laporan kasus Stroke Perdarahan Intraserebral

    3/34

    3

    R Psikososial : os merokok sejak SMA, 1 bungkus per hari. Makan teratur 3 x sehari.

    Sering makan goreng-gorengan dan makanan berlemak. Jarang

    berolahraga

    Pemeriksaan Fisik (11 Desember 2014, 10.30 WIB)

    Keadaan umum : Tampak sakit sedang

    Kesadaran : Compos Mentis tidak adekuat

    Tanda-tanda vital :

    nadi : 102 x/menit

    RR : 22 x/menit

    Suhu : 37,2 C

    TD : 190/100 mmHg

    Status Generalis

    Kepala : Normochepal

    Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

    Hidung : Normonasi, sekret (-/-), epistaksis (-/-).

    Telinga : Normotia, serumen (-/-), sekret (-/-), darah (-/-).

    Mulut : bibir kering (-), bibir simetris, sianosis (-)

    Leher : Pembesaran KGB (-), tiroid (-).

    Thoraks

    Paru

    Inspeksi : simetris, retraksi dinding dada (-/-)

    Palpasi : vocal fremitus kedua paru sama

    Perkusi : sonor pada kedua lapang paru

    Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

    Jantung

    Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat

    Palpasi : iktus kordis teraba pada ICS 5 midclavikula sinistra

    Perkusi : Batas kanan jantung ICS 4, linea parasternalis dextra

  • 7/21/2019 Laporan kasus Stroke Perdarahan Intraserebral

    4/34

    4

    Batas kiri jantung ICS 4, linea midclavikularis sinistra

    Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

    Abdomen

    Inspeksi : bentuk datar

    Auskultasi : BU (+) normal pada 4 kuadran

    Perkusi : timpani pada seluruh abdomen, asites (-)

    Palpasi : supel, nyeri tekan (-), nyeri epigastrium (-), hepar, lien tidak

    teraba.

    ExtremitasEkstremitas

    Atas : akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)

    Bawah : akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)

    STATUS NEUROLOGIS

    Kesadaran : Compos Mentis tidak adekuat

    - Kaku Kuduk : (-)

    - Lasegue sign : (-)

    - Kernig sign : (-)

    - Brudzinski I : Negatif

    - Brudzinski II : Negatif

    - Patrick : (-)

    - Kontrapatrick: (-)

  • 7/21/2019 Laporan kasus Stroke Perdarahan Intraserebral

    5/34

    5

    N. cranialis Dextra Sinistra

    N.I

    (Olfaktorius)

    Daya pembau

    Tidak dilakukan Tidak dilakukan

    N.II (Optikus)

    Visus

    Lapang Pandang

    Funduskopi

    Tidak dilakukan

    Normal

    Tidak dilakukan

    Tidak dilakukan

    Normal

    Tidak dilakukan

    N.III (Okulomotorius)

    Ptosis

    Ukuran Pupil

    Bentuk Pupil

    Gerakan Bola

    Mata

    - Atas

    - Bawah

    - Medial

    Refleks Cahaya

    - Direk

    - Indirek

    -

    3 mm

    Bulat (isokor)

    Normal

    Normal

    Normal

    +

    +

    -

    3 mm

    Bulat (isokor)

    Normal

    Normal

    Normal

    +

    +

    N. Cranialis Dextra Sinistra

    N.IV (Trokhlearis)

    Gerakan Mata Ke

    Medial Bawah

    Normal Normal

  • 7/21/2019 Laporan kasus Stroke Perdarahan Intraserebral

    6/34

    6

    N.V (Trigeminus)

    Menggigit

    Membuka Mata

    Sensibilitas

    Refleks Kornea

    +

    Baik

    Baik

    Tidak Dilakukan

    +

    Baik

    Baik

    Tidak Dilakukan

    N.VI (Abdusens)

    Gerakan Mata Ke

    Lateral

    Normal Normal

    N. cranialis Dextra Sinistra

    N.VII (Fasialis)

    Kerutan Kulit Dahi

    Lipatan Nasolabialis

    Menutup Mata

    Mengangkat Alis

    Menyeringai

    Daya Kecap Lidah 2/3

    Depan

    Normal Normal

    Normal lebih rendah

    Normal Normal

    Normal Normal

    Normal tertinggal

    Tidak Dilakukan

    N.VIII

    (Vestibulokokhlearis)

    Tes Bisik

    Tes Rinne

    Tes Weber

    Tes Schwabach

    Tidak dilakukan

    Tidak dilakukan

    Tidak dilakukan

    Tidak dilakukan

  • 7/21/2019 Laporan kasus Stroke Perdarahan Intraserebral

    7/34

    7

    Dextra Sinistra

    N.IX

    (Glosofaringeus)

    & X (Vagus)

    Daya Kecap Lidah

    1/3 Belakang

    Uvula Secara

    Pasif

    Refleks Muntah

    Menelan

    Tidak dilakukan

    Normal Normal

    Tidak dilakukan

    Tersedak

    N.XI

    (Aksesorius)

    Memalingkan

    Kepala

    Mengangkat Bahu

    Normal

    Normal

    Normal

    Normal

    N.XII

    (Hipoglosus)

    Deviasi Lidah

    Atrofi Otot Lidah

    Fasikulasi Lidah

    -

    -

    -

    Deviasi

    -

    -

  • 7/21/2019 Laporan kasus Stroke Perdarahan Intraserebral

    8/34

    8

    MOTORIK

    Kekuatan Otot :

    D S

    1 5

    1 5

    SENSORIK

    Nyeri : Ektremitas Atas : dextra : Normal ; sinistra : Normal

    Ekstremitas Bawah : dextra : Normal ; sinistra : Normal

    Raba : Ektremitas Atas : dextra : Normal ; sinistra : Normal

    Ekstremitas Bawah : dextra : Normal ; sinistra : Normal

    Suhu : Ektremitas Atas : Tidak dilakukan

    Ekstremitas Bawah : Tidak dilakukan

    FUNGSI VEGETATIF

    Miksi : baik

    Defekasi : baik

    FUNGSI LUHUR

    Afasia motorik

  • 7/21/2019 Laporan kasus Stroke Perdarahan Intraserebral

    9/34

    9

    REFLEK FISIOLOGI

    Reflek bisep : (/+)

    Reflek trisep : (/+)

    Reflek patella : (/+)

    Refleks tendo Achiles : (/+)

    REFLEK PATOLOGIS

    Babinski : (-/-)

    Chaddock : (-/-)

    Oppenheim : (-/-)

    PEMERIKSAAN PENUNJANG :

    Laboratorium (9 desember 2014)

    Hematologi

    Hemoglobin : 13,6 g/dl

    Hematokrit : 40 %

    Leukosit : 7,69 x 10^3 /uL

    Eritrosit : 4,5 juta/uL

    Trombosit : 106 ribu/uL

    Kimia Klinik

    Ureum darah : 14 mg/dL

    Kreatinin darah :1,07 mg/dL

    GDS : 287 mg/dL

    Gas Darah dan Elektrolit

    pH : 7,4

    pCO2 : 37 mmHg

    pO2 : 98 mmHg

  • 7/21/2019 Laporan kasus Stroke Perdarahan Intraserebral

    10/34

    10

    Hct : 36

    Saturasi O2 : 98%

    Laboratorium (10 desember 2014)

    Hematologi Analizer

    Hemoglobin : 14,5 g/dL

    Trombosit : 134 ribu/mm3

    Hematokrit : 37,9 %

    Leukosit : 8,3 ribu/mm3

    Eritrosit : 5.09 juta/uL

    Kimia Klinik

    Kolesterol LDL : 98 mg/dL

    SGOT : 35 U/I

    SGPT : 32 U/I

    Kreatinin : 0,55 mg/dL

    Ureum : 19,7 mg/dL

    Kolesterol : 161 mg/dL

    Asam urat : 3,3 mg/dL

    Kolesterol HDL : 43 mg/dL

    Trigliserida : 96 mg/dL

    GDS : 185 mg/dL

    Foto CT-Scan :

    Gambaran lesi hiperdens didaerah pons sinistra

  • 7/21/2019 Laporan kasus Stroke Perdarahan Intraserebral

    11/34

    11

    RESUME :

    Os laki-laki usia 46 tahun datang dengan keluhan penurunan kesadaran. Penurunan

    kesadaran mendadak setelah bangun tidur pagi hari disertai muntah-muntah agak

    menyemprot. 1 hari yang lalu os berobat di RS jakarta. Kejadian ini dialami pertama

    kali, os merasakan kaki dan tangan sebelah kanan sulit digerakkan, bicara rero (+).

    Pemeriksaan neurologis didapatkan parase N. VII dan N. XII sinistra. Refleks

    fisiologis menurun pada extremitas dextra. Nilai kekuatan motorik 1 pada seluruh

    ekstremitas dextra.

    SS : 1,5

    SGM :3

    Diagnosa :

    Stroke perdarahan intraserebral sistem carotis sinistra dengan faktor risiko hipertensi,

    lesi di pons hemisfer sinistra

    Penatalaksanaan :

    Posisikan kepala 30, posisi kepala dan dada satu bidang

    O2 nasal 2L/menit

    NGT

    Katater intermitten

    Inf/ assering

    Manitol 250150 - 150

    Citicolin 125 mg (2 x 1)

    Captopril 3 x 25 mg

    Ranitidin 2 x 1 amp

  • 7/21/2019 Laporan kasus Stroke Perdarahan Intraserebral

    12/34

    12

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA DAN ANALISA KASUS

    A. Definisi

    Stroke perdarahan intraserebral atau perdarahan intraserebral primer adalah suatu

    sindroma yang ditandai adanya perdarahan spontan ke dalam substansi otak.

    Perdarahan intraserebral (PIS) adalah perdarahan yang terjadi di otak yang disebabkan

    oleh pecahnya (ruptur) pada pembuluh darah otak. Perdarahan dalam dapat terjadi di

    bagian manapun di otak. Darah dapat terkumpul di jaringan otak, ataupun di ruang

    antara otak dan selaput membran yang melindungi otak. Perdarahan dapat terjadi hanya

    pada satu hemisfer (lobar intracerebral hemorrhage), atau dapat pula terjadi pada

    struktur dari otak, seperti thalamus, basal ganglia, pons, ataupun cerebellum (deep

    intracerebral hemorrhage).

    B. Epidemiologi

    Perdarahan intraserebral lebih sering terjadi pada pria daripada wanita, terutama yang

    lebih tua dari 55 tahun, dan dalam populasi tertentu, termasuk orang kulit hitam dan

    Jepang. Selama periode 20 tahun studi The National Health and Nutrition Examination

    Survey Epidemiologic menunjukkan insiden perdarahan intraserebral antara orang

    kulit hitam adalah 50 per 100.000, dua kali insiden orang kulit putih.

    C. Faktor Risiko

    Hipertensi merupakan penyebab terbanyak (72-81%). Perdarahan intraserebral spontan

    yang tidak berhubungan dengan hipertensi, biasanya berhubungan dengan diskrasia

    darah, hemartroma, neoplasma, aneurisma, AVM, tumor otak metastasis, pengobatan

    dengan antikoagulans, gangguan koagulasi seperti pada leukemia atau

    trombositopenia, serebralarteritis, amyloid angiopathy dan adiksi narkotika.

    Perdarahan intraserebral dapat disebabkan oleh :

    1.

    Hipertensi

    Hipertensi lama akan menimbulkan lipohialinosis dan nekrosis fibrinoid yang

    memperlemah dinding pembuluh darah yang kemudian menyebabkan ruptur intima

    dan menimbulkan aneurisma. Selanjutnya dapat menyebabkan mikrohematoma dan

    edema. Hipertensi kronik dapat juga menimbulkan aneurisma-aneurisma kecil

  • 7/21/2019 Laporan kasus Stroke Perdarahan Intraserebral

    13/34

    13

    (diameternya 1 mm) yang tersebar di sepanjang pembuluh darah, aneurisma ini dikenal

    sebagai aneurisma Charcot Bouchard.

    2. Cerebral Amyloid Angiopathy

    Cerebral Amyloid Angiopathy adalah suatu perubahan vaskular yang unik ditandai

    oleh adanya deposit amiloid di dalam tunika media dan tunika adventisia pada arteri

    kecil dan arteri sedang di hemisfer serebral. Arteri-arteri yang terkena biasanya adalah

    arteri-arteri kortical superfisial dan arteri-arteri leptomening. Sehingga perdarahan

    lebih sering di daerah subkortikal lobar ketimbang daerah basal ganglia. Deposit

    amiloid menyebabkan dinding arteri menjadi lemah sehingga kemudian pecah dan

    terjadi perdarahan intraserebral. Di samping hipertensi, amyloid angiopathy dianggap

    faktor penyebab kedua terjadinya perdarahan intraserebral pada penderita lanjut usia.

    3. Arteriovenous Malformation

    4.

    Neoplasma intrakranial. Akibat nekrosis dan perdarahan oleh jaringan neoplasma

    yang hipervaskular.

    Perdarahan di putamen, thalamus, dan pons biasanya akibat ruptur a.

    lentikulostriata, a. thalamoperforating dan kelompok basilar-paramedian. Sedangkanperdarahan di serebelum biasanya terdapat di daerah nukleus dentatus yang mendapat

    pendarahan dari cabang a. serebelaris superior dan a. serecelaris inferior anterior.

    Gambar 1. Lokasi tersering sumber perdarahan intraserebral

  • 7/21/2019 Laporan kasus Stroke Perdarahan Intraserebral

    14/34

    14

    D. Patofisiologi

    Kasus PIS umumnya terjadi di kapsula interna (70 %), di fossa posterior (batang

    otak dan serebelum) 20 % dan 10 % di hemisfer (di luar kapsula interna).

    Gambaran patologik menunjukkan ekstravasasi darah karena robeknya pembuluh

    darah otak dan diikuti adanya edema dalam jaringan otak di sekitar hematom.

    Akibatnya terjadi diskontinuitas jaringan dan kompresi oleh hematom dan edema

    pada struktur sekitar, termasuk pembuluh darah otak dan penyempitan atau

    penyumbatannya sehingga terjadi iskemia pada jaringan yang dilayaninya, maka

    gejala klinis yang timbul bersumber dari destruksi jaringan otak, kompresi

    pembuluh darah otak / iskemia dan akibat kompresi pada jaringan otak lainnya.

    E. Gejala klinis

    Secara umum gejala klinis PIS merupakan gambaran klinis akibat akumulasi darah

    di dalam parenkim otak. PIS khas terjadi sewaktu aktivitas, onset pada saat tidur

    sangat jarang. Perjalanan penyakitnya, sebagian besar (37,5-70%) per akut.

    Biasanya disertai dengan penurunan kesadaran. Penurunan kesadaran ini bervariasi

    frekuensi dan derajatnya tergantung dari lokasi dan besarnya perdarahan tetapi

    secara keseluruhan minimal terdapat pada 60% kasus. dua pertiganya mengalami

    koma, yang dihubungkan dengan adanya perluasan perdarahan ke arah ventrikel,

    ukuran hematomnya besar dan prognosis yang jelek. Sakit kepala hebat dan

    muntah yang merupakan tanda peningkatan tekanan intrakranial dijumpai pada

    PIS, tetapi frekuensinya bervariasi. Tetapi hanya 36% kasus yang disertai dengan

    sakit kepal sedang muntah didapati pada 44% kasus. Jadi tidak adanya sakit kepala

    dan muntah tidak menyingkirkan PIS, sebaliknya bila dijumpai akan sangat

    mendukung diagnosis PIS atau perdarahn subarakhnoid sebab hanya 10% kasus

    stroke oklusif disertai gejala tersebut. Kejang jarang dijumpai pada saat onset PIS.

    F.

    Pemeriksaan Fisik

    Hipertensi arterial dijumpai pada 91% kasus PIS. Tingginya frekuensi hipertensi

    berkorelasi dengan tanda fisik lain yang menunjukkan adanya hipertensi sistemik

    seperti hipertrofi ventrikel kiri dan retinopati hipertensif. Pemeriksaan fundus okuli

    pada kasus yang diduga PIS mempunyai tujuan ganda yaitu mendeteksi adanya

    tanda-tanda retinopati hipertensif dan mencari adanya perdarahan subhialoid

    (adanya darah di ruang preretina, yang merupakan tanda diagnostik perdarahan

  • 7/21/2019 Laporan kasus Stroke Perdarahan Intraserebral

    15/34

    15

    subarakhnoid) yang mempunyai korelasi dengan ruptur aneurisma. Kaku kuduk

    terdapat pada 48% kasus PIS.

    Gerakan mata, pada perdarahan putamen terdapat deviation conjugae

    ke arah lesi, sedang pada perdarahan nukleus kaudatus terjadi kelumpuhan gerak

    horisontal mata dengan deviation conjugaeke arah lesi. Perdarahan thalamus akan

    berakibat kelumpuhan gerak mata atas (upward gaze palsy), jadi mata melihat ke

    bawah dan kedua mata melihat ke arah hidung. Pada perdarahan pons terdapat

    kelumpuhan gerak horisontal mata dengan ocular bobbing.

    Pada perdarahan putamen, reaksi pupil normal atau bila terjadi herniasi

    unkus maka pupil anisokor dengan paralisis N. III ipsilateral lesi. Perdarahan di

    thalamus akan berakibat pupil miosis dan reaksinya lambat. Pada perdarahan di

    mesensefalon, posisi pupil di tengah, diameternya sekitar 4-6 mm, reaksi pupil

    negatif. Keadaan ini juga sering dijumpai pada herniasi transtentorial. Pada

    perdarahn di pons terjadi pinpoint pupils bilateral tetapi masih terdapat reaksi,

    pemeriksaannya membutuhkan kaca pembesar.

    Pola pernafasan pada perdarahan diensefalon adalah Cheyne-Stroke,

    sedang pada lesi di mesensefalon atau pons pola pernafasannya hiperventilasisentral neurogenik. Pada lesi di bagian tengah atau caudal pons memperlihatkan

    pola pernafasan apneustik. Pola pernafasan ataksik timbul pada lesi di medula

    oblongata. Pola pernafasan ini biasanya terdapat pada pasien dalam stadium

    agonal.

    G. DIAGNOSIS

    PIS khas terjadi sewaktu aktivitas, onset pada saat tidur sangat jarang

    Biasanya disertai dengan penurunan kesadaran.

    Sakit kepala hebat dan muntah yang merupakan tanda peningkatan tekanan

    intrakranial dijumpai pada PIS, tetapi frekuensinya bervariasi

    Pada perdarahan pons terdapat kelumpuhan gerak horisontal mata dengan

    ocular bobbing.

    Perdarahan di thalamus akan berakibat pupil miosis dan reaksinya lambat

    Pada perdarahan di mesensefalon, posisi pupil di tengah, diameternya

    sekitar 4-6 mm, reaksi pupil negatif

  • 7/21/2019 Laporan kasus Stroke Perdarahan Intraserebral

    16/34

    16

    Pada perdarahn di pons terjadi pinpoint pupils bilateral tetapi masih

    terdapat reaksi, pemeriksaannya membutuhkan kaca pembesar

    Pola pernafasan pada perdarahan diensefalon adalah Cheyne-Stroke

    lesi di mesensefalon atau pons pola pernafasannya hiperventilasi sentralneurogenik

    Pada lesi di bagian tengah atau caudal pons memperlihatkan pola

    pernafasan apneustik

    Gejala klinik yang sangat menonjol pada perdarahan pons ialah onset yang

    tiba-tiba dan terjadi koma yang dalam dengan defisit neurologik bilateral

    serta progresif dan fatal. Bahkan perdarahan kecil segera menyebabkan

    koma, pupil pinpoint (1 mm) namun reaktif, gangguan gerak okuler lateral,

    kelainan saraf kranial, kuadriplegia, dan postur ekstensor. Nyeri kepala,

    mual dan muntah jarang.

    H. Penanganan Perdarahan Intraserebral

    Semua penderita yang dirawat dengan intracerebral hemorrhage harus

    mendapat pengobatan untuk :

    1. Normalisasi tekanan darah

    2.

    Pengurangan tekanan intrakranial

    3. Pengontrolan terhadap edema serebral

    4. Pencegahan kejang.

    Hipertensi dapat dikontrol dengan obat, sebaiknya tidak berlebihan

    karena adanya beberapa pasien yang tidak menderita hipertensi; hipertensi

    terjadi karena cathecholaminergic discharge pada fase permulaan. Lebih lanjut

    autoregulasi dari aliran darah otak akan terganggu baik karena hipertensi kronik

    maupun oleh tekanan intrakranial yang meninggi. Kontrol yang berlebihan

    terhadap tekanan darah akan menyebabkan iskemia pada miokard, ginjal dan

    otak.

    Dalam suatu studi retrospektif memeriksa dengan CT-Scan untuk

    mengetahui hubungan tekanan darah dan pembesaran hematoma terhadap 79

    penderita dengan PISH, mereka menemukan penambahan volume hematoma

    pada 16 penderita yang secara bermakna berhubungan dengan tekanan darah

    sistolik. Tekanan darah sistolik 160 mmHg tampak berhubungan dengan

  • 7/21/2019 Laporan kasus Stroke Perdarahan Intraserebral

    17/34

    17

    penambahan volume hematoma dibandingkan dengan tekanan darah sistolik

    150 mmHg. Obat-obat anti hipertensi yang dianjurkan adalah dari golongan :

    1.

    Angiotensin Converting Enzyme Inhibitors

    2. Angiotensin Receptor Blockers

    3. Calcium Channel Blockers

    Tindakan segera terhadap pasien dengan PIS ditujukan langsung

    terhadap pengendalian TIK serta mencegah perburukan neurologis berikutnya.

    Tindakan medis seperti hiperventilasi, diuretik osmotik dan steroid (bila

    perdarahan tumoral) digunakan untuk mengurangi hipertensi intrakranial yang

    disebabkan oleh efek massa perdarahan. Sudah dibuktikan bahwa evakuasi

    perdarahan yang luas meninggikan survival pada pasien dengan koma, terutama

    yang bila dilakukan segera setelah onset perdarahan.

    Walau begitu pasien sering tetap dengan defisit neurologis yang jelas.

    Pasien memperlihatkan tanda-tanda herniasi unkus memerlukan evakuasi yang

    sangat segera dari hematoma. Angiogram memungkinkan untuk menemukan

    kelainan vaskuler. Adalah sangat serius untuk memikirkan pengangkatan PIS

    yang besar terutama bila ia bersamaan dengan hipertensi intrakranial yang

    menetap dan diikuti atau telah terjadi defisit neurologis walau telah diberikan

    tindakan medis maksimal.

    Adanya hematoma dalam jaringan otak bersamaan dengan adanya

    kelainan neurologis memerlukan evakuasi bedah segera sebagai tindakan

    terpilih. Beratnya perdarahan inisial menggolongkan pasien ke dalam tiga

    kelompok :

    1.

    Perdarahan progresif fatal.

    Kebanyakan pasien berada pada keadaan medis buruk. Perubahan hebat

    tekanan darah mempengaruhi kemampuan otak untuk mengatur darahnya,

    gangguan elektrolit umum terjadi dan pasien sering dehidrasi. Hipoksia akibat

    efek serebral dari perdarahan serta obstruksi jalan nafas memperburuk keadaan.

    Perburukan dapat diikuti sejak saat perdarahan dengan bertambahnya tanda-

    tanda peninggian TIK dan gangguan batang otak. Pengelolaan inisial pada kasus

    berat ini adalah medikal dengan mengontrol tekanan darah ke tingkat yang

    tepat, memulihkan kelainan metabolik, mencegah hipoksia dan menurunkan

    tekanan intrakranial dengan manitol, steroid ( bila penyebabnya perdarahan

    tumoral) serta tindakan hiperventilasi. GCS biasanya kurang dari 6.

  • 7/21/2019 Laporan kasus Stroke Perdarahan Intraserebral

    18/34

    18

    2. Kelompok sakit ringan (GCS 13-15).

    Kelompok intermediet, dimana perdarahan cukup berat untuk menimbulkan

    defisit neurologis parah namun tidak cukup untuk menyebabkan pasien tidak

    dapat bertahan hidup (GCS 6-12). Tindakan medikal di atas diberikan hingga ia

    keluar dari keadaan berbahaya, namun keadaan neurologis tidak menunjukkan

    tanda-tanda perbaikan. Pada keadaan ini pengangkatan hematoma dilakukan

    secara bedah.

    Mengurangi Efek Massa

    Pengurangan efek massa dapat dilakukan secara medikal maupun bedah.

    Pasien dengan peninggian TIK dan atau dengan area yang lebih fokal dari efek massa,

    usaha nonbedah untuk mengurangi efek massa penting untuk mencegah iskemia serebral

    sekunder dan kompresi batang otak yang mengancam jiwa. Tindakan untuk mengurangi

    peninggian TIK antara lain :

    1.

    Elevasi kepala higga 30o untuk mengurangi volume vena intrakranial serta

    memperbaiki drainase vena.

    2.

    Manitol intravena (mula-mula 1,5 g/kg bolus, lalu 0,5 g/kg tiap 4-6 jam

    untuk mempertahankan osmolalitas serum 295-310 mOsm/L).

    3. Restriksi cairan ringan (67-75% dari pemeliharaan) dengan penambahan bolus cairan

    koloid bila perlu.

    4. Ventrikulostomi dengan pemantauan TIK serta drainase CSS untuk mempertahankan

    TIK kurang dari 20 mmHg.

    5. Intubasi endotrakheal dan hiperventilasi, mempertahankan PCO225-30 mmHg.

    Pada pasien sadar dengan efek massa regional akibat PIS, peninggian kepala,

    restriksi cairan, dan manitol biasanya memadai. Tindakan ini dilakukan

    untuk memperbaiki tekanan perfusi serebral dan mengurangi cedera iskemik sekunder.

    Harus ingat bahwa tekanan perfusi serebral adalah sama dengan tekanan darah arterial

    rata-rata dikurangi tekanan intrakranial, hingga tekanan darah sistemik harus

    dipertahankan pada tingkat normal, atau lebih disukai sedikit lebih tinggi dari tingkat

    normal. Diusahakan tekanan perfusi serebral setidaknya 70 mmHg, bila perlu memakaivasopresor seperti dopamin intravena atau fenilefrin.

  • 7/21/2019 Laporan kasus Stroke Perdarahan Intraserebral

    19/34

    19

    Pasien sadar dipantau dengan pemeriksaan neurologis serial, pemantauan TIK

    jarang diperlukan. Pada pasien koma yang tidak sekarat (moribund), TIK dipantau secara

    rutin. Disukai ventrikulostomi karena memungkinkan mengalirkan CSS, karenanya lebih

    mudah mengontrol TIK. Perdarahan intraventrikuler menjadi esensial karena sering

    terjadi hidrosefalus akibat hilangnya jalur keluar CSS. Lebih disukai pengaliran CSS

    dengan ventrikulostomi dibanding hiperventilasi untuk pengontrolan TIK jangka lama.

    Pemantauan TIK membantu menilai manfaat tindakan medikal dan membantu

    memutuskan apakah intervensi bedah diperlukan.

    Pemakaian kortikosteroid untuk mengurangi edema serebral akibat PIS pernah

    dilaporkan bermanfaat pada banyak kasus anekdotal. Namun penelitian menunjukkan

    bahwa deksametason tidak menunjukkan manfaat, di samping jelas meningkatkan

    komplikasi (infeksi dan diabetes). Namun digunakan deksametason pada perdarahan

    parenkhimal karena tumor yang berdarah dimana CT-scan memperlihatkan edema

    serebral yang berat.

    I. Prognosis

    Perdarahan yang besar jelas mempunyai morbiditas dan mortalitas yang tinggi.

    diperkirakan mortalitas seluruhnya berkisar 26-50%. Mortalitas secara dramatis

    meningkat pada perdarahan talamus dan serebelar yang diameternya lebih dari 3

    cm, dan pada perdarahan pons yang lebih dari 1 cm. Untuk perdarahan lobar

    mortalitas berkisar dari 6-30 %. Bila volume darah sesungguhnya yang dihitung

    (bukan diameter hematomnya), maka mortalitas kurang dari 10% bila volume

    darahnya kurang dari 20 mm3 dan 90% bila volume darahnya lebih dari 60

    mm3.

    Kondisi neurologik awal setelah terserang perdarahan juga penting untuk

    prognosis pasien. Pasien yang kesadarannya menurun mortalitas meningkat

    menjadi 63%. Mortalitas juga meningkat pada perdarahan yang besar dan

    letaknya dalam, pada fossa posterior atau yang meluas masuk ke dalam

    ventrikel. Felmann E mengatakan bahwa 45% pasien meninggal bila disertai

    perdarahan intraventrikular. Suatu penilaian dilakukan untuk memperkirakan

    mortalitas dalam waktu 30 hari pertama dengan menggunakan 3 variabel pada

    saat masuk rumah sakit yaitu Glasgow Coma Scale (GCS), ukuran perdarahan

    dan tekanan nadi. Perdarahan kecil bila ukurannya kurang dari satu lobus,

    sedangkan perdarahan besar bila ukurannya lebih dari satu lobus. Bila GCS

  • 7/21/2019 Laporan kasus Stroke Perdarahan Intraserebral

    20/34

    20

    lebih dari 9, perdarahannya kecil, tekanan nadi kurang dari 40 mmHg, maka

    probabilitas hidupnya dalam waktu 30 hari adalah 98%. Tetapi bila pasien

    koma, perdarahannya besar dan tekanan nadinya lebih dari 65 mmHg, maka

    probabilitas hidupnya dalam waktu 30 hari hanya 8%. Pada PIS hipertensif

    jarang terjadi perdarahan ulang.

  • 7/21/2019 Laporan kasus Stroke Perdarahan Intraserebral

    21/34

    21

    BAB III

    KESIMPULAN

    Perdarahan intraserebral (PIS) adalah perdarahan fokal dari pembuluh darah

    dalam parenkim otak. Penyebabnya biasanya hipertensi kronis. Gejala umum termasuk

    defisit neurologis fokal, seringkali dengan onset mendadak sakit kepala, mual, dan

    penurunan kesadaran. Kebanyakan perdarahan intraserebral juga dapat terjadi ganglia

    basal, lobus otak, otak kecil, atau pons. Perdarahan intraserebral juga dapat terjadi di

    bagian lain dari batang otak atau otak tengah. Aada sindroma utama yang menyertai

    stroke hemoragik menurut Smith dapat dibagi menurut tempat perdarahannya yaitu

    putaminal hemorrhage, thalamic hemorrhage, pontine hemorrhage, cerebellar

    hemorrhage, lobar hemorrhage.

    Pemeriksaan penunjang dengan lumbal pungsi, CT-scan, MRI, serta

    angiografi. Adapun penatalaksanannya di ruang gawat darurat (evaluasi cepat dan

    diagnosis, terapi umum, stabilisasi jalan napas dan pernapasan, stabilisasi

    hemodinamik, pemeriksaan awal fisik umum, pengendalian peninggian TIK,

    pengendalian kejang, pengendalian suhu tubuh, pemeriksaan penunjang) kemudian

    penatalaksanaan di ruang rawat inap (cairan, nutrisi, pencegahan dan mengatasi

    komplikasi, penatalaksanaan medik yang lain. Penatalaksanaan stroke perdarahan

    intraserebral (PIS) meliputi terapi medik pada PIS akut (terapi hemostatik, reversal of

    anticoagulation) dan tindakan operatif.

    Prognosis bervariasi tergantung dari keparahan stroke, lokasi dan volume

    perdarahan. Semakin rendah nilai GCS, maka prognosis semakin buruk dan tingkatmortalitasnya tinggi. Semakin besar volume perdarahan maka prognosis semakin

    buruk. Dan adanya darah di dalam ventrikel berhubungan dengan angka mortalitas

    yang tinggi. Adanya darah di dalam ventrikel meningkatkan angka kematian sebanyak

    2 kali lipat.

  • 7/21/2019 Laporan kasus Stroke Perdarahan Intraserebral

    22/34

    22

    DAFTAR PUSTAKA

    1.

    Castel JP, Kissel P. Spontaneous intracerebral and infratentorial hemorrhage. In:Youmans

    JR. ed. Neurological Surgery, 3rd ed, vol.IIIl. Philadelphia: WB Saunders Company;

    2006 .p. 1890-1913.

    2. Luyendijk W. Intracerebral hemorrhage. In : Vinken FG, Bruyn GW, editors.

    Handbook of Clinical Neurology. New York : Elsevier ; 2005; 660-719.

    3. Perdarahan Intraserebral Hipertensif Abdul Gofar Sastrodiningrat Divisi Ilmu Bedah

    Saraf Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan

    Suplemen Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006.

    4.

    Rumantir CU. Gangguan peredaran darah otak. Pekanbaru : SMF Saraf RSUD Arifin

    Achmad/FK UNRI. Pekanbaru. 2007.

    5. Goetz Christopher G. Cerebrovascular Diseases. In : Goetz: Textbook of Clinical

    Neurology, 3rded. Philadelphia : Saunders. 2007.

    6. Rumantir CU. Pola Penderita Stroke Di Lab/UPF Ilmu Penyakit Saraf Fakultas

    Kedokteran Universitas Padjadjaran Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Periode 1984-

    1985. Laporan Penelitian Pengalaman Belajar Riset Dokter Spesialis Bidang Ilmu

    Penyakit Saraf. 2000.

    7.

    Ropper AH, Brown RH. Cerebrovascular Diseases. In : Adam and Victors Priciples of

    Neurology. Eight edition. New York : Mc Graw-Hill. 2005.

    8. Kelompok Studi Stroke PERDOSSI. Pencegahan Primer Stroke. Dalam : Guideline

    Stroke 2007. Jakarta.

    9. Baehr M, Frotscher M. Duus : Topical Diagnosis in Neurology. 4threvised edition. New

    York : Thieme. 2005.

    10.El-Mitwalli, A., Malkoff, M D.,.2008. Intracerebral Hemorrhage. The Internet Journal of

    Advanced Nursing Practice.

  • 7/21/2019 Laporan kasus Stroke Perdarahan Intraserebral

    23/34

    23

    A. DIAGNOSIS

    Cara yang paling akurat untuk mendefinisikan stroke hemoragik dengan stroke

    non hemoragik adalah dengan CT scan tetapi alat ini membutuhkan biaya yang besar

    sehingga diagnosis ditegakkan atas dasar adanya suatu kelumpuhan gejala yang dapat

    membedakan manifestasi klinis antara perdarahan infark.7

    Pemeriksaan Penunjang

    Kimia darah

    Lumbal punksi

    EEG

    CT scan

    Arteriografi

    Pemeriksaan koagulasiharus dikerjakan pada pasien.

    B. KOMPLIKASI

    o Stroke hemoragik

    o Kehilangan fungsi otak permanen

    o

    Efek samping obat-obatan dalam terapi medikasi

    C. PENANGANAN PERDARAHAN INTRASEREBRAL

    Semuapenderita yang dirawat dengan intracerebral hemorrhageharus mendapat

    pengobatan untuk :

    5. Normalisasi tekanan darah

    6. Pengurangan tekanan intrakranial

    7. Pengontrolan terhadap edema serebral

    8. Pencegahan kejang.

    Hipertensi dapat dikontrol dengan obat, sebaiknya tidak berlebihan karena

    adanya beberapa pasien yang tidak menderita hipertensi; hipertensi terjadi karena

  • 7/21/2019 Laporan kasus Stroke Perdarahan Intraserebral

    24/34

    24

    cathecholaminergic discharge pada fase permulaan. Lebih lanjut autoregulasi dari aliran

    darah otak akan terganggu baik karena hipertensi kronik maupun oleh tekanan

    intrakranial yang meninggi. Kontrol yang berlebihan terhadap tekanan darah akan

    menyebabkan iskemia pada miokard, ginjal dan otak.9

    Dalam suatu studi retrospektif memeriksa dengan CT-Scan untuk mengetahui

    hubungan tekanan darah dan pembesaran hematoma terhadap 79 penderita dengan PISH,

    mereka menemukan penambahan volume hematoma pada 16 penderita yang secara

    bermakna berhubungan dengan tekanan darah sistolik. Tekanan darah sistolik 160

    mmHg tampak berhubungan dengan penambahan volume hematoma dibandingkan

    dengan tekanan darah sistolik 150 mmHg. Obat-obat anti hipertensi yang dianjurkan

    adalah dari golongan :9

    Angiotensin Converting Enzyme Inhibitors

    Angiotensin Receptor Blockers

    Calcium Channel Blockers

    Tindakan segera terhadap pasien dengan PIS ditujukan langsung

    terhadap pengendalian TIK serta mencegah perburukan neurologis berikutnya. Tindakan

    medis seperti hiperventilasi, diuretik osmotik dan steroid (bila perdarahan tumoral)digunakan untuk mengurangi hipertensi intrakranial yang disebabkan oleh efek massa

    perdarahan. Sudah dibuktikan bahwa evakuasi perdarahan yang luas meninggikan

    survival pada pasien dengan koma, terutama yang bila dilakukan segera setelah onset

    perdarahan.

    Walau begitu pasien sering tetap dengan defisit neurologis yang jelas. Pasien

    memperlihatkan tanda-tanda herniasi unkus memerlukan evakuasi yang sangat segera dari

    hematoma. Angiogram memungkinkan untuk menemukan kelainan vaskuler. Adalah

    sangat serius untuk memikirkan pengangkatan PIS yang besar terutama bila ia bersamaan

    dengan hipertensi intrakranial yang menetap dan diikuti atau telah terjadi defisit

    neurologis walau telah diberikan tindakan medis maksimal.

    Adanya hematoma dalam jaringan otak bersamaan dengan adanya kelainan

    neurologis memerlukan evakuasi bedah segera sebagai tindakan terpilih. Beratnya

    perdarahan inisial menggolongkan pasien ke dalam tiga kelompok :9,10

    1.

    Perdarahan progresif fatal.

  • 7/21/2019 Laporan kasus Stroke Perdarahan Intraserebral

    25/34

    25

    Kebanyakan pasien berada pada keadaan medis buruk. Perubahan hebat tekanan darah

    mempengaruhi kemampuan otak untuk mengatur darahnya, gangguan elektrolit

    umum terjadi dan pasien sering dehidrasi. Hipoksia akibat efek serebral dari

    perdarahan serta obstruksi jalan nafas memperburuk keadaan. Perburukan dapat

    diikuti sejak saat perdarahan dengan bertambahnya tanda-tanda peninggian TIK dan

    gangguan batang otak. Pengelolaan inisial pada kasus berat ini adalah medikal dengan

    mengontrol tekanan darah ke tingkat yang tepat, memulihkan kelainan metabolik,

    mencegah hipoksia dan menurunkan tekanan intrakranial dengan manitol, steroid (

    bila penyebabnya perdarahan tumoral) serta tindakan hiperventilasi. GCS biasanya

    kurang dari 6.

    2.

    Kelompok sakit ringan (GCS 13-15).

    3.

    Kelompok intermediet, dimana perdarahan cukup berat untuk menimbulkan defisit

    neurologis parah namun tidak cukup untuk menyebabkan pasien tidak dapat bertahan

    hidup (GCS 6-12). Tindakan medikal di atas diberikan hingga ia keluar dari keadaan

    berbahaya, namun keadaan neurologis tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan.

    Pada keadaan ini pengangkatan hematoma dilakukan secara bedah.

    PENGELOLAAN SECARA MEDIKAL

    Penilaian dan Pengelolaan Inisial

    Pengelolaan spontan terutama tergantung keadaan klinis pasien serta etiologi,

    ukuran serta lokasi perdarahan. Tak peduli apakah tindakan konservatif atau bedah yang

    akan dilakukan, penilaian dan tindakan medikal inisial terhadap pasien adalah sama.

    Saat pasien datang atau berkonsultasi, evaluasi dan pengelolaan awal harus

    dilakukan bersama tanpa penundaan yang tidak perlu. Pemeriksaan neurologis inisial

    dapat dilakukan dalam 10 menit, harus menyeluruh. Informasi ini untuk memastikan

    prognosis, juga untuk membuat rencana tindakan selanjutnya. Pemeriksaan neurologis

    serial harus dilakukan.

    Tindakan standar adalah untuk mempertahankan jalan nafas, pernafasan, dan

    sirkulasi. Hipoksia harus ditindak segera untuk mencegah cedera serebral sekunderakibat iskemia. Pengamatan ketat dan pengaturan tekanan darah penting baik pada pasien

  • 7/21/2019 Laporan kasus Stroke Perdarahan Intraserebral

    26/34

    26

    hipertensif maupun nonhipertensif. Jalur arterial dipasang untuk pemantauan yang

    sinambung atas tekanan darah. Setelah PIS, kebanyakan pasien adalah hipertensif.

    Penting untuk tidak menurunkan tekanan darah secara berlebihan pada pasien dengan

    lesi massa intrakranial dan peninggian TIK, karena secara bersamaan akan menurunkan

    tekanan perfusi serebral. Awalnya, usaha dilakukan untuk mempertahankan tekanan

    darah sistolik sekitar 160 mmHg pada pasien yang sadar dan sekitar 180 mmHg pada

    pasien koma, walau nilai ini tidak mutlak dan akan bervariasi tergantung masing-masing

    pasien. Pasien dengan hipertensi berat dan tak terkontrol mungkin diperkenankan untuk

    mempertahankan tekanan darah sistoliknya di atas 180 mmHg, namun biasanya di bawah

    210 mmHg, untuk mencegah meluasnya perdarahan oleh perdarahan ulang. Pengelolaan

    awal hipertensinya, lebih disukai labetalol, suatu antagonis alfa-1, beta-1 dan beta-2

    kompetitif. Drip nitrogliserin mungkin perlu untuk kasus tertentu.

    Gas darah arterial diperiksa untuk menilai oksigenasi dan status asam-basa.

    Bila jalan nafas tidak dapat dijamin, atau diduga suatu lesi massa intrakranial pada pasien

    koma atau obtundan, dilakukan intubasi endotrakheal. Cegah pemakaian agen anestetik

    yang akan meninggikan TIK seperti oksida nitro. Agen anestetik aksi pendek lebih

    disukai. Bila diduga ada peninggian TIK, dilakukan hiperventilasi

    untuk mempertahankan PCO2sekitar 25-30 mmHg, dan setelah kateter Foley terpasang,diberikan mannitol 1,5 g/kg IV. Tindakan ini juga dilakukan pada pasien dengan

    perburukan neurologis progresif seperti perburukan hemiparesis, anisokoria progresif,

    atau penurunan tingkat kesadaran. Dilakukan elektrokardiografi, dan denyut nadi

    dipantau.

    Darah diambil saat jalur intravena dipasang. Hitung darah lengkap, hitung

    platelet, elektrolit, nitrogen urea darah, creatinin serum, waktu protrombin, waktu

    tromboplastin parsial, dan tes fungsi hati dinilai. Foto polos dilakukan bila perlu.

    Setelah penilaian secara cepat dan stabilisasi pasien, dilakukan CT-scan kepala

    tanpa kontras. Sekali diagnosis PIS ditegakkan, pasien dibawa untuk mendapatkan

    pemeriksaan radiologis lain yang diperlukan, ke unit perawatan intensif, kamar operasi

    atau ke bangsal, tergantung status klinis pasien, perluasan dan lokasi perdarahan, serta

    etiologi perdarahan. Sasaran awal pengelolaan adalah pencegahan perdarahan ulang dan

    mengurangi efek massa, sedang tindakan berikutnya diarahkan pada perawatan medikal

    umum serta pencegahan komplikasi.9

  • 7/21/2019 Laporan kasus Stroke Perdarahan Intraserebral

    27/34

    27

    Pencegahan atas Perdarahan Ulang

    Perdarahan ulang jarang pada perdarahan hipertensif. Saat pasien sampai di

    dokter, perdarahan aktif biasanya sudah berhenti. Risiko perdarahan ulang dari AVM dan

    tumor juga jarang. Tindakan utama yang dilakukan adalah mengontrol tekanan darah

    seperti dijelaskan di atas. Pada perdarahan karena aneurisma yang ruptur, risiko

    perdarahan ulang lebih tinggi. Pertahankan tekanan darah 10-20 % di atas tingkat

    normotensif untuk mencegah vasospasme, namun cukup rendah untuk menekan risiko

    perdarahan. Beberapa menganjurkan asam aminokaproat, suatu agen antifibrinolitik.

    Namun manfaat serta indikasinya tetap belum jelas.

    Kasus dengan koagulasi abnormal, risiko perdarahan ulang atau perdarahan

    yang berlanjut sangat nyata kecuali bila koagulopati dikoreksi. Pasien dengan

    kelainan perdarahan lain dikoreksi sesuai dengan penyakitnya.

    Mengurangi Efek Massa

    Pengurangan efek massa dapat dilakukan secara medikal maupun bedah.

    Pasien dengan peninggian TIK dan atau dengan area yang lebih fokal dari efek massa,

    usaha nonbedah untuk mengurangi efek massa penting untuk mencegah iskemia serebral

    sekunder dan kompresi batang otak yang mengancam jiwa. Tindakan untuk mengurangi

    peninggian TIK antara lain :9

    1.

    Elevasi kepala higga 30o untuk mengurangi volume vena intrakranial serta

    memperbaiki drainase vena.

    2. Manitol intravena (mula-mula 1,5 g/kg bolus, lalu 0,5 g/kg tiap 4-6 jam

    untuk mempertahankan osmolalitas serum 295-310 mOsm/L).

    3. Restriksi cairan ringan (67-75% dari pemeliharaan) dengan penambahan bolus cairan

    koloid bila perlu.

    4. Ventrikulostomi dengan pemantauan TIK serta drainase CSS untuk mempertahankan

    TIK kurang dari 20 mmHg.

  • 7/21/2019 Laporan kasus Stroke Perdarahan Intraserebral

    28/34

    28

    5. Intubasi endotrakheal dan hiperventilasi, mempertahankan PCO225-30 mmHg.

    Pada pasien sadar dengan efek massa regional akibat PIS, peninggian kepala,

    restriksi cairan, dan manitol biasanya memadai. Tindakan ini dilakukan

    untuk memperbaiki tekanan perfusi serebral dan mengurangi cedera iskemik sekunder.

    Harus ingat bahwa tekanan perfusi serebral adalah sama dengan tekanan darah arterial

    rata-rata dikurangi tekanan intrakranial, hingga tekanan darah sistemik harus

    dipertahankan pada tingkat normal, atau lebih disukai sedikit lebih tinggi dari tingkat

    normal. Diusahakan tekanan perfusi serebral setidaknya 70 mmHg, bila perlu memakai

    vasopresor seperti dopamin intravena atau fenilefrin.

    Pasien sadar dipantau dengan pemeriksaan neurologis serial, pemantauan TIK

    jarang diperlukan. Pada pasien koma yang tidak sekarat (moribund), TIK dipantau secara

    rutin. Disukai ventrikulostomi karena memungkinkan mengalirkan CSS, karenanya lebih

    mudah mengontrol TIK. Perdarahan intraventrikuler menjadi esensial karena sering

    terjadi hidrosefalus akibat hilangnya jalur keluar CSS. Lebih disukai pengaliran CSS

    dengan ventrikulostomi dibanding hiperventilasi untuk pengontrolan TIK jangka lama.

    Pemantauan TIK membantu menilai manfaat tindakan medikal dan membantu

    memutuskan apakah intervensi bedah diperlukan.

    Pemakaian kortikosteroid untuk mengurangi edema serebral akibat PIS pernah

    dilaporkan bermanfaat pada banyak kasus anekdotal. Namun penelitian menunjukkan

    bahwa deksametason tidak menunjukkan manfaat, di samping jelas meningkatkan

    komplikasi (infeksi dan diabetes). Namun digunakan deksametason pada perdarahan

    parenkhimal karena tumor yang berdarah dimana CT-scan memperlihatkan edema

    serebral yang berat.

    Perawatan Umum

    Pasien dengan perdarahan intraventrikuler atau kombinasi dengan perdarahan

    subarakhnoid atau parenkhimal akibat robeknya aneurisma nimodipin diberikan 60 mg

    melalui mulut atau NGT setiap 4 jam. Belum ada bukti pemberian intravena lebih baik.

    Namun penggunaan pada PIS non-aneurismal belum pasti.

  • 7/21/2019 Laporan kasus Stroke Perdarahan Intraserebral

    29/34

    29

    Antikonvulsan diberikan begitu diagnosis PIS supratentorial ditegakkan,

    kecuali bila perdarahan terbatas pada thalamus atau ganglia basal. Secara inisial disukai

    fenitoin, karena kadar darah terapeutik dapat dicapai dalam 1 jam dengan pemberian IV,

    mudah pemberiannya, dan efektif mencegah kejang umum. Pada dewasa, pembebanan 1

    g IV (50 mg/menit) diikuti 300-400 mg IV atau oral perhari. Tekanan darah harus

    dipantau selama pembebanan IV karena infus yang terlalu cepat dapat berakibat

    penurunan tekanan darah mendesak. Sebagai tambahan, EKG harus dipantau karena

    fenitoin berkaitan dengan aritmia cardiac termasuk pelebaran interval PR dan gelombang

    Q dengan diikuti kolaps vaskuler. Kadar fenitoin dipantau ketat dan dosis disesuaikan

    hingga kadar fenitoin serum dalam jangkauan terapeutik (10-20 g/ml) dan pasien bebas

    kejang.

    Antikonvulsan lain seperti fenobarbital (60 mg/IV atau oral, dua kali sehari,

    kadar terapeutik darah 20-40 g/ml) dan Carbamazepin (200 mg oral, 3-4 kali sehari,

    kadar terapeutik 4-12 g/ml). Kejang bisa bersamaan dengan peninggian dramatik TIK

    dan tekanan darah sistemik, yang dapat menyebabkan perdarahan, karenanya harus

    dicegah. Selain itu hipoksia dan asidosis sering tampak selama aktifitas kejang, potensial

    untuk menambah cedera otak sekunder.

    Pengelolaan metabolik yang baik diperlukan pada pasien dengan PIS. Status

    cairan, elektrolit serum, dan fungsi renal harus ditaksir berulang, terutama pada pasien

    dengan restriksi cairan, mendapat manitol atau diuretika lain, atau tidak makan. Nutrisi

    memadai adalah esensial.

    PENGOBATAN DENGAN CARA OPERASI

    Untuk menentukan pasien mana yang harus dioperasi adalah suatu masalah

    yang sulit. Ada beberapa pandangan yang dapat dijadikan patokan atau pedoman :

    1. Dari seluruh penderita PISH hanya sedikit kasus yang harus dioperasi.

    2. Kriteria memilih pasien untuk operasi harus ketat dan sesuai dengan norma-norma

    kemanusiaan. Harapan terhadap hasil tindakan operasi harus terfokus terhadap quality

    of survival yang dapat diterima oleh pasien, keluarganya dan masyarakat.

  • 7/21/2019 Laporan kasus Stroke Perdarahan Intraserebral

    30/34

    30

    Segera yang ingin dicapai dari operasi adalah kembalinya pergeseran garis

    tengah, kembalinya tekanan intrakanial ke dalam batas normal, kontrol pendarahan dan

    mencegah pendarahan ulang. Indikasi operasi pada cedera kepala harus

    mempertimbangkan status neurologis, status radiologis, pengukuran tekanan intrakranial

    Secara umum indikasi operasi pada hematoma intrakranial :8,9

    1. Massa hematoma kira-kira 40 cc

    2. Massa dengan pergeseran garis tengah lebih dari 5 mm

    3. IED dan SDH ketebalan lebih dari 5 mm dan pergeseran garis tengah dengan GCS

    8 atau kurang.

    4. Konstusio serebri dengan diameter 2 cm dengan efek massa yang jelas atau

    pergeseran garis tengah lebih dari 5 mm.

    5. Pasien-pasien yang menurun kesadarannya dikemudian waktu disertai

    berkembangnya tanda- tanda lokal dan peningkatan tekanan intraknial lebih dari

    25 mmHg.

    Tindakannya :

    Pemasangan kateter yang melewati pembuluh darah otak untuk melebarkan

    pembuluh darah otak, guna menghindari prosedur operasi yang invasif.

    Aspirasi dengan stereotactic surgery atau endoscopic drainage digunakan untuk

    basal ganglia hemorrhage, meskipun angka keberhasilannya masih sedikit.

    Penggunaan manitol

    Pada gangguan neurologis, Diuretic Osmotik (Manitol) merupakan jenis

    diuretik yang paling banyak digunakan. Manitol adalah suatu Hiperosmotik Agent

    yang digunakan dengan segera meningkat. Volume plasma untuk meningkatkan aliran

    darah otak dan menghantarkan oksigen (Norma D McNair dalam Black, Joyce M,

    2005). Ini merupakan salah satu alasan manitol sampai saat ini masih digunakan

    untuk mengobati klien menurunkan peningkatan tekanan intrakranial. Manitol selaludipakai untuk terapi edema otak, khususnya pada kasus dengan Hernisiasi. Manitol

  • 7/21/2019 Laporan kasus Stroke Perdarahan Intraserebral

    31/34

    31

    masih merupakan obat magic untuk menurunkan tekanan intrakranial, tetapi jika

    hanya digunakan sebagai mana mestinya. Bila tidak semestinya akan menimbulkan

    toksisitas dari pemberian manitol, dan hal ini harus dicegah dan dimonitor.

    Indikasi dan dosis pada terapi menurunkan tekanan intrakranial.

    Terapi penatalaksanaan untuk menurunkan peningkatan tekanan intrakranial

    dimulai bilamana tekanan Intrakranial 20-25 mmHg. Management penatalaksanaan

    peningkatan tekanan Intrakranial salah satunya adalah pemberian obat diuretik

    osmotik (manitol), khususnya pada keadaan patologis edema otak.

    Tidak direkomendasikan untuk penatalaksanaan tumor otak. Seperti yang telah

    dijelaskan di atas, diuretik osmotik (manitol) menurunkan cairan total tubuh lebih dari

    kation total tubuh sehingga menurunkan volume cairan intraseluler.

    Dosis : Untuk menurunkan tekanan intrakranial, dosis manitol 0,251 gram/kgbb

    diberikan bolus intravena, atau dosis tersebut diberikan intravena selama lebih dari

    1015 menit. Manitol dapat jugadiberikan atau dicampur dalam larutan Infus 1,5 2

    gram/kgbb sebagai larutan 15-20% yang diberikan selama 30-60 menit. Manitol

    diberikan untuk menghasilkan nilai serum osmolalitas 310320 mOsm/L.

    Osmolalitas serum sering kali dipertahankan antara 290310 mOsm. TekananIntrakranial harus dimonitor, harus turun dalam waktu 60 - 90 menit, karena

    efek manitol dimulai setelah 0,5 - 1 jam pemberian. Fungsi ginjal, elektrolit,

    osmolalitas serum juga dimonitor selama pasien mendapatkan manitol. Perawat perlu

    memperhatikan secara serius, pemberian manitol bila osmolalitas lebih dari 320

    mOsm/L. Karena diureis, hipotensi dan dehidrasi dapat terjadi dengan pemberian

    manitol dalam jumlah dosis yang banyak. Foley catheter harus dipasang selama

    pasien mendapat terapi manitol. Dehidrasi adalah manisfestasi dari peningkatan

    sodium serum dan nilai osmolalitas.

    Obat Neuroprotektor :

    1. Piracetam 1200 mg/kaplet

    Indikasi : Kemunduran daya pikir, astenia, gangguan adaptasi, gangguan reaksi

    psikomotor. Alkoholisme kronik dan adiksi. Disfungsi serebral sehubungan

    dengan akibat pasca trauma.

  • 7/21/2019 Laporan kasus Stroke Perdarahan Intraserebral

    32/34

    32

    Dosis : Oral sindroma psikoorganik yang berhubungan dengan penuaan, awal 6

    kapsul atau 3 kaplet/hari dalam 2-3 dosis terbagi untuk 6 minggu. Pemeliharaan :

    1,2 g/hr. Sindroma pasca trauma, awal 2 kapsul atau 1 kaplet 3x/hari sampai

    mencapai efek yang diinginkan, lalu 1 kapsul atau kaplet/hari. Inj IM atau IV 1

    g 3x/hari.

    Pemberian obat : sesudah makan.

    Kontra indikasi : Kerusakan ginjal parah, hipersensitif.

    Efek samping : Keguguran, lekas marah, sukar tidur, gelisah, gemetar, agitasi,

    lelah, gangguan GI, mengantuk.

    Mekanisme kerja : piracetam adalah suatu nootropic agent.

    Rencana edukasi :

    Oleh karena piracetam seluruhnya dieliminasi melalui ginjal, peringatan harus

    diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal, oleh karena itu dianjurkan

    melakukan pengecekan fungsi ginjal.

    Oleh karena efek piracetam pada agregasi platelet, peringatan harus diberikan

    pada penderita dengan gangguan hemostatis atau perdarahan hebat.

    2.

    Injeksi Citicoline

    Indikasi : Gangguan kesadaran yang menyertai kerusakan atau cedera serebral,

    trauma serebral, operasi otak, dan infark serebral. Mempercepat rehabilitasi

    tungkai atas dan bawah pada pasien hemiplegia apopleksi.

    Dosis : Gangguan kesadaran karena cedera kepala atau operasi otak 100-500 mg

    1-2x/hari secara IV drip atau injeksi. Gangguan kesadaran karena infark serebral

    1000 mg 1x/hari secara injeksi IV. Hemiplegia apopleksi 1000 mg 1x/hari secara

    oral atau injeksi IV.

    Pemberian obat : berikan pada saat makan atau di antara waktu makan.

    Efek samping : hipotensi, ruam, insomnia, sakit kepala, diplopia.

  • 7/21/2019 Laporan kasus Stroke Perdarahan Intraserebral

    33/34

    33

    Mekanisme kerja :

    Citicoline meningkatkan kerja formatio reticularis dari batang otak,

    terutama sistem pengaktifan formatio reticularis ascendens yang

    berhubungan dengan kesadaran.

    Citicoline mengaktifkan sistem pyramidal dan memperbaiki kelumpuhan

    sistem motoris.

    Citicoline menaikkan konsumsi O2 dari otak dan memperbaiki

    metabolisme otak.

    D. PROGNOSIS

    Perdarahan yang besar jelas mempunyai morbiditas dan mortalitas yang tinggi.

    diperkirakan mortalitas seluruhnya berkisar 26-50%. Mortalitas secara dramatis

    meningkat pada perdarahan talamus dan serebelar yang diameternya lebih dari 3 cm, dan

    pada perdarahan pons yang lebih dari 1 cm. Untuk perdarahan lobar mortalitas berkisar

    dari 6-30 %. Bila volume darah sesungguhnya yang dihitung (bukan diameter

    hematomnya), maka mortalitas kurang dari 10% bila volume darahnya kurang dari 20

    mm3dan 90% bila volume darahnya lebih dari 60 mm3.

    Kondisi neurologik awal setelah terserang perdarahan juga penting untuk

    prognosis pasien. Pasien yang kesadarannya menurun mortalitas meningkat menjadi 63%.

    Mortalitas juga meningkat pada perdarahan yang besar dan letaknya dalam, pada fossa

    posterior atau yang meluas masuk ke dalam ventrikel. Felmann E mengatakan bahwa

    45% pasien meninggal bila disertai perdarahan intraventrikular. Suatu penilaian dilakukan

    untuk memperkirakan mortalitas dalam waktu 30 hari pertama dengan menggunakan 3

    variabel pada saat masuk rumah sakit yaitu Glasgow Coma Scale (GCS), ukuran

    perdarahan dan tekanan nadi. Perdarahan kecil bila ukurannya kurang dari satu lobus,

    sedangkan perdarahan besar bila ukurannya lebih dari satu lobus. Bila GCS lebih dari 9,

    perdarahannya kecil, tekanan nadi kurang dari 40 mmHg, maka probabilitas hidupnya

    dalam waktu 30 hari adalah 98%. Tetapi bila pasien koma, perdarahannya besar dan

    tekanan nadinya lebih dari 65 mmHg, maka probabilitas hidupnya dalam waktu 30 hari

    hanya 8%. Pada PIS hipertensif jarang terjadi perdarahan ulang.8

  • 7/21/2019 Laporan kasus Stroke Perdarahan Intraserebral

    34/34