26
1 Laporan Delegasi DPR RI Ke Sidang WTO Public Forum 2016: Inclusive Trade The 37 th Session of the Steering Committee of the Parliamentary Conference on the World Trade Organization (PC WTO) Jenewa, 27-29 September 2016 PENDAHULUAN Latar Belakang Pada tanggal 27-29 September 2016, WTO menyelenggarakan WTO Public Forum di markas besar WTO di Jenewa, Swiss. Mengambil tema besar “Perdagangan yang Inklusif”, even ini terdiri dari 100 rangkaian acara yang mengundang para pembicara dari kalangan kepala negara, pengusaha, akademisi, parlemen, serta organisasi internasional untuk mendiskusikan isu hangat terkait perdagangan. Tercatat 2.000 peserta menghadiri Public Forum 2016, rekor peserta terbanyak sepanjang 15 tahun pelaksanaan event ini. Sementara pada tanggal 28 September 2016, IPU menyelenggarakan The 37 th Session of the Steering Committee of the Parliamentary Conference on the World Trade Organization (PC WTO) di Markas Besar IPU di Jenewa. Acara ini dihadiri perwakilan dari 10 parlemen negara anggota steering committee, Parlemen Eropa, serta perwakilan dari WTO. Dasar Pengiriman Delegasi Partisipasi Delegasi DPR RI dalam WTO Public Forum 2016 pada tanggal 27-29 September 2016 di Kantor WTO, Jenewa, didasarkan pada Surat Keputusan Pimpinan DPR-RI Nomor: 88/PIMP/I/2016-2017 tanggal 9 September 2016 tentang Penugasan Delegasi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia untuk menghadiri the Annual World Trade Organization (WTO) Public Forum 2016, di Jenewa Swiss.

Laporan Delegasi DPR RI Ke Sidang WTO Public Forum 2016 ......Susunan Delegasi DPR RI ke Parliamentary Session within the Framework of WTO Public Forum 2016 adalah sebagai berikut:

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

    Laporan Delegasi DPR RI

    Ke Sidang WTO Public Forum 2016: Inclusive Trade

    The 37th Session of the Steering Committee of the Parliamentary Conference

    on the World Trade Organization (PC WTO)

    Jenewa, 27-29 September 2016

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Pada tanggal 27-29 September 2016, WTO menyelenggarakan WTO Public

    Forum di markas besar WTO di Jenewa, Swiss. Mengambil tema besar

    “Perdagangan yang Inklusif”, even ini terdiri dari 100 rangkaian acara yang

    mengundang para pembicara dari kalangan kepala negara, pengusaha,

    akademisi, parlemen, serta organisasi internasional untuk mendiskusikan isu

    hangat terkait perdagangan. Tercatat 2.000 peserta menghadiri Public Forum

    2016, rekor peserta terbanyak sepanjang 15 tahun pelaksanaan event ini.

    Sementara pada tanggal 28 September 2016, IPU menyelenggarakan The 37th

    Session of the Steering Committee of the Parliamentary Conference on the

    World Trade Organization (PC WTO) di Markas Besar IPU di Jenewa. Acara ini

    dihadiri perwakilan dari 10 parlemen negara anggota steering committee,

    Parlemen Eropa, serta perwakilan dari WTO.

    Dasar Pengiriman Delegasi

    Partisipasi Delegasi DPR RI dalam WTO Public Forum 2016 pada tanggal 27-29

    September 2016 di Kantor WTO, Jenewa, didasarkan pada Surat Keputusan

    Pimpinan DPR-RI Nomor: 88/PIMP/I/2016-2017 tanggal 9 September 2016

    tentang Penugasan Delegasi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

    untuk menghadiri the Annual World Trade Organization (WTO) Public Forum

    2016, di Jenewa Swiss.

  • 2

    A. Susunan Delegasi

    Susunan Delegasi DPR RI ke Parliamentary Session within the

    Framework of WTO Public Forum 2016 adalah sebagai berikut:

    1. Yth. Nurhayati Ali Assegaf, Ketua Delegasi/ F-PD

    2. Yth. Charles Honoris, anggota delegasi/ F-PDIP

    B. Maksud dan Tujuan Pengiriman Delegasi

    Pengiriman delegasi DPR RI ke Parliamentary Session within the

    Framework of WTO Public Forum 2016 bertujuan untuk menjalankan

    amanat UU MD3. Sesuai dengan UU MD3 DPR RI pada periode 2014-

    2019 tidak hanya memiliki fungsi legislasi, penganggaran, dan

    pengawasan, tetapi juga diberi mandat untuk menjalankan fungsi

    representasi dan second-track diplomacy untuk mendukung kebijakan

    politik luar negeri Pemerintah Republik Indonesia.

    C. Misi Delegasi

    Misi delegasi DPR RI dalam acara WTO Public Forum 2016 dan the 37th

    Session of the Steering Committee of the, antara lain adalah:

    1. Memperkuat kerja sama dalam kerangka multilateral dengan

    negara-negara anggota IPU;

    2. Memperdalam pemahaman mengenai isu terkini dalam

    perdagangan global seperti Global Value Chain, UMKM, serta

    pembangunan berkelanjutan.

    3. Memperjuangkan isu yang menjadi perhatian besar bangsa

    Indonesia misalnya: untuk meningkatkan peran UMKM Indonesia

    dalam rantai nilai global serta posisi Indonesia terkait kebijakan

    perdagangan internasional.

    4. Memelihara dan memperkuat persahabatan dengan negara-

    negara yang memiliki kesepahaman mengenai pentingnya

    transparansi WTO dan pertanggungjawaban WTO terhadap publik.

  • 3

    D. Persiapan Pelaksanaan Tugas

    a. Persiapan Materi

    Materi Delegasi DPR RI dipersiapkan oleh Tenaga Ahli BKSAP dan disusun

    berdasarkan masukan yang komprehensif dari Perwakilan Tetap

    Republik Indonesia di Jenewa, Kementerian Luar Negeri, dan

    Kementerian Perdagangan.

    b. Rapat Delegasi

    Sebelum pelaksanaan Parliamentary Session within the Framework of

    WTO Public Forum 2016 , Delegasi DPR RI telah mengadakan rapat

    delegasi di Ruang Rapat BKSAP.

    I. ISI LAPORAN

    PERTEMUAN dengan United Nation International Strategy for Disaster

    Reduction (UNISDR)

    Pada hari Senin, 26 September 2016, delegasi Indonesia melakukan pertemuan

    bilateral dengan Sekretaris Jenderal United Nation International Strategy for

    Disaster Reduction (UNISDR) Robert Glasser di kantor UNISDR di 9-11 rue de

    Varembe, Jenewa. UNISDR merupakan badan PBB yang menangani

    penanggulangan bencana.

    Dalam pertemuan tersebut, Ketua BKSAP Nurhayati Ali Assegaf menyampaikan

    bahwa pada tahun 2004 Indonesia dilanda salah satu bencana terdahsyat

    dalam sejarah. Gempa berkekuatan 9,3 skala Richter yang diikuti oleh tsunami,

    menimbulkan korban hingga 250.000 jiwa serta menimbulkan kerugian lebih

    dari US$4 miliar. Sejak bencana tersebut, atas inisiatif pemerintah di bawah

    Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),

    Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

    sebagai landasan hukum penyelenggaraan penanggulangan bencana di

    Indonesia ditetapkan. Presiden kemudian membentuk Badan Nasional

    Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun

    2008.

  • 4

    Pasca tsunami, Indonesia juga telah melakukan berbagai upaya mitigasi guna

    mengantisipasi ancaman serupa. Sistem peringatan dini disejumlah daerah

    disiagakan, serta mendidik masyarakat melalui simulasi bencana agar lebih siap

    ketika bencana melanda. Presiden kemudian menjadikan isu lingkungan hidup

    dan pengelolaan bencana menjadi prioritas ke-9 dari 11 Prioritas Nasional

    Program Pemerintah 2010-2014. Dengan dukungan DPR, Presiden

    mendapatkan dukungan penganggaran APBN yang terus meningkat baik.

    Nurhayati menambahkan, kesuksesan Indonesia dalam usaha

    penganggulangan bencana diakui oleh dunia internasional yang ditandai

    dengan diberinya penghargaan “UNISDR Global Champion of Disaster Risk

    Reduction” kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2011.

    Dalam pertemuan tersebut, Nurhayati juga banyak menyinggung terkait

    perubahan iklim. Ia menyampaikan Indonesia yang terletak pada ring of

    fire merupakan negara yang sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim.

    Bencana yang diakibatkan perubahan iklim seperti tanah longsor dan banjir,

    dapat menimbulkan korban jiwa yang sangat besar. Nurhayati juga

    menekankan bahwa perubahan iklim lebih berbahaya dibandingkan terorisme.

    Robert Glasser menekankan pentingnya Sendai Framework Disaster Risk

    Reduction (SFDRR) 2015-2030 yang merupakan sebuah lanjutan dari Hyogo

    Framework for Action yang berlaku dari tahun 2005 hingga 2015. Sendai

    Framework merupakan sebuah kesepakatan sukarela yang tidak mengikat yang

    mengakui bahwa negara memiliki peranan penting dalam menanggulangi risiko

    bencana. Peran tersebut dapat dibagi antara pemerintah, pihak swasta, dan

    pihak yang berkepentingan lain.

    Sendai Framework memiliki tujuan untuk mengurangi risiko dan kerugian dari

    bencana, melindungi aset ekonomi, fisik, sosial, serta budaya dan lingkungan.

    Pertemuan ditutup dengan kedua pihak berkomitmen untuk berkolaborasi dan

    bekerjasama di masa depan.

  • 5

    Pertemuan dengan Sekretaris Jenderal United Nation International Strategy for

    Disaster Reduction (UNISDR) Robert Glasser

    WTO PUBLIC FORUM

    Acara WTO Public Forum 2016 dibuka dengan OPENING PLENARY DEBATE

    yang mengambil tema “Inclusive Trade” Acara ini berlangsung di Room CR,

    Markas WTO pukul 9.30-12.00 waktu Jenewa. Sesi yang dimoderatori oleh Liu

    Xin, Chief Correspondent of CCTV menghadirkan para panelis antara lain:

    1) Roberto Azevêdo, Director- General of the World Trade Organization

    (WTO)

  • 6

    2) Cecilia Malmström, EU Trade Commissioner

    3) Hanne Melin, Director of Global Public Policy, eBay

    4) Roy Ombatti, Founder of African Born 3D Printer

    5) John Danilovich, Secretary General of the International Chamber of

    Commerce

    Direktur Jenderal WTO Roberto Azevêdo dalam sambutannya menekankan

    bahwa perdagangan telah menjadi salah satu senjata utama dalam memerangi

    kemiskinan. Dalam beberapa dekade terakhir, perdagangan global telah

    mengangkat satu miliar orang keluar dari kemiskinan di negara-negara

    berkembang. Perdagangan juga mendorong terciptanya lapangan kerja dan

    menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Meski demikian, data

    dari WTO menunjukkan, telah terjadi penurunan yang sangat signifkan dalam

    perdagangan dunia tahun 2016 yang diperkirakan akan mencapai titik

    terendah sejak krisis finansial 2008.

    Sayangnya, manfaat dari perdagangan belum dapat menjangkau banyak pihak.

    Karena itu dibutuhkan kerjasama yang lebih baik dari setiap pihak serta

    didukung oleh kebijakan yang tepat. Dibutuhkan upaya yang keras dari setiap

    negara untuk menciptakan perdagangan yang inklusif yang dapat dinikmati

    banyak orang.

    Roberto Azevêdo menambahkan, dibutuhkan tiga sistem untuk menciptakan

    perdagangan yang inklusif, yakni: (1) sistem yang responsif terhadap mereka

    yang sangat membutuhkan, (2) sistem yang dapat membuka jalan untuk

    pertumbuhan serta (3) sistem yang dapat mendukung negara miskin, Usaha

    Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), perempuan, serta mereka yang

    termarjinalkan agar dapat terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi global.

    Kemajuan teknologi dan inovasi turut memengaruhi perdagangan global.

    Tercatat, perdagangan melalui internet atau e-commerce mencapai US$22

    triliun pada 2015 dan diperkirakan akan terus meningkat. Hal ini merupakan

    kesempatan yang sangat baik bagi UMKM yang dapat memasarkan produknya

    keluar negeri serta dapat memeroleh bahan baku yang lebih murah. UMKM

    sangat perlu memanfaatkan perkembangan teknologi ini agar tidak semakin

  • 7

    tertinggal oleh negara maju. Karena itu dibutuhkan suatu kebijakan untuk

    membantu masyarakat terhadap volatilitas perekonomian global. “Kerjasama

    antar beragam instansi pemerintah dalam bidang keuangan, pendidikan, dan

    pemberdayaan masyarakat sangat penting untuk dilaksanakan.” Tutup

    Azevedo dalam pembukaannya.

    “Ketidaksetaraan menjadi risiko utama untuk perdamaian dan keamanan,"

    ungkap Menteri Perdagangan dan Investasi Nigeria Okechukwu E. Enelamah

    dalam paparannya. Ia menyampaikan bahwa Nigeria telah melakukan beragam

    upaya untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif diantaranya

    meratifikasi Perjanjian Fasilitasi Perdagangan (Trade Facilitation Agreement),

    yang secara signifikan akan mengurangi biaya perdagangan untuk bisnis di

    negara-negara berkembang, terutama untuk UMKM. Nigeria juga telah

    memantapkan dirinya sebagai pusat pengembangan start-up di Afrika.

    Nigeria berkeyakinan bahwa untuk mencapai perdagangan yang inklusif,

    dibutuhkan kerjasama dari sisi domestic dan internasional. Okechukwu

    Enelamah berpendapat, peraturan yang disepakati secara multilateral tidak

    akan berjalan efektif jika tidak didukung oleh reformasi kebijakan yang

    berkelanjutan oleh negara anggotanya. Negara anggota perlu memodernisasi

    perekonomian domestic, meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik,

    serta memberantas korupsi.

    Komisioner Perdagangan untuk Uni Eropa Cecilia Malmström menjadi panelis

    berikutnya. Menurutnya, pentingnya tema acara WTO tahun ini yakni

    Perdagangan Inklusif dikarenakan banyak orang di dunia tidak merasa terlibat

    dalam perdagangan global yang telah menyebabkan sentimen anti-globalisasi

    mencuat di seluruh dunia.

    "Dunia membutuhkan jenis baru kebijakan perdagangan," tambah Malmström.

    Uni Eropa telah mengambil langkah-langkah strategis diantaranya dengan

    menekankan pentingnya rantai nilai global (global value chain) dan

    perkembangan ekonomi digital yang merupakan fenomena perdagangan

    global terkini, serta dengan membuat beragam kebijakan perdagangan yang

    lebih transparan, dan memastikan bahwa kebijakan perdagangan selalu

  • 8

    didasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan, melindungi hak konsumen serta

    ramah lingkungan.

    Hanne Melin, Direktur Kebijakan Publik eBay, yang merupakan salah satu e-

    commerce terbesar di dunia, menyoroti pentingnya perdagangan berbasis

    teknologi dalam mempromosikan inklusivitas. Yang unik dalam perekonomian

    saat ini adalah bahwa teknologi memungkinkan UMKM dapat terlibat dalam

    perdagangan global. Jika dulu UMKM berfokus pada pasar domestic, kini

    berkat perkembangan teknologi, UMKM dapat memasarkan produknya keluar

    negeri.

    John Danilovich, Sekretaris Jenderal International Chamber of Commerce,

    menekankan sulitnya UMKM dalam akses pendanaan. Hampir dua-pertiga dari

    permohonan kredit oleh UMKM ditolak oleh bank, dan Bank Pembangunan

    Asia (Asian Development Bank) memperkirakan kekurangan pembiayaan

    perdagangan global mencapai US$1,6 triliun. “Kemudahan terhadap akses

    pendanaan merupakan salah satu resep untuk mencapai perdagangan inklusif”

    tutupnya.

    Plenary session ditutup oleh Roy Ombatti, African Born 3D Printer. Ia bergerak

    dalam program "Happy Feet", dimana ia menggunakan printer 3D untuk

    membuat sepatu dari bahan yang daur ulang untuk orang-orang yang kakinya

    cacat karena infeksi, penyakit yang lazim terjadi di Kenya.

    Mr Ombatti mendesak para pembuat kebijakan untuk fokus pada pengusaha

    kecil dan mikro dan memberi mereka sistem yang tepat untuk berkembang.

    Dia mencatat bahwa perusahaannya harus menolak banyak permintaan dari

    luar negeri karena sulit dan mahalnya biaya untuk ekspor produknya ke luar

    negeri. "Beri kami kesempatan yang adil dan dukungan yang tepat, dan saya

    yakin kita dapat membantu banyak orang," tutupnya yang disambut meriah

    oleh hadirin.

    Terkait sesi pembukaan diatas, posisi Indonesia pada dasarnya senantiasa

    mendukung kerja sama perdagangan yang bersifat inklusif dan transparan,

    karena perdagangan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara

  • 9

    signfikan, menciptakan lapangan kerja baru, serta membantu mengurangi

    kemiskinan.

    Indonesia saat ini terlibat aktif dalam beragam perundingan terkait akses pasar

    di WTO. Sebagai negara berkembang, Indonesia tetap ingin mendasarkan

    perundingan pada prinsip-prinsip yang mengutamakan tujuan pembangunan

    dalam Agenda Pembangunan Doha. Di sisi lain, UMKM yang merupakan tulang

    punggung perekonomian Indonesia, turut menjadi prioritas dalam agenda

    perdagangan global bagi Indonesia.

  • 10

    PLENARY SESSION 2

    WORLD TRADE REPORT 2016 LAUNCH

    Inclusive Trade and SMEs

    Pembicara:

    1. Roberto Azevêdo, Sekretaris Jenderal WTO

    2. Liam Fox, Sekretaris Negara untuk Perdagangan Internastional Britania

    Raya.

    3. Robert B. Koopman, Kepala bagian Ekonomi WTO

    4. Hildegunn Nordas, Analis Senior Kebijakan Perdagangan OECD

    5. Kati Suominen, Pendiri Nextrade Group dan TradeUp Capital Fund

    6. Manuel Aldrete, General Manager Chicza Rainforest

    7. Sherill Quintana, Pendiri dan Presiden Oryspa

    Setelah istirahat makan siang, acara dilanjutkan dengan plenary session bagian

    kedua yang mengambil tema Perdagangan Inklusif dan UMKM. Acara

    dilaksanakan pada pukul 14.30 hingga 16.00 di Conference Room WTO. Acara

    dibuka dengan peluncuran buku “WTO Trade Report 2016” oleh Roberto

    Azevêdo, Sekretaris Jenderal WTO. Buku tersebut berisi diantaranya tantangan

  • 11

    dan peluang yang dihadapi UMKM dalam perdagangan global dan bagaimana

    sistem serta kebijakan perdagangan global mampu mendorong partisipasi

    UMKM di pasar internasional.

    Dalam paparannya, Roberto Azevêdo menyampaikan bahwa UKMM mensuplai

    90% lapangan pekerjaan di banyak negara. Data juga menunjukkan, satu dari

    tiga UKM di negara-negara berkembang dimiliki oleh perempuan. “Dengan

    meningkatkan peluang UKMM agar lebih terlibat perekonomian global, kita

    dapat membantu meningkatkan taraf kehidupan orang” paparnya. Sudah

    menjadi tugas kita bersama untuk memastikan bahwa sistem perdagangan

    global benar-benar inklusif untuk UKM, dan kita juga harus melihat tantangan

    yang mereka hadapi dalam perekonomian global serta apa yang dapaty kita

    lakukan untuk membantu. Diharapkan pertanyaan tersebut dapat terjawab

    dalam buku WTO Trade Report 2016 yang segera diluncurkan.

    Beberapa data menarik dari buku tersebut diantaranya adalah secara global,

    bank menolak 50% permintaan kredit dari perusahaan kecil, dibandingkan

    dengan hanya menolak 7% permintaan dari perusahaan besar. Akses terhadap

    pendanaan memang masih menjadi momok bagi UMKM di beberapa negara.

    “Saya berharap buku ini serta diskusi yang kita lakukan dalam acara ini dapat

    membantu menjawab permasalahan yang UMKM hadapi.”

    Perdagangan harus bebas dan adil, sekretaris negara urusan perdagangan

    Inggris Liam Fox membuka paparannya. Inggris telah memiliki sejarah panjang

    dalam mendukung perdagangan bebas, dikarenakan besarnya manfaat yang

    dapat dirasakan oleh negara. Perdagangan bebas menempatkan konsumen

    sebagai prioritas nomor satu dan mendorong negara untuk memiliki

    spesialisasi dalam menciptakan produk yang berkualtias tinggi, memiliki

    produktivitas yang tinggi dan efisien berdasarkan kemampuan dan sumber

    daya yang dimiliki.

    Liam Fox berpendapat bahwa kita harus menghindari praktik proteksionisme

    dan isolasi yang dapat menimbulkan gejolak dan instabilitas dalam

    perekonomian yang berakibat buruk bagi masyarakat. Ia juga berpendapat

    bahwa UMKM merupakan urat nadi dari perekonomian. UMKM di Inggris

  • 12

    mencakup 99% dari total usaha serta mempekerjakan 15 juta orang. Untuk

    mendorong UMKM agar dapat berpartisipasi di era globalisasi, pemerintah

    Inggris berencana pada 2017, 95% pelaku usaha di Inggris memiliki jaringan

    internet yang super cepat. Sebagai penutup, Liam Fox menyinggung mengenai

    peran perempuan dalam perdagangan global. Dengan 10 juta UMKM diseluruh

    dunia dimiliki oleh perempuan, Liam Fox mendukung program “She Trades

    Initiative” untuk menciptakan satu juta wirausahawan wanita pada tahun

    2020.

    Robert B. Koopman, Kepala bagian Ekonomi WTO menyampaikan bahwa

    peluncuran buku WTO Trade Report 2016 dapat membantu memahami lebih

    dalam peran UMKM dalam aktivitas ekonomi domestic dan dalam kancah

    perdagangan global. Panel dilanjutkan oleh Hildegunn Nordas, Analis Senior

    Kebijakan Perdagangan OECD menyampaikan WTO Trade Report 2016

    mengandung informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambil kebijakan,

    peniliti, serta pihak lain.

    Panel juga diisi oleh Kati Suominen, Pendiri Nextrade Group dan TradeUp

    Capital Fund, Manuel Aldrete, General Manager Chicza Rainforest, serta herill

    Quintana, Pendiri dan Presiden Oryspa yang menyampaikan pandangan dari

    sisi pelaku UMKM. Mereka berbagi pengalaman pribadi bagaimana memulai

    UKM di negara mereka, serta kesulitan yang mereka hadapi. Mereka juga

    menyampaikan pandangan mereka terkait pemberdayaan komunitas local

    serta peran perempuan dalam perdagangan global.

    Sebagai penutup, mereka juga menyampaikan rasa terima kasih serta

    menyinggung peran penting WTO Public Forum sebagai wadah untuk saling

    berdiskusi dari berbagai pihak seperti pemerintahan, UMKM, donor, serta

    institusi finansial.

    Plenary Session WTO Public Forum 2016

    How Can Global Value Chain Make Trade More Inclusive : A Legislative

    Perspectives

    Jenewa, 27 September 2016

    Pada pukul 16:00-17:30 bertempat di Room S3, diadakan sesi parlemen yang

  • 13

    mengambil tema How Can Global Value Chain Make Trade More Inclusive : A

    Legislative Perspectives. Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) Dr.

    Nurhayati Ali Assegaf menjadi salah satu panelis bersama dengan panelis lain

    yakni:

    1. Rodriguez-Pinero Inmaculada, anggota Parlemen Uni Eropa

    2. Barbara Bijelic, OECD

    3. Saud Majeed, anggota Parlemen Pakistan

    Panel diskusi dimoderatori oleh Emma McClarkin yang merupakan anggota

    Parlemen Uni Eropa. Presentasi pertama disampaikan oleh Rodriguez-Pinero

    Inmaculada yang menyampaikan bahwa GVC merupakan kesempatan bagi

    negara berkembang dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk

    lebih terlibat dalam perdagangan internasional. Namun ia mengingatkan,

    terdapat beragam tantangan yang dihadapi, diantaranya sulitnya akses

    terhadap finansial serta hambatan tariff perdagangan.

    Ia menyampaikan mengenai pentingnya peran UMKM dalam Ekonomi Eropa.

    99,8% bentuk usaha di Eropa berbentuk UMKM yang berkontribusi 66,5% dari

    total angkatan kerja serta menciptakan nilai tambah sebesar 57,6%. Rodrigiuez

    Pinero juga menekankan besarnya manfaat yang dapat diperoleh UMKM

    dengan terlibat dalam GVC seperti terbukanya akses ke pasar global, akses

    terhadap pendanaan, meningkatkan produktivitas serta memicu pertumbuhan

    teknologi, meningkatkan kualitas produk, dan manajemen agar mampu

    bersaing dengan pelaku usaha Negara lain.

    Ketua BKSAP Nurhayati Ali Assegaf menjadi pembicara selanjutnya. Dalam

    pemaparannya, Nurhayati menegaskan pentingnya dampak fenomena Nilai

    Rantai Global (Global Value Chain) dimana proses produksi dari bahan mentah

    hingga bahan jadi diproses di banyak negara. Data dari WTO menyebutkan,

    GVC menyumbang 70% dari total perdagangan global. Nurhayati juga

    menekankan pentingnya mendorong UMKM yang merupakan tulang punggung

    perekonomian Indonesia untuk lebih terlibat dalam GVC.

  • 14

    Nurhayati turut menggarisbawahi pentingnya dibuat suatu kebijakan untuk

    melindungi ekonomi lokal, menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan,

    serta untuk menciptakan investasi yang berkeadlian yang dapat dinikmati

    semua masyarakat. Nurhayati juga menyoroti agar kebijakan yang dibuat harus

    mampu mendorong UMKM dalam negeri agar dapat menerima manfaat dari

    GVC melalui peningkatan kemampuan dan kompetensi, pembangunan

    kapasitas, serta transfer teknologi.

    Sebagai tokoh perempuan, Nurhayati tidak lupa menekankan pentingnya

    memberdayakan perempuan. Hingga saat ini, perempuan masih mengalami

    ketimpangan dibanding pria terutama dalam bidang pendidikan, lapangan

    pekerjaan, serta aktivitas ekonomi lainnya. "Pemberdayaan perempuan sejalan

    dengan Target Pembangunan Berkelanjutan (TPB) yang disepakati para

    pemimpin dunia pada tahun lalu" tutupnya yang disambut tepuk tangan

    meriah dari peserta.

    Saud Majeed, anggota Parlemen Pakistan memberi contoh iPhone dalam

    skema GVC. Komponen untuk merakit sebuah iPhone melibatkan banyak

    perusahaan di berbagai negara. GVC memiliki peran sangat penting bagi

    negara berkembang. Keterlibatan negara berkembang dalam GVC terus

    meningkat, dari 20% pada 90an menjadi 40% saat ini. Saud Majeed

    menggarisbawahi pentingnya peran pemerintah dalam memfasilitasi UMKM

    agar dapat terlibat dalam GVC, seperti menciptakan kondisi perekonomian

    yang stabil, menciptakan iklim investasi yang sehat guna mendorong masuknya

    investor, serta mengeluarkan kebijakan yang pro terhadap UMKM.

    Barbara Bijelic yang mewakili OECD menjadi pembicara berikutnya. Ia

    memaparkan beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh OECD diantaranya

    adalah masih kecilnya peran serta negara sedang berkembang (least developed

    countries atau LDCs) dalam GVC. Dalam dua dekade terakhir, peran LDC telah

    tumbuh dua kali lipat dari 6% menjadi 11%, namun angka ini masih sangat kecil

    dan sebagian besar terkonsentrasi di bidang pertanian, memiliki nilai tambah

    yang kecil, dan padat karya.

  • 15

    Barbara Bijelic menambahkan, selain kebijakan perdagangan multilateral,

    dibutuhkan juga kebijakan domestic yang mendukung UMKM baik dalam

    bidang pendanaan, pelatihan, maupun akses ke pasar internasional. Untuk

    melakukan hal ini, dibutuhkan kolaborasi antara pihak pemerintah dan swasta.

    Dalam sesi tanya jawab, Charles Honoris menyampaikan pandangannya serta

    bertanya kepada panelis terkait peran penting e-commerce yang sangat

    berkembang dalam beberapa tahun terakhir seiring kian mudahnya akses

    internet. Dia bertanya bagaimana parlemen Pakistan dalam mendukung e-

    commerce.

    Plenary session yang berlangsung selama 90 menit tersebut berjalan dengan

    sangat menarik dengan banyaknya pertanyaan yang dilontarkan oleh peserta.

    Di akhir pemaparannya, Nurhayati melontarkan pernyataan tegas “jangan

    sampai GVC menjadi bentuk kolonialisme baru dari negara maju terhadap

    negara miskin”

  • 16

  • 17

    37th Steering Committee of the Parliamentary Conference on the WTO

    Jenewa, 28 September 2016

    Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) Nurhayati Ali Assegaf

    menjadi perwakilan Indonesia dalam acara 37th Steering Committee of the

    Parliamentary Conference on the WTO. Pertemuan tersebut diikuti oleh 10

    perwakilan parlemen anggota steering commitee serta dihadiri pula oleh

    Parlemen Eropa, Inter-Parliamentary Union (IPU), dan World Trade

    Organization (WTO). Dalam pertemuan yang berlangsung di markas besar IPU

    tersebut, ada empat agenda utama yang dibahas, yaitu pemaparan hasil kerja

    WTO, perkembangan terkait negara anggota baru WTO, perkiraan

    perdagangan dunia kedepan, serta pembahasan pernyataan bersama (draft

    statement).

    Acara ini dipimpin oleh Co-Chairman of the PCWTO, Mr. Krister Ȫrnfjäder, MP

    (Sweden), dan Mr. Bernd Lange, Chairman of the Committee on International

  • 18

    Trade of the European Parliament. Selain itu, hadir dan memberikan sambutan

    Sekjen IPU Martin Chungong.

    Menjadi pembicara pertama dalam acara kali ini adalah Deputi DIrektur

    Jenderal PCWTO, Mr. Karl Brauner. Dalam sambutannya, ia menyampaikan

    pentingnya peran parlemen dalam perdagangan global, tidak hanya dalam

    meratifikasi perjanjian. Di banyak negara saat ini timbul kecenderungan anti-

    perdagangan. Dimana perdagangan global dipandang sebagai bentuk

    kolonialisme modern, yang hanya menguntungkan segelintir negara. Karena

    itu, menjadi tugas bersama tiap negara anggota WTO agar manfaat

    perdagangan dapat dinikmati setiap negara tanpa terkecuali.

    Karl Brauner yang berkewarganegaraan Jerman mengatakan bahwa

    keterilibatan aktif Jerman dalam perdagangan internasional sangat membantu

    ekonomi Jerman sehingga menjadi salah satu yang terbesar saat ini, serta

    dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.

    Perdagangan internasional telah menciptakan rantai nilai global (GVC) yang

    tersebar di banyak negara. Ia memberi contoh Nutella, produk selai coklat yang

    sangat digemari di Eropa. Nutella dimiliki oleh Ferrero Internasional,

    perusahaan yang bermarkas di Luxembourg. Ferrero memiliki 10 pabrik coklat

    yang tersebar di banyak negara, dari Eropa, Amerika Selatan, hingga Australia.

    Bahan pembuatan selai didatangkan dari banyak negara seperi kacang dari

    Turki, coklat dari Pantai Gadung, serta vanilla dari Amerika. Dapat dilihat,

    untuk membuat sekotak selai membutuhkan ribuan orang dari banyak negara.

    GVC tidak hanya terkait produk jadi, namun juga servis. Di era globalisasi,

    servis memegang peranan sangat penting, seperti di bidang telekomunikasi,

    keuangan, asuransi, komputer, dan lain-lain. Dalam penutupan, Karl Brauner

    menggarisbawahi bahwa telah banyak bukti jika perdahangan merupakan

    pendorong bagi pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan pekerjaan, serta

    penurunan tingkat kemiskinan di banyak negara.

    Namun ia juga mengingatkan untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan

    perdagangan yang adil. Karena itu menjadi tugas setiap negara untuk

  • 19

    menciptakan pendidikan yang berkualitas bagi masyarakatnya, disertai

    pelatihan agar mampu bersaing dalam menciptakan produk dan jasa yang

    berkualitas. Ia juga mendesak anggota WTO untuk mulai melaksanakan apa

    yang telah disepakati dalam perjanjian sebelumnya seperti perjanjian Nairobi.

    Coleman Nee, ekonom senior dari WTO kemudian menyampaikan

    perkembangan terkini perdagangan global. Data menunjukkan, pertumbuhan

    perdagangan tahun 2016 akan menjadi yang terendah sejak terjadinya krisis

    finansial tahun 2007. Pertumbuhan perdagangan pada 2016 hanya akan

    mencapai 1,7% dan tumbuh tipis 1,8% tahun 2017. Perlambatan ini dipicu oleh

    turunnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok dan Brazil.

    Mr. Dimitar Bratanov dari Acession Division menjadi pembicara selanjutnya.

    Dalam paparannya, ia menyampaikan situasi terkini terkait keanggotaan

    negara WTO. Saat ini anggota WTO sebanyak 164 negara, dengan 36 negara

    anggota baru sejak tahun 1995. Selain itu, saat ini terdapat 19 negara yang

    sedang dalam proses untuk menjadi anggota baru, dengan 6 diantaranya

    merupakan negara LDC yakni Bhutan, Comorros, Equatorial Guinea, Ethiopia,

    Sao Tome, dan Sudan.

    Ia juga menambahkan manfaat yang diperoleh jika menjadi anggota WTO,

    diantaranya adalah dapat terlibat dalam perdagangan global terutama dari

    terbukanya akses pasar, terhindar dari praktik proteksionisme, membantu

    penyelesaian sengketa, serta dapat mendorong terciptanya pemerintahan

    yang bersih dan transparan. Menjadi anggota WTO tidak hanya. Setiap negara

    memiliki kekhasan tersendiri sehingga proses perundingan tiap negara dapat

    berbeda satu sama lain. Kondisi ekonomi, geopolitik, maupun biaya

    merupakan beberapa faktor yang harus dipertimbangkan.

    Ketua BKSAP terlibat aktif selama rangkaian acara. Pada sesi pertama,

    Nurhayati menyampaikan bahwa perdagangan global dapat mengurangi

    tingkat kemisikinan serta mencipatakan lapangan kerja baru. “Parlemen

    Indonesia memandang bantuan perdagangan atau aid for trade dapat

    mendorong terciptanya perdagangan yang inklusif melalui pembangunan

  • 20

    kapasitas terutama bagi masyarakat dari negara berkembang dan negara

    miskin” paparnya.

    Pada sesi kedua mengenai perkembangan terkini negara anggota baru WTO,

    Dimitar Bratanov selaku perwakilan WTO di bidang hubungan ekonomi

    memaparkan, semenjak tahun 1995, negara anggota WTO bertambah

    sebanyak 36 negara, dengan 10 diantaranya merupakan least developed

    country. Tercatat, negara anggota WTO saat ini beranggotakan 164 negara.

    Pada sesi ini Ketua BKSAP mengingatkan bahwa negara yang ingin bergabung

    dengan WTO perlu melihat kapasitas negaranya. Dalam beberapa kasus,

    negara yang yang ingin bergabung diharuskan melakukan perubahan kebijakan

    dan membuka akses pasar yang diluar kemampuannya. “Negara anggota WTO

    perlu memfasilitasi proses integrasi negara baru sesuai dengan kemampuan

    pembangunan negara tersebut”, saran Nurhayati.

    Nurhayati juga menambahkan, Indonesia senantiasa mendukung program-

    program untuk membantu negara-negera berkembang, serta membantu

    kelompok masyarakat yang kurang mampu sehingga mereka mendapat

    manfaat dari perdagangan global. Sebagai tokoh yang vokal terhadap

    pemberdayaan perempuan, Nurhayati menyampaikan rekomendasi kepada

    forum agar perdagangan global tidak melupakan pentingnya peran

    perempuan. “Perempuan tidak hanya sebagai tenaga kerja dan ikut serta

    dalam aktivitas perekonomian, namun harus turut serta dalam pengambilan

    keputusan” sarannya.

    Sesi terakhir yang merupakan sesi adoption of statement berlangsung sangat

    menarik. Dratt statement tersebut berisi pentingnya peran Usaha Mikro, Kecil,

    dan Menengah (UMKM), perempuan, dan anak muda dalam sistem

    perdagangan global. Selain itu, negara anggota juga sepakat untuk

    menciptakan kebijakan yang mendorong UMKM dan negara miskin agar lebih

    terlibat dalam rantai nilai global (global value chain). Draft statement juga

    berisi ucapan selamat untuk Afghanistan yang menjadi anggota terbaru WTO

    yang ke 164.

  • 21

    Ketua BKSAP beberapa kali menyampaikan saran dan pendapatnya terkait

    draft statement yang disiapkan oleh IPU, termasuk dimasukkannya paragraf

    tambahan terkait pentingnya peran parlemen. Peran aktif Indonesia mendapat

    apresiasi yang sangat tinggi dari negara lain dimana saran dan masukan yang

    diajukan oleh Indonesia, diterima oleh forum untuk kemudian dijadikan

    sebagai final statement.

    HASIL - HASIL YANG DICAPAI

    Pada akhir pertemuan, Delegasi DPR RI telah memberikan peran aktif melalui

    berbagai usulan tambahan rancangan Outcome Document. Paragraf-paragraf

    yang diusulkan Indonesia memberikan nuansa baru dalam agenda

    pembahasan pertemuan tahunan PCWTO.

    Outcome Document tersebut berisi poin-poin sebagai berikut:

    1. Menyambut baik pelaksanaan WTO Public Forum dengan tema utama

    “Perdagangan yang Inklusif”. Acara ini merupakan kesempatan yang

    sangat baik bagi setiap pemegang kepentingan baik dari pemerintah

    maupun swasta untuk bertukar pikiran terkait perdagangan global. Saat

    ini perdagangan global sedang mengalami perlambatan disertai mulai

    merebaknya sentimen anti globalisasi di banyak tempat.

    2. Menggarisbawahi pentingnya untuk memastikan perdagangan global

    dapat dinikmati semua pihak, termasuk negara miskin, UMKM, serta

    perempuan dan anak muda. Forum juga mendukung kebijakan bagi

    negera berkembang dan LDC agar dapat lebih berpartisipasi dalam GVC.

    3. Menegaskan kembali pentingnya anggota WTO dalam menjalankan

    komitmen yang dicapai pada KTM ke-10 di Nairobi, Doha Development

    Agenda, serta Bali.

    4. Mendorong negara anggota WTO untuk membuat kebijakan yang

    pragmatis, realistis, dan kreatif dalam persiapan pelaksanaan WTO

    Ministerial Conference tahun 2017 yang akan dilaksanakan di Amerika

    Selatan.

    5. Mengucapkan selamat kepada Afghanistan sebagai anggota ke-164 WTO

    setelah proses panjang selama 12 tahun. Afghanistan merupakan negara

  • 22

    LDC ke-9 yang bergabung ke WTO serta telah meratifikasi Trade

    Facilitation Agreement.

    6. Menyambut baik semakin banyaknya negara yang telah meratifikasi

    Trade Facilitation Agreement serta mendesak negara yang belum

    meratifikasi. TFA akan resmi dimulai jika telah disetujui oleh dua-pertiga

    anggota WTO. Saat ini 94 negara telah meratifikasi.

    7. Mengakui bahwa perdagangan inklusif memegang peranan penting

    dalam pencapaian Target Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable

    Development Goals). Forum juga mendorong agar pemerintah turut

    serta melibatkan parlemen dalam meformulasikan kebijakan demi

    pencapaian TPB.

  • 23

  • 24

    I. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

    KESIMPULAN

    Acara WTO Public Forum 2016 dan sidang Tahunan IPU PCWTO berjalan

    dengan lancar. Anggota mendapat beragam informasi menarik dan

    teraktual terkait kondisi perdagangan global saat ini. Dalam acara

    PCWTO, delegasi yang hadir juga aktif bertukar pandangan mengenai

    beragam topik pembahasan dan menyetujui secara konsensus Outcome

    Document yang diajukan Steering Committee.

    Kehadiran Indonesia dalam sidang tahunan PCWTO memiliki nilai

    strategis untuk mendorong kebijakan Indonesia terkait dengan

    perdagangan internasional, UMKM, rantai nilai global, dan peran serta

    parlemen terkait isu yang dibahas.

    Ide untuk memasukan keterlibatan parlemen dalam formulasi kebijakan

    untuk mencapai SDGs merupakan hasil dari proposal Indonesia yang

  • 25

    mendapat sambutan baik dari anggota Steering Committee lainnya serta

    disepakati dalam final draft.

    REKOMENDASI

    Mendorong BKSAP DPR RI untuk mengkomunikasikan poin-poin penting

    yang didapat selama acara WTO Public Forum maupun dalam Outcome

    Document Steering Commitee kepada seluruh Alat Kelengkapan Dewan

    DPR RI terutama Komisi VI yang menangani bidang perdagangan guna

    memastikan tindak lanjut, sesuai mekanisme di DPR.

    Menegaskan kembali pentingnya peran serta parlemen dalam

    perumusan kebijakan internasional. Parlemen dapat dilibatkan dalam

    beragam proses, seperti perumusan, negosiasi, dan ratifikasi. Oleh

    karena itu, koordinasi dan kerja sama yang baik antara DPR RI dengan

    stakeholders terkait, terutama Pemerintah melalui Kementerian

    Perdagangan sebagai focal point negosiasi Indonesia di WTO menjadi hal

    yang krusial.

    Mengingat pentingnya peran UMKM dalam perekonomian Indonesia,

    yang mencapai 97% dari seluruh bentuk usaha ekonomi, BKSAP DPR RI

    menghimbau agar parlemen dan institusi pemerintah terkait untuk

    senantiasa memberdayakan bentuk usaha ini. Saat ini terdapat 59 juta

    unit UMKM yang mempekerjakan lebih dari 127 juta orang.

    Isu integrasi ekonomi telah menjadi agenda di banyak kawasan, salah

    satunya di Asia Tenggara melalui Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

    Integrasi ekonomi menawarkan peluang sangat baik bagi tumbuhnya

    UMKM di pasar global sehingga mendorong UMKM untuk meningkatkan

    kualitas produk, produktivitas, serta model bisnisnya agar dapat bersaing

    di pasar dunia. Hal ini juga akan membuka lapangan kerja yang pada

    gilirannya bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sayangnya, peran

    UMKM Indonesia di pasar ekspor masih sangat kecil yakni baru sekitar

    15%.

    BKSAP mendorong penggunaan teknologi informasi seperti internet

    untuk mendorong agar UMKM kita dapat lebih terlibat dalam rantai nilai

    global. Pengguna internet di Indonesia mencapai lebih dari 100 juta

  • 26

    orang, namun baru sangat sedikit UMKM Indonesia yang mampu

    memanfaatkan internet agar produknya mampu menembus pasar

    global. BKSAP DPR RI mendorong agar para pelaku UMKM dapat

    diberikan bimbingan dalam penggunaan teknologi, karena jika tidak

    mengikuti perkembangan, dipastikan UMKM kita akan semakin

    tertinggal.

    Mengingat besarnya peran perempuan dalam UMKM, BKSAP DPR RI juga

    mendorong agar kebijakan serta program yang dibuat untuk memajukan

    UMKM turut memasukan unsur perempuan.