Click here to load reader
View
217
Download
0
Embed Size (px)
KONTRIBUSI KOMITMEN ORGANISASIONAL DANKEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP
ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR PADAPT. CARREFOUR INDONESIA
OlehDevi Sandra94105004
Magister Psikologi Industri dan [email protected]
ABSTRAK
Perubahan besar-besaran terhadap dunia teknologi informasi, dan semakin tingginya
tuntutan dari konsumen untuk mendapatkan sesuatu dengan efektif dan efisien,
menghendaki para karyawan dapat menangani arus kerja secara optimal dan efisien.,
konsekuensinya adalah akan meningkatkan produktivitas dan kesuksesan dirinya.
Tentunya hal ini bisa diselaraskan dengan 2 faktor pendukung lainnya yaitu komitmen
organisasional dan kepemimpinan transformasional. Komitmen organisasional diukur
dengan menggunakan kuisioner yang diadopsi dari pandangan Meyer & Allen (1997).
Kepemimpinan trasformasional diukur dengan menggunakan kuisioner yang mengacu
pada pandangan dari Bass (1997). Sedangkan OCB diukur dengan menggunakan
kuisioner yang diadopsi dari pandangan Organ (2003). Metode yang digunakan dalam
penyusunan dan penilaian item menggunakan skala Likert sedangkan analisis data
dilakukan dengan bantuan program SPSS 15.0. Dari hasil analisa yang dilakukan, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa secara bersama-sama terdapat kontribusi komitmen
organisasional dan kepemimpinan transformasional terhadap OCB. Dalam hal ini,
komitmen organisasional memiliki peran yang sangat signifikan daripada
kepemimpinan transformasional terhadap OCB. Dengan demikian, tercapainya
komitmen organisasional yang diikuti adanya kepemimpinan transformasional yang
kondusif maka akan terbentuk OCB dalam suatu organisasi.
Kata kunci : Komitmen Organisasioal, Kepemimpinan Transformasional,
Organizational Citizenship Behavior
1
2
PENDAHULUAN
Proses pelaksanaan bisnis tingkat tinggi membutuhkan waktu dan biaya yang
besar dan terdapat banyak rintangan, maka kesuksesan akan tergantung pada
kemampuan membentuk tanggung jawab transnasional yang baik. Dengan terbentuknya
tanggung jawab tersebut maka akan menentukan siap atau tidaknya suatu perusahaan
untuk masuk dalam persaingan ekonomi global.
Tanggung jawab yang dibentuk dengan baik harus diikuti dengan kemampuan
teknis yang baik pula, kondisi ini memberikan implikasi bahwa sumber daya manusia
yang potensial, mampu mengadaptasi kemajuan dan perkembangan ilmu dan teknologi
untuk menghasilkan produk terkini (up to date), menjadi kebutuhan perusahaan. Setiap
perusahaan cenderung berusaha menemukan dan melaksanakan struktur organisasi
yang memungkinkan sumber daya manusia berkualitas dan kompetitif sehingga
diperoleh hasil kerja yang diharapkan.
PT. Carrefour Indonesia telah mempersiapkan diri dalam melangkah menuju era
globalisasi. Dengan nilai-nilai inti yang dimiliki oleh seluruh karyawan, menjadi
landasan dalam segala tindakan. Karena berlingkup global, Carrefour memiliki
tanggung jawab dan kewajiban khusus kepada pelanggan, karyawan, dan mitra
kerjanya. Kepemimpinan yang selalu membawa kebanggan untuk menjadi nomor satu,
juga menuntut upaya terus menerus agar selalu menjadi yang terbaik. Sebagai
perusahaan retail, secara alami Carrefour bersifat terbuka dan siap menerima masukan
dari semua pihak. Nilai-nilai inti tersebut adalah keleluasaan, tanggung jawab, berbagi,
menghargai, integritas, kebersamaan, dan kemajuan. Oleh karena itu ada deskripsi
formal tentang perilaku yang harus dikerjakan (intra-role), dan yang tidak terdeskripsi
secara formal yang dilakukan oleh pegawai (extra-role). Hal ini biasa dikenal dengan
sebutan OCB (Organizational Citizenship Behaviour).
OCB lebih berkaitan dengan manifestasi seseorang (karyawan) sebagai makhluk
sosial. Jika karyawan dalam organisasi memiliki OCB, karyawan dapat mengendalikan
perilakunya sendiri sehingga mampu memilih perilaku yang terbaik untuk kepentingan
organisasinya.
Komitmen merupakan salah satu variabel yang telah banyak diketahui memiliki
kaitan yang erat dengan OCB. Karyawan yang memiliki komitmen organisasional akan
melakukan tidak hanya tugas-tugas yang telah menjadi kewajibannya tetapi dengan
3
sukarela akan mengerjakan hal-hal yang dapat digolongkan sebagai usaha-usaha ekstra
(extra effort). Karyawan yang berkomitmen akan bekerja seakan-akan mereka memiliki
organisasi. Hal ini memberikan organisasi kemampuan lebih dalam usaha untuk
mencapai tujuan-tujuannya.
Selain komitmen, kepemimpinan transformasional juga memiliki peranan
penting dalam suatu organisasi. Kepemimpinan transformasional tidaklah terbatas pada
subyek orang, melainkan kepemimpinan yang lebih holistic lagi karena terkait dengan
tujuan yang ingin dicapai bersama. OCB dipahami sebagai bentuk nyata kontribusi
karyawan, dan tidak semua orang menunjukkan hal ini. Karyawan yang menunjukkan
tingkat OCB yang tinggi mungkin mendapatkan reward berupa penilaian yang tinggi
oleh pimpinan (misalnya : kesempatan promosi) daripada mereka yang menunjukkan
tingkat OCB yang lebih rendah. Alasan-alasan ini cukup menjelaskan mengapa perilaku
extra-role merupakan perilaku yang penting dalam organisasi.
Dengan alasan-alasan tersebut diatas maka tujuan yang ingin dicapai pada
penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kontribusi komitmen organisasional
dan kepemimpinan transformasional terhadap organizational citizenship behaviour
dalam suatu organisasi.
LANDASAN TEORI
Organizational Citizenship Behavior
Dalam menciptakan sebuah organisasi yang efektif ada beberapa tool. Salah satu
tool tersebut adalah Organizational Citizenship Behavior (OCB). OCB adalah sebuah
aspek unit dari perilaku individu dalam suatu pekerjaan. Dengan kata lain OCB adalah
sebuah kerelaan mengerjakan tugas melebihi tugas pokoknya atau kerelaan
mengerjakan tugas diluar tugas atau peran formal yang telah ditetapkan tanpa adanya
permintaan dan reward secara formal dari organisasi.
Komponen Organizational Citizenship Behaviour
Banyak peneliti telah mengidentifikasi tipe-tipe yang berbeda dari OCB, namun
demikian semuanya berakar pada 5 komponen yang sama, yaitu altruism, courtesy,
sportsmanship, civic virtue dan conscientiousness, seperti yang dikatakan Organ (Mel
4
Schnake & Michael Dumbler, 2003). Pengertian dari komponen-komponen tersebut
adalah :
a. Altruism, menunjuk pada perilaku membantu orang lain dalam persoalan-
persoalan yang berhubungan dengan pekerjaan.
b. Courtesy, menunjuk pada perilaku mencegah timbulnya persoalan yang muncul
pada orang lain dengan memberikan peringatan atau informasi-informasi.
c. Sportmanship, menunjuk sejauh mana seseorang tidak melakukan protes bila tidak
perlu atau menjauhkan diri dari isu-isu kecil.
d. Civic Virtue, menunjukkan sejauh mana seseorang memberikan kontribusi
terhadap kebijakan-kebijakan dalam organisasi secara bertanggung jawab.
e. Conscientiousness, menunjukkan sejauh mana seseorang berdisiplin dalam waktu,
tingkat kehadirannya, dan melampaui harapan atau persyaratan normal.
Berdasarkan komponen diatas, pada penelitian ini penulis menggunakan
komponen yang dinyatakan oleh Organ. Hal ini dikarenakan Organ pernah melakukan
penelitian yang nantinya dapat penulis bandingkan dengan hasil penelitian ini.
Komitmen Organisasional
Beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli menyatakan bahwa dalam
mempelajari komitmen organisasional, harus dilandasi pada sikap individu yang
menjadi anggota organisasi tersebut. Dengan demikian dapat dipahami bahwa
komitmen pada dasarnya merupakan peristiwa dimana individu sangat tertarik pada
tujuan, nilai-nilai dan sasaran organisasi dimana tempat mereka bekerja. Seseorang yang
memiliki komitmen terhadap organisasi akan menunjukkan kesediaannya untuk
mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi, terlibat aktif dalam organisasi dan
merasa sebagai bagian dari organisasi. Oleh karena itu agar sebuah organisasi dapat
tumbuh berkembang, diperlukan adanya komitmen yang kuat yang terbentuk dari
hubungan baik antara organisasi dan masing-masing anggota organisasi.
Tipe-tipe Komitmen
Dalam penelitian ini, yang mengukur hubungan tipe komitmen dengan OCB
adalah pilihan tipe-tipe komitmen sesuai dengan pendapat Meyer dan Allen (1997),
yaitu :
5
Komitmen yang berpengaruh (affective commitment) meliputi keadaan emosional
dari karyawan untuk menggabungkan diri, menyesuaikan diri, dan berbaur langsung
dalam organisasi. Dengan kata lain seseorang menjadi anggota organisasi sebab ia
menginginkannya (want to).
Komitmen berkelanjutan (continuance commitment) meliputi komitmen yang
didasarkan pada penghargaan yang diharapkan karyawan untuk dapat tetap berada
dalam organisasi. Dengan kata lain seseorang menjadi anggota organisasi sebab ia
merasa membutuhkannya (need to).
Komitmen normatif (normative commitment) meliputi perasaan karyawan terhadap
kewajiban untuk tetap tinggal dalam organisasi. Seseorang menjadi anggota
organisasi sebab ia merasa harus melakukan sesuatu (ought to do).
Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transformasional merupakan salah satu alat penting yang
berpengaruh dalam perubahan organisasi. Kepemimpinan transformasional
mempengaruhi perubahan organisasi melalui artikulasi visi, penerimaan visi, dan
mengarahkan keinginan karyawan agar sesuai dengan visi yang i