Upload
arinanr
View
22
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
..
Citation preview
Kelenjar Parotis
Kelenjar parotis merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak antara processus
mastoideus dan ramus mandibula secara bilateral di depan telinga. Vaskularisasi
dari arteri tranversa facei (cabang arteri temporal superficialis). Sedangnya
inervasinya oleh nervus IX (glossopharyngeus). Duktus kelenjar ini bermuara
pada vestibulus oris pada lipatan antara mukosa pipi dan gusi di mesial M2 dan
distal M1 rahang atas kanan dan kiri.Saluran keluar utama (duktus interlobularis)
disebut duktus stenson (stenon) terdiri dari epitel berlapis semu.Kelenjar parotis
sendiri di bungkus oleh jaringan ikat padat, mengandung sejumlah besar enzim
antara lain amilase lisosim,fosfatase asam,aldolase, dan kolinesterase.Jaringan
ikat masuk ke dalam parenkim dan membagi organ menjadi beberapa lobus dan
lobulus.secara morfologis kelenjar parotis merupakan kelenjar tubuloasinus
(tubuloalveolar) bercabang-cabang.asinus-asinus murni serous kebanyakan
mempunyai bentuk agak memanjang dan kadang-kadanag memperlihatkan
percabangan-percabangan.antara sel-sel asinus membran basal terdapat sel-sel
basket.kearah dalam organ duktus ini bercabang-cabang menjadi duktus
interlobularis dengan sel-sel epitel berlapis silindris. Duktus interlobularis tadi
kemudian bercabang-cabang menjadi duktus intralobularis.Kebanyakan duktus
intralobularis merupakan duktus Pfulger yang mempunyai epitel selapis silindris
yang bersifat acidophil dan menunjukkan garis-garis basal.
Faktor penyebab timbulnya xerostomia:
Gangguan pada kelenjar saliva: Ada beberapa penyakit lokal tertentu yang
mempengaruhi kelenjar saliva dan menyebabkan berkurangnya aliran saliva.
Sialodenitis kronis lebih sering mempengaruhi kelenjar submandibula dan parotis.
Penyakit ini menyebabkan degenerasi dari sel asini dan penyumbatan duktus.
Kista- kista dan tumor kelenjar saliva, baik yang jinak maupun ganas dapat
menyebabkan penekanan pada struktur-struktur duktus dari kelenjar saliva dan
dengan demikian mempengaruhi sekresi saliva. Sindroma Sjogren merupakan
penyakit autoimun jaringan ikat yang dapat mempengaruhi kelenjar airmata dan
kelenjar saliva. Sel-sel asini kelenjar saliva rusak karena infiltrasi limfosit
sehingga sekresinya berkurang.
Patofisiologi Abses
Proses abses merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk
mencegah penyebaran atau perluasan infeksi ke bagian lain tubuh. Organisme atau
benda asing membunuh sel-sel lokal yang pada akhirnya menyebabkan pelepasan
sitokin. Sitokin tersebut memicu sebuah respon inflamasi (peradangan), yang
menarik kedatangan sejumlah besar sel-sel darah putih (leukosit) ke area tersebut
dan meningkatkan aliran darah setempat.
Struktur akhir dari suatu abses adalah dibentuknya dinding abses, atau
kapsul, oleh sel-sel sehat di sekeliling abses sebagai upaya untuk mencegah pus
menginfeksi struktur lain di sekitarnya. Meskipun demikian, seringkali proses
enkapsulasi tersebut justru cenderung menghalangi sel-sel imun untuk
menjangkau penyebab peradangan (agen infeksi atau benda asing) dan melawan
bakteri-bakteri yang terdapat dalam pus.Abses harus dibedakan dengan empyema.
Empyema mengacu pada akumulasi nanah di dalam kavitas yang telah ada
sebelumnya secara normal, sedangkan abses mengacu pada akumulasi nanah di
dalam kavitas yang baru terbentuk melalui proses terjadinya abses tersebut.
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu
infeksi bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan
terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi
jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan
pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan
setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati
inilah yang membentuk nanah, yang mengisi rongga tersebut.
Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan di sekitarnya akan terdorong.
Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas
abses, hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi
lebih lanjut. Jika suatu abses pecah di dalam maka infeksi bisa menyebar di dalam
tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses
1. Sialolithiasis
Etiologi
Sialolit adalah material organik yang terkalsifikasi yang terbentuk di dalam sistem
sekretori kelenjar saliva mayor. Prevalensi sialolithiasis sulit ditentukan karena
banyak kasus yang asymptomatic. Etiologi dari pembentukan sialolit belum
diketahui, namun beberapa faktor diketahui berperan dalam pembentukan batu,
yaitu :bInflamasi, ketidakteraturan duktus, iritan lokal, dan obat-obatan
antikolinergik. Sialolit awalnya terbentuk dari hydroxyapatite. Komposisinya
terdiri dari kalsium fosfat, karbon, dan dalam jumlah sedikit magnesium,
potasium klorida dan amonium. Faktor resiko terjadinya obstruksi batu kelenjar
liur termasuk sakit yang lama disertai dehidrasi. Kadang disertai juga dengan
gout, diabetes dan hipertensi.
Gejala Klinis
Kelenjar saliva mayor yang terinfeksi mengalami pembengkakan dan nyeri.
Derajat gejalanya tergantung luasnya obstruksi. Pembengkakan kelenjar saliva
biasanya dimulai saat makan. Kelenjar saliva yang mengalami obstruksi sialolit
biasanya membesar dan lunak. Saliva yang stasis biasanya dapat mengarah pada
terjadinya infeksi, fibrosis dan atrofi kelenjar. Pada kasus kronis dapat terbentuk
fistula. Dapat terjadi infeksi bakteri supuratif dan non-supuratif
2. Sialadenitis supuratif akut
Etiologi
Kemungkinan penyakit ini disebabkan karena adanya stasis saliva, akibat
adanya obstruksi atau berkurangnya produksi saliva. Faktor predisposisi lain
terjadinya penyakit ini adalah kalkuli. Berkurangnya produksi kelenjar saliva
bisa disebabkan karena konsumsi beberapa obat. Pasien pasca operasi juga
dapat menderita penyakit ini akibat produksi saliva yang kurang yang diikuti
dengan higiene oral yang buruk.
Organisme penyebab infeksi dapat berupa Staphylococcus aureus,
Streptococcus pneumonia, Eschericia coli, serta Haemophylus influenzae.
Gejala klinis
Gejala yang sering dirasakan pada penderita penyakit ini adalah adanya
pembengkakan atau pembesaran glandula dan salurannya dengan disertai nyeri
tekan dan rasa tidak nyaman, dan sering juga diikuti dengan demam dan lesu
3. Sialadenitis kronis
Etiologi
Etiologi dari sialadenitis kronis adalah sekresi saliva yang sedikit dan adanya
stasis saliva. Kelainan ini lebih sering terjadi pada kelenjar parotis.
Gejala Klinis
Kelainan ini lebih sering terjadi pada kelenjar parotis. Sebagian besar
penderita menunjukkan adanya kerusakan yang permanen pada kelenjar yang
disebabkan infeksi supuratif akut. Kadang dapat menimbulkan rasa tegang yang
tidak nyaman pada saat makan.
Greenberg , Glick. 1994. Burket's Oral Medicine: Diagnosis and Treatment.
Publisher: B.C. Decker