24

KATA PENGANTAR · 2017. 1. 4. · KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah Swt, atas selesainya rancangan intervensi komunitas pada mata kuliah Intervensi Komunitas. Terima kasih

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah Swt, atas selesainya rancangan intervensi komunitas pada mata kuliah Intervensi Komunitas. Terima kasih juga diberikan kepada Ibu Alifah Nabilah Masturah,S.Psi,MA yang telah membimbing kami dalam mata kuliah Intervensi Komunitas. Terima kasih pula kepada teman-teman satu angkatan yang telah membantu dan bekerja sama, baik dalam pembelajaran mata kuliah Intervensi Komunitas dan dalam dalam penulisan rancangan intervensi komunitas.

    Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

    Demikian, semoga makalah ini tidak hanya bermanfaat bagi penulis, tetapi juga dapat bermanfaat bagi teman-teman yang lain. Amin.

    Malang, 23 November 2016

    Penyusun

  • DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR .................................................................................................................................... 2

    DAFTAR ISI .................................................................................................................................................... 3

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................................................... 4

    IDENTIFIKASI MASALAH........................................................................................................................ 6

    1. Metode Asesmen ........................................................................................................................... 6

    a. Wawancara.................................................................................................................................. 6

    b. Observasi ...................................................................................................................................... 6

    c. FGD .................................................................................................................................................. 7

    2. Deskripsi Data ................................................................................................................................ 7

    a. Narasumber 1 (Kakak-kakak di Panti) .......................................................................... 7

    b. Narasumber 2 (Pimpinan panti) ....................................................................................... 8

    c. Narasumber 3 (Pengurus panti) ....................................................................................... 9

    d. FGD (Adik-adik / anak-anak panti) .............................................................................. 10

    ANALISA DATA ASESMEN ................................................................................................................... 10

    1. Landasan Teori ........................................................................................................................... 10

    Standar Pelayanan Pengasuhan Panti Asuhan Anak ..................................................... 11

    2. Pembahasan Masalah .............................................................................................................. 12

    RANCANGAN INTERVENSI ................................................................................................................. 15

    1. Rencana Kegiatan ...................................................................................................................... 15

    2. Tujuan Kegiatan ......................................................................................................................... 15

    3. Kerangka Berpikir ..................................................................................................................... 16

    4. Peserta atau Sasaran ................................................................................................................ 16

    5. Pihak yang Terlibat Dalam Intervensi ............................................................................. 17

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................. 22

    LAMPIRAN DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... 23

  • DAFTAR GAMBAR

    GAMBAR 1 .................................................................................................................................. 23

    GAMBAR 2 .................................................................................................................................. 23

    GAMBAR 3 .................................................................................................................................. 24

    GAMBAR 4 .................................................................................................................................. 24

  • Panti asuhan merupakan salah satu lembaga non formal yang bergerak dalam pengasuhan anak. Panti Asuhan memberikan pelayanan kepada anak asuh meliputi pemenuhan pendidikan, pakaian, makanan, kesehatan, serta rekreasi yang merupakan hak dari anak asuh dalam memenuhi kebutuhan jasmaninya. Pelayanan yang diberikan juga dalam bentuk kegiatan melalui pembinaan kepribadian dan kemandirian pada anak asuh yang mempunyai tujuan untuk menyeimbangkan potensi yang ada didalam diri anak sehingga mampu menjadi pribadi yang berdaya, misalnya pembinaan aspek spiritual. Panti asuhan berusaha memberikan pelayanan yang terbaik pada anak dan menggantikan perananan keluarga dalam pengasuhan.

    Panti asuhan merupakan sebuah komunitas yang terbentuk dengan adanya latar belakang anak asuh yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut terkait dengan orang tua, usia, tingkat pendidikan anak, tingkat ekonomi anak dimana perbedaan itu semua nantinya akan dapat memunculkan permasalahan dalam suatu komunitas. Dengan kata lain anggota komunitas tersebut berasal dari latar belakang yang berbeda dimana kemudian disatukan dalam suatu komunitas yakni panti asuhan. Selain itu komunitas panti asuhan tersebut dapat dikatakan komunitas yang dibentuk oleh anggota yang awalnya belum memiliki tujuan yang sama atas komunitas yang dibentuk sehingga ketika setiap anggota dalam suatu komunitas belum sepenuhnya memiliki kesadaran diri untuk mencapai tujuan komunitas tersebut maka akan cenderung timbulnya suatu permasalahan.

    Selain berkaitan dengan hal di atas perlu diketahui bahwa anak merupakan modal bangsa dimasa depan, dimana maju mundurnya sebuah Bangsa tergantung pada kualitas anak sebagai generasi penerusnya. Dalam hal ini panti asuhan merupakan lembaga pengganti keluarga dimana dalam usahanya memberikan pelayanan pendidikan informal bagi anak asuh agar mereka dapat mandiri dalam masyarakat. Panti asuhan tidak hanya berfungsi sebagai tempat penampungan anak yang memberikan makan dan minum setiap hari serta membiayai pendidikan mereka, akan tetapi sangat berperan penting yakni sebagai pelayan alternatif yang menggantikan fungsi keluarga yang kehilangan peranannya agar anak akan merasa hidup dalam lingkungan keluarga sendiri (Deviana, 2007).

    Mengingat hal tersebut sehingga wajar anak menginginkan untuk mendapatkan perlakuan dan perlindungan serta kondisi lingkungan yang kondusif. Mengingat situasi yang ditemui orang dalam kehidupan sehari-hari juga bisa memberikan efek yang dapat merusak. Seperti dalam penelitian dimana dalam lingkungan sosial orang dihargai secara pasif untuk mengikuti instruksi dan tetap diam kemungkinan akan mengajari warganya cara hidup yang tidak berdaya, kesepian dan stagnan, tidak terkecuali juga orang-orang di panti asuhan seperti anak asuh bisa saja mengalami stress dan merasa tidak berdaya (Hardi, 2016). Oleh karena itu kelompok melakukan asesmen terhadap panti asuhan putri Aisyiyah yang terletak di Jalan Mayjend. Mt. Haryono Gang III No. 231A, Dinoyo, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Panti asuhan ini berdiri sejak tahun 1996 yang dikelola oleh Aisyiyah yang merupakan salah satu organisasi ortonom bagi wanita Muhammadiyah. Panti tersebut terdiri atas struktur pembentukan kepengurusan dimana pemilihan kepengurusan tersebut ditentukan oleh

  • pimpinan cabang. Di dalam panti Aisyiyah sendiri didalamnya terdiri atas 17 orang pengurus akan tetapi hanya 10 orang pengurus yang dapat dikatakan aktif.

    Adapun tujuan dilaksanakannya asesmen ini adalah untuk mencari informasi mengenai permasalahan yang terdapat dalam suatu komunitas sehingga asesmen tersebut bermanfaat bagi peneliti untuk mengetahui permasalahan yang terdapat dalam komunitas tersebut. Selanjutnya tujuan dilaksanakannya intervensi tersebut adalah untuk merubah lingkungan klien sehingga dapat membuat kemajuan yang lebih baik dalam komunitas serta dapat menyelesaikan permasalahan yang ada.

    IDENTIFIKASI MASALAH

    1. Metode Asesmen

    Berikut merupakan metode yang digunakan dalam mengidentifikasi masalah di lapangan:

    a. Wawancara

    Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan pewawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2005). Wawancara digunakan untuk mengadakan komunikasi dengan narasumber penelitian sehingga diperoleh data-data yang diperlukan. Wawancara ini biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu oleh peneliti sebagai pedoman sebelum bertatap muka langsung dengan informan untuk memudahkan dalam penggalian informasi. Adapun alasan peneliti menggunakan wawancara sebagai metode pengumpulan data adalah dengan wawancara peneliti mendapatkan informasi yang lebih mendalam dengan menggali informasi terhadap informan.

    b. Observasi

    Observasi adalah metode pengumpulan data melalui mengamati perilaku dalam situasi tertentu kemudian mencatat peristiwa yang diamati dengan sistematis dan memaknai peristiwa yang diamati. Teknik observasi yang peneliti gunakan dalam penelitian ini sebagai pelengkap untuk melakukan observasi non-verbal narasumber saat wawancara berlangsung dan peneliti dapat melakukan interpretasi tentang makna dan pemahaman yang tidak terucap dari observasi yang dilakukan pada narasumber (Ni'matuzahroh & Prasetyaningrum, 2014). Adapun alasan menggunakan observasi sebagai metode pengumpulan data adalah dengan observasi peneliti dapat mengamati secara langsung kejadian atau peristiwa objek yang diamati.

  • c. FGD

    Focus Group Discussion (FGD) atau diskusi kelompok terfokus merupakan suatu metode pengumpulan data yang lazim digunakan pada penelitian kualitatif sosial. Metode ini mengandalkan perolehan data atau informasi dari suatu interaksi informan atau responden berdasarkan hasil diskusi dalam suatu kelompok yang berfokus untuk melakukan bahasan dalam menyelesaikan permasalahan tertentu. Data atau informasi yang diperoleh melalui teknik ini, selain merupakan informasi kelompok, juga merupakan suatu pendapat dan keputusan kelompok tersebut. Keunggulan penggunaan metode FGD adalah memberikan data yang lebih kaya dan memberikan nilai tambah pada data yang tidak diperoleh ketika menggunakan metode pengumpulan data lainnya terutama dalam penelitian kuantitatif (Afiyanti, 2008).

    Adapun alasan menggunakan FGD sebagai metode pengumpulan

    data adalah dapat memperoleh data kualitatif yang bermutu dalam waktu yang relatif singkat. FGD dilaksanakan dengan mengumpulkan seluruh anak-anak panti asuhan di suatu tempat yakni Mushola. Dalam pelaksanaannya peneliti bertugas menjadi moderator dimana awalnya berusaha membentuk suasana yang akrab dengan anak-anak panti asuhan tersebut agar mereka dapat lebih terbuka dalam memberikan informasi. FGD ini dilaksanakan untuk mengecheck ulang data yang sudah diperoleh dengan menanyakan kebenaran terhadap adik-adik penghuni panti asuhan tersebut serta menggali informasi secara lebih mendalam mengenai kehidupan sehari-hari anak-anak di panti asuhan.

    2. Deskripsi Data

    a. Narasumber 1 (Kakak-kakak di Panti)

    Berdasarkan asesmen terhadap narasumber 1 yang merupakan salah satu anak panti asuhan yang sudah cukup lama tinggal di panti tersebut dapat diketahui bahwa terdapat beberapa peraturan yang diterapkan didalam panti asuhan. Narasumber 1 mengungkapkan bahwa walaupun sudah mengetahui peraturan didalam panti, akan tetapi sebagian besar penghuni masih belum bisa untuk mentaati semua peraturannya, seperti saat terlambat melakukan sholat subuh. Narasumber 1 mengatakan bahwa apabila ada yang melanggar peraturan maka akan dikenakan suatu hukuman. Dalam hal ini meskipun terdapat hukuman tertulis bagi yang melanggar peraturan, namun hukuman yang diberikan merupakan hukuman yang sifatnya spontanitas yakni bergantung pada pengurus panti itu sendiri. Selanjutnya narasumber 1 mengungkapkan bahwa respon dari anak panti ketika diberikan hukuman adalah hanyalah pasrah dan mengikuti apa yang diperintahkan oleh pengurus meskipun tidak sepenuhnya kesalahan anak panti tersebut karena jika anak yang melanggar membantah maka hanya akan menambah masalah baru. Seperti ketika pulang terlambat karena diharuskan mengikuti kegiatan kerja kelompok

  • dengan teman sekolahnya. Dalam hal ini pengurus tidak percaya kepada anak tersebut dan memarahinya serta memberikan hukuman yang bersifat spontanitas tersebut.

    Selanjutnya narasumber 1 merasa bahwa adanya hubungan

    layaknya saudara antar anak panti asuhan dikarenakan sering melakukan sesuatu secara bersama. Sebagai salah satu panutan dari anak panti yang lain narasumber 1 sering mengingatkan anak-anak panti agar menghindari segala sesuatu yang akan menjadikan suatu masalah. Narasumber 1 mengatakan bahwa fasilitas yang ada dalam panti sudah terpenuhi akan tetapi ada suatu hal yang dikeluhkan oleh anak-anak panti. Hal tersebut adalah cara mendidik pengurus panti dan kurang adanya pengertian dari pengurus panti terhadap anak-anak panti sedangkan anak-anak panti tidak ada yang berani untuk mengeluarkan apa yang dirasakannya. Dari hasil observasi penuturan narasumber 1 mengenai hal tersebut sangat pelan atau dengan nada rendah serta terlihat ketakutan dengan melihat sekeliling ruangan. Kemudian ketika melakukan wawancara narasumber 1 menyatakan bahwa dirinya takut jika apa yang dibicarakannya kedengaran oleh pengurus panti karena sejak dahulu ketika anak-anak panti menceritakan keluh kesahnya mengenai pengurus kepada pihak luar, pengurus langsung memarahi dan mengambil tindakan. Selanjutnya di akhir wawancara narasumber 1 berharap agar komunikasi antara pengurus panti dengan anak panti terjalin dengan baik.

    b. Narasumber 2 (Pimpinan panti)

    Dari hasil asesmen dengan pimpinan panti didapatkan hasil bahwa panti asuhan Aisyiyah merupakan panti asuhan yang berdiri sejak tahun 1996. Pada awalnya pengurus panti tersebut adalah bapak-bapak dari Muhammadiyah kurang lebih dimana setelah 2 tahun kepengurusan diserahkan kepada ibu-ibu Aisyiyah. Panti asuhan ini ialah milik persyarikatan Muhammadiyah dimana dalam struktur kepengurusannya ditentukan oleh pimpinan cabang. Di dalam panti Aisyiyah sendiri terdiri dari 17 orang pengurus akan tetapi hanya 10 orang pengurus yang dikatakan aktif. Dalam menjalankan kegiatan sehari-harinya penghuni panti telah terjadwalkan segala bentuk kegiatan yang dilakukan di panti asuhan tersebut.

    Panti asuhan Aisyiyah memiliki beberapa peraturan yang harus dipatuhi oleh anak-anak panti. Adapaun peraturannya yaitu, adanya batasan pulang terlambat ke panti asuhan untuk anak SMP dan SMA pada pukul 17.00 WIB sedangkan untuk anak-anak yang sudah berkuliah batasan maksimal adalah pukul 21.00. Selain adanya peraturan mengenai batasan maksimal jam kembali ke panti, juga terdapat larangan membawa handphone dan larangan anak-anak panti untuk pulang ke rumah orang tua pada hari-hari biasa karena waktu pulang sudah ditentukan yakni satu tahun sekali pada saat libur hari raya idul fitri.

  • Menurut narasumber 2 bahwa saat pulang setahun sekali anak-anak banyak yang melanggar dengan membawa handphone. Alasan anak-anak panti asuhan melanggar aturan adalah karena anak-anak panti merasa kurang memiliki hiburan didalam panti, sehingga seringkali melanggar aturan dengan membawa handphone. Namun, pernah terdapat kasus ketika pengurus membanting handphone anak-anak yang tidak dititipkan ke pengurus. Karena hal itu, ada salah satu penghuni panti yang meminta keluar dikarenakan sakit hati bahkan berujung pada kehamilan diluar nikah. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari narasumber 2 tersebut juga menyatakan bahwa untuk pengasuhan di dalam panti sendiri memang sepenuhnya diserahkan kepada pengurus. Hanya saja sama halnya dengan pernyataan narasumber sebelumnya yang menyatakan adanya keluhan dalam pengasuhan dimana ketika memberikan nasihat kepada anak panti yang sudah memasuki bangku SMA dan perkuliahan yang cenderung membantah ketika diberikan nasihat akan tetapi narasumber juga menyadari mungkin adanya suatu perkataan yang menyinggung perasaan anak-anak panti. Berkaitan dengan hal tersebut narasumber 2 pun merasa tidak enak apabila menanyakan atau menegur secara langsung terhadap pengurus yang bersangkutan.

    c. Narasumber 3 (Pengurus panti)

    Berdasarkan hasil asesmen dengan narasumber 3 yakni salah satu pengurus dalam panti Aisyiyah didapatkan hasil bahwa terdapat penjadwalan yang mengatur setiap kegiatan penghuni panti. Adapun penjadwalan kegiatan dalam panti asuhan Aisyiyah meliputi dari bangun tidur pukul tiga pagi untuk melanjutkan shalat tahajjud dengan dilanjutkan shalat subuh kemudian persiapan sekolah lalu sarapan. Setelah pulang sekolah anak asuh melanjutkan piket, belajar, shalat ashar, mengaji, makan malam, shalat maghrib dan shalat isya’ lalu belajar malam untuk persiapan besok. Selanjutnya narasumber 3 menyatakan adanya peraturan-peraturan tertulis yang harus dipatuhi oleh seluruh penghuni panti asuhan. Hanya saja dalam hal ini narasumber 3 mengaku masih saja ada anak-anak panti yang melanggar peraturan-peraturan tersebut. Berkaitan dengan tugas pengurus yang mengurus segala sesuatu di panti asuhan maka pengurus telah memberikan hukuman-hukuman dengan harapan anak panti asuhan tidak mengulangi pelanggaran yang sudah dilakukan karena bagi kebanyakan anak panti masih saja sering mengulangi pelanggarannya. Bentuk hukuman yang diberikan oleh pengurus antara lain seperti menyapu, membersihkan kamar mandi dan mengepel. Selanjutnya narasumber 3 mengaku anak-anak panti jarang bercerita dengan pengurus tetapi terlihat lebih sering bercerita dengan kakak-kakak panti dengan alasan kemungkinan lebih nyaman. Lain halnya dengan hal tersebut narasumber 3 hanya mengeluhkan anak-anak panti yang sangat tidak bisa dikondisikan, sering melanggar aturan, berbohong dan juga seringkali membantah nasihat dari pengurus panti.

  • d. FGD (Adik-adik / anak-anak panti)

    FGD dilaksanakan oleh kurang lebih 20 anak panti asuhan. Berdasarkan hasil asesmen dengan menggunakan metode FGD, diketahui bahwa terdapat beberapa peraturan didalam panti asuhan, seperti tidak diperbolehkannya membawa handphone, harus mengikuti sholat berjama’ah, tidak diperbolehkan keluar tanpa ijin dan lain sebagainya. Dalam hal ini narasumber mengatakan bahwa peraturan tersebut masih sering dilanggar oleh mereka apalagi menyangkut keluar tanpa ijin dan jika hal tersebut diketahui oleh pengurus panti maka narasumber akan dihukum. Narasumber juga mengatakan jika salah satu narasumber melakukan sebuah kesalahan maka yang mendapatkan hukuman bukan hanya narasumber yang melakukan kesalahan, melainkan semuanya akan terkena dampaknya.

    Narasumber beranggapan bahwa hubungan narasumber dengan pengurus panti asuhan baik-baik saja akan tetapi pengurus panti asuhan sering marah-marah terhadap narasumber tanpa alasan yang jelas dan mengumpat dengan menggunakan kata-kata kasar. Ketika pengurus panti memberi perintah terhadap narasumber, maka narasumber harus mengikuti perintah tersebut. Selanjutnya narasumber tidak berani untuk mengeluarkan pendapat atau isi hatinya karena narasumber beranggapan bahwa hal tersebut malah semakin menambah masalah sehingga jika narasumber memiliki sebuah permasalahan pribadi, maka narasumber memilih untuk tidak menceritakan hal tersebut kepada pengurus panti. Narasumber berharap hubungan antara pengurus dan anak panti asuhan membaik dan saling mengerti satu sama lain.

    ANALISA DATA ASESMEN

    1. Landasan Teori

    Power adalah suatu daya yang dimiliki seseorang untuk dapat mempengaruhi dan membuat perubahan pada orang lain (Cartwirght dalam Wibowo, Y., & Narhetali, 2013). Selanjutnya, French & Raven, (Wibowo, Y., & Narhetali, 2013) membedakan 5 macam sumber power, yaitu: penghargaan (reward), hukuman (punishment), legitimasi (legitimation), keahlian (expertise), dan rujukan (reference). Menurut (Kloos, Hill, Thomas, Wandersman, Elias, & Dalton, 2012) power atau kekuasaan terbagi menjadi tiga jenis, yaitu kekuasaan lebih (Power Over), kekuasaan untuk (Power To), dan kekuasaan dari (Power From).

    1. Kekuasaan lebih (Power over) Kekuasaan lebih (Power over) adalah kemampuan atau kekuasaan untuk memaksa atau mendominasi orang lain-seringkali melalui kontrol dihargai imbalan atau hukuman.

    2. Kekuasaan untuk (Power to) Kekuasaan untuk (Power to) kemampuan individu atau kelompok untuk mengejar tujuan mereka sendiri dan untuk mengembangkan kapasitas seseorang. Tidak seperti kekuatan lebih (Power over),

  • kekuasaan untuk dapat melibatkan penentuan nasib sendiri bagi setiap orang.

    3. Kekuasaan dari (Power from) Kekuasaan dari (Power from) adalah kemampuan untuk menahan kekuasaan atau tuntutan yang tidak diinginkan orang lain. Hal ini dapat digunakan untuk melawan bos dominan atau teman atau untuk menolak bentuk-bentuk yang lebih luas dari penindasan sosial. Menurut Wrong (Wibowo, Y., & Narhetali, 2013) kekuasaan

    diklasifikasikan dalam 4 golongan diantaranya: 1. Force

    Force adalah kekuasaan berdasarkan kekuatan, dimana pihak-pihak yang kuat menekan yang lemah.

    2. Persuasion Persuasion adalah cara-cara membujuk agar orang lain mau mengikuti kehendaknya.

    3. Manipulation Manipulation adalah perilaku mempengaruhi orang lain dengan maksud tertentu, dengan sengaja dikemas sedemikian rupa sehingga orang-orang lain seringkali tidak menyadari maksud tersebut, bahkan tidak mengetahui siapa orang yang sebenarnya bermaksud mempengaruhi mereka.

    4. Authority Otoritas adalah suatu kekuasaan yang diakui melekat pada diri seseorang, yang memungkinkan ia mempengaruhi orang-orang lain.

    Standar Pelayanan Pengasuhan Panti Asuhan Anak

    Standar pelaksanaan pelayanan pengasuhan panti sosial asuhan anak (PSAA) menurut peraturan kementerian sosial (Jufri, 2011) yakni : 1. PSAA berperan sebagai orang tua pengganti sementara bagi anak-anak

    dan bertanggung jawab untuk memenuhi pemenuhan hak-hak mereka. 2. PSAA berperan menjaga martabat anak sebagai manusia, diperlakukan

    dan dihargai sebagai individu yang utuh, memiliki karakter yang unik serta menjamin anak terhindar dari segala bentuk diskriminasi.

    3. PSAA berperan memberikan perlindungan bagi anak dari segala bentuk kekerasan dan hukuman fisik.

    4. PSAA berperan memahami perkembangan anak, melalui pelibatan anak dalam berbagai kegiatan dengan tujuan untuk meningkatkan percaya diri dan membangun konsep diri yang baik, anak perlu berpartisipasi sesuai dengan tingkat kematangan usianya dan kegiatan PSAA harus dilakukan dengan pemahaman bahwa masa remaja adalah kunci bagi tahapan sosialisasi sehingga remaja perlu memperoleh ruang dan kesempatan yang fleksibel untuk bersosialisasi secara aman dan bertanggung jawab.

    5. PSAA berperan memastikan bahwa setiap anak memiliki identitas legal yang jelas, termasuk akta kelahiran dan Kartu Tanda Penduduk (KTP)

  • dan PSAA dilarang mengganti identitas asal anak, termasuk nama, agama dan etnisitas.

    6. PSAA berperan memfasilitasi relasi dan komunikasi anak dengan orang tua, keluarga dan kerabat. Memberikan waktu berkunjung bagi anak bertemu orang tua, keluarga dan kerabat. Membangun kedekatan anak dengan orang tua, keluarga, kerabat dan masyarakat. Hubungan persaudaraan yang baik antar anak-anak di PSAA. Relasi yang positif dan pantas antara laki-laki dan perempuan. Relasi individual yang baik dengan pengasuh. Hubungan yang positif dengan pihak luar lembaga yakni guru, teman dan lingkungan sekolah.

    7. PSAA berperan mendorong partisipasi anak, menghargai pendapat anak dan melibatkan anak dalam penyusunan dan pelaksanaan aturan untuk penegakan disiplin, memberikan masukan bagi pelayanan PSAA serta dalam perencanaan dan pengambilan keputusan pengasuhan, termasuk berapa lama anak akan tinggal dalam PSAA dan tujuan dari penempatan anak.

    8. PSAA menjamin pemenuhan kebutuhan makan dan pakaian anak, dengan pola makan yang teratur, makanan yang terjaga baik diri kualitas gizi dan nutrisi dengan waktu yang fleksibel sesuai dengan kebutuhan anak. Menu di review bersama pihak yang memiliki kewenangan dalam bidang kesehatan secara reguler minimal 6 bulan sekali. PSAA menciptakan situasi makan yang menyenangkan. PSAA harus memenuhi kebutuhan pakaian untuk setiap anak secara memadai, dari segi jumlah, fungsi, ukuran dan tampilan yang memperhatikan keinginan anak.

    9. PSAA berperan memastikan pemenuhan hak dan akses anak terhadap pendidikan dan kesehatan.

    10. PSAA berperan menjaga kerahasiaan pribadi anak, menjaga semua informasi tentang anak yang sifatnya rahasia dan mengatur sistem untuk memastikan kerahasiaan informasi tersebut serta menghargai privasi anak.

    11. PSAA berperan menjaga anak dari pekerjaan terburuk untuk anak, termasuk memperkerjakan anak pada pekerjaan berbahaya, perbudakan, eksploitasi, dan yang membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moral anak-anak.

    12. PSAA berperan memastikan bahwa mekanisme aturan, disiplin dan sanksi sesuai dengan prinsip kepentingan terbaik bagi anak dan sanksi tidak bersifat merendahkan anak.

    2. Pembahasan Masalah

    Panti asuhan merupakan lembaga pengasuhan alternatif atau lembaga pengasuhan berbasis keluarga pengganti atau berbasis lembaga kesejahteraan sosial anak yang dilaksanakan oleh pihak-pihak diluar keluarga inti atau kerabat anak (Budiharjo, 2005). Panti asuhan sebagai lembaga pengasuhan anak tentu memiliki peran strategis dalam mewujudkan keseimbangan antara asah, asih, dan asuh dalam proses pengasuhan anak. Kebutuhan asuh merupakan kebutuhan primer manusia,

  • yaitu pangan, makan, minum, dan tempat tinggal. Kebutuhan asah merupakan kebutuhan pendidikan untuk anak, baik pendidikan umum maupun pendidikan agama, sedangkan kebutuhan asih merupakan kebutuhan pemberian kasih sayang dari orang tua dan keluarga.

    Hasil survey yang dilakukan oleh (Budiharjo, 2005) terhadap panti asuhan anak milik Ormas Islam di Jakarta menunjukkan bahwa, pada praktiknya pengasuhan alternatif melalui panti asuhan hanya dominan dalam pemenuhan asuh dan asah, namun belum sepenuhnya mampu memenuhi kebutuhan asih anak yakni kebutuhan anak untuk mendapatkan kasih sayang. Beberapa pengurus panti juga melakukan penyalahgunaan kekuasaanya sebagai pemimpin panti, yaitu dengan memaksakan kehendaknya terhadap anak-anak panti.

    Berdasarkan hasil asesmen, diketahui bahwa terdapat permasalahan kedekatan dan kepercayaan dasar (basic trust) antara pengurus dan anak-anak panti asuhan yang disebabkan oleh adanya permasalahan power and control. Dimana dalam memberikan pelayanannya pengurus atau pengasuh sebagai pemimpin dalam komunitas ini melakukan power over, yakni menggunakan kemampuan atau kekuasaannya untuk memaksa atau mendominasi orang lain, seringkali melalui kontrol yang dihargai imbalan atau hukuman (French & Raven, dalam (Kloos, Hill, Thomas, Wandersman, Elias, & Dalton, 2012)). Dalam permasalahan panti asuhan ini pengasuh panti secara sepihak memaksa anak untuk mengikuti semua perintah dan akan memberikan hukuman bila perintah tersebut dilanggar. Adapun hukuman yang diberikan oleh pengasuh juga menunjukkan adanya pelanggaran hak-hak anak, yakni adanya unsur kekerasan dalam pemberian punishment yaitu berupa kekerasan verbal, diabaikan (dipaido), ataupun hukuman dalam bentuk lainnya. Adapun menurut wrong (dalam wibowo) merupakan salah satu bentuk dari Force, dimana Force adalah kekuasaan berdasarkan kekuatan, dimana pihak-pihak yang kuat menekan yang lemah.

    Selain power over, juga terdapat terdapat masalah power from yang dialami oleh anak-anak panti. Menurut French & Raven (Kloos, Hill, Thomas, Wandersman, Elias, & Dalton, 2012) power from merupakan kemampuan untuk menahan kekuasaan atau tuntutan yang tidak diinginkan orang lain. Hal ini dapat digunakan untuk melawan pimpinan dominan atau teman atau untuk menolak bentuk-bentuk yang lebih luas dari penindasan sosial, namun faktanya anak-anak di panti asuhan ini tidak memiliki kemampuan ataupun daya upaya untuk melawan ataupun menyampaikan aspirasinya kepada pemimpin ataupun pengasuh panti mengenai sikap tidak menyenangkan yang selama diterimanya. Dalam hal ini ketika diperlakukan tidak baik oleh pengurus atau pengasuh maka anak-anak panti lebih memilih diam dan menerima meskipun sebenarnya menolak. Dengan kata lain lebih memilih pasrah dan mengikuti apa yang diperintahkan oleh pengurus meskipun tidak sepenuhnya kesalahan anak panti tersebut. Selanjutnya anak-anak panti tidak berani untuk mengeluarkan pendapat atau isi hatinya karena beranggapan bahwa hal

  • tersebut malah semakin menambah masalah dan takut untuk diberikan hukuman lain yang lebih berat.

    Berdasarkan pemaparan diatas diketahui bahwa permasalahan power and control yang terjadi di panti asuhan ini juga memunculkan masalah-masalah baru selain masalah kelekatan dan kepercayaan, yaitu menjadi rendahnya asertivitas anggota komunitas, menurunnya partisipasi, dan juga sense of community yang tidak dapat terbentuk. Sehingga berdasarkan permasalahan tersebut dibutuhkan suatu solusi bagi masalah sistem kekuasaan di panti asuhan ini. Mengingat panti asuhan merupakan komunitas yang demografis bukan dipilih karena keinginan hati anggota komunitasnya melainkan karena keadaan sosial dari anggotanya, jadi panti asuhan sebagai lingkungan sosialisasi pertama bagi anak-anak haruslah kondusif dan nyaman. Selain itu juga agar panti asuhan dapat memberikan pelayanannya sesuai dengan standar pelayan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu berperan mendorong partisipasi anak, menghargai pendapat anak dan melibatkan anak dalam penyusunan dan pelaksanaan aturan untuk penegakan disiplin, memberikan masukan bagi pelayanan PSAA serta dalam perencanaan dan pengambilan keputusan pengasuhan.

    Berdasarkan hasil penelitian (Batchelor & Krister, 2012), mengenai perusahaan Starbucks yang memiliki kekuasaan dominan namun tetap dapat diterima oleh masyarakat. Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa perusahaan Starbucks menggunakan bahasa untuk menjalankan kekuasaannya, artinya bahasa yang digunakan dalam public relation digunakan untuk berhubungan dengan konsumen. Maka dari itu konsep dalam sosiodrama yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahan menjalin hubungan dalam percakapan melalui bahasa sehingga perusahaan dan konsumen dapat mengidentifikasi satu sama lain dalam tatanan sosial yang dibuat. Pada dasarnya adanya tatanan sosial dipengaruhi peran bawahan dan atasan yang harus dipenuhi. Berkaitan dengan hal tersebut diketahui bahwa salah satu metode intervensi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah power and control adalah melalui sosiodrama.

  • RANCANGAN INTERVENSI

    1. Rencana Kegiatan

    Berdasarkan hasil pemaparan teori serta fenomena yang ada menunjukan hasil bahwa terdapat suatu permasalahan dalam panti asuhan Aisyiyah yakni berkaitan dengan power and control. Power adalah suatu daya yang dimiliki seseorang untuk dapat mempengaruhi dan membuat perubahan pada orang lain (Cartwirght dalam Wibowo, Y., & Narhetali, 2013). Menurut (Kloos, Hill, Thomas, Wandersman, Elias, & Dalton, 2012) power atau kekuasaan terbagi menjadi tiga jenis, yaitu kekuasaan lebih (Power Over), kekuasaan untuk (Power To), dan kekuasaan dari (Power From). Dalam panti asuhan ini mengalami permasalahan Power Over dan Power From yang dialami oleh pengurus dan anak-anak panti asuhan Aisyiyah.

    Maka dalam rancangan intervensi ini akan diulas lebih rinci mengenai teknik intervensi yang akan kami gunakan untuk membantu peserta atau sasaran dalam menemukan solusi bagi permasalahan yang terdapat dalam komunitas panti asuhan Aisyiyah tersebut. Adapun metode yang akan kami aplikasikan untuk mengatasi permasalahan ini adalah sosiodrama. Sosiodrama adalah dramatisasi dari persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam pergaulan dengan orang-orang lain, termasuk konflik yang sering dialami dalam pergaulan sosial (Winkel & Srihastuti, 2007). Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa permasalahan power and kontrol yang melibatkan dominansi dari suatu pihak dapat diselesaikan melalui metode intervensi sosiodrama.

    Alasan digunakannya metode intervensi sosiodrama tersebut karena metode ini dirasa efektif untuk menyelesaikan permasalahan power and control antara pengurus dengan anak panti asuhan Aisyiyah. Melalui metode ini pengurus dan anak-anak panti dapat saling bertukar peran sehingga diharapkan dapat saling mengerti dan memahami posisi satu sama lain serta dapat menjalankan posisi atau peran masing-masing sebagaimana mestinya. Adapun dalam pelaksanaannya, tema yang digunakan dalam sosiodrama ini adalah “hukuman”. Tema tersebut dipilih atas dasar hasil asesmen yang telah dilakukan yaitu adanya permasalahan yang salah satunya mengenai pemberian hukuman. Dengan tema ini diharapkan peserta sosiodrama dapat merefleksikan sosiodrama ini dengan kehidupan sehari-harinya. Pengurus dan anak-anak panti asuhan Aisyiyah akan diminta untuk memerankan pihak pro dan kontra, dimana pihak pro berarti pihak yang mendukung pemberian hukuman secara keras atau dominan untuk diberikan kepada anak-anak panti asuhan, sedangkan pihak kontra adalah pihak yang tidak mendukung pemberian hukuman secara keras atau dominan untuk diberikan kepada anak-anak panti asuhan.

    2. Tujuan Kegiatan

    Adapun aspek psikologis yang ingin dirubah atau ditingkatkan dengan menggunakan intervensi sosiodrama diantaranya:

  • a. Aspek kognitif, kegiatan ini bertujuan untuk memberi pengertian, pengetahuan dan pemahaman berkaitan dengan cara mendidik, mengasuh, dan mengelola panti asuhan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab yang telah diamanahkan secara baik tidak dominan serta sewenang-wenang. Selain itu juga meningkatkan pemahaman pentingnya partisipasi dari seluruh penghuni panti asuhan Aisyiyah untuk bersama-bersama membangun panti asuhan menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi seluruh penghuni panti asuhan Aisyiyah.

    b. Aspek afeksi, kegiatan ini bertujuan agar peserta saling merasakan bertukar peran sehingga dapat saling merasakan ketika berada di suatu posisi yaitu di posisi pengurus yang memiliki pandangan negatif terhadap anak-anak panti ataupun sebaliknya anak-anak panti yang memiliki pandangan negatif terhadap pengurus. Sehingga prasangka negatif ini dapat berkurang dan memunculkan rasa saling mengerti antara pengurus dengan anak-anak panti asuhan Aisyiyah.

    c. Aspek psikomotorik, setelah mampu memahami posisi dan peran masing-masing diharapkan akan muncul perilaku saling terbuka antara pengurus dan anak-anak panti asuhan Aisyiyah. Dimana pengurus tidak berperilaku sewenang-wenang dan juga anak-anak panti dapat berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan yang diadakan dan mematuhi peraturan yang telah dibuat oleh panti asuhan Aisyiyah.

    3. Kerangka Berpikir

    4. Peserta atau Sasaran

    Peserta atau sasaran yang ditargetkan dalam intervensi yang akan dilakukan adalah pihak pengurus dan anak-anak pada panti asuhan Aisyiyah. Adapun rentang usia pihak pengurus tersebut adalah 50 hingga 65 tahun

    MASALAH

    Power Over yang dilakukan oleh pengurus panti

    asuhan

    Kurangnya power From pada anak-

    anak panti

    PENANGANAN

    Sosiodrama

    (pengurus dan anak panti asuhan akan

    bermain peran sesuai dengan

    permasalahan yang dirasakan oleh

    masing-masing pihak dan kemudian

    bertukar peran)

    HASIL

    Adanya peningkatan pemahaman antara pihak pengasuh dan anak panti asuhan

    sehingga ada perubahan perilaku

    dari kedua belah pihak seperti saling

    memahami dan adanya keterbukaan

    antara satu sama lain.

  • dengan jenis kelamin perempuan, begitu pula dengan anak-anak panti yang juga berjenis kelamin perempuan dengan rentang usia sekitar 15-22 tahun.

    Alasan pentingnya dilakukan intervensi bagi pihak pengurus dan anak-anak panti asuhan Aisyiyah ialah bahwa dalam panti tersebut terdapat permasalahan kedekatan dan kepercayaan dasar (basic trust) antara pengurus dan anak-anak panti asuhan yang disebabkan oleh adanya permasalahan power and control dimana pengurus mendominasi dalam kehidupan sehari-hari dalam panti asuhan sedangkan, anak-anak di panti asuhan ini tidak memiliki kemampuan ataupun daya upaya untuk melawan maupun menyampaikan aspirasinya kepada pengurus. Sehingga diperlukannya intervensi antara pengurus dengan anak-anak panti asuhan Aisyiyah agar secara bersama-sama saling bertukar informasi dengan memerankan sebuah peran serta berbagi solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada melalui kesadaran serta pemahaman dalam sebuah setting perilaku.

    5. Pihak yang Terlibat Dalam Intervensi

    Berkaitan dengan pihak yang terlibat dalam kegiatan intervensi sosiodrama tersebut adalah pengurus dan anak-anak panti asuhan Aisyiyah selaku peserta. Sedangkan fasilitator dalam kegiatan tersebut adalah mahasiswa psikologi semester 5 yang sedang menempuh mata kuliah intervensi komunitas.

    No. Pihak yang Dilibatkan Keterangan

    1. Pengurus Panti Asuhan Aisyiyah Peserta

    2. Anak-anak Panti Asuhan Aisyiyah Peserta

    3. Dicky Wira Raharja Kameramen

    4. Mayvita Innani Taqwa Observer

    5. Hastari Ajeng Mukti R. Notulen

    6. Trialovena Firizbrilian P. Fasilitator

  • 1. Rincian Pelaksanaan Intervensi

    No Jenis

    Kegiatan

    Tujuan Pihak yang dilibatkan

    Lokasi Waktu

    Pelaksanaan

    Target Sasaran Tahap Pelaksanaan

    1. Tahap Persiapan

    Mengetahui kehadiran peserta

    Volunteer Aula Panti Asuhan

    Aisyiyah

    Minggu, 25 Desember 2016

    08.00 – 08.15

    Pengurus dan anak panti asuhan Aisyiyah

    1. Absensi daftar hadir 2. Memberikan

    konsumsi

    2. Pembukaan, Pengenalan, Penyampaian tujuan & Kesepakatan

    1. Membuka acara 2. Peserta dan

    fasilitator dapat saling mengenal

    3. Mengetahui tujuan dilakukannya kegiatan sosiodrama.

    4. Menetapkan kesepakatan selama berlangsungnya proses kegiatan.

    1. Fasilitator (Trialovena F.P)

    2. Notulen (Hastari A.M. R)

    3. Observer (Mayvita I.T)

    4. Kameramen (Dicky W.R)

    Aula Panti Asuhan

    Aisyiyah

    Minggu, 25 Desember 2016

    08.15-08.45

    Pengurus dan anak panti asuhan Aisyiyah

    1. Fasilitator membuka acara dengan mengucapkan salam dan menanyakan kabar.

    2. Fasilitator menyampaikan terkait dengan tujuan kegiatan intervensi yang akan dilakukan.

    3. Fasilitator dan peserta melakukan kesepakatan yang akan di patuhi selama kegiatan berlangsung.

    2 Sosiodrama 1. Peserta dapat 1. Fasilitator Aula Panti Minggu, 25 Pengurus dan 1. Menjelaskan

  • 19

    saling memahami perasaan antara satu sama lain.

    2. Peserta dapat mengetahui dan menanggulangi sikap-sikap yang salah.

    (Trialovena F.P)

    2. Notulen (Hastari A.M. R)

    3. Observer (Mayvita I.T)

    4. Kameramen (Dicky W.R)

    Asuhan Aisyiyah

    Desember 2016

    08.45-09.45

    anak panti asuhan Aisyiyah

    Sosiodrama Pro-Kontra dan alur kegiatan.

    2. Memberikan dan menjelaskan tema kepada peserta dimana tema tersebut berkaitan dengan masalah yang dialami komunitas panti asuhan Aisyiyah.

    3. Setelah diberikan tema peserta dibagi menjadi pihak pro dan kontra terhadap tema yang telah ditentukan.

    4. Pihak pro dan kontra saling mengeluarkan argumennya tentang tema yang ditentukan.

    5. Menukar posisi dari pihak pro menjadi kontra dan juga sebaliknya pihak kontra menjadi pro dan saling mengungkapkan

  • 20

    argumennya. 6. Feedback (Fasilitator

    menjelaskan kepada peserta maksud dari dilakukannya kegiatan sosiodrama pro-kontra.

    3. Evaluasi & Penutup

    1. Peserta dapat menyimpulkan kegiatan yang telah dilakukan.

    2. Mengetahui perubahan yang dialami oleh setiap peserta.

    1. Fasilitator (Trialovena F.P)

    2. Notulen (Hastari A.M. R)

    3. Observer (Mayvita I.T)

    4. Kameramen (Dicky W.R)

    Aula Panti Asuhan Aisyiyah

    Minggu, 25 Desember 2016

    09.45-10.15

    Pengurus dan anak panti asuhan Aisyiyah

    1. Fasilitator menanyakan apa yang diperoleh peserta dari kegiatan yang telah dilakukan.

    2. Fasilitator juga menyampaikan kesimpulan tentang penyelesaian masalah atau solusi dari permasalahan yang dialami oleh komunitas melalui kegiatan yang telah dilakukan.

    3. Setelah penyampaian kesimpulan usai, fasilitator menanyakan perasaan dan kesan terhadap peserta.

    4. Penutup (Fasilitator menyampaikan

  • 21

    terimakasih kepada peserta karena telah mengikuti proses kegiatan intervensi dengan baik).

    4. Follow Up Mengetahui perkembangan peserta mengenai permasalahan yang telah dialami setelah dilakukannya intervensi.

    1. Fasilitator (Trialovena F.P)

    2. Notulen (Hastari A.M. R)

    3. Observer (Mayvita I.T)

    4. Kameramen (Dicky W.R)

    Aula Panti Asuhan Aisyiyah

    Minggu, 8 Desember 2016

    15.30-16.30

    Pengurus dan anak panti asuhan Aisyiyah

    1. Salam pembuka dan menanyakan kabar.

    2. Melakukan observasi dan wawancara semi terstruktur kepada peserta terkait perkembangan peserta terhadap masalah yang dialami setelah dilakukannya intervensi.

    3. Penutup (Fasilitator menyampaikan terimakasih kepada peserta).

  • DAFTAR PUSTAKA

    Afiyanti, Y. (2008). Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok Terfokus) Sebagai

    Metode Pengumpulan Data Kualitatif. Jurnal Keperawatan Indonesia, 12.

    Batchelor, B., & Krister, K. (2012). Starbucks: A case study examining power and

    culture via radical sociodrama. PRism, 9, 1-11.

    Budiharjo. (2005). Pendidikan Pengasuh pada Panti Sosial Asuhan Anak milik

    Organisasi Masyarakat Islam di DKI Jakarta. Hunafa: Jurnal Studia Islamika,

    12, 19-41.

    Deviana, U. (2007). Peranan panti asuhan putri aisyiyah dalam upaya

    meningkatkan kesejahteraan anak asuh melalui peningkatan pendidikan

    informal. fakultas ilmu sosial dan ilmu politik universitas sebelas maret

    surakarta.

    Hardi, E. (2016). Efektivitas Intervensi Milieu dan komunitas untuk meningkatkan

    motivasi berprestasi anak panti asuhan aisyiyah celep-Sidoarjo. Jurnal

    Ilmiah Psikologi Terapan, 4.

    Jufri, S. S. (2011). Standar Nasional Pengasuhan untuk Lembaga Kesejahteraan

    Sosial Anak. Jakarta: Kemensos.

    Kloos, Hill, Thomas, Wandersman, Elias, & Dalton. (2012). Community Psychology.

    USA: Wadsworth.

    Moleong, D. L. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Surabaya: PT Bina Ilmu.

    Ni'matuzahroh, & Prasetyaningrum, S. (2014). Observasi dalam Psikologi. Malang:

    UMM Press.

    Wibowo, I., Y., D. C., & Narhetali, E. (2013). Psikologi Komunitas. Depok: LPSP3.

    Winkel, W., & Srihastuti, M. (2007). Bimbingan dan Kegiatan di Institusi Pendidikan.

    Yogyakarta: Media Abadi.

  • 23

    LAMPIRAN DAFTAR GAMBAR

    GAMBAR 1

    GAMBAR 2

  • 24

    GAMBAR 3

    GAMBAR 4