151
LAPORAN DIAGNOSIS DAN INTERVENSI KOMUNITAS PENGETAHUAN KELUARGA BINAAN TENTANG FAKTOR RESIKO HIPERTENSI (STUDI PADA KELUARGA BINAAN DI RT 01 RW 03 KAMPUNG GAGA DESA TANJUNG PASIR KECAMATAN TELUK NAGA KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN) PERIODE 23 SEPTEMBER 2013 – 25 OKTOBER 2013 Disusun Oleh : KELOMPOK 6 DHANNISA AZZAHRA (110.2007.083) DHITA LARASATI (110.2008.070) NADIA UTAMI (110.2008.171) NURUL QOMARIYAH (110.2008.296) Pembimbing : Dr. dr. Artha Budi Susila Duarsa, M.Kes.

Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pengetahuan Keluarga Binaan Mengenai Faktor Resiko Hipertensi (Dessa Tanjung Pasir)

Citation preview

Page 1: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

LAPORAN DIAGNOSIS DAN INTERVENSI KOMUNITAS

PENGETAHUAN KELUARGA BINAAN TENTANG FAKTOR RESIKO

HIPERTENSI

(STUDI PADA KELUARGA BINAAN DI RT 01 RW 03 KAMPUNG GAGA

DESA TANJUNG PASIR KECAMATAN TELUK NAGA KABUPATEN

TANGERANG PROVINSI BANTEN)

PERIODE 23 SEPTEMBER 2013 – 25 OKTOBER 2013

Disusun Oleh : KELOMPOK 6

DHANNISA AZZAHRA (110.2007.083)

DHITA LARASATI (110.2008.070)

NADIA UTAMI (110.2008.171)

NURUL QOMARIYAH (110.2008.296)

Pembimbing :

Dr. dr. Artha Budi Susila Duarsa, M.Kes.

KEPANITRAAN KEDOKTERAN KOMUNITASBAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FK. UNIVERSITAS YARSI2013

Page 2: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 GAMBARAN UMUM DESA

1.1.1 Gambaran Umum Desa Secara Geografis

Desa Tanjung Pasir terletak di utara dari Kecamatan Teluk

Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten yang merupakan

daerah pesisir pantai dan mempunyai luas wilayah 564,25 hektar

dan merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian satu

meter dari permukaan laut dengan suhu udara 300-370C.

Luas wilayah terdiri dari sawah seluas 79 hektar, daratan seluas

108,185 hektar dan empang seluas 377,065 hektar. Pada daratan

terdiri dari dua hektar pemakaman umum.

Batas-batas wilayah Desa Tanjung Pasir seperti yang terlihat pada

gambar 1.1 adalah sebagai berikut :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa

b. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Tanjung Burung

c. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Muara

d. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tegal Angus, Lemo

dan Pangkalan

Gambar 1.1 Batas Wilayah Desa Tanjung Pasir

1

Page 3: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

Puskesmas Tegal Angus adalah salah satu puskesmas yang

terletak di wilayah Kecamatan Teluk Naga. Kecamatan Teluk

Naga Kabupaten Tangerang Propinsi Banten, mempunyai luas

wilayah 4.763.198 ha (47,631 km2). Terdiri dari luas daratan

2.170.120 ha dan sawah 2.593.078 ha dengan ketinggian dari

permukaan laut 2-3 meter dengan curah hujan rata-rata 24

mm/tahun. Jarak dari Ibu Kota Kabupaten Tangerang sekitar 47

km.

Batas – batas wilayah Kecamata Teluknaga adalah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah laut Jawa

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Tangerang/Kecamatan

Neglasari

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kosambi

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sepatan/Pakuhaji

Wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus berada di wilayah

Kecamatan Teluk Naga bagian utara yang terdiri dari enam desa

binaan yaitu desa Pangkalan, Tanjung Burung, Tegal Angus,

Tanjung Pasir, Muara dan Lemo.

Gambar 1.2 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus

2

Page 4: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

Puskesmas Tegal Angus terdapat di:

a) Desa Tegal Angus

b) Jl Raya Tanjung Pasir

c) Kode Pos 15510

d) Status kepemilikan Tanah : Tanah Pemkab

e) Batas wilayah sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa

f) Batas wilayah sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan

Kosambi

g) Batas wilayah sebelah Selatan berbatasan dengan desa

Kampung Melayu

h) Batas wilayah sebelah Barat dengan desa Pakuhaji

Prasarana perhubungan dan pengairan di Kecamatan Teluk Naga

dihubungkan oleh:

A. Jalan

Panjang jalan yang ada di wilayah Kecamatan Teluk Naga

sepanjang 108 km,dengan klasifikasi sebagai berikut :

1. Berdasarkan status

a. Jalan Propinsi : 9,5 km

b. Jalan Kabupaten : 5 km

c. Jalan Desa : 93,5 km

2. Berdasarkan kondisi fisik

a. Jalan hotmik : 17,5 km

b. Jalan aspal : 67 km

c. Jalan tanah : 14,5 km

B. Jembatan

a. Jembatan besi : 1 km

b. Jembatan beton : 7 km

C. Sungai/kali

Sungai / kali yang mengalir di wilayah Kecamatan Teluk Naga

adalah sungai Cisadane dengan panjang saluran sejauh 12 km

3

Page 5: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

1. Irigasi/Pengairan

Pengairan dapat mengairi sawah seluas 20.593.649 ha.

2. Bendungan air/Dam

Bendungan dapat digunakan Perusahaan Daerah Air

Minum (PDAM) yang menjadi salah satu sumber air bersih

yang dimanfaatkan masyarakat.

1.1.2 Gambaran Umum Desa Secara Demografi

1.1.2.1 Situasi Kependudukan

Desa Tanjung Pasir terdiri dari enam kepala dusun, 14

Rukun Warga (RW), dan 34 Rukun Tetangga (RT) yang

dapat dilihat pada gambar 1.2. Berdasarkan data Badan

Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 jumlah penduduk di

wilayah Desa Tanjung Pasir adalah 10.225 jiwa terdiri dari

4.115 jiwa laki-laki dan 6.110 jiwa perempuan.

1.1.2.2 Jumlah Penduduk

Kepadatan penduduk rata-rata 1,625 jiwa/km2.

Dengan jumlah rumah tangga 1.4853 dan rata-rata jumlah

jiwa per rumah tangga adalah 3.7 jiwa.

Berdasarkan data dari Kecamatan Teluk Naga pada

tahun 2012 jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas

Tegal Angus adalah 53,831 jiwa yang tersebar di 6 desa

seperti yang tercantum di tabel 1.1 dibawah ini :

4

Page 6: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

Tabel 1.1 Luas Wilayah, Jumlah Desa, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah

Tangga Dan Kepadatan Penduduk Menurut Desa/Kelurahan

No. Desa/Kel

Luas

Wilayah

(km2)

Jumlah

Rat

a-R

ata

Jiw

a/

Ru

mah

Kep

adat

an P

end

ud

uk

(km

2 )

Pen

du

du

k

(Jiw

a)

Pen

du

du

k M

isk

in

(Jiw

a)

RT

RW

KK

Ru

mah

1. Lemo 3,61 6,682 734 32 15 1,408 1408 10.31 1850.97

2. Muara 5,14 3,566 490 22 6 793 793 7.19 693.77

3. Pangkalan 7,54 16,888 1,495 35 11 3,229 3229 4.08 2239.79

4. Tanjung

Burung

5,24 7,699 740 16 8 1,484 1572 3.10 1463.55

5. Tanjung Pasir 5,64 9,513 1,348 31 18 1,936 2319 5.32 1686.70

6. Tegal Angus 2,83 9,513 1,081 23 7 1,895 1895 3.30 3361.48

Jumlah 30,02 53,831 5,889 139 45 10,745 10,745 4.33 1794

Sumber : Data BPS Kecamatan Teluk Naga Tahun 2012

Klasifikasi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di

wilayah kerja Puskemas Tegal Angus dilihat pada tabel 1.2

dibawah ini :

5

Page 7: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur

Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012

No.KELOMPOK UMUR

(TAHUN)

JUMLAH PENDUDUK

LAKI-

LAKIPEREMPUAN

LAKI-LAKI +

PEREMPUAN

1 2 3 4 5

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

0-4

5-9

10-14

15-19

20-24

25-29

30-34

35-39

40-44

45-49

50-54

55-59

60-64

65-69

70-74

75+

2,702

2,657

2,896

2,980

2,910

2,877

2,336

1,994

1,704

1,401

1,135

741

546

337

252

203

2,505

2,511

2,563

2,895

2,960

2,790

2,153

1,888

1,613

1,262

925

656

533

318

281

307

5,207

5,168

5,459

5,875

5,870

5,667

4,489

3,882

3,317

2,663

2,060

1,397

1,079

655

533

510

JUMLAH 27,671 26,160 53,831

Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Tangerang 2012

6

Page 8: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

1.1.2.3 Lapangan Pekerjaan Penduduk

Lapangan pekerjaan penduduk di wilayah kerja

Puskesmas Tegal Angus cukup beragam, hal ini

berhubungan dengan geografis kecamatan Teluk Naga

dimana terdapat persawahan dan berbatasan dengan laut

serta daerah kota Tangerang dan akses ke daerah Jakarta.

Tabel 1.3. Lapangan Pekerjaan Penduduk Desa Tegal Angus

No. Lapangan Kerja Penduduk Jumlah

1. Buruh 4592

2. Buruh industri 13757

3. Industri rakyat 13536

4. Nelayan 386

5. Pedagang 6373

6. Pengangguran 4004

7. Pensiunan PNS 45

8. Pensiunan TNI/POLRI 43

9. Perangkat Desa 141

10. Pertukangan 4109

11. Petani pemilik 13316

12. Petani penggarap 6063

13. PNS 222

14. TNI/POLRI 65

Sumber : Profil Puskesmas Tegal Angus 2012

1.1.2.4 Tingkat Pendidikan

7

Page 9: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

Aspek pendidikan merupakan salah satu indikator

yang dapat mempengaruhi kualitas kehidupan penduduk di

wilayah Kecamatan Teluk Naga.Tingkat pendidikan

diwilayah kerja Puskesmas Tegal Angus masih rendah,dari

jumlah 53.831 penduduk hanya sebagian kecil yang

mengenyam pendidikan seperti terlihat pada tabel dibawah

ini:

Tabel 1.4 Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Jenjang Pendidikan

di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012

No. Jenjang Pendidikan Jumlah

1. Tidak/belum tamat SD 12598

2. SD/MI 15738

3. SLTP/MTS 4060

4. SLTA/MA 3601

5. AK/Diploma 159

6. Universitas 130

Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus, 2012

1.1.2.5 Sarana dan Prasarana

1. Gedung Puskesmas yang terdiri dari:

a. Ruang Kepala Puskesmas : 1 Ruang

b. Ruang TU : 1 Ruang

c. Ruang Dokter : 1 Ruang

d. Ruang Aula : 1 Ruang

e. Ruang Imunisasi : 1 Ruang

f. Ruang Loket : 1 Ruang

g. Ruang Apotik : 1 Ruang

h. Ruang BP umum : 1 Ruang

8

Page 10: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

i. Ruang BP Anak : 1 Ruang

j. Ruang BP Gigi : 1 Ruang

k. Ruang KIA/KB : 1 Ruang

l. Ruang Gizi : 1 Ruang

m. Ruang Gudang Obat : 1 Ruang

n. Ruang TB : 1 Ruang

o. Ruang Lansia : 1 Ruang

p. Ruang Kesling : 1 Ruang

q. Ruang Perpustakaan : 1 Ruang

r. Ruang Mushola : 1 Ruang

s. Ruang Bidan : 1 Ruang

t. Dapur : 1 Ruang

u. Ruang Gudang Perkakas : 1 Ruang

2. Bidan di Desa : 6 orang

3. Posyandu 45 buah, terdiri dari :

a. Tegal Angus : 7 Posyandu

b. Pangkalan : 10 Posyandu

c. Tanjung Burung : 7 Posyandu

d. Tanjung Pasir : 9 Posyandu

e. Lemo : 6 Posyandu

f. Muara : 6 Posyandu

4. Pembinaan UKBM (Usaha Kesehatan Bersumber Daya

Masyarakat) :

9

Page 11: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

a. Jumlah Posyandu : 45 buah

b. Jumlah Kader Posyandu di bina : 225 orang

c. Jumlah kader dasa wisma dibina :34 orang

d. Jumlah TOMA (Tokoh Masyarakat) dibina : 60

orang

5. Sarana Sekolah yang ada di wilayah kerja Puskesmas

Tegal Angus

Tabel 1.5 Sarana Sekolah di Wilayah Kerja

Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012

No Nama Desa JUMLAH SEKOLAH

PAUD TK RA SD MI SMP MTs SMA SMK MA

1 Pangkalan 1 2 0 5 1 2 1 0 1 0

2 Tanjung

Burung1 0 0 2 1 0 0 0 0 0

3 Tegal Angus 0 1 0 2 2 2 1 1 0 0

4 Tanjung Pasir 0 2 0 2 1 0 1 0 0 0

5 Muara 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0

6 Lemo 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0

Puskesmas 1 3 0 12 4 2 2 1 0 0

Sarana pelayanan kesehatan wilayah kerja Puskesmas Tegal

Angus dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

10

Page 12: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

Tabel 1.6. Sarana Pelayanan Kesehatan

No. Sarana Pelayanan Kesehatan Jumlah1. Apotik 02. Balai pengobatan/klinik 13. Polindes 04. Posbindu 65. Poskesdes 16. Posyandu 457. Praktek dokter (perorangan)

Dokter umum 7 Dokter gigi 0 Dokter spesialis 0

8. Puskesmas 19. Puskesmas keliling (pusling) 110. Puskesmas pembantu (pustu) 011. Rumah Sakit Bersalin 012. Rumah Sakit Jiwa 013. Rumah Sakit Khusus Lainnya 014. Rumah Sakit Umum 015. Toko obat 0

Sumber : Data BPS Kecamatan Teluk Naga Tahun 2012

1.1.2.6 Kesehatan

Upaya Pemerintah Desa Tanjung Pasir dengan Instansi

terkait, dalam hal ini Puskesmas untuk pelayanan kesehatan

masyarakat, antara lain :

1. Peningkatan Gizi keluarga

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada balita

yang ada di setiap posyandu, pemeriksaan kesehatan

kepada ibu hamil.

2. Pencegahan penyakit, Vaksinasi Filariasis (kaki gajah),

imunisasi polio bagi Balita, pemberian vitamin A.

3. Penyuluhan Kesehatan dan Penyakit antara lain Demam

Berdarah dengue, Flu Burung, Chikungunya, dan

sejenisnya.

4. Penanganan bagi Balita yang kekurangan Gizi dengan

memberikan susu dan makanan yang bernutrisi

11

Page 13: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

5. Penyuluhan Kessehatan tentang bagaimana menjaga

dan memelihara lingkungan dengan membersihkan

rumah masing-masing dan lingkungan sekitarnya.

6. Pemanfaatan dengan ditanami sayur mayor dan

tanaman Obat keluarga (TOGA), tabulapot dan

Tabulakar.

Sebagai penunjang kegiatan tersebut, dibutuhkan sarana

kesehatan yang tersedia di Desa Tanjung Pasir :

1. Poskesdes : 1 unit

2. Pos KB Keluarga : - unit

3. Posyandu : 6 unit

4. Pos Mandiri : - unit

5. Klinik Bersalin/BKIA : - unit

6. Praktek dokter/Bidan : 4 unit

7. Praktek Bidan : 4 unit

8. Paraji : 4 orang

9. Keluarga Berencana : - orang

a. Jumlah Pos/ Klinik KB : - unit

b. Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) : 334 Pasang

c. Jumlah Akseptor KB :

1. Pil : 127 orang

2. IUD : 14 orang

3. Kondom : - orang

4. Suntik : 190 orang

5. Implan : 13 orang

1.1.2.7 Ketenagaan Puskesmas Tegal Angus

12

Page 14: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

Staf Puskesmas Tegal Angus berjumlah 30 orang dengan

status ketenagaan seperti tercantum dalam tabel dibawah

ini:

Tabel 1.7. Kategori Tenaga di Puskesmas Tegal Angus

No. Kategori TenagaStatus

JumlahPNS PTT/TKK Lain-Lain

1. Dokter Gigi 1 0 0 12. Dokter Umum 3 0 0 33. AKBID 4 6 1 114. AKPER 1 0 0 15. D3 Gizi 1 0 0 16. D3 Kesling 0 0 0 07. Bidan 4 0 0 48. Perawat 3 2 1 69. Pekarya 1 0 0 110. Honor 0 0 2 2JUMLAH 18 8 4 30

Sumber : Ketata Usahaan Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012

1.1.2.8 Ketersediaan Pekarangan

Desa Tanjung Pasir merupakan sebuah desa nelayan

yang ada di wilayah Banten, di desa ini tanaman yang dapat

tumbuh amat terbatas hal ini dikarenakan kondisi air yang

berkadar garam tinggi dan tanah yang mengandung pasir

amat menyulitkan untuk bertanaman sayuran, tanaman obat

maupun tanaman buah-buahan. Mengingat kondisi ini maka

Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman

Obat melakukan pengamatan dan menyimpulkan bahwa

warga di Desa Tanjung Pasir melirik pekarangan yang

dapat dimanfaatkan dalam berbudidaya sayuran.

(Puskesmas,2011)

Pada saat ini, desa Tanjung Pasir dijadikan sebagai

percontohan dan pembelajaran agar budidaya sayuran dapat

dilakukan juga di tingkat rumah tangga untuk mengurangi

13

Page 15: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

pengeluaran akan kebutuhan pangan namun dapat

meningkatkan pendapatan keluarga.

1.1.2.9 Transportasi

Sarana transportasi masyarakat Desa Tanjung Pasir dengan

menggunakan angkutan umum, ojek motor,becak serta

sepeda.

1.2 GAMBARAN KELUARGA BINAAN

1.2.1 Lokasi keluarga binaan

Keluarga binaan berada di RT 01/RW 03 Kampung Gaga, Desa

Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,

Provinsi Banten.

14

Page 16: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

Gambar 1.3 Denah Rumah Keluarga Binaan

1.2.2 Gambaran Keluarga Binaan

Keluarga binaan terdiri dari empat, yaitu keluarga Tn. Samun,

keluarga Tn. Saja, keluarga Tn. Naol dan keluarga Tn. Endi.

15

Page 17: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

1.2.2.1 Keluarga Binaan Tn. Samun

Tabel 1.9 Data Dasar Keluarga Tn. Samun

No Nama Status Keluarga Jenis

Kelamin

Usia Pendidikan Pekerjaan

1. Tn.Samun Kepala keluarga Laki-laki 45 tahun Tidak

bersekolah

Wiraswasta

2. Ny.Rohamah Istri Perempuan 40 tahun Tidak

bersekolah

Wiraswasta

3. An. Guntur Anak Laki-laki 13 tahun SD -

4. An. Elfi Anak Perempuan 7 tahun SD Pelajar

Keluarga Tn. Samun bertempat tinggal di RT 01/RW 03

Kampung Gaga, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk

Naga, Kabupaten Tangerang. Keluarga tersebut terdiri dari

Tn. Samun sebagai kepala keluarga dengan seorang istri

yang bernama Ny. Rohamah dan empat orang anak,

bernama Mega, Mewa, Guntur dan Elfi.

Tn. Samun berusia 45 tahun dan bekerja sebagai

wiraswasta berupa pedagang warung dan alat-alat pancing

dengan penghasilan berkisar Rp.200.000,00-

Rp.500.000,00 perhari. Pendapatan Tn. Samun ini tidak

menentu setiap harinya namun dalam sebulan biasanya

sekitar Rp.6.000.000,00 – Rp.8.000.000,00 per bulan.

Pendapatan ini menurut Ny. Rohamah cukup untuk

kebutuhan sehari-hari. Tn. Samun pernah bersekolah

sampai kelas 3 SD lalu tidak melanjutkan pendidikannya.

Istrinya, Ny. Rohamah berusia 40 tahun bekerja sebagai ibu

rumah tangga dan ikut membantu usaha suaminya. Ny.

Rohamah tidak pernah mengenyam pendidikan sekolah.

Anak pertama pasangan Tn. Samun dan Ny.Rohamah

adalah seorang perempuan bernama Mega berusia 20 tahun

16

Page 18: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

dan saat ini sudah berkeluarga dan tidak tinggal serumah

dengan Tn. Samun dan Ny.Rohamah. Anak kedua pasangan

Tn. Samun dan Ny.Rohamah seorang perempuan bernama

Mewa berusia 18 tahun yang juga sudah berkeluarga dan

tidak tinggal serumah dengan Tn. Samun dan Ny.Rohamah.

Anak ketiga pasangan Tn. Samun dan Ny.Rohamah

seorang laki-laki berusia 13 tahun bernama Guntur yang

baru saja menamatkan pendidikan sekolah dasarnya, namun

tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang SMP. Anak

keempat Tn. Samun dan Ny.Rohamah seorang perempuan

berusia 7 tahun bernama Elfi yang merupakan pelajar

Sekolah Dasar kelas 3. Karena letak sekolah cukup dekat

dari rumah maka anak keempat berangkat ke sekolah

dengan berjalan kaki. Tn. Samun memberikan uang saku

untuk kedua anaknya sebesar Rp.2.000,00 per hari. Tempat

tinggal yang sekarang mereka huni merupakan milik

pribadi dan bukan warisan, mereka tinggal berempat di

dalam rumah tersebut.

Keluarga Tn. Samun tinggal di rumah dengan luas

bangunan berukuran 66 m2 dan tidak bertingkat. Rumah ini

terdiri dari ruang tamu berukuran 4 m x 3 m, satu kamar

tidur yang berukuran 3 m x 3 m, satu ruang keluarga yang

berfungsi sebagai kamar tidur berukuran 5 m x 3 m, kamar

mandi berukuran 2 m x 2 m, dua dapur yang berukuran

masing-masing 2 m x 3 m dan 2 m x 2 m, dan satu gudang

berukuran 3 m x 2 m.

Rumah Tn. Samun ini terletak di pinggir jalan raya.

Rumah ini berlantaikan keramik. Atap rumah terbuat dari

genteng;beberapa bagian plafon sudah ada yang bolong

namun Ny. Rohamah mengatakan rumahnya tidak bocor

saat datang hujan. Sedangkan seluruh dinding rumah

terbuat dari batu bata. Untuk ventilasi, rumah ini memiliki

17

Page 19: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

empat buah jendela di ruang tamu yang masing-masing

berukuran 1 m x 60 cm dan dua buah jendela di kamar

paling depan yang berukuran 1 m x 60 cm sedangkan ruang

keluarga mempunyai dua buah jendela yang berukuran 1 m

x 60 cm. Jendela tersebut berfungsi sebagai ventilasi untuk

aliran keluar masuk udara atau masuknya cahaya sinar

matahari kedalam rumah. Jumlah total ventilasi

dibandingkan dengan total luas lantai yaitu 5,4% sehingga

tidak memenuhi kriteria ventilasi rumah sehat yaitu 10%.

Rumah ini tidak berlangganan listrik secara resmi, dengan

fasilitas empst buah lampu dan satu buah televisi.

Keluarga ini memiliki kamar mandi dengan jamban.

Untuk mandi dan kebutuhan air sehari-hari keluarga ini

menggunakan air PAM. Air PAM yang didapat diperoleh

dengan cara membeli air PAM yang dijual oleh warga

sekitar. Dalam sehari keluarga tersebut membutuhkan lima

sampai enam jerigen air PAM (satu jerigen = 20 liter). Satu

jerigen air PAM seharga Rp.5.000,00.

Keluarga Tn. Samun biasa membuang sampah di

samping rumah mereka. Sampah baru dibakar jika sudah

menumpuk.

Keluarga Tn. Samun memiliki kebiasaan makan dua

kali sehari. Ny. Rohamah memasak makanan dengan menu

seadanya, contoh menu yang disajikan sehari-hari ialah

tahu, tempe dan sayur terkadang juga memasak ikan. Ny.

Rohamah memasak tanpa membatasi jumlah garam untuk

makanan Tn. Samun. Semua makanan dimasak sampai

matang dengan menggunakan kompor gas 3 kg. Peralatan

makan yang digunakan terbuat dari plastik. Karena tidak

memiliki ruang makan, keluarga ini biasanya makan di

ruang keluarga atau ruang tamu.

18

Page 20: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

Anak ketiga pasangan Tn. Samun dan Ny.Rohamah

yaitu Guntur, sudah tidak bersekolah setelah tamat SD.

Guntur sehari-harinya bekerja lepas seperti mencangkul

sawah atau membantu ayahnya. Anak keempat pasangan

Tn. Samun dan Ny.Rohamah yaitu Elfi pelajar kelas 3 SD.

Mereka mengatakan jika keluar rumah selalu memakai

sendal.

Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini

biasanya membeli obat warung terlebih dahulu. Namun,

jika dengan obat warung keadaannya tidak juga membaik

barulah dibawa ke praktik dokter terdekat. Keluarga ini

tidak pernah berobat ke puskesmas karena tidak memiliki

kartu jamkesmas. Dalam keluarga Tn. Samun, hanya beliau

yang merokok. Tn. Samun merupakan perokok aktif. Sehari

biasa menghabiskan setengah bungkus rokok. Tn. Samun

merokok sejak remaja. Tn. Samun merokok dimana saja

sesukanya. Penyakit darah tinggi diakui diketahui sejak

kurang lebih 10 tahun yang lalu, namun Tn. Samun malas

berobat.

Dari keterangan Ny. Rohamah keempat anaknya lahir di

paraji. Dia tidak pernah memberikan imunisasi kepada

kedua anaknya. Tetapi, sewaktu kecil keempat anak Ny.

Rohamah selalu diberikan ASI selama dua tahun. Ny.

Rohamah juga mengatakan bahwa dirinya juga memakai

KB suntik per tiga bulan dan sudah memakai selama 6

tahun karena menurut Ny. Rohamah ia merasa cukup

dengan empat orang anak.

19

Page 21: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

Gambar 1.4 Denah Rumah Keluarga Tn. Samun

No. Faktor Internal Permasalahan

1. Kebiasaan Merokok Tn. Samun merokok sekitar satu sampai dua

bungkus dalam satu hari, biasanya kebiasaan

merokok ini dilakukan di dalam dan di luar

rumah. Semakin banyak pekerjaan, biasanya

Tn.Samun juga semakin banyak

menghabiskan rokoknya, yakni bisa lebih

dari dua bungkus rokok dalam sehari

2. Olah raga Keluarga Tn. Samun tidak ada yang memiliki

kebiasaan berolahraga. Bahkan hampir tidak

20

Page 22: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

pernah melakukan olahraga.

3. Pola Makan Ny. Rohamah memasak sendiri dengan

komposisi makanan seperti nasi, tahu, tempe,

ikan, dan jarang memakan sayur, buah-

buahan, apalagi susu. Ny Rohamah juga

menggunakan penyedap rasa untuk memasak.

4. Aktivitas sehari-hari a. Tn. Samun bekerja sebagai pedagang.

Tn. Samun membuka warungnya 24 jam

non stop.

b. Ny. Rohamah bekerja sebagai ibu rumah

tangga

c. An.Guntur yang berusia 13 tahun dan

bekerja di rumah makan dekat tempat

tinggal Tn Samun

No. Faktor Eksternal Permasalahan

1. Riwayat Pendidikan a. Tn Samun hanya mengenyam pendidikan

sampai dengan kelas 3 SD dan tidak

menyelesaikan pendidikan dasarnya.

b. Ny Rohamah tidak pernah bersekolah.

c. An. Guntur yang berusia 13 tahun hanya

bersekolah sampai dengan bangku sekolah

dasar dan tidak melanjutkan ke pendidikan

menengah.

d. An Elfi berusia 7 tahun dan masih duduk di

bangku sekolah dasar.

2. Pendapatan Tn. Samun bekerja sebagai wiraswasta berupa

pedagang warung dan lat-alat pancing dengan

21

Page 23: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

penghasilan berkisar Rp.200.000,00-

Rp.500.000,00 perhari. Pendapatan Tn. Samun

ini tidak menentu setiap harinya namun dalam

sebulan biasanya sekitar Rp.6.000.000,00 –

Rp.8.000.000,00 per bulan.

3. Informasi Tn. Samun dan keluarganya tidak pernah

mendapatkan informasi mengenai penyakit

hipertensi dari petugas kesehatan. Keluarga ini

juga tidak diberitahu mengenai faktor resiko

penyakit hipertensi.

4. Pola Pencarian

Pengobatan

Apabila sakit, keluarga Tn.Samun tidak pergi

berobat ke puskesmas dan memilih untuk

berobat ke dokter praktek umum di dekat

rumahnya jika memiliki keluhan mengenai

kondisi kesehatannya.

1.2.2.2 Keluarga Binaan Tn. Saja

Tabel 1.10 Data Dasar Keluarga Binaan Tn. Saja

No. Nama Status

Keluarga

Jenis

Kelamin

Usia Pendidikan

Terakhir

Pekerjaan

1. Tn. Saja Kepala

Keluarga

Laki-laki 50 tahun SD Wiraswasta

2. Ny. Ima Istri Perempuan 49 tahun SD Ibu Rumah

Tangga

3. An. Alfian Anak Laki-laki 20 tahun SMP Buruh

4. An. Asifa Anak Perempuan 5 tahun SD Tidak Bekerja

22

Page 24: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

Keluarga Tn. Saja bertempat tinggal di RT 01/RW 03

Kampung Gaga, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk

Naga, Kabupaten Tangerang. Keluarga tersebut terdiri dari

Tn. Saja sebagai kepala keluarga dengan seorang istri yang

bernama Ny. Ima, mereka tinggal bersama dua orang anak

mereka, anak Alfian yang berusia 18 tahun dan berprofesi

sebagai buruh di pabrik melamin dan Asifa yang berusia

lima tahun dan masih duduk di sekolah dasar.

Tn. Saja berusia 50 tahun bekerja sebagai wiraswasta

bersama istri memilik satu toko klontong, satu depot air

minum isi ulang, satu usaha tambal ban, dan menjual

bensin eceran dengan penghasilan sekitar Rp 150.000,00 –

Rp 200.000,00 per hari, pendapatan Tn. Saja ini tidak

menentu setiap harinya tergantung pada ramai atau

tidaknya pembeli di tokonya, namun dalam sebulan

biasanya sekitar Rp 6.000.000,00 - Rp 8.000.000,00 per

bulan. Pendapatan ini dapat disisihkan untuk menabung

dan menopang kehidupan anaknya yang paling besar serta

untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti

membeli air PAM, makanan, bensin, dan lain-lain. Tn. Saja

pernah mengenyam pendidikan hingga bangku sekolah

dasar sampai tamat, namun tidak melanjutkan ke jenjang

yang lebih tinggi dengan alasan biaya. Istrinya, Ny. Ima

berusia 49 tahun selain sebagai ibu rumah tangga juga

membantu suaminya di toko. Pendidikan terakhir Ny. Ima

hanya sampai tingkat sekolah dasar . Tn. Saja dan Ny. Ima

telah menikah selama 25 tahun, dan dikaruniai 4 orang

anak. Dua orang anak sudah menikah dan tinggal terpisah

dari Tn. Saja dan Ny. Ima, sementara dua orang lagi Alfian

dan Asifa masih tinggal bersama dengan Tn. Saja dan Ny.

Ima. Ny. Ima menggunakan alat kontrasepsi berupa pil KB,

23

Page 25: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

sebelumnya Ny Ima menggunakan kontrasepsi suntik

selama 3 bulan sekali dan baru sebulan terakhir ini

mengganti kontrasepsinya dengan pil KB.

Keluarga Tn. Saja tinggal di rumahnya sendiri dengan

luas bangunan berukuran 12 m x 9 m dan bertingkat.

Terdiri dari tiga kamar tidur masing-masing berukuran 5 m

x 3 m, 4 m x 3 m, 3 m x 3 m, dimana masing-masing kamar

memiliki ventilasi untuk pertukaran udara berukuran 60 cm

x 40 cm dan tiap kamar memiliki 2 ventilasi. Ruang tamu

berukuran 8 m x 6 m dan menjadi satu dengan ruang

keluarga. Tn. Saja mempunyai satu buah dapur, terletak di

dalam rumah. Dapur menggunakan kompor gas dan

menjadi satu dengan ruang makan, berukuran sekitar 6 m x

3 m.

Tn. Saja memiliki satu kamar mandi yang terletak di

dalam rumahnya berukuran 2.5 m x 1.5 m, tepat di samping

dapur yang berada di dalam dan bersebelahan dengan

tempat mencuci piring yang berukuran 2.5 m x 1.5 m.

Sementara untuk buang besar, Tn. Saja dan keluarga

menggunakan jamban di luar rumah, terdapat jamban

berukuran 1 m x 1 m. Lantai kamar mandi berupa keramik

Rumah Tn. Saja berlantaikan keramik. Atap rumah

terbuat dari genteng dengan plafon. Sedangkan seluruh

dinding rumah terbuat dari batu bata. Untuk ventilasi,

rumah ini memiliki buah jendela, yaitu di ruang tamu dan

di ruang keluarga, masing-masing berukuran kurang lebih

1,5 m x 1,5 m sedangkan ruangan yang lain tidak memiliki

jendela. Jendela tersebut dapat dibuka tetapi jarang

dilakukan dengan alasan debu akan masuk jika jendela

dibuka. Jumlah total ventilasi dibandingkan dengan total

luas lantai yaitu 3% sehingga tidak memenuhi kriteria

ventilasi rumah sehat yaitu 10%.

24

Page 26: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

Untuk melakukan aktifitas BAB keluarga ini

melakukannya di jamban yang terdapat di dekat teras

rumah berukuran 1 m x 1 m. Sumber air yang digunakan

keluarga Tn. Saja merupakan air PAM untuk mencuci baju

serta mandi. Menurut keterangan keluarga Tn. Saja air

PAM cukup bersih namun terkadang hanya mengalir kecil

atau bahkan mati sama sekali. Tn Saja menggunakan air

mineral galon untuk minum dan memasak.

Untuk pengolahan sampah dan limbah, keluarga Tn.

Nasir membuang sampah di belakang rumah dan jika angin

tidak terlalu keras, Tn. Saja membakar sampah tersebut,

tempat keluarga Tn. Saja membakar sampah berdekatan

dengan balong yang menampung air namun tidak terdapat

ikan sehingga sering banyak nyamuk yang masuk ke rumah

Tn. Saja.

Keluarga Tn. Saja memiliki kebiasaan makan tiga kali

sehari. Ny. Ima memasak makanan dengan menu yang

disukai keluarganya, contoh menu yang disajikan sehari-

hari ialah tahu, tempe dan sayur terkadang juga memasak

lauk pauk seperti ikan dan ayam. Namun Tn. Saja lebih

suka jika Ny. Ima memasak sup iga atau memasak makanan

yang asin dan berlemak. Semua makanan dimasak sampai

matang. Peralatan makan yang digunakan sebagian terbuat

dari kaca dan sebagian lagi terbuat dari plastik. Karena

ruang makan menjadi satu dengan dapur, keluarga ini

biasanya makan di ruang keluarga. Keluarga Tn. Saja tidak

biasa menutupi makanannya dengan tudung makanan

sehingga makanan suka dihinggapi lalat.

Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini

biasanya langsung berobat ke dokter di sebuah rumah sakit

swasta. Keluarga ini jarang mau berobat ke puskesmas

karena menurut keluarga Tn. Saja pelayanan di puskesmas

25

Page 27: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

tidak memuaskan. Dalam keluarga Tn. Saja, anak laki-laki

Tn. Saja merupakan perokok aktif. Meskipun telah

mengetahui bahwa Tn. Saja menderita hipertensi dan stroke

namun Tn. Saja tidak mengontrol pola makannya dan

memakan apa saja yang ia ingin makan.

26

Page 28: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

Gambar 1.5 Demah Rumah Keluarga Tn. Saja

27

U

Page 29: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

No. Faktor Internal Permasalahan

1. Kebiasaan Merokok Tn. Saja tidak pernah merokok. Bahkan sejak

masih muda Tn. Saja mengaku tidak pernah

mengisap rokok satu batangpun. Namun anak

Tn. Saja, Alfian, merupakan seorang

perokok, dalam sehari Alfian dapat

menghabiskan satu hingga dua bungkus

rokok dan biasanya merokok di dalam rumah

setelah makan

2. Olah raga Keluarga Tn. Saja tidak ada yang memiliki

kebiasaan berolahraga. Namun setiap pagi

semenjak terkena stroke Tn. Saja selalu

menyempatkan diri untuk jalan pagi selama

15-30 menit.

3. Pola Makan Ny. Ima jarang memasak sendiri untuk

makan keluarganya, biasanya Ny. Ima

membeli makanan dari warung makanan di

dekat rumahnya. Makanan yang dibeli

bervariasi namun lebih sering membeli sop

iga dan semur daging ataupun ikan bumbu

kuning karena makanan tersebut merupakan

menu favorit Tn. Saja.

4. Aktivitas sehari-hari a. Tn. Saja bekerja sebagai pedagang. Tn.

Saja membuka warungnya pukul 5 pagi

setelah sholat subuh dan tutup pukul 8

malam.

b. Selain sebagai ibu rumah tangga, Ny.

Ima juga menjaga warung klontong di

rumahnya.

28

Page 30: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

c. An.Alfian yang berusia 20 tahun dan

bekerja di pabrik melamin sebagai buruh.

No. Faktor Eksternal Permasalahan

1. Riwayat Pendidikan a. Tn Saja hanya mengenyam pendidikan

sampai bangku sekolah dasar dan tidak

melanjutkan ke pendidikan menengah.

b. Ny Ima hanya mengenyam pendidikan

sampai bangku sekolah dasar dan tidak

melanjutkan ke pendidikan menengah.

c. An. Alfian yang berusia 20 tahun

bersekolah sampai sekolah kejuruan dan

tidak melanjutkan ke perguruan tinggi.

d. An. Asifa berusia 5 tahun dan masih duduk

di bangku sekolah dasar.

2. Pendapatan Tn. Saja bekerja sebagai wirausaha, membuka

warung klontong, depot air minum isi ulang,

warung bensin, dan bengkel motor dengan

penghasilan sekitar Rp 150.000,00 – Rp

200.000,00 per hari, pendapatan Tn. Saja ini

tidak menentu setiap harinya tergantung pada

ramai atau tidaknya pembeli di tokonya, namun

dalam sebulan biasanya sekitar Rp

6.000.000,00 per bulan.

3. Informasi Tn. Saja dan keluarganya sering mendapatkan

informasi mengenai penyakit hipertensi dari

dokter yang merawat Tn. Saja. Keluarga ini

juga diberitahu mengenai faktor resiko penyakit

hipertensi. Namun Tn Saja dan Ny. Ima tidak

terlalu mengerti dengan penjelasan yang

29

Page 31: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

diberikan oleh dokter

4. Pola Pencarian

Pengobatan

Apabila sakit, keluarga Tn.Saja dan

keluarganya biasanya mengunjungi dokter

umum di rumah sakit swasta.

1.2.2.3 Keluarga Binaan Tn. Naol

Tabel 1.11 Data Dasar Keluarga Binaan Tn. Naol

No Nama Status

Keluarga

Jenis

Kelamin

Usia

(tahun)

Pendidikan Pekerjaan

1. Tn. Naol Kepala

keluarga

Laki-laki 62 Tidak

bersekolah

Wiraswata

2. Ny. Enas Istri Perempuan 55 Tidak

bersekolah

Ibu Rumah

Tangga

3. Ny. Musta Anak pertama Perempuan 40 SD Wiraswata

4. Ny. Epih Anak ke dua Perempuan 35 SD Wiraswata

5. Ny. Erna Anak ketiga Perempuan 34 SD Wiraswata

6 Ny. Teti Anak keempat Perempuan 22 SMP Wiraswata -

Keluarga Tn.Naol terdiri dari 6 orang yang terdiri dari

Tn. Naol sebagai kepala keluarga dengan seorang istri yang

bernama Ny. Enas dan empat orang anak. Anak pertama

bernama Musta, anak kedua bernama Epih, anak ketiga

bernama Erna dan anak keempat bernama Teti. Keluarga

ini bertempat tinggal di RT 01/RW 03 Kampung Gaga,

Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten

Tangerang.

Saat ini, Tn. Naol berusia 62 tahun dan bekerja sebagai

seorang wiraswata ,yaitu membuka warung di teras

30

Page 32: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

rumahnya,dengan jam kerja sebanyak kurang lebih 10 jam

per hari. Pendapatan Tn. Naol ini tidak menentu setiap

harinya, namun dalam sebulan biasanya sekitar Rp

800.000,00- Rp 1.200.000,00 per bulan. Dari hasil

pendapatan ini sebagian dapat disisihkan untuk menabung

dan sisanya habis untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-

hari seperti membeli air PAM, listrik, makanan, bensin, dan

lain-lain. Tn. Naol tidak pernah mengikuti pendidikan

sekolah formal.

Istrinya, Ny. Enas berusia 55 tahun dan pekerjaannya

sehari-hari adalah sebagai ibu rumah tangga. Ny. Enas tidak

bersekolah.

Anak pertama pasangan Tn. Naol dan Ny. Enas adalah

seorang perempuan yang bernama Ny. Musta berusia 40

tahun dan hanya sekolah tamat SD. Anak kedua adalah

seorang perempuan bernama Ny. Epih berusia 35 tahun,

dan sekolah sampai tamat SD. Anak ketiga adalah seorang

perempuan bernama Ny. Erna dan berusia 34 tahun, dan

sekolah sampai tamat SD. Anak keempat Ny. Teti berusia

22 tahun, dan pernah mengenyam pendidikan sampai tamat

SMP.

Keluarga Tn. Naol tinggal di rumah milik sendiri

dengan luas bangunan berukuran 7,3 m x 4,8 m dan tidak

bertingkat. Terdiri dari dua kamar tidur yang masing-

masing berukuran 2 m x 2,8 m dan 2 m x 2 m, ruang tamu

berukuran 3,8 m x 4,8 m, kamar mandi yang menjadi satu

dengan dapur berukuran 1,5 m x 4,8 m. Rumah ini

berlantaikan tanah, namun kamar tidur, dapur dan kamar

mandi masih berlantaikan semen. Atap rumah terbuat dari

genteng tanpa plafon. Dinding rumah terbuat dari batu

bata,semen dan bilik bambu.

31

Page 33: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

Untuk ventilasi, rumah ini memiliki dua buah jendela di

ruang tamu, yang masing-masing berukuran 2,5 x 1,5 m

dan satu buah jendela di kamar kedua yang berkuran 1,5 m

x 1,5 m. Jendela tersebut berfungsi sebagai ventilasi untuk

aliran keluar masuk udara dan masuknya cahaya sinar

matahari ke dalam rumah. Di dalam rumah tidak terdapat

ventilasi. Jumlah total ventilasi dibandingkan dengan total

luas lantai yaitu 27,8 % sehingga memenuhi kriteria

ventilasi rumah sehat yaitu 10%. Rumah ini difasilitasi

listrik berdaya 450 watt, dengan fasilitas tiga buah lampu

dan satu buah televisi serta 1 buah lemari pendingin

(kulkas).

Keluarga Tn.Naol memiliki kamar mandi tanpa jamban

yang bergabung dengan dapur dan hanya di batasi oleh

semen setinggi 60 cm. Keluarga Tn. Naol tidak memiliki

sumur air sendiri di rumahnya. Untuk aktivitas buang air

besar dilakukan di jamban umum yang terdapat di sawah

belakang rumahnya. Menurut keluarga Tn. Naol jamban

umum yang biasa digunakan tidak nyaman karena

dindingnya hanya terbuat dari kain terpal, tanpa atap dan

lantai yang ada terbuat dari semen dengan luas kurang lebih

1,5 m x 1,5 m. Selain itu, tidak terdapat sumber air yang

digunakan untuk membersihkan kotoran sehingga jamban

umum tersebut berbau menyengat dan sering ditemukan

kecoa dan tikus.

Dalam keperluan sumber air bersih, keluarga Tn. Naol

membeli air PAM dari penjual keliling untuk keperluan

seperti mandi, minum, mencuci alat makan dan bahan

makanan. Dalam sehari keluarga tersebut membutuhkan

lima sampai enam jerigen air PAM (satu jerigen = 20 liter)

dengan harga satu jerigen sebesar Rp.1.000,00.

32

Page 34: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

Keluarga Tn. Naol membakar sampah sehari-hari di

perkarangan belakang rumahnya, dan tempat pembuangan

sampah terakhir berada di kebon dekat dengan jamban

umum warga. Sampah tersebut ditumpuk hingga banyak

kemudian dibakar.

Keluarga Tn. Naol memiliki kebiasaan makan dua kali

sehari, yaitu tiap pagi dan sore. Ny. Enas memasak

makanan sehari-hari dengan menu seadanya, contoh menu

yang disajikan ialah tahu, tempe, telor, sayur, ikan, dan

terkadang ayam. Semua makanan dimasak sampai matang.

Peralatan makan yang digunakan sebagian terbuat dari kaca

dan sebagian lagi terbuat dari plastik. Karena tidak

memiliki ruang makan, keluarga ini biasanya makan di

ruang tamu.

Dari keterangan Tn. Naol, dirinya menikah saat berusia

19 tahun dan istrinya 14 tahun. Saat itu Tn. Naol sudah

bekerja sebagai tukang ojek dan Ny. Enas tidak bekerja.

Persalinan keempat anak Tn. Naol, ditolong oleh paraji

setempat. Ny. Enas menyusui anak-anaknya hingga usia

kurang lebih 2 tahun. Menurut keterangan Ny. Enas, anak

pertama hingga keempat tidak mendapatkan imunisasi,

karena Ny. Enas takut mendengar setelah imunisasi banyak

anak yang demam, dan tidak mau makan . Dari keterangan

Ny. Enas, dirinya tidak mengikuti program Keluarga

Berencana (KB).

Dalam hal pencarian pengobatan, ketika ada anggota

keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya membeli obat di

warung, dan bila gejala tidak berkurang biasanya akan

berobat ke dukun terdekat. Menurut keterangan keluarga

Tn. Naol berobat ke dukun lebih cepat dan tidak perlu

mengantri. Dukun tersebut akan menyembur dengan air

putih pada bagian yang sakit. Jika masih tidak sembuh juga,

33

Page 35: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

Tn. Naol akan mencari pengobatan ke dokter di

PUSKESMAS.

PUSKESMAS yang biasa didatangi oleh keluarga Tn.

Naol saat mereka sakit ialah PUSKESMAS Tegal Angus

yang letaknya cukup jauh dari rumah mereka. Oleh karena

itu biasanya mereka menggunakan motor sebagai sarana

transportasi menuju PUSKESMAS tersebut. Menurut

keluarga ini tarif pelayanan di PUSKESMAS masih

terjangkau karena tidak perlu membayar untuk obat. Saat

ini keluarga Tn. Naol belum mempunyai ASKES maupun

asuransi atau jaminan kesehatan lainnya, karena tidak tahu

bagaimana mendaftar untuk mendapatkan asuransi

kesehatan tersebut.

Gambar 1.6 Denah Rumah Keluarga Tn. Naol

No. Faktor Internal Permasalahan

34

Page 36: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

1. Kebiasaan Merokok Tn. Naol merupakan seorang perokok, dalam

sehari Naol dapat menghabiskan satu hingga

dua bungkus rokok dan biasanya merokok di

dalam rumah.Semakin banyak pekerjaan

biasanya Tn. Naol semakin sering merokok.

2. Olah raga Keluarga Tn. Naol sering berjalan kaki pada

pagi hari sekitar 15-30 menit. Selain itu,

terkadang Tn. Naol sering menggunakan

sepeda untuk berolah raga selama kurang

lebih setengah jam.

3. Pola Makan Ny. Enas memasak sendiri untuk makanan

sehari-hari. Ny. Enas biasanya memasak

ikan, sayur, dan kadang-kadang memasak

daging. Ny. Enas dan Tn. Naol lebih

menyukai masakan yang rasanya asin dan

menggunakan penyedap rasa.

4. Aktivitas sehari-hari a. Tn. Naol bekerja sebagai pedagang. Tn.

Saja membuka warungnya pukul 8 pagi

dan tutup pukul 10 malam.

b. Ny. Enas bekerja sebagai ibu rumah

tangga dan sekali-kali membantu di

warung suaminya.

No. Faktor Eksternal Permasalahan

35

Page 37: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

1. Riwayat Pendidikan a. Tn Naol sama sekali tidak pernah

mengenyam bangku pendidikan formal.

b. Ny. Enas sama sekali tidak pernah

mengenyam bangku pendidikan formal.

2. Pendapatan Tn. Naol bekerja sebagai seorang

wiraswata ,yaitu membuka warung di teras

rumahnya,dengan jam kerja sebanyak kurang

lebih 10 jam per hari. Pendapatan Tn. Naol ini

tidak menentu setiap harinya, namun dalam

sebulan biasanya sekitar Rp 800.000,00- Rp

1.200.000,00 per bulan.

3. Informasi Tn. Naol dan keluarganya tidak pernah

mendapatkan informasi mengenai penyakit

hipertensi dari petugas kesehatan. Keluarga ini

juga tidak pernah diberitahu mengenai faktor

resiko penyakit hipertensi.

4. Pola Pencarian

Pengobatan

Tn. Naol dan istri tidak pernah berobat ke

puskesmas maupun dokter umum dan lebih

memilih berobat ke dukun karena merasa lebih

cepat sembuh jika berobat ke dukun.

1.2.2.4 Keluarga Binaan Tn. Endi

Tabel 1.12 Data Dasar Keluarga Binaan Tn. Endi

36

Page 38: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

No Nama Status Keluarga Jenis

Kelamin

Usia

(tahun)

Pendidikan Pekerjaan

1. Tn. Endi Kepala keluarga Laki-laki 27 Tamat SMP Wiraswasta

2. Ny. Teti Istri Perempuan 22 Tamat SMP Wiraswasta

3. Cinta Laura Anak pertama Perempuan 14 SD kelas 1 Pelajar

Keluarga binaan keempat ialah keluarga Tn. Endi. Tn.

Endi sebagai kepala keluarga, tinggal bersama istri dan

seorang anaknya. Data keluarga Tn. Endi dapat dilihat pada

tabel 1.12. Keluarga Tn. Endi bertempat tinggal di RT

01/RW 03 Desa Gaga, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten

Tangerang.

Keluarga Tn. Endi sudah tinggal di rumah milik sendiri

selama 8 tahun. Rumah Tn. Endi memiliki luas bangunan

berukuran 150m2. Terdiri dari dua kamar tidur yang

masing-masing berukuran 3m x 4m, ruang tamu berukuran

2,5mx2m, kamar mandi yang menjadi satu dengan dapur

berukuran 4 m x 3 m. Rumah ini belum berlantaikan

keramik masih berupa tanah. Atap rumah terbuat dari asbes

untuk di luar, dan genteng untuk di dalam. Sedangkan

seluruh dinding rumah terbuat dari anyaman bambu dan

sebagian dari batu bata serta dilapisi semen.

Untuk ventilasi dalam rumah Tn. Endi, terdapan dua

buah jendela, satu buah jendela di kamar tidur yang

masing-masing berukuran 1 m x 1 m dan satu buah jendela

di dapur yang gabung dengan kamar mandi yang berukuran

1 m x 1 m dan satu buah jendela di ruang depan dengan

ukuran 3 m x 2,5 m. Jumlah total ventilasi dibandingkan

dengan total luas lantai yaitu 8,4 % sehingga tidak

memenuhi kriteria ventilasi rumah sehat yaitu 10%.

37

Page 39: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

Keluarga Tn. Endi memiliki kamar mandi yang

bergabung dengan dapur dan hanya dibatasi oleh semen

setinggi kurang lebih 50 cm. Menurut keterangan keluarga

Tn. Endi, lahan rumahnya tidak cukup untuk membangun

jamban di dalam rumah sehingga bila ingin buang air besar

keluarga ini harus menggunakan jamban dirumah Tn. Naol.

Menurut keluarga Tn. Endi jamban yang biasa digunakan

tidak layak, karena tidak disediakan air bersih untuk

membersihkan diri, kemudian tempat jamban umumnya

pun hanya berukuran 1,5 x 1,5 m dan hanya ditutup dengan

steroform. Selain itu, tidak terdapat pula sumber air yang

digunakan untuk membersihkan kotoran sehingga jamban

umum tersebut berbau menyengat dan sering ditemukan

serangga seperti kecoa dan tikus. Terlebih lagi bersebelahan

dengan tempat pembuangan sampah dan kandang ternak,

dan menimbulkan bau yang tidak sedap.

Untuk sumber air bersih, keluarga ini memiliki sumur

di dalam rumahnya, di kamar mandinya, tetapi saat ini

sedang kering. Bila musim hujan banyak air, tetapi airnya

coklat. Sehingga untuk mendapatkan sumber air yang

bersih, keluarga Tn. Endi harus membeli air PAM setiap

harinya. Dalam sehari keluarga tersebut membutuhkan

sekitar 12 jerigen air. Satu jerigen air PAM seharga sekitar

Rp. 1000.

Kegiatan pembuangan sampah langsung dibuang ke

tumpukan sampah di samping tempat jamban umum yang

digunakan oleh keluarga dan tetangganya. Tidak terdapat

tempat pembuangan sampah yang tertutup, dan biasanya

bila sampah sudah menumpuk banyak baru dibakar oleh

warga tetangganya.

Tn. Endi berusia 27 tahun bekerja sebagai montir

bengkel dengan penghasilan Rp. 30.000-50.000 per hari,

38

Page 40: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

pendapatan Tn. Endi ini tidak menentu setiap harinya

namun dalam sebulan biasanya sekitar kurang lebih Rp.

1.000.000-1.500.000 per bulan itupun sudah ditambah

dengan penghasilan yang berasal dari istrinya dan

pendapatan tidak menentu. Pendapatan dikatakan tidak

dapat disisihkan untuk menabung karena habis karena

dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari

seperti membeli air bersih untuk mandi dan makan,

makanan, biaya bensin motor untuk pekerjaannya, dan lain-

lain. Tn. Endi pernah mengenyam pendidikan hingga

bangku Sekolah Menengah Atas sampai selesai, tidak

melanjutkan pendidikannya dengan alasan tidak ada biaya.

Istrinya, Ny. Teti berusia 22 tahun bekerja sebagai

pedagang pulsa dan peralatan memancing, membantu tugas

suaminya, dalam sehari bisa mendapat penghasilan sebesar

kurang lebih Rp. 30.000. Pendidikan terakhir Ny. Teti

hanya sampai kelas dua Sekolah Menengah Atas. Anak

pertama seorang perempuan yang bernama Cinta berusia 5

tahun 7 bulan merupakan pelajar di Sekolah Dasar (SD)

kelas satu.

Keluarga Tn. Endi memiliki kebiasaan makan dua kali

sehari, pagi dan sore. Ny. Teti memasak makanan dengan

menu seadanya, contoh menu yang disajikan sehari-hari

ialah tahu, tempe dan sayur terkadang juga memasak ayam.

Semua makanan dimasak sampai matang. Peralatan makan

yang digunakan sebagian terbuat dari beling dan sebagian

lagi terbuat dari plastik. Karena tidak memiliki ruang

makan, keluarga ini biasanya makan di ruang depan.

Tn. Endi dan Ny. Teti sudah menikah selama 8 tahun,

menikah saat Tn. Endi berusia 19 tahun dan saat itu tidak

bekerja hanya sebagai tamatan pelajar Sekolah Menengah

Atas. Dan Ny. Teti menikah saat usia 14 Tahun hanya

39

Page 41: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

sampai kelas dua Sekolah Menengah Atas dan tidak bekerja

saat menikah. Untuk kelahiran anaknya, Ny. Teti

melahirkan anak pertama di Rumah Sakit Mitra Husada

dengan persalinan caesar atas indikasi ketuban pecah dini

yang dirujuk oleh paraji setempat. Semasa kehamilannya

ibu jarang memeriksakan dirinya ke bidan, karena

dikatakan tidak ada keluhan saat mengandung pertamanya

anaknya. Untuk riwayat imunisasi, tidak ada yang

mendapatkan imunisasi lengkap sejak lahir sampai usia 9

bulan.

Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini

biasanya mengobati sendiri dengan membeli obat di

warung. Namun, jika dengan obat warung keadaannya tidak

juga membaik barulah dibawa ke mantri terdekat. Bila

masih sakit, baru dibawa ke bidan setempat. Jika masih

belum sembuh juga, mereka membawanya ke

PUSKESMAS.

Keluarga Tn. Endi biasanya datang untuk berobat ke

PUSKESMAS Tegal Angus bila sakit. Letak

PUSKESMAS dikatakan cukup dekat dari rumah mereka.

Keluarga Tn. Endi tidak mempunyai kartu JAMKESMAS

ataupun asuransi kesehatan lainnya sehingga bila berobat

keluarga Tn. Endi dapat mengelarkan uang sekitar Rp.

15.000 – 30.000 untuk sekali berobat, baik ke mantri

ataupun ke bidan. Tetapi keluarga Tn. Endi mengatakan

obat dari PUSKESMAS tidak banyak membantu dan lebih

ampuh obat dari mantri ataupun bidan dekat rumahnya.

40

Page 42: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

Gambar 1.7 Denah Rumah Keluarga Tn. Endi

No. Faktor Internal Permasalahan

1. Kebiasaan Merokok Tn. Endi tidak pernah merokok. Bahkan

sejak masih muda Tn. Endi mengaku tidak

pernah mengisap rokok satu batangpun.

Namun mertua Tn. Endi, Tn. Naol, yang

rumahnya sering menjadi tempat singgah

pada Tn Endi pada siang hari merupakan

seorang perokok.

2. Olah raga Keluarga Tn. Endi beserta istri dan anaknya

tidak suka berolah raga. Hanya saja Tn Endi

dan Ny. Teti sering mengantar anaknya

bersekolah dengan sepeda atau berjalan kaki.

3. Pola Makan Ny. Teti memasak sendiri untuk makanan

sehari-hari. Ny. Enas biasanya memasak

ikan, sayur, dan kadang-kadang memasak

daging atau ayam. Ny. Teti jarang

41

Page 43: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

menyediakan buah untuk keluarganya.

4. Aktivitas sehari-hari a. Tn. Endi bekerja sebagai montir di

bengkel milik pribadi.

b. Ny. Teti bekerja sebagai ibu rumah

tangga dan selain itu menjaga warung

yang berada di sebelah bengkel milik

suaminya.

No. Faktor Eksternal Permasalahan

1. Riwayat Pendidikan a. Tn. Endi mengenyam pendidikan sampai

dengan sekolah menengah pertama.

b. Ny. Teti mengenyam pendidikan sampai

dengan sekolah menengah pertama.

c. An. Cinta masih duduk di bangku sekolah

dasar.

2. Pendapatan Tn. Endi berusia bekerja sebagai montir

bengkel dengan penghasilan Rp. 30.000-50.000

per hari, pendapatan Tn. Endi ini tidak menentu

setiap harinya namun dalam sebulan biasanya

pendapatan Tn. Endi ditambah dengan

penghasilan istrinya di warung sekitar kurang

lebih Rp. 1.000.000-1.500.000 per bulan

3. Informasi Tn. Endi dan keluarganya tidak pernah

mendapatkan informasi mengenai penyakit

hipertensi dari petugas kesehatan. Keluarga ini

juga tidak pernah diberitahu mengenai faktor

resiko penyakit hipertensi.

42

Page 44: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

4. Pola Pencarian

Pengobatan

Tn. Endi dan istri biasanya berobat ke

puskesmas untuk mendapatkan pengobatan jika

keluarga ini memiliki keluhan kesehatan.

1.3 PENENTUAN AREA MASALAH

1.3.1 Rumusan Area Masalah Keluarga Binaan

1.3.1.1 Keluarga Binaan Tn. Samun

a. Masalah Non Medis

1) Lingkungan

a) Kurangnya pengetahuan mengenai

pembuangan dan pengelolaan sampah maupun

limbah rumah tangga

2) Kesehatan

a) Kurangnya ventilasi udara yang ada di rumah

keluarga binaan

b) Kebiasaan merokok di dalam rumah terhadap

kesehatan keluarga

c) Kurangnya pengetahuan tentang imunisasi

yang tidak lengkap

d) Kurangnya kesadaran berobat ke tenaga

kesehatan

e) Kurangnya pengetahuan mengenai faktor

resiko hipertensi

b. Masalah Medis

1) Peyakit hipertensi dalam keluarga

43

Page 45: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

1.3.1.2 Keluarga Binaan Tn. Saja

a. Masalah Non Medis

1) Lingkungan

a) Kurangnya sarana sanitasi lingkungan yang

memadai

b) Kurangnya pengetahuan mengenai

pembuangan dan pengelolaan sampah maupun

limbah rumah tangga

2) Kesehatan

a) Kurangnya ventilasi udara yang ada di rumah

keluarga binaan

b) Kebiasaan merokok di dalam rumah terhadap

kesehatan keluarga

c) Kurangnya ketersediaan air bersih pada

keluarga binaan

d) Kurangnya pengetahuan mengenai imunisasi

yang tidak lengkap

e) Kurangnya pengetahuan mengenai faktor

resiko hipertensi

b. Masalah Medis

1) Penyakit hipertensi dalam keluarga

2) Penyakit stroke dalam keluarga

3) Penyakit diabetes dalam keluarga

4) Penyakit hiperkolesterol dalam keluarga

1.3.1.3 Keluarga Binaan Tn. Naol

a. Masalah Non Medis

1) Lingkungan

a) Kurangnya pengetahuan mengenai pembuangan

dan pengelolaan sampah maupun limbah rumah

tangga.

44

Page 46: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

b) Perilaku penggunaan jamban umum yang tidak

sehat pada keluarga binaan.

2) Kesehatan

a) Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan ibu

anak serta imunisasi yang tidak lengkap

b) Tidak memiliki kartu jaminan kesehatan

c) Perilaku melahirkan di tenaga non-medis.

d) Kebiasaan merokok di dalam rumah terhadap

kesehatan keluarga.

b. Masalah Medis

1) Penyakit hipertensi dalam keluarga

1.3.1.4 Area Masalah Keluarga Binaan Tn. Endi

a. Masalah Non Medis

1) Lingkungan

a) Perilaku peggunaan jamban umum yang tidak

sehat pada keluarga binaan

b) Kurangnya pengetahuan mengenai pembuangan

dan pengelolaan sampah maupun limbah rumah

tangga

c) Kurangnya kesadaran berobat di tenaga

kesehatan

2) Kesehatan

a) Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan ibu

dan anak serta imunisasi yang tidak lengkap

b) Kurangnya pengetahuan mengenai jaminan

kesehatan

c) Kurangnya ventilasi udara yang ada di rumah

keluarga binaan

b. Masalah Medis

1) Penyakit diare dalam keluarga

45

Page 47: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

2) Riwayat hipertensi dalam keluarga

1.3.2 Alasan Pemilihan Area Masalah

Sebagai pendekatan awal untuk mengetahui area masalah yaitu

dengan menganalisis laporan tahunan Puskesmas mengenai data-

data penderita hipertensi dan 10 penyakit terbesar yang ada di

wilayah Puskesmas Tegal Angus.

Kemudian informasi tersebut dibandingkan dengan laporan

kader desa setempat yang menyatakan bahwa jumlah penderita

hipertensi masih banyak. Setelah mengamati, mewawancarai, dan

melakukan observasi masing-masing keluarga binaan di Kampung

Gaga, Desa Tegal Angus terdapat berbagai area permasalahan pada

keluarga binaan tersebut, yaitu:

1. Kurangnya ventilasi udara yang ada di rumah keluarga binaan

2. Kurangnya pengetahuan mengenai pembuangan dan

pengelolaan sampah maupun limbah rumah tangga

3. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan ibu dan anak serta

imunisasi yang tidak lengkap

4. Kebiasaan merokok di dalam rumah terhadap kesehatan

keluarga

5. Kurangnya kesadaran berobat di tenaga kesehatan

6. Penyakit Hipertensi dalam keluarga

7. Kurangnya pengetahuan mengenai faktor resiko hipertensi

46

Page 48: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

Dari sekian masalah yang ada pada keluarga tersebut, maka

diputuskan untuk mengangkat permasalahan “Pengetahuan

Keluarga Binaan Tentang Faktor Resiko Hipertensi”. Pemilihan

area masalah kesehatan ini didasarkan atas berbagai pertimbangan

yaitu :

1. Berdasarkan data yang diperoleh dari PUSKESMAS bulan Juli

sampai September tahun 2013, hipertensi menduduki salah satu

dari sepuluh besar penyakit dengan masing-masing jumlah

penderita hipertensi yang datang berkunjung ke Puskesmas

Tegal Angus sebanyak 141, 184, dan 171 penderita.

Tabel 1.13

Daftar 10 Besar Penyakit di PUSKESMAS Tegal Angus Tahun 2013

No Penyakit Jumlah Kasus

Juli Agustus September

1 ISPA 373 375 377

2 FUO 183 184 188

3 SAKIT KEPALA 157 158 160

4 TB PARU KLINIS 153 160 159

5 HIPERTENSI

ESENSIAL

147 184 171

6 BATUK 140 155 152

7 DERMATITIS

LAINNYA

114 130 133

8 GANGGUAN GIGI

DAN JAR.LAINNYA

76 84 94

9 GASTRITIS DAN

DUODENITIS

72 87 81

10 ABSES, FURUNKEL,

KARBUNKEL

11 9 14

47

Page 49: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

2. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) tahun

2007 mengenai prevalensi hipertensi menurut provinsi di

Indonesia proporsi kasus hipertensi yang telah didiagnosis oleh

tenaga kesehatan dan/atau minum obat hipertensi hanya sebesar

31,2.

3. Dari hasil survey dan wawancara langsung ke keluarga binaan,

didapatkan adanya anggota keluarga yang memiliki hipertensi

dan riwayat hipertensi pada keluarga.

48

Page 50: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

4. Semua keluarga binaan tidak mengetahui mengenai hipertensi

dan faktor resiko yang terkait dengan hipertensi, sehingga

keluarga binaan tidak dapat menghindari faktor resiko yang

dapat meningkatkan tekanan darah..

5. Sebagian besar keluarga binaan tidak mendapat pengetahuan

mengenai pentingnya berobat untuk mengontrol tekanan darah,

sehingga tidak mau berobat secara teratur di samping tidak mau

menjaga pola makannya.

49

Page 51: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diagnosis dan Intervensi Komunitas

Diagnosis komunitas adalah suatu kegiatan untuk menentukan adanya

suatu masalah dengan cara pengumpulan data di masyarakat (lapangan).

Dengan demikian diagnosis komunitas merupakan kegiatan survey.

Dengan melakukan diagnosis komunitas ini maka masalah kesehatan di

komunitas akan dapat diidentifikasi dan dibuat intervensi pemecahannya.

Dengan adanya diagnosis komunitas diharapkan dapat menerapkan

prinsip kedokteran pencegahan untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat. Berdasarkan latar belakang, profil keluarga binaan,

penentuan area masalah dan hasil jawaban kuesioner maka kami

mengangkat diagnosis komunitas mengenai pengetahuan faktor resiko

hipertensi pada keluaarga binaan di desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk

Naga Kabupaten Tangerang Provinsi Banten.

2.1.1 Teori Pengetahuan

2.1.1.1 Pengertian Pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2005) pengetahuan merupakan

hasil “Tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu subyek tertentu. Pengindraan

terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan,

pendengaran penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan atau

kognitif merupakan domain yang sangat berperan untuk

terbentuknya suatu tindakan seseorang.

Berdasarkan pengalaman dan penelitian ternyata

perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

50

Page 52: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

2.1.1.2 Tingkat Pengetahuan

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Termasuk di dalam

pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

(recall).Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang

cukup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan,

yaitu: (Notoatmodjo, 2007).

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Termasuk di dalam

pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

(recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima. Oleh sebab itu, “Tahu” ini adalah merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah, kata kerja

untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

telah dipelajari antara lain : menyabutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (comprehension)

Memehami diartikan sebagai suatu kemampuan

menjelaskan secara benar tentang menganai obyek yang

diketahui dan dapat menginterpretasikan meteri tersebut

secara benar.

Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi

harus dapat menjelaskan, menyebutkan, contoh

menyimpulkan, merencanakan, dan sebagainya

terhadap obyek yang telah dipelajari.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi

atau kondisi yang riil (sebenarnya). Aplikasi disini

51

Page 53: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-

hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam

konteks dan situasi yang lain. Dalam menggunakan

prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem

solving cycle) didalam pemecahan masalah kesehatan

dari kasus yang diberikan.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam

komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu

struktur organisasi dan masih ada kaitanya satu sama

lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata-kata kerja. Dapat menggambarkan

(membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokan, dan sebagainya.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah menunjukan kepada suatu

kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu bentuk kesluruhan yang

baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan

untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melaksanakan justifikasi atau penilaian terhadap suatu

materi atau obyek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan

suatu kriteria yang telah ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

52

Page 54: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

2.1.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkatan

Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang

mempengaruhi terbagi atas dua, yaitu faktor internal dan

eksternal.

A. Intelegensi

Intelegensi merupakan kemampuan yang dibawa

sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat

sesuatu dengan cara tertentu. Orang berpikir

menggunakan inteleknya atau pikirannya. Cepat atau

tidaknya dan terpecahkan tidaknya suatu masalah

tergantung kemampuan intelegensinya. Salah satu

faktor yang mempengaruhi penerimaan pesan dalam

komunikasi adalah taraf intelegensi seseorang.

Secara common sence dapat dikatakan bahwa orang-

orang yang lebih intelegen akan lebih mudah menerima

suatu pesan.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa

orang yang mempunyai taraf intelegensi tinggi akan

mempunyai pengetahuan yang baik dan sebaliknya.

b. Usia

Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai

saat berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang

dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan

masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan lebih

dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi

kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman

dan kematangan jiwanya, makin tua seseorang maka

53

Page 55: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

makin kondusif dalam menggunakan koping terhadap

masalah yang dihadapi (Azwar, 2009).

2.1.1.4 Faktor Eksternal

a. Pendidikan

Tokoh pendidikan abad 20 Masehi, J. Largevelt,

yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) mendefinisikan

bahwa pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh,

perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak

yang tertuju kepada kedewasaan. Sedangkan GBHN

Indonesia mendefinisikan lain, bahwa pendidikan

sebagai suatu usaha dasar untuk menjadi kepribadian dan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan

berlangsung seumur hidup.

b. Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan primer ataupun

sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik lebih

mudah tercukupibanding dengan keluarga dengan status

ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan

akan informasi termasuk kebutuhan sekunder. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi

pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.

c. Informasi

Informasi adalah keseluruhan makna, dapat

diartikan sebagai pemberitahuan seseorang adanya

informasi baru mengenai suatu hal memberikan

landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap

hal tersebut. Pesan-pesan sugestif dibawa oleh

informasi tersebut apabila arah sikap tertentu.

54

Page 56: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggunakan

kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi yang

berpengaruh perubahan perilaku, biasanya digunakan

melalui media massa.

d. Kebudayaan/Lingkungan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan

mempunyai pengaruh besar terhadap pengetahuan kita.

Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk

selalu menjaga kebersihan lingkungan maka sangat

mungkin berpengaruh dalam pembentukan sikap

pribadi atau sikap seseorang.

e. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami

seseorang (Middle Brook, 1974), yang dikutip oleh

Azwar (2009). Mengatakan bahwa tidak adanya suatu

pengalaman sama sekali. Suatu objek psikologis

cenderung akan bersikap negatif terhadap objek tersebut

untuk menjadi dasar pembentukan sikap pengalaman

pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena

itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila

pengalaman pribadi tersebut dalam situasi yang

melibatkan emosi, penghayatan, pengalaman akan lebih

mendalam dan lama membekas.

2.1.1.5 CARA MEMPEROLEH PENGETAHUAN

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah

dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu cara tradisional

(non-ilmiah) dan cara modern (ilmiah).

55

Page 57: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

a. Cara tradisional (non-ilmiah)

Cara ini dipakai untuk memperoleh pengetahuan

sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode

penemuan secara sistematis dan logis. Cara penentuan

pengetahuan secara tradisional antara lain:

Coba-coba dan salah

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya

kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya

peradaban. Cara ini dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan tersebut tidak berhasil akan dicoba

dengan kemungkinan yang lain.

Cara kekuasaan (otoritas)

Prinsip dalam cara ini adalah orang lain menerima

pendapat yang ditemukan oleh orang yang

mempunyai aktivitas tanpa menguji atau

membuktikan kebenaran terlebih dahulu

berdasarkan fakta empiris atau berdasarkan

penalaran sendiri.

Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau

merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan. Dilakukan dengan cara mengulang

kembali pengalaman yang diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang ada pada masa

lalu. Pengalaman pribadi dapat menuntun kembali

seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar.

Untuk menarik kesimpulan dari pengalaman dengan

benar, diperlukan berpikir kritis dan logis.

56

Page 58: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

Melalui jalan pikir

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan,

manusia telah menggunakan jalan pikirannya secara

induksi dan deduksi.

b. Cara modern (ilmiah)

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan

pada saat ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Dalam

memperoleh kesimpulan dilakukan dengan jalan

mengadakan observasi langsung dan membuat

pencatatan terhadap semua fakta sebelumnya dengan

obyek penelitian (Notoatmodjo, 2005).

2.1.1.6 SUMBER PENGETAHUAN

Menurut Istiarti (2000), pengetahuan seseorang

biasanya diperoleh dari berbagai macam sumber, misalnya

media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas

kesehhatan, media poster, kerabat dekat, dan sebagainya.

Sumber pengalaman dapat berupa pemimpin-pemimpin

masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama,

pemegang pemerintahan dan sebagainya. (Notoatmodjo,

2005).

57

Page 59: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

2.2 Teori Hipertensi

2.2.1 Definisi Hipertensi

Istilah ”hipertensi” diambil dari bahasa Inggris ”hypertension”.

Hypertension merupakan istilah kedokteran yang populer untuk

menyebutkan penyakit tekanan darah tinggi. Hipertensi atau lebih

dikenal dengan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana

sesorang mengalami peningkatan darah diatas normal yaitu lebih

dari 140/90 mmHg (Rahma, 2009).

2.2.2 Klasifikasi

a. Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluasion

and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII)

Normal                                                <120                            < 80

Pre Hipertensi                                     120-139                       80-89

Hipertensi

Derajat 1                                          140 – 159                    90 – 99

Derajat 2                                          >160                            >100

b. WHO (World Health Organization)

Menurut WHO (World Health Organization), organisasi

kesehatan dunia di bawah PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa),

klasifikasi tekanan darah tinggi sebagai berikut

a. Tekanan darah normal, yakni jika sistolik kurang atau sama

dengan 140 dan diastolik kurang atau sama dengan 90

mmHg.

b. Tekanan darah perbatasan, yakin sistolik 141-149 dan

diastolik 91-94 mmHg. Tekanan darah tinggi atau

hipertensi, yakni jika sistoliklebih besar atau sama dengan

58

Page 60: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95

mmHg.

2.2.3. Etiologi / Penyebab

Hipertensi yang tidak terkendali dapat memyebabkan

kerusakan pada organ-organ penting didalam tubuh. Akan tetapi

perubahan yang menyebabkan masalah tekanan darah pada setiap

individu sulit untuk dilacak dan masih belum diketahui dengan

jelas. Namun para ahli mengungkapkan bahkan paling tidak, ada

dua faktor yang memudahkan seseorang terkena hipertensi yaitu:

faktor yang tidak dapat dikontrol dan faktor yang dapat di kontrol.

a. Faktor yang tidak dapat dikontrol

Beberapa faktor yang tidak dikontrol antarnya adalah:

1) Keturunan

Faktor keturunan menunjukkan, jika kedua orang tua kita

menderita hipertensi kemungkinan kita terkena penyakit ini

sebesar 60 % karena menunjukan ada faktor gen keturunan

yang berperan.

2) Ciri Perseorangan

Ciri perserorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi

adalah umur, jenis kelamin, dan ras. Umur yang bertambah

akan menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan darah.

Individu yang berumur diatas 50 tahun, mempunyai 50-60%

mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan

140/90 mmHg. Pada perempuan, tekanan darah umumnya

meningkat setelah menopause. Mereka yang sudah

menopause memiliki risiko hipertensi yang lebih tinggi

dibanding yang belum menopause. Jumlah wanita yang

terserang hipertensi lebih besar dari pria. Kesimpulan ini

59

Page 61: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

dikemukakan Prof. Boedhi Darmojo, setelah melakukan

pengamatan selama 10 tahun lebih. Guru besar Universitas

Diponegoro ini mengungkapkan, di hampir semua

penelitian, persentase hipertensi dikalangan wanita kita

selalu lehih lebih besar dari persentase pria.tingginya angka

penderita darah tinggi secara langsung berhubungan

dengantingginya angka penderita stres dan depresi di

kalangan wanita.

Beban kerja yang harus ditanggung wanita sangat berat.

Dalam membina karier mereka berusaha keras di luar

rumah, tapi masih harus melakukan kewajiban juga sebagai

ibu rumah tangga. Statistik di Amerika menunjukan

prevalensi hipertensi pada orang kulit hitam hampir dua kali

lebih banyak dibandingkan dengan orang kulit putih (Iqbal,

2008).

b. Faktor yang dapat dikontrol

Faktor penyebab hipertensi yang dapat dikontrol pada

umumnya berkaitan dengan perilaku dan pola makanan. Faktor

- faktor tersebut antara lain:

1) Merokok

Fakta otentik menunjukkan bahwa merokok dapat

menyebabkan tekanan darah tinggi. Kebanyakan efek ini

berkaitan dengan kandungan nikotin (Lovastatin, 2005).

2) Konsumsi alkohol

3) Obesitas

Seseorang dikatakan menderita obesitas bila berat badannya

pada laki-laki melebihi 15 % dan pada wanita 20% dari

berat badan ideal menurut umurnya. Pada orang yang

60

Page 62: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

menderita obesitas, organ-organ tubuhnya dipaksa untuk

bekerja lebih berat karena harus membawa kelebihan berat

badannya. Oleh sebab itu, pada umumnya orang obesitas

lebih cepat gerah, capai, dan mempunyai kecenderungan

untuk membuat kekeliruan bekerja (Notoatmojo, 2007).

4) Stress

Hubungan stress dengan hipertensi adalah melalui aktivitas

saraf simpatis. Saraf simpatis merupakan saraf yang bekerja

pada saat kita beraktivitas. Peningkatan saraf simpatis dapat

meningkatan tekanan darah secara tidak menentu. Apabila

stress berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah

menetap tinggi (Lovastatin, 2005)

5) Asupan Natrium

Asupan natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi

natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk

menormalkannya, cairan intraseluler ditarik ke luar,

sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat.

Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut

menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga

berdampak kepada timbulnya hipertensi, karena itu

disarankan untuk mengurangi konsumsi natrium (Budi

Sutomo, 2009).

2.2.4. Patofisiologi

Asupan garam berlebihan terus menerus tentu akan memicu

tekanan darah tinggi. Tubuh hanya membutuhkan natrium sekitar

500 mg per hari, sedangkan konsumsi garam harian orang

Indonesia sekitar 30-40 gram per hari.

Ginjal akan menahan natrium saat tubuh kekurangan natrium

dan sebaliknya ginjal akan mengeluarkan natrium melalui urin

61

Page 63: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

pada saat kadar natrium meningkat didalam tubuh. Apabila kadar

natrium terus-menerus meningkat didalam tubuh, ginjal akan

bekerja keras untuk mengeluarkan natrium melalui urin dan dapat

mengakibatkan fungsi ginjal terganggu. Apabila fungsi ginjal tidak

normal, kelebihan natrium tidak bisa dibuang dan menumpuk

didalam darah. Volume cairan dalam tubuh meningkat dan

membuat jantung dan pembuluh darah bekerja lebih keras untuk

memompa darah dan mengalirkannya keseluruh tubuh, tekanan

darah pun akhirnya meningkat (Rizannisa, 2009).

2.2.5. Gejala Hipertensi

Perjalanan Penyakit hipertensi berkembang secara perlahan

tetapi secara potensial sangat membahayakann kadang - kadang

seseorang tidak mengetahui setelah hipertensi dideritanya

menyebabkan komplikasi Gejala hipertensi yang sering muncul

adalah : Sakit kepala, secara akan pingsan,penglihatan menjadi

kabur , rasa sakit pada tengkuk. Dikatakan seseorang menderita

hipertensi bila tekanan darahnya lebih dari 140/90 mmHg dan

normal bila tekanan darahnya kurang dari 130/80mmHg

( William, 2007).

2.2.6. Komplikasi Hipertensi

a. Arterosklorosis

Orang yang menderita hipertensi kemungkinan besar akan

menderita arterosklorosis. Arterosklorosis merupakan suatu

penyakit pada dinding pembuluh darah yakni lapisan dalamnya

menjadi tebal karena timbunan lemak yang dinamakan plaque

atau suatu endapan keras yang tidak normal pada dinding arteri.

Pembuluh darah mendapat pukulan paling berat, jika tekanan

darah terus menerus tinggi dan berubah, sehingga saluran darah

tersebut menjadi sempit dan aliran darah menjadi tidak lancar

(Soeharto, 2002).

62

Page 64: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

b. Jantung

Jantung berfungsi memompa darah keseluruh tubuh. Untuk

itu otot jantung memerlukan oksigen dan zat gizi yang cukup.

Zat gizi dan oksigen diangkut oleh darah melalui pembuluh

darah. Persoalan akan timbul bila terdapat halangan atau

kelainan dipembuluh darah, yang berarti kurangnya suplai

oksigen dan zat gizi untuk menggerakan jantung secara normal

( Maulana, 2008).

c. Stroke

Hipertensi dapat menyebabkan tekanan yang lebih besar

pada dinding pembuluh darah sehingga dinding pembuluh

darah menjadi lemah dan pembuluh darah akan mudah pecah.

Pada kasus seperti itu, biasanya pembuluh darah akan pecah

akibat lonjakan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba.

Pecahnya pembuluh darah di otak dapat menyebabkan sel-sel

otak yang seharusnya mendapatkan asupan oksigen dan zat gizi

yang dibawa melalui pembuluh darah tersebut menjadi

kekurangan zat gizi dan akhirnya mati (Auryn, 2007).

2.2.7. Usaha Pencegahan Hipertensi

Pencegahan lebih baik dari pada pengobatan, demikian juga

dengan hipertensi. Sebenarnya sangat sederhana dan tidak

memerlukan biaya,hanya diperlukan disiplin dan ketekunan

menjalankan aturan hidup sehat, sabar dan ikhlas dalam

mengendalikan perasaan dan keinginan. Usaha pencegahan juga

bermanfaat bagi penderita hipertensi agar penyakitnya tidak

menjadi parah dan terhindar dari komplikasi fatal hipertensi.

Usaha pencegahan antara lain dilakukan dengan cara sebagai

berikut :

63

Page 65: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

a. Mengurangi konsumsi garam

Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2

gram garam dapur untuk diet setiap hari.

b. Menghindari kegemukan (obesitas)

Hindarkan kegemukan dengan menjaga berat badan. Batasan

kegemukan adalah jika berat badan lebih 15% pada laki-laki

dan pada wanita melebihi 20% dari berat badan ideal.

c. Membatasi konsumsi lemak

Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolestrol

darah tidak terlalu tinggi. Kadar kolestrol darah yang tinggi

dapat mengakibatkan terjadinya endapan kolestrol pada dinding

pembuluh darah yang lama kelamaan akan menyumbat

pembuluh nadi dan mengganggu peredaran darah. Dengan

demikian, akan memperberat kerja jantung dan memperparah

hipertensi. Himpunan Ahli Jantung Amerika (America Heart

Association) menganjurkan agar mengkonsumsi kolestrol

dalam makanan dibatasi tidak lebih dari 300 mg setiap hari.

d. Olahraga teratur

Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat menyerap

atau menghilangkan endapan kolestrol pada pembuluh darah.

Olahraga yang dimaksud adalah latihan menggerakkan semua

sendi dan otot tubuh seperti : gerak jalan, berenang, naik

sepeda. Tidak dianjurkan melakukan olahraga yang

menegangkan.

e. Banyak makan buah dan sayuran

Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan

mineral. Buah yang mengandung mineral kalium dapat

membantumenurunkan tekanan darah.

64

Page 66: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

f. Tidak merokok dan minuman alkohol

g. Berusaha dan membina hidup yang positif

Dalam kehidupan penuh dengan persaingan, tuntutan atau

tantangan yang menumpuk menjadi tekanan atau beban stress

bagi setiap orang. Jika tekanan stress terlampau besar sehingga

melampaui daya tahan seseorang maka akan menimbulkan

sakit kepala, suka marah, tidak bisa tidur, sehingga dapat

mengakibatkan terjadinya hipertensi. Agar terhindar dari efek

negatif tersebut, orang harus berusaha membina hidup yang

positif (Bustan, 2007).

2.2.8 Penatalaksanaan Diet Bagi Penderita Hipertensi

1. Macam Diet Garam Rendah

a. Diet Garam Rendah I (200-400 mg)

Diet ini diberikan pada pasien dengan odema, asitesis, dan

hipertensi berat. Pada pengolahan makanannya tidak

ditambahkan garam dapur, hindari makanan tinggi natrium.

b. Diet Garam Rendah II (600-800 mg)

Diet ini berlaku kepada pasien odema, asitesis, dan hipertensi

tidak terlalu berat. Dalam pengolahan makanannya boleh

menggunakan ½ sendok teh garam dapur (2 gr).

c. Diet Garam Rendah III (1000-1200 mg Na)

Diet ini diberikan pada pasien dengan odema atau hipertensi

ringan. Dalam pengolahan makananya boleh menggunakan

garam 1 sendok teh (6 gr) garam dapur ( Almatsier, 2005 )

2.2.9 Pengobatan

Tujuan dari pengobatan hipertensi adalah untuk menurunkan

tekanan darah batas normal, tanpa mengganggu aktifitas sehari-

65

Page 67: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

hari. Obat-obat yang digunakan untuk mengobati hipertensi

meliputi: diuretic, obat penghambat enzim konvensi angiotensin,

antagonis kalium, dan penghambat reseptor angiotesin II

(William, 2007 ).

2.3 Kerangka Teori

Konsep yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada teori

Notoatmodjo (2003), yang menyatakan bahwa pengetahuan dipengaruhi

oleh beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan,

yaitu:

a. Intelegensi

Intelegensi merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang

memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu.

Orang berpikir menggunakan inteleknya atau pikirannya. Cepat atau

tidaknya dan terpecahkan tidaknya suatu masalah tergantung

kemampuan intelegensinya. Salah satu faktor yang mempengaruhi

penerimaan pesan dalam komunikasi adalah taraf intelegensi

seseorang. Secara common sence dapat dikatakan bahwa orang-

orang yang lebih intelegen akan lebih mudah menerima suatu

pesan.Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa orang yang

mempunyai taraf intelegensi tinggi akan mempunyai pengetahuan

yang baik dan sebaliknya.

b. Pendidikan

Tugas dari pendidikan adalah memberikan atau rneningkatkan

pengetahuan, menimbulkan sifat positif, serta memberikan atau

meningkatkan kemampuan masyarakat atau individu tentang aspek-

aspek yang bersangkutan, sehingga dicapai suatu masyarakat yang

berkembang. Sistem pendidikan (formal dan non-formal) yang

berjenjang diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan

66

Page 68: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

melalui pola tertentu (Notoatmodjo, 2003). Jadi tingkat pengetahuan

seseorang terhadap suatu objek sangat ditentukan oleh tingkat

pendidikan.

c. Pengalaman

Menurut teori Determinan Perilaku yang disampaikan WHO, yang

menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu salah satunya

disebabkan karena adanya pemikiran dan perasaan dalam diri

seseorang yang terbentuk dalam pengetahuan, persepsi, sikap,

kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian-penilaian seseorang terhadap

objek tersebut, dimana seseorang mendapatkan pengetahuan baik dari

pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain. (Notoatmodjo,

2003).

d. Informasi

Teori depedensi mengenai efek komunikasi massa, disebutkan

bahwa media massa dianggap sebagai sistem informasi yang memiliki

peranan penting dalam proses pemeliharaan, perubahan, dan konflik

dalam tatanan masyarakat, kelompok, atau individu dalam aktivitas

sosial dimana media massa ini nantinya akan mempengaruhi fungsi

kognitif, afektif, dan behavioral. Pada fungsi kognitif diantaranya

adalah berfungsi untuk menciptakan atau menghilangkan ambiguitas,

pembentukan sikap, perluasan sistem, keyakinan masyarakat dan

penegasan atau penjelasan nilai-nilai tertentu (Notoatmodjo: 2003).

Media dibagi menjadi tiga yaitu media cetak, yang meliputi

booklet, leaflet, rubrik yang terdapat pada surat kabar atau majalah dan

poster. Kemudian media elektronik yang meliputi televisi, video, slide,

dan film serta papan (billboard) (Notoatmodjo, 2003).

67

Page 69: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

e. Kepercayaan

Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang, mengenai apa

yang berlaku bagi objek sikap, sekali kepercayaan itu telah terbentuk,

maka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa

yang dapat diharapkan dari objek tertentu. (Saifudin, 2002).

f. Umur

Umur dapat mempengaruhi seseorang, semakin cukup umur

tingkat kemampuan; kematangan seseorang akan lebih matang dalam

berpikir dan menerima informasi.

g. Sosial budaya

Sosial, termasuk di dalamnya pandangan agama dan kelompok

etnis,dapat mempengaruhi proses pengetahuan, khususnya dalam

penerapan nilai-nilai keagamaan untuk memperkuat super egonya.

Disini dilihat tentang bagaimana interaksi sosial; semakin baik

interaksi sosialnya, maka akan semakin baik pula pengetahuan yang

akan didapatkan.

h. Ekonomi

Status sosial ekonomi berpengaruh terhadap tingkah lakunya.

Individu yang berasal dan keluarga yang bestatus sosial ekonomi yang

baik dimungkinkan lebih memiliki sikap positif memandang diri dan

masa depannya dibandingkan mereka yang berasal dari keluarga

dengan status ekonomi rendah.

68

Page 70: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

Bagan 2.1 Kerangka terori

2.4. Kerangka Konsep

Berdasarkan teori sebelumnya, dapat dibuat suatu kerangka konsep

yang berhubungan dengan area permasalahan yang terjadi pada keluarga

binaan RT 01/RW 05 Kampung Sukamulya, Desa Tanjung Pasir,

Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

Kerangka konsep ini terdiri dari variabel independen dari kerangka teori

yang dihubungkan dengan area permasalahan.

69

Pengetahuan

Mengenai

Resiko

Terjadinya

Hipertensi

Pengetahuan

Mengenai

Resiko

Terjadinya

Hipertensi

Page 71: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

Variabel Independen Variabel Dependen

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

2.5. Definisi Operasional

Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel

yang diamati atau diteliti, variabel tersebut diberi batasan atau definisi

operasional. Definisi operasional juga bermanfaat untuk mengarahkan

kepada pengukuran atau pengamanan terhadap variabel-variabel yang

70

Tingkat PendidikanTingkat Pendidikan

Paparan InformasiPaparan Informasi

Kebudayaan:

Tidak mau berobat ke tenaga kesehatan

Kebiasaan mengonsumsi makanan asin dan merokok

Kebudayaan:

Tidak mau berobat ke tenaga kesehatan

Kebiasaan mengonsumsi makanan asin dan merokok

Pendapatan rata – rata Pendapatan rata – rata

Pengetahuan tentang Faktor Resiko terjadinya

HIpertensi

Pengetahuan tentang Faktor Resiko terjadinya

HIpertensi

Page 72: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

bersangkutan serta mengembangkan instrumen (alat ukur) (Notoatmodjo,

2006). Adapun definisi operasional dalam penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 2.1 Definisi Operasional

NO Variabel Definisi Alat Cara Hasil Skala

1 Pengetahuan Informasi yang diketahui sebagai respon penggunaan panca indera, tersimpan sebagai memori dalam ingatan, yang apabila dipahami akan dapat menjadi dasar dalam menentukan tindakan. Dalam hal ini berkaitan dengan pengetahuan mengenai faktor risiko hipertensi

Kuesioner Wawancara Buruk = 8-12

Kurang= 13-

16

Baik= 17-2

Ordinal

71

Page 73: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

2 Tingkat

pendidikan

Jenjang

pendidikan

formal yang

terakhir

ditempuh

responden

Kuesioner Wawancara Kurang = 1

Sedang = 2

Baik = 3

Ordinal

3 Paparan

informasi

Ada

tidaknya

informasi

tentang

faktor resiko

hipertensi

Kuesioner Wawancara Kurang = 4-

5

Cukup = 6-7

Baik = 7-8

Ordinal

4 Kebudayaan Ada atau

tidaknya

pola

kebiasaan

dan

hubungan

sosial antar

masyarakat

yang

berhubungan

dengan

pengetahuan

responden

tentang

faktor resiko

hipertensi

Kuesioner Wawancara Dipengaruhi

kebudayaan

= 6-8

Sedikit

dipengaruhi

kebudayaan

= 9-11

Tidak

dipengaruhi

kebudayaan

= 12-14

Ordinal

5 Pendapatan

rata-rata

Jumlah total

pendapatan

keluarga per

bulan

Kuesioner Wawancara UMR kota

Tangerang

(Tahun 2012:

Ordinal

72

Page 74: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

berdasarkan

Upah

Minimum

Rakyat kota

Tangerang

sebesar Rp

1.379.000,00

Rp. 1.379.000,-)

Di bawah

UMR

Sama dengan

UMR

Di atas UMR

BAB III

METODE

3.1 Penentuan Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan teknik wawancara, dengan kuesioner

sebagai instrumen untuk mengumpulkan data. Selain itu, dilakukan juga

observasi langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang lebih

lengkap.

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti ( Arikunto,

2003 ). Dalam hal ini yang menjadi sampel adalah empat keluarga binaan

di RT 01/RW03 Kampung Gaga, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk

Naga, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten.

Sumber Data

a. Data primer

Data yang langsung didapatkan dari hasil kuesioner semua anggota

warga binaan di Kampung Gaga, Desa Tanjung Pasir, Teluk Naga

melalui wawancara terpimpin dan observasi.

b. Data sekunder

Data dalam bentuk laporan yang didapat dari data yang sudah ada di

Puskesmas Tegal Angus.

c. Data tersier

Data yang didapat dari jurnal ilmiah dan internet.

73

Page 75: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

Jenis Data

a. Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam

bentuk angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik

pengumpulan data, misalnya wawancara, analisis, observasi yang telah

dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip). Bentuk lain data

kualitatif adalah gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau

rekaman video.

b. Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan.

Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis

menggunakan teknik perhitungan matematika atau statistika.

Berdasarkan proses atau cara untuk mendapatkannya, data kuantitatif

dapat dikelompokkan dalam dua bentuk, yaitu:

1) Data diskrit adalah data dalam bentuk angka (bilangan)

yang diperoleh dengan cara membilang. Contoh data diskrit

misalnya: jumlah perempuan dan laki-laki, jumlah orang

yang menyelesaikan pendidikan terakhir. Karena diperoleh

dengan cara membilang, data diskrit akan berbentuk

bilangan bulat (bukan bilangan pecahan).

2) Data kontinyu adalah data dalam bentuk angka atau

bilangan yang diperoleh berdasarkan hasil pengukuran.

Data kontinum dapat berbentuk bilangan pecahan,

contohnya adalah umur.

Untuk mencapai kelengkapan, ketelitian, dan kejelasan data,

pencatatan data harusdilengkapi dengan:

1) Nama pengumpul data.

2) Nama peserta yang datanya diambil.

3) Tanggal dan waktu pengumpulan data.

74

Page 76: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

4) Lokasi pengumpulan data.

5) Keterangan-keterangan tambahan data.

Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan

untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat

diperlihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan,

tes, dokumentasi dan sebagainya.

Berdasarkan uraian–uraian tersebut, maka dipilih instrumen

pengumpulan data berupa wawancara terpimpin dengan menggunakan

kuesioner. Dipilihnya kuesioner ini dikarenakan kuesioner bersifat objektif

dan jujur karena berasal dari sumber data (responden) secara langsung,

diharapkan dapat lebih mendengar tujuan-tujuan, perasaan, pendapat dari

responden secara langsung sehingga secara tercipta hubungan yang baik

antara pewawancara dan responden, selain itu dapat diterapkan untuk

pengumpulan data dalam lingkup yang luas, serta cukup efisien dalam

penggunaan waktu untuk mengumpulkan data.

Sumber data dalam pengumpulan data ini adalah para responden yaitu

enam keluarga binaan di RT 01/RW 03, Kampung Gaga Desa Tanjung

Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten.

3.2 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan di RT 01/RW 03 Kampung Gaga, Desa

Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang.

Pengumpulan data ini dilakukan selama 5 hari, mulai dari tanggal 1

Oktober 2013 dengan 5 Oktober 2013.

Wawancara dengan kuesioner dilakukan terhadap empat keluarga

binaan yang telah ditentukan oleh kader setempat. Dari empat keluarga

binaan ini diambil 8 orang sebagai responden untuk menjawab kuesioner.

Dengan kriteria responden sebagai berikut :

1. Yang bersedia untuk di wawancarai

75

Page 77: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

2. Merupakan anggota keluarga binaan

3. Usia diatas 17 tahun

Adapun kegiatan pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.1. Pengumpulan Data

No. Tanggal Kegiatan

1. Selasa, 1 Oktober 2013 Perkenalan dan sambung rasa dengan seluruh

anggota keluarga binaan.

2. Rabu, 2 Oktober 2013 Pengumpulan data dari masing-masing

keluarga binaan.

3. Kamis, 3 Oktober 2013 Pengumpulan data dari masing-masing

keluarga binaan dilanjutkan dengan

penentuan area masalah.

4. Jumat, 4 Oktober 2013 Pengumpulan data dari masing-masing

keluarga binaan dilanjutkan dengan

penentuan area masalah.

5. Kamis,5 Oktober 2013 Dokumentasi rumah keluarga binaan,

lingkungan sekitar, dan pola makan.

6. Sabtu, 6 Oktober 2012 Penentuan dan pembuatan instrumen

pengumpul data.

7. Senin, 8 Oktober 2012 Pembagian kuesioner kepada masing-masing

responden dari keluarga binaan.

8. Selasa, 9 Oktober 2013 Pengambilan dan pengolahan hasil kuesioner

dari masing-masing keluarga binaan.

9. Rabu, 10 Oktober i 2013 Pengambilan dan pengolahan hasil kuesioner

dari masing-masing keluarga binaan.

10. Kamis 11 Oktober 2013 Pengambilan dan pengolahan hasil kuesioner

dari masing-masing keluarga binaan.

76

Page 78: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

3.3 Pengolahan dan Analisa Data

Data diolah secara manual dan komputerisasi. Cara manual yang

digunakan adalah dengan bantuan kalkulator, sedangkan cara

komputerisasi dengan menggunakan program Microsoft Word dan

Microsoft Excel.

Kuesioner terdiri dari enam variabel dengan jumlah pertanyaan

sebanyak 22 buah. Masing-masing variabel memiliki penilaian yang

berbeda-beda. Semua jawaban pada variabel ini disajikan dalam bentuk

pilihan ganda. Variabel pertama, yaitu mengenai aspek pengetahuan

seputar penyakit hipertensi dan faktor resikonya sebanyak delapan

pertanyaan. Variabel kedua menilai tentang aspek pendidikan, yang terdiri

dari satu pertanyaan. Variabel ketiga tentang aspek informasi, terdiri dari

empat pertanyaan. Variabel keempat tentang aspek kebudayaan, yang

terdiri dari enam pertanyaan. Variabel kelima berisi tentang aspek

ekonomi, yang terdiri dari tiga pertanyaan.

77

Page 79: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

BAB IV

HASIL ANALISIS

4.1 Karakteristik Keluarga Binaan

Hasil analisis ini disajikan melalui bentuk diagram yang diambil dari

karakteristik responden yang terdiri dari limakeluarga binaan di Kampung

Gaga RT 001/RW 003, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga,

Kabupaten Tangerang.

Diagram 4.1

Distribusi Frekuensi Usia

Pada Keluarga Binaan di RT 001/RW 003, Desa Tanjung Pasir, Oktober

2013

Berdasarkan dari diagram 4.1 tentang frekuensi berdasarkan usia pada keluarga

binaan didapatkan jumlah anggota keluarga terbanyak adalah yang berusia 21 - 40

tahun (41%)

78

Page 80: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

Diagram 4.2

Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan

Pada Keluarga Binaan di RT 001/RW 003, Desa Tanjung Pasir, Oktober

2013

Berdasarkan dari diagram 4.2 terlihat tingkat pendidikan terbanyak dari keluarga

binaan adalah SD (53%).

Diagram 4.3

79

Page 81: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

Distribusi Frekuensi Pekerjaan

Pada Keluarga Binaan di RT 001/RW 003, Desa Tanjung Pasir, Oktober

2013

Dari diagram 4.3 terlihat jenis pekerjaan terbanyak dari keluarga binaan adalah

wiraswasta (59%).

4.2 Analisis Univariat

Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan variabel-

variabel dalam kuesioner yang dijawab 12 responden pada bulan Oktober

2013.

Tabel 4.1

80

Page 82: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Keluarga Binaan terhadap Hal Yang

Memepermudah Terjadinya Hipertensi

Pengetahuan Jumlah Responden %

Baik 2 16.7%

Cukup 3 25%

Kurang 7 58.3%

Total 12 100 %

Dari Tabel 4.1. didapatkan sembilan responden (58.3%) memiliki

pengetahuan yang kurang.

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Keluarga Binaan terhadap

Pengetahuan Faktor Resiko Hipertensi

Tingkat Pendidikan Jumlah Responden %

Tinggi 3 25%

Rendah 9 75%

Total 12 100%

Dari Tabel 4.2.didapatkan semua responden (75%) memiliki

pendidikan yang rendah.

Tabel 4.3

81

Page 83: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

Distribusi Frekuensi Paparan Informasi terhadap Faktor Resiko

Hipertensi

Paparan Informasi Jumlah Responden %

Kurang 8 66.6%

Cukup 2 16.7%

Baik 2 16.7%

Total 12 100%

Dari tabel 4.3 terlihat bahwa keluarga binaan kurang mendapat informasi

(66.6%) mengenai faktor resiko hipertensi

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Kebudayaan terhadap Pengetahuan Tentang Faktor

Resiko Hipertensi

Kebudayaan Jumlah Responden %

Dipengaruhi Kebudayaan

8 66.6%

Sedikit Dipengaruhi Kebudayaan

2 16.7%

Tidak Dipengaruhi Kebudayaan

2 16.7%

Total 12 100%

Dari Tabel 4.4. didapatkan 8 orang dari 12 responden (66.6%)

memiliki hubungan antara sosial budaya terhadap Pengetahuan Tentang

Faktor Resiko Hipertensi

Tabel 4.5

82

Page 84: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

Distribusi Frekuensi Ekonomi terhadap Pengetahuan Tentang Hipertensi

Pendapatan Jumlah Responden %

Dibawah UMR 4 33.3%

Diatas UMR 8 66.7%

Total 12 100%

Dari Tabel 4.5. Dari semua responden tidak ada (66.7%) yang

memiliki pendapatan diatas UMR.

83

Page 85: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

4.3 Fishbone

Diagram 4.4 Fishbone

5

Rendahnya latar belakang pendidikan anggota keluarga binaan

Kurangnya pemahaman akan pentingnya memahami faktor resiko hipertensi

Pengetahuan anggota keluarga binaan mengenai faktor resiko hipertensi

Pengetahuan anggota keluarga binaan mengenai faktor resiko hipertensi

EKONOMIEKONOMI

Kecenderungan berobat ke tenaga non medis atau memilih untuk obat yang dijual bebas di warung

Rendahnya kemampuan finansial keluarga binaan untuk berobat ke tenaaga kesehatan

Rendahnya kemampuan finansial keluarga binaan untuk berobat ke tenaaga kesehatan

INFORMASIINFORMASI

Rendahnya rasa ingin tahu terhadap penyakit hipertensi dan faktor resikonya

Rendahnya rasa ingin tahu terhadap penyakit hipertensi dan faktor resikonya

Rendahnya kebutuhan akan informasi

Kurangnya motivasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi

Kurangnya motivasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi

Kurangnya kepedulian untuk mengatur pola makan rendah garam

Kurangnya perilaku berobat ke tenaga kesehaatan dan pola makan rendah garam

Kurangnya perilaku berobat ke tenaga kesehaatan dan pola makan rendah garam

PENDIDIKANPENDIDIKANKEBUDAYAANKEBUDAYAAN

Kurangnya kemampuan untuk mengolah informasi

Kurangnya dukungan tokoh masyarakat untuk mengajak keluarga binaan berobat ke tenaga kesehatan

Ketidaktahuan mengenai prosedur kepemilikan jaminan kesehatan

Page 86: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

4.4. Rencana Intervensi Pemecahan Masalah

Intervensi dapat diartikan sebagai cara atau strategi memberi bantuan

kepada individu, masyarakat dan komunitas dalam hal ini menunjukkan

kondisi dimana seseorang dapat berperan sebagaimana seharusnya. Tujuan

intervensi adalah membawa perubahan kearah yang lebih baik sehingga

tindakan sesuai dengan peran yang dimilikinya.

Merujuk dari beberapa akar masalah yang telah diuraikan didapatkan

alternatif pemecahan masalah sehingga didapatkan intervensi pemecahan

masalah, dipilih beberapa akar masalah yang di prioritaskan untuk

dilakukan pemecahan masalah terhadap pengetahuan keluarga binaan

mengenai faktor resiko hipertensi. Dari akar-akar penyebab masalah

terdapat alternatif pemecahan masalah sebagai berikut:

1. Variabel Pengetahuan

a. Akar penyebab masalah yang didapatkan yaitu kurangnya

kesadaran keluarga binaan untuk mencari tahu tentang faktor-

faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya hipertensi

b. Alternatif pemecahan masalah adalah dengan memberikan

sosialisasi dan penyuluhan secara langsung tentang pentingnya

mengetahui faktor resiko hipertensi

c. Rencana intervensi pemecahan masalah adalah dengan:

1) Melakukan penyuluhan menggunakan poster, brosur, dan

video simulasi tentang faktor resiko hipertensi

2. Variabel Pendidikan

a. Akar penyebab masalah yang didapatkan yaitu rendahnya tingkat

pendidikan keluarga binaan

b. Alternatif pemecahan masalah adalah dengan meningkatkan

pengetahuan warga mengenai faktor resiko hipertensi sesuai

dengan tingkat pendidikan keluarga binaan

c. Rencana intervensi pemecahan masalah ini adalah dengan:

85

Page 87: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

1) Menambah pengetahuan, pemahaman, dan rasa ingin tahu

keluarga binaan dengan memberikan penyuluhan yang sesuai

dengan tingkat pendidikannya mengenai pentingnya

mengetahui faktor resiko hipertensi

3. Variabel Informasi

a. Akar penyebab masalah yang didapatkan yaitu kurangnya petugas

kesehatan yang memberikan penyuluhan mengenai faktor resiko

hipertensi

b. Alternatif pemecahan masalah dengan menambah petugas

kesehatan untuk memberikan penyuluhan

c. Rencana intervensi pemecahan masalah dengan:

1) Memberikan sosialisasi dan penyuluhan secara langsung

tentang pentingnya mengetahui faktor resiko hipertensi

2) Membuat pre test dan post test mengenai faktor resiko

hipertensi untuk mengukur pengetahuan keluarga binaan

sebelum dan sesudah penyuluhan

3) Berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten guna

menambah jumlah petugas kesehatan di Puskesmas Tegal

Angus

4. Variabel Kebudayaan

a. Akar penyebab masalah yang didapatkan yaitu kebiasaan pada

masyarakat untuk mengonsumsi makanan asin dan lebih memilih

berobat ke dukun

b. Alternatif pemecahan masalah adalah dengan memberikan

sosialisasi mengenai pentingnya berobat ke petugas kesehatan dan

membatasi konsumsi makanan tinggi garam

c. Rencana intervensi pemecahan masalah:

1) Memotivasi keluarga binaan untuk mengurangi makanan

tinggi garam

2) Membagikan garam rendah natrium kepada keluarga binaan

86

Page 88: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

3) Mengajak keluarga binaan untuk mendukung program berobat

ke puskesmas bagi penderita hipertensi

4) Memaparkan resiko yang dapat terjadi jika penyakit hipertensi

tidak dikontrol oleh petugas kesehatan

5. Variabel Ekonomi

a. Akar penyebab masalah yang didapatkan adalah biaya yang

diperlukan untuk berobat ke puskesmas atau ke rumah sakit

b. Alternatif pemecahan masalah adalah dengan mensosialisasikan

adanya jaminan kesehatan bagi keluarga yang tidak mampu

c. Rencana intervensi pemecahan masalah ini dengan:

1) Mengajak keluarga binaan untuk membuat kartu jaminan

kesehatan

2) Berkoordinasi dengan kader puskesmas beserta aparat

masyarakat untuk mensosialisasikan mengenai kartu jaminan

kesehatan masyarakat

3) Merekomendasikan kepada dinas ketenagakerjaan untuk

menghimbau dan mempermudah pinjaman modal kepada

masyarakat guna mampu secara swadaya membuka usaha

kecil menengah

4.5. Intervensi Pemecahan Masalah

Dari berbagai rencana intervensi yang telah dibuat untuk memecahkan

akar penyebab masalah yang ada, intervensi yang dapat dilakukan antara

lain adalah:

a. Memberikan sosialisasi dan penyuluhan secara langsung tentang

pentingnya mengetahui faktor resiko hipertensi:

Melakukan penyuluhan menggunakan poster, brosur, dan video

simulasi tentang faktor resiko hipertensi

87

Page 89: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

b. Meningkatkan pengetahuan warga mengenai faktor resiko hipertensi

sesuai dengan tingkat pendidikan keluarga binaan:

Menambah pengetahuan, pemahaman, dan rasa ingin tahu

keluarga binaan dengan memberikan penyuluhan yang sesuai

dengan tingkat pendidikannya mengenai pentingnya mengetahui

faktor resiko hipertensi

c. Menambah petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan:

Memberikan sosialisasi dan penyuluhan secara langsung tentang

pentingnya mengetahui faktor resiko hipertensi

Membuat pre test dan post test mengenai faktor resiko hipertensi

untuk mengukur pengetahuan keluarga binaan sebelum dan

sesudah penyuluhan

d. Memberikan sosialisasi mengenai pentingnya berobat ke petugas

kesehatan dan membatasi konsumsi makanan tinggi garam

Memotivasi keluarga binaan untuk mengurangi makanan tinggi

garam

Membagikan garam rendah natrium kepada keluarga binaan

Mengajak keluarga binaan untuk mendukung program berobat ke

puskesmas bagi penderita hipertensi

Memaparkan resiko yang dapat terjadi jika penyakit hipertensi

tidak dikontrol oleh petugas kesehatan

e. Mensosialisasikan adanya jaminan kesehatan bagi keluarga yang tidak

mampu

Mengajak keluarga binaan untuk membuat kartu jaminan

kesehatan

88

Page 90: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

5.1.1 Area Masalah

Berdasarkan pengamatan dan pengumpulan data dari Puskesmas

Tegal Angus dan dari kunjungan ke keluarga binaan yang bertempat

tinggal di Desa Tanjung Pasir, maka dilakukanlah diskusi kelompok

dan merumuskan serta menetapkan area masalah, yaitu “Pengetahuan

Keluarga Binaan Tentang Faktor Resiko Hipertensi”.

5.1.2 Akar Penyebab Masalah

a. Kurangnya kesadaran keluarga binaan untuk mencari tahu tentang

faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya hipertensi

b. Rendahnya tingkat pendidikan keluarga binaan

c. Kurangnya petugas kesehatan yang memberikan penyuluhan

mengenai faktor resiko hipertensi

d. Kebiasaan pada masyarakat untuk mengonsumsi makanan asin dan

lebih memilih berobat ke dukun

e. Biaya yang diperlukan untuk berobat ke puskesmas atau ke rumah

sakit

5.1.3 Alternatif Pemecahan Masalah

a. Memberikan sosialisasi dan penyuluhan secara langsung tentang

pentingnya mengetahui faktor resiko hipertensi

b. Meningkatkan pengetahuan warga mengenai faktor resiko hipertensi

sesuai dengan tingkat pendidikan keluarga binaan

c. Menambah petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan

d. Memberikan sosialisasi mengenai pentingnya berobat ke petugas

kesehatan dan membatasi konsumsi makanan tinggi garam

89

Page 91: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

e. Mensosialisasikan adanya jaminan kesehatan bagi keluarga yang

tidak mampu

5.1.4 Intervensi yang Dilakukan

a. Memberikan sosialisasi dan penyuluhan secara langsung tentang

pentingnya mengetahui faktor resiko hipertensi:

1) Melakukan penyuluhan menggunakan poster, brosur, dan video

simulasi tentang faktor resiko hipertensi

b. Meningkatkan pengetahuan warga mengenai faktor resiko hipertensi

sesuai dengan tingkat pendidikan keluarga binaan:

1) Menambah pengetahuan, pemahaman, dan rasa ingin tahu

keluarga binaan dengan memberikan penyuluhan yang sesuai

dengan tingkat pendidikannya mengenai pentingnya mengetahui

faktor resiko hipertensi

c. Menambah petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan:

1) Memberikan sosialisasi dan penyuluhan secara langsung tentang

pentingnya mengetahui faktor resiko hipertensi

2) Membuat pre test dan post test mengenai faktor resiko hipertensi

untuk mengukur pengetahuan keluarga binaan sebelum dan

sesudah penyuluhan

d. Memberikan sosialisasi mengenai pentingnya berobat ke petugas

kesehatan dan membatasi konsumsi makanan tinggi garam

1) Memotivasi keluarga binaan untuk mengurangi makanan tinggi

garam

2) Membagikan garam rendah natrium kepada keluarga binaan

3) Mengajak keluarga binaan untuk mendukung program berobat ke

puskesmas bagi penderita hipertensi

4) Memaparkan resiko yang dapat terjadi jika penyakit hipertensi

tidak dikontrol oleh petugas kesehatan

90

Page 92: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

e. Mensosialisasikan adanya jaminan kesehatan bagi keluarga yang

tidak mampu

1) Mengajak keluarga binaan untuk membuat kartu jaminan

kesehatan

5.2 Saran

5.2.1 Rekomendasi

a. Menambah jumlah petugas kesehatan

Berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten guna

menambah jumlah petugas kesehatan di Puskesmas Tegal Angus

b. Mensosialisasikan adanya jaminan kesehatan bagi keluarga yang

tidak mampu

Berkoordinasi dengan kader puskesmas beserta aparat masyarakat

untuk mensosialisasikan mengenai kartu jaminan kesehatan

masyarakat

Merekomendasikan kepada dinas ketenagakerjaan untuk

menghimbau dan mempermudah pinjaman modal kepada

masyarakat guna mampu secara swadaya membuka usaha kecil

menengah

91

Page 93: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

DAFTAR PUSTAKA

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Universitas YARSI. 2011. Modul

Kepaniteraan Kedokteran Komunitas FK Universitas YARSI 2011. Jakarta.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Universitas Yarsi.

Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.(2010). Profil Puskesmas Tegal Angus.

Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.

Kartikawatie, Trully, Yusnita, & Dwi Yanto. 2012. Dinas Kesehatan Pemerintah

Daerah Kabupaten Tangerang: Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus 2011.

Tangerang: Puskesmas Tegal Angus

Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka

Cipta. Jakarta.

Notoatmodjo, S (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni edisi Revisi. Rineka

Cipta. Jakarta.

Soenarto. 1992. Pemanfaatan Sarana Komunal Pembuangan Tinja di Lingkungan

Permukiman Padat. Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta.

Sugandhy, Acadan Rustam Hakim. 2007. Prinnsip dasar Kebijakan

Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan. Bumi Aksara. Jakarta.

92

Page 94: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

LAMPIRAN

Lampiran I : Kuesioner

KUESIONER

PENGETAHUAN KELUARGA BINAAN MENGENAI FAKTOR RESIKO

HIPERTENSI PADA KELUARGA BINAAN DI DESA TANJUNG

PASIR

IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama :

2. Usia

3. Alamat :

4. Pendidikan :

5. Pekerjaan :

I. ASPEK PENGETAHUAN

1. Apakah bapak/ibu tahu mengenai hipertensi?

a. Tahu

b. Tidak tahu

2. Menurut bapak/ibu apa pengertian dari hipertensi?

a. Peningkatan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg

b. Tekanan darah normal

c. Tidak tahu

1. Menurut Bapak/ Ibu apa saja faktor penyebab timbulnya hipertensi?

a. Keturunan, pola makan, stres, merokok

b. Batuk, kurang memperhatikan kebersihan diri

c. Tidak tahu

3. Menurut Bapak/ Ibu seperti apa gejala hipertensi ?

a. Pusing, nyeri leher

b. Batuk, panas badan

93

NO.

RESPONDEN

Page 95: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

c. Tidak tahu

4. Apakah Anda pernah mengukur tekanan darah/tensi?

a. Pernah

b. Tidak pernah

2. Jika pernah, apakah Anda ditensi secara rutin?

a. Ya

b. Tidak

3. Menurut Bapak/ Ibu bagaimana upaya pencegahan hipertensi?

a. Menghindari stres, makanan berlemak dan rokok

b. Menghindari panas matahari dan debu

c. Tidak tahu

4. Apakah di keluarga Anda ada yang menderita hipertensi?

a. Ada

b. Tidak ada

II. ASPEK PENDIDIKAN

5. Apakah pendidikan terkahir Anda?

a. SMP

b. SD

c. Tidak bersekolah

III. ASPEK INFORMASI

6. Apakah Anda memiliki media informasi seperti TV atau radio?

a. Ya

b. Tidak

7. Apakah Anda pernah menonton atau mendengar informasi mengenai

hipertensi?

a. Ya

b. Tidak

8. Apakah Anda pernah mendapat kunjungan dari petugas kesehatan tentang

penyuluhan yang berkaitan dengan hipertensi?

a. Pernah

b. Tidak Pernah

94

Page 96: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

9. Apakah Anda pernah diberitahukan oleh dokter/mantri/perawat bahwa

Anda menderita hipertensi?

a. Pernah

b. Tidak pernah

IV. ASPEK KEBUDAYAAN

10. Apakah Anda berobat ke Puskesmas atau dokter jika sakit?

a. Ya

b. Tidak

11. Apakah Anda suka mengkonsumsi makanan asin seperti ikan asin ataupun

makanan yang yang banyak mengandung penyebab rasa?

a. Ya

b. Kadang-kadang

c. Tidak

12. Apakah Anda suka mengkonsumsi makanan berlemak atau kolesterol

tinggi seperti daging kambing, durian, bebek?

a. Ya

b. Kadang-kadang

c. Tidak

13. Apakah Anda merokok?

a. Ya

b. Tidak

14. Jika ya, berapa bungkus rokok yang Anda habiskan dalam satu hari?

a. Lebih dari satu bungkus

b. Kurang dari satu bungkus

15. Dimana biasanya Anda merokok?

a. Di dalam rumah

b. Di luar rumah

V. ASPEK EKONOMI

16. Apakah penghasilan Bapak/Ibu di atas Rp.1.379.000 tiap bulan?

a. Ya

b. Tidak

95

Page 97: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

17. Apakah Bapak/ Ibu selalu mendapatkan penghasilan yang tetap setiap

bulannya ?

a. Ya

b. Kadang – kadang

c. Tidak

18. Dari penghasilan tersebut, apakah cukup untuk kebutuhan sehari-hari?

a. Ya

b. Tidak

SKORING KUESIONER

I. ASPEK PENGETAHUAN

No. 1 Jika responden menjawab

a = diberi poin 2

b = diberi poin 1

No. 2 Jika responden menjawab

a = diberi poin 3

b = diberi poin 2

c = diberi poin 1

No. 3 Jika responden menjawab

a = diberi poin 3

b = diberi poin 2

c = diberi poin 1

No. 4 Jika responden menjawab

a = diberi poin 3

b = diberi poin 2

c = diberi poin 1

96

Page 98: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

No. 5 Jika responden menjawab

a = diberi poin 2

b = diberi poin 1

No. 6 Jika responden menjawab

a = diberi poin 2

b = diberi poin 1

No. 7 Jika responden menjawab

a = diberi poin 3

b = diberi poin 2

c = diberi poin 1

No. 8 Jika responden menjawab

a = diberi poin 2

b = diberi poin 1

II. ASPEK PENDIDIKAN

No. 9 Jika responden menjawab

a = diberi poin 3

b = diberi poin 2

c = diberi poin 1

III. ASPEK INFORMASI

No 10. Jika responden menjawab

a = diberi poin 2

b = diberi poin 1

97

Page 99: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

No. 11 Jika responden menjawab

a = diberi poin 2

b = diberi poin 1

No. 12 Jika responden menjawab

a = diberi poin 2

b = diberi poin 1

No. 13 Jika responden menjawab

a = diberi poin 2

b = diberi poin 1

IV. ASPEK KEBUDAYAAN

No. 14 Jika responden menjawab

a = diberi poin 2

b = diberi poin 1

No. 15 Jika responden menjawab

a = diberi poin 3

b = diberi poin 2

c = diberi poin 1

No. 16 Jika responden menjawab

a = diberi poin 3

b = diberi poin 2

c = diberi poin 1

No 17. Jika responden menjawab

a = diberi poin 2

b = diberi poin 1

98

Page 100: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

No 18. Jika responden menjawab

a = diberi poin 2

b = diberi poin 1

No 19. Jika responden menjawab

a = diberi poin 2

b = diberi poin 1

V. ASPEK EKONOMI

No 20. Jika responden menjawab

a = diberi poin 2

b = diberi poin 1

No 21. Jika responden menjawab

a = diberi poin 3

b = diberi poin 2

c= diberi poin 1

No 22. Jika responden menjawab

a = diberi poin 2

b = diberi poin 1

99

Page 101: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

PENILAIAN VARIABEL

I. ASPEK PENGETAHUAN

Pengetahuan buruk = 8-12

Pengetahuan kurang = 13-16

Pengetahuan baik = 17-20

II. ASPEK PENDIDIKAN

Pendidikan rendah = 1-2

Pendidikan tinggi = 3

III. ASPEK INFORMASI

Informasi kurang = 4- 5

Informasi cukup = 6-7

Informasi baik = 7-8

IV. ASPEK KEBUDAYAAN

Dipengaruhi kebudayaan = 6-8

Sedikit dipengaruhi kebudayaan = 9-11

Tidak dipengaruhi kebudayaan = 12-14

V. ASPEK EKONOMI

Di bawah UMR Kota Tangerang = ≤ 4

Di atas UMR Kota Tangerang = > 4

100

Page 102: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

Keluarga Tn Samun

101

Page 103: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

Keluarga Tn Saja

102

Page 104: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

103

Page 105: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

Keluarga Tn. Naol

104

Page 106: Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas Kedokteran Komunitas

Keluarga Tn. Endi

105