22
REFERAT INFEKSI JAMUR PADA MATA Oleh: Karina Marcella Widjaja 112014281 Pembimbing: dr. Saptoyo Argo Morosidi, Sp.M KEPANITERAAN KLINIK ILMU MATA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI 1

Infeksi Jamur Pada Mata

Embed Size (px)

DESCRIPTION

t

Citation preview

Page 1: Infeksi Jamur Pada Mata

REFERAT

INFEKSI JAMUR PADA MATA

Oleh:

Karina Marcella Widjaja

112014281

Pembimbing:

dr. Saptoyo Argo Morosidi, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK

ILMU MATA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

JAKARTA

2015

1

Page 2: Infeksi Jamur Pada Mata

Bab I

Pendahuluan

Infeksi mata terjadi ketika mikroorganisme berbahaya (bakteri, jamur, dan virus)

menyerang setiap bagian dari bola mata atau area sekitarnya. Ini termasuk permukaan depan

yang jelas dari mata (kornea) dan membran, lapisan tipis lembab mata dan kelopak mata

bagian luar dalam (konjungtiva).

Infeksi mata yang lebih serius dapat menembus, lebih dalam bagian interior mata

untuk menciptakan pandangan-mengancam kondisi seperti endophthalmitis. Dengan post-

septum, infeksi selulitis ditemukan di sekitar jaringan lunak dari kelopak mata mewakili

keadaan darurat karena kondisi tersebut dapat menyebar jika tidak diobati. Infeksi jamur pada

mata dapat menyebabkan beberapa macam penyakit yaitu blefaritis, keratitis jamur, dan ulkus

kornea.

Keratitis jamur, yang juga dikenal dengan keratomikosis, adalah kondisi medis yang

ditandai dengan infeksi dari kornea yang diakibatkan organisme jamur. Hal ini biasanya

terjadi setelah kerusakan pada kornea yang diakibatkan oleh materi tumbuhan atau pada

individu dengan sistem kekebalan tubuh yang melemah, dengan gejala termasuk penglihatan

buram, gatal, keluarnya air mata, dan sensitif terhadap cahaya. Prognosis akan bervariasi;

mereka dengan infeksi ringan dan penyakitnya didiagnosis secara dini memiliki prognosis

yang paling baik. Akan tetapi, apabila infeksi menyebar ke bagian bola mata yang lain, hal ini

diyakini lebih sulit untuk disembuhkan. Maka dari itu, direkomendasikan pada individu

dengan gejala seperti ini dan faktor risiko yang menunjang untuk berkonsultasi pada seorang

dokter tanpa menunda-nunda. Seperti disebutkan sebelumnya, penyebaran infeksi ke bagian

lain dari bola mata adalah salah satu kemungkinan komplikasi, hal ini kemungkinan dapat

menyebabkan penurunan penglihatan yang menetap atau kehilangan bola mata itu sendiri.

Sedangkan ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat

kematian jaringan kornea. Akibat kerusakan epitel menyebabkan mikroorganisme masuk ke

dalam kornea. Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditentukan oleh adanya

kolagenase yang dibentuk sel epitel baru dan sel radang. Kerusakan dapat terjadi di kornea

bagian tepi, tetapi ulkus selalu meluas ke tengah. Biasanya disertai dengan hipopion.

Pada referat ini akan dibahas beberapa penyakit infeksi jamur pada mata disertai

dengan penyebab, gejala klinis, penatalaksanaan dan prognosisnya.

2

Page 3: Infeksi Jamur Pada Mata

BAB II

Pembahasan

KELOPAK DAN JARINGAN ORBITA

Blefaritis Jamur

Gejala umum pada blefaritis adalah kelopak mata merah, bengkak, sakit, eksudat

lengket, dan epifora. Gejala utamanya blefaritis anterior adalah iritasi, rasa terbakar dan gatal

pada tepi palpebra. Mata yang terkena “bertepi merah.” Banyak sisi atau “granulasi” terlihat

menggantung di bulu mata palpebra superior dan inferior. Blefaritis sering disertai dengan

konjungtivitis dan keratitis. Biasanya blefaritis sebelum diobati dibersihkan dengan garam

fisiologik hangat, dan kemudian diberi antibiotik yang sesuai.

Gambar 1. Blefaritis

Infeksi Superfisial

Infeksi jamur pada kelopak superfisial biasanya diobati dengan griseofulvin terutama

efektif untuk epidermomikosis. Diberikan 0,5-1 gram sehari dengan dosis tunggal atau dibagi

rata. Pengobatan diteruskan 1-2 minggu setelah terlihat gejala menurun. Untuk infeksi

kandida diberi pengobatan nistatin topikal 100.000 unit per gram

Infeksi Jamur Dalam

Pengobatan infeksi jamur dalam adalah secara sistemik. Infeksi Actinomyces dan

Nocardia efektif diobati dengan sulfonamid, penisilin atau antibiotic spektrum luas.

Amfoterisin B dipergunakan untuk pengobatan Histoplasmosis, sporotrikosis, aspergilosis,

torulosis, kriptokokosis dan blastomikosis.

Pengobatan Amferoterisin B dimulai dengan 0,05-0,1 mg/Kg BB, yang diberikan

intravena lambat selama 6-8 jam. Dilarutkan dalam dekstrose 5% dalam air. Dosis dinaikkan

sampai 1 mg/Kg BB, dosis total tidak boleh melebihi 2 gram. Pengobatan diberikan setiap

3

Page 4: Infeksi Jamur Pada Mata

hari selama 2-3 minggu setelah gejala berkurang. Penyulit yang terberat adalah kerusakan

ginjal yang akan membuat urea darah meningkat dan terdapatnya cast dan darah dalam urin.

Bila terjadi peningkatan urea nitrogen darah melebihi 50 atau kreatinin lebih 2 maka

pengobatan harus dihentikan. Obat ini toksik dan memerlukan penentuan indikasi pemakaian

yang tepat.

Blefaritis Skuamosa

Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai terdapatnya skuama atau krusta pada

pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan terjadinya luka kulit. Merupakan

peradangan tepi kelopak terutama yang mengenai kelenjar kulit di daerah akar bulu mata dan

sering terdapat pada orang dengan kulit berminyak. Blefaritis ini berjalan bersama dengan

dermatitis sebore.

Penyebab blefaritis skuamosa adalah kelainan metabolic ataupun oleh jamur. Pasien

dengan blefaritis skuamosa akan merasa panas dan gatal. Pada blefaritis skuamosa terdapat

sisik berwarna halus-halus dan penebalan margo palpebra disertai dengan madarosis. Sisik ini

mudah dikupas dari dasarnya tanpa mengakibatkan perdarahan.

Pengobatan blefaritis skuamosa ialah dengan membersihkan tepi kelopak, Polimixin B

ED 10.000 IU 3 - 6 ggt 1, Neomycin 3,5 mg/dl.

APARATUS LAKRIMAL

Dakrioadenitis

Peradangan kelenjar lakrimal atau dakrioadenitis merupakan penyakit jarang

ditemukan dan dapat ditemukan dan berjalan akut maupun kronis. Infeksi dapat diakibatkan

oleh jamur; histoplasmosis, aktinomises, blastomikosis, nokardiosis dan sporotikosis. Pasien

dakrioadenitis akut umumnya mengeluh sakit di daerah glandula lakrimal yaitu di bagian

temporal atas rongga orbita disertai dengan kelopak mata yang bengkak, konjungtiva kemotik

dengan belek. Pada infeksi akan terlihat bila mata bergerak akan memberikan sakit dengan

pembesaran kelenjar preaurikel. Pengobatan pada dakrioadenitis biasanya dimulai dengan

kompres hangat dan antibiotik sistemik.1

MATA MERAH DENGAN PENGLIHATAN NORMAL

Konjungtivitis Jamur

4

Page 5: Infeksi Jamur Pada Mata

Konjugtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan

eksudat. Konjungtiva dan kornea merupakan bagian mata yang mudah berhubungan dengan

dunia luar. Infeksi jamur pada konjungtva jarang terjadi, sedangkan 50% infeksi jamur yang

terjadi tidak memperlihatkan gejala.2

MATA MERAH DENGAN PENGLIHATAN TURUN MENDADAK

Keratitis Jamur (Keratomikosis)

Keratitis adalah reaksi inflamasi kornea. Keratitis jamur dapat menyebabkan infeksi

jamur yang serius pada kornea dan berdasarkan sejumlah laporan, jamur telah ditemukan

menyebabkan 6%-53% kasus keratitis ulseratif. Lebih dari 70 spesies jamur telah dilaporkan

menyebabkan keratitis jamur. Keratitis merupakan infeksi pada kornea yang biasanya

diklasifikasikan menurut lapisan kornea yang terkena yaitu keratitis superfisialis apabila

mengenal lapisan epitel atau bowman dan keratitis profunda atau interstisialis (atau disebut

juga keratitis parenkimatosa) yang mengenai lapisan stroma. Infeksi jamur pada kornea atau

keratomikosis merupakan masalah tersendiri secara oftalmologik, karena sulit menegakkan

diagnosis keratomikosis ini, padahal keratomikosis cukup tinggi kemungkinan kejadiannya

sesuai dengan lingkungan masyarakat Indonesia yang agraris dan iklim kita yang tropis

dengan kelembaban tinggi. Keratitis jamur dapat menyebabkan infeksi jamur yang serius

pada kornea dan berdasarkan sejumlah laporan, jamur telah ditemukan menyebabkan 6%-

53% kasus keratitis ulseratif. Lebih dari 70 spesies jamur telah dilaporkan menyebabkan

keratitis jamur.

Keluhan mulai timbul setelah 5 hari rudapaksa atau 3 minggu kemudian. Pasien akan

mengeluh sakit mata yang hebat, berair, dan silau. Pada mata akan terlihat infiltrat yang

berhifa dan satelit bila terletak didalam stroma. Biasanya disertai dengan cincin endotel

dengan plaque dan hipopion. Tampak tukak yang jelas dan menonjol ditengah tukak nampak

bercabang-cabang, dengan endotelium plaque, ganbaran satelit pada kornea, dan lipatan

descement. Sebaiknya diagnostik dibuat dengan pemeriksaan mikroskopik dengan KOH 10%

terhadap kerokan kornea.3

Pasien dengan infeksi jamur dirawat dan diberi pengobatan natamisin 5% setiap 1-2

jam saat bangun atau anti jamur lain seperti miconazol, amfoterisin, nistatin, dan lain-lain.

Diberikan sikloplegik disertai obat oral anti glaukoma bila terjadi peningkatan tekanan intra

okuler. Bila tidak berhasil diatasi maka dilakukan keratoplasti.

5

Page 6: Infeksi Jamur Pada Mata

Gambar 2. Keratomikosis3

Etiologi

Keratitis jamur (keratomikosis) diakibatkan oleh:

Jamur berfilamen (filamentous fungi) : bersifat multiseluler dengan cabang-cabang hifa.

Jamur bersepta : Furasium sp, Acremonium sp, Aspergillus sp, Cladosporium sp,

Penicillium sp, Paecilomyces sp, Phialophora sp, Curvularia sp, Altenaria sp.

Jamur tidak bersepta : Mucor sp, Rhizopus sp, Absidia sp.

Jamur ragi (yeast) yaitu jamur uniseluler dengan pseudohifa dan tunas : Candida albicans,

Cryptococcus sp, Rodotolura sp.

Jamur difasik. Pada jaringan hidup membentuk ragi sedang media pembiakan membentuk

miselium : Blastomices sp, Coccidiodidies sp, Histoplastoma sp, Sporothrix sp.

Tampaknya di Asia Selatan dan Asia Tenggara tidak begitu berbeda penyebabnya, yaitu

Aspergillus sp dan Fusarium sp, sedangkan di Asia Timur Aspergillus sp. 

Patofisiologi

Fungi biasanya tidak menyebabkan keratitis mikroba karena normalnya, fungi tidak

dapat berpenetrasi ke dalam lapisan epitel kornea yang intak dan tidak masuk ke dalam

kornea lewat pembuluh darah limbus episklera. Defek pada epitel sering diakibatkan oleh

trauma (mis., pemakaian lensa kontak, benda asing, riwayat operasi kornea). Organisme dapat

berpenetrasi ke dalam membran Descement yang intak dan masuk ke dalam stroma. Ia

membutuhkan cedera penetrasi atau riwayat defek epitel untuk masuk ke dalam kornea.

Setelah berada di dalam kornea, organisme dapat berproliferasi.

Organisme yang menginfeksi defek pada epitel sebenarnya merupakan mikroflora

normal yang terdapat pada konjungtiva dan andeksa. Fungi filamentosa merupakan kausa

tersering dari infeksi pasca trauma. Fungi filamentosa berproliferasi di dalam stroma kornea

6

Page 7: Infeksi Jamur Pada Mata

tanpa melepaskan substansi kemotaktik, sehingga menunda munculnya respon imun host/

respon inflamasi. Berbeda dengan fungi filamentosa, Candida albicans memproduksi

fosfolipase A dan lisofosfolipase pada permukaan blastospora, untuk membantu ia masuk ke

dalam jaringan. Fusarium solani, yang merupakan fungus yang virulen, dapat menyebar di

dalam stroma kornea dan berpenetrasi ke dalam membrane Descemet. Trauma kornea akibat

tumbuhan merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya keratomikosis. Terutamanya,

petani yang tidak memakai alat proteksi diri, khususnya kaca mata. Trauma akibat pemakaian

lensa kontak juga adalah salah satu faktor resiko terjadinya keratomikosis. Trauma kornea

paling sering menyebabkan keratomikosis dan merupakan factor resiko major tipe keratitis

tersebut.

Seorang dokter harus mempertimbangkan besar kemungkinan suatu keratomikosis

jika pasien mempunyai riwayat trauma kornea, terutama adanya kontak dengan tumbuhan

atau tanah. Resiko trauma akibat pemakaian lensa kontak adalah kecil, dan bukan merupakan

faktor resiko major untuk keratomikosis. 

Selain dari itu, kortikosteroid topikal diketahui dapat mengaktivasi dan meningkatkan

virulensi organisme jamur dengan menurunkan resistensi kornea terhadap infeksi. Candida sp

menyebabkan infeksi okuler pada hospes yang mengalami imunodefisiensi dan pada kornea

dengan ulkus kronik. Pemakaian kortikosteroid yang semakin meningkat sejak 4 dekade yang

lalu telah berimplikasi sebagai suatu penyebab utama peningkatan insidensi keratomikosis.

Tambahan, pemakaian kortikosteroid sistemik dapat menekan respon imun hospes, sehingga

terjadi perdisposisi kepada keratomikosis. Faktor resiko lainnya termasuk operasi kornea

(mis., PK, keratotomi radial) dan keratitis kronik (mis., herpes simpleks, herpes zoster, atau

konjungtivitis vernal/alergi). 

Jika pada hospes normal keratomikosis acapkali didahului oleh trauma, atau

pemakaian steroid, pada penderita AIDS kelainan ini dapat timbul secara spontan tanpa faktor

predisposisi pada kornea, dan dapat terjadi pada satu mata atau dua mata.3

Gejala Klinis

Pasien dengan keratomikosis cenderung mengalami gejala dan tanda inflamasi yang

minimal pada periode awal dibanding dengan penderita keratitis bakteri dan hampir tiada

injeksi konjungtiva saat presentasi klinis. Keratomikosis filamentosa sering bermanifestasi

dengan infiltrasi putih-keabuan, lesi tampak kering dengan tepi ireguler berawan atau dikenal

dengan berbatas filamentosa. Lesi superficial mungkin muncul sebagai elevasi dari

7

Page 8: Infeksi Jamur Pada Mata

permukaan kornea berwarna putih-keabuan, dengan permukaan kering, kasar atau rasa

berpasir yang dapat dirasakan saat melakukan kerokan kornea. Kadang terdapat lesi satelit

atau lesi multifokal, tetapi sangat jarang terjadi. Plak endotel dan/atau hipopion dapat terjadi

jika infiltrasi jamur cukup dalam atau cukup luas.

Pemeriksaan Penunjang

Sangat membantu diagnosis pasti, walaupun bila negatif belum menyingkirkan

diagnosis keratomikosis. Yang utama adalah melakukan pemeriksaan kerokan kornea

(sebaiknya dengan spatula Kimura). Dapat dilakukan pewarnaan KOH, Gram, Giemsa atau

KOH + Tinta India, dengan angka keberhasilan masing-masing ± 20-30%, 50-60%, 60-75%

dan 80%. Lebih baik lagi melakukan biopsi jaringan kornea dan diwamai dengan Periodic

Acid Schiff atau Methenamine Silver, tapi sayang perlu biaya yang besar.

Akhir-akhir ini dikembangkan Nomarski differential interference contrast microscope

untuk melihat morfologi jamur dari kerokan kornea (metode Nomarski) yang dilaporkan

cukup memuaskan. Selanjutnya dilakukan kultur dengan agar Sabouraud atau agar ekstrak

maltosa.3

Terapi

Terapi keratitits fungal sangat sulit. Kebanyakan obat antifungi hanya bersifat

fungistatik dan memerlukan sistem imun yang utuh (yang tidak nampak) dan memperpanjang

perjalanan terapi. Tanpa bantuan imunitas yang utuh untuk menekan organisme, pengobatan

fungistatik menjadi kurang efektif.

Kelas obat yang digunakan untuk pengobatan keratitis jamur termasuk antibiotik

polyene (nistatin, amphoterecin B, natamycin); analog pyrimidine (flucytosine); imidazole

(clortrimazole, miconozole, econazole, ketoconazole); triazoles (fluconazole, itraconazole);

dan sulfadiazine. Natamycin hanya dapat diberikan secara topical; obat lain dapat diberikan

dari bermacam jalur yang ada. Steroid kontraindikasi karena akan terjadi eksaserbasi

penyakit. Terapi yang diberikan yaitu Ketokonazol tetes mata 2% diberikan 4 kali sehari.

Dapat juga diberikan Thiomerosal (10 mg/ml) atau Natamycin  lebih dari 10 mg/ml.

Pemberian Amphotericin B 1,0¬2,5 mg/ml subkonjungtival hanya untuk usaha

terakhir. Terapi bedah dilakukan guna membantu medikamentosa yaitu : 

1. Debridement

2. Flap konjungtiva, partial atau total

8

Page 9: Infeksi Jamur Pada Mata

3. Keratoplasti tembus

Prognosis

Prognosis tergantung pada beberapa faktor, termasuk luasnya kornea yang terlibat,

status kesehatan pasien (contohnya immunocompromised), dan waktu penegakkan diagnosis

klinis yang dikonfirmasi dengan kultur di laboratorium. Pasien dengan infeksi ringan dan

diagnosis mikrobiologi yang lebih awal memiliki prognosis yang baik; bagaimana pun,

kontrol dan eradikasi infeksi yang meluas didalam sklera atau struktur intraokular sangat

sulit. Diperkirakan satu dari ketiga infeksi jamur gagal terapi pengobatan atau perforasi

kornea.3

Ulkus Kornea karena Jamur

Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat

supuratif disertai defek kornea, diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel

sampai stroma. Ulkus kornea ec jamur adalah ulkus kornea yang disebabkan oleh jamur,

biasanya karna trauma dengan tumbuh-tumbuhan, tanah, atau karena pemakaian

kortikosteroid yang menurunkan resistensi epitel kornea. Penyebabnya sama seperti

keratomikosis. Pada ulkus kornea yang disebabkan jamur dan bakteri akan terdapat defek

epitel yang dikelilingi leukosit polimorfnuklear.

Gambar 3. Ulkus kornea karena jamur

Faktor Resiko

1. Faktor okular

a. Trauma akibat tumbuh-tumbuhan, trauma kimia dan panas, Iatrogenic trauma ocular

seperti Keratoplasty dan Keratorefractive surgery.

9

Page 10: Infeksi Jamur Pada Mata

b. Infeksi pada adneksa

Blefaritis, meibomitis, dry eye, dacryocystitia

c. Nutrisi: defisiensi vitamin A

d. Lensa kontak: kebersihan lensa kontak, penggunaan solusi yang terkontaminasi

2. Faktor sistemik

Diabetes melitus, Steven Johnson Syndrome, blepharoconjunctivits, infeksi Gonococcal

dengan konjungtivitis.

Berdasarkan letak anatomisnya karena terletak paling luar sehingga paling mudah

terpapar mikroorganisme dan faktor lingkungan lainnya. Pada dasarnya lapisan epitel kornea

merupakan barier utama terhadap paparan mikroorganisme, namun jika epitel ini rusak maka

stroma yang avaskuler dan membran bowman akan mudah terinfeksi oleh berbagai macam

organisme seperti bakteri, amuba, dan jamur. Apabila infeksi ini dibiarkan atau tidak

mendapat pengobatan yang adekuat maka akan terjadi kematian jaringan atau ulkus kornea.4

Perjalanan penyakit tukak kornea dapat progresif, regresi, atau membentuk jaringan

parut. Pada proses kornea yang progresif dapat terjadi infiltrasi sel leukosit dan limfosit yang

memakan bakteri atau jaringan nekrotik yang terbentuk. Pada pembentukan jaringan parut

akan terdapat epitel, jaringan kolagen baru, dan fibroblas. Ulkus kornea biasanya terjadi

sesudah terdapatnya trauma enteng yang merusak epitel kornea.

Gejala Klinis

Pada pasien dengan ulkus kornea karena jamur, biasanya terdapat riwayat trauma

mata saat beraktivitas di luar/lapangan. Ulkus kornea akan memberikan gejala mata merah

sakit mata ringan hingga berat, fotofobia, penglihatan menurun, terdaapat infiltrat, dan

kadang kotor. Ulkus kornea karena jamur akan berwarna abu-abu di keliling infiltrat halus di

sekitarnya (fenomena satelit). Ulkus kornea akan memberikan kekeruhan berwarna putih pada

kornea dengan defek epitel yang bila diberi pewarnaan fluoresein akan berwarna hijau di

tengahnya. Iris sukar dilihat karena keruhnya kornea akibat edema dan infiltrasi sel radang

pada kornea. Gejala-gejala lain yang muncul meliputi:

Sensasi benda asing

Meningkatnya rasa nyeri atau ketidaknyaman pada mata

Pandangan mendadak kabur

Mata menjadi merah

10

Page 11: Infeksi Jamur Pada Mata

Kerusakan yang luas dan keluarnya cairan dari mata

Meningkatnya sensitivitas terhadap cahaya

Untuk menegakkan diagnosis klinik didasarkan pada analisis factor risiko dan

karakteristik tampilan kornea. Tanda-tanda yang paling sering ditemukan pada pemeriksaan

slitlamp tidak spesifik dan meliputi: injeksi konjungtiva, defek pada epitel, infiltrasi pada

stroma, hipopion.3,4

Diagnosis

Diagnosis daeri ulkus kornea ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

oftamologi dan pemeriksaan laboratorium.

1. Anamnesis

Dari anamnesis didapatkan adanya riwayat trauma, benda asing dan abrasi pada kornea,

riwayat pernah terkena keratitis yang berulang, pemakaian lensa kontak, serta

kortikosteroid yang merupakan predisposisi infeksi virus dan jamur, dan juga gejala klinis

yang ada.

2. Pemeriksaan oftalmologi

Untuk memeriksa ulkus kornea, diperlukan slit lamp atau kaca pembesar dan pencahayaan

terang. Harus diperhatikan pantulan cahaya saat mmenggerakan cahaya di atas kornea,

daerah yang kasar menanndakan defek pada epitel.

3. Pemeriksaan laboratorium dengan cara:

Melakukan pemeriksaan kerokan kornea

Pemeriksaan kerokan kornea sebaiknya dengan menggunakan spatula kimura yaitu dari

dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop. Dapat dilakukan pewarnaan KOH, gram,

Giemsa, atau KOH + Tinta India.

Biopsi jaringan kornea

Diwarnai dengan Periodic acid schiff atau Methenamine Silver

Diagnosis Banding

Kondisi Infeksi Bakteri/Jamur Infeksi Virus

Sakit Tak ada sampai hebat Rasa benda asing

Fotofobia Bervariasi Sedang

Visus Biasa menurun mencolok Menurun ringan

Infeksi okular Difus Ringan-sedang

11

Page 12: Infeksi Jamur Pada Mata

Tabel 1. Diagnosis banding tukak kornea1

Penatalaksanaan

Untuk penatalaksanaan jamur pada kornea pengobatan didasarkan pada jenis dari jamur.

1. Belum diidentifikasi jenis jamur penyebabnya.

2. Jamur berfilamen.

3. Ragi (yeast).

4. Golongan Actinomyces yang sebenarnya bukan jamur sejati.

Untuk golongan I : Topikal Amphotericin B 1,0¬2,5 mg/ml, Thiomerosal (10 mg/ml),

Natamycin  lebih dari 10 mg/ml, golongan Imidazole.

Untuk golongan II : Topikal Amphotericin B, Thiomerosal, Natamycin (obat terpilih),

Imidazole (obat terpilih).

Untuk golongan III : Amphoterisin B, Natamycin, Imidazole.

Untuk golongan IV : Golongan Sulfa, berbagai jenis Antibiotik.

Dapat diberikan pula Ketokonazol ED 2% 4 gtt I, Natamycin 5 %, dan Triazole

(penetrasi ke okular baik). Pemberian Amphotericin B subkonjungtival hanya untuk usaha

terakhir. Steroid topikal adalah kontra indikasi, terutama pada saat terapi awal. Diberikan

juga obat sikloplegik (atropin) guna mencegah sinekia posterior (perlengketan antara iris

dan lensa atau kornea) untuk mengurangi uveitis anterior. Obat analgetik diberikan untuk

mengurangi rasa nyeri. Terapi sistemik hanya diindikasikan pada kasus yang melibatkan

intraokular. Pada kasus lain akan berespon baik dengan terapi topikal antifungi seperti

natamycin, nystatin, dan amphotericin B.4,5

Pencegahan

Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi kepada ahli

mata setiap ada keluhan pada mata. Sering kali luka yang tampak kecil pada kornea dapat

mengawali timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang sangat buruk bagi mata. Caranya

dengan lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk ke dalam mata, jika mata

sering kering atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa menutup sempurna, gunakan tetes

mata agar mata selalu dalam keadaan basah, jika memakai lensa kontak harus sangat

diperhatikan cara memakai dan merawat lensa tersebut.

12

Page 13: Infeksi Jamur Pada Mata

Komplikasi

Pengobatan ulkus yang tidak adekuat dan terlambat dapat menimbulkan komplikasi yaitu:

1. Timbulnya jaringan parut kornea sehingga dapat menurunkan visus mata

2. Perforasi kornea

3. Glaukoma sekunder

4. Endoftalmitis atau panoftalmitis

5. Katarak6

Prognosis

Dengan penanganan sedini mungkin, infeksi pada kornea dapat sembuh, tanpa harus

terjadi ulkus. Bila ulkus kornea tidak diterapi dapat merusak kornea secara permanen. Dan

juga dapat mengakibatkan perforasi dari inferior mata, sehingga menimbulkan penyebaran

infeksi dan meningkatkan resiko kehilangan penglihatan yang permanen. Semakin terlambat

pengobatan ulkus kornea, akan menimbulkan kerusakan yang banyak dan timbul jaringan

parut yang luas.

Ulkus Sentral

Ulkus kornea dibedakan dalam bentuk ulkus kornea sentral dan ulkus kornea

marginal. Etiologinya dapat berasal dari bakteri, virus maupun jamur. Mikroorganisme ini

tidak mudah masuk ke kornea selama epitelnya sehat. Terdapat faktor predisposisi seperti

erosi pada kornea, keratitis neurotrofik atau pemakai kortikosteroid atau imunosupresif,

pemakai obat lokal anestetika, pemakai IDU, pasien diabetes mellitus.1

Gambar 4. Ulkus Sentral7

13

Page 14: Infeksi Jamur Pada Mata

BAB III

PENUTUP

Terdapat beberapa penyakit infeksi jamur yang terjadi pada mata, antara lain blefaritis

jamur, keratomikosis atau keratitis jamur, dan ulkus kornea yang diakibatkan oleh jamur.

Setiap penyakit memiliki gejala klinisnya masing-masing.

Pada penyakit infeksi jamur pada kelopak mata yaitu blefaritis jamur, gejala

umumnya adalah kelopak mata merah, bengkak, sakit, eksudat lengket, dan epifora. Gejala

utamanya blefaritis anterior adalah iritasi, rasa terbakar dan gatal pada tepi palpebra. Mata

yang terkena “bertepi merah.” Banyak sisi atau “granulasi” terlihat menggantung di bulu mata

palpebra superior dan inferior. Pada infeksi blefaritis jamur yang superfisial, biasanya diobati

dengan griseofulvin terutama efektif untuk eipdermomikosis. Diberikan 0,5-1 gram sehari

dengan dosis tunggal atau dibagi rata. Pengobatan diteruskan 1-2 minggu setelah terlihat

gejala menurun. Untuk infeksi kandida diberi pengobatan nistatin topikal 100.000 unit per

gram.

Pada penyakit infeksi jamur, terutama keratitis keluhan mulai timbul setelah 5 hari

rudapaksa atau 3 minggu kemudian. Pasien akan mengeluh sakit mata yang hebat,berair, dan

silau. Pada mata akan terlihat infiltrat yang berhifa dan satelit bila terletak didalam stroma.

Sangat membantu diagnosis pasti, walaupun bila negatif belum menyingkirkan

diagnosis keratomikosis. Yang utama adalah melakukan pemeriksaan kerokan kornea

(sebaiknya dengan spatula Kimura) yaitu dari dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop.

Dapat dilakukan pewarnaan KOH, Gram, Giemsa atau KOH + Tinta India.

Pasien dengan infeksi jamur dirawat dan diberi pengobatan natamisin 5% setiap 1-2

jam saat bangun atau anti jamur lain seperti miconazol, amfoterisin, nistatin, dan lain-lain.

Diberikan sikloplegik disertai obat oral anti glaukoma bila terjadi peningkatan tekanan intra

okuler. Bila tidak berhasil diatasi maka dilakukan keratoplasti.

14

Page 15: Infeksi Jamur Pada Mata

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidharta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia; 2009..h.91-6,105,159.

2. Infeksi Pada Mata, diunduh dari: http://akperku.blogspot.com/2009/06/infeksi-pada-

mata.html . 18 Juni 2015.

3. Grayson, Merrill. Diseases of The cornea. Second Edition. The C. V. Mosby

Company: London; 2002.

4. Vaughan DG, et al. Kornea dalam oftalmologi umum. Jakarta: Widia Medika;

2000.h.129-40.

5. James B, Anthony B, Chris C. Lecture notes oftalmologi. Jakarta: Penerbit Erlangga;

2003.h.70

6. Sowka, J.W., Gurwood, A.S., dan Kabat, A.G. 2010. Review of Optometry, The

Handbook of Occular Disease Management Twelfth Edition. [serial online].

http://www.revoptom.com/. [18 June 2015]

7. Ulkus kornea. Gambar diunduh dari:

http://majiidsumardi.blogspot.com/2011/10/ulkus-kornea.html. 18 Juni 2015

15