23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit panu merupakan "penyakit rakyat" yang dapat menyerang semua orang pada semua golongan umur. Penyakit panu yang dalam bahasa kedokteran disebut pitiriasis versikolor atau tinea versikolor yang disebabkan oleh jamur dalam genus malassezia dan sebagai spesies tunggal disebut sebagai Malassezia furfur. Spesies ini merupakan flora normal pada kulit. Penyakit ini lebih prevalen di daerah tropis yang bersuhu hangat dan lembab. Laporan dari berbagai rumah sakit bagian kulit di Indonesia menunjukkan kasus panu ini masih cukup prevalen. Faktor lingkungan yaitu faktor kelembaban kulit, sedangkan faktor individual yaitu penyakit yang mempengaruhi imunitas, malnutrisi, penggunaan obat-obatan yang menurunkan imunitas dan adanya kecenderungan genetik (keturunan). Akibat kondisi tersebut, malassezia furfur akan berkembang menjadi bentuk miselial yang bersifat patogenik yang terlihat secara klinis sebagai penyakit panu. Penyakit ini paling banyak dijumpai pada usia 1

Inflamasi infeksi jamur (pitiriasis versikolor)

  • Upload
    edhuu

  • View
    2.121

  • Download
    15

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Inflamasi infeksi jamur  (pitiriasis versikolor)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit panu merupakan "penyakit rakyat" yang dapat menyerang

semua orang pada semua golongan umur. Penyakit panu yang dalam

bahasa kedokteran disebut pitiriasis versikolor atau tinea versikolor yang

disebabkan oleh jamur dalam genus malassezia dan sebagai spesies

tunggal disebut sebagai Malassezia furfur. Spesies ini merupakan flora

normal pada kulit. Penyakit ini lebih prevalen di daerah tropis yang

bersuhu hangat dan lembab. Laporan dari berbagai rumah sakit bagian

kulit di Indonesia menunjukkan kasus panu ini masih cukup prevalen.

Faktor lingkungan yaitu faktor kelembaban kulit, sedangkan faktor

individual yaitu penyakit yang mempengaruhi imunitas, malnutrisi,

penggunaan obat-obatan yang menurunkan imunitas dan adanya

kecenderungan genetik (keturunan). Akibat kondisi tersebut, malassezia

furfur akan berkembang menjadi bentuk miselial yang bersifat patogenik

yang terlihat secara klinis sebagai penyakit panu. Penyakit ini paling

banyak dijumpai pada usia belasan, walaupun pernah dilaporkan pada usia

yang lebih muda dan tua. Penyakit ini terutama ditemukan pada daerah

yang menghasilkan banyak keringat, karena jamur ini hidup dan

berkembang biak dari hasil metabolisme sebum. Biasanya terdapat pada

bagian atas dada dan meluas ke lengan, leher, perut, kaki, ketiak, pelipatan

paha, muka, dan kepala. Penyakit ini terutama ditemukan pada daerah

yang tertutup pakaian yang bersifat lembab. Keluhan ini pada awalnya

timbul bercak yang berwarna coklat, bercak putih yang disertai dengan

rasa gatal terutama pada waktu berkeringat.

1

Page 2: Inflamasi infeksi jamur  (pitiriasis versikolor)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang , penulis menemukan

masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu “Inflamasi infeksi

jamur khususnya Pitiriasis versikolor”

C. Tujuan

a. Tujuan Umum

Makalah ini ditujukan kepada masyarakat untuk memberikan informasi

mengenai inflamasi infeksi jamur

b. Tujuan Khusus

a. Untuk memberikan informasi kepada mahasiswa tentang penyakit

infeksi jamur pitiriasis versikolor

b. Untuk memberikan informasi kepada mahasiswa tentang inflamasi

infeksi bagi kesehatan kulit.

D. Metodologi Penulisan

Makalah ini ditulis dengan metode literatur review yang ditulis

secara deskriptif. Literatur yang digunakan diperoleh dari buku referensi

dan melalui media internet.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pengertian dan pemahaman terdapat isi

laporan ini maka disusun ke dalam Bab sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN : Latar belakang,identifikasi masalah, Tujuan,

Metode Penulisan, Sistematika Penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORI : Definisi, etiologi, Epidemiologi,

histopatologi, Patofisiologi, Patogenesis, Gejalan Klinik, Laboratorium

penunjang, Diagnosa Keperawatan, Proses Keperawatan

BAB III PENUTUP : Kesimpulan dan Saran.

DAFTAR PUSTAKA

2

Page 3: Inflamasi infeksi jamur  (pitiriasis versikolor)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Pitiriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi

disebabkan oleh Malasezia furfur. Penyakit jamur kulit ini adalah penyakit

koronis yang ditandai oleh bercak putih sampai coklat yang bersisik.

Kelainan ini umumnya menyerang badan dan kadang- kadang terlihat di

ketiak, sela paha,tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala. Nama lainnya

adalah tinea versikolor atau panu.

Pitiriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi

disebabkan oleh Malasezia furfur dan pityrosporum orbiculare. Infeksi ini

bersifat menahun, ringan, dan biasanya tanpa peradangan. Pitiriasis

versikolor ini mengenai muka, leher, badan, lengan atas, ketiak, paha, dan

lipatan paha.(Harahap, 1998).

Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur supervisial yang ditandai

dengan adanya macula dikulit, skuama halus disertai rasa gatal (Siregar,

2004)

B. Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh jamur Malasezia furfur. Malassezia

furfur (dahulu dikenal sebagai Pityrosporum orbiculare, Pityrosporum

ovale) merupakan jamur lipofilik yang normalnya hidup di keratin kulit

dan folikel rambut manusia saat masa pubertas dan di luar masa itu.

Sebagai organisme yang lipofilik, Malassezia furfur memerlukan lemak

(lipid) untuk pertumbuhan in vitro dan in vivo. Secara in vitro, asam

amino asparagin menstimulasi pertumbuhan organisme, sedangkan asam

amino lainnya, glisin, menginduksi (menyebabkan) pembentukan hifa.

Pada dua riset yang terpisah, tampak bahwa secara in vivo, kadar asam

3

Page 4: Inflamasi infeksi jamur  (pitiriasis versikolor)

amino meningkat pada kulit pasien yang tidak terkena panu. Jamur ini juga

ditemukan di kulit yang sehat, namun baru akan memberikan gejala bila

tumbuh berlebihan. Beberapa faktor dapat meningkatkan angka terjadinya

pitiriasis versikolor, diantaranya adalah turunnya kekebalan tubuh, faktor

temperature, kelembabab udara, hormonal dan keringat.

C. Epidemiologi

Pitiriasis versikolor lebih sering terjadi di daerah tropis dan

mempunyai kelembaban tinggi. Walaupun kelainan kulit lebih terlihat

pada orang berkulit gelap, namun angka kejadian pitiriasis versikolor sama

di semua ras. Beberapa penelitian mengemukakan angka kejadian pada

pria dan wanita dalam jumlah yang seimbang. Di Amerika Serikat,

penyakit ini banyak ditemukan pada usia 15-24 tahun, dimana kelenjar

sebasea (kelenjar minyak) lebih aktif bekerja. Angka kejadian sebelum

pubertas atau setelah usia 65 tahun jarang ditemukan. Di negara tropis,

penyakit ini lebih sering terjadi pada usia 10-19 tahun.

D. Histopatologi

Organisme yang menyebabkan panu berdiam/berlokasi di stratum

corneum. M furfur dapat dideteksi dengan hematoxylin dan eosin (H&E)

saja, meskipun pewarnaan periodic acid-Schiff (PAS) atau methenamine

silver lebih dapat menegakkan diagnosis. Pada kasus yang jarang,

organisme dapat mencapai stratum granulosum, dan bahkan ditemukan di

dalam keratinocytes. Epidermis menunjukkan akantosis dan hiperkeratosis

ringan, dan suatu mild perivascular infiltrate tampak nyata di dermis.

Suatu perubahan epidermis yang menyerupai acanthosis nigricans teramati

pada keanekaragaman papula, dengan pembuluh darah yang berdilatasi

yang terdapat pada lesi eritematosa.

4

Page 5: Inflamasi infeksi jamur  (pitiriasis versikolor)

E. Patofisiologi

Panu disebabkan oleh organisme lipofilik dimorfik, Malassezia furfur,

yang hanya dapat dikultur pada media yang diperkaya dengan asam lemak

berukuran C12- sampai C14. Malassezia furfur atau yang juga dikenal

dengan nama singkat M furfur, merupakan salah satu anggota dari flora

kulit manusia normal (normal human cutaneous flora) dan ditemukan pada

bayi (infant) sebesar 18% sedangkan pada orang dewasa mencapai 90-

100%.

Sebagian besar kasus panu dialami oleh orang yang sehat tanpa

disertai penurunan sistem kekebalan tubuh (immunologic deficiencies).

Meskipun demikian, beberapa faktor dapat memengaruhi beberapa orang

terkena panu sekaligus memicu berubahnya bentuk (conversion) dari ragi

saprofit (saprophytic yeast) menjadi bentuk morfologis miselium,

parasitik. Faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Kecenderungan (predisposition) genetik.

2. Lingkungan yang lembab, hangat.

3. Immunosuppression.

4. Malnutrition.

5. Cushing disease.

Human peptide cathelicidin LL-37 berperan dalam pertahanan kulit

melawan Malassezia globosa. Meskipun merupakan bagian dari flora

normal, M furfur dapat juga menjadi patogen yang oportunistik. Keadaan

ini tidak menular karena patogen jamur kausatif (causative fungal

pathogen) merupakan penghuni normal pada kulit.

Kulit penderita panu dapat mengalami hipopigmentasi atau

hiperpigmentasi. Pada kasus hipopigmentasi, inhibitor tyrosinase (hasil

dari aksi/kerja inhibitor tyrosinase dari asam dicarboxylic yang terbentuk

melalui oksidasi beberapa asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acids)

pada lemak di permukaan kulit) secara kompetitif menghambat enzim

yang diperlukan dari pembentukan pigmen melanocyte. Pada kasus panu

5

Page 6: Inflamasi infeksi jamur  (pitiriasis versikolor)

dengan makula hiperpigmentasi, organisme memicu pembesaran

melanosom yang dibuat oleh melanosit di lapisan basal epidermis.

F. Patogenesis

Perubahan bentuk Malassezia dari blastospora menjadi miselium

dipengaruhi oleh berbagai faktor predisposisi. Asam dikarboksilat, yang

dibentuk oleh oksidasi enzimatis asam lemak pada lemak di permukaan

kulit, menghambat tyrosinase pada melanosit epidermis dan dengan

demikian memicu hipomelanosis. Enzim ini terdapat pada organisme

(Malassezia).

G. Gejala klinis

Kelainan kulit pitiriasis versikolor ditemukan terutama di punggung,

dada, leher dan lengan walaupun dapat terjadi di bagian tubuh lain. Pada

anak-anak, terkadang dapat timbul di daerah wajah. Timbul bercak putih

atau kecoklatan yang kadang-kadang gatal bila berkeringat. Bisa pula

tanpa keluhan gatal sama sekali, tetapi penderita mengeluh karena malu

oleh adanya bercak tersebut. Pada orang kulit berwarna, kelainan yang

terjadi tampak sebagai bercak hipopigmentasi (warna kulit lebih terang

dibanding kulit sekitarnya), tetapi pada orang yang berkulit pucat maka

kelainan bisa berwarna kecoklatan ataupun kemerahan. Di atas kelainan

kulit tersebut terdapat skuama (sisik halus).

H. Pemeriksaan penunjang

Presentasi klinis panu jelas, khas (distinctive), dan diagnosis

seringkali dibuat tanpa pemeriksaan laboratorium. Sinar ultraviolet hitam

(Wood) dapat digunakan untuk menunjukkan pendar (fluorescence) warna

keemasan (coppery-orange) dari panu. Bagaimanapun juga, pada beberapa

kasus, lesi panu terlihat lebih gelap daripada kulit yang tidak terkena panu

di bawah sinar Wood, hanya saja tidak berpendar.

6

Page 7: Inflamasi infeksi jamur  (pitiriasis versikolor)

Diagnosis biasanya ditegakkan dengan pemeriksaan potassium

hydroxide (KOH), yang menunjukkan gambaran hifa dengan cigar-butt

yang pendek. Penemuan KOH tentang spora dengan miselium pendek

telah dianggap serupa dengan gambaran spaghetti and meatballs atau

bacon and eggs sebagai tanda khas pitiriasis versikolor. Jadi, ciri khas

panu yang ditemukan pada pemeriksaan KOH adalah gambaran hifa

filamentosa dan bentuk globose yeast, yang sering disebut: spaghetti dan

meat balls, yaitu kelompok hifa pendek yang tebalnya 3-8 mikron,

dikelilingi spora berkelompok yang berukuran 1-2 mikron. Sedangkan

pada pemeriksaan dengan lampu Wood, tampak fluoresensi kuning

keemasan atau blue-green fluorescence of scales.

I. Penatalaksanaan

Pengobatan dapat dilakukan secara topikal dan sistemik. Bila lesinya

minimal atau terbatas, dapat diberikan secara topikal dengan golongan

imidazol, misalnya ketoconazole dalam bentuk krim. Pengobatan harus

dilakukan menyeluruh, tekun, dan konsisten, karena penyakit panu sering

kambuh dan untuk mencegah serangan ulang.

Mekanisme kerja dari ketoconazole yaitu dengan menghambat

biosintesis ergosterol atau sterollain, yang merusak membran dinding sel

jamur dan merubah permeabilitas sehingga menghambat pertumbuhan

jamur. Secara klinik ketoconazole aktif terhadap dermatofit jenis

Epidermophyton floccosum, Malassezia furfur dan candida spp.  Aturan

pakainya: oleskan 1-2 kali sehari pada daerah lesi dan dibiarkan selama

10-15 menit, tergantung pada beratnya infeksi. Pengobatan harus

diteruskan sampai beberapa hari sesudah semua gejala hilang.

Lama pengobatan biasanya 3-4 minggu. Salep harus dioleskan pada

kulit yang telah bersih, setelah mandi atau sebelum tidur, meskipun lesinya

telah hilang. Menghentikan pengobatan dengan salep dapat menimbulkan

kekambuhan. Pasalnya jamur belum terbasmi dengan tuntas. Pengobatan

secara sistemik dilakukan bila lesinya luas. Obat golongan ketoconazole

7

Page 8: Inflamasi infeksi jamur  (pitiriasis versikolor)

dapat diberikan secara oral selama 7-10 hari. Jangan lupa, Anda harus

berkonsultasi dengan dokter sebelum mengkonsumsi obat-obat tersebut.

Sebab obat-obat itu, tidak untuk semua orang. Mereka yang menderita

payah liver tidak dapat menelan jenis obat-obatan itu. Untuk pencegahan,

dapat dilakukan dengan selalu menjaga higienitas perseorangan, hindari

kelembaban kulit dan menghindari kontak langsung dengan penderita.

J. Pencegahan

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah agar tak

tertular panu, yaitu:

1.  Mengeringkan tubuh dengan handuk hingga benar-benar kering

sebelum memakai baju, karena kondisi yang lembab sangat

memudahkan jamur untuk berkembang.

2.  Jangan malas melap keringat.

3. Tidak berbagi barang pribadi dengan orang lain seperti handuk, sabun

batang, sepatu atau sandal saat menggunakan fasilitas umum.

4.   Menggunakan alas kaki jika sedang berjalan di tempat yang lembab

seperti kamar mandi umum, tempat bilas atau disekitar kolam renang.

5.   Membilas tubuh dengan sabun antiseptik setelah selesai berenang.

8

Page 9: Inflamasi infeksi jamur  (pitiriasis versikolor)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

a. Identitas Pasien : nama, jenis kelamin, agama, alamat, pendidikan

b. Keluhan Utama.

Pasien mengeluh gatal

c. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Penyakit Sekarang :

Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada

keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk

menanggulanginya, memiliki riwayat penyakit alergi atau tidak

2. Riwayat Penyakit Dahulu :

Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit

kulit lainnya

3. Riwayat Penyakit Keluarga :

Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau

penyakit kulit lainnya.

4. Pola Kebiasaan

Penggunaan handuk bersama atau sendiri, pola aktifitas .

d. Pemeriksaan Fisik

1. Subjektif :

Gatal

2. Objektif :

Terdapat makula di lipat paha, axila ( ketiak ) dan punggung pasien.

yang dapat hipopigmentasi, kecokletan, keabuan atau kehitam-hitaman

dalam berbagai ukuran, dengan skuama halus di atasnya. Makula, berbatas

tegas (sharply marginated), berbentuk bundar atau oval, dan ukurannya

bervariasi.

9

Page 10: Inflamasi infeksi jamur  (pitiriasis versikolor)

B. Diagnosa Keperawatan

1. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi

barier kulit akibat pitiriasis vesikolor.

2. Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus.

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pitiriasis vesikolor

C. Intervensi Keperawatan

Dx 1

Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi

barier kulit akibat pitiriasis vesikolor

Intervensi :

1. Kaji keadaan kulit

Rasional : Mengetahui dan mengidetifikasi kerusakan kulit untuk

melakukan intervensi yang tepat.

2. Kaji keadaan umum dan observasi TTV.

Rasional : Mengetahui perubahan status kesehatan pasien.

3. Kaji perubahan warna kulit.

Rasional : Megetahui keefektifan sirkulasi dan mengidentifikasi terjadinya

komplikasi.

4. Pertahankan agar daerah yang terinfeksi tetap bersih dan kering.

Rasional : Membantu mempercepat proses penyembuhan.

5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan.

- Oleskan salep pada kulit yang telah bersih, setelah mandi atau sebelum

tidur, meskipun lesinya telah hilang. Menghentikan pengobatan dengan

salep dapat menimbulkan kekambuhan. Pasalnya jamur belum terbasmi

dengan tuntas.

- Bila lesinya minimal atau terbatas, dapat diberikan secara topikal dengan

golongan imidazol, misalnya ketoconazole dalam bentuk krim.

10

Page 11: Inflamasi infeksi jamur  (pitiriasis versikolor)

Pengobatan harus dilakukan menyeluruh, tekun, dan konsisten, karena

penyakit panu sering kambuh dan untuk mencegah serangan ulang.

Dx 2

Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus

Intervensi :

1. Jelaskan gejala gatal berhubungan dengan penyebabnya (misal keringnya

kulit) dan prinsip terapinya (misal hidrasi) dan siklus gatal-garuk-gatal-

garuk. Rasionalisasi dengan mengetahui proses fisiologis dan psikologis

dan prinsip gatal serta penangannya akan meningkatkan rasa kooperatif

2. Cuci semua pakaian sebelum digunakan untuk menghilangkan formaldehid

dan bahan kimia lain serta hindari menggunakan pelembut pakaian buatan

pabrik. Rasionalisasi pruritus sering disebabkan oleh dampak iritan atau

allergen dari bahan kimia atau komponen pelembut pakaian.

3. Gunakan deterjen ringan dan bilas pakaian untuk memastikan sudah tidak

ada sabun yang tertinggal. Rasionalisasi bahan yang tertinggal (deterjen)

pada pencucian pakaian dapat menyebabkan iritasi.

Dx 3

Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit akibat

pitiriasis vesikolor

Intervensi :

1. Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak mata,ucapan

merendahkan diri sendiri.

Rasional: Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit/keadaan yang

tampak nyata bagi klien, kesan orang terhadap dirinya berpengaruh

terhadap konsep diri.

2. Kaji perubahan perilaku pasien seperti menutup diri, malu berhadapan

dengan orang lain.

11

Page 12: Inflamasi infeksi jamur  (pitiriasis versikolor)

Rasional : Mengetahui tingkat ketidakpercayaan diri pasien dalam

menentukan intervensi selanjutnya.

3. Bersikap realistis dan positif selama pengobatan, pada penyuluhan pasien.

Rasional : Meningkatkan kepercayaan dan mengadakan hubungan antara

perawat-pasien. .

4. Berikan penguatan positif terhadap kemajuan.

Rasional : Kata-kata penguatan dapat mendukung terjadinya perilaku

koping positif.

5. Dorong interaksi keluarga.

Rasional : Mempertahankan garis komunikasi dan memberikan dukungan

terus-menerus pada pasien. .

E. Evaluasi Keperawatan

1. Gangguan integritas kulit teratasi

2. Gatal hilang/berkurang

3. Komplikasi dan keparahan tidak terjadi

4. pasien percaya diri

12

Page 13: Inflamasi infeksi jamur  (pitiriasis versikolor)

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pitiriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi

disebabkan oleh Malasezia furfur dan pityrosporum orbiculare. Infeksi ini

bersifat menahun, ringan, dan biasanya tanpa peradangan. Pitiriasis

versikolor ini mengenai muka, leher, badan, lengan atas, ketiak, paha, dan

lipatan paha.

Pitiriasis versikolor lebih sering terjadi di daerah tropis dan

mempunyai kelembabab tinggi. Walaupun kelainan kulit lebih terlihat

pada orang berkulit gelap, namun angka kejadian pitiriasis versikolor sama

di semua ras.

Sebagian besar kasus panu dialami oleh orang yang sehat tanpa

disertai penurunan sistem kekebalan tubuh (immunologic deficiencies).

Meskipun demikian, beberapa faktor dapat memengaruhi beberapa orang

terkena panu sekaligus memicu berubahnya bentuk.

Ada beberapa pencegahan yang bisa dilakukan untuk mencegah

agar tak tertular panu, yaitu mengeringkan tubuh dengan handuk hingga

benar-benar kering sebelum memakai baju, karena kondisi yang lembab

sangat memudahkan jamur untuk berkembang, jangan malas melap

keringat. tidak berbagi barang pribadi dengan orang lain seperti handuk,

sabun batang, sepatu atau sandal saat menggunakan fasilitas umum.

menggunakan alas kaki jika sedang berjalan di tempat yang lembab seperti

kamar mandi umum, tempat bilas atau disekitar kolam renang. membilas

tubuh dengan sabun antiseptik setelah selesai berenang.

13

Page 14: Inflamasi infeksi jamur  (pitiriasis versikolor)

B. Saran

Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa

keperawatan dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan sebagai tuntunan

untuk membahas lebih lanjut tentang mata ajar keperawatan luka mahir

mengenai infeksi imflamasi jamur.

14

Page 15: Inflamasi infeksi jamur  (pitiriasis versikolor)

Daftar Pustaka

Harahap, Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates

Siregar. 2004. Saripati Penyakit Kulit, Ed.2 .Jakarta : EGC

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

(http://dranak.blogspot.com/2007/03/penyakit-panu.html, Diakses pada tanggal 23 maret 2011 )

(http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/01/penyakit-keradangan-kulit-pityriasis.html, Diakses pada tanggal 23 maret 2011 )

15