18
1 Modul 5 INFEKSI JAMUR SUB MODUL 5.1. DERMATOFITOSIS Tujuan Umum: Pembelajaran dan pelatihan modul ini dirancang untuk menyiapkan peserta didik agar mampu membangun diagnosis dan melakukan penatalaksanaan pasien dermatofitosis Tujuan khusus pembelajaran: Setelah pelaksanaan diskusi modul diharapkan peserta mampu : 1. Menjelaskan gejala dan tanda klinis kandidiasis superfisial 2. Menjelaskan proses anamnesis dan pemeriksaan klinis kandidiasis superfisial 3. Menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding kandidiasis superfisial 4. Menjelaskan pemeriksaan penunjang sederhana pemeriksaan KOH 5. Menjelaskan penatalaksanaan kandidiasis superfisial secara paripurna 6. Menjelaskan tentang komunikasi, informasi dan edukasi kepada pasien. Referensi Buku Wajib Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, LeffellDJ. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine, 7 th ed. New York: The McGraw-Hill; 2008 GAMBARAN UMUM BATASAN Dermatofitosis (= Tinea, Ringworm) adalah infeksi jamur dermatofit (spesies Microporum, Trichophyton dan Epidermophyton) yang menyerang epidermis bagian superfisial (stratum korneum), kuku dan rambut. PATOSIFIOLOGI 1. Ada 3 cara penularan (antropofilik, zoofilik, geofilik) 1.1 Pada antropofilik (pada manusia ke manusia) Spesies antropofilik (E. floccosum, M. audouinii, M. ferrugineum, T. mentagrophytes var. Interdigitale / T. interdigitabel, T. rubrum, T. tonsurans) mengakibatkan reaksi radang ringan dan kronis / kambuh- kambuhan 1.2 Pada Zoofilik (pada binatang ke manusia) Spesies Zoofilik (M. canis pada anjing dan kucing, T. mentagrophytes var. mentagrophytes / T. mentagrophytes pada binatang mengerat) mengakibatkan reaksi radang hebat/ akut, sembuh jarang kambuh. 1.3 Pada geofilik (pada tanah ke manusia) Spesies Geofilik (M. gypseum) mengakibatkan reaksi radang hebat/ akut, sembuh jarang kambuh.

Modul 5 Infeksi Jamur

Embed Size (px)

DESCRIPTION

modul soal infeksi jamur

Citation preview

Page 1: Modul 5 Infeksi Jamur

1

Modul 5

INFEKSI JAMUR

SUB MODUL 5.1. DERMATOFITOSIS

Tujuan Umum:

Pembelajaran dan pelatihan modul ini dirancang untuk menyiapkan peserta

didik agar mampu membangun diagnosis dan melakukan penatalaksanaan

pasien dermatofitosis

Tujuan khusus pembelajaran:

Setelah pelaksanaan diskusi modul diharapkan peserta mampu :

1. Menjelaskan gejala dan tanda klinis kandidiasis superfisial

2. Menjelaskan proses anamnesis dan pemeriksaan klinis kandidiasis

superfisial

3. Menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding kandidiasis superfisial

4. Menjelaskan pemeriksaan penunjang sederhana pemeriksaan KOH

5. Menjelaskan penatalaksanaan kandidiasis superfisial secara paripurna

6. Menjelaskan tentang komunikasi, informasi dan edukasi kepada pasien.

Referensi Buku Wajib

Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, LeffellDJ. Fitzpatrick’s

dermatology in general medicine, 7th ed. New York: The McGraw-Hill; 2008

GAMBARAN UMUM

BATASAN

Dermatofitosis (= Tinea, Ringworm) adalah infeksi jamur dermatofit (spesies

Microporum, Trichophyton dan Epidermophyton) yang menyerang epidermis

bagian superfisial (stratum korneum), kuku dan rambut.

PATOSIFIOLOGI

1. Ada 3 cara penularan (antropofilik, zoofilik, geofilik)

1.1 Pada antropofilik (pada manusia ke manusia)

Spesies antropofilik (E. floccosum, M. audouinii, M. ferrugineum, T.

mentagrophytes var. Interdigitale / T. interdigitabel, T. rubrum, T.

tonsurans) mengakibatkan reaksi radang ringan dan kronis / kambuh-

kambuhan

1.2 Pada Zoofilik (pada binatang ke manusia)

Spesies Zoofilik (M. canis pada anjing dan kucing, T. mentagrophytes var.

mentagrophytes / T. mentagrophytes pada binatang mengerat)

mengakibatkan reaksi radang hebat/ akut, sembuh jarang kambuh.

1.3 Pada geofilik (pada tanah ke manusia)

Spesies Geofilik (M. gypseum) mengakibatkan reaksi radang hebat/ akut,

sembuh jarang kambuh.

Page 2: Modul 5 Infeksi Jamur

2

2. Reaksi radang tergantung :

Tempat infeksi, imunitas penderita, rambut halus (vilus) folikelnya sebagai

reservoir hingga sering kambuh. Hanya di lapisan keratin oleh karena adanya

serum faktor penghambat jamur dermatofit memasuki ruangan

ekstravaskuler yang berfungsi melindungi jaringan sehingga mencegah

penetrasi ke lapisan lebih dalam.

3. Faktor predisposisi :

Higiene sanitasi jelek, daerah tropis, faktor penyebab maserasi di pelipatan,

sakit berat, penderita diabetes mellitus, neurodermatitis, leukorrhoe.

4. Microporum : 5 dari 17 spesies menginfeksi manusia pada rambut dan kulit

Trichophyton : 11 dari 22 spesies menginfeksi manusia pada rambut, kulit

dan kuku.

Epidermophyton : 1 dari 2 spesies menginfeksi manusia pada kulit dan jarang

pada kuku.

GEJALA KLINIS

Ada 9 bentuk :

Tinea kapitis, Tinea favosa (tidak ada di Indonesia), Tinea korporis, Tinea

imbrikata, Tinea kruris, Tinea unguium, Tinea pedis, Tinea manum dan Tinea

barbae (jarang ditemukan lagi).

TINEA KAPITIS

Infeksi dermatofit pada kepala, alis dan bulu mata

Umumnya pada anak-anak.

1. Infeksi ektotrik : Miselium menjadi arthrokonidia di sekitar batang rambut/

bawah kutikula dan destruksi kutikula

Ada 2 bentuk :

a. Gray patch (antropofilik : M.ferrugineum)

Berskuama disertai radang ringan, gatal ringan/sangat, rambut/ keabuan,

kusut, rapuh terpotong beberapa milimeter di atas kepala menyebabkan

alopesia, dengan lampu wood (+) hijau terang

b. Kerion (Zoofilik)

- Karena M.canis

Peradangan berat, dengan lampu Wood (+) hijau terang

- Karena T.mentagrophytes dan T.verrucosum

Kerion celsi (+), nyeri, rambut mudah putus, dengan lampu wood (-)

2. Infeksi endotrik : Miselium menjadi arthokonidia di dalam batang rambut,

selalu antropofilik (T. violaceum), lesi mutipel, banyak, terpencar, tidak

semua rambut di lesi terkena menyebabkan alopesia.

Black dot : rambut putus tepat di orifisium folikel rambut, kronis dapat

berlangsung sampai dewasa, dengan lampu Wood (-)

Page 3: Modul 5 Infeksi Jamur

3

TINEA KORPORIS

Infeksi dermatofit pada kulit halus (glabrous skin)

2 bentuk tersering : bentuk annular dan bentuk iris

Efloresensi : makula eritematus berbatas jelas, tepi polisiklis, aktif (meninggi,

ada papul, vesikel, meluas), sembuh di tengah (central healing) tertutup skuama.

TINEA IMBRIKATA

Bentuk tinea korporis karena T. concentricum dan terdapatnya terbatas di

daerah tertentu (pulau Pasifik, Asia tenggara, Amerika tengah, dan selatan).

Efloresensi khas : polisiklik, makula papulo skuamous, tersusun cincin yang

konsentris, meluas ke seluruh badan, stratum korneum terlepas dan tepi

bebasnya menghadap tengah. Kepekaan T. concentricum dipengaruhi gen

autosomal resesif.

TINEA KRURIS

Infeksi dermatofit pada sela paha, perineum dan daerah perianal dapat

meluas ke daerah gluteus dan pubis. Efloresensi = Tinea korporis, bilateral tetapi

tidak simetris, paha dimana sisi skrotum yang lebih turun lesinya lebih luas.

Sktrotum dan penis tidak terkena, skrotum sebagai reservoir dapat

menyebabkan kambuh-kambuhan.

TINEA UNGUIUM

Invasi dermatofit ke lempeng kuku. (lihat bab Onikomikosis).

TINEA PEDIS

Infeksi dermatofit pada kaki, mengenai sela jari kaki dan telapak kaki

1. Intertriginosa kronis : bentuk tersering

Kulit mengelupas, maserasi dan pecah-pecah, tersering antara jari kaki IV

dan V serta III dan IV tertutup epidermis dan debris mati, putih, maserasi,

meluas ke telapak kaki, tumit & dorsum pedis, khas hiperhidrosis dan bau

khas tidak enak.

2. Bentuk hiperkeratotik papuloskuamosa kronis

Khas daerah kulit merah muda, tertutup skuama putih keperakan,

bilateral,berupa bercak-bercak. Moccasin foot :bila mengenai seluruh kaki.

3. Bentuk vesikular

Khas lesi vesikel, vesikulo pustula dan dapat bula, jarang pada tumit dan

daerah depan, seperti erisipelas, sering + reaksi id.

4. Bentuk ulseratif akut

Proses eksematoid vesikupustula dan penyebaran cepat, disertai infeksi

sekunder bakteri.

Page 4: Modul 5 Infeksi Jamur

4

TINEA MANUUM

Infeksi dermatofit pada daerah interdigitalis, permukaan palmar dan

dorsum manus. Bentuk tersering adalah Hiperkeratosis difusa. Unilateral, dapat

disertai 1 atau 2 kaki terkena (Tinea pedis), kuku tidak/ dapat terkena.

TINEA INKOGNITO

Infeksi dermatofit yang berubah karena kortikosteroid sistemik atau topical

yang diberikan karena kelainan yang telah ada atau salah diagnosis tinea.

DERMATOFITOSIS REKALSITRAN

Dapat diketahui dengan adanya peradangan atau hiperkeratosis yang cukup

jelas, proses skuama menyeluruh pada kulit yang terus menerus atau sering

kambuh.

DERMATOFITOSIS PADA PENDERITA HIV / IMUNOKOMPROMAIS

Biasanya sering kambuh. Tinea unguium tersering bentuk superficial white

onychomycosis (SWO) yang umumnya pada kuku kaki, maka akan mengenai juga

kuku tangan, juga bentuk Proximal Subungual Onychomycosis (PSO) (lihat bab

onikomikosis)

DIAGNOSIS

1. Anamnesis dan gejala klinis khas

2. Laboratorium :

2.1 Pemeriksaan langsung dengan KOH 10-20 % / dapat + tinta Parker

2.1.1 Dari kerokan kulit / skuama / kuku terlihat :

a. Hifa bersepta : gambar double contour (2 garis lurus

sejajar, transparan)

Bersepta / sekat dan dikhotomi (cabang dua-dua)

b. Arthrokonidia / arthrospora

Spora berderet, merupakan pecahan-pecahan ujung hifa

2.1.2 Dari rambut, terlihat salah satu

a. Arthrokonidia kecil-kecil / besar pada ektothriks (diluar

rambut)

b. Arthrokonidia besar-besar endothriks (di dalam rambut)

2.1.3 Hasil KOH negatif : tidak menyingkirkan diagnosis

dermatofitosis

2.2 Kultur

Dengan media :

Sabouraud’s Dextrose Agar (SDA) + chloramphenicol +

Chyclohexamide (Actidion) : Mychobiotik – mycosel, tumbuh rata-rata

10 – 14 hari

Page 5: Modul 5 Infeksi Jamur

5

2.3 Pemeriksaan lampu Wood

Pada tinea kapitis

Fluoresensi positif : warna hijau terang menunjukkan spesies

mikrosporum

Fluoresensi negatif : karena spesies Trichophyton, atau memang

bukan karena tinea kapitis. (Tinea favosa yang disebabkan oleh

Trichophyton sconleinii memberi warna fluoresensi warna hijau tua,

tetapi jamur ini tidak ada di Indonesia sehingga kasusnya tidak ada)

DIAGNOSIS BANDING

Tergantung lokasi kelainannya

Dermatitis, Pyoderma, Kandidias, Erythema anulare sentrifugum, Erythema

intertrigo, Morbus Handen (MB), Psoriasis vulgaris, Pityriasis rosea, Alopesia,

Trichotilllomania, Onikholisis, Distrofik unguium.

PENYULIT

Tergantung lokasi yang terkena

Infeksi sekunder, alopesia, reaksi id, kekambuhan, hiperpigmentasi

PENATALAKSANAAN

1. Lesi basah / infeksi sekunder

1.1. Kompres sol sodium chlorida 0,9 % 3-5 hari

1.2. Antibiotik oral 5-7 hari

2. Obat topikal

2.1 Indikasi

Lesi tidak luas pada tinea korporis, Tinea kruris, Tinea manuum dan tinea

pedis ringan

2.2 Obat

2.2.1 Salep whitfield sehari 2 kali (= AAV I/Half Strengh Whitfield

ointment)

(= AAV I => Acidum salicylicium 3 % + acidum benzoic 6 %)

(dapat AAV II => Acidum salicylicium 6 % + acidum benzoic 12 %)

2.2.2 Salep 2-4 / 3-10 sehari 2 kali

(Acidum salicylicium 2-3 % + sulfur presipitatum 4-10 %)

2.2.3 Golongan azole (Miconazole dan Ketokonazol krim, sehari 2 kali)

Pengobatan umumnya minimal selama 3 minggu (2 minggu sesudah KOH

negatif / klinis membaik), untuk mencegah kekambuhan pada obat

fungistatik.

3. Obat oral

3.1 Indikasi :

3.1.1 Tinea kapitis, Tinea imbrikata, Tinea inguium dan Tinea barbae

Page 6: Modul 5 Infeksi Jamur

6

3.1.2 Tinea Korporis / kruris / pedis / manuum yang berat / luas /

sering kambuh / tidak sembuh dengan obat topikal / mengenai

daerah berambut.

3.2 Cara

3.2.1 Tergantung obat oral yang digunakan, lokasi dan penyebab

3.2.2 Lamanya

a. Obat fungistatik : 2-4 minggu

b. Obat fungisidal : 1-2 minggu

3.3 Obat oral

3.3.1 Griseofulvin

Anak : 10 mg/kgBB/hari (microsize)

5.5 mg/kgBB/hari (ultra microsize)

Dewasa : 500 – 1000 mg/hari

3.3.2 Ketoconazole

Anak : 3-6 mg/kgBB/hari

Dewasa : 1 tablet (200 mg)/hari

3.3.3 Itrakonazole

Anak : 3-5 mg/kgBB/hari

Dewasa : 1 kapsul (100 mg)/hari

3.3.4 Terbinafine

Anak : 3-6 mg/kgBB/hari

10-20 kg : 62,5 mg (1/4 tablet)/hari

20-40 kg : 125 mg (1/2 tablet)/hari

Dewasa : 1 tablet (250 mg)/hari

Keadaan khusus

4.1 Tinea kapitis

4.1.1 Obat oral

a. Griseofulvin (gold standard), 6-12 minggu

20 mg/kgBB/hari (microsize)

15 mg/kgBB/hari (ultra microsize)

4.1.2 Ajuvan

a. Shampo selenium sulfid 1-1,8 %

b. Shampo ketoconazole 1-2 % seminggu 2-3 kali

c. Rambut tidak perlu dipotong / dicukur

4.2 Tinea unguium

4.2.1 Obat topikal

a. Indikasi

a. SWO, dikerok dulu

b. DLSO terbatas pada kurang 2/3 bagian distal (terbaik 1/3

bagian distal) dan nyang terkena tak lebih dari 3 kuku

c. Kombinasi obat oral

d. Pencegahan kambuh

Page 7: Modul 5 Infeksi Jamur

7

b. Macam obat topikal

a. Ciclopirox 8 % lacquer

- 1 x / minggu 6 bulan atau

- Bulan I : seminggu 3 kali

Bulan II : seminggu 2 kali

Bulan III : seminggu 1 kali

4.2.2 Obat oral

a. Terbinafine : 1 tablet / hari

Tangan : 6-8 minggu, kaki : 12-16 minggu

b. Itraconazole

a. Sehari 2 kapsul

Tangan : 6 minggu, kaki : 12 minggu

b. Terapi denyut (pulse treatment)

Pemberian obat dengan dosis tinggi dalam waktu singkat sehingga

menimbulkan efek fungisidal sekunder karena terjadi fungitoksik.

Penderita akan lebih patuh dan tidak sering lupa sehingga kesembuhan

lebih baik dan kekambuhan jarang terjadi.

a. Tinea unguium

400 mg sehari 2 kali 2 kapsul selama 1 minggu

Istirahat 3 minggu / siklus

- Kuku tangan : 2 siklus

- Kuku kaki : 3-4 siklus

4.2.3. Bedah kuku

a. Curettage

a) SWO

b) Subungual debris, mengurangi bebankuku yang harus diobati oral

b. Pencabutan kuku tak dilakukan

4.3. Dermatofitosis rekalsitrant

4.4.1. Obat Topikal

a. Pada infeksi ringan atau oral tidak dapat diberikan

b. Krim terbinafin sering 2 kali selama 4 minggu

c. + pelembab (krim urea 10 %)/ keratolitik (salep acidum

salicylicum 3-5%) dioleskan ½ jam sebelum terbinafine

dioleskan.

4.42. Obat Oral

a. Lesi luas / terapi topikal gagal

b. Terbinafine 250 mg/hari 2-4 minggu

c. Itraconazole 100 mg / hari selama 4 minggu atau 400 mg

hari selama 1 minggu (terapai denyut)

d. Pelembab/ karatolitik (4.4.1.c)

Page 8: Modul 5 Infeksi Jamur

8

PENCEGAHAN

1. Sesudah mandi dikeringkan dan ditaburi bedak biasa/ bedak anti jamur

(pelipatan, kaki)

2. Pemakaian sepatu yang enak, tidak tertutup (Kulit, sepatu sandal)

3. Pakaian longgar dan katun

4. Kaos kaki katun

5. Sering pakaian dan handuk direndam air mendidih + 15 menit / dry cleaning

6. Desinfeksi sepatu / ganti sepatu baru

7. Pakai sandal karet / plastik di tempat umum / hotel / tempat olah raga.

8. Hewan peliharaan yang terinfeksi jamur (petal) di obati juga.

Kegagalan pengobatan dipikirkan

1. Diagnosa yang tidak tepat

2. Penggunaan obat yang tidak tepat (memilih obat, dosis dan cara penggunaan)

3. Obat tidak teratur

4. Infeksi sekunder yang tidak diobati

5. Reinfeksi

6. Resistensi obat.

TUGAS DISKUSI MODUL

Diskusi kasus untuk dipresentasikan

Buatlah ilustrasi kasus penderita tinea korporis untuk dipresentasikan yang

berisikan :

1. Identitas

2. Anamnesis / riwayat penyakit

3. Pemeriksaan klinis

4. Diagnosis banding

5. Pemeriksaan penunjang

6. Diagnosis

7. Penatalaksanaan

Page 9: Modul 5 Infeksi Jamur

9

SUB MODUL 5.2. KANDIDIASIS SUPERFISIAL

Tujuan Umum:

Pembelajaran dan pelatihan modul ini dirancang untuk menyiapkan peserta

didik agar mampu membangun diagnosis dan melakukan penatalaksanaan

pasien kandidiasis supefisial

Tujuan khusus pembelajaran:

Setelah pelaksanaan diskusi modul diharapkan peserta mampu :

1. Menjelaskan gejala dan tanda klinis kandidiasis superfisial

2. Menjelaskan proses anamnesis dan pemeriksaan klinis kandidiasis

superfisial

3. Menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding kandidiasis superfisial

4. Menjelaskan pemeriksaan penunjang sederhana pemeriksaan KOH

5. Menjelaskan penatalaksanaan kandidiasis superfisial secara paripurna

6. Menjelaskan tentang komunikasi, informasi dan edukasi kepada pasien.

Referensi Buku Wajib

Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, LeffellDJ. Fitzpatrick’s

dermatology in general medicine, 7th ed. New York: The McGraw-Hill; 2008

GAMBARAN UMUM

BATASAN

Kandidiasis (= Kandidosis) adalah infeksi primer atau sekunder dari genus

Cadida, dimana yang penting disebabkan oleh Candida albicans. Manifestasi

klinisnya sangat bervariasi dari akut, subakut dan kronis ke episodik. Yang

terkena dapat local dimulut, tenggorokan kulit, kepala, vagina, jari-jari tangan,

kuku, bronki, paru-paru atau saluran pencernaan makanan atau menjadi

sistemik seperti septisemia, endokarditis dan meningitis. Proses patologis yang

timbul juga berbagai macam dari iritasi dan inflamasi sampai supurasi akut dan

kronis atau reaksi granulomatosis, karena C. albicans merupakan spesies

endogen, penyakitnya merupakan infeksi oportunistik.

Kandidias superfisialis adalah kandidiasis pada dermatomokosis superfisialis,

yang sering dijumpai adalah :

1. Mengenai Mukosa :

Oral, vaginitis dan balanitis

2. Mengenai kulit

Intertriginosa dan generalisata, paronikhia dan onikomikosis, daerah popok /

diaper / napkin

Page 10: Modul 5 Infeksi Jamur

10

PATOFISIOLOGI

Infeksi kandida merupakan infeksi oportunis yang dimungkinkan karena

menurunnya pertahanan tubuh pejamu. Faktor-faktor predisposisi yang

dihubungkan dengan meningkatnya insidensi kolonisasi dan infeksi kandida

yaitu :

1. Faktor mekanis

Trauma (luka bakar, abrasi, penggunaan IUD, meningkatnya frekuensi

koitus) dan oklusi lokal, kelembaban atau maserasi (gigi palsu, pakaian

sistetik/ketat atau balut tertutup, kegemukan)

2. Faktor nutrisi

Avitaminosis, defisiensi besi, malnutrisi generalis

3. Perubahan fisiologi

Umur sangat muda / sangat tua, kehamilan, mentruasi

4. Penyakit sistemik

Diabetes mellitus dan endokrinopathies tertentu lainnya, uremia, malignansi

dan keadaan immunodefisiensi intrinsik (misalkan infeksi HIV / AIDS)

5. Penyebab latrogenik

Faktor barier lemah (pemasangan kateter, penyalahgunaan obat iv) radiasi

sinar X, obat-obatan oral, parenteral, topikal, dan aerosol (kortikosteroid dan

imunosupresi lainnya, antibiotik spektrum luas metronidazole, transquilizer,

kontrasepsi oral / estrogen, cilchisine, phenylbultazone dan histamin 2

blocker)

6. Idiopatik

Kemampuan ragi berubah bentuk menjadi hifa dianggap sebagai mekanisme

patogen primer dan terbukti bila bentuk hifa melekat lebih kuat pada

permukaan epitel, namun sekarang diketahui bahwa bentuk ragi (yeast)

mampu invasi dan tidak lagi dianggap hanya sebagai komensal.

GEJALA KLINIS

1. Mengenai mukosa

1.1. Kandidiasis Oral (KO)

1.1.1. Kandidiasis pseudomembran akut (= thrush)

Lesih putih tebal pada mukosa bukal, gusi atau lidah, plaknya

dapat dikerok, terasa nyeri, eritem, dan dapat berdarah.

1.1.2. Kandidiasis eritema

Nampak eritema dan oedema

a. Kandidiasis atrofi akut (= stomatitis antibiotik)

b. Kandidiasis atrofi kronis (= stomatitis gigi palsu dan glositis)

1.1.3. Kandidiasis hiperplastik kronis (= kandida leukoplakia)

Bercak putih dapat diraba sampai plak kasar melekat erat dan

tidak dapat dikerok, pada lidah, palatum atau mukosa bukal.

Sering pada perokok.

Page 11: Modul 5 Infeksi Jamur

11

1.1.4. Angular kheilitis (= perleche, kandida kheilosis)

Eritema dan fisura pada ujung mulut, pada pemakai gigi palsu yang

tidak pas, biasa menjilat bibir, usia lanjut dengan kulit kendor pada

lubang mulut.

1.2. Kandidias Vulvo Vaginalis (= Kandida Vulvo Vaginitis = KVV)

Gatal dan rasa sangat panas pada vulva dan vagina. Keluar cairan tebal,

putih seperti susu dan plak putih melekat pada vulva, vagina atau

serviks. Disuria dan dispareunia. Sering pada 1 minggu sebelum

mentruasi dan kehamilan.

Kandidias Vulvo Vaginalis Rekuren (KVVR) yaitu penderita yang terkena

gejala simptomatik KVV empat kali atau lebih dalam satu tahun.

1.3. Kandida balanitis / kandida balanoposthitis

Erosi merah superfisialis dan pustul berdidnding tipis diatas glans penis

dan sulkus koronarium (balanitis) dan juga pada preputium penis yang

tidak disirkumsisi (balanoposthitis)

2. Mengenai kulit

2.1 Kandidiasis intertriginosa (= kandida intertrigo) dan kandidiasis

generalisata.

Mengenai daerah pelipatan-pelipatan badan, umbilikus, pannikulus

(lipatan lemak badan) dan dapat meluas ke kulit badan (generalisata).

Dapat mengenai skrotum dan penis kulit nyeri, inflamasi, eritematus dan

ada satelit vesikel / pustul, bula atau papulopustular yang pecah

meninggalkan permukaan yang kasar dengan tepi yang erosi.

2.2 Erosio interdigitale blastomycetica (kandidiasis interdigitalis)

Kandidiasis mengenai sela jari tangan (tersering) / sela jari kaki.

Tersering pada sela jari tiga. Pada yang sering / terus menerus terkena

air.

2.3 Paronikhia dan Onikomikosis

2.3.1 Kandida paronikhia

Infeksi lipatan kuku proksimal atau kotikula, khas adanya eritema,

oedema, dan cairan purulen, tebal, pus putih, membentuk kantong

yang mungkin menyebabkan infeksi kuku. Terasa nyeri.

2.3.2 Kandida onikomikisis (= kandida onikhia)

Lihat bab onikomikosis

PEMERIKSAAN

1. Pemeriksaan langsung dengan KOH 10-20% (dapat ditambah tinta parker

superchrome blue black). Tampak budding yeast cells (2 spora seperti angka

8) dengan atau tanpa pseodohifa. Pseudohifa (gambar seperti untaian sosis) /

hifa pada infeksi membrana mukosa adalah patognomonis, sedang pada

kandidias kutis tidak selalu ada. Spesimen harus baru dan segera diperiksa.

Page 12: Modul 5 Infeksi Jamur

12

2. Pengecatan gram

Elemen jamur (budding yeast cell / blastospora / blastokonidia / pseudohifa

/ hifa) tampak sebagai gram positif dab sporanya lebih besar dari bakteri.

Dilakukan pada kandidias mukosa.

3. Kultur

Spesimen harus baru dan kultur dengan media :

a. Sabouraud’s Dextrose Agar (SDA) + khloramfenikol + gentamisin

b. Mycobiotik / mycosel (SDA + khloramfenikol + sikloheksamid) dalam 2-3

hari akan tumbuh

4. Histopatologi

Dengan pengecatan PAS (periodic acid-Schiff) atau GMS (Gomori’s

methenamic silver) pilihan untuk kandida leuklopakia dan bila diperlukan

pada kandidiasis kutis

5. Glukose darah dan reduksi urine untuk melihat diabetes mellitus

DIAGNOSIS

1. Anamnesis dan gejala klinis yang pas

2. Pemeriksaan penunjang no 1 dan / atau no 2 harus dilakukan apabila

hasilnya positif sudah dapat memastikan diagnosis. Bila hasilnya negatif

tidak menyingkirkan diagnosis apabila anemnesis dan diagnosis klinisnya

menyokong.

3. Kultur untuk memastikan spesies penyebab

4. Histo PA dilakukan bila diagnosis meragukan

DIAGNOSIS BANDING

1. Kandidiasis oral : difteria, leuklopakia karena keganasan dan kheilitis.

2. Kandidiasis vulvovaginalis : trikhomoniasis vaginalis, bakterial vaginosis dan

leukorhoe fisiologis pada kehamilan

3. Kandidias balanitis : infeksi bakteri, herpes simpleks, psoriasis dan likhen

planus.

4. Kandidias kutis : dermatofitosis, dermatitis seborrhoika, eritema intertrigo,

eritrasma, psoriasis, pyoderma.

PENYULIT

1. Infeksi sekunder

2. Candida id reaction

PENATALAKSANAAN

1. Umum

1.1. Mengurangi dan mengobati faktor-faktor predisposisi.

1.2. Mengobati infeksi sekunder dengan kompres sol. Sodium khlorida 0,9 %

selama 3 hari dan antibiotik yang tidak berspektrum luas (eritromisin,

kotrimoksasol, linkomisin, dan klindamisin) selama 5-7 hari.

Page 13: Modul 5 Infeksi Jamur

13

2. Kandidiasis oral

2.1 Obat topikal

2.1.1 Nystatin oral suspensi

- 4-6 ml (400.000-600.000 I.U), sehari 4 x sesudah makan

- Harus ditahan dimulut beberapa menit sebelum ditelan

- Bayi : 2 ml, sehari 4 x

Kasus kronis beberapa bulan

2.1.2 Solusio gentian violet 1 %

Dioleskan sehari 2 x selama 3 hari

2.2 Tablet oral

Indikasi :

a. Risiko tinggi terjadinya disseminasi (kandidiasis sistemik) yaitu pada :

- Penderita granulositopenia / immunokompromais

- Mendapat therapy immunosurpresif

b. Dengan terapi topikal hasilnya gagal atau tidak sembuh.

2.2.1 Tablet ketoconazole 200 mg - 400 mg (1-2 tablet) / hari selama

2-4 minggu. Untuk infeksi kronis perlu 3-5 minggu

2.2.2 Kapsul itraconazole 100-200 mg (1-2 kapsul) / hari selama 4

minggu

3. Kandidias vulvovaginalis

3.1 Obat topikal

Nystatine suppositoria vagina

1 tablet (100.000 I.U) / malam selama 12 hari

Indikasi obat topikal :

a. Pada wanita hamil / sudah menikah

b. KVV akut (ringan sedang)

3.2 Tablet oral

Indikasi :

a. Wanita belum menikah

b. KVV berat / KVVR perlu jangka lama 10-14 hari

3.2.1 Tablet ketokonazol (200 mg)

Sehari 2 kali 1 tablet selama 5 hari

3.2.2 Kapsul itrakonazol (100 mg)

Sehari 2 kali 1 kapsul selama 2-3 hari

Sehari 2 kali 2 kapsul selama 1 hari setiap 8 jam

3.2.3 Profilaksis pada KVVR

Sesudah KVVR diobati sembuh diteruskan :

- Tablet ketonoconazole 100 mg (1/2 tablet) / hari selama 6

bulan, ini yang terbaik sesudah gejala tidak tampak dalam

3-6 bulan pengobatan profilaksis dapat dihentikan

Page 14: Modul 5 Infeksi Jamur

14

4. Kandida balanitis / balano posthitis

4.1 Golongan azole (Mikonazol dan Ketokonazol krim)

Dioleskan pagi dan malam selama 1 minggu

4.2 Memeriksa dan mengobati pasangannya

5. Kandidias kutis

5.1 Obat topikal

Golonga azol (Miconazole dan Ketokonazol krim)

Dioleskan sehari 2 kali selama 14 hari, dapat lebih sampai 4

minggu, sebaiknya 1-2 minggu sesudah sembuh / KOH negatif.

Untuk kandida paronikhia perlu waktu 3-4 bulan.

5.2 Obat oral

Indikasi :

a. Bila lesi luas

b. Penderita imunokompromais berat

c. Paranokhia yang gagal dengan obat tipikal / berat / kronis

5.2.1 Tablet ketoconazole

Sehari 1 tablet selama 1-2 minggu

5.2.2 Kapsul Itraconazole

Sehari 2 kapsul selama 7 hari

6. Kandida onikomikosis (Lihat bab onikomikosis)

TUGAS DISKUSI MODUL

Diskusi kasus untuk dipresentasikan

Buatlah ilustrasi kasus penderita kandidiasis kutis untuk dipresentasikan yang

berisikan :

1. Identitas

2. Anamnesis / riwayat penyakit

3. Pemeriksaan klinis

4. Diagnosis banding

5. Pemeriksaan penunjang

6. Diagnosis

7. Penatalaksanaan

Page 15: Modul 5 Infeksi Jamur

15

SUB MODUL 5.3. PITIRIASIS VERSIKOLOR

Tujuan Umum:

Pembelajaran dan pelatihan modul ini dirancang untuk menyiapkan peserta

didik agar mampu membangun diagnosis dan melakukan penatalaksanaan

pasien pitiriasis versikolor

Tujuan khusus pembelajaran:

Setelah pelaksanaan diskusi modul diharapkan peserta mampu :

1. Menjelaskan gejala dan tanda klinis pitiriasis versikolor

2. Menjelaskan proses anamnesis dan pemeriksaan klinis pitiriasis versikolor

3. Menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding pitiriasis versikolor

4. Menjelaskan pemeriksaan penunjang sederhana pemeriksaan KOH

5. Menjelaskan penatalaksanaan pitiriasis versikolor secara paripurna

6. Menjelaskan tentang komunikasi, informasi dan edukasi kepada pasien.

Referensi Buku Wajib

Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, LeffellDJ. Fitzpatrick’s

dermatology in general medicine, 7th ed. New York: The McGraw-Hill; 2008

GAMBARAN UMUM

BATASAN

Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur superfisialis kronis, asimtomatik

menyerang lapisan stratum korneum dan disebabkan oleh Malassezia furfur.

PATOFISIOLOGI

Malazzesia furfur merupakan “lipophilic yeast”, dimana dalam keadaan

biasa merupakan flora normal yang terdapat pada permukaan kulit.

Malassezia furfur yang berbentuk ragi/ spora dapat berubah menjadi patogen

dalam bentuk filamen/ hifa oleh faktor-faktor predisposisi sebagai berikut :

- Endogen : kulit berminyak, hiperhidrosis, genetika, imunodefisiensi,

sindroma Cushing, malnutrisi.

- Eksogen : kelembaban dan suhu tinggi, higiene, okllusi pakaian, penggunaan

emolien yang berminyak.

Pitiriasis ersikolor tidak lagi digolongkan sebagai penyakit menular. Timbulnya

infeksi jamur ini lebih disebabkan oleh faktor-faktor individual yang spesifik

yang belum dapat diketahui dengan pasti. Aspek-aspek endogen (genetik)

merupakan faktor-faktor kontributor yang menyebabkan timbulnya Pitiriasis

Versikolor.

GAMBARAN KLINIS

1. Gatal bila berkeringat

2. Lokasi lesi pada umumnya terdapat pada badan (dada, punggung), leher,

lengan atas, selangkang. Bisa ditemukan pada daerah lain termasuk muka.

Page 16: Modul 5 Infeksi Jamur

16

3. Terdapat 3 bentuk lesi

a. Makular ; Soliter dan biasanya saling bertemu (koalesen) dan tertutup

skuama

b. Papular : Bulat kecil-kecil perifokiluler, sekitar folikel rambut dan

tertutup skuama

c. Campuran lesi makular dan papular

4. Warna lesi bervariasi : putih (lesi dini) kemerahan, coklat dan kehitaman

(lesi lama) Bentuk kronis akan didapatkan bermacam warna.

5. Selesai terapi biasanya didapatkan depigmentasi residual tanpa skuama di

atasnya yang akan menetap dalam beberapa bulan sebelum kembali normal.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan mikologis kerokan kulit

Pengambilan bahan dapat dengan kerokan biasa atau dengan menggunakan

cellotape ditempel pada lesi. Setelah diambil,bahan diletakkan di atas gelas

obyek lalu diteteskan larutan KOH 20% atau campuran 9 bagian KOH 20%

dengan 1 bagian tintan Parke blueblack superchrome X akan lebih

memperjelas pembacaan karena memberi tampilan warna biru yang cerah

pada elemen-elemen jamur.

- Hasil positif :

Hifa pendek, lurus, bengkok (seperti huruf i, v, j) dan gerombolan spora

building yeast yang berbentuk bulat mirip seperti sphaghetti with

meatballs.

- Hasil negatif :

Bila tidak ada lagi hifa, maka berarti bukan Pitiriasis versikolor walaupun

ada spora.

2. Lampu Wood

Untuk membantu menegakkan diagnosis dan untuk menentukan luasnya lesi

dapat dilakukan pemeriksaan dengan penyinaran lampu Wood pada seluruh

tubuh penderita dalam kamar gelap. Hasilnya positif apabila terlihat

fluoresensi berwarna kuning emas pada lesi tersebut.

Malassezia furfur tidak dapat dikultur pada media rutin karena memerlukan

lipid untuk tumbuh. Kultur yang dilakukan pada jamur ini tidak mempunyai nilai

diagnostik, karena Malassezia furfur bentuk ragi/spora merupakan bagian dari

flora normal kulit.

DIAGNOSIS

Diagnosis penyakit ini ditegakkan atas dasar :

1. Gambaran klinis yang khas

2. Pemeriksaan sedian langsung kerokan kulit dengan KOH 20%

3. Pemeriksaan fluoresensi lesi kulit dengan lampu wood

Page 17: Modul 5 Infeksi Jamur

17

DIAGNOSIS BANDING

1. Diagnosis banding Pitiriasis versikolor dengan lesi hiperpigmentasi yaitu

pitiriasis Rosea, Eritrasma, Dermatitis Seboroika, Tinea Korporis

2. Diagnosis banding Pitiriasis versikolor dengan lesi hipopigmentasi yaitu :

Pitiriasis Alba, Vitiligo, Morbus Hansen tipe Tuberkuloid Hipopigmentasi

paska Inflamasi

PENATALAKSANAAN

Menghilangkan faktor-faktor predisposisi

Pengobatan : - Menyeluruh

- Tekun dan teratur

- Obat topikal atau sistemik

A. Obat topikal

1. Krim Miconazole 2%, dioleskan sehari 2 kali selama 3 – 4 minggu untuk

lesi di muka dan badan yang tidak luas.

2. Solusio natrium thiosulfate 25%, dioleskan sehari 2kali selama 2 minggu

(kurang dianjurkan oleh karena bisa menyebabkan iritasi, berbau tidak

enak dan tidak boleh untuk daerah wajah dan leher)

3. Krim Tretinoin 0,05% - 0,1% untuk lesi hiperpigmentasi dioleskan sehari

2 kali selama 2 minggu

4. Shampo Ketoconazole 1 – 2% dioleskan pada lesi selama 10 – 15 menit

sebelum mandi seminggu 2 kali selama 2 – 4 minggu.

5. Larutan propylene glycol 50% dalam air dioleskan seluruh tubuh sehari 2

kali selama 2 minggu. Merupakan sediaan yang murah, efektif, kosmetik

bagus, memberikan hasil bagus dan sangat kecil efek iritasi kulitnya.

B. Obat sistematik (digunakan bila lesi luas, resisten terhadap obat topikal,

sering kambuh)

1. Ketoconazole :

- Dosis anak-anak : 3,3 – 6,6 mg/kgBB/hari

- Dosis dewasa : 200 mg/hari

- Diberikan sehari sekali sesudah makan pagi

- Lama pemberian : 10 hari

PROGNOSIS

1. Kekambuhan tinggi (40 – 70%)

2. Perlu pengobatan pemeliharaan untuk mencegah kambuh : Ketoconazole

400mg satu kali/ bulan atau ketoconazole 200mg selama 3 hari berturut-

turut tiap bulan selama faktor predisposisi masih ada, rata-rata selama 1

tahun

Page 18: Modul 5 Infeksi Jamur

18

3. Hipopigmentasi lama bertahan, penjelasan ke penderita sangat penting.

Topikal kortikosteroid sedang/ringan dan preparat coal tar Liquor Carbonas

Detergen (LCD) 5% malam hari dapat membantu repigmentasi kulit.

TUGAS DISKUSI MODUL

Diskusi kasus untuk dipresentasikan

Buatlah ilustrasi kasus penderita Pitiriasis versikolor untuk dipresentasikan

yang berisikan :

1. Identitas

2. Anamnesis / riwayat penyakit

3. Pemeriksaan klinis

4. Diagnosis banding

5. Pemeriksaan penunjang

6. Diagnosis

7. Penatalaksanaan